Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MKDU ETIK MEDIKOLEGAL

“KESEHATAN DAN HAK ASASI MANUSIA”

dr. Alsyahrin Manggala Putra Sarif


C142511002

Dosen Pengajar :
Dr. dr. Gatot S. Lawrence, M.Sc, Sp.PA(K), DFM, Sp.F

MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PRODI


ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia dan sebagai kondisi yang
diperlukan untuk terpenuhinya hak-hak lain telah diakui secara internasioal. Hak
atas kesehatan meliputi hak untuk mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang
sehat, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan perhatian khusus
terhadap kesehatan ibu dan anak. Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights
(UDHR) menyatakan: Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai
untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak
atas pangan, sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang
diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat,
ditinggalkan oleh pasangannya, lanjut usia, atau keadaan-keadaan lain yang
mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan yang terjadi diluar kekuasaannya.
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dan sangat
dibutuhkan oleh manusia. Kesehatan merupakan bagian yang penting untuk
kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Pentingnya kesehatan untuk
kesejahteraan masyarakat maka, untuk memperoleh pelayanan kesehatan negara
harus bisa menjamin masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang mudah dan
tidak adanya diskriminasi dalam pemberian pelayanan kesehatan dan sesuai
dengan hak asasi manusia. Hal di atas dapat dilihat dari Undang-Undang Dasar
1945 amademen Pasal 28 H ayat (1) berbunyi:
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”
Berdasarkan ketentuan pasal 28H, dapat diartikan bahwa hak asasi
manusia khususnya dalam memperoleh kesehatan benar-benar terjamin
kepastinnya dan tidak boleh adanya diskriminasi atau membeda-bedakan antara
orang yang kaya dengan kurang mampu, karena hak asasi manusia hak yang
melekat sejak lahir dan tidak boleh di hilangkan.
Hak asasi manusia merupakan seperangkat hak dasar yang secara kodrati
melekat pada diri manusia sebagai insan ciptaan Tuhan. Hak asasi manusia
merupakan hal yang mendasar bagi manusia untuk hidup dan berkembang sesuai
dengan harkat dan martabatnya. Dengan demikian hak asasi manusia sebagai hak
dasar kodrati harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh
diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapa pun, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia sama sekali bukan
suatu anugerah atau kemurahan hati, melainkan merupakan hak yang melekat dan
dimiliki setiap orang.
Awal perkembangan hak asasi manusia dimulai tatkala di tanda tangani
Magna Charta (1215), oleh raja John Lackland. Kemudian juga penandatanganan
Petition of Right pada tahun 1628 oleh raja Charles I. Dalam hubungan ini raja
berhadapan dengan utusan rakyat (House of Conmouns). Di hubungan inilah
maka perkembangan hak asasi manusia itu sangat erat hubungannya dengan
perkembangan demokrasi. Di Indonesia, hak asasi manusia tercantum dalam UUD
1945 yang tertuang dalam pembukaan alinea kedua, pasal-pasal dan penjelasan.
Indonesia merupakan negara yang benar-benar menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian
HAM adalah hak yang melekat pada manusia karena kelahirannya sebagai
manusia. Hak-hak tersebut diperoleh bukan pemberian orang lain ataupun negara,
tetapi karena kelahirannya sebagai manusia. Dalam konteks religius hak-hak ini
merupakan karunia Tuhan, dan hanya Tuhanlah yang berhak mencabutnya.
Karena HAM merupakan hak yang diperoleh saat kelahirannya sebagai
manusia, maka HAM meliputi hak-hak yang apabila dicabut atau dikurangai akan
mengakibatkan berkurang derajat kemanusiaannya. Ukuran derajat kemanusiaan
selalu berkembang sesuai dengan peradaban masyarakatnya. Jelas bahwa hak
dasar pertama adalah hak hidup yang membawa konsekuensi adanya hak-hak lain
seperi hak mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang layak, hak berkeluarga
dan melanjutkan keturunan, hak mendapatkan kewarganegaraan dan hak
mengeluarkan pendapat, berserikat dan berkumpul. Pada perkembangan
selanjutnya, derajat kemanusiaan juga ditentukan oleh tingkat pendidikan dan
kesehatannya, sehingga pendidikan dan kesehatan pun kemudian menjadi hak
asasi manusia dengan segala perangkat hak lain untuk mendapatkan pendidikan
dan kesehatan.
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan terjemahan dari istilah human
rights atau the right of human.Secara terminologi istilah ini artinya adalah Hak-
Hak Manusia.HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai
dengan kodratnya. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB),
dalam Teaching Human Rights, United Nations, HAM adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup
sebagai manusia. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan
bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia”.
“HAM (Hak Asasi Manusia) adalah hak yang melekat pada diri setiap
manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat
diganggu gugat oleh siapa pun” (Jakni,2014:220). HAM terdiri dari tiga kata yaitu
hak, asasi dan manusia. Hak adalah kewenangan/kewajiban untuk
melakukan/tidak melakukan sesuatu. Asasi adalah segala sesuatu yg bersifat
mendasar & fundamental yg selalu melekat pd objeknya. Manusia adalah umat,
ciptaan, tuhan yg berakal budi. Jadi HAM dapat diartikan sebagai hak-hak
mendasar pada diri manusia.
Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkin setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan). Karena itu kesehatan merupakan dasar dari
diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak
sederajat secara kondisional. Tanpa kesehatan, seseorang tidak akan mampu
memperoleh hak-haknya yang lain. Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya
akan berkurang haknya atas hidup, tidak bisa memperoleh dan menjalani
pekerjaan yang layak, tidak bisa menikmati haknya untuk berserikat dan
berkumpul serta mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh pendidikan
demi masa depannya. Singkatnya, seseorang tidak bisa menikmati sepenuhnya
kehidupan sebagai manusia.
Dasar dari semua hak asasi manusia adalah manusia memperoleh
kesempatan untuk berkembang sesuai dengan apa yang dia inginkannya. Hak
asasi manusia merupakan suatu kebutuhan dari realitas sosial yang bersifat
universal. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM sudah
menjadi bagian dari manusia secara otometis sejak lahir. HAM berlaku untuk
semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, suku, pandangan
politik, budaya atau asal usul sosial dan bangsa. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak
seorang pun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain.
Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang
tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).
Macam-macam HAM yaitu:
 Hak Asasi Pribadi (Personal Rights). Contoh: kebebasan memeluk agama,
kebebasan menyatakan pendapat
 Hak Asasi Ekonomi (Property Rights). Contoh: hak memiliki sesuatu, hak
untuk melakukan jual beli
 Hak Asasi Hukum (Rights of Legal Equality). Contoh: hak untuk
mendapat layanan dan perlindungan hukum dengan adil
 Hak Asasi Politik (Political Rights). Contoh: hak untuk memilih dan
dipilih dalam suatu pemilihan
 Hak Asasi Sosial dan Kebudayaan (Social and Cultural Rights). Contoh:
hak memperoleh pengajaran
 Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights). Contoh: hak mendapatkan
pembelaan hukum di pengadilan.

