Anda di halaman 1dari 6

JPII 1 (1) (2012) 21-26

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia


http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii

PENGEMBANGAN ALAT UKUR BERPIKIR KRITIS PADA KONSEP


TERMOKIMIA UNTUK SISWA SMA PERINGKAT ATAS DAN
MENENGAH

Kartimi*, Liliasari

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia

Diterima: 8 Januari 2012. Disetujui: 25 Februari 2012. Dipublikasikan: April 2012

ABSTRAK

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengembangkan berpikir kritis, diperlukan suatu alat evalu-
asi yang dapat mengukur kemampuan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ke-
terampilan berpikir kritis siswa pada konsep Termokimia antara siswa SMA kategori peringkat atas dan mene-
ngah yang ada di wilayah Cirebon, Kuningan, dan Majalengka. Hal ini menunjukkan bahwa perangkat tes yang
dikembangkan dapat membedakan kemampuan berpikir kritis di wilayah Cirebon (daerah pantai), kabupaten
Kuningan (daerah pegunungan), dan Kabupaten Majalengka (daerah pertanian).

ABSTRACT

To find out the students’ achievement level to develop their critical thinking, it is needed an evaluation instrument
to measure their ability. The research result shows that there is a difference of critical thinking skill for Thermo
chemistry concept between top ranking and medium ranking of High School in the area of Cirebon, Kuningan,
and Majalengka. This result indicates that the test which is applied to the students is able to differentiate the criti-
cal thinking ability in the area of Cirebon (coastal area), Kuningan District (mountainous area), and Majalengka
District (agricultural area).

© 2012 Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNNES Semarang

Keywords: measuring instrument development; critical thinking

PENDAHULUAN ningkatkan kualitas sumber daya manusia Indo-


nesia agar menghasilkan generasi penerus yang
Perkembangan sains dan teknologi yang siap menghadapi tantangan zaman dan memili-
begitu pesat tidak hanya membuahkan kemaju- ki kemampuan berpikir yang berkualitas tinggi.
an, namun juga menimbulkan berbagai perma- Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia
salahan yang pelik, kompleks, dan multidimensi. Indonesia ini dapat dilakukan diantaranya me-
Permasalahan-permasalahan di bidang kehidu- lalui pendidikan sains. Sains yang sarat akan ke-
pan di abad ke-21 ini, menuntut individu untuk giatan berpikir dapat menjadi wahana untuk me-
memiliki ketangguhan dan kemampuan berpikir ningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas tinggi dalam menganalisis, me- Indonesia, terutama dalam membangun kete-
ngevaluasi, dan mencari alternatif penyelesaian rampilan berpikirnya. Pembentukan keterampi-
atas masalah yang dihadapi. lan ini sangat menentukan dalam membangun
Keadaan ini harus disikapi dengan me- kepribadian dan pola tindakan dalam kehidupan
setiap insan Indonesia, karena itu pembelajaran
sains perlu diberdayakan untuk mencapai mak-
*Alamat korespondensi:
Email: kartimisuherman@yahoo.com sud tersebut (Liliasari, 1999).
22 Kartimi dkk. / JPII 1 (1) (2012) 21-26

