Anda di halaman 1dari 418

MENGUNGKAP HAKIKAT

Paradigma Sains
DAN PEMIKIR SAINTIS REVOLUSIONER

Prof. Dr. Sudarmin M.Si., dkk


Prof. Dr. Sudarmin, M.Si, dkk.

MENGUNGKAP HAKIKAT
PARADIGMA SAINS
DAN PEMIKIR SAINTIS REVOLUSIONER

PROGRAM DOKTORAL PENDIDIKAN IPA PASCASARJANA


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Tahun 2021
Mengungkap Hakikat Paradigma Sains
dan Pemikir Saintis Revolusioner
Hak cipta ©2021 pada Penulis dan dilindungi Undang-undang Penerbitan

Tim Penulis:
Sudarmin Syaifuddin
Kasmui Yeyendra
M. Hidayatur Rohman Rusdiyana
Dyah Setyaningrum Winarni Atip Nurwahyunani
Maria Agatha Hertiavi Mutiara Nurul Lita Azizah
Fina Fakhriyah Eli Trisnowati
Riyanti Desi Wulandari

Desain Kover : M. Hidayatur Rohman, S.Pd., M.Sc.


Setting : M. Hidayatur Rohman
Dyah Setyaningrum Winarni
Fina Fakhriyah

Hak Penerbitan pada Penulis

Diterbitkan oleh CV. LONTAR MEDIATAMA.


Cetakan I, Juni 2021
xi + 405 halaman, 15.5 x 23 cm
ISBN 978-623-349-022-1

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk


apapun tanpa izin dari penerbit

Alamat, MAGUWO NO.216D RT.15 BANGUNTAPAN BANTUL

ii Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penyusun sampaikan ke hadirat


Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
akhirnya terselesaikannya book chapter dengan Judul
“Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis
Revolusioner”. Buku ini dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber pembelajaran untuk mahasiswa program sarjana,
magister, serta program doktor pendidikan IPA atau pemerhati
pendidikan IPA. Pada penyusunan buku ini, tim penulis
mensitasi dan merujuk dari berbagai sumber belajar, baik dari
buku filsafat ilmu, filsafat IPA dan pendidikan IPA, buku revolusi
sains Thomas Kuhn, buku filsafat Hempel, dan berbagai
sumber belajar digital, blog, dan lain-lain. Dengan demikian
secara akademik buku ini diupayakan mengikuti kaidah
keilmuan yang benar, oleh sebab itu tim penulis mengucapkan
terima kasih kepada bapak ibu yang telah menyumbangkan
ilmunya dalam buku ini.
Pada buku ini dibahas mulai pandangan Thomas Kuhn
tentang sains normal dan revolusi sains, hakikat sains, kerja
ilmiah, dan paradigma kebenaran, perbedaan sains dan
pengetahuan, non sains, serta pseudosains, paradigma
mekanika newton menuju mekanika lagrangian, pergeseran
paradigma fisika klasik menuju fisika modern, runtuhnya
paradigma dogma Darwinisme, paradigma asal mula makhluk
hidup, runtuhnya teori abiogenesis, paradigma teori hereditas
pramendel dan pascamendel, pergeseran paradigma klasifikasi
organisme, teori evolusi manusia dalam pandangan pemikir
muslim dan Alquran, paradigma gravitasi newton dan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner iii


pergeserannya, paradigma keanggotaan planet pada sistem
tata surya (Pluto), paradigma teori dentuman besar, pergeseran
paradigma geosentris, paradigma runtuhnya atomisme
Leukippos Democritos, dan pergeseran paradigma mekanika
klasik menjadi mekanika kuantum.
Urgensi pentingnya disusunya buku dalam bentuk book
chapter, karena buku Filsafat pendidikan IPA terkait paradigma
dan pemikir saintis revolusioner belum banyak dibahas. Selain
itu disusunya buku bertujuan untuk mendukung sumber belajar
mata kuliah Filsafat Sains, serta dapat dimanfaatkan oleh
mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah Filsafat
Pendidikan IPA dan filsafat ilmu. Mata kuliah Filsafat IPA
sangat penting, karena melalui belajar filsafat ini akan
menjadikan mahasiswa IPA memahami bidang kajian ilmunya
secara komprehensif mulai aspek ontologi, epistemologi, dan
aksiologi dan berimplikasi menjadi seorang pendidik yang bijak
dan suka kebenaran.
Akhirnya, pada kesempatan ini tim penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih atas budi baik pada pihak
UNNES beserta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu, atas gagasan atau naskah ilmiahnya yang
dijadikan bahan referensi pada buku ini. Semoga amal baiknya
mendapatkan balasan dari Tuhan yang Maha Esa...Aamiin.

Semarang, Mei 2021


Ketua Tim Penyusun

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si

iv Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


DAFTAR ISI

PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v

BAB 1 1
SAINS NORMAL DAN REVOLUSI SAINS
(PANDANGAN THOMAS KUHN) 1
1.1. Deskripsi Materi 1
1.2. Biografi Thomas Samuel Kuhn dan Karyanya 1
1.3. Thomas Kuhn Tentang Paradigma 4
1.4. Paradigma Kedua 11
1.5. Epistemologi Paradigma 12
1.6. Hakikat Paradigma 15
1.7. Ilmu sebagai Paradigma 28
1.8. Proses Pengembangan Ilmu menurut pandangan
Kuhn 28

BAB 2 35
HAKIKAT SAINS, KERJA ILMIAH, DAN
PARADIGMA KEBENARAN 35
2.1. Deskripsi Materi 35
2.2. Hakikat Sains 35
2.3. Makna Filsafat sains, kebenaran dan Kerja Ilmiah 52
2.4. Paradigma Kebenaran 56

BAB 3 63
MEMAHAMI PERBEDAAN SAINS DAN PENGE-
TAHUAN, NON SAINS, SERTA PSEUDOSAINS 63
3.1. Deskripsi Materi 63
3.2. Perbedaan Sains dan Pengetahuan 63

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner v


3.3. Memahami Hakikat Filsafat Sains 65
3.4. Memahami Sains, Non Sains, dan Pseudio sains 67
3.5. Pseudosains dan Contohnya 73
3.6. Anomali dan munculnya penemuan baru 81

BAB 4 88
PARADIGMA MEKANIKA NEWTON MENUJU
MEKANIKA LAGRANGIAN 88
4.1 .Deskripsi Materi 88
4.2 Landasan Rasional 89
4.3 .Hakikat Konsep Mekanika Newton 92
4.4. Konsep Dasar Mekanika Newton 98
4.5. Aspek Aksiologi Konsep Mekanika Newton 100
4.6. Konteks Mekanika Newton dalam Kehidupan 103
4.7. Tokoh Saintis Perkembangan Paradigma Mekanika
Newton Menuju Mekanika Lagrangian 106

BAB 5 110
PERGESARAN PARADIGMA FISIKA KLASIK MENUJU
FISIKA MODERN 110
5.1. Deskripsi Materi 110
5.2. Aspek Ontologi Fisika Klasik Dan Letak Kesalahan Pemikiran
Fisika Klasik 110
5.3. Saintis Yang Berperan Dalam Pergeseran Paradigma
Fisika Klasik Ke Fisika Modern 112
5.4. Keunggulan Eksplanasi Fisika Klasik Bagi Saintis 116
5.5. Aspek Aksiologi Setelah Mempelajari Pemikiran Fisika Klasik
117
5.6. Konteks Psikologi Evolusif Pergesaran Paradigma
Fisika Klasik Ke Fisika Modern Dan Maknanya 119

BAB 6 122
RUNTUHNYA PARADIGMA DOGMA DARWINISME 122
6.1. Deskripsi Materi 122
6.2. Biografi Darwin dan Temuannya 120
6.3. Hakikat Runtuhnya Dogma Darwinisme 130
6.5. Tokoh Saintis yang Meruntuhkan Paradigma
Dogma Darwinisme 131

vi Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


6.6. Eksplanasi Penyebab Runtuhnya Dogma
Darwinisme 137
6.7. Sisi Aksiologi dari Runtuhnya Paradigma Dogma
Darwinisme 139
6.8. Konteks Psikologi Dogma Darwinisme dan Maknanya
Dalam Kehidupan Sehari-Hari 150

BAB 7 152
PARADIGMA ASAL MULA MAKHLUK HIDUP:
RUNTUHNYA TEORI ABIOGENESIS 152
7.1. Deskripsi Materi 152
7.2. Hakikat Dogma Teori Abiogenesis 153
7.3. Anomali Paradigma Abiogenesis 155
7.4 .Eksplanasi Abiogenesis yang Mengagumkan bagi
Saintis 159
7.5. Sisi Aksiologi Mempelajari Pemikiran dan Dogma
Abiogenesis 160
7.6. Konteks Psikologi Evolusif Pergeseran Paradigma
Abiogenesis ke Biogenesis 161

BAB 8 163
PARADIGMA TEORI HEREDITAS PRA MENDEL DAN
PASCA MENDEL 163
8.1. Diskripsi Materi 163
8.2 Perkembangan Teori Hereditas Sebelum Mendel 164
8.3. Paradigma dan Pergeseran Paradigma Teori Hereditas
Mendel 166
8.4. Ontologi Hakikat Teori Hereditas menurut Mendel 176
8.5. Nilai Aksiologi setelah mempelajari paradigma teori
Pra-Mendel dan Pasca-Mendel 182
8.6. Tokoh Saintis Penguat Paradigma 184

BAB 9 189
PERGESERAN PARADIGMA KLASIFIKASI ORGANISME 189
9.1. Deskripsi Materi 189
9.2. Mengapa Perlu Klasifikasi Organisme 191
9.3. Tujuan Klasifikasi Makhluk Hidup 192

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner vii


9.4. Epistemologi Tentang Proses Klasifikasi Makhluk
Hidup 193
9.5. Tahapan-tahapan dalam Klasifikasi Makhluk
Hidup 195
9.6. Pergeserean Perkembangan Klasifikasi Makhluk
Hidup 195
9.7. Penemuan Saintifis Revolusioner dalam Klasifikasi
Kingdom 204
9.8. Nilai Aksiologi Setelah Mempelajari klasifikasi 2
kingdom 208

BAB 10 213
TEORI EVOLUSI MANUSIA DALAM PANDANGAN
PEMIKIR MUSLIM DAN AL-QURAN 213
10.1. Deskrisi Materi 213
10.2. Pengantar 213
10.3. Teori Evolusi dalam Pandangan Ibnu Khaldun 215
10.4. Teori Evolusi Menurut Ibnu Miskawaih 218
10.5. Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif Al-Quran 223

BAB 11 231
PARADIGMA GRAVITASI NEWTON DAN
PERGESERANNYA 231
11.1. Deskripsi Materi 231
11.2. Pandangan Filosofis dan Saintis Mengenai Gerak
Sebelum Newton 232
11.2.1. Plato (427 SM – 347 SM) 232
11.2.2. Aristoteles (384 SM – 322 SM) 233
11.2.3. Galileo (1564 – 1642) 234
11.3. Aspek Ontologi Hukum Gravitasi Newton 235
11.4. Keterbatasan Hukum Gravitasi Newton pada
Benda Langit 236
11.5.Keunggulan paradigma gravitasi Newton pada sisi
epistemologi 242
11.6. Aspek Aksiologi yang dapat diambil dengan
mempelajari Dogma Newton tentang gravitasi 243

viii Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


BAB 12 245
PARADIGMA DIKELUARKANNYA PLANET PLUTO
DALAM SISTEM TATA SURYA 245
12.1. Deskripsi Materi 245
12.2. Perkembangan klasifikasi Planet dalam Tata Surya 246
12.3. Paradigma Planet Pluto dalam tata surya 247
12.4. Tokoh Saintif Penguat Paradigma baru 248
12.4.1. Para astronom dibantu oleh instrumentasi
yang canggih, terus menghitung ulang
massa dan orbit Pluto. 248
12.4.2. Para astronom sesekali mulai terlibat
dengan argumen Marsden bahwa Pluto
termasuk dalam kategori yang berbeda. 251
12.4.3. Planetarium Museum sejarah alam Amerika
tahun 2000 252
12.4.4. Konferensi IAU 2006 255
12.5. Nilai Aksiologi dan makna yang terkandung dalam
sebuah kehidupan 256

BAB 13 259
PARADIGMA TEORI DENTUMAN BESAR
(THEORY BIG BANG) 259
13.1. Diskripsi Materi 259
13.2. Sisi Ontologi dari Teori Dentuman Besar 260
13.3. Teori Dentuman Besar Menjelaskan Tentang Asal
Usul Alam Semesta 265
13.4. Kebenaran Teori Dentuman Besar 267
13.4.1. Awal dari Alam Semesta mendukung teori
dentuman Besar 268
13.4.2. Fenomena Pendukung Teori Dentuman
Besar 272
13.4.3. Model Teori Dentuman Besar 274
13.5. Nilai Aksiologi dalam Paradigma Teori Dentuman
Besar 275
13.6. Makna yang terkadung dalam Sebuah Kehidupan 278

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner ix


BAB 14 281
PERGESERAN PARADIGMA GEOSENTRIS 281
14.1. Diskripsi Materi 281
14.2. Pandangan Geosentris Yunani Kuno 282
14.2.1. Tokoh Pencetus Teori Geosentris 283
14.2.2. Saintis Modern Pendukung Geosentris 288
14.3. Pergeseran Paradigma Geosentris Ke Heliosentris 290
14.3.1. Temuan Revolusioner Mengenai Teori
Heliosentris 292
14.4. Aksiologi Dari Teori Geosentris Dan Heliosentris 304

BAB 15 308
PARADIGMA RUNTUHNYA ATOMISME LEUKIPPOS
DEMOCRITOS 308
15.1. Diskripsi Materi 308
15.2. Aspek Ontologi Teori Atom Leukippos Demokritus 311
15.3. Pergeseran Paradigma Leukippos Democritos Ke
Teori Atom Dalton 316
15.4. Sejarah perkembangan dan pergeseran teori atom
pasca Leukippos Democritos 319
15.4.1. John Dalton. 319
15.4.2. Thomson dan teori atommnya 321
15.4.3. Model atom Rutherford 322
14.4.4. Neils Bohr dan Teori Atomnya 325
15.4.5. Teori atom modern 328
15.5. Nilai Aksiologi Teori Atom Leucippos Democritos 329

BAB 16 333
PERGESERAN PARADIGMA MEKANIKA KLASIK
MENJADI MEKANIKA KUANTUM 333
16.1. Deskripsi Materi 333
16.2. Hakikat Dogma Mekanika Klasik (Mekanika Newton)
Menurut Literatur 334
16.3. Pergeseran Paradigma dari Mekanika Klasik ke
Mekanika Kuantum 336
16.4. Eksplanasi Mekanika Klasik yang Mengagumkan
Saintis 344
16.5. Sisi Aksiologi Mempelajari Pemikiran dan Dogma

x Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Mekanika Klasik 346
16.6. Konteks Psikologi evolusif Pergeseran Paradigma
Mekanika Klasik ke Mekanika Kuantum 349

DAFTAR PUSTAKA 353


GLOSARIUM 386
TENTANG PENULIS 398

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner xi


BAB 1

SAINS NORMAL DAN REVOLUSI SAINS


(PANDANGAN THOMAS KUHN)

Sudarmin
Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: sudarmin@mail.unnes.ac.id

1.1. Deskripsi Materi


Pada bab 1 sebagai pembuka dari keseluruhan dari
konten buku paradigma dan pemikir saintis revolusioner ini.
Pada bab ini akan diuraikan sekilas mengenai biografi dari
Thomas Kuhn, diikuti pemikirannya dalam memahami sains
normal, paradigma, revolusi sains, dan sebagainya. Materi ini
bersumber dari buku Thomas Kuhn, serta berbagai referensi
yang terkait dan tersedia dalam online dan offline, serta konten
disesuaikan dengan kebutuhan perkuliahan dan mahasiswa.

1.2. Biografi Thomas Samuel Kuhn dan Karyanya


Thomas S. Kuhn dilahirkan di Cicinnati, Ohio pada
tanggal 18 juli 1922. Kuhn lahir dari pasangan Samuel L, Kuhn
seorang Insinyur industri dan Minette Stroock Kuhn. Dia
mendapat gelar B.S di dalam Ilmu Fisika dari Harvard
University pada tahun 1943 dan Magister Science. Pada tahun
1946. Kuhn belajar sebagai Fisikawan namun baru

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 1


mendapatkan Ph.D dari Harvard pada tahun 1949. Pada tiga
tahun dalam kebebasan akademiknya, Kuhn mulai mengalami
perubahan perhatiannya yaitu dari Ilmu Fisika kepada sejarah
dan Filsafat ilmu. Kuhn kemudian diterima di Harvard sebagai
asisten profesor dan mengajar sejarah ilmu atas usulan
presiden Universitas James Conant. Kuhn setelah beberapa
tahun bekerja di Harvard, lalu meninggalkan Harvard dan
belajar di Universtitas Berkeley di California, sekaligus
pengajar di program Filosofi dan Sains.
Thomas Kuhn menjadi profesor sejarah ilmu pada 1961.
Di Berkeley ini, Thomas Kuhn menulis dan menerbitkan
bukunya yang terkenal The Structure Of Scientific Revolution
(962). Pada tahun 1964 dia menjadi profesor filsafat dan
sejarah seni di Princeton pada tahun 1964-1979, dan kemudian
menjadi profesor Filsafat sampai tahun 1999. Pada tahun 1994
dia mewawancarai Niels Bohr sang Fisikawan sebelum
Fisikawan itu meninggal dunia. Pada tahun 1994, Kuhn
didiagnostik dengan kanker dari Bronchial Tubes. Kuhn
meninggal pada tahun 1996 di rumahnya di Cambridge
Massachusetts.
Pada perjalanan hidupnya, Kuhn menikah dua kali dan
memiliki tiga anak. Kuhn mendapat banyak penghargaan di
bidang akademik. Sebagai contohnya dia memegang posisi
sebagai Lowel lecturer pada tahun 1951, Guggeheim fellow
dari 1954 hingga 1955, Dan masih banyak penghargaan lain.
Karya Kuhn cukup banyak, namun yang paling terkenal dan
mendapat banyak sambutan dari Filsuf Ilmu dan saintis adalah
The Structure of Scientific Revolution, sebuah buku yang terbit
pada tahun 1962, dan direkomendasikan sebagai bahan
bacaan dalam kursus dan pengajaran berhubungan dengan
pendidikan, sejarah, psikologi, riset dan sejarah serta Filsafat
sains.

2 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Buku Structure of Scientific Revolutions, banyak
mengubah persepsi orang terhadap apa yang dinamakan ilmu.
Jika sebagian orang mengatakan bahwa pergerakan ilmu itu
bersifat linier-akumulatif, maka tidak demikian halnya dalam
penglihatan Kuhn. Menurut kuhn, ilmu bergerak melalui
tahapan-tahapan yang akan berpuncak pada kondisi normal
dan kemudian ―membusuk‖ karena telah digantikan oleh ilmu
atau paradigma baru.Demikian selanjutnya. Paradigma baru
mengancam paradigma lama yang sebelumnya juga menjadi
paradigma baru. Dalam sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan secara epistemologi, paradigma epistemologi
positivistik telah mengakar kuat selama berpuluh-puluh tahun,
hingga akhirnya setelah sekitar dua atau tiga dasawarsa
terakhir ini muncul perkembangan baru dalam filsafat ilmu
pengetahuan sebagai bentuk upaya pendobrakan atas teori-
teori yang lama. Pendobrakan revolusioner atas filsafat ilmu
pengetahuan positivistik ini dipelopori juga oleh tokoh seperti:
Thomas Kuhn, Stepehen Toulmin, serta Imre Lakatos.
Sejarah ilmu sebagai bidang keahlian Thomas Kuhn,
pada dasarnya merupakan disiplin ilmu yang relatif masih baru.
Pada awal perkembangannya, bidang ini ditangani dan
dikembangkan oleh ahli-ahli dari bidang ilmu lainnya, seperti
ahli fisika. Thomas Kuhn sendiri dengan latar belakang orang
Fisika mencoba memberikan wacana tentang sejarah ilmu ini
sebagai starting point dan kacamata utama dalam menyoroti
permasalahanfundamental dalam epistemologi yang selama ini
masih menjadi teka-teki. Dengan kejernihan dan kecerdasan
pikirannya, Kuhn menegaskan bahwa sains pada dasarnya
lebih dicirikan oleh paradigma dan revolusi yang menyertainya.
Dengan konsep pemikirannya ini, Thomas Kuhn tidak hanya
sekedar memberikan kontribusi besar dalam sejarah dan
Filsafat Ilmu, tetapi lebih dari itu, Kun telah menggagas teori-

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 3


teori yang mempunyai implikasi luas dalam ilmu sosial, seni,
politik, pendidikan bahkan ilmu-ilmu keagamaan dan lain-lain.

1.3. Thomas Kuhn Tentang Paradigma


Pada bagian ini kita bahas mengenai Paradigma. Istilah
paradigma menjadi begitu popular setelah diperkenalkan oleh
Thomas Kuhn melalui bukunya The Structure of Scientific
Revolution, University of ChicagoPress. Buku ini membahas
dan membicarakan mengenai Filsafat Sains. Kuhn menjelaskan
bahwa Paradigma merupakan suatu cara pandang, nilai-nilai,
metode-metode, prinsip dasar atau memecahkan sesuatu
permasalahan yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada
suatu masa tertentu. Apabila suatu cara pandang dari suatu
Paradigma tertentu mendapat tantangan dari luar atau
mengalami krisis (―anomalies‖), kepercayaan terhadap cara
pandang tersebut menjadi luntur, dan cara pandang atau
paradigma yang demikian menjadi kurang berwibawa,pada
saat itulah menjadi pertanda telah terjadi pergeseran suatu
paradigma lama menjadi paradigma baru.
Dengan demikian adanya perkembangan sains pada era
modern yang sangat fantastis telah menyebabkan banyak
ditemukan teori ilmiah (scientific truth) dan temuan alamiah
(naturaled truth) yang dibuktikan dengan banyak bermunculan
teori pengetahuan dan teknologi. Hal ini menggugah Thomas
Kuhn dalam magnum opusnya yakni The Structure of Scientific
Revolutions mengkritisi kebenaran implisit dan eksplisit di
dalam sains itu sendiri. Thomas Kuhn melalui keahliannya
mencoba mengungkapkan secara detail kedudukan sains
secara teoritis dan praktis. Dewasa ini, sains selalu terjadi
improvisasi berupa evolusi dari teori sederhana menuju teori
yang lebih sempurna. Namun Kuhn menolak secara keras
konsep demikian, baginya kebenaran sains tumbuh menurut

4 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


revolusi ilmiah dan alamiah yakni suatu teori tentang sains
ditemukan pada satu objek dan akan terus-menerus berubah
walaupun kesan yang muncul lebih identik sebagai improvisasi.
Sains memiliki wilayah otonom dan teritorium yang
berbeda dalam pencarian kebenaran. Sains menerangi
worldview ilmiah tentang realitas yang sama, namun dengan
perspektif yang berbeda. Kebenaran sains lebih bersifat
sebagai representasi realitas. Sains tidak mengenal suatu
kebenaran yang stationer yang mendoktrinkan once for all
(sekali untuk selamanya). Kebenaran sains bersifat coutinuous
(berkali-kali) sementara sains mencakup all at once (segalanya
pada satu). Pencarian yang mungkin terjadi dalam sains yaitu
antara prediksi dan deteksi yang diabadikan sebagai prioritas
atas pencarian indeept observation. Sains ingin menjelaskan
dunia dan kehidupan dalam perspektif worldview yang
mempengaruhi semua orang.
Akhirnya Kuhn memperkenalkan sebutan teorinya dengan
paradigma. Terdapat dua karakteristik sebagai ciri khas
substansi dari paradigma, yaitu: pertama, menawarkan unsur
baru tertentu yang menarik pengikut keluar dari persaingan
metode kerja dalam kegiatan ilmiah sebelumnya; kedua,
(serentak) menawarkan persoalan baru yang masih terbuka
dan belum terselesaikan. Asumsi Kuhn objektivitas sains tidak
bersifat otoritatif hanya sebatas a justified final detection. Inilah
landasan epistimologi paradigma yang mengkritik keyakinan
manusia terhadap sains sebagai representasi realitas.
Epistemologis sains adalah rasional, empiris dan positivistik.
Paradigma menerima teori revolusi atas nama
kreasionisme, hingga mendorong kebenaran sains bersifat
realitas yang saling fighting se-sama sains sementara sains
memiliki ruang otonomi dalam pencarian kebenaran antara
prediksi dan deteksi yang satu mengisolasi yang lain. Sains

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 5


modern bercorak rasionalistik dan empirisis-positivistik dalam
mengamati realitas. Sains modern menganut paham bebas
nilai, humanistik dan individualistik. Tidak ada hal seperti riset
dalam ketiadaan paradigma apapun.1 Keilmiahan pada situasi
pra-modern terasa jauh lebih naturalistis dan pluralistis.
Perspektif ilmiah melihat realitas alam sebagai dunia objektif
atau fakta yang tunduk pada hukumhukum kausal dan
mekanistis. Para sainstis hanya berkerja dalam tataran
konseptual obyektif, netral, dan tanpa ada intervensi dari para
saintis untuk mengendalikan sains. Ini menunjukkan bahwa
saintisme telah meletakkan dasar-dasar berpikir yang hanya
berpijak pada eksperimen dan hitungan matematis sebagai
ukuran ilmiah atau tidaknya sebuah hasil pemikiran atau
penelitian.
Sains modern ditarik dari analogi antara tingkah laku
manusia dengan cara kerja mekanik. Sains akan terus berubah
berbanding lurus dengan ditemukan fakta-fakta baru. Tujuan
sains untuk menggantikan gagasan yang progresif terhadap
kebenaran, sains sebagai pekerjaan eksplorasi yang terus-
menerus menarik lebih dekat untuk beberapa tujuan yang
ditetapkan oleh alam yang terus berkembang.2 Sains kontingen
terhadap dinamika sejarah dan komunitas saintis sehingga
kebenaran ilmiah pun berubah-ubah secara revolusioner. Sains
merupakan suatu pembelajaran yang terakumulasi dan
sistimatik tentang fenomena alam. Kemajuan sains ditandai
bukan hanya oleh suatu akumulasi fakta, tetapi oleh
berkembangnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Paradigma juga mengandung makna standard
universal yang didukung oleh worldview ilmiah yang didapat
dari realitas yang diyakini sebagai prediksi atau deteksi sebagai
source dengan hukum universal yang dimunculkan dari
dinamika mekanis dan realitas yang diyakini sebagai proses

6 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


kreatif, thinkable, inteligible, change of culture, and idea of
progress, berkebebasan mencari pengetahuan idealis,
pragmatis atau hedonis Sains sekarang banyak menimbulkan
―efek polusi dan radiasi‖, namun sains negatif itu terabaikan
mengingat sains produktif akan lebih menguntungkan,
sehingga mengugah saintis mengeksplorasi ataupun ekspansif
untuk sebanyak mungkin menemukan sains-sains baru. Sains
dalam modernitas bersifat otoritatif bukan karena rasionalitas
argumentasi, melainkan karena propaganda (represif) lewat
industri, teknologi, dan institusi-institusi ilmiah.
Perkembangan sains di era modern telah mendistorsi
nilai-nilai religiusitas. Sains bukan hasil dari refleksi
sekumpulan kitab suci yang cenderung mengakibatkan
penolakan eksistensi Tuhan dan penciptaan. Sains telah
menyebabkan teknologi dikembangkan untuk memenuhi
kesenangan-kesenangan materi (hedonis-materialistis) dan
mengorbankan alam semesta. Paradigma telah melahirkan
banyak budaya baru melalui eksperimentasi, kuantifikasi, dan
prediksi. Adapun model perkembangan ilmu pengetahuan
menurut Kuhn adalah melalu Paradigma suatu paradigmaI
yaitu Normal Science, Anomalies and Crisis, dan kemudian
terjadi Revolusi. Pada bagian ini akan dibahas mengenai model
perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, yaitu:

1. Normal Science
Thomas Samuel Kuhn (1922-1996) setelah menulis
panjang lebar tentang sejarah ilmu pengetahuan, dan
mengembangkan beberapa gagasan penting dalam filsafat
ilmu pengetahuan. Kuhn paling terkenal karena bukunya
The Structure of Scientific Revolutions di mana ia
menyampaikan gagasan bahwa sains tidak ―berkembang
secara bertahap menuju kebenaran‖, tapi malah mengalami

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 7


revolusi periodik yang dia sebut pergeseran paradigma.
Analisis Kuhn tentang sejarah ilmu pengetahuan
menunjukkan kepadanya bahwa praktek ilmu datang dalam
tiga fase; yaitu tahap:
a. Pra-ilmiah, yang mengalami hanya sekali dimana tidak
ada konsensus tentang teori apapun. penjelasan Fase
ini umumnya ditandai oleh beberapa teori yang tidak
sesuai dan tidak lengkap. Akhirnya salah satu dari teori
ini menang.
b. Normal Science. Seorang ilmuwan yang bekerja dalam
fase ini memiliki teori override (kumpulan teori) yang
oleh Kuhn disebut sebagai Paradigma. Dalam ilmu
pengetahuan normal, tugas ilmuwan adalah rumit,
memperluas, dan lebih membenarkan paradigma.
Akhirnya, bagaimanapun, permasalahan muncul, dan
teori ini diubah dalam ad hoc cara untuk
mengakomodasi bukti eksperimental yang mungkin
tampaknya bertentangan dengan teori asli. Akhirnya,
teori penjelasan saat ini gagal untuk menjelaskan
beberapa Fenomena atau kelompok daripadanya, dan
seseorang mengusulkan penggantian atau redefinisi
dari teori ini.
c. Pergeseran paradigma: Pergeseran paradigma akan
mengantar pada periode baru ilmu pengetahuan
revolusioner. Kuhn percaya bahwa semua bidang ilmiah
melalui pergeseran paradigma ini berkali-kali, seperti
teori-teori baru menggantikan yang lama. Menurut
Kuhn, ilmu sebelum dan sesudah pergeseran
paradigma begitu jauh berbeda melihat beberapa teori
mereka yang tak tertandingi. Pergeseran paradigma
tidak hanya mengubah satu teori, hal itu akan
mengubah cara bahwa kata-kata yang didefinisikan,

8 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


cara para ilmuwan melihat mereka subjek, dan mungkin
yang paling penting pertanyaan yang dianggap sah,
dan aturan yang digunakan untuk menentukan
kebenaran suatu teori tertentu.

2. Anomali dan munculnya Penemuan Baru (Krisis)


Data anomali berperan besar dalam memunculkan
sebuah penemuan baru yang diawali dengan kegiatan kerja
ilmiah. Dalam keterkaitan ini, Kuhn menguraikan dua
macam kegiatan ilmiah yaitu: Puzzle solving, yang mana
dalam puzzle solving, para saintis membuat percobaan dan
mengadakan observasi yang tujuannya untuk memcahkan
teka-teki, bukan mencari kebenaran. Bila paradigmanya
tidak dapat digunakan untuk memecahkan persoalan
permasalahan yang penting atau malah berefek konflik,
maka suatu paradigma baru harus diciptakan atau
dimunculkan.
Penemuan paradigma baru: Adapun penemuan
paradigma baru bukanlah peristiwa-peristiwa terasing,
melainkan episode-episode yang diperluas dengan struktur
yang berulang secara teratur. Penemuan diawali dengan
kesadaran akan anomali, yakni dengan pengakuan bahwa
alam dengan suatu cara telah melanggar pengharapan
yang didorong oleh paradigma yang menguasai sains yang
normal. Kemudian paradigma baru berlanjut dengan
eksplorasi yang sedikit banyak diperluas pada wilayah
anomali. Paradigma baru hanya akan berakhir jika teori atau
paradigma itu telah disesuaikan sehingga yang
menyimpang itu menjadi yang diharapkan. Jadi, intinya
bahwa dalam penemuan baru harus ada penyesuaian
antara fakta dengan teori yang baru. Dari teori ini Thomas
Kuhn memberikan definisi yang berbeda antara discovery

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 9


dan invention. Yang dimaksud discovery adalah kebaruan
faktual (penemuan), sedang invention adalah kebaruan teori
(penciptaan) yang mana keduanya saling terjalin erat satu
sama lain.

3. Revolusi Ilmiah
Pada uraian berikut akan disinggung tentang revolusi
sains (revolusi ilmiah) yang muncul karena adanya anomali
dalam riset ilmiah yang dirasakan semakin parah, dan
munculnya krisis yang tidak dapat diselesaikan oleh
paradigma yang dijadikan sebagai referensi riset
(penelitian). Revolusi sains merupakan sebuah episode
perkembangan non-kumulatif yang didalamnya terangkum
sebuah paradigma lama yang diganti sebagian atau
keseluruhan dengan paradigma baru. Adanya revolusi sains
bukanlah hal yang berjalan mulus tanpa hambatan, namun
kerap kali ada pro-kontra, serta gesekan dari masyarakat
yang menyertainya.
Dalam pemilihan paradigma tidak ada standar baku
melainkan hanyalah menyesuaikan diri terhadap
persetujuan masyarakat. Adanya revolusi sains dengan
berbagai teori argumentatifnya akan membentuk
masyarakat sains. Oleh karena itu, permasalahan
paradigma atau munculnya paradigma baru sebagai akibat
dari revolusi sains tiada lain hanyalah sebuah konsensus
atau kesepakatan yang sangat ditentukan oleh retorika di
kalangan akademisi atau masyarakat itu sendiri. Sejauh
mana paradigma baru itu diterima oleh mayoritas
masyarakat sains, maka disitulah revolusi sains atau
revolusi ilmiah akan terwujud. Selama proses revolusi, para
saintis melihat hal-hal baru dan berbeda dengan ketika
menggunakan instrumeninstrumen yang sangat dikenalnya

10 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


untuk melihat tempat-tempat atau kajian ilmiah yang pernah
dilihatnya.
Seakan-akan masyarakat profesional itu tiba-tiba
dipindahkan ke daerah lain dimana objek yang sangat
dikenal sebelumnya tampak dalam penerangan yang
berbeda dan juga berbaur dengan objek-objek yang tidak
dikenal. Kalaupun ada ilmuwan (saintis) atau sebagian kecil
ilmuwan yang tidak mau menerima paradigma yang baru
sebagai landasan risetnya, dan ia tetap bertahan pada
paradigma yang telah dibongkar yang sudah tidak
mendapat legitimasi dari masyarakat sains, maka aktifitas
riset dan penelitiannya hanya merupakan ilmu pengetahuan
yang tidak bermanfaat sama sekali. Inilah yang dinamakan
perlunya revolusi sains atau revolusi ilmiah.

1.4. Paradigma Kedua


Menurut Kuhn bahwa ilmu pengetahuan pada waktu
tertentu didominasi olehsuatu paradigma tertentu, yaitu suatu
pandangan yang mendasar tentang apayang menjadi pokok
persoalan (subject matter ) dari suatu cabang ilmu.Paradigma
tersebut akan berkembang dalam masa normal scienceyaitu
suatu periode akumulasi ilmu pengetahuan dimana para
ilmuwan bekerja danmengembangkan paradigma yang sedang
berpengaruh. Tidak mampunya suatu paradigma tersebut
dalam menjawab berbagai persoalan secara memadai, maka
terjadinya pertentangan dan penyimpangan yang terjadi dan
inilah yang dinamakan anomali sains, yang mana akan
memuncak menjadi suatu krisis yang menyangsikan paradigma
yangdibangun pertama sebelumnya. Apabila krisis sudah
sedemikian hebatnya, maka suaturevolusi akan terjadi dan
muncullah paradigma baru yang dianggap mampu
menyelesaikan persoalan yang terjadi.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 11


Menurut Kuhn bahwa pendekatan ilmu tidak secara
internal (seperti ajaranPositivisme) dan Rasionalisme
Kritikal,seperti ajaran Karl Popper, akan tetapisecara eksternal
dengan bertolak dari suatu paradigma tertentu yang
menjadilandasan dasar disiplin ilmu itu yang akan terjadi bukan
Evolusi sains akan tetapi Revolusi sains. Paradigma yang ada
akan digantikan oleh paradigma baru tanpa mengandung unsur
paradigma yang lama. Menurut Kuhn, secara manusiawi, maka
seseorang tidak akan mau untuk menjatuhkan teori yang
dibangunnya sendiri, tetapi justru akan mempertahankannya,
sehingga muncul lah silang pendapat antar ilmuwan dan
polemik. Selanjutnya teori itu bukan dilemahkan oleh fakta-
fakta, tetapi diamati dan diinterpretasi mengacu pada
paradigmanya yang relasi inti bukan subjek-objek tetapi subjek-
subjek. Pemikiran Thomas Kuhn juga timbul atas kritikan
terhadap ungkapan Karl R.Propper yang berkaitan dengan
falsifikasi yang dilakukannya oleh diri sendiri.Menurut logika
yang dibangun Kuhn, thesis Popper bahwa grounded theory
yang dibangun, diciptakan dari hasil penemuan secara induktif
fakta-fakta utama baru tidak mungkin membangun grounded
theory sebagai pernyataan universal masih bisa diperdebatkan
bahkan bisa ditolak.

1.5. Epistemologi Paradigma


Salah satu bidang garapan dari filsafat ilmu adalah
epistemologi. Secara etimologis epistemologi berasal dari
bahasa yunani epiteme artinya pengetahuan, dan logos artinya
teori, epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat
yang mempelajari asal mula, sumber, struktur, metode dan
syahnya (validitas) pengetahuan. Dengan demikian
epistemologi paradigma terkait dengan asal mula, sumber,
struktur, metode dan syahnya (validitas) suatu paradigma.

12 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Dalam metafisika pertanyaan pokok tentang ada, yaitu apakah
ada itu?, sedangkan dalam epistemologi pertanyaan pokok
adalah “ apa yang dapat saya ketahui?‖. Jadi persoalan apa
saja yang termasuk dalam epistomologi adalah: (1). Bagimana
manusia dapat mengetahui sesuatu?, (2). Dari mana
pengetahuan itu diperoleh?, (3). Bagimana validitas
pengetahuan itu dapat dinilai?, (4). Apa perbedaan antara
pengetahuan apriori (Pengetahuan pra pengalaman) dan
pengetahuan aposteriori ( pengetahuan purna pengalaman).
Pada kajian epistemologi, maka epistemologi terdapat
beberapa perbedaan mengenai teori pengetahuan, hal ini
disebabkan karena setiap ilmu pengetahuan memiliki potensi
objek, metode, sistem dan tingkat kebenaran yang berbeda.
Jadi bisa dikatakan segala perbedaan tersebut terutama
berkembang dari perbedaan sudut pandang dan metode yang
bersumber dari empirisme dan rasionalisme. Dengan kata lain,
epistemologi merupakan suatu bidang kajian ilmu filsafat yang
mempersoalkantentang hakikat kebenaran, karena semua ilmu
pengetahuan mempersoalkan kebenaran.
Merujuk dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa
sejarah penemuan suatu kebenaran tentang pengetahuan
dimulai dari Periode filsafat Yunani yang merupakan periode
sangat penting dalam sejarah peradaban manusia, karena
pada waktu ini terjadi perubahan pola fikir manusia dari
mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola fikir yang
kelihatan sangat sederhana tetapi sebenarnya memiliki
implikasi tidak sederhana. Alam yang selama ini ditakuti dan
dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang
dulunya pasif menjadi aktif sehingga alam digunakan sebagai
objek penelitian atau pengkajian. Dari proses inilah kemudian
ilmu berkembang dari rahim filsafat.
Sejak zaman ini filsafat terus berkembang, mulai dari

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 13


masa kejayaan, kemunduran, dan kebangkitannya kembali.
Filsafat mengalami perkembangan pada abad modern, yang
diawali terlebih dahulu dengan adanya zaman Renaissance,
yaitu peralihan abad pertengahan ke abad modern. Zaman ini
terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia
dalam berfikir. Sejak zaman ini kebenaran filsafat dan ilmu
pengetahuan didasarkan pada kepercayaan dan kepastian
intelektual (sikap ilmiah) yang kebenarannya dapat dibuktikan
berdasarkan metode ilmiah, perkiraan dan pemikiran yang
dapat diuji.
Sedangkan wacana filsafat yang menjadi topik utama pada
abad modern khususnya abad ke-17 adalah persoalan
epistemologi. Pertanyaan pokok dalam bidang ini adalah
bagaimana manusia memperoleh pengetahuan yang benar,
serta apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka dalam abad
ke-17 muncullah dua aliran filsafat yang memberikan jawaban
berbeda, bahkan saling bertentangan. Aliran tersebut adalah
aliran rasionalisme dan empirisme. Kerjasama antara beberapa
aliran dari rasionalisme dan empirisme lahirlah metode sains
dan dari metodeilmiah inilah lahir pengetahuan sains.
Dalam proses perkembangan keilmuan tersebut,
paradigma keilmuan memegang peranan penting, karena
fungsi paradigma ilmu adalah memberikan kerangka,
mengarahkan, bahkan menguji konsistensi dari proses
keilmuan. Dalam paradima ilmu, ilmu telah mengembang
seperangkat keyakinan dasar yang mereka gunakan dalam
mengungkapkan hakikat ilmu yang sebenarnya dan bagaimana
cara untuk mendapatkannya. Sejak abad pencerahan sampai
era globalisasi saat ini terdapat empat paradigma ilmu yang
dikembangkan oleh para saintis dalam menemukan ilmu
pengetahuan yakni: positivisme, postpositivime, critical teori,

14 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


constuctivism.
Ciri khas yang membedakan model filsafat ilmu baru ini
dengan model yang terdahulu adalah pendekatan atau
perhatiannya yang besar terhadap sejarah ilmu dan filsafat
sains. Peranan sejarah ilmu dalam upaya mendapatkan serta
mengkonstruksikan wajah ilmu pengetahuan dan kegiatan
ilmiah yang terjadi. Bagi Kuhn sejarah ilmu merupakan starting
point dan kaca mata utamanya dalam menyoroti berbagai
permasalahan fundamental dalam epistemologi, yang selama
ini masih menjadi teka-teki. Menurutnya, dalam setiap
perkembangan ilmu pengetahuan selalu terdapat dua fase
yang penting yaitu; normal science dan revolutionary science.
Singkatnya, normal science adalah teori pengetahuan yang
sudah mapan sementara revoutionary science adalah upaya
kritis dalam mempertanyakan ulang teori yang mapan tersebut
dikarenakan teori tersebut memang problematis. Oleh karena
itu kita perlu untuk mengetahui sejarah ilmu yang dikenal oleh
paradigm Kuhn dalam proses memperoleh pengetahuan sains
secara benar menurut konsep cabang filsafat dari epistomologi.

1.6. Hakikat Paradigma


Pada awal pembahasan ini, kita bahas ulang pelengkap
dari makna paradigma. Menurut kamus filsafat dalam
Merymaswarita (2009) adalah: (1) Cara memandang sesuatu,
(2) Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-
model ini fenomena dipandang dan dijelaskan, (3) Paradigma
adalah suatu totalitas premis-premis teoritis dan metodologis
yang menentukan, menentukan atau mendefinisikan suatu
studi kerja ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek
ilmiah pada tahap tertentu, (4) Dasar untuk menyeleksi
problem-problem dan pola untuk memecahkan problem
riset/penelitian.Menurut Chalmers (1983) Paradigma adalah

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 15


suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang
umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga paradigma
merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode serta
penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat
menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri Sedangkan pengertian kedua, paradigma menunjukan
sejenis unsur dalam konstelasi itu dan pemecahan teka-teki
yang konkrit yang jika digunakan sebagai model, pola, atau
contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit
sebagai dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki
normal sains yang masih tersisa.
Paradigma menurut Muslih (2004) merupakan suatu
keputusan yudikatif dalam hukum yang tidak tertulis. Secara
singkat pengertian paradigma adalah Keseluruhan konstelasi
kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas
ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena), paradigma
membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari,
persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus
diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh
(Kuhn, 1989).Dari pengertian para ahli diatas, penulis dapat
menyimpulkan pengertian paradigma adalah suatu pandang
atau kerangka berpikir yang berdasarkan fakta atau gejala
diinterpretasikan untuk dipahami dan membantu merumuskan
tentang apa yang harus di pelajari, persoalan apa yang harus
dijawab dan aturan apa yang harus di ikuti dalam
menginterprestasikan jawaban yang diperoleh terhadap suatu
fenomena.
Muslih (2004) menyatakan yang melatarbelakangi
pemikiran Kuhn tentang ilmu dan perkembangannya
merupakan respon terhadap adanya pandangan Positivisme
dan Popper. Positivisme menganggap pengetahuan mengenai
fakta objektif merupakan pengetahuan yang sahih, mereka

16 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


mengklaim bahwa kekacauan kaum idealis dengan berbagai
pendekatan metafisika yang digunakan dalam melihat realitas,
karena bahasa yang mereka pakai secara esensial tanpa
makna, dan secara umum mereka berpendapat bahwa sumber
pengetahuan adalah pengalaman dan proses verifikasi dan
konfirmasi dari suatu eksperimen dari bahasa ilmiah
merupakan langkah dan proses perkembangan ilmu.
Bagaimana perkembangan ilmu menurut Popper?.
Popper berpendapat bahwa proses perkembangan ilmu
menurutnya harus berkemungkinan mengandung salah dengan
proses yang disebut falsifikasi (proses eksperimental untuk
membuktikan salah dari suatu ilmu) dan refutasi (penyangkalan
teori). Kuhn menolak pandangan di atas, Kuhn memandang
ilmu dari perspektif sejarah, dalam arti sejarah ilmu. Rekaman
sejarah ilmu merupakan titik awal pengembangan ilmu karena
merupakan rekaman akumulasi konsep untuk melihat
bagaimana hubungan antara pengetahuan dengan mitos dan
takhayul yang berkembang. Sejarah ilmu digunakan untuk
mendapatkan dan mengkonstruksi wajah ilmu pengetahuan
dan kegiatan ilmiah yang sesungguhnya terjadi. Hal-hal baru
baru yang ditemukan pada suatu masa menjadi unsur penting
bagi pengembangan ilmu di masa berikutnya (Kuhn, 1989).
Perbedaan pendapat Kuhn dengan Popper adalah Kuhn
lebih mengeksplorasi tema-tema yang lebih besar misalnya
hakikat ilmu baik dalam praktiknya yang nyata maupun dalam
analisis kongkret dan empiris. Jika Popper menggunakan
sejarah ilmu untuk mempertahankan pendapatnya, Kuhn justru
menggunakan sejarah ilmu sebagai titik tolak penyelidikannya
(Muslih M, 2004), Dari pendapat Kuhn tersebut bisa dikatakan
bahwa Filsafat ilmu harus berguru kepada sejarah ilmu,
sehingga seorang saintis dapat memahami hakikat ilmu dan
aktivitas ilmiah yang sesungguhnya. Dari analisis pendapat

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 17


Kuhn, dapat disimpulkan bahwa Sains lebih dicirikan oleh
paradigma dan revolusi yang menyertainya. Dari rekaman
sejarah ilmu bisa diketahui bahwa terjadinya perubahan
mendalam selama sejarah ilmu tidak didasarkan pada upaya
empiris untuk membuktikan suatu teori atau sistem, tetapi
melalui revolusi sains ilmiah, sehingga kemajuan ilmiah
pertama-tama bersifat revolusioner dan bukan kumulatif. Kuhn
menamakan sekumpulan saintis telah memiliki pandangan
bersama sebagai suatu komunitas ilmiah. Suatu komunitas
ilmiah memiliki suatu paradigma bersama tentang alam dan
pemikiran ilmiah, memiliki kesamaan bahasa, nilai, asumsi,
tujujuan, norma dan kepercayaan (Kuhn 1989).
Kuhn menyatakan bahwa pergeseran paradigma
merupakan suatu istilah untuk menggambarkan terjadinya
dimensi kreatif pikiran manusia dalam bingkai filsafat.
Pergeseran paradigma merupakan letupan ide yang
merangsang timbulnya letupan ide-ide yang lain, yang terjadi
terus-menerus, sambung menyambung, baik pada orang yang
sama maupun orang yang berbeda. Reaksi berantai ini
akhirnya menjadi kekuatan yang bisa merubah wajah dan
tatanan dunia, serta peradaban manusia ke arah suatu
kemajuan ilmu pengetahuan.
Menurut Kuhn (1989) paradigma menentukan jenis
eksperimen yang dilakukan oleh para saintis, tanpa paradigma
tertentu para ilmuawan tidak bisa mengumpulkan fakta-fakta,
dengan tiadanya paradigma atau calon paradigma tertentu,
semua fakta yang mungkin sesuai dengan perkembangan ilmu
tertentu tampak seakan sama-sama relevan, akibatnya
pengumpulan fakta hampir semuanya merupakan aktivitas
acak. Gambaran Kuhn tentang cara ilmu berkembang dapat
diringkas dalam suatu skema yang open-ended, artinya sebuah
akhir yang selalu terbuka untuk diperbaiki dan dikembangkan

18 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


lebih lanjut. Skemanya secara ringkas adalah sebagai berikut
Pra paradigma – Pra science – paradigma normal science –
paradigma-anomali- krisis revolusi- ilmu normal baru--- krisis
baru.Pada uraian berikut akan dijelaskan skema pergeseran
paradigma tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Pra Paradigma dan Pra Sciense


Pada tahap pra paradigma ini aktivitas-aktivitas
ilmiah dilakukan secara terpisah dan tidak terorganisir
sebab tidak ada persetujuan tentang subject matter,
problem-problem dan prosedur di antara para saintis yang
bersaing, karena tidak adanya suatu pandangan tersendiri
yang diterima oleh semua saintis tentang suatu teori
(fenomena). Dari sejumlah aliran yang bersaing,
kebanyakan mereka mendukung satu atau lain varian
dalam teori tertentu dan di samping itu ada kombinasi dan
modifikasi lain yang masing-masing aliran mendukung
teorinya sendiri-sendiri. Sehingga sejumlah teori boleh
banyak digunakan pada pelaksanaannya di lapangan dan
setiap ahli teori itu merasa wajib memulai dengan yang
baru dan membenarkan pendekatannya sendiri, hal
semacam ini berlangsung selama kurun waktu tertentu
sampai suatu paradigma tunggal diterima oleh semua
aliran yang dianut saintis tersebut dan ketika paradigma
tunggal diterima, maka jalan menuju normal science mulai
ditemukan.
Contoh pada fase ini adalah adanya persaingan dari
ilmuwan untuk mempertahankan teorinya masing-masing
dan mendukung teori yang lain. Seperti teori epicurus, teori
aristoteles, atau teori plato. Satu kelompok menggangap
cahaya berasal dari satu partikel-partikel yang keluar dari
benda yang berwujud, bagi saintis yang lain mengatakan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 19


cahaya adalah modifikasi dari medium yang menghalang
diantara benda itu denganmata, yang ahli lain lagi
menerangkan bahwa cahaya sebagai interaksi antara
medium dan yang dikeluarkan oleh mata. Karena dari
masing-masing saintis tidak ada kesepakatan tentang
konsep cahaya itu sendiri maka, paradigma tentang
cahaya tidak bisa disepakati oleh komunitas ilmiah, selama
belum adanya kesepakatan maka tidak akan terjadi normal
sains (Kuhn, 1989).

2. Paradigma Normal Science


Aktivitas yang terpisah-pisah dan tidak terorganisasi
yang mengawali pembentukan suatu ilmu akhirnya menjadi
tersusun dan terarah pada suatu paradigma tunggal yang
telah dianut oleh suatu masyarakat ilmiah, suatu
paradigma yang terdiri asumsi-asumsi teoritis yang umum
dari hukum-hukum serta teknik-teknik untuk penerapannya
diterima oleh para anggota komunitas ilmiah, keadaan
seperti inilah yang dikatakan dalam tahapan paradigma
normal sains.
Para saintis akan menjelaskan dan mengembangkan
paradigma dalam usaha mempertanggung-jawabkan dan
menjabarkan perilaku beberapa aspek yang relevan
dengan dunia nyata ini, sebagaimana diungkapkan lewat
hasil-hasil eksperimen. Physica karya Aristoteles, Almagest
karya Ptolemaeus, Principia dan Opticks karya Newton,
Electricity karya Franklin, Chemistry karya Lavoisier dan
Geology karya Lyell, pencapaian mereka cukup baru belum
pernah ada sebelumnya sehingga dapat menghindarkan
kelompok penganut yang kekal dari mempersaingkan cara
melakukan kegiatan ilmia (Kuhn, 1989).
Para saintis yang risetnya didasarkan atas paradigma

20 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


bersama terikat pada kaidah dan standar praktek ilmiah
yang sama. Contoh konsep yang disepakati pada tahapan
normal sains ini adalah pada abad ke-18 paradigma
disajikan tentang Optik karya Newton yang mengajarkan
bahwa cahaya adalah partikel yang sangat halus yang
diterima oleh komunitas ilmiah pada zaman tersebut.Dari
penjelasan ini, bisa dikatakan pada tahap ini tidak terdapat
sengketa pendapat mengenai hal-hal fundamental di
antara para saintis, sehingga paradigma tunggal diterima
oleh semuanya. Paradigma tunggal yang telah diterima
tersebut dilindungi dari kritik dan falsifikasi sehingga ia
tahan dari berbagai kritik dan falsifikasi. Hal ini menjadi ciri
yang membedakan antara normal science dan pra science
(Chalmers, 1983).
Menurut Muslih (2004), normal science melibatkan
usaha terperinci dan ter-organisasi untuk menjabarkan
paradigma dengan tujuan memperbaiki keseimbangannya
dengan alam (fenomena) dengan memecahkan teka-teki
science, baik teka-teki teoritis maupun teka-teki
eksperimental. Teka-teki teoritis meliputi perencanaan dan
mengembangkan asumsi yang sesuai untuk penerapan
status hukum Teka-teki eksperimental meliputi perbaikan
keakuratan observasi dan pengembangan teknik
eksperimen sehingga mampu menghasilkan pengukuran
yang dapat dipercaya. Dalam tahap normal science ini
terdapat tiga fokus bagi penelitian sains faktual, yaitu:
a. Menentukan fakta yang penting.
b. Menyesuaikan fakta dengan teori. Upaya
menyesuaikan fakta dengan teori ini lebih nyata
ketergantungannya pada paradigma. Eksistensi
paradigma itu menetapkan dan menyusun
permasalahan yang harus dipecahkan; (seringkali

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 21


paradigma itu secara implisit terlibat langsung di dalam
desain peralatan yang mampu memecahkan
permasalahan tersebut).
c. Mengartikulasikan teori paradigma dengan
memecahkan beberapa ambiguitasnya yang masih
tersisa dan memungkinkan pemecahan permasalahan
yang sebelumnya hanya menarik perhatian saja.

3. Paradigma Anomali
Sains yang normal, yakni kegiatan pemecahan
permasalahan yang baru saja kita teliti, adalah kegiatan
yang sangat kumulatif, benar-benar berhasil dalam
tujuannya, perluasan secara tetap ruang lingkup dan
persisi pengetahuan sains. Sains yang normal tidak
ditujukan kepada kebaruan-kebaruan fakta atau teori dan,
jika berhasil tidak menemukan hal-hal tersebut. Jika
karakteristik sains ini akan diselaraskan dengan apa yang
telah dikatakan, maka riset yang mengikuti suatu
paradigma harus merupakan cara yang sangat efektif
untuk mendorong perubahan paradigma (Kuhn, 1989). Jika
saintis gagal memecahkan teka-teki science tersebut maka
kegagalan tersebut merupakan kegagalan ilmu itu sendiri
bukan kegagalan paradigma. Teka-teki harus ditandai oleh
kepastian akan adanya pemecahannya dari paradigma.
Teka-teki yang tidak terpecahkan dipandang sebagai
kelainan (anomali) bukan sebagai falsifikasi suatu
paradigm (Chalmer, 1983).
Jadi bisa disimpulkan bahwa apabila dalam
pemecahan teka-teki dan permasalahan science normal
jika dijumpai problem, kelainan, kegagalan (anomali) yang
tidak mendasar, maka keadaan ini tidak akan
mendatangkan krisis. Sebaliknya jika sejumlah anomali

22 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


atau fenomena-fenomena yang tidak dapat dijawab oleh
paradigma muncul secara terus menerus dan secara
mendasar menyerang paradigma, maka ini akan
mendatangkan suatu krisis.

4. Krisis Revolusi
Sasaran normal science adalah memecahkan teka-
teki science dan bukan menghasilkan penemuan-
penemuan baru yang konseptual, yang diikuti dengan
munculnya teori-teori baru. Akan tetapi dalam
perkembangan selanjutnya akan muncul gejala-gejala baru
yang belum terjawab oleh teori yang sudah ada. Apabila
hal-hal baru yang terungkap tersebut tidak dapat
diterangkan oleh paradigma dan anomali antara teori dan
fakta menimbulkan problem yang gawat, serta anomali-
anomali tersebut secara fundamental menyerang
paradigma yang ada, maka dalam keadaan demikian,
kepercayaan terhadap paradigma mulai goyah yang
kemudian terjadilah keadaan krisis yang berujung pada
perubahan paradigma (revolusi) (Kuhn, 1989).
Dengan demikian revolusi sains muncul karena
adanya anomali dalam riset ilmiah yang makin parah, dan
munculnya krisis yang tidak dapat diselesaikan oleh
paradigma yang ada saat itu dan menjadi referensi riset.
Untuk mengatasi krisis, saintis bisa kembali lagi pada cara-
cara ilmiah yang lama sambil memperluas cara-cara atau
metode itu atau mengembangkan sesuatu paradigma
tandingan yang bisa memecahkan permasalahan dan
membimbing riset berikutnya. Jika yang terakhir ini terjadi,
maka lahirlah revolusi sains.
Revolusi sains merupakan episode perkembangan
non-kumulatif, dimana paradigma lama diganti sebagian

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 23


atau seluruhnya oleh paradigma baru yang bertentangan.
Transformasi-transformasi paradigma yang berurutan dari
paradigma yang satu ke paradigma yang lainnya melalui
revolusi, adalah pola perkembangan yang biasa dari sains
yang telah matang. Jalan revolusi sains menuju sains
normal bukanlah jalan bebas hambatan.Sebagian saintis
atau masyarakat sains tertentu ada kalanya tidak mau
menerima paradigma baru dan ini menimbulkan
permasalahan sendiri. Dalam pemilihan paradigma tidak
ada standar yang lebih tinggi dari pada persetujuan
masyarakat yang bersangkutan. Untuk menyingkap
bagaimana revolusi sains itu dipengaruhi, kita harus
meneliti dampak sifat dan dampak logika juga teknik-teknik
argumentasi persuasif yang efektif di dalam kelompok yang
membentuk masyarakat sains itu. Oleh karena itu
permasalahan paradigma sebagai akibat dari revolusi
sains, hanya sebuah konsensus yang sangat ditentukan
oleh retorika di kalangan masyarakat sains itu sendiri.
Semakin paradigma baru itu diterima oleh mayoritas
masyarakat sains, maka revolusi sains kian dapat terwujud
dengan baik ( Syamsir, 2008).

5. Sains normal
Jika anomali yang ada dalam proses perkembangan
suatu ilmu telah bisa dipecahkan oleh saintis (saintis)
dalam komunitas ilmiah, dalam arti suatu komunitas ilmiah
telah bisa mengatasi dan menyelesaikan krisisnya dan
menyusun suatu paradigma baru maka terjadilah revolusi
sains (Chalmers, 1983). Sesudah suatu komunitas sains
mengalami revolusi dengan perputaran serupa Gestalt
yang menyertainya, maka kemajuan-kemajuan
penyelesaian teka-teki yang ada selama ini bisa

24 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


diselesaikan, sehingga dicapailah kembali pada tahapan
normal sains yang baru yang mempunyai keadaan baru
sebab gambaran yang dihasilkan dari teki-teki tersebut
juga sudah berubah.
Dalam tahapan sains normal baru ini para
komunitas ilmiah menyusun kembali suatu paradigma baru
dengan memilih nilai, norma, asumsi, bahasa, dan cara
mengamati dan memahami alam ilmiahnya dengan cara
baru, sehingga cara pemecahan persoalan model lama
ditinggalkan dan menuju cara pemecahan dan pemahaman
yang baru (Muslih, 2004).
Pada bukunya Thomas Kuhn, yang dimaksud Kuhn
―sains normal (ilmu normal)‖ adalah kegiatan penelitian
yang secara teguh berdasarkan satu atau lebih pencapaian
ilmiah (scientific achievements) dimasa lalu, yakni
pencapaian yang komunitas atau masyarakat ilmiah bidang
tertentu pada suatu masa dinyatakan sebagai pemberi
landasan untuk praktek selanjutnya. Kuhn mengatakan
bahwa sains normal memiliki dua ciri esensial, yaitu:
a. Pencapaian ilmiah itu cukup baru, sehingga mampu
menarik para pemraktek ilmu dari berbagai cara lain
dalam menjalankan kegiatan ilmiah; maksudnya
dihadapkan pada berbagai alternatif cara menjalankan
kegiatan ilmiah, sebagian besar pemraktek ilmu
cenderung memilih untuk mengacu pada pencapaian
itu dalam menjalankan kegiatan ilmiah mereka.
b. Pencapaian itu cukup terbuka, sehingga masih
terdapat berbagai permasalahan yang memerlukan
penyelesaian oleh pemraktek ilmu dengan mengacu
pada pencapaian-pencapaian itu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa adanya dua tahap atau periode
dalam setiap ilmu, yakni periode pra-paradigmatik dan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 25


periode ilmu normal (normal science). Pada periode
pra-paradigmatik pengumpulan fakta atau kegiatan
penelitian dalam bidang tertentu berlangsung dengan
cara yang hampir dapat dikatakan tanpa mengacu
pada perencanaan atau kerangka teoritikal yang
diterima umum. Pada tahap pra-paradigmatik ini
sejumlah aliran pikiran yang saling bersaing, tetapi
tidak ada satupun aliran yang memperoleh
penerimaan secara umum. Dengan terbentuknya
paradigma itu, kegiatan ilmiah dalam sebuah disiplin
memasuki periode ilmu normal atau sains normal
(normal science).
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa Paradigma merupakan elemen primer
dalam progress sains. Seorang saintis selalu bekerja
dengan paradigma tertentu, dan teori-teori ilmiah dibangun
berdasarkan paradigma dasar. Melalui sebuah paradigma
seorang saintis dapat memecahkan kesulitan-kesulitan
yang lahir dalam kerangka ilmunya, sampai muncul begitu
banyak anomali yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
kerangka ilmunya sehingga menuntut adanya revolusi
paradigmatik terhadap ilmu tersebut.
Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu lebih
cocok dengan situasi sejarah dengan demikian diharapkan
filsafat ilmu lebih mendekati kenyataan ilmu dan aktifitas
ilmiah sesungguhnya. Menurut Kuhn ilmu harus
berkembang secara revolusioner bukan secara kumulatif
sebagaimana anggapan kaum rasonalis dan empiris klasik
sehingga dalam teori Kuhn, faktor sosiologis historis serta
psikologis ikut berperan, selain itu menurut Kuhn, tidak ada
paradigma yang sempurna dan terbebas dari kelainan-
kelainan (anomali), sebagai konsekwensinya ilmu harus

26 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


mengandung suatu cara untuk mendobrak keluar dari satu
paradigma ke paradigma lain yang lebih baik, inilah fungsi
revolusi tersebut. Suatu paradigma dapat membantu
seseorang dalam merumuskan tentang apa yang harus
dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan
apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawaban
yang diperoleh. Secara singkat pradigma dapat diartikan
sebagai ‖ keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan
teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam
memandang sesuatu (fenomena). Paradigma Kuhn telah
memberikan kontribusi dalam dinamika ilmu pengetahuan
dan peradapan manusia serta mampu mendobrak citra
pencapaian ilmu pengetahuan yang absolut dan tidak
terikat ruang dan waktu.Ada empat cara berfikir
berdasarkan dikotomi pengaruh antara individu dan
masyarakat:
a. Dikotomi muncul akibat asumsi umum bahwa individu
dapat membentuk atau mengubah masyarakat.
b. Dikotomi muncul akibat asumsi umum bahwa‖ individu
merupakan produk dari masyarakat (individual is
created society).
c. Dikotomi dari kedua pendapat itu disintensiskan dalam
model yang dimiliki perspektif yang tersangkut paut
dalm hubungan antara anggota masyarakat.
d. Model terakhir ini akan menghasilkan gambaran yang
menyambung. Disatu sisi langsung proses
socialization yang terjadi ketika individu mendapat
pengaruh kuat dari lingkungan sosial, individu akan
menyesuaikan diri dengan pola-pola yang berlaku di
masyarakat.
Pandangan antara paradigma ilmu pengetahuan
tampaknya berubah antar waktu. Perkembangan subtansi

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 27


paradigmatik dalam tulisan ini akan dikupas lengkap,
berawal dari paradigma positivisme, postpositivisme,
critical theory, dan konstruk-tivisme. Perubahan paradigma
dalam ilmu mengcakup seluruh aspek paradigma. Dari
beberapa kasus perubahan paradigma ilmu pengetahuan
yang telah di paparkan, arah yang mencapai memang di
utarakan berupa perkembangan. Kemapanan dan
munculnya spesialisasi ilmu menjadi harapan dari
perubahan tersebut. Perubahan tersebut berhubungan
timbal balik dengan perubahan kehidupan manusia yang
menjadi pendukungnya, termasuk terutama perkembangan
di kalangan saintis.

1.7. Ilmu sebagai Paradigma


Thomas Kuhn melihat adanya kesalahan-kesalahan
fundamental tentang image atau konsep ilmu yang telah
dielaborasi oleh kaum filsafat ortodoks, sebuah konsep ilmu
yang dengan membabi-buta mempertahankan dogma-dogma
yang diwarisi dari empirisme dan rasionalisme klasik. Dalam
teori Kuhn, faktor sosiologis historis serta fsikologis mendapat
perhatian dan ikut berperan. Kuhn berusaha menjadikan teori
tentang ilmu lebih cocok dengan situasi sejarah. Dengan
demikian diharapkan filsafat ilmu lebih mendekati kenyataan
ilmu dan aktifitas ilmiah sesungguhnya, yang dalam
perkembangan ilmu tersebut adalah secara revolusioner bukan
secara kumulatif sebagaimana anggapan kaum rasionalis dan
empiris klasik.
Kuhn dengan mendasarkan pada sejarah ilmu,
berpendapat bahwa terjadinya perubahan-perubahan yang
berarti tidak pernah terjadi berdasarkan upaya empiris untuk
membuktikan salah (falsifikasi) suatu teori atau itern, melainkan
berlangsung melalui revolusi-revolusi ilmiah. Dengan kata lain,

28 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Kuhn berdiri dalam posisi melawan keyakinan yang
mengatakan bahwa kemajuan ilmu berlangsung secara
kumulatif. Ia mengambil posisi alternatif bahwa kemajuan ilmiah
pertama-pertama bersifat revolusioner. Secara sederhana yang
dimaksud dengan revolusi ilmiah oleh Kuhn adalah segala
perkembangan nonkumulatif yakni paradigma yang terlebih
dahulu ada (lama) diganti keseluruhan ataupun sebagian
dengan yang baru. Dengan penggunaan istilah paradigma itu,
Kuhn hendak menunjuk pada sejumlah contoh praktik ilmiah
aktual yang diterima atau diakui dalam lingkungan komunitas
ilmiah, menyajikan model-model penelitian ilmiah yang terpadu
(koheren). Contoh praktek ilmiah itu mencakup dalil, teori,
penerapan dan instrumentasi. Dengan demikian, para saintis
dan saintis yang penelitiannya didasarkan pada paradigma
yang sama, pada dasarnya terikat pada aturan dan standar
yang sama dalam mengemban ilmunya. Keterikatan pada
aturan dan standar ini adalah prasyarat bagi adanya sains
normal.

1.8. Proses Pengembangan Ilmu menurut


pandangan Kuhn
Pada bagian ini akan dibahas mengenai topik-topik berikut
ini, yaitu :
1. Paradigma dan Normal Science
Konsep sentral kuhn adalah apa yang dinamakan
dengan paradigma. Istilah ini tidak dijelaskan secara
konsisten, sehingga dalam berbagai keterangan sering
berubah konteks dan arti. Pemilihan kata paradigma ini erat
kaitannya dengan sains normal, yang olehThomas Kuhn
dimaksudkan untuk mengemukakan beberapa contoh praktik
ilmiah nyata yang diterima; yaitu contoh yang sama-sama
menyangkut dalil,teori,penerapan dan instrukmentasi yang

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 29


telah menyajikan model-model daripadanya lahir tradisi-
tradisi tertentu dari riset dan penyelidikan ilmiah. Atau
dengan kata lain, sains normal adalah kerangka referensi
yang mendasari sejumlah teori maupun praktik-praktik ilmiah
dalam periode tertentu.
Paradigma ini membimbing kegiatan kerja ilmiah dalam
masa sains normal, dimana para saintis berkesempatan
menjabarkan dan mengembangkannya secara terperinci dan
mendalam, karena tidak sibuk dengan hal-hal yang
mendasar.Pada tahap ini, saintis tidak bersikap kritis
terhadap paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya,
dan selama menjalankan riset ini, saintis bisa menjumpai
berbagai fenonema yang tidak bisa diterangkan dengan
teorinya, dan kondisi atau saat inilah yang disebut anomali.
Jika anomali ini semakin menumpuk dan kualitasnya
semakin meninggi, maka bisa timbul krisis.
Dalam krisis inilah, paradigma mulai dipertanyakan.
Dengan demikian, sang saintis sudah keluar dari sains
normal. Untuk mengatasi krisis itu, saintis bisa kembali lagi
pada cara-cara itu atau mengembangkan suatu paradigma
tandingan yang bisa memecahkan permasalahan dan
bimbing kerja riset berikutnya. Jika yang terakhir ini terjadi,
maka lahirlah revolusi ilmiah.
Dari sini tampak bahwa paradigma pada saat pertama
kali muncul itu sifatnya terbatas, baik dalam cakupannya
maupun dalam ketepatannya. Paradigma memperoleh
statusnya karena lebih berhasil daripada saingannya dalam
memecahkan beberapa permasalahan yang mulai diakui
oleh kelompok pelaku praktik bahwa permasalahan itu
rawan. Keberhasilan sebuah paradigma semisal analisis
aristoteles tentang gerak, atau perhitungan ptolemeus
tentang kedudukan janji akan keberhasilan yang dapat

30 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


ditemukan dalam contoh pilihan dan belom lengkap. Ini pun
sifatnya masih terbatas, dan ketepatanya masih
dipertanyaakan. Dalam perkembangan selanjutnya, secara
dramatis, ketidak berasilan teori Ptolemeus betul-betul
terungkap ketika munculnya paradigma baru dari
Copernicus.
Contoh lain tentang tentang penemuan saintis
revolusioner, misalnya, bisa dilihat pada bidang fisika yang
berkenan dengan teori cahaya. Mula-mula cahaya
dinyatakan sebagai foton, yaitu maujud mekanis kuantum
yang memperlihatkan beberapa karakteristik gelombang dan
beberapa karakteristik partikel. Teori ini menjadi landasan
riset selanjutnya, yang hanya berumur setengah abad ketika
muncul teori baru dari Newton yang mengajarkan bahwa
cahaya adalah partikel yang sangat halus. Teori ini pun
sempat diterima oleh hampir semua praktisi sains optika,
kemudian muncul teori baru yang bisa dikatakan lebih
"unggul" yang digagas oleh Young dan Fresnel pada awal
abad XIX yang selanjutnya dikembangkan oleh Planck dan
Einstein, yaitu bahwa cahaya adalah gerakan gelombang
tranversal.Berbagai transformasi paradigma semacam ini
adalah revolusi sains, dan transisi yang berurutan dari
paradigma yang satu ke paradigma yang lainnya melalui
revolusi. Hal ini merupakan perkembangan yang biasa dari
sains yang telah matang.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa ilmu normal memiliki
dua ciri esensial:
a. Pencapaian ilmiah itu cukup baru sehingga mampu
menarik para pemraktek ilmu dari berbagai cara lain
dalam menjalankan kegiatan ilmiah; maksudnya
dihadapkan pada berbagai alternatif cara menjalankan
kegiatan ilmiah, sebagian besar pemraktek ilmu

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 31


cenderung memilih untuk mengacu pada pencapaian itu
dalam menjalankan kegiatan ilmiah mereka.
b. Pencapaian itu cukup terbuka sehingga masih terdapat
berbagai permasalahan yang memerlukan penyelesaian
oleh pemraktek ilmu dengan mengacu pada pencapaian-
pencapaian itu.
Ilmu normal bekerja berdasarkan paradigma yang
dianut atau yang berlaku. Karena itu, pada dasarnya
penelitian normal tidak dimaksudkan untuk pembaharuan
besar, melainkan hanya untuk mengartikulasi paradigma itu.
Kegiatan ilmiah ilmu normal hanya bertujuan untuk
menambah lingkup dan presisi pada bidang-bidang yang
terhadapnya paradigma dapat diaplikasikan. Jadi ilmu
normal adalah jenis kegiatan ilmiah yang sangat restriktif.
Keuntungannya adalah bahwa kegiatan ilmiah yang
demikian itu dapat sangat mendalam dan cermat.Walaupun
ilmu normal itu adalah kegiatan kumulatif (menambah
pengetahuan) dalam bidang yang batas-batasnya ditentukan
oleh paradigma tertentu, namun dalam perjalanan
kegiatannya dapat menimbulkan hasil yang tidak diharapkan.
Maksudnya, dalam kegiatan ilmiah itu dapat timbul
penyimpangan, yang oleh kuhn disebut anomali. Terbawa
oleh sifatnya sendiri, yakni oleh batas-batas yang ditetapkan
oleh paradigma, ilmu normal akan mendorong para saintis
pemrakteknya menyadari adanya anomali, yakni hal baru
atau pertanyaan yang tidak tercover atau terliputi oleh
kerangka paradigma yang bersangkutan, yang tidak
terantisipasi berdasarkan paradigma yang menjadi acuan
kegiatan ilmiah. Adanya anomali merupakan prasyarat bagi
penemuan baru, yang akhirnya dapat mengakibatkan
perubahan paradigma.
a. Anomali dan Munculnya Penemuan Baru

32 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Data anomali berperan besar dalam memunculkan
sebuah penemuan baru yang di awali dengan kegiatan
ilmiah.dalam keterkaitan ini, Thomas Kuhn menguraikan
dua macam kegiatan ilmiah, puzzle solving dan
penemuan paradigma baru. Dalam puzzle solving, para
saintis membuat percobaan yang mengadakan observasi
yang tujuannya untuk memecahkan teka teki, bukan
untuk mencari kebenaran. Bila paradigmanya tidak dapat
digunakan untuk memecahkan persoalan penting atau
malah malah mengakibatkan konflik, suatu paradigma
baru harus diciptakan. Dengan demikian,kegiatan ilmiah
selanjutnya diarahkan kepada penemuan baru ini
berhasil, akan terjadi perubahan besar dalam ilmu
pengetahuan.
Penemuan baru bukanlah peristiwa terasing,
melainkan episode-episode yang diperluas dengan
struktur yang berulang secara teratur . penemuan diawali
dengan kesadaran dengan anomali, yakni dengan
pengakuan bahwa alam, dengan suatu cara, telah
dilanggar pengharapan yang didorong oleh
paradigmayang menguasai sains yang normal.kemudian
ia berlanjut dengan eksplorasi yang seikt banyak
diperluas pada wilayah anomali. Dan ia hanya
berakhirjika teori atau paradigma itu telah disesuaikan
sehingga ang menyimpang itu menjadi yang
diharapkan.jadi yang jelas, dalam penemuan baru harus
ada penyesuaian antara fakta dengan teori yang baru.
b. Revolusi sains
Sebagaimana telah disinggung pada uraian
terdahulu, revolusi sains muncul karena adanya anomali
dalam riset ilmiah yang dirasakan semakin parah, dan
munculnya krisis yang tidak dapat diselesaikan oleh

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 33


paradigma yang dijadikan referensi riset. Revolusi sains
disini dianggap sebagai episode perkembangan non-
kumulatif yang didalam paradigma yang lama diganti
seluruhnya atau sebagiannya oleh paradigma baru yang
bertentangan. Adanya revousi sains bukan merupakan
hal yang berjalan dengan mulus tanpa hambatan.
Sebagai ilmua atau masyarakat sains tertentu ada
kalanya tidak mau menerima paradigma baru tersebut.
Dan ini menimbulkan permasalahan tersendiri yang
memerlukan pemilihan dan legimitasi paradigma yang
lebih definitif.
Oleh karena itu, permasalah paradigma atau
munculnya paradigma yang baru sebagai akibat revolusi
sains tidak lain hanyalah sebuah konsensus atau
kesepakan yang sangat ditentukan oeh retorika di
kalangan akademis dan atau masyarakat sains itu
sendiri. Sejauh mana paradigma baru itu diterima oleh
mayoritas masyarakat sains, maka revolusi sains dapat
terwujud. Selama revolusi sains, para saintis melihat hal-
ha baru dan berbeda dengan ketika menggunakan
instrumen yang sangat dikenalnya untuk melihat tempat
yang pernah dilihatnya. Seakan-akan masyarakat
profesional itu tiba-tiba di pindahkan ke daerah lain di
mana objek-objek yang sangat dikenal sebelumnya
tampak dalam penerangan yang berbeda dan juga
berbaur dengan objek yang tidak dikenal. Kalaupun ada
saintis tidak mau menerima paradigma yang baru sebagi
landasan risetnya, dan tetap bertahan pada
paradigmanya, maka saintis tersebut akan tidak
mendapat dukungan lagi dari mayoritas masyarakat sains
tersebu dan aktivitas risetnya tidak akan diakui.

34 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


BAB 2

HAKIKAT SAINS, KERJA ILMIAH, DAN


PARADIGMA KEBENARAN

Sudarmin
Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: sudarmin@mail.unnes.ac.id

2.1. Deskripsi Materi


Pada bab ini akan dibahas mengenai hakikat sains
sebagai bagian dari filsafat IPA, karakteristik sains, Kerja
Ilmiah, serta sikap Ilmiah. Topik dan tema dari ini sangat
penting sebagai landasan bagi kerja ilmiah, dan paradigma
dalam mencari kebenaran. Bahan kajian dari materi bab ini
dihimpun dari berbagai sumber, terutama buku Filsafat sains
dan filsafat ilmu, dan beberapa materi makalah atau artikel
ilmiah yang tersedia di internet/digital.

2.2. Hakikat Sains


Kata sains, tidak asing bagi dunia pendidikan. Pada
konteks pembelajaran, maka seorang guru atau dosen dituntut
untuk mengetahui cara pandang tentang sains, yang
merupakan faktor penting dalam menentukan arah

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 35


pembelajaran sains. Pernyataan ini bukan khayalan, tetapi
hasil penelitian, yakni bahwa persepsi guru tentang sains akan
mempengaruhi proses pembelajarannya. Dangan demikian
cara pandang berbeda dalam berfilosofi dan cara pandang
mengenai sains, akan memberikan hasil pandang yang
berbeda, begitu juga dalam memandang hakikat dan
pengertian sains. Pada masa lampau, orang awam akan
memandang sains sebagai susunan informasi ilmiah an sich.
Saintis akan memandang atau mendefinisikan sains sebagai
metode yang berdekatan hipotesis yang akan diuji.
Filsuf memandang sains sebagai cara yang berisi tanya-
jawab, rangkaian tanya-jawab kebenaran dari apa yang telah
diketahui manusia. Ditinjau historisnya, maka pada awalnya
sains merupakan pengetahuan biasa lambat laun berubah
menjadi pengetahuan rasional dan lepas dari takhayul,
kemudian berkembang menjadi pengetahuan yang diperoleh
melalui metode ilmiah.
Perkembangan makna sains menurut beberapa tokoh,
diantaranya (1) Sains dipandang sebagai suatu cara atau
metode untuk dapat mengamati sesuatu fenomena yang
terjadi di Alam; (2) Einstein, berpendapat sains merupakan
suatu pola pikir logis dan uniform, (3) Bernal, Sains adalah
pengetahuan, atau pengetahuan umum yang berisi apa saja
yang diketahui manusia, dimana pengetahuan tersebut benar
secara rasional dan bebas dari takhayul atau kepercayaan
tidak masuk akal. Pengetahuan sains bersifat ilmiah, rasional
dan objektif. Pada saat ini pengertian sains adalah suatu
pengetahuan yang diperoleh dari pengujian kebenarannya
melalui metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah inilah
yang menentukan apakah pengetahuan itu ilmiah atau tidak.
Bahan kajian sains dan objek dari sains adalah alam
semesta beserta isinya dan interaksi yang terjadi di Alam,

36 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


sehingga menimbulkan gejala dan fenomena alam. Fenomena
tersebut tidak terkotak-kotak seperti ilmu-ilmu dasar dan
terapan. Hanya keterbatasan kompetensi manusialah
menyebabkan ilmu alam atau sains terkotak-kotak yang
meliputi ilmu kimia, biologi, fisika, dan bumi antariksa sebagai
proses untuk membentuk hukum, model, dan teori yang
memungkinkan orang untuk memprediksi, menjelaskan, dan
mengendalikan tingkah laku alam. Rumpun pengetahuan
utama dari bidang sains terdiri atas :
1. Ilmu Fisika, kata fisika berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “alam‖. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari sifat dan gejala pada benda-benda di alam.
Gejala-gejala ini pada mulanya adalah apa yang dialami
oleh indera manusia, misalnya penglihatan menemukan
optika atau cahaya, pendengaran menemukan
pembelajaran tentang bunyi, dan indera peraba dapat
merasakan panas. Menurut historisnya, fisika adalah bidang
ilmu yang tertua, karena dimulai dengan pengamatan dari
gerakan benda-benda langit, bagaimana lintasannya,
periodenya, usianya, dan lain-lain. Bidang Fisika ini telah
dimulai berabad-abad yang lalu, dan berkembang pada
zaman Galileo dan Newton. Galileo merumuskan hukum-
hukum mengenai benda yang jatuh, sedangkan Newton
mempelajari gerak, termasuk gerak planet-planet pada
sistem tata surya. Fisika adalah ilmu yang mempelajari
gejala alam secara keseluruhan. Fisika mempelajari materi,
energi, dan fenomena atau kejadian alam, baik bersifat
makroskopis dan mikroskopis yang berkaitan dengan
perubahan zat atau energi. Bidang fisika secara garis besar
terbagi atas dua, yaitu fisika klasik dan modern. Fisika
modern berkembang mulai abad ke-20, sejak penemuan
teori relativitas Einstein dan radioaktivitas.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 37


2. Ilmu Kimia: Ilmu Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya
diperoleh dan dikembangkan berdasarkan suatu percobaan
induktif, pada perkembangan selanjutnya kimia juga
diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori deduktif.
Pengertian ilmu kimia adalah ilmu yang mencari jawaban
atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala alam
yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat,
perubahan, dinamika, dan energetika zat (Kemendikbud,
2011). Bahan kajian kimia mempelajari segala sesuatu
tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat,
perubahan, dinamika, dan energetika zat. Pada bahan
kajian pembelajaran kimia, maka terdapat dua hal yang
berkaitan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai
produk pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum, dan teori dan kimia sebagai proses kerja
ilmiah.
3. Ilmu Biologi: Biologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang makhluk hidup beserta lingkungannya.
Biologi berasal dari kata bios artinya hidup dan logos yang
berarti ilmu. Objek dan bahan kajian dalam biologi adalah
makhluk hidup. Makhluk hidup selalu erat kaitannya dengan
lingkungan. Lingkungan terbagi menjadi lingkungan biotik
dan abiotik. Lingkungan biotik meliputi semua makhluk
hidup yang terbagi atas mikroorganisme, tumbuhan, hewan,
dan manusia. Lingkungan abiotik meliputi faktor fisika dan
kimia yang penting bagi makhluk hidup, seperti air,
temperatur, sinar matahari, dan tanah. Karakteristik biologi
yaitu obyek kajian berupa benda konkret dan dapat
ditangkap oleh panca indera. Biologi dikembangkan
berdasarkan pengalaman empiris, menggunakan cara
berfikir logis, yang bersifat deduktif artinya berpikir dengan
menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus menjadi suatu

38 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


simpulan umum. Sedangkan cara berpikir deduktif artinya
berpikir dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang
umum menjadi ketentuan khusus, hasilnya bersifat obyektif,
terhindar dari kepentingan subyektif dan hasilnya berupa
hukum yang berlaku umum.
Pada saat ini yang menjadi bidang kajian Sains tidak
hanya terbatas fisika, kimia, dan biologi, tetapi juga ilmu
pengetahuan bumi antariksa. Mengacu bahan kajian sains
tersebut, maka pembelajaran sains haruslah melalui
pemahaman dari berbagai aspek bidang kajian sains tersebut,
yaitu aspek sains sebagai:
1. Suatu institusi, artinya suatu kelembagaan dari sains itu
imaginer (tidak nyata), seperti halnya kelembagaan bidang
profesi tertentu seperti hukum, kedokteran, pendidikan,
dsb.
2. Suatu metode. Sains sebagai suatu metode berkaitan
dengan metode ilmiah yaitu suatu metode kerja ilmiah
untuk memperoleh pengetahuan yang terdiri atas sejumlah
kegiatan baik hands on dan minds on, yang mana
didalamnya melibatkan aktivitas kerja ilmiah seperti
pengamatan, eksperimental, klasifikasi, pengukuran,
hipotesis dan pengambilan kesimpulan.
3. Kumpulan pengetahuan. Pada aspek ini, maka sains
dipandang sebagai suatu body of knowledge yang terus
tumbuh dan tidak statis.
4. Sains sebagai alat, artinya sains mengandung makna
bahwa untuk menguasai dan memelihara alam semesta
serta untuk mengembangkan produksi yang berguna
kesejahteraan manusia, maka perlu menguasai Sains
sebagai alatnya.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 39


5. Sains sebagai sikap, artinya sains merupakan salah satu
faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan, pola
berfikir dan sikap manusia terhadap alam semesta
Pada kajian epistemologi, maka pengetahuan sains dapat
diperoleh melalui kerja ilmiah; yaitu berkaitan serangkaian
aktivitas manusia yang dikenal dengan penyelidikan dan kerja
ilmiah. Pada awal kerja ilmiah ini, maka saintis didorong rasa
ingin tahu tentang fenomena alam, kemudian menjadi
permasalahan dan pertanyaan untuk dicari pemecahannya
melalui pengamatan dan percobaan, hingga diperoleh
kesimpulan. Pada saat ini penyelidikan ilmiah atau scientific
inquiry telah menjadi primadona dalam bidang sains maupun
non sains. Pemahaman sains dan non sains terletak pada
metode untuk melakukan penyelidikan ilmiah dengan
menggunakan keterampilan proses sains yang dikenal metode
ilmiah (Hempel, 1997).
Perkembangan hakikat dan makna sains dapat disajikan
sebagai berikut: (1) Carin & Sound dalam Bybee (1989)
menyatakan sains adalah suatu sistem untuk memahami alam
semesta melalui pengamatan dan eksperimen yang terkontrol,
(2) Abruscato (1996) dalam bukunya yang berjudul “Teaching
Children Science” mendefinisikan secara epistemologi, maka
sains sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian
proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang
berkaitan dengan alam semesta; (3). Sedangkan The Harper
dalam Encyclopedia of Science mendefinsikan sains sebagai
suatu pengetahuan dan pendapat yang tersusun dan didukung
secara sistematis oleh bukti-bukti yang dapat diamati.
Dengan demikian, jika menggunakan sudut pandang yang
lebih menyeluruh, maka sains hakikatnya sebagai cara berpikir
(a way of thinking) untuk memperoleh pemahaman fenomena
atau gejala alam makroskopis maupun mikroskopis; dan sifat-

40 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


sifatnya, cara menyelidiki bagaimana fenomena alam dapat
dijelaskan, sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of
knowledge) yang dihasilkan dari keingintahuan orang. Pada
saat ini, hasil suatu eksperimen dan pengamatan yang
diperoleh oleh saintis sebelumnya menjadi bekal bagi
eksperimen dan pengamatan selanjutnya, sehingga
memungkinkan sains untuk terus berkembang.
Hakikat sains adalah suatu pengetahuan atau kumpulan
konsep, prinsip, hukum, dan teori yang dibentuk melalui proses
kreatif yang sistematis melalui inkuiri yang dilanjutkan dengan
proses pengamatan secara terus-menerus (Liliasari, 2011).
Proses perolehan pengetahuan sains dilakukan oleh seorang
saintis melalui aktivitas operasi mental berpikir, keterampilan,
dan strategi memanipulasi dan menghitung, yang dapat diuji
kembali kebenarannya yang dilandasi sikap keinginan,
keteguhan hati, ketekunan yang dilakukan oleh individu untuk
menyingkap rahasia alam. Oleh karena itu pendidikan sains
adalah suatu upaya atau proses untuk mengembangkan
peserta didik untuk memahami hakikat sains sebagai produk,
proses, dan mengembangkan sikap ilmiah serta nilai yang
ada di dalam masyarakat untuk pengembangan sikap positif.
Adapun nilai-nilai atau aksiologi sains, maka berbagai aspek
sains dalam kehidupan dapat bernilai:
1. Praktis, maksudnya hasil-hasil penemuan sains, baik
secara langsung atau tidak langsung dapat digunakan
secara praktik dan dimanfaatkan manusia dalam
mengatasi persolan dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya penemuan sains tentang listrik yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
2. Intelektual, maksudnya sains dengan metode ilmiahnya
banyak sekali digunakan untuk memecahkan
permasalahan, bukan saja permasalahan yang berkaitan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 41


dengan sains, tetapi permasalahan lain yang berkaitan
dengan sosial dan ekonomi.
3. Sosial politik-ekonomi, maksudnya jika suatu negara
memiliki kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya
(Ipteks), maka akan mendapat tempat khusus dalam
kedudukan sosial, politik, dan ekonominya.
4. Keagamaan, maksudnya orang atau peserta didik yang
belajar sains, maka menyadarkanpada orang yang belajar
sains bahwa ada yang menciptakan dan mengatur segala
keteraturan yang ada di alam semesta ini.
5. Pendidikan, maksudnya melalui pendidikan sans
diharapkan mampu menciptakan seoarang warganegara
yang sadar akan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adapun nilai-nilai sosial dari sains yaitu:


1. Nilai etik dan estetika: nilai itu terutama terletak pada
sistem yang menetapkan kebenaran yang objektif pada
tempat yang utama, terdapat hubungan saling percaya di
antara saintis, penemu suatu konsep atau teori yang
terdahulu tetap dihormati.
2. Nilai moral humaniora, terdapat dua sisi nilai yang
berlawanan, yaitu konten dan pengetahuan sains sendiri
adalah suci,sedangkan yang tidak suci terkadang
manusianya.
3. Nilai ekonomi : apabila seorang saintis menemukan suatu
kaidah dari suatu fenomena tertentu, maka pertanyaan
adalah apakah temuan dari sains itu mempunyai nilai
ekonomi secara langsung atau tidak? Jawabnya adalah bisa
ya atau bisa tidak.

Oleh karena itu, sains sebagai produk tidak dapat


dipisahkan dari hakikatnya sebagai proses. Produk sains
adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-

42 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


hukum, dan teori-teori. Prosedur yang dipergunakan oleh para
saintis mempelajari alam ini adalah prosedur empirik dan
analitik. Dalam prosedur empirik saintis mengumpulkan
informasi, mengorganisasikan informasi untuk selanjutnya
dianalisis. Prosedur empirik atau dari sudut epistemologi,
dalam sains mencakup observasi, klasifikasi, dan pengukuran.
Sedangkan dalam prosedur analitik saintis menginter-
prestasikan penemuannya dengan mempergunakan proses
sains seperti mengajukan hipotesa, eksperimen, menarik
kesimpulan.
Webster‘a dalam Patta (2006) menyatakan ―natural
science knowledge concerned with the physical world and its
phenomena”. Yang artinya sains adalah pengetahuan tentang
alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan Purnell‘s
mendefinisikan sains adalah pengetahuan manusia yang luas
yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang
sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan, hukum,
prinsip, teori, dan hipotesa. Hakikat sains adalah ilmu yang
mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang
ada di alam.
Bagaimana dengan hakikat pendidikan sains?. Pendidikan
sains merupakan gabungan antara teori sains dengan ilmu
pendidikan. Pendidikan sains adalah ilmu yang menelaah
fenomerna pendidikan dalam prespektif yang luas dan
integratif. Fenomena pendidikan ini bukan hanya gejala yang
melekat pada manusia (gejala yang universal) dalam perspektif
yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk
membentuk kepribadian manusia ( insan ) yang dirancang
secara sadar dan sistematis dalam proses interaksi antara
pendidik dengan peserta didik baik di dalam maupun di luar
sekolah.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 43


Pendidikan sains dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu
pendidikan karena Dimensi pendidikan sains sangat luas dan
sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial
budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar sains
bukan hanya sekedar memahai konsep ilmiah dan aplikasi
dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan
berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi Pendidikan
sains. Pembelajaran sains di sekolah di harapkan memberi
berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka
melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan. Dimensi
yang dipelajari dalam pendidikan sains meliputi produk,
proses, dan sikap ilmiah yang tak dapat dipisahkan satu
dengan lainnya.
a. Sains sebagai produk
Sains sebagai disiplin ilmu disebut produk sains karena
isinya merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan
kegiatan analitik yang dilakukan oleh para saintis selama
berabad-abad. Bentuk sains sebagai produk adalah fakta,
konsep, prinsip, hukum, dan teori sains. Jika ditelaah lebih
lanjut, fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empirik dalam
sains, sedangkan konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori dalam
sains merupakan hasil kegiatan analitik atau berpikir. Fakta
dalam sains adalah pernyataan tentang benda yang benar ada,
atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah
dikonfirmasikan secara obyektif. Contoh fakta: Merkuri adalah
planet terdekat dengan matahari; ular tergolong reptilian; air
membeku pada suhu nol derajat celcius.
Konsep sains adalah suatu ide yang mempersatukan
fakta-fakta sains yang saling berhubungan. Konsep adalah
suatu kosakata khusus yang dipelajari peserta didik, sehingga
diharapkan dapat menjelaskan konsep yang dipelajari,
mengenal ilustrasi konsep, kesamaan suatu konsep, dan

44 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


mengetahui penggunaan konsep itu benar atau salah. Konsep
dianggap telah dipelajari jika seseorang dapat memberikan
tanggapan terhadap pertanyaan atau rangsangan yang
bervariasi pada kelompok atau kategori yang sama
Prinsip sains adalah generalisasi tentang hubungan di
antara konsep sains. Prinsip merupakan kumpulan sejumlah
besar fakta atau menjelaskan saling keterhubungan sejumlah
fakta. Contohnya: Udara yang dipanaskan memuai, adalah
prinsip yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas,
dan pemuaian. Prinsip ini menyatakan jika udara dipanaskan
akan memuai. Prinsip sains bersifat analitik sebab merupakan
generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa contoh. Menurut
para saintis prinsip merupakan deskripsi yang paling tepat
tentang obyek atau kejadian. Prinsip dapat berubah bila
observasi baru dilakukan, sebab prinsip bersifat tentatif.
Hukum alam adalah prinsip yang sudah diterima
kebenarannya yang meskipun sifatnya tentatif tetapi
mempunyai daya uji yang kuat sehingga dapat bertahan dalam
waktu yang relatif lama. Hukum kekekalan energi berbunyi
bahwa dalam suatu interaksi tidak ada energi yang diciptakan
maupun dimusnahkan, tetapi hanya berubah dari suatu bentuk
ke bentuk lain. Namun Einstein kemudian menunjukkan bahwa
energi dapat diciptakan dari materi di bawah kondisi khusus,
pernyataan ini menyebabkan hukum kekekalan energi harus
diperluas.
Teori ilmiah adalah kerangka hubungan yang lebih luas
antara fakta-fakta, konsep, prinsip, dan hukum. Sehingga
merupakan model atau gambaran yang dibuat para saintis
untuk menjelaskan gejala alam. Teoripun dapat berubah jika
ada bukti baru yang bertentangan dengan teori tersebut.
Contoh: Teori geosantrik alam semesta sekarang hanya
merupakan bagian dari sejarah dan tidak berlaku lagi. Teori

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 45


ilmiah memberi bantuan untuk memahami, memprediksi, dan
kadang-kadang mengendalikan berbagai gejala alam.
b. Sains sebagai proses
Memahami sains bukan hanya memahami fakta dalam
sains. Memahami sains berarti juga memahami proses sains
yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta dan
memahami bagaimana menghubungkan fakta untuk
menginterpretasikannya. Para saintis mempergunakan
berbagai prosedur empirik dan prosedur analitik dalam usaha
untuk memahami alam semesta ini. Prosedur tersebut disebut
proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses sains
disebut juga keterampilan belajar seumur hidup. Sebab
keterampilan ini dapat juga dipakai di bidang lain dalam
kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses sains adalah
keterampilan yang dilakukan para saintis, di antaranya
mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan
variabel, merumuskan hipotesa, membuat grafik, membuat
tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan
eksperimen.
c. Sains sebagai sikap ilmiah
Seorang saintis menggunakan cara khusus untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Cara itu
dinamakan ―Metode Ilmiah‖ yang secara garis besar terdiri
atas dua kegiatan utama yaitu observasi dan eksperimen.
Dalam memecahkan permasalahan seorang saintis bersikap
ilmiah yaitu berusaha mengambil sikap tertentu yang
memungkinkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Sikap
yang dimaksud antara lain: 1) obyektif terhadap fakta, 2) tidak
tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data
yang mendukung, 3) berhati terbuka, 4) tidak
mencampuradukan fakta dengan pendapat, 5) bersifat hati-hati,
dan 6) ingin menyelidiki.

46 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Mengetahui cara pandang tentang sains merupakan
faktor penting yang menentukan arah pembelajaran sains.
Pernyataan ini bukan khayalan, tetapi hasil penelitian, yakni
bahwa persepsi guru tentang sains akan mempengaruhi proses
pembelajarannya. Berbeda alat pandang akan memberikan
hasil pandang yang berbeda. Orang awam memandang sains
sebagai susunan informasi ilmiah saja. Saintis memandang
atau mendefinisikan sains sebagai metode yang dengannya
hipotesis diuji. Filsuf akan memandang sains sebagai cara
yang berisi tanya-jawab, rangkaian tanya-jawab akan
kebenaran dari apa yang telah diketahui manusia. Jika
menggunakan sudut pandang yang lebih menyeluruh, sains
seharusnya dipandang sebagai (a) cara berpikir untuk
memperoleh pemahaman tentang alam dan sifat-sifatnya, (b)
cara untuk menyelidiki bagaimana fenomena alam dapat
dijelaskan, (c) batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari
proses inquiri, adapun penjelasannya setiap pandangan sains
tersebut, adalah:
1. Sains sebagai cara untuk berpikir (Way of Thinking)
Sains merupakan aktivitas manusia yang dicirikan oleh
adanya proses berpikir yang terjadi di dalam pikiran siapapun
yang terlibat di dalamnya. Pekerjaan para saintis yang
berkaitan dengan akal, menggambarkan keingintahuan
manusia dan keinginan mereka untuk memahami gejala alam.
Setiapsaintis memiliki sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang
memotivasi mereka untuk memecahkan persoalan yang
mereka temui di alam. Saintis digerakkan oleh rasa
keingintahuan yang sangat besar, imajinasi, dan pemikiran
dalam penyelidikan mereka untuk memahami dan menjelaskan
fenomena-fenomena alam. Pekerjaan mereka termanifestasi
dalam aktivitas kreatif dimana gagasan-gagasan dan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 47


penjelasan-penjelasan tentang fenomena alam dikonstruksi di
dalam pikiran.
2. Sains sebagai cara menyelidiki (Way Of Investigating)
Siapa saja yang berkeinginan memahami alam dan
menyelidiki hukum-hukumnya harus mempelajari gejala alam
atau peristiwa alam dan segala hal yang terlibat di dalamnya.
Petunjuk-petunjuk yang ada pada gejala alam pada
kenyataannya telah tertanam di alam itu sendiri. Sains
terbentuk dari proses penyelidikan yang terus menerus. Hal
yang menentukan sesuatu dinamakan sebagai sains adalah
adanya pengamatan empiris. Jika ketajaman perhatian
manusia pada fenomena alam ditandai dengan adanya
penggunaan proses ilmiah seperti pengamatan, pengukuran,
eksperimen, dan prosedur ilmiah lainnya, maka itulah
pengetahuan ilmiah dari suatu sains.
3. Sains Sebagai Batang Tubuh Pengetahuan (A Body Of
Knowledge)
Sains merupakan batang tubuh pengetahuan yang
berbentuk pengetahuan fakta, konsep, prinsip, hipotesis, teori,
dan modelmembentuk kandungan (content) sains.
Pembentukan ini merupakan proses akumulasi yang terjadi
sejak zaman dahulu, hingga penemuan pengetahuan sangat
baru. Jenis pengetahuan sains dapat berupa:
1. Fakta
Fakta merupakan produk paling dasar dari sains. Fakta-
fakta merupakan dasar dari konsep-konsep, prinsip-prinsip,
dan teori-teori. Fakta menunjukkan kebenaran dan
keadaan sesuatu. Karena fakta-fakta diperoleh dari hasil
observasi, maka fakta-fakta merepresentasikan apa yang
dapat dilihat. Seringkali, dua buah kriteria berikut ini
digunakan untuk mengidentifikasi sebuah fakta, (a) dapat
diamatai secara langsung, (b) dapat didemonstrasikan

48 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


kapan saja. Oleh karena itu, fakta-fakta terbuka bagi
siapapun yang ingin mengamatinya.
2. Konsep
Fakta-fakta hanyalah merupakan bahan kasar dan harus
diolah lagi sehingga membentuk gagasan yang berarti dan
hubungan antar fakta. Aktivitas berpikir dan menalar
diperlukan untuk mengidentifikasi pola dan membuat kaitan
antar data, sehingga membentuk pertalian yang disebut
dengan konsep. Konsep adalah abstraksi dari kejadian,
banda, atau gejala yang memiliki sifat tertentu atau
lambang.

Kata konsep dan generalisasi sering dipergunakan


secara bergantian. Konsep kadangkala diartikan sebagai
bayangan mental atau sudut pandang secara individual.
Sebagai contoh, jika seorang anak mempunyai konsep jarak
bumi ke bulan, maka konsep ini khas untuk dirinya sendiri.
Sementara generalisasi adalah pernyataan yang didasarkan
atas akumulasi pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam
komunitas ilmiah. Contoh lain dari konsep dalam sains antara
lain:
1. Hewan berdarah dingin adalah hewan yang menyesuaikan
suhu tubuhnya dengan suhu lingkungannya..
2. Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi
planet.
3. Air adalaha zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom
hidrogen dan 1 atom oksigen.

3. Prinsip-prinsip dan hukum-hukum


Prinsip-prinsip dan hukum-hukum merupakan hasil
generalisasi dari konsep-konsep. Prinsip dan hukum seringkali
digunakan secara bergantian sebagai sinonim. Prinsip atau

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 49


hukum terdiri atas fakta-fakta dan konsep-konsep. Prinsip-
prinsip dan konsep-konsep lebih umum daripada fakta-fakta,
tetapi juga sering dikaitkan dengan gejala yang dapat diamati di
bawah kondisi tertentu. Prinsip-prinsip yang mengatur
pertumbuhan dan reproduksi menyediakan informasi yang
dapat dipercaya berkenaan dengan perubahan yang terjadi
dalam sistem kehidupan. Contoh produk pengetahuan sains
yang merupakan prinsip ialah : (a) Logam bila dipanaskan
memuai, (b) Semakin besar besar intensitas cahaya, semakin
efektif proses fotosíntesis, (c) Larutan yang bersifat asam bila
dicampur dengan larutan yang bersifat basa akan membentuk
garam dan bersifat netral, (d) Semakin besar perbedaan
tekanan udara, semakin kuat angin berhembus Hukum adalah
prinsip yang bersifat spesifik.
Kekhasan hukum dapat ditunjukkan dari : (1) Bersifat
lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian,(2)
Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar
variabel. Hukum-hukum tentang gas, hukum-hukum tentang
gerak, dan hukum tentang listrik sebagai contoh, menentukan
hal-hal yang dapat diamati di bawah kondisi-kondisi tertentu.
Contoh: Hukum ohm menunjukkan hubungan antara hambatan
dengan kuat arus dan tegangan listrik, yaitu ‖besarnya
hambatan sebanding dengan besarnya tegangan listrik tetapi
berbanding terbalik dengan kuat arusnya‖.

4. Teori-teori
Para saintis menggunakan teori untuk menjelaskan pola-
pola. Teori merupakan usaha intelektual yang sangat keras
karena saintis harus berhadapan dengan kompleksitas dan
kenyataan yang tidak jelas dan tersembunyi dari pengamatan
langsung. Gagasan ini menjadi jelas ketika orang merujuk teori
atom, yang menyatakan bahwa seluruh benda tersusun atas

50 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


partikel yang sangat kecil yang disebut dengan atom. Teori
memiliki tujuan yang berbeda dengan fakta, konsep, dan
hukum, tetapi saintis menggunakan jenis pengetahuan ini untuk
menyajikan penjelasan dari fenomena yang terjadi. Teori-teori
mempunyai hakikat berbeda dan tidak pernah menjadi fakta
atau hukum, tetapi teori tetap berlaku sementara sampai
disangkal atau direvisi. Jika suatu teori tersangkal, maka teori
tersebut terjadi pergeseran paradigma.

5. Model
Model ilmiah adalah representasi dari sesuatu yang tidak
dapat di lihat. Model ini menjadi gambaran mental yang
digunakan untuk menunjukkan gajala dan gagasan-gagasan
yang abstrak. Model-model tersebut harus menyertakan hal-hal
yang menonojol dan penting dari gagasan atau teori yang
mana saintis mencoba untuk memahamkannya atau
menjelaskan gagasan atau teori tersebut. Model atom Bohr,
model tata surya, dan model DNA double helix merupakan
representasi konkret dari gejala/fenomena yang tidak dapat
diamati secara langsung. Sayangnya, orang kemudian percaya
begitu saja pada model yang dia lihat, tidak tahu bahwa model
hanyalah suatu alat bantu mengkonseptualisasi fitur menonjol
dari prinsip dan teori tertentu.
Pada bagian ini, akan dijelaskan beberapa kelebihan
mempelajari sains, yaitu antara lain:
a. Sains telah memberikan banyak sumbangannya bagi
umat manusia, misalnya dalam perkembangan sains dan
teknologi kedokteran, sains dan teknologi komunikasi dan
informasi.
b. Sains dan teknologi memungkinkan manusia dapat
bergerak atau bertindak dengan cermat dan tepat, efektif

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 51


dan efisien karena sains dan teknologi merupakan hasil
kerja pengalaman, observasi, eksperimen dan verifikasi.

Sedangkan kelemahan sains antara lain yaitu :


a. Sains bersifat objektif, menyampingkan penilaian yang
bersifat subjektif. Sains menyampingkan tujuan hidup,
sehingga dengan demikian sains dan teknologi tidak bisa
dijadikan pembimbing bagi manusia dalam menjalani
hidup ini.
b. Sains membutuhkan pendamping dalam operasinya.
Menurut Albert Einstein, "Sains tanpa agama lumpuh, dan
agama tanpa sains adalah buta

2.3. Makna Filsafat sains, kebenaran dan Kerja


Ilmiah
Pembahasan tentang kerja ilmiah, maka harus disinggung
mengenai filsafat ilmu. Filsafat ilmu sebagai filsafat khusus
yaitu cabang filsafat yang membahas tentang hakikat ilmu,
penerapan berbagai metode filsafat dalam upaya mencari akar
persoalan, makna kebenaran, kerja ilmiah untuk menemukan
azas realitas yang dipersoalkan oleh bidang ilmu tersebut.
Dengan demikian penyelesaian permasalahan ilmunya menjadi
lebih terarah. Setiap disiplin ilmu memiliki filsafat ilmunya
sendiri, misalnya filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat
sejarah, filsafat bahasa, dan filsafat ilmu kealaman (Sains).
Pada bagian ini akan dibahas mengenai makna dari :

1. Hakikat Sains (Ilmu kealaman) dan Proses Kerja ilmiah


Connant mengemukakan bahwa science merupakan
serangkaian konsep dan skema konseptual yang
dikembangkan sebagai hasil eksperimen dan observasi yang
berguna bagi observasi dan eksperimen selanjutnya.Suppe

52 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


seorang ahli fisika berpendapat bahwa science adalah
pengetahuan tentang alam (natural world) yang diperoleh dari
interaksi indera dengan dunia tersebut, dengan keterangan
bahwa : (1) Observasi dilakukan melalui indera, dan (2) proses
observasi mengandung interaksi dua arah antara orang yang
mengobservasi dan yang diobservasi. Kemeny, seorang ahli
filsafat mendefinisikan science sebagai semua pengetahuan
yang diperoleh dengan metode ilmilah. Metode ilmiah sendiri
merupakan siklus induksi, deduksi, verifikasi dan pencarian
terus menerus untuk memperbaiki teori yang pada dasarnya
dikemukakan secara tentative.
Dampier, seorang ahli sejarah ilmu kealaman
berpendapat bahwa science merupakan fenomena yang teratur
tentang alam dan studi rasional tentang kaitan antara konsep
fenomena tersebut. M.Goldstein dan I.F.Goldstein menyatakan
bahwa ―science‖ merupakan aktivitas yang ditandai oleh tiga
hal :
1. Suatu penelusuran untuk mencapai pengertian, untuk
memperoleh jawaban yang memuaskan tentang beberapa
aspek realitas.
2. Pengertian itu diperoleh dengan cara mepelajari prinsip-
prinsip dan hukum-hukum yang berlaku terhadap sebanyak
mungkin fenomena.
3. Hukum dan prinsip dapat diuji dengan eksperimen.
Dalam Encyclopedia America dikemukakan bahwa
science merupakan pengetahuan positif yang sistematik.
Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan positif adalah
pengetahuan yang dipahami oleh manusia melalui inderanya.
Dengan demikian science atau sains adalah pengetahuan yang
diperoleh melalui indera dan tersusun secara sistematik.Dalam
uraian selanjutnya istilah sains digunakan dalam pengertian
ilmu kealaman. Sejarah telah menunjukkan bahwa pada
mulanya yang dipelajari orang hanyalah pengetahuan tentang

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 53


alam, yakni lingkungan fisik individu yang ada di luar maupun di
dalam diri manusia itu sendiri. Adapun pengembangan ilmu
sains melalui penelitian ini lazimnya disebut sebagai proses
kerja ilmiah, dan hasilnya berupa konsep-konsep, teori, hukum,
yang disebut produk sains. Inilah yang menyebabkan mengapa
seringkali secara singkat dikatakan bahwa sains merupakan
proses dan produk. Proses dan produk sains ini biasanya
dijalankan para saintis menggunakan untuk kinerja ilmiah.
Albert Einstein mengemukakan bahwa ―Science must start with
facts and end with facts, no matter what theoretical structures it
builds in between‖ (Kemeny,1959). Di bawah ini diberikan
diagram dari pandangan Einstein tersebut.

Matematik Teori Deduksi Prediksi

Induk Verifikasi

si

Fakta
Dunia Fakta

Gambar 2.1 Pandangan Einstein tentang Sains

Einstein berpandangan bahwa pada awalnya saintis


melakukan observasi terhadap fakta yang menjadi minatnya,
kemudian berdasarkan sejumlah hasil observasinya ia
melakukan generalisasi, untuk menemukan "sesuatu" yang ada
di balik pengamatan-pengamatannya. Untuk itu ia melakukan
pemikiran yang mendalam, menggunakan matematika sebagai
salah satu sarana, dan dari hasil kajiannya ia membangun
suatu ―teori‖. Ini merupakan tahap pertama dalam

54 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


pengembangan suatu ilmu yang disebut tahap ―induksi‖, atau
pembentukan teori dari pengetahuan berdasarkan fakta-fakta.
Teori yang dibangun atas dasar generalisasi dari fakta-
fakta yang diamati oleh saintis, diharapkan dapat pula
digunakan untuk membuat prediksi- prediksi, artinya untuk
meramalkan sesuatu yang ia harapkan terjadi pada
kesempatan lain. Tentu saja prediksi itu dikatakan benar
apabila didukung oleh sejumlah fakta yang cocok dengan apa
yang ia harapkan atau dengan perkataan lain cocok dengan
teori yang telah dibangunnya. Bila demikian maka dalam
membuat prediksi-prediksi, ia telah memasuki tahap kedua
yaitu tahap ―deduksi‖, yang berawal dari suatu teori yang
bersifat umum (general) menuju pada hal-hal khusus
(partivular). Selanjutnya dalam tahap ketiga atau tahap akhir,
dilakukan ―verifikasi‖ yaitu upaya pembenaran prediksi oleh
fakta-fakta yang dilakukan melalui eksperimen atau observasi.
Dengan demikian berakhirlah satu siklus dalam proses
pengembangan ilmu yang berawal dari fakta dan berakhir pada
fakta pula.
Ada kemungkinan pada suatu masa tertentu, fakta yang
diperoleh dari observasi, eksperimen atau penemuan baru itu
tidak mendukung atau tidak cocok dengan prediksi yang
dilakukan oleh saintis. Dalam hal ini teori tersebut dinyatakan
tidak berlaku lagi dan harus dikaji ulang untuk menemukan
suatu ―teori baru‖. Hal ini tentulah merupakan awal dari siklus
lanjutan yang prosesnya sama dengan siklus terdahulu.
Dengan demikian perkembangan ilmu ditandai oleh adanya
rangkaian siklus-siklus yang terjadi dari masa ke masa.Adapun
garis mendatar pada diagram pandangan Einstein tersebut
dimaksudkan untuk memisahkan ―dunia fakta‖ atau dunia nyata
dengan dunia teori yang ia sebut sebagai ―dunia matematika‖.
Di muka telah dijelaskan bahwa sains sangat erat

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 55


hubungannya dengan teknologi. Hubungan tersebut bahkan
bersifat timbal balik.
Sebagai contoh produk teknologi yang makin modern
dewasa ini memungkinkan penelitian di bidang sains lebih
berkembang. Misalnya dengan ditemukannya mikroskop
elektron, bagian-bagian dari satu sel dapat diamati dan
dipelajari, sehingga ilmu biologi lebih berkembang. Di lain pihak
dengan ditemukannya konsep-konsep sains yang mutakhir
dapat dihasilkan produk teknologi tingkat tinggi. Dewasa ini di
samping menghasilkan produk, memerlukan adanya
keterampilan proses dan sikap ilmiah, sains memperhatikan
nilai dan budaya masyarakat.

2.4. Paradigma Kebenaran


Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai
hakikat sains, kerja ilmiah, dan klasifikasi ilmu pengetahuan.
Pada pembahasan berikut akan dibahas beberapa paradigma
kebenaran dan mencari kebenaran:
1. Paradigma Kebenaran Atas Logika
Kegiatan yang dilakukan adalah analisis yang memandang
bahwa kebenaran dapat ditunjukkan apabila ada konsistensi
dengan aksioma-aksioma serta definisi yang berlaku. Yang
termasuk kelompok ini antara lain adalah matematika, ilmu
komputer, dan filsafat.
2. Paradigma Positivistik atau paradigma sains
Kegiatan dasar yang dilakukan ialah eksperimen.
Kebenaran diperoleh setelah hipotesis diverifikasi melalui
eksperimen. Contoh bidang yang memperoleh kebenaran
seperti ini antara lain adalah ilmu-ilmu fisika, kimia, biologi,
geologi.
3. Paradigma Naturalistik

56 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Teknik yang dilakukan terutama adalah studi lapangan.
Dengan pengalaman yang cukup dalam meneliti fenomena di
lapangan akan diperoleh kesimpulan yang memang tidak dapat
dielakkan atau tidak dapat dihindari. Contoh penggunaan cara
ini adalah misalnya sejarah, ilmu politik, konseling.
4. Paradigma Modus Operandi
Pandangan tentang kebenaran diperoleh dengan
melaksanakan pengujian atau penelitian secara periodik,
sehingga didapatkan garis penyebab yang khas dari suatu
peristiwa atau keadaan. Contoh bidang yang menggunakan
metode seperti ini adalah diagnosis medik dan patologi
forensik.
Dari beberapa paradigma sebagai pandangan dalam
mencari kebenaran, paradigma ilmiah dan paradigma
naturalistik merupakan paradigma yang paling banyak
digunakan. Paradigma ilmiah juga disebut paradigma
positivistik karena dipengaruhi oleh aliran filsafat positivisme
yang mula-mula berkembang di Perancis dan Jerman pada
awal abad ke 19. Konsep positivisme pada dasarnya
merupakan pemikiran bahwa penyelesaian permasalahan
dalam ilmu, hanya dibatasi pada aturan ilmu yang positif saja.
Paradigma naturalistik didasari oleh pandangan bahwa
penelitian akan memberi hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan kalau subyek penelitian yaitu manusia atau
masyarakat dapat bertingkah laku dan mengemukakan
pendapat secara wajar dan alami (natural). Adapun metode
yang digunakan dapat saja kuantitatif kalau menggunakan
statistik atau menggunakan prosen (%) dan dapat kualitatif
apabila hanya menggunakan data kualitatif saja. Dalam suatu
penelitian dengan paradigma positivistik terutama digunakan
metode kuantitatif dan apabila diperlukan dapat pula dilengkapi
dengan data kualitatif. Sebaliknya penelitian dengan paradigma

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 57


naturalistik mengutamakan metode kualitatif yang dapat
didukung oleh data kuantitatif. Dengan adanya perkembangan
sains dan teknologi disadari bahwa teori dan hukum dalam
ilmu, bersifat tentatif. Artinya apabila hasil-hasil penelitian yang
menggunakan konsep-konsep tertentu yang didukung oleh
instrumen-instrumen yang ada pada waktu itu menunjukkan
bahwa hasil penelitian-penelitian terdahulu yang berupa hukum
atau teori tidak dapat diterima lagi, maka hukum atau teori
tersebut akan gugur.
Sebagai contoh proses pembakaran logam yang oleh
sekelompok saintis penganut teori flogiston dipercaya
merupakan peristiwa hilangnya flogiston dari logam, setelah
ditemukan timbangan atau neraca sebagai produk teknologi
pada saat itu, dapat dibuktikan oleh seorang ilmuwam bernama
Antoine Lavoisier(1743-1794) bahwa pembakaran logam
sebenarnya merupakan reaksi antara logam dengan oksigen
seperti yang diterima sekarang. Paradigma yang diikuti oleh
para saintis sebelumnya yang menyatakan bahwa proses
pembakaran adalah hilangnya flogiston itu dari benda yang
dibakar, menjadi sebagai berikut : pembakaran merupakan
reaksi antara benda yang dapat dibakar dengan oksigen. Itulah
sebabnya peserta didik sering mengatakan bahwa produk sains
atau ilmu kealaman adalah tentatif, tidak kekal dan dapat
digugurkan oleh teori atau hukum lain apabila dipandang
bahwa paradigma yang dianut selama kurun waktu tertentu
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu kemudian.
Jadi pada dasarnya dalam ilmu kealaman berlaku
paradigma tunggal. Artinya apabila dalam kurun waktu tertentu
masih ada beberapa keyakinan untuk peristiwa yang sama,
pada suatu waktu akan berakhir. Kapan berakhirnya ? Sampai
paradigma yang baru diterima oleh semua saintis, karena
didukung oleh verifikasi dari banyak eksperimen. Bagaimana

58 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


dengan paradigma dalam ilmu kemasyarakatan atau ilmu-ilmu
sosial ? Dalam ilmu sosial ada berbagai paradigma yang dianut
dan diyakini oleh para saintis sosial, yang berlaku pada kurun
waktu yang sama. Tentunya keyakinan ini akan dipertahankan
sampai ia sendiri merasa berubah keyakinannya atau meyakini
konsep atau teori lain. Oleh karena itulah dalam ilmu sosial
dikenal paradigma ganda karena dalam suatu kurun waktu
tertentu selalu terdapat lebih dari satu paradigma yang diyakini
oleh saintis sosial. Paradigma dapat berubah setelah
seseorang banyak membaca pandangan saintis sosial lain atau
memperoleh pengalaman pribadi misalnya melalui suatu
penelitian, sehingga teijadi rekonstruksi paradigma.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebenaran
ilmiah dapat diperoleh melalui berbagai cara yang dilandasi
oleh paradigma tertentu yang diyakini oleh saintis atau
kelompok saintis tertentu. Namun dewasa ini beberapa
pandangan timbul khususnya di kalangan kaum yang
beragama, bahwa di dunia ini tidak ada hal yang benar mutlak,
karena kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan. Untuk itu
disarankan agar istilah kebenaran diubah menjadi istilah
validitas oleh karena validitas merupakan hasil pengujian atau
verifikasi manusia yang sebagai makhluk Tuhan memiliki
keterbatasan- keterbatasannya. Sebelum menjelaskan
pengertian dan makna kerja ilmiah, maka ada baiknya terlebih
dahulu diketahui mengenai kebenaran yang terdapat dalam
berbagai pemahaman keilmuan. Ada tujuh jenis kebenaran
yang secara umum telah dikenal oleh banyak, yaitu sebagai
berikut.
1. Kebenaran religious, yaitu kebenaran yang memenuhi
kriteria atau dibangun berdasarkan kaidah agama tau
keyakinan tertentu, yang disebut juga dengan kebenaran

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 59


absolut atau kebenaran mutlak yang tidak terbantahkan.
Kebenaran ini bersifat religious.
2. Kebenaran filosofis, yaitu kebenaran hasil perenungan dan
pemikiran kontemplatif terhadap hakikat sesuatu meskipun
pemikiran intektual tersebut bersifat subjektif dan relatif,
tetapi ; kontemplatif.
3. Kebenaran estetis, yaitu kebenaran yang berdasarkan
penilaian indah atau buruk, serta cita-cita rasa estetis.
Artinya, keindahan yang berdasarkan harmoni dalam
pengertian luas, yang menimbulkan rasa senang, tenang,
dan nyaman.
4. Kebenaran ilmiah, yaitu kebenaran yang ditandai oleh
terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, adanya teori yang
menunjang dan sesuai dengan bukti. Kebenaran empiris
berdasarkan konsistensi antara teori dan realitasnya yang
valid. Selain itu, kebenaran ilmiah divaliditasi oleh bukti-
bukti empiris, yaitu hasil pengukuran objektif sesuai dengan
data dan fakta.
5. Kebenaran pengetahuan mutlak adalah kebenaran yang
tidak berubah-ubah dan tidak dapat dipengaruhi oleh yang
lain. Artinya, sebagai kebenaran yang telah ada pada
hakikat dirinya sendiri.
6. Kebenaran relatif adalah kebenaran yang berubah-ubah,
tidak tetap, dan dapat dipengaruhi oleh hal lain di luar
hakikat dirinya. Sifat setiap ilmu, sebagaimana kebenaran
mutlak dan relatif, dapat diidentikkan dengan teori sifat
ilmu. Dalam filsafat dielaskan bahwa teori sifat ilmu ada
dua, yaitu teori ―subjektivitas‖ dan ―objektivitas‖. Ilmu
objektif adalah ilmu yang keberadaan objeknya tidak
bergantung pada ada atau tidak adanya pengetahuan
subjek tentang objek tersebut. Sementara ilmu yang
subjektif, yaitu ilmu yang keberadaan objeknya bergantung

60 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


pada ada tidak adanya subjek. Dengan demikian, jika
subjek tidak ada, ilmu pun tidak dinyatakan ada,
keberadaan ilmu dalam kondisi relatif.
7. Kebenaran konsistensi, yaitu adanya kesesuaian antara
teori dan kenyataan.
Berkaitan dengan kebenaran, maka kebenaran ilmiah
merupakan salah satu bidang bagian dari sains. Pada saat ini
sains telah membawa pada kemajuan dalam pengetahuan,
beberapa ciri umum sains, antara lain : (a) Hasil sains bersifat
akumulatif dan merupakan milik bersama,artinya hasil sains
yang lalu dapat digunakan untuk penyelidikan hal yang baru,
dan tidak memonopoli, (b) Hasil sains kebenarannya tidak
mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyeidikinya
adalah manusia., (c) Sains bersifat objektif,artinya prosedur
kerja atau cara penggunaan metode sains tidak tergantung
kepada siapa yang menggunakan, tidak tergantung pada
pemahaman secara pribadi.
Ralph Ross dan Ernest Van den Haag mengemukakan
ciri-ciri sains, yaitu: (a) bersifat rasional (hasil dari proses
berpikir dengan menggunakan rasio atau akal), (b) bersifat
empiris (pengalaman oleh panca indera), (c) bersifat umum
(hasil sains bisa digunakan oleh semua orang tanpa terkecuali),
(d) bersifat akumulatif (hasil sains dapat dipergunakan untuk
dijadikan objek penelitian berikutnya).Pada pembahasan
sebelumnya dikenal istilah kerja ilmiah. Kerja ilmiah menurut
sebagian pendapat para ahli seperti berikut : (a) mengumpulan
tentang fakta-fakta, (b) menggambarkan tentang fakta-fakta,
dengan cara :definisi dan gambaran umum, analisis,
klarifikasi, penjelasan-penjelasan tentang fakta-fakta, dengan
cara, (c) memastikan sebab musabab (invariable antecedents),
(d) merumuskan berbagai kesamaan perilaku , (e)
menyimpulkan fakta dari analisis dengan metode tertentu.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 61


62 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner
BAB 3

MEMAHAMI PERBEDAAN SAINS DAN


PENGETAHUAN, NON SAINS,
SERTA PSEUDOSAINS

Sudarmin
Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: sudarmin@mail.unnes.ac.id

3.1. Deskripsi Materi


Pada bab ini akan dibahas mengenai perbedaan sains
dan pengetahuan (Knowledge), memahami ilmu pendidikan,
hakikat filsafat sains, non sains, serta pseudosains. Bahan
kajian dari materi ini diperoleh dari berbagai sumber
pembelajaran yang baik dari buku filsafat ilmu, dan filsafat
sains, dan beberapa materi terkait pada topik bahasan ini baik
sumber digital/internet.

3.2. Perbedaan Sains dan Pengetahuan


Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya
bahwa kata ilmu dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Arab ‗ilm (pengetahuan) kata benda (mashdar) dari kata ‗alima

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 63


yang berarti tahu, sedangkan istilah science dalam bahasa
Inggris berasal dari perkataan latin scientia yang diturunkan
dari kata scio, scire yang artinya to know (mengetahui) dan
juga berarti to learn (belajar). Sedangkan dari pengertian
etimologis itu science, maupun ‗ilm memiliki makna yang sama
yaitu pengetahuan.Meskipun secara etimologis science berarti
pengetahuan yang berarti sama dengan dalam bahasa Inggris
knowledge (pengetahuan), namun science dibedakan dengan
knowledge pada tingkat terminologis. Secara terminologis
science bukan hanya sekedar pengetahuan (knowledge), tapi
pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri tertentu. Mengingat
perbedaan tersebut maka dalam bahasa Indonesia ada usaha
untuk membedakannya dimana science diterjemahkan menjadi
ilmu atau ilmu pengetahuan, untuk membedakannya dari kata
knowledge yang diterjemahkan dengan pengetahuan.
Peradaban Barat membedakan pengetahuan ke dalam
dua istilah teknis, yaitu science dan knowledge. Istilah yang
pertama diperuntukkan bagi bidang-bidang ilmu nonfisik atau
empiris, sedangkan istilah yang kedua diperuntukkan bagi
bidang-bidang ilmu nonfisik seperti konsep mental dan
metafisika. Istilah yang pertama diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia dengan ilmu pengetahuan, sementara istilah
yang kedua diterjemahkan dengan pengetahuan saja. Dengan
kata lain, hanya ilmu yang sifatnya fisik atau empiris saja yang
bias dikategorikan ilmu, sementara sisanya seperti ilmu agama,
tidak bias dikategorikan ilmu (ilmiah). Fenomena seperti ini
baru terjadi pada abad modern karena sampai abad
pertengahan, pengetahuan belum dibeda-bedakan ke dalam
dua istilah teknis diatas, istilah pengetahuan masih mencakup
semua jenis ilmu pengetahuan. Baru ketia memasuki abad
modern yang ditandakan dengan positivisme, maka

64 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


pengetahuan yang terukur secara empiris dikhususkan dengan
penyebutan scientific knowledge atau science saja.

3.3. Memahami Hakikat Filsafat Sains


Filsafat sains adalah bidang sains yang mempelajari
dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari sains, yang
termasuk di dalamnya antara lain sains alam dan sains sosial.
Di sini, filsafat sains sangat berkaitan erat dengan epistemologi
dan ontologi. Untuk memahami makna dan hakikat filsafat
sains, di bawah ini dikemukakan pendapat beberapa ahli
sebagai berikut:
1. Robert Ackerman menyatakan Filsafat sains adalah suatu
tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini
dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang
dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi
filsafat sains jelas bukan suatu kemandirian cabang sains
dari praktek ilmiah secara aktual.
2. Lewis White Beck menyatakan bahwa filsafat sains
membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran
ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya
ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
3. Cornelius Benjamin menyatakan bahwa filsafat sains
adalah cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah
sistematis mengenai sains, khususnya metode-metodenya,
konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta
letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.
4. Michael V. Berry menyatakan filsafat sains hakikatnya
penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan
hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni
tentang metode ilmiah.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 65


5. May Brodbeck menyatakan hakikat filsafat sains adalah
analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan
penjelasan mengenai landasan – landasan sains.
6. Peter Caws menyatakan Filsafat sains merupakan suatu
bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi sains apa yang
filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman
manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak,
ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam
semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan
bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat
memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan
sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan,
termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada
penghapusan ketakajegan dan kesalahan.
7. Stephen R. Toulmin: Filsafat Sains adalah Sebagai cabang
sains, yang mana filsafat sains mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses
penyelidikan ilmiah, prosedur pengamatan, pola
perancangan, metode analisis dan perhitungan, pra-
anggapan atau hipotesis atau metafisis, dan seterusnya dan
selanjutnya menilai landasan bagi kesalahannya dari sudut
tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan
metafisika.Sedangkan filsafat pendidikan sains mencoba
menjelaskan bagaimana unsur yang terlibat dalam proses
penyelidikan ilmiah, prosedur pengamatan, pola
perancangan, metode analisis dan perhitungan, hipotesis
atau pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan
selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya
dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis,
dan metafisika.

66 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


3.4. Memahami Sains, Non Sains, dan Pseudio
sains
Sains adalah suatu alat, suatu cara khusus untuk
menginvestigasi suatu pertanyaan. Ketika menginvestigasi
suatu pertanyaan ilmiah, dibuat suatu hipotesis, dikumpulkan
data-data, dan ahirnya hipotesis didukung atau ditolak. Saintis
tidak pernah takut salah. Pembuktian bahwa suatu hipotesis
tidak benar adalah bagian dari pekerjaan saintis. Adalah
penting untuk menjawab pertanyaan tentang kehidupan dan
alam disekitar kehidupan masyarakat secara ilmiah, sehingga
akan banyak menghilangkan banyak keraguan.
Pembuktian ilmiah selalu diawali dengan pertanyaan,
kemudian diikuti dengan pengumpulan informasi sebanyak
mungkin untuk membangun sebuah hipotesis, atau setidaknya
dugaan atau prediksi yang memiliki dasar informasi ilmiah.
Langkah berikutnya adalah melakukan ekperimen untuk
menguji hipotesis tersebut. Semua yang dilakukan dan
diperoleh, menyenangkan atau tidak menyenangkan, tentu
harus terdokumentasi dengan baik, kemudian dilaporkan
sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh orang lain.
Pada akhirnya, sang saintis harus membuat kesimpulan
berdasarkan fakta yang diperoleh, apakah hipotesisnya
diterima atau ditolak. Saintis juga harus terbuka untuk berbagi
dengan saintis lain tentang eksperimen dan temuannya. Para
saintis dapat saling belajar dan sering memanfaatkan temuan
saintis lain untuk memandu pertanyaan penelitian selanjutnya.
Para saintis juga sering mengulang eksperimen orang lain
untuk memastikan apakah dengan kondisi yang sama akan
diperoleh hasil yang konsisten. Verifikasi seperti ini merupakan
mekanisme kendali mutu untuk meniadakan bias. Sebelum
dipublikasi, hasil-hasil penelitian harus diverifikasi secara

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 67


objektif oleh mitra-bestari yang terdiri atas pakar berbagai
bidang terkait dari institusi yang berbeda.
Makna non sains adalah kumpulan pandangan yang
berada diluar lingkup ilmiah. Wilayah non sains seperti seni,
nilai, kreatifitas, spiritualitas, adalah sangat sahih, dan bagi
banyak orang, merupakan aspek yang sangat penting dari
eksistensi manusia. Subyek non sains biasanya mudah
dipisahkan dari sains. Adapun makna pseudosains terjadi
ketika hal-hal non-sains dicoba untuk dinyatakan sebagai sains
ketika terjadi permasalahan atau keraguan.
Pseudosains muncul ketika ada yang mengklaim bahwa
telah dibuktikan secara ilmiah, Padahal sebenarnya tidak.
Keyakinan dan kepercayaan kadang-kadang menjadi
Pseudosains ketika ada orang yang berusaha mempopulerkan
suatu keyakinan atau kepercayaan sebagai sesuatu fakta yang
sudah terbukti secar ailmiah. Argumentasi seperti ini seringkali
muncul ketika sains belum dapat menemukan jawabannya,
kemudian diambil simpulan bahwa satu-satunya jawabannya
adalah Tuhan.
Terlepas dari masalah keyakinan dan kepercayaan
tersebut, masih banyak hal-hal termasuk dalam pseudosains,
seperti adanya UFO dan hantu, yang sampai saat ini belum
terdapat bukti kuat secara ilmiah. Sangat merepotkan adalah
jika ada pihak-pihak yang menggunakan pendekatan
Pseudosainsuntuk kepentingan tertentu, termasuk komersial,
politik, dan keamanan. Belakangan ini di kehidupan masyarakat
banyak dihadapkan pada klaim-klaim pihak tertentu yang
mampu menghasilkan produk-produk unggul yang dapat
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi, seperti
bahan bakar, produk pertanian, produk obat, sampai produk
elektronik yang dikenal sebagai sms-santet.

68 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Sedangkan nonsains adalah kumpulan pandangan yang
berada di luar lingkup ilmiah. Wilayah non-sains seperti seni,
nilai, kreatifitas, spiritualitas, adalah sangat sahih, dan bagi
banyak orang, merupakan aspek yang sangat penting dari
eksistensi manusia. Subyek non-sains biasanya mudah
dipisahkan dari sains.Pseudosainsterjadi ketika hal-hal non-
sains dicoba untuk dinyatakan sebagai sains ketika terjadi
masalah atau keraguan. Pseudosainsmuncul ketika ada yang
mengklaim bahwa telah dibuktikan secara ilmiah, Padahal
sebenarnya tidak. Keyakinan dan kepercayaan kadang-kadang
menjadi Pseudosainsketika ada orang yang berusaha
mempopulerkan suatu keyakinan atau kepercayaan sebagai
sesuatu fakta yang sudah terbukti secar ailmiah. Argumentasi
seperti ini seringkali muncul ketika sains belum dapat
menemukan jawabannya, kemudian diambil kesimpulan bahwa
satu-satunya jawabannya adalah Tuhan. Terlepas dari
permasalahan keyakinan dan kepercayaan tersebut, masih
banyak hal-hal termasuk dalam pseudo-sains, seperti adanya
UFO dan hantu, yang sampai saat ini belum terdapat bukti kuat
secara ilmiah.
Pseudosains adalah suatu istilah yang digunakan untuk
merujuk pada suatu bidang yang menyerupai ilmu pengetahuan
namun sebenarnya bukan merupakan ilmu pengetahuan.
Sesuatu yang menyerupai ilmu pengetahuan ini tidak valid dan
memiliki banyak kekurangan, tidak rasional dan cenderung
dogmatis. Dengan kata lain sains ini adalah sains palsu
(Ridwan, 2011). Munculnya kata psudo pada pseudosains
dimaksudkan untuk menghina. Kesan menghina ini muncul
karena kata psudo pada hakikatnya memiliki kesamaan dengan
beberapa frasa menghina lainnya seperti ―ilmu alternatif‖ ―ilmu
palsu‖ atau ―ilmu sampah.‖

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 69


Karakteristik kunci dari pseudosains adalah bahwa hal itu
tidak sesuai dengan metode ilmiah. Ini berarti bahwa klaim ilmu
ini terhadap suatu hal tidak dapat diuji, dan tidak mengikuti
urutan logis. Banyak konsep-konsep ilmiah tidak dapat diuji
dengan peralatan yang ada. Pseudosains tidak memiliki
dukungan ilmiah, dan tidak dapat diuji. Karakter yang kedua
adalah kurangnya testability dan konfirmasi independen. Saintis
sejati selalu senang untuk berbagi data yang telah mereka
dapatkan dalam penelitian. Data ini digunakan untuk sampai
pada kesimpulan mereka. Pengujian independen dan kritik dari
keolega sesama saintis akan selalu mereka nanti. Kritik dan
sanggahan tersebut dapat dijadikan sebagai alat utama untuk
membuktikan teori-teori mereka. Masyarakat pseudosains
dilaion pihak biasanya menolak sanggahan. Mereka lebih
memilih untuk mencari bukti-bukti untuk menguatkan klaim-
klaim tertentu. Jeleknya, masyarakat ini tidak terbuka terhadap
pengawasan dari koleganya atau terhadap diskusi.
Yang sangat merepotkan adalah jika ada pihak-pihak
yang menggunakan pendekatan Pseudosainsuntuk
kepentingan tertentu, termasuk komersial, politik, dan
keamanan. Pada saat ini banyak dihadapkan pada klaim-klaim
pihak tertentu yang mampu menghasilkan produk-produk
unggul yang dapat memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapi, seperti bahan bakar, produk pertanian, produk obat,
sampai produk elektronik yang dikenal sms-santet. Atas semua
informasi tersebut, diperlukan scientific wisdom yang memadai
untuk dapat memberikan pertimbangan obyektif terhadap hal-
hal tersebut.Secara umum, sains dan psudosaians berbeda.
Perbedaan ini secara jelas antara sains dan pseudosains dapat
dilihat pada tujuh poin berikut:
1. Dalam sains, literatur ilmiah yang ada ditulis bagi para
saintis. Untuk menciptakan literatur harus ada peer

70 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


review. Terdapat standar yang ketat untuk kejujuran dan
akurasi. Dalam pseudosains, literatur-literatur yang ada
ditujukan untuk masyarakat umum. Tidak ada review,
dalam membuat literatur tersebut, tidak ada standar serta
tidak ada verifikasi pra-publikasi. Meskipun demikian
masih terdapat tuntutan terhadap akurasi dan presisi
literatur.
2. Dalam sains, produk ilmiah dapat direproduksi.
Masyarakat menuntut hasil yang dapat diandalka. Segala
eksperimen yang dilakukan harus dapat dijelaskan
dengan tepat sehingga eksperimen tersebut dapat
diulangi secara presisi. Pengulangan ini dilakukan dalam
rangka perbaikan hasil atau penerapan dalam kasus atau
peristiwa lainnya. Sedangkan dalam pseudosains, produk
psudo sains tidak dapat direproduksi atau diverifikasi.
Meskipun ada studi atau eksperimen, tetapi begitu samar-
samar digambarkan. Studi atau eksperimen tersebutpun
prosedurnya kurang jelas sehingga masyarakat umum
tidak mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan dalam
studi atau eksperimen atau bagaimana hal itu dilakukan
dalam studi atau eksperimen.
3. Dalam sains, kegagalan dalam satu studi memang selalu
dicari, karena teori-teori yang salah seringkali dapat
membuat prediksi yang tepat meskipun itu karena faktor
kebetulan. Dengan kegagalan ini akan tercipta teori yang
benar. Ketika teori yang benar telah ditemukan prediksi
yang dibuatkun tidak akan salah. Dalam pseudosains
kegagalan akan selalu diabaikan, dimaafkan,
disembunyikan, tidak dihitung, dirasionalisasikan agar
selalu benar, dilupakan, dan dihindari.
4. Dalam sains, seiring dengan berjalannya waktu, semakin
banyak orang yang belajar tentang proses fisik dalam

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 71


berbagai penelitian. Dalam pseudosains tidak ada
fenomena ataupun proses fisik yang ditemukan, dicatat
atau dipelajari. Tidak ada kemajuan yang dibuat, Tidak
ada hal konkrit yang dipelajari.
5. Dalam sains, kelebihan, kekurangan, kesalahan dan
blunder peneliti rata-rata tidak mempengaruhi ―sinyal‖
keilmiahan studi. Dalam pseudosains, kelebihan,
kekurangan, kesalahan dan blunder peneliti memberi
pengarauh nol pada keilmiahan studi karena memang
studi yang dilakukan tidak ilmiah sama sekali
6. Dalam sains, masyarakat diyakinkan dengan bukti-bukti
ilmiah, argumen-argumen berdasarkan penalaran logis
dan/atau matematika, dengan membuat kasus-kasus
berdasarkan bukti-bukti empirik. Ketika bukti-bukti baru
bertentangan dengan ide atau teorilama, ide atau teori
lama tersebut ditinggalkan. Pada pseudosains keyakinan
masyarakat dibuat oleh iman dan keyakinan. Dalam
hampir setiap kasus pseudosains memiliki unsur kuasi-
religius yang sangat kuat. Pseudosains memiliki sifat
mencoba untuk mengubah, bukan untuk meyakinkan.
Masyarakat diminta untuk percaya lepas dari fakta, bukan
karena mereka. Ide lama tidak pernah ditinggalkan
meskipun bukti-bukti baru ditawarkan.
7. Pada sains, tidak ada konflik kepentingan, saintis tidak
memiliki orientasi materi tertentu dari studi yang
dikerjakannya. Ini sangat berbeda dengan ―Sains
Sampah,‖, yang mana saintis memproklamirkan diri
mereka sebagai saintis, tetapi sebenarnya mereka
dibayar dan bayaran mereka akan didapatkan ketika hasil
studinya sesuai dengan keinginan pihak tertentu. Dalam
pseudosains terdapat konflik kepentingan ekstrim. Saintis
pseudo umumnya mendapatkan nafkah dengan menjual

72 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


layanan pseudosains misalnya horoskop, prediksi,
instruksi dalam mengembangkan kekuatan paranormal,
dan lain-lain.

3.5. Pseudosains dan Contohnya


Untuk tuntutan memenuhi syarat sebagai ―ilmu‖ harus
memenuhi standar tertentu. Misalnya, tuntutan harus dapat
direproduksi oleh orang lain yang tidak memiliki kepentingan
apakah hal itu benar atau salah. Data dan penafsiran yang
berikutnya terbuka untuk pengamatan dalam lingkungan sosial
di mana tidak salah telah membuat kekeliruan, tetapi tidak
dibolehkan tidak jujur atau menipu. Klaim yang disajikan
sebagai ilmiah tapi tidak memenuhi standar ini adalah yang
disebut sebagai pseudosains. Dalam dunia pseudosains,
keraguan dan tes terhadap salahnya yang mungkin dikurangi
atau dengan tegas diabaikan.
Contoh pseudosains berlimpah. Astrologi adalah sebuah
sistem kepercayaan kuno yang beranggapan masa depan
seseorang ditentukan oleh posisi dan pergerakan planet-planet
dan benda langit lainnya. Astrologi meniru ilmu pengetahuan
dalam memprediksi dimana astrologi didasarkan pada
pengamatan astronomi yang hati-hati. Namun perbintangan
bukan ilmu pengetahuan karena tidak ada validitas untuk
mengklaim bahwa posisi benda-benda langit mempengaruhi
peristiwa-peristiwa kehidupan seseorang. Seperti di ketahui,
gaya gravitasi yang diberikan oleh benda angkasa pada
seseorang lebih kecil daripada gaya gravitasi yang diberikan
oleh benda-benda yang membentuk lingkungan duniawi:
pohon, kursi, orang lain, batang sabun, dan sebagainya.
Selanjutnya, prediksi astrologi tidak terbukti karena tidak ada
bukti bahwa astrologi bekerja.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 73


Manusia sangat baik dalam penyangkalan, yang mungkin
menjelaskan mengapa pseudosains adalah suatu bisnis yang
telah berkembang. Banyak pseudosaintiawan sendiri tidak
mengenali upaya mereka sebagai pseudosains. Seorang
praktisi dari penyembuhan misalnya, benar-benar dapat
percaya pada kemampuan dirinya untuk menyembuhkan
orang-orang yang tidak akan pernah bertemu kecuali melalui
email dan pertukaran kartu kredit. Dia bahkan dapat
menemukan bukti anekdot untuk mendukung perselisihan yang
terjadi dirinya. Efek plasebo dapat menutupi ketidakefektifan
berbagai model penyembuhan. Dalam hal tubuh manusia, apa
yang orang percaya akan sering terjadi bisa terjadi, karena
adanya koneksi fisik antara pikiran dan tubuh.
Teori aktivasi otak tengah mengklaim bahwa aktivasi otak
tengah dapat meningkatkan kecerdasan berfikir, emosi dan
motivasi seseorang. Kenyataannya adalah: otak tengah tidak
memiliki fungsi berpikir, emosi, dan motivasi. Otak tengah yg
merupakan bagian dari batang otak memiliki fungsi otak
primitive yaitu mekanisme pertahanan diri dan refleks-refleks
pada fungsi vegetative. Sedangkan kemampuan berpikir,
proses belajar, dan memori terutama terletak pada korteks dan
subkorteks. ―Teori otak tengah sudah jelas penipuan.
Dengan berpikir atau bertanya sedikit,setiap orang bisa
tahu bahwa ini adalah penipuan. Namun orang Indonesia itu
malas bertanya dan ingin yang serbainstan, terrmasuk
barangkali juga siswa. Jadi siswa gampang sekali jadi sasaran
penipuan. Bahkan, saya pernah memergoki, di sebuah gedung
pertemuan (kebetulan saya ke sana untuk keperluan lain),
sebuah pelatihan diselenggarakan oleh sebuah instansi
pemerintah yang judulnya ―Meningkatkan Kecerdasan Salat‖.
Semuanya dijual sebagai pelatihan dengan biaya yang mahal.
Ini sudah masuk ke permasalahan membohongi publik, sebab

74 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


mana mungkin dengan satu pelatihan selama dua hari seorang
anak bisa disulap menjadi jenius yang serbabisa, bahkan bisa
melihat di balik dinding seperti Superman‖.
Food combining dan diet berdasar golongan darah: teori
food combining mengungkapkan bahwa makan karbohidrat
harus terpisah dari protein dan lemak. Pagi makan karbohidrat,
siang lemak, malam protein. Makan buah dan sayuran harus
dalam keadaan perut kosong. Pada kenyataannya, teori food
combining dan diet berdasar golongan darah tidak memiliki
dasar ilmiah yang benar dan tidak diakui oleh para ahli gizi di
perguruan tinggi. Saluran cerna manusia mengeluarkan enzim
untuk pencernaan Karbohidrat, protein, dan lemak secara
bersama-sama sehingga tidak perlu adanya pemisahan zat
makanan. Pemberian buah dan serat dalam keadaan perut
kosong dapat menyebabkan iritasi pada saluran cerna dan hal
ini menyebabkan tidak terbentuknya feses yang bagus
konsistensinya.

a. Paradigma dan revolusi dalam wahana politik


Pada bagian ini akan dibahas mengenai paradigma dan
revolusi dalam wahana politik. Mengacu pada bangunan
pemikiranThomas Kuhn dengan jargonya paradigma dan
revolusi sains, secara lebih komprehensif dapat diaplikasikan
dalam menyoroti esensi atau fundamental structure dalam ilmu-
ilmu sosial untuk tidak terfokus pada ilmu-ilmu kealaman
seperti dalam teori-teoari politik,ekonomi, pendidikan dan lain
sebagainya. Ada kesejajaran antara revolusi politik dan revolusi
sains. Revolusi politik dibuka oleh kesadaran yang semakin
tumbuh, yang sering terbatas pada suatu segmen dari
masyarakat politik bahwa lembaga-lembaga yang ada tidak lagi
memadai untuk menghadapi permasalahan yang dikemukakan
oleh lingkungan yang sebagian diciptakan oleh lembaga itu.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 75


Revolusi politik bertujuan mengubah lembaga-lembaga
politik dengan cara-cara yang dilarang oleh lembaga-lembaga
itu sendiri (political revolutoins ainm to change political istitution
in ways that those instutions themselves prohibit). Mulanya
hanya krisis yang mengurangi peran dan wibawa lembaga-
lembaga politik. Dan dalam jumblah yang meningkat,
masyarakat menjadi terasing dari kehidupan politik dan
berprilaku semakin bertambah eksentrik didalamnya. Kemudian
dengan mendalamnya krisis, mereka melibatkan diri dalam usul
yang konkret bagi rekontruksi masyarak dalam kerangka
kelembagaan yang baru. Pada saat itu, masyarakat terbagi dua
kelompok atau partai yang bersaing, yang satu berusaha
mempertahankan kontelasi kelembagan yang lama, dan yang
lain berupaya mendirikan yang baru.
Jika polarisasi itu terjadi, penyelesaian secara politik pun
menjadi gagal. Karena mereka berselisih tentang matriks
kelembagaan tempat mencapai dan menelai perubahan politik,
dan karena tidak ada suprainstitusianal yang diakui oleh
mereka untuk mengandili perselisihan revolusioner, maka
akhirnya partai-partai dalam konflik revolusioner ini
mengunakan bantuan teknik-teknik persuasi massa,yang
seringkali melibatkan kekuatan.
Timbulnya suatu krisis dalam politik juga erat sekali
hubungannya dengan tokoh-tokoh politik yang selama krisis itu
menciptakan teori-teori poitik baru untuk mengbongkar fakta-
fakta yang telah menyimpang. Sepanjang Sejarah politik,
misalnya, kita dapat melihat bahwa munculnya teori-teori politik
barat kebanyakan dihasilkan selama waktu-waktu krisis, dan
jarang selama periode-periode normal.fenomena ini
menunjukkan bahwa teori-teori pokok dalam poitik itu
menyerupai ―extraordinary science‖, yang berhadapan dengan
anomali dan krisis yang mendalam. Oleh karenanya, teori-teori

76 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


utama ini menunjukkan ciri yang sama dengan extraordinary
science, yaitu berusaha untuk mendiskreditkan paradigma yang
sedang berjalan.
Gambaran ini tampak pada pemikiran politik Machiavelli
yang mengecam paran kepala negara , atau tuduhaan John
Locke terhadap absolutisme, atau juga kritik Karl Marx atas
masyarakat kapitalis. Dalam menanggapi munculnya teori baru
atau perlawanan terhadap paradigma yang berjalan ini,
masyarakat politik pada dasarnya tidak akan mempedulikan
perlawanan semacam ini, jika merasa tidak merasa ditekan
oleh paradigma yang berlaku. Masyarakat lebih suka
berkonsentrasi untuk menikmati manfaat atau mencari berbagai
kemungkinan dari sistem yang sedang berjalan. Ketidak
acuhan ini bukan merupakan ekspresin dari pilihan antara
memiliki atau meninggalkan teori. Tetapi, suatu masyarakat
yang berjalan yang berjalan secara normal memiliki teorinya
menurut teori yang dominan, bahkan teori tersebut taken for
ngranted, karena ia tidak mencerminkan konsensus
masyarakat.

b. Paradigma dan Revolusi dalam Wacana Pendidikan


Maksud wacana pendidikan disini bukan permasalahan
pendidikan secara makro, atau sistem kelembagaan pendidikan
secara luas, tetapi lebih terfokus teori belajar yang
diinsprirasikan oleh paradigma dan revolusi sains. Istilah
paradigma identik dengan ―skema‖ dalam teori belajar. Skema
adalah suatu struktur mental atau kognisi yang dengan
seseorang secara intelegtual beradaptasi dan mengordinasi
lingkungan sekitarnya. Skema ini akan berubah seiring
perkembangnya mental anak. Perubahan skema ini bisa
mengambil bentuk asimilasi atau akomodasi. Asimilasi
merupakan roses kognitif yang dengannya seseorang

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 77


mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke
dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya.
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru
yang tidak sesuai dengan skema yang ada (data anomali), ada
kalanya seseorang tidak dapat mengamilasikan pengalaman
yang baru itu dengan skema yang telah dimiliki seseorang
tersebut. Pengalaman baru ini bisa jadi sama sekali tidak cocok
dengan paradigma yang telah ada. Dalam keadaan seperti ini,
orang tersebut akan mengadakan akomodasi, yaitu membentuk
skema baru yang dapat sesuai dengan rangsangan yang baru,
atau modifikasi skema yang ada sehingga sesuai dengan
ransangan yang baru, atau modifikasi skema yang ada
sehingga sesuai dengan ata anomali itu. Inilah yang disebut
revolusi skema. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran
perlu didesain bagaimana guru itu dapat merangsang atau
menyediakan data-data anomali yang dapat mengubah skema
pengetahuan siswa kearah skema yang lebih baik. Dan selama
siswa tidak mau mengubah skema atau merevolusi
pengetahuan yang telah ia miliki ke arah skema yang lebih
unggul, maka pengetahuan akan tetap seperti semula, tidak
ada perkembangan.
Pendekatan Kuhn terhadap Ilmu pada dasarnya adalah
reaksi terhadap tafsir Whig atas sejarah, bahwa sejarah adalah
progresi kebebasan linier yang kian meningkat dan berpuncak
pada masa kini. Sejarah Whig membaca masa silam dengan
arah kebelakang dan menjelaskan masa kini sebagai produk
kumulatif pencapaian masa silam. Penolakan terhadap sejarah
Whig dalam bidang sejarah ilmu, dimulai antara lain oleh
Alexander Koyre, yang terhadapnya Kuhn mengakui hutang
intelektual yang besar. Kuhn menyadari bahwa untuk
menyadari bagaimana suatu tradisi historis berkembang, orang
harus memahami perilaku sosial dari mereka yang terlibat

78 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


membentuk tradisi.
Pelestarian suatu bentuk kebudayaan mengandaikan
mekanisme-mekanisme sosialisasi dan penyebaran
pengetahuan, prosedur-prosedur untuk menunjukkan lingkup
makna dan representasi yang diterima, metode-metode untuk
meratifikasi inovasi-inovasi yang telah diterima dan member
mereka cap legitimasi. Semua itu harus dijaga
keberlangsungannya oleh para anggota kebudayaan itu sendiri,
jika konsep dan representasi hendak dipertahankan
eksistensinya. Jika ada bentuk budaya yang tetap bertahan,
pasti ada pula sumber-sumber otoritas dan control kognitif.
Kuhn menampilkan riset ilmiah sebagai produk dari suatu
interaksi yang kompleks antara komunitas peneliti, tradisi
otoritatif, dan lingkungannya. Dalam keseluruhan proses itu
rasio dan logika sama sekali bukan satu-satunya kriteria bagi
kemajuan dalam pengetahuan ilmiah.

c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Paradigma dan sains


normal
Rekaman sejarah ilmu merupakan titik awal pengembangan
ilmu karena merupakan rekaman akumulasi konsep untuk
melihat bagaimana hubungan antara pengetahuan dengan
mitos yang berkembang. Sejarah ilmu digunakan untuk
mendapatkan dan mengkonstruksi wajah ilmu pengetahuan
dan kegiatan ilmiah yang terjadi. Hal-hal baru yang ditemukan
pada suatu masa menjadi unsur penting bagi pengembangan
ilmu di masa berikutnya. Dari sejarah juga dapat dilihat bahwa
sains bukan hasil penemuan individual.Sains lebih dicirikan
oleh paradigma dan revolusi yang menyertainya. Dari rekaman
sejarah ilmu bisa diketahui bahwa terjadinya perubahan-
perubahan mendalam tidak didasarkan pada upaya empiris
untuk membuktikan suatu teori atau sistem, tetapi melalui

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 79


revolusi-revolusi ilmiah. Sehingga, kemajuan ilmiah pertama-
tama bersifat revolusioner dan bukan kumulatif.
Pergeseran paradigma adalah istilah untuk
menggambarkan terjadinya dimensi kreatif pikiran manusia
dalam bingkai filsafat. Pergeseran paradigma merupakan
letupan ide yang merangsang timbulnya letupan ide-ide yang
lain, yang terjadi terus-menerus, sambung menyambung, baik
pada orang yang sama maupun orang yang berbeda. Reaksi
berantai ini akhirnya menjadi kekuatan yang bisa merubah
wajah dan tatanan dunia serta peradaban manusia ke arah
suatu kemajuan.
Paradigma merupakan kerangka referensi yang mendasari
sejumlah teori maupun kegiatan ilmiah nyata yang diterima
dalam periode tertentu. Saat pertama kali muncul, masih
sangat terbatas baik cakupan maupun ketepatannya tetapi
menjanjikan suatu keberhasilan. Paradigma memperoleh
statusnya karena lebih berhasil dari saingannya dalam
memecahkan permasalahan keilmuan yang dianggap
rawan.Paradigma membimbing kegiatan ilmiah dalam masa
sains normal sehingga saintis bisa mengembangkan secara
rinci dan mendalam, dan tidak sibuk dengan hal-hal yang
mendasar. Pada sains normal, saintis tidak bersikap kritis
terhadap paradigma yang membimbing aktifitas ilmiahnya. Tiga
fokus kajian sains normal adalah memperluas pengetahuan
tentang fakta, meningkatkan kesesuaian antara prakiraan
paradigma dan artikulasi lebih lanjut untuk memecahkan
beberapa keraguan yang tersisa, untuk memperkuat citra
sains.
Kegiatan ilmiah ada dua yaitu pemecahan teka-teki (puzzle
solving) dan penemuan paradigma baru. Pada sains normal,
saintis membuat percobaan dan mengadakan observasi untuk
memecahkan teka-teki, bukan mencari kebenaran. Bila

80 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


paradigmanya tidak dapat digunakan untuk memecahkan
persoalan penting atau malah mengakibatkan konflik, maka
paradigma baru harus diciptakan. Dengan demikian kegiatan
ilmiah selanjutnya diarahkan kepada penemuan paradigma
baru, dan jika penemuan baru ini berhasil, maka akan terjadi
perubahan besar dalam ilmu pengetahuan.

3.6. Anomali dan munculnya penemuan baru


Berbagai fenomena (anomali) bisa dijumpai oleh seorang
saintis selama menjalankan riset di sains normal. Jika anomali
kian menumpuk, akan timbul krisis dan paradigma mulai
dipertanyakan yang berarti sang saintis mulai keluar dari sains
normal. Pada data anomali (penyimpangan terhadap teori-teori
dalam paradigma) berperan besar dalam memunculkan sebuah
penemuan baru. Penemuan baru diawali dengan kesadaran
akan anomali, yakni pengakuan bahwa alam dengan suatu
cara, telah melanggar pengharapan yang didorong oleh
paradigma yang menguasai sains normal. Kemudian ia
berlanjut dengan eksplorasi yang sedikit banyak diperluas ke
wilayah anomali dan hanya berakhir bila teori atau paradigma
itu telah disesuaikan sehingga yang menyimpang menjadi
sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga, dalam penemuan
baru harus ada penyesuaian antara fakta dengan teori yang
baru.
Revolusi sains muncul karena adanya anomali dalam riset
ilmiah yang makin parah dan munculnya krisis yang tidak dapat
diselesaikan oleh paradigma yang menjadi referensi riset.
Untuk mengatasi krisis, saintis bisa kembali lagi pada cara-cara
ilmiah yang lama sambil memperluas cara-cara itu atau
mengembangkan sesuatu paradigma tandingan yang bisa
memecahkan permasalahan dan membimbing riset berikutnya.
Jika yang terakhir ini terjadi, maka lahirlah revolusi

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 81


sains.Revolusi sains merupakan episode perkembangan non-
kumulatif, dimana paradigma lama diganti sebagian atau
seluruhnya oleh paradigma baru yang
bertentangan. Transformasi-transformasi paradigma yang
berurutan dari paradigma yang satu ke paradigma yang lainnya
melalui revolusi, adalah pola perkembangan yang biasa dari
sains yang telah matang.
Jalan revolusi sains menuju sains normal bukanlah jalan
bebas hambatan. Sebagian saintis atau masyarakat sains
tertentu ada kalanya tidak mau menerima paradigma baru dan
ini menimbulkan permasalahan sendiri karena dalam memilih
paradigma tidak ada standar yang lebih tinggi dari pada
persetujuan masyarakat yang bersangkutan. Untuk
menyingkap bagaimana revolusi sains itu dipengaruhi, kita
harus meneliti dampak sifat dan logika juga teknik-teknik
argumentasi persuasif yang efektif di dalam kelompok-
kelompok yang membentuk masyarakat sains itu. Oleh karena
itu permasalahan paradigma sebagai akibat dari revolusi sains,
hanya sebuah konsensus yang sangat ditentukan oleh retorika
di kalangan masyarakat sains itu sendiri. Semakin paradigma
baru itu diterima oleh mayoritas masyarakat sains, maka
revolusi sains kian dapat terwujud.
Selama revolusi, para saintis melihat hal-hal yang baru
dan berbeda dengan ketika menggunakan instrumen-instrumen
yang sangat dikenal untuk melihat tempat-tempat yang pernah
dilihatnya. Seakan-akan masyarakat profesional itu tiba-tiba
dipindahkan ke daerah lain dimana obyek-obyek yang sangat
dikenal sebelumnya tampak dalam penerangan yang berbeda,
berbaur dengan obyek-obyek yang tidak dikenal. Saintis yang
tidak mau menerima paradigma baru sebagai landasan
risetnya, dan tetap bertahan pada paradigma yang telah
dibongkar dan sudah tidak mendapat dukungan dari mayoritas

82 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


masyarakat sains, maka aktivitas risetnya tidak berguna sama
sekali
Pada awal perkembangan ilmu pengetahuan, Saintis yang
berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan,
mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya
secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami
sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya,
termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat. Untuk mencapai
tujuan itu, maka proses pendidikan hendaknya bukan sekedar
untuk mencapai suatu tujuan akhir tapi juga mempelajari hal-
hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan akhir tersebut.
Sehingga, saintis selain sebagai orang berilmu juga memiliki
kearifan, kebenaran, etika dan estetika.
Secara epistemologis dapat dikatakan bahwa ilmu
pengetahuan yang ada saat ini merupakan hasil dari akumulasi
pengetahuan yang terjadi dengan pertumbuhan, pergantian
dan penyerapan teori. Kemunculan teori baru yang
menguatkan teori lama akan memperkuat citra sains normal.
Tetapi, anomali dalam riset ilmiah yang tidak bisa diselesaikan
oleh paradigma yang menjadi referensi riset, menyebabkan
berkembangnya paradigma baru yang bisa memecahkan
permasalahan dan membimbing riset berikutnya (mela-hirkan
revolusi sains). Tumbuh kembangnya teori dan pergeseran
paradigma adalah pola perkembangan yang biasa dari sains
yang telah matang. Berkembangnya peralatan analisis juga
mendorong semakin berkembangnya ilmu. Contoh
epistemologi ilmu dimana terjadi perubahan teori dan
pergeseran paradigma terlihat pada perkembangan teori atom,
teori pewarisan sifat dan penemuan alam semesta.Dalam
perkembangan ilmu, suatu kekeliruan mungkin terjadi terutama
saat pembentukan paradigma baru. Tetapi, yang harus
dihindari adalah melakukan kesalahan yang lalu ditutupi dan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 83


diakui sebagai kebenaran. Pada bagian ini akan disajikan
contoh hasil pemikiran revolusioner dari saintis, yaitu berkaitan
dengan:

1. Perkembangan teori atom


Konsep atom dicetuskan oleh Leucippos dan Democritos
(abad ke-6 SM): materi (segala sesuatu di alam) secara fisik
disusun oleh sejumlah benda berukuran sangat kecil (atom).
Atom merupakan partikel yang sangat kecil, padat dan tidak
bisa dibagi, bergerak dalam ruang dan bersifat abadi. Menurut
John Dalton (1766–1844) setiap unsur kimia dibentuk oleh
partikel yang tak bisa diurai (atom).Pergeseran paradigma
terjadi ketika ternyata dibuktikan bahwa atom masih bisa dibagi
dan memiliki elektron (J.J. Thomson,1856–1940) dan proton (E.
Goldstein, 1886). Pengetahuan bahwa atom bisa dibagi
membuat saintis lalu mereka-reka struktur atom. Thomson,
menganalogikan atom seperti roti tawar dengan kismisnya,
dimana elektron dan partikel positif terdistribusi merata. Dari
penelitian E. Rutherford (1871-1937) disimpulkan bahwa
elektron mengorbit mengelilingi nukleus. Postulat ini diperbaiki
oleh J. Chadwick (1891–1974): atom memiliki sebuah inti yang
tersusun atas nukleis, dan elektron-elektron yang mengorbit
mengelilinginya; dan lalu disempurnakan oleh Niels Bohr yang
mempertimbangkan efek kuantisasi energi atom. Teori-teori
atom dan strukturnya masih terus disempurnakan. Saat ini
mulai terjadi anomali yang menggugat paradigma yang sudah
ada. Murray Gell-Mann (1964) mengatakan, proton dan netron
masih bisa dibagi menjadi quark.

2. Perkembangan teori pewarisan sifat


Pemikiran tentang pewarisan sifat sudah ada sejak jaman
dulu. Plato dengan paham esensialismenya menjelaskan,

84 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


setiap orang merupakan bayangan dari tipe ideal. Esensinya,
manusia adalah sama dan keragaman di dunia tidak ada
artinya.Perkembangan teori ini diawali dengan dilema yang
dihadapi Darwin: apa penyebab variasi dan apa yang
mempertahankan variasi? Menurut F. Galton, setiap anak
menuju kecenderungan rata-rata dari sifat induknya. Sifat-sifat
hereditas kontinyu dan bercampur, anak adalah rata-rata dari
kedua orang tua, maka variasi tidak ada. Sementara menurut
Darwin, keragamanlah yang penting, bukan rata-rata tetapi
Darwin belum bisa menjelaskan mengapa keragaman tersebut
bisa terjadi.
Hipotesis sementaranya menjelaskan bahwa kopi sel dari
setiap jaringan yang dimasukkan ke dalam darah (gemmules)-
lah yang memproduksi keragaman ketika gemmule dibentuk
dan dikonversi kembali menjadi sel tubuh pada saat reproduksi.
Tetapi perjalanan sejarah ilmu perkembangan sel selanjutnya
membuktikan bahwa hipotesis ini salah. Mendell yang
melakukan persilangan kacang dan menghasilkan varietas
yang berbeda, mulus dan keriput tapi tidak ada yang di tengah-
tengah, menyimpulkan bahwa sifat-sifat yang diturunkan
bersifat diskrit, ada yang dominan dan ada yang resesif, tapi
tidak bisa bercampur. Teori inilah yang selanjutnya digunakan
sebagai dasar pengembangan teori pewarisan sifat.

3. Perkembangan Teori Tata Surya


Prediksi peredaran matahari, bintang, bulan dan gerhana
sudah dilakukan bangsa Baylonia, 4000 tahun yang lalu.
Kosmologi Yunani (4SM) menyatakan bumi pusat dan semua
benda langit mengitari bumi. Konsep ini dipatahkan Copernicus
(1473-1543) yang menyatakan bahwa matahari adalah pusat
sistem tata surya dan bumi bergerak mengelinginya dalam orbit
lingkaran. Teori Copernicus menjadi landasan awal

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 85


pengembangan ilmu tentang tata surya. Seorang ilmuwan
berada pada posisi dimana dia memiliki pengetahuan yang
berdasarkan pada fakta (factual knowledge). Tetapi, fakta itu
tidak berarti walaupun bisa menjadi instrumen jika tidak
diaplikasikan. Aplikasi dari suatu kajian ilmu hendak-lah
mempunyai nilai kegunaan (aksiologis) yang memberi makna
terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam
seluruh aspek kehidupan.
Kajian filsafat berkenaan dengan pencarian kebenaran
fundamental. Seorang saintis, hendaklah mengkaji kebenaran
fundamental dari suatu alternatif pemecahan permasalahan
yang disodorkannya. Seorang saintis juga memiliki tanggung
jawab sosial untuk memberi perspektif yang benar terhadap
suatu permasalahan yang sedang dihadapi dan alternatif
pemecahannya secara keilmuan kepada mayarakat awam.
Dengan penguasaan ilmunya, seorang saintis juga hendaknya
bisa mempengaruhi opini masyarakat terhadap permasalahan
yang seharusnya mereka sadari.
Sebagai contoh, kajian ilmu bioteknologi, revolusi hijau (bibit
unggul, pestisida, pupuk kimia) dan tanaman transgenik telah
meningkatkan factual knowledge yang dimiliki. Tetapi, ketika
akan diaplikasikan ke masyarakat sebagai alternatif untuk
mengatasi permasalahan, misalnya aplikasi tanaman
transgenik untuk mengatasi produksi pangan yang terus
menurun, maka kita perlu mempertanyakan kebenaran
fundamental yang ada dibelakangnya. Apa penyebab
permasalahan yang sebenarnya? Apa saja alternatif
pemecahan masalahnya? Apakah alternatif yang diajukan
memang alternatif terbaik untuk mengatasi permasalahan?
Bagaimana kajian keuntungan dan resiko dari alternatif yang
dipilih ini? Bagaimana dampaknya terhadap kemanusiaan,
lingkungan, ekonomi dan sistim sosial masyarakat? Hal-hal ini

86 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


harus dipelajari dan dijawab oleh saintis sebelum alternatif ini
benar-benar dipilih untuk mengatasi suatu permasalahan.
Sehingga tidak terjadi kasus dimana aplikasi dari suatu factual
knowledge ternyata pada akhirnya menimbulkan dampak
negatif bagi manusia, lingkungan, sosial ataupun aspek lain
dari kehidupan masyarakat.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 87


BAB 4

PARADIGMA MEKANIKA NEWTON


MENUJU MEKANIKA LAGRANGIAN

Syaifuddin
Enumerator Pusat Studi Kependudukan
dan Kebijakan (PSKK) UGM
email: syaifuddin22101989@gmail.com

4.1. Deskripsi Materi


Pada bab ini akan dibahas mengenai paradigma ilmu
fisika terkait perkembangan Mekanika Newton menuju
Mekanika Lagrangian. Materi dalam bab ini dihimpun
berdasarkan referensi dari berbagai sumber di internet dan
lainnya terutama kaitannya dengan konsep perkembangan
Mekanika yang ditinjau dari sudut pandang Newton dan
Lagrangian. Dalam materi ini membahas secara umum tentang
bagaimana konsep perkembangan ilmu pengetahuan terutama
dalam bahasan Mekanika gerak dapat berkembang dari suatu
periode ke periode berikutnya dengan sudut pandang yang
lebih kompleks sehingga menghasilkan suatu paradigma baru
dalam menelaah konsep mekanika yang dicetuskan oleh
Newton yang dikembangkan dengan konsep tiga dimensi oleh
Lagrangian. Materi yang dibahas dalam bab ini meliputi

88 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


bagaimana konsep dasar yang diajarkan oleh mekanika
Newton terkait sejarah dan implikasinya dalam kehidupan.
Serta dalam pembahasannya juga diuraikan perkembangan
dari konsep mekanika yang didukung oleh beberapa ahli
sehingga menghasilkan suatu perkembangan konsep mekanika
yang leboh spesifi kaitannya dalam ruang dimensi tiga yang
akhirnya dicetuskan perumusannya oleh Mekanika Lagrangian.

4.2. Landasan Rasional


Saat ini kita memasuki era 4.0 yang memungkinkan
semua kegiatan dilakukan berbantuan cyber dan setiap
kegiatan yang dilakukan melibatkan pada kemampuan sains,
teknologi, teknik dan matematika. Peranan paradigma harus
mampu menjembatani era 4.0 untuk mendorong inovasi
teknologi, sehingga memberikan dampak perubahan yang baik
terhadap kamajuan dalam berkehidupan dan berbudaya.
Prinsip era 4.0 menjadikan suatu paradigma dapat memberikan
fungsi interoperabilitas (kesesuaian), transparansi informasi,
bantuan teknis dan keputusan mandiri.
Paradigma merupakan suatu pandangan yang dianut
secara pervasive dan di dalamnya terkandung nilai-nilai
ontologis, epistemologis dan aksiologis serta sisitem nilai
tertentu. Paradigma memiliki dua komponen utama, yaitu
prinsip dasar dan intersubjektif. Prinsip dasar dalam paradigma
memberikan maksut bahwa asumsi-asumsi teoretis yang
mengacu pada sistem metafisis, ontologis, epistemologis dan
aksiologisnya, sedangkan intersubjektif adalah kesadaran
kolektif terhadap prinsip-prinsip dasar yang dianut secara
bersama, sehingga mendapatkan konsep dan pengetahuan
(frame of reference) yang sama (Magaratta, 2011). Konsep
kunci dari revolusi kesaintis Kuhn adalah mengenai paradigma
keilmuan, yaitu pendekatan dominan yang dilakukan oleh

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 89


komunitas kesaintis dalam memecahkan masalah dalam
bidang-bidang kesaintis dalam periode tertentu (Vilmala, 2020).
Fisika merupakah salah satu disiplin ilmu pengetahuan
alam yang fokus pada konteks benda-benda yang ada di alam,
mempelajari gejalanya dan interaksinya. Diperlukan suatu
kegiatan eksperimen dalam usaha memperoleh fakta dan bukti
terhadap konsep fisika dengan baik. Sejarah menjelaskan
bahwa fisika merupakan bidang ilmu tertua karena setiap
proses untuk mendapatkan fakta dan buktinya dimulai dari
pemikiran yang induktif dan deduktif terhadap observasi dari
gejala alam, seperti bagaimana bentuk lintasannya,
gerakannya, serta persamaan umum yang muncul akibat
peristiwa alam yang diamati oleh saintis terdahulu. Fokus
penulis dalam bahasan ini mengenai gerakan benda yang
disebut Mekanika Newton. Saputra (2018) menjelaskan bahwa
gerak dalam fisika merupakan fenomena esensial pada segala
sesuatu yang berwujud material adalah identik dengan gerak
itu sendiri. Sejalan dengan Supahar (2014) menjelaskan bahwa
hakikat fisika terdiri dari fisika sebagai produk dan sekumpulan
pengetahuan (physics as product aspect body knowledge),
fisika sebagai sikap (physics as an attitude aspect or way of
thinking) dan fisika sebagai proses (physics as a process or a
way of investigation). Sejalan dengan Farikhah (2013)
menjelaskan bahwa pada abad Yunani kuno sering disebut
sebagai filsafat alam yang ditandai dengan munculnya para ahli
pikir alam dan pemikirannya apa yang diamati dengan
membuat berbagai macam pertanyaan berdasarkan akal dan
pikiran.
Pemikiran gerak pada dasarnya diawali dari pemikiran
Galileo Galilei (1564-1642 M). Pemikiran Newton tentang
kelembaman yang sering disebut sebagai Hukum I Newton
didasarkan pada penemuan Galileo. Sifat kelembaman tersebut

90 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


berbunyi jika tidak ada gaya yang diberikan kepada benda yang
bergerak, benda itu akan terus bergerak dengan laju konstan
pada lintasan yang lurus (Giancoli, 2001). Berdasarkan hal
tersebut, Isaac Newton (1642-1727) membangun teori
geraknya yang terkenal sebagai konsep dinamika dan
kinematika. Tiga hukum geraknya yang terkenal terdapat dalam
bukunya yang berjudul Principia. Hukum I Newton menyatakan
bahwa setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau
bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali jika
diberi gaya total yang tidak nol. Hukum II Newton memiliki
keterbatasan dalam implementasinya, tinjauannya hanya
berlaku untuk yang massa konstan. Hukum III Newton
menyatakan bahwa jika suatu benda diberikan gaya, maka
benda tersebut akan memberikan gaya yang sama besar dan
berlawanan dengan gaya yang diberikan (Resnick, 2001).
Pembahasan mekanika pada dasarnya terbagi atas sub
bab mekanika kuantum dan klasik. Khusus dalam buku ini
dijelaskan mengenai paradigma mekanika klasik dari Mekanika
Newton vs Mekanika Lagrangian. Mekanika klasik terdiri dari
pembahasan kinematika dan dinamika. Paradigma mekanika
Newton ditunjukkan dengan prinsip dinamika partikel pada
hukum-hukum Newton. Kerangka acuan pada hukum gerak
Newton memiliki arti fisis jika dihadapkan dengan kerangka
inersia. Perkembangan berikutnya mengenai paradigma
mekanika Newton dikembangkan lebih luas lagi terhadap
tinjauan energi dari suatu partikel dalam suatu sistem.
Persamaan umum pada konsep paradigma gerak mekanika
Newton belum sampai memberikan solusi persamaan umum
terhadap kasus energi suatu partikel. Hal itulah yang
dikembangkan oleh paradigma Mekanika Lagrangian.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, tujuan maka
rumusan masalah dalam buku ini lebih difokuskan pada

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 91


bagaimana perkembangan paradigma Mekanika Newton
khususnya dalam bahasan dinamika menuju paradigma
Mekanika Lagrangian berdasarkan aspek ontologis,
epistemologis dan aksiologis. Sedangkan tujuan dalam
penulisan buku ini adalah memberikan analisis tentang
perkembangan paradigma Mekanika Newton (dinamika gerak)
menuju paradigma Mekanika Lagrangian berdasarkan aspek
ontologis, epistemologis dan aksiologis dalam kehidupan dan
perkembangn sains dengan tinjauan parameter yang
bervariasi. Adapun implikasi dari penulisan buku ini adalah
sebagai berikut:
1. Menghasilkan naskah monograf terkait paradigma sains
sehingga dapat dijadikan sebagai referensi terkait
pemahaman peran paradigma sains dalam kemajuan
IPTEK
2. Sebagai bahan informasi tentang kajian paradigma
ditinjau dari aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis
kaitannya dengan pengkajian teori fisika yang sangat
sederhana.

4.3. Hakikat Konsep Mekanika Newton


Sejarah pemikiran saintis khususnya fisika penting untuk
diketahui karena dengan bekal pengetahuan pemikiran saintis
yang terdahulu dapat memberikan pengertian yang lebih
komperhensif tentang kemajuan fisika pada saat ini. Dilihat
secara historis, tanpa disadari bahwa kejadian-kejadian tertentu
terkait fisika merupakan kejadian yang memberikan dampak
besar terhadap kemajuan IPTEK saat ini. Melalui hal tersebut
diharapkan kita akan mendapatkan kesadaran yang baik
terhadap kebenaran hasil eksperimen dan pemikir saintis
terdahulu secara komprehensif.

92 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Ilmu fisika yang berkembang pesat saat ini berawal dari
pemikiran filosofi manusia saat itu dengan fokus kegiatan
berupa observasi benda-benda yang ada di alam serta
interaksinya. Pemikiran awal saintis termasuk dalam bahasan
buku ini adalah mekanika Newton yang fokus untuk
memperhatikan segala fenomena dan interaksinya benda-
benda yang ada di alam. Fisika berawal dari pengamatan,
pengalaman dan pemikiran yang dihinggapi rasa keingintahuan
yang mendalam. Bahkan Newton yang dianggap sebagai
saintis yang sangat tersohor baik dimasanya sampai saat ini
memberikan suatu pemikiran bahwa pada dasarnya ilmu dan
konsep yang diciptakan merupakan akibat dari penemuan-
penemuan dari pemikir saintis sebelum Newton. Dalam hal ini
memberikan penegasan pengertian bahwa if I have further than
others, it‟s by standing upon the shoulders of giants, artinya
bahwa setiap saintis yang memunculkan ide dan pemikirannya
tidak lain karena adanya faktor dari adanya orang lain
sebelumnya yang jadi pijakannya (www.youtube.com/ results?
search_query=ngaji+filsafat+247).
Sejarah perkembangan fisika menurut Richtmeyer dalam
Sudarmanto (2016) menjelaskan bahwa terdapat empat
periode, sedangkan paradigma mekanika Newton masuk dalam
periodisasi kedua yang dimulai dari tahun 1500an sampai
1800an. Klasifikasi mekanika Newton masuk dalam periode
dua karena pada periode ini dikembangkan metoda saintifik
Galileo. Teori-teori yang diperbaiki Galileo ditujukan untuk
menghasilkan konsep mekanika. Seiring dengan berjalannya
waktu, Newton meneruskan prinsip kerja Galileo terutama
dalam bidang mekanika sehingga menghasilkan hukum-hukum
newton tentnag gerak yang dipakai dalam dunia Pendidikan
saat ini. Berdasarkan hal tersebut pada dasarnya paradigma
mekanika Newton lahir dari pemikiran mekanika Galileo yang

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 93


disempurnakan. Lebih lanjut dalam suatu fenomena dijelaskan
bahwa Newton menemukan hukum gravitasi saat buah apel
jatuh di kepalanya dengan penjelasan bahwa buah apel
tersebut merupakan suatu kebetulan untuk generalisasi (Gleick,
2016). Sejalan dengan Basuki (2016) bahwa Al Khazini
melakukan sejumlah eksperimen untuk mempelajari
kesetimbangan ataupun berat benda dan menemukan suatu
yang penting berkaitan dengan gravitasi bumi. Susanti dalam
Santi, dkk (2017) menjelaskan bahwa gaya gravitasi dari benda
bergantung pada jaraknya ke pusat bumi. Kuhn (2012)
menjelaskan bahwa pada dasarnya perkembangan paradigma
mekanika Newton tidak terlepas dari adanya revolusi kesaintis
yang ditandai dengan bergesernya paradigma, untuk lebih
jelasnya ditunjukkan dalam gambar 4.1 berikut.

Paradigma Normal Paradigma


Anomali Es Crises Revolution
1 Science 2

Gambar 4.1. Bagan Paradigma Revolusi Ilmiah


menurut Thomas Kuhn

Pada dasarnya dogma Mekanika Newton khusunya


tentang gerak (kinematika dan dinamika) memberikan konsep
bahwa suatu sistem dapat diuraikan menjadi bagian sistem
kecil lagi, sehingga mendapatkan solusi suatu permasalahan,
serta dalam pandangan Mekanika Newton sistem-sistem
tersebut dikenal sebagai materi. Kajian fisis yang digunakan
oleh Mekanika Newton tersebut cukup dengan mengambil
sampel satu sistem terhadap sistem yang besar dalam tatanan

94 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


di alam semesta. Dogma itulah yang dikenal dengan istilah
reduksionalisme. Dogma Mekanika Newton merupakan
penggabungan rasionalisme Descartes dengan empirisme
Francis Bacon. Berdasarkan transformasi kedua aliran tersebut
maka Newton mulai meletakkan dasar-dasar mekanika,
khususnya yang berkaitan dengan materi.
Paradigma Mekanika Newton mulai berkembang dengan
sistem mekanistik yang memunculkan aspek retrodiksi dan
prediksi atas gejala alam yang dilakukan dengan pengamatan.
Teori ini memunculkan persepsi bahwa dalam hukum-hukum
mekanika Newton mendapat dukungan dari penjelasan yang
ada di alam. Puncaknya, Newton dalam Cohen, dkk (1999)
menyatakan bahwa filsafat adalah kegiatan dalam proses
menyelidiki gejala alam melalui konsep gerak dan gaya-gaya
yang ditimbulkannya. Pada dasarnya Dogma Mekanika Newton
bisa menjelaskan permasalahan terkait dengan dinamika
partikel yang ditunjukkan dengan hukum-hukum Newton
tentang gerak. Terdapat tiga hukum gerak Newton, yaitu:
1. Setiap benda akan cenderung diam atau bergerak dalam
garis lurus jika tidak ada gaya yang mempengaruhinya
(∑ )
2. Perubahan gerak berbanding lurus dengan gaya yang
dikenakannya dan searah dengan gaya tersebut (∑
)
3. Setiap ada aksi maka selalu ada reaksi yang besarnya
sama dan berlawanan (∑ ) (Tipler, dkk.
2008).
Hukum-hukum Newton tersebut memiliki pengertian fisis
dengan kerangka acuan tertentu, karena pada dasarnya jika
hukum-hukum Newton berlaku dalam suatu kerangka acuan
tertentu maka hukum tersebut dapat berlaku juga pada
kerangka acuan lain yang bergerak sama relative terhadap

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 95


kerangka acuan pertama. Kuhn (2012) menjelaskan bahwa
pada dasarnya upaya membandingkan antara Mekanika
Newton dan Mekanika Langarian dengan baik maka tidak
hanya membandingkan dari segi fisis tetapi juga berpedoman
dalam mengungkap fenomena fisis yang seharusnya
dipandang dan bagaimana cara tersebut harus diselesaikan.
Secara filosofis, mekanika Newton khususnya tentang
dinamika gerak telah menjadi dasar pemahaman manusia saat
ini tentang gerak benda untuk masa yang cukup lama dengan
batas-batas tertentu. Pada dasarnya pandangan Newton
tentang gerak telah mengubah pandangan manusia menjadi
deterministik yang berarti bahwa setiap peristiwa dapat
diprediksi dengan tepat berdasarkan keadaan yang berlaku
saat ini. Pada Hukum II Newton mempresentasikan bahwa
persamaan diferensial orde 2 yang merupakan solusi
persamaan tersebut bergantung pada posisi dan kecepatan
pada saat tertentu. Prinsip deterministik menjelaskan secara
rinci terkait formula alterantif dari mekanika Newton tentang
gerak dengan dibuktikan oleh Euler dan Lagrange dengan
menggunakan prinsip variasi. Dalam prinsip tersebut
mengandung maksut bahwa setiap sistem fisis dideskripsikan
dengan kuantitas yang disebut fungsi Langarian (L) dan sebuah
Action (A) dengan bentuk solusi persamaan umumnya yaitu:
∫ Prinsip variasi menempati posisi yang sangat
penting dalam perkembangan ilmu fisika, dan hampir semua
fenomena fisika diformulasikan dengan prinsip ini (Sutanto,
2011).
Berdasarkan uraian tersebut, pada dasarnya konsep
Mekanika Newton memiliki kekurangan, karena hanya
menjelaskan penguraian gaya dalam memberikan suatu solusi,
untuk kasus tertentu maka dogma dari Mekanika Newton tidak
bisa digunakan secara komprehensif, sehingga diperlukan

96 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


pelengkap dari dogma awal dari Mekanika Newton yaitu
dengan Mekanika Lagrangian. Konsep mekanika Lagrangian
ekuivalen dengan mekanika Newton, jika koordinat yang
digunakan adalah koordinat kartesius. Mekanika Lagrangian
memandang bahwa penjabaran fisis ditinjau dengan
menggunakan energi kinetik dan potensial. Keuntungan yang
didapat menggunakan tinjauan tersebut adalah energi bersifat
invariant. Dalam kondisi tertentu, sulit menyatakan seluruh
gaya yang beraksi terhadap partikel, maka pendekatan
Mekanika Newtonian menjadi rumit atau bahkan tidak mungkin
untuk digunakan dalam proses penyelesaian, sehingga solusi
yang ditawarkan yaitu dengan penggunaan Mekanika
Lagrangian dalam menjawab permasalahan mekanika yang
berhadapan dengan konsep energi.
Pada dasarnya proses menyelesaikan sistem fisis yang
dipandang sebagai sistem mekanik ini, Lagrange tetap
menggunakan hukum kedua Newton sebagai dasar pijakan,
kemudian dilakukan penurunan dengan menghitung selisih
antar energi potensial dan kinetik sampai didapat persamaan
Lagrange. Ciri khusus yang dipakai Mekanika Lagrange adalah
tidak lagi mengindahkan gaya-gaya yang bekerja dalam sistem
mekanik, hanya berkepentingan dengan besaran skalar tenaga
(kinetik dan potensial) dengan asumsi bahwa sistem mekanik
sebagai satu kesatuan, sehingga untuk menyelesaikannya
tidak dipecah menjadi kepingan-kepingan kecil seperti dalam
mekanika Newtonian. Berdasarkan uraian tersebut, pandangan
Lagrangian merupakan cara pandang bersifat holistik terhadap
suatu sistem mekanik. Melaui persamaan mekanika Lagrangian
memberikan dampak positif bahwa solusi umum dari
persamaan gerak Newton untuk sistem sederhana dapat
dijelaskan dengan sophisticated.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 97


4.4. Konsep Dasar Mekanika Newton
Dalam perkembangannya, asumsi-asumsi yang digunakan
dalam pardigma Mekanika Newton yang dikenal dengan
sebutan paradigma Kartesian memiliki 6 asumsi, yaitu:
1. Subjektivisme-Antroposentrik, yang menyatakan bahwa
subjektivisme Newton terletak pada ambisi manusia
dalam menguraikan fenomena alam melalui konsep
mekanika yang dirumuskan dalam persamaan
matematika.
2. Dualisme, yaitu pandangan Newton bahwa konsep
realitas dari suatu pengetahuan didasarkan atas subjek
dan objek, dengan ketentuan subjek dapat memahami
dan mengupas realitas tanpa dipengaruhi oleh objek.
3. Mekanistik-Deterministik, yaitu pandangan Newton yang
menyatakan bahwa alam raya dipandang sebagai mesin
besar yang bersifat statis, oleh karena itu diperlukan
pengetahuan untuk mengungkap posisi dan kecepatan
setiap partikel yang ada di alam semesta.
4. Reduksionisme, yaitu pola pikir Newton yang memandang
bahwa entitas ditentukan oleh pembagian komponen-
komponen yang paling kecil.
5. Instrumentalisme, yaitu pemikiran Newton yang
berlandaskan ―Bagaimana‖ untuk menjawab fenomena
alam bahwa pada dasarnyapenegtahuan diukur dengan
perbandingan sejauh mana hal tersebut dapat digunakan
untuk memenuhi kepentingan secara praktis.
6. Materaialisme-Saintis, yaitu pemikiran Newton yang
dikaitkan dengan metode eksperimental sebagai metode
dalam menjelaskan pengetahuan melalui pembuktian
yang bersifat eksperimental. Pada konsep ini, Newton
menjelaskan bahwa Tuhan menciptakan partikel,
kekuatan, hukum gerak dan semuanya melakukan

98 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


pergerakan seperti layaknya mesin dengan mengikuti
hukum-hukum yang bersifat deterministik.

Dijelaskan dalam Alonso & Finn (1967) bahwa pada


dasarnya Mekanika Newton dibagi menjadi dua sub bagian,
yaitu kinematika (hubungannya dengan benda bergerak) dan
dinamika (mempelajari benda yang terpengaruh gaya). Kajian
mengenai objek dalam mekanika Newton dikenal dengan
sistem fisis. Semua kejadian yang diamati di alam semesta
digali dengan sumber pemikiran parsial yang sering disebut
pars prototo. Mekanika Newton sendiri berpegang teguh pada
prinsip bahwa pada dasarnya sistem dalam alam semesta
bekerja dan tidak saling mempengaruhi antara satu dengan
yang lainnya, karena sistem dapat dibagi menjadi beberapa
sistem di dalamnya. Paham inilah yang dikenal sebagai paham
Reduksionalisme oleh Mekanika Newton.
Mekanika Newton yang terbagi menjadi dua yaitu
kinematika dan dinamika bergerak dengan pemikiran yang
bersifat reduksionis. Pada dasarnya cara pandang yang dianut
oleh Newton dalam paradigma Mekanika Newton bersumber
dari pemikiran yang bersifat analitik yang dicetuskan oleh
Descartes pada konsep persamaan aljabar dengan geometri.
Descartes menjelaskan bahwa dalam pemikiran analitik dapat
memecah suatu permasalahan menjadi bagian-bagian
permasalahan yang lebih kecil sampai mendapat jawaban logis
terhadap penguraian permasalahan tersebut. Konsep yang
dipakai Descartes dipakai juga oleh paradigma Mekanika
Newton yang dikenal dengan sistem koordinat kartesian.
Pandangan paradigma Mekanika Newton yang bersumber
dari pemikiran reduksionis mulai mendapat titik terang bahwa
pada dasarnya konsep alam semesta merupakan ruang
dimensi tiga dari konsep kartesius yang bersifat absolut.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 99


Pemikiran Newton dalam mekanikanya memandang bahwa
setiap unsur yang bergerak dalam ruang dan waktu yang
absolut disebut partikel materi yang disebabkan oleh gravitasi.
Berdasarkan pemikiran tersebut, Newton menangkap informasi
penting bahwa semua fenomena fisis yang bersifat absolut
dapat direduksi menjadi gerak partikel yang diakibatkan oleh
gaya tarik antar partikel, oleh Newton secara matematis dibuat
suatu persamaan gerak Newton yang dikenal dengan
kinematika dan dinamika gerak. Konsep inilah yang menjadi
dasar terhadap pemikiran mekanika klasik.
Berdasarkan uraian tersebut pada dasarnya pemikiran
Newton terhadap mekanika gerak menghasilkan suatu hukum
yang disebut hukum gerak dalam hal ini lebih dikenal dengan
kinematika dan dinamika gerak (Hukum I, II dan III Newton).
Hal ini merupakan suatu keunggulan yang dimiliki Mekanika
Newton, karena dalam paradigma Mekanika Newton dapat
digunakan dalam setiap pemecahan masalah yang terdapat
dalam sistem Mekanika Klasik, karena pada dasarnya dalam
paradigma Mekanika Newton menekankan adanya interaksi
gaya yang bekerja dalam sistem.

4.5. Aspek Aksiologi Konsep Mekanika Newton


Aspek Akiologi Dogma Mekanika Newton dalam gerak
dibagi dalam dua hal, yaitu kinematika yang mempelajari benda
bergerak dan dinamika benda yang terpengaruh oleh gaya
(Hukum I, II dan III Newton).
1. Jarak dan perpindahan, dalam konsep tersebut
mengandung penjelasan bahwa jarak merupakan besaran
skalar dan perpindahan termasuk besaran vector dengan
satuan yang sama yaitu meter (m). misalnya dijelaskan
bahwa jika seseorang berjalan 3 m ke utara, kemudian
belok 900 ke arah timur sejauh 4 m, maka pada dasarnya

100 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


jarak yang ditempuh adalah 7 m, sedangkan perpindahan
yang ditempuh adalah 5 meter. Berdasarkan penjelasan
tersebut mengandung makna bahwa dalam menjalani
suatu kehidupan diperlukan cara-cara dan metode yang
cerdas, kreatif dan inovatif supaya memperoleh hasil yang
lebih cepat dibandingkan dengan cara-cara yang biasa/
konvensional.
2. Gerak lurus beraturan (GLB) dan Gerak lurus berubah
beraturan (GLBB). Ciri khas GLB adalah memiliki nilai
kecepatan yang konstan dan percepatan nol (0). Makna
dari konsep GLB tersebut bahwa jika kita melakukan
sesuatu tanpa didasari dengan tindakan yang besar maka
hasilnya akan tetap stagnan. Oleh karena itu diperlukan
cara yang strategis supaya tindakan yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang optimal. Pada konsep GLBB
memiliki ciri khas yaitu nilai percepatan bisa positif dan
negative. Dalam hal ini memberikan penjelasan bahwa
dalam menjalani suatu kehidupan jika dilakukan dengan
hal-hal yang positif maka akan menghasilkan kemajuan
yang positif, demikian sebaliknya.
3. Gerak Parabola mempunyai ciri khusus yaitu gerakan
yang membentuk sudut tertentu dan akan kembali ke
tanah dalam selang waktu tertentu. Nilai penting yang kita
petik bahwa dalam menjalani hidup diperlukan
keselarasan antara sesama manusia, lingkungan dan
sang pencipta supaya pada saat kita kembali ke tanah/
jatuh bangkrut itu tidak sakit-sesakit sakitnya karena
masih ada sang pencipta yang mengasihani kita serta
lingkungan dan kebersamaan/ empati dan simpati antar
sesama manusia.
4. Pada Hukum I Newton [ ] yang sering disebut
dengan teori kelembaman, mengandung makna bahwa

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 101


pada dasarnya setiap manusia sudah diberi akal yang
membedakan terhadap makhluk hidup lainnya. Dari akal
tersebut manusia bisa memiliki dorongan untuk bergerak
melakukan sesuatu atau sebaliknya. Usaha melakukan
sesuatu tentunya harus didorong dengan motivasi baik
dari dalam atau dari luar dirinya. Kita dapat
membandingkan sikap antara orang pemalas dan orang
yang rajin. Bagi orang pemalas, kehidupannya akan tetap
stagnant dan tidak berubah kearah yang lebih baik karena
memang dalam dirinya tidak ada dorongan untuk
berubah. Berbeda dengan orang yang rajin, mereka
berusaha keras untuk melakukan sesuatu dengan cara
yang kreatif dan inovatif dalam usaha mendapatkan
sesuatu yang ingin diperolehnya. Berdasarkan
perbandingan tersebut pada dasarnya manusia
senantiasa memerlukan bantuan antara satu dengan yang
lainnya untuk saling memotivasi.
5. Makna yang terkandung dalam Hukum II Newton [
] dalam kehidupan yaitu tindakan seseorang
sebanding dengan keinginan/ cita-cita. Jika seseorang
mempunya cita-cita yang tinggi maka harus didasari
dengan motivasi yang tinggi pula untuk mempercepat
hasil yang diperoleh. Jika dalam usaha mencapai cita-cita
mengalami hambatan, maka seyogyanya harus diimbangi
dengan energi dan tindakan untuk menyeimbangkannya
sehingga secara tidak langsung seseorang dapat
bergerak semakin cepat. Hal utama yang harus dilakukan
supaya cita-cita atau keinginan dapat segera dicapai yaitu
dengan memperhatikan dorongan internal dan eksternal
serta meminimalkan beban hidup yang dengan membuat
skala prioritas sehingga beban hidup akan terasa lebih
ringan.

102 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Makna Hukum III Newton [ ] dalam
kehidupan yaitu ketika seseorang memberikan aksi/ tindakan
maka akan mendapat hasil berupa reaksi, jika aksi yang
diberikan positif maka hasil yang didapat juga positif, begitu
juga sebaliknya. Pepatah mengatakan bahwa setiap yang
kamu tabur akan kamu tuai. Berdasarkan uraian tersebut pada
dasarnya menjelaskan bahwa setiap besarnya tindakan yang
kita lakukan akan memberikan dampak yang besarnya sama
pada kita. Dalam suatu kehidupan, jika kita bersikap baik pada
orang lain maka mereka juga akan bersikap baik pula pada
kita, begitupun sebaliknya, sehingga yang terpenting dalam
kehidupan adalah berpegang pada prinsip setiap ada aksi
maka ada reaksi yang ditimbulkannya.

4.6. Konteks Mekanika Newton dalam Kehidupan


Secara psikologi, setelah mempelajari Dogma Mekanika
Newton maka dapat diambil suatu pelajaran yang sangat
berarti untuk kehidupan, misalnya saja dalam kinematika
diuraikan beberapa hal, yaitu konsep jarak dan perpindahan,
memberikan arti psikologi bahwa dalam mengerjakan sesuatu
diperlukan cara-cara yang kreatif, inovatif, dan solutif supaya
dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut dapat dilakukan
dengan cepat. Kemudian pada konsep GLB dan GLBB
mengandung makna bahwa setiap manusia harus melakukan
tindakan yang positif untuk menghasilkan kemajuan yang baik,
begitupun sebaliknya. Sesuai dengan Hadist Bukhari, bahwa
Rasulullah SAW bersabda barang siapa yang keadaan
amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemaren, maka ia terlaknat.
Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia
termasuk orang yang merugi, dan barang siapa yang hari ini

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 103


lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang
beruntung. Dalam konsep gerak parabola dijelaskan makna
psikologis dari Ibrahim (2014) bahwa kehidupan dimulai dari nol
(0) kemudian naik dan membentuk sudut tertentu dan jika
membentuk sudut 450 maka akan terjadi keseimbangan antara
manusia dan sang pencipta yang membawa ke titik pencapaian
maksimum.
Pada dinamika dijelaskan beberapa konsep, yaitu Hukum I
Newton mengajarkan tentang sikap saling menolong antar
manusia dan sifat menghargai waktu. Seperti dijelaskan dalam
QS. Al‘Ashr, Allah ta‘ala berfirman: (1) Demi masa, (2)
sesungguhnya manusia itu benar-beanr berada dalam
kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh dan saling menasehati supaya
menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi
kesabaran. Pada ayat tersebut mengandung makna bahwa
manusia sangat merugi jika menyiakan waktu karena waktu
tidak bisa diulang, oleh karena itu manusia harus bangkit dan
bekerja secara efektif dan kreatif sehingga tidak menjadi orang
yang rugi dikemudian hari. Selain itu, antara manusia harus
saling memberikan dorongan untuk selalu berbuat baik
sehingga tidak melakukan hal-hal yang negatif.
Kandungan psikologi dalam Hukum II Newton, memberikan
makna dalam kehidupan bahwa dalam mencapai suatu cita-cita
terkadang tidak selancar yang kita bayangkan. Oleh karena itu
diperlukan dorongan yang kuat/ motivasi baik dari dalam dan
luar untuk merangsang tindakan dan strategi supaya cita-cita
yang didambakan dapat tercapai dengan baik. Kita tahu bahwa
unsur motivasi/ cita-cita akan sebanding dengan tindakan yang
kita lakukan. Dalam QS. Ar-Ra‘d: 11, Allah Ta‘ala berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum smapai
mereka merubahnya sendiri. Berdasarkan penjelasan tersebut

104 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


mengandung arti psikologi bahwa Allah bisa saja merubah
nasib seserong secara langsung, akan tetapi sebagai manusia
secara realsitis juga harus berusaha untuk mewujudkan cita-
citanya. Dalam suatu kehidupan, semakin besar effort yang kita
berikan maka dapat merangsang pergerakan hidup yang maju
dengan lebih cepat. Dijelaskan dalam QS. Al-Jatsiyah: 22, Allah
ta‘ala berfirma: Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan
tujuan yang benar, dan agar setiap jiwa diberikan sesuai apa
yang dikerjakannya dan mereka tidak akan dirugikan.
Kandungan psikologi dalam Hukum III Newton, yaitu
memberikan makna bahwa pada dasarnya segala tindakan
yang kita lakukan akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Seperti yang terkandung dalam QS. Al Zalzalah: 7, Allah ta‘ala
berfirman bahwa setiap kebaikan yang dilakukan walau hanya
sebesar dzarrah (kecil) akan dibalas, begitu pula yang beramal
kejelekan walau kecil akan dibalas. Selain itu dijelaskan dalam
Q.S Al-Baqarah: 286, Allah ta‘ala berfirman: Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kemampuannya.
Berdasarkan uraian tersebut, pada dasarnya manusia
harus menjalani hidup dengan dinamis, tidak boleh berhenti
dalam berusaha, karena pada dasarnya hidup mengajarkan
bagaimana seharusnya menjalani dengan tekad yang kuat
sehingga menghasilkan sesuatu yang relatif baik. Tantangan
yang mudah jangan diremehkan, begitupula tantangan yang
berat jangan pula putus asa, karena pada dasarnya semua
masalah yang diberikan pada kita sesuai dengan batas
kemampuan yang kita miliki. Sang pencipta tidak mungkin
memberikan masalah diluar batas kemampuan kita, jadi dalam
menghadapi suatu kehidupan diharapkan dapat dijalani dengan
penuh motivasi dan percaya diri.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 105


4.7. Tokoh Saintis Perkembangan Paradigma
Mekanika Newton Menuju Mekanika
Lagrangian
Paradigma Mekanika Newton khususnya dalam
pembahasan paradigma ini pada dasarnya tidak salah, karena
dalam Mekanika Newton tersebut khususnya dalam materi
kinematika dan dinamika gerak masih dipakai dalam bidang
ilmu pengetahuan fisika, terutama pada bab tentang mekanika
gerak suatu benda, akan tetapi Paradigma Mekanika Newton
ini mendapat pelengkap paradigma dari Mekanika Lagrange
dengan beberapa alasan, yaitu:
1. Kelemahan paradigma Mekanika Newton utamanya
tentang dinamika gerak mulai mendapat perdebatan.
Awalnya sistem yang dianut oleh pemikiran Mekanika
Newton adalah pemikiran yang reduksionalisme, yang
berpandangan bahwa dalam sistem dapat dibagi-bagi
menjadi sistem yang lebih kecil untuk mendapatkan solusi
permasalahan khususnya tentang gerak dengan fokus
penyelesaian gerak dengan metode kartesian, tetapi
pendapat tersebut dikritik bahwa pada dasarnya sistem
yang ada di alam semesta saling terkait antara satu sama
lain, ibarat sebagai suatu sistem tubuh jika ada yang luka
maka yang lainnya akan berimbas juga. Pemikiran tersebut
merupakan paham holistic yang membuat paradigma
Mekanika Newton menjadi suatu pelengkap paradigma
dalam mekanika khususnya dinamika.
2. Dalam perkembangannya, sistem Mekanika Newton yang
dikenal dengan cara pikir reduksionis terhadap sistem fisis
dikembangkan oleh Bernoulli dengan konsep usaha maya
dan d‘Alembert. Konsep yang dilakukan oleh Bernoulli
menjadi konsep pelengkap dalam menjelaskan
permasalahan kaitannya dengan Mekanika Newton.

106 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Bernoulli menegaskan bahwa pada dasarnya sistem fisis
yang dipandang oleh Mekanika Newton sebagai materi,
diubah konsepnya menjadi sistem mekanik, artinya sistem
yang menunjukkan sifat pemikiran holistik yang
mengandung arti bahwa dalam sistem tersebut setiap
bagiannya saling mengisi, dan terkait satu sama lain. Inilah
konsep yang mendasari dari Mekanika Lagrange.
3. Prinsip Hamiltonian menjelaskan bahwa lintasan suatu
sistem dinamis yang berpindah dari satu titik ke titik lain
dalam interval waktu bersifat konstrain, artinya dalma
lintasan tersebut meminimumkan integral waktu antara
energi kinetic dan energi potensial. Jika ditinjau dari gerak
partikel dalam suatu bidang, maka diperlukan adanya gaya
konstrain yang berperan mempertahankan kontak antara
partikel dengan bidang. Dalam pendekatan Mekanika
Newton, gaya kosntrain tersebut tak selamanya dapat
diketahui. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan
baru yang disebut Prinsip Hamiltonian yang meninjau
kuantitas fisis lain yang merupakan karakteristik partikel.
4. Konsep Mekanika Lagrangian dalam proses penyelesaian
sistem mekanika gerak tidak menguraikan gaya-gaya yang
bekerja dalam sistem mekanik, melainkan Mekanika
Lagrangian berfokus pada konsep besaran scalar yaitu
energi kinetic dan potensial, karena pada dasarnya sistem
mekanik adalah suatu kesatuan sehingga tidak perlu
dilakukan pemecahan gaya dalam rangka menyelesaikan
persamaan mekanika gerak.
5. Dalam proses penyelesaian mekanika gerak, utamanya
dengan tinjauan energi yang bersifat invariant, konsep
Mekanika Newtonian sulit menguraikan gaya-gaya yang
beraksi terhadap partikel dan bahkan tidak bisa mendapat
solusi umum dengan menerapkan persamaan Mekanika

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 107


Newton. Oleh karena itu solusi yang ditawarkan adalah
menggunakan konsep energi.

Prinsip mekanika Lagrangian adalah posisi partikel dalam


ruang melalui tiga koordinat yaitu kartesian, bola atau silinder,
yang membedakannya adalah jika benda bergerak dalam
bidang kartesian maka derajat kebebasannya ada 2, dan jika
benda bergerak dalam ruang 3 dimensi (bola/ silinder) maka
derajat kebebasannya ada 3. Persamaan umum jika N partikel,
maka dibutuhkan sistem 3N koordinat untuk menentukan posisi
dari seluruh partikel tersebut. Solusi umum untuk memperoleh
persamaan diferensial tentang gerak, maka dalam persamaan
Lagrange dimulai dengan menurunkan persamaan Hukum II
Newton [ ] Selanjutnya digunakan konsep energi
kinetik yang dimiliki oleh sejumlah N partikel sehingga
memperoleh persamaan ∑ . Jika kedua persamaan
tersebut disubtitusi maka akan mendapatkan persamaa
Lagrange seperti ditunjukkan dalam rumus berikut: ( )

( ) ( ). Prosedur yang didapatkan mekanika Lagrange


pada dasarnya diberikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memilih koordinat yang sesuai untuk menggambarkan
fungsi koordinat dari suatu sistem.
2. Menentukan T sebagai fungsi turunan waktu.
3. Jika sistemnya bersifat konservatif, maka menggunakan V
sebagai fungsi koordinat, dan jika nonkonservatif maka
mencari gaya umumnya (qk) (Supardi, Mekanika
Newtonian, staffnew.uny.ac.id.pdf).

Persamaan mekanika Lagrange seperti yang ditunjukkan


dalam bahasan di atas yang menggunakan hukum kedua
Newton sebagai asumsi alam menurunkan persamaan

108 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Lagrange, maka pada bagian ini ditunjukkan metode lain
menurunkan persamaan mekanika Lagrange dengan metode
baru yang disebut Prinsip Variasi Hamilton. Konsep penurunan
persamaan Lagrange tersebut tentunya diprakarsai oleh Sir
William R. Hamilton yang menyatakan bahwa integral
∫ , dengan hasil akhir penurunan rumus dari
persamaan Lagrange maka didapatkan persamaan gerak
Kanonik Hamilton yaitu ( ) ( ) Purba, dkk
(2017) menegaskan bahwa konsep mekanika Lagrangian
memberikan dampak yang signifikan dalam perkembangan
IPTEK utamanya terkait pembentukan instrument Lagrangian
untuk pengumpulan data arus laut dan observasi di perairan
Indonesia dengan data yang bersifat real time.
Berdasarkan uraian di atas, pada dasarnya konsep
paradigma mempunyai 3 sifat, yaitu sebagai konsep paradigma
subtitusi (pengetahuan lama menjadi baru), akumulatif
(pengumpulan dari semua cabang ilmu) dan komplementer
(pelengkap). Berdasarkan uraian diatas, pada dasarnya fungsi
paradigma dalam pembahasan buku ini adalah paradigma
sebagai pelengkap (komplementer). Artinya, paradigma
Mekanika Newton yang fokus pembahasan pada kinematika
dan dinamika masih digunakan di abad ini khususnya untuk
mencari solusi dari permasalahan terkait dinamika partikel
secara sederhana, tetapi akan sulit untuk menjelaskan kasus
yang kompleks jika dihadapkan pada kasus gaya konstrain,
sehingga diperlukan solusi pelengkap dari persamaan
Mekanika Newton utamanya hukum ke dua Newton yang
hanya memfokuskan pada gaya konservatif, maka dilengkapi
dengan solusi persamaan Mekanika Lagrangian dengan
berprinsip penguraian energi mekanik dan potensial.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 109


BAB 5

PERGESARAN PARADIGMA FISIKA KLASIK


MENUJU FISIKA MODERN

Maria Agatha Hertiavi


Dosen Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pattimura Ambon
Email: agathahertiavi@gmail.com

5.1. Deskripsi Materi


Pada bab ini dibahas mengenai hakikat dogma fisika
klasik dan letak kesalahan dari pemikiran tersebut, tokoh-tokoh
yang berperan dalam pergeseran paradigma fisika klasik ke
fisika modern, keunggulan eksplanasi fisika klasik bagi saintis.
Setelah mempelajari materi tersebut diharapkan dapat
menambah wawasan sisi axiology pemikiran fisika klasik dan
konteks psikologi evolusif pergesaran paradigma fisika klasik
ke fisika modern dan maknanya.

5.2. Aspek Ontologi Fisika Klasik dan Letak


Kesalahan Pemikiran Fisika Klasik
Kesuksesan fisika klasik dalam menjelaskan mekanika
klasik, electromagnet, dan termodinamika dengan alasan dapat
mengukur besaran apapun dengan ketelitian berapapun
ternyata tidak langgeng dalam waktu yang lama. Beberapa

110 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


eksperimen, seperti: radiasi benda hitam dan efek fotolistrik
ternyata tidak dapat dijelaskan oleh fisika klasik. Alih-alih
menjelaskan eksperimen tersebut, fisika klasik malah
mendapatkan guncangan besar. Teori-teori dasar fisika klasik
mendapat benturan ketika eksperimen-eksperimen tersebut
mulai dijelaskan. Energi gelombang yang tidak berbanding
lurus dengan intensitasnya, energi yang tidak kontinyu, partikel
dan gelombang yang ternyata tidak berkontradiktif, merupakan
temuan-temuan baru yang mengguncang fisika klasik.
Ketidakmampuan fisika klasik banyaknya fenomena-
fenomena mikroskopis dan hukum-hukum baru yang ditemukan
sejak tahun 1890. Fenomena mikroskopis yaitu fenomena-
fenomena yang tidak dapat dilihat secara langsung, seperti
elektron, proton, neutron, atom, dansebagainya. Ahli fisika telah
mencoba memecahkan persoalan tentang struktur atom,
electron radiasi dengan fisika klasik. Namun, tidak berhasil
menerangkan fenomena-fenomena tersebut.Karena itu para
ahli fisika mencari ilmu dan model-model lain yang baru.
Dengan didapatnya teori-teori baru yang daat menerangkan
fenomena-fenomena mikroskopis itu, maka fisika telah
memperluas ilmu ke arah yang lebih jauh lagi. Meskipun
mekanika klasik hampir cocok dengan teori klasik lainnya
seperti elektrodinamika dan termodinamika klasik, ada
beberapa ketidaksamaan ditemukan di akhirabad 19 yang
hanya bisa diselesaikan dengan fisika modern. Khususnya,
elektrodinamika klasik tanpa relativitas memperkirakan bahwa
kecepatan cahaya adalah relatif konstan dengan Luminiferous
aether, perkiraan yang sulit diselesaikan dengan mekanik klasik
dan yang menuju kepada pengembangan relativitas khusus.
Ketika digabungkan dengan termodinamika klasik mekanika
klasik menuju ke paradoks Gibbs yang menjelaskan entropi
bukan kuantitas yang jelasdan ke penghancuran ultraviolet

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 111


yang memperkirakan benda hitam mengeluarkan energi yang
angat besar. Usaha untuk menyelesaikan permasalahan ini
menuju ke pengembangan mekanik kuantum. Kenyataannya
memang demikian, beberapa saintis menolak untuk mengakui
adanya, sebab atom berarti tidak dapat dibagi-bagi lagi dan
tidak mungkin dibentuk atau tersusun daripartikel lain.
Pendirian begini tidak dapat dirubah lagi dan telah cukup
memuaskan pada periodeini. Mekanika, bunyi, panas, dan
mekanika statistika, elektromagnetik, dan optik semuanya telah
mendapat perumusan yang baik dan akibat-akibatnya telah
dikuatkan dengan bermacam-macam cara. Beberapa ahli
memperlihatkan bahwa fisika telah selesai sama sekali, hanya
tinggal cara memberi pengukuran yang lebih teliti dengan
bermacam-macam konstanta fisika. Akan tetapi kepuasan ini
belum waktunya, karena praktis tiap-tiap cabang ilmu fisika
itudiperlihatkan dalam abad ke-20 yang memerlukan
peninjauan fundamental kembali.

5.3. Saintis Yang Berperan Dalam Pergeseran


Paradigma Fisika Klasik Ke Fisika Modern
Pada bagian ini akan dijelaskan pendapat para tokoh yang
memperkuat paradigma fisika modern.
1. Alberth Einstein (1875-1955)
Makalah yang pertama, mengungkapkan sifat cahaya, ia
menyatakan bahwa cahaya mempunyai sifat dualisme, yaitu
partikel dan gelombang. Makalah yang kedua, ialah
mengenai gerak Brownian, gerak zigzag dari sebintik
bahan yang terapung dalam fluida, misalnya serbuk sari
dalam air. Makalah yang ketiga, memperkenalkan teori
relativitas. Walaupun sebagian besar dunia fisika pada
mulanya tidak begitu peduli atau skeptis, tetapi segera
kesimpulan yang ditarik oleh Einstein (bahkan yang

112 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


tidak diharapkanpun) terbukti dan perkembangan yang
sekarang dikenal sebagai fisika modern mulai tumbuh. Teori
Relativitas Umum Einstein yang diterbitkan dalam tahun 1915,
mengaitkan gravitasi dengan struktur ruang dan waktu. Dalam
teori ini, gaya gravitasi dapat dipikirkan sebagai ruang
waktu yang melengkung di sekitar benda sehingga massa
yang berdekatan cenderung untuk bergerak ke arahnya, sama
seperti kelereng yang menggelinding ke alas lubang yang
berbentuk seperti mangkuk.
2. Robert Millikan (1868-1953)
Fisikawan Amerika Robert Millikan tidak dapat begitu saja
menerima teori Einstein. Penafsiran Einstein dipandang
sebagai serangan terhadap teori gelombang elektromagnetik
cahaya. Milikan bekerja selama sepuluh tahun untuk
mengkonfirmasi penafsiran Einstein dalam kasus fenomena
efek fotolistrik melalui berbagai seting eksperimen. Namun ia
gagal menemukan fakta yang mampu menyanggah penafsiran
Einsten. Milikan justru mendapatkan berbagai fakta yang
memperkuat prilaku cahaya sebagai partikel. Secara
eksperimental sahihnya teori kuantum itu dibuktikan oleh
Millikan pada tahun 1914. Millikan menemukan hubungan linear
antara tegangan pemberhenti elektron dan frekuensi cahaya
yang mendesak elektron pada bahan katoda tertentu. Pada
tahun 1921 Albert Einstein memperoleh hadian Nobel atas
keberhasilannya menerangkan gejala efek fotolistrik. Inilah
ikhwal lahirnya fisika modern yang menampik asumsi teori-teori
mapan saat itu, salah satunya adalah teori gelombang
elektromagnetik Maxwell yang telah berhasil memadukan
fenomena kelistrikan dan kemagnetan dalam satu formula.
Dibutuhkan waktu cukup lama untuk meyakinkan komunitas
fisika bahwa cahaya memiliki sifat granular. Nyatanya Millikan
membutuhkan hampir 11 tahun untuk membuktikan kebenaran

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 113


hipotesis Einstein. Tujuh tahun kemudian Arthur Compton
berhasil melakukan eksperimen yang membuktikan sekaligus
mengukuhkan sifat kuantum cahaya.

3. Max Planck (1858-1947)


Planck mendapatkan bahwa kunci pemahaman radiasi
benda hitam ialah anggapan bahwa pemancaran dan
penyerapan radiasiterjadi dalam kuantum energi hv. Gejala
fotolistrik merupakan munculnya arus listrik akibat permukaan
suatu bahan logam disinari. Arus listrik yang muncul
merupakan arus elektron bermuatan negatif. Sinar yang datang
dipermukaan bahan menyebabkan elektron tereksitasi. Gejala
efek fotolistrik telah dikenal sejak lama. Pada tahun 1887
Hallwach mengamati bahwa pelat yang dilapisi seng yang
bermuatan negatif kehilangan muatannya jika disinari ultraviolet
(Gie et al, 1999). Teori fisika klasik berusaha memberikan
penjelasan terkait fakta ini.
Menurut teori gelombang elektromagnetik, intensitas
merupakan kerapatan laju energi cahaya. Jika intensitas
cahaya yang datang pada permukaan bahan makin besar,
maka laju energi (energi per detik yang datang pada
permukaan bahan) juga semakin besar, dengan demikian
jumlah elektron yang dipancarkan seharusnya semakin besar.
Selain itu, elektron akan tereksitasi dari pelat bila intensitas
cahanya cukup, berapapun frekuensi sinar yang digunakan.
Berdasarkan hasil eksperimen juga diketahui bahwa elektron
tidak dapat dipancarkan pada sembarang nilai panjang
gelombang (frekuensi), meskipun intensitasnya dibuat besar
(Krane, 1992). Fenomena yang teramati oleh Lenard sangat
bertentangan dengan teori fisika klasik. Fakta-fakta yang
teramati sama sekali berbeda dengan eksplanasi fisika klasik.
Teori kuantisasi energi yang dikemukakan oleh Planck,

114 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


kemudian diartikan lebih fisis oleh Einstein dan digunakan
untuk menjelaskan hasil eksperimen dari gejala fotolistrik.

4. Arthur Holly Compton (1892-1962)


Ketika ia bekerja di Washington University di St. Louis ia
menemukan bahwa panjang gelombngsinar-x bertambah jika
mengalami hamburan, dan pada tahun 1923 ia dapat
menerangkan hal ituberdasarkan kuantum cahaya. Pekerjaan
ini telah meyakinkan orang akan kebenaran realitasfoton,
sebenarnya Compton sendirilah yang mengajukan kata
―foton‖.sinar kosmik dan menolong menjelaskan bahwa sinar ini
sebenarnya terdiri dari partikelyangbergerak cepat (sekarang
ternyata bahwa partikel itu adalah inti atom, dan sebagian
besar adalah proton) yang berputar dalam ruang dan bukan
sinar gamma. Ia membuktikan hal ini dengan memperlihatkan
bahwa intensitas sinar kosmik berubah terhadap lintang, dan
hal ini hanya dapat diterima jika partikel itu adalah ion yang
lintasannya dipengaruhi oleh medan magnetik bumi.

5. Louis de Broglie (1892-1987)


Benda yang bergerak memiliki sifat gelombang yang
melengkapi sifat partikelnya. Dua tahun kemudian Erwin
Schrodinger menggunakan konsep gelombang de Broglie untuk
mengembangkan teori umumyang dipakai olehnya bersama
dengan saintis lain untuk menjelaskan berbagai gejala
atomik.keberadaan gelombang de Broglie dibuktikan dalam
eksperimen difraksi berkas electron.

6. Erwin Schrödinger (1887-1981)


Erwin Schrodinger menangkapn pendapat Louis Victor de
Broglie yang menyatakan bahwa partikel yangbergerak
memiliki sifat gelombang dan mengembangkan pengertian itu

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 115


menjadi suatu teori yangterperinci dengan baik. Setelah ia
menemukan persamaannya yang terkenal, ia dan saintis
lainnya memecahkan persamaan itu untuk berbagai masalah;
di sini kuantisasi muncul secaraalamiah, misalnya dalam
masalah tali yang bergetar. Setahun sebelumnya Werner Karl
Heisenberg telah mengemukakan formulasi mekanika kuantum,
namun perumusannya agak sulit dipahami saintis masa itu.
Schrödinger memperlihatkan bahwa kedua formulasi itu
setarasecara matematis.

5.4. Keunggulan Eksplanasi Fisika Klasik Bagi


Saintis
Fisika klasik adalah fisika yang didasari prinsip-prinsip
yang dikembangkan sebelum bangkitnya teori kuantum,
biasanya termasuk teori relativitas khusus dan teori relativitas
umum. Cabang-cabang yang termasuk fisika klasik antara lain
adalah, mekanika klasik (hukum gerak Newton, Lagrangian dan
mekanika Hamiltonian), Elektrodinamika klasik (persamaan
Maxwell), termodinamika klasik dan teori Chaos klasik.
Dibandingkan dengan fisika klasik, fisika modern adalah istilah
yang lebih longgar, yang dapat merujuk hanya pada fisika
kuantum atau secara umumpada fisika abad XX dan XXI dan
karenanya selalu mengikutsertakan teori kuantum dan juga
dapat termasuk relativitas.
Mekanika klasik menggambarkan dinamika partikel atau
sistem partikel. Dinamika partikel demikian, ditunjukkan oleh
hukum-hukum Newton tentang gerak, terutama oleh hukum II
Newton. Hukum ini menyatakan, Sebuah benda yang
memperoleh pengaruh gaya atau interaksi akan bergerak
sedemikian rupa sehingga laju perubahan waktu dari
momentum sama dengan gaya tersebut.sebuah benda
bermassa m yang bergerak dengan kecepatan v memiliki

116 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


energi kinetik yang didefinisikan oleh : K= ½ mv 2 . Dan
momentum linear p yang didefinisikan oleh : P = mv. Apabila
sebuah benda bertumbukan dengan benda lain, maka untuk
menganalisis tumbukannya dengan menerapkan kedua hukum
kekekalan berikut: Kekekalan Energi : Energi total sebuah
sistem terpisah (resultan gaya luar yang bekerja padanya nol)
selalu konstan. Ini berarti (dalam kasus ini) bahwa energi total
kedua partikel sebelum tumbukan sama dengan energi total
kedua partikel setelah tumbukan.
Dasar-dasar hukum fisika dasar diletakkan oleh para
saintis terkenal seperti Sir Issac Newton, Galileo, Micheal
Faraday, Lord Kelvin, James Maxwell, dan tentu saja banyak
lainnya juga. Mereka mampu membuktikan dunia, bahwa
semua fenomena alam yang kita lihat sehari-hari dapat
dijelaskan tanpa harus menyerah pada sihir, tetapi dengan
pemikiran rasional. Mereka mampu menghasilkan beberapa
formula utama untuk menjelaskan berbagai macam fenomena.
Misalnya, hukum gravitasi universal, dapat menjelaskan segala
sesuatu mulai dari mengapa benda-benda jatuh di bumi,
mengapa mereka jatuh pada tingkat yang sama, mengapa
planet berputar mengelilingi matahari, mengapa hukum Kepler
benar, dan banyak lagi.

5.5. Aspek Aksiologi Setelah Mempelajari


Pemikiran Fisika Klasik
Ciri utama paradigma Newton adalah keterpisahan,
kuantitasi, dan absolutisme. Ketiga ciri itu merupakan
perwujudan dari tiga paradigma yang merupakan pondasi atau
pilar utama bagi fisika atau mekanika klasik (Tanra, 2014),
yaitu: reduksionisme, determinisme, dan objektivisme. Ketiga
paradigma itu tidak hanya berlaku dalam ranah fisika klasik,
namun juga merambah ke setiap aspek ke- hidupan kita (baik

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 117


yang sifatnya membangun (konstruktif) maupun yang merusak
(destruktif)).
Reduksionisme adalah pandangan yang menganggap
bahwa setiap benda terdiri atas sejumlah bagian yang masing-
masing terisolasi dalam ruang dan waktu yang bersifat absolut.
Sejumlah bagian itu merupakan wakilan (representasi) dari
bendanya, atau, dengan kata lain, keseluruhan (benda) adalah
penjumlahan (interkoneksitas) dari bagian-bagiannya itu.
Kenyataan itulah yang menyebabkan bukan bagian per-bagian
yang menentukan bendanya melainkan koneksitasnya.
Determinisme berkaitan erat dengan hukum sebab-akibat,
yaitu pandangan yang mengajarkan bahwa segala sesuatu
dapat diramalkan karena mengikuti hukum sebab akibat yang
mempercayai adanya kepastian mutlak, segalanya bisa
diramalkan secara pasti (deterministik). Dengan kata lain,
apabila kondisi awal dari suatu peristiwa diketahui atau dapat
ditentukan terlebih dahulu secara benar dan akurat, maka
kondisi berikutnya dapat diketahui atau diprediksi dengan benar
dan akurat juga.
Obyektivisme adalah pandangan yang memisahkan
dengan tegas antara subjek dan objek. Pandangan ini
menganggap bahwa ilmu pengetahuan (sains) adalah objektif,
harus dapat dibuktikan dan hasilnya juga objektif. Hal itu juga
berarti bahwa yang tidak dapat dibuktikan berarti bukan ilmu
pengetahuan. Paradigma objektivisme berimplikasi dua hal,
pertama, keterpisahan antara subjek dan objek. Dengan kata
lain, dapat dikatakan bahwa ―aku adalah subjek dan engkau
adalah objek‖. Filosofi yang demikian akan membuat
seseorang melihat orang lain sebagai pesaing; inilah yang
menjadikan sifat individualistik. Kedua, semua harus dapat
dibuktikan dan hasilnya harus objektif. Syarat ilmu

118 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


pengetahuan adalah objektif, sesuatu yang tidak dapat atau
belum dapat dibuktikan bukanlah ilmu pengetahuan.

5.6. Konteks Psikologi Evolusif Pergesaran


Paradigma Fisika Klasik Ke Fisika Modern dan
Maknanya
Pergeseran paradigma dari fisika klasik menuju fisika
modern mau tidak mau juga mengubah cara berpikir seseorang
tentang pandangan suatu ilmu. Fisika modern menawarkan
paradigma berpikir secara holistik, probabilistic, dan
episomologik.
Paradigma holistik berimplikasi pada kebersamaan, melihat
sesuatu secara menyeluruh, tidak secara parsial. Dengan kata
lain, secara tersirat (implisit) paradigma ini menyatakan bahwa
semua sistem alami (fisika, biologi, kimia, sosial, ekonomi, dan
lain-lain) dengan berbagai sifatnya, harus dilihat secara
keseluruhan dan bukan penjumlahan dari bagian-bagiannya
(unifikasi global).
Dari sudut pandang filosofis pendidikan holistik adalah
merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari
pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat
menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui
hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-
nilai spiritual. Dalam konteks ini, meminjam formulasi Heriyanto
(2003) tentang paradigma ―holistik-dialogis‖nya, bahwa
setidaknya ada dua karateristik pendidikan holistik yang harus
diperhatikan, yaitu: pertama, paradigma pendidikan holistik
berkaitan dengan pandangan antropologisnya bahwa ―subjek‖
merupakan pengertian yang berkorelasi dengan ―subjek-
subjek‖ lain. Makna ―subjek‖ dalam paradigma ini jauh berbeda
dengan paradigma Modern Cartesian Newtonian, yaitu tidak
terisolasi, tidak tertutup, dan tidak terkungkung, melainkan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 119


berinterkoneksi dengan pengada-pengada lain di alam raya.
Kedua, paradigma pendidikan holistik juga berkarakter realis-
pluralis, kritis-konstruktif, dan sintesis-dialogis. Pandangan
holistik tidak mengambil pola pikir dikotomis atau binary logic
yang memaksa harus memilih salah satu dan membuang yang
lainnya, melainkan dapat menerima realitas secara plural
sebagaimana kekayaan realitas itu sendiri.
Dalam konteks pendidikan, menurut Azra (2002) harus
dilaksanakan secara terpadu oleh keluarga, sekolah dan
masyarakat. Dalam pandangan ilmuan, seperti dikemukakan
oleh Philips (2000) keluarga hendaknya kembali menjadi school
of love, sekolah untuk kasih saying. Menurut Lembaga
Pendidikan Katolik pendidikan bertujuan membentuk manusia
secara holistik: intetelektual, religious, emosional, moral, dan
sosial. Dalam perspektif Islam, menurut Quraish Shihab (1996),
situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya,
mempengaruhi sikap dan cara pandangan masyarakat secara
keseluruhan. Dengan demikian, sebagaimana Jeremy Henzell-
Thomas yang telah dikemukakan di atas, bahwa pendidikan
holistik adalah merupakan suatu upaya membangun secara
utuh dan seimbang pada setiap murid dalam seluruh aspek
pembelajaran, yang mencakup spiritual, moral, imajinatif,
intelektual, budaya, estetika, emosi dan fisik yang
mengarahkan seluruh aspek-aspek tersebut ke arah
pencapaian sebuah kesadaran tentang hubungannya dengan
Tuhan yang merupakan tujuan akhir dari semua kehidupan di
dunia.
Paradigma probabilistik, alih-alih deterministik,
mengajarkan pada kita bahwa dalam ranah mahluk prediksi
tentang masa depan tidak dapat dipastikan, yang mungkin
hanyalah probabilitas sesuatu akan mengalami sesuatu hal di
masa depan. Paradigma ini mampu membalikkan pola pikir

120 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


tentang dunia fisik yang dianggap serba jelas dan pasti
(deterministik) menjadi tidak jelas dan tak dapat di- pastikan
(dalam skala mikro). Dengan kata lain, teori fisika modern
melihat dunia sebagai jam mekanis yang setiap gerakannya
merupakan interaksi berbagai unsur pembentuknya yang serba
tidak pasti. Dalam perspektif Agama Kristen paradigma
probalistik ini tersirat dalam Injil Lukas 18:27 yang berbunyi
―Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.‖
Paradigma epistemologik dalam teori kuantum didasarkan
pada anggapan bahwa realitas obyektif yang murni itu tidak ada.
Sebaliknya yang ada adalah realitas menurut persepsi kita.
Dalam perspektif ini, bukan saja saintis mempengaruhi realitas,
akan tetapi dalam tingkat tertentu saintis bahkan
menciptakannya (mengonstruksinya). Kita tidak dapat
mengetahui momentum partikel dan posisinya sekaligus, oleh
karena itulah kita harus memilih satu di antaranya. Dengan kata
lain, kita menciptakan sifat-sifat tertentu, karena kita memilih
untuk mengukur sifat-sifat itu.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 121


BAB 6

RUNTUHNYA PARADIGMA DOGMA


DARWINISME

Mutiara Nurul Lita Azizah


Guru IPA SMP PGRI 1 Ajibarang
Email mutiaranurulla2410@gmail.com

6.1. Deskripsi Materi


Pada bab ini dibahas mengenai hakikat biografi Darwin
dan temuanya, tokoh saintis yang meruntuhkan paradigma
dogma darwinisme, eksplanasi penyebab runtuhnya dogma
darwinisme. Setelah mempelajari materi tersebut diharapkan
dapat menambah wawasan sisi axiology dari runtuhnya dogma
darwinisme dan konteks psikologi dari dogma darwinisme dan
maknanya. Teori evolusi yang digaungkan oleh Charles Darwin
masih dipelajari di tingkat sekolah menengah, terutama konten
mengenai variasi individu dalam satu keturunan, bertambah
banyaknya populasi, kompetensi individu untuk bertahan hidup
dan peristiwa seleksi alam yang diturunkan.

6.2. Biografi Darwin dan Temuannya


Charles Darwin merupakan seorang saintis yang berlayar
mengelilingi dunia selama lima tahun menggunakan kapal
H.M.S Beagle. Sebelum mempelajari lebih dalam mengenai

122 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


evolusi, pemikiran Darwin dipengaruhi oleh 3 hal yaitu; teori
evolusi (Lamarck), perubahan geologi (Lyell), dan bumi berusia
tua (Buffon). Evolusi merupakan perubahan dalam kumpulan
gen suatu populasi dari generasi ke generasi melalui proses
seperti mutasi, seleksi alam, dan pergeseran genetik. Berikut
perkembangan teori evolusi sebelum Darwin hingga
memunculkan buku Origin of theory, seperi pada gambar 6.2.

Gambar 6.1 Darwin

Gambar 6.2 Perjalanan munculnya teori evolusi Darwin


(prezi.com)

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 123


Gambar 6.2 merupakan peta perjalanan munculnya teori
evolusi Darwin yang bermula dari dua pemikaran tokoh, seperti
penjelasan dibawah.
1. Lamarck
Lamarck merupakan seorang naturalis Perancis (sebelum
Darwin) yang mengenalkan bahwa organisme berubah dari
waktu ke waktu dan bahwa organisme entah bagaimana
beradaptasi dengan lingkungannya.
Pewarisan karakteristik yang didapat:
organisme memperoleh atau
kehilangan sifat selama hidup
mereka. Kasus pada kepiting yang
memiliki sifat-sifat yang diturunkan ke
keturunannya. Sifat-sifat yang didapat
(misalnya, bisep yang lebih besar)
tidak mengubah gen yang
ditransmisikan oleh gamet ke
keturunannya dapat dilihat pada
Gambar 6.3 Lamarck
gambar 6.4.

Gambar 6.4 Seleksi pada kepiting

124 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


2. Lyell
Lyell mengemukakan bahwa pembentukan kerak bumi
terjadi melalui perubahan kecil yang tak terhitung jumlahnya
yang terjadi selama periode waktu yang sangat lama,
semuanya sesuai dengan hukum alam yang diketahui.
Usulannya adalah bahwa kekuatan yang membentuk planet
saat ini telah berlangsung terus menerus sepanjang
sejarahnya. Dia juga salah berasumsi bahwa penyebab ini
terjadi karena intensitas yang sama seperti yang diamati
sekarang, yang mengesampingkan dampak asteroid dan
sejenisnya.
Darwin membaca teks Lyell saat
berada di Beagle, dan sangat terinspirasi
olehnya. Pengalamannya sendiri selama
perjalanan mendukung teori ahli geologi
tentang bagaimana kerak bumi yang
bergeser adalah salah satu dari
kekuatan pembentukan planet yang
bekerja lama dan bertahap ini. Selain
pemikiran tokoh yang mempengaruhi
Darwin untuk berlayar, Darwin juga
berhasil mengumpulkan bukti-bukti
diantaranya.
Gambar 6.5 Lyell

1. Fosil
Beberapa fosil mirip dengan bentuk sekarang yang lain
berbeda, hal ini yang menimbulkan tanya bagi Darwin, seperti:
- mengapa beberapa spesies menghilang?
- bagaimana mereka dihubungkan dengan spesies yang masih
hidup?

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 125


Fosil biasanya terbuat dari bagian keras suatu organisme
(misal: tulang). Bukti-bukti fosil meliputi tulang Dinosaurus, fosil
mammoth, kayu membatu, gips dan jamur. Beberapa contoh
fosil dapat dilihat pada gambar 6.6.

Gambar 6.6 Bukti-bukti Fosil

Selain itu distribusi geografis juga menjadi penghalang


reproduksi spesies seperti gempa bumi dan gunung meletus.
Sehingga menyebabkan terjadinya spesiasi (evolusi spesies
baru). Bagaimana spesies berevolusi? Salah satunya isolasi
reproduksi. a) ketika organisme yang sebelumnya kawin tidak
dapat lagi kawin dan menghasilkan keturunan yang subur, b)
waktu, c) kebiasaan, d) habitat, e) penghalang fisik. Contoh
kura-kura Memiliki perbedaan tempurung yang diakibatkan dari
sumber makanan yang dapat dilihat pada gambar 6.7.

126 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Gambar 6.7 Bentuk tempurung yang berbeda
Spesiasi memiliki tempo yang terdiri dari dua macam a)
gradualisme (tingkat adaptasi yang lambat dan stabil), b)
ekuilibrium bersela (adaptasi yang cepat lalu terjadi perubahan
kecil dalam waktu yang lama yang disebabkan oleh lingkungan,
suhu, cuaca).

2. Adaptasi
1. Habitat yang berbeda menyebabkan organisme yang
berbeda.
2. Habitat yang mirip memiliki organisme yang mirip.
3. Semua organisme yang dapat beradaptasi dengan baik
dapat hidup dilingkungan yang baik

Salah satu contoh adaptasi yaitu burung Finch, spesies


yang sama dari pulau yang berbeda tapi memiliki paruh yang
berbeda karena bergantung pada jenis makanan, hal tersebut
dapat dilihat pada gambar 6.8.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 127


Gambar 6.8 Bentuk paruh burung finch yang berbeda

Individu dengan sifat yang disukai akan bertahan dan


berkembang biak dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Organisme terkuat adalah yang paling baik beradaptasi dengan
lingkungannya. Adaptasi merupakan karakteristik yang
diwariskan yang memungkinkan individu menjadi lebih cocok
dengan lingkungan mereka dan meningkatkan peluang mereka
untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Adaptasi struktural:
jenis sayap, paruh, kaki, bulu, duri pada landak. Adaptasi
perilaku: migrasi, hibernasi, sekolah ikan, kawanan burung.
Darwin melakukan percobaan penangkaran merpati.
Darwin menentukan mekanisme apa yang menentukan
organisme mana yang bertahan hidup di alam. Menyadari
bahwa ciri-ciri individu berbeda-beda dalam populasi dengan
membiakkan merpati dengan variasi yang diinginkan, ia
menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat yang diinginkan ini.

128 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Pembiakan oraganisme dengan ciri tertentu untuk
menghasilkan keturunan dengan ciri identik disebut seleksi
buatan. Darwin berhipotesis bahwa ada kekuatan di alam yang
bekerja seperti seleksi buatan. Darwin menciptakan istilah
seleksi buatan - proses modifikasi suatu spesies melalui
tindakan manusia yang mendorong perkembangbiakan sifat-
sifat tertentu di atas yang lain. Gambar dapat dilihat pada
gambar 6.9.

Gambar 6.9 Percobaan penangkaran merpati


Setelah Darwin menyelesaikan perjalanannya untuk
mempelajari sampelnya dan memikirkan tentang penemuannya
ide-idenya terlalu revolusioner, dia takut untuk
mempublikasikannya, Inggris-Victoria terlalu konvensional
kemudian Darwin menerima sepucuk surat dari Alfred Wallace,
seorang naturalis yang bekerja di Malaysia. Wallace memiliki
ide yang sama dan mengusulkan agar Darwin harus cepat-
cepat dalam menerbitkan idenya dalam sebuah buku berjudul
the “Origin of Species‖. Pada saat itu Darwin berusia 50 tahun.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 129


Seleksi alam salah satu tema yang dibahas pada buku
“Origin of Species‖. Hidup adalah perjuangan untuk eksistensi,
anggota spesies bersaing untuk mendapatkan sumber daya,
itulah survival of the fittest. Yang menang? lebih baik
disamarkan, lebih cepat, lebih terlindungi, lebih siap, lebih
beradaptasi dengan lingkungan.

6.3. Hakikat Runtuhnya Dogma Darwinisme


Menurut Darwin, pada spesies tertentu, terdapat
keragaman alamiah dan terjadi karena kebetulan. Proses
seleksi alam menyebabkan peningkatan gen-gen yang
menguntungkan suatu populasi, sehingga sifat-sifat populasi
menyesuaikan lingkungan. Waktu merupakan bagian terpenting
karena menyebabkan perubahan yang berarti sehingga muncul
spesies baru. Namun seiring berjalannya waktu munculah
masalah-masalah yang bertentangan dengan adanya teori
Darwin, salah satunya dibantah melalui RNA. Sehingga
menjawab pertanyaan mengenai munculnya spesies baru
secara kebetulan akibat adanya penyesuaian diri dengan
lingkungan, sedangkan RNA sendiri yang ada di setiap
makhluk hidup sebagai pembawa informasi DNA untuk
diterjemahkan pada sintesis protein tidak mungkin berubah
hanya karena kondisi lingkungan namun berasal dari sifat-sifat
yang diturunkan dari induk.
RNA tidak muncul secara kebetulan karena komponen
RNA sangat sulit untuk di sintesis. Dengan kondisi lingkungan
sebaik apapun. RNA hanya mengandung informasi mengenai
struktur protein, sedangkan asam amino hanya bahan mentah.
Bagaimanapun, tidak ada mekanisme untuk memproduksi
protein dari RNA secara kebetulan, selain itu dijelaskan teori-
teori yang meruntuhkan paradigma darwinisme seperti; (a)
Informasi mengenai kemiripan gen manusia dengan simpanze

130 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


tidaklah sama; (b) DNA memiliki struktur yang sangat
kompleks, (c) Ditemukanya fosil archaeopteryx bukan sebagai
bukti peralihan dari dinosaurus menuju burung; (d) Fosil
Trilobitas makhluk arthropoda dengan umur fosil berjuta-juta
tahun lamanya diciptakan sudah memiliki struktur anatomi yang
kompleks terutama pada bagian mata; (e) Proses metamorfosis
terjadi melalui keseimbangan dan pewaktuan hormon yang
sangat teliti, yang dipengaruhi oleh beragam gen.

6.5 Tokoh Saintis yang Meruntuhkan Paradigma


Dogma Darwinisme

6.5.1 Leslie Orgel (1927–2007)


Leslie Orgel adalah kimiawan brilian yang unggul dalam
dua bidang ilmiah yang sangat berbeda yaitu teori medan
ligand dan diagram orgel (Joyce, 2007).
Lahir di London, Orgel memulai karirnya
sebagai ahli kimia di Universitas Oxford.
Tapi itu tidak lama sebelum cinta
keduanya pada biologi menjadi jelas.
Orgel adalah salah satu saintis yang
hadir saat lahirnya biologi molekuler.
Antara 1954 dan 1955 dia bekerja di
Institut Teknologi California dengan Linus
Gambar 6.10 Orgel Pauling, konon terlibat dalam kimia teori.
Tetapi Orgel menghabiskan sebagian
besar waktunya dengan para pendiri biologi molekuler seperti
Alex Rich dan James Watson dan belajar dari orang-orang
seperti George Beadle dan Max Delbrück, yang kemudian
memenangkan hadiah Nobel pada bidang genetika.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 131


Orgel membahas banyak aspek asal usul kehidupan di
Bumi, termasuk sintesis prebiotik dari bahan penyusun asam
nukleat, penggabungan nukleotida untuk membentuk
polinukleotida, dan penyalinan RNA non-enzimatik. Dia adalah
orang pertama yang menunjukkan bahwa informasi dapat
ditransfer dari cetakan RNA yang telah dibentuk sebelumnya ke
molekul RNA yang baru disintesis dalam sistem kimia murni.
Konsep transfer informasi sangat penting bagi Orgel karena
tujuan utamanya adalah mendemonstrasikan sistem kimia yang
mampu menjalani evolusi Darwin. "Setelah itu," katanya,
"sisanya hanyalah sejarah." Asal usul kehidupan, dalam
pandangannya, diartikan sebagai asal mula sejarah evolusi.
Pada akhir 1960-an, Orgel - bersama dengan Crick dan
ahli mikrobiologi Carl Woese - mengusulkan bahwa kehidupan
awal di Bumi didasarkan pada gen RNA dan enzim RNA, bukan
gen DNA dan enzim protein seperti sekarang ini. Lima belas
tahun kemudian, setelah penemuan pemenang Nobel oleh
Thomas Cech dan Sidney Altman tentang enzim RNA dalam
biologi kontemporer, proposal Orgel kemudian dikenal sebagai
hipotesis 'dunia RNA'.
Meskipun Orgel adalah seorang ahli teori, dia selalu
menuntut agar teori itu tunduk pada validasi eksperimental
yang ketat. Dia merasa, Hal ini terutama berlaku di bidang asal
usul kehidupan, di mana "teori adalah selusin sepeser pun dan
fakta terbatas". Dia sangat senang dengan hasil yang positif,
sampai-sampai mendukung pena pada penggambar grafik
selama percobaan kromatografi. Tetapi dia juga senang
dengan hasil negatif, karena mereka mendorongnya untuk
membuat hipotesis baru. Ini, tentu saja, adalah cara para
saintis seharusnya berperilaku, tetapi Orgel adalah salah satu
dari sedikit yang benar-benar melakukannya.

132 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Menyusul penemuan RNA katalitik, Orgel terus mengejar
hipotesis dunia RNA sebagai pendukung kuat dan kritikus
tangguh. Dia menunjukkan bahwa gagasan tentang dunia RNA
hampir tidak memecahkan masalah asal usul kehidupan, dan
menyatakan bahwa RNA didahului oleh beberapa materi
genetik lain, seperti DNA dan protein yang didahului oleh RNA.
Banyak dari terbitannya yang kemudian berkaitan dengan studi
eksperimental tentang kemungkinan molekul dunia pra-RNA.
Teorinya membawanya ke dalam konflik dengan kreasionis,
yang kadang-kadang mengutip Orgel di luar konteks, menunjuk
pada ketidakpastian yang diakui tentang asal-usul kehidupan
seolah-olah ini adalah kegagalan pendekatan ilmiah. Itu, tentu
saja, tipikal Orgel dan praktik sains terbaik. Dia tidak punya
waktu untuk pendukung 'desain cerdas', dan menghindari
mereka yang rentan terhadap pemikiran magis.

6.5.2 Francis Collins (1950- sekarang)


Francis Sellers Collins (lahir di Virginia, Amerika
Serikat, 14 April 1950), ahli genetika asal Amerika Serikat. Ia
terkenal berkat penemuan-
penemuannya mengenai gen-gen
penyakit dan kepemimpinannya
pada Human Genome Project. Ia
menjabat sebagai direktur National
Institutes of Health (NIH) di Bethesda,
Maryland, Amerika Serikat.
Sebelum diangkat menjadi
Gambar 6.11 Collins direktur NIH, Collins memimpin Human
FrancCollins Genome Project dan berbagai inisiatif
penelitian genomika lain sebagai
direktur National Human Genome Research Institute (NHGRI),
salah satu dari 27 institut dan center pada NIH. Sebelum

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 133


bergabung dengan NHGRI, ia memperoleh reputasi sebagai
seorang "gene hunter" ("pemburu gen") pada Universitas
Michigan. Ia telah dipilih masuk ke dalam Institute of
Medicine dan National Academy of Sciences, serta
menerima Presidential Medal of Freedom dan National Medal
of Science.
Collins juga menulis sejumlah buku dalam bidang sains,
kedokteran, dan agama, termasuk buku terlaris menurut New
York Times, The Language of God: A Scientist Presents
Evidence for Belief. Setelah meninggalkan kepemimpinan
NHGRI dan sebelum menjadi direktur NIH, ia mendirikan dan
sekaligus menjadi presiden The BioLogos Foundation, yang
mempromosikan discourse mengenai hubungan antara sains
dan agama serta mengadvokasi perspektif bahwa
kepercayaan Kristen dapat diselaraskan dengan penerimaan
evolusi dan sains, terutama melalui pengembangan kreasi
evolusioner (Francis, Sherman, & Weissman, 1984). Pada
tahun 2009 Paus Benediktus XVI mengangkat Collins ke
dalam Pontifical Academy of Sciences.
Dari tahun 1978 sampai 1981, Collins bekerja dalam
program residensi dan chief residency pada bagian internal
medicine pada North Carolina Memorial Hospital di Chapel Hill.
Kemudian ia kembali ke Yale, di mana ia menjadi Fellow pada
bagian Human Genetics di sekolah kedokteran dari tahun 1981
sampai 1984. Di Yale, Collins bekerja di bawah
direksi Sherman Weissman, dan pada tahun 1984 kedua
sarjana tersebut menerbitkan sebuah makalah, "Directional
Cloning of DNA Fragments at a Large distance From an Initial
Probe: a Circularization Method" (Leon, 2006). Metode yang
dijabarkan dinamai chromosome jumping ("melompatkan
kromosom"), untuk menekankan perbedaan dengan metode
lama yang memakan lebih banyak waktu untuk menyalin

134 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


fragmen DNA yang dinamai chromosome
walking ("menjalankan kromosom") (Positional cloning of
human disease genes).
Collins bergabung menjadi pengajar pada Universitas
Michigan pada tahun 1984, naik kedudukannya menjadi
profesor dalam bidang kedokteran penyakit dalam dan genetika
manusia. Pendekatan perburuan gen yang
dinamainya "positional cloning" ("kloning positinal"). (Collins,
1992; Nelson, 1995) berkembang menjadi suatu komponen
yang sangat berguna bagi genetika molekuler modern.
(dnaftb.org).
Pada tahun 1993 National Institutes of Health
Director Bernadine Healy mengangkat Collins untuk
menggantikan James D. Watson sebagai direktur National
Center for Human Genome Research, yang kemudian
menjadi National Human Genome Research Institute (NHGRI)
pada tahun 1997. Sebagai direktur, ia membawahi International
Human Genome Sequencing Consortium, yaitu grup yang
berhasil melaksanakan Human Genome Project. Pada bulan
Juni 2000 Collins bersama-sama Presiden Bill Clinton dan
biologis Craig Venter membuat pengumuman suatu draft kerja
dari genome manusia.

6.5.3 Roy John Britten (1919-2012)


Roy Britten lahir di Washington D.C. Britten mengenal
sains sejak dini. Britten dan saudara laki-lakinya berbagi
laboratorium kimia di ruang bawah tanah. Dia juga sering
mengunjungi pameran publik di rotunda salah satu gedung
Akademi Nasional, di mana dia bisa melihat cara kerja
pendulum Foucault dan belajar tentang bintik matahari
(dnaftb.org).

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 135


Pada tahun 1940, dia pergi ke Universitas Virginia untuk
belajar fisika. Tidak lama kemudian, dia direkrut untuk
mengerjakan Proyek Manhattan. Dia tidak kembali ke sekolah
sampai 1946. Dia pergi ke Princeton untuk belajar di
pascasarjana fisika nuklir. Pada saat dia menyelesaikan gelar
Ph.D. pada tahun 1951, Britten memutuskan bahwa dunia fisika
nuklir telah berubah. Dia membuat
rencana untuk melakukan pekerjaan
pasca doktoral di bidang biofisika di
Departemen Magnetisme Terestrial
di Lembaga Carnegie di Washington.
Dia mengambil kursus fag di Cold
Spring Harbor Laboratory untuk
mendalami biologinya, dan mulai
mengerjakan kinetika hibridisasi DNA
Gambar 6.12 Britten dengan kelompok di Carnegie.
Melalui penelitian ini, Britten
menunjukkan bahwa genom eukariotik memiliki banyak
sekuens DNA non-coding yang berulang.
Setelah karyanya tentang DNA berulang, Britten tertarik
pada biologi evolusi, khususnya sifat DNA berulang dan asal-
usulnya serta sejarah evolusi. Dia mengerjakan elemen DNA
repetitif manusia seperti Alu, dan elemen DNA repetitif pada
bulu babi - kandidat organisme untuk proyek sekuensing. Dia
juga melihat elemen berulang lainnya dalam genom manusia
dari data yang dihasilkan oleh Proyek Urutan Genom Manusia.
Britten pindah ke California Institute of Technology pada
tahun 1970 dan tetap di sana selama sisa karirnya. Dia adalah
bagian dari kelompok penelitian regulasi gen dan Associate
Peneliti Senior Distinguished Carnegie, Emeritus. Dia juga
seorang profesor tambahan di University of California, Irvine.
Dia melanjutkan karyanya pada struktur urutan DNA, dengan

136 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


fokus pada hubungan evolusi antara Manusia dan Kera Besar,
termasuk pentingnya unsur transposabel. Britten memiliki
sejumlah hobi dan minat di luar sains. Dia adalah pelaut dan
musisi lama, memainkan seruling. Britten melukis "minyak,
karena cat air terlalu sulit," dan mengikuti perkembangan
zaman, ia menghasilkan seni komputer. Dia juga menulis fiksi
ilmiah.
RNA tidak muncul secara kebetulan karena bahwa
komponen RNA sangat sulit untuk di sintesis. Dengan kondisi
lingkungan sebaik apapun. RNA hanya mengandung informasi
mengenai struktur protein, sedangkan asam amino hanya
bahan mentah. Bagaimanapun, tidak ada mekanisme untuk
memproduksi protein dari RNA secara kebetulan; Informasi
mengenai kemiripan gen manusia dengan simpanze tidaklah
sama; DNA memiliki struktur yang sangat kompleks,
Ditemukanya fosil archaeopteryx bukan sebagai bukti peralihan
dari dinosaurus menuju burung; Fosil Trilobitas makhluk
arthropoda dengan umur fosil berjuta-juta tahun lamanya
diciptakan sudah memiliki struktur anatomi yang kompleks
terutama pada bagian mata; Serta pembahasan mengenai
proses metamorfosis terjadi melalui keseimbangan dan
pewaktuan hormon yang sangat teliti, yang dipengaruhi oleh
beragam gen.

6.6 Eksplanasi Penyebab Runtuhnya Dogma


Darwinisme
Penemuan pada tahun 1970-an bahwa gas-gas di dalam
atmosfer primitif tidak memungkinkan sintesis asam amino,
adalah pukulan berat bagi teori evolusi terutama bidang
molekuler. Kemudian diakui bahwa ―eksperimen atmosfer
primitif‖ oleh evolusionis seperti Miller, Fox dan
Ponnamperuma, tidak absah. Untuk itu, pada tahun 1980-an

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 137


berbagai upaya baru evolusionis diajukan. Hasilnya adalah
sebuah skenario yang dinamai ―Dunia RNA‖ yang menyatakan
bahwa bukanlah protein yang pertama terbentuk, melainkan
molekul RNA yang mengandung informasi tentang protein.
Skenario ini diusulkan tahun 1986 oleh Walter Gilbert,
seorang ahli kimia dari Harvard. Menurutnya, miliaran tahun
lalu sebuah molekul RNA, yang entah bagaimana dapat
melakukan replikasi, terbentuk secara kebetulan. Kemudian,
dengan diaktifkan oleh pengaruh lingkungan, RNA ini mulai
memproduksi protein. Selanjutnya, informasi tersebut perlu
disimpan pada molekul kedua, maka dengan suatu cara
terbentuklah molekul DNA (Gilbert, 1986). Karena tersusun dari
rangkaian kemustahilan pada setiap tahapnya, skenario yang
sukar dibayangkan ini bukannya memberikan penjelasan
tentang asal usul kehidupan, malah memperbesar masalah dan
menimbulkan banyak pertanyaan tak terselesaikan.
Jika mustahil untuk menerangkan pembentukan secara
kebetulan satu saja dari banyak nukleotida yang membangun
RNA, bagaimana mungkin nukleotida rekaan ini membentuk
RNA dengan saling bergabung dalam urutan yang tepat? John
Horgan, ahli biologi evolusionis, mengakui kemustahilan ini
pembentukan RNA secara kebetulan ini sebagai berikut :
Semakin dekat para peneliti mengkaji konsep dunia RNA,
semakin banyak masalah muncul. Bagaimana RNA muncul
pertama kali? Di laboratorium, dalam kondisi terbaik sekalipun,
RNA dan komponennya sangat sulit disintesis, apalagi dalam
kondisi seadanya (Horgan, 1991).
Jika kita menganggap RNA terbentuk secara kebetulan,
bagaimana mungkin RNA yang hanya terdiri dari rantai
nukleotida ini ―memutuskan‖ untuk mereplikasi diri, dan
mekanisme apa yang mungkin digunakannya untuk proses itu?
Dari mana RNA mendapatkan nukleotida untuk replikasinya?

138 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Bahkan, ahli mikrobiologi evolusionis, Gerald Joyce dan Leslie
Orgel mengungkapkan keputusasaan atas situasi ini dalam
bukunya yang berjudul “In the RNA World” (Joyce & Orgel,
1993).
Jika kita menganggap bahwa di bumi purba ada RNA
yang dapat mereplikasi diri, seluruh asam amino siap pakai
tersedia dan semua yang mustahil ini terjadi, situasi ini tidak
berakhir dengan pembentukan satu molekul protein pun. Hal ini
karena RNA hanya mengandung informasi mengenai struktur
protein, sedangkan asam amino hanya bahan mentah.
Bagaimanapun, tidak ada mekanisme untuk memproduksi
protein. Anggapan bahwa kehadiran RNA sudah cukup untuk
produksi protein adalah sama tidak masuk akalnya dengan
mengharapkan sebuah mobil dapat merakit diri sendiri hanya
dengan melemparkan secarik kertas yang berisi rancangannya
ke atas tumpukan ribuan onderdil mobil. Dalam kasus ini, juga
tidak ada produksi karena tidak ada pabrik atau pekerja yang
terlibat dalam proses.

6.7 Sisi Aksiologi dari Runtuhnya Paradigma


Dogma Darwinisme
Menurut teori evolusi, semua spesies yang ada dialam
sekarang ini merupakan hasil evolusi dari sebuah sel primitif
protobion yang terbentuk kira-kira 3,8 milyar tahun yang lalu.
Menurut teori itu pula, sel hidup pertama berasal dari sel tak
hidup melalui peristiwa kebetulan. Ada banyak ahli yang
mendukung teori tersebut, tetapi banyak pula yang
menentangnya. Kelompok yang menentang teori ini
berpendapat bahwa makhluk hidup yang ada dialam ini
merupakan hasil penciptaan Sang Maha Pencipta. Teori
tersebut dinamakan ―Teori Penciptaan Khusus‖. Teori ini
menyebutkan bahwa makhluk hidup diciptakan secara periodik

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 139


pada masa-masa tertentu. Pendukung dan penentang teori
evolusi tentu memiliki argumen-argumen yang mendukung
pendapatnya masing-masing. Menurut pendapat para ahli yang
menganut teori penciptaan khusus, teori evolusi memiliki
banyak kelemahan dan tidak memiliki cukup bukti untuk
mempertahankan kebenaran teorinya. Menurut mereka, teori
evolusi Darwin tidak didasarkan pada temuan ilmiah yang
konkret, tetapi dibangun hanya berdasarkan asumsi-asumsi.
Teori evolusi Darwin memiliki tiga kelemahan mendasar, yaitu:
1. Teori evolusi tidak dapat menjelaskan bagaimana kehidupan
di bumi bermula
Menurut teori evolusi, semua spesies makhluk hidup
adalah produk evolusi sebuah sel tunggal yang muncul dari
bumi primitive sekitar 3,8 miliar tahun yang lalu. Dari sebuah
sel tunggal tersebut, secara berangsur-angsur akan
terbentuk jutaan spesies makhluk hidup yang kompleks.
Karena tidak mengenal adanya penciptaan, teori evolusi
bertahan bahwa sel pertama bermula secara kebetulan
dalam hukum-hukum alam tanpa rancangan dan pengaturan
apapun. Teori evolusi menyatakan bahwa materi tak hidup
dapat memproduksi sebuah sel hidup sebagai hasil dari
suatu peristiwa kebetulan. Dalam teorinya, Darwin tidak
pernah merujuk kepada asal usul kehidupan. Pemahaman
sains pada masa Darwin masih beranggapan bahwa
makhluk hidup mempunyai struktur yang sangat sederhana
sehingga pembentukan sebuah sel hidup dari bahan tak
hidup sangat mungkin terjadi. Pada saat Darwin menyusun
teorinya, teori abiogenesis atau generatio spontanea masih
dianut oleh dunia ilmu pengetahuan pada waktu itu, dan
merupakan landasan bagi teori evolusi. Teori abiogenesis
menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati.
Namun kemudian, teori ini dipatahkan oleh teori biogenesis.

140 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Teori biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal
dari makhluk hidup. Pendukung teori ini adalah Fransisco
Redi, Lazzaro Spallazani, dan Louis Pasteur.
2. Tidak ada temuan ilmiah yang menunjukkan bahwa
mekanisme evolusi yang diajukan teori evolusi memiliki
kekuatan untuk berevolusi.
Dalam buku The Origin Of Species, Darwin menyatakan
bahwa evolusi terjadi karena adanya mekanisme seleksi
alam (Gilbert,1986). Menurut mekanisme seleksi alam
makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan kondisi
alam habitatnya akan bertahan hidup, sedangkan yang
lemah akan cenderung mengalami kepunahan. Menurut
paham evolusi modern, mutasi dianggap (perubahan pada
gen makhluk hidup karena faktor-faktor eksternal, seperti
radiasi atau kesalahan replikasi) sebagai penyebab
munculnya variasi yang menguntungkan. Menurut teori
evolusi, jutaan makhluk hidup yang ada di atas muka bumi
terbentuk sebagai hasil dari proses banyak organ kompleks
organisme. Akan tetapi, sebuah fakta ilmiah seketika
melemahkan teori tersebut. Berdasarkan fakta, mutasi tidak
menyebabkan makhluk hidup berkembang, tetapi cenderung
merugikan. Hal itu terjadi karena DNA memiliki struktur yang
sangat kompleks dan mutasi dalam bentuk pengaruh acak
dapat mengakibatkan kerusakan pada DNA. Telah dipahami
bahwa mutasi, yang ditampilkan sebagai sebuah mekanisme
evolusioner, sebenarnya merupakan peristiwa genetic yang
merugikan makhluk hidup dan menjadikan mereka cacat.
Dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa sebuah
mekanisme yang merusak tidak mungkin menjadi
mekanisme evolusioner. Fakta ini menunjukkan kepada kita
bahwa tidak terdapat mekanisme evolusioner dialam. Karena

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 141


tidak ada mekanisme evolusioner, tidak mungkin pula terjadi
proses evolusi dialam.
3. Terdapat catatan fosil yang menunjukkan adanya hal-hal
yang berlawanan dari apa yang dikemukakan teori evolusi
Menurut teori evolusi, setiap spesies makhluk hidup
berasal dari spesies terdahulu. Suatu spesies yang telah ada
sebelumnya lama-kelamaan akan berubah menjadi spesies
lain. Semua spesies dialam ini terbentuk dengan cara seperti
itu, secara perlahan dan dalam periode perubahan yang
panjang. Para penganut teori evolusi percaya bahwa
makhluk-makhluk peralihan pernah hidup dimasa lampau
merupakan bentuk-bentuk transisi. Namun, para penganut
teori penciptaan menyebut makhluk-makhluk tersebut
merupakan makhluk khayalan yang tidak pernah ada. Para
penganut teori penciptaan berkeyakinan bahwa jika spesies
transisi tersebut benar-benar pernah ada, pasti terdapat
jutaan makhluk peralihan yang jumlahnya tiap spesies juga
berjuta-juta. Selain itu, catatan fosil yang telah ditemukan
tidak menunjukkan adanya evolusi bertahap, tetapi
memperlihatkan adanya ledakan tiba-tiba satu kelompok
makhluk hidup yang disertai dengan kepunahan kelompok
lain.
Teori evolusi yang telah bertahan selama 150 tahun
akhirnya runtuh. Perkembangan ilmu pengetahuan, terutama
dalam bidang biologi adalah salah satu penyebabnya. Biologi
saat ini telah berkembang begitu pesat. Bahkan dalam
perkembangannya biologi berhasil mengungkap berbagai
permasalahan mengenai makhluk hidup. Permasalahan yang
pada masa Darwin belum bisa dijawab kini telah terjawab. Tapi
seperti yang sudah dijelaskan di atas, berkembangnya ilmu
biologi justru menjadikan teori evolusi semakin terpojok dan
akhirnya runtuh. Teori evolusi tidak tiba-tiba runtuh. Tetapi

142 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


keruntuhan teori ini disebabkan adanya berbagai pertanyaan
yang tidak mampu terjawab oleh tokoh evolusi hingga saat ini.
Beberapa pertanyaan tersebut antara lain:
Mengapa pernyataan “Gen manusia 99% sama
dengan gen kera” tidak benar?

Gambar 6.13 Perbandingan presentase gen makhluk hidup

Banyak sumber yang menyatakan bahwa manusia dan


kera memiliki kesamaan sebesar 99% dalam informasi genetik
keduanya. Pernyataan ini adalah pernyataan yang
menyesatkan. Sebuah studi di tahun 2002 mengungkapkan
bahwa propaganda evolusionis dalam perihal ini adalah
sepenuhnya tidak benar. Pernyataan evolusionis ini terutama
terpusat pada simpanse, dan menyatakan bahwa jenis kera
inilah yang terdekat dengan manusia, dan oleh karena itu
terdapat hubungan kekerabatan di antara keduanya.
Manusia dan simpanse tidaklah "99% sama" seperti kata
dongeng evolusionis. Kesamaan genetis ternyata tak sampai
95%.Ahli biologi dari California Institute of Technology yang
bernama Roy Britten berkata dalam sebuah studi bahwa cara
baru pembandingan gen memperlihatkan bahwa kesamaan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 143


genetis antara manusia dan simpanse hanyalah 95% (Britten,
2002). Britten mengambil kesimpulan ini berdasarkan sebuah
program komputer yang membandingkan 780.000 dari 3 miliar
pasang basa dari heliks DNA manusia dengan yang ada pada
simpanse. Ia menemukan lebih banyak ketidakcocokan
daripada yang ditemukan para peneliti sebelumnya, dan
menyimpulkan bahwa sedikitnya 3,9 persen basa DNA adalah
berbeda.
Mengapa DNA tidak mungkin dijelaskan sebagai sebuah
“kebetulan”?
Seperti yang sudah kita ketahui, DNA adalah sebuah
materi yang membawa kode genetik. DNA berisi informasi
genetik yang berperan dalam pewarisan sifat. DNA dari satu sel
manusia saja sudah berisi informasi yang cukup untuk mengisi
ensiklopedi yang terdiri dari sejuta halaman. Kita tidak mungkin
habis membacanya dalam seumur hidup. Jika seseorang mulai
membaca satu kode DNA per detik, tanpa henti, sepanjang
hari, setiap hari, akan diperlukan waktu 100 tahun. Sebab,
ensiklopedia tersebut berisi hampir tiga miliar kode yang
berbeda-beda. Jika kita tulis semua informasi DNA pada kertas,
maka panjangnya akan membentang dari Garis Katulistiwa
mencapai Kutub Utara. Ini berarti sekitar 1000 jilid buku, cukup
untuk mengisi sebuah perpustakaan yang besar. Lebih dari itu,
semua informasi ini terkandung dalam inti setiap sel. Artinya,
bila setiap individu terdiri dari sekitar 100 triliun buah sel, maka
akan terdapat 100 triliun versi dari perpustakaan yang sama.
Sisi menarik lainnya adalah semua makhluk hidup di
planet ini telah diciptakan menurut paparan kode yang ditulis
dalam bahasa yang sama ini. Tidak ada bakteri, tumbuhan
ataupun hewan yang tercipta tanpa DNA. Terlihat jelas bahwa
seluruh kehidupan muncul sebagai hasil berbagai pemaparan
yang menggunakan satu bahasa, dan berasal dari sumber

144 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


pengetahuan yang sama.Hal ini membawa kita kepada satu
kesimpulan yang jelas. Semua kehidupan di bumi, hidup dan
berkembang biak menurut informasi yang diciptakan oleh satu
kecerdasan tunggal. Hal ini menjadikan teori evolusi sama
sekali tak berarti. Sebabnya, dasar teori evolusi adalah
"kebetulan", sedangkan peristiwa kebetulan tidak mampu
menciptakan informasi.
Perkembangan sains memperjelas bahwa makhluk
hidup memiliki struktur yang luar biasa kompleks dan suatu
keteraturan yang terlalu sempurna untuk muncul melalui
peristiwa kebetulan. Ini membuktikan fakta bahwa makhluk
hidup diciptakan oleh Pencipta yang Mahakuasa yang memiliki
pengetahuan tanpa banding. Baru-baru ini, misalnya, dengan
tersingkapnya struktur sempurna dalam gen manusia yang
menjadi isu yang menonjol karena Projek Genom, penciptaan
yang unik dari Tuhan telah terungkap sekali lagi untuk kita
semua. Dari AS hingga Cina, saintis dari seluruh penjuru dunia
telah memberikan upaya terbaik mereka untuk menguraikan 3
miliar huruf kimiawi di dalam DNA dan menentukan urutannya.
Sebagai hasilnya, 85% dari data yang terkandung dalam DNA
manusia dapat diurutkan dengan tepat. Walaupun ini
merupakan perkembangan yang sangat menarik dan penting,
sebagaimana dinyatakan Dr. Francis Collins, pimpinan Projek
Genom Manusia, sebegitu jauh ini baru langkah pertama dalam
upaya menguraikan informasi di dalam DNA (Collins &
Mansoura, 2001).
Teori evolusi yang menyatakan bahwa makhluk hidup
berevolusi ‗tahap demi tahap‘ sebagai akibat dari ‗peristiwa-
peristiwa kebetulan yang menguntungkan‘ secara eksplisit
disangkal oleh paradoks DNA-enzim yang disebutkan di atas.
Ini karena baik DNA maupun enzim harus ada pada saat yang
bersamaan. Para evolusionis mencoba untuk menyalahtafsir-

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 145


kan perkembangan terakhir ini, yang sebenarnya menentang
mereka, dan menampilkannya sebagai bukti dari ―evolusi‖.
Karena tidak mampu menjelaskan bagaimana rantai DNA dari
sebuah bakteri kecil berasal mula, para evolusionis mencoba
untuk menyampaikan pesan seperti ―gen manusia menyerupai
gen binatang‖. Pesan-pesan seperti ini tidak akurat dan tidak
memiliki nilai ilmiah sedikit pun. Mereka dibuat untuk
menyesatkan publik. Sementara, sejumlah lembaga media,
karena ketidaktahuannya akan subjek tersebut dan pendekatan
mereka yang berpraduga, menyangka bahwa Projek Genom
Manusia memberikan ―bukti evolusi‖ dan berupaya
menampilkannya demikian.
Mengapa pernyataan bahwa dinosaurus berevolusi
menjadi burung adalah mitos tidak ilmiah?

Gambar 6.14 Archaeopteryx

Teori evolusi bersandar pada komentar-komentar


berprasangka dan pemutarbalikkan kebenaran untuk
menjelaskan kemunculan makhluk hidup dan seluruh
keberagamannya. Teori evolusi menyatakan bahwa nenek
moyang dari burung adalah dinosaurus (Lee, Cau, Naish, &

146 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Dyke, 2014). Pernyataan ini memunculkan dua pertanyaan
yang harus dijawab. Pertama, "bagaimana dinosaurus mulai
menumbuhkembangkan sayap?".Kedua, "mengapa tidak ada
jejak perkembangan semacam itu dalam catatan fosil?". Ada
dua teori yang diajukan oleh tokoh evolusi dalam masalah ini
(Garner, Taylor & Thomas, 1999). Teori yang pertama disebut
teori kursorial.
Menurut teori ini, dinosaurus berubah menjadi burung
dengan cara melompat dari tanah ke udara untuk menangkap
serangga terbang (Coombs, 1978). Sedangkan teori yang
kedua disebut teori arboreal. Menurut teori arboreal dinosaurus
yang hidup di dahan pepohonan berubah menjadi burung
karena berusaha melompat dari dahan ke dahan (Povinelli &
Cant, 1995). Tetapi kedua teori tersebut tetap saja tidak bisa
digunakan sebagai jawaban atas pertanyaan diatas. Untuk
menutupi hal itu para tokoh evolusi mengajukan sebuah
makhluk yang disebut archaeopteryx (Ostrom, 1974). Seperti
yang sudah dijelaskan di atas, archaeopteryx dianggap sebagai
bentuk peralihan antara burung dan dinosaurus. Tetapi, kajian
terakhir atas fosil archaeopteryx menunjukkan bahwa
penjelasan ini tidak memiliki dasar ilmiah. Archaeopteryx bukan
bentuk peralihan, melainkan spesies burung yang sudah
punah, yang tidak jauh berbeda dengan burung modern (Lee &
Worthy, 2012). Studi lanjutan mengenai fosil archaeopteryx
xtelah menjatuhkan landasan teori evolusi yang mengatakan
bahwa dinosaurus berevolusi menjadi burung. Kajian terbaru
mengenai burung unta juga ikut menggugurkan dongeng
burung-dino.
Bagaimana struktur tubuh hewan purba meruntuhkan teori
evolusi?
Dalam catatan fosil, makhluk hidup membentuk untaian
atau rantai. Bila kita perhatikan rantai ini dari makhluk paling

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 147


purba sampai yang paling muda, tampaklah bahwa makhluk
hidup muncul dalam bentuk mikroorganisme, hewan laut tak
bertulang belakang (invertebrata), ikan, amfibi, reptil, unggas,
dan mamalia. Pendukung teori evolusi membahas rantai ini
dengan penuh praduga, sambil berupaya menyajikannya
sebagai bukti teori evolusi. Mereka menyatakan bahwa
makhluk hidup berkembang dari bentuk sederhana menuju
bentuk yang lebih kompleks, dan selama proses ini
berlangsung, beraneka ragam makhluk hidup pun tercipta.
Perkembangan makhluk hidup dari bentuk primitif ke bentuk
kompleks adalah praduga evolusionis yang tak benar sedikit
pun. Profesor biologi asal Amerika, Frank L. Marsh, yang
mengkaji pernyataan kaum evolusionis, dalam bukunya
―Variation and Fixity in Nature‖ (Marsh, 1976) menyatakan
makhluk hidup tak dapat disusun dalam sebuah urutan yang
senantiasa bersambung tanpa putus dari bentuk sederhana ke
bentuk rumit.
Banyak fosil dari hewan purba yang bisa dijadikan fakta
untuk meruntuhkan teori evolusi. Salah satu contoh hewan
purba yang sangat berpengaruh dalam keruntuhan teori evolusi
adalah trilobita. Trilobita yang termasuk filum Arthropoda,
adalah makhluk sangat rumit dengan cangkang keras, memiliki
tubuh yang bersendi, dan organ-organ kompleks. Hewan ini
memiliki mata yang sangat rumit. Mata trilobita terdiri atas
beratus-ratus faset kecil, yang masing-masing terdiri atas dua
lapisan lensa. Begitu juga dengan lalat yang memiliki mata juga
rumit (Trilobites.info). Dan butuh insinyur yang handal dan
kreatif pada saat ini untuk bisa mengembangkan mata seperti
itu. Sehingga kedua hewan ini sudah bisa digunakan sebagai
dasar untuk meruntuhkan teori evolusi. Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa makhluk hidup tidak berkembang dari

148 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks. Pada saat
pertama kali muncul, makhluk hidup sudah teramat kompleks.
Mengapa peristiwa metamorfosis bukanlah bukti kebenaran
teori evolusi?
Metamorfosis adalah proses perkembangan yang
dilakukan oleh beberapa makhkuk hidup. Metamorfosis
biasanya terjadi pada serangga. Mereka yang tak begitu
memahami biologi, serta mereka yang mendukung teori
evolusi, kadang-kadang mencoba menggambarkan proses itu
sebagai bukti evolusi. Sumber-sumber yang menyatakan
metamorfosis sebagai "contoh evolusi" adalah omong kosong.
Hal ini merupakan hasil propaganda dangkal dan sempit, yang
bertujuan menyesatkan mereka yang kurang paham tentang
perihal ini, pendukung evolusi yang masih baru, serta guru-guru
biologi Darwinis yang tidak benar-benar tahu jadi masalahnya.
Metamorfosis merupakan proses yang sudah direncanakan,
dan tidak ada kaitannya dengan mutasi ataupun faktor
kebetulan. Metamorfosis tidaklah disebabkan oleh kebetulan.
Penyebab proses ini adalah data genetis yang sudah menjadi
bagian terpadu makhluk tersebut sejak lahir. Penelitian ilmiah
terakhir tentang metamorfosis telah menunjukkan bahwa
peristiwa metamorfosis adalah proses rumit yang dikendalikan
oleh beberapa gen yang berlainan (Lowe, Garwood,
Simonsen, Bradley & Withers, 2013). Yang terjadi dalam
peristiwa metamorfosis adalah irreducible complexity
(kerumitan tak tersederhanakan) (Pennock, 2007).
Proses metamorfosis terjadi melalui keseimbangan dan
pewaktuan hormon yang sangat teliti, yang dipengaruhi oleh
beragam gen (McBrayer, Ono, Shimell, Parvy, Beckstead,
Warren, & O'Connor, 2007). Kesalahan terkecil sekali pun akan
mengakibatkan kematian makhluk hidup tersebut. Oleh sebab
itu, tidak mungkin proses serumit ini dapat terjadi secara

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 149


kebetulan dan bertahap. Karena kesalahan sekecil apa pun
akan mengakibatkan kematian hewan tersebut. Sehingga
mustahil menjelaskan peristiwa ini dengan mekanisme "trial
and error" (coba-coba) atau seleksi alam, seperti pendapat
evolusionis. Tidak ada satu pun makhluk yang dapat bertahan
berjuta-juta tahun, untuk menunggu bagian tubuh yang
diperlukannya muncul secara kebetulan.

6.8 Konteks Psikologi Dogma Darwinisme dan


Maknanya Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Darwin menitik beratkan teori pada seleksi alam dan
adaptasi. Evolusi berlangsung dengan adanya seleksi alam dan
adaptasi individu terhadap lingkungannya. Darwin malah
memusatkan pembahasannya pada bagaimana tiap individu
dalam populasi suatu spesies mampu beradaptasi dengan baik
di habitatnya melalui seleksi alam, sehingga diperoleh suatu
kesimpulan bahwa
1. Produksi individu yang lebih banyak dibandingkan dengan
yang dapat didukung oleh lingkungan akan mengakibatkan
adanya persaingan untuk mempertahankan individu
didalam populasinya, sehingga hanya sebagian keturunan
saja yang dapat bertahan hidup pada setiap generasi.
Manusia pada dasarnya memiliki jiwa kompetitif agar
bertahan hidup. Persaingan dalam segala aspek
mengakibatkan individu secara berlomba-lomba meng-
upgrade kualitas diri.
2. Kelangsungan Hidup dalam perjuangan untuk
mempertahankan hidup tidak terjadi secara acak, tetapi
bergantung sebagian pada susunan sifat yang terwarisi dari
individu yang bertahan hidup. Artinya individu yang
mewarisi sifat-sifat baik, membuat individu tersebut cocok
atau mampu beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga

150 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


besar kemungkinan akan menghasilkan keturunan yang
lebih banyak dibanding dengan individu yang kurang cocok
sifatnya terhadap lingkungannya.
3. Sifat atau Kemampuan individu untuk bertahan hidup dan
bereproduksi yang tidak sama akan mengakibatkan suatu
perubahan secara bertahap dalam suatu populasi dan sifat-
sifat mengungtungkan akan terakumulasi sepanjang
generasi.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 151


BAB 7

PARADIGMA ASAL MULA MAKHLUK


HIDUP: RUNTUHNYA TEORI ABIOGENESIS

Dyah Setyaningrum Winarni


Dosen Program Studi Pendidikan IPA Universitas Ivet
Email: dyahsetya23@gmail.com

7.1. Deskripsi Materi


Perkembangan pengetahuan dan rasa ingin tahu manusia
serta kemampuan nalar dibandingkan makhluk lain menjadi
akar pencarian pembenaran atas teori yang belum ada, bahkan
dapat menjadi pembuktian kebenaran atas teori yang sudah
ada (Sudarmin, 2016). Pemikiran ilmiah yang berkembangan
memunculkan argumentasi baru yang dilengkapi dengan
metode ilmiah yang mampu diterima oleh logika berpikir. Salah
satu hasil pemikiran tersebut bahwa makhluk hidup terbentuk
secara tiba-tiba (generatio spontanea) yang dikenal dengan
teori abiogenenis terbukti ketidak benarannya dengan muncul
hasil-hasil eksperimen dengan teori baru yang dikenal dengan
teori biogenesis. Teori Biogenesis menjelaskan bagaimana

152 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


makhluk hidup terbentuk dan faktor pendukung kehidupan.
Dalam kegiatan dan pemikiran asal mula makhluk hidup.

7.2. Hakikat Dogma Teori Abiogenesis


Pandangan asal usul makhluk hidup terdahulu berasal
dari benda mati yang terjadi secara spontan dan diyakini
dibentuk berjuta-juta tahun. Pandangan asal usul ini mencuat
dipengaruhi oleh hal-hal yang timbul antara lain:
a. Adanya lalat pada semua bangkai binatang yang mati
begitu saja seperti, sapi, kuda, babi, anjing, ular, dan
beberapa hewan lain. Mereka tidak mengetahui bahwa
sesungguhnya lalat tersebut berasal dari larva yang
menetas dari telur yang diletakkan pada bangkai tadi oleh
lalat. Oleh karenanya mereka berpendapat bahwa lalat
yang mengerumuni bangkai tersebut berasal dari daging
yang sudah membusuk.
b. Munculnya ikan dan katak pada perairan terbuka atau
beberapa perairan yang terbentuk begitu saja. Orang tidak
mengetahui mengapa pada perairan terbuka bisa terdapat
ikan dan katak. Mereka mengemukakkan pendapatnya
bahwa binantang tersebut dihasilkan dari awan selama
angin ribut yang disertai guntur lalu jatuh ke bumi bersama-
sama hujan.
Pandangan tersebut diterima dengan penuh keyakinan
berdasarkan fakta-fakta yang terlihat. Pada tahun 384-322 SM
seorang filsuf dari Yunani bernama Aristoteles berpendapat
bahwa makhluk hidup timbul begitu saja dari benda tak hidup.
Teori inilah yang menjadi teori awal abiogenesis. Dalam
penelitian abiogenesis bahwa salah satu pembentuk utama
dalam kehidupan adalah sistein. Protein yang terkadung
menjadi material dasar dari kehidupan (Shalayel et al., 2020).

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 153


Teori abiogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup
berasal dari benda tidak hidup atau dapat dimaknai bahwa
makhluk hidup ada dengan sendirinya (Gibb, 2018). Teori ini
dikenal dengan teori generatio spontanea, karena makhluk
hidup ada dengan sendirinya. Pemikiran baru mulai muncul,
rasa ingin tahu yang tinggi menyebabkan beberapa saintis
mulai menganalisis dari mana asalnya, bentuknya, bahkan
sampai kandungan yang menjadi dasar pembentukan makhluk
hidup (Kurup, 2019).
Pandangan teori abiogenesis ini semakin diperkuat
dengan ditemukannya mikroskop oleh Anthonie Van
Leeuwenhoek pada abad ke-17. Dengan ditemukannya
mikroskop dilakukan percobaan dengan menggunakan jerami
yang direndam air (Amin, 2016). Dari air rendaman jerami
ditemukan banyak sekali mikroba. Sehingga mereka
beranggapan bahwa mikroba tersebut berasal dari rendaman
jerami. Penelitian ini diperkuat dengan John Needham (1713-
1781) yang melakukan eksperimen dengan cara memasak
sepotong daging untuk menghilangkan organisme yang ada,
kemudian daging tersebut diletakkan di dalam toples terbuka.
Berdasarkan pengamatannya ditemukan adanya koloni pada
permukaan daging tersebut, sehingga disimpulkan bahwa
mikroorganisme terjadi secara spontan dari daging.
Pandangan abiogenesis ini diterima orang tanpa
pertentangan sampai abad ke-17. Pendukung abiogenesis atau
pandangan abiogenesis dapat bertahan begitu lama
disebabkan pada masa itu belum terdapat peralatan yang
cukup, serta orang-orang belum begitu kritis (Inayatul &
Nushan, 2015) terhadap paham dan pandangan yang muncul
tentang asal mula kehidupan dan menjadi periode Scientific
revolutionis dalam pemecahan permasalahan ilmiah (Trisakti,
2016).

154 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


7.3. Anomali Paradigma Abiogenesis
Perkembangan pengetahuan dan teknologi menjadikan
beberapa saintis mulai meragukan teori abiogenesis. Para ahli
yang mulai meragukan akan teori abiogenesis Francesco Redi,
Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur. Para ahli yang
menentang teori abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk
hidup berasal juga dari makhluk hidup lain. Teori yang
menentang abiogenesis ini dikenal dengan teori biogenesis.
Percobaan pertama pada tahun 1668 yang dilakukan oleh
Francesco Redi (1626-1697) menggunakan dua potong daging
segar yang masing-masing dimasukkan dalam toples yang
berbeda, satu toples ditutup rapat, dan satu toples dibiarkan
terbuka. Pada toples yang tertutup tidak ditemukan adanya
larva lalat, sedangkan pada toples yang terbuka ditemukan
larva lalat yang berasal dari telur lalat dan daging mulai
membusuk.
Hasil kesimpulan percobaan yang dilakukannya
mengungkapkan bahwa kehidupan berasal dari makhluk hidup
lain. Namun meskipun demikian hasil percobaan nya masih
dapat disanggah oleh para pendukung teori abiogenesis
dengan peryataan, bahwa toples yang tertutup rapat tidak
ditemukan larva lalat karena tidak bersinggungan dengan udara
bebas sehingga tidak memiliki daya pendukung kehidupan.
Untuk menjawab atau mematahkan sanggahan dari para
pendukung atau penganut teori abiogenesis, Redi melakukan
lagi percobaan yang kedua. Pada percobaan kedua, Redi
menggunakan satu potong daging segar dan satu buah toples.
Akan tetapi pada percobaan yang kedua ini Redi menggunakan
kain kasa sebagai penutup dari toples tersebut, sehingga
daging di dalam toples tetap bisa melakukan kontak dengan
udara luar yang masuk melalui celah - celah kain kasa tersebut.
Tujuan dari penggunaan kain kasa sebagai penutup toples ini

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 155


agar udara tetap bisa masuk ke dalam toples akan tetapi
hewan lalat tidak bisa masuk ke dalam toples. Hasil dari
percobaan kedua yang dilakukan oleh Redi ini yaitu daging di
dalam toples mengalami pembusukan; pada daging di dalam
toples ditemukan sedikit larva lalat; pada bagian permukaan
kain kasa sebagai penutup toples ditemukan lebih banyak larva
lalat dibandingkan dengan larva yang terdapat pada daging.

Gambar 1. Percobaan Francesco Redi menggunakan toples


terbuka dan tertutup.
(Sumber: www.timetoast.com)

Kondisi yang seperti ini membuat Redi dapat mengambil


kesimpulan bahwasanya larva lalat tersebut tidak berasal dari
daging akan tetapi berasal dari lalat yang hinggap pada kain
kasa kemudian bertelur dan sebagian telurnya ada yang jatuh
ke daging di dalam toples. Hasil dari percobaan kedua yang
dilakukan oleh Francesco Redi ternyata masih tetap belum bisa
meyakinkan para saintis dari penganut teori abiogenesis.
Konsep berpikir ilmiah yang dihasilan menggunakan metode
ilmiah menjadi cakrawala baru manusia dalam mengembang-
kannya, sehingga konsep-konsep yang dipaparkan masih
memiliki banyak kemungkinan adanya sanggahan atau

156 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


argument lain sebagai bentuk ketidak percayaan terhadap
sebuah teori (Hw, 2012).
Pada periode yang sama muncul saintis baru dari
Perancis bernama Louis Pasteur (1822–1895) seorang ahli
kimia yang menaruh perhatian pada mikroorganisme. Pasteur
tertarik untuk meneliti peran mikroorganisme dalam industri
anggur, terutama dalam pembuatan alkohol. Salah satu
pendukung teori Generatio Spontanea yang hidup pada masa
Louis Pasteur adalah Felix Archimede Pouchet (1800-1872).
Pada tahun 1859 Pouchet banyak mempublikasikan tulisan
yang mendukung teori Abiogenesis, namun ia tidak dapat
membantah penemuan-penemuan Pasteur. Pasteur sebagai
saintis, untuk memastikan pendapatnya, melakukan
serangkaian eksperimen. Pasteur melakukan eksperimen
menggunakan bejana leher panjang yang dibengkokkan dan
dikenal dengan leher angsa.

Gambar 2. Bejana ini diisi dengan kaldu kemudian dipanaskan


(Sumber: www.pasteurbrewing.com)

Pada kondisi gambar 2, udara dapat dengan bebas


melewati tabung atau pipa leher angsa tetapi di daerah kaldu

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 157


tidak ditemukan adanya mikroorganisme. Hasil analisis
menunjukkan bahwa mikroorganisme beserta debu akan
mengendap pada bagian tabung yang berbentuk U sehingga
tidak dapat mencapai kaldu. Pasteur melalui eksperimen yang
sama, membawa tabung tersebut ke pegunungan Pyrenes dan
Alpen. Hasil pengamatan menemukan bahwa mikroorganisme
terbawa debu oleh udara, sehingga Pasteur menyimpulkan
bahwa semakin bersih atau murni udara yang masuk ke dalam
bejana, maka semakin sedikit kontaminasi yang terjadi.
Salah satu argumen klasik untuk menentang
teori Biogenesis adalah panas yang digunakan untuk
mensterilkan udara atau bahan dianggap dapat merusak energi
vital, karena tanpa adanya vital force tersebut mikroorganisme
tidak dapat muncul serta spontan. John Tyndall merespon
argumen tersebut dengan mengatakan bahwa udara dapat
mudah dibebaskan dari mikroorganisme melalui serangkaian
percobaan yaitu meletakkan tabung reaksi berisi kaldu steril ke
dalam kotak tertutup. Udara dari luar masuk ke dalam kotak
melalui pipa yang sudah dibengkokkan membentuk dasar U
seperti spiral. Terbukti bahwa meskipun udara luar dapat
masuk ke dalam kotak yang berisi tabung dengan kaldu di
dalamnya, namun tetap tidak ditemukan adanya
mikroorganisme. Hasil percobaan Pasteur dan Tyndall memacu
diterimanya konsep biogenesis. Selanjutnya Pasteur lebih
memfokuskan penelitiannya pada peran mikroorganisme dalam
pembuatan anggur dan mikroorganisme yang menyebabkan
penyakit. Berdasarkan hasil percobaan para saintis tersebut
maka muncullah teori baru yaitu teori Biogenesis yang
menyatakan bahwa:
a. setiap makhluk hidup berasal dari telur (omne vivum ex
ovo),

158 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


b. setiap telur berasal dari makhluk hidup (omne ovum ex
vivo),
c. setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya (omne vivum ex vivo).

7.4. Eksplanasi Abiogenesis yang Mengagumkan


bagi Saintis
Dalam teori abiogenesis bahwa asal mula makhluk hidup
berasal dari benda makhluk tak hidup atau secara spontan
menjadikan pemikiran baru tentang perkembangan ilmu. Teori
abiogenesis menjadikan titik awal penemuan-penemuan baru
dalam menjelaskan perkembangan yang terjadi. Mulai dari
perkembangan teori pembentukan hingga terbentuknya
peralatan baru. Peralatan baru yang muncul seperti
ditemukannya mikroskop menjadi pandangan baru tentang
kehidupan yang lebih kecil atau mikroskopis seperti ilmu-limu
dalam mempelajari adanya bakteri dan hewan sel satu sebagai
cabang ilmu mikrobiologi.
Munculnya abiogenesis dengan kehidupan secara
spontan menegaskan bahwa kebutuhan manusia dalam
mengkaji sebuah fenomena baru dengan dasar teori yang ada
serta mebandingkan budaya tersebut menjadi lebih aktif. Kajian
abiogenesis selain membangkitkan pemikiran para filsuf juga
mendorong saintis untuk menggali lebih dalam kebenaran-
kebenaran (Almas, 2018) yang diciptakan oleh pendukung teori
abiogenesis. Dengan berkembangnya ilmu mikroskopis atau
dengan kata lain fakta baru adanya mikrokehidupan
menjadikan cabang-cabang ilmu baru terbentuk seperti
genetika, mikrobiologi, evolusi, dan beberapa ilmu yang
mengkaji kebenaran hingga pergeseran baru dari teori
abiogenesis. Hal lain yang dibuktikan oleh peneliti, tentang
adanya abiogenesis yang digunakan untuk mengetahui

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 159


pembentukan kerak bumi, bahwanya kerak bumi atau bagian
hidrokarbon hidrotermal pada gunung berapi berasal dari
degradasi bahan anorganik dengan sistem sedimentasi dan
bersirkulasi melalui bahan reservoir. Hal ini yang menjadikan
bahwa ada degradasi termal organisk materi yang dahulu
diklasifikasikan sebagai indicator abiogenesis (Fiebig et al.,
2019).

7.5. Sisi Aksiologi Mempelajari Pemikiran dan


Dogma Abiogenesis
Dalam pembelajaran sains, pemikiran abiogenesis
menjadi bahan perdebatan yang menarik, karena kajian yang
menjadi dasar teori abiogenesis tentunya akan dibahas juga
dalam mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
keagamaan dan dasar pemikiran para teologi. Sisi aksiologi
setelah mempelajari dogma abiogenesis adalah
a. Bahwa bumi terutama makhluk yang dikatakan hidup
memiliki susunan atau berasal dari mahkluk hidup yang
lain, sehingga dasar perubahan dari makhluk hidup berasal
dari perkembangan makhluk hidup lainnya.
b. Semua yang berasal dari makhluk hidup dapat dijabarkan
atau dapat diolah menjadi kajian baru dalam
mengembangkan ilmu terutama dalam hal asal mula
kehidupan.
c. Pergeseran paradigma abiogenesis menjadi biogenesis
menjadikan hukum alam bahwa yang hidup pasti akan
mati, dan yang mati berasal dari yang hidup. Kajian ini
mendorong penciptaan makhluk hidup lain dengan
mengembangkan kesempurnaan atau ciri-ciri khusus yang
mendukung kehidupan manusia seperti bioteknologi,
biomolekuler, fisiologi, dan cabang ilmu yang lain.

160 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


7.6. Konteks Psikologi Evolusif Pergeseran
Paradigma Abiogenesis ke Biogenesis
Teori abiogenesis (makhluk hidup timbul secara spontan)
mengalami banyak perkembangan dalam hal pembuktian teori
tersebut, hingga akhirnya teori tersebut bergeser menjadi teori
biogenesis. Berkembangnya penemuan baru dalam hal
teknologi dan teori-teori baru membuktikan bahwa kehidupan
berasal dari kehidupan sebelumnya dan tidak muncul secara
spontan atau dari benda mati.
Dalam pembelajaran teori abiogenesis menjadi dasar
munculnya teori-teori biogenesis. Jadi teori abiogenesis
menjadi cara lain dalam memandang ilmu sehingga muncul
fenomena-fenomena lain yang tadinya tidak realistis, menjadi
lebih realitis yang dikaji secara mendalam berdasarkan fakta
dan eksperimen. Untuk memecahkan teori abiogenesis ini
menggunakan beberapa probabilitas dalam menentukan
peristiwa-peristiwa yang menggambarkan proporsi terjadinya
abiogenisis pada waktu atau interval tertentu untuk mendukung
konsep awal kehidupan (Chen & Kipping, 2018).
Wawasan dalam pergeseran teori abiogenesis yang mulai
ditinggalkan pendukungnya sebagai akibat hasil penemuan-
penemuan baru yang mampu membuktikan bahwa makhluk
hidup berasal dari makhluk hidup lain. Berkembangnya teori ini
juga berpengaruh pada acara pandang evolusi dari teori-teori
yang dikaji termasuk teori evolusi Pemikiran ini sejalan dengan
pemikiran Kuhn bahwa pemikiran ilmiah harus berasal dari
saintis yang keahliannya sesuai dengan bidangnya konseptual
teoritis, instrumental, dan metodologi yang tepat untuk
mengetahui perubahan dalam perkembangan pengetahuan
yang tepat dan benar (Lubis, 2014). Pemikiran Kuhn ini juga
menjadi dasar keterbukaan terhadap studi keagamaan baik

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 161


dengan pendekatan normative, histori, sosiologi, antropologi,
dan kajian ilmu lainnya (Inayatul & Nushan, 2015).

162 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


BAB 8

PARADIGMA TEORI HEREDITAS PRA


MENDEL DAN PASCA MENDEL

Fina Fakhriyah
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Muria Kudus
Email; fina.fakhriyah@umk.ac.id

8.1. Diskripsi Materi


Teori hereditas dimaknai sebagai transmisi genetik dari
orang tua pada keturunannya merupakan penyederhanaan
yang berlebih karena sesungguhnya yang diwariskan oleh anak
dari orangtuanya adalah satu set alel dari masing-masing orang
tua serta mitokondria yang terletak di luar nukleus (inti sel),
kode genetik inilah yang memproduksi protein kemudian
berinteraksi dengan lingkungan untuk membentuk karakter
fenotif (Mehler, 1996). Berdasarkan pada asumsi Kuhn (1962)
menjadi landasan bagi paradigma epistimologi yang mengkritisi
keyakinan manusia bahwa sains merupakan representasi
realitas. Epistimologi sains menerima teori sains sebagai
sebuah revolusiatas nama kreasionisme, akibatnya akan selalu
ada ruang otonomi dalam sains untuk mencari kebenaran pada

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 163


pertarungan paradigma dan prediksi hingga saling mengisolasi
teori yang satu dengan yang lainnya, serta menjabarkan dan
mengembangkan secara terperinci pada tiap teori yang
dipelajari. Maka terjadilah revolusi paradigma (terutama pada
teori hereditas) yang akan di bahas pada subbab selanjutnya.

8.2. Perkembangan Teori Hereditas Sebelum Mendel


Hereditas diungkapkan sebagai genotif pewarisan dari
induk terhadap keturunannya yang akan membuat keturunan
memiliki karakter seperti induknya. Pewarisan ini dapat dilihat
dari warna kulit, tinggi badan, warna rambut, bentuk hidung
bahkan penyakit warisan atau
keturunan merupakan dampak dari
penurunan sifat. Hereditas dibawa
oleh oleh gen yang ada dalam DNA
masing-masing sel makhluk hidup
dan pada makluk hidup multiseluler,
tubuhnya tersusun atas puluhan
sampai trilyunan sel dengan massa
DNA yang saling terkait (Meilinda,
2017). Campbel (2003)
mengungkapkan bahwa Istilah
Gambar 8.1 Theophrastus
hereditas akan mengenalkan
Sumber: sciencephoto.com
terminologi Gen dan Alel sebagai
ekspresi alternatif yang terkait sifat. Setiap individu memiliki
sepasang alel yang khas dan terkait dengan tetuanya.
Pasangan alel ini dinamakan genotif apabila individu memiliki
pasangan alel yang sama maka individu tersebut bergenotipe
homozigot dan jika berbeda maka disebut heterozigot. Gen
didefinisikan sebagai interval sepanjang molekul-molekul DNA.
Sebagian besar gen membawa informasi yang dibutuhkan
dalam membuat protein. Manusia memiliki sel-sel dengan 46

164 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


kromosom, 2 seks kromosom, dan 22 pasang non seks
kromosom (autosom). Kromosom pada pria adalah ―46, XY‖
dan kromosom pada wanita adalah ―46, XX‖. Kromosom terdiri
atas kombinasi protein-protein dan molekul-molekul DNA yang
sangat Panjang (Tosida dan Utami, 2011).
Filsuf Yunani mempunyai bermacam ide tentang
hereditas, Theophrastus menyatakan bahwa bunga jantan
membuat bunga betina menjadi matang. Hipokrates juga
menduga bahwa benih diproduksi oleh berbagai anggota tubuh
dan diwariskan pada saat terjadi pembuahan. Pendapat
Aristoteles menyatakan bahwa semen jantan dan betina
bercampur pada saat pembuahan. Sedangkan Aeskhylus pada
tahun 458 SM mengajukan ide
bahwa pejantan adalah orang
sebenarnya dan betina adalah
perawat dari bayi yang disemai di
dalamnya. Teori hereditas paling
awal yang paling berpengaruh
adalah teori Preformation yang
menyatakan bahwa organisme yang
diwariskan akan mempertahankan
bentuknya dari satu generasi ke
generasi berikutnya, organisme
tersebut merupakan miniatur dari Gambar 8.2 Aristoteles
organisme dewasa dan telah Sumber: sciencephoto.com
terbentuk jauh sebelumnya
(Meilinda, 2017).
Skopek (2008) mengungkapkan bahwa Aristoteles (384-
323 SM) menyatakan bahwa organisme sederhana dapat
menjadi kompleks dan sempurna karena peristiwa metafisika,
sedang Lamarck menyatakan bahwa perubahan organisme
dipengaruhi lingkungan. Informasi-informasi tentang

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 165


mekanisme hereditas diajukan tanpa kuantifikasi dan kualifikasi
yang sesuai dan layak. Diantaranya menurut Grifitith & Stotz
(2013) bahwa pewarisan campuran dan pewarisan sifat
dapatan namun memvariasikan hewan dan tanaman domestik
yang dapat dikembangkan melalui selektif artificial.
Pada tahun 1892, Weissmann mengungkapkan bahwa tubuh
organisme mengandung dua jenis sel yaitu sel somatik dan
reproduksi. Sel somatik yang bertanggung jawab membentuk
tubuh dan berbagai jenis organ sedangkan sel reproduksi
membentuk sperma dan ovum. Sel somatik mengandung
―somatoplasma‖ sedang sel reproduksi mengandung plasma
nutfah. Plasma nutfah dapat membentuk somatoplasma tetapi
tidak sebaliknya. Hal ini di dapatkan berdasarkan praktikum
yang dilakukan Weissmann pada ekor
tikus yang dipotong pada beberapa
generasi, perubahan sel-sel somatik
karena lingkungan tidak dapat
mempengaruh sel-sel reproduksi dengan
percobaan tersebut Weissmann menolak
teori yang diungkapkan oleh
Lamarkisme. Teori Weissmann ini
menghadapi pertentangan akan tetapi
teori tersebut menjadi konsep dasar
pemahaman dan perkembangan
Gambar 8.3 A Weismann
genetika modern selanjutnya (Downes,
Sumber:
sciencephoto.com 2010).

8.3. Paradigma dan Pergeseran Paradigma Teori


Hereditas Mendel
Paradigma merupakan konsesus bersama antara para
saintis tertentu yang menjadikannya memiliki corak yang

166 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


berbeda antara satu komunitas saintis dan komunitas saintis
lainnya. Varian paradigma yang berbeda-beda dalam dunia
ilmiah dapat terjadi karena latar belakang filosofis, teori dan
instrumen serta metodologi ilmiah yang digunakan sebagai
pisau analisisnya (Upe, Ambo & Damsyid, 2010). Paradigma
dapat didefinisikan sebagai bagian dari teori lama yang pernah
digunakan oleh saintis sebagai inspirasi dalam praktik ilmiah
sebagai acuan riset terdahulu dan dipaparkan berdasarkan dari
pengujian-pengujian dan interpretasi dari kaum saintis
berdasarkan metode ilmiah yang digunakan. Sehingga
memperoleh output paradigma yang dipakai sebagai
kesuluruhan manifestasi keyakinan, hukum, teori, nilai, teknik,
dan lain-lain yang telah diakui bersama anggota masyarakat
(Ulya & Abid, 2015).
Kuhn (1962) menyebutkan bahwa terdapat dua substansi
karakteristik utama pada paradigma dalam penelitian ilmiah
yaitu: pertama, menawarkan unsur baru tertentu yang menarik
pengikut keluar dari persaingan metode kerja dalam kegiatan
ilmiah sebelumnya; kedua, menawarkan pula persoalan-
persoalan baru yang masih terbuka dan belum terselesaikan.
Asumsi Kuhn ini lahir dari pandangan bahwa obyektivitas sains
tidak bersifat otoritatif dan hanya sebatas a justified final
detection (Kuhn, 1970). Asumsi Kuhn menjadi landasan bagi
paradigma epistimologi yang mengkritisi keyakinan manusia
bahwa sains merupakan representasi realitas. Epistimologi
sains menerima teori sains sebagai sebuah revolusi atas nama
kreasionisme, akibatnya akan selalu ada ruang otonomi dalam
sains untuk mencari kebenaran pada pertarungan paradigma
dan prediksi hingga saling mengisolasi teori yang satu dengan
yang lainnya. Maka dari itu, Susanto (2014) menyebutkan
bahwa serangkaian ide ini filsafat dari berbagai saintis ini
memberikan pandangan tentang evolusi atau revolusi

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 167


paradigma, normal sains, falsifikasi dan tradisi ilmiah penelitian
yang merupakan alat ukur kemajuan dari keilmuan sains
sehingga mempengaruhi perkembangan konsep teori hereditas
atau pra mendel dan pasca mendel. Paradigma ini
membimbing kegiatan kerja ilmiah dalam masa sains normal,
dimana saintis dan saintis berkesempatan menjabarkan dan
mengembangkan secara terperinci dan mendalam karena tidak
disibukan pada hal-hal yang mendasar (Sudarmin, 2016).
Pada awal abad ke-19, orang-orang umumnya percaya
bahwa spesies tidak berubah sejak diciptakan. Awan-awan
keraguan tentang ketidakberubahan spesies mulai mengumpul.
Namun tak seorang pun yang dapat memperkirakan terjadinya
badai petir di atas horizon. Bagaimana Charles Darwin menjadi
kilatan petir memicu pandangan revolusioner tentang
kehidupan?
Kata evolusi berasal dari Bahasa latin ―evolvere‖ yang
artinya berkembang, mekar. Oleh karena itu Hartono (1986)
mendefinisikan sebagai suatu proses perkembangan yang
maju dan meningkat setapak demi setapak dan tidak
mendadak. Dogma Darwin terkenal dengan teori evolusi. Teori
evolusi Darwin membantu dalam menerangkan pemikiran
mengenai evolusi yang terjadi di dunia saat ini dan merupakan
tonggak berkembangnya berbagai disiplin ilmu melalui inferensi
berdasarkan bukti empiris (Taufik, 2019). Darwin
mengungkapkan bahwa evolusi alam adalah bahwa spesies
makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan
tetapi diciptakan berdasarkan dari nenek moyang yang sama
dan menjadi berbeda satu sama lain akibat seleksi alam
(Sholichah, 2019). Teori Darwin tidak dapat menjelaskan
mengenai evolusi universal, dengan perkembangan teknologi
dan ilmu genetik tersebut melalui mikroskop yang lebih canggih
telah ditemukan organisme awal dengan kromosomnya. Dalam

168 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


kromosom tersebut dapat ditemukan gen-gen yang menjadi
penerus ciri-ciri yang diturunkan orang tua kepada anak dimana
kromosom dalam sel manusia ada 46 tersebut berasal dari
ayah 23 dan ibu 23, dari hasil sel manusia dan kromosom ini
dapat disimpulkan bahwa biji gandum tetap dihasilkan dari biji
gandum, dan dari manusia tetap lahir manusia (Snijders, 2019).
Charles Darwin (1809-1882) dilahirkan di Shrewsbury,
Inggris Barat. Sejak kecil ia sudah sangat tertarik pada alam.
Jika tidak sedang membaca buku tentang alam, ia memancing
berburu dan mengumpulkan serangga. Ayah Darwin seorang
dokter, beranggapan anaknya tidak punya masa depan sebagai
seorang naturalis dan mengirimkan Darwin ke sekolah
kedokteran di Edinburgh. Namun Darwin beranggapan
kedokteran membisankan dan proses operasi ketika metode
pembiusan belum diketemukan merupakan hal yang
mengerikan. Ia berhenti dari sekolah kedokteran dan mendaftar
ke Cambridge University, dengan niat menjadi pendeta (pada
saat itu di Inggris, banyak ahli sains yang merangkap sebagai
pendeta).
Di Cambridge, Darwin menjadi murid Reverend (pendeta)
John Henslow, seorang profesor botani. Segera setelah Darwin
lulus, Hensow merekomendasikannya kepada kapten Robert
FitzRoy, yang sedang menyiapkan kapal survei HMS Beagle
untuk perjalanan panjang mengelilingi dunia. Darwin akan
membayar sendiri kebutuhannya dan bertugas sebagai teman
mengobrol bagi sang kapten muda. FitzRoy menerima Darwin
karena latar belakang pendidikannya, dan karena mereka
berasal dari kelas sosial yang sama dan berusia sebaya.
Darwin bertolak dari Inggris dengan Beagle pada Desember
1831. Misi utama perjalanan itu adalah memetakan pesisir
Amerika Selatan yang kurang diketahui. Sementara awak kapal
menyurvei pesisir Darwin menghabiskan sebagian besar

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 169


waktunya di darat, mengamati dan mengumpulkan ribuan
tumbuhan dan hewan Amarika Selatan. Ia mengamati ciri-ciri
tumbuhan dan hewan yang membuat mereka dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang beranekaragam,
seperti hutan lembab di Brazil, padang rumput yang luas di
Argentina, dan puncak pegunungan Andes yang menjulang.
Darwin mengamati bahwa tumbuhan dan hewan di wilayah
beriklim sedang Amerika Selatan lebih mirip dengan spesies
yang hidup di wilayah tropis Amerika Selatan dibandingkan
dengan spesies yang hidup diwilayah beriklim sedang Eropa.
Lebih lanjut fosil-fosil yang ia temukan, walaupun jelas berbeda
dari spesies yang masih ada, menunjukan kekhasan Amerika
Selatan karena mirip dengan organisme yang masih ada di
benua tersebut.
Darwin juga menghabiskan banyak waktu untuk
memikirkan geologi selama pelayaran tersebut. Meskipun
sering mabuk laut ia membaca Principles Of Geology karya
Lyell sewaktu berlayar di atas Beagle. Ia mengalami sendiri
perubahan geologi ketika gempa bumi yang kuat mengguncang
Chili. Ia kemudian mengamati bahwa bebatuan di sepanjang
pesisir terdorong ke atas sejauh beberapa kaki. Darwin, yang
menemukan fosil organisme laut jauh di ketinggian Andes,
menyimpulkan bahwa bebatuan yang mengandung fosil-fosil
tersebut pastilah terangkat ke atas oleh serangkaian gempa
semacam itu. Pengamatan-pengamatan ini mempertegas hal
yang ia pelajari dari Lyell : bukti fisik tidak mendukung
pandangan tradisional bahwa bumi yang statis hanya berumur
beberapa ribu tahun. Pada juni 1858, prediksi Lyell menjadi
kenyataan, Darwin menerima manuskrip dai Alfred Russel
Wallace (1823-1913), seorang naturalis Inggris yang bekerja di
Hindia Belanda (sekarang Indonesia), yang telah
mengembangkan hipotesis seleksi alam mirip hipotesis Darwin.

170 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Wallace meminta Darwin untuk mengevaluasi makalahnya dan
ameneruskan ke Lyell untuk mengetahui apakah makalah
tersebut pantas diterbitkan. Lyell membacakan makalah
Wallace bersamai potongan esai Darwin di depan Linnean
Society di London 1 Juli 1858. Darwin menyelesaikan bukunya
On The Origin Of Spesies By Means Of Natural Selection
(mengenai asal-usul spesies akibat seleksi alam), dan
menerbitkannya pada tahun berikutnya. Walaupun Wallace
telah mengirimkan gagasannya untuk diterbitkan terlebih
dahulu, ia mengagumi Darwin dan berpikir bahwa Darwin telah
mengembangkan gagasan seleksi alam dengan sedemikian
ekstensif sehingga Darwin lah yang harus diakui sebagai
arsitek utamanya. Darwin menyadari kesatuan dalam
kehidupan, yang dinyatakan sebagai akibat dari semua
organisme yang diturunkan dari satu nenek moyang yang hidup
di masa lalu. Ia juga berpikir bahwa karena keturunan dari
organisme nenek moyang tersebut hidup didalam berbagai
habitat selama jutaan tahun, mereka telah mengakumulasi
berbagai macam modifikasi, atau adaptasi, yang membuat
mereka sesuai dengan cara hidup spesifik. Darwin menalar
bahwa dalam jangaka waktu yang amat panjang, penurunan
dengan modifikasi pada akhirnya menyebabkan tingginya
keanekaragaman makhluk hidup yang kita lihat sekarang.
Darwin memandang sejarah kehidupan sebagai pohon,
dengan banyak cabang dari batang bersama menuju ke ujung-
ujung ranting termuda. Ujung-ujung ranting tersebut
mencerminkan keanekaragaman organisme yang ada saat
ini.setiap percabangan pada pohon mencerminkan nenek
moyang dari semua garis evolusi yang kemudianbercabang
dari titik tersebut. Spesies yang berkerabat dekat misalnya
gajah Asia dan gajah Afrika, sangat mirip sebab mereka berada
pada garis keturunan yang sama sebelum baru-bau ini

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 171


memisah dari nenek moyang bersama mereka. Tujuh garis
keturunan gajah yang berkerabat telah punah dalam 30 juta
tahun terakhir.
Darwin mengajukan sebuah mekanisme seleksi alam,
untuk menjelaskan pola-pola evolusi yang teramati. Ia
menyusun argumen secara hati-hati, untuk meyakinkan
pembaca yang paling skeptis sekalipun. Pertama-tama ia
mendiskusika contoh-contoh umum dari tumbuhan dan hewan
peliharaan hasil pembiakan selektif. Manusia telah
memodifikasi spesies lain selama beberapa generasi dengan
cara menyeleksi dan membiakan individu yang memiliki sifat
yang diinginkan (seleksi buatan). Akibat dari seleksi buatan,
tanaman pangan dan hewan yang dibiakan sebagai ternak atau
ahewan peliharaan seringkali amat berbeda dari nenek
moyangnya di alam bebas. Darwin menyadari hubungan
penting anatara seleksi alam dan kemampuan organisme untuk
menghasilkan keturunan secara berlebih. Ia mulai menyadari
hubungan ini setelah membaca esai Thomas Maltus yang
menyatakan bahwa banyak penderiataan manusia (penyakit),
kelaparan, perang, adalah konsekuensi yang tak terhindarkan
dari potenssi populasi manusia untuk meningkat lebih cepat
daripada ketersediaan makanan dan seumebr daya lain.
Darwin menyadari kapasitas untuk menghasilkan keturunan
secara berlenbih merupakan karakterisitik semua spesies. Dari
banyak telur yang dihasilkan, anak yang dilahirkan, dan biji
yang disebarkan, hanya sekian persen yang menuntaskan
perkembangan mereka dan menghasilkan keturunan sendiri.
Sisanya dimakan, mati kelaparan, mati sakit, tidak kawin, atau
tidak mampu bertoleransi terhadap kondisi fisik lingkungan
seperti kadar garam atau suhu.
Pergeseran teori-teori pra-Mendel (terutama teori evolusi
Darwin) dikuatkan dengan beberapa bukti dari pendapat ahli.

172 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Teori hereditas Mendel muncul karena beberapa teori tidak
dapat dijelaskan dan terlihat mustahil. Menurut Salisbury
(1971), seorang ahli biologi evolusionis, mengemukakan
pernyataan probabilitas pembentukan secara kebetulan satu
gen saja dari 200.000 gen yang menyusun DNA adalah begitu
rendahnya, sehingga disebut mustahil pun masih terlalu lemah.
Probabilitas dari pembentukan secara kebetulan dari kode
sebuah protein rata-rata dalam tubuh manusia pada DNA
dengan sendirinya adalah 1 banding 1 diikuti oleh 600 angka
nol.
Penelitian empiris tentang hereditas dimulai ketika
penelitian Mendel (1822-1844) ditemukan kembali oleh Hugo
De Vries dan Erich Tshermark secara terpisah pada tahun
1900 (Allen, 2003). Sebenarnya Mendel bukanlah orang yang
pertama kali melakukan percobaan-percobaan persilangan.
Sejumlah percobaan yang terdokumentasi telah dilakukan
sebelum masa Mendel diantaranya adalah: a) pembuatan
Raphanobrassica melalui pesilangan lobak dan kubis pada
abad ke 17 oleh Kohlreuter yang bertujuan untuk menghasilkan
tanaman yang memiliki lobak sebagai umbinya dan kubis di
atas tanah dan penelitian ini tidak berhasil dilakukan; b)
Penemuan dan penjelasan tentang pembuahan ganda pada
tumbuhan berbunga (Magnoliophyta) oleh E. Strassburger
(1878) dan S Nawaschin (1898); c) Percobaan terhadap ribuan
persilangan olah Charles Darwin pada abad ke-19 yang
dipublikasi pada tahun 1896 dengan judul ―The variation of
animal and plant under domestication” pada percobaan
tersebut Darwin menemukan adanya penurunan tampilan pada
generasi hasil perkawinan sekerabat (depresi inbreed) dan
penguatan penampilan pada persilangan antar inbreed
(heterosis) meski Darwin tidak mampu memberikan
penjelasan.; d) Usaha menjelaskan kemiripan oleh Karl

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 173


Pearson melalui metode regresi yang kemudian menjadi dasar
dari teknik statistik modern (Sandler, 2000). Mendel mampu
mengamati keseluruhan sifat yang kompleks dan menemukan
pola pewarisan tersebut sifat demi sifat sehingga mudah untuk
diikuti (Sandler, 2005). Karya Mendel tentang pola pewarisan
sifat ini dipublikasikan pada tahun 1966 pada Proceeding of the
Brunn Society for Natural History dan baru ditemukan kembali
30 tahun setelahnya (tahun 1900). Peristiwa ini menandai era
dari genetika klasik (Downes, 2010).
Perkembangan teori hereditas lebih lanjut pasca Mendel
terjadi ketika Walter S Sutton dan T Boveri secara terpisah
mengembangkan riset tentang perilaku kromosom dalam
pembelahan sel tubuh dan sel kelamin serta mengemukakan
adanya keterpautan gen (gen lingkage). Istilah gen sendiri
mula-mula digunakan oleh ahli genetika Denmark, Johansen
pada tahun 1906 sebagai nama bagian dari satuan pewarisan
sifat yang dipostulatkan oleh Mendel. Menjelang 1940-an,studi
genetika berkembang pesat dan pada saat itu telah dipastikan
bahwa pembawa faktor-faktor keturunan ialah kromosom dalam
sel dan istilah gen digunakan untuk unit-unit pembawa faktor
keturunan dalam kromosom. Di tahun 1944 tiga orang saintis
lainnya dari Amerika yaitu Avery, Leod dan Mc. Carty
menunjukkan bahwa bakteri melakukan perpindahan faktor
hereditas melalui DNA, dalam penelitian tersebut mereka
mengekstrak sel bakteri yang gagal mentransformasi sel
bakteri lainnya kecuali jka DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh.
Eksperimen Hersey dan Chase membuktikan hal yang sama
dengan menggunakan pencari jejak radioaktif (radioactive
tracers). Misteri yang belum terpecahkan pada periode ini ialah
bagaimana struktur DNA sehingga ia mampu bertugas sebagai
materi genetik. Persoalan ini kemudian dijawab oleh Crick dan
Watson berdasarkan hasil difraksi sinar X DNA oleh Wilkins

174 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


dan Franklin hingga kemudian hari Crick, Watson dan Wilkin
mendapatkan hadiah Nobel kedokteran pada tahun 1962 atas
penemuan-penemuan di atas.
Pada konsep Mendelism, suatu gen digambarkan sebagai
unit penurunan sifat yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan
mempengaruhi karakter fenotifnya. Sementara itu Morgan dan
koleganya menempatkan gen dalam lokus-lokus tertentu di
kromosom sedangkan ahli genetika berikutnya menggunakan
lokus sebagai nama lain dari gen.Penemuan terbarutentang
karakter DNA dan gen oleh Tomas Lindahl, Paul Modrich dan
Aziz Sancar (Kresge, Simoni & Robert, 2009) yang
memperoleh Nobel pada tahun 2015 menunjukkan bahwa
molekul DNA meski rentan mengalami mutasi tetapi memiliki
kemampuan untuk memperbaiki dirinya. Lindahl menemukan
bahwa enzim glikolase berperan untuk menemukan kecacatan
pada sitosin, ketika sitosin kehilangan amino dan berubah
menjadi basa urasil enzim glikolase akan mengkoreksinya.
Sementara itu Sancar berhasil mengungkapkan ―bengkel
molekuler‖ namun dalam skenario yang berbeda, Sancar
menemukan bahwa enzim eksinuklease mampu mendeteksi
kelainan pada sel yang rusak akibat sinar ultraviolet selanjutnya
DNA polimerase dan DNA ligase menyempurkan hasil koreksi
dari enzim eksinuklease tersebut [Kresge, Simoni, & Robert,
(2009); Hughes & Ellington, (2017); BBC, (2005).
Fakta-fakta baru yang ditemukan pasca-Mendel
mengakibatkan hingga saat ini terdapat tiga paradigma dalam
memandang variasi hereditas yaitu: a) Hard heredity; b) Soft
heredity dan c) new sintesis of heredity (Falk, 2015). Ketiga
pandangan ini memfasilitasi gen dan lingkungan sebagai faktor
variasi hereditas pada individu dengan Haryad hereditas lebih
cenderung pada paradigma Mendelism, soft heredity lebih
cenderung pada pasca-Mendel sedangkan new sintesis

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 175


heredity merupakan paradigma baru yang dianut oleh Lindahl,
Modrich dan Sancar (Lindahl, Modrich & Sancar, 2015).

8.4. Ontologi Hakikat Teori Hereditas menurut


Mendel
Penemuan hukum hereditas oleh Mendel (1866) pada
perkembangan mempengaruhi cabang ilmu dan konsep
penting dalam biologi seperti evolusi, perkembangan embrio
makhluk hidup dan biologi molekuler bahkan bidang sosial.
Diskusi hereditas yang paling menarik dibidang sosial terjadi
pada tahun 1970-an sampai 1980-an pada topik IQ dan ras
(Mehler, 1996). Salah satu cabang ilmu Biologi yang
berpengaruh besar setelah ditemukannya hukum Mendel ialah
teori evolusi Darwin.
Pada masa pra-Mendel, teori yang berpengaruh yaitu teori
evolusi Darwin. Darwin dalam On the Origin of Species (1859)
menyatakan dua hal penting dalam teori evolusi yaitu: a)
Spesies-spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies
nenek moyangnya di masa lalu; b) perkembangan spesies
dipengaruhi oleh seleksi alam dan variasi antar populasi
(Darwin, 2015). Kasus terkait seleksi alam mengenai paruh
burung Finch merupakan hasil adaptasi evolusioner yang lama.
Darwin beranggapan bahwa hasil adaptasi tersebut berasal
dari makanan yang dimakan oleh burung finch. Keluarga Grant
(1980) menemukan bahwa ketebalan rata-rata paruh (jarak
antara paruh atas dan paruh bawah pada populasi burung
tersebut berubah seiring dengan berubahnya tahun. Saat
musim kering ketebalan ratarata paruh meningkat, kemudian
mengecil kembali saat musim hujan. Sifat tersebut merupakan
sifat yang dapat diturunkan. Keluarga Grant mengaitkan
perubahan itu dengan ketersediaan relatif biji-bijian kecil dari
tahun ke tahun. Burung-burung dengan paruh yang lebih kuat

176 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


mungkin memiliki keuntungan lebih selama musim kering,
ketika kelangsungan hidup dan reproduksi bergantung pada
kemampuan untuk memecah biji-bijian besar. Sebaliknya para
saintis telah menunjukkan pada kita bahwa seleksi alam
merupakan suatu mekanisme perubahan dalam populasi yang
terus terjadi: proses itu telah diperkuat secara berulang-ulang
melalui kajian ilmiah yang cermat, di mana prediksi
berdasarkan hipotesis diuji melalui pengamatan dan
percobaan.
Hal tersebut didukung pula oleh Campbell (2003) evolusi
paruh pada salah satu burung finch yang dibahas Darwin.
Burung finch darat berukuran sedang (Geospiza fortis), salah
satu dari burung yang ditemukan Darwin di kepulauan
Galapagos, menggunakan paruhnya yang kuat untuk memecah
dan menghancurkan biji-bijian. Jika diberikan kesempatan
untuk memilih biji-bijian besar atau biji-bijian kecil, burung itu
akan memilih biji-bijian kecil yang lebih mudah dipecahkan.
Selama tahun-tahun basah (banyak hujan), biji-bijian kecil
dihasilkan sangat berlimpah sehingga burung finch darat relatif
mengkonsumsi hanya sedikit biji-bijian besar. Akan tetapi,
selama tahun-tahun kering (kemarau) ketersediaan semua biji-
bijian menjadi berkurang, dan burung-burung itu secara
proporsional memakan lebih banyak biji-bijian besar.
Perubahan dalam pola ketersediaan makanan ini berhubungan
dengan perubahan dalam rata-rata ketebalan (dimensi dari atas
ke bawah) paruh burung tersebut. Sifat ini diwariskan dan
bukan didapatkan (misalnya dengan penggunaan paruh itu
untuk biji-bijian besar). Penjelasan yang paling mungkin adalah
burung-burung yang kebetulan memiliki paruh yang lebih kuat
memiliki keuntungan dalam hal makanan dan dengan demikian
memiliki keberhasilan reproduksi yang lebih besar selama

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 177


masa kering, burung-burung itu akan menurunkan gen untuk
paruh yang lebih tebal sampai ke keturunannya.
Teori evolusi Darwin berhasil meyakinkan sebagian besar
ahli biologi bahwa variasi telah mengarah pada evolusi
hereditas, tetapi kurang berhasil menyakinkan mereka bahwa
seleksi alam merupakan mekanisme utamanya. Darwin tidak
menawarkan penjelasan yang tepat tentang kemunculan
spesies baru hingga kemudian teori hereditas Mendel yang
bersifat empiris menutupi kekurangan teori evolusi Darwin dan
ini terjadi pada teori-teori lain yang muncul setelahnya (Zalta,
2010; Bounduriansky, 2012). Teori hereditas Mendel muncul
karena beberapa teori tidak dapat dijelaskan dan terlihat
mustahil. Menurut seorang ahli biologi evolusionis bernama
Salisbury (1971) mengemukakan pernyataan probabilitas
pembentukan secara kebetulan satu gen saja dari 200.000 gen
yang menyusun DNA adalah begitu rendahnya, sehingga
disebut mustahil pun masih terlalu lemah. Probabilitas dari
pembentukan secara kebetulan dari kode sebuah protein rata-
rata dalam tubuh manusia pada DNA dengan sendirinya adalah
1 banding 1 diikuti oleh 600 angka nol.
Pendapat para Evolusionis tidak dapat menjelaskan
bagaimana informasi di dalam DNA berasal mula dan
bagaimana DNA berbeda dalam setiap spesies. Sementara
para evolusionis tidak dapat sama sekali menjelaskan
bagaimana DNA berasal mula, masih ada poin lain di mana
mereka menghadapi jalan buntu. Bagaimana ikan, reptil,
burung, manusia dan sebagainya dapat memiliki DNA yang
berbeda dan jenis informasi yang berbeda?. Para evolusionis
menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan bahwa
kandungan informasi dalam DNA berkembang dan mengalami
diversifikasi perlahan-lahan melalui peristiwa-peristiwa
kebetulan. Peristiwa kebetulan yang mereka rujuk adalah

178 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


―mutasi‖. Mutasi adalah perubahan yang berlangsung di dalam
DNA sebagai akibat dari radiasi atau reaksi kimia. Kadangkala
radiasi radioaktif terjadi pada rantai DNA dan merusak atau
memindahkan beberapa pasangan basa di dalamnya. Menurut
para evolusionis, makhluk hidup telah mencapai bentuk mereka
yang sempurna sekarang sebagai hasil diversifikasi dari
sebuah DNA tunggal karena mutasi-mutasi ini (yakni,
kecelakaan). Pertanyaan bagaimana molekul yang dirancang
secara luar biasa seperti DNA berasal mula adalah salah satu
dari ribuan jalan buntu yang dihadapi evolusionis. Karena
berusaha keras menjelaskan kehidupan melalui ―peristiwa
kebetulan‖, teori evolusi tidak pernah dapat menjelaskan
sumber dari informasi luar biasa yang begitu sempurna dan
cermat dikodekan di dalam DNA. Teori-teori ini dapat dikatakan
sebagai teori Hereditas Pra-Mendel.
Filsuf Yunani mempunyai bermacam ide tentang
hereditas, Theophrastus menyatakan bahwa bunga jantan
membuat bunga betina menjadi matang Hipokrates menduga
bahwa ―benih‖ diproduksi oleh berbagai anggota tubuh dan
diwariskan pada saat terjadi pembuahan sementara Aristoteles
menyatakan bahwa semen jantan dan betina bercampur pada
saat pembuahan. Aeskhylus pada tahun 458 SM mengajukan
ide bahwa pejantan adalah orang sebenarnya dan betina
adalah perawat dari bayi yang disemai di dalamnya (Meilinda,
2017). Bermacam mekanisme hereditas diajukan tanpa
dikuantifikasi dengan layak beberapa diantaranya tentang
pewarisan campuran dan pewarisan sifat dapatan namun
memvariasikan hewan dan tanaman domestik yang dapat
dikembangkan melalui selektif artificial (Griffiths & Stotz, 2013).
Selanjutnya penemuan ―binatang kecil‖ oleh Antoine Van
Leeuwenhoek (1632-1723) menjadi dasar dari teori ―spermis‖
yang dilanjutkan dengan teori lainnya yang bertentangan yaitu

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 179


teori ―Ovis‖ sedang ide yang kelihatan menyatukan kedua teori
tersebut ialah pangenesis. Pangensis menyatakan bahwa pria
dan wanita membentuk sebuah ―pangen‖ dalam setiap organ
tubuhnya. Pangen tersebut kemudian berjalan ke alat kelamin
melalui darah. Secara umum ide ini sama dengan ide awal
filsuf Yunani kuno dan mempengaruhi konsep hereditas sampai
seratus tahun hingga kemudian Francis Galton melakukan
percobaan yang berhasil membatah ide pangenesis tersebut
pada tahun 1870 (Bourrat, 2014).
Penelitian empiris tentang hereditas dimulai ketika
penelitian Mendel (1822-1844) ditemukan kembali oleh Hugo
De Vries dan Erich Tshermark secara terpisah pada tahun
1900 (Allen, 2003). Sebenarnya Mendel bukanlah orang yang
pertama kali melakukan percobaan-percobaan persilangan.
Sejumlah percobaan yang terdokumentasi telah dilakukan
sebelum masa Mendel diantaranya adalah: a) pembuatan
Raphanobrassica melalui pesilangan lobak dan kubis pada
abad ke 17 oleh Kohlreuter yang bertujuan untuk menghasilkan
tanaman yang memiliki lobak sebagai umbinya dan kubis di
atas tanah dan penelitian ini tidak berhasil dilakukan; b)
Penemuan dan penjelasan tentang pembuahan ganda pada
tumbuhan berbunga (Magnoliophyta) oleh McCauley et al.
(2009) dan S Nawaschin (1898); c) Percobaan terhadap ribuan
persilangan olah Charles Darwin pada abad ke-19 yang
dipublikasi pada tahun 1896 dengan judul ―The variation of
animal and plant under domestication” pada percobaan
tersebut Darwin menemukan adanya penurunan tampilan pada
generasi hasil perkawinan sekerabat (depresi inbreed)dan
penguatan penampilan pada persilangan antar inbreed
(heterosis) meski Darwin tidak mampu memberikan
penjelasan.; d) Usaha menjelaskan kemiripan oleh Karl
Pearson melalui metode regresi yang kemudian menjadi dasar

180 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


dari teknik statistik modern (Sandler, 2000). Mendel mampu
mengamati keseluruhan sifat yang kompleks dan menemukan
pola pewarisan tersebut sifat demi sifat sehingga mudah untuk
diikuti (Sandler, 2005). Karya Mendel tentang pola pewarisan
sifat ini dipublikasikan pada tahun 1966 pada Proceeding of the
Brunn Society for Natural History dan baru ditemukan kembali
30 tahun setelahnya (tahun 1900). Peristiwa ini menandai era
dari genetika klasik (Downes, 2010).
Perkembangan teori hereditas lebih lanjut pasca Mendel
terjadi ketika Walter. S Sutton dan T. Boveri secara terpisah
mengembangkan riset tentang perilaku kromosom dalam
pembelahan sel tubuh dan sel kelamin serta mengemukakan
adanya keterpautan gen (gen lingkage). Istilah gen sendiri
mula-mula digunakan oleh ahli genetika Denmark, Johansen
pada tahun 1906 sebagai nama bagian dari satuan pewarisan
sifat yang dipostulatkan oleh Mendel. Menjelang 1940-an, studi
genetika berkembang pesat dan pada saat itu telah dipastikan
bahwa pembawa faktor-faktor keturunan ialah kromosom dalam
sel dan istilah gen digunakan untuk unit-unit pembawa faktor
keturunan dalam kromosom. Di tahun 1944 tiga orang saintis
lainnya dari Amerika yaitu Avery, Leod dan Mc. Carty
menunjukkan bahwa bakteri melakukan perpindahan faktor
hereditas melalui DNA, dalam penelitian tersebut mereka
mengekstrak sel bakteri yang gagal mentransformasi sel
bakteri lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh.
Eksperimen Hersey dan Chase membuktikan hal yang sama
dengan menggunakan pencari jejak radioaktif (radioactive
tracers). Misteri yang belum terpecahkan pada periode ini ialah
bagaimana struktur DNA sehingga ia mampu bertugas sebagai
materi genetik. Persoalan ini kemudian dijawab oleh Crick dan
Watson berdasarkan hasil difraksi sinar X DNA oleh Wilkins
dan Franklin hingga kemudian hari Crick, Watson dan Wilkin

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 181


mendapatkan hadiah Nobel kedokteran pada tahun 1962 atas
penemuan-penemuan di atas.

8.5. Nilai Aksiologi setelah mempelajari paradigma


teori Pra-Mendel dan Pasca-Mendel
Menurut Suriasumantri (2007) aksiologi adalah teori nilai
yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di
peroleh. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia (1995)
aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan
manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa aksiologi adalah suatu teori tentang
nilai yang berkaitan dengan bagaimana suatu ilmu digunakan.
Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang
dinilai, dan mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Etika menilai perbuatan manusia dalam norma-norma
kesusilaan manusia, tingkah laku manusia dalam suatu kondisi
yang normative. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai
tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia
terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Dari sisi aksiologis atau nilai dan manfaat yang terapkan
dari teori Pra-Mendel secara umum memiliki manfaat dari sudut
pandang perkembangan pengetahuan. Perdebatan yang
selama ini terjadi disebabkan karena keterbatasan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Namun seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, teori evolusi pun mengalami
perkembangan menurut masanya (Taufik, 2019). Teori dan
pemikiran Charles Darwin mengenai evolusi makhluk hidup
menggunakan kajian secara ontologi dan epistemologi, karena
hasil pemikiran Charles Darwin berdasarkan pengamatan-
pengamatan yang ia lakukan lalu dianalisa dan munculah
konsep adaptasi dan seleksi alam. Darwin menggunakan

182 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


paradigma positivistik karena teori evolusi mahkluk hidup
berlandaskan data-data empiris, dapat diobservasi secara
nyata, dan dibuktikan secara ilmiah. Dimensi dinamis dalam
sains digambarkan oleh lahirnya teori evolusi makhluk hidup
melalui metode ilmiah yang menggambarkan sains sebagai
sebuah proses. Hal ini memberikan produk berupa teori evolusi
Darwin sebagai produk dari pengkajian fenomena alam secara
ilmiah. Sesuai dengan pernyataan Firman (2019) bahwa sains
pada hakikatnya merupakan proses dan produk dimana produk
sains adalah hasil dari proses sains itu sendiri. Ilmu
pengetahuan haruslah terbuka pada konteksnya, dan
agamalah yang menjadi konteksnya itu. Agama mengarahkan
ilmu pengetahuan pada tujuan hakikinya, yakni memahami
realitas alam, dan memahami eksistensi Allah, agar manusia
menjadi sadar pada hakikat penciptaan dirinya, dan tidak
mengarahkan ilmu pengetahuan ―melulu‖ pada praxis, pada
kemudah-mudahan material duniawi saja (Sastria, 2016).
Sebagai seorang yang memegang agama, maka agama
yang menjadi konteksnya. Agama mengarahkan ilmu
pengetahuan pada tujuan yang hakiki. Yakni memahami
realitas alam dan memahami eksistensi Allah. Dan sebagai
manusia menjadi sadar pada hakikat penciptaan dirinya Teori
Pra-Mendel belum selaras dengan Alquran. Maka dari itu dari
sisi aksiologis setelah mempelajari dogma Darwin dapat kita
ambil sikap untuk selalu bersyukur terhadap apa yang diberikan
kepada kita. Proses evolusi makhluk hidup masih terus
berlanjut hingga saat ini dan sejalan dengan seleksi alam yang
terjadi, maka dari itu mengandung makna upaya selalu
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di bumi dan
kebahagiaan di akhirat serta mmengandung usaha keras untuk
meraih kehidupan yang lebih baik. Untuk itu, perlu adanya
tinjauan lebih mendalam mengenai aksiologi teori darwin. Pada

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 183


dasarnya teori darwin menitikberatkan pada proses seleksi
alam dan adaptasi makhluk hidup bukan pada perubahan
morfologis manusia. Aksiologi perlu diperdalam terkait isu
penggunaannya di tengah masyarakat agamis.
Sedangkan teori-teori pasca-Mendel menyebutkan Fakta-
fakta baru yang mengakibatkan hingga saat ini terdapat tiga
paradigma dalam memandang variasi hereditas yaitu: a) Hard
heredity; b) Soft heredity dan c) new sintesis of heredity (Falk,
2015). Ketiga pandangan ini memfasilitasi gen dan lingkungan
sebagai faktor variasi hereditas pada individu dengan Haryad
hereditas lebih cenderung pada paradigma Mendelism, soft
heredity lebih cenderung pada pasca-Mendel sedangkan new
sintesis heredity merupakan paradigma baru yang dianut oleh
Lindahl, Modrich dan Sancar (2015). Sebagai seorang yang
memegang agama, maka agama yang menjadi konteksnya.
Agama mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan yang
hakiki. Yakni memahami realitas alam dan memahami
eksistensi Allah. Dan sebagai manusia menjadi sadar pada
hakikat penciptaan dirinya Teori Pasca-Mendel beberapa
penemuannya selaras dengan Alquran. Secara aksiologis
tentang belajar tentang perkembangan-perkembangan teori
pasca Mendel sangatlah penting guna kemaslahatan
masyarakat dewasa ini. Secara umum, belajar Genetika
menjadi kegiatan keilmuan yang merupakan proses terus
menerus sebagaimana akumulasi eksplanasi ilmiah menuju
tujuan yang lebih baik.

8.6. Tokoh Saintis Penguat Paradigma


Pergeseran teori-teori pra-Mendel (terutama teori evolusi
Darwin) dikuatkan dengan beberapa bukti dari pendapat ahli.
Penelitian empiris tentang hereditas dimulai ketika;

184 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


1. Penelitian Mendel (1822-1844) ditemukan kembali oleh
Hugo De Vries dan Erich Tshermark secara terpisah pada
tahun 1900 (Allen, 2003). Mendel mampu mengamati
keseluruhan sifat yang kompleks dan menemukan pola
pewarisan tersebut sifat demi sifat sehingga mudah untuk
diikuti (Sandler, 2005). Karya Mendel tentang pola
pewarisan sifat ini dipublikasikan pada tahun 1966 pada
Proceeding of the Brunn Society for Natural History dan
baru ditemukan kembali 30 tahun setelahnya (tahun
1900).
2. Walter S Sutton dan T Boveri, melakukan penelitian
secara terpisah dengan cara mengembangkan riset
dengan pengamatan perilaku kromosom dalam
pembelahan sel tubuh dan sel kelamin serta
mengemukakan adanya keterpautan gen (gen lingkage).
3. Avery, Leod dan Mc. Carty adalah saintis dari Amerika
dan pada tahun 1944 menunjukkan bahwa bakteri
melakukan perpindahan faktor hereditas melalui DNA,
dalam penelitian tersebut mereka mengekstrak sel bakteri
yang gagal mentransformasi sel bakteri lainnya kecuali jka
DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh. Eksperimen Hersey
dan Chase membuktikan hal yang sama dengan
menggunakan pencari jejak radioaktif (radioactive tracers).
Misteri yang belum terpecahkan pada periode ini ialah
bagaimana struktur DNA sehingga ia mampu bertugas
sebagai materi genetik. Persoalan ini kemudian dijawab
oleh Crick dan Watson berdasarkan hasil difraksi sinar X
DNA oleh Wilkins dan Franklin hingga kemudian hari
Crick, Watson dan Wilkin mendapatkan hadiah Nobel
kedokteran pada tahun 1962 atas penemuan-penemuan
di atas.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 185


4. Penemuan terbaru tentang karakter DNA dan gen oleh
Thomas Lindahl, Paul Modrich dan Aziz Sancar (2015)
yang memperoleh Nobel pada tahun 2015 menunjukkan
bahwa molekul DNA meski rentan mengalami mutasi
tetapi memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya.
Lindahl menemukan bahwa enzim glikolase berperan
untuk menemukan kecacatan pada sitosin, ketika sitosin
kehilangan amino dan berubah menjadi basa urasil enzim
glikolase akan mengkoreksinya. Sementara itu Sancar
berhasil mengungkapkan ―bengkel molekuler‖ namun
dalam skenario yang berbeda, Sancar menemukan bahwa
enzim eksinuklease mampu mendeteksi kelainan pada sel
yang rusak akibat sinar ultraviolet selanjutnya DNA
polimerase dan DNA ligase menyempurkan hasil koreksi
dari enzim eksinuklease tersebut (Kresge, 2009; Hughes
RA & Ellington., 2015; BBC, 2015).

Pandangan-pandangan teori Pra-Mendel dan Pasca-


Mendel masih bergulir dan terus menerus berkembang,
terutama penelitian-penelitian teori pasca Mendel. Mendel
menjadi tolak utama pergeseran teori evolusi Darwin yang
menyebutkan teori evolusi makhluk hidup. Pada Pra-Mendel,
variasi hereditas terjadi akibat percampuran antara kedua induk
yang diwariskan ke generasi berikutnya (Vapour and Liquid
Theory & Partikulat Theory) dan pendominasian salah satu
karakter orang tua terhadap keturunannya (preformation
Theory). Variasi yang terjadi pada generasi menurut pra-
Mendel terjadi karena pengaruh lingkungan (Lamark dan
Darwin) yang kemudian di wariskan dari generasi ke generasi.
Variasi yang terjadi pada skala individu ini yang akhirnya akan
mendorong pada proses evolusi (Darwin, 2015). Penolakan
hukum Mendel oleh pendukung paradigma pra-Mendel

186 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


dikarenakan perbedaan gagasan proses terjadinya variasi
hereditas. Pendukung pra-Mendel memiliki perbedaan
paradigma terhadap terjadinya variasi hereditas yang
berdampak pada evolusi makhluk hidup yaitu akibat pengaruh
lingkungan atau karena faktorgen. Sementara menurut Mendel
evolusi akan terjadi bila terdapat mutasi dan menurut
percobaan Morgan, mutasi tidak menyebabkan evolusi tetapi
memperluas terjadinya variasi (Burian, 1985).
Pada konsep teori-teori yang muncul Pasca Mendel, suatu
gen digambarkan sebagai unit penurunan sifat yang memiliki
ciri-ciri tersendiri dan mempengaruhi karakter fenotifnya.
Sementara itu Morgan dan koleganya menempatkan gen
dalamlokus-lokus tertentu di kromosom sedangkan ahli
genetika berikutnya menggunakan lokus sebagai nama lain dari
gen. Evolusi lebih lanjut dari gen ialah ia dipandang sebagai
suatu daerah urutan nukleotida spesifik di sepanjang molekul
DNA sehingga pada akhirnya saintis menggunakan istilah gen
fungsional sebagai urutan DNA yang mengkode rantai
polipeptida atau molekul RNA (Hartl & Jones, 1998; Saefuddin,
2007; Campbell, 1999). Penemuan terbarutentang karakter
DNA dan gen oleh Thomas Lindahl, Paul Modrich dan Aziz
Sancar (2015) yang memperoleh Nobel pada tahun 2015
menunjukkan bahwa molekul DNA meski rentan mengalami
mutasi tetapi memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya.
Secara garis besar, pengetahuan ilmiah selalu
berkembang dan berubah berbanding lurus dengan
ditemukannya fakta-fakta baru. Hal ini karena tujuan sains ialah
untuk menggantikan gagasan-gagasan yang ada sehingga
progresif terhadap kebenaran. Sains kontingen terhadap
dinamika sejarah dan komunitas saintis sehingga kebenaran
ilmiah pun berubah-ubah secara revolusioner. Sains
merupakan pengetahuan ilmiah, terbentuk bukan hanya dari

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 187


akumulasi fenomena alam yang sistematik tetapi juga metode
dan sikap ilmiah. Sains juga sebagai produk yang mempelajari
hal-hal yang sudah temukan oleh saintis sebelumnya.
Perkembangan signifikan teori hereditas terjadi setelah
ditemukannya hukum Mendel, perbedaan signifikan antara pra-
mendel dan pasca-mendel ialah menguatnya kajian empiris
ketimbang rasionalis semata.
Hal ini memberikan hikmah kepada kita untuk selalu
memahami pergeseran paradigma Pra Mendel dan pasca
mendel. Belajar begaimana penemuan-penemuan itu dapat
akhirnya dicetuskan oleh saintis dengan melalui penelitian-
penelitian dan pengamatan yang lumayan memerlukan waktu
yang lama. Sebagaimana menurut pendapat Popper (1968),
teori-teori ilmiah selalu dan hanyalah bersifat hipotesis (dugaan
sementara) dan tidak ada kebenaran terakhir. Setiap teori
selalu terbuka untuk digantikan oleh teori yang lebih tepat,
dengan kata lain kebenaran hanyalah sementara, hal ini
disebutnya sebagai The Thesis of Futability.

188 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


BAB 9

PERGESERAN PARADIGMA
KLASIFIKASI ORGANISME

Atip Nurwahyunani
Dosen Pendidikan Biologi Universitas PGRI Semarang
atipnurwahyunan@upgris.ac.id

9.1. Deskripsi Materi


Saat ini kita telah memiliki sistem klasifikasi makhluk hidup
yang dikenal dengan nama taksonomi biologi. Namun, proses
pengklasifikasian makhluk hidup ini tidak muncul begitu saja
tetapi telah melalui proses yang panjang dan rumit. Klasifikasi
makhluk hidup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengelompokkan makhluk hidup. Pengelompokan tersebut
didasarkan pada kesamaan ciri maupun perbedaan yang
ditemukan pada setiap makhluk hidup. Klasifikasi makhluk
hidup dilakukan dengan melihat ciri ciri makhluk hidup yang
paling umum hingga yang paling spesifik pada makhluk hidup.
Selain pengelompokan dari ciri-ciri makhluk hidup,
pengelompokan juga dilakukan dengan dasar ukuran, manfaat,
dan juga habitat makhluk hidup.
Klasifikasi makhluk hidup dipelajari dalam ilmu taksonomi.
Awalnya, ilmu taksonomi diprakarsai oleh saintis Swedia yang

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 189


bernama Carolus Linnaeus. Olehnya, kelompok makhluk
hidup diklasifikasikan menjadi dua domain dan 2 kingdom
(kelompok) yakni animalia (hewan) dan juga vegetabilia
(tumbuhan). Linnaeus memperkenalkan tentang klasifikasi
makhluk hidup dengan urutan sebagai berikut (tertinggi ke
terendah): Kingdom – Filium (Hewan) / Divisio (Tumbuhan) –
Klass – Ordo – Famiia – Genus – Spesies.
Untuk pemberian nama ilmiah dari makhluk hidup diambil
dari nama genus dan juga spesies dalam klasifikasi makhluk
hidup. Berikut ini aturan yang digunakan untuk pemberian
nama ilmiah pada makhluk hidup: 1) Nama ilmiah
menggunakan bahasa Latin; 2) Nama ilmiah terdiri atas dua
kata, kata pertama adalah nama genus dan kata kedua adalah
nama spesies; 3) Penulisan nama ilmiah ditulis dengan huruf
cetak miring atau digaris bawah; 4) Huruf pertama pada kata
pertama (nama genus) harus menggunakan huruf capital; 5)
Seluruh huruf pada kata kedua (nama spesies) tidak
menggunakan huruf kapital. Sebagai contoh, penulisan nama
ilmiah untuk tanaman pisang adalah Musa paradisiaca atau
Musa paradisiaca. Musa dalam nama ilmiah tersebut adalah
nama genus, sedangkan paradisiaca adalah nama spesies.
Sistem klasifikasi filogeni merupakan suatu cara
pengelompokan organisme berdasarkan garis evolusinya atau
sifat perkembangan genetik organisme sejak sel pertama
hingga menjadi bentuk organisme dewasa. Sistem klasifikasi ini
sangat dipengaruhi oleh perkembangan teori evolusi. Pada
sistem klasifikasi ini terkadang ada organisme yang secara
morfologisnya berbeda, namun ternyata memiliki karakter
genetik yang dekat. Sistem klasifikasi filogeni ini merupakan
sistem klasifikasi yang mendasari sistem klasifikasi modern,
yang dipelopori oleh Hudchinson, Cronquist, dan lainnya.
Biasanya klasifikasi modern ini dilakukan dengan

190 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


memperhatikan kecenderungan evolusi organisme itu lebih
maju atau masih primitif adalahdengan melihat pelestarian atau
penyusutan dari struktur sel atau tubuhnya akibat pengaruh
seleksi alam (TD Pertiwi, 2017). Hal inilah yang kemudian
menarik untuk diketahui lebih lanjut tentang bagaimana sistem
klasifikasi makhluk hidup.

9.2. Mengapa Perlu Klasifikasi Organisme


Para ahli ilmu hayat pertama di Eropa tak tahu menahu
tentang keanekaragaman hayati di dunia. Mereka hanya
mengenal hewan dan tumbuhan yang umum ditemui di sekitar
mereka. Tetapi setelah zaman pertengahan, keadaan berubah
cepat. Penjelajahan dunia abad ke-16 sampai ke-19
mengungkapkan fakta bahwa tiap benua punya biota pribumi
yang uni dan ada aperbedaan di berbagai garis lintang. Daerah
tropis punya bentuk-bentuk kehidupan berbeda dengan daerah
ilim sedang dan kutub. Penelitian laut menunjukan keragaman
kehidupan di sana. Dari permukaan sampai tempat-tempat
terdalam, dan mikroskop menunjukan luasnya dunia protista,
alga, fungi, dan bakteri. Dan itu bukanlah akhir penemuan baru
(Ernst Mayr. 2010)
Klasifikasi merupakan salah satu cara penyederhanaan
terhadap objek (dalam hal ini, makhluk hidup) yang berjumlah
besar dan beragam.. Secara umum, klasifikasi dapat diartikan
sebagai suatu proses mengelompokkan sesuatu berdasarkan
aturan-aturan tertentu. Membuat klasifikasi dapat member
peluang kepada kita untuk bekerja mengikuti sistem file, yaitu
suatu sistem yang pengerjaannya dilakukan dengan cara
pengorganisasian pengetahuan sehingga hal yang diketahui
dapat dikomunikasikan secara sistematis (E Widiyadi, 2009).

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 191


9.3. Tujuan Klasifikasi Makhluk Hidup
Ahli biologi telah bekerja keras melakukan eksplorasi dan
penelitian mengenai makhluk hidup, dan mendeskripsikan ciri-
ciri makhluk hidup. Pada tingkatan yang paling mendasar
terdapat keteraturan dalam kehidupan makhluk hidup. Semua
makhluk hidup memiliki organisasi yang sangat
kompleks.Dalam klasifikasi biologi modern, makhluk hidup
terdiri hewan, tumbuhan dan jasad renik yang sangat beragam
(AS Leksono, 2012).
Mengapa makhluk hidup yang ada di bumi perlu
dikelompokkan? Berikut ini akan dipaparkan beberapa tujuan
dilakukannya klasifikasi makhluk hidup.
a. Untuk Mempermudah Proses Mempelajari Makhluk
Hidup – Klasifikasi makhluk hidup dilakukan dengan
mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya.
Dengan mengetahui klasifikasi makhluk hidup tertentu kita
sekaligus mengetahui ciri-ciri dari makhluk tersebut,
kita sekaligus akan mengetahui makhluk hidup apa saja
yang memiliki ciri yang serupa.
b. Mengetahui Hubungan Kekerabatan – Klasifikasi makhluk
hidup terjadi karena adanya pengelompokan berdasarkan
ciri. Tingkat takson yang diperkenalkan oleh Linnaeus dapat
membantu kita mengetahui hubungan kekerabatan antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lain.
Dengan mengetahui ciri-ciri makhluk hidup berdasarkan
tingkatan takson, kita jadi memahami hubungan
kekerabatan pada makhluk hidup.
c. Membedakan Makhluk Hidup yang Satu dengan yang
Lainnya – Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh makhluk
hidup, kita dapat mengetahui dan membedakan makhluk
hidup satu dengan yang lainnya. Misalnya antara kera dan
monyet, meskipun mirip namun keduanya memiliki nama

192 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


ilmiah yang berbeda karena ada ciri yang membedakan
antara keduanya.
d. Untuk Menyederhanakan Objek Studi – Makhluk hidup
yang ada di bumi berjumlah jutaan. Untuk mempelajarinya
tentu dibutuhkan waktu yang sangat lama. Untuk itu, perlu
dilakukan klasifikasi ilmiah agar objek studi menjadi lebih
sederhana. Klasifikasi makhluk hidup akan lebih membantu
kita untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup
karena telah dikelompokkan berdasarkan kesamaan ciri.
e. Memberi Nama Makhluk Hidup yang Belum Diketahui
Namanya – Seiring perkembangan waktu, berbagai
penemuan spesies baru terus terjadi. Spesies-spesies baru
tersebut belum memiliki nama, karena itu perlu dilakukan
klasifikasi makhluk hidup. Dengan melihat ciri-ciri spesies
yang ditemukan, spesies tersebut akan memiliki nama
ilmiah sesuai ciri-ciri yang ditunjukkan.

9.4. Epistemologi Tentang Proses Klasifikasi


Makhluk Hidup
Epistemologi membahas apa sarana dan bagaimana
memperoleh pengetahuan atau ilmu tertentu. Kajian terkait
dengan epistemologi antara lain adalah logika, filsafat bahasa,
analisis wacana, dan matematika. Pengembangan ilmu
dilakukan oleh saintis melalui penelitian ilmiah sebagai
sarananya (Sudarmin, 2016).
Untuk melakukan klasifikasi makhluk hidup ternyata tidak
hanya didasarkan pada kesamaan ciri saja, masih ada
beberapa kriteria yang dijadikan dasar untuk melakukan
klasifikasi makhluk hidup, di antaranya: a) Berdasarkan
kesamaan ciri, dasar pertama yang dijadikan pedoman untuk
mengklasifikasikan makhluk hidup adalah berdasarkan
kesamaan cirinya. Sebagai contoh elang dan ayam akan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 193


masuk ke dalam jenis aves. Penggolongan tersebut didasarkan
pada kesamaan ciri makhluk hidup yaitu memiliki paruh, bulu,
dan juga sayap; b) Berdasarkan perbedaan, meskipun hewan
satu dengan yang lainnya bisa masuk ke jenis yang sama
namun bisa jadi dua makhluk hidup dalam satu jenis itu
memiliki perbedaan. Misalnya antara ayam dan elang.
Keduanya merupakan pengelompokan hewan berjenis aves,
namun keduanya memiliki perbedaan dari segi jenis makanan
yang dikonsumsi. Ayam adalah jenis hewan herbivora karena
mengkonsumsi tumbuhan, sedangkan elang adalah hewan
karnivora karena mengkonsumsi binatang. c) Berdasarkan
pada ciri morfologi dan juga anatominya, langkah awal yang
dilakukan untuk mengelompokkan makhluk hidup dilakukan
dengan mengamati ciri morfologinya, seperti menggolongkan
beberapa jenis tumbuhan berdasarkan bentuk pohon, bentuk
daun, bentuk bunga, warna bunga, dan lain sebagainya. Jika
ciri morfologi sudah diamati dan diklasifikasikan, maka langkah
selanjutnya adalah mengetahui ciri anatominya, seperti ada
atau tidaknya sel trakea, kambium, berkas pengangkut, dan
sebagainya. Beberapa jenis makhluk hidup mungkin memiliki
struktur morfologi yang sama tetapi memiliki struktur anatomi
yang berbeda, atau bisa juga sebaliknya; d) Berdasarkan
pada ciri biokimianya, selain berdasarkan ciri morfologi dan
antominya, pengelompokan makhluk hidup juga bisa dilakukan
dengan melihat struktur biokimianya, seperti kandungan enzim,
jenis-jenis protein, dan juga jenis DNA yang dimiliki. Ciri
biokimia tersebut akan memberikan bantuan untuk mengetahui
hubungan kekerabatan antara makhluk hidup satu dengan
yang lainnya; e) Berdasarkan pada manfaatnya, makhluk
hidup dengan ragam yang begitu banyak sudah tentu memiliki
manfaat yang berbeda-beda. Perbedaan manfaat itu dapat

194 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan makhluk
hidup.

9.5. Tahapan-tahapan dalam Klasifikasi Makhluk


Hidup
Linneaus yang dianggap sebagai bapak taksonomi dunia
menyatakan beberapa tahapan yang dapat dilakukan dalam
mengklasifikasikan makhluk hidup, di antaranya: a) Tahap
pertama adalah identifikasi, tahapan identifikasi dilakukan
dengan mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup yang akan
diklasifikasikan; b) Tahap yang kedua adalah
pengelompokan, tahap pengelompokan dilakukan dengan
mengelompokkan makhluk hidup dengan dasar ciri-ciri yang
dimiliki oleh makhluk hidup tersebut. Makhluk hidup dengan
ciri-ciri yang sama akan masuk dalam satu kelompok yang
sama atau bisa dikatakan akan masuk dalam satu takson; c)
Melakukan penamaan takson, jika makhluk hidup sudah
dikelompokkan ke dalam takson-takson yang sejenis,
selanjutnya adalah pemberian nama takson. Pemberan nama
takson tersebut dilakukan untuk mempermudah pengenalan
ciri-ciri pada kelompok makhluk hidup tertentu.

9.6. Pergeserean Perkembangan Klasifikasi


Makhluk Hidup
Klasifikasi makhluk hidup telah dikenal sejak zaman dahulu,
Seorang ahli filsafat Yunani, Aristoteles (384-322 SM), telah
melakukan klasifikasi makhluk hidup dengan
mengklasifikasikan tumbuhan dan hewan. Meskipun telah
mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi tumbuhan dan
hewan, pada masa itu manusia belum mengenal
mikroorganisme seperti bakteri atau berbagai makhluk bersel
satu. Dalam perkembangannya, sistem klasifikasi makhluk

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 195


hidup telah mengalami banyak perubahan dari masa ke masa.
Semua itu tidak terlepas dari peranan para saintis untuk terus
melakukan penelitian. Berikut ini beberapa sistem klasifikasi
makhluk hidup dari masa ke masa.
a. Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Pra-Linnaeus
Pada masa pra-Linnaeus, sistem klasifikasi makhluk
hidup dilakukan dengan dasar pengamatan ciri-ciri
morfologis makhluk hidup. Pada masa ini, seorang ahli
filsafat Yunani, Aristotels, memiliki peranan besar dalam
perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup. Pada
masa pra-Linnaeus, makhluk hidup baru diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu tumbuhan dan hewan. Sebenarnya,
pada masa itu klasifikasi telah dilakukan secara merinci.
Hewan-hewan diberi nama berdasarkan manfaat, ciri-ciri,
serta manfaat yang dimiliki. Hanya saja pada masa itu
orang-orang belum menyadari akan sistem klasifikasi
makhluk hidup, selain itu sistem klasifikasi juga dilakukan
dalam waktu yang sangat singkat. Mereka
mengelompokkan makhluk hidup sebagai hewan dan
tumbuhan.
b. Sistem Klasifikasi 2 Kingdom
Sistem klasifikasi 2 kingdom merupakan awal mula
majunya perkembangan sistem taksonomi. Pada masa ini
dikenal adanya 2 macam kingdom yaitu kingdom animalia
(hewan) dan kingdom plantae (tumbuhan). Pada masa ini,
seorang saintis asal Swedia bernama C. Linneaus adalah
tokoh yang berperan besar melakukan sistem klasifikasi
makhluk hidup. Sistem klasifikasi 2 kingdom diterapkan
pada tahun 1735. Sistem klasifikasi 2 kingdom dianggap
belum sempurna dan masih memiliki beberapa
kekurangan, seperti penggolongan makhluk hidup yang
masih terlalu umum serta kurang spesifiknya penggolongan

196 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


tersebut. Akibatnya, ada beberapa jenis makhluk hidup
yang tidak dapat digolongkan ke dalam dua kingdom
tersebut. Sistem klasifikasi 2 kingdom ternyata masih
memiliki banyak kekurangan diantaranya : 1) Tidak bisa
membedakan organisme eukariot dan prokariot, organisme
uniseluler dan multiseluler serta organisme fotosintetik dan
organisme non fotosintetik; 2) Banyak makhluk hidup yang
tidak termasuk dalam kategori manapun; 3) Tidak
menggunakan karakteristik lain seperti struktur sel, sifat
dinding sel, cara memperoleh makanan, habitat,
reproduksi, dan hubungan evolusi dalam pengklasifikasian.
Meskipun masih belum sempurna dan masih memiliki
kekurangan, sistem klasifikasi 2 kingdom dianggap sebagai
cikal bakal atau pengarah utama untuk menuju sistem
kingdom selanjutnya.
Plantae adalah organisme multiseluler yang
menghasilkan makanan dengan proses fotosintesis.
Kerajaan ini meliputi organisme yang berkisar dari lumut
yang kecil hingga pohon raksasa. Semua tumbuhan
multiseluler dan eukariotik. Salah satu ciri khas tumbuhan
adalah adanya pigmen klorofil seperti a dan b dan
karotenoid yang membantu untuk mengubah sinar matahari
menjadi energi kimia dengan proses fotosintesis
(Soepomo,1987) Hewan atau disebut juga dengan
Binatang adalah salah satu makhluk hidup yang terdapat di
muka bumi ini. Dalam kamus bahasa Indonesia, Hewan
didefinisikan sebagai makhluk yang bernyawa dan mampu
bergerak atau berpindah tempat serta mampu bereaksi
terhadap rangsangan tetapi tidak berakal budi. Dunia
hewan sangat luas, jumlahnya sekitar 1 juta jenis.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 197


c. Sistem Klasifikasi 3 Kingdom
Jika sebelumnya Linneaus mengkasifikasikan makhluk
hidup menjadi 2 kingdom, selanjutnya Ernst Haeckel pada
tahun 1866 mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 3
kingdom. Sistem klasifikasi 3 kingdom ini terdiri atas
kingdom animalia (hewan), kingdom plantae (tumbuhan),
dan kingdom protista (organisme bersel satu dan
organisme multiseluler sederhana). Awal mula
dimasukkannya protista menjadi salah satu kingdom ialah
ketika makhluk hidup bersel satu mulai ditemukan. Makhluk
hidup bersel satu tersebut dibagi menjadi 2 filum, filum
pertama ialah filum Protozoa yaitu untuk menyebutkan
makhluk bersel satu yang dapat bergerak, filum yang kedua
adalah Thallophyta atau Protophyta yaitu filum yang
menyatakan makhluk hidup bersel satu seperti alga dan
bakteri. Kingdom Protista digunakan untuk menyatakan
organisme bersel satu. Kingdom ini memiliki sifat hewan
dan tumbuhan sekaligus. Sayangnya, sistem klasifikasi 3
kingdom ini masih belum sempurna. Bakteri yang termasuk
ke dalam makhluk hidup tidak dapat dimasukkan ke dalam
kingdom manapun. Hal tersebut tidak lain karena bakteri
merupakan organisme mikroskopis yang tidak memiliki inti
sel. Terlepas dari itu semua, sistem klasifikasi 3 kingdom
menunjukkan adanya kemajuan dalam sistem klasifikasi.
Organisme bersel satu atau multiseluler sederhana telah
memiliki kingdom tersendiri, mengingat makhluk hidup
tersebut memiliki ciri yang berbeda dengan hewan dan
tumbuhan.

d. Sistem Klasifikasi 4 Kingdom


Pada tahun 1938, Herbert F. Copeland dan Whittaker
mengajukan sistem 4 Kingdom dengan menambahkan

198 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Kingdom Monera yang berisi makhluk-makhluk mikroskopis
seperti bakteri. Copeland dan Whittaker adalah dua tokoh
yang sangat berperan dalam penemuan sistem klasifikasi 4
kingdom. Dua saintis tersebut mengkasifikasikan makhluk
hidup menjadi 4 kingdom. Meskipun sama-sama
mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 4 kingdom,
keduanya memiliki sistem klasifikasi yang berbeda.
Copeland mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi
kingdom Monera, kingdom Protoctista, kingdom Metaphyta
dan kingdom Metazoa. Tumbuhan Kingdom
Monera merupakan kumpulan organisme yang tidak
memiliki membran inti dan memiliki sifat prokariotik. Lain
halnya dengan kingdom Protoctista (Protista) yang bersifat
eukariotik. Kingdom Metaphyta merupakan kumpulan
tumbuhan yang mengalami masa pertumbuhan embrio.
Sedangkan kingdom Metazoa merupakan kingdom dengan
kumpulan hewan yang mengalami masa perkembangan
embrio dalam siklus hidupnya.
Lain halnya dengan Whittaker, ia mengklasifikasikan
makhluk hidup menjadi kingdom Animalia, kingdom
Plantae, kingdom Fungi, dan kingdom Protista. Fungi
memang memiliki ciri yang hampir sama dengan tumbuhan,
hanya saja memiliki beberapa karakteristik yang berbeda,
karenanya fungi dijadikan satu kingdom tersendiri. Fungi
adalah organisme heterotrof yang tidak dapat mensintesis
makanannya sendiri, lain halnya dengan tumbuhan yang
dapat mensintesis makanannya sendiri. Jamur/fungi tidak
dapat melakukan proses pencernaan sendiri layaknya
binatang, fungi juga tidak dapat membuat makanan sendiri
seperti tumbuhan, karena itu fungi dikelompokkan menjadi
kingdom tersendiri. Fungi hidup dengan mengeluarkan
enzim pencernaan pada sekitar makanan mereka,

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 199


kemudian fungi akan melakukan penyerapan nutrisi
makanan ke dalam sel.

e. Sistem Klasifikasi 5 Kingdom


Pada tahun 1969, Robert H Whittaker mengajukan
sistem 5 Kingdom dengan menambahkan 1 Kingdom baru
yaitu Fungi (Jamur). Awalnya Fungi diklasifikasikan dalam
Protista dalam sistem 3 Kingdom. Akhirnya dikarenakan
Fungi adalah makhluk Saptotrof multiseluler (pengurai
organik dan bersel banyak), dia pun dibuatkan klasifikasi
khusus. Kindom ini dianggap sebagai penyempurna dari
sistem klasifikasi sebelumnya, yakni klasifikasi 4 kingdom.
Sayangnya, klasifikasi ini ternyata masih dianggap memiliki
kelemahan. Sistem klasifikasi 5 kingdom belum mampu
mengklasifikasikan kingdom monera secara tepat. Di dalam
kingdom monera masih terdapat banyak perbedaan yang
signifikan, seperti dalam hal RNA polymerase, RNA
sequences, Introns, membran lipid, dan lainnya.
Jamur atau fungi merupakan organisme tidak berklorifil
dan bersifat hererotrof. Berdasarkan ukurannya, terdapat
jamur mikroskopis dan makroskopis. Beberapa jenis jamur
ada yang bersifat parasit pada inangnya, dan ada pula
yang bersifat mutualisme atau saling menguntungkan.
Jamur makroskopis mencakup banyak jamur yang
berukuran besar. Sebagian besar hidup terrestrial.
Sedangkan jamur mikroskopis merupakan jamur yang
berukuran sangat kecil sehingga untuk melihat struktur
jamur ini secara jelas hanya dapat dilakukan dengan alat
bantu berupa mikroskop. Secara alamiah jamur banyak
dijumpai pada tempat dengan kondisi lingkungan yang
lembab. jamur dapat ditemukan pada batang tumbuhan,
dihalaman rumah setelah hujan, pada sisa makanan yang

200 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


sudah basi dan di tempattempat basah atau tempat yang
kaya akan zat organik. (Darwis, Mantovani, & Supriati,
2011). Semua prokariotik, protista, dan alga renik
(plankton) biasa dikenal dengan istilah mikroba (organisme
mikroskospis).
Fungi atau jamur, terutama yang berukuran kecil dan
tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagian
dari mikroba, meskipun masih banyak saintis yang tidak
menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa
yang dianggap mikroba addalah semua organisme yang
sangat kecil yang dapat dibiaan pada cawan petrik dan
ditumbuhkan di dalam inkubator dalam laboratorium dan
mampu memperbanyak diri secara mitosis (I Effendi, 2020).

f. Sistem Klasifikasi 6 Kingdom


Sistem klasifikasi makhluk hidup menjadi 6 kingdom
pertama kali dikemukakan oleh saintis asal Amerika
bernama Carl Woese pada tahun 1977. 6 kingdom yang
diklasifikasikan oleh Carl Woese adalah kingdom Animalia,
kingdom Plantae, kingdom Protista, kingdom Mycota,
kingdom Eubacteria, dan kingdom Archaebacteria. Awal
mula dilakukannya klasifikasi 6 kingdom ini karena adanya
penemuan monera archaebacteria di samudera. Ternyata
monera archaebacteria tersebut memiliki perbedaan
dengan kingdom monera lainnya yang merupakan
eubacteria. Berdasarkan penelitian, arcahaebacteria lebih
menyerupai sel eukariotik. Namun pada masa ini banyak
saintis yang pro dan kontra terhadap pengklasifikasian
kingdom monera. Para saintis menganggap bahwa
kingdom monera sudah mencakup eubacteria dan juga
archaebacteria sekaligus. Namun banyak juga saintis yang
setuju dengan sistem klasifikasi pada kingdom monera

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 201


tersebut. Alasannya, penjelasan mengenai kingdom
monera menjadi lebih spesifik sehingga mempermudah
proses penelitian lebih lanjut.
Banyak Archaea dikenal sebagai domain yang berbeda
oleh Carl Woese pada tahun 1980-an. Archae merupakan
kelompok prokariot yang umumnya ditemukan pada
lingkungan ekstrim, seperti danau dengan kadar garam
tinggi, sumber air panas, rawa dengan keasaman tinggi,
dan laut dalam dengan kadar garam yang sangat tinggi.
Archaea awalnya muncul terdiri dari tiga jenis
mikroorganisme yang berbeda yang merupakan organisme
yang tidak biasa ditemukan sebelumnya, yaitu
methanogens, kelompok prokariot anaerob yang
menghasilkan metana oleh reduksi CO2 dengan H2;
halobacteria, kelompok prokariot yang dapat hidup hanya
pada konsentrasi air garam yang tinggi (>2M NaCl) dan
thermomoacidophile, mikroorganisme yang mendiami
lingkungan panas berasam (sekitar 90ºC dan pH<2).
Walaupun demikian, beberapa Bacteria juga ditemukan
pada daerah ekstrim. Kelompok Bacteria dan Archaea yang
ditemukan pada daerah ekstrim, yaitu pada suhu tinggi dan
suhu rendah, pada pH rendah dan pH tinggi, tekanan
tinggi, dan pada garam konsentrasi tinggi. Bukti baru
menunjukkan bahwa sekitar 40% mikroorganisme yang
berada di lautan adalah Archae (IG Roosheroe, 2017).
Karena keunikan Archaea, sekarang penelitian banyak
difokuskan pada kelompok mikroorganisme ini. Penelitian
ditujukan antara lain untuk mengambil manfaat dari enzim
termostabil yang diekspresikannya agar enzim tersebut
dapat dimanfaatkan pada berbagai industri seperti industri
kertas, pangan, dan obat-obatan ( M Azhar, 2016).

202 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Pada tahun 1990, Carl Richard Woese mengajukan
penambahan Domain baru, yaitu Archaea. Hal ini
dikarenakan terdapat perbedaan antara Bacteria dan
Archaea dari RNA Polimerase dan kemampuannya dalam
bertahan di kondisi ekstrim. Meski begitu, sistem 3 domain
ini kurang disetujui dan menimbulkan banyak pertentangan.
Pada tahun 1998, Thomas Cavalier Smith mengajukan
taksonomi yang terdiri dari 2 Domain dan 6 Kingdom yang
secara langsung menolak sistem taksonomi dari Woese.
Bahkan, Archaea dijadikan subkingdom dari Bacteria
karena dianggap bahwa Archaea adalah evolusi dari
Bacteria.

g. Sistem Klasifikasi 7 Kingdom


Sistem klasifikasi 7 kingdom pertama kali dikembangkan
oleh Cavalier-Smith pada tahun 1998. Namun pada tahun 2015
dalam Jurnal berjudul A Higher Level Classification of All Living
Organisms, Smith melakukan revisi terhadap taksonomi
buatannya dan memisahkan Archaea dari Bacteria menjadi
Kingdom yang berbeda berdasarkan konsensus pada
Taxonomic Outline of Bacteria and Archaea (TOBA) sehingga
terciptalah sistem 2 domain dan 7 Kingdom. Kemudian Thomas
Cavalier Smith mengajukan sistem 2 Domain dan 7 Kingdom
pada tahun 2015. 7 kingdom yang dimaksud meliputi kingdom
Animalia, Plantae, Protista, Chromista, Eumycota, Eubacteria,
dan Archaebacteria. Dasar klasifikasi ini adalah dua kelas
utama makhluk hidup yakni eukariotik dan prokariotik.
Selanjutnya, organisme eukariotik terbagi menjadi 5 kingdom
yaitu Animalia, Plantae, Protozoa (protista), Eumycota dan
Chromista. Sedangkan organisme prokariotik terbagi menjadi 2
kingdom yaitu Eubacteria dan Archaebacteria.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 203


Dalam klasifikasi 7 kingdom terdapat jenis kingdom baru,
yakni kingdom Chromista. Kingdom tersebut memiliki anggota
yang berasal dari kingdom fungi dan protista yaitu Oomycota,
Hyphochytriomycota, Bacillariophyta, Xanthophyta,
Silicoflagellates, Chrysophyta, dan Phaeophyta. Beberapa jenis
organisme tersebut memiliki perbedaan dengan kingdom
asalnya karena organisme tersebut memiliki klorofil a dan
klorofil c. Organisme tersebut juga tidak menyimpan makanan
sebagai kanji melainkan dalam bentuk minyak, dan juga
organisme-organisme tersebut mampu menghasilkan sel
dengan dua flagella yang berlainan. Klasifikasi kingdom ini
dianggap lebih sempurna karena mampu mengklasifikasikan
berbagai kingdom menjadi lebih spesifik.
Meskipun taksonomi 2 Domain dan 7 Kingdom ini adalah
yang terbaru, tidak semua peneliti serta merta menerimanya.
Ada yang menentang dan ada juga yang menyetujuinya, tetapi
yang pasti taksonomi ini bukanlah yang terakhir karena ilmu
pengetahuan terus berkembang dan masih banyak organisme
yang menunggu untuk diklasifikasikan.

9.7. Penemuan Saintifis Revolusioner dalam


Klasifikasi Kingdom
Sistem klasifikasi 2 kingdom merupakan awal mula
majunya perkembangan sistem taksonomi. Pada masa ini
dikenal adanya 2 macam kingdom yaitu kingdom animalia
(hewan) dan kingdom plantae (tumbuhan). Pada masa ini,
seorang saintis asal Swedia bernama C. Linneaus adalah tokoh
yang berperan besar melakukan sistem klasifikasi makhluk
hidup. Meskipun masih belum sempurna dan masih memiliki
kekurangan, sistem klasifikasi 2 kingdom dianggap sebagai
cikal bakal atau pengarah utama untuk menuju sistem kingdom
selanjutnya. Sistem taksonomi Linnaean adalah metode yang

204 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


cukup berguna untuk mengorganisasikan kenakeragaman
kehidupan ke dalam kelompok-kelompok. Dan sistem 2
kingdom bertahan dalam biologi selama lebih dari 200 tahun.
Pada tahun (1707-1778) Sistem Linnaeus dikenal sebagai
sistem ‖seksual‖ karena Linnaeus memusatkan perhatian
terhadap jumlah benang sari dan hubungan antara benang sari
yang satu dengan lainnya serta terhadap bagian-bagian bunga
lainnya. Menurut pendapatnya organ reproduksi lebih penting
dibandingkan dengan ciri lainnya. Sistem Linnaeus ini
mengenal adanya 24 kelas untuk menampung dunia tumbuhan
yang diklasifikasikan berdasarkan jumlah, posisi, pengaturan
dan panjang benang sari. Kemudian kelas-kelas tadi dibagi
menjadi beberapa bangsa berdasarkan sifat-sifat putik
bunganya. Karena mengabaikan ciri morfologi, maka
pengelompokan yang berdasarkan alat reproduksi seksual
tumbuhan ini menghasilkan suatu sistem yang kaku dan tidak
alamiah. Akan tetapi kegunaannya terasa sangat besar untuk
memudahkan identifikasi atau determinasi tumbuhan. Sistem
Linnaeus yang didasarkan atas alat reproduksi ini disebut
sistem ‖seksual‖, karena cara pengklasifikasiannya didasarkan
pada jumlah alat kelamin maka dikenal pula sebagai sistem
numerik. Buku Linnaeus yang sangat terkenal Spesies
Plantarum terbit Tahun 1753, sekaligus tahun tersebut
ditetapkan sebagai tahun titik tolak berlakunya tatanama
tumbuhan terutama tumbuhan berpembuluh. Linnaeus
memberikan referensi yang sangat berharga dalam sistem
pembuatan identifikasi tumbuhan berdasarkan ciri seksualnya.
Dalam buku Spesies Plantarum Linnaeus memberikan
nama spesies tumbuhan secara konsekuen memakai tatanama
binomial yang sebelumnya telah dirintis oleh Caspar Bauhin.
Linnaeus dan tokoh seangkatannya sangat dihargai karena
banyak menciptakan suatu mekanisme klasifikasi. Mereka

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 205


berasumsi bahwa jenis (spesies) adalah dasar landasan
taksonomi. Mereka dapat memahami dengan jelas bahwa
beberapa tumbuhan mempunyai hubungan sangat dekat satu
dengan lainnya, akan tetapi klasifikasinya tidak
menggambarkan hubungan kekerabatan dan tidak sesuai
dengan kehendak alam sehingga sistemnya disebut sistem
buatan.
Linnaeus tidak hanya dikenal dengan pemikiran dari hasil
karya yang diterbitkannya, akan tetapi juga dikenal karena
kemampuannya mendidik dan mengembangkan semangat
kepada murid-muridnya sehingga menjadi orang-orang
ternama dalam bidang botani antara lain: Peter Kalm (1716-
1779), salah seorang murid Linnaeus yang memiliki
kemampuan sebagai kolektor handal di Finlandia, Rusia dan
Amerika. Frederick Hasselquist (1722-1752), salah satu murid
Linnaeus yang mempunyai kegemaran mengumpulkan
tumbuh-tumbuhan dari wilayah Timur Tengah terutama Irak,
Palestina, Arab, Mesir dan Syria. Hasselquist meninggal karena
sakit di Bagdad, koleksi-koleksinya sangat berharga karena
tumbuhan yang dikumpulkan tersebut belum dikenal. Dari hasil
koleksi ini Linnaeus dapat mempelajari langsung dari tangan
pertama. Murid Linnaeus lainnya yang mempunyai banyak
kontribusi mengumpulkan tumbuhan adalah Carl Peter
Thunberg (1743-1828). Pada waktu Jepang tertutup dan
terisolasi dari dunia luar, Thunberg sebagai seorang ahli bedah
diperkenankan memasuki wilayah Jepang dan berhasil
membuat koleksi tumbuhan dari Jepang yang sebelumnya tidak
pernah dikenal. Dari Jepang perjalanan dilanjutkan ke Afrika
Selatan dan selama 3 tahun Thunberg melakukan koleksi di
Tanjung Harapan, hasilnya ditemukan 300 spesies baru untuk
dunia ilmu pengetahuan.