Rule of Law
“Rule of Law adalah konsep tentang common law yaitu seluruh aspek
negara menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun di atas prinsip
keadilan dan egalitarian” (Jakni, 2014:109). Unsur-unsur rule of law menurut A.
V. Dicey adalah supremasi aturan-aturan hukum, kedudukan yang sama di dalam
mengahadapi hukum dan terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang
serta keputusan-keputusan pengadilan. Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya
pemerintahan yang demokrasi menurut Rule of Law adalah adanya perlindungan
konstitusional, badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak, pemilihan
umum yang bebas, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan untuk berserikat/
berorganisasi dan beroposisi dan pendidikan kewarganegaraan.
Hubungan rule of law dengan HAM adalah saling berkaitan dan saling
mengisi. Inti dari rule of law adalah terjaminnya hak asasi manusia terutama di
bidang hukum dan pengadilan. Rule of law lebih menekankan pada hak asasi
peradilan (procedural rights) yaitu harus menjamin keadilan yang dirasakan oleh
masyarakat.
Sejarah HAM di Dunia
Perkembangan pemikiran HAM di dunia adalah sebagai berikut:
a. Magna Charta
Pada tahun 1215 oleh Raja John Lackland ditandatangani perjanjian tentang
HAM untuk pertama kalinya. Hal ini disebabkan karena terjadinya
perjuangan kaum bangsawan dan gereja untuk melindungi hak-hak mereka
dari kekuasaan absolut raja.
b. Petition of Rights
Ditandatangani oleh Raja Charles I pada tahun 1628. Disini raja berhadapan
dengan parlemen yang terdiri dari utusan rakyat.
c. Habeas Corpus Act
Ditandatangani pada tahun 1679 di Britania Raya karena HAM sering
dilanggar maka muncullan perjanjian ini, yaitu tentang peraturan diperiksa
dimuka hakim, dimana seseorang hanya dapat ditahan atas dasar perintah
hakim dengan mengemukakan dasar hukum penahanan tersebut.
d. Bill of Rights Inggris
Pada tahun 1689 terjadi revolusi yaitu perebutan kekuasaan antara Raja James
dengan Marry II/William II dan dimenangkan oleh Raja William II sehingga
disusun Deklarasi tentang Hak dan Kebebasan Warga dan tata cara Suksesi
Raja. Disini raja mulai tunduk pd kekeuasaan parlemen.
e. Bill of Rights Amerika
Pada tahun 1776 di Virginia disusun oleh George Mason yang berupa
kesepakatan 13 neg.bagian AS. dan berisi kebebasan
beragama,pers,menyatakan pendapat dan berserikat, melindungi indifidu dr
penggeledahan & penangkapan, hak atas proses hukum yang benar dan
larangan perbudakan.
f. Four Freedom
Pada tahun 1941 di Amerika oleh presiden Franklin D.Roosevelt yang berisi
empat hak yaitu hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak
kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang
diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dan hak kebebasan dari
ketakutan.
g. Declaration des Droits de L’Homme et du Citoyen .
Awalnya terjadi kekuasaan Raja yang absolut kemudian muncul tokoh
Montesquieu dengan diikuti oleh JJ.Roessau yg menghendaki adanya
demokrasi. Kemudian lahirlah perjanjian ini pada tanggal 26 agustus 1789
oleh Assemble Nationale . Isi deklarasi ini titik beratnya pada 5 hak yaitu
pemilikan harta (propiete), kebebasan (liberte), persamaan (egalite),
keamanan(securite), dan perlawanan terhadap penindasan (resistence a
L’oppression).
h. Universal Declaration of Human Rights
Ditandatangani oleh negara-negara nggota PBB pada 10 Desember 1948 pada
Sidang Umum PBB di Paris. Konvensi tersebut berisi antara lain hak setiap
orang atas hidup dilindungi oleh undang-undang, menghilangkan hak hidup
orang tak bertentangan dan hak setiap orang untuk tidak dikenakan siksaan
atau perlakuaan tak berperikemanusiaan atau merendahkan martabat manusia.
HAM dalam Pelayanan Kesehatan
Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkin setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan). Karena itu kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat
kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional.
Tanpa kesehatan, seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-haknya yang lain.
Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya akan berkurang haknya atas hidup, tidak
bisa memperoleh dan menjalani pekerjaan yang layak, tidak bisa menikmati haknya
untuk berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa
memperoleh pendidikan demi masa depannya. Singkatnya, seseorang tidak bisa
menikmati sepenuhnya kehidupan sebagai manusia.
Pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia dan sebagai kondisi yang
diperlukan untuk terpenuhinya hak-hak lain telah diakui secara internasioal. Hak atas
kesehatan meliputi hak untuk mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang sehat, hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan perhatian khusus terhadap kesehatan ibu
dan anak. Pasal 25 Universal Declaration of Human
Rights (UDHR) menyatakan: Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang
memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk
hak atas pangan, sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang
diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat, ditinggalkan
oleh pasangannya, lanjut usia, atau keadaan-keadaan lain yang mengakibatkan
merosotnya taraf kehidupan yang terjadi diluar kekuasaannya.
Ibu dan anak berhak mendapatkan perhatian dan bantuan khusus. Semua anak,
baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus menikmati
perlindungan sosial yang sama. Jaminan hak atas kesehatan juga terdapat dalam Pasal 12
ayat (1) Konvensi Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang
ditetapkan oleh Majelis Umum PBB 2200 A (XXI) tanggal 16 Desember 1966, yaitu
bahwa negara peserta konvenan tersebut mengakui hak setiap orang untuk menikmati
standar tertinggi yang dapat dicapai dalam hal kesehatan fisik dan mental. Per lindungan
terhadap hak-hak Ibu dan anak juga mendapat perhatian terutama dalam Konvensi Hak
Anak.
Instrumen internasional lain tentang hak atas kesehatan juga terdapat pada Pasal
12 dan 14 Tantangan utama adalah kondisi masyarakat Indonesia yang masih belum
keluar dari himpitan krisis sehingga sulit mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.
Kemiskinan memang merupakan musuh utama kesehatan. Kondisi ini menyatu dengan
trend kesehatan sebagai industri yang seringkali melupakan aspek kesehatan sebagai
pelayanan kemanusiaan. Kesehatan menjadi barang yang mahal. Apalagi pengambil
kebijakan ternyata juga belum memiliki komitmen dengan tanggung jawabnya terhadap
kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan minimnya pembiayaan yang dialokasikan untuk
sektor kesehatan baik berupa penyediaan sarana dan prasarana maupun jaminan sosial
terhadap pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik,
masyarakat saat ini harus mengeluarkan biaya yang tinggi. Masyarakat berpenghasilan
rendah seringkali tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Beberapa peristiwa
menunjukan bahwa orientasi rumah sakit untuk mendapatkan keuntungan dapat
mengalahkan kemanusiaan. Seorang pasien dalam kondisi kritis pun terkadang harus
melengkapai berbagai persyaratan dan birokrasi keuangan sebelum mendapatkan
pelayanan, dan bukan tidak mungkin saat itu pasien meninggal dunia. Pelayanan
kesehatan dapat disediakan oleh swasta dan pemerintah. Pelayanan oleh swasta
umumnya memiliki kualitas lebih baik, namun biayanya lebih tinggi dan kadang kala
tidak terjangkau. Sedangkan pelayanan yang disediakan oleh pemerintah biayanya lebih
murah, namun kualitasnya lebih buruk. Namun prinsip yang harus dipegang adalah
bahwa kesehatan harus tetap berorientasi pada pelayanan kemanusiaan dan pemerintah
harus memenuhinya.