Pengembangan keterampilan berpikir ma- maka perlu dilakukan pengembangan alat ukur
nusia Indonesia bukan hanya ditujukan untuk berpikir kritis kimia untuk siswa SMA yang da-
menjadi warga negara yang baik yang taat hu- pat menentukan kualifikasi berpikir kritis kimia
kum saja, namun dalam kehidupan berdemo- dan membandingkan kualifikasi berpikir kritis
krasi masa kini perlu pula pemahaman terhadap siswa SMA di wilayah yang berbeda lingkungan
tatanan sosial, politik, hukum dan ekonomi sosialnya. Rumusan masalah dalam penelitian
bangsa, yang karenanya perlu kemampuan ber- ini, yaitu “Alat ukur yang bagaimanakah yang
pikir kritis tentang isu-isu yang melibatkan per- perlu dikembangkan untuk mengukur keteram-
bedaan pendapat berbagai pihak. Berpikir kritis pilan berpikir kritis pada konsep termokimia
penting untuk menghadapi isu-isu demokrasi lo- untuk siswa SMA?. Tujuan penelitian ini adalah
kal, nasional, dan internasional yang kompleks. mengembangkan alat ukur berpikir kritis pada
Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan konsep Termokimia untuk siswa SMA
oleh siswa karena menjadi modal dasar untuk Sejarah mengenai berpikir kritis dimulai
memahami berbagai hal, diantanya memahami dari John Dewey yang menyatakan pendapatnya
konsep dalam disiplin ilmu (Joyce, 1992). Berpi- bahwa berpikir kritis merupakan proses berpikir
kir kritis juga menyebabkan generasi muda dapat secara aktif, dimana kita berpikir mengenai se-
dengan mudah mengatur strategi tantangan dan gala sesuatu untuk diri sendiri, membangkitkan
persaingan global yang dihadapi (Liliasari, 1999). pertanyaan untuk diri sendiri, dan mencari infor-
Kemampuan berpikir kritis dalam pengaja- masi untuk diri kita sendiri.
ran dikembangkan dengan asumsi bahwa umum- Berpikir kritis adalah suatu sikap yang cen-
nya anak dapat mencapai berpikir kritis dan derung untuk mempertimbangkan dan memikir-
keterampilan berpikir selalu berkembang, dapat kan suatu masalah yang timbul dari pengalaman.
diajarkan dan dapat dipelajari (Nickerson, 1985). Glaser juga menyatakan bahwa berpikir kritis
Sebagai implikasi dari asumsi tersebut guru harus adalah suatu pengetahuan dari metode inkuiri/
memberikan unsur rangsangan seperti membuat penemuan. Pendapat Glasser yang terakhir me-
sistem evaluasi yang dapat membuka pola pikir ngenai berpikir kritis adalah keterampilan yang
siswa dari sekedar mengingat fakta menuju pola dapat diimplementasikan melalui metode inkuiri.
pikir yang kritis. Sesuai dengan karakteristiknya, Indikator berpikir kritis menurut Edward Glasser
berpikir kritis memerlukan latihan yang salah adalah pengenalan terhadap masalah, menginter-
satu caranya dengan kebiasaan mengerjakan so- pretasikan data, menyaring data dan informasi,
al-soal evaluasi yang mengembangkan keteram- menuliskan kesimpulan, serta mengenali asumsi
pilan berpikir kritis. dan nilai-nilai (Fisher, 2001)
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan Tokoh selanjutnya yang berbicara menge-
siswa dalam mengembangkan berpikir kritis, nai berpikir kritis adalah Robert Ennis (Fisher,
diperlukan suatu alat evaluasi yang dapat me- 2001). Berpikir kritis menurut Robert Ennis
ngukur kemampuan tersebut. Pengukuran meru- adalah pengambilan keputusan. Jadi dalam hal
pakan faktor penting dalam pendidikan karena ini, Ennis menekankan bahwa berpikir kritis lebih
melalui pengukuran akan diketahui secara persis berhubungan dengan alasan yang dapat diterima
dimana posisi siswa pada suatu saat atau pada ketika seseorang mengambil keputusan. Ennis
suatu kegiatan. Pengukuran dalam bidang pendi- (1985) mendefinisikan berpikir kritis sebagai cara
dikan dimaksudkan untuk mengukur atribut atau berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasar-
karakteristik siswa tertentu. Kegiatan penguku- kan penalaran yang difokuskan, untuk menentu-
ran terhadap karakteristik psikologi seseorang kan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Ber-
termasuk kompleks sehingga hanya orang yang pikir kritis menggunakan dasar proses berpikir
memiliki keahlian dan latihan tertentu yang da- untuk menganalisis argumen dan memunculkan
pat melakukannya. wawasan terhadap tiap-tiap makna dan inter-
Dari pendapat tersebut jelas bahwa berpi- pretasi, untuk mengembangkan pola penalaran
kir kritis termasuk karakteristik psikologis seseo- yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan
rang yang dapat diketahui kualifikasinya (rendah, bias yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan
sedang, atau tinggi) dan ahli itu bisa diketahui model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas
apabila diadaan pengukuran dengan aturan dan dan meyakinkan. Berpikir kritis menekankan as-
formula yang jelas. Berdasarkan pra penelitian pek pemahaman, analisis (Schlect, 1989), evalu-
saat ini belum ada alat ukur yang dapat menen- asi (Gerhard,, 1971; Schleect, 1989; Ennis, 1991).
tukan berpikir kritis seorang siswa SMA khusus- Menurut Ennis (1985) dalam Goal for A
nya dalam bidang kimia. Critical Thinking Curiculum, terdapat lima tahap
Berdasarkan pernyataan dan fakta tersebut berpikir dengan masing-masing indikatornya se-
Kartimi dkk. / JPII 1 (1) (2012) 21-26 23

bagai berikut: 1. memberikan penjelasan sederha- kritis menggunakan proses-proses berpikir dasar,
na, meliputi: memfokuskan pertanyaan, menga- menganalisis argumen-argumen, dan menghasil-
nalisis pernyataan, dan bertanya dan menjawab kan pemahaman makna dan interpretasi tertentu.
pertanyaan tentang suatu penjelasan; 2. memban- Kemampuan tersebut juga mengembangkan po-
gun keterampilan dasar, meliputi: mempertim- la-pola nalar dan kohesif, memahami asumsi dan
bangkan apakah sumber dapat dipercaya/ tidak, bias yang melandasi posisi-posisi tertentu, untuk
dan mengamati dan mempertimbangkan suatu mendapatkan suatu gaya, presentasi yang terper-
laporan hasil observasi; 3. menyimpulkan, me- caya, konsisten, dan meyakinkan.
liputi: mendeduksi dan mempertimbangkan hasil Berpikir kritis adalah suatu proses untuk
deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan mencari makna bukan sekedar perolehan penge-
hasil induksi, membuat dan menentukan nilai tahuan (Arendt, 1977 dalam Costa ed. 1985).
pertimbangan; 4. memberikan penjelasan lanjut, Liliasari (1997) menyatakan bahwa berpikir kri-
meliputi: mendefinisikan istilah dan pertimban- tis mampu mempersiapkan siswa berpikir pada
gan dalam tiga dimensi, dan mengidentifikasi berbagai disiplin ilmu serta dapat digunakan
asumsi; 5. Mengatur strategi dan taktik, meliputi: untuk memenuhi kebutuhan intelektual dan pe-
a) menentukan tindakan, b) berinteraksi dengan ngembangan potensi dirinya.
orang lain. Berpikir kritis merupakan sebuah proses
Menurut Richard Paul, berpikir kritis ada- yang terarah dan jelas yang digunakan dalam
lah suatu gaya berpikir mengenai suatu masalah kegiatan mental seperti memecahkan masalah,
dimana si pemikir dapat meningkatkan kemam- mengambil keputusan, membujuk, menganalisis
puannya dalam berpikir. Richard Paul juga me- asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Ber-
nyatakan bahwa seseorang tidak hanya sekedar pikir kritis memungkinkan siswa untuk mempe-
berpikir, tetapi dia juga mampu berpikir menge- lajari masalah secara sistematis, mengahdapi ber-
nai apa yang dipikirkannya atau thinking about juta tantangan dengan cara yang terorganisasi,
thinking. merumuskan pertanyaan inovatif, dan meran-
Definisi pertama berpikir kritis adalah me- cang solusi.
refleksikan setiap pemikiran dalam memutuskan Berdasarkan uraian di atas, dapat di-
mengenai apa yang dipercayai atau apa yang dila- nyatakan bahwa berpikir kritis adalah kemam-
kukan (Ronning dkk., 2004). Jadi berpikir kritis puan untuk mengatakan sesuatu dengan penuh
merupakan suatu aktifitas berefleksi. Berpikir percaya diri. Berpikir kritis memungkinkan siswa
kritis juga mengarah pada pemikiran terhadap untuk menemukan kebenaran di tengah banjir
sesuatu hal supaya kita mempunyai pemahaman kejadian dan informasi yang mengelilingi me-
yang lebih dalam. Definisi yang ke dua dari berpi- reka setiap hari. Dengan demikian keterampilan
kir kritis akan meningkatkan kemampuan dalam berpikir kritis siswa adalah cara berpikir siswa
mengumpulkan, menginterpretasikan, mengeva- untuk menganalisis argumen dan memunculkan
luasi, dan memilih informasi dengan tujuan un- wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpre-
tuk membuat pilihan-pilihan yang jelas. Definisi tasi serta untuk mengembangkan pola penalaran
ketiga dari berpikir kritis adalah membedakan yang kohesif dan logis.
antara hasil dengan suatu proses. Berpikir kritis Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap
lebih dari pengambilan keputusan dan meyaki- individu untuk menyikapi permasalahan kehidu-
ni bahwa suatu proses dari keputusan lebih dari pan yang dihadapi. Dalam berpikir kritis, seorang
keputusan sendiri. Richard paul mengelompok- dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau
kan berpikir kritis ke dalam 22 indikator berpikir memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat ber-
kritis, beberapa diantaranya adalah kemampuan tindak lebih tepat. Penyesuaian-penyesuain ini ti-
bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan, daklah acak atau bersifat instink, tapi didasarkan
kemampuan memberi kesimpulan, kemampuan pada standar atau rambu-rambu yang oleh Ennis
menganalisis, dll (Paul, 2005). di sebut “nalar” (reason). Seorang yang berpikir
Menurut Presseisen (1985) bahwa berpikir kritis adalah orang yang terampil penalarannya.
pada umumnya diasumsikan sebagai suatu pro- Dia mempunyai kemampuan untuk mengguna-
ses kognitif, suatu tindakan mental dalam usaha kan penalarannya dalam suatu konteks dimana
memperoleh pengetahuan. Meskipun kognitif penalarannya digunakan sebagai dasar pemiki-
berkaitan dengan beberapa cara bagaimana sesu- rannya.
atu bisa dikenal, seperti persepsi, penalaran, dan Orang yang berpikir kritis akan memutus-
intuisi. Kemampuan berpikir saat ini ditekankan kan dan berpikir rasional melalui beberapa pan-
pada penalaran sebagai fokus kognitif yang uta- dangan terhadap suatu konteks yang berbeda.
ma. Selanjutnya ia menyatakan bahwa berpikir Mereka akan bersiap-siap untuk membuat pena-
24 Kartimi dkk. / JPII 1 (1) (2012) 21-26

laran dan keputusan terhadap apa yang dilihat, del Borg (1989). Tahap-tahap penelitian terdiri
didengar atau dipikirkan. Orang yang berpikir dari tiga langkah, yaitu: tahap penelitian, tahap
kritis juga tidak akan membiarkan orang lain pengembangan alat ukur, dan tahap pengujian
mengambil keputusan untuknya, mereka akan alat ukur.
memutuskannya sendiri dan konsisten terhadap Lokasi penelitian di SMA yang berada di
keputusannya. wilayah kabupaten Kuningan (daerah pegunun-
Dalam mengembangkan keterampilan gan), Kota Cirebon (daerah pantai), dan Kabu-
berpikir kritis, seperti halnya mengembangkan paten Majalengka (daerah pertanian). Kriteria
keterampilan motorik, keduanya memerlukan pengambilan sekolah ditentukan secara random
latihan-latihan (Penner, 1995). Dalam kaitannya berdasarkan passing grade Nilai Ujian Akhir
dengan pengembangan pemikiran siswa, Dewey Nasional (UAN) di tiap Kabupaten/Kota dan di-
dalam Soejono (1978) secara lebih khusus me- ambil satu sekolah kategori peringkat atas dan
ngungkapkan: “Anak harus dididik kecerdasan- menengah.
nya agar tumbuh hasrat untuk menyelidiki secara Subyek dalam penelitian ini adalah siswa
teratur dan akhirnya dapat berpikir secara keil- SMA kelas II yang ditentukan secara random,
muan, objektif, dan logis. Yang terpenting adalah dan diambil satu kelas dari kelas II IPA untuk
jalan atau proses berpikirnya dan bukan hal yang tiap sekolah peringkat atas berjumlah 105 orang
dipikirkan”. dan 110 orang dari sekolah peringkat menengah.
Peranan pendidik untuk mengembangkan Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
keterampilan berpikir kritis dalam diri pelajar terdiri dari: Analisis konsep, Kisi-kisi alat ukur
adalah sebagai pendorong, fasilitator, dan mo- keterampilan berpikir kritis, Alat ukur keteram-
tivator. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut pilan berpikir kritis: berupa butir-butir soal tes
menggunakan strategi kognitif tertentu yang pilihan ganda untuk memperoleh gambaran ke-
tepat untuk menguji keandalan gagasan pem- terampilan berpikir kritis siswa baik secara umum
ecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau maupun secara konsep kimia.
kekurangan. Kemampuan berpikir kritis akan Teknik analisis data untuk data kualitatif
memungkinkan siswa untuk dapat menentukan berupa jenis-jenis konsep, jenis-jenis indikator
informasi apa yang didapat, ditransformasi dan berpikir kritis dianalisis secara deskriptif, dan
dipertahankan. Pengalaman bermakna yang me- d�����������������������������������������������
ata kuantitatif berupa data skor penguasaan ke-
libatkan berpikir kritis dapat membantu siswa: terampilan berpikir kritis siswa diolah secara sta-
1) membuat keputusan yang didasarkan pada tistik. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan
evaluasi komponen-komponen yang terlibat, 2) berpikir kritis siswa SMA di masing-masing Ka-
menentukan validitas kesimpulan. Keyakinan bupaten/ Kota dilakukan uji statistik LSD.
dan opini yang dinyatakan orang lain, dan 3) me-
lihat keyakinan, perasaan, sikap dan pemikiran- HASIL DAN PEMBAHASAN
nya sendiri yang berkaitan dengan situasi yang
ada, dan membiarkan siswa untuk memperkuat Perbandingan hasil tes keterampilan berpi-
gagasan dan keyakinannya serta menentukan kir kritis siswa pada konsep Termokimia SMA
sendiri nilai-nilai yang akan dihargainya. peringkat atas di tiga wilayah yang berbeda yai-
Indikator berpikir kritis yang digunakan tu Cirebon, Kuningan, dan Majalengka dengan
dalam penelitian ini mengacu pada kurikulum menggunakan alat ukur yang dikembangkan da-
Ennis (1985). Dalam mengembangkan alat ukur pat dilihat pada Tabel 1.
berpikir kritis terlebih dahulu harus menyeleksi Masyarakat di daerah pantai lebih kritis
indikator-indikator yang ada, agar sesuai dengan dibandingkan di daerah pegunungan/pertanian.
konsep yang akan dikembangkan. Alat ukur yang Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap indi-
dikembangkan bukan saja berdasarkan tujuan vidu untuk menyikapi permasalahan kehidupan
pembelajaran khusus, tetapi juga berdasarkan in- yang dihadapi. Dalam berpikir kritis, seorang
dikator kemampuan berpikirnya. Jadi alat ukur dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau
tersebut merupakan integrasi antara tujuan pem- memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat ber-
belajaran khusus dengan indikator kemampuan tindak lebih tepat. Penyesuaian-penyesuain ini ti-
berpikir kritis. daklah acak atau bersifat instink, tapi didasarkan
pada standar atau rambu-rambu yang oleh Ennis
METODE di sebut “nalar” (reason). Seorang yang berpikir
kritis adalah orang yang terampil penalarannya.
Desain penelitian ini adalah ”Research and Dalam mengembangkan keterampilan
Development (R&D)” yang dimodifikasi dari mo- berpikir kritis, seperti halnya mengembangkan
Kartimi dkk. / JPII 1 (1) (2012) 21-26 25

Tabel 1. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Termokimia di SMA Peringkat
atas di Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka

SMAN 2 Cirebon SMAN 1 Kuningan SMAN Kadipaten


SMA
(Kota Cirebon) (Kabupaten Kuningan) (Kabupaten majalengaka)
Rata-rata 45,30 31,50 19,23

Tabel 2. Perbandingan Ganda

Variabel Gayut
Beda 95% Confidence Interval
Ralat Lower
(I) Sampel (J) Sampel Rata Sig. Upper Bound
Standar Bound
(I-J)
SMA kuningan 13,80* 4,61 0,004 4,63 22,97
SMA 2 Cirebon
SMA 1 kadipaten 26,06* 4,61 0,000 16,90 35,23
SMA 2 Cirebon -13,80* 4,61 0,004 -22,97 -4,63
LSD SMA kuningan
SMA 1 kadipaten 12,26* 4,61 0,009 3,10 21,43
SMA 2 Cirebon -26,06* 4,61 0,000 -35,23 -16,90
SMA 1 kadipaten
SMA kuningan -12,26* 4,61 0,009 -21,43 -3,10
*. The mean difference is significant at the 0,05 level.

Tabel 3. Hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep Termokimia di SMA peringkat
menengah di Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka

SMAN 7Cirebon SMAN Mandirancan SMAN Sumberjaya


SMA
(Kota Cirebon) (Kabupaten Kuningan) (Kabupaten majalengaka)
Rata-rata 20,95 27,94 24,87

Tabel 4. Perbandingan Ganda

Variabel Gayut: skor


Beda 95% Confidence
Ralat Interval
(I) Sampel (J) Sampel Rata Sig.
Standar Lower Upper
(I-J)
Bound Bound
SMAN Mandirancan -6,991* 1,249 0,000 -9,47 -4,51
SMAN 7 Cirebon
SMAN Sumberjaya -3,920* 1,204 0,002 -6,31 -1,53
LSD SMAN Mandirancan SMAN 7 Cirebon 6,991* 1,249 0,000 4,51 9,47
SMAN Sumberjaya 3,071* 1,257 0,016 0,58 5,56
SMAN 7 Cirebon 3,920 1,204 0,002 1,53 6,31
SMAN Sumberjaya
SMAN Mandirancan -3,071 1,257 0,016 -5,56 -0,58
*. The mean difference is significant at the 0,05 level.

keterampilan motorik, keduanya memerlukan Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa ket-


latihan-latihan (Penner, 1995). Dalam kaitannya erampilan berpikir kritis siswa di SMAN Man-
dengan pengembangan pemikiran siswa, Dewey dirancan (kabupaten Kuningan) lebih tinggi
dalam Soejono (1978) secara lebih khusus me- dibandingkan SMAN 1 Sumberjaya (Kabupaten
ngungkapkan: “Anak harus dididik kecerdasan- Majalengka), dan keterampilan berpikir kri-
nya agar tumbuh hasrat untuk menyelidiki secara tis siswa SMAN 1 Sumberjaya lebih tinggi dari
teratur dan akhirnya dapat berpikir secara keil- SMAN 7 Cirebon ( Kota Cirebon). Berdasarkan
