Anda di halaman 1dari 8

UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No.

1, May 2012

AKTIVITAS ENZIM AMILASE Rattus norvegicus PADA DIET TINGGI SERAT


PANGAN : VARIASI pH DAN LAMA PEREBUSAN

AMYLASE ENZYME ACTIVITY Rattus norvegicus ON A DIET HIGH IN


FIBER FOOD: VARIATION OF pH AND BOILING TIME

Sesilia Mahardikaningrum* dan Leny Yuanita

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya


Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 0318298761

* e-mail : nyonya_sesil@yahoo.com

Abstrak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) pengaruh pH dan lama perebusan
terhadap kadar komponen serat pangan kacang panjang, (2) pengaruh pakan tinggi serat
pangan kacang panjang variasi pH dan lama perebusan terhadap aktivitas amilase duodenum
dan pankreas hewan coba. Sampel penelitian adalah kacang panjang varietas hijau super dan
hewan coba Rattus norvegigus sebanyak 45 ekor. Hewan coba dibagi menjadi 8 kelompok
pakan perlakuan dan 1 kelompok pakan standar. Pakan perlakuan tinggi serat pangan
mengandung kacang panjang variasi pH dan lama perebusan(pH7-LP0’; pH7-LP5’; pH7-
LP20’; pH7-LP35’; pH3-LP0’; pH3-LP5’; pH3-LP20’;dan pH3-LP35’). Masa pemberian
pakan selama 48 hari. Hasil penelitian menunjukkan (1) Penurunan pH dan peningkatan lama
perebusan tidak berpengaruh terhadap kadar pektin, hemiselulosa, dan selulosa, namun
meningkatkan kadar lignin. (2) Penurunan pH dan peningkatan lama perebusan meningkatkan
aktivitas amilase baik duodenum maupun pankreas hewan coba. Aktivitas amilase duodenum
maupun pankreas yang mendekati pakan standar terdapat pada perlakuan pH 7 dan lama
perebusan 35 menit yaitu untuk aktivitas amilase duodenum 0,0288 U/mL dan aktivitas amilase
pankreas 0,0445 U/mL; aktivitas amilase kelompok pakan standar duodenum adalah 0,0228
U/mL sedangkan pankreas adalah 0,0402 U/mL).

Kata-kata kunci: kadar komponen serat pangan, amilase, pH, lama perebusan

Abstract. The aim of the research is to determine (1) to know the effect of pH and long boiling
dietary fiber component percentage string bean (2) to know the effect of feed food in dietary
fiber variation of pH and long boiling string bean of duodenal and pancreatic amylase activity
of Rattus norvegicus. Sample research is string beans green varieties super and Rattus
norvegicus by as much 45. Animal trials are divided into 8 groups of feed treatment and group 1
standard. Food treatment feed containing string bean variation of pH and long boiling (pH7-
LP0’; pH7-LP5’; pH7-LP20’; pH7-LP35’; pH3-LP0’; pH3-LP5’; pH3-LP20’;dan pH3-LP35’).
Feeding time for 48 days. The results showed (1) Decrease the pH and increasing long boiling
does not affect levels of pectin, cellulose, hemicellulose, and increase levels of lignin, however.
(2) a decrease pH and increasing long boiling increase the activity of amylase in duodenal and
pancreatic Rattus novergicus. Amylase of activity in duodenal and pancreatic approaching the
feed standards contained on the treatment of pH 7 and long boiling 35 minutes to amylase
activity of duodenal 0,0288 U/mL and pancreatic amylase activity of 0,0445 U/mL; amylase
activity feed includes standard groups in duodenal is 0,0228 U/mL, while the pancreas is
0,0402 U/mL).

