Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI PADA Tn. M DI RUANG RAWAT


SAWIT TANGGAL 11 OKTOBER 2021 RSUP Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh:
KELOMPOK 1

Nahda Purnah Nugraha, S. Kep (70900121004)


Riyadhatul Jinan, S. Kep (70900121007)
Muh. Fadli Rajab Minhadj, S. Kep (70900121010)
Mia Maulydia, S. Kep (70900121012)

KEPERAWATAN DASAR PROFESI


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIX
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN
Seminar Akhir Departemen Keperawatan Dasar Profesi “Asuhan keperawatan ‘Tn M’
Dengan Gangguan Oksigenasi di Ruang Perawatan Sawit RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar

Mengetahui,
Preceptor:

Klinik Institusi

(Karmila, S. Kep.,Ns) (Dr.Risnah S.KM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes)

KATA PENGANTAR

ii
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt., atas rahmat dan hidayah-
Nya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga laporan pendahuluan ini dapat
terselesaikan. Tak lupa pula kita kirimkan salam dan salawat kepada Nabi
Muhammad Saw. yang telah mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju ke alam
yang terang benderang sampai sekarang ini.
Dalam usaha menyusun laporan Seminar kasus keperawatan dasar,
dihadapkan dengan berbagai hambatan dan tantangan, namun atas bantuan,
bimbingan, serta izin Allah Swt akhirnya hambatan dan tantangan tersebut dapat
diatasi serta mencapai tahap penyelesaian.
Dalam penyusunan ini tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan, oleh
karena itu, kritikan dan saran penyempurnaan sangat penulis harapkan. Semoga
laporan seminar kasus keperawatan dasar ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Aamiin.

Makassar, 19 Oktober 2021

Kelompok 1

DAFTAR ISI

iii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Konsep Kebutuhan Oksigenasi.............................................................................4
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................................17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................36
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................62
BAB V PENUTUP....................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................71
LAMPIRAN..............................................................................................................73

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis atau psikologis
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan
(Ernawati, 2012). . Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas yang tertinggi diantara
semua kebutuhan dasar yang lain.Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa
kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan
fisiologisnya dibandingkan dengan kebutuhan yang lain (Ambarwati, 2016).
Menurut Henderson teori keperawatan mencakup seluruh kebutuhan dasar
seorang manusia. Henderson mendefenisikan keperawatan bertugas untuk
membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang
memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya, kemampuan
individu untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan bila seseorang memiliki
kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan. Kebutuhan dasar manusia
menurut Henderson sering disebut dengan 14 kebutuhan dasar Henderson, yang
memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan. Salah satu
kebutuhan dasar dan kebutuhan pertama yang diungkapkan oleh Henderson
adalah kebutuhan oksigenasi yaitu tentang bernapas yang normal. Dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen ini diperlukan oksigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia ini (Potter & Perry, 2012).
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Oksigen
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi,
dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh
akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Hal ini

1
menunjukkan bahwa oksigen merupakan hal yang sangat penting bagi manusia
(Ambarwati, 2014).

Oksigenasi sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia diperoleh karena


adanya sistem pernapasan yang membantu dalam proses bernapas. Sistem
pernapasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh dan pertukaran gas. Proses oksigenasi
dimulai dari pengambilan oksigen di udara, kemudian oksigen masuk melalui
organ pernapasan bagian atas seperti hidung, mulut, faring, laring, dan kemudian
akan masuk ke dalam organ pernapasan bagian dalam yang terdiri dari trakea,
bronkus, dan juga alveoli. Hal ini menunjukkan bahwa oksigen merupakan gas
yang sangat penting dalam proses pernapasan (Tarwoto & Wartonah, 2016).
Setiap saat manusia membutuhkan oksigen untuk bernapas, karena
oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semest berdasarkan
massa. Ia juga menjjadi unsur paling melimpah di kerak bumi. mengingat
kebutuhan makhluk hidup terhadap oksigen, tak mungkin eksistensinya yang
luarbiasa tersebut tak tercantum dalam Al-quran. Hal ini di terangkan dalam Al-
Quran.
‫هّٰللا‬
َّ َ‫ضيِّقًا َح َرجًا َكاَنَّ َما ي‬
َُ‫ َّعد‬II‫ص‬ َ ‫ص ْد َر ٗه‬ َ ْ‫ضلَّهٗ يَجْ َعل‬ ِ ُّ‫ص ْد َر ٗه لِاْل ِ ْساَل ۚ ِم َو َم ْن ي ُِّر ْد اَ ْن ي‬
َ ْ‫ه يَ ْش َرح‬Iٗ َ‫َم ْن ي ُِّر ِد ُ اَ ْن يَّ ْه ِدي‬
‫س َعلَى الَّ ِذ ْينَ اَل ي ُْؤ ِمنُوْ ن‬ ‫هّٰللا‬ ۤ
َ ِ‫فِى ال َّس َما ۗ ِء َك ٰذل‬
َ ْ‫ك يَجْ َع ُل ُ ال ِّرج‬
Terjemahannya “Siapa yang dikehendaki Allah menunjukinya, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk memeluk Islam. Siapa yang dikehendaki Allah
kesesatannya, niscaya Dia menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia
sedang mendaki ke langit.” (QS al An’am [6]: 125).
Alquran memberikan kiasan bagi orang-orang yang sesat dari jalan Allah
seakan dada mereka sesak lagi sempit. Mengapa Allah mengibaratkan mereka
dengan orang yang mendaki ke langit,Karena, tentu saja di luar angkasa kadar
oksigen sangatlah kurang. Mereka tidak mampu bernapas dengan baik sehingga

2
dada mereka menjadi sesak. Oleh sebab itu manusia harus selalu bersyukur atas
nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Penyebab terjadinya gangguan oksigenasi disebabkan oleh beberapa hal


yang mempengaruhi fungsi pernapasan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
penting, diantaranya adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku dan lingkungan. Pernapasan dapat berubah karena
kondisi dan penyakit yang dapat mengubah kondisi dan struktur paru. Otot-otot
pernapasan, ruang pleura, dan juga alveoli sangat penting untuk ventilasi, perfusi,
dan juga pertukaran gas dalam pernapasan (Ambarwati, 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar
oksigenasi pada tn. M di ruang rawat sawit tanggal 11 oktober 2021 RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hasil pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar
oksigenasi pada tn. M di ruang rawat sawit tanggal 11 oktober 2021 RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
2. Untuk mengetahui diagnosis keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar
oksigenasi pada tn. M di ruang rawat sawit tanggal 11 oktober 2021 RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
3. Untuk mengetahui rencana keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar
oksigenasi pada tn. M di ruang rawat sawit tanggal 11 oktober 2021 RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
4. Untuk mengetahui implementasi keperawatan pemenuhan kebutuhan
dasar oksigenasi pada tn. M di ruang rawat sawit tanggal 11 oktober 2021
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

3
5. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar
oksigenasi pada tn. M di ruang rawat sawit tanggal 11 oktober 2021 RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KEBUTUHAN OKSIGENASI
1. Definisi Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi menempati urutan pertama menurut Henderson dan
Maslow yang merupakan kebutuhan fisiologi yang paling mendasar, yang artinya
merupakan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs) menurut
Jean Watson. Tubuh manusia sangat tergantung akan oksigen untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Oksigen diperlukan oleh tubuh memperoleh energi bagi sel-
sel tubuh melalui proses metabolisme. Pada beberapa kondisi tertentu, tubuh sering
mengalami gangguan pemenuhan oksigen secara adekuat baik secara akut maupun
kronik. Gangguan ini bisa berakibat fatal bagi seseorang dan tidak jarang sering
menimbulkan kematian (Budiono, 2016).
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas.
Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau hasil pengambilan oksigen (Tarwoto &
Wartinah, 2015).
Oksigen (O2) adalah kebutuhan dasar manusia digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup, dan aktivitasberbagai organ atau sel
(Carpenito, 2012). Terapi oksigen menurut Potter & Perry (2010) merupakan salah
satu terapi pernapasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen
adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium.

4
Beberapa metode pemberian oksigen menurut Muttaqin (2012) adalah:
1. Low flow oxygen system
Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya
sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut
pola pernapasan pasien.
2. High flow oxygen system
Udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan dengan
konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernafasan pasien.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Proses pemenuhan kebutuhan
oksigenasi menurut Uliyah & Hidayat (2021) terdiri atas tiga tahap, yaitu:
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah.
Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat, tekanan udara semakin
tinggi; adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang-kempis, adanya jalan napas yang dimulai dari hidung
hingga alveoli yang terdiri atas berbagai atat polos yang kerjanya sangat
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom (terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi, kerja saraf
parasimpatis dapat menyebabkan kontraksi sehingga vasokonstriksi atau proses
penyempitan dapat terjadi): refleks batuk dan muntah; dan adanya peran mukus
siliaris sebagai barier atau penangkal benda asing yang mengandung interveron
dan dapat mengikat virus.

5
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah compliance dan recoil.
Compliance merupakan kemampuan paru untuk mengembang. Kemampuan ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan yang terdapat pada
lapisan alveoli yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa
udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan toraks. Surfaktan
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat kita menarik
napas.
Sedangkan recoil adalah kemampuan mengeluarkan CO2 atau kontraksi
menyempitnya paru. Apabila compliance baik namun recoil terganggu, maka CO2
tidak dapat keluar secara maksimal. Pusat pernapasan, yaitu medula oblongata
dan pons, dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO 2 memiliki kemampuan
merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat
merangsang pusat pernapasan dan bila pCO2 kurang dari sama dengan 80 mmHg
dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler
paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran
respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya
dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan, perbedaan
tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam
darah karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam
darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi, pCO2 dalam arteri
pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli dan afinitas gas (kemampuan
menembus dan saling mengikat hemoglobin-Hb).
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O 2 akan
berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma

6
(3%). Sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%) dan sebagian menjadi
HCO3 yang berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah
jantung (cardiac output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise),
perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta
eritrosit dan kadar Hb.
2. Fisiologi Sistem Pernapasan
Sistem organ yang berperan menurut Uliyah & Hidayat (2021) terdiri atas:
1. Saluran Pernapasan Bagian Atas
Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan dan
melembabkan udara yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdiri atas:
a. Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang
berisi kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga
hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung
pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang
masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam vestibulum (bagian rongga
hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.
b. Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar
tengkorak sampai esofagus yang terletak di belakang nasofaring di belakang
hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringofaring).
Berfungsi membawa udara antara rongga hidung dan laring, memfilter,
menghangatkan, dan melembabkan udara yang dihirup, berfungsi sebagai jalan
terusan untuk makanan dari mulut ke kerongkongan serta menyetarakan tekanan
udara dengan telinga tengah melalui tabung pendengaran.
c. Laring

7
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas
dua lamina yang bersambung di garis tengah. Berfungsi membawa udara antara
faring dan trakea, mengandung pita suara untuk menghasilkan suara dalam
vokalisasi dan mencegah obyek masuk trakea.
d. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.
2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan
memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas sebagai berikut:
a. Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang kurang
lebih 9 cm yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis
kelima. Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tidak lengkap berupa cincin,
dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat
mengeluarkan debu atau benda asing. Trakea bergungsi membawa udara antara
laring dan bronkus, memfilter, menghangatkan dan melembabkan udara yang
dihirup.
b. Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar
daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah dan bawah, sedangkan
bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan
bawah. Bronkus berfungsi membawa udara antara trakea dan bronkiolus,
memfilter, menghangatkan dan melembabkan udara yang dihirup.
c. Bronkiolus

8
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus. Bronkiolus
berfungsi mengatur laju aliran udara melalui bronkokonstriksi dan
bronkodilatasi.
3. Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak
dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru
terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura
viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.
Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru
kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta
pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks.
Paru memiliki alveoli yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai
tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
Selama inspirasi, otot-otot interkostal eksternal ditemukan antara
kontraksi rusuk, mengerakkan tulang rusuk ke atas dan keluar. Otot diafragma
juga berkontraksi dan membentuk kubah yang datar. Ini meningkatkan ruang di
paru-paru dan menyebabkan udara secara otomatis ditarik ke dalam paru-paru.
Selama ekspirasi, otot-otot interkostal eksternal berelaksasi dan tulang rusuk
kembali ke posisi istirahat mereka. Diafragma berelaksasi, kembali ke bentuk
kubah aslinya. Ini menyebabkan ruang di paru-paru menjadi lebih kecil,
memaksa udara keluar.

9
Gambar 5. Mekanisme pernapasan
Sumber: (Chalik, 2016)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Hidayat
(2021) antara lain sebagai berikut:
1. Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat
memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini dapat terlihat
simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat
mengeluarkan neurotransmiter untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin
yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan
asetilkolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi karena pada saluran
pernapasan terdapat reseptor adrenergik dan reseptor kolinergik.
2. Alergi pada Saluran Napas
Debu yang terdapat dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk
benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini
menyebabkan bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal, batuk bila di
saluran pernapasan bagian atas; bronkokonstriksi pada asma bronkial; dan rinitis
bila terdapat di saluran pernapasan bagian bawah.
3. Perkembangan

10
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia
perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya
kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh
dewasa, kemampuan kematangan organ berkembang seiring bertambahnya usia.
4. Lingkungan
a. Ketinggian tempat
Tempat lebih tinggi mempunyai tekanan O2 lebih rendah, sehingga darah arteri
mempunyai tekanan O2 yang rendah. Akibatnya, orang di dataran tinggi
mempunyai pernapasan dan denyut nadi yang meningkat dan peningkatan
kedalaman napas.
b. Polusi udara
Polutan (hidrokarbon, oksidan) bercampur dengan oksigen membahayakan paru.
Karbon monoksida menghambat ikatan O2 dalam Hb. Polutan menyebabkan
peningkatan produksi mukus, bronkhitis dan asma.
c. Alergen
Alergen (pollen, debu, makanan) menyebabkan jalan napas sempit akibat udem,
produksi mukus meningkat dan bronkhospasme. Hal ini menyebabkan kesulitan
bernapas sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen.
d. Suhu
Panas menyebabkan delatasi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan aliran
darah ke kulit dan meningkatkan sejumlah panas yang hilang dari permukaan
tubuh. Vasodilatasi kapiler menurunkan resistensi atau hambatan aliran darah.
Respons jantung meningkatkan output untuk mempertahankan tekanan darah.
Peningkatan cardiac output membutuhkan tambahan oksigen sehingga
kedalaman napas meningkat. Lingkungan yang dingin menyebabkan kapiler
perifer kontriksi, sehingga meningkatkan tekanan darah yang menurunkan kerja
jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen.
5. Perilaku

11
a. Merokok
Perokok lebih banyak mengalami emfisema, bronkhitis kronis, Ca paru, Ca
mulut, dan penyakit kardiovaskular daripada yang bukan perokok. Rokok dapat
menghasilkan banyak mukus dan memperlambat gerakan mukosilia, yang akan
menghambat gerakan mukus dan dapat menyebabkan sumbatan jalan napas,
penumpukan bakteri dan infeksi, sehingga menyebabkan pernapasan lebih cepat.
b. Obat-obatan dan alkohol
Barbiturat, narkotik, beberapa sedative, dan alkohol dosis tinggi dapat menekan
sistem syaraf pusat dan menyebabkan penurunan pernapasan. Alkohol menekan
refleks yang melindungi jalan napas, sehingga orang yang teracuni alkohol dapat
muntah, teraspirasi isi lambung ke paru dan menyebabkan pneumonia.
c. Nutrisi
Kalori dan protein diperlukan untuk kekuatan otot pernapasan dan memelihara
sistem imun. Cairan diperlukan untuk mengencerkan dan mengeluarkan sekresi
sehingga kepatenan jalan napas terjaga. Pada obesitas, gerakan paru terbatas
khususnya pada posisi berbaring, menyebabkan pernapasan cepat dan dangkal,
sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
d. Aktivitas
Aktivitas meningkatkan pernapasan dan kebutuhan oksigen dalam tubuh.
Mekanisme yang mendasarinya tidak banyak diketahui. Walaupun demikian hal
ini menerangkan bahwa beberapa faktor yang terlibat di dalamnya antara lain
kimiawi, neural dan perubahan suhu.
4. Macam-Macam Gangguan yang Mungkin Terjadi
1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan
oksigen dalam tingkat sel, ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit
(sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia disebabkan oleh menurunnya kadar
Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi

12
jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen
(Hidayat, 2021).
2. Perubahan Pola Pernapasan
a. Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali
per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektasis atau
terjadinya emboli.
b. Bradipnea
Merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari sepuluh kali per
menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan
intrakranial yang disertai narkotik atau sedatif.
c. Hiperventilai
Merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen
dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai
dengan adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, nyeri dada,
menurunnya konsentrasi CO2, dan lain-lain. Keadaan demikian dapat
disebabkan oleh adanya infeksi, keseimbangan asam basa, atau gangguan
psikologis. Hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnia, yaitu
berkurangnya CO2 tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan
terhadap pusat pernapasan menurun.
d. Pernapasan kusmaul
Merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada
orang dalam keadaan asidosis metabolik.
e. Hipoventilasi
Merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup
yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan
oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi, atau ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat

13
atelektasis, lumpuhnya otot-otot pernapasan, depresi pusat pernapasan,
peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan jaringan paru dan
toraks, serta penurunan compliance paru dan toraks. Keadaan demikian dapat
menyebabkan hiperkapnia, yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga pCo2
meningkat (akibat hipoventilasi) dan mengakibatkan depresi susunan saraf
pusat.
f. Dispnea
Merupakan perasaan sesak dan berat saat bernapas. Hal ini dapat disebabkan
oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan
pengaruh psikis.
g. Ortopnea
Merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan
pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
h. Cheyne-stokes
Merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik, turun,
berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
i. Pernapasan paradoksial
Merupakan pernapasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru yang
berlawanan arah dari keadaan normal, sering ditemukan pada keadaan
atelektasis.
j. Pernapasan biot
Merupakan pemapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne-stokes,
tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan
selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-
lain
k. Stridor

14
Merupakan pemapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
pernapasan. Pola ini pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea
atau obstruksi laring (Uliyah & Hidayat, 2021).

15
Penyimpangan KDM
Etiologi Gangguan Oksigenasi

Faktor lingkungan Gaya hidup

Mengandung zat zat berbahaya

Induksi aktivitas makrofag dan


leukosit
Peningkatan pelepasan elestase
dan oksidan Pelepasan faktor kemotaktil neutrofil

Gangguan
Cedera sel
peyapihan ventilator
Peningkatan jumlah neutrofil di
daerah yang terpapar
Ketidakcukupan
energi Respon inflamasi

Hipersekresi mukus Lisis dinding alveoli


Fibrosa paru

15
Penumpukan lendir Kerusakan Gagal Nafas Ventilator
dan sekresi berlebih alveolar Obstruksi paru

Kolaps saluran napas kecil saat Penggunaan Ventilator


Obstruksi jalan napas ekspirasi

Obtruksi pada pertukaran O2 dan CO2 Gangguan penyapihan Venilator


Bersihan jalan napas
tidak efektif
Penurupan asupan
Penurunan kemampuan
O2
Gangguan mempertahankan
Resiko Aspirasi pertukaran gas pernapasan yng adekuat
Hipoksemia

Kompensasi tubuh dengan


Pola napas tidak efektif
peningkatan respirasi

Gangguan ventilasi
spontan

16
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Riwayat Keperawatan
1) Keletihan (Fatigue)
Klien melaporkan bahwa ia kehilangan daya tahan. Untuk mengukur keletihan
secara objektif, klien diminta untuk menilai keletihan dengan skala 1 – 10.
2) Dispnea
Dispnea merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas,
yaitu pernapasan sulit dan tidak nyaman. Tanda klinis dispnea, seperti usaha
napas berlebihan, penggunaan otot bantu napas, pernapasan cuping hidung,
peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, napas pendek. Skala analog
visual dapat membantu klien membuat pengkajian objektif dispnea, yaitu garis
vertikal dengan skala 0-100 mm. Saat terjadinya dispnea (bernapas disertai usaha
napas, sedang stres, infeksi saluran napas, saat berbaring datar/orthopnea).
3) Batuk
Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru yang tiba-tiba dan dapat didengar.
Batuk merupakan refleks untuk membersihkan trakhea, bronkhus, dan paru untuk
melindungi organ tersebut dari iritan dan sekresi. Pada sinusitis kronis, batuk
terjadi pada awal pagi atau segera setelah bangun tidur, untuk membersihkan
lendir jalan napas yang berasal dari drainage sinus. Pada bronkhitis kronis
umumnya batuk sepanjang hari karena produksi sputum sepanjang hari, akibat
akumulasi sputum yang menempel di jalan napas dan disebabkan oleh penurunan
mobilitas. Perawat mengidentifikasi apakah batuk produktif atau tidak, frekuensi
batuk, sputum (jenis, jumlah, mengandung darah/hemoptisis).
4) Mengi (Wheezing)
Wheezing ditandai dengan bunyi bernada tinggi, akibat gerakan udara
berkecepatan tinggi melalui jalan napas yang sempit. Wheezing dapat terjadi saat
inspirasi, ekspirasi, atau keduanya. Wheezing dikaitkan dengan asma, bronkhitis
akut, atau pneumonia.

17
5) Nyeri
Nyeri dada perlu dievaluasi dengan memperhatikan lokasi, durasi, radiasi, dan
frekuensi nyeri. Nyeri dapat timbul setelah latihan fisik, rauma iga, dan
rangkaian batuk yang berlangsung lama. Nyeri diperburuk oleh gerakan inspirasi
dan kadang-kadang dengan mudah dipersepsikan sebagai nyeri dada pleuritik.
6) Pemaparan Geografi atau Lingkungan
Pemaparan lingkungan didapat dari asap rokok (pasif/aktif), karbon monoksida
(asap perapian/cerobong), dan radon (radioaktif). Riwayat pekerjaan
berhubungan dengan asbestosis, batubara, serat kapas, atau inhalasi kimia.
7) Infeksi Pernapasan
Riwayat keperawatan berisi tentang frekuensi dan durasi infeksi saluran
pernapasan. Flu dapat mengakibatkan bronkhitis dan pneumonia. Pemaparan
tuberkulosis dan hasil tes tuberkulin, risiko infeksi HIV dengan gejala infeksi
pneumocystic carinii atau infeksi mikobakterium pneumonia perlu dikaji.
8) Faktor risiko
Riwayat keluarga dengan tuberkulosis, kanker paru, penyakit kardiovaskular,
penyakt ginjal merupakan faktor risiko bagi klien.
9) Obat-obatan
Komponen ini mencakup obat yang diresepkan, obat yang dibeli secara bebas,
dan obat yang tidak legal. Obat tersebut mungkin memiliki efek yang merugikan
akibat kerja obat itu sendiri atau karena interaksi dengan obat lain. Obat ini
mungkin mempunyai efek racun dan dapat merusak fungsi kardiopulmoner
(Rahayu & Harnanto, 2016).
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menurut Rahayu & Harnanto (2016) dilakukan dengan:
a. Inspeksi
Observasi dari kepala sampai ujung kaki untuk mengkaji kulit dan warna
membran mukosa (pucat, sianosis), penampilan umum, tingkat kesadaran

18
(gelisah), keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan, dan gerakan dinding
dada.
b. Palpasi
Dengan palpasi dada, dapat diketahui jenis dan jumlah kerja thoraks, daerah
nyeri tekan, taktil fremitus, getaran dada (thrill), angkat dada (heaves), dan titik
impuls jantung maksimal, adanya massa di aksila dan payudara. Palpasi
ekstremitas untuk mengetahui sirkulasi perifer, nadi perifer (takhikardia), suhu
kulit, warna, dan pengisian kapiler.
c. Perkusi
Perkusi untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau benda padat di jaringan.
Lima nada perkusi adalah resonansi, hiperresonansi, redup, datar, timpani.
d. Auskultasi
Auskultasi untuk mendengarkan bunyi paru. Pemeriksa harus mengidentifikasi
lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas. Auskultasi bunyi paru dilakukan
dengan mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapang paru: anterior,
posterior, dan lateral. Suara napas tambahan terdengar jika paru mengalami
kolaps, terdapat cairan, atau obstruksi.
c) Pemeriksaan Penunjang
Rahayu & Harnanto (2016) mengemukakan bahwa pemeriksaan
diagnostik dilakukan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
a. Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan spirometer.
Klien bernapas melalui masker mulut yang dihubungkan dengan spirometer.
Pengukuran yang dilakukan mencakup volume tidal (Vт), volume residual (RV),
kapasitas residual fungsional (FRC), kapasitas vital (VC), kapasitas paru total
(TLC).

19
b. Kecepatan Aliran Ekspirasi Puncak (Peak Expiratory Flow Rate/PEFR)
PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan
titik ini mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar.
c. Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi hidrogen (H+), tekanan
parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2), dan saturasi
oksihemoglobin (SaO2), pH, HCO3-.
d. Oksimetri
Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler (SpO2), yaitu
persentase hemoglobin yang disaturasi oksigen.
e. Hitung Darah Lengkap
Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap meliputi hemoglobin,
hematokrit, leukosit, eritrosit, dan perbedaan sel darah merah dan sel darah putih.
f. Pemeriksaan sinar X dada
Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanya cairan
(pneumonia), massa (kanker paru), fraktur (klavikula dan costae), proses
abnormal (TBC).
g. Bronkoskopi
Bronkoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan dan untuk
mengangkat plak lendir atau benda asing yang menghambat jalan napas.
h. CT Scan
CT Scan dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran dan lokasi,
tetapi tidak dapat mengidentifikasi tipe jaringan.
i. Kultur Tenggorok
Kultur tenggorok menentukan adanya mikroorganisme patogenik, dan sensitivitas
terhadap antibiotik.
j. Spesimen Sputum

20
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme yang
berkembang dalam sputum, resistensi, dan sensitivitas terhadap obat.
k. Skin Tes
Untuk menentukan adanya bakteri, jamur, penyakit paru dan TB.
l. Torasentesis
Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang pleura dengan
jarum untuk mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik, tujuan terapeutik atau
untuk mengangkat spesimen untuk biopsi.
2. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada kebutuhan respirasi
menurut Rahayu & Harnanto (2016) yang bersumber dari buku Tim Pokja
SDKI DPP PPNI (2016) adalah bersihan jalan napas tidak efektif, gangguan
penyapihan ventilator, gangguan pertukaran gas, gangguan ventilasi spontan,
pola napas tidak efektif, risiko aspirasi.
1. Masalah Keperawatan 1 : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten. 
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
tidak tersedia Batuk tidak efektif
Tidak mampu batuk
Sputum berlebih
Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
Mekonium di jalan nafas (pada neonatus)  
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Dispnea Gelisah
Sulit bicara Sianosis
Ortopnea Bunyi napas menurun
Frekuensi napas berubah
Pola napas berubah

21
c. Faktor yang Berhubungan
1) Fisiologis:
a) Spasme jalan napas
b) Hipersekresi jalan napas
c) Disfungsi neuromuskuler
d) Benda asing dalam jalan napas
e) Adanya jalan napas buatan
f) Sekresi yang tertahan
g) Hiperplasia dinding jalan napas
h) Proses infeksi
i) Respon alergi
j) Efek agen farmakologis (mis. anastesi)
2) Situasional:
a) Merokok aktif
b) Merokok pasif
c) Terpajan polutan
2. Masalah Keperawatan 2 : Gangguan Pertukaran Gas
a. Definisi: Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Dispnea PCO2 meningkat/menurun
PO2 menurun
Takikardia
pH arteri meningkat/menurun
Bunyi napas tambahan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Pusing Sianosis
Penglihatan kabur Diaforesis
Gelisah

22
Napas cuping hidung
Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/iregular,
dalam/dangkal)
Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan)
Kesadaran menurun
c. Faktor yang Berhubungan
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) Perubahan membran alveolus-kapiler
3. Masalah Keperawatan 3 : Pola Napas Tidak Efektif
a. Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Tidak tersedia Penggunaan otot bantu pernapasan
Fase ekspirasi memanjang
Pola napas abnormal (mis. takipnea.
bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-
stokes)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Ortopnea Auskultasi suara inspirasi menurun
Warna kulit abnormal ( mis.pucat,sianosis,)
Napas paradox abdominal
Diaforesis
Ekspresi wajah takut
Tekanan darah meningkat
Frekuensi nadi meningkat
Kesadaran menurun
c. Faktor yang Berhubungan
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuscular
6) Gangguan neurologis (mis elektroensefalogram [EEG] positif, cedera kepala
ganguan kejang)

23
7) Imaturitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf CS ke atas)
13) Cedera pada medula spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
4. Masalah Keperawatan 4 : Gangguan penyapihan ventilator
a. Definisi : ketidakmampuaan beradaptasi dengan pengurangan bantuan ventilator
mekanik yang dapat menghambat dan memperlama proses penyapihan
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Tidak tersedia Frekuensi napas meningkat
Penggunaaan otot bantu napas
Napas mengap-mengap
Upaya na[as dan bantuan fentilator
tidak singkrong
Nafas dangkal
Agitasi
Nilai gas darah arteri abnormal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Lelah
Kuatir mesin rusak
Focus meningkat pada
pernapasan
Gelisah

c. Faktor yang Berhubungan


1) Cedera kepala
2) Coronary Arteri Bypass graff (CABG)

24
3) Gagal napas
4) Cardiac Arrest
5) Transplantasi jantung
6) Displasia bronkopulmonal
5. Masalah Keperawatan 5 : Gangguan ventilasi spontan
a. Definisi : penurunan cadangan energy yang mengakibatkan individu tidak
mampu bernapas secra adekuat
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Dispnea Penggunaaan otot bantu napas
meninggkat
Volume tidal menurun
PCO2 meningkat
PO2 menurun
SAO2 menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Tidak tersedia Gelisah
Takikardia

c. Faktor yang Berhubungan


1) Penyakit paru opstruktif kronis atau PPOK
2) Asma
3) Cedera kepala
4) Gagal napas
5) Bedah jantung
6) ARDS
7) PPHN
8) Prematuritas
9) Infeksi saluran napas

25
6. Masalah Keperawatan 6 : Risiko Aspirasi
a. Definisi : beresiko mengalami masuknya sekrsi gastrointestinal, sekresi
orofaring, benda cair,atau padat kedalam saluran trakheo bronchial aibat
disfuungsi mekanisme protektif saluran napas
b. Faktor risiko
1) Penurunan tingkat kesadaran
2) Penurunan refleks muntah atau batuk
3) Gangguan menelan
4) Disfagia
5) Kerusakan mobilitas fisik
6) Peningkatan residu lambung
7) Peningkatan tekanan intra gastrik
8) Penurunan motilitas gastrointestinal
9) Sfingther esophagus bawah inkompeten
10) Perlambatan pengosongan lambung
11) Terpasang selang nasogatrik
12) Terpasang trakheostomi atau endotrakhealtube
13) Trauma atau pembedahan leher,mulut, dan atau wajah
14) Efek agen farmakologi
15) Ketidak matangan koordinasi menghisap, menelan, dan bernapas
c. Kondisi Klinis Terkait
1) Cedera kepala
2) Stoke
3) Cedera Medula Spinalis
4) Guillan Barre Syndrome
5) Penyakit Parkinson
6) keracunan obat an alcohol
7) pembesaran unterus
8) miestenia grafis

26
9) Fistula trakeo esophagus
10) striktura esofogus
11) sclerosis multiple
12) labio paloskizis
13) atresia esophagus
14) laringomalasia
15) prematuritas
3. Perencanaan
1. Masalah Keperawatan 1 : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,
diharapkan Bersihan jalan napas meningkat dengan
b. Kriteria Hasil:
Batuk efektif meningkat
Sputum berlebih menurun
Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering menurun
c. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Pemantauan Respirasi
Observasi Penurunan bunyi napas dapat
Monitor frekuensi, irama, menunjukkan atelectasis, ronkhi mengi
kedalaman, dan upaya nafas menunjukkan akumulasi secret,
ketidakmampuan untuk membersihkan
jalan napas menimbulkan penggunaan
otot bantu pernapasan dan peningkatan
kerja napas
Monitor pola nafas (seperti Untuk mengetahui perkembangan status
bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kesehatan pasien
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
Monitor kemampuan batuk efektif Batuk efektif dapat mengeluarkan dahak
(bila ada)
Monitor adanya produksi sputum Untuk memastikan adanya sputum di
saluran napas dan mengetahui seberapa
parah kondisi pasien

27
Monitor adanya sumbatan jalan Mengetahui adanya suara napas
nafas tambahan dan keefektifan jalan napas

Palpasi kesimetrisan ekspansi paru Mengetahui kesimetrisan ekspansi paru


Auskultasi bunyi nafas Mengetahui adanya suara napas
tambahan
Monitor saturasi oksigen Mengetahui adanya perubahan nilai SpO2
Monitor nilai AGD Untuk mengukur jumlah oksigen dan
karbondioksida dalam darah dan
menentukan tingkat keasaman atau pH
darah
Monitor hasil X-ray toraks Mengetahui keadaan paru pasien
Teraupetik
Atur interval pemantauan respirasi Mengetahui keadaaan napas pasien
sesuai kondisi pasien apakah teratur atau tidak
Dokumentasi hasil pemantauan Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi
terhadap tindakan yang telah dilakukan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur Memberikan pemahaman mengenai
pemantauan manfaat tindakan yang dilakukan
Informasikan hasil pemantauan, jika Untuk menginformasikan hasil tindakan
perlu yang telah dilakukan
2. Masalah Keperawatan 2 : Gangguan Pertukaran Gas
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,
diharapkan Pertukaran gas meningkat dengan
Kriteria Hasil:
Dispnea menurun
Bunyi napas tambahan menurun
Takikardia menurun
PCO2 membaik
PO2 membaik
pH arteri membaik

28
b. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Terapi Oksigen
Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen Untuk melihat ada tidaknya aliran
oksigen yang masuk
Monitor posisi alat terapi oksigen Untuk mengetahui apakah alat yang
digunakan pasien sudah tepat
Monitor aliran oksigen secara periodic Memaksimalkan kebutuhan oksigen
dan pastikan fraksi yang diberikan yang dibutuhkan pasien
cukup
Monitor kemampuan melepaskan Melihat kemandirian pasien dalam
oksigen saat makan pemasangan oksigen
Monitor tanda-tanda hipoventilasi Untuk mengetahui terjadinya
gangguan hipoventilasi
Monitor tanda dan gejala toksikasi Untuk mengetahui kelainan toksikasi
oksigen dan atelectasis oksigen dan atelektasis
Monitor tingkat kecemasan akibat Untuk mengetahui tingkat kecemasan
terapi oksigen saat terapi oksigen
Monitor integritas mukosa hidung Untuk mengetahui adanya kelainan
akibat pemasangan oksigen akibat pemasangan oksigen
Teraupetik
Bersihkan sekret pada mulut, hidung Mencegah obstruksi respirasi
dan trachea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan napas Pasien dapat bernapas dengan mudah
Berikan oksigen tambahan, jika perlu Memaksimalkan bernapas dan
menurunkan kerja napas
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara Untuk memudahkan menggunakan
menggunakan oksigen di rumah oksigen perawatan di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen Untuk menentukan berapa dosis
oksigen yang diberikan
Kolaborasi penggunaan oksigen saat Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
aktivitas dan/atau tidur pasien

29
3. Masalah Keperawatan 3 : Pola Napas Tidak Efektif
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,
diharapkan Pola napas membaik dengan
Kriteria Hasil:
Dispnea menurun
Penggunaan otot bantu napas menurun
Pemanjangan fase ekspirasi menurun
Frekuensi napas membaik
Kedalaman napas membaik
b. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Manajemen Jalan Napas
Observasi Penurunan bunyi napas dapat
Monitor pola napas (frekuensi, menunjukkan atelectasis, ronkhi
kedalaman, usaha napas) mengi menunjukkan akumulasi secret,
ketidakmampuan membersihkan
jalan napas menimbulkan penggunaan
otot bantu dan peningkatan kerja napas
Monitor bunyi napas tambahan (mis. Mengetahui ada tidaknya suara napas
Gurgling, mengi, ronkhi kering) tambahan yang menghalangi jalan napas
Monitor sputum (jumlah, warna, Untuk mengetahui seberapa parah
aroma) kondisi pasien

Teraupetik
Pertahankan kepatenan jalan napas Untuk mempertahankan dan memelihara
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw- kepatenan jalan napas
thrust jika curiga trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler atau Fowler Untuk memudahkan pasien dalam
bernapas
Berikan minum hangat Untuk mengencerkan secret dan
memudahkan dalam bernapas
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu Membantu membersihkan dan
mengelurkan sekret serta melonggarkan
jalan napas
Lakukan penghisapan lendir kurang Mengurangi sesak, melonggarkan jalan
dari 15 detik napas dan mengencerkan sekret
Lakukan hiperoksigenasi sebelum Menghindari hipoksemi akibat suction

30
penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat Membebaskan sumbatan dari benda
dengan forsepMcGill padat

Berikan oksigen, jika perlu Untuk mencegah kegagalan napas


Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 Untuk mengganti cairan tubuh
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif Batuk efektif dapat mengelurakan dahak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, Pemberian obat bronkodilator untuk
ekspektoran, mukolitik, jika perlu melebarkan jalan napas, ekspektoran
obat untuk merangsang pengeluaran
sputum, mukolitik membuat hancur
formasi sputum atau tidak lagi bersifat
kental

4. Masalah Keperawatan 4 : Gangguan penyapihan ventilator


a. Tujuan : Setelah dilkukan intervensi keperawatan selama …..x24 jam maka
pertukaran gas meningkat dengan
b. Kritria hasil
Tingkat kesadaran meningkat
Dyspnea menurun
Bunyi napas tambahan menurun
Pusing menurun
Penglihatan kabur
Diaphoresis menurun
Napas cuping hidung menurun
PCO2 membaik,PO2 membaik
Takikardia membaik
PH arteri membaik sianosis membaik, pola napas membaik