Problem Kesehatan yang berhubungan dengan HAM:


• Kematian Ibu yg masih tinggi, KB yg belm merata (Program kesehatan reproduksi)
• Gizi buruk, kematian bayi dan balita yg masih tinggi (Program Kesehatan Anak)
• Diare, ISPA, DBD, Malaria (Program Kesling)
• Pencemaran dan kelangkaan air (Program air Bersih)
• Problem2 Program HIV/ AIDS
• Problem2 Khusus program TBC
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Hak atas kesehatan bukanlah berarti hak agar setiap orang untuk menjadi sehat, atau
pemerintah harus menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang mahal di luar kesanggupan
pemerintah. Tetapi lebih menuntut agar pemerintah dan pejabat publik dapat membuat
berbagai kebijakan dan rencana kerja yang mengarah kepada tersedia dan terjangkaunya
sarana pelayanan kesehatan untuk semua dalam kemungkinan waktu yang secepatnya.16,17
Dalam Pasal 12 ayat (1) International Covenant on Economic, Social and Cultural Right
(ICESCR) hak atas kesehatan dijelaskan sebagai “hak setiap orang untuk menikmati standar
tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan mental” tidak mencakup area pelayanan
kesehatan.
Antara Hak Asasi Manusia dan Kesehatan terdapat hubungan yang saling
mempengaruhi. Seringkali akibat dari pelanggaran HAM adalah gangguan terhadap
kesehatan demikian pula sebaliknya, pelanggaran terhadap hak atas kesehatan juga
merupakan pelanggaran terhadap HAM.
Sementara itu juga terdapat beberapa aspek yang tidak dapat diarahkan secara sendiri
dalam hubungan antara Negara dan Individu. Secara khusus, kesehatan yang baik tidaklah
dapat dijamin oleh Negara, dan tidak juga Negara menyediakan perlindungan terhadap setiap
kemungkinan penyebab penyakit manusia. Oleh karena itu, faktor genetik, kerentanan
individu terhadap penyakit dan adopsi gaya hidup yang tidak sehat atau beresiko, mempunyai
peranan yang sangat penting terhadap kesehatan seseorang. Sehingga, Hak Atas Kesehatan
harus dipahami sebagai hak atas pemenuhan berbagai fasilitas, pelayanan dan kondisi-kondisi
yang penting bagi terealisasinya standar kesehatan yang memadai dan terjangkau.
Indikator dipenuhinya hak atas kesehatan adalah adanya progressive realization atas
tersedia dan terjangkaunya sarana pelayanan kesehatan untuk semua dalam kemungkinan
waktu yang secepatnya. Implementasi hak atas kesehatan harus memenuhi prinsip
ketersediaan, keterjangkauan, penerimaan dan kualitas. Tidak terpenuhinya hak atas
kesehatan yang menjadi kewajiban negara dapat dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran
hak asasi manusia baik pada tingkat pelaksana (commission) maupun pembiaran (omission).
Perlu kesungguhan dari negara serta partisipasi semua pihak baik itu masyarakat
umum, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk dapat senantiasa meningkatkan
kepedulian, monitoring serta mengevaluasi sehingga hak atas kesehatan dapat terpenuhi yang
secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak positif dalam pembangunan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Jakni. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta


2. Hikmah, F. 2013. Sejarah Berdirinya HAM dan Hubungannya dengan HAM Bidang
Kesehatan, (http://faiqkatul.blogspot.co.id/2013/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html),
diakses pada 11 November 2021.
3. Salahuddin, H. 2009. Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 [1],
(http://hendrigamaina.blogspot.co.id/2009/09/hak-asasi-manusia-dalam-uud-19451.
html), diakses pada 24 September 2021.
4. Setiawan, D. 2010. Hak Asasi Manusia dalam Amandemen UUD 1945,
(http://www.danisetiawanku.com/2010/01/hak-asasi-manusia-dalam-amandemen-
uud.html), diakses pada 24 September 2021.
5. Wahid, S. 2013. Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia,
(http://makalahplus.blogspot.co.id/2013/08/kesehatan-sebagai-hak-asasi-
manusia.html), diakses pada 10 November 2021.
6. Sudrajat, J. 2011. Mewujudkan hak asasi manusia di bidang kesehatan,
(http://www.antaranews.com/berita/287778/mewujudkan-hak-asasi-manusia-di-
bidang-kesehatan), diakses pada 10 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai