Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MKDU BIOETIK

“ EKSPERIMEN TUSKEGEE”

dr. Farhul Muhajir Harun


C185202006

Dosen Pembimbing :
DR. dr. Gatot S. Lawrence, M.Sc, Sp.PA (K), Sp.F, DFM, FESC

PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
1. Eksperimen Tuskegee
Sifilis adalah penyakit infeksi yang penyebarannya melalui hubungan seksual yang
disebabkan oleh Treponema Pallidum. Sejak dulu sifilis telah menjadi penyakit yang
memalukan, bila populasi pada suatu negara yang terkena infeksi sifilis maka akan
menyalahkan negara tetangga atas infeksi wabah. (Freebody, 2017)
Pada akhir abad ke -19 dan awal abad ke-20 masyarakat di Amerika percaya bahwa
seseorang yang terinfeksi sifilis itu berbeda antara pria kulit putih dan pria kulit hitam. Alan
M.Brandt melaporkan bahwa orang Afrika yang berada di Amerika terkena Sifilis
diakibatkan pergaulan bebas dan kurangnya moralitas. Orang Afrika di Amerika secara
mental dan fisik lebih rendah daripada orang asal Eropa. Gagasan ini sangat umum di
kalangan dokter di negara-negara bagian Amerika yang banyak terjadi praktek perbudakan
seperti Alabama terutama sebelum dan selama Perang Saudara pada tahun 1861 – 1865.
(Boslaugh, 2016)
Pada tahun 1932, Layanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat bermitra dengan
lembaga pendidikan Tuskegee Institute sebuah perguruan tinggi di Alabama untuk
mempelajari pria kulit hitam yang terinfeksi sifilis, sebagian besar laki-laki adalah petani
yang miskin.(Boslaugh, 2016) Eksperimen Sifilis Tuskegee merupakan sebuah studi klinis
yang yang dilakukan antara tahun 1932-1972 oleh US Public Health Service (USPHS),
dengan tujuan untuk mengamati perkembangan alami dari sifilis yang tidak diobati pada pria
Afrika-Amerika dipedesaan di Alabama. (Crenner, 2012) Mereka menerima perawatan
kesehatan gratis dari pemerintah Amerika Serikat. Dari 600 pria petani penggarap Afrika
Amerika dari Macon County, Alabama yang menjadi korban eksperimen ini (Breiding,
2014), 399 sebelumnya memang sudah di duga menderita sifilis sebelum studi dimulai, dan
201 adalah orang sehat. Mereka diberi perawatan kesehatan gratis, makanan, dan asuransi
penguburan gratis bagi berpartisipasi dalam eksperimen ini. Pada awalnya diberitahu bahwa
studi ini hanya akan berlangsung enam bulan tetapi dalam kenyataannya itu berlangsung 40
tahun.(Boslaugh, 2016; Breiding, 2014)
Pasien yang terinfeksi sifilis diuji dan diamati tetapi hanya menerima pengobatan
minimal untuk sifilis, dan fokus proyek adalah mencatat penurunan kesehatan mereka
daripada meningkatkan kesejahteraan mereka. Tak satu pun dari pasien ini diberi penisilin
saat obat ini telah menjadi pengobatan standar untuk sifilis.
Pada eksperimen ini tak seorang pun diebri tau bahwa mereka terinfeksi penyakit sifilis dan
mereka hanya diberitahu sedang dirawat karena “Bad Blood” (darah mereka buruk).
(Breiding, 2014)
Eksperimen selama 40 tahun ini kontroversial karena alasan yang berkaitan dengan
standar etika dan hak azasi manusia. Para peneliti sengaja menggagalkan pengobatan
mereka, para korban diinjeksikan dengan komponen arsenial, bismut dan merkuri. Komponen
ini terkandung dalam obat-obatan yang dipakai dalam pengobatan siphilis, tetapi ini kurang
efektif jika dibandingkan dengan menggunakan penisilin yang ditemukan pada tahun 1940
sebagai antibiotik untuk mengobati siphilis. Pada tahun 1972 terpublikasi kegagalan dari
eksperimen tersebut yang menyebabkan perubahan besar dalam hukum AS dan peraturan
tentang perlindungan peserta dalam studi klinis atau responden eksperimental. Sekarang
penelitian memerlukan persetujuan, komunikasi diagnosis, dan pelaporan yang akurat dari
hasil tes.(Boslaugh, 2016; Breiding, 2014)

