Anda di halaman 1dari 24

NAMA : DESRIANA

KELAS : X MIPA 2
A. IBADAH HAJI
1. KETENTUAN IBADAH HAJI

a. Pengertian dan Hukum Haji


Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Hukum melaksanakan ibadah haji
adalah wajib bagi yang mampu melaksanakannya, sebagaimana dijelaskan dalam
al-Qur’an surat Ali Imran ayat 97. Allah Swt. berfirman:
ۚ ‫ع إِلَ ْي ِه َسبِياًل‬ ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
8َ ‫ت َم ِن ا ْستَطَا‬ ِ َّ‫َات َمقَا ُم إِب َْرا ِهي َم ۖ َو َم ْن َد َخلَهُ َكانَ آ ِمنًا ۗ َوهَّلِل ِ َعلَى الن‬
ٌ ‫ات بَيِّن‬ ٌ َ‫فِي ِه آي‬
َ‫َو َم ْن َكفَ َر فَإِ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي ع َِن ْال َعالَ ِمين‬
Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam.” (QS. Ali Imran:97)
Kewajiban haji adalah sekali dalam seumur hidup. Apabila ada yang
melaksanakan haji lebih dari sekali, hukumnya sunah. Hal ini didasarkan pada
hadis Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra.sebagai
berikut.
“Rasulullah saw. berkhutbah kepada kami, beliau berkata,‘Wahai sekalian
manusia, telah diwajibkan haji atas kamu sekalian.’Lalu al-Aqra bin Jabis berdiri
kemudian berkata, ‘Apakah kewajiban haji setiap tahun ya Rasulullah?’ Nabi
menjawab, ‘Sekiranya kukatakan ya, tentulah menjadi wajib, dan sekiranya
diwajibkan, engkau sekalian tidak akan mampu. Ibadah haji itu sekali saja. Siapa
yang menambahi itu berarti perbuatan sukarela saja.”
b. Syarat Wajib dan Syah Haji
Syarat haji terbagi ke dalam dua bagian, yaitu syarat wajib haji dan syarat sah haji.
Syarat haji ialah perbuatan-perbuatan yang harus dipenuhi sebelum ibadah haji
dilaksanakan. Apabila syarat syaratnya tidak terpenuhi, gugurlah kewajiban haji
seseorang. Para ulama ahli fikih sepakat bahwa syarat wajib haji adalah sebagai
berikut.
1) Islam
2) Berakal (tidak gila)
3) Baligh
4) Ada muhrimnya
5) Mampu dalam segala hal (misalnya dalam hal biaya, kesehatan, keamanan, dan
nafkah bagi keluarga yang ditinggalkan)
Sedangkan Syarat sah haji adalah sebagai berikut.
1) Islam
2) Baligh
3) Berakal, dan
4) Merdeka.

c. Rukun Haji
Adapun rukun haji adalah perbuatan-perbuatan yang harus dilaksanakan atau
dikerjakan sewaktu melaksanakan ibadah haji. Maka apabila ditinggalkan, ibadah
hajinya tidak sah. Adapun rukun haji adalah sebagai berikut:
1. Ihram Ihram
adalah berniat mengerjakan ibadah haji atau umrah yang ditandai dengan
mengenakan pakaian ihram yang berwarna putih dan membaca lafadz, “Labbaika
Allahumma hajjan.” (bagi yang akan melaksanakan ibadah haji), dan membaca
lafadz, “Labbaika Allahumma umratan.” (bagi yang berniat umrah). Ibadah haji
dan umrah harus diawali dengan ihram. Apabila dengan sengaja jamaah miqat
tanpa ihram, maka dia harus kembali ke salah satu miqat untuk berihram. Apabila
jamaah telah berihram, maka sejak itu berlaku semua larangan ihram sampai
tahallul.
2. Wukuf Wukuf
yaitu hadir di padang Arafah pada tanggal 9 Djulhijjah dari tergelincirnya
matahari hingga terbenam. Wukuf adalah bentuk pengasingan diri yang merupakan
gambaran bagaimana kelak manusia dikumpulkan di padang Mahsyar. Wukuf di
Arafah merupakan saat yang tepat untuk mawas diri, merenungi atas apa yang
pernah dilakukan, menyesali dan bertaubat atas segala dosa yang dikerjakan, serta
memikirkan apa yang akan dilakukan untuk menjadi muslim yang taat kepada
Allah Swt. Selama wukuf perbanyaklah berzikir, tahmid, tasbih, tahlil, dan
istighfar. Berdoalah sebanyak mungkin, karena doa yang kita panjatkan dengan
ikhlas dan khusyu’ akan dikabulkan oleh Allah Swt. Wukuf yang dicontohkan
Rasulullah saw. diawali dengan shalat berjama’ah dzuhur dan ashar dengan jama’
takdim qashar. Setelah itu, dilanjutkan dengan khutbah guna memberikan
bimbingan wukuf, seruan-seruan ibadah, dan memanjatkan doa kepada Allah Swt.
Pelaksanaan wukuf di Arafah hanya terjadi sekali dalam setahun, yaitu setelah
matahari tergelincir (melewati pukul 12 siang) pada tanggal 9 Dzulhijjah bila pada
waktu tersebut jamaah tidak wukuf, maka hajinya tidak sah.
3. Thawaf Thawaf
adalah berputar mengelilingi Ka’bah dan dilakukan secara berlawanan dengan arah
jarum jam dengan posisi Ka’bah di sebelah kiri badan. Thawaf dimulai dari Hajar
Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad pula, dilakukan sebanyak tujuh kali putaran.
Para ulama sepakat bahwa thawaf ada tiga macam, yaitu:
a. Thawaf Qudum, yaitu thawaf yang dilakukan ketika jamaah haji baru tiba di
Mekah.
b. Thawaf Ifadhah, yaitu thawaf yang dilakukan pada hari qurban setelah melontar
jumrah aqabah. Inilah thawaf yang wajib dilakukan pada waktu haji. Apabila
ditinggalkan, maka hajinya batal.

c. Thawaf Wada’, yaitu thawaf perpisahan bagi jamaah yang akan meninggalkan
Mekah. Adapun Thawaf Sunnah adalah thawaf yang dilakukan kapan saja sesuai
dengan kemampuan jamaah. Syarat sah Thawaf Syarat sah thawaf adalah sebagai
berikut.
 Niat
 Menutup aurat
 Suci dari hadas
 Dilakukan sebanyak tujuh kali putaran
 Dimulai dan diakhiri di hajar aswad
 Posisi Ka’bah di sebelah kiri orang yang berthawaf
 Dilaksanakan di dalam Masjidil Haram

4. Sa’i Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shofa dan bukit Marwah sebanyak
tujuh kali yang dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwah. Sa’i
dilakukan setelah pelaksanaan ibadah thawaf. Syarat sah sa’i Syarat sah sa’i adalah
sebagai berikut.
a. Dilakukan sebanyak tujuh kali putaran (berawal di bukit Shofa dan berakhir di
bukit Marwah)
b. Dilakukan setelah thawaf ifadhah atau setelah thawaf qudum.
c. Menjalani secara sempurna jarak Shofa-Marwah dan Marwah-Shofa.
d. Dilakukan di tempat sa’i.
5. Tahallul Tahallul adalah mencukur atau memotong rambut kepala sebagian atau
seluruhnya minimal tiga helai rambut. Tahallul dilakukan setelah melontar jumrah
aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah, yang disebut dengan tahallul awwal. Setelah
jamaah melakukan tahallul awal ini larangan-larangan haji kembali dibolehkan
kecuali berhubungan suami isteri. Tahallul tsani dilakukan setelah thawaf ifadhah
dan sa’i.
6. Tertib Tertib yaitu berurutan dalam pelaksanaan mulai ihram hingga tahallul.