206 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Sampai dengan Tahun 1760 sistem Linnaeus digunakan
secara luas di Belanda, Jerman, dan Inggris, akan tetapi tidak
pernah digunakan di Prancis. Pada waktu itu sistem yang
dipakai di Prancis adalah sistem de Tourneford sampai
kemudian digantikan oleh sistem dari de Jussieu.
Sistem Linnaeus cukup lama dipergunakan, buku Spesies
Plantarum disempurnakan dan disunting ulang oleh Carl
Ludwig Willdenow (1765-1812) dari Universitas Berlin, Jerman
sehingga merupakan buku yang sangat komprehensif terdiri
dari 9 jilid. Di Amerika sistem Linnaeus dibawa oleh para ahli
botani yang berimigrasi ke Amerika, sampai kemudian muncul
sistem-sistem klasifikasi tumbuhan di Amerika. Sepeninggal
Linnaeus, penanganan koleksinya dilanjutkan oleh anaknya,
Carl, yang juga seorang ahli botani menggantikan kedudukan
dan jabatan ayahnya di Universitas. Namun setelah
meninggalnya Carl (1783), istri dan anaknya tidak berminat
untuk mengelola koleksinya yang sangat berharga itu. Koleksi
tersebut dijual kepada ahli botani Inggris James Edward Smith.
Sebanyak 226 peti besar dikirim dengan kapal ke Inggris,
berangkat dari Stockholm pada bulan September 1784. Raja
Swedia kemudian menyadari bahwa koleksi penting dan sangat
berharga telah terjual ke negara lain, beliau segera
memerintahkan untuk mengejar kapal tersebut dan
mengembalikannya ke Swedia, namun telah terlambat. Koleksi
Linnaeus tersebut kemudian dijual ke the Linnean Society of
London dan sampai sekarang masih terpelihara dengan baik,
sehingga kini kita masih dapat merunut spesimen tipe dari
Linnaeus.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 207


9.8. Nilai Aksiologi Setelah Mempelajari klasifikasi
2 kingdom
Tingkatan Klasifikasi Makhluk Hidup
Aksiologi membahas manfaat ilmu tertentu, misalnya
ilmu pendidikan yang berkaitan dengan nilai kegunaannya bagi
pembelajar dari segala kelompok usia yang diselenggarakan
baik dalam pendidikan formal maupun non formal (Sudarmin,
2016).
Tingkatan klasifikasi mahluk hidup tersebut pertama kali
dilakukan oleh Linneaus. Tingkatan takson tersebut dimulai dari
yang paling umum (tinggi) sampai yang paling spesifik
(rendah). Berikut ini penjelasan tentang 7 tingkatan klasifikasi
makhluk hidup.
a. Kingdom atau Regnum – Kingdom adalah tingkatan
tertinggi pada klasifikasi makhluk hidup. Binatang akan
diklasifikasikan sebagai kingdom Animalia, sedangkan
tumbuhan masuk ke dalam tumbuhan kingdom plantae.
b. Filum atau Divisio – Filum disebut juga dengan keluarga
besar. Ciri-ciri umum pada satu kingdom akan
dikelompokkan menjadi beberapa filum, tergantung dari ciri-
ciri yang ditunjukkan. Beberapa contoh jenis filum pada
hewan di antaranya filum Arthropoda dengan ciri-ciri
memiliki kaki berbuku-buku dan kutikula yang keras, filum
chordata memiliki ciri bertulang belakang dan bernotokorda.
Contoh lainnya adalah filum pada tumbuhan, seperti filum
Spermatophyta atau tumbuhan berbiji dan filum
Basidiomycota atau disebut sebagai tumbuhan jamur
berbasidium.
c. Kelas – Tingkatan di bawah filum atau divisio adalah kelas.
Jika tumbuhan atau hewan pada filum atau divisio memiliki
ciri yang sama maka akan dimasukkan ke dalam satu kelas.
Pada tumbuhan dikenal ada dua macam kelas yaitu

208 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


tumbuhan dengan biji berkeping satu dan tumbuhan dengan
biji berkeping dua. Jadi filum Spermatophyta terbagi
menjadi dua kelas yaitu Monocotyledonae (berkeping
satu) dan Dicotyledonae (berkeping dua). Sedangkan pada
hewan, hewan memiliki beberapa kelas. Sebagai contoh
kelas hewan mamalia seperti sapi, anjing, kuda, kambing,
dan sebagainya.
d. Ordo – Tingkatan takson yang berada di bawah kelas
adalah ordo. Pada tumbuhan, nama ordo biasanya
berakhiran dengan –ales, sedangkan pada hewan tidak ada
ciri khusus pada karakteristik penamaan. Contoh penamaan
ordo pada hewan misalnya adalah herbivora, carnivora,
omnivora, dan sebagainya. Contoh: kelas mamalia terbagi
atas beberapa ordo, misalnya ordo herbivora meliputi sapi,
kambing, gajah, dan sebagainya, ordo carnivora meliputi
anjing, harimau, beruang, dan sebagainya, lalu ordo
omnivora contohnya adalah babi.
e. Famili atau Keluarga – Famili merupakan tingkatan takson
di bawah ordo, biasanya terdapat suatu kelompok yang
berkerabat serta memiliki beberapa kesamaan ciri. Pada
tumbuhan, nama famili akan berakhiran -aceae, sedangkan
pada hewan nama famili akan berakhiran dengan -idae.
Contohnya: Rosaceae (keluarga mawar), Solanaceae
(keluarga kentang), Falidae (keluarga kucing), dan Canidae
(keluarga anjing).
f. Genus – Nama genus dari makhluk hidup dapat diambil dari
berbagai kata, misalnya dari zat kandungannya, nama
hewan, dan lain sebagainya. Nama genus diawali dengan
huruf kapital, penulisannya dengan bercetak miring atau
tegak namun dengan garis bawah.
g. Species atau Jenis – Species menjadi satuan dasar untuk
sistem klasifikasi. Species merupakan tingkatan terendah

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 209


dalam sistem klasifikasi makhluk hidup. Spesies merupakan
makhluk hidup yang melakukan perkawinan dengan
sesamanya dan menghasilkan keturunan yang fertil.
Penulisan spesies makhluk hidup biasanya digabung
bersama nama genus makhluk hidup. Dua kata dalam
penamaan ilmiah makhluk hidup menunjukkan nama genus
dan jenisnya. Kata pertama adalah nama genus, sedangkan
kata kedua adalah jenis makhluk hidup.
Itulah penjelasan mengenai 7 tingkatan takson pada
sistem klasifikasi makhluk hidup. Perkembangan sistem
klasifikasi makhluk hidup sampai sekarang bisa saja
mengalami perubahan sewaktu-waktu mengingat penemuan
spesies-spesies baru masih sangat mungkin terjadi. Selan itu,
penelitian tentang berbagai makhluk hidup juga terus dilakukan
sehingga perubahan juga bisa terjadi untuk menyempurnakan
pengetahuan.
Sampai sekarang belum ada konsensus mengenai mana
sistem yang paling benar, karena semuanya memiliki unsur
subyektif dari peneliti-peneliti tersebut. Saat ini sepertinya para
peneliti lebih menyukai metode yang berdasarkan teori
evolusi, Filogenetik misalnya, menggunakan urutan genom
untuk mengelompokkan dan mengurutkan makhluk hidup. Para
ahli taksonomi zaman dahulu mengelompokan semua spesies
yang mereka ketahui menjadi dua kingdom tumbuhan dan
hewan. Bahkan dengan penemuan dunia mikroba yang
beranekaragam, sistem dua kingdom masih bertahan. Karena
menyadari bahwa bakteri memiliki dinding sel yang kaku, para
ahli taksonomi menempatkan bakteri dakam kindom tumbuhan.
Organisme eukariotik unseluler yang berkloroplas juga
digolongkan sebagai tumbuhan.
Fungi pun diklasifikasikan sebagai tumbuhan, sebagian
karena kebanyakan fungi, seperti kebanyakan tumbuhan, tidak

210 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


dapat berpindah tempat. Klasifikasi ini mengabaikan fakta
bahwa fungi tidak melakukan fotosintesis dan tidak memiliki
banyak kemiripan struktur dengan tumbuhan. Dalam sistem
dua kingdom, organisme seluler yang bergerak dan mencerna
makanan (protozoa) diklasifikasikan sebagai hewan.
Mikroorganisme semacam euglena yang bergerak dan
berfotosintesis dikalim oleh ahli botani maupun ahli zoologi
sehingga tercantum dalam kedua kingdom.
Skema taksonomi dengan lebih dari dua kingdom tidak
diterima secara luas hingga akhir tahun 1960-an. Ketika banyak
ahli biologi mengakui lima kingdom : monera (prokariota)
Protista (kingdom yang beraneka ragam yang sebagan besar
anggotanya adalah organisme uniseluler), plantae, fungi, dan
animalia. Sistem ini menyoroti dua tipe sel yang berbeda
secara mendasar, prokariotik dan eukariotik, dan memisahkan
prokariotik dari semua eukariotik dengan menempatkan mereka
ke dalam kingdom tersendiri monera.
Akan tetapi tak lama setelah pendekatan lima kingdom
diadopsi secara luas, filogeni berdasarkan data genetik mulai
mengungkapkan masalah mendasar dengan sistem ini :
beberapa prokariot sangat berbeda satu sama lain, sama
seperti mereka berbeda dari eukariotik. Kesulitan-kesulitan
semacam ini membuat para ahli biologi menerima sistem tiga
domain. Ketiga domain (bacteria, archaea, eukarya) adalah
tingkat taksonomi yang lebih tinggi daripada tingkat kingdom.
Validitas domain-domain ini kini telah terkonfimasi melalui
penelitian, termasuk analisis terhadap 100 dari beberapa ratus
genom yang telah selesai disekuensing.
Sistem tiga domain menyoroti fakta bahwa sebagian besar
sejarah kehidupan telah bertutur tentang organisme bersel
tunggal. Kedua domain prokariotik terdiri dari organisme-
organisme yang sepenuhnya bersel tunggal, dan bahkan pada

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 211


eukarya, hanya cabang-cabang yang berwarna merah
(tumbuhan, fungi, dan hewan) yang didominasi oleh organisme
multiseluler.
Prokariotik menghuni bumi sudah sejak 3-4 miliar tahun
yang lalu. Tak ada perubahan yang jelas dalam morfologi dan
organisasi sel yang terjadi pada organisme ini selama beberpa
miliar tahun sesudahnya. Sel eukariotik pertama muncul sekitar
1,6-2,7 miliar tahun lalu. Perubahan besar selanjutnya dalam
struktur sel muncul saat bakteri ditelan oleh sel-sel eukariot,
dalam suatu asosiasi kerjasama yang disebut endosimbiosis.
Bakteri yang ditelan dan sel inang kemudian mengaami
koevolusi, dimana bakteri berevolusi menjadi mitokondria dan
hidrogenosom. Penelanan organisme mirip sianobakter lain
menyebabkan pembentukan kloroplas pada algae dan
tanaman.
Sejarah kehidupan ketika itu adalah sejarah eukariotik
uniseluler, prokariotik, dan archaea tersebut hingga sekitar 610
juta tahun lalu ketika organisme multisel mulai muncul di lautan
pada periode Ediacaran. Evolusi multiselularitas terjadi dalam
banyak kejadian independen, pada beragam organisme seperti
sponges, algae coklat, sianobakter, jamur lendir (slime mold)
dan myxobakteri (MS Hassan, 2014).

212 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


BAB 10

TEORI EVOLUSI MANUSIA DALAM


PANDANGAN PEMIKIR MUSLIM
DAN AL-QURAN

Yeyendra
Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Islam Riau
yeyendra@students.unnes.ac.id

10.1 Deskrisi Materi


Pada bab ini akan diuraikan sekilas mengenai biografi
diikuti teori evolusi dalam pandangan Ibnu Khaldun, biografi
diikuti dengan teori evolusi menurut Ibnu Miskawaih dan teori
evolusi manusia dalam perspektif Al-Quran.

10.2 Pengantar
Apakah evolusi benar-benar terjadi? Pertanyaan ini
memberikan banyak persepsi yang sulit untuk diterima oleh
semua golongan. Teori evolusi seringkali menjadi bahan
perdebatan sekaligus mengundang penolakan dari berbagai
golongan terutama dari golongan agamawan. Alasan
penolakan tersebut tidak lain karena evolusi dianggap
bertentangan dengan dalil yang tercantum dalam kitab suci

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 213


yang ada. Kemunculan dan perkembangan teori evolusi tidak
bertujuan untuk membuat manusia meragukan kebenaran kitab
suci yang diyakininya namun justru dapat memperkuat
keyakinan seseorang terhadap kebenaran agamanya.
Sebagaimana Iskandar (2008) menyatakan bahwa teori evolusi
tidak bertentangan dengan agama mana pun di dunia.
Perdebatan yang terjadi disebabkan karena keterbatasan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Tapi seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, teori evolusi pun mengalami
perkembangan menurut masanya.
Perkembangan ilmu tidak terlepas dari kemajuan teknologi
begitu pula perkembangan teori Evolusi sebagai cabang dari
ilmu Biologi yang sampai saat ini terus mengalami
perkembangan. Walaupun banyak menimbulkan kontroversi,
sampai saat ini teori evolusi Darwin dipandang memiliki
keunggulan dibanding teori evolusi lainnya karena Darwin
berhasil memperlihatkan datadata empiris terjadinya proses
evolusi yang mengarah pada diversitas organisme (Taufik,
2019). Bagaimana pandangan teori evolusi menurut para
pemikir muslim? Dalam Bab ini akan kami berikan sedikit
penjelasan.
Teori evolusi identik dengan Darwin, walapun sebenarnya
gagasan evolusi pertama kali bukan diperkenalkan oleh
Darwin, tetapi kita dapat menelusurinya hingga zaman Yunani
kuno. Thales (636 - 546 SM) dan Anaximander (611 - 547 SM)
biasa memperbincangkan asal usul biota laut dan evolusi
kehidupan. Phytagoras (570 - 496 SM), Xantus (kira-kira 500
SM) dan Empedocles (490 - 430 SM) juga membicarakan isu
yang sama dalam tulisan-tulisan mereka (Comas, 1957 dalam
Risatasa, 2013). Plato (427-347 SM) percaya bahwa benda-
benda yang diamati hanyalah tiruan (copy) dari dunia ide di
keabadian yang tidak dapat dilihat. Agar mengerti dunia

214 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


seseorang harus berkontemplasi prinsip-prinsip umum di
sebalik hal yang diamati (Firman, 2019). Plato berpendapat
bahwa dengan adanya evolusi, akan mengubah dunia yang
organismenya sudah ideal dan beradaptasi sempurna terhadap
lingkungannya. Berbeda dengan Aristoteles (384-322 SM)
murid dari Plato, yang berargumen bahwa pengetahuan
tentang dunia datang melalui pengalaman yang diinterpretasi
nalar (reason) (Firman, 2019). Aristoteles menganut teori skala
alami (scalae naturae) dimana skala alami membahas bahwa
adanya klasifikasi bentuk kehidupan berdasarkan tingkat
kompleksitas. Aristoteles meyakini bahwa spesies sudah
berada dalam bentuk permanen, sempurna, dan tidak
berkembang lagi. Evolusi merupakan proses perubahan
spesies dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan agar
mampu beradaptasi terhadap lingkungannya dan meneruskan
perubahan tersebut kepada generasi berikutnya (Campbell,
2003). Evolusi menjadi konsep pemersatu dalam biologi karena
evolusi menjelaskan banyak aspek dalam biologi terutama
bagaimana organisme yang hidup saat ini merupakan evolusi
dari satu nenek moyang (ancestor) dan diversitas kehidupan
yang besar di bumi ini.

10.3 Teori Evolusi dalam Pandangan Ibnu


Khaldun
Menurut beberapa pakar yg mempelajarinya pemikiran
Ibnu Khaldun, mereka menanggapi teori evolusi dalam biologi.
Pada 1377 Ibnu Khaldun menulis Muqaddimah, ia menegaskan
bahwa manusia dikembangkan dari ―dunia monyet‖, dalam
suatu proses yang ―spesies menjadi lebih banyak ―.
Dari terjemahan Muqaddimah Ibnu Khaldun dalam bahasa
Perancis yang ditawarkan oleh Vincent Monteil dalam karyanya
yang berjudul Ibn Khaldoun, Discours sur l‟Histoire Universelle

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 215


– Al-Muqaddima. Terjemahan ini melengkapi terjemahan
lainnya dalam bahasa Inggris yang dilakukan oleh Franz
Rosenthal di tahun 1950-an. Kita lihat pada beberapa paragraf
yang sering dijadikan dasar pemikiran bahwa Ibnu Khaldun
adalah pencetus teori Evolusi jauh sebelum Darwin, yang
mengatakan bahwa evolusi manusia berasal dari seekor kera.
“Coba kita perhatikan alam penciptaan! Kita mulai
pembahasan dari dunia mineral yang dengan sangat
menakjubkan memiliki hubungan dengan dunia tetumbuhan.
Alam tumbuh-tumbuhan pada tahap selanjutnya memiliki
hubungan dengan alam hewan. Pada titik ini, puncak dunia
mineral memiliki hubungan dengan tingkatan awal dunia
tumbuh-tumbuhan, yakni dengan rumput-rumput dan semua
tanaman yang tidak berbiji.
Puncak akhir perkembangan tumbuh-tumbuhan – seperti
kurma – memiliki hubungan dengan tingkatan pertama hewan
yang berada di posisi atasnya, yakni siput dan kerang. Kedua
hewan ini hanya memiliki potensi sentuh. Kata “berhubungan”
(ittisal) yang terjadi dalam semua ciptaan ini maksudnya ialah
bahwa puncak tertinggi masing-masing alam ini memiliki
potensi (isti‟dad) yang cukup dekat sehingga dapat berevolusi
menjadi alam selanjutnya. ”
Dari terjemahan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
menurut Ibnu Khaldun wujud atau onthos itu terdiri atas
komponen-komponen yang masing-masingnya memiliki tingkat
dan derajatnya di dalam susunan kosmos, dari yang paling
rendah sampai ke yang paling tinggi. Sebagai contoh,
terjemahan di atas mengatakan bahwa wujud itu atas mineral,
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Mineral pada level yang tertinggi
memiliki hubungan dengan tumbuh-tumbuhan dengan tingkat
yang paling rendah, atau tingkat awal.

216 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Sedangkan tingkat tumbuh-tumbuhan yang paling tinggi
seperti pohon kurma dan sejenisnya mempunyai hubungan
dengan tingkat hewan yang paling rendah seperti siput dan
sejenisnya. Pandangan seperti ini sebenarnya telah dicetuskan
oleh saintis Islam sebelum Ibnu Khaldun. Jadi bukan sesuatu
yang original dari Ibnu Khaldun sendiri. Yang original ialah
tentang evolusinya.
Dan di akhir paragraf disebutkan bahwa masing-masing
dunia mineral, tumbuh-tumbuhan dan hewan ini dapat
berevolusi menjadi dunia yang di atasnya. Mineral bisa menjadi
tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan menjadi hewan dan
hewan bisa menjadi manusia. Kata kunci evolusi dalam
terjemahan Vincent ini terletak pada kata isti‘dad yang arti
literalnya ialah persiapan atau potensi.
Pertanyaannnya, hewan apa yang bisa berevolusi menjadi
manusia? Sebelumnya telah kita lihat tahapan paling tinggi
suatu makhluk memiliki potensi untuk berevolusi menjadi
tahapan terendah wujud makhluk yang ada di atasnya. Menurut
Ibnu Khaldun, hewan dengan tahapan tertinggi yang memiliki
hubungan atau kaitan dengan tahapan terendah manusia ialah
kera (al-qiradah). Ini seperti yang dapat kita temukan pada
terjemahan berikut ini:
“Alam hewan juga mengalami perkembangan. Hewan
memiliki berbagai macam spesies. Dalam puncak proses
perkembangannya, hewan dapat berevolusi menjadi manusia
yang dikaruniai kemampuan berpikir dan merenung.
Hewan yang berevolusi menjadi manusia ini berasal dari
spesies kera (alam al-qiradah) yang memiliki kemampuan yang
hampir sama dengan manusia: kecerdasan (kays) dan persepsi
(idrak). Namun kemampuan ini tidak mencapai tahap
kesempurnaannya seperti yang ada pada kemampuan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 217


manusia, yakni tahap berpikir dan merenung (seperti yang
dimiliki manusia)”.
Kutipan terakhir ini perlu kita sajikan dalam bahasa
Arabnya untuk menunjukkan bahwa Ibnu Khaldun memang
pernah mengemukakan pandangan, meskipun bukan dalam
bentuk teori, bahwa manusia berasal dari spesies kera.
Seandainya pandangan ini dapat diterima, bisa dikatakan
bahwa Ibnu Khaldun telah mendahului Charles Darwin yang
muncul lima abad setelahnya. Meskipun Ibnu Khaldun dan
Charles Darwin memiliki titik tolak dan pandangan yang
berbeda. Kita lihat dalam kutipan bahasa Arab dari kitab al-
Muqaddimah di bawah ini:

Ali Abdul Wahid Wafi seperti dalam komentarnya terhadap


redaksi di atas mengatakan bahwa semua tahkik yang
menyebut alam al-qiradah (spesies kera) ini sebagai salah tulis
dari alam al-qudrah (alam kemampuan) adalah keliru. Karena
itu, Wafi juga sama dengan Vincent Monteil, berpandangan
bahwa bahwa Ibnu Khaldun juga memiliki teori evolusi,
terutama evolusi kera menjadi manusia seperti yang dapat kita
lihat pada kutipan di atas.

10.4 Teori Evolusi Menurut Ibnu Miskawaih


Ibnu Maskawaih atau nama lengkapnya Abu Ali bin
Ahmad bin Muhammad bin Yaakub bin Maskawaih merupakan
saintis Islam yang terpenting. Walaupun pemikiran falsafahnya
tidak banyak dibicarakan tetapi beliau telah mengemukakan
berbagai-bagai teori falsafah penting yang menjadi asas
kepada pemikiran falsafah tokoh-tokoh selepasnya.

218 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Pandangannya mengenai manusia dan perkembangan
masyarakat bukan saja menjadi asas pemikiran kepada saintis
Islam yang lain seperti Ibnu Khaldun dan Jamaluddin Al Rini
tetapi juga para sarjana Barat.
Teori evolusi yang dikemukakannya telah dijadikan
sebagai bahan kajian oleh Charles Darwin yang kemudiannya
menerbitkan buku Origin of Species mengenai kejadian dan
asal-usul manusia. Dalam buku tersebut, Charles Darwin telah
menyatakan bahawa manusia berkembang secara evolusi
daripada spesies hidupan yang paling ringkas kepada yang
kompleks. Perkembangan itu erlaku secara perlahan-lahan
dan mengambil masa yang lama.
Hasil daripada kajian dan pemerhatiannya terhadap
pelbagai spesies hidupan dan fosil di beberapa buah benua,
beliau akhirnya buat
keputusan bahawa manusia sebenarnya berasal daripada
beruk melalui proses evolusi. Teori evolusinya telah menjadi
kontroversi dan mendapat tentangan daripada pihak gereja
kerana dia menafikan peranan Tuhan dalam menjadikan
kehidupan di muka bumi ini.
Namun begitu, teori berkenaan telah menjadikan Darwin
terkenal dan dianggap sebagai pelopor teori evolusi yang
digunakan oleh para sarjana dalam bidang antropologi dan
sosiologi dalam menghuraikan sejarah serta perjalanan
manusia serta perkembangan masyarakat. Padahal teori
evolusi telah lama digunakan oleh Ibn Maskawaih dalam
kajiannya mengenai perabadan manusia. Menurutnya,
kecerdikan manusia tidaklah mengatasi kepintaran yang dimiliki
oleh beruk. Tetapi manusia menjadi lebih cerdik kerana
pengalaman yang mereka peroleh dalam kehidupan
bermasyarakat.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 219


Bagi Ibn Maskawaih, manusia itu ialah sebuah dunia yang
kecil dan padanya terdapat gambaran mengenai segala yang
ada di dunia ini. Setiap manusia mempunyai peranannya yang
tersendiri sama ada sebagai individu ataupun anggota
masyarakat. Pendapat beliau ini menepati "Teori Fungsi" yang
dikemukakan oleh seorang ahli sosiologi Perancis yang
bernama Auguste Comte. Menurut Hamidullah, ide teori
evolusi telah ditemukan dalam karya Ibnu Miskawaih yang
berjudul al-Fawz al-Asghar. Ibnu Miskawaih mengemukakan
teori evolusi makhluk hidup yang secara mendasar sama
dengan Ikhwan al-Shafa‘. Teori itu terdiri atas empat tahapan,
yakni evolusi mineral, evolusi tumbuhan, evolusi hewan dan
evolusi manusia.
Evolusi pertama adalah evolusi mineral, yakni bentuk
kehidupan yang dihuni makhluk-makhluk rendah, misalnya
batu, air, tanah. Dalam karya tersebut Ibnu Miskawaih
mengungkapkan, "(Buku ini) menyatakan bahwa Allah
merupakan yang pertama kali menciptakan zat dan
diinvestasikan dengan energi untuk perkembangan. Zat
diadopsi dari bentuk uap yang dianggap bentuk air karena
waktu.''
Hamidullah menambahkan, dalam kitabnya itu, Ibnu
Miskawaih juga menjelaskan tahapan selanjutnya dalam
perkembangan adalah mineral kehidupan. Berbagai jenis batu
dikembangkan oleh waktu. Bentuk tertinggi mereka berasal
mirjan (karang/coral). Ini merupakan batu yang memiliki cabang
di dalamnya seperti yang pohon. Setelah mineral kehidupan
barulah perkembangan vegetasi dimulai.
Proses evolusi kedua yang dijelaskan Ibnu Miskawaih
adalah evolusi tumbuhan, yang pada awalnya hanya
rerumputan spontan yang muncul, kemudian barulah muncul
tanaman, lalu pepohonan tingkat tinggi. Di antara tumbuhan

220 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


dan hewan terdapat satu bentuk kehidupan tertentu. yang tidak
dapat digolongkan tumbuhan maupun hewan, namun memiliki
ciri-ciri tumbuhan dan hewan, yaitu koral, dan euglena.
Selain itu, papat Hamidullah, Ibnu Miskawaih juga
mengatakan evolusi tumbuhan mencapai puncaknya dengan
pohon yang menghasilkan hewan-hewan yang berkualitas. Ini
adalah palem kurma. Ini terbagi menjadi jantan dan betina.
Pohon itu tak akan layu jika semua cabangnya dipotong, tapi
tanaman ini mati ketika kepalanya dipotong.
Ibnu Miskawaih menganggap pohon palem kurma sebagai
pohon tertinggi di antara pohon lainnya dan mirip dengan
bintang terendah, kemudian lahirlah bintang terendah. Setelah
itu, papar Ibnu Misawaih, tahapan berikutnya muncullah evolusi
hewan, dimana dicirikan oleh adanya daya gerak dan indera
peraba dan pada hewan yang lebih tinggi mulai adanya
inteligensi. Hewan paling tinggi adalah kera.
"Teori evolusi bukanlah dicetuskan Darwin, tapi Ibnu
Miskwaih seperti yang ditulis di dalam Ikhwan al-Safa,'' papar
Hamidullah. Pemikir Muslim dari abad ke-10 nitu menyatakan
bahwa monyet berkembang menjadi jenis terendah dari
seorang Barbar. Dia kemudian menjadi manusia yang unggul.
Manusia menjadi seorang suci dan seorang nabi.
Ibnu Miskawaih mengatakan, semua mahluk bearasal dari
Allah SWT dan semua kembali kepada-Nya," papar Hamidullah
dan Iqbal. Karena hal itulah, tutur Ibnu Miskawaih, kemunculan
evolusi manusia ditandai oleh adanya inteligensi dan daya
pemahaman.
Hamidullah dan Iqbal menegaskan, manuskrip Arab al-
Fawz al-Asghar yang ditulis Ibnu Miskawaih, telah tersedia di
universitas-universitas Eropa pada abad ke-19 M. Karya itu
diyakini telah dipelajari Charles Darwin.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 221


Sepanjang hidupnya, Ibnu Miskawaih meninggalkan
banyak karya penting, misalnya kitab tahdzibul akhlaq
(kesempurnaan akhlak), tartib as-sa‘adah (tentang akhlak dan
politik), al-siyar (tentang tingkah laku kehidupan), dan jawidan
khirad (koleksi ungkapan bijak). Ibnu Miskawaih adalah salah
satu pertama yang dengan jelas menggambarkan gagasan
evolusi. Gagasan evolusi ditemukan di karyanya al-Fawz Ibnu
Miskawaih al-Asghar, sebagai berikut:
―Menyatakan bahwa Allah pertama kali menciptakan zat
dan diinvestasikan dengan energi untuk perkembangan.
Cetakan, oleh karena itu, mengadopsi bentuk uap yang
dianggap bentuk air pada waktunya Tahap berikutnya dari
pengembangan adalah kehidupan mineral.. Berbagai jenis batu
dikembangkan dalam bentuk perjalanan waktu mereka tertinggi
yang mirjan (karang). ini adalah batu yang memiliki cabang di
dalamnya seperti yang pohon. Setelah kehidupan mineral
berkembang vegetasi. Evolusi vegetasi berpuncak dengan
pohon yang memiliki ciri-ciri hewani. Seperti kurma yg memiliki
jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kurma ini tidak layu jika
semua cabangnya yang dipotong tetapi mati saat kepala
terputus. tanggal kelapa karena itu dianggap yang tertinggi di
antara pohon-pohon dan menyerupai terendah di antara
hewan. Kemudian lahir hewan tingkat rendah yang kelak
berkembang menjadi seekor kera. Ini bukan pernyataan
Darwin. Ini adalah apa yg dikatakan Ibnu Maskawayh
mengenai negara dan ini adalah tepat apa yang tertulis dalam
Surat-surat dari Ikhwan al-Safa. Pemikir Muslim tsb
mengatakan bahwa kera kemudian berkembang menjadi
semacam lebih rendah dari manusia purba. Dia kemudian
menjadi manusia yang unggul manusia menjadi suci, seperti
nabi. Dia berkembang menjadi tahap yang lebih tinggi dan
menjadi malaikat. Semakin tinggi untuk malaikat adalah

222 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


memang tidak ada tetapi Allah. Segala sesuatu dimulai dari Dia
dan kembali segalanya kepada-Nya ―.
Manuskrip Arab al-Fawz al-Asghar yang tersedia
diterjemahkan di universitas-universitas Eropa pada abad ke-
19. Karya ini diyakini telah dipelajari oleh Charles Darwin dan
mempengaruhi pemikirannya.
Hal yg ingin saya tekankan di sini adalah, ga semua orang
Islam, terutama pemikir Islam itu sepakat dengan isi
propaganda Adnan Oktar mengenai keruntuhan teori evolusi.
Apakah dengan mengutip karya Ibn Khaldun dan Al Jahiz dan
Ibn Muskawaih teori evolusi terbukti benar? Tentu tidak, teori
evolusi tetap menjadi teori yg ilmiah yg masih bisa
disempurnakan lagi atau malah diganti dengan teori yg lain,
yang tentu penyusunannya sesuai dengan kaidah ilmiah.

10.5 Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif Al-


Quran
Teori merupakan pengetahuan ilmiah mencakup
penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari disiplin ilmu dan
dianggap benar berdasarkan hasil pengamatan, penelitaian
yang mendalam mengenai disiplin ilmu tertentu.Menurut
Kerlinger teori adalah suatu himpunan dari konstrukkonstruk
(konsep-konsep), definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang
saling berkaitan dan menyatakan suatu pandangan yang
sistematis tentang suatu fenomena dengan cara menentukan
hubungan antarvariabel, dengan tujuan menjelaskan fenomena
tersebut (Endraswara, 2012). Oxford Advanced Learner‟s
Dictionary menjelaskan teori adalah suatu himpunan gagasan
yang masuk akal dan bertujuan untuk menjelaskan fakta-fakta
atau kejadian-kejadian (Suyono dan Hariyanto, 2017)
Sedangkan kata evolusi berasal dar bahasa Latin
―evolvere” artinya berkembang, mekar. Jadi evolusi adalah

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 223


perkembangan yang maju dan meningkat setapak demi
setapak dan tidak mendadak (Hartono, D. 1986) Menurut
biologi atau organik evolusi adalah proses perkembangan
segala bentuk kehidupan atau perkembangan tahap demi
tahap yang dilawan dengan tidak adanya perubahan sama
sekali, atau perubahan yang menjebatani kesenjangan (Junus
I, 2010). Secara sederhana, teori evolusi dapat didefinisikan
sebagai himpunan gagasan atau pendapat yang menjelaskan
tentang proses kejadian tentang fenomena yang lambat laun
mengalami perkembangan dan perubahan dalam bentuk dan
fungsi.
Teori evolusi dalam Al-Qur‟an merupakan rangkaian
kehidupan manusia yang Allah jelaskan dalam beberapa ayat
dengan penjelasan penciptaan manusia mulai dari tanah, air
dan sperma, rangkaian evolusi dalam Al-Qur‟an menghadirkan
Allah SWT sebagai pencipta manusia dan makhluk hidup.
Proses penciptaan manusia yang dapat dijadikan pendekatan
teori evolusi Allah SWT isyaratkan dalam satu ayat secara
lengkap yaitu Al Qur‟an Surat al-Hajj/22:5.
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang
kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,
agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam
rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada
kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering,

224 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah.
Proses penciptaan manusia dalam ayat tersebut Allah
jelaskan melalui dua bagian, pertama, proses penciptaan dari
tanah yaitu Nabi Adam dan kedua, proses penciptaan manusia
setelah adam yaitu melalui proses dalam Rahim (kandungan).
Ayat ini juga mengisyaratkan tentang penciptaan manusia dari
mulai diciptakan (ditiupkan dalam rahim), proses dewasa, masa
tua dan sebagian Allah wafatkan sebelum masa dewasa dan
tua sampai Allah jelaskan bagaimana manusia setelah tua akan
kembali lagi ke masa kanakkanak dan mengalami pikun hingga
akhirnya kembali ke tanah sebagaimana penciptaan pertama
manusia. Kata thurab secara bahasa bermakna tanah gemuk,
maksud tanah gemuk menurut al-Ishfahani adalah tanah yang
berada dalam lapisan pertama yang berwarna hitam. Kata
thurab dalam Al-Qur‟an disebutkan sebanyak 22 kali (Al-Ragib
al-Ishfahani). Ar-Razi menjelaskan bahwa jenis-jenis tanah
yang terkandung dalam unsur tersebut satu sama lin tidak
bertentangan. Hal ini disesuaikan dengan jenis pencitaan
pertama yaitu diawali dengan thurab (debu) kemudian menjadi
thin (tanah), selanjutnya menjadi lumpur, kemudian seperti
tembikar (al-Razi, 1990).
Tanah merupakan unsur terpenting yang melengkapi
susunan tubuh manusia. Dari unsur tanah ini, proses
penciptaan berlanjut tahap demi tahap dalam bentuk komposisi
kimiawi yang sangat diperlukan untuk menyususn tubuh
manusia. Susunan tubuh manusia berdasarkan biokimia
tersusun dari karbohidrat, lemak dan protein. Dengan melalui
proses kimia akan membentuk gugusan atom (molekul)
penyususn tubuh. Unsur-unsur tersebut yaitu Karbonat (CO3,
pen.), Oksigen (O2), Hidrogen (H2), Pospor (P), Kibrit, Azur,

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 225


Kalsium (Ca), Votasium, Sodium, Magnesium (Mg), Besi (Fe),
Tembaga (Cu), Yodium (Y), Florit, Kobait (Co), Seng (Zn),
Silikon (Si), dan Alumunium (Al).7 Unsur-unsur tersebut melalui
proses rantai makanan terserap ke dalam tubuh melalui
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan air. Melalui proses kimiawi,
unsur-unsur dalam tubuh manusia tersebut berubah menjadi
darah, daging, dan air mani (Nawfal, 1983)
Beragam kandungan unsur yang bermanfaat terdapat
dalam tanah yang menjadi unsur penting dalam penciptaan
manusia. kandungan unsur tersebut mengisyaratkan bahwa
manusia diciptakan sebagai makhluk istimewa dan berguna.
Kandungan selanjutnya adalah nuthfah (sperma). Sperma
merupakan bagian dari dari air mani yang tersusun juga dari
campuran zat-zat lain, seperti zat gula yang diperlukan untuk
menyediakan energy bagi sperma, menetralkan asam di pintu
masuk Rahim dan melicinkan sekitarnya agar memudahkan
perputaran sperma. Dari hasil penelitian terbaru dijelaskan
bahwa pria akan mengeluarkan sperma sekitar 200-500 juta
dan dari sekian banyak jumlah tersebut yang akan diterima
indung telur hanya satu, karena ketika air mani keluar jumlah
sperma hanya 10%, selebihnya adalah zat enzim, vitamin c,
kalsium, protein, sodium, zat besi, zat asam seta fruktosa gula
(Jawad, A, M. 2014). Nasaruddin Umar berdasarkan berbagai
sumber rujukan menjelaskan bahwa substansi manusia
terdapat 12 istilah yaitu, air, tanah, tanah gemuk, tanah
lempung, tanah lempung yang pekat, tanah lempung seperti
tembikar, tanah lempung dari lumpur, dari diri yang satu, sari
pati lempung, air mani yang ditumpahkan, cairan mani yang
bercampur, dan cairan yang hina (Umar, N, 2010). Penafsiran
ayat di atas menjelaskan tentang proses penciptaan manusia
sebagai kelanjutan dari Adam yang diciptakan melalui fungsi
reproduksi dengan melibatkan suami dan istri yang Allah beri

226 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


kekuatan untuk mengandung bagi perempuan dan laki-laki
memberikan cairan dalam bentuk sperma sebagai cikal bakal
anak.
Selanjutnya proses penciptaan manusia terdapat dalam
Al-Qur‟an surat an-Nisa/4: 1.
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari
padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Menurut Sayyid Qutub dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an
Surat An-Nisa ayat 1 ini dimulai dengan menjelaskan manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Manusia berasal dari
ketentuan Allah yang berhubungan dalam satu Rahim, bertemu
dalam satu koneksi dan bersumber dari satu asal-usul dan
bernasab kepada satu nasab, hal ini merupakan upaya
pembelajaran untuk selalu memegang cinta kasih
(kekeluargaan), memelihara hak masingmasing individu, dan
memegang teguh hubungan rububiyyah. Ayat ini menjelaskan
bahwa dasar kehidupan adalah keluarga, dimana Allah SWT
menciptkan laki-laki sebagai suami dan diciptakan perempuan
sebagai isteri untuk saling melengkapi sehingga dengan
keduanya Allah mengembang biakan menjadi banyak. Dari
tatanan keluarga terbentuklah system masyarakat, untuk itu
landasan kelaurga ini harus dikuatkan yaitu menjalankan
kehidupan sesuai fitrah, dan memposisikan manusia baik itu
laki-laki maupun perempuan sesuai kodrat, serta saling
melengkapi dan mengisi dalam membangun keutuhan keluarga
(Quthb, S, 2001).

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 227


Sedangkan Abu Muslim Al- Isfahani menafsirkan kata “min
ha” dalam ayat tersebut dengan arti dari jenis bahan yang
sama yakni tanah, dengan beberapa alasan, pertama sebelum
kata ِ“min ha” ada kata “minnafsiw wahidah” yang maknanya
dari diri yang satu ini menunjukan kesetaraan dan kesejajaran,
kedua, penafsiran hadits dari tulang rusuk Adam berdasarkan
hadis yang dalam teks aslinya tidak ada kata Adam, ketiga
tulang rusuk (dil‟un) tidak terdapat dalam surat annisa 1
bagaimana menjadi marji (tempat kembali dhamir haa pada
minhâ) keempat, penafsiran jumhur tidak sesuai dengan al
Quran yang tujuan pokoknya untuk menjunjung derajat
perempuan (Hosein, I. Putra, D, M, A. 2007). Dari penafsiran
ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa penciptaan manusia
dalam surat an-Nisa/4:1 tidak hanya penciptaan Adam akan
tetapi penciptaan Hawa sebagai isteri yang bertujuan untuk
membentuk keluarga dalam satu ikatan dan saling melengkapi
sehingga dari keduanya menghasilkan anak-anak keturunan
yang tersebar di bumi yang bertujuan untuk beribadah kepada
Allah SWT dan menggunakan alam ini dengan baik, serta
melalui proses evolusi dalam Al-Qur‟an dapat diambil hikmah
bahwa proses penciptaan manusia dalam Al-Qur‟an begitu
terinci, sistematis dan mengandung sains yang dapat dijadikan
landasan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Evolusi yang terjadi di bumi ini terjadi secara keseluruhan,
baik itu tumbuhan, binatang dan manusia. Al-Qur‟an
menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan sains berbagai
kandungan Al-Qur‟an mengisyaratkan mengenai evolusi
diantaranya proses penciptaan manusia, proses penciptaan
langit dan bumi dalam enam masa dan teori big bang.
Perbedaan teori evolusi dengan teori evolusi yang berkembang
di Barat terutama teori evolusi Charles Darwin terletak pada
keyakinan bahwa seluruh makhluk yang ada dan hidup di bumi

228 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


ini adalah diciptakan, dan Allah SWT sebagai penciptanya.
Selain itu terdapat perbedaan pandangan antara teori evolusi
Barat dan Al-Qur‟an, teori evolusi Barat khususnya teori Darwin
menjelaskan bahwa manusia tercipta dan berasal dari induk
yang sama dengan makhluk lain, hal ini adalah titik
perbedaannya, dimana Al-Qur‟an menjelaskan bahwa manusia
Allah ciptakan dan berasal dari ketrunan Nabi Adam, yang Alah
SWT telah siapkan untuk menjadi khalifah fi al-Ardh (Sholichah,
A. S, 2019).
Manusia dikaruniai Allah suatu kualitas keutamaan yang
membedakan kualitas dirinya dengan makhluk lain. Dengan
keutamaan itu manusia, berhak mendapatkan penghormatan
dari pada makhluk lain. Sebagai makhluk utama dan ciptaan
terbaik Tuhan, serta dengan bekal kemampuan yang dimiliki,
manusia diberi tugas sebagai khalifatullah fil ard, yakni menjadi
wakil Allah di muka bumi (Baharuddin, 2007).
Agar mampu menyelesaikn tugasnya di muka bumi
sebaga khalifah manusia diberi keistimewaan dan potensi yang
telah tergambar dalam kisah perjalanannya menuju tempat
tugasnya. Keistimewaannya inilah yang dalam istilah Islam
disebut sebagai fitrah. M Quraish Shihab salah seorang
mufassir Indonesia berpendapat bahwa fitrah manusia adalah
kejadian sejak semula atau bawaan sejak lahir. Namun fitrah
manusia itu sendiri tidak hanya terbatas pada fitrah
keagamaannya saja, meskipun kepercayaan akan adanya
Yang Maha Kuasa adalah fitri dalam jiwa dan akal manusia dan
tidak dapat diganti dengan yang lain. Manusia berjalan dengan
kakinya adalah fitrah jasadiyah, manusia dapat menarik
kasimpulan dengan premis-premis adalah fitrah akliyah, dan
senang apabila mendapatkan kebahagiaan adalah fitrahnya
(Shihab, Q, M. 1998). Al-Qur‟an sebagai sumber ilmu telah
menggambarkan bagaimana hakikat kemanusiaan mulai dari

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 229


asal usul penciptaan manusia, potensi yang diberikan Allah
kepada manusia dan tugas serta tujuan dari penciptaan
manusia itu sendiri (Kurniawati, E., & Bakhtiar, N, 2018).

230 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


BAB 11

PARADIGMA GRAVITASI NEWTON DAN


PERGESERANNYA

Eli Trisnowati
Dosen Program Studi Pendidikan IPA Universitas Tidar
Email: elitrisnowati@untidar.ac.id

11.1. Deskripsi Materi


Gerak benda merupakan cabang Fisika yang sangat
berkaitan erat dengan bidang Fisika lainnya, sehingga
mempelajari gerak merupakan hal yang sangat penting dan
ilmiah. Secara epistemologis, ilmu Fisika berusaha menjawab
pertanyaan, ―mengapa sebuah batu jika dilepaskan akan jatuh
ke bawah dan tidak diam saja atau bergerak ke atas,
sementara uap air bergerak ke atas?‖, ―Bagaimana keteraturan
peredaran planet dan benda-benda langit lainnya dalam tata
surya?‖. Pada zaman dahulu kedua fenomena tersebut
dianggap fenomena yang berbeda. Hal ini disebabkan karena
kedua fenomena itu saling lepas dan tidak ada hubungan satu
sama lain. Epistemologi dalam filsafat terus mendorong
manusia untuk selalu berpikir bagaimana menemukan dan
menciptakan sesuatu yang baru atau mencari jawaban

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 231


terhadap sesuatu yang masih menjadi pertanyaan atau
jawaban yang masih diragukan kebenarannya, sehingga filsafat
selalu ingin mencari kebenaran yang hakiki tentang
pengetahuan. Dalam bab ini dibahas paradigma tentang gerak
benda karena gaya gravitasi.

11.2. Pandangan Filosofis dan Saintis Mengenai


Gerak Sebelum Newton
Beberapa saintis yang tertarik dan sibuk mempelajari
gerak sebelum Newton dipaparkan sebagai berikut.

11.2.1. Plato (427 SM – 347 SM)


Plato membagi gerak dalam
dua jenis yaitu gerak yang
diberlakukan di luar benda dan gerak
dari dalam benda sendiri tanpa ada
gaya yang diberikan dari luar. Gerak
yang diberikan dari luar pada
akhirnya tergantung pada gerak
abadi dan gerak benda sendiri dalam
jiwa-jiwa (roh-roh). Pada akhirnya
Gambar 11.1 Aristoteles
semua gerak dalam alam semesta
Sumber: suarahkbp.com
tergantung pada aktivitas suatu jiwa.
Plato mempertahankan bahwa materi itu sendiri tidak aktif.
Satu-satunya hal yang dapat menggerakkan hal lain yang tidak
bergerak adalah jiwa, yang dapat menggerakkan dirinya sendiri
(bergerak sendiri secara abadi). Oleh karena jiwa dapat
menggerakkan dirinya sendiri, maka dapat juga menggerakkan
hal-hal yang tidak bergerak. Jiwa merupakan sebab primer dari
gerakan (perubahan). Dunia yang kelihatan serta ilusif bergerak
terus menerus (mengalir terus menerus dan berubah). Jiwa
adalah kausa prima dari gerak (perubahan).

232 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


11.2.2. Aristoteles (384 SM – 322 SM)
Aristoteles seorang filsuf dan saintis yang banyak
menuangkan hasil pemikirannya tentang gerak. Aristoteles
membagi gerak menjadi dua kelompok besar yaitu: gerak alami
(pure motion) dan gerak paksa (violent motion) (Nabil, 2018).
Menurut Aristoteles gerak alami berkaitan dengan sifat bawaan
dari berbagai benda yang merupakan sifat intrinsik khusus dari
benda itu sendiri. Aristoteles mengidentifikasi sifat berbagai
benda menurut kedekatan sifat-sifatnya terhadap elemen dasar
benda tersebut. Aristoteles berpendapat bahwa setiap benda
mempunyai tempatnya sendiri- sendiri di alam sesuai dengan
unsur dominan yang terkandung dalam benda itu. Misalnya jika
benda bergerak sentripetal dan gerak jatuh bebas merupakan
gerak alamiah dari sifat air dan tanah (bumi). Sedangkan benda
yag bergerak sentrifugal dan loncatan ke atas merupakan sifat
alamiah api dan udara dan gerak sirkuler (melingkar) adalah
gerak alamiah dari sifat eter (Erwin et al., 2017). Batu
mempunyai unsur terbesar berupa tanah, sehingga tempat
yang layak dan semestinya bagi batu itu adalah bumi. Oleh
karena itu, jika batu berada di udara dan dilepaskan akan
bergerak menuju tanah (bumi) atau ke bawah. Uap air unsur
dominannya adalah udara, sehingga akan menuju ke atas.
Gerak paksa menurut Aristoteles adalah gerak benda yang
disebabkan adanya pengaruh luar terhadap benda dan arahnya
dapat ke sembarang arah seperti dorongan dan tarikan yang
berasal bukan dari benda itu sendiri. Berkaitan dengan
pergerakan benda-benda langit, Aristoteles menyatakan bahwa
pergerakan benda-benda langit itu sangat sempurna terus
menerus karena adanya kekuatan yang diberikan oleh sang
pencipta. Aristoteles belum mengenal adanya gaya gravitasi

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 233


dan percaya bahwa bumi merupakan pusat tata surya.
Aristoteles menolak kemungkinan gerak dalam ruang hampa
karena medium sangat penting untuk pergerakan alami pada
kecepatan yang terbatas (Ade Putri, 2017).

11.2.3. Galileo (1564 – 1642)


Galileo tidak lagi terfokus pada pertanyaan mengapa,
melainkan lebih pada penggambaran objek dan berbagai
fenomena. Dengan kata lain, kita tidak lagi bertanya mengapa
batu itu jatuh ke bawah, melainkan bagaimanakah batu itu jatuh
ke bawah. Secara lebih rinci pertanyaan yang muncul adalah
bagaimanakah hubungan antara jarak yang ditempuh batu itu
dengan waktunya.
Galileo menyatakan bahwa semua benda (berat atau
ringan) jatuh dengan percepatan yang sama jika tidak ada
udara. Misal saat kita memegang selembar kertas secara
horizontal dan benda lain yang lebih berat (misalnya saja bola),
kemudian kedua benda dilepaskan bersamaan maka benda
yang lebih berat akan lebih dahulu mencapai tanah. Akan
tetapi, jika kita mengulangi percobaan dengan mengubah
bentuk kertas menjadi gumpalan kecil, maka kedua benda
tersebut mencapai tanah pada saat yang hampir sama. Galileo
yakin bahwa udara berperan sebagai hambatan untuk benda-
benda yang sangat ringan yang memiliki permukaan yang luas.
Sumbangan Galileo yang spesifik terhadap pemahaman kita
tentang gerak benda jatuh dapat dirangkum sebagai: ―Pada
suatu lokasi tertentu di Bumi dan dengan tidak adanya
hambatan udara, semua benda jatuh dengan percepatan
konstan yang sama.‖ Kita menyebut percepatan ini sebagai
percepatan yang disebabkan oleh gravitasi pada Bumi dan
memberikan symbol g (besarnya sekitar g = 9.8 m/s2) (Giancoli,
2001).

234 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


11.3. Aspek Ontologi Hukum Gravitasi Newton
Perbincangan tentang gerak benda sudah dilakukan jauh
sebelum Newton menjelaskan tentang alasan mengapa benda
bergerak. Menjelang berakhirnya abad ke-17 Sir Isaac Newton
(1642-1727), berhasil menyingkap teka-teki alam yang menarik
perhatian itu. Sebagian orang menceritakan bahwa jawaban
tentang teka teki itu diperoleh Newton ketika sebuah apel jatuh
ke kepalanya sewaktu ia sedang merenungi masalah ini di
bawah sebuah pohon apel di pekarangan rumahnya. (apakah
kejadian jatuhnya buah apel yang menimpa kepala Newton ini
benar? Masih diragukan kebenarannya) (Wospakrik, 2005).
Kejadian ini dikatakan oleh banyak orang sebagai kejadian
yang mengilhami Newton menemukan hukum yang kemudian
dikenal dengan ―hukum gravitasi Newton‖. Hukum gravitasi
yang dikemukakan
Newton menyatakan
bahwa dua buah
benda yang terpisah
oleh jarak tertentu
cenderung akan
saling tarik menarik
yang merupakan
gaya alamiah, Gambar 11.2 Sir Isaac Newton
besarnya gaya Sumber: brilio.net
alamiah ini
sebanding dengan massa masing-masing benda dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda.
Dalam kasus apel jatuh tadi karena massa bumi yang sangat
besar sehingga apel tertarik ke bumi. Secara matematika
pernyataan hukum gravitasi Newton itu dapat dituliskan:
M m
F G 2
. G adalah tetapan gravitasi = 6,67. 10-11 Nm2 /kg2, M
r

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 235


dan m masing-masing adalah massa benda pertama dan
massa kedua, serta r adalah jarak pisah antara kedua benda
(Giancoli, 2001). Mekanika benda langit dan mekanika bumi
yang sebelumnya merupakan dua pengetahuan yang terpisah,
dianggap satu kesatuan oleh Sir Isaac Newton (Erwin et al.,
2017). Tanpa adanya kontak timbal balik, Gravitasi bersifat
bawaan dan melekat pada suatu materi, sehingga satu benda
dapat mempengaruhi benda lain pada jarak tertentu, melalui
ruang hampa dan tanpa perantara apa pun (Henry, 2011).
Ciri mencolok dari pemikiran Newton adalah jangkauan
empirismenya yang sangat luas, berpotensi meluas bahkan ke
substansi non-materi. Meskipun Newton juga tertarik pada
prinsip-prinsip metafisika tertentu, tetapi ciri rasionalis dari
pemikirannya paling menonjol dalam perjuangannya untuk
menemukan 'penyebab gravitasi'. Pemikiran Newton yang
mencolok berikutnya bahwa ia memungkinkan zat dari jenis
yang berbeda dapat secara bersamaan menempati wilayah
ruang yang sama (Kochiras, 2009).

11.4. Keterbatasan Hukum Gravitasi Newton pada


Benda Langit
Pada tahun 1905, Albert Einstein mencetuskan teorinya
yang diberi nama Teori Relativitas Khusus. Teori ini
merumuskan ulang bagaimana formasi ruang-waktu. Teori ini
didasarkan pada 2 postulat yaitu semua hukum fisika harus
berbentuk sama (invarian) pada semua kerangka acuan dan
kecepatan cahaya adalah kecepatan mutlak. Dalam teori
relativitas khusus, Einstein menunjukkan teori relativitas
khususnya konsisten dengan teori elektromagnetik Maxwell.
Akibatnya Einstein tiba pada klaim bahwa cahaya memiliki
kecepatan sebesar 299,792 km/s. Einstein mengatakan bahwa

236 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


kecepatan benda atau energi lain dapat mendekati kecepatan
ini tetapi tidak akan pernah melebihi kecepatan cahaya
(Giancoli, 2001).
Keberhasilan Newton menemukan hukum gravitasi dapat
menjelaskan bagaimana kerja gravitasi pada situasi atau
kondisi normal dan dikenal dengan hukum gravitasi universal
Newton. Pada jaman dahulu hukum gravitasi Newton dipadukan
dengan hukum Keppler untuk mencari letak benda-benda langit
dan menghitung massanya. Kesederhanaan perhitungan yang
dilakukan Newton membuat orang awam mudah menerima
hukum gravitasinya. Akan tetapi kenyataannya alam semesta
tidaklah sesederhana itu karena alam semesta terdiri dari
milyaran bahkan trilyunan benda-benda ruang angkasa yang
saling mempengaruhi letak yang satu dengan lainnya. Bumi dan
tata surya hanyalah sebagian kecil dari isi yang ada di jagat
raya ini.
Teori gravitasi Newton dianggap bermasalah karena
Newton tidak memberikan penjelasan bagaimana gaya gravitasi
yang ditransmisikan antara dua buah benda dapat dipisahkan
dalam ruang. Gaya tarik gravitasi antara dua benda tersebut
menjelajah ruang hampa di antara dua benda tadi dalam waktu
sesaat. Teori gravitasi Newton ini dianggap memiliki
kejanggalan. Kejanggalan yang terjadi pada paradigma
gravitasi Newton terletak pada ketidakcocokan teori gravitasi
Newton dengan teori relativitas khusus yang diajukan Einstein
pada tahun 1905 (Waluyo, 2004). Teori gravitasi Newton
bertentangan dengan klaim Einstein bahwa tidak ada energi
maupun massa yang bisa memiliki kecepatan melebihi
kecepatan cahaya. Mengingat jangkauan gaya gravitasi yang
mencapai ribuan bahkan jutaan kilometer, maka gaya gravitasi
tidaklah mungkin menjelajah angkasa luar dalam waktu yang
singkat. Jika gaya gravitasi bergerak dengan cara yang sama

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 237


seperti cahaya bergerak, maka Einstein menyimpulkan bahwa
kecepatan gaya gravitasi yang bekerja juga tidak boleh melebihi
kecepatan cahaya. Dengan jarak jangkauan yang jauh maka
jelas gravitasi memerlukan waktu yang panjang untuk
menjelajah ribuan bahkan jutaan kilometer.
Sebagai contoh perjalanan cahaya dari Matahari sampai
ke planet-planet dalam tata surya. Pada bumi yang berjarak
kurang lebih 150.000 kilometer dari matahari, cahaya yang kita
nikmati di bumi ini memerlukan waktu sekitar 8,3 menit untuk
tiba di bumi setelah dipancarkan dari permukaan matahari.
Pada planet Pluto yang berjarak sekitar 5940 juta kilometer dari
matahari, cahaya membutuhkan waktu sekitar 5,5 jam untuk
tiba disana. Jika gravitasi bekerja tidak dalam waktu sesaat
(sesuai dengan relativitas khusus Einstein), maka orbit planet
ini harus mengalami koreksi. Akan tetapi jika koreksi Einstein
dimasukkan, maka koreksi ini justru memberikan hasil prediksi
orbit planet yang tidak sesuai dengan data astronomi.
Pertimbangan ini membuat Einstein menyimpulkan adanya
mekanisme dalam teori gravitasi yang belum dijelaskan oleh
Newton.
Kejanggalan kedua ditemukan Einstein berhubungan
dengan prinsip ekuivalen. Secara sederhana prinsip ini
menggambarkan bahwa semua hukum fisika akan berperilaku
sama dalam kerangka acuan mana saja, baik dalam kerangka
diam atau kerangka yang berjalan dengan kecepatan konstan
maupun dengan laju kecepatan yang positif. Sebagai contoh
saat kita berada dalam sebuah pesawat ruang angkasa yang
berada di ruang hampa dan pesawat itu bergerak ke atas
dengan percepatan yang sama dengan percepatan gravitasi
bumi yaitu 9,8 m/s2. Jika ada sebuah buku yang melayang
dalam pesawat itu, maka buku itu akan bergerak menuju lantai
pesawat dengan percepatan sebesar 9,8 m/s 2. Jika buku

238 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


dengan berat yang sama dilepaskan dari ketinggian tertentu di
bumi dalam pengaruh gravitasi bumi, maka buku itu pasti akan
jatuh ke bumi dengan percepatan yang sama pula, yaitu 9,8
m/s2.
Hal penting yang bisa disimpulkan dari percobaan
sederhana di atas adalah bahwa gerak buku di dalam pesawat
dan gerak buku ketika jatuh di permukaan bumi tidak bisa
dibedakan. Apakah buku tadi jatuh karena ditarik gravitasi bumi
atau hanya sekedar bergerak dengan percepatan yang sama
dengan gravitasi bumi. Dengan kata lain gravitasi bisa
diciptakan maupun dihilangkan hanya dengan memandang dari
kerangka acuan yang berbeda. Jika demikian mungkinkah buku
tadi jatuh karena ditarik bumi atau sebaliknya permukaan bumi
yang bergerak keatas kearah buku tadi dengan laju kecepatan
yang sama dengan gravitasi bumi.
Dua kejanggalan di atas merupakan koreksi terhadap
hukum gravitasi Newton. Penjelasan di atas menunjukkan
bahwa hukum gravitasi Newton tidak dapat digunakan secara
universal. Hukum gravitasi Newton tidak dapat digunakan untuk
menjelaskan perilaku benda-benda langit. Koreksi dari hukum
gravitasi universal Newton terhadap teori ini adalah jika misal
terdapat partikel-partikel yang salah satunya digerakkan dan
yang lain diam (relatif terhadap partikel yang lain), maka gaya
gravitasi antar partikel tersebut akan berubah secara spontan
tak peduli berapapun besarnya (Irawan, 2016).
Kata ‖spontan‖ dipakai karena perubahan jarak antara
partikel satu dengan partikel lainnya akan berubah saat itu juga.
Hal ini berarti komunikasi antar berbagai partikel tersebut terjadi
sangat cepat (spontan) yang melebihi kecepatan cahaya,
sehingga hal ini telah melanggar postulat ke-2 Teori Relativitas
Khusus. Teori Relativitas Khusus dapat menjelaskan dengan
sangat baik untuk kerangka acuan yang bergerak relatif dengan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 239


kecepatan konstan yang sangat tinggi (mendekati kecepatan
cahaya). Untuk kerangka acuan yang bergerak relatif dengan
percepatan konstan, maka pada tahun 1916 Albert Einstein
men-generalisasi Teori Relativitas Khusus dengan
mencetuskan Teori Relativitas Umum yaitu teori yang
menjelaskan kerangka acuan yang saling bergerak relatif
dengan suatu percepatan.
Pandangan Einstein berdasar pada anggapan adanya
saling keterkaitan antara ruang-waktu dan materi-energi.
Berbeda dengan konsep Newton, ruang-waktu tidak memiliki
eksistensi sendiri, melainkan diciptakan oleh kehadiran materi-
energi. Dalam teori ini gravitasi bukan dipandang sebagai gaya,
tetapi lebih sebagai manifestasi dari kelengkungan ruang waktu
(Gron & Naess, 2011; Hobson et al., 2006).

Gambar 11.3. Ilustrasi pelengkungan ruang-waktu akibat


gravitasi yang memaksa cahaya berbelok
Sumber: Priyatikanto (2015)

Dalam teori relativitas umum, keberadaan sebuah benda


bermassa besar menyebabkan kelengkungan ruang-waktu
yang sebenarnya cukup sulit untuk divisualisasikan secara
lengkap. Analogi bentangan taplak meja dengan apel di atasnya
dapat digunakan untuk menggambarkan pelengkungan ruang-
waktu dengan cahaya yang bergerak dengan kecepatan 300

240 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


km/s menjalar sepanjang lintasan terpendek (Gambar 4). Akibat
gravitasi, cahaya dipaksa membelok mengikuti kelengkungan
ruang-waktu (Priyatikanto, 2015).
Efek kelengkungan ruang-waktu terjadi jika ada benda
bermassa. Semakin besar massa suatu benda, maka semakin
besar pula efek kelengkungan ruang-waktunya. Formulasi dari
kelengkungan ruang-waktu ini dirumuskan dalam
persamaannya yang terkenal yaitu Persamaan Medan Einstein.
Solusi dari persamaan medan Einstein pertama kali dikerjakan
oleh Karl Schwarzschild pada tahun yang sama sejak Teori
Relativitas Umum dipublikasikan. Schwarzschild memberikan
solusi statik dan simetri bola untuk persamaan medan Einstein.
Hasil yang didapatkan adalah lubang hitam (black hole) statik.
Lubang hitam merupakan salah satu fenomena gravitasi yang
menarik karena dapat diprediksi oleh penelitian fisika teoritik
dan matematika (Bernard, 2017).
Lubang hitam adalah suatu benda dengan kerapatan
massa sangat tinggi sehingga kelengkungan ruang-waktu di
sekitarnya sangat kuat. Kekuatan dari kelengkungan ruang-
waktu ini mampu menarik benda-benda di sekitarnya hingga
cahaya pun tidak bisa keluar setelah masuk ke dalamnya.
Secara astrofisika, benda langit umumnya berputar (berotasi).
Solusi Schwarzschild hanya untuk lubang hitam yang tidak
berotasi, maka seharusnya terdapat solusi lain untuk sumber
massa yang berotasi. Pada tahun 1963, Roy Patrick Kerr
menemukan solusi bagi persamaan medan Einstein untuk
sumber massa yang berotasi.
Pada hukum gravitasi Newton mengklaim pengaruh
gravitasi yang seketika, sedangkan Einstein bersikeras tidak
ada pengaruh disebarkan lebih cepat dari kecepatan cahaya
(c). Pada perkembangannya ahli mengemukakan gravitasi
kuantum dengan mengusulkan pergeseran paradigma dengan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 241


dualitas konsep tersebut (Amoroso, 2018).

11.5. Keunggulan paradigma gravitasi Newton


pada sisi epistemologi
Teori gravitasi Newton bermula dari pohon apel yang ada
di depan rumahnya ketika Newton sedang duduk di bawah
pohon apel. Newton mengamati peristiwa jatuhnya buah apel
dari pohon. Kemudian dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai gerak jatuhnya benda-benda. Hukum gravitasi
Newton adalah kesimpulan Newton bahwa gaya tarik gravitasi
yang bekerja antara dua benda sebanding dengan massa
masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak kedua benda. Gaya gravitasi bumi merupakan salah satu
ciri Bumi, yaitu benda-benda ditarik ke arah pusat Bumi.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan hukum gravitasi Newton, yaitu 1) benda dianggap
partikel atau berbentuk bola, 2) garis kerja gaya terletak antara
garis hubung yang menghubungkan pusat benda pertama dan
pusat benda kedua.
Hukum gravitasi Newton memiliki satu model matematika
yang tepat sehingga menjadi sangat sukses secara empiris.
Sifat misterius dari gaya tarik gravitasi tidak cukup meyakinkan
untuk menghentikan teori Newton. Dalam kasus apapun,
penjelasan mekanik dari gravitasi suatu hari akan tersedia dan
dengan begitu maka akan tersedia juga penjelasan segala
macam fenomena alam dalam secara mekanik. Eksplanasi
Newton tentang gaya gravitasi melalui pengamatan dan
disajikan dalam model matematika sederhana yang tepat inilah
yang menjadi hal mengagumkan dari hukum gravitasi Newton.

242 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


11.6. Aspek Aksiologi yang dapat diambil dengan
mempelajari Dogma Newton tentang
gravitasi
Pencapaian Newton dalam ilmu pengetahuan sangat
mengagumkan. Newton sebagai seorang saintis seakan-akan
melarang hal-hal yang non-empiris masuk ke wilayah ilmu
pengetahuan. Newton mengawali pemikirannya tentang gaya
gravitasi melalui pengamatan-pengamatan yang dilakukannya.
Hasil pengamatan tersebut yang kemudian dijabarkan dalam
rumusan matematika sederhana. Dalam hal ini, Newton
menjelaskan suatu pengetahuan berdasarkan pada hal yang
bersifat empiris.
Jika sains secara ketat mengeksklusikan hal-hal yang non-
empirik, maka pembatasan semacam ini seharusnya juga
menjadi kunci untuk mencapai berbagai pengetahuan lainnya.
Hukum gravitasi Newton ini yang mengajarkan bahwa semua
konsep, gagasan, dan pengetahuan substantif yang tersedia
dan terbuka bagi manusia pada akhirnya harus didasarkan
semata-mata pada pengalaman, terutama pada pengalaman
penginderaan atau observasi. Pengetahuan atau keyakinan
yang tidak didasarkan pada pengalaman empiris akan menjadi
tidak bermakna (meaningless). Hal ini yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam memperoleh pengetahuan, sehingga
pada saat era modern saat ini manusia terhindar dari yang
namanya hoaks.
Paradigma gravitasi Newton dinilai tidak bersifat universal,
sehingga muncul pandangan lain tentang gravitasi oleh
Einstein. Paradigma gravitasi Newton tepat digunakan untuk
menjelaskan perilaku interaksi benda-benda yang ada di Bumi,
sedangkan pandangan Einstein dapat menjelaskan perilaku
benda-benda langit. Makna kehidupan yang dapat diambil dari
adanya pergeseran paradigma ini yaitu perlunya sikap toleran.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 243


Kebenaran yang ada di alam semesta ini bersifat relatif, artinya
kebenaran dapat berada pada kondisi tertentu dan tidak bersifat
universal. Konsep ini dapat diadaptasikan pada dunia
Pendidikan, dimana pendapat dari ahli-ahli pendidikan dapat
berbeda antara satu dengan yang lain. Bukan berarti ketika
pendapat A benar maka pendapat B pasti salah. Akan tetapi
masih ada kemungkinan pada kondisi yang berbeda, kedua
pendapat tersebut benar. Hidup toleran dan saling
berdampingan inilah yang menjadi makna tersirat dari adanya
pergeseran paradigma gravitasi Newton ke gravitasi Einstein.

244 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


BAB 12

PARADIGMA DIKELUARKANNYA PLANET


PLUTO DALAM SISTEM TATA SURYA

Desi Wulandari
Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNNES
Email : wulanipa@mail.unnes.ac.id

12.1. Deskripsi Materi


Alam semesta merupakan bagian yang tidak terlepas dari
dunia sains, dan astronomi merupakan cabang ilmu sains yang
membahas hal tersebut. Perspektif pemikiran sains di bidang
astronomi sampai saat ini masih menjadi perdebatan
paradigma yang tidak kunjung usai (Firdaus & Sinensis, 2017).
(Kuhn, 1989) mendefenisikan bahwa paradigma merupakan
istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sekumpulan ide,
asumsi, dan metode yang dibagikan oleh sekelompok saintis;
ketika ini rusak, itu mengarah ke pergeseran paradigma ke
model teoritis baru.
Astronomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
benda langit, seiring dengan berkembangnya teknologi maka
terjadi pergeseran paradigma. Pergeseran paradigma
(paradigm shift) adalah istilah yang cocok untuk

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 245


menggambarkan terjadinya dimensi kreatif pikiran manusia
dalam bingkai pengetahuan. Salah satu perubahan paradigma
adalah keanggotaan Pluto dalam planet pada tata surya.Tahun
2006 hal yang sangat mengejutkan dimana IAU (International
Astronomical Union) mengatakan bahwa Pluto yang kita kenal
sebagai planet terjauh yang mengeliligi alam semesta bukanlah
sebuah planet dan di hilangkan dalam keanggotaan planet dan
Pluto di golongkan kedalam planet kerdil (Saputra, 2018).
Mengenai perdebatan planet ke Sembilan ternyata masih
banyak peneliti yang menyelidiki tentang adanya planet ke
Sembilan (Holman & Payne, 2016).

12.2. Perkembangan klasifikasi Planet dalam Tata


Surya
Pada tahun 2006, untuk pertama kalinya dalam
sejarahnya, Persatuan Astronomi Internasional
mendefinisikan karakteristik sebuah 'planet' di Tata Surya kita
dan akibatnya menurunkan Pluto dari 'planet' menjadi 'planet
kerdil' (Messeri, 2010). Clyde Tombaugh menemukan Pluto
pada tahun 1930. Para astronom yang mempelajari orbit
Uranus dan Neptunus memperkirakan bahwa Pluto setidaknya
lebih besar dari Bumi dan segera mengklasifikasikannya sebagai
planet kesembilan. Pluto dengan cepat naik ke status ikon
publik, dianut oleh orang Amerika sebagai planet pertama yang
ditemukan oleh salah satu orang sebangsanya.
Secara literatur awalnya benar ketika ukuran Pluto
setidaknya lebih besar daripada bumi. Akan tetapi setelah
astronom dibantu oleh instrumentasi yang canggih terus
menghitung ulang massa dan orbit Pluto. Pada akhir abad ke-
20, mereka menyimpulkan bahwa Pluto cukup kecil, hanya
sebagian kecil dari ukuran bulan, dan bukan satu-satunya
benda yang mengorbit di tepi Tata Surya, serta kemiripan ke

246 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


dalam bagian KBOs (Kuiper Belt Objects). Dan setelah IAU
2006 ada perubahan pengklasifikasian planet, akhirnya Pluto
masuk ke Planet kerdil.

12.3. Paradigma Planet Pluto dalam tata surya


Penemuan Pluto bukanlah produk kebetulan atau
kebetulan. Sebaliknya, itu adalah puncak dari upaya yang
membosankan untuk menemukan 'Planet X', yang diprediksi
oleh astronom Percival Lowell (1915), yang dikenal dengan
teorinya tentang kanal Mars. Planet X adalah sebuah benda
yang berteori lebih besar dari Bumi, mengorbit di luar Neptunus
dan menyebabkan gangguan yang diamati para astronom di
orbit Uranus.
Pencarian Planet X ini dimulai pada tahun 1905 dan tidak
berhasil sampai beberapa tahun kemudian ketika Clyde
Tombaugh, astronom amatir dengan disposisi yang cermat,
memperoleh bukti fotografis dari sebuah objek yang
diperkirakan berada di orbit Planet X yang besar dan besar.
Pada tanggal 13 Maret 1930 (peringatan 75 tahun kelahiran
Percival Lowell) Observatorium Lowell mengumumkan
penemuan Tombaugh. Planet X yang baru ditemukan, yang
diperkirakan lebih besar dari Bumi, membutuhkan sebuah
nama. Penghormatan kepada Lowell ini, ketertarikan media
pada pemilihan nama, dan peran Phair merupakan indikasi
awal bahwa planet kesembilan tidak secara eksklusif berada di
ranah astronom professional (Messeri, 2010).
Para astronom sesekali mulai terlibat dengan argumen
Marsden bahwa Pluto termasuk dalam kategori yang berbeda.
Tidak setiap dorongan astronom adalah untuk menurunkan
derajat. Pada tahun 1991, S. Alan Stern mempublikasikan
prediksi bahwa jumlah planet di Tata Surya kemungkinan
besar jauh lebih besar daripada sembilan yang diterima. Untuk
memperdebatkan hal ini, dia pertama kali mengusulkan definisi

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 247


planet sebagai sesuatu yang cukup besar untuk menarik
dirinya ke dalam bola (kesetimbangan hidrostatis) tetapi cukup
kecil sehingga tidak menghasilkan energinya sendiri melalui
fusi nuklir (perhatikan bahwa ini adalah definisi struktural
murni, tidak mengatakan apa-apa tentang orbit objek). Stern
kemudian meramalkan bahwa populasi planet akan ada di
wilayah yang disebut cakram Kuiper, zona yang dimulai tepat
di luar orbit Neptunus, pada 30 unit astronomi (AU), dan
meluas hingga 500 AU(S. A. Stern, 1991).

12.4. Tokoh Saintif Penguat Paradigma Baru


12.4.1. Para astronom dibantu oleh instrumentasi yang
canggih, terus menghitung ulang massa dan orbit
Pluto.
Pada akhir abad ke-20, mereka menyimpulkan bahwa
Pluto cukup kecil, hanya sebagian kecil dari ukuran bulan, dan
bukan satu-satunya benda yang mengorbit di tepi Tata Surya.
1. Dalam dekade setelah 1930 seiring dengan kemajuan
instrumentasi observasi, massa Pluto dihitung ulang. Alih-
alih tujuh kali lebih massif dari Bumi. Massa yang
dibutuhkan untuk menjelaskan gangguan Uranus-
pengamatan antara tahun 1930-an dan 1950-an
memperkirakan Pluto malah lebih sebanding ukurannya
dengan Bumi. Meski dengan penurunan massa ini, Pluto
masih dianggap signifikan secara dinamis
2. Pada tahun 1968, setelah penghitungan massa dapat
dilakukan dengan komputasi berkecepatan tinggi, ukuran
Pluto turun ke kisaran 0,1 hingga 0,2 massa Bumi.
Akhirnya, pada tahun 1978 para astronom menyimpulkan
bahwa prediksi Lowell dan pengamatan Tombaugh adalah
kebetulan. Penemuan Charon, sebuah objek yang
mengorbit di sekitar Pluto, dengan tegas menetapkan
bahwa Pluto hanya memiliki berat 0,002 massa Bumi
membuatnya kurang masif dari Bulan Bumi. Para astronom

248 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


dibantu oleh instrumentasi yang canggih, terus menghitung
ulang massa dan orbit Pluto. Pada akhir abad ke-20,
mereka menyimpulkan bahwa Pluto cukup kecil, hanya
sebagian kecil dari ukuran bulan, dan bukan satu-satunya
benda yang mengorbit di tepi Tata Surya
3. Makalah yang mendokumentasikan penemuan satelit Pluto
dengan hati-hati menyarankan: 'Jadi, Pluto jelas bukan
planet tipe terestrial, dan sangat mungkin mungkin pada
awalnya bukan planet sama sekali' (Christy & Harrington,
1978). Para astronom tidak tahu apakah akan merasa geli
atau malu atas kesalahan perhitungan massa Pluto yang
berulang kali. Dua astronom menulis makalah pada tahun
1980 untuk Eos, Transaksi (jurnal American Geophysical
Union), dengan bercanda menyatakan bahwa perkiraan
massa sebelumnya untuk Pluto harus dianggap serius dan
digunakan untuk memprediksi 'hilangnya Pluto yang akan
datang', yang dijadwalkan untuk tahun1984 (Dessler &
Russell, 1980).

Gambar 12.1 Perubahan massa Pluto seiring waktu ' Perkiraan massa Pluto
sebagai fungsi waktu. Lingkaran hitam adalah data
percobaan; persamaan tersebut diplot sebagai garis solid,
yang merupakan kurva paling cocok untuk pengembangan
teori (Dessler & Russell, 1980)

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 249


4. Pada tahun yang sama, dua astronom lain merangkum
perjalanan Pluto dengan lebih serius. Dua kesimpulan
dapat ditarik dari bukti ini: (1) sementara semua pujian
harus diberikan kepada Percival Lowell untuk memulai,
dan memberikan dorongan untuk, pencarian planet X,
penemuan berikutnya dari Pluto tampaknya sepenuhnya
karena pencarian yang teliti dan telaten. Dibuat oleh Clyde
Tombaugh. (2) Massa baru Pluto secara efektif
menghilangkannya sebagai sumber residu anomali yang
diamati dalam gerakan Uranus dan Neptunus. Rupanya,
model tata surya luar kita masih belum lengkap.
(Duncombe & Seidelmann, 1980: 18)(Duncombe &
Seidelmann, 1980)
Makalah ini muncul di edisi Musim Gugur 1980 Icarus (jurnal
terkemuka ilmu planet), merayakan 'Pluto - Tahun Emas
Planet Kesembilan'. Masalah tersebut berisi makalah
retrospektif oleh Clyde Tombaugh (yang, setelah
penemuannya, menerima gelar sarjana dan PhD di bidang
astronomi) dan astronom lain yang merangkum sejarah
ilmiah Pluto.
Brian Marsden, menggunakan bahasa dari klasifikasi
prototipikal, dengan berani bertanya, 'apakah karena itu
mungkin bukan saatnya kita menghilangkan sebutan
―planet kesembilan ‖ dan rahasia Pluto dengan dua objek itu
paling jelas menyerupai [Chiron, terletak di antara Saturnus
dan Jupiter, dan Hidalgo, di sabuk asteroid], sebagai planet
kecil yang tidak biasa? (Marsden, 1980). Marsden
menjabat sebagai direktur Planet Kecil.

250 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


12.4.2. Para astronom sesekali mulai terlibat dengan
argumen Marsden bahwa Pluto termasuk dalam
kategori yang berbeda.
Pada tahun 1991, S. Alan Stern mempublikasikan
prediksi bahwa jumlah planet di Tata Surya kemungkinan
besar jauh lebih besar daripada sembilan yang diterima. Untuk
memperdebatkan hal ini, dia pertama kali mengusulkan definisi
planet sebagai sesuatu yang cukup besar untuk menarik
dirinya ke dalam bola (kesetimbangan hidrostatis) tetapi cukup
kecil sehingga tidak menghasilkan energinya sendiri melalui
fusi nuklir (perhatikan bahwa ini adalah definisi struktural
murni, tidak mengatakan apa-apa tentang orbit objek). Stern
kemudian meramalkan bahwa populasi planet akan ada di
wilayah yang disebut cakram Kuiper, zona yang dimulai tepat
di luar orbit Neptunus, pada 30 unit astronomi (AU), dan
meluas hingga 500 AU.
Stern berhipotesis bahwa kemungkinan penemuan
benda di cakram ini akan sangat penting untuk mempelajari
asal usul Tata Surya. Dia melanjutkan dengan menyatakan
bahwa 'Triton [bulan Neptunus], Pluto, dan Charon ...
kemungkinan besar merupakan satu-satunya peninggalan dari
populasi purba ini yang secara permanen diawetkan di wilayah
20–50 SA ... populasi komet dan 1000 km tubuh di sana tidak
ada besar (S. A. Stern, 1991). Meskipun pernyataan terakhir ini
ternyata salah (populasi di wilayah ini cukup besar), Stern tidak
hanya menganjurkan untuk menerima Pluto sebagai planet; dia
juga mengharapkan lebih banyak planet mirip Pluto ditemukan
di masa depan.
Pada saat dia menulis makalah ini, taruhan
profesionalnya jauh lebih rendah daripada ketika Pluto secara
resmi diturunkan pangkatnya dan dia adalah penyelidik utama
misi New Horizons NASA, sebuah penyelidikan dalam

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 251


perjalanan ke Pluto dan Sabuk Kuiper. Namun prediksi Stern
tentang planet luar lainnya, seperti spekulasi Marsden bahwa
Pluto adalah anggota kelas objek yang berbeda, tidak memiliki
bukti empiris. Itu berubah pada 1993 ketika astronom Dave
Jewitt dan Jane Luu (1993) diumumkan pada Alam
keberadaan objek 1992 QB 1, membuktikan keberadaan
Sabuk Kuiper teoretis. Objek 1992 QB 1 orbit pada 40 SA (dan
dengan demikian di wilayah yang Stern bersikeras akan
kosong) (Jewitt & Luu, 1993). Dalam tahun berikutnya, ratusan
KBO telah (dan masih) ditemukan di wilayah 30–50 AU.
Kemiripan dinamis dan struktural antara pertumbuhan populasi
KBO dan sistem Pluto-Charon menyebabkan banyak astronom
akhirnya setuju dengan hipotesis Marsden bahwa Pluto
seharusnya tidak termasuk dalam kategori planet, tetapi ke
dalam kategori KBO - kelas planet kecil.

12.4.3. Planetarium Museum sejarah alam amerika tahun


2000
Ketika pedagogi ini ditantang secara publik di
planetarium pada pergantian milenium, pengunjung museum
bereaksi negatif. Pada Februari 2000, Hayden Planetarium di
American Museum of Natural History (AMNH) di New York
dibuka kembali setelah tiga tahun renovasi. Direktur
Planetarium, astrofisikawan Neil deGrasse Tyson,
memutuskan untuk mengeluarkan Pluto dari tampilan planet.
Ketika sebuah Waktu New York Artikel menunjukkan
ketidakhadiran Pluto, Tyson dihujani kritik dan surat dari anak-
anak dan orang tua yang meminta agar dia menampilkan Pluto
Kembali. Sayangnya, Pluto… tidak lain adalah objek sabuk
Kuiper - komet sisa dari pembentukan tata surya. Jika orbit
Pluto pernah diubah sehingga ia melakukan perjalanan
sedekat mungkin dengan Matahari seperti Bumi, Pluto akan

252 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


menumbuhkan ekor dan terlihat seperti komet jumbo. Tidak
ada planet lain yang dapat membuat klaim ini (mungkin
memalukan). Sama seperti Ceres yang berubah dari planet
terkecil menjadi asteroid terbesar, demikian pula Pluto harus
dipindahkan dari status 'planet terkecil' menjadi objek terbesar
di kelas baru (Tyson, 1999).
Beberapa astronom menanggapi dengan kecewa
presentasi museum tentang Tata Surya. Pada bagian yang
sama Waktu New York Artikel, Richard Binzel, seorang saintis
planet di MIT, mengatakan bahwa pameran itu 'terlalu jauh
dalam menurunkan derajat Pluto, jauh melampaui apa yang
dipikirkan oleh para astronom arus utama'. Stern, juga dikutip,
menekankan hal ini dengan menyebut presentasi museum
tentang Pluto sebagai 'sudut pandang minoritas'. Salah satu
aspek yang mencolok dari pernyataan para astronom ini adalah
penggunaan bahasa demokrasi yang berulang-ulang (sudut
pandang minoritas dan mayoritas). Percakapan tercetak antara
Tyson dan Mark Sykes, Ketua Divisi Ilmu Planet dari American
Astronomical Society, membuktikan lebih jauh retorika minoritas
dan mayoritas. Sykes menyatakan bahwa sangat sedikit
astronom (dia dapat menghitung dengan satu tangan) yang
setuju dengan presentasi museum. Sykes lebih lanjut menduga
bahwa jika Pluto ditemukan hari ini, fakta bahwa ia memiliki
bulan dan atmosfir akan membuatnya memenuhi syarat sebagai
planet. Sykes mengakui bahwa beberapa orang sezamannya
mungkin tidak setuju. Tyson mengoreksinya, 'Tidak sedikit, tapi
banyak [akan mengatakan bahwa status Pluto sebagai planet
adalah produk sejarah, bukan sains].
Setelah percakapan dengan Tyson ini, Sykes berpidato
di depan Divisi Ilmu Planet dan menyimpulkan bahwa apa
yang akhirnya disajikan AMNH kepada publik bukanlah
kontroversi mengenai arti dari planet, tapi pedagogi

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 253


bermasalah (Sykes, 2001). Publik yang datang ke pameran
berharap melihat sembilan planet, dan karena presentasi
Pluto yang ambigu (bukan sebagai planet atau bukan-planet),
publik tetap berpikir bahwa Pluto disajikan sebagai planet.
Dengan demikian, pameran planetarium tidak berfungsi untuk
mendidik publik mengenai klasifikasi rapuh Pluto sebagai
planet, melainkan hanya mengacak-acak bulu para astronom
yang melihat kecerobohan di balik apa yang coba dilakukan
pameran tersebut.
Dengan menampilkan sistem klasifikasi yang menolak
beberapa kosmologi ilmiah dan kosmologi budaya yang
dominan, pameran planetarium membatasi kemudahan istilah
tersebut. planet bisa diperdagangkan antara saintis dan
public. Planetarium Hayden mendukung sistem klasifikasinya,
tetapi tak lama setelah kontroversi ini dipasang sebuah plakat
dan kios baru untuk menjawab pertanyaan paling umum
pengunjung, 'Di mana Pluto?'(Kenneth, 2001). Selama
episode ini, berbeda saat IAU ditetapkan secara resmi planet,
zona perdagangan tidak sepenuhnya bubar karena komunitas
astronomi, dengan bantuan anggota masyarakat yang tidak
puas, dapat memveto klaim AMNH atas otoritas.
Selama masa krisis atau konflik, perbedaan antara
profesional dan amatir menajam karena profesional
menegaskan dominasi mereka untuk menyelesaikan konflik
demi tujuan profesional(Lankford, 1981). Kita dapat melihat ini
terjadi ketika pertanyaan tentang definisi planet dibahas.
Menyusul pengumuman tiga KBO pada akhir Juli, seorang
amatir (meskipun amatir dengan observatorium halaman
belakang) mendorong diskusi tentang MPML mengenai
bagaimana penemuan ini memengaruhi status planet Pluto. Ini
memancing tanggapan marah dari seorang profesional. Ahli
astronomi menulis:

254 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


―Persoalan telah mengemuka [apakah Pluto harus
diturunkan statusnya menjadi planet minor], tetapi
seharusnya tidak [menjadi], karena tidak ada definisi
formal yang membagi planet mayor dan minor.
(Tholen, 2005)(Dave, 2005)‖

Dan seorang amatir menjawab: 'Bagi saya tampaknya


keengganan para saintis untuk menerima perubahan
paradigma, meskipun tipikal dalam sejarah sains, hanyalah
penundaan dari yang tak terelakkan' ( C r a w f o r d , n . d . )

12.4.4. Konferensi IAU 2006


IAU (International Astronomical Union) menetapkan
bahwa planet dan benda lain di Tata Surya kita, kecuali satelit,
ditetapkan ke dalam tiga kategori berbeda dengan cara berikut:
1. Sebuah 'planet' 1 adalah benda langit yang: (a) mengorbit
mengelilingi Matahari, (b) memiliki massa yang cukup
untuk gaya gravitasi sendiri untuk mengatasi gaya benda
kaku sehingga mengambil bentuk kesetimbangan
hidrostatik (hampir bulat), dan (c) memiliki membersihkan
lingkungan di sekitar orbitnya
2. 'Planet katai' adalah benda langit yang: (a) mengorbit
mengelilingi Matahari, (b) memiliki massa yang cukup
untuk gravitasi dirinya untuk mengatasi gaya benda kaku
sehingga ia mengasumsikan kesetimbangan hidrostatik
(hampir bulat ) bentuk, 2 ( c) belum membersihkan
lingkungan di sekitar orbitnya, dan (d) bukan satelit.
3. Semua objek lainnya 3 kecuali satelit yang mengorbit
Matahari akan disebut secara kolektif sebagai 'Badan Tata
Surya Kecil' (IAU, 2006)

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 255


12.5. Nilai Aksiologi dan makna yang terkandung
dalam sebuah kehidupan
Penemuan Pluto bukanlah produk kebetulan.
Sebaliknya, itu adalah puncak dari upaya yang membosankan
untuk menemukan 'Planet X', yang diprediksi oleh astronom
Percival Lowell (1915)(Lowell, 1915), yang dikenal dengan
teorinya tentang kanal Mars. Planet X adalah sebuah benda
yang berteori lebih besar dari Bumi, mengorbit di luar Neptunus
dan menyebabkan gangguan yang diamati para astronom di
orbit Uranus. Pencarian Planet X ini dimulai pada tahun 1905
dan tidak berhasil sampai beberapa tahun kemudian ketika
Clyde Tombaugh astronom amatir dengan disposisi yang
cermat, memperoleh bukti fotografis dari sebuah objek yang
diperkirakan berada di orbit Planet X yang besar dan besar.
Pada tanggal 13 Maret 1930 (peringatan 75 tahun kelahiran
Percival Lowell) Observatorium Lowell mengumumkan
penemuan Tombaugh. Planet X yang baru ditemukan, yang
diperkirakan lebih besar dari Bumi, membutuhkan sebuah
nama. Dalam kehidupan sehari-hari harapannya kita bisa selalu
untuk melatih kesabaran dan tidak cepat berputus asa.
Walaupun masih pemula kita harus berusaha dengan sungguh-
sungguh dan cermat dalam bertindak.
Kebiasaan astronomi menentukan bahwa organisasi
penemu (Lowell Observatory) memiliki hak penamaan. Anggota
Observatorium Lowell akhirnya memilih Pluto, dewa kegelapan,
daerah yang jauh. Ketika nama itu diumumkan pada 25 Mei
1930, seorang wali dari observatorium tersebut selanjutnya
mencatat bahwa dua huruf pertama Pluto berfungsi sebagai
peringatan bagi pendukung pertama planet ini, Percival Lowell
(Time, 1930). Memberikan penghargaan/menghargai pihak lain
seyogyanya bisa kita lakukan setiap waktu kepada orang lain,

256 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


apalagi yang telah berjasa dengan kita jangan sampai kita
lupakan.
Para astronom mengklaim bahwa masyarakat,
khususnya anak sekolah, peduli dengan nasib Pluto. Setelah
penurunan pangkat, bukti kepedulian terhadap Pluto
berlimpah di media profesional dan awam. Ada suasana
humor di ratusan Op-Ed, petisi online, desain kaus, kartun
politik, satir TV larut malam, stiker bemper, video YouTube,
dan komik web yang membahas tentang perubahan status
Pluto. Ketika terjadi perdebatan antara para astronom,
masyarakat memberikan bentuk kepedulian. Harapannya
dalam kehidupan sehari-hari kita bisa memiliki rasa peduli
kepada orang lain di sekitar kita. Saling memberi perhatian
sebagai bentuk kepedulian.
Pluto terus mengorbit Matahari dengan saudara-
saudaranya yang sedingin es, tidak menyadari signifikansi
terestrial nya. “Apapun yang terjadi, toh Pluto tetap mengorbit
Matahari entah tetap masuk planet ataupun planet kerdil. Di sini
kita sebaiknya tetap selalu bersyukur kepada Allah SWT
tentang ciptaan alam semesta dengan berusaha berperilaku
baik sesuai dengan kapasitas yang kita miliki, entah kita
dianggap maupun tidak oleh orang lain. Tetap fokus pada tugas
dan kewajiban serta menjaga kestabilan lingkungan.”
Makna yang terkandung dalam kehidupan setelah
mempelajari Pluto yaitu penemuan Pluto menjadi sebuah
planet bungsu, planet ke 9, bukanlah hal yang mudah dan
kebetulan, tetapi merupakan proses yang panjang yang butuh
dengan ketelitian, kesabaran. Walaupun pada akhirnya banyak
yang menentang dan menganggap bahwa pluto tidak masuk
klasifikasi planet. Perdebatan para astronom pun sampai
sekarang masih berlanjut. Dikeluarkannya Pluto dari anggota
planet di Tata Surya tidak menjadikan dia keluar dari tata surya

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 257


hanya pengklasifikasiannya yang berubah menjadi planet
kerdil. Tetapi dia tetap melaksanakan tugasnya untuk
mengorbit Matahari dan tidak menyadari dengan status
terestrialnya.
Dalam kehidupan kita harus selalu berusaha dan tidak
pantang menyerah, bersikap menghargai dan toleransi diantara
perdebatan-perdebatan. Tidak boleh merasa paling benar dan
harus selalu berusaha untuk belajar. Mensyukuri apapun yang
telah kita miliki dengan selalu berupaya menjaga
keseimbangan alam. Sehingga kehidupan akan berjalan sesuai
dengan keteraturan.

258 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


BAB 13

PARADIGMA TEORI DENTUMAN BESAR


(THEORY BIG BANG)

M. Hidayatur Rohman
Dosen Tadris IPA Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kependidikan
IAIN Salatiga
Email: hidayat80@iainsalatiga.ac.id

13.1. Diskripsi Materi


Teori Dentuman Besar adalah bagian dari sains. Teori
dentuman besar merupakan hipotesis (anggapan dasar)
penciptaan alam semesta yang paling mungkin. Gagasan
dentuman besar didasarkan bahwa alam semesta berasal dari
keadaan panas dan padat yang mengalami ledakan dahsyat
dan mengembang. Semua galaksi di alam semesta
mengembang dan menjauhi pusat ledakan (Ekawati, R. 2015).
Menurut Bama (2015), dalam sains mencakup tiga substansi
dasar yang terkait dengan gejala alam yang ditinjau, yaitu
ontologi (menjawab pertanyaan apa itu), epistemologi
(menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana), serta
aksiologi (menjawab pertanyaan untuk apa). Oleh karena itu
bab ini akan ditinjau teori dentuman besar dalam 3 aspek, yaitu
ontologi, epistimologi dan aksiologi. Pada aspek ontologi akan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 259


diuraikan hakikat teori dentuman besar. Aspek epistimologi
diuraikan mengapa teori dentuman besar merupakan teori yang
paling cocok untuk menjelaskan asal usul alam semesta dan
bagaimana teori itu menjawab tentang terjadinya alam
semesta. Sedangkan aspek aksiologi, akan dibahas nilai atau
hikmah yang dapat diambil dari mempelajari paradigma teori
dentuman besar. Terakhir pada konteks psikologi teori
dentuman besar, makna apa yang terkandung dalam suatu
kehidupan. Sumber materi ini diambil dari berbagai buku
tentang teori tentang alam semesta, buku teori dentuman
besar, jurnal-jurnal atau artikel ilmiah lainnya tentang teori
dentuman besar.

13.2. Sisi Ontologi dari Teori Dentuman Besar


Alam semesta merupakan keseluruhan benda atau segala
sesuatu yang ada baik yang dapat maupun tidak dapat dilihat
oleh mata. Alam semesta memiliki sejarah dimana bintang-
bintang terbentuk, berevolusi, melepas energi. Alam semesta
mengalami proses penciptaan, proses dari ketiadaan menjadi
ada, dan akhirnya hancur (Ekawati, R. 2015). Ilmu yang
mempelajari tentang asal usul alam semesta disebut kosmologi
(Malik, A. & Haq, D.N. 2016). Sejak zaman kuno, manusia ingin
mengetahui bagaimana alam semesta diciptakan. Pertama
mengarang "cerita", yang disebut "mitos". Setelah fase itu, teori
mulai bermunculan dari para filsuf kuno. Hal ini menyiratkan
bahwa kosmologi bukan hanya masalah fisika, matematika
atau kimia, tetapi juga filsafat. Namun, hingga kini orang belum
menemukan teori kosmologis yang cukup ―masuk akal‖,
meskipun banyak di antaranya ada (Antonis M. 2009). Para
filsafat Yunani Kuno misalnya Pythagoras yang
mengembangkan gagasan bahwa alam semesta mengikuti
hukum-hukum yang bersifat kuantitatif. Kemudian berkembang

260 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


pandangan di luar Yunani yang diwakili oleh Copernicus,
Aristarchus dan Galileo yang mengatakan benda-benda langit
termasuk bumi bergerak mengelilingi matahari (Malik, A. dan
Haq, D.N. 2016). Para ahli astronomi telah lama berusaha
merumuskan berbagai teori yang dapat menjelaskan tentang
kejadian alam semesta (Djakaria, 2020). Ekawati (2015) juga
menyatakan ada beberapa teori penciptaan alam semesta yang
disepakati oleh ahli-ahli astronomi. Terdapat Tiga teori asal
usul alam semesta, yaitu 1) Teori Dentuman Besar (Big Bang),
2) Teori Keadaan Tetap (Steady State Theory), 3) Teori Osilasi
(Tjasyono, 2006). Khusus untuk teori Dentumana Besar,
terdapat Fenomena-fenomena yang mendukung teori
Dentuman Besar antara lain: 1) radiasi termal, 2) radiasi latar
belakang kosmik, 3) prinsip antropik, 4) teori kuantum (Ekawati,
2015).
Teori dentuman besar merupakan teori mutakhir tentang
penciptaan alam semesta. Sebelumnya telah berlaku berbagai
teori kejadian alam semesta dengan sejumlah pendukung dan
penentangnya. Seperti Teori Keadaan Tetap (Steady State
Theory) yang diusulkan pada tahun 1948 oleh Bondi, Gold, dan
Hoyle dari Universitas Cambridge (Tjasyono, 2006). Menurut
teori ini, alam semesta tidak ada awalnya dan tidak akan
berakhir. Dalam teori keadaan tetap tidak ada asumsi bola api
kosmik yang besar dan pernah meledak. Alam semesta akan
datang silih berganti berbentuk atom-atom hidrogen dalam
ruang angkasa, membentuk galaksi baru dan menggantikan
galaksi lama yang bergerak menjauhi kita dalam ekspansinya
(Ekawati, R. 2015). Teori Keadaan tetap menyatakan bahwa
meskipun berkembang, alam semesta tidak memiliki permulaan
(Peter K. & Evan G. 2015)
Teori lainnya yang cukup akomodatif dari kedua teori di
atas adalah teori osilasi. Keyakinan tentang kejadian alam

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 261


semesta sama dengan Teori Keadaan Tetap yaitu bahwa alam
semesta tidak awal dan tidak akan berakhir. Tetapi model
osilasi mengakui adanya dentuman besar dan nanti pada suatu
saat gravitasi menyedot kembali efek ekspansi ini sehingga
alam semesta akan mengempis (collapse) yang pada akhirnya
akan menggumpal kembali dalam kepadatan yang tinggi
dengan temperatur yang tinggi dan akan terjadi dentuman
besar kembali. Setelah dentuman besar kedua kali terjadi,
dimulai kembali ekspansi kedua dan suatu saat akan
mengempis kembali dan meledak untuk ketiga kalinya dan
seterusnya (Tjasyono, 2006).
Teori dentuman besar sampai sekarang tetap diterima
sebagai permulaan awal semesta. Meskipun beberapa ahli
astronomi lain agak meragukan teori tersebut. Teori ini pertama
kali dikemukakan oleh kosmolog Abbe Lemaitre pada tahun
1920-an. Menurutnya alam semesta ini bermula dari gumpalan
super-atom raksasa yang isinya tidak bisa kita bayangkan
tetapi kira-kira seperti bola api raksasa yang suhunya antara 10
milyar sampai 1 trilyun derajat celcius (air mendidih suhunya
hanya 100o C) (Djakaria, 2020). Gumpalan super-atom tersebut
meledak sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Hasil sisa dentuman
besar tersebut menyebar menjadi debu dan awan hidrogen.
Setelah berumur ratusan juta tahun, debu dan awan hidrogen
tersebut membentuk bintang-bintang dalam ukuran yang
berbeda-beda. Seiring dengan terbentunya bintang-bintang, di
antara bintang-bintang tersebut berpusat membentuk
kelompoknya masing-masing yang kemudian kita sebut galaksi.
galaksi terus berkembang dan sebagai akibatnya, galaksi-
galaksi menyebar dan menandainya dengan pergeseran merah
pada spektrumnya. Seiring waktu, seiring bertambahnya jarak
dari pengamat di Bumi, laju ekspansi meningkat (Georgievich,
B.S. 2017). Pergeseran merah sebanding dengan kuadrat dari

262 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


lebar garis dan berbanding terbalik dengan pangkat tiga dari
panjang gelombang (Wang, L.J. 2013).
Pendapat lain mengatakan bahwa alam semesta berawal
pada waktu tertentu melalui ledakan ―telur kosmik‖ yang disebut
dentuman besar, yang kira-kira 10 miliar sampai 20 miliar tahun
yang lalu dan mengembangnya alam semesta sekarang adalah
kelanjutan dari dentuman besar (Sihombing, 1999).
Berdasarkan permodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya
dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara
terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik
tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7
miliar tahun lalu (Komatsu, E. 2009). Teori dentuman besar
menjelaskan alam semesta berasal dari suatu ledakan besar
yang menghamburkan seluruh isi alam semesta ke segala arah
ruang. Saat ledakan terjadi, alam semesta berukuran titik
berkerapatan tinggi tak terhingga, bersuhu tak berhingga besar.
Saat alam semesta terus mengembang dan usianya
bertambah, suhunya semakin mengecil. Akhirnya suhu alam
semesta sampai pada ambang penciptaan partikel dan anti
partikel (Anugraha, 2011). Asal mula penciptaan alam semesta
adalah dentuman besar, alam semesta dibayangkan sebagai
nol ukurannya, dan tidak terhingga panasnya. Namun ketika
alam semesta memuai, temperatur radiasi akan berkurang
(Hawking, 1988).
Dalam perspektif islam, teori dentuman besar disebutkan
dalam Alquran, surat Al Anbiya, ayat 30:

… Bahwa langit dan bumi (ruang waktu dan energi materi) itu
dahulu sesuatu yang padu (dalam singularitas), kemudian Kami
pisahkan keduanya itu.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 263


Dalam Al Qur‘an, surat Adz Dzariat, ayat 47:

Dan langit (ruang waktu) itu Kami bangun dengan kekuatan


(ketika dentuman besar dan inflasi melandanya sehingga
beberapa dari dimensinya menjadi terbentang). Dan
sesungguhnya Kamilah yang meluaskannya (sebagai kosmos
yang berekspansi).
Pandangan Al-Qur‘an tentang kejadian alam semesta ini
diterangkan dalam Al-Quran surat Fussilat ayat 11:

Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa


asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi,
“Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh
atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami datang dengan
patuh.”
Tafsir dari surat Fussilat ayat 11 yaitu pada mulanya alam ini
adalah satu kesatuan yang padu kemudian benda yang tadinya
menyatu mengalami pemisahan dan diterangkan bahwa
sebelum terjadinya langit dia hanya berbentuk kepulan asap.
Tentu terjadinya asap karena adanya api. Mungkin lebih dekat
api tersebut tercipta dari hasil ledakan yang maha dahsyat
yang membuat terjadi pemisahan benda yang tadinya menyatu
dan mengeluarkan asap, dan dari asap inilah langit diciptakan
(Ritonga, M.S. 2018).

264 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


13.3. Teori Dentuman Besar Menjelaskan Tentang
Asal Usul Alam Semesta
Stephen Hawking merupakan pendukung model
dentuman besar. Tesis doktoralnya mengkritik model keadaan
tetap (steady state) dan pembuktiannya tentang singularitas
dentuman besar memberikannya kesuksesan sepanjang masa.
Asal mula penciptaan alam semesta (Hawking, 1988) adalah
dentuman besar, alam semesta dibayangkan sebagai nol
ukurannya, dan tidak terhingga panasnya. Namun ketika alam
semesta memuai, temperatur radiasi akan berkurang.
Satu detik setelah dentuman besar, temperatur turun ke
sepuluh miliar derajat. Ini kira-kira seribu kali temperatur pusat
matahari. Pada waktu itu alam semesta berisi foton, elektron,
dan neutrino dan antipartikelnya, serta sedikit proton dan
neutron. Ketika alam semesta terus memuai dan temperatur
terus menurun, laju produksi pasangan elektron-antielektron
akan lebih rendah daripada laju inhilasinya. Jadi kebanyakan
elektron dan antielektron akan saling meniadakan dan
menghasilkan lebih banyak foton serta menyisakan sedikit
elektron. Neutrino dan antineutrino tidak akan saling
meniadakan karena partikel-partikel beriteraksi lemah. Jadi
partikel ini sampai sekarang masih tersebar di alam semesta.
Seratus detik setelah dentuman besar, temperatur telah
turun menjadi satu miliar derajat. Pada temperatur ini proton
dan neutron tidak lagi cukup energinya untuk mangatasi tarikan
gaya nuklir kuat, dan mulai saling bergabung membentuk inti
atom deutrium yang terdiri dari satu proton dan satu neutron.
Kemudian inti deutrium bergabung dengan proton dan neutron
membentuk ini helium, yang terdiri atas dua proton dan satu
atau dua neutron. Juga terbentuk inti unsur ringan lain yaitu
litium dan berilium.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 265


Beberapa jam setelah dentuman besar, produksi helium
dan unsur-unsur lain berhenti. Setelah kira-kira sejuta tahun
berikutnya tidak banyak yang terjadi dalam jagat raya, kecuali
pemuaian berlanjut dan temperatur terus menurun. Temperatur
turun sampai beberapa ribu derajat, elektron serta inti tidak
cukup besar lagi energinya untuk mengalahkan tarikan
elektromagnet antara keduanya mulailah terbentuk mulailah
terbentuk atom-atom. Alam semesta secara keseluruhann terus
memuai dan mendingin, tetapi dalam dalam kawasan yang
sedikit lebih rapat dari rata-rata, pemuaian melambat karena
tarikan gravitasi ekstra. Akhirnya pemuaian beberapa kawasan
terhenti dan mulailah mengerut karena oleh tarikan gravitasi
ekstra. Sambil mengerut, kawasan itu mulai berputar karena
tarikan gravitasi oleh materi di luarnya. Makin kecil kawasan
yang mengerut, makin cepat kawasan berpusing (berotasi).
Dengan cara ini terbentuklah galaksi putar yang mirip cakram.
Lebih lanjut, Halliday, Resnik & Walker (2005)
menguraikan peristiwa yang terjadi selama interval waktu
berurutan setelah dentuman besar:
t s. Ini adalah waktu yang paling awal tentang
perkembangan awal semesta. Seluruh alam semesta jauh lebih
kecil dari proton dan suhunya sekitar 1032 K.
t s. Pada saat ini, alam semesta telah mengalami
inflasi sangat cepat. Alam semesta telah menjadi sup panas
foton, kuark, dan lepton pada temperatur sekitar 1027 K, terlalu
panas untuk pembentukan proton dan neutron.
t s. Kuark-kuark menggabungkan diri untuk membentuk
proton dan neutron dan antipartikelnya. Alam semesta telah
mendingin oleh ekspenasi berkelanjutan sehingga foton
kekurangan energi untuk menguraikan partikel-partikel baru.
Partikel materi dan antimateri bertabrakan dan memusnahkan
satu sama lainnya. Ada sedikit kelebihan materi, karena gagal

266 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


menemukan pasangan pemusnahan, bertahan untuk
membentuk materi yang kita kenal sekarang.
t menit. Alam semesta kini telah cukup dingin sehingga
proton dan neutron, ketika bertabrakan, bisa tetap melekat
bersama untuk membentuk nukleus massa-rendah 2H, 3He,
4He, dan 7Li. Kelimpahan relatif nuklida yang diprediksi ini
seperti yang diamati di alam semesta saat ini.
t 379.000 tahun. Temperatur sekarang telah turun jauh ke
2970 K, dan elektron dapat menempel nukleus ketika
bertubrukan, dan membentuk atom. Karena cahaya tidak
berinteraksi dengan baik terhadap partikel (tak bermuatan),
seperti atom netral, cahaya sekarang bebas untuk menempuh
perjalan jarak jauh. Radiasi ini membentuk radiasi latar
belakang kosmik. Atom hidrogen dan helium, dibawah
pengaruh gravitasi, mulai mengumpul serta memulai
pembentukan galaksi dan bintang-bintang.

13.4. Kebenaran Teori Dentuman Besar


Teori Dentuman Besar adalah teori yang berlaku untuk
evolusi alam semesta kita. Model tersebut, berdasarkan bukti
yang ada, mengusulkan bahwa ada peristiwa di mana ruang
dan waktu muncul, bahwa alam semesta awal sangat panas
dan sangat padat, dan ruang itu sendiri telah mengembang dan
alam semesta menjadi dingin. Ada beberapa bukti observasi
yang mendukung Teori Dentuman Besar: (1) kami mengamati
bahwa alam semesta mengembang, (2) komposisi atom
konsisten dengan teori dan (3) Kosmik Microwave Background
(CMB) menunjukkan suhu yang hampir seragam di seluruh
langit, yang gangguannya menunjukkan kepadatan berlebih
dan kurang yang mengarah pada struktur skala besar yang kita
lihat sekarang. (Laura E. T. at.al. 2013).

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 267


13.4.1. Awal dari Alam Semesta mendukung teori
Dentuman Besar
Oleh Augesti, A. (2019) ada 7 penemuan yang paling
mengejutkan tentang awal dari segalanya dan alam semesta,
yang semuanya mendukung kebenaran teori dentuman besar,
diantaranya:
1. Alam Semesta Meluas
Sampai tahun 1929, asal mula terbentuknya alam
semesta masih sebatas mitos dan teori. Tetapi pada tahun
itu, seorang astronom bernama Edwin Hubble menemukan
sesuatu yang sangat penting tentang alam semesta,
sesuatu yang akan membuka cara baru untuk memahami
masa lalu kehidupan, yaitu segala sesuatunya
berkembang. Hubble membuat penemuannya dengan
mengukur apa yang disebut redshift, yang merupakan
pergeseran ke arah panjang gelombang cahaya merah
yang terlihat di galaksi yang sangat jauh. Semakin jauh
objek, semakin jelas redshift. Hubble menemukan bahwa
redshift meningkat secara linear dengan jarak di galaksi
jauh, yang menunjukkan bahwa alam semesta tidak
stasioner, tapi berkembang sekaligus. Wang (2013) juga
mengatakan bahwa Hubble mengemukakan pergeseran
merah disebabkan oleh Efek Doppler karena pergerakan
bintang dan galaksi yang surut. Penafsiran seperti itu
secara logis mengarah pada alam semesta yang terus
berkembang. Menelusuri kembali ekspansi ini ke masa lalu
yang jauh, itu mengarah pada penciptaan alam semesta
entah dari mana dari ketiadaan pada waktu asal tertentu.
Peristiwa penciptaan disebut Dentuman Besar.

268 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


2. Radiasi Dasar Gelombang Mikro Kosmik
Pada Mei 1964, Arno Penzias dan Robert Wilson,
peneliti di Bell Telephone Laboratories, bekerja
membangun platform penerima gelombang radio di New
Jersey. Antena alat ini terus menerima dengungan aneh
yang sepertinya datang dari mana-mana, sepanjang waktu.
Kedua saintis mengira, itu mungkin merpati yang masuk ke
dalam peralatan, memindahkan sarang dan tidak
melakukan apa-apa. Namun demikian, Penzias dan Wilson
tidak melakukan upaya apa pun untuk mengurangi
gangguan. Akhirnya, mereka menyadari bahwa ada
sesuatu yang tak beres. Apa yang mereka deteksi,
ternyata, adalah cahaya pertama alam semesta, yaitu
radiasi dasar gelombang mikro kosmik. Radiasi ini dimulai
sekitar 380.000 tahun setelah dentuman besar, ketika alam
semesta akhirnya cukup dingin untuk foton (partikel seperti
gelombang yang membentuk cahaya) untuk berkelana
dengan bebas. Penemuan ini lantas mendukung teori
dentuman besar dan gagasan bahwa alam semesta
mengembang lebih cepat daripada kecepatan cahaya
dalam sekejap pertamanya.

3. Peta Langit
Penemuan dasar gelombang mikro kosmik membuka
jalan baru untuk menguak asal usul alam semesta. Pada
tahun 1989, NASA meluncurkan satelit yang disebut
Cosmic Background Explorer (COBE), yang mengukur
variasi kecil dalam radiasi dasar tersebut. Hasilnya adalah
"gambar bayi" alam semesta, menurut NASA, menunjukkan
beberapa variasi kepadatan pertama di alam semesta yang
mengembang. Variasi kecil ini mungkin memunculkan pola

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 269


galaksi dan ruang hampa, yang dikenal sebagai cosmic
web of galaxies, yang kita lihat di alam semesta saat ini.

4. Bukti Inflasi
Dasar gelombang mikro kosmik juga memungkinkan
para peneliti untuk menemukan "senjata asap" untuk inflasi
-- ekspansi besar-besaran yang terjadi lebih cepat dari
cahaya di Dentuman Besar. (Meskipun teori relativitas
khusus Albert Einstein menyatakan bahwa tidak ada yang
lebih cepat dari kilatan cahaya yang melesat melalui
ruang). Pada tahun 2016, fisikawan mengumumkan bahwa
mereka telah mendeteksi jenis polarisasi tertentu di
beberapa dasar gelombang mikro kosmik. Polarisasi ini
dikenal sebagai "B-mode." Polarisasi B-mode adalah bukti
langsung pertama dari gelombang gravitasi dari Dentuman
Besar. Gelombang gravitasi tercipta ketika benda-benda
besar di ruang angkasa mempercepat atau memperlambat
gerakannya (yang pertama kali ditemukan berasal dari
tabrakan dua Lubang Hitam). B-mode menyediakan cara
baru untuk secara langsung menyelidiki ekspansi alam
semesta awal.

5. Tak Ada Dimensi Ekstra


Salah satu konsekuensi dari penemuan gelombang
gravitasi adalah bahwa hal itu memungkinkan para saintis
untuk mencari dimensi tambahan. Menurut ahli teori,
gelombang gravitasi harus dapat menyeberang ke dimensi
yang tidak diketahui, jika dimensi itu ada. Pada Oktober
2017, para saintis mendeteksi gelombang gravitasi dari
tabrakan dua bintang neutron. Mereka mengukur waktu
yang dibutuhkan oleh gelombang untuk melakukan
perjalanan dari bintang ke Bumi, dan tidak menemukan

270 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


bukti adanya kebocoran ekstra-dimensi. Hasilnya, yang
diterbitkan pada Juli 2018 dalam Journal of Cosmology and
Astroparticle Physics, menunjukkan bahwa jika ada dimensi
lain di luar sana, bentuknya pasti kecil dan akan
memengaruhi area alam semesta yang berukuran kurang
dari 1 mil (1,6 kilometer). Itu berarti bahwa teori string, yang
menyatakan bahwa alam semesta terbuat dari getaran kecil
sebuah rangkaian, masih bisa dibenarkan.

6. Percepatan Ekspansi
Salah satu penemuan teraneh di bidang fisika adalah
bahwa alam semesta tidak hanya berkembang, tapi juga
tumbuh dengan kecepatan yang semakin cepat. Penemuan
ini berasal dari tahun 1998, ketika fisikawan
mengumumkan hasil dari beberapa proyek jangka panjang
yang mengukur supernova super berat, yang disebut
supernova Tipe Ia. Hasil (yang memenangkan peneliti Saul
Perlmutter, Brian P. Schmidt dan Adam G. Reiss sebuah
Nobel Prize pada 2011), mengungkapkan cahaya yang
lemah dari supernova terjauh itu. Cahaya lemah tersebut
menunjukkan bahwa ruang angkasa mengembang, yaitu
segala sesuatu di alam semesta ini berangsur-angsur
semakin jauh dari yang lainnya.
Para saintis menyebut pendorong ekspansi ini sebagai
dark energy atau ―energi gelap‖, sebuah mesin misterius
yang dapat membentuk sekitar 68% energi di alam
semesta. Paul (2017) juga menyatakan bahwa Materi gelap
dan energi yang tak terlihat terwujud sebagai lebih dari
setengah isi Semesta, yang dapat memengaruhi separuh
Semesta, bukanlah fakta yang tersebar secara kebetulan.
Energi gelap tersebut tampaknya sangat penting untuk
membuat teori-teori tentang permulaan alam semesta yang

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 271


sesuai dengan pengamatan yang sedang dilakukan
sekarang, seperti yang dibuat oleh Wilkinson Microwave
Anisotropy Probe (WMAP) milik NASA, sebuah instrumen
yang menghasilkan peta dari dasar gelombang mikro
kosmik.

7. Lebih Cepat dari yang diharapkan


Hasil baru dari Teleskop Hubble, dirilis pada April 2019,
telah memperdalam teka-teki dari alam semesta yang
mengembang. Pengukuran dari teleskop ruang angkasa ini
menunjukkan bahwa ekspansi alam semesta adalah 9%
lebih cepat dari yang diprediksi sebelumnya. Untuk galaksi,
jarak setiap 3,3 juta tahun cahaya dari Bumi, diterjemahkan
menjadi 46 mil per detik (74 km per detik), lebih cepat dari
perkiraan sebelumnya, menurut NASA.

13.4.2. Fenomena Pendukung Teori Dentuman Besar


Menurut Ekawati (2015), fisikawan dan astronom
menemukan beberapa fenomena yang mendukung terjadinya
Dentuman Besar:

1. Radiasi Termal
Radiasi termal sangat berperan penting untuk dapat
memahami radiasi latar belakang kosmik dan lubang hitam.
Untuk menjelaskan radiasi dibutuhkan hipotesis radikal
Max Plank tahun 1900. Teori Plank menunjukkan laju
pancaran energi radiasi untuk berbagai suhu bergantung
pada panjang gelombang. Kurva-kurva teoritik Planck
menunjukkan, radiasi itu menyebar dan puncaknya
bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang bila
suhu semakin rendah. Benson (2011) menyatakan bahwa
sifat-sifat spektrum dicirikan oleh satu parameter, suhu,

272 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


oleh karena itu kadang-kadang disebut sebagai spektrum
radiasi termal. Ketika suhu dinaikkan, puncak bergerak ke
arah ujung panjang gelombang pendek, yang memberikan
efek perubahan secara berurutan dari merah menjadi
oranye menjadi kuning menjadi putih menjadi biru-putih.

2. Radiasi Latar Belakang Kosmik


Gambaran alam semesta sebagai atom primordial (telur
kosmik) mendorong para kosmolog menggambarkan awal
alam semesta sebagai materi yang panas, mampat, dan
berevolusi dengan cepat. Hal ini diperkirakan bahwa alam
semesta mungkin dipenuhi oleh radiasi latar belakang
kosmik yang terdiri dari foton masa silam yang dipancarkan
oleh dentuman besar. Suhu radiasi latar belakang ini
diprediksi sekitar 5K.

3. Prinsip Antropik
The Anthrotipic Principle, ketika terjadi dentuman besar,
para fisikawan memperkirakan bahwa ada beberapa prinsip
antropik. Ada dua versi prinsip antropik yaitu versi lemah
dan versi kuat. Prinsip antropik lemah menyatakan bahwa
kedudukan manusia di alam semesta sangat istimewa
sehingga dapat disesuaikan dengan keberadaan manusia
sebagai pengamat. Prinsip ini sebagian besar banyak
diterima orang. Prinsip antropik kuat menyatakan bahwa
alam semesta pada tahap tertentu harus dapat
menghadirkan keberadaan manusia hidup didalamnya.
Hawking menulis: ―Rintangan-rintangan terhadap
munculnya suatu alam semesta seperti kita miliki ini dari
sesuatu seperti ledakan besar sangatlah banyak. Saya kira
sangat jelas bahwa disini ada implikasi-implikasi religius‖.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 273


4. Teori Kuantum
Dalam model Teori Dentuman Besar, teori relativitas
umum memberikan gambaran yang meyakinkan tentang
evolusi alam semesta dari beberapa saat setelah
waktu=nol hingga hari ini. Hawking menunjukkan bahwa
titik awal mula relativitas umum meramalkan titik
singularitas dan di titik itu relativitas umum runtuh. Hal
tersebut merupakan teori klasik. Ruang dan waktu tidak
dapat digambarkan lagi dengan persamaan Einstein ketika
materi runtuh dengan kerapatan tak terhingga. Bagaimana
mungkin fisika dapat meramalkan alam semesta jika semua
hukum fisika runtuh pada saat dentuman besar? Maka,
Teori Kuantum harus diterapkan saat terjadi dentuman
besar. Tahun 1900, Max Plank memperkenalkan teori
kuantum. Energi model beradiasi Planck ini hanya dapat
terserap atau terpancarkan dalam paket-paket tertentu
yang disebut kuanta. Neils Bohr memperluas gagasan
Planck untuk menerangkan spektrum hidrogen dengan
mengasumsikan atom-atom dalam keadaan kuantum
tertentu. Tahun 1920 Erwin Schrodinger, dan Werner
Heisenberg mengajukan teori yang disebut Mekanika
Kuantum, sebuah teori yang diterapkan secara umum pada
atom-atom dan bagian-bagiannya serta pada radiasinya.
Teori kuantum merupakan fondasi dari teori-teori tentang
partikel elementer, atom, dan inti.

13.4.3. Model Teori Dentuman Besar


Model dentuman besar sebagai model kosmologi yang
diterima kebanyakan fisikawan didasarkan pada dua asumsi
yang teruji kebenarannya (Sihombing, 1999):

274 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


1. Sekelompok galaksi yang lain kelihatan bergerak dari
galaksi yang lain; sehingga alam semesta itu ‗mengembang‘
pada skala besar.
2. Jika ruang-waktu mengembang, maka pada masa lalu
ruang-waktulah yang sangat mampat.
Dari kedua asumsi di atas membawa pada suatu hipotesis
bahwa materi alam semesta pada mulanya sangat memadat
seperti awal mula singularitas. Perkembangan materi dari awal
mula singularitas berlansung cepat dengan adanya dentuman
besar.

13.5. Nilai Aksiologi dalam Paradigma Teori


Dentuman Besar
Penjelasan tentang penciptaan alam semesta ini
dipaparkan secara terperinci dalam ilmu umum khususnya
fisika. Etkina (2005) menyatakan bahwa fisika terbentuk
sebagai akibat pertemuan dari dua orde pengalaman, pertama
mendasarkan diri pada hasil observasi terhadap gejala alam
(orde observation) dan kedua mendasarkan diri pada konsep
manusia mengenal alam (orde conceptional). Dengan
demikian, dalam desain pelaksanaan pembelajaran fisika harus
diupayakan agar dapat membangkitkan minat pebelajar untuk
menjawab apa dan bagaimana sesuatu dapat terjadi sehingga
dapat meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang
alam beserta isinya yang penuh dengan rahasia. Dengan
tersingkapnya tabir rahasia alam satu persatu dibarengi oleh
mengalirnya arus informasi sebagai produk fisika, jangkauan
fisika menjadi semakin luas yang akhirnya melahirkan sifat
terapannya yaitu teknologi. Ada ungkapan yang menyatakan
bahwa ―fisika hari ini adalah teknologi hari esok‖.
Menurut Kristiono (2014) fisika sebagai cabang sains
dan teknologi tak dapat dipisahkan yang menghasilkan iptek

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 275


yang bersifat komplementer, di satu sisi mengandung makna
hakikat fisika (the nature of physics) dan di sisi lain
mengandung makna hakikat teknologi (the nature of
technology). Secara ontologis, fisika yang dipelajari peserta
didik menunjukkan berbagai fenomena alam yang indah
mempesona, yaitu keragaman, keserupaan, keteraturan,
ketidakteraturan, kelestarian nisbi, dan kejadiankejadian yang
bersifat probabilistik yang membuat peserta didik merasa
tertarik kepada alam beserta isinya sekaligus mengagungkan
pencipta-Nya.
Prinsip antropik menyatakan setiap detail alam semesta
telah dirancang dengan cermat untuk memungkinkan manusia
hidup. Alam semesta tercipta dari ketiadaan, sebagai hasil
ledakan suatu ledakan besar yang tak terbayangkan, yang
dikenal dengan ―dentuman besar‖. Dengan kata lain, alam
semesta terbentuk atau diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa,
pemilik kekuatan, pengetahuan, dan kecerdasan mutlak, telah
menciptakan alam semesta beserta isinya (Ekawati, 2015).
Hal inilah yang akan memfasilitasi peserta didik secara
lambat laun menjadi rendah hati dan menyadari bahwa
―semakin dalam pengetahuan tentang hakikat fisika yang
dimiliki, maka semakin kecil kemampuan yang dirasakan
dirinya dibandingkan dengan kemampuan Tuhan Yang Maha
Esa. Tampaknya tidak terlalu berlebihan, jika dikatakan bahwa
tingginya tingkat pengetahuan seseorang merupakan salah
satu indikator tingginya tingkat spiritual orang tersebut. Disinilah
perlunya peserta didik ditanamkan pentingnya belajar
sepanjang hayat, sehingga secara lambat laun peserta didik
dapat menyadari dirinya semakin kecil dan semakin besarlah
keyakinannya kepada Sang Maha Pencipta (Kristiono, 2014).
Nilai aksiologi dalam Paradigma Teori Dentuman Besar
juga dapat dilihat dari Tujuan penciptaan alam semesta.

276 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Menurut perspektif Islam dalam Maunah (20190, terdapat
beberapa tujuan diciptakannya alam semesta, sebagai berikut:
1. Sebagai sarana untuk menghantarkan manusia pada
pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan
kemahakuasaan Allah, sebagaimana tertuang dalam Al
Qur‘an surat al-Dukhan ayat 38-39:

Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak
menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui.
2. Untuk memperlihatkan kepada manusia akan tanda-tanda
Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam Al Qur‘an Surat
Al-Fushilat ayat 53:

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda


(kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri
mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran
itu adalah benar
3. Sebagai bahan dan sumber pelajaran serta pengamatan
bagi manusia untuk menggali rahasia Allah SWT dengan
akal dan pengamatan, sebagaimana dalam Al Qur‘an surat
Yunus ayat 4:

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 277


Hanya kepada-Nyalah kamu semuanya akan kembali;
sebagai janji yang benar daripada Allah,Sesungguhnya
Allah menciptakan makhluk pada permulaannya Kemudian
mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah
berbangkit), agar dia memberi pembalasan kepada orang-
orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh
dengan adil. dan untuk orang-orang kafir disediakan
minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan
kekafiran mereka

13.6. Makna yang terkadung dalam Sebuah


Kehidupan
Alam semesta oleh Allah tidak secara otomatis dan
langsung ada, akan tetapi melalui proses yang sangat panjang
dari masa ke masa yang melibatkan berbagai faktor dan aspek.
Allah tidak menciptakan alam ini sekaligus akan tetapi justru
karena ada proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang
disebut dengan kehidupan baik bagi manusia ataupun bagi
mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah (Maunah, S.
2019). Uraian tersebut terkandung makna bahwa segala
sesuatu yang ada di dunia ini terjadi melalui suatu proses, tidak
ada yang dalam sekejap langsung jadi.
Keberhasilan suatu proses itu tergantung dari usaha
yang dilakukan, baik usaha lahiriyan (perbuatan atau kerja),
maupun batiniyah (berdoa memohon kepada Allah), yang nanti
akan muncul konsep tawakal kepada Allah. Tawakal adalah
berserah diri kepada Allah SWT setelah berusaha. Misalnya,

278 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


kita ingin pandai harus belajar, ingin kaya harus bekerja, ingin
jadi professor harus meneliti, ingin jabatan harus bekerja
dengan tekun, ingin membangun sebuah keluarga harus
menikah, dan masih banyak lagi. Konsep tawakal seperti yang
tersurat dalam Alqur‘an surat At-Talaq ayat 2-3:

..Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan


membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki
dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa
bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.
Makna lain yang bisa diambil dari teori dentuman besar
ini bahwa kita harus senantiasa memperbaiki kualitas diri dalam
kehidupan ini, baik secara individu maupun bermasyarakat,
berbangsa dan beragama. Alam semesta mengalami proses
penciptaan, proses dari ketiadaan menjadi ada, dan akhirnya
hancur. Pada proses penciptaan terdapat proses penciptaan
galaksi, bintang, manusia, hewan, tumbuhan, dan makluk hidup
lainnya. Disana berlangsung ribuan, bahkan jutaan proses
fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain yang tidak diketahui
(Ekawati, 2015). Maksud yang terkandung dalam pernyataan
tersebut adalah kita sebagai makhluk, pasti berasal dari
ketiadaan, kemudian ada melalui pertemuan antara sperma
dan ovum, lalu berkembang menjadi manusia dari zigot
menjadi bayi dalam kandungan. Setelah itu lahirlah di dunia
menjadi manusia yang sempurna yang tumbuh atau berproses
menjadi manusia dewasa, berkembang biak memiliki
keturunan, memiliki keluarga, akhirnya menjadi tua dan
meninggal dunia (kembali ke ketiadaan).

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 279


Melihat proses tersebut, sebagai manusia tentunya
harus selalu berserah diri kepada Allah, tidak boleh sedikitpun
memiliki sifat sombong dan serakah di muka bumi ini, serta
selalu kembali kepada ampunan dari Allah SWT. Manusia
hanya sebentar di dunia ini, dalam istilah jawa ―neng donyo
menungso namung mampir ngombe‖, sehingga manusia harus
senantiasa berbuat yang bermanfaat, baik kepada dirinya
maupun orang lain. Khoirun nas anfa‟uhum lin nas, sebaik-baik
manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya,
sehingga diperoleh derajat manusia yang paling tinggi seorang
manusia (ihsan) sebelum kembali ke haribaan ilahi Allah SWT
yaitu insan kamil (manusia yang sempurna), atau muhsin.
Sebagaimana disebutkan dalam Alqur‘an surat 133-134:

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan


mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,

(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun


sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang
yang berbuat kebaikan.

280 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


BAB 14

PERGESERAN PARADIGMA GEOSENTRIS

Rusdiyana
Dosen PGSD Universitas Achmad Yani Banjarmasin
email : rusdiyana2008@yahoo.com

14.1. Diskripsi Materi


Menurut pandangan bangsa Babilonia, mereka percaya
bahwa bumi merupakan pusat alam semesta dan mereka
beranggapan bumi sebagai suatu gunung yang berongga di
bawahnya ditopang oleh suatu Samudra. Angkasa melengkung
di atas bumi berdiri tegak di antara perairan bawah dan
perairan atas Samudra, ketika siang kadang-kadang turun ke
bumi berupa hujan (Firdaus & Sinensis, 2017). Kepercayaan
bahwa bumi merupakan pusat tata surya dikenal sebagai
pandangan geosentris.
Teori Geosentris pertama kali dilontarkan oleh
Anaxagoras (500-428 SM) dengan bunyi sebagai berikut :
bumi itu berbentuk Sperical Body (bulat seperti Bola) dan
tetap berada dalam keadaan diam pada tempatnya di mana
matahari dan benda-benda langit di sekelilingnya bergerak
mengelilingi bumi tersebut. Dengan demikian bumi adalah

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 281


pusat alam semesta. Geosentrisme atau disebut Teori
Geosentrik, adalah istilah astronomi yang menggambarkan
alam semesta dengan bumi sebagai pusatnya dan pusat
pergerakan semua benda- benda langit. Model ini menjadi
sistem kosmologi predominan pada budaya kuno misalnya
Yunani kuno, yang meliputi sistem-sistem terkenal yang
dikemukakan oleh Aristoteles (384-322 SM) dan Claudius
Ptolemaeus di tahun 140 SM (Lawson, 2004).
Pada abad ke 16 seorang saintis polandia bernama
Nikolas Copernicus berhasil mengubah pandangan yang
dianut selama berabad-abad. Menurut Copernicus, bumi
adalah planet dan seperti halnya dengan planet yang lain,
beredar mengelilingi matahari sebagai pusat (Heliosentris).
Pandangan ini berdasarkan hasil pengamatan dan
perhitungan sistematis. Semua berkat penemuan teropong
atau teleskop sebagai alat pengamat dan seiring
berkembangnya matematika dan fisika sebagai sarana
penunjang teori Heliosentris.

14.2. Pandangan Geosentris Yunani Kuno


Pandangan Geosentris ini selama 14 abad lamanya
dianut orang. Pada waktu itu pengamatan secara kasar mata
orang Yunani mengenal 5 planet, yaitu Merkurius, Venus, Mars,
Yupiter dan Saturnus. Dua pengamatan umum mendukung
pandangan bahwa Bumi adalah pusat dari alam semesta.
Pengamatan pertama adalah bintang-bintang, matahari dan
planet-planet nampak berputar mengitari bumi setiap hari,
membuat bumi adalah pusat sistem ini. Lebih lanjut, setiap
bintang berada pada suatu bulatan stelar atau selestial ("stellar
sphere" atau "celestial sphere"), di mana bumi adalah
pusatnya, yang berkeliling setiap hari, di seputar garis yang
menghubungkan kutub utara dan selatan sebagai aksisnya.

282 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Bintang-bintang yang terdekat dengan khatulistiwa nampak
naik dan turun, tetapi setiap bintang kembali ke titik terbitnya
setiap hari. Observasi umum kedua yang mendukung model
geosentrik adalah bumi nampaknya tidak bergerak dari sudut
pandang pengamat yang berada di bumi, bahwa bumi itu solid,
stabil dan tetap di tempat. Dengan kata lain, benar-benar dalam
posisi diam.
Sewaktu ilmu pengetahuan modern mulai berkembang
setelah Eropa kembali ke zaman kebangkitan pada abad ke 17,
pandangan orang mengenai asal usul kehidupan dibentuk oleh
ajaran yang tercantum dalam perjanjian lama pada kitab
genesis. Dalam kitab ini memuat ajaran tentang bumi yang
mirip dengan pandangan orang Babilonia. Bedanya bahwa
angkasa di langit ada suatu tempat yang disebut surga yaitu
tempat Tuhan Yang Maha esa bertahta, sedangkan di bawah
bumi terdapat suatu tempat yang disebut neraka (Firdaus &
Sinensis, 2017).

Gambar 14.1. Pandangan ajaran kitab genesis.

14.2.1. Tokoh Pencetus Teori Geosentris


Saintis Yunani yang mengemukakan teori geosentris
diantaranya adalah:

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 283


a. Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles berpendapat ada gerak alami, ia
mengemukakan tentang sifat bawaan dari berbagai benda yang
memberikan alasan untuk berbagai sifat tersebut daya instrik
khusus dari benda itu sendiri. Jika benda bergerak sentripetal
dan gerak jatuh bebas merupakan gerak alamiah dari sifat air
dan tanah (bumi), sedangkan gerka sentrifugal dan loncatan ke
atas merupakan sifat alamiah dari api dan udara, dan gerak
sirkuler (melingkar) merupakan gerak alamiah dari sifat eter. Ia
beragumen tentang gerak paksa yang terjadi akibat pengaruh
luar yang dikenakan kepada benda dan boleh kesembarang
arah seperti dorongan atau tarikan bukan dari benda itu sendiri.
Ia mempercayai konsep benda akan hanya bergerak apapun
itu bentuknya, jika selalu diberi gaya, dan gerak akan berhenti
jika gaya dihilangkan, dengan kata lain gerak paksa itu harus
ada gaya yang terus menerus. Aristoteles juga berpendapat
percepatan benda berdasarkan berat benda, yakni makin berat
benda, makin cepat benda akan jatuh ke tanah. Oleh karena
itu, kecepatan benda menjadi proposional tergantung berat
benda. Dari paham-paham tersebut Aristoteles menyimpulkan
pusat alam semesta adalah bumi, pergerakan benda-benda
langit sangat sempurna terus menerus. Aristoteles belum
mengenal adanya gaya gravitasi. Secara ilmiah, Aristoteles
menjelaskan, langit ini hampa tidak ada penghalang bagi
benda-benda untuk terus bergerak atau tidak ada gaya yang
menimbulkan benda angkasa itu berhenti (Nabil, 2018).
b. Claudius Ptolemaeus (100-170 SM)
Claudius Ptolemaeus (140 SM) menyempurnakan sistem
jagad raya Aristoteles dengan melakukan melakukan
pengamatan astronomis di Aleksandria, hasil pengamatannya
digunakan untuk membangun model geometri tentang jagad

284 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


raya di dalam risalah the Almagest (Sistem Besar) yang
memuat teori matematik tentang gerak Matahari, Bulan dan
planet-planet. Ptolemaeus menggambarkan bumi dikelilingi
lingkaran-lingkaran, pada lingkaran-lingkaran ini terdapat
lingkaran-lingkaran kecil dan planet-planet serta Matahari
bergerak pada lingkaran-lingkaran kecil ini (Purwanto, 2013).
Ptolemaeus mengarang beberapa risalah ilmiah, tiga
diantaranya memainkan peranan penting dalam kesaintis islam
dan eropa. Yang pertama, risalah astronomi yang dikenal
dengan Almagest (Risalah Besar). Kedua, risalah Geographia,
yang merupakan diskusi teliti mengenai pengetahuan geografi
Helenistik. Ketiga, risalah astrologi yang dikenal sebagai
Tetrabiblos (Empat Buku) dimana dia berusaha mengadaptasi
astrologi horoskop ke filosofi alam Aristotelian. Ia juga
melestarikan daftar raja-raja kuno yang disebut Kanon
Ptolemaeus, yang penting bagi penelitian sejarah timur tengah.
Ptolemaeus sesuai dengan pendapat Aristoteles tentang
kosmos, yaitu geosentris bumi menjadi pusat tata surya.
Benda-benda langit jaraknya dari bumi berturut-turut semakin
jauh. Lintasan benda-benda langit tersebut berupa lingkaran di
dalam bola langit. Sementara langit merupakan tempat bintang-
bintang sejati sehingga mereka berada pada dinding bola langit
(Nabil, 2018).
Matahari adalah salah satu dari 100 milyar bintang dalam
galaksi. Matahari sebagai pusat tata surya berada pada jarak
30 tahun cahaya dari pusat Bhima sakti. Pada zaman Yunani
kuno seorang ahli filsafat bernama Clausius Ptolomeus
mengemukakan pendapatnya bahwa bumi adalah pusat dari
alam semesta. Menurut pandangan ini matahari, bulan, dan
planet-planet beredar mengelilingi bumi yang tetap diam
sebagai pusatnya. Pandangan Geosentris ini selama 14 abad
lamanya dianut orang. Pada waktu itu pengamatan secara

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 285


kasar mata orang yunani mengenal 5 planet, yaitu Merkurius,
Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus (Jasin, 2012).
Pengetahuan kita akan model geosentris Yunani sebagian
besar berasal dari Almagest, yaitu buku yang ditulis oleh
Claudius Ptolemy sekitar 500 tahun setelah masa Aristoteles.
Dalam Almagest, Ptolemeus memasukkan posisi planet-planet
seperti yang diprediksikan dalam modelnya (Anonim a, 2020).
Menurut pandangan Geosentris ini susunan planet–planet
dapat digambarkan sebagai Gambar 14.2 berikut:

Gambar 14. 2. Bumi sebagai pusat tata surya

Dalam teori geosentris Ptolomeus dikenal istilah


deferent/epicycle (Halimah, 2018), yaitu bentuk lintasan
melingkar yang pusatnya juga beredar mengikuti lintasan
melingkar dengan jejari lebih besar seperti ditunjukkan pada
Gambar 14.3.

Gambar 14.3: Model epicycle

286 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Jadi, pada masa itu, tata surya dimodelkan dengan bumi
sebagai pusat dengan matahari dan berbagai planet lainnya
mengitari bumi dengan lintasan berbentuk. epicycle yang
bertingkat-tingkat. Karena itu jelas bahwa model ini sangat
rumit dan membingungkan. Ptolemy harus membuat model
yang sama rumitnya untuk menguji ulang gerakan ini. Model
Ptolemy tidak hanya memiliki planet dan Matahari yang melekat
pada satu bidang masing-masing saja, tapi ia harus
memasukkan lingkaran (epicycles) di atas lingkaran (deferents)
dengan Bumi mengimbangi dari pusat. Pada versi yang lebih
kompleks pada model ini yaitu masih sering terjadi kesalahan
prediksi dalam beberapa derajat atau dengan jarak sudut yang
lebih besar dari diameter bulan purnama (Anonim b, 2020).
Dua pengamatan umum mendukung pandangan bahwa
Bumi adalah pusat dari alam semesta. Pengamatan pertama
adalah bintang-bintang, matahari dan planet-planet nampak
berputar mengitari bumi setiap hari, membuat bumi adalah
pusat sistem ini. Lebih lanjut, setiap bintang berada pada suatu
bulatan stelar atau selestial ("stellar sphere" atau "celestial
sphere"), di mana bumi adalah pusatnya, yang berkeliling
setiap hari, di seputar garis yang menghubungkan kutub utara
dan selatan sebagai aksisnya. Bintang-bintang yang terdekat
dengan khatulistiwa nampak naik dan turun, tetapi setiap
bintang kembali ke titik terbitnya setiap hari. Observasi umum
kedua yang mendukung model geosentrik adalah bumi
nampaknya tidak bergerak dari sudut pandang pengamat yang
berada di bumi, bahwa bumi itu solid, stabil dan tetap di tempat.
Dengan kata lain, benar-benar dalam posisi diam (Firdaus &
Sinensis, 2017).

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 287


Gambar 14.4. Pandangan teori geosentris, bumi sebagai
pusat tatasurya.

14.2.2. Saintis Modern Pendukung Geosentris


Saintis yang sependapat dengan teori geosentris dalam
buku Matahari Mengelilingi Bumi (Abdullah, 2011) diantaranya
adalah:
a. Pandangan Pertama, oleh Sheikh Bandar al-Khaibari.
Seorang dosen di salah satu Universitas di Uni Emirat
Arab menjadi bahan tertawaan sejumlah siswa dan pengguna
internet karena mengatakan "Bumi tidak bergerak pada
porosnya dan Mataharilah yang mengelilingi Bumi" Dilansir
Daily Mail (Surat kabar dari UK), Sheikh Bandar Al - Khaibari
mengklaim bumi itu statis tidak bergerak dan matahari
mengelilingi bumi setelah salah seorang mahasiswanya
bertanya mengenai rotasi bumi.
Setelah mengatakan kalau bumi itu tidak berotasi dan
mataharilah yang mengelilingi bumi, sang dosen tampaknya
sadar kalau mahasiswanya kebingungan dan tak sependapat
dengan dirinya sehingga Sheikh al-Khaibari berusaha untuk
mempertahankan pendapatnya dan mengutip sejumlah
pendapat ulama dan pernyataan Alquran dan Hadits.
Mungkin, karena argumennya sangat sulit dimengerti ia
membuat sebuah ilustrasi sebuah pesawat tidak akan bisa

288 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


terbang kalau bumi itu berputar. "Dimana kita sekarang? kita
tidak kemana - mana kan, coba kalau naik pesawat misalkan
ke China, kita bisa sampai ke tujuan, itu karena bumi tidak
bergerak," kata Sheikh Bandar al-Khaibari.
Dalam sebuah laporan berita Al Arabiya Saudi cleric
Sheikh Bandar al-Khaibari pernah mengatakan NASA itu
hanyalah rekayasa Hollywood, tidak ada manusia yang
pernah ke Bulan. Seorang pengguna menunjukkan bahwa
cuplikan tersebut pertama kali muncul pada 15 Februari saat
ulang tahun ke 451 kelahiran Galileo Galilei. Galileo terkenal
dua kali dituduh bi‘dah oleh Gereja Katolik setelah secara
terbuka mendukung teori Copernican bahwa Bumi dan planet
lain berputar mengelilingi matahari.
b. Pandangan Kedua, oleh Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif
Abu Yusuf dalam bukunya yang berjudul ―Bantahan
Terhadap Teori Bumi Mengelilingi Matahari‖.

Selain menjelaskan dalam pemahaman qur‘an dan


hadits, Ahmad Sabiq juga membuat sebuah realita yang
mengagumkan dan membuktikan bahwa matahari mengitari
bumi. Berikut ini realita yang di jelaskan oleh Ahmad Sabiq
dalam bukunya:

• Siapa pun yang menyaksikan keagungan penciptaan


langit dan bumi akan melihat dengan mata kepalanya
sendiri bahwa matahari setiap pagi terbit dari ufuk timur lalu
bergerak ke pertengahan lalu terbenam di barat. Itulah
kejadian alam yang tidak ada seorang pun yang
mengingkarinya. Itu sebagai bukti bahwa matahari yang
bergerak. Namun kita diajarkan bahwa pergerakan
matahari ke arah barat karena gerakan rotasi bumi. Lalu
kalau ditanya kenapa yang terlihat bergerak itu matahari?
Maka dijawab bahwa itu sama dengan seseorang yang

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 289


naik mobil yang cepat, maka seolah-olah dia merasakan
bahwa yang bergerak adalah pohon dan bangunan
disekitarnya dan orang itu merasa kayaknya diam dalam
mobil. Namun kalau difikirkan lebih lanjut bahwa secepat
apapun mobil yang dinaiki seseorang, maka orang
tersebut akan tetap merasakan bahwa dia bergerak.

• Lihatlah awan yang ada di atas kita, dia tidak berada di


bumi ataupun dilangit tetapi berada di antara keduanya.
Lalu, mengapa awan itu terkadang bergerak ke barat atau
ke timur, atau ke utara, atau ke selatan? Seandainya bumi
berotasi maka mestinya awan itu bergerak sama dengan
arah rotasi bumi. Tapi ternyata?

• Jika kita naik pesawat misal dari Indonesia ke Saudi


Arabia, lalu pesawat itu diarahkan ke atas sehingga keluar
dari gaya gravitasi bumi, maka apakah pesawat itu butuh
bergerak ke barat ataukah cukup diam di tempat
menunggu bumi berotasi atau bagaimana?

14.3. Pergeseran Paradigma Geosentris Ke


Heliosentris
Pemilihan kata paradigma ini erat kaitannya dengan
sains normal, yang oleh Thomas Kuhn dimaksudkan untuk
mengemukakan beberapa contoh praktik ilmiah nyata yang
diterima : yaitu contoh yang sama-sama menyangkut dalil,
teori, penerapan dan instrukmentasi yang telah menyajikan
model-model daripadanya lahir tradisi-tradisi tertentu dari riset
dan penyelidikan ilmiah. Atau dengan kata lain, sains normal
adalah kerangka referensi yang mendasari sejumlah teori
maupun praktik-praktik ilmiah dalam periode tertentu
(Sudarmin, 2016). Terjadi pergeseran paradigma geosentris ke
paradigma heliosentris sejak Copernicus mengemukakan

290 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


teorinya berdasarkan hasil pengamatan yang diteliti serta
dengan perhitungan yang sistematis.
Menurut Ulya & Abid (2015) pergeseran paradigma
dapat dimaknai sebagai berikut:
a. Memperlihatkan logika berfikir baru karena ketidakmampuan
logika berfikir lama untuk menyelesaikan masalah-masalah
baru yang muncul
b. Merupakan hal yang natural bahwa dalam pengembangan
keilmuan, paradigma lama yang dibangun selalu
memunculkan asumsi-asumsi baru baik disadari ataupun
tidak. Hal inilah yang mendasari munculnya masalah baru
dan tidak dapat diselesaikan berdasarkan teori dan paradigm
lama.
c. Kemunculan paradigma baru dapat menawarkan solusi baru,
tetapi berimplikasi pada berpalingnya paradigma lama ke
paradigma baru dan terkesan berbenturan. Sehingga,
paradigma baru terkadang disikapi dengan kecurigaan dan
bahkan permusuhan.
Paradigma Geosentris, yang dikemukakan oleh ahli
filsafat Clausius Ptolomeus, dianut umat manusia selama 14
abad. Pada waktu itu pengamatan secara kasar menemukan 5
planet yaitu Merkurius, Venus, Mars Yupiter dan Saturnus.
Pada abad ke 16 seorang saintis Nikolas Copernicus berhasil
mengubah pandangan geosentris, dengan menyatakan bahwa
bumi adalah planet, seperti halnya dengan planet lain, beredar
mengelilingi matahari (Heliosentris). Pandangan Copernicus ini
berdasarkan hasil pengamatan yang diteliti serta dengan
perhitungan yang sistematis. Semua berkat bantuan teropong
sebagai alat pengamatan dan seiring berkembangnya ilmu
matematika dan fisika sebagai penunjang teori Heliosentris.
Copernicus memberikan banyak kontribusi penting bagi
perkembangan ilmu astronomi, salah satunya menerapkan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 291


matematika untuk menghitung posisi planet, dan memprediksi
durasi waktu terjadi peristiwa-peristiwa angkasa, misalnya
gerhana (Kumparan, 2018). Sejak peristiwa tersebut terjadi
perubahan dari paradigma Geosentris menuju paradigma
Heliosentris.
Sementara itu, Johannes Kepler (1571-1630)
merumuskan dalam kerangka heliosentris bahwa planet-planet
bergerak dalam lintasan elips. Kemudian, Galileo Galilei (1564-
1642) menyempurnakan teori heliosentris ala Copernicus
dengan hasil observasinya lewat teleskop. Sedangkan Isaac
Newton (1653-1727) menciptakan teori mekanika dan gravitasi
yang secara ampuh mampu menjawab persoalan yang
ditinggalkan Copernicus (Abdulsalam, 2018).

14.3.1. Temuan Revolusioner Mengenai Teori Heliosentris


Matahari sebagai pusat alam semesta pertama kali
dicetuskan oleh Seorang saintis Yunani yang bernama
Aristarchus (abad ke-3 SM). Pendapat ini kemudian dibantah
oleh seorang filosof Yunani lain yang bernama Aristoteles yang
hidup pada tahun 384-322 SM, dan tidak ada bantahan selama
15 Abad. Lalu diperkuat oleh seorang saintis yang bernama
Ptolomeus yang hidup pada tahun 151-127 SM dan tidak
dibantah selama 12 Abad. Penjelasan yang ditawarkan
Copernicus lebih akurat dibanding Aristarchus dan juga
memberikan formulasi efisien tentang kalkulasi posisi planet-
planet (Utomo, 2018).
Beberapa saintis mengungkapkan beberapa pemikiran
mereka terkait tentang revolusi bumi mengitari matahari.
Pengetahuan mereka di ungkapkan melalui gejala-gejala alam
yang terjadi. Saintis yang pertama mencetuskan bahwa
matahari merupakan pusat tata surya adalah Nicolaus
Copernicus teori yang cukup terkenal yang di gagasnya adalah

292 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


teori Heliosentris (Hambali, 2013).
Nicolas Copernicus (1473-1543 M) membaca buku-buku
Aristarchus, akhirnya memunculkan kembali teori bahwa bumi
dan planet-planet lainnya berputar Heliosentris pertama kali di
lontarkan oleh Pytagoras dan variannya memberikan
pengertian sebagai berikut :
a. Matahari dalam keadaan diam
b. Planet-planet termasuk bumi bergerak mengelilingi
matahari
c. Matahari dinyatakan sebagai pusat tata surya (solar
system)
d. Matahari dinyatakan sebagai pusat alam semesta
(universe)
Pandangan teori di atas masih dalam bingkai pemikiran
dan hipotesis yang bersifat spekulatif karena masa itu belum
ada pembuktian empiris melalui eksperimental tetapi
menggunakan teropong bintang atau teleskop. Pada 1543
Nicolaus Copernicus, lewat bukunya yang berjudul De
Revolutionibus Orbium Coelestium, berpendapat bahwa semua
planet termasuk Bumi bergerak mengitari matahari (Ahmad,
2017). Copernicus menyelesaikan penulisan bukunya De
Revolutionibus Orbium Coelestium yang menjelaskan
heliosentrisme, pada 1532. Ketika dia tengah berada di ranjang
beberapa saat sebelum kematiannya pada 1543, dirinya
akhirnya memutuskan untuk menerbitkan karya
kontroversialnya ini. Copernicus sempat terbangun dari koma
untuk membaca halaman-halaman dari bukunya yang baru
dicetak sesaat sebelum meninggal (Ami, 2019).
Nicolas Copernicus dalam bukunya menghidupkan
kembali gagasan teori Heliosentris, dan beberapa hal yang
diungkapkan dalam buku tersebut meliputi:

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 293


a. Matahari adalah pusat tata surya, yang mana bumi
sebagai salah satu planetnya beredar mengelilingi
matahari bersama planet-planet lainnya.
b. Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi
mengelilingi matahari.
c. Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur yang
mengakibatkan adanya siang dan malam dan
pandangan gerakan bintang-bintang serta matahari
selalu bergerak ke arah barat.
Copernicus dipercaya mulai menyusun teorinya yang
paling terkenal, Heliosentris, di 1508 yang membutuhkan waktu
hingga enam tahun. Kemudian pada 1514, dia berhasil
menyusun Commentariolus atau Komentar Kecil. Manuskrip
setebal 40 halaman yang memuat tentang Heliosentris. Dalam
teori "mentah" tersebut, Copernicus menyatakan kalau
Matahari, bukan Bumi, merupakan pusat dari tata surya. Dia
mempercayai setiap planet mempunyai kecepatan mengelilingi
Matahari (revolusi) berbeda. Tergantung dari jarak dan
ukurannya.
Teori ini diperkuat lagi oleh seorang astronom Jerman,
Johannes Keppler (1751-1630) , yang telah menapaki uji
eksperimen empiris melalui pengamatan teleskop reflektor
dan perhitungan matematisnya. Pada tahun 1609, ia juga
menerbitkan buku ―Astronomia Nova‖ dengan menyatakan
hukum gerak planet:
a. Setiap planet bergerak dalam orbit berbentuk elips
mengelilingi matahari, dengan matahari berada disalah satu
titik fokus elips.
b. Kelajuan gerak planet-planet pada orbitnya bertambah
besar ketika mendekati matahari dan bertambah kecil ketika
menjauhi matahari.

