KELAS : X MIPA 2
A. IBADAH HAJI
1. KETENTUAN IBADAH HAJI
c. Rukun Haji
Adapun rukun haji adalah perbuatan-perbuatan yang harus dilaksanakan atau
dikerjakan sewaktu melaksanakan ibadah haji. Maka apabila ditinggalkan, ibadah
hajinya tidak sah. Adapun rukun haji adalah sebagai berikut:
1. Ihram Ihram
adalah berniat mengerjakan ibadah haji atau umrah yang ditandai dengan
mengenakan pakaian ihram yang berwarna putih dan membaca lafadz, “Labbaika
Allahumma hajjan.” (bagi yang akan melaksanakan ibadah haji), dan membaca
lafadz, “Labbaika Allahumma umratan.” (bagi yang berniat umrah). Ibadah haji
dan umrah harus diawali dengan ihram. Apabila dengan sengaja jamaah miqat
tanpa ihram, maka dia harus kembali ke salah satu miqat untuk berihram. Apabila
jamaah telah berihram, maka sejak itu berlaku semua larangan ihram sampai
tahallul.
2. Wukuf Wukuf
yaitu hadir di padang Arafah pada tanggal 9 Djulhijjah dari tergelincirnya
matahari hingga terbenam. Wukuf adalah bentuk pengasingan diri yang merupakan
gambaran bagaimana kelak manusia dikumpulkan di padang Mahsyar. Wukuf di
Arafah merupakan saat yang tepat untuk mawas diri, merenungi atas apa yang
pernah dilakukan, menyesali dan bertaubat atas segala dosa yang dikerjakan, serta
memikirkan apa yang akan dilakukan untuk menjadi muslim yang taat kepada
Allah Swt. Selama wukuf perbanyaklah berzikir, tahmid, tasbih, tahlil, dan
istighfar. Berdoalah sebanyak mungkin, karena doa yang kita panjatkan dengan
ikhlas dan khusyu’ akan dikabulkan oleh Allah Swt. Wukuf yang dicontohkan
Rasulullah saw. diawali dengan shalat berjama’ah dzuhur dan ashar dengan jama’
takdim qashar. Setelah itu, dilanjutkan dengan khutbah guna memberikan
bimbingan wukuf, seruan-seruan ibadah, dan memanjatkan doa kepada Allah Swt.
Pelaksanaan wukuf di Arafah hanya terjadi sekali dalam setahun, yaitu setelah
matahari tergelincir (melewati pukul 12 siang) pada tanggal 9 Dzulhijjah bila pada
waktu tersebut jamaah tidak wukuf, maka hajinya tidak sah.
3. Thawaf Thawaf
adalah berputar mengelilingi Ka’bah dan dilakukan secara berlawanan dengan arah
jarum jam dengan posisi Ka’bah di sebelah kiri badan. Thawaf dimulai dari Hajar
Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad pula, dilakukan sebanyak tujuh kali putaran.
Para ulama sepakat bahwa thawaf ada tiga macam, yaitu:
a. Thawaf Qudum, yaitu thawaf yang dilakukan ketika jamaah haji baru tiba di
Mekah.
b. Thawaf Ifadhah, yaitu thawaf yang dilakukan pada hari qurban setelah melontar
jumrah aqabah. Inilah thawaf yang wajib dilakukan pada waktu haji. Apabila
ditinggalkan, maka hajinya batal.
c. Thawaf Wada’, yaitu thawaf perpisahan bagi jamaah yang akan meninggalkan
Mekah. Adapun Thawaf Sunnah adalah thawaf yang dilakukan kapan saja sesuai
dengan kemampuan jamaah. Syarat sah Thawaf Syarat sah thawaf adalah sebagai
berikut.
Niat
Menutup aurat
Suci dari hadas
Dilakukan sebanyak tujuh kali putaran
Dimulai dan diakhiri di hajar aswad
Posisi Ka’bah di sebelah kiri orang yang berthawaf
Dilaksanakan di dalam Masjidil Haram
4. Sa’i Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shofa dan bukit Marwah sebanyak
tujuh kali yang dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwah. Sa’i
dilakukan setelah pelaksanaan ibadah thawaf. Syarat sah sa’i Syarat sah sa’i adalah
sebagai berikut.
a. Dilakukan sebanyak tujuh kali putaran (berawal di bukit Shofa dan berakhir di
bukit Marwah)
b. Dilakukan setelah thawaf ifadhah atau setelah thawaf qudum.
c. Menjalani secara sempurna jarak Shofa-Marwah dan Marwah-Shofa.
d. Dilakukan di tempat sa’i.
5. Tahallul Tahallul adalah mencukur atau memotong rambut kepala sebagian atau
seluruhnya minimal tiga helai rambut. Tahallul dilakukan setelah melontar jumrah
aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah, yang disebut dengan tahallul awwal. Setelah
jamaah melakukan tahallul awal ini larangan-larangan haji kembali dibolehkan
kecuali berhubungan suami isteri. Tahallul tsani dilakukan setelah thawaf ifadhah
dan sa’i.
6. Tertib Tertib yaitu berurutan dalam pelaksanaan mulai ihram hingga tahallul.
d. Wajib Haji
Wajib haji ini adalah segala kewajiban yang perlu dikerjakan supaya ibadah haji
seseorang menjadi sah. Wajib haji ini berbeda dengan rukun haji, yang mana
ketika salah satu rukun haji tidak dilakukan maka hajinya tidaklah sah dan tidak
bisa digantikan dengan membayar dam (denda).
Berbeda dengan wajib haji yang mana ketika seseorang meninggalkannya, maka
orang tersebut hanya dikenai hukuman membayar dam. Untuk wajib haji sendiri
adalah sebagai berikut :
1. Ihram dari Miqat (batas negara yang sudah ditentukan).
2. Bermalam (Mabit) di kota Muzdalifah.
3. Melempar Jumrah (Ula, Wustha dan ‘Aqabah).
4. Bermalam (Mabit) di kota Mina.
5. Melakukan thawaf wada’ (thawaf perpisahan) sebelum meninggalkan kota
Makkah.
6. Menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam ihram.
2. PELAKSANAAN IBADAH HAJI
1. Sebelum tanggal 8 Dzulhijjah, semua jamaah haji mulai untuk melaksanakan
Tawaf Haji di Masjidil Haram (Makkah).
2. Tanggal 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyah) disebut dengan hari tarwiyah, karena para
jama’ah haji menyiapkan bekal secukupnya untuk menuju mina dan padang arafah,
karena kedua tempat tersebut tidak ada sumber air.
3. Jamaah haji melakukan ihram untuk ibadah haji, dimulai dengan mandi,
memakai wewangian serta mengenakan pakaian ihram, sambil ber-talbiyah
mengucapkan.
4. Berangkat menuju Mina dan setelah di Mina, mereka mendirikan shalat zhuhur,
ashar, maghrib dan isya serta shalat subuh. Setiap shalat dikerjakan pada
waktunya, namun shalat yang jumlah rakaatnya empat diqashar sehingga menjadi
dua rakaat. Para jamaah tetap berada di Mina sampai matahari terbit pada tanggal 9
Dzulhijjah.
5. Tanggal 9 Dzulhijjah, pagi harinya semua jamaah haji menuju ke padang Arafah
untuk melakukan wukuf. Kemudian semua jamaah haji melaksanakan ibadah
Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang Arafah hingga Maghrib tiba.
Disunnahkan bagi jama’ah untuk singgah di namirah dan jika memungkinkan
berdiam di sana hingga matahari tergelincir, jika memungkinkan.
Namirah adalah sebuah tempat yang terletak dekat perbatasan arafah, apabila
matahari tergelincir, dan masuk maktu zhuhur. Disunnahkan bagi imam atau orang
yang diwakilkan untuk menyampaikan khutbah di hadapan para jama’ah,
berkenaan dengan kondisi kaum muslimin, agar kembali memperbaharui tauhid,
hukum-hukum seputar ibadah haji, dan perkara-perkara penting lainnya.
6. Waktu wukuf di arafah mulai dari terbit fajar tanggal 9 dzulhijah hingga terbit
fajar tanggal 10 dzulhijah. Barang siapa yang melakukan wukuf pada waktu
tersebut walaupun sebentar, maka ia dianggap telah mengerjakan wukuf, dan
hajinya sah.