d. Wajib Haji
Wajib haji ini adalah segala kewajiban yang perlu dikerjakan supaya ibadah haji
seseorang menjadi sah. Wajib haji ini berbeda dengan rukun haji, yang mana
ketika salah satu rukun haji tidak dilakukan maka hajinya tidaklah sah dan tidak
bisa digantikan dengan membayar dam (denda).
Berbeda dengan wajib haji yang mana ketika seseorang meninggalkannya, maka
orang tersebut hanya dikenai hukuman membayar dam. Untuk wajib haji sendiri
adalah sebagai berikut :
1. Ihram dari Miqat (batas negara yang sudah ditentukan).
2. Bermalam (Mabit) di kota Muzdalifah.
3. Melempar Jumrah (Ula, Wustha dan ‘Aqabah).
4. Bermalam (Mabit) di kota Mina.
5. Melakukan thawaf wada’ (thawaf perpisahan) sebelum meninggalkan kota
Makkah.
6. Menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam ihram.
2. PELAKSANAAN IBADAH HAJI
1. Sebelum tanggal 8 Dzulhijjah, semua jamaah haji mulai untuk melaksanakan
Tawaf Haji di Masjidil Haram (Makkah).
2. Tanggal 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyah) disebut dengan hari tarwiyah, karena para
jama’ah haji menyiapkan bekal secukupnya untuk menuju mina dan padang arafah,
karena kedua tempat tersebut tidak ada sumber air.
3. Jamaah haji melakukan ihram untuk ibadah haji, dimulai dengan mandi,
memakai wewangian serta mengenakan pakaian ihram, sambil ber-talbiyah
mengucapkan.
4. Berangkat menuju Mina dan setelah di Mina, mereka mendirikan shalat zhuhur,
ashar, maghrib dan isya serta shalat subuh. Setiap shalat dikerjakan pada
waktunya, namun shalat yang jumlah rakaatnya empat diqashar sehingga menjadi
dua rakaat. Para jamaah tetap berada di Mina sampai matahari terbit pada tanggal 9
Dzulhijjah.
5. Tanggal 9 Dzulhijjah, pagi harinya semua jamaah haji menuju ke padang Arafah
untuk melakukan wukuf. Kemudian semua jamaah haji melaksanakan ibadah
Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang Arafah hingga Maghrib tiba.
Disunnahkan bagi jama’ah untuk singgah di namirah dan jika memungkinkan
berdiam di sana hingga matahari tergelincir, jika memungkinkan.
Namirah adalah sebuah tempat yang terletak dekat perbatasan arafah, apabila
matahari tergelincir, dan masuk maktu zhuhur. Disunnahkan bagi imam atau orang
yang diwakilkan untuk menyampaikan khutbah di hadapan para jama’ah,
berkenaan dengan kondisi kaum muslimin, agar kembali memperbaharui tauhid,
hukum-hukum seputar ibadah haji, dan perkara-perkara penting lainnya.
6. Waktu wukuf di arafah mulai dari terbit fajar tanggal 9 dzulhijah hingga terbit
fajar tanggal 10 dzulhijah. Barang siapa yang melakukan wukuf pada waktu
tersebut walaupun sebentar, maka ia dianggap telah mengerjakan wukuf, dan
hajinya sah.
Barang siapa yang tidak mengerjakan wukuf pada waktu tersebut maka hajinya
tidak sah, sebagaimana yang diriwayatkan dalam dari ibnu ‘abbas hadits marfu’
“barang siapa yang mengerjakan wukuf sebelum matahari terbit (pada tanggal 10
dzulhijjah) maka ia telah mengerjakan haji”. [Disahihkan oleh Al-Albani (No.
5995) dalam shahihul jami’.
7. Tanggal 9 Dzulhijjah malam, semua jamaah haji menuju ke Muzdalifah untuk
mabit (bermalam di muzdalifah) dan mengambil batu untuk melontar jumroh
secukupnya.
8. Tanggal 9 Dzulhijjah tengah malam atau setelah melakukan mabit, jamaah haji
meneruskan perjalanannya ke Mina untuk melaksanakan ibadah melontar Jumroh.
9. Pada Tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah haji melaksanakan ibadah melempar
Jumroh yaitu sebanyak 7x ke Jumrah Aqabah sebagai simbol untuk mengusir
setan. Dilanjutkan dengan tahalul yaitu mencukur rambut atau sebagian rambut.
10. Jika jamaah mengambil nafar awal maka dapat dilanjutkan perjalanannya ke
Masjidil Haram untuk Tawaf Haji atau menyelesaikan Haji.
11. Sedangkan jika mengambil nafar akhir, jamaah haji tetap tinggal di Mina dan
dilanjutkan dengan melontar jumrah sambungan, yaitu jumrah ‘Ula dan jumrah
Wustha.
12. Tanggal 11 Dzulhijjah, jamaah haji melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu
pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
13. Tanggal 12 Dzulhijjah, jamaah haji melempar jumrah sambungan (wusta) di
tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
14. Kemudian yang terakhir Jamaah haji kembali ke Makkah untuk melaksanakan
Tawaf Wada’ yaitu Tawaf perpisahan sebelum pulang ke negara masing-masing.
3. UMRAH
Umrah (bahasa Arab: ‫ )عمرة‬adalah salah satu kegiatan ibadah dalam agama Islam.
Hampir mirip dengan ibadah haji, ibadah ini dilaksanakan dengan cara melakukan
beberapa ritual ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di Masjidil Haram.

Pada istilah teknis syari'ah, Umrah berarti melaksanakan tawaf di Ka'bah dan sa'i
antara Shofa dan Marwah, setelah memakai ihram yang diambil dari miqat. Sering
disebut pula dengan haji kecil.

Perbedaan umrah dengan haji adalah pada waktu dan tempat. Umrah dapat
dilaksanakan sewaktu-waktu (setiap hari, setiap bulan, setiap tahun) dan hanya di
Mekkah, sedangkan haji hanya dapat dilaksanakan pada beberapa waktu antara
tanggal 8 Dzulhijjah hingga 12 Dzulhijjah serta dilaksanakan sampai ke luar kota
Mekkah.
4. HIKMAH IBADAH HAJI
Ibadah haji adalah merupakan Rukun Islam yang kelima dan dikatakan juga
sebagai rukun yang terakhir. Diantara kelima-lima rukun tersebut, ibadah haji ini
agak luar biasa sedikit. Ia dikatakan semikian kerana untuk melakukannya
seseorang itu mesti berkunjung ke Mekah Al Mukarramah di Arab Saudi.
Disamping itu ia dikerjakan cuma sekali setahun yaitu pada bulan haji (Zulhijjah)
dan diwajibkan keatas umat Islam yang mampu sekali seumur hidup. Kewajipan ke
atas umat Islam untuk mengerjakan haji ini adalah berdasarkan firman Allah :

"Mengerjakan haji adalah kewajipan manusia terhadap Allah yaitu bagi orang-
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari kewajipan haji maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari alam
semesta." (Ali Imran 97)

Allah menjanjikan bahawa orang yang mengerjakan haji akan dapat menyaksikan
keuntungan-keuntungan iaitu himah-hikmah yang boleh diperolehi disebalik
ibadah haji itu. Di antara hikmah-hikmah haji ialah:

1. Menjadi tetamu Allah- Kaabah atau Baitullah itu dikatakan juga sebagai
'Rumah Allah'. Walau bagaimana pun haruslah difahami bahawa bukanlah Allah
itu bertempat atau tinggal disitu. Sesungguhnya Allah itu ada dimana mana. Ia
dikatakan sebagai 'Rumah Allah' kerana mengambil apa yang diucapkan oleh Nabi
Ibrahim a.s. oleh yang demikian orang yang mengerjakan haji adalah merupakan
tetamu istimewa Allah. Dan sudah menjadi kebiasaan setiap tetamu mendapat
layanan yang istimewa dari tuan rumah. Rasulullah bersabda: "Orang yang
mengerjakan haji dan orang yang mengerjakan umrah adalah tetamu Allah Azza
wa jalla dan para pengunjung-Nya. Jika mereka meminta kepada-Nya nescaya
diberi-Nya. Jika mereka meminta ampun nescaya diterima-Nya doa mereka. Dan
jika mereka meminta syafaat nescaya mereka diberi syafaat." (Ibnu Majah)

2. Mendapat tarbiah langsung daripada Allah - Di kalangan mereka yang pernah


mengerjakan haji, mereka mengatakan bahawa Ibadah Haji adalah kemuncak ujian
daripada Allah s.w.t. Ini disebabkan jumlah orang yang sama-sama mengerjakan
ibadah tersebut adalah terlalu ramai hingga menjangkau angka jutaan orang.
Rasulullah bersabda: "Bahwa Allah Azza wa jalla telah menjanjikan akan 'Rumah'
ini, akan berhaji kepadanya tiap-tiap tahun enam ratus ribu. Jika kurang nescaya
dicukupkan mereka oleh Allah dari para malaikat." Sabda Rasulullah laga, "Dari
umrah pertama hingga umrah yang kedua menjadi penebus dosa yang terjadi
diantara keduanya,sedangkan haji yang mabrur (haji yang terima) itu tidak ada
balasannya kecuali syurga." (Bukhari dan Muslim)

3. Membersihkan dosa - Mengerjakan Ibadah Haji merupakan kesempatan untuk


bertaubat dan meminta ampun kepada Allah. Terdapat beberapa tempat dalam
mengerjakan ibadah haji itu merupakan tempat yang mustajab untuk berdoa dan
bertaubat. Malah ibadah haji itu sendiri jika dikerjakan dengan sempurna tidak
dicampuri dengan perbuatan-perbuatan keji maka Allah akan mengampunkan
dosa-dosanya sehingga ia suci bersih seperti baru lahir ke dunia ini. Rasulullah
bersabda: "Barangsiapa yang melakukan Ibadah Haji ke Baitullah dengan tidak
mengucapkan perkataan keji, tidak berbuat fasik, dia akan kembali ke negerinya
dengan fitrah jiwanya yang suci ibarat bayi baru lahir daripada perut ibunya."
(Bukhari Muslim)

4. Memperteguhkan iman - Ibadah Haji secara tidak langsung telah


menghimpunkan manusia Islam dari seluruh pelusuk dunia. Mereka terdiri dari
berbagai bangsa, warna kulit dan bahasa pertuturan. Hal ini membuka pandangan
dan fikiran tentang kebenaran Al-Quran yang diterangkan semua dengan jelas dan
nyata. Firman -Nya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal." (Al-Hujurat 13) "Dan
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlainan bahasamu dan warna kulitmu." (Ar-Rumm 22)

5. Iktibar daripada peristiwa orang-orang soleh - Tanah suci Mekah adalah


merupakan lembah yang menyimpan banyak rentetan peristiwa-peristiwa
bersejarah. Diantaranya sejarah nabi-nabi dan rasul, para sahabat Rasulullah,para
tabiin, tabi’ut tabiin dan salafus soleh yang mengiringi mereka. Sesungguhnya
peristiwa tersebut boleh diambil iktibar atau pengajaran untuk membangun jiwa
seseorang. Rasulullah bersabda: "Sahabat-sahabatku itu laksana bintang-bintang
dilangit, jika kamu mengikut sahabat-sahabatku niscaya kamu akan mendapat
petunjuk." Di antara peristiwa yang terjadi ialah:

Pertemuan di antara Nabi Adam a.s. dengan Siti Hawa di Padang Arafah.