muan, objektif, dan logis. Yang terpenting adalah hasil uji statistik (LSD) pada tabel 4 dapat dik-
jalan atau proses berpikirnya dan bukan hal yang etahui bahwa terdapat perbedaan keterampilan
dipikirkan”. Peranan pendidik untuk mengem- berpikir kritis siswa pada konsep Termokimia di
bangkan keterampilan berpikir kritis dalam diri SMA kategori menengah di ketiga wilayah yang
pelajar adalah sebagai pendorong, fasilitator, dan berbeda yaitu Kota Cirebon (daerah pantai), Ka-
motivator. bupaten Kuningan (daerah pegunungan), dan
26 Kartimi dkk. / JPII 1 (1) (2012) 21-26

Kabupaten Majalengka (daerah pertanian). Costa, A.L. dan Presseisen, B.Z. 1985. Glossary of
thinking skills, in A.L. Costa (ed). Developing
PENUTUP Minds: A Resource Book For Teaching Thinking,
Alexandria: ASCD. 303-312
Herron, J.D. et al. 1977. Evaluation of the Longeot test
Terdapat perbedaan keterampilan berpikir
of cognitive development. Journal of Research in
kritis siswa pada konsep Termokimia di SMA pe- Science Taeching, 18 (2): 123 –130
ringkat atas dan menengah di wilayah Kota Cire- Joyce. 1992. Models of Teaching. New Jersey: Prentice
bon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Ma- Hall, Inc
jalengka. Hal ini menunjukkan bahwa perangkat Lawson, A.E. 1979. Science Education Information Re-
tes yang dikembangkan dapat membedakan port, 1980 AETS Yearbook The Psychology of
kemampuan berpikir kritis di wilayah Cirebon Teaching for Thinking and Creativity. Ohio: Clear-
(daerah pantai), kabupaten Kuningan (daerah pe- inghouse
gunungan), dan Kabupaten Majalengka (daerah Liliasari. 1999. Pengembangan Model Pembelajaran Kom-
puter Berdasarkan Konstruktivisme Untuk Menin-
pertanian).
gkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Makalah dibacakan dalam Seminar Mutu
DAFTAR PUSTAKA Pendidikan dalam Rangka Dies Natalis 45 dan
Lustrum IX IKIP Bandung, Pusat Studi Kom-
Arikunto, S. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. puter Sains, IKIP Bandung
Jakarta: Bumi Aksara Sund, R.B. dan Trobridge. 1973. Leislie W., Teaching
Carin, A.A. & Sund, R.B. 1980. Teaching Science through Science By Inquiry In The Secondary School. Co-
Discovery, Fourth Edition. Ohio: Charles E. lumbus: Charles E. Merill Publishing Company
Merril Publishing Co

Anda mungkin juga menyukai