31
c. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Observasi
Periksa kemampuan untuk disapih Mengetahui kemampuan penyapihan
ventilator
Melatih ( hemodinamis, kondisi Agar mengetahui kondisi klien
optimal, bebas infeksi)
Monitor predictor kemampuan untuk Mengetahui kemampuan klien dalam
metolelir penyapihan penyapihan
Monitor tanda-tanda kelelahan otot Untuk mengetahui tanda-tanda
pernapasan (mis. Kenaikan PCO2, kelelahan otot pernapasan
mendadak, nafas cepat dan dangkal,
gerakan dinding paradox)
Hipoksemia, dan hipoksia jaringan Dengan montor status cairan dan
saat penyapihan elektolit dapat menunjukkan status
Monitor status cairan dan elektrolit kebutuhan cairan klien.
Teraupetik
Posisikan pasien semi fowler (30-45 Posisi semi fowler ini salah satu posisi
derajat) yang coco untuk klien yang mengalami
gangguan pernapasan.
Lakukan pengisapan jalan napas jika Pengisapan lendir ini dapat menghambat
perlu jalan napas oleh karena itu perlu
dilakukan pengisapan dengan cara
dilakukan suction.
Berikan fisioterapi dada jika perl Fisioterapi dada diberikan untuk terapi
pasien
Lakukan uji coba penyapihan (120 Teknik relaksasi ini salah stau
menit dengan napas spontan dengan contohnya relaksasi napas dalam yang
dibantu ventilator) dapat memberikan kenyamanan pada
klien.
Gunakan teknik relaksasi jika perlu Pemberian sedasi dapat memberikan
efek samping
Dukungan psikologis dapat membuat
Berikan dukungan psikologis konsidi mental klien membaik

Edukasi
Ajarkan cara pengontrolan napas Pengontrolan napas ini bermanfaay agar
saat penyapihan untuk mengatur penyapihan pernapasan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat yang Pemberian obat dengan resep yang
meningkatkan kepatenan jalan napas sesuai dapat membantu jalan naaps dan

32
dan pertukaran gas pertukaran gas

5. Masalah Keperawatan 5 : Gangguan Ventilasi spontan


a. Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keeprawatan selama …x24 jam maka
ventilasi napas menignkat dengan kriteria hasil maka :
b. Kritria hasil
Volume tidal meningkat
Dyspnea menurun penggunaan otot bantu napas menurun
Gelisah menurun
c. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Observasi
Identifikasi adanya kelelahan otot Untuk mengetahui apakah terdapat
bantu napas kelelahan pada otot bantu napas
Identifikasi perubahan posisi Mengetahui apakah terdapat perubahan
terhadap status pernapasan posisi pada status pernapasan
Monitor status respirasi dan Untuk mengetahui status respirasi dan
oksigenasi (mis. Frekuensi dan oksigenasi
kedalaman napas)
Teraupetik
Pertahankan kepatenan jalan napas Kepatenan jalan napas harus
dipertahankan untuk pernapasan spontan
Berikan posisi semi fowler atau Posisi semi fowler dan fower untuk
fowler meningkatkan ekspansi paru
Fasilitasi posisi senyaman mungkin Posisi yang nyaman dapat membuat
posisi klien bernapas dengan nyaman
Berikan oksigenasi sesuai dengan Pemberian oksigenasi sesuai dengan
kebutuhan (mis. Nasal kanul, masker kebutuhan
wajah, masker rebreathing atau non
rebreathing)
Gunakan bagvalmask jika perlu Penggunaan bagvalmask untuk
penggunaan konsentrasi oksigen
Edukasi
Ajarkan melakukan teknik relaksasi Mengajarkan teknik relaksasi napas
napas dalam dalam untuk memberikan efek
ketenangan pada klien

33
Ajarkan mengubah posisi secara Posisi yang baik dan nyaman untuk
mandiri pasien
Ajarkan teknik batuk efektif Teknik batuk efektif dapat
mengeluarkan dahak
Kolaborasi Pemberian bronkodilator untuk
Kolaborasi pemberian bronkodilator meredakan gejala akibat penyempitan
jika perlu saluran pernapasan.

6. Masalah Keperawatan 6 : Risiko aspirasi


d. Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keeprawatan selama …x24 jam maka
tingkat aspirasi menurundengan kriteria hasil maka :
e. Kritria hasil
Tingkat kesadaran meningkat
Kebersihan mulut meningkat
Dyspnea menurun
Kelemahan otot menurun
Akumulasi secret menurut
Batukmenurun
Sianosis menurun
Gelisah menurun
Frekueensi napas membaik
d. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Observasi
Monitor pola napas ( frekuensi, Untuk mengetahui pola napas (frekuensi
kedalaman usaha napas) kedalaman usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan (mis. untuk mengetahui bunyi napas tambahan
Gurgling, mengi, wheezing, ronhi
kering)
Monitor sputum Untuk mengetahui adanya sputum
Teraupetik
Pertahanakan kepatenan jalan napas Mempertahankan kepatenan jalan napas
dengan headtill dan childlift untuk membukam jalan napas.

34
(jawtrust jika dicurigai trauma
servikal)
Posisikan semi fowler dan fowler Minum air hangat dapat membantu
melarutkan dahak dan juga membantu
untuk melegakan saluran pernapasan.

Berikan minum hangat Mengencerkan lendir

Lakukan fisioterapi dada jika perlu Apabila terdapat sumbatan benda padat

Lakukan pengisapan lendir kurang Pengisapan lendir digunakan berguna


dari 15 detuk membuka jalan napas.
Lakukan hiperoksigenasi sebelum Agar tidak kekurangan oksigen
pengisapan endotrakheal
Keluarkan sumbatan benda padat Agar tidak terjadi obstruksi jalan napas
dengan forcape dan encegil
Berikan oksigen jika perlu Memenuhi kebutuhan oksigen
Edukasi Mengajarkan kepada keluarga klien agar
Anjurkan asupan cairan 2000 ml jikakiranya memenuhi asupan cairan 2000
tidak kontraindikasi ml apabila tidak ada kontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif Teknik batuk efektif ini dapat membantu
pengeluaran dahak
Kolaborasi Pemberian bronkodilator untuk
Kolaborasi pemberian bronkodilator meredakan gejala akibat penyempitan
expetoran mukolitik jika perlu saluran pernapasan

35
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. ASUHAN KEPERAWATAN
Identitas Klien
Nama Klien (inisial) : Tn. M Umur : 50 tahun
Diagnosa Medis : Hernia Nukleus Pulposus Tanggal Pengkajian : 11-
10-2021
REKAMAN ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN AWAL

A. IDENTITAS
Nama : Tn. M Ruang Rawat : Ruangan Sawit, A1/Kelas II
Umur : 50 tahun No. Rekam Medik : 946927
Pendidikan : SMA Tgl/Jam Masuk : 04/10/2021 Jam. 14.00
Pekerjaan : Wiraswasta Tgl/Jam Pengambilan Data : 11-10-2021/
Suku : Bugis 10.30
Agama : Islam Diagnosa Masuk :
Status perkawinan : Menikah Cara masuk : ( ) Berjalan (✔) Kursi
Alamat : Morowali Roda ( ) Brankar
Sumber Informasi : Pasien & istri Kiriman dari Poliklinik : -
Pindahan dari : IGD
Perawat/Tim Yang Bertanggung Jawab :

B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluahan Utama : Nyeri
Keluhan saat ini : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sejak 1 bulan yang lalu
(✔) Tidak pernah opname ( ) Pernah Opname dengan sakit : Di RS : -
Pernah Mendapat Pengobatan : (✔) Tidak ( ) Ya : Yaitu :
BB Sebelum Sakit : 60 Kg Pernah Operasi : ( ) Tidak ( ) Pasca Operasi Hari Ke :
C. KEADAAN UMUM
Kesadaran : (✔) CM ( ) Somnolen ( ) Apatis ( ) Soporos Koma ( ) Koma
Pasien Mengerti Tentang Penyakitnya : ( ) Tidak (✔) Ya Pasca Operasi :
D. KEBUTUHAN DASAR
RASA NYAMAN NYERI
– Suhu : 37,40 C (✔) Gelisah (✔ ) Nyeri
- Gambaran nyeri :
P: Nyeri karena bertambah ketika bergerak,
Q: Tertusuk-tusuk
R: Perut

36
S: Skala 3
T: ± 5 menit nyeri hilang timbul
- Respon Emosional : klien tampak meringis
- Cara Mengatasi Nyeri : Mendengarkan Murottal
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
NUTRISI KEBERSIHAN PERORANGAN
- TB : 165 Cm BB : 60 kg - Kebiasaan mandi : 1X/hari
- Kebiasaan makan : 1X/hari (tidak teratur) - Cuci rambut : 1X/2hari
- Keluahan saat ini : - Kebiasaan gosok gigi : 1X/hari
(✔) Tidak Nafsu Makan ( ) Mual - Kebersihan badan : ( ) Bersih ( ) Kotor
( ) Muntah ( ) Sukat/Sakit Menelan - Keadaan rambut : ( ) Bersih ( ) Kotor
( ) Sakit Gigi ( ) Stomaritis ( ) Nyeri ulu - Keadaan kulit kepala : ( ) Bersih ( ) Kotor
hati/salah cernah, yang berhubungan dengan
- Keadaan kuku : ( ) Pendek ( ) panjang
- Di sembuhkan dengan : -
( )Bersih ( )Kotor
- Pembesaran tiroid : tidak ada
- Keluhan saat ini: Susah Buang Air Besar
- Hernia/Massa : tidak ada
- Integritas kulit : tidak ada
- Holitosisi : tidak ada
- Luka Bakar : tidak ada
- KondisI gigi/gusi : lengkap/bersih
- Penampilan lidah : bersih
Bising Usus : 30 X/menit
- Porsi makan yang di habiskan : satu sendok
makan
- Makanan yang di sukai : ikan bakar
- Diet : -
- Lain-lain : -
Masalah keperawatan : - Masalah Keperawatan : -
CAIRAN AKTIVITAS & LATIHAN
- Kebisaan minum : 2000 cc/hari . - Aktivitas waktu luang : Berbaring
Jenis : air mineral - Kesulitan bergerak : ( ) Tidak (✔ ) Ya
- Turgor kulit : ( ) Kering ( ) Tidak elastic - Kekuatan otot : Menurun
(✔) baik
- Punggung kuku : normal 5 5
Warna : merah muda
Pengisian kapiler : kurang dari 2 detik 1 1
- Mata cekung : (✔) Tidak ( ) Ya : Ka/Ki - Postur : baik
- Konjungtiva : merah muda Sklera : putih Tremor : tidak ada
- Edema : (✔) Tidak ( ) Ya : Ka/Ki Rentang gerak : pasif
- Distensi vena jugularis : tidak ada - Keluahan saat ini : gerakan terbatas : ( )
Tidak (✔)Ya
- Asites : (✔) Tidak ( ) Ya
( )Nyeri Otot ( ) Kaku otot (✔) Lemah Otot

37
Spider Neavi : (✔) Tidak ( ) Ya (✔) Nyeri sendi ( ) bengkak sendi
Minum per NGT : (✔) Tidak ( ) Ya ( ) Inkooardinasi
Terpasang dekopresi (NGT):(✔) Tidak ( ) Ya ( ) Parise/paralise : dibagian : tidak
Terpasang infuse : ( ) Tidak (✔) Ya mengalami kelumpuhan
( ) Kelelahan ( ) Amputasi ( ) Deformitas
Kelainan bentuk ekstremitas : tidak ada
bentuk kelainan
- Penggunaan alat bantu : gips / Traksi / Kruk
(tongkat) : tidak menggunakan alat bantu
- Pelaksanaan aktivitas : ( ) Mandiri
( ) Parsial (✔ ) Total
- Jenis aktifitas yang perlu dibantu : Bangun
dari tempat tidur
Masalah Keperawatan : - Masalah Keperawatan : Gangguan mobilitas
fisik
ELIMINASI OKSIGENIASI
- Kebisaan BAB : 1X/hari BAK : 5X/hari - Nadi : 88 kali/menit
- Menggunakan laxsan : (✔) tidak ( ) ya. - Pernafasan : 27 kali/menit
- Menggunakan diuretic : (✔) tidak ( ) ya. - TD : 85/47 HmHg Bunyi Nafas : tidak
- Keluhan BAK Saat ini : Susah BAB normal
- Peristaltik usus : ( ) kembung - Respirasi : ( )TAK ( ✔)Dispnea (✔)Ronchi (
( ) tidak ada peristaltic ( ) Hiperperistaltik )stridor ( )Wheezing ( ✔) Batuk ( )
- Abdomen : Nyeri Tekan : Ya hemoptisis (✔)Sputum ( ) Pernafasan Cuping
Ukuran/lingkar Abdomen : Tidak dikaji hidung ( ) Penggunaan otot-otor sensoris : -
- Terpasang kateter urine : ( ) Tidak (✔) ya - Kedalaman :
- Pengguna alcohol : pasien mengatakan tidak Fremitus : tidak ada masalah
mengonsumsi alkohol - Sputum : ada
(✔)kental ( )encer ( )merah ( )putih ( )hijau
( )kuning
- Sirkulasi oksigenasi : ( )TAK ( )Pusing
( )Sianosis (✔) akral dingin ( ) clubbing
finger
- Dada : ( ) TAK ( ) retraksi dada (✔) nyeri
dada ( )berdebar-debar ( )defisiensi trackhea
( )bunyi jantung Normal (frekwensi :…… )
( )Mur-mur ( ) gallop
- Oksegien : Terpasang
- WSD : Terpasang
- Riwayat penyakit : pasien mengatakan tidak
ada riwayat penyakit

38
( )bronchitis ( )Asma ( )Tuberkulosis
( )Empisema ( )pneumonia kambuhan: ……
( ) pemanjanan terhadap udara berbahaya :
( ) hipertensi ( ) demam rematik ( ) flebitis
( )kesemutan ( ) kebas
Masalah keperawatan : - Masalah keperawatan : Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif
TIDUR DAN ISTIRAHAT PENCEGAHAN TERHADAP BAHAYA
- Kebiasaan tidur : (✔) Malam (✔) Siang - Refleksi : (✔) tidak ( ) kelumpuhan
- Lama Tidur : Malam: 8 Jam Siang : 2 jam - Penglihatan : (✔) tidak ( ) masalah
- Kebiasaan tidur : (✔) tidak ( ) Ya, - Pendengaran: (✔) tidak ( ) masalah
dipengaruhi oleh faktor : tidak ada - Penciuman : (✔) tidak ( ) masalah
Cara mengatasi : tidak ada - Perabaan : (✔) tidak ( ) masalah
Masalah Keparawatan : - Masalah Keparawatan : -
NEOROSENSORIS KEAMANAN
- Rasa Ingin Pingsan/Pusing : (✔) Tidak ( ) Alergi/sensitivitas :
Ya Perubahan system imun sebelumnya: tidak ada
- Stroke (gejala sisa) : tidak Riwayat penyakit hubungan seksual
- Kejang : (✔) Tidak ( ) Ya (tanggal/tipe) : tidak ada
Perilaku resiko tinggi : tidak ada
Aura : tidak
Transfuse darah/jumlah : tidak ada
Frekuensi : tidak ada
Gambaran reaksi : tidak ada
Status postika : tidak ada
Riwayat cidera kecelakaan : tidak ada
Cara Mengontrol : -
Fraktur/dislokasi : tidak ada
- Status Mental : terorientasi
Arthritis/sendi tak stabil : tidak ada
- Kesadaran : ( ) mengantuk ( ) letargi ( ) stupor Masalah punggung : tidak ada
( ) koma (✔) kooperatif ( ) menyerang ( ) Perubahan pada tahi lalat : tidak ada
delusi ( ) halusinasi afek (gambarkan) : Pembesaran nodus : tidak ada
- Kaca mata: tidak kontak lensa : tidak Kekuatan umum :
- Alat bantu dengar : (✔) tidak ( ) ya Cara berjalan : sulit dikaji
- Ukuran/reaksi pupil : ka/ki : peka terhadap Rom :
cahaya Hasil kultur, pemeriksaan system imun : tidak
- Facial drop : (✔ ) tidak ( ) kaku kuduk ada masalah
( ) tidak ( ) ya
- Genggaman tangan/lepas : ka/ki : kuat
postur : baik
- Koordinasi :
reflex patella ka/ki : normal
- Reflex tendon dalam bisep/trisep : normal
- Kernig sign : (✔)Tidak ( ) Ya

39
- Babinsky :(✔)tidak ( ) ya
- Chaddock : (✔) tidak ( ) ya
- Brudinsky : (✔) tidak ( ) ya
Masalah Keperawatan : - Masalah Keperawatan : -
SEKSUALITAS
- Aktif melakukan hubungan seksual : ( ) tidak Pria
( ) ya - Rabes Penis :
- Penggunaan kondom gannguan Prostat :
- Masalah-masalah/kesulitan seksual - Sirkumsisi : ( ) tida ( ) ya
- Perubahan terakhir dalam frekuensi /minat. - Vasektomi : ( ) Tidak ( ) Ya
Wanita - Melakukan pemeriksaan sendiri
- Usia menarke : - Payudara/testis :
Thn, lamanya siklus : hari - Prostoskopi/pemeriksaan Prostat terakhir :
- Durasi : Tanda ( Obyektif)
- Periode menstruasi terakhir : Pemeriksaan ; …
menopause: payudara/Penis/Testis :
- Rabas vagina : Kulit genetalia/Lest :
Perdarahan antar periode :
Masala Keperawatan : -
KESEIMBANGAN & PENINGKATAN HUBUNGAN RESIKO SERTA INTERAKSI
SOSIAL
- Lama perkawinan : tahun, hidup dengan : Istri -Sosiologis : (✔ ) tidak ( ) menarik diri
dan anak (✔) komunikasi lancar ( ) komunikasi tidak
- Masalah-masalah kesahatan/stress : - lancer ( ) afasia ( ) isolasi diri ( ) amuk
- Cara mengatasi stress : - -Perubahan bicara : penggunaan alat bantu
- Orang Pendukung Lain : orang tua komunikasi : tidak ada
- Peran Dalam Struktur Keluarga :Kepala -Adanya laringektomi : tidak ada
keluarga -Komunikasi verbal/nonverbal dengan
- Masalah-masalah Yang berhubungan Dengan keluarga/orang terdekat lain : pasien tidak
Penyakit/Kondisi : tidak ada mengalami kesulitan
- Psikologis : ( ) Tak (✔) gelisah ( ) Takut -Spiritual : (✔) tak ( ) dibantu dalam beribadah
( )Sedih( )Rendah diri ( )Hiperaktif ( )acu ( ) spiritual distress
tak acuh ( )marah ( )Mudah Tersinggung ( ) -Kegiatan keagamaan :
merasa Kurang sempurna ( ) Eurofik ( ) -Gaya hidup : baik
tidak Sabar -Perubahan terakhir : tidak ada
Keputusan asaan : tidak ada
Masalah keperawatan : -
E. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN
1. Bahasa dominan (khusus) : pasien menggunakan bahasa indonesia
2. Informasi yang telah disampaikan :

40
Ô pengaturan jam besuk
Ô hak dan kewajiban klien
Ô tim / petugas yang merawat
Ô lain-lain :
3. Masalah yang telah dijelaskan :
Ô perawatan diri dirumah sakit
Ô obat-obatan yang diberikan
Ô lain-lain :
Obat yang diresepkan (lingkari dosis yang terakhir) :
Obat Dosis Waktu Diminum Tujuan
secara teratur
mecobalamin 500mg (iv) 24 jam Teratur Untuk mengatasi kekurangan
vitamin B12
Omeprazol 40mg (iv) 24 jam Teratur Untuk mencegah perdarahan
saluran pencernaan.
metamizole 1gr (iv) 8 jam Teratur Pereda nyeri
paracetamol 1gr (iv) 8 jam Teratur Meredakan sakit kepala dan
demam.
Oat fdc 4 tablet/ 24 jam Teratur Obat anti TB
Ifalmin 2 caps (oral) 8 jam Teratur Untuk menambah nafsu makan
Resfar 5gr/ (iv) 24 jam Teratur Untuk mengencerkan dahak
Curcuma 2 tab (oral) 8 jam Teratur Untuk membantu memelihara
kesehatan fungsi hati
Metoclorpramid 10mg/ (oral) 8 jam Teratur Untuk mengatasi rasa mual atau
muntah.

Riwayat pengobatan, obat tanpa resep / obat-obatan bebas : tidak ada


Obat-obatan jalanan / jamu : tidak ada
Pemeriksaan fisik lengkap terakhir :
4. Factor resiko keluarga (tandai hubungan) :
Ô diabetes mellitus Ô tuberculosis Ô penyakit jantung
Ô stroke Ô TD tinggi Ô epilepsy
Ô penyakit ginjal Ô kanker Ô penyakit jiwa
Ô lain-lain

41
F. DATA GENOGRAM

X X X X

Keterangan
: pasien : garis pernikahan : Tinggal serumah

: laki-laki : garis keturunan

: perempuan : meninggal

G. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil Pemeriksaan Laboratorium (12-10-2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Hematologi Rutin
WBC 7.5 4.00-10.0 10^3/ul
RBC 4.61 4.00-6.00 10^6/ul
HGB 12.9 12.0-16.0 Gr/dl
HCT 39 37.0-48.0 %
MCV 84 80.0-97.0 fl
MCH 28 26.5-33.5 Pg
MCHC 33 31.5-35.0 Gr/dl
PLT 172 150-400 10^3/ul

42
RDW-SD 37.0-54.0 Fl
RDW-CV 13.7 10.0-15.0
PDW 14.0 10.0-18.0 Fl
MPV 8.2 6.50-11.0 Fl
P-LCR 13.0-43.0 %
PCT 0.14 0.15-0.50 %
NEUT 89.8 52.0-75.0 %
LYMPH 3.1 20.0-40.0 %
MONO 1.8 2.00-8.00 10^3/ul
EO 5.0 1.00-3.00 10^3/ul
BASO 0.3 0.00-0.10 10^3/ul
RET 0.00-0.10 10^3/ul
LED I (L<10, P<20) Mm
LED jam II
Koagulasi
PT 14.9 10-14 Detik
INR 1.48 -
APTT 31.4 22.0-30.0 Detik
KIMIA DARAH
Glukosa
GDS 125 140 Mg/dl
Fungsi Ginjal
Ureum 30 10-50 Mg/dl
Kreatinin 1.14 L(<1.3);(P<1.1) Mg/dl
Fungsi Hati

(05-10-2021)
Analisa Gas Darah
PH 7.524 7.35-7.45
SO2 99.0 95-98 %
PO2 133.5 80.0-100.0 mmHg
Ct02 10.2 15.8-22-3 ml/dl
PC02 31.3 35.0-45.0 mmHg
etCO2 27.0 23-27 Mmol/l
HC03 26.1 22-26 Mmol/l
BE 3.1` -2 s/d + 2 Mmol/l

Pemeriksaan MSCT Scan Thorax (Tanpa Kontras) Tanggal 13-10-2021


Kesan :
a. Tb paru aktif lesi luas

43
b. Emphysema pulmonum centrilobular
c. Emphysema thoracic dextra
d. Lymphadenopahty level 3A, 4R, 5 dan 7
e. Atheroselerosis aortae
f. Sugestif spondylitis TB CV Th5-Th6
H. PATOFISIOLOGI & PENYIMPANGAN KDM

HNP

Lingkungan

Lumbal
Gangguan Saraf Induksi aktivitas magrofag

Menekan Peningkatan pelepasan


elestase dan oksidan

Syok spinal Kelumpuhan Cedera Sel

Peningkatan Jumlah
Skiatika, Nyeri Punggung
Gangguan Mobilitas Fisik Neutrophil Di Daerah
Bawah
Yang Terpapar

Nyeri Akut Respon inflamasi

44
Hipersekresi mukus

Penumpukan lendir dan


sekresi berlebih

Obstruksi jalan napas

Bersihan jalan napas


tidak efektif

1.1 KLASIFIKASI DATA


Data Subjektif Data Objektif
1) Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut 1) Klien tampak meringis
sejak 1 bulan yang lalu 2) Kekuatan otot menurun 5 5
2) Kesulitan bergerak
3) Gerakan terbatas 1 1
4) Lemah otot
5) Nyeri sendi 3) Pelaksanaan aktifitas total
6) Nyeri dada 4) Nadi: 88 kali/ menit
7) Hampir semua aktivitas dibantu keluarga 5) Pernapasan: 27 kali/ menit
8) Jenis aktivitas yang perlu dibantu: bangun dari 6) TD: 85/47 mmhg
tempat tidur 7) Suhu: 37,4 ℃
8) Bunyi Napas: Tidak normal, ronchi
9) Respirasi: dispnea, batuk, sputum
10) Sputum: ada, kental
11) akral dingin
12) Oksigen: terpasang

45
13) PO2 133,5
14) PCO2 31,3
15) Gambaran nyeri:
P: nyeri bertambah ketika bergerak
Q: tertusuk-tusuk
R: perut
S: skala 3
T: ± 5 menit nyeri hilang timbul

1.2 KATEGORISASI DATA


KATEGORI DAN SUB KATEGORI DATA SUBJEKTIF DAN DATA
OBJEKTIF
Respirasi Data Objektif:
1) Pernapasan: 27 kali/ menit
2) Bunyi Napas: Tidak normal, ronchi
3) Respirasi: dispnea, batuk, sputum
Fisiologi 4) Sputum: ada, kental
5) akral dingin
6) Oksigen: terpasang
7) PO2 133,5
8) PCO2 31,3
Sirkulasi Data Objektif:
1) Nadi: 88 kali/ menit
2) TD: 85/47 mmhg
3) Suhu: 37,4 ℃

Nutrisi dan cairan


Eliminasi -
Aktivitas dan Data Subjektif
istirahat 1) Kesulitan bergerak
2) Gerakan terbatas
3) Lemah otot
4) Hampir semua aktivitas dibantu keluarga
5) Jenis aktivitas yang perlu dibantu: bangun
dari tempat tidur
Data Objektif:
1) Kekuatan otot menurun 5 5

1 1

2) Pelaksanaan aktifitas total

46
Neurosensory -
Reproduksi dan -
seksualitas
Nyeri dan Data Subjektif:
kenyamanan 1) Pasien mengatakan nyeri pada bagian
perut sejak 1 bulan yang lalu
Psikologis 2) Nyeri sendi
3) Nyeri dada
Data objektif:
1) Klien tampak meringis
2) Gambaran nyeri:
P: nyeri bertambah ketika bergerak
Q: tertusuk-tusuk
R: perut
S: skala 3
T: ± 5 menit nyeri hilang timbul
Integritas dan ego -
Pertumbuhan dan -
perkembangan
Kebersihan diri
Perilaku Penyuluhan dan -
pembelajaran
Relasional Interaksi sosial -
Lingkungan Keamanan dan -
proteksi

1.3 ANALISA DATA


No Sign/Simptom/Data Etiologi/Penyebab Problem/Masalah
Keperawatan
1. Data Objektif: Lingkungan Bersihan jalan napas
1) Pernapasan: 27 kali/ menit tidak efektif
2) Bunyi Napas: Tidak normal, Induksi aktivasi magrofag
ronchi
3) Respirasi: dispnea, batuk, sputum Peningkatan pelepasan
4) Sputum: ada, kental elastase dan oksidan
5) akral dingin
6) Oksigen: terpasang Cedera sel
7) PO2 133,5
8) PCO2 31,3 Peningkatan jumlah
9) Nadi: 88 kali/ menit neutrophil di daerah yang
10)TD: 85/47 mmhg terpapar

47
11)Suhu: 37,4 ℃
Respon inflamasi

Hipersekresi mucus

Penumpukan lender dan


sekresi berlebih

Obstruksi jalan napas

Bersihan jalan napas tidak


efektif
2. Data Subjektif: Lumbal Nyeri Akut
1) Pasien mengatakan nyeri pada
bagian perut sejak 1 bulan yang Menekan
lalu
2) Nyeri sendi Syok spinal
3) Nyeri dada
Data objektif: Skiatika, nyeri punggung
1) Klien tampak meringis bawah
2) Gambaran nyeri:
P: nyeri bertambah ketika bergerak Nyeri akut
Q: tertusuk-tusuk
R: perut
S: skala 3
T: ± 5 menit nyeri hilang timbul
3. Data Subjektif Lumbal Gangguan Mobilitas
1) Kesulitan bergerak
Fisik
2) Gerakan terbatas Gangguan saraf
3) Lemah otot
4) Hampir semua aktivitas dibantu Kelumpuhan
keluarga
5) Jenis aktivitas yang perlu dibantu: Gangguan mobilitas fisik
bangun dari tempat tidur
Data Objektif:
1) Kekuatan otot menurun 5 5

1 1

2) Pelaksanaan aktifitas total


2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No DIAGNOSIS

48
1. Bersihan jalan napas tidak efetif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas dibuktikan
dengan:
Data Objektif:
1) Pernapasan: 27 kali/ menit
2) Bunyi Napas: Tidak normal, ronchi
3) Respirasi: dispnea, batuk, sputum
4) Sputum: ada, kental
5) akral dingin
6) Oksigen: terpasang
7) PO2 133,5
8) PCO2 31,3
9) Nadi: 88 kali/ menit
10)TD: 85/47 mmhg
11)Suhu: 37,4 ℃
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Inflamasi) ditandai dengan
Data Subjektif:
1) Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sejak 1 bulan yang lalu
2) Nyeri sendi
3) Nyeri dada
Data objektif:
1) Klien tampak meringis
2) Gambaran nyeri:
P: nyeri bertambah ketika bergerak
Q: tertusuk-tusuk
R: perut
S: skala 3
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dibutikan dengan:
Data Subjektif
1) Kesulitan bergerak
2) Gerakan terbatas
3) Lemah otot
4) Hampir semua aktivitas dibantu keluarga
5) Jenis aktivitas yang perlu dibantu: bangun dari tempat tidur
Data Objektif:
1) Kekuatan otot menurun 5 5

1 1

2) Pelaksanaan aktifitas total

49
3. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan napas tidak Pola napas Pemantauan respirasi
efetif berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi Observasi
hipersekresi jalan napas intervensi keperawatan a. Monitor kecepatan aliran a. Untuk mengetahui perkembangan status
dibuktikan dengan: selama 2X24 jam maka, oksigen kesehatan pasien
Data Objektif: pola napas membaik b. Monitor posisi alat terapi b. Agar kebutuhan oksigen pasien
1) Pernapasan: 27 kali/ dengan kriteria hasil: oksigen terpenuhi dan diberikan secara efktif
menit -Dispnea membaik Teraupetik Terapeutik
2) Bunyi Napas: Tidak a. Bersihkan sekret pada mulut, a. Mencegah obstruksi respirasi
normal, ronchi hidung
3) Respirasi: dispnea, b. Pertahankan kepatenan jalan b. Pasien dapat bernapas dengan mudah
batuk, sputum napas
4) Sputum: ada, kental Edukasi Edukasi
5) akral dingin a. Ajarkan pasien dan keluarga a. Untuk memudahkan menggunakan
6) Oksigen: terpasang cara menggunakan oksigen di oksigen di rumah
7) PO2 133,5 rumah
8) PCO2 31,3
9) Nadi: 88 kali/ menit
10)TD: 85/47 mmhg
11)Suhu: 37,4 ℃
2. Nyeri akut berhubungan Tingkat nyeri, setelah Manajemen nyeri Observasi
dengan agen pencedera dilakukan intervensi Observasi a. Agar mengetahui lokasi, derajat dan
fisiologis ditandai dengan keperawatan selama a. Identifikasi lokasi, tingkat nyeri yang dialami dan untuk
Data Subjektif: 2X24 jam maka, tingkat karakteristik, durasi, frekuensi, dapat melakukan intervensi selanjutnya
1) Pasien mengatakan nyeri menurun dengan kualias, intensitas nyeri Terapeutik
nyeri pada bagian perut kriteria hasil keluhan Terapeutik a. Untuk menurunkan atau mengalihkan
sejak 1 bulan yang lalu nyeri menurun, dan a. Berikan teknik perhatian klien dari nyerinya
2) Nyeri sendi meringis menurun. nonfarmakologis untuk

50
3) Nyeri dada mengurangi rasa nyeri (terapi
Data objektif: murottal) Edukasi
1) Klien tampak meringis Edukasi a. Agar klien mengetahui strategi yang
2) Gambaran nyeri: a. Jelaskan strategi meredakan diberikan
P: nyeri bertambah nyeri
ketika bergerak
Q: tertusuk-tusuk
R: perut
S: skala 3
3. Gangguan mobilitas fisik Mobilitas fisik setelah Dukungan Mobilisasi Dukungan Mobilisasi
berhubungan dengan dilakukan intervensi Observasi Observasi
penurunan kekuatan otot keperawatan selama a. Monitor frekuensi jantung dan a. Untuk mengetahui frekuensi jantung dan
dibutikan dengan: 2X24 jam maka, tekanan darah sebelum memulai tekanan darah saat akan melakukan
Data Subjektif kekuatan otot meningkat, mobilisasi mobilitas fisik
1) Kesulitan bergerak kaku sendi menurun. b. Monitor kondisi umum selama b. Untuk mengetahui kondisi umum saat
2) Gerakan terbatas melakukan mobilisasi melakukan mobilisasi
3) Lemah otot Terapeutik Terapeutik
4) Hampir semua aktivitas a. Libatkan keluarga untuk a. Untuk membantu pasien dalam
dibantu keluarga membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
5) Jenis aktivitas yang meningkatkan pergerakan
perlu dibantu: bangun Edukasi Edukasi
dari tempat tidur a. Jelaskan tujuan prosedur a. Memberikan pemahaman mengenai
Data Objektif: mobilisasi manfaat tindakan yang didahulukan
1) Kekuatan otot menurun b. Anjurkan mobilisasi sederhana b. Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan
5 5 yang harus dilakukan sirkulasi, mencegah terjadinya kontraktur
Intervensi pendukung:
1 1 Pengaturan posisi Pengaturan posisi
Observasi Observasi
2) Pelaksanaan aktifitas a. Monitor status oksigenasi a. Mengetahui status oksigenasi dengan

51
total sebelum dan sesudah mengubah mengukur frekuesnsi pernapasan sebelum
posisi dan sesudah mengubah posisi
Trapeutik Terapeutik
a. Motivasi melakukan ROM aktif a. Melancarkan peredaran darah,
atau pasif mempertahankan fleksibilitas otot dan
Edukasi memelihara mobilitas persendian
a. Informasikan saat akan Edukasi
dilakukan perubahan posisi a. Mempersiapkan pasien agar mengetahui
tindakan yang akan diberikan

52
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
N DIAGNOSIS HARI/ TGL/ JAM IMPLEMENTASI NAMA JELAS
O
1. Bersihan jalan napas tidak efetif Selasa, 12, oktober Pemantauan respirasi Muh. Fadli Rajab
berhubungan dengan hipersekresi Observasi
2021 Minhadj
jalan napas dibuktikan dengan: a. Monitor kecepatan aliran oksigen
Data Objektif: 07.00 WITA Hasil: aliran oksigen 8 liter/menit (NRM)
1) Pernapasan: 27 kali/ menit b. Monitor posisi alat terapi oksigen
07.30 WITA
2) Bunyi Napas: Tidak normal, Hasil: terpasang dengan baik
ronchi Teraupetik
3) Respirasi: dispnea, batuk, a. Bersihkan sekret pada mulut, hidung
08.30 WITA
sputum Hasil: pasien dapat mengeluarkan sekret dari mulut
4) Sputum: ada, kental dan hidung
5) akral dingin b. Pertahankan kepatenan jalan napas
10.30 WITA
6) Oksigen: terpasang Hasil: terpasang oksigen
7) PO2 133,5 Edukasi
8) PCO2 31,3 a. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
12.30 WITA
9) Nadi: 88 kali/ menit oksigen di rumah
10)TD: 85/47 mmhg Hasil: Keluarga memahami cara menggunakan
Suhu: 37,4 ℃ oksigen
Rabu, 13, oktober Pemantauan respirasi Muh. Fadli Rajab
Observasi
2021 Minhadj
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
07.30 WITA Hasil: aliran oksigen 8 liter/menit (NRM)
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
07.40 WITA
Hasil: terpasang dengan baik
Teraupetik
a. Bersihkan sekret pada mulut, hidung
08.30 WITA

53
Hasil: pasien dapat mengeluarkan sekret dari mulut
dan hidung
10.30 WITA
b. Pertahankan kepatenan jalan napas
Hasil: terpasang oksigen
Edukasi
11.30 WITA
a. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen di rumah
Hasil: Keluarga memahami cara menggunakan
oksigen
2. Nyeri akut berhubungan dengan Selasa, 12 oktober Manajemen nyeri Muh. Fadli Rajab
agen pencedera fisiologis ditandai Observasi
2021 Minhadj
dengan a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Data Subjektif: 11.50 WITA kualias, intensitas nyeri
1) Pasien mengatakan nyeri pada Hasil: lokasi nyeri di perut, dengan durasi hilang
bagian perut sejak 1 bulan timbul ± 5 menit, kualitas seperti tertusuk-tusuk,
yang lalu 12.00 WITA dengan intensitas 5 kali sehari
2) Nyeri sendi Terapeutik
3) Nyeri dada a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
Data objektif: rasa nyeri (terapi murottal)
1) Klien tampak meringis Hasil: setelah pasien mendengarkan murottal skala
2) Gambaran nyeri: nyari 3
P: nyeri bertambah ketika 13.15 WITA Edukasi
bergerak a. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Q: tertusuk-tusuk Hasil: pasien dan keluarga mengerti mengenai
R: perut strategi meredakan nyari
S: skala 3 Rabu, 13 oktober Manajemen nyeri Muh. Fadli Rajab
Observasi
2021 Minhadj
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
07.00 WITA kualias, intensitas nyeri