Barang siapa yang tidak mengerjakan wukuf pada waktu tersebut maka hajinya
tidak sah, sebagaimana yang diriwayatkan dalam dari ibnu ‘abbas hadits marfu’
“barang siapa yang mengerjakan wukuf sebelum matahari terbit (pada tanggal 10
dzulhijjah) maka ia telah mengerjakan haji”. [Disahihkan oleh Al-Albani (No.
5995) dalam shahihul jami’.
7. Tanggal 9 Dzulhijjah malam, semua jamaah haji menuju ke Muzdalifah untuk
mabit (bermalam di muzdalifah) dan mengambil batu untuk melontar jumroh
secukupnya.
8. Tanggal 9 Dzulhijjah tengah malam atau setelah melakukan mabit, jamaah haji
meneruskan perjalanannya ke Mina untuk melaksanakan ibadah melontar Jumroh.
9. Pada Tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah haji melaksanakan ibadah melempar
Jumroh yaitu sebanyak 7x ke Jumrah Aqabah sebagai simbol untuk mengusir
setan. Dilanjutkan dengan tahalul yaitu mencukur rambut atau sebagian rambut.
10. Jika jamaah mengambil nafar awal maka dapat dilanjutkan perjalanannya ke
Masjidil Haram untuk Tawaf Haji atau menyelesaikan Haji.
11. Sedangkan jika mengambil nafar akhir, jamaah haji tetap tinggal di Mina dan
dilanjutkan dengan melontar jumrah sambungan, yaitu jumrah ‘Ula dan jumrah
Wustha.
12. Tanggal 11 Dzulhijjah, jamaah haji melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu
pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
13. Tanggal 12 Dzulhijjah, jamaah haji melempar jumrah sambungan (wusta) di
tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
14. Kemudian yang terakhir Jamaah haji kembali ke Makkah untuk melaksanakan
Tawaf Wada’ yaitu Tawaf perpisahan sebelum pulang ke negara masing-masing.
3. UMRAH
Umrah (bahasa Arab: )عمرةadalah salah satu kegiatan ibadah dalam agama Islam.
Hampir mirip dengan ibadah haji, ibadah ini dilaksanakan dengan cara melakukan
beberapa ritual ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di Masjidil Haram.
Pada istilah teknis syari'ah, Umrah berarti melaksanakan tawaf di Ka'bah dan sa'i
antara Shofa dan Marwah, setelah memakai ihram yang diambil dari miqat. Sering
disebut pula dengan haji kecil.
Perbedaan umrah dengan haji adalah pada waktu dan tempat. Umrah dapat
dilaksanakan sewaktu-waktu (setiap hari, setiap bulan, setiap tahun) dan hanya di
Mekkah, sedangkan haji hanya dapat dilaksanakan pada beberapa waktu antara
tanggal 8 Dzulhijjah hingga 12 Dzulhijjah serta dilaksanakan sampai ke luar kota
Mekkah.
4. HIKMAH IBADAH HAJI
Ibadah haji adalah merupakan Rukun Islam yang kelima dan dikatakan juga
sebagai rukun yang terakhir. Diantara kelima-lima rukun tersebut, ibadah haji ini
agak luar biasa sedikit. Ia dikatakan semikian kerana untuk melakukannya
seseorang itu mesti berkunjung ke Mekah Al Mukarramah di Arab Saudi.
Disamping itu ia dikerjakan cuma sekali setahun yaitu pada bulan haji (Zulhijjah)
dan diwajibkan keatas umat Islam yang mampu sekali seumur hidup. Kewajipan ke
atas umat Islam untuk mengerjakan haji ini adalah berdasarkan firman Allah :
"Mengerjakan haji adalah kewajipan manusia terhadap Allah yaitu bagi orang-
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari kewajipan haji maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari alam
semesta." (Ali Imran 97)
Allah menjanjikan bahawa orang yang mengerjakan haji akan dapat menyaksikan
keuntungan-keuntungan iaitu himah-hikmah yang boleh diperolehi disebalik
ibadah haji itu. Di antara hikmah-hikmah haji ialah:
1. Menjadi tetamu Allah- Kaabah atau Baitullah itu dikatakan juga sebagai
'Rumah Allah'. Walau bagaimana pun haruslah difahami bahawa bukanlah Allah
itu bertempat atau tinggal disitu. Sesungguhnya Allah itu ada dimana mana. Ia
dikatakan sebagai 'Rumah Allah' kerana mengambil apa yang diucapkan oleh Nabi
Ibrahim a.s. oleh yang demikian orang yang mengerjakan haji adalah merupakan
tetamu istimewa Allah. Dan sudah menjadi kebiasaan setiap tetamu mendapat
layanan yang istimewa dari tuan rumah. Rasulullah bersabda: "Orang yang
mengerjakan haji dan orang yang mengerjakan umrah adalah tetamu Allah Azza
wa jalla dan para pengunjung-Nya. Jika mereka meminta kepada-Nya nescaya
diberi-Nya. Jika mereka meminta ampun nescaya diterima-Nya doa mereka. Dan
jika mereka meminta syafaat nescaya mereka diberi syafaat." (Ibnu Majah)
Pertemuan di antara Nabi Adam a.s. dengan Siti Hawa di Padang Arafah.
Siti Hajar dan Nabi Ismail ditinggalkan di tengah padang pasir yg kering kontang
di antara Bukit Safa dan Marwah.
Pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. menyembelih Nabi Ismail sebagi menurut perintah
Allah.
Lahirnya seorang anak yatim yang miskin dan serba kekurangan. Tidak tahu
membaca dan menulis tetapi mempunyai akhlak yang terpuji hingga mendapat
gelaran 'Al-Amin.
7. Syiar perpaduan umat Islam - Ibadah Haji adalah merupakan syiar perpaduan
umat Islam. Ini kerana mereka yang pergi ke Tanah Suci Makkah itu hanya
mempunyai satu tujuan dan matlamat iaitu menunaikan perintah Allah atau
kewajipan Rukun Islam yang kelima. Dalam memenuhi tujuan tersebut mereka
melakukan perbuatan yang sama,memakai pakaian yang sama, mengikut tertib
yang sama malah boleh dikatakan semuanya sama. Ini menggambarkan perpaduan
dan satu hati umat Islam. Dan gambaran inilah yang semestinya diamalkan dalam
kehidupan seharian umat Islam apabila mereka kembali ke negara asal masing-
masing.
Demikian pula haji, sebuah ibadah tahunan yang besar yang Allah syari’atkan bagi
para hamba-Nya, mempunyai berbagai manfaat yang besar dan tujuan yang besar
pula, yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat. Dan diantara hikmah ibadah
haji ini adalah.
Nabi Ibrahim Alaihissalam telah menyerukan (agar berhaji) kepada manusia. Dan
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki (untuk
bisa) mendengar seruan Nabi Ibrahim Alaihissalam tersebut dan menyambutnya.
Hal itu berlangsung semenjak zaman Nabi Ibrahim hingga sekarang.
Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling mengenal dan
saling berwasiat dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari segala penjuru,
dari barat, timur, selatan dan utara Makkah, berkumpul di rumah Allah Subhanahu
wa Ta’ala yang tua, di Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di Makkah. Mereka
saling mengenal, saling menasehati, sebagian mengajari yang lain, membimbing,
menolong, membantu untuk maslahat-maslahat dunia akhirat, maslahat taklim tata
cara haji, shalat, zakat, maslahat bimbingan, pengarahan dan dakwah ke jala Allah.
Dan diantara manfaat haji yang besar adalah bahwa mereka bisa mempelajari
agama Allah dilingkungan rumah Allah yang tua, dan di lingkungann masjid
Nabawi dari para ulama dan pembimbing serta memberi peringatan tentang apa
yang mereka tidak ketahui mengenai hukum-hukum agama, haji, umrah dan
lainnya. Sehingga mereka bisa menunaikan kewajiban mereka dengan ilmu.
Seorang muslim diperintahkan untuk belajar, bagaimanapun (keadaannya) ia,
dimana saja dan kapan saja ; tetapi di lingkungan rumah Allah yang tua, urusan ini
(belajar agama) lebih penting dan mendesak.
7. Menyebarkan Ilmu
8. Memperbanyak Ketaatan
B. ZAKAT
1. KETENTUAN ZAKAT
a. Pengertiana Zakat
Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk
diberikan kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan
semacamnya, sesuai dengan yang ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun
Islam ke-4 dan menjadi salah satu unsur paling penting dalam menegakkan syariat
Islam.