Key words: dietary fiber component percentage, amylase, pH, long boiling

100
UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1, May 2012

PENDAHULUAN mekanismenya tidak sama seperti halnya


inhibitor, diduga serat pangan hanya
Diet tinggi serat pangan mempunyai efek berinteraksi dengan enzim, sedangkan enzim
positif bagi kesehatan, misalnya dapat tersebut tetap aktif, namun aktivitasnya
menurunkan kadar kolesterol dalam menurun [7].
duodenum dan pembuluh darah [1].
Pengikatan asam empedu oleh serat pangan METODE PENELITIAN
yang merupakan hasil akhir metabolisme
kolesterol yang akan menurunkan jumlah Alat: Gelas kimia, plastic wrap, spatula,
asam lemak di dalam duodenum dan inkubator, gelas ukur, mikropipet, kertas
pembuluh darah[2]. saring whatman 40, sentrifus, oven, tanur,
Diet tinggi serat pangan juga mempunyai shaker waterbath, indikator universal,
efek negatif bagi kesehatan yaitu menurunkan termometer, kompor listrik, corong buchner,
ketersediaan mineral. Pengikatan mineral Fe neraca ohaus, stopwatch, blender, mesin
oleh serat pangan merupakan penyebab utama giling, baskom, sendok, timbangan, loyang,
penurunan absorpsi mineral Fe sehingga dapat plastik klip, pisau, mortar, alu, plastik, botol
mempengaruhi pembentukan hemoglobin vial berwarna gelap, spatula, inkubator,
dalam darah [3]. Selain itu, serat pangan juga sentrifus, aluminium foil, dan spektofotometer
berdampak negatif terhadap metabolisme UV-Vis.
pencernaan karena mempunyai kemampuan
berikatan dengan enzim pencernaan sehingga Bahan: Sampel kacang panjang dengan
dapat menurunkan aktivitasnya [4]. variasi pH dan lama perebusan, heksana, HCl,
Serat pangan dapat berasal dari buah- enzim pepsin, Na2EDTA, buffer fosfat, enzim
buahan, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan. amilase, aseton, NaOH, CH3COOH, H2SO4,
Kacang panjang merupakan salah satu aquades, es batu, buffer sitrat pH 3, kacang
sayuran yang mempunyai kadar serat pangan panjang, tepung terigu, susu skim, maizena,
yang cukup tinggi dan banyak dikonsumsi tepung ikan, vitamin, minyak goreng, terasi,
oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. ekstrak duodenum dan pankreas hewan coba,
Pemasakan pada berbagai derajat amilum, buffer fosfat pH 7, TCA, air es,
keasaman medium mempengaruhi tekstur, pereaksi Arseno molibdat, dan reagen Nelson.
komposisi dan struktur kimia komponen serat
pangan sehingga berakibat pada sifat fisiko Prosedur Penelitian
kimia serta mengubah pengaruh fisiologis
serat pangan pada sepanjang saluran Pengaruh Lama Perebusan terhadap
pencernaan. Perebusan mengakibatkan Kadar Pektin, Hemiselulosa, Lignin, dan
perubahan komponen dinding sel tanaman Selulosa Kacang Panjang
antara lain: 1) denaturasi protein, 2) degradasi
pektat pada pH netral, 3) hidrolisis ikatan Persiapan sampel. Kacang panjang yang
glikosidik hemiselulosa dan pektat pada pH telah dicuci bersih kemudian dipotong-potong
asam, 4) reaksi antar konstituen dinding sel sepanjang ± 4 cm. Lalu dibagi menjadi 8
[5]. kelompok sesuai dengan perlakuan pH dan
Enzim amilase merupakan salah satu lama perebusan (LP) yaitu (pH7-LP0’; pH7-
enzim pencernaan yang berasal dari getah LP5’; pH7-LP20’; pH7-LP35’; pH3-LP0’;
pankreas. Enzim amilase juga terdapat di pH3-LP5’; pH3-LP20’;dan pH3-LP35’).
dalam duodenum, namun sumbernya berasal Untuk masing-masing perlakuan kacang
dari pankreas, duodenum merupakan muara panjang ditimbang sebanyak 350 gram dan
dari getah pankreas [6]. Enzim ini berfungsi direbus dengan menggunakan aquades untuk
untuk mendegradasi karbohidrat (pati) sampel pH 7, sedangkan untuk sampel pH 3
menjadi monosakarida dalam proses digunakan larutan buffer sitrat pH 3 sebanyak
metabolisme tubuh dan sebagai penghasil 150 mL. Setelah itu dihaluskan dengan
energi dalam bentuk ATP. Penurunan blender kemudian dikeringbekukan dengan
aktivitas enzim pada diet tinggi serat pangan freeze dryer. Kemudian sampel kering diayak
diduga disebabkan karena adanya pengikatan dengan ukuran 100 mesh.
(interaksi) oleh serat pangan. Akan tetapi