54
Hasil: lokasi nyeri di perut, dengan durasi hilang
timbul ± 5 menit, kualitas seperti tertusuk-tusuk,
dengan intensitas 5 kali sehari
07.30 WITA Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (terapi murottal)
Hasil: setelah pasien mendengarkan murottal skala
nyari 3
08.00 WITA
Edukasi
a. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Hasil: pasien dan keluarga mengerti mengenai
strategi meredakan nyari
3 Gangguan mobilitas fisik Selasa, 12, oktober Dukungan Mobilisasi Muh. Fadli Rajab
berhubungan dengan penurunan Observasi
2021 Minhadj
kekuatan otot dibutikan dengan: a. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah
Data Subjektif 08.00 WITA sebelum memulai mobilisasi
1) Kesulitan bergerak Hasil: Tekanan darah: 85/74 Frekuensi jantung: 76
2) Gerakan terbatas kali/menit
3) Lemah otot 09.30 WITA b. Memonitor kondisi umum selama melakukan
4) Hampir semua aktivitas mobilisasi
dibantu keluarga Hasil: Pasien koperatif selama melakukan mobilisasi,
5) Jenis aktivitas yang perlu pasien tampak masih kesulitam dalam menggerakan
dibantu: bangun dari tempat tungkai bawah
tidur Terapeutik
Data Objektif: 10.00 WITA a. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
1) Kekuatan otot menurun meningkatkan pergerakan
2) 5 5 Hasil: Keluarga terlibat dalam pemberian latihan
rentang pergerakan sendi
1 1 Edukasi
11.30 WITA

55
a. Menjelaskan tujuan prosedur mobilisasi
2) Pelaksanaan aktifitas total Hasil: Keluarga memahami pentingnya mobilisasi
13.30 WITA
serta prosedurnya
b. Memberikan anjurkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
Hasil: Keluarga berencana melakukan mobilisasi
sederhana secara mandiri
Intervensi pendukung:
Pengaturan posisi
12.40 WITA Observasi
a. Memonitor status oksigenasi sebelum dan sesudah
mengubah posisi
Hasil: sebelum: pernapasan 26 kali/menit, setelah: 27
kali/menit
Terapeutik
13.10 WITA a. Memotivasi melakukan ROM aktif atau pasif
Hasil: Pasien dapat melakukan ROM
Edukasi
14.00 WITA a. Memberikan informasi saat akan dilakukan perubahan
posisi
Hasil: Pasien mengerti jika akan dilakukan perubahan
posisi
Rabu, 13, oktober Dukungan Mobilisasi Muh. Fadli Rajab
Observasi
2021 Minhadj
a. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah
08.00 WITA sebelum memulai mobilisasi
Hasil: Tekanan darah: 85/74 Frekuensi jantung: 76
kali/menit
09.30 WITA b. Memonitor kondisi umum selama melakukan

56
mobilisasi
Hasil: Pasien koperatif selama melakukan mobilisasi,
pasien tampak masih kesulitam dalam menggerakan
tungkai bawah
Terapeutik
10.00 WITA
a. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Hasil: Keluarga terlibat dalam pemberian latihan
rentang pergerakan sendi
11.30 WITA Edukasi
a. Menjelaskan tujuan prosedur mobilisasi
Hasil: Keluarga memahami pentingnya mobilisasi
13.30 WITA serta prosedurnya
b. Memberikan anjurkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
Hasil: Keluarga berencana melakukan mobilisasi
sederhana secara mandiri
Intervensi pendukung:
Pengaturan posisi
Observasi
12.40 WITA
a. Memonitor status oksigenasi sebelum dan sesudah
mengubah posisi
Hasil: sebelum: pernapasan 26 kali/menit, setelah: 27
kali/menit
Terapeutik
a. Memotivasi melakukan ROM aktif atau pasif
13.10 WITA
Hasil: Pasien dapat melakukan ROM
Edukasi
a. Memberikan informasi saat akan dilakukan perubahan
14.00 WITA

57
posisi
Hasil: Pasien mengerti jika akan dilakukan perubahan
posisi
5. EVALUASI KEPERAWATAN
N DIAGNOSIS HARI/TGL/JAM EVALUASI (SOAP) NAMA JELAS
O
1. Bersihan jalan napas tidak efetif Rabu, 13 oktober 2021 S: Pasien mengeluh sesak napas Muh. Fadli Rajab
berhubungan dengan hipersekresi O: Klien nampak sesak napas respirasi: (√) dispnea Minhadj
/ jam 13.00 WITA
jalan napas dibuktikan dengan: bunyi napas: ronkhi: perkusi dada redup saat bernapas,
Data Objektif: menggunakan otot bantu pernapasan ekspansi dada
1) Pernapasan: 27 kali/ menit menurun.
2) Bunyi Napas: Tidak normal, TTV: TD: 85/47 HmHg
ronchi P: 27kali/ menit
3) Respirasi: dispnea, batuk, N: 88kali/menit
sputum S: 37,4℃PCO2: 27,7mmHg
4) Sputum: ada, kental A: Masalah bersihan jalan napas tidak efektif belum
5) akral dingin teratasi
6) Oksigen: terpasang P: Intervensi dilanjutkan
7) PO2 133,5 Pemantauan respirasi
8) PCO2 31,3 Observasi
9) Nadi: 88 kali/ menit a. Monitor kecepatan aliran oksigen
10)TD: 85/47 mmhg Hasil: aliran oksigen 8 liter/menit (NRM)
11)Suhu: 37,4 ℃ b. Monitor posisi alat terapi oksigen
Hasil: terpasang dengan baik
Teraupetik
a. Bersihkan sekret pada mulut, hidung
Hasil: pasien dapat mengeluarkan sekret dari mulut
dan hidung

58
b. Pertahankan kepatenan jalan napas
Hasil: terpasang oksigen
Edukasi
a. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen di rumah
Hasil: Keluarga memahami cara menggunakan
oksigen
2. Nyeri akut berhubungan dengan Rabu, 13 oktober 2021 S: klien masih mengeluh nyeri. Muh. Fadli Rajab
agen pencedera fisiologis O: klien tampak meringis Minhadj
/ jam 14.00 WITA
ditandai dengan TTV: TD: 85/47 HmHg
Data Subjektif: P. 27kali/menit
1) Pasien mengatakan nyeri pada N. 88kali/menit
bagian perut sejak 1 bulan S. 37,4℃ PC02: 27,7mmHg. Terpasang oksigen dengan
yang lalu non rebriting masker 10 liter per menit.
2) Nyeri sendi A: Masalah nyeri akut belum teratasi
3) Nyeri dada P: Intervensi dilanjutkan
Data objektif: Manajemen nyeri
1) Klien tampak meringis Observasi
2) Gambaran nyeri: a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
P: nyeri bertambah ketika kualias, intensitas nyeri
bergerak Terapeutik
Q: tertusuk-tusuk a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
R: perut rasa nyeri (terapi murottal)
S: skala 3 Edukasi
a. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Gangguan mobilitas fisik Rabu, 13 oktober 2021 Dukungan Mobilisasi Muh. Fadli Rajab
berhubungan dengan penurunan S: Pasien mengatakan sulit bergerak Minhadj
/ jam 14.30 WITA
kekuatan otot dibutikan dengan: O:Tekanan darah setelah dukungan mobilisasi: 85/74
Data Subjektif mmHg, Frekuensi Jantung: 76

59
1) Kesulitan bergerak
2) Gerakan terbatas Kekuatan otot : 5 5
3) Lemah otot
4) Hampir semua aktivitas 1 1
dibantu keluarga A: Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
5) Jenis aktivitas yang perlu P: Lanjutkan intervensi
dibantu: bangun dari tempat Dukungan Mobilisasi
tidur Observasi
a. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
Data Objektif: b. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
1) Kekuatan otot menurun Terapeutik
2) 5 5 a. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
b. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
1 1 meningkatkan pergerakan
Edukasi
Pelaksanaan aktifitas total a. Jelaskan tujuan prosedur mobilisasi
b. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
Intervensi pendukung:
Pengaturan posisi
S : Pasien mampu mengikuti latihan rentang pergerakan
sendi, kaki kiri pasien masih terasa lemah
O : Frekuensi pernapasan sebelum ROM: 18 kali/menit,
dan setelah: 20 kali/menit
A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Pengaturan posisi
Observasi
a. Memonitor status oksigenasi sebelum dan sesudah

60
mengubah posisi
Terapeutik
a. Memotivasi melakukan ROM aktif atau pasif
Edukasi
a. Memberikan informasi saat akan dilakukan perubahan
posisi

61
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada laporan kasus ini penulis melakukan pengkajian di RSUP Wahidin
Sudirohusodo di Ruang Sawit yang merupakan kelas II dengan jumlah pasien 7
pasien, yang meliputi 4 laki-laki dan 3 perempuan, dan kami melakukan pengkajian
pada Tn M kamar 1a dengan gangguan oksigenasi dan gangguan nyeri dan
kenyamanan serta gangguan mobilitas fisik dengan diagnosa medis Hernia Nukleus
Pulpopus (HNP). Pengkajian dilakukan pada Tn M tanggal 11 Oktober 2021 dengan
keluahan nyeri, pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sejak 1 bulan yang lalu,
kesulitan bergerak, gerakan terbatas, lemah otot, nyeri sendi, nyeri dada, hampir
semua aktivitas dibantu keluarga dan jenis aktivitas yang perlu dibantu: bangun dari
tempat tidur. Dan Adapun data objektif yang didapatkan diantaranya:
1) Klien tampak meringis
2) Kekuatan otot menurun
5 5
1 1
3) Pelaksanaan aktifitas total
4) Nadi: 88 kali/ menit
5) Pernapasan: 27 kali/ menit
6) TD: 85/47 mmhg
7) Suhu: 37,4 ℃
8) Bunyi Napas: Tidak normal, ronchi
9) Respirasi: dispnea, batuk, sputum
10) Sputum: ada, kental
11) akral dingin
12) Oksigen: terpasang
13) PO2 : 133,5
14) PCO2 : 31,3

62
15) Gambaran nyeri:
P: nyeri bertambah ketika bergerak
Q: tertusuk-tusuk
R: perut
S: skala 3
T: ± 5 menit nyeri hilang timbul
B. Diagnosis
Diagnosis pada kasus Tn.M ini didapatkan tiga diagnosis keperawatan,
dengan diagnosis prioritas yaitu bersihan jalan napas tidak efetif berhubungan dengan
hipersekresi jalan napas dibuktikan dengan:
Data Objektif:
1) Pernapasan: 27 kali/ menit
2) Bunyi Napas: Tidak normal, ronchi
3) Respirasi: dispnea, batuk, sputum
4) Sputum: ada, kental
5) akral dingin
6) Oksigen: terpasang
7) PO2 133,5
8) PCO2 31,3
9) Nadi: 88 kali/ menit
10)TD: 85/47 mmhg
11)Suhu: 37,4 ℃
Diagnosis kedua didapatkan Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (Inflamasi) ditandai dengan
Data Subjektif:
1) Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sejak 1 bulan yang lalu
2) Nyeri sendi
3) Nyeri dada
Data objektif:

63
1) Klien tampak meringis
2) Gambaran nyeri:
P: nyeri bertambah ketika bergerak
Q: tertusuk-tusuk
R: perut
S: skala 3
Diagnosis ketiga yaitu Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot dibutikan dengan:
Data Subjektif
1) Kesulitan bergerak
2) Gerakan terbatas
3) Lemah otot
4) Hampir semua aktivitas dibantu keluarga
5) Jenis aktivitas yang perlu dibantu: bangun dari tempat tidur
Data Objektif:
1) Kekuatan otot menurun 5 5
1 1
2) Pelaksanaan aktifitas total
C. Intervensi
Intervensi keperawatan yang diberikan pada Tn M meliputi opservasi,
terapeutik, dan edukasi, untuk diagnosis bersihan jalan napas pada Tn. M diberikan
pemantauan respirasi, nyeri akut diberikan manajemen nyeri dan gangguan mobilitas
fisik diberikan dukungan mobilisasi dan pengaturan posisi, salah-satu intervensi yang
diberikan pada kasus Tn M secara spesifik yaitu ROM (Range of Motion) untuk
melatih rentang gerak pasien karena mengalami gangguan mobilitas, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Erbi dkk, (2020), tentang Pengaruh Modifikasi
Constraint Induced Movement Therapy Dan Rom Terhadap Kemampuan Motorik
Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang,