Siti Hajar dan Nabi Ismail ditinggalkan di tengah padang pasir yg kering kontang
di antara Bukit Safa dan Marwah.

Pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. menyembelih Nabi Ismail sebagi menurut perintah
Allah.

Nabi Ismail a.s. dan Nabi Ibrahim mendirikan Kaabah.

Lahirnya seorang anak yatim yang miskin dan serba kekurangan. Tidak tahu
membaca dan menulis tetapi mempunyai akhlak yang terpuji hingga mendapat
gelaran 'Al-Amin.

Medan Badar dan Uhud sewajarnya mengingati seseorang kepada kegigihan


Rasulullah dan para sahabat menegakkan agama Allah.
6. Merasa bayangan Padang Mahsyar - Bagi orang yang belum mengerjakan haji
tentunya belum pernah melihat dan mengikuti perhimpunan ratusan ribu manusia
yang berkeadaan sama tiada beza. Itu semua dapat dirasai ketika mengerjakan haji.
Perhimpunan di Padang Arafah menghilangkan status dan perbezaan hidup
manusia sehingga tidak dapat kenal siapa kaya, hartawan, rakyat biasa, raja atau
sebagainya. Semua mereka sama dengan memakai pakaian seledang kain putih
tanpa jahit. Firman Allah s.w.t: "Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah
adalah siapa yang paling taqwa." (Al-Hujurat-13)

7. Syiar perpaduan umat Islam - Ibadah Haji adalah merupakan syiar perpaduan
umat Islam. Ini kerana mereka yang pergi ke Tanah Suci Makkah itu hanya
mempunyai satu tujuan dan matlamat iaitu menunaikan perintah Allah atau
kewajipan Rukun Islam yang kelima. Dalam memenuhi tujuan tersebut mereka
melakukan perbuatan yang sama,memakai pakaian yang sama, mengikut tertib
yang sama malah boleh dikatakan semuanya sama. Ini menggambarkan perpaduan
dan satu hati umat Islam. Dan gambaran inilah yang semestinya diamalkan dalam
kehidupan seharian umat Islam apabila mereka kembali ke negara asal masing-
masing.

Demikian pula haji, sebuah ibadah tahunan yang besar yang Allah syari’atkan bagi
para hamba-Nya, mempunyai berbagai manfaat yang besar dan tujuan yang besar
pula, yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat. Dan diantara hikmah ibadah
haji ini adalah.

1. Mengikhlaskan Seluruh Ibadah

Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghadapkan hati


kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan haq,
kecuali Dia dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama yang indah
dan sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-
Nya dan tidak ada tandingan-Nya.
2. Mendapat Ampunan Dosa-Dosa dan Balasan Jannah

Sesungguhnya barangsiapa mendatangi Ka’bah, kemudian menunaikan haji atau


umrah dengan baik, tanpa rafats dan fusuuq serta dengan ikhlas karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala semata, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni
dosa-dosanya dan menuliskan jannah baginya. Dan hal inilah yang didambakan
oleh setiap mu’min dan mu’minah yaitu meraih keberuntungan berupa jannah dan
selamat dari neraka.

3. Menyambut Seruan Nabi Ibrahima Alaihissalam

Nabi Ibrahim Alaihissalam telah menyerukan (agar berhaji) kepada manusia. Dan
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki (untuk
bisa) mendengar seruan Nabi Ibrahim Alaihissalam tersebut dan menyambutnya.
Hal itu berlangsung semenjak zaman Nabi Ibrahim hingga sekarang.

4. Menyaksikan Berbagai Manfaat Bagi Kaum Muslimin

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: "Agar supaya mereka menyaksikan


berbagai manfaat bagi mereka” [Al-Hajj : 28]

Alah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan manfaat-manfaat dengan muthlaq (secara


umum tanpa ikatan) dan mubham (tanpa penjelasan) karena banyaknya dan
besarnya menafaat-manfaat yang segera terjadi dan nanti akan terjadi baik duniawi
maupun ukhrawi.

Dan di antara yang terbesar adalah menyaksikan tauhid-Nya, yakni mereka


beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata. Mereka datang dengan
niat mencari wajah-Nya yang mulia bukan karena riya’ (dilihat orang lain) dan
juga bukan karena sum’ah (dibicarakan orang lain).
Bahkan mereka betauhid dan ikhlas kepada-Nya, serta mengikrarkan (tauhid) di
antara hamba-hamba-Nya, dan saling menasehati di antara orang-orang yang
datang (berhaji dan sebagainya,-pent) tentangnya (tauhid).

Mereka thawaaf mengelilingi Kabah, mengagungkan-Nya, menjalankan shalat di


rumah-Nya, memohon karunia-Nya, berdo’a supaya ibadah haji mereka diterima,
dosa-dosa mereka diampuni, dikembalikan dengan selamat ke nergara masing-
masing dan diberi anugerah kembali lagi untuk berdo’a dan merendah diri kepda-
Nya.

5. Saling Mengenal dan Saling Menasehati

Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling mengenal dan
saling berwasiat dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari segala penjuru,
dari barat, timur, selatan dan utara Makkah, berkumpul di rumah Allah Subhanahu
wa Ta’ala yang tua, di Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di Makkah. Mereka
saling mengenal, saling menasehati, sebagian mengajari yang lain, membimbing,
menolong, membantu untuk maslahat-maslahat dunia akhirat, maslahat taklim tata
cara haji, shalat, zakat, maslahat bimbingan, pengarahan dan dakwah ke jala Allah.

6. Mempelajari Agama Allah Subhanahu wa Ta’ala

Dan diantara manfaat haji yang besar adalah bahwa mereka bisa mempelajari
agama Allah dilingkungan rumah Allah yang tua, dan di lingkungann masjid
Nabawi dari para ulama dan pembimbing serta memberi peringatan tentang apa
yang mereka tidak ketahui mengenai hukum-hukum agama, haji, umrah dan
lainnya. Sehingga mereka bisa menunaikan kewajiban mereka dengan ilmu.
Seorang muslim diperintahkan untuk belajar, bagaimanapun (keadaannya) ia,
dimana saja dan kapan saja ; tetapi di lingkungan rumah Allah yang tua, urusan ini
(belajar agama) lebih penting dan mendesak.

7. Menyebarkan Ilmu

Di antara manfaat haji adalah menyebarkan ilmu kepada saudara-saudaranya yang


melaksanakan ibadah haji dan teman-temannya seperjalanan, yang di mobil, di
pesawat terbang, di tenda, di Mekkah dan di segala tempat. Ini adalah kesempatan
yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan. Engkau bisa menyebarkan ilmu-
mu dan menjelaskan apa yang engkau miliki, akan tetapi haruslah dengan apa yang
engkau ketahui berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah dan istimbath ahli ilmu dari
keduanya. Bukan dari kebodohan dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari
Al-Kitab dan As-Sunnah.

8. Memperbanyak Ketaatan
B. ZAKAT
1. KETENTUAN ZAKAT

a. Pengertiana Zakat
Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk
diberikan kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan
semacamnya, sesuai dengan yang ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun
Islam ke-4 dan menjadi salah satu unsur paling penting dalam menegakkan syariat
Islam.
Oleh karena itu, hukum zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti
shalat, puasa, dan lainnya dan telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan
Sunnah.
Macam-Macam Zakat
Zakat terdiri dari dua macam:
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat Muslim menjelang hari raya
Idul Fitri atau pada bulan Ramadan. Zakat fitrah dapat dibayar dengan setara 3,5
liter (2,5 kilogram) makanan pokok dari daerah yang bersangkutan. Makanan
pokok di Indonesia adalah nasi, maka yang dapat dijadikan sebagai zakat adalah
berupa beras.
2. Zakat Maal
Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil pertanian, hasil
pertambangan, hasil laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas dan
perak. Masing-masing jenis penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.
Dalam Undang-Undang (UU) tentang Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1998,
pengertian zakat maal adalah bagian dari harta yang disisihkan oleh seorang
Muslim atau badan yang dimiliki orang Muslim sesuai ketentuan agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.
UU tersebut juga menjelaskan tentang zakat fitrah, yaitu sejumlah bahan pokok
yang dikeluarkan pada bulan Ramadan oleh setiap Muslim bagi dirinya dan bagi
orang yang ditanggungnya, yang memiliki kewajiban makan pokok untuk sehari
pada hari raya Idul Fitri.

Perhitungan Zakat
1. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras per liter. Contoh: harga beras yang
biasa kamu makan sehari-hari Rp 10.000 per liter, maka zakat fitrah yang harus
dibayar per orang sebesar Rp 35.000. Jika dihitung dari segi berat, maka zakat
fitrah per orang = 2,5 kg x harga beras per kg.

2. Zakat Maal
Zakat Maal = 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun. Menghitung
nisab zakat maal = 85 x harga emas pasaran per gram.

Contoh: Umi punya tabungan Rp 100 juta, deposito Rp 200 juta, rumah kedua
yang dikontrakkan senilai Rp 500 juta, dan emas perak senilai Rp 200 juta. Total
harta yang dimiliki Rp 1 miliar. Semua harta sudah dimiliki sejak 1 tahun lalu.
Misal harga 1 gram emas sebesar Rp 600 ribu, maka batas nisab zakat maal 85 x
Rp 600 ribu = Rp 51 juta. Karena harta Umi lebih dari limit nisab, maka ia harus
membayar zakat maal sebesar Rp 1 miliar x 2,5% = Rp 25 juta per tahun.

3. Zakat penghasilan
Untuk mengetahui zakat penghasilanmu, kurangi total pendapatan dengan utang.
Lalu hasilnya dikali 2,5%. Nisab zakat penghasilan adalah 520 x harga makanan
pokok.
Contoh: Irman menerima gaji bulanan Rp 7 juta. Punya utang cicilan motor sebesar
Rp 1 juta. Maka sisa penghasilan tersebut masih Rp 6 juta. Di sisi lain, rata-rata
harga beras 1 kg adalah Rp 10 ribu. Jadi batas nisab zakat penghasilan 520 x Rp 10
ribu = Rp 5,2 juta.
Karena sisa gajimu sudah melebihi batas nisab, maka zakat penghasilan yang wajib
dibayar adalah Rp 6 juta x 2,5% = Rp 150 ribu.
Penerima Zakat

Yang Berhak Menerima Zakat Siapa saja yang berhak menerima zakat?
Yang berhak mendapatkan zakat menurut kaidah Islam dibagi menjadi 8
golongan. Golongan-golongan tersebut adalah:
1. Fakir
Golongan orang yang hampir tidak memiliki apapun sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
2. Miskin
Golongan orang yang memiliki sedikit harta, tetapi tidak bisa mencukupi
kebutuhan dasar untuk hidupnya.
3. Amil
Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Mu'alaf
Orang yang baru masuk atau baru memeluk agama Islam dan memerlukan
bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
5. Hamba Sahaya
Orang yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin
Orang yang berutang untuk memenuhi kebutuhannya, dengan catatan
bahwa kebutuhan tersebut adalah halal. Akan tetapi tidak sanggup untuk
membayar utangnya.
7. Fisabilillah
Orang yang berjuang di jalan Allah.
8. Ibnus Sabil
Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanannya dalam ketaatan kepada
Allah.
Dari pembahasan di atas, kamu pasti sudah dapat mengetahui apakah
kamu termasuk orang yang harus membayar zakat atau yang berhak
menerima zakat. Dengan memenuhi kewajiban Anda sebagai umat Muslim
untuk membayar zakat, tentu saja banyak kebaikan yang bisa didapat.
Beberapa kebaikan tersebut di antaranya adalah:
 Mempererat tali persaudaraan antara masyarakat yang kekurangan
dengan yang berkecukupan
 Ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan
kepadamu
 Mengusir perilaku buruk yang ada pada seseorang
 Sebagai pembersih harta dan menjaga seseorang dari ketamakan harta
Untuk pengembangan potensi diri bagi umat Islam
Menciptakan Ketenangan
Zakat dapat memberikan ketenangan dan ketentraman, bukan hanya kepada
penerima tapi juga kepada orang yang membayar zakat. Perlu diingat bahwa segala
hal baik yang telah kamu lakukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah
SWT, seperti berzakat maka tidak akan mengurangi sedikitpun hartamu, tapi Allah
menjanjikan akan melipatgandakannya. Jadi jangan kikir atau pelit ya.

C. WAKAF
Pengertian dan Penjelasan Wakaf, Rukun Wafaf, Syarat dan Hukumnya
Sebelum lebih jauh menunaikan amalan wakaf dan rukun wakaf, ada baik nya kita
ketahui dulu apa itu wakaf dan pengertiannya.
Kata Wakaf atau “waqf” yaitu berasal dari bahasa Arab, Waqafa yang artinya
menahan atau berhenti atau berdiam di tempat atau tetap berdiri. Menurut istilah
fiqih, Wakaf adalah memindahkan harta milik pribadi menjadi milik suatu badan
yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Dengan tujuan untuk mendapatkan
kebaikan dan ridha dari Allah SWT.

Jika ditinjau dari segi syari’ah, wakaf adalah menahan sesuatu benda yang kekal
zatnya, untuk diambil manfaatnya untuk kebaikan dan kemajuan agama. Menahan
suatu benda yang kekal zatnya, artinya tidak dijual dan tidak diberikan serta tidak
pula diwariskan, tetapi hanya disedekahkan untuk diambil manfaatnya saja.