2. Masalah Bioetik pada Eksperimen Tuskege


a. Autonomy
Prinsip autonomy merupakan prinsip yang memandang hak individu, dimana diartikan
sebagai aturan pribadi atau perseorangan dari diri sendiri yang bebas, baik bebas dari
campur tangan orang lain maupun dari keterbatasan yang dapat menghalangi pilihan
yang benar, seperti karena pemahaman yang tidak cukup. Seseorang yang dibatasi
otonominya adalah seseorang yang dikendalikan oleh orang lain atau seseorang yang
tidak mampu bertindak sesuai dengan hasrat dan rencananya. (Jahn, 2011; Varkey,
2021) Pada eksperimen tuskegee, pasien tidak pernah diberithau bahwa mereka sedang
dalam eksperimen yang telah berlangsung selama 40 tahun. Para peneliti tidak
memberikan informed consent tentang apa yang akan dilakukan terhadap pasien. Hal
ini sangat bertentangan dengan prinsip yang memandang hak individu.(Boslaugh,
2016)
b. Benefience
Beneficence secara makna kata dapat diartikan kebaikan, kemurahan hati,
mengutamakan kepentiang orang lain, mencintai dan kemanusiaan. Beneficence
tindakan yang dilakukan untuk kebaikan orang lain. Prinsip moral beneficence adalah
kewajiban moral untuk melakukan suatu tindakan demi kebaikan atau kemanfaatan
orang lain. Prinsip ini digambarkan sebagai alat untuk memperjelas atau meyakinkan
diri sendiri (self-evident) dan diterima secara luas sebagai tujuan kedokteran yang
tepat.(Jahn, 2011; Varkey, 2021) Sedangkan peristiwa yang terjadi di Alabama
mengakibatkan kematian, kecacatan, dan rasa sakit. Pada tahun 1940 terapi penisilin
telah direkomendasikan untuk pengobatan sifilis laten, tetapi para peneliti sengaja
tidak memberikan terapi penicilin terhadap pasien sifilis dengan kata lain peneliti tidak
memberikan yang terbaik bagi pasien.(Boslaugh, 2016; Breiding, 2014)
c. Non-Maleficience
Prinsip non-maleficence, yaitu melarang tindakan yang membahayakan atau
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau
“do no harm”. Prinsip ini memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan
untuk mempertahankan atau mengakhiri kehidupan. (Jahn, 2011; Varkey, 2021) Pada
eksperimen ini, pasien tidak diberitahukan bahwa mereka terjangkit penyakit menular
dan dapat ditularkan melalui hubungan seksual, mereka hanya diberitahu bahwa
sedang dirawat karena “Bad Blood” (darah mereka buruk). Para peneliti juga dengan
sengaja tidak memberikan obat sesuai rekomendasi pengobatan sifilis. Hal ini
merupakan Tindakan yang membahyakan dan merugikan pasien dan sangat
bertentangan dengan prinsip non-maleficience. (Breiding, 2014)
d. Justice
Prinsip Justice merupakan menegakan keadilan atau kesamaan hak kepada setiap
orang. Definisi lainnya adalah memperlakukan orang lain secara adil, layak dan tepat
sesuai dengan haknya. (Jahn, 2011; Varkey, 2021) Pada eksperimen tuskegee tidak
memandang orang ras negro sebagai manusia yang bermartabat mereka menganggap
orang ras negro di Amerika sebagai makhluk lebih rendah dibanding ras kulit putih.
Dokter peneliti menganggap subjek tidak seperti manusia. Akibatnya kaidah dasar
keadilan memperlakukan sesama secara adil dan aturan etika dari bereksperimen pada
subjek manusia benar-benar diabaikan.(Boslaugh, 2016; Breiding, 2014)

DAFTAR PUSTAKA
Boslaugh, S. E. (2016). Tuskegee Experiment. The SAGE Encyclopedia of Pharmacology
and Society, (January). https://doi.org/ 10.4135/9781483349985.n410
Breiding, M. J. (2014). Tuskegee and the Health of Black men. Physiology & Behavior,
63(8), 1–18. https://doi.org/10.1093/qje/qjx029.TUSKEGEE
Crenner, C. (2012). The Tuskegee Syphilis Study and the scientific concept of racial nervous
resistance. Journal of the History of Medicine and Allied Sciences, 67(2), 244–280.
https://doi.org/10.1093/jhmas/jrr003
Freebody, M. (2017). Medicine and life sciences. Photonics Spectra, 51(1), 54–61.
https://doi.org/10.1093/acprof:oso/9780199289318.003.0011
Jahn, W. T. (2011). The 4 basic ethical principles that apply to forensic activities are respect
for autonomy, beneficence, nonmaleficence, and justice. Journal of Chiropractic
Medicine, 10(3), 225–226. https://doi.org/10.1016/j.jcm.2011.08.004
Varkey, B. (2021). Principles of Clinical Ethics and Their Application to Practice. Medical
Principles and Practice, 30(1), 17–28. https://doi.org/10.1159/000509119

Anda mungkin juga menyukai