Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM PENGUKURAN LISTRIK

JOB SHEET : PENGUKURAN DAYA LISTRIK DENGAN WATTMETER

SEMESTER II

NAMA : ROBI GUNAWAN


NIM : 34220095
KELAS : 1E TEKNIK KONVERSI ENERGI

PRAGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2021
PERCOBAAN 2
PENGUKURAN DAYA LISTRIK DENGAN WATTMETER
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melaksanakan percobaan, praktikan diharap dapat:
o Melakukan penyambungan wattmeter dengan benar.
o Menggeambarkan diagram fasor tegangan dan arus akibat cara penyambungan
wattmeter yang berbeda.
o Menentukan kesalahan pengukuran daya akibat cara penyambungan wattmeter
yang berbeda.

B. TEORI DASAR

1. RUMUS-RUMUS DAYA LISTRIK

a. Daya Listrik Pada Arus Searah (dc)

Jika suatu beban /komponen (misalnya resistor dengan resistansi sebesar R)

mengalami tegangan sebesar V sehingga dilalui arus, maka daya listrik yang diserap oleh

beban tersebut adalah:

Pdc=I 2
R❑ …………………………….……………………………………………………………………………………(1)

=VI ……………………………………………………………………………………………………………………………(2)

V2
= ……………………………………………………………………………………………………………………………
R

(3)

b. Daya Listrik Pada Arus Bolak Balik(ac)

Arus bolak balik mempunyai frekuens, jadi berpengaruh pada komponen inductor
dan kapasitor. Misalkan sebuah beban/komponen dengan impedansi sebesar Z yaitu
Z = R + j( X L- X C ) mengalami tegangan sebesar V sehingga dilalui arus sebesar I Maka
fasor I akan mengalami kelambatan (lagging) dari fasor V sebesar sudut Ø , yang dalam
hal ini :

R
cos Ø= …………………………………………………………………………………………………………………
I
(4)
Besar cos Ø disebut factor daya, selanjutnya :

V = I Z …………………………………………………………………………………………………………..(5)

Salah satu rumus daya listrik dalam hal ini adalah :

Pac = V.Icos Ø …………………………………………………………………………………………….(6)

Jika persamaan (4) dan (5) disubtitusikan ke dalam persamaan (6) maka diperoleh :

Pac = (I.Z).I.R Z ………………………………………………………………………………………………(7)

Pensubtitusian persamaan (5) ke (6) juga akan menghasilkan

Pac = V…cos Ø Z

= V 2 cos 2 Ø

Tabel 1. Memperlihatkan perbandingan antara rumus-rumus yang dalam besaran dc


dengan besaran ac.

Table 1. perbandingan rumus-rumus daya (P)

P dalam besaran dc P dalam besaran ac

I 2R I 2R
VI V I COS
2
V ¿¿
R

2. KONSRUKSI WATTMETER

Wattmeter adalah alat ukur yang dapat mengukur besaran daya listrik. Pada
umumnya dikenal dua tipe utama dari wattmeter, yaitu tipe elektrodinamik dan tipe induksi.
Wattmeter tipe elektrodinamik dapat mengukur besaran dc maupun ac , sedangkan tipe induksi
hanya dapat mengukur besaran ac saja.
0
Wujud dari beberapa wattmeter dapat dilihat dalam gambar 1.

Gambar 1. Wujud dari wattmeter.


Adapun kontruksi dari wattmeter untuk kedua tipe dapat dilihat dalam gambar 2.

(a) (b)

Gambar 2. Konstruksi dasar dari suatu wattmeter. (a) tipe elektrodinamika. (b) tipe induksi.

a. Tipe elektrodinamika
Pada tipe ini terdapat dua kumparan yaitu kumparan tetap (F) yang terbagi dua secara seri dan
berfungsi sebagai kumparan arus (current coll), serta kumparan bergerak (M) yang disambung
dengan resistor yang mempunyai resistensi timggi (R) yang berfungsi sebagai kumparan tegangan

Kumparan arus akan terpasang seri dengna suplai /sumber atau beban., sedangkan kumparan
tegangan akan terpasang parallel/shunt dengan suplai/sumber atau beban.
Interaksi antara kudua kumparan berarus menyebabkan terjadinya momen gaya atau torsi di
kumparan bergerak, yang yang oleh suatu mekanisme menyebabkan suatu jarum penunjuk akan
bergerak dan menghasilkan suatu pembacaan.

b. Tipe Induksi
Pada tipe ini terdapat sebuah kumparan yang terpasang seri dengan suplai beban (disebut
kumparan arus), sebuah kumparan yang terpasang parallel/smint dengan suplai atau beban (disebut
kumparan teganagan) dan sebuah piringan almunium. Piringan almunium. Piringan almunium
berfungsi untuk memotong fluks magnet yang dihasilkan oleh kedua kumparan. Interaksi antara
kedua kumparan terdapat piringan almunium akan menghasilkan momen gaya atau torsi pada
piringan, yang oleh suatu mekanisme menyebabkan suatu jarum penunjuk akan bergerak dan
menghasilakan suatu pembacaan.

3. PRINSIP KERJA WATTMETER


a. Pada pengukuran besaran dc

Dalam percobaan ini digunakan wattmeter tipe elektrodinamika saja. Misalakan I S dan I P adalah
berturut-turut arus yang lewat dikumparan arus dan kumparan tegangan. Arus I, akan menghasilkan
induksi magnetic :

B = K S I S ……………………………………………………………………………………………………………………………
(9)

Arus I pdikumparan tegangan sebanding degan tegangan

I P= K p v p

Intraksi antara B dan I Pakan menghasilkan momen gaya penyimbang (deflection torque) di
kumparan tegangan.

Td ~ B IP

~ K S K p v p I S ………………………………………………………………………………………………………………..
(10)
Dapat ditulis :

T d= K v p I S ……………………………………………………………………………………………………..………………..
(11)

Dalam hal ini :

T d = torsi penyimbang (deflection torque)

v p = tegangan yang dialami oleh kumparan tegangan

I S = arus yang lewat di kumparan arus

Jika torsi penyimpangan dikontrol oleh pegas spiral yang mempunyai persamaan :

T c = k Ø ………………………………………………………………………………………………………………………….
(12)

Maka Ketika alat ukur sedang mengukur akan berlaku s

Td = Tc

K V p IS = k Ø

Atau

Ø ~ V p I S ………………………………………………………………………………………………………………………..
(13)

Atau

Ø = K p V p I S ……………………………………………………………………………………………………………..….
(14)

Dalam hal ini :

Ø = sudut penyimpangan spiral (jarum penunjuk)


k
Kp = konstanta untuk skala alat ukur
k

Persamaan (13) atau (14) mengindikasikan bahwa penunjukan oleh jarum penunjuk alat ukur pada
pengukuran daya dc akan sebanding dengan daya atau perkalian antara tegangan dan arus yang
dirasakannya.

b. Pada Pengukuran Besaran ac

Dalam hal ini besaran tegangan dan arus dalam persamaan (14) diwakili oleh besaran sesaatnya
(instantane ous), yaitu v, dan I,. maka :

Ø = harga rata-rata dari (kp vp I ) …………………………………………………………………………….……(15)

Misalkan :

Vp = vm sin α dan α = ωt …………………………………………………………………………………………….(16)

I S = Im sin (α – Ø)

Maka :


1
Ø= ∫ k V I m sin α (α-Ø)dα
2π 0 p m


k pV I m
=

m
∫ ¿¿
0

k pV I m 1
= m
[αcos ∅− cos ¿ ¿
4π 2

k pV I m
= m
[αcos ∅ 0 ¿ ¿

1
= K V I αcos ∅
2 p m m

Vm Im
= Kp. . .cos ∅
√ 2 √2
Dalam hal ini :
Vm
= V p= harga efektif dari V p ……………………………………………………………………………………….……………
√2
(19)

1m
= I s= harga efektif dari I s ……………………………………………………………………………………….…………….(20)
√2
Ø = sudut daya atau beda sudut fasa antara V p dan I s

Jadi :

Ø = K p V p cos Ø …………………………………………………………………………………………………(21)

Atau

Ø = V p I S cos Ø ……………………………………………………………………………………………………..(22)

Persamaan (21) dan (22) mengindikasikan bahwa penunjukan oleh jarum penunjuk alat ukur pada
pengukuran daya ac sebanding dengan daya rata-rata atau perkalian antara harga efektif tegangan
dan harga efektif arus serta factor daya yang dirasakannya. Daya rata-rata yang diukur ini disebut
daya nyata dan daya aktif.