Rukun Wakaf
Kebanyakan jumhur ulama yaitu mazhab Syafi’i, Maliki dan Hanbali, mereka
semua sepakat bahwa rukun wakaf ada 4, yaitu:

1. Orang yang Memberikan Wakaf (Wakif)


Wakif menjadi rukun wakaf pertama, Islam menekankan secara detail tentang
syarat-syarat seorang wakif. Mulai dari merdeka, berakal sehat, dewasa atau baligh
dan tidak sedang berada dalam pengampuan atau tanggungan orang lain (orang
tua/wali). Keberadaan wakif yang memenuhi syarat dalam sebuah niat atau
transaksi wakaf adalah mutlak harus dipenuhi seutuhnya. Kesepakatan bisa terjadi
dan sah hukumnya antara wakif dan penerima wakaf apabila rukun pertama ini
dipenuhi.

2. Barang dan Harta yang Diwakafkan (Mauquf)


Rukun kedua ini mengandung arti adalah harta yang diwakafkan harus memenuhi
syarat. Tidak sah suatu kesepakatan wakaf apabila harta yang diwakafkan tidak
mengandung manfaat dan bukan termasuk harta yang dimiliki (rumah sewaan,
kontrak, dll). Lalu harta yang akan diwakafkan pun menjadi tidak sah apabila
barang yang akan diwakafkan tidak diketahui jumlah pastinya, misalnya
mewakafkan sebagian tanah yang dimiliki namun tak mengetahui pasti berapa
kadar “sebagian” itu. Hal ini untuk mencegah terjadinya sengketa di kemudian
hari, yang dapat menghambat pengembangan harta wakaf.
3. Tujuan Wakaf / Orang yang Menerima Wakaf (Mauquf ‘alaih)
Rukun keempat adalah wakaf harus dimanfaatkan dalam batas-batas yang sesuai
dengan syariat Islam. Pada dasarnya wakaf adalah amalan yang ditunaikan untuk
mendekatkan dairi antara Manusia kepada Allah. Menurut Mazhab Syafii yang
banyak digunakan di Indonesia, mauquf ‘alaih adalah ibadah menurut pandangan
Islam saja, tanpa memandang keyakinan wakif. Karena itu sah wakaf muslim dan
non muslim kepada badan-badan sosial seperti penampungan, tempat
peristirahatan, badan kebajikan dalam Islam seperti masjid. Dan tidak sah wakaf
muslim dan non muslim kepada badan-badan sosial yang tidak sejalan dengan
Islam seperti Gereja.

4. Ikrar Penyerahan Wakaf Kepada Badan, Organisasi atau Orang Tertentu


(Sighat)
Rukun wakaf yang terakhir adalah sigat, Sigat adalah segala ucapan, tulisan, atau
isyarat dari orang yang berakad untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan apa
yang diinginkannya. Status Sigat (pernyataan), secara umum adalah salah satu
rukun wakaf. Wakaf tidak sah tanpa sigat, setiap sigat mengandung ijab dan
mungkin mengandung qabul pula.

Dasar (dalil) perlunya Sigat (pernyataan) ialah karena wakaf adalah melepaskan
hak milik dan benda dan manfaat atau dari manfaat saja dan memiliki kepada yang
lain, maksud tujuan melepaskan dan memilikkan adalah urusan hati. Tidak ada
yang menyelami isi hati orang lain secara jelas, kecuali melalui pernyataan sendiri.
(cal)

Syarat Wakaf
Orang yang memberikan wakaf berhak atas perbuatan itu dan atas kehendaknya
sendiri.
Orang yang menerima wakaf harus jelas, baik berupa organisasi, badan atau orang
tertentu.
Berlaku untuk selamanya, artinya tidak terikat dalam jangka waktu tertentu.
Barang yang diwakafkan berwujud nyata pada saat diserahkan.
Jelas Ikrarnya, dan penyerahannya lebih baik tertulis dalam akta notaris sehingga
jelas, dan tidak akan timbul masalah baru pada pihak keluarga yang memberi
wakaf.
Hukum Wakaf
Wakaf hukumnya sunah dan harta yang diwakafkan terlepas dari pemiliknya, lalu
semata-mata menjadi hak Allah, tidak boleh dijual atau dihibahkan untuk
perseorangan dan sebagainya.

Wakaf harus digunakan menurut ketentuan akad wakaf pada waktu mewakafkan.
kelebihan wakaf dari amal-amal lain, ialah telah disebutkan dalam hadits, dari Abu
Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda:

Dari Abu Hurairah ra bahawa Rasulullah Saw bersabda: ” Jika anak adam telah
meninggal, maka putus semua amalnya kecuali tiga: amal jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak yang shaleh yang mendoakan kepadanya.” (HR. Muslim)

Anda mungkin juga menyukai