Anda di halaman 1dari 2

THE TUSKEGEE STUDY

Tuskegee study,merupakan sebuah studi observational pada lebih dari 400 petani yang di infeksi
dengan sengaja dengan Syphilis tanpa terapi yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan
masyarakat Amerika untuk mendokumentasikan perjalanan penyakit pada orang kulit hitam dan
perbedaan dan manifestasi klinis dari sifilis. Petani tersebut tidak diberitahu mereka menderita
sifilis, tidak diberikan konseling bagaimana cara mengjindari penyakit tersebut dan tidak
diberikan pengobatan terhadap penyakit tersebut. 1Studi ini merupakan penelitian terpanjang
(1932-1972) experiment nonterapi pada manusia sepanjang sejarah kedokteran , dan mewakili
tidak hanya ekspolitasi orang kulit hitam di sejarah kedokteran, tapi juga potensi exploitasi pada
populsasi manapun yang mungkin saja rentan dikarenakan ras, etnis, jenis kelamin, disabilitas,
umur atau kelas sosial2.

Penelitian yang awalnya direncanakan hanya akan berlangsung sembilan bulan kemudian
melampaui waktunya dan terus diperpanjang hingga 40 tahun.Sebenarnya, pada 1945 sudah ada
pengobatan untuk sifilis menggunakan penicillin.Namun nyatanya para subjek penelitian
Tuskegee tidak pernah ditawarkan penicillin sebagai obat.3

Mereka cenderung dibiarkan tanpa perawatan untuk dilihat perkembangan penyakitnya hingga
meninggal selama 40 tahun penelitian berlangsung, meski sesungguhnya ada beberapa
pengobatan yang tersedia.

Pada tahun 1972, yaitu ketika laporan mengenai studi Tuskegee dirilis ke publik, tujuh orang
telah meninggal karena sifilis dan lebih dari 150 orang menderita gagal jantung yang mungkin
berkaitan dengan penyakit sifilis tersebut.4

Tiga bulan setelah diberitakan, studi tersebut, "Studi di Tuskegee terhadap Sifilis yang Tak
Diobati di Kalangan Pria Negro," akhirnya ditutup. Studi itu dimulai pada tahun 1932, dan

1
Allan M Brandt, ‘The The Case of Tuskegee Syphilis Study’, 8.6 (2012), 21–29.
2
Amy L Fairchild and Ronald Bayer, ‘Uses and Abuses of Tuskegee’, Science, 284.5416 (1999), 919–21.
3
Susan M Reverby, ‘More than Fact and Fiction: Cultural Memory and the Tuskegee Syphilis Study’, Hastings
Center Report, 31.5 (2001), 22–28.
4
Bonnie Rogers, ‘Ethical Considerations in Research’, Aaohn Journal, 35.10 (1987), 456–58.
selesai pada 1972 dengan kehebohan di publik AS. Keluarga korban mendapat uang ganti rugi
10 juta dolar pada tahun 1974. Sementara, partisipan studi yang paling akhir meninggal pada
2004.

Daerah Tuskegee dipilih karena memiliki tingkat kasus sifilis terbanyak di Amerika Serikat pada
tahun 1930an. Pada tahun 1926, 35% penduduk dari ras Afro-Amerika usia produktif menderita
sifilis. Namun, angka ini mengecil menjadi 10% pada tahun 1939.5

Peristiwa studi Tuskegee lantas kondang sebagai bagian sejarah medis yang kompleks terhadap
kaum Afro-Amerika di Amerika Serikat. Peserta studi medis kerap tidak tahu bahwa mereka
sedang menjadi bahan percobaan.Pada tahun 1997, Presiden Bill Clinton meminta maaf kepada
delapan penyintas studi Tuskegee. "Kalian tidak pernah berbuat salah, namun, kalian
diperlakukan dengan sangat menyedihkan," kata dia.Seperti dikatakan oleh Clinton kemudian,
partisipasi kaum Afro-Amerika dalam riset medis dan donasi organ tubuh terbilang rendah
selama beberapa dekade setelah pemberitaan di tahun 1972 tentang Tuskegee itu. Dunia medis
masih khawatir dengan dampak moral dari studi Tuskegee.6

5
Fred D Gray, The Tuskegee Syphilis Study: The Real Story and Beyond (NewSouth Books, 1998).
6
Charlotte Paul and Barbara Brookes, ‘The Rationalization of Unethical Research: Revisionist Accounts of the
Tuskegee Syphilis Study and the New Zealand “Unfortunate Experiment”’, American Journal of Public Health,
105.10 (2015), e12–19.

Anda mungkin juga menyukai