101
UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1, May 2012

Penentuan kadar pektin dan hemiselulosa Penentuan kadar lignin [10]. Sampel kering
[9]. Sampel kering ditimbang di dalam gelas ditimbang di dalam tabung erlenmeyer
kimia sebanyak 2 gram, lalu direndam dengan sebanyak 0,5 gram lalu ditambahkan 100 mL
larutan heksana. Selama proses perendaman, larutan ADF (Acid Detergent Fiber),
pelarut diganti setiap 6 jam selama 24 jam, kemudian didihkan pada pendingin tegak
sampel dipisahkan dari pelarut heksana selama 60 menit. Selanjutnya disaring, lalu
dengan cara memipet pelarutnya. Residu residunya dicuci dengan aquades panas.
didispersikan dalam 200 mL HCl 0,05 N dan Residu yang didapatkan diambil dari kertas
dipanaskan 20 menit pada suhu 60oC, saring, lalu didinginkan dan ditambahkan 25
kemudian ditambahkan HCl 0,2 N hingga pH mL H2SO4 72%,kemudian digoyang selama 2-
larutan menjadi 1,5 selanjutnya didinginkan 3 jam pada suhu 20oC menggunakan shaker
hingga suhu 40oC. Selanjutnya ditambahkan waterbath, selanjutnya diencerkan dengan
100 mg pepsin dan diinkubasi selama 18 jam aquades hingga konsentrasi 3%. Setelah
pada suhu 40oC dalam inkubator. Langkah diencerkan, larutan tersebut dipanaskan pada
selanjutnya ditambah 0,3 gram Na2EDTA, penangas air mendidih selama 2-4 jam
lalu ditambah dengan buffer phospat pH 8 kemudian disaring. Residu dicuci beberapa
hingga pH larutan menjadi 6 dan didiamkan kali dengan aquades, lalu dibilas dengan
selama 40 menit, kemudian didinginkan aseton. Selanjutnya dikeringkan pada oven
sampai 20oC, ditambah 200 μl amilase dan bersuhu 100oC hingga diperoleh berat konstan
diinkubasi overnight. Suspensi di saring (a), kemudian diabukan dalam tanur yang
dengan kertas saring Whatman 40. Filtrat bersuhu 500-550oC hingga diperoleh berat
mengandung pektin dan residu akan konstan (b). Kadar lignin dapat dihitung
digunakan dalam menentukan kadar dengan rumus:
hemiselulosa.
Filtrat tersebut dipekatkan dalam oven
kemudian didinginkan dengan segera dan Keterangan:
ditambahkan aseton-HCl 5N pH 0,7-1 sampai a = endapan setelah dikeringkan
terbentuk gel, kemudian disentrifugasi. Gel b = endapan setelah diabukan
dicuci dengan aseton hingga pH 4, selanjutnya W = berat sampel awal (0,5 gram)
gel dikeringkan dalam oven hingga konstan,
sehingga akan didapatkan berat pektin. Kadar Penentuan kadar selulosa [10]. Sampel
pektin dapat dihitung dengan rumus: kering ditimbang ke dalam gelas kimia
sebanyak 1 gram, lalu ditambahkan 100 mL
larutan ADF, kemudian larutan dididihkan
Residu hasil penyaringan akan diekstrak pada pendingin tegak selama 60 menit dan
dengan NaOH 5 % dan N2 hingga membentuk disaring dengan kertas saring Whatman 40.
suspensi lalu disaring, residu yang didapatkan Residu yang diperoleh dari hasil penyaringan
adalah hemiselulosa C. Filtrat ditambah dicuci beberapa kali dengan aquades panas,
dengan asam asetat hingga pH 5 kemudian lalu dibilas dengan aseton. Setelah itu, residu
disaring, residu yang didapatkan adalah dikeringkan dalam oven bersuhu 100oC
hemiselulosa A. Filtrat dari hasil ekstraksi hingga diperoleh berat konstan (a), kemudian
asam asetat ditambah dengan 4x volume diabukan dalam tanur yang bersuhu 500-
etanol sedikit demi sedikit dan suspensi 550oC hingga diperoleh berat konstan (b).
didiamkan hingga terbentuk endapan
hemiselulosa B lalu disaring. Masing-masing
residu dikeringkan di dalam oven hingga Kadar selulosa = kadar ADF – kadar lignin
diperoleh berat konstan kemudian, Keterangan:
dijumlahkan untuk mendapatkan berat total a = endapan setelah dikeringkan
hemiselulosa. Kadar hemiselulosa dapat b = endapan setelah diabukan
dihitung dengan rumus: W= berat sampel awal (0,5 gram)

102
UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1, May 2012

Pengaruh pH dan lama perebusan kacang larutan blanko, dan sampel dilakukan dengan
panjang terhadap aktivitas amilase cara: membuat larutan glukosa dengan
duodenum dan pankreas hewan coba konsentrasi 2 mg/100 mL, 4 mg/100 mL, 6
mg/100 mL, 8 mg/100 mL, dan 10 mg/100
Persiapan Sampel. Kacang panjang yang mL. Masing-masing larutan standar glukosa
telah dicuci bersih kemudian dipotong-potong yang dihasilkan dipipet sebanyak 1 mL dan
± 4 cm. Lalu dibagi menjadi 8 kelompok dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Larutan
sesuai dengan perlakuan masing-masing banko dan sampel masing-masing juga dipipet
P0,….., P8. Untuk masing-masing perlakuan 1 mL lalu ditambahkan 1 mL reagen Nelson,
ditimbang sebanyak 350 gram dan direbus kemudian ditutup dengan kertas aluminium
dengan pH 7 dan 3 sebanyak 150 mL. Setelah foil, dikocok, dan dipanaskan selama 10 menit
itu, dihaluskan dengan blender, lalu dalam penangas air, lalu tabung reaksi segera
dipisahkan ampas dan filtratnya. Filtrat didinginkan. Setelah dingin, ke dalam tabung
disimpan di dalam freezer dan dilelehkan reaksi ditambahkan 1 mL larutan Arseno
sebelum diberikan pada hewan coba dengan molibdat, lalu ditutup dengan kertas
cara disonde setiap hari @ 20 mL, sedangkan aluminium foil, dikocok dan dipanaskan
ampasnya dicampur dengan pakan standar. kembali selama 10 menit di dalam penangas
Mula-mula semua hewan coba yang akan air, kemudian ditambahkan 7 mL aquades dan
digunakan diberi perlakuan pakan standar dikocok. Pengukuran absorbansi larutan
selama 2 minggu. Kemudian hewan coba standar glukosa dilakukan pada λ = 710 nm
dibagi menjadi 9 kelompok, masing-masing dengan spektrofotometer UV-Vis. Kurva
kelompok mempunyai berat badan yang larutan standar glukosa dibuat dengan
setara. 8 kelompok hewan coba diberi pakan mengeplotkan antara konsentrasi glukosa
standar yang ditambah dengan kacang dengan absorbansi glukosa.
panjang yang telah diberi perlakuan dan 1 Kadar glukosa sampel ditentukan
kelompok hewan coba yang diberi pakan berdasarkan persamaan larutan standar
standar sebagai kontrol. glukosa.Aktivit as enzim amilase dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Pembuatan ekstrak duodenum dan
pankreas [11]. Hewan coba dibedah setelah
perlakuan selama ± 48 hari untuk diambil
duodenum dan pankreasnya. Setelah itu, HASIL DAN PEMBAHASAN
duodenum dan pankreas yang didapatkan Pengaruh pH dan Lama Perebusan Kacang
disayat secara longitudinal dan dibersihkan Panjang Terhadap Kadar Pektin
dengan aquades. Duodenum dan penkreas Berdasarkan Tabel 1. dapat dijelaskan
yang sudah dibersihkan, secara terpisah bahwa variasi pH dan lama perebusan tidak
dimasukkan ke dalam botol vial berwarna mengakibatkan perubahan secara signifikan
gelap dan direndam dengan larutan Krebs- terhadap kadar pektin, namun secara umum
ringer bikarbonat buffer, lalu di haluskan kenaikan kadar pektin terjadi saat kenaikan
dengan mortar dan alu dan ditambahkan pH dan penurunan lama perebusan. Hal ini
larutan gliserin 50%. Selanjutnya larutan disebabkan karena proses perebusan
disaring dengan kertas saring whatman 40 lalu mengakibatkan hidrolisis protopektin pada
dilakukan pengujian aktivitas enzim amilase midlle lamela menjadi asam pektinat yang
dengan metode Nelson-Somogyi. akan mengalami degradasi β pada rantai
galakturonannya. Protopektin yang
Analisis aktivitas enzim amilase [12] terdegradasi menjadi pektin meningkatkan
Penentuan aktivitas enzim amilase kelarutan senyawa pektat didalam air rebusan,
dilakukan dengan menggunakan metode membentuk koloid sehingga sayur menjadi
Nelson-Somogyi dengan instrumen lunak saat direbus. Reaksi polimerisasi β
spektrofotometer UV-Vis dapat diperhatikan pada Gambar 2.

Penentuan Absorbansi Larutan Standar


Glukosa, larutan blanko, dan sampel [13].
Penentuan absobansi larutan standar glukosa,

103
UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1, May 2012

Tabel 1. Pengaruh lama perebusan kacang panjang terhadap nilai rerata kadar pektin
Perlakuan Lama Perebusan (%) Nilai
Signifikan
0 5 20 35 Rerata F = 9,703
pH 7 7,399 a 6,999 bf 6,932ace 7,432 c 7,190 P = 0,007
(%) 3 7,032 ac 6,066 d 6,032 e 6,166 fd 6,449
Rerata 7,215 6,749 6,732 6,583
Nilai F = 11,990 Fgab = 0,213
Signifikan P = 0,000 Pgab = 0,886
R2 = 0,743
Keterangan:
Hasil uji lanjut Mann Whitney; huruf berbeda pada kolom berbeda menunjukkan perbedaan signifikan (p ≤ 0,05).

PE

OH COOH OH
C O O C H3
O O O O
O O
OH OH
OH
OH
O O
O O
OH COOH
OH C O O C H3
(a)
PE
COOR OH COOR OH

O O OH O OH
O
OH OH
OH OH +
O O OH O

COOR OH COOR
OH

(b)
PL/PGL

Gambar 1. (a) reaksi deesterifikasi, PE= pektinasterase; (b) reaksi degradasi eliminasi β, R=H atau
CH3 [15]

Pengaruh pH dan Lama Perebusan Kacang jam pemasakan dalam air suhu 100oC [17].
Panjang Terhadap Kadar Hemiselulosa Secara umum terlihat bahwa semakin rendah
Berdasarkan Tabel 2 bahwa kadar nilai pH kadar hemiselulosa semakin kecil.
hemiselulosa kacang panjang yang sudah Hal ini menunjukkan hidrolisis glukosa
diberi perlakuan pH dan lama perebusan tidak membutuhkan larutan yang lebih asam dan
jauh berbeda antar perlakuan. Hal ini suhu pemanasan yang lebih tinggi. Hidrolisis
disebabkan karena ikatan yang stabil terjadi hemiselulosa akan terjadi jika dilakukan
pada hemiselulosa dengan lignin [16], dengan asam sulfat dan suhu pemanasan
sehingga butuh waktu yang lebih lama untuk 121oC. Selain itu hemiselulosa juga
dapat melepaskan ikatan yang stabil tersebut. mempunyai kemampuan kuat dalam mengikat
Adanya ikatan lignin dengan hemiselulosa molekul air. Molekul air yang terikat pada
akan mempersulit pengubahan kadar hemiselulosa merupakan penghalang bagi
hemiselulosa selama pemanasan dan afinitas asam (H+), terutama asm-asam
penurunan kadar pentosa yang merupakan organik yang kemampuan ionisasinya lemah
bagian dari hemiselulosa akan terjadi setelah 2 [18].

Tabel 2. Pengaruh pH dan lama perebusan kacang panjang terhadap kadar hemiselulosa
Perlakuan Lama Perebusan (%) Nilai
Signifikan
0 5 20 35 Rerata F = 13,701
pH
(%)
7 23,833a 22,833ab 21,367ab 26,9ab 23,733 P = 0,002
3 21,133b 20,733cb 20,233db 21,800eb 20,975
Rerat 22,483 21,783 21,584 23,566
a
Nilai F = 0,837 Fgab =0,757
Signifikan P = 0,493 Pgab =0,534
R2 = 0,536
Keterangan:
Hasil uji lanjut LSD; huruf berbeda pada kolom berbeda menunjukkan perbedaan signifikan (p ≤ 0,05).

104
UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1, May 2012

Pengaruh pH dan Lama Perebusan Kacang lignin” yang terukur sebagai lignin. Benda
Panjang Terhadap Kadar Lignin lignin terbentuk akibat adanya polimer hasil
Pada Tabel 3 secara umum terjadi reaksi pencoklatan non-enzimatis antara
peningkatan kadar lignin pada penurunan pH protein dengan gula dalam residu lignin
dan peningkatan lama perebusan. Hal ini selama pemasakan [19].
disebabkan karena terbentuknya “benda

Tabel 3. Pengaruh pH dan lama perebusan kacang panjang terhadap kadar lignin
Perlakuan Lama Perebusan (%) Nilai
Signifikan
0 5 20 35 Rerata F = 8,121
pH 7 7.762a 7,000a 7,095a 9,857b 7,928 P = 0,012
(%) 3 6,286a 6,952a 7,19a 6,81a 6,809
Rerata 7,024 6,976 7,143 8,334
Nilai F = 2,712 Fgab = 3,496
Signifikan P = 0,080 Pgab = 0,040
R2 = 0,626
Keterangan:
Hasil uji lanjut LSD; huruf berbeda pada kolom berbeda menunjukkan perbedaan signifikan (p ≤ 0,05).

Pengaruh pH dan Lama Perebusan Kacang Pembentukan pati tak tercerna ini terukur
Panjang Terhadap Kadar Selulosa sebagai selulosa.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan Secara umum terlihat bahwa semakin
bahwa interaksi pH dan lama perebusan. rendah nilai pH kadar hemiselulosa semakin
Peningkatan lama perebusan dengan medium kecil. Hal ini menunjukkan hidrolisis glukosa
pH 7 maupun 3 terjadi peningkatan kadar membutuhkan larutan yang lebih asam dan
selulosa. Meskipun tidak memberikan suhu pemanasan yang lebih tinggi. Hidrolisis
pengaruh, namun terjadi kenaikan kadar hemiselulosa akan terjadi jika dilakukan
selulosa. Perubahan ini disebabkan karena dengan asam sulfat dan suhu pemanasan
selama proses perebusan terjadi kerusakan 121oC. Selain itu hemiselulosa juga
dinding sel, pecahnya middle lamela dan mempunyai kemampuan kuat dalam mengikat
gelatinisasi pati. Sampel kering yang telah molekul air. Molekul air yang terikat pada
mengalami proses pengering-bekuan dan hemiselulosa merupakan penghalang bagi
penyimpanan pati gelatinisasi di dalam lemari afinitas asam (H+), terutama asm-asam
es ini menyebabkan terbentuknya pati tidak organik yang kemampuan ionisasinya lemah
tercerna (resistant starch) yang bersifat tidak [18].
larut dan sulit didegradasi oleh enzim amilase.

Tabel 4. Pengaruh pH dan lama perebusan kacang panjang terhadap kadar selulosa
Perlakuan Lama Perebusan (%) Nilai
Signifikan
0 5 20 35 Rerata F = 1,062
pH 7 18,238a 24,467bd 30,405ce 30,11cd 25,805 P = 0,318
(%)
3 22,948ab 26,748eb 28,41fb 30,69g 27,199
Rerata 20,593 25,607 29,407 30,4
Nilai Signifikan F = 10,813 Fgab = 1.090
P = 0,000 Pgab = 0,382
R2 = 0,697
Keterangan:
Hasil uji lanjut LSD; huruf berbeda pada kolom berbeda menunjukkan perbedaan signifikan (p ≤ 0,05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinding sel yang menyebabkan terbentuknya


pada perebusan dengan pH 3 memiliki kadar pati tak tercerna. Perubahan pada dinding sel
selulosa yang lebih tinggi daripada pH 7. Pada dan pembentukan pati tak tercerna pada pH 3
perebusan dengan pH asam akan lebih besar dari pada pH 7 sehingga kadar
mempermudah proses denaturasi protein selulosa yang terukur untuk pH 3 lebih besar
sehingga akan mempercepat kerusakan daripada pH 7

105
UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1, May 2012

Pengaruh pH dan Lama Perebusan Kacang semakin lamanya perebusan kacang panjang.
Panjang Terhadap Aktivitas Enzim Peningkatan lama perebusan dimungkinkan
Amilase Duodenum dan Pankreas Hewan akan mengakibatkan pemutusan ikatan
Coba hidrogen maupun perubahan ikatan glikosidik,
Pada penelitian ini, pengaruh pH dan hal ini mengakibatkan penurunan interaksi
lama perebusan kacang panjang terhadap protein enzim dan polisakarida serat pangan,
aktivitas enzim amilase diperoleh berdasarkan atau penurunan hambatan efek serat pangan
jumlah glukosa yang terbentuk permenit. Data terhadap aktivitas enzim [4].
yang diperoleh pada penelitian ini berupa
absorbansi yang akan dikonversikan menjadi Tabel 5. Pengaruh pH dan lama perebusan
konsentrasi glukosa melalui kurva standar terhadap aktivitas enzim
glukosa kemudian dihitung aktivitas enzim amilase duodenum dan pankreas
amilase hewan coba
Glukosa yang terbentuk berasal dari hasil Perlakuan Aktivitas Aktivitas
hidrolisis pati yang dapat diketahui pH Lama amilase amilase
Perebusan
(menit) duodenum pankreas
konsentrasinya dari hasil reaksi glukosa (gula (U/mL) (U/mL)
reduksi) dengan Cu2+. Penentuan gula reduksi 7 0 0,0044a 0,0140a
dilakukan dengan metode Somogyi-Nelson, 7 5 0,0094b 0,0298bc
dimana prinsip dasar metode tersebut adalah 7 20 0,0147cg 0,0395cdf
reduksi kupri sulfat dari larutan Somogyi- 7 35 0,0288d 0,0445dfg
3 0 0,0062ab 0,0189ab
Nelson oleh glukosa dalam suasana basa 3 5 0,0072eb 0,0239eb
menghasilkan Cu+ (Cu2O) berupa endapan 3 20 0,0101fb 0,0369fb
merah bata, reaksi yang terjadi sebagai 3 35 0,0119gb 0,0363gbc
berikut: Pakan Standar 0,0228hd 0,0402hbd
Fgab = 17,422 Fgab = 7,998
CH3(CH2)5OH + Cu2+ CH2OH(CH2O)4 + Cu2O [20] Nilai Pgab = 0,000 Pgab = 0,000
Pada Tabel 5 menunjukkan aktivitas Signifikansi 2
R = 0,749 R2 = 0,560
Keterangan:
enzim amilase duodenum dan pankreas pada Hasil uji Mann Whitney; huruf berbeda pada kolom
hewan coba perlakuan pakan standar lebih berbeda menunjukkan perbedaan signifikan (p ≤
tinggi dibandingkan dengan pakan perlakuan 0,05).
pH dan lama perebusan kecuali pada Pada penelitian ini diperoleh perlakuan
perlakuan pH 7 lama perebusan 35 menit. Hal terbaik adalah pada pH 7 lama perebusan 35
ini menunjukkan bahwa pada diet tinggi serat menit dengan aktivitas enzim amilase yang
pangan menyebabkan penurunan aktivitas lebih besar dari pakan standar dijelaskan
enzim amilase duodenum maupun pankreas, dalam Tabel 4.5. Akan tetapi, selama proses
namun pada perlakuan pH 7 dan lama perebusan perlu diperhatikan adanya
perebusan 35 menit dapat meningkatkan komponen zat gizi lain serta terjadinya
aktivitas enzim amilase. Penurunan aktivitas perubahan tekstur.
enzim amilase disebabkan karena adanya
hambatan serat pangan terhadap aktivitas KESIMPULAN
enzim. Penurunan aktivitas enzim pada diet
tinggi serat pangan diduga disebabkan karena Bedasarkan hasil penelitian ternyata
adanya pengikatan (interaksi) oleh serat penurunan pH dan peningkatan lama
pangan, akan tetapi mekanismenya tidak sama perebusan tidak berpengaruh terhadap kadar
seperti halnya inhibitor, diduga serat pangan pektin, hemiselulosa, dan selulosa, namun
hanya berinteraksi dengan enzim, sedangkan berpengaruh terhadap kadar lignin yakni
enzim tersebut tetap aktif, namun aktivitasnya meningkatkan kadar lignin. Ternyata
menurun [21]. penurunan pH dan peningkatan lama
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan perebusan kacang dapat meningkatkan
semakin lama perebusan kacang panjang aktivitas enzim amilase baik duodenum
maka semakin tinggi aktivitas enzim amilase. maupun pankreas hewan coba. Aktivitas
Hal ini dikarenakan berkurangnya efek serat enzim amilase duodenum maupun pankreas
pangan terhadap aktivitas enzim amilase yang yang mendekati standar (terbaik) terdapat
disebabkan oleh kadar komponen serat pada perlakuan pH 7 dan lama perebusan 35
pangan juga berkurang seiring dengan menit yaitu untuk aktivitas enzim amilase