4. CARA PENYAMBUNGAN WATTMETER

Berdasarkan uraian pada konstruksi wattmeter maka dapat diketahui dua macam cara
penyambungan wattmeter seperti yang ditunjukan oleh gambar 3.
Gambar 3. Diagram penyambungan wattmeter tipe elektrodinamika untuk pengukuran daya dc
atau daya ac satu fasa. (a) penyambungan metode impedansi-tinggi (PMIT). (b) penyambungan
metode impedansi-rendah (PMIR).

Metode penyambungan pada Gambar 3.(a) cocok untuk beban yang menyerap arus yang
rendah (atau yang berimpedansi tinggi ) sehingga metode penyambungan ini disebut penyambungan
metode impedansi tinggi (PMIT). Metode penyambungan pada Gambar 3.(b) cocok untuk beban
yang menyerap arus yang tinggi (atau yang berimpedansi rendah) sehingga metode penyambungan
ini disebut penyambungan metode impedansi rendah (PMIR).

5. KESALAHAN (ERROR) PADA WATTMETER

Daya yang terukur yang ditampilkan oleh wattmeter tidak pernah sama dengan nilai
sebenarnya dari daya yang sedang diukur. Jadi hasil pembacaan dari wattmeter selalu lebih besar
dari daya sebenarnya yang sedang diukur pada beban atau suplai. Dengan demikian kesalahan atau
error pada wattmeter disebabkan cara penyambungan dan juga karena adanya indukstansi pada
kumparan tegangan. Penganruh induktansi pada kumparan tegangan tidak dibahas pada percobaan
ini, dianggap diabaikan.

a. Pada pengukuran besaran dc

(1) Penyambungan Metode Impedansi Tinggi

Misalakan :

V = tegangan pada beban

I = arus yang lewat dalam beban


V p = tegangan yang dialami oleh kumparan tegangan wattmeter

I s = arus yang lewat dalam kumparan arus wattmeter

I s = arus yang lewat dalam kumparan tegangan wattmeter

P = V I = daya sebenarnya yang diserap oleh beban

Pa = V p I s= daya yang terukur oleh wattmeter (atau daya actual)

r s = resistensi kumparan arus (indukstansi diabaikan)

r p = resistensi kumparan tegangan (indukstansi diabaikan)

Dari Gambar 3.(a) terlihat bahwa

I s = I …………………………………………………………………………………………………………………………………(23)

V p = V + Is rs

= V + I rs …………………………………………………………………………………………………………………(24)

Maka :

Pa = V p I s

= (V + I I s) I

= V I + I2 rs

= P + I 2 r s ……………………………………………………………………………………………………………………..(25)

Sehingga :

Pa - P = I 2 r s

∆ P = I 2 r s ………………………………………………………………………………………………………………………(26)

Jadi :

∆p
Ea = x 100 % …………………………………………………………………………………………………………………………….
Pa
(27)
∆p ∆p Ea
E = x 100 % = x 100 % =
Pa P a−∆ p 1−Ea
……………………………………………………………………………………..(28)

Dalam hal ini :

∆p = kesalahan mutlak wattmeter

E = kesalahan relatif wattmeter terhadap daya sebenarnya

Ea =¿kesalahan relatif wattmeter terhadap daya actual yang terukur

(2) Penyambungan Metode Impedensi Rendah

Dari Gambar 3.(b) terlihat bahwa :

V p= V ..............…………………………………………………………………………………………………………………(29)

v
I p= .............................……………………………………………………………………………………………..….(30)
rp

I s= I + I p

v
=I+ ………………………..………………………………………………………………………………………………..
rp
(31)

Maka :

Pa = V p I s

v
= V (I+ )
rp

v2
=VI+
rp

v2
=P+ ……………………………………………………………………………………………………………………(32)
rp

Sehingga :
v2
Pa – P =
rp

v2
∆P = ……………………………………………………………………………………………………………………………
rp
(33)

Jadi :

∆P
Ea = x 100 % ………………………………………………………………………………………………………………
pa
(34)

∆P ∆P Ea
E= x 100 % = X 100 % =
pa Pa−∆ P 1−Ea
………………………………………………………………………..(35)

Dari persamaan (26) dan (33) terlihat bahwa tahanan-dalam wattmeter akan menimbulkan
kesalahan Ketika wattmeter mengukur besaran dc . jika pada kumparan arus dipasang amperemeter
secara seri dan pada kumparan tegangan dipasang voltmeter secara parallel, maka berlaku :

∆P = I 2(r s+r a ) untuk PMIT………………………………………………………………………………………..(36)

Dan :

v2
∆P = untuk PMIT …………………………………………………………………………………….…………(37)
r p+¿ r ¿
v

Dalam hal ini :


r A = tahanan dalam amperemeter ………………………………………………………………….…………………………
(38)

r p = tahanan-dalam voltmeter …………………………………………………………………………………………….(39)

a. Pada Pengukuran Besaran ac


(1) Penyambungan Metode Impedansi Tinggi

Misalkan :

ɸ = beda sudut fasa antara fasor V dan I

Ɵ = beda sudut fasa antara fasor V p dan I s

Dari gambar 3.(a) dapat ditulis :

Is = I ………………………………………………………………………………………………..………………………(40)

V p = V + I rs ……………………………………………………………………………………………..……………………
(41)

Diagram fasornya dapat dilihat dalam gambar 4. Selanjutnya diketaui hari gambar tersebut :

Pa = V p I s cos Ɵ ………………………………………………………………………………………………………………
(42)

= V p I cos Ɵ ……………………………………………………………………………………………………………….
(43)
Gambar 4. Diagram fasor dari wattmeter pada pengukuran daya ac dengan penyambungan
metode impedansi-tinggi (PMIT).

Dari Gambar 4. Terlihat bahwa :

V p cos Ɵ = V cos Ø + I r s ………………………………………………….………………………………………..


(44)

Sehingga :

pa= V p I cos Ɵ

= ( V cos ɸ + I r s) I

= V I cos ɸ+ I 2 r s

= P + I2 rs …………………………………………………………………………………………………………..(45)

Atau :

Pa – P = I 2 r s …………………………………………………………………………………………………………….(46)

Jadi :

∆P = I 2 r s ………………………………………………………………………………………………………………(47)

Maka :

∆P
Ea = x 100 % …………………………………………………………………………………..…………..
pa
(48)
∆p ∆p Ea
E = x 100 % = x 100 % = …………………………………………….
Pa P a−∆ p 1−Ea
……………(49)

(2) Penyambungan Motode Impedansi-Rendah

Dari Gambar 3.(b) dapat ditulis :

Vp=V ……………………………………………………………………………………………….……………
(50)

v
Ip= ………………………………………………………………………………………………….………..(51)
rp

Is = I + I p

v
=I+ ……………………………………………………………………………….………………………..
rp
(52)

Dagram fasornya dapat dilihat dalam Gambar 5. Selanjutnya diketahui dari gambar tersebut :

P = V I cos Ɵ

Dan :

Pa = V p I s cos Ø

= V p I cos Ø ………………………………………………………………………….……………..
(53)
Gambar 5. Diagram fasor dari wattmeter pada pengukuran daya ac dengan penyambungan
metode impedansi-rendah ( PMIR).

Dari Gambar dilihat bahwa :

V
I s cos Ø=¿ ¿ I cos ɸ+
rp

Sehingga :

Pa = V p I s cos Ø

V
= V (I cos ɸ+ )
rp

V2
=VI+
rp

V2
=P+ ………………………………………………………………………………………………………………(53)
rp

Senhingga :

V2
Pa – P =
rp

V2
∆P = …………………………………………………………………………………………………………….(54)
rp

Jadi :

∆P
Ea = x 100 % ………………………………….……………………………………………..…………..
pa
(48)
∆p ∆p Ea
E = x 100 % = x 100 % = …………………..………………………………….
Pa P a−∆ p 1−Ea
……………(49)

Daeri persamaan (26) dan (33) telihat bahwa tahan-dalam wattmeter akan menumbulkan
kesalahan Ketika wattmeter mengukur besaran dc. Jika pada kumparan arus dipasang amperemeter
secara seri dan pada kumparan tegangan dipasang voltmeter secara parallel, maka berlaku :

∆P = I 2 ( r s + r A ) untuk PMIT ……………………………………………………………………………..(50)

Dan :

v2
∆P = untuk PMIT …………………………………………………………………………………...(60)
r p +r v

Dalam hal ini ;

r A = tahanan dalam amperemeter ……….………………………………………………………………………………….


(61)

F. HASIL PERCOBAAN

Tabel 2. Pengamatan pengukuran daya menggunakan wattmeter

Anda mungkin juga menyukai