64
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pemberian modifikasi constraint induced
movement therapy dan ROM dengan pvalue 0.007. Berdasarkan hasil kelompok
kontrol didapatkan mean sebesar 0.533 dan kelompok intervensi sebesar 1.533
dengan demikian modifikasi constraint induced movement therapy dan ROM lebih
efektif terhadap kemampuan motorik pada pasien stroke non hemoragik di Rumah
Sakit Pantiwilasa Citarum Semarang. Dengan demikian, lebih efektif modifikasi
constraint induced movement therapy dan ROM saja terhadap kemampuan motorik
pada pasien stroke non hemoragik di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.
Hasil penelitian lainnya menurut Ika, Kun Nur Rahayu, 2014 hasil penelitian,
dapat disimpulkan Ada pengaruh pemberian latihan range of motion terhadap
kemampuan motorik pada pasien post stroke di RSUD Gambiran Kediri. Diberikan
latihan range of motion 2x sehari selama 7 hari. Penelitian selanjutnya yang
dilakukan (Roboth, Sengkey, & Marpaung, 2020) yang berjudul “Modifikasi
Constraint Induced Movement Therapy Dibanding Terapi Cermin Terhadap
Peningkatan Kemampuan Fungsional Ekstremitas Atas Pasien Stroke Subakut.” Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terapi modifikasi CIMT dan terapi cermin dapat
meningkatkan kemampuan fungsional anggota gerak atas sisi paresis pasien
pascastroke subakut. Terapi modifikasi CIMT lebih baik dari terapi cermin dalam
meningkatkan aktivitas fungsional anggota gerak atas sisi paresis pasien pascastroke
subakut. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh efektif modifikasi constraint
induced movement therapy dan ROM saja terhadap kemampuan motorik pada pasien
stroke non hemoragik di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.
Selain itu, untuk mengatasi nyeri pasien diberikan terpi murottal yang berguna
untuk memberikan ketenangan pikiran pada pasien Murattal Al-Qur’an termasuk
upaya mengingat Allah, dianggap mampu menjadi intervensi nonfarmakologi dalam
mengurangi tingkat nyeri dan bahkan menghilangkan rasa nyeri secara perlahan.
Dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d ayat 28 Allah SWT berfirman :

65
ْ ‫ اَاَل بِ ِذ ْك ِر هللاِ ت‬،ِ‫َط َمئِ ُّن قُلُوْ بُهُ ْم بِ ِذ ْك ِر هللا‬
ِ ْ‫َط َمئِ ُّن ْالقُلُو‬
‫ب‬ ْ ‫الَّ ِذ ْينَ أ َمنُوْ ا َو ت‬

Terjemahnya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi


tenteram dengan mengingat Allah SWT. Ingatlah!, hanya dengan mengingat
Allah hati menjadi tenteram”. (Kementerian Agama, 2016).
Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang mendapat petunjuk
Ilahi dan kembali menerima tuntunan-Nya, sebagaimana disebut pada ayat yang lalu
itu, adalah orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram setelah
sebelumnya bimbang dan ragu. Ketenteraman itu bersemi di dada mereka disebabkan
karena dzikrullah, yakni mengingat Allah atau karena ayat-ayat Allah, yakni Al-
Quran, yang memesona kandungan dan redaksinya. Sungguh camkanlah bahwa
hanya dengan mengingat Allah, Hati menjadi tentram. Orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, seperti yang keadaanya seperti itu, yang tidak akan meminta
bukti-bukti tambahan dan bagi mereka itulah kehidupan yang penuh dengan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan bagi mereka juga tempat kembali yang baik,
yaitu surga. (Tafsir Al-Misbah, 2002:271).
Dalam penjelasan Tafsir Al-Mishbah tersebut dapat dimaknai bahwa upaya
pendekatan mengingat Allah seperti membaca Al-Qur’an atau mendengarkan Al-
Qur’an dapat membawa kita menjadi tenang, damai dan tenteram. Begitupula pada
orang yang merasakan nyeri apabila diperdengarkan ayat Al-Qur’an maka akan
merasakan kedamaian dan ketenteraman, terbukti di dalam penelitian Ariska (2018)
mengatakan bahwa bacaan Murattal Al-Qur’an merupakan salah satu rangkaian
ibadah yang menunjukkan keimanan kepada Allah SWT. Karena keimanan akan
memberikan ketenangan jiwa, kedamaian hati, ketenteraman pikiran dan kemuliaan.
Murattal Al-Qur’an yang dijalankan dengan penuh khusyu, tepat, ikhlas dan kontinu
dapat memberikan respon emosi positif (positive thinking) dan motivasi positif serta
mengefektifkan coping sehingga dapat mengurangi derita nyeri.

66
Al-Qur’an memiliki beragam mukjizat dan merupakan obat penenang bagi
orang-orang yang mengalami rasa sakit/nyeri, cemas dan gelisah. Keagungan Al-
Qur’an terdapat dalam QS. Al-Isra’ ayat 82 :
‫َو نُنَ ِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ أَ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء َّو َرحْ َمةُ لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو الَ يَ ِز ْي ُد الظَّالِ ِم ْينَ اِالَّ خَ َسارا‬
Terjemahnya : “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.
Tafsir QS. Al-Isra ayat 82 : Para Ulama memiliki beberapa pendapat
mengenai ayat tersebut, pendapat pertama mengartika bahwa obat yang dimaksud
dalam ayat tersebut adalah obat untuk penyakit hati. Pendapat kedua mengartikan
bahwa Al-Qur’an sebagai obat penyakit zhahir seperti adanya rasa sakit kepala, perut
atau rasa sakit pada bagian tubuh yang lainnya. Pendapat pertama dan kedua ini
didukung oleh beberapa hadits (Jabbar, 2018)
Al-Qur’an sebagai penawar rasa sakit juga telah dibuktikan dalam beberapa
penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2018) dengan memberikan
intervensi membaca Al-Qur’an secara tertil selama 10 menit menunjukkan bahwa 16
dari 31 pasien pasca operasi SC mengalami penurunan dari berbagai skala nyeri. Hal
ini dikarenakan ketika membaca Al-Qur’an, beberapa jenis saraf aktif yakni saraf
untuk membaca, menyuarakan dan mendengarkan ayat yang dilantunkan sehingga
rangsang nyeri yang sampai ke otaka lebih berkurang. Penelitian lainnya oleh
Priyanto dan Anggraeni dengan memberikan terapi murottal pada pasien penyakit
jantung coroner menjelaskan bahwa terjadi penurunan nyeri secara signifikan setelag
pasien diberi terapi murottal.
D. Implementasi
Implementasi pada Tn M diberikan dalam 2x24 jam pada hari Selasa, 12
Oktober 2021 dan Rabu, 13 Oktober 2021 dengan melaksanakan intervensi yang
telah disusun yaitu memberikan pemantauan respirasi, manajemen nyeri dan
dukungan mobilitas serta pengaturan posisi. Implementasi dilaksanakan selama 2 hari
perawatan di Ruang Sawit dikarenakan pasien dipindahkan di Ruang HCU Bedah
Saraf pada hari Kamis, 14 Oktober 2021 jam 12.30 WITA.

67
E. Evaluasi
Evaluasi pada kasus Tn M pada hari Rabu, 13 Oktober 2021 dari pemberian
pemantauan respirasi untuk masalah bersihan jalan napas tidak efektif diperoleh hasil
data subjektif setelah pemberian intervensi pasien mengeluh sesak napas, dan
diperoleh data objektif pasien nampak sesak napas respirasi: (√) dispnea bunyi napas:
ronkhi: perkusi dada redup saat bernapas, menggunakan otot bantu pernapasan
ekspansi dada menurun, TTV: TD: 85/47 HmHg, P: 27kali/ menit, N: 88kali/menit,
S: 37,4℃PCO2: 27,7mmHg, sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.
Dari pemberian manajemen nyeri untuk masalah nyeri akut diperoleh hasil
data subjektif setelah pemberian intervensi klien masih mengeluh nyeri, data objektif
klien tampak meringis, TTV: TD: 85/47 HmHg, P. 27kali/menit, N. 88kali/menit, S.
37,4℃ PC02: 27,7mmHg. Terpasang oksigen dengan non rebriting masker 10 liter
per menit, sehingga masalah nyeri akut belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.
Dari pemberian dukungan mobilitas untuk masalah gangguan mobilitas fisik
diperoleh hasil data subjektif setelah pemberian intervensi yaitu pasien mengatakan
sulit bergerak, data objektif tekanan darah setelah dukungan mobilisasi: 85/74
mmHg, Frekuensi Jantung: 76, kekuatan otot menurun (1) untuk kedua tungkai
bawah, masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi sehingga intervensi
dilanjutkan.
Pada hari Jumat, 15 Oktober 2021 jam 14.45 WITA di ruang HCU pasien
dinyatakan meninggal dan keluar dari rumah sakit lebih dari 48 jam dalam kondisi
meninggal dengan tindakan atau prosedur yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan
di ruang sawit yaitu visite dokter dan perawat, pasang NGT, pasang WSD, fungsi
pleura, injeksi obat, pasang oksigen, pasang monitor, pemberian obat melalui syring
pump, saturasi oksigen, mobilisasi miring kanan dan kiri, personak hygine
memandikan, rawat luka , gsnti verban, pengambilan sampel darah, skin test, pasang
infus, pasang kateter urine, thorakosintesis, aff infus, pemeriksaan EKG, pengambilan
kultur darah, aff kateter urine, aff NGT.

68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada kasus Tn. M didapatkan kesimpulan diantaranya
sebagai berikut:
1. Pengkajian pada kasus Tn.M didapatkan berupa data subjektif dan data ojektif
dengan keluahan nyeri, pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sejak 1 bulan
yang lalu, kesulitan bergerak, gerakan terbatas, lemah otot, nyeri sendi, nyeri
dada, hampir semua aktivitas dibantu keluarga dan jenis aktivitas yang perlu
dibantu: bangun dari tempat tidur.
2. Diagnosis keperawatan pada kasus Tn.M Diagnosis pada kasus Tn.M ini
didapatkan tiga diagnosis keperawatan, dengan diagnosis prioritas yaitu bersihan
jalan napas tidak efetif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas, diagnosis
kedua didapatkan Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(Inflamasi) dan diagnosis ketiga yaitu Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot.
3. Intervensi keperawatan yang diberikan pada Tn M meliputi opservasi,
terapeutik, dan edukasi, untuk diagnosis bersihan jalan napas pada Tn. M
diberikan pemantauan respirasi, nyeri akut diberikan manajemen nyeri dan
gangguan mobilitas fisik diberikan dukungan mobilisasi dan pengaturan posisi,
salah-satu intervensi yang diberikan pada kasus Tn M secara spesifik yaitu ROM
(Range of Motion) untuk melatih rentang gerak pasien karena mengalami
gangguan mobilitas.
4. Implementasi pada Tn M diberikan dalam 2x24 jam pada hari Selasa, 12
Oktober 2021 dan Rabu, 13 Oktober 2021 dengan melaksanakan intervensi yang

69
telah disusun yaitu memberikan pemantauan respirasi, manajemen nyeri dan
dukungan mobilitas serta pengaturan posisi. Implementasi dilaksanakan selama 2
hari perawatan di Ruang Sawit dikarenakan pasien dipindahkan di Ruang HCU
Bedah Saraf pada hari Kamis, 14 Oktober 2021 jam 12.30 WITA
5. Evaluasi pada kasus Tn. M didapatkan masalah keperawatan tidak teratasi
dikarenakan keadaan pasien semakin menurun dan juga pasien dipindahkan ke
ruang HCU dan meninggal di ruang HCU bedah syaraf.

70
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Fitri Respati. (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta :
Dua Satria Offset.

Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Carpenito, L. J. (2012). Buku Saku: Diagnosa Keperawatan, Edisi 10, Alih Bahasa
Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Chalik, R. (2016). Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Ernawati. (2012). Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM.

Erni, E. (2020). Pengaruh Modivikasi Constrain Induced Movement Therapy dan


ROM terhadap kemampuan motorik pada pasien Stoke Non Hemoragi di
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

Hidayat, A. A. (2021). Keperawatan Dasar 1 untuk Pendidikan Ners. e-book


keperawatan: Health Books Publishing.

Kasiati, & Rosmalawati, N. W. D. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.

Muttaqin. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Perry, Potter. (2012). Fundamentals of Nursing : Fundamental Keperawatan, Buku 3


Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.

Rahayu, S., & Harnanto, A. M. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.

71
Roboth, T., Sengkey, L., & Marpaung, E. (2020). Modifikasi Constrain Induce
Movement Therapy dibanding terapi Cermin terhadap Peningkatan Kemampuan
Fungsional Ekstremitas Atas pasien stroke sub akut. 10.

Tarwoto, & Wartinah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan .
Edisi :4. Jakarta: EGC.

Tarwoto & Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi
1 Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI.

Uliyah, M., & Hidayat, A. A. (2021). Keperawatan Dasar 1 untuk Pendidikan


Vokasi. e-book keperawatan: Health Books Publishing.

72
LAMPIRAN

73
74

Anda mungkin juga menyukai