106
UNESA Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1, May 2012

duodenum sebesar 0,0288 U/mL (pakan http://pustan.bpkimi.krmenperin.go.id/,


standar 0,0228 U/mL) sedangkan aktivitas Diakses 15 Maret 2011.
enzim amilase pankreas sebesar 0,0445 U/ml 11. Raharjo. 2009. Petunjuk Praktikum
(pakan standar 0,0402 U/mL). Fisiologi Hewan. Jurusan Biologi Fak.
MIPA Universitas Negeri Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA 12. Kusnadi. 2009 . Pemanfaatan Sampah
1. Soesilawaty, Soesy Asiah. 2008. Organik Sebagai Bahan Baku Produksi
Perbandingan Pengaruh Pemberian Bioetanol Sebagai Energi Alternatif.
Pektin Kulit Jeruk Bali(Citrus grandis) Jakarta: Universitas Pendidikan
dan Kulit Pisang Ambon (Musa spp.) Indonesia.
Terhadap Penurunan Kolesterol Darah 13. Hariyum, Angela. 1986. Penentuan
Pada Mencit (Mus musculus). Jurnal Kondisi Optimum dari Konsentrasi
Biologi. Sumber Karbon Glukosa, pH, dan
2. Tensiska. 2008. Serat Makanan. Aerasi untuk Pertumbuhan Candida
http://pustaka.unpad.ac.idDiakses pada utilis R24 pada Pembuatan Protein Sel
tanggal 11 September 2009. Tunggal. Jakarta: Waca Utama
3. Dreher, Marks L. 1987 .Handbook of Pramesti.
Dietary Fiber. Marcel Dekker .Inc: 14. A, Feskaharny, dkk. 1999. Aktivitas
America. Glukoamilase dari Beberapa Jamur
4. Yuanita, Leny, Suzana Surodjo, Wiwik Tanah dengan Bahan Baku Tapioka.
Yuliastuti. 2010. Aktivitas Amilase, ANDALAS No.28 Januari
Lipase, dan Protease pada Diet Tinggi 15. Jayani, Ranveer Singh, et al. 2005.
Serat Pangan:Variasi pH dan Lama Microbial Pectinolitic Enzymes:
Perebusan. Jurnal Kimia. Areview, Journal Process
5. Yuanita, Leny. 2003. Pengaruh Biochemistry. 40: 2931-2944
Derajat Keasaman dan Lama 16. Abara. A.E et al. 2011. Dietary Fiber
Perebusan terhadap Ketersediaan Components of Four Common Nigerian
Hayati Fe: Pengikatan Fe oleh Dioscorea Species. Journal of Nutrion.
Makromolekul Serat Pangan Kacang 4: 383-387.
17. Passaribu, Vera Yanthi. 1986.
Panjang (Vigna sesquipedalis (L)
Pengaruh Cara dan Lama Pemasakan
Fruhw). Disertasi tidak terhadap Komponen Dietary Fibre
dipublikasikan. Surabaya: Sayuran Lokal (Skripsi). Bogor: IPB.
Pascasarjana Universitas Airlangga. 18. Yuanita, Leny. 2006. Pengaruh Kadar
6. Hutagalung. 2004. Karbohidrat. Pektat, Hemiselulosa, Lignin, dan
Digitized by USU digital library: Selulosa terhadap Presentase Fe terikat
Sumatera Utara. oleh Makromolekul Serat Pangan:
7. Muchtadi, Deddy. 1999. Kajian Variasi pH dan Lama Perebusan. Indo J
Terhadap Serat Makanan dan Chem.
Antioksidan dalam Berbagai Jenis 19. Lin, Wei Lei. 1986. Effect of Cooking
Sayuran untuk Pencegahan Penyakit Methods on Dietary Fibre Content of
Degeneratif. Hibah Bersaing Perguruan Southern Pea. Food and Nutrition.
Tinggi Tahun 1998/1999. Bogor: 20. Sudarmadji, Slamet, dkk. 2003. Analisa
Fakultas Teknik Pangan IPB. Bahan Makanan dan Pertanian.
8. Schlegel, H.G And Karin S. 1994. Yogyakarta: Liberty.
Mikrobiologi Umum. Penerjemah Prof, 21. Muchtadi, Deddy. 2000. Sayur-sayuran
Dr. R. M. Toedjo Baskoro. Yogyakarta: Sumber Serat dan Antioksidan :
Gadjah Mada University Press. Mencegah Penyakit Degeneratif. Bogor
9. Inglett, George E and Falkehag, : Fateta Tek. Pangan & Gizi.
S.Ingermar. 1979. Dietary Fibers
Chemistry and Nutrition. London:
Academic Press
10. SNI. 2008. Cara Uji Kadar Lignin-
Metode Klason, (online).

107

Anda mungkin juga menyukai