Oleh karena itu, hukum zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti
shalat, puasa, dan lainnya dan telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan
Sunnah.
Macam-Macam Zakat
Zakat terdiri dari dua macam:
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat Muslim menjelang hari raya
Idul Fitri atau pada bulan Ramadan. Zakat fitrah dapat dibayar dengan setara 3,5
liter (2,5 kilogram) makanan pokok dari daerah yang bersangkutan. Makanan
pokok di Indonesia adalah nasi, maka yang dapat dijadikan sebagai zakat adalah
berupa beras.
2. Zakat Maal
Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil pertanian, hasil
pertambangan, hasil laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas dan
perak. Masing-masing jenis penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.
Dalam Undang-Undang (UU) tentang Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1998,
pengertian zakat maal adalah bagian dari harta yang disisihkan oleh seorang
Muslim atau badan yang dimiliki orang Muslim sesuai ketentuan agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.
UU tersebut juga menjelaskan tentang zakat fitrah, yaitu sejumlah bahan pokok
yang dikeluarkan pada bulan Ramadan oleh setiap Muslim bagi dirinya dan bagi
orang yang ditanggungnya, yang memiliki kewajiban makan pokok untuk sehari
pada hari raya Idul Fitri.
Perhitungan Zakat
1. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras per liter. Contoh: harga beras yang
biasa kamu makan sehari-hari Rp 10.000 per liter, maka zakat fitrah yang harus
dibayar per orang sebesar Rp 35.000. Jika dihitung dari segi berat, maka zakat
fitrah per orang = 2,5 kg x harga beras per kg.
2. Zakat Maal
Zakat Maal = 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun. Menghitung
nisab zakat maal = 85 x harga emas pasaran per gram.
Contoh: Umi punya tabungan Rp 100 juta, deposito Rp 200 juta, rumah kedua
yang dikontrakkan senilai Rp 500 juta, dan emas perak senilai Rp 200 juta. Total
harta yang dimiliki Rp 1 miliar. Semua harta sudah dimiliki sejak 1 tahun lalu.
Misal harga 1 gram emas sebesar Rp 600 ribu, maka batas nisab zakat maal 85 x
Rp 600 ribu = Rp 51 juta. Karena harta Umi lebih dari limit nisab, maka ia harus
membayar zakat maal sebesar Rp 1 miliar x 2,5% = Rp 25 juta per tahun.
3. Zakat penghasilan
Untuk mengetahui zakat penghasilanmu, kurangi total pendapatan dengan utang.
Lalu hasilnya dikali 2,5%. Nisab zakat penghasilan adalah 520 x harga makanan
pokok.
Contoh: Irman menerima gaji bulanan Rp 7 juta. Punya utang cicilan motor sebesar
Rp 1 juta. Maka sisa penghasilan tersebut masih Rp 6 juta. Di sisi lain, rata-rata
harga beras 1 kg adalah Rp 10 ribu. Jadi batas nisab zakat penghasilan 520 x Rp 10
ribu = Rp 5,2 juta.
Karena sisa gajimu sudah melebihi batas nisab, maka zakat penghasilan yang wajib
dibayar adalah Rp 6 juta x 2,5% = Rp 150 ribu.
Penerima Zakat
Yang Berhak Menerima Zakat Siapa saja yang berhak menerima zakat?
Yang berhak mendapatkan zakat menurut kaidah Islam dibagi menjadi 8
golongan. Golongan-golongan tersebut adalah:
1. Fakir
Golongan orang yang hampir tidak memiliki apapun sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
2. Miskin
Golongan orang yang memiliki sedikit harta, tetapi tidak bisa mencukupi
kebutuhan dasar untuk hidupnya.
3. Amil
Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Mu'alaf
Orang yang baru masuk atau baru memeluk agama Islam dan memerlukan
bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
5. Hamba Sahaya
Orang yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin
Orang yang berutang untuk memenuhi kebutuhannya, dengan catatan
bahwa kebutuhan tersebut adalah halal. Akan tetapi tidak sanggup untuk
membayar utangnya.
7. Fisabilillah
Orang yang berjuang di jalan Allah.
8. Ibnus Sabil
Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanannya dalam ketaatan kepada
Allah.
Dari pembahasan di atas, kamu pasti sudah dapat mengetahui apakah
kamu termasuk orang yang harus membayar zakat atau yang berhak
menerima zakat. Dengan memenuhi kewajiban Anda sebagai umat Muslim
untuk membayar zakat, tentu saja banyak kebaikan yang bisa didapat.
Beberapa kebaikan tersebut di antaranya adalah:
Mempererat tali persaudaraan antara masyarakat yang kekurangan
dengan yang berkecukupan
Ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan
kepadamu
Mengusir perilaku buruk yang ada pada seseorang
Sebagai pembersih harta dan menjaga seseorang dari ketamakan harta
Untuk pengembangan potensi diri bagi umat Islam
Menciptakan Ketenangan
Zakat dapat memberikan ketenangan dan ketentraman, bukan hanya kepada
penerima tapi juga kepada orang yang membayar zakat. Perlu diingat bahwa segala
hal baik yang telah kamu lakukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah
SWT, seperti berzakat maka tidak akan mengurangi sedikitpun hartamu, tapi Allah
menjanjikan akan melipatgandakannya. Jadi jangan kikir atau pelit ya.
C. WAKAF
Pengertian dan Penjelasan Wakaf, Rukun Wafaf, Syarat dan Hukumnya
Sebelum lebih jauh menunaikan amalan wakaf dan rukun wakaf, ada baik nya kita
ketahui dulu apa itu wakaf dan pengertiannya.
Kata Wakaf atau “waqf” yaitu berasal dari bahasa Arab, Waqafa yang artinya
menahan atau berhenti atau berdiam di tempat atau tetap berdiri. Menurut istilah
fiqih, Wakaf adalah memindahkan harta milik pribadi menjadi milik suatu badan
yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Dengan tujuan untuk mendapatkan
kebaikan dan ridha dari Allah SWT.
Jika ditinjau dari segi syari’ah, wakaf adalah menahan sesuatu benda yang kekal
zatnya, untuk diambil manfaatnya untuk kebaikan dan kemajuan agama. Menahan
suatu benda yang kekal zatnya, artinya tidak dijual dan tidak diberikan serta tidak
pula diwariskan, tetapi hanya disedekahkan untuk diambil manfaatnya saja.
Rukun Wakaf
Kebanyakan jumhur ulama yaitu mazhab Syafi’i, Maliki dan Hanbali, mereka
semua sepakat bahwa rukun wakaf ada 4, yaitu:
Dasar (dalil) perlunya Sigat (pernyataan) ialah karena wakaf adalah melepaskan
hak milik dan benda dan manfaat atau dari manfaat saja dan memiliki kepada yang
lain, maksud tujuan melepaskan dan memilikkan adalah urusan hati. Tidak ada
yang menyelami isi hati orang lain secara jelas, kecuali melalui pernyataan sendiri.
(cal)
Syarat Wakaf
Orang yang memberikan wakaf berhak atas perbuatan itu dan atas kehendaknya
sendiri.
Orang yang menerima wakaf harus jelas, baik berupa organisasi, badan atau orang
tertentu.
Berlaku untuk selamanya, artinya tidak terikat dalam jangka waktu tertentu.
Barang yang diwakafkan berwujud nyata pada saat diserahkan.
Jelas Ikrarnya, dan penyerahannya lebih baik tertulis dalam akta notaris sehingga
jelas, dan tidak akan timbul masalah baru pada pihak keluarga yang memberi
wakaf.
Hukum Wakaf
Wakaf hukumnya sunah dan harta yang diwakafkan terlepas dari pemiliknya, lalu
semata-mata menjadi hak Allah, tidak boleh dijual atau dihibahkan untuk
perseorangan dan sebagainya.
Wakaf harus digunakan menurut ketentuan akad wakaf pada waktu mewakafkan.
kelebihan wakaf dari amal-amal lain, ialah telah disebutkan dalam hadits, dari Abu
Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda:
Dari Abu Hurairah ra bahawa Rasulullah Saw bersabda: ” Jika anak adam telah
meninggal, maka putus semua amalnya kecuali tiga: amal jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak yang shaleh yang mendoakan kepadanya.” (HR. Muslim)