294 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


c. Planet-planet bukan hanya beredar dalam elliptical (orbit
bujur) mengelilingi matahari, akan tetapi mereka juga
bergerak rotasi pada porosnya dengan kelajuan yang tidak
menentu.
d. Garis lurus antara matahari dengan planet menyapu luasan
yang sama untuk waktu yang sama.
Kemudian pada tahun 1619, Keppler menemukan
hukum gerak terkait periode dan jarak matahari dengan planet
dalam bukunya, keseimbangan dunia, dia menuliskan :

―Kuadrat Periode revolusi planet sebanding dengan pangkat


tiga jarak rata-rata antara matahari dengan planet‖

Tidak cukup itu saja, Sir Isaac Newton memberikan


alasan lain yang lebih kuat sebagai dukungan terhadap teori
Heliosentris. Pada tahun 1687 Newton mempublikasikan
hukum gravitasi yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

―Gaya gravitasi kedua beda merupakan gaya tarik menarik


yang besarnya sebanding lurus dengan hasil kali massa
keduanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
keduanya‖

Dalam pandangan mekanika Newton di atas, gravitasi,


adalah interaksi gaya tarik menarik setiap benda menuju benda
lainnya di alam semesta. Gaya gravitasi inilah yang
menyebabkan benda jatuh kebumi. Dalam persamaan
gravitasinya, besarnya gaya interaksi dua benda seperti bumi
dan matahari ini sebanding dengan perkalian dua massanya
dan berbanding terbalik dengan kuadrat keduanya. Sebagai
contoh adalah apa yang pernah dialami Newton ketika
menemukan hukum gravitasi ini, yaitu sebuah apel jatuh

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 295


kebumi dari pohonnya. Dalam pemikirannya, bumi menarik apel
dan dalam waktu yang sama apel juga menarik bumi dengan
gaya gravitasi yang sama. Mengapa apel dapat ditarik bumi, ini
karena massa apel jauh lebih kecil dari massa bumi. Kejadian
ini sama terjadi antara planet-planet dan matahari. Masa
matahari sangatlah besar dibandingkan dengan masa planet
dalam tata surya kita. Karena itu planet-planet akan
merasakan gaya gravitasi matahari yang cukup kuat. Gaya
gravitasi matahari bekerja pada planet-planet inilah yang
menyebabkan planet tidak menempuh garis lurus, melainkan
planet-planet termasuk bumi bergerak mengelilingi matahari
dalam orbit elips yang tetap.
Diantara bukti-bukti lain yang memperkuat bahwa bumi
mengelilingi matahari adalah ditemukannya planet-planet lain
dalam system tata surya, dimana semua planet tersebut
bergerak mengelilingi matahari. Dalam waktu berabad-abad
lamanya para saintis telah menemukan lima planet yaitu
Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus yang dapat
dilihat menggunakan mata telanjang (tanpa teleskop)
Sedangkan 3 planet lainnya menyususl ditemukan sejak
ditemukannya teleskop atau teropong bintang. Planet Uranus
ditemukan oleh Herschel (1781), Neptunus oleh John Couch
Adan dan Le Verrier melalui perhitungan dan dapat dilihat
pertama kali oleh Johan G Galle (1846). Pluto ditemukan oleh
ahli Matematika, Percival Lowelll, dan dilihat pertama kali di
langit oleh Clyde W. Tombaugh (1930), meskpun planet yang
terakhir ini dinyatakan bukan sebagai planet pada tanggal 24
Agustus 2006 oleh Konferensi Umum Uni Astronomi
International (IAV) di Garaha, Cekoslavai (Jasin, 2012).

296 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Gambar 14.5. Matahari merupakan pusat tata surya (Copernicus)

15.1.1 BUKTI EPISTEMOLOGI KEBENARAN TEORI


HELIOSENTRIS
Ada tiga bukti yang mendukung bahwa memang Bumi
bergerak mengitari matahari menurut Sungging (2007), yaitu :
a. Aberasi (perubahan kecil pada posisi bintang karena laju
Bumi),
b. Paralaks (perubahan posisi bintang karena perubahan
posisi Bumi) dan
c. Efek Doppler (perubahan warna bintang karena laju Bumi).

a. Aberasi
Bukti pertama, adalah yang ditemukan oleh James Bradley
(1725) yang menemukan adanya aberasi bintang. Ilustrasi
penjelasannya seperti bayangkan kita sedang berdiri ditengah-
tengah hujan, dan air hujan jatuh tepat vertikal/tegak lurus
kepala kita. Kalau kita menggunakan payung, maka muka &
belakang kepala kita tidak akan terciprat air bukan? Kemudian
kita mulai berjalan ke depan, perlahan-lahan & semakin cepat
berjalan, maka seolah-olah air hujan yang tadi jatuh tadi, malah
membelok dan menciprati muka kita. Untuk menghindarinya

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 297


maka kita cenderung mencondongkan payung ke muka.
Sebetulnya air hujan itu tetap jatuh tegak lurus, tetapi karena
kita bergerak relatif ke depan, maka efek yang terjadi adalah
seolah-olah membelok dan menciprat ke muka kita.
Demikian juga dengan fenomena aberasi bintang,
sebetulnya posisi bintang selalu tetap pada suatu titik di langit,
tetapi dari pengamatan astronomi, ditemukan bahwa posisi
bintang mengalami pergeseran dari titik awalnya,
pergeserannya tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk
menunjukkan bahwa memang sebenarnya bumi yang
bergerak. Penjelasan ilmiahnya di tunjukkan pada Gambar
14.6.

Gambar 14.6. Analogi pembuktian aberasi bintang.

Aberasi terjadi jika pengamat adalah orang yang berdiri di


tengah hujan, dan arah cahaya bintang adalah arah jatuhnya
air hujan. Kemudian pengamat bergerak tegak ke muka, tegak
lurus arah jatuhnya hujan. S menyatakan posisi bintang, E
posisi pengamat di Bumi. Arah sebenarnya bintang relatif
terhadap pengamat adalah ES, jaraknya tergantung pada
laju cahaya. Kemudian Bumi bergerak pada arah EE‘ dengan
arah garis merepresentasikan lajunya. Ternyata pengamatan
menunjukkan bahwa bintang berada pada garis ES‘ alih-alih ES,
dengan SS‘ paralel & sama dengan EE‘. Maka posisi tampak

298 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


bintang bergeser dari posisi sebenarnya dengan sudut yang
dibentuk antara SES‘. Jika memang Bumi tidak bergerak, maka
untuk setiap waktu, sudut SES‘ adalah 0, tetapi ternyata sudut
SES‘ tidak nol. Ini adalah bukti yang pertama yang menyatakan
bahwa memang Bumi bergerak.
b. Paralaks Bintang.
Bukti ini diukur pertama kali oleh Bessel (1838). Paralaks
bisa terjadi jika posisi suatu bintang yang jauh, seolah-olah
tampak ‗bergerak‘ terhadap suatu bintang yang lebih dekat.
(Gambar 8). Fenomena ini hanya bisa terjadi, karena adanya
perubahan posisi dari Bintang akibat pergerakan Bumi terhadap
Matahari. Perubahan posisi ini membentuk sudut p, jika kita
ambil posisi ujung-ujung saat Bumi mengitari Matahari. Sudut
paralaks dinyatakan dengan (p), merupakan setengah
pergeseran paralaktik bilamana bintang diamati dari dua posisi
paling ekstrim.

Gambar 14.7. paralaks bintang

c. Efek Doppler.
Sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Newton,
bahwa ternyata cahaya bisa dipecah menjadi komponen
mejikuhibiniu, maka pengetahuan tentang cahaya bintang
menjadi sumber informasi yang sahih tentang bagaimana sidik

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 299


jari bintang. Ternyata pengamatan-pengamatan astronomi
menunjukkan bahwa banyak perilaku bintang menunjukkan
banyak obyek-obyek langit mempunyai sidik jari yang tidak
berada pada tempatnya. Penjelasannya diberikan oleh Doppler
(1842), bahwa jika suatu sumber informasi ‗bergerak‘ (informasi
ini bisa suara, atau sumber optis), maka terjadi ‗perubahan‘
informasi. Ini bisa terjadi karena pergerakannya adalah
pergerakan relatif, apakah karena pengamatnya yang
bergerak, atau sumbernya yang bergerak.
Demikian pada sumber cahaya, jika sumber cahaya
mendekat maka gelombang cahaya yang teramati menjadi
lebih biru, kebalikannya akan menjadi lebih merah. Ketika Bumi
bergerak mendekati bintang, maka bintang menjadi lebih biru,
dan ketika menjauhi menjadi lebih merah. Di suatu ketika,
pengamatan bintang menunjukkan adanya pergeseran merah,
tetapi di saat yang lain, bintang tersebut mengalami pergeseran
Biru. Ini menjadi bukti, bahwa ternyata Bumi bergerak (bolak-
balik – karena mengitari Matahari), mempunyai kecepatan,
relatif terhadap bintang dan tidak diam saja.
Pemikiran Copernicus di dukung lagi oleh Galileo yang
hidup pada tahun 1564 - 1642 M, yang didukung sampai saat
ini bahwa bumi dan planet-planet memutari Matahari (Gantira,
2015). Pada 1543 M akibat revolusi Copernicus (seorang ahli
hukum dan ahli astronomi Polandia), timbul banyak
ketidaksenangan terutama di kalangan rohaniawan gereja.
Penyebabnya adalah pendapat Copernicus yang bertentangan
dengan doktrin keagamaannya. Bahkan Martin Luther
mengatakan, ―Copernicus sudah gila dan teorinya dianggap
melawan Injil serta tidak dapat diterima‖.
Revolusi Bumi adalah gerak Bumi pada orbitnya
mengelilingi Matahari. Bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari
disebut ekliptika. Selama mengitari Matahari, poros Bumi selalu

300 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


miring 23,5o terhadap garis yang tegak lurus ekliptika. Orbit
planet-planet lain tidak sebidang dengan ekliptika. Sudut antara
bidang orbit planet lain dengan ekliptika disebut inklinasi.

Gambar 14. 8. Poros Bumi selalu miring membentuk sudut


23,5o terhadap garis yang tegak lurus
ekliptika

Bumi berevolusi dalam arah negatif (berlawanan arah jarum


jam), artinya jika kita berada dalam pesawat antariksa tepat di
atas kutub utara maka kita akan melihat Bumi mengitari
Matahari dalam arah yang berlawanan arah jarum jam.
Gerak revolusi Bumi ini pun mengakibatkan beberapa
peristiwa yang dapat dirasakan oleh para penghuni planet ini,
diantaranya adalah:
a. Gerak semu tahunan matahari pada ekliptika. Gerak
semu tahunan Matahari adalah gerakan semu Matahari
dari khatulistiwa bolak-balik antara 23,5o lintang utara
dan lintang selatan setiap tahun (lihat gambar 9).
Karena Matahari selalu berbalik arah setelah sampai
lintang 23,5o disebut garis balik. Garis 23,5o LU
disebut garis balik utara (GBU) dan garis 23,5o LS
disebut garis balik selatan (GBS). Garis lintang adalah
garis yang sejajar dengan garis khatulistiwa.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 301


Gambar 14.9. Bagan gerak semu tahunan Matahari
pada ekliptika

b. Perubahan lamanya siang dan malam. Pada tanggal


21 Maret dan 23 September setiap tahunnya, semua
tempat di Bumi (kecuali kutub) mengalami siang dan
malam hari sama panjang, yaitu 12 jam. Ini karena
semua tempat mendapat sinar Matahari selama 12 jam
dan tidak mendapatkannya 12 jam. Tanggal 21 Juni
ketika Matahari ada pada kedudukan paling utara,
yakni 23,5o LU (GBU), belahan Bumi utara mengalami
siang lebih panjang daripada malam. Sebaliknya di
belahan Bumi selatan, lamanya siang akan lebih
pendek daripada malam. Daerah dalam lingkaran kutub
utara mendapat sinar Matahari selama 24 jam,
sehingga siang akan terjadi secara terus menerus
pada waktu itu. Sebaliknya di daerah lingkaran kutub
selatan tidak mendapat sinar matahari selama 24 jam,
sehingga malam terjadi secara terus menerus pada
waktu itu.

c. Pergantian musim. Revolusi Bumi dan kemiringan


poros Bumi terhadap ekliptika mengakibatkan

302 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


terjadinya pergantian musim sepanjang tahun di
daerah iklim sedang (gambar 5). Dalam revolusi Bumi
dari 21 Maret sampai dengan 21 Juni, kutub utara makin
condong ke arah Matahari, sebaliknya kutub selatan
makin menjauh dari Matahari. Ini menyebabkan
belahan Bumi utara mengalami musim semi dan
belahan Bumi selatan mengalami musim gugur. Pada
tanggal 21 Juni, Matahari berada di GBU dan kutub
utara menghadap ke Matahari. Belahan Bumi utara
mendapat pemanasan lebih besar dari belahan Bumi
selatan, sehingga di belahan Bumi utara mengalami
puncak musim panas dan sebaliknya di belahan Bumi
selatan akan mengalami musim dingin. Sedangkan
pada tanggal 23 September sampai dengan 22
Desember, kutub utara menjauhi Matahari dan
sebaliknya belahan Bumi selatan mendekati Matahari.
Dalam periode ini belahan Bumi Utara akan mengalami
musim dingin (winter) dan belahan Bumi selatan akan
mengamai musim panas (summer).

Gambar 14. 10. Belahan Bumi secara bergantian


condong ke arah Matahari atau menjauhi
Matahari.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 303


Gerak revolusi Bumi juga mengakibatkan rasi bintang
yang berbeda dari bulan ke bulan. Rasi bintang adalah
kumpulan beberapa bintang yang membentuk pola
tertentu (Wijaya, 2010). Melalui analisis terhadap bukti
peristiwa astronomis, yaitu: pergantian siang dan
malam, gerak hakiki matahari, dan gerak semu
matahari, al-Marāghī sampai pada kesimpulan bahwa
ada kesesuaian yang sangat presisi antara teori
astronomi Islam yang diajarkan oleh Al-Qur‘an dengan
teori astronomi modern (Hambali, 2013).

14.4. Aksiologi Dari Teori Geosentris Dan


Heliosentris
a. Kajian supra-logis bersifat subyektif, sebab dipengaruhi oleh
pengalaman supra-rasional dan spiritual seseorang. Alasan
utama bumi dianggap sebagai pusat alam adalah kehidupan
hanya ada di planet ini. Dibantah dengan alasan apa pun,
sesuatu yang hidup akan menjadi pusat segala sesuatu.
Bumi sebagai pusat alam semesta telah didogmakan oleh
saintis dan kaum agamawan (kebenaran religious).
b. Kebenaran filosofis yaitu kebenaran dari hasil perenungan
dan pemikiran kontemplatif terhadap hakikat sesuatu
meskupin pemikiran intelektual tersebut bersifat subjektif
dan relative ; tetapi kontemplatif (Sudarmin, 2016). Dogma
geosentris mengandung nilai kebenaran filosofis karena
berdasarkan hasil pengamatan adalah pertama, bintang-
bintang, matahari dan planet-planet tampak berputar
mengitari bumi setiap hari, membuat bumi adalah pusat
sistem ini, Observasi kedua yang mendukung model
geosentrik adalah bumi tampaknya tidak bergerak dari
sudut pandang pengamat yang berada di bumi, bahwa bumi

304 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


itu solid, stabil dan tetap di tempat. Dengan kata lain, benar-
benar dalam posisi diam.

c. Galileo berhasil merampungkan teleskop astronomi


pertamanya, dan kemudian mengarahkan teleskop ke
langit. Hari itu ia berhasil melihat dunia baru yang penuh
misteri yakni Jupiter. Galileo melihat 4 titik yang redup di
sekeliling Jupier. Gerak satelit Galilean mengelilingi Jupiter
serta fakta seluruh fase Venus bisa dilihat dari Bumi,
membuktikan bahwa bumi yang berputar mengelilingi
matahari. Dengan demikian, penemuan Galileo menjadi
pendukung bagi teori Heliosentris milik Copernicus.

d. Heliosentrisme dipengaruhi oleh pengamatan dengan


pendekatan yang lebih menekankan empiris-logis daripada
supra-logis. Copernicus dan Gallileo melakukan
pengamatan terhadap benda-benda langit, gerakan dan
posisi benda-benda langit tersebut. Penemuan ini telah
memukul teori geosentrisme yang telah didogmakan oleh
saintis dan kaum agamawan. Saat hiruk- pikuk terjadi, untuk
menyelamatkan doktrin, kaum agamawan membuat
pernyataan cerdik; “ Lalu, apakah dengan dicetuskannya
heliosentrisme menggantikan geosentrisme, apa yang ada
di dalam wahyu harus diubah?” Penolakan yang sangat
diplomatis dan berusaha mengamankan ajaran agar tidak
ditinggalkan oleh pengikutnya. Gallileo dibakar hidup-hidup
karena mencetuskan satu hal, bumi mengelilingi matahari.

e. Teori Heliosentris diperkuat oleh seorang astronom


Jerman, Johannes Keppler (1571-1630) , yang telah
menapaki uji eksperimen empiris melalui pengamatan
teleskop reflektor dan perhitungan matematisnya,
sehingga dogma Heliosentris mengandung kebenaran

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 305


ilmiah. Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang ditandai
oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, adanya teori yang
menunjang dan sesuai bukti kebenaran empiris
berdasarkan konsistensi antara teori dan realitasnya yang
valid (Sudarmin, 2016). Pada tahun 1609, ia juga
menerbitkan buku ―Astronomia Nova‖ dengan menyatakan
hukum gerak planet: Setiap planet bergerak dalam orbit
berbentuk elips mengelilingi matahari, dengan matahari
berada disalah satu titik fokus elips, Kelajuan gerak planet-
planet pada orbitnya bertambah besar ketika mendekati
matahari dan bertambah kecil ketika menjauhi matahari,
Planet-planet bukan hanya beredar dalam elliptical (orbit
bujur) mengelilingi matahari, akan tetapi mereka juga
bergerak rotasi pada porosnya dengan kelajuan yang tidak
menentu, Garis lurus antara matahari dengan planet
menyapu luasan yang sama untuk waktu yang sama.

f. Kedua faham tersebut bisa dikatakan benar jika kita


menempatkan masalah tersebut pada tempatnya. Dogma
Geosentris mengandung nilai kebenaran religious dan
kebenaran filosofis sedangkan dogma heliosentris
mengandung nilai kebenaran ilmiah. Memang akan ada
kembali perputaran teori, para fisikawan dan astronom tidak
ingin meninggalkan jejak tidak berarti bagi generasi
sebelumnya sehingga Heliosentrisme mulai diteliti dan
dikritisi kembali. Sehingga Perkembangan ilmu
pengetahuan mengandung kebenaran relatif. Kebenaran
relatif adalah merupakan kebenaran yang berubah-ubah,
tidak tetap dan dapat dipengaruhi oleh hal lain diluat hakikat
dirinya (Sudarmin, 2016).

g. Paham Heliosentris ditolak karena bertentangan dengan


agama namun seiring berjalannya waktu yang lama, melalui

306 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


pengamatan, penelitian, dan matematika, Copernicus
menjungkirbalikkan konsep ilmiah dan agama yang berurat
berakar dalam pemikiran manusia, sehingga kemunculan
teori Heliosentris dapat menggeser teori Geosentris.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 307


BAB 15

PARADIGMA RUNTUHNYA ATOMISME


LEUKIPPOS DEMOCRITOS

Riyanti
Guru Kimia SMAN 1 Bangsri
Riyantiyanti024@gmail.com

15.1 Diskripsi Materi


Teori Atom merupakan salah satu teori tertua yang
muncul dan ditemukan di dunia. Teori atom kemudian
dikembangkan menjadi lebih kompleks dan menjadi salah
satu dasar pengetahuan yang cukup penting, terutama dalam
sains. Menurut sejarah penemu Teori Atom adalah seorang
yang berasal dari Yunani, yaitu Democritos. Democritos
merupakan tokoh ulung terkait Teori Atom. Democritos
mengemukakan bahwa benda-benda yang ada bisa dibagi
menjadi beberapa atau banyak bagian yang sangat kecil.
Bagian-bagian benda tersebut akhirnya tidak akan bisa
dibagi lagi. Bagian inilah yang kemudian oleh Democritos
disebut sebagai atom. Menurutnya, atom sepenuhnya padat,
tidak terdapat struktur internal serta ada ruang kosong antar

308 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


atom guna memberikan ruang untuk pergerakannya.
Democritos mencontohkan dengan pergerakan dalam air dan
udara. Democritos mengatakan bahwa ada perbedaan sifat
dari material yang berbeda, atom memiliki perbedaan dan
dibedakan dalam beberapa bentuk, massa serta
ukurannya. Teori atom Leukippos Democritos akhirnya
mengalami pergeseran oleh oleh John Dalton, Thomson,
Rutherford, Neils Bohr dan teori atom mekanika kuantum.

15.2 Pengantar
Sejak zaman purba orang telah mengenal api karena
mempunyai sifat panas yang dapat membakar dan bercahaya
sehingga api telah dianggap dewa. Dewasa ini api memegang
peranan penting dalam proses kimia. Proses pembakaran
merupakan suatu hal yang penting bagi para ahli kimia
sehingga mereka melakukan eksperimen dan atas hasil
eksperimen itu mereka mengemukakan pendapatnya.
Ide awal teori phlogiston berasal dari Johann Joachim
Becker (1635-1682) yang kemudian menarik perhatian George
Ernst Stahl (1660-1734). Teori phlogiston pada prinsipnya
menyatakan ―semua materi mengandung zat ringan yang
disebut phlogiston‖ Suatu reaksi kimia merupakan perpindahan
phlogiston dari suatu materi ke materi yang lain. Becher dan
Stahl memberikan contoh pada pembakaran suatu logam,
massanya akan berubah menjadi lebih berat dibandingkan
massa logam awal. Logam akan kehilangan phlogiston
sehingga berubah menjadi calx logam (sekarang disebut oksida
logam). Untuk memperoleh kembali logam tersebut, calx harus
dibakar bersama karbon yang kaya phlogiston, karena
phlogiston semula sudah hilang di udara. Calx akan menyerap
phlogiston dari udara sehingga berubah menjadi logam semula.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 309


Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794) merupakan
kimiawan Prancis yang telah melakukan berbagai ekperimen
yang sangat mendasar bagi ilmu kimia. Temuan yang paling
penting adalah teori tentang pembakaran yang menggeser teori
phlogiston. Lavoisier menyatakan ide baru tentang udara.
Udara terdiri dari 2 jenis gas, salah satunya bereaksi dan
bergabung dengan zat yang terbakar. Hal itu menjelaskan
mengapa zat yang terbakar massanya bertambah dan
mengapa sebagian dari udara terpakai.
Pengetahuan tentang atom menjadi ujung tombak
kemajuan ilmu pengetahuan. Ide atom telah menyebabkan
presisi tertinggi yang secara adaptif belum tercapai otak
manusia. Sejarah perkembangan atom layaknya menjadi kajian
menarik bagi semua yang hal yang bersangkutan dengan
pikiran manusia. Meskipun terdapat keterbatasan dan bahaya,
pencapaian teori atom adalah prestasi yang unik dan patut
dipelajari. Namun ada hal yang lebih dari prestasi tersebut.
Filsafat Yunani atom yang bertumbuh subur membuktikan
betapa hebatnya daya nalar spekulatif pada masa itu. Teori
Model Atom sudah menjadi perhatian sejak 2500 tahun yang
lalu, yaitu sejak jaman Yunani kuno. Pendapat ini
dikembangkan pada masa Leucippos dan Democritos yang
menyatakan bahwa sesuatu zat tidak dapat dibelah terus
menerus tanpa batas, ada bagian yang paling kecil yang tidak
dapat dibagi-bagi atau dibelah lagi, itu yang mereka sebut
―atomos‖ yang artinya yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.
Sebaliknya Aristoteles berpendapat partikel dapat dibelah terus
menerus tanpa batas (Sabarni, 2014). Pemikiran konsep atom
zaman Yunani yaitu dalam memikirkan alam semesta,
Sebagian besar para ahli filsafat Yunani meninjaunya dalam
skala makro, yaitu berdasarkan apa yang mereka lihat secara
kasat mata saja. Namun ada pula beberapa ahli filsafat yang

310 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


memikirkan lebih jauh makna terdalam dari jagat raya ini dalam
konsep berskala mikro, artinya berpikir secara abstrak hal-hal
yang tidak dapat mereka lihat namun mereka yakini
keberadaannya, mereka disebut para atomist (Farida, 2009).
Para ahli filsafat Yunani dalam memikirkan alam
semesta sebagian besar meninjaunya dalam skala makro, yaitu
berdasarkan apa yang mereka lihat secara kasat mata saja,
tetapi ada pula beberapa ahli filsafat yang memikirkan lebih
jauh makna terdalam dari jagat raya ini dalam konsep berskala
mikro, artinya berpikir secara abstrak hal-hal yang tidak dapat
mereka lihat namun mereka yakini keberadaannya dan mereka
disebut para atomist (Sujito, 2019). Kajian teori-teori dan
pemodelan yang dikembangkan mempunyai manfaat yang luas
dalam menerangkan gejala-gejala fisis dan kimia. Selain itu,
penemuan-penemuan baru partikel materi penyusun dari atom
mengakibatkan luasnya penerapan implikasi berdasarkan
temuan yang baru.

15.2 Aspek Ontologi Teori Atom Leukippos


Demokritus
Pertama yang menyampaikan teori atom adalah
Leucippos dari Miletus-Yunani 440 SM dan Democritos dari
Abdera 420 SM (Stephen, 1992). Democritos adalah penduduk
asli Abdera, Democritos adalah murid Leucippos. Democritos,
pemikir yang lebih sistematis, melanjutkan ide-ide gurunya.
Leucippos dianggap sebagai orang yang pertama
mengemukakan tentang atom. Leucippos mengemukakan
pandangannya bahwa segala sesuatu yang ada terdiri atas
atom-atom dan ruang kosong yang jumlahnya tak terhingga.
Sebuah benda berbeda dengan benda lain karena bentuk,
susunan, posisi dan tumbukan antar atom-atomnya berbeda.
Pendapatnya kemudian dikembangkan oleh Demokritus

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 311


dengan pendapatnya bahwa alam semester terdiri atas atom-
atom dan ruang hampa. Atom-atom itu bebas bergerak dan
dapat mengubah posisinya. Di dalam filsafat Atomisme,
pemikiran Demokritos lebih dikenal ketimbang Leukippos. Para
ahli masa kini menganggap bahwa Leukippos merumuskan
garis besar ajaran-ajaran atomisme, lalu Demokritos
mengembangkan pemikiran gurunya lebih lanjut. Atom-atom
tersebut merupakan unsur-unsur terkecil yang membentuk
realitas. Ukurannya begitu kecil sehingga mata manusia tidak
dapat melihatnya.
Pada hakikatnya gagasan Leucippos dan Democritos
mengenai materi yang bersifat diskontinu. Materi tersusun dari
partikel-partikel kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi yang
diketahui sebagai atom. Atom-atom penyusun materi itu
senantiasa bergerak di dalam kehampaan (Feinberg, 1990).
Istilah atomos diberikan terhadap partikel materi itu, karena
atom-atom sangat halus dan tidak dapat dibagi-bagi lagi
(Bruton, 1996). Oleh Democritos ―atom tidak dapat dibagi?‖ Ini
mengandung dua interpretasi jawaban; pertama, tidak mungkin
secara fisika untuk membagi suatu atom; kedua, tidak mungkin
secara logis dan konseptual untuk membagi suatu atom.
Perbedaan kedua penafsiran masing-masing mengandung
konsekuensi, yaitu pada pertama, sebuah atom masih mungkin
mempunyai bagian yang lebih kecil, sedangkan pada kedua,
tidak ada bagian suatu atom. Jika yang dimakud membagi
atom menjadi bagian yang lebih kecil, maka akan mendapatkan
ketidakmampuannya bukan dari sisi teknologi, tapi konseptual.
Atom bukan hanya sangat kecil, tetapi atom merupakan partikel
terkecil, dan bukan hanya terlalu kecil untuk dibagi secara fisis
tetapi juga tidak bisa dibagi secara logis.
Democritos setuju dengan para pendahulunya bahwa
perubahan alam tidak mungkin disebabkan oleh kenyataan

312 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


bahwa segala sesuatu sungguh-sungguh berubah. Oleh karena
itu ia beranggapan bahwa segala sesuatu dibuat dari balok-
balok tak terlihat yang sangat kecil, yang masing-masing kekal
dan abadi. Democritos menamakan unit-unit terkecil ini dengan
mana Atom. Atom menurut Democritos, terpisah oleh suatu
kekosongan antara satu atom dengan atom yang lain.
Kekosongan ini menyebabkan atom-atom mampu bergerak (ini
boleh jadi pelopor teori kinetika).
Apakah yang sebenarnya dimaksud Democritos dengan
―tidak dapat dibagi?‖. Jawaban dari pertanyaan ini adalah salah
satu dari dua interpretasi berikut:
a. Tidak mungkin secara fisika untuk membagi suatu atom.
b. Tidak mungkin secara logis dan konseptual untuk
membagi suatu atom.
Perbedaan dari kedua pandangan ini adalah a) sebuah
atom masih mungkin mempunyai bagian yang lebih kecil,
sedangkan pada b) tidak ada artinya untuk berbicara tentang
―bagian‖ dari suatu atom, karena hal itu tidak ada sama sekali.
Kalau seseorang bermaksud membagi atom menjadi bagian-
bagiannya, dia akan mendapatkan bahwa ketidakmapuannya
bukan teknologi, tapi konseptual.
Democritos berpendapat bahwa atom bukan hanya
sangat kecil, tetapi merupakan partikel yang terkecil, bukan
hanya terlalu kecil untuk dibagi secara fisis tetapi juga tidak
bisa dibagi secara logis.
Democritos dan gurunya, Leukippos, berpendapat
bahwa atom adalah unsur-unsur yang membentuk realitas. Di
sini, mereka setuju dengan ajaran pluralisme empedocles dan
Anaxagoras, yang menyatakan bahwa realitas terdiri dari
banyak unsur, bukan hanya satu. Akan tetapi bertentangan
dalam hal unsur tersebut. Democritos berpendapat unsur itu
tidak dapat di bagi-bagi, karena itulah ia menamakan unsur itu

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 313


sebagai Atom. Dalam bahasa Yunani, ―A‖ artinya ―tidak‖, ―tom‖
berarti ―dipotong‖ atau ―dibagi‖. Pemikirannya adalah bahwa
realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan
jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan
bagian materi yang sangat kecil sehingga indra kita tidak
mampu mengamatinya dan tidak dapat dibagi lagi. Unsur-unsur
tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu yang
lain karena tiga hal, yaitu bentuk, ukuran, dan posisinya
(Achmadi, 2016). Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu
bergerak, dan harus ada ruang kosong untuk keberadaannya.
Satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat.
Maka, Democritos berpendapat bahwa realitas itu ada dua,
yaitu atom itu sendiri (yang penuh), dan ruang tempat bergerak
(yang kosong).
Democritos percaya bahwa alam terdiri dari atom-atom
yang jumlahnya tak terhingga dan beragam. Sebagian bulat
dan mulus, yang lain tak beraturan dan bergerigi. Karena saling
berbeda itu, mereka dapat menyatu menjadi berbagai bentuk
yang berlainan. Namun, meskipun jumlah dan bentuk mereka
mungkin tak terbatas, mereka semua kekal, abadi, dan tak
terbagi (Abidin, 2014).
Leucippos maupun Democritos mengakui adanya sifat
diskontinu dari materi. Atom-atom dipisahkan satu sama lain
oleh ruang antara dan satu sama lain tidak dapat saling
mempengaruhi. Teori atom Democritos menandai berakhirnya
filsafat alam Yunani untuk saat ini. Dia setuju dengan Heraclitus
bahwa segala sesuatu di alam ini ―mengalir‖, sebab bentuk-
bentuk itu datang dan pergi. Namun dibalik segala sesuatu
yang mengalir itu ada beberapa benda yang kekal dan abadi
yang tidak mengalir. Menurut Democritos, itulah atom.
Perubahan yang terjadi di alam semesta, terjadi karena atom-
atom senantiasa ―keluar-masuk‖ dari eksistensi alam .

314 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Berdasarkan keyakinannya terhadap Tuhan, ia meyakini bahwa
―masuk‖ artinya diciptakan Tuhan dan ―keluar‖ berarti
ditiadakan Tuhan. Jadi menurutnya, atom-atom itu selalu harus
diciptakan Tuhan setiap saat untuk menggantikan atom-atom
yang sudah ditiadakannya (Musthafa , 1980).
Democritos juga menjelaskan perbedaan sifat dari
material yang berbeda, atom dibedakan ke dalam bentuk
massa dan ukurannya (Soko, 2015). Pendukung kuat teori
atom Demokritus diantaranya Pierre Gassendi (1592-1655), ia
menggambarkan posisi teori tersebut sebagai berikut ―atom
tidak dapat diciptakan atau dihancurkan, atom bersifat solid,
memiliki berat, dan tidak dapat dibagi, memiliki ukuran yang
pasti meskipun berukuran sangat-sangat kecil‖.
Beberapa tahun kemudian Robert Boyle (ia
menggunakan istilah sel-sel corpuscles merujuk pada atom)
dan Isaac Newton (dengan istilah partikel primitif), mereka
berdua adalah pendukung teori atom Democritos (atomis).
Menurut Boyle yang sungguh-sungguh benar ―definisi‖-nya
tentang unsur tidak lebih daripada paraphrase suatu konsep
kimia tradisional, Boyle mengemukakannya hanya untuk
berargumentasi bahwa benda seperti unsur kimia itu tidak ada
(Kuhn, 2012). Gagasan bahwa atom dapat disatukan untuk
membentuk kelompok yang lebih lengkapdan rumit juga
disetujui oleh beberapa penggiat teori atom awal, terutama
Gassendi. Namun,bukti konklusif dari gagasan tersebut berasal
dari percobaan dari Proust, hukum Komposisi Konstan, yang
menunjukkan bahwa komposisi tembaga karbonat, ketika
disintesis dengan melarutkan tembaga dalam asam dan
kemudian membentuk endapan dengan menambahkan natrium
karbonat, adalah sama dengan terjadinya tembaga karbonat
'malachite green' secara alami. Meskipun hukum ini ditentang
oleh beberapa saintis, terutama Berthollet, hukum ini segera

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 315


diterima sebagai prinsip kimia karena banyak orang yang
percaya akan kebenaran hukum ini bahkan sebelum ditemukan
oleh Proust.
Pengetahuan tentang teori atom (atomisme) telah
membuktikan kekuatan imajinasi intelektual untuk
mengidentifikasi aspek kebenaran objektif yang berakar dalam
sifat benda-benda (nature of things). Penemuan teori atom oleh
Democritos, merupakan hal yang menakjubkan, betapa luar
biasanya kekuatan ide, ada keagungan dalam pikiran, dan
sejarah manusia. Filsafat Yunani atom yang bertumbuh subur
membuktikan betapa hebatnya daya nalar spekulatif pada
masa itu.Teori atom yang menyatakan bahwa materi terdiri dari
partikel kecil yang tidak dapat dibagi lagi, diusulkan pada abad
ke-5 SM oleh filsuf Yunani, Leucippos dan Democritos, dan
diadopsi oleh Lucretius Romawi. Tulisan Leucippos yang
tersisa, dua karya yang diyakini ditulis olehnya adalah ―The
Great World System dan On the Mind‖. Teorinya
menyatakan materi adalah homogen tetapi terdiri dari infinity
partikel kecil yang tak terpisahkan. Atom-atom ini terus
bergerak, dan melalui tabrakan dan pengelompokan
membentuk berbagai senyawa. Sebuah kosmos terbentuk oleh
tabrakan atom yang berkumpul bersama menjadi pusaran dan
Bumi berbentuk drum terletak di pusat kosmos manusia
(Apollo, 2020).

15.3. Pergeseran Paradigma Leukippos


Democritos Ke Teori Atom Dalton
Paradigma Leukippos Demokritus dianggap salah dan
perlu digeser karena gagasan Leucippos dan Democritos
mengenai materi yang bersifat diskontinu. Materi tersusun dari
partikel-partikel kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi yang

316 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


diketahui sebagai atom. Atom-atom penyusun materi itu
senantiasa bergerak di dalam kehampaan.
Para ahli fisafat alam seperti Aristoteles (384-322 SM)
dari Staigera Yunani, Plato dan Galen (130-200 SM) menolak
konsep atom tersebut. Mereka menolak karena berpandangan
bahwa materi merupakan satu kesatuan yang utuh (kontinu)
dapat dibagi menjadi bagian sekecil-kecilnya tanpa batas dan
tidak ada kehampaan di alam semesta (ruang hampa).
Hampir setiap kali kita berbicara tentang atomisme kita
harus berbicara tentang Aristoteles. Aristoteles memiliki alasan
untuk melihat dalam postulasi elemen atomis yang kadang-
kadang dia identifikasi sebagai "pleno dan kekosongan" di lain
waktu sebagai "benda tak terpisahkan" "bentuk" atau "zat
kecil". Pengenalan kekosongan, bahkan jika ini mungkin bukan
fungsi awalnya yang dimaksudkan, memecahkan masalah
menjelaskan keberagaman dan memutus kesinambungan.
Atom-atom, sebagai penyusun utama realitas, akan berada di
dalam arti tertentu, kesatuan dasarnya, setiap atom secara
individual sesuai dengan satu. Teori atom, bagi Aristoteles,
tampaknya kekurangan sesuatu yang membuatnya mampu
menjelaskan perbedaan spesifik senyawa. Menurut Pierre
Marie-Morel menjadikan atom dan kehampaan sebagai satu-
satunya unsur alam, para atomis menurunkan badan majemuk
ke status agregat sementara tanpa kesatuan nyata. Tetapi
justru dari kritik Aristoteles terhadap kurangnya substansi di
bidang senyawa (atau penolakan status substansi ke senyawa)
orang dapat melihat sifat atau karakteristik tertentu dari
senyawa tersebut terutama disebabkan oleh gerak atom dan
hubungan atom di dalam senyawa.
Aristoteles menolak karena berpandangan bahwa materi
merupakan satu kesatuan yang utuh (kontinu) dapat dibagi
menjadi bagian sekecil-kecilnya tanpa batas dan tidak ada

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 317


kehampaan di alam semesta (ruang hampa). Jagad raya terdiri
dari empat elemen penyusun, yaitu tanah, api, udara dan air.
Dalam atomisme Leucippos dan Democritos, sebagaimana
ditransmisikan oleh Aristoteles, unsur adalah atom dan yang
lainnya adalah senyawa atom. Menurut Aristoteles, dalam
atomisme Leucipos dan Democritos ada yang bisa kita sebut
teori perbedaan. Proses kimiawi (seperti yang dia bayangkan)
tidak akan terjadi nyata, tetapi hanya ekspresi agregasi dan
disagregasi atom yang bergerak dalam ruang hampa.
Perbedaan yang diamati dalam senyawa dan dibuktikan oleh
indra akan disebabkan oleh perbedaan antara atom dan posisi
relatifnya (Gomes et al., 2019). Pandangan para ahli filsafat
alam itu, terutama Aristoteles lebih diyakini di masyarakat,
karena popularitas dan kredibilitasnya. Hal ini berlangsung,
terutama sampai abad pertengahan (27 SM- 476 M) atau abad
kegelapan (di Eropa). Sedangkan konsep atom Leucippos dan
Democritos tidak dihiraukan orang. Aristoteles dianggap
sebagai ahli filsafat Yunani yang terbaik saat itu. Gagasannya
sangat luas dalam berbagai bidang dan dituliskannya dalam
bentuk buku yang berkaitan dengan perkembangan
pengetahuan seperti astronomi, biologi, metafisika, hukum,
politik, logika, etika dan estetika. Buku-bukunya dijadikan
bahan acuan dalam waktu yang lama (bahkan konsep logika
masih dianut hingga sekarang).
Pada Abad kegelapan di Eropa, umumnya
perkembangan sains dan teknologi mengalami hambatan. Hal
ini, karena saat itu pemikiran para saintis, terkungkung oleh
ajaran agama Katolik ortodoks, yang mengikat kebebasan
berpikir tentang keduniawian, terutama ilmu pengetahuan.
Pemikiran yang nampaknya bertentangan dengan ajaran
agama, dianggap sebagai kesalahan dan dosa yang harus
ditebus dengan hukuman fisik bahkan dengan nyawa.

318 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Paradigma Aristotelian masih diakui, karena dianggap tidak
bertentangan dengan ajaran agama.

15.4. Sejarah perkembangan dan pergeseran teori


atom pasca Leukippos Democritos
Temuan baru mengenai gejala kelistrikan mengubah
paradigma bahwa atom merupakan partikel bagian terkecil dari
materi, karena dapat dibuktikan adanya partikel sub atom
seperti proton, elektron dan netron. Beberapa studi yang
intensif yang dilakukan membawa ke dalam suatu babak baru
penyelidikan mengenai atom.

15.4.1. John Dalton.


Gagasan konsep atom yang dikemukakan Dalton
dipandang sebagai kelanjutan pandangan filosof atomik,
meskipun terdapat sedikit perbedaan dalam landasan
berpikirnya. Beberapa gagasan yang dituangkan Dalton
dilandasi oleh fakta-fakta empiris berlandaskan eksperimen
yang dilakukan oleh saintis lain sedangkan pandangan filosof
tentang atom seluruhnya berupa refleksi kritis terhadap
fenomena alam. Revolusi pemikiran konsep atom, terjadi
karena teori atom Dalton tidak dapat diverifikasi, banyak
anomali yang berkenaan dengan hal itu, sehingga
menimbulkan serangkaian krisis, terutama akibat penemuan-
penemuan di bidang kelistrikan dan gejala radioktivitas.
Pada tahun 1803, John Dalton mengemukakan
pendapatnya tentang atom dikenal dengan teori atom Dalton.
Dalton menjelaskan bahwa benda terdiri atas atom-atom yang
tidak dapat diuraikan lagi. Setiap unsur terdiri atas atom-atom
yang membentuk senyawa. Atom-atom dari satu unsur akan
sama, tetapi akan berbeda dari atom-atom unsur lain. Dalton
menetapkan berat atomik atom-atom dari 21 unsur yang ia

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 319


temukan pada masa itu. Senyawa terbentuk jika atom dari
berbagai unsur bergabung dalam komposisi yang tetap.
Hipotesis Dalton digambarkan dengan model atom sebagai
bola pejal.

Gambar 15.1. Model Atom Dalton


(Encyclopaedia Britannica Inc, 2012)

Teori atom Dalton:


a. Unsur-unsur terdiri dari atas partikel yang luar biasa kecil
yang tidak dapat dibagi kembali (disebut atom). Dalam
reaksi kimia, mereka tidak dapat diciptakan, dihancurkan
atau diubah menjadi jenis unsur yang lain.
b. Semua atom dalam unsur yang sejenis adalah sama oleh
karena itu memiliki sifat-sifat yang serupa seperti massa
dan ukuran.
c. Atom dari unsur-unsur yang berbeda jenis memiliki sifat-
sifat yang berbeda pula.
d. Senyawa dapat dibentuk ketika lebih dari satu jenis unsur
yang digabungkan.
Pada perkembangan selanjutnya ditemukan kelemahan
dari teori atom Dalton, setelah ditemukan berbagai fakta yang
tidak dapat dijelaskan oleh teori tersebut, antara lain:
a. Tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi
b. Tidak dapat menjelaskan cara atom-atom saling berikatan
c. Model atom Dalton tidak dapat menjelaskan perbedaan

320 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


antara atom unsur yang satu dengan unsur yang lain.
Dalam perkembangan ilmiah teori atom Dalton ditinjau
kembali namun Ia tetap dianggap sebagai pencetus teori atom
modern karena teorinya mampu menjelaskan Hukum
kekekalan massa Lavoisier dan Hukum perbandingan tetap
Proust (Sudarmin, 2016).

15.4.2. Thomson dan teori atommnya


Sifat-sifat sinar katoda pertama kali dipelajari secara
intensif, terutama oleh J.J. Thomson (1856-1940) dan timnya
pada laboratorium Cavendish di Cambridge-Britain pada tahun
1897 yang menyelidiki sifat-sifat alami sinar katoda.
Penyelidikan sifat-sifat sinar katoda yang dilakukan Thomson
adalah dengan mendekatkan medan listrik ke tabung kaca
bermuatan. Ternyata sinar yang mulanya bergerak lurus
menjadi berbelok mendekati medan listrik yang bermuatan
positif. Kenyataan ini membuatnya berkesimpulan bahwa sinar
katoda itu bermuatan listrik negatif. Ia juga menyimpulkan
bahwa sinar katoda itu suatu materi setelah mengamati sinar
katoda dapat memutar baling-baling yang ditaruh di dalam
tabung.
Berdasarkan rangkaian penemuannya itu
Thomson mengkaji struktur atom dan menyimpulkan pada
tahun 1904 bahwa atom merupakan sebuah bola yang kompak
yang bermuatan listrik positif dan elektron tersebar di antara
muatan positif tersebut dalam jumlah yang sama, seluruh
massa atom ditentukan oleh jumlah massa elektron. Pada akhir
abad ke-19, elektron ditemukan oleh Thomson, dan orang
mulai berpikir bahwa atom berstruktur, artinya dapat dipecah-
pecah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Pada periode yang
sama ketika Ostwald dan beberapa ahli kimia fisik lainnya
meragukan keberadaan atom, Thomson menyelidiki

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 321


kemungkinan bahwa atom terdiri dari partikel yang lebih kecil
(Kragh, 2019). Menurut Thomson bentuk atom menyerupai
agar-agar tersusun dari muatan listrik positif dan negatif.
Muatan positif menyebar secara merata dalam bulatan yang
merupakan atom dan elektron terdapat di dalamnya. Thomson
merumuskan teorinya ‗‗atom merupakan sebuah bola kecil
yang bermuatan positif dan di permukaannya tersebar elektron
yang bermuatan negatif”. Model ini disebut juga model roti
kismis karena mirip dengan roti yang ditaburi kismis.

Gambar 15.2. Model atom Thomson


(Encyclopaedia Britannica Inc, 2012)

Kelebihan teori atom Thomson dapat membuktikan


adanya partikel lain yang bermuatan negatif dalam atom.
Berarti atom bukan merupakan bagian terkecil dari suatu unsur.
Teori ini memiliki kelemahan yaitu tidak menjelaskan
kedudukan elektron, hanya mengatakan bahwa elektron berada
dipermukaan karena ditarik oleh muatan positifnya.

15.4.3. Model atom Rutherford


Pada tahun 1911, Rutherford melakukan eksperimen
penembakan sinar alfa terhadap sebuah sasaran sebuah
lempeng emas yang amat tipis. Ditunjukkannya ada sebagian
kecil sinar alfa dipantulkan dan dibelokkan serta sebagian

322 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


besar diteruskan. Setelah mengkaji lagi fenomena refleksi dari
Geiger dan Marsden (pada tahun yang sama), Rutherford
mencoba menerangkan fakta-fakta itu, yakni apabila sebagian
besar sinar diteruskan, artinya sebagian besar atom-atom
terdiri dari ruang kosong. Ada sebagian sinar yang dipantulkan
, ini berarti di dalam atom terdapat bagian yang rapat dan
padat. Sedangkan sinar dibelokkan, artinya sinar a melewati
bagian dari lempeng logam yang bermuatan positif dan
dibelokkan arahnya, karena tertolak muatan yang sama.
Rutherford telah berjasa mengenalkan konsep lintasan atau
kedudukan elektron.
Dari eksperimen itu akhirnya Rutherford menyusun
model atom, yaitu: ―Atom tersusun dari inti atom yang pusat
massanya bermuatan positif dan kulit yang tersusun dari
elektron dan bergerak mengelilingi atom”.

Gambar 15.3. Model Atom Rutherford


(Encyclopaedia Britannica Inc, 2012)
Model atom Rutherford sejalan dengan gagasan umum
yang berlaku saat itu, yaitu atom diserupakan dengan miniatur
sistem tata surya dimana elektron sebagai planet dan ruang
kosong di dalam atom harus sebanding dengan besarnya
ruang kosong di angkasa. suatu inti yang berat atau matahari
berada di pusat dengan planet-planet elektron yang lebih

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 323


ringan berputar mengelilinginya. Rutherford juga dapat
memperkirakan ukuran inti atom yaitu kurang lebih 10 -13 cm
dan ukuran atom kurang lebih 10-8 cm. Dalam teori planet
elektron ini, prekonsepsi yang ditanamkan dalam pikiran adalah
fisika Newtonian, karenanya penjelasan atas fakta-fakta
dengan model atom ini dilakukan dengan pendekatan fisika
klasik Newtonian pula (Keenan et al., 1980). Belum diterimanya
konsep Rutherford juga sangat berkaitan erat dengan
paradigma mekanika klasik Newtonian dan teori gelombang
elektromagnetiknya Maxwell yang masih bertahan hingga ahir
abad-19. Berdasarkan hasil eksperimen, Rutherford
menyatakan bahwa atom terdiri atas inti atom yang bermuatan
listrik positif dan dikelilingi oleh elektron-elektron yang
bermuatan listrik negatif.
Model atom Rutherford serupa dengan miniatur tata
surya. Kelebihan teori atom Rutherford yaitu membuat hipotesa
bahwa atom tersusun dari inti atom dan elektron yang
mengelilingi inti. Elektron mengelilingi inti atom sehingga dapat
memberikan inspirasi pada penemuan baru berikutnya yaitu
tentang lintasan/kedudukan elektron yang selanjutnya dikenal
sebagai kulit elektron. Meskipun model ini dianggap cukup baik
namun model ini membuat atom tak stabil. Hal itu karena
elektron bermuatan listrik, sehingga gerakannya yang
melingkar akan memancarkan energi dalam bentuk radiasi
elektromagnetik. Jika hal itu terjadi maka akan terjadi
pengurangan energi elektron terus menerus, sehingga elektron
akan ambruk ke dalam inti.Sehingga dapat dikatakan
kelemahan teori atom Rutherford yaitu tidak dapat menjelaskan
mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan
teori gerak, apabila elektron bergerak mengitari inti disertai
pemancaran energi maka lama – kelamaan energi elektron

324 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


akan berkurang dan lintasannya makin lama akan mendekati
inti dan jatuh ke dalam inti

15.4.4. Neils Bohr dan teori atomnya


Pada tahun 1913, Neils Bohr memperbaiki kegagalan
atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum
atom hidrogen. Berdasarkan hasil percobaannya Bohr
memberikan gambaran keadaan/kedudukan orbit elektron
dalam menempati daerah di sekitar inti atom. Menurut Bohr
elektron mengelilingi inti atom pada orbit tertentu, hanya
terdapat orbit dalam jumlah tertentu dan perbedaan antar orbit
satu dengan yang lain adalah jarak orbit dari inti atom.
Keberadaan elektron baik di orbit yang rendah maupun yang
tinggi sepenuhnya tergantung oleh tingkatan energi elektron.
Sehingga elektron di orbit yang rendah akan memiliki energi
yang lebih kecil daripada elektron di orbit yang lebih tinggi.
Bohr mengajukan model atom yang mirip dengan model atom
Rutherford dengan menambahkan postulat (dalil) bahwa
lintasan elektron tidak sebarang melainkan mengikuti jalur-
jalur tertentu yang diatur berdasarkan postulat itu. Bohr
menganggap atom sebagai sistem planet mikroskopis
(Taltavull, 2018). Bohr merumuskan teori atom yang disebut
teori atom Bohr yaitu sebagai berikut:
a. Atom terdiri atas inti bermuatan positif
b. Elektron bergerak mengelilingi inti dalam lintasan tertentu
c. Elektron dalam lintasannya tidak menyerap atau
memancarkan energi, karena tiap lintasan mempunyai
tingkat energi tertentu
d. Jika elektron pindah lintasan, maka terjadi perubahan
energi sebesar
ΔE = E2 – E1
e. E2 dan E1 energi lintasan pada tingkat rendah dan tinggi

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 325


Gambar 15.4. Model atom Neils Bohr
(Encyclopaedia Britannica Inc, 2012)

Teori atom dapat dengan jelas menerangkan garis


spektrum emisi dan absorbsi dari atom hidrogen. Cahaya akan
diserap atau dipancarkan pada frekuensi tertentu yang khas
sebagai akibat perpindahan elektron dari satu orbit ke orbit
yang lain. Suatu atom yang berada pada keadaan stabil
mempunyai energi terendah yang disebut tingkat dasar.
Gagasan tentang elektron mengitari inti dalam orbit tertentu
seperti halnya bulan mengitari matahari mudah dimengerti
orang sehingga teori atom Bohr dapat diterima. Namun lama
kelamaan disadari bahwa teori ini tidak dapat menjelaskan
banyak hal. Jika atom ditempatkan dalam medan magnet
dijumpai medan emisi yang lebih rumit. Peristiwa ini yang
disebut efek Zeeman yang Model atom Bohr ini dapat
disejajarkan dengan model tata surya menurut Keppler. Bohr
dan Keppler sama-sama telah menemukan hukum-hukumnya,
namun belum menemukan teori yang secara komprehensif
dapat menggambarkan modelnya. Bohr ini adalah mencari
keterangan baru bagaimana posisi elektron di sekeliling atom.
Niels Bohr memulainya dengan mempelajari secara intensif
spektrum atom (khususnya spektrum atom hidrogen) dan
menerapkan teori kuantum Max Planck untuk menjelaskannya.

326 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


konsep-konsep yang mendukung teori atom Bohr tentang
spektrum atom.
Gejala spektrum atau pembiasan sinar dapat diamati
secara langsung dengan melewatkan seberkas sinar matahari
melalui sebuah prisma. Keluar dari prisma terjadi penguraian
sinar matahari menjadi berbagai panjang gelombang sinar,
yaitu sinar merah. , oranye, kuning, hijau, biru dan violet.
Penyelidikan terhadap spektrum hidrogen penting sekali dalam
kaitannya dengan struktur atom. Spektrum hidrogen ini terdiri
dari beberapa garis spektrum yang dapat digolongkan dalam
kelompok tertentu. Terdapat 5 seri spektrum yang diberi nama
sesuai dengan nama penemunya yaitu seri Balmer, seri
Lyman, seri Paschen, seri Bracket, dan seri Pfund.
Terjadinya revolusi dari fisika klasik ke fisika modern,
yaitu berubahnya pandangan mekanika Newtonian dan teori
gelombang Maxwell menjadi paradigma teori kuantum Max
Planck, memberikan sumbangan pemikiran yang menghasilkan
paradigma baru teori atom, yaitu teori atom Bohr. Teori ini
mendapat perluasan pemikiran dari Sommerfield untuk
menerangkan fakta-fakta yang tidak dapat dijelaskan dengan
baik oleh Bohr.
Keberatan terhadap model atom Bohr-Sommerfield
lebih banyak dilakukan oleh saintis fisika, bagi kebanyakan
saintis kimia model atom ini cukup handal untuk menerangkan
gejala-gejala kimiawi, seperti sifat-sifat ikatan kimia,
penggabungan atom-atom dan sistem periodik unsur. Yang
menjadi keberatan, sehingga timbul baru teori atom mekanika
kuantum (mekanika gelombang) adalah faham determinisme
yang melandasi pemikiran model atom Bohr dan juga
perluasannya oleh Sommerfield (Teori atom Bohr-
Sommerfield).

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 327


15.4.5. Teori atom modern
Salah satu keberatan terhadap model atom Bohr ialah
bahwa model ini didasarkan atas beberapa anggapan yang
bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku pada waktu
itu. Oleh karena itu sulit sekali menerimanya tanpa disertai
dengan suatu penjelasan mengenai keterbatasan-
keterbatasannya. Menurut model atom Bohr, elektron
digambarkan sebagai suatu partikel yang bergerak dengan
lintasan yang mengikuti aturan-aturan mekanika sederhana.
Padahal sebenarnya gerakan elektron jauh lebih rumit dan
sama sekali tidak dapat digambarkan bentuk lintasannya
berupa lingkaran atau elips.
Maurice de Broglie seorang fisikawan asal perancis
memberitau saudaranya Louis de Broglie tentang fenomena
cahaya yang bias berprilaku seperti gelombang dan partikel.
Louis de Broglie kemudian mengusulkan bahwa sifat dualisme
partikel gelombang tidak hanya dimiliki oleh cahaya tetapi juga
materi (Wayan, 2019). Pada tahun 1924, Louis de Brogle
mengemukakan, bahwa materi yang bergerak mempunyai sifat-
sifat gelombang ; artinya elektronpun mempunyai sifat
gelombang seperti halnya cahaya. Model atom yang paling
mutakhir adalah model yang dibangun menurut teori kuantum
yang diformulasikan dalam bentuk persamaan gelombang yang
ditemukan oleh Schrodinger. Dengan menggunakan mekanika
gelombang ini dapat dirumuskan bentuk kuantisasi energi yang
mampu menjelaskan postulat Bohr sehingga memberikan
gambaran yang lebih komprehensif terhadap model atom Bohr.
Menurut teori kuantum, atom tidak lagi diwujudkan dalam
bentuk objek yang dapat dibayangkan secara intuitif,
melainkan dinyatakan secara total matematis. Diperkenalkan
konsep fungsi gelombang sebagai suatu fungsi bernilai
kompleks dengan variabel bebasnya berupa titik-titik dalam

328 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


ruang spasial berdimensi tiga. Jadi fungsi gelombang
merupakan sebaran bilangan kompleks dalam ruang. Atom
diwujudkan dalam fungsi gelombang, karena itu tidak dapat
dibayangkan sebagai suatu struktur fisis, melainkan sebagai
struktur matematis. Atom bukanlah inti yang dikitari oleh
sejumlah elektron, melainkan sebaran bilangan kompleks
dalam ruang spasial berdimensi tiga (Bama, 2015).
Berbeda dengan fungsi gelombang, Asas Ketidakpastian
Heisenberg samasekali tidak membicarakan probabilitas,
walaupun sama-sama mengandung elemen ―ketidakpastian‖.
Sebenarnya dasar berpikir antara keduanya sangat berbeda.
Dalam Asas Ketidakpastian Heisenberg, ―ketidakpastian‖
terjadi dalam konteks pengukuran. Bagaimanapun telitinya
suatu pengukuran dilakukan, pasti terdapat ketidakakuratan
dalam skala tertentu. Menurut teori atom mekanika kuantum,
posisi elektron dalam mengelilingi inti atom tidak dapat
diketahui secara pasti sesuai prinsip ketidakpastian
Heisenberg. Oleh karena itu, kebolehjadian (peluang) terbesar
ditemukannya elektron berada pada orbit atom tersebut.
Dengan kata lain, orbital adalah daerah kebolehjadian terbesar
ditemukannya elektron dalam atom.

15.5 Nilai Aksiologi Teori Atom Leucippos


Democritos
Democritos menguraikan teori atom, dapat memprediksi
perubahan cuaca, dan membedah berbagai hewan sepanjang
karirnya sebagai filsuf alami. Berniat menemukan
kebijaksanaan, ia menghabiskan seluruh warisannya bepergian
dan belajar. Selama perjalanannya ia mengunjungi Mesir,
Ethiopia, Persia, dan India. Ketika uangnya habis, ia pulang ke
Abdera, tempat saudaranya membawanya. Democritos menjadi
terkenal karena pengetahuannya tentang dunia fisik. Dia ingin

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 329


menjelaskan dunia dalam istilah alami dan tanpa mengacu
pada mistisisme dogmatis. Dalam perluasan teori atomnya, ia
mempertahankan sifat atom yang tidak dapat dipisahkan
karena ia mengklaim tidak mungkin membagi materi
adinfinitum . Dia berpendapat setiap atom memiliki kerapatan
yang sebanding dengan volumenya, dan dia mengklaim
kekosongan (ruang kosong) abadi dalam keberadaannya.
Democritos percaya bahwa alam terdiri dari atom-atom
yang jumlahnya tak terhingga dan beragam. Sebagian bulat
dan mulus, yang lain tak beraturan dan bergerigi. Karena saling
berbeda itu, mereka dapat menyatu menjadi berbagai bentuk
yang berlainan. Namun, meskipun jumlah dan bentuk mereka
mungkin tak terbatas, mereka semua kekal, abadi, dan tak
terbagi. Selain itu, atom juga dipandang sebagai yang tidak
dijadikan, tidak dapat dimusnahkan, dan tidak berubah yang
terjadi pada atom adalah gerak, karena itu Democritos
menyatakan bahwa prinsip dasar alam semesta adalah atom-
atom dan kekosongan. Democritos membandingkan gerak
atom dengan situasi ketika sinar matahari memasuki kamar
yang gelap gulita melalui retak-retak jendela. Di situ akan
terlihat bagaimana debu bergerak ke semua jurusan, walaupun
tidak ada angin yang menyebabkannya bergerak. Dengan
demikian, tidak diperlukan prinsip lain untuk membuat atom-
atom itu bergerak. Adanya ruang kosong sudah cukup
membuat atom-atom bergerak.
Democritos sependapat dengan Herakleitus, yang
berpendapat bahwa anasir yang utama adalah api (Hatta,
1986). Api itulah yang paling sempurna dan paling mudah
bergerak. Ia terdiri daripada atom yang sangat halus, licin dan
bulat. Ialah yang menjadi dasar bergerak dalam segala yang
hidup. Atom api itu adalah jiwa. Jiwa itu tersebar ke seluruh
badan kita. Diantara tiap-tiap dua atom terdapat atom jiwa, dan

330 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


atom jiwa inilah yang menjadi sebab bergerak. Dalam tiap
anggota tubuh kita atom jiwa itu mempunyai jabatan yang
tertentu. Begitulah otak tempat pikiran, jantung tempat amarah,
dan juga hati tempat cinta atau keinginan.
Waktu menarik napas, kita tarik atom jiwa dari udara, dan
waktu menghembuskan napas, kita tolak ia keluar. Kita hidup
hanya selama kita bernapas. Demikianlah Democritos
memudahkan soal jiwa sebagai soal gerakan atom saja. Alam
pandangannya tak lain daripada atom dan ruang yang kosong.
Selain itu, penghilatan dan perasaan juga timbul dari gerakan
atom.
Suatu yang tampak oleh mata kita, karena atom barang-
barang itu, yang tidak berhenti bergerak, menyentuh atom api
yang ada dalam mata kita. Karena persinggungan itu
tergambarlah barang itu di muka kita. Tetapi menurut
pendapatnya, penglihatan itu tidak memberikan pengetahuan
yang sebenarnya. Penglihatan tidak hanya bergantung kepada
benda-benda di luar kita, tetapi berpengaruh juga oleh gerak
atom api dalam mata kita. Dengan penglihatan saja tidak
tampak segala gerak atom itu serta dengan perhubungannya.
Yang dapat diketahui dengan panca indera kita hanya sifatnya
Tentang manusia, Democritos berpandangan bahwa
manusia juga terdiri dari atom-atom. Jiwa manusia
digambarkan sebagai atom-atom halus. Atom-atom ini
digerakkan oleh gambaran-gambaran kecil atas suatu benda
yang disebut eidola. Dengan demikian muncullah kesan-kesan
indrawi atas benda-benda tersebut.
Menurut pendapat Democritos, penglihatan itu tidak
memberikan pengetahuan yang sebenarnya, karena
penglihatan tidak dipengaruhi oleh benda-benda di luar kita,
akan tetapi dipengaruhi oleh gerak atom api dalam mata kita.
Sebab itu pandangan kita bersifat subyektif, dan benar untuk

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 331


kita sendiri saja. Pandangan orang lain tidak serupa dengan itu,
karena pengetahuan yang sahih tidak terdapat dalam
penglihatan tetapi terdapat dalam pikiran.
Democritos, sebagai ahli ilmu alam, yang menyusun
pengetahuannya dari pengalaman, tidak dapat menafikan
pengalaman. Pengalaman itu adalah suatu barang yang nyata
baginya, sekalipun tidak membawa pengetahuan yang sahih.
Jika tidak ada pengalaman maka tidak akan tercapai
pengetahuan. Bagi Democritos, ada hubungan tertentu antara
penglihatan dengan pikiran. Penglihatan tidak pernah sampai
ke dalam lentera atom yang sehalus-halusnya, sedangkan
pikiran mampu melihatnya. Tetapi sebaliknya, pikiran hanya
mampu didapat dari penglihatan. Penglihatan itu menghasilkan
barang dalam pikiran. Kalau tidak ada penglihatan maka tidak
ada pikiran. Demikianlah cara Democritos dalam menjembatani
antara penglihatan yang tidak menghasilkan kebenaran dan
pikiran yang bisa mencapai kebenaran. Tetapi di sini tampak
kesulitannya jika pikiran tergantung kepada penglihatan,
sedangkan penglihatan tidak membawa kebenaran yang sahih.
Masalah jiwa, Democritos tidak percaya pada kekuatan
atau jiwa yang dapat ikut campur dalam mengatur alam, dan
lagi menurutnya, satu-satunya benda yang ada hanya atom
dan ruang hampa. Karena dia tidak mempercayai apapun
kecuali benda-benda material. Democritos yakin bahwa jiwa
tersusun dari ―atom-atom jiwa‖ yang halus dan bulat. Jika
seorang manusia meninggal, atom atom jiwa itu terbang
kesegenap penjuru dan selanjutnya menjadi bagian dari
formasi atau bentuk jiwa yang baru.Ini berarti bahwa manusia
tidak memiliki jiwa yang kekal. Jiwa ada hubungannya dengan
otak. Manusia tidak memiliki bentuk kesadaran apapun ketika
otak itu hancur bersama dengan hancurnya jasad manusia
(Yusro, 2018).

332 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


BAB 16
PERGESERAN PARADIGMA MEKANIKA
KLASIK MENJADI MEKANIKA KUANTUM
Kasmui
Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNNES,
Sekaran, Gunungpati, Semarang
Email: kasmui@mail.unnes.ac.id

16.1 Deskripsi Materi


Thomas S. Kuhn (2012) dalam The Structure of
Scientific Revolution menyatakan bahwa semua loncatan-
loncatan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan
adalah akibat perbaikan atau pergeseran paradigma
mekanika klasik Newton. Semakin meluasnya aplikasi
paradigma Newton, akan tampak semakin banyak kekurangan
yang ada dalam paradigma tersebut dan makin banyak
dijumpai masalah baru yang tidak bisa diselesaikan oleh
paradigma itu. Hal ini dapat kita perhatikan sampai dengan
munculnya sebuah paradigm relativitas yang dipelopori oleh
Albert Einstein. Einstein bermaksud untuk mengeser
paradigma Newton dengan alasan paradigma tersebut tidak
mampu menggambarkan seluruh realitas fisik yang mencoba
diwakilinya. Sebaliknya paradigma Eistein ternyata lebih
lengkap, lebih umum, lebih akurat dan lebih komprehensif.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 333


Dengan kata lain, paradigma Newton merupakan salah satu
bagian saja yang terwakili dari paradigma Einstein.
Pergeseran paradigm Newton ke Einstein adalah sejarah
sukses besar karena Einstein yang memberikan kontribusi
yang mengubah dunia sepanjang abad ke-20.

16.2 Hakikat Dogma Mekanika Klasik (Mekanika


Newton) Menurut Literatur
Mekanika klasik adalah studi tentang benda-benda
makroskopik. Pergerakan dan statika benda m a k r o s k o p i k
dapat dijelaskan ekanika klasik. Mekanika klasik memiliki tiga
cabang berbeda, yaitu mekanika Newton, mekanika
Lagrangian, dan mekanika Hamilton. Ketiga cabang ini
didasarkan pada metode matematika dan jumlah yang
digunakan untuk mempelajari gerak. Sebagai contoh,
mekanika Newton menggunakan vektor seperti perpindahan,
kecepatan, dan percepatan untuk mempelajari gerak objek,
sedangkan mekanika Lagrangian menggunakan persamaan
energi dan laju perubahan energi untuk belajar. Metode yang
tepat dipilih tergantung pada masalah yang harus dipecahkan.
Mekanika klasik diterapkan di tempat-tempat seperti gerakan
planet, proyektil, dan sebagian besar peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam mekanika klasik, energi
diperlakukan sebagai kuantitas kontinu. Suatu sistem dapat
mengambil sejumlah energi dalam mekanika klasik.
Ciri utama dari mekanika klasik sebagai berikut:
1) Sifatnya yang masuk akal dan deterministik,
a) gejala-gejala dapat diukur dengan derajat kepastian
yang cukup tinggi, sehingga kejadian-kejadian yang ada
memiliki peluang yang tetap. Jika ada informasi yang
cukup (misal kondisi awal) tentang sistem yang

334 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


diberikan, maka kita dapat memprediksi masa
depannya dengan tepat.
b) Eksistensi partikel dipandang sebagai sesuatu yang
terkurung di dalam ruang. Istilah terkurung dimaksudkan
adanya batas antara materi dan sesuatu di luar dirinya
atau lingkungannya.
c) Menurut mekanika klasik, setiap partikel memiliki posisi
dan momentum yang tepat, jadi jika ada N atom Neon
dalam tabung gas, maka dapat diketahui dengan pasti
posisi dan momentum masing-masing, pada prinsipnya
bisa digambarkan jejak partikel sepenuhnya untuk
semua waktu. Seseorang selalu dapat menemukan
realitas fisik dari suatu sistem atau objek tertentu yang
tidak tergantung pada pengamat.

2) Common sense
a) Sesuai dengan pengamatan atau pemikiran
kebanyakan orang, pengamatan yang cermat
(fenomena makroskopik) dan penalaran matematis
sederhana. Mekanika klasik mampu menggambarkan
perilaku benda makroskopik, yang memiliki kecepatan
relatif kecil dibandingkan dengan kecepatan cahaya.
b) Konsekuensi dari sifat common sense adalah materi
seperti elektron dan atom diperlakukan sebagai partikel,
sedangkan cahaya dan bentuk-bentuk lain dari radiasi
elektromagnetik diperlakukan sebagai gelombang.
c) Kuantitas fisik (energi, momentum, putaran) dapat
dianggap sebagai variabel kontinu. Dalam mekanika
klasik diasumsikan sistem berevolusi dengan mulus,
tanpa lompatan atau interupsi. Perilaku seperti itu
dikatakan kontinu.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 335


16.3 Pergeseran Paradigma dari Mekanika Klasik
ke Mekanika Kuantum
Mekanika klasik mampu menjelaskan secara baik
fenomena makroskopik yang ada di alam, tetapi tidak mampu
menjelaskan secara baik tentang berbagai fenomena
mikroskopik yang teramati, diantaranya radiasi benda hitam,
efek fotolistrik, kestabilan atom, spektoskopi, dan lain
sebagainya yang muncul sekitar akhir abah ke-19 dan
permulaan abad ke-20.
Kegagalan teori mekanika klasik dapat dilihat dari
penjelasan fenomena berikut:
1) Mekanika klasik tidak mampu menjelaskan mengapa
benda dapat memancarkan cahaya ketika dipanaskan
sampai temperatur yang tinggi. Menurut mekanika klasik,
jumlah energi cahaya yang sebanding harus dihasilkan
pada semua frekuensi. Hal ini tidak hanya bertentangan
dengan pengamatan tetapi juga menyiratkan hasil yang
absurd bahwa energi total yang diradiasikan oleh benda
yang dipanaskan seharusnya tidak terbatas. Planck telah
memperkenalkan konstanta pada tahun 1900 dalam
formula yang menjelaskan radiasi cahaya yang
dipancarkan dari benda yang dipanaskan. Planck
mendalilkan bahwa energi hanya dapat dipancarkan atau
diserap dalam jumlah yang berbeda- beda, yang
disebutnya quanta (bahasa Latin untuk "berapa banyak").
Kuantum energi terkait dengan frekuensi cahaya dengan
konstanta fundamental baru, h. Ketika sebuah benda
dipanaskan, energi pancarannya dalam rentang frekuensi
tertentu, menurut teori klasik, sebanding dengan suhu
benda tersebut. Dengan hipotesis Planck, radiasi hanya
dapat dipancarkan dalam jumlah energi kuantum. Jika
energi radiasi lebih kecil dari kuantum energi, jumlah

336 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


cahaya dalam rentang frekuensi itu akan berkurang.
Rumus Planck menjelaskan dengan tepat radiasi dari
benda yang dipanaskan. Konstanta Planck memiliki
dimensi aksi, yang dapat dinyatakan sebagai satuan
energi dikalikan waktu, satuan momentum dikalikan
panjang, atau satuan momentum sudut. Misalnya,
konstanta Planck dapat ditulis sebagai h = 6,6 × 1023 joule
∙ detik.

2) Menurut mekanika klasik, partikel yang terus bergerak akan


terus memancarkan energi, kehilangan energi, sehingga
akan jatuh ke inti. Teori atom Rutherford bertentangan
dengan teori mekanika klasik. Fakta menunjukkan bahwa
elektron tetap berada pada lintasannya dan tidak jatuh ke
inti.
Pada tahun 1913 Bohr mengusulkan kuantitatifnya
model kulit atom (model atom Bohr) untuk menjelaskan
bagaimana elektron dapat memiliki orbit yang stabil di
sekitar inti. Gerakan elektron dalam model Rutherford
tidak stabil karena, menurut teori mekanika klasik dan
elektromagnetik, setiap partikel bermuatan yang bergerak
di jalur melengkung memancarkan radiasi elektro-
magnetik; dengan demikian, elektron akan kehilangan
energi dan berputar ke dalam inti.
Untuk mengatasi masalah stabilitas, Bohr
memodifikasi model Rutherford dengan mengharuskan
elektron bergerak dalam orbit dengan ukuran dan energi
tetap. Energi elektron bergantung pada ukuran orbit dan
lebih rendah untuk orbit yang lebih kecil. Radiasi hanya
dapat terjadi jika elektron melompat dari satu orbit ke orbit
lainnya. Atom akan benar-benar stabil dalam keadaan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 337


orbit terkecil, karena tidak ada orbit dengan energi yang
lebih rendah tempat elektron dapat melompat.
Titik awal Bohr adalah menyadari bahwa mekanika
klasik dengan sendirinya tidak akan pernah bisa
menjelaskan stabilitas atom. Sebuah atom stabil memiliki
ukuran tertentu sehingga setiap persamaan yang
menjelaskannya harus mengandung beberapa konstanta
fundamental atau kombinasi konstanta dengan dimensi
panjang. Konstanta fundamental klasik — yaitu, muatan
dan massa elektron dan inti — tidak dapat digabungkan
untuk membuat panjang. Bohr memperhatikan,
bagaimanapun, bahwa konstanta kuantum dirumuskan
oleh fisikawan Jerman Max Planck memiliki dimensi yang,
jika digabungkan dengan massa dan muatan elektron,
menghasilkan ukuran panjang. Secara numerik, ukuran
tersebut mendekati ukuran atom yang diketahui. Ini
mendorong Bohr untuk menggunakan Konstanta Planck
dalam mencari teori atom.
Menggunakan konstanta Planck, Bohr memperoleh
rumus yang akurat untuk tingkat energi atom hidrogen. Ia
mendalilkan bahwa momentum sudut elektron
terkuantisasi, yaitu ia hanya dapat memiliki nilai diskrit.
Dia berasumsi bahwa elektron mematuhi hukum
mekanika klasik dengan berkeliling inti dalam orbit
melingkar. Karena kuantisasi, orbit elektron memiliki
ukuran dan energi yang tetap.
Dengan modelnya, Bohr menjelaskan bagaimana
elektron dapat melompat dari satu orbit ke orbit lainnya
hanya dengan memancarkan atau menyerap energi
dalam kuanta tetap. Misalnya, jika sebuah elektron
melompat satu orbit lebih dekat ke inti, ia harus
memancarkan energi yang sama dengan selisih energi

338 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


kedua orbit. Sebaliknya, ketika elektron melompat ke orbit
yang lebih besar, ia harus menyerap kuantum cahaya
yang energinya sama dengan perbedaan dalam orbit.
Model Bohr menjelaskan kestabilan atom karena
elektron tidak dapat kehilangan energi lebih dari yang
dimilikinya di orbit terkecil, yang memiliki n = 1. Model
tersebut juga menjelaskan Rumus Balmer untuk garis
spektral hidrogen. Energi cahaya adalah perbedaan
energi antara dua orbit dalam rumus Bohr. Menggunakan
rumus Einstein untuk menyimpulkan frekuensi cahaya,
Bohr tidak hanya menjelaskan bentuk rumus Balmer
tetapi juga menjelaskan secara akurat nilai konstanta
proporsionalitas R .
3) Menurut mekanika klasik, permukaan benda hitam
memancarkan radiasi secara terus-menerus (kontinu),
hukum tersebut diturunkan dari hukum dasar mekanika
yang dikembangkan oleh Sir Isaac Newton.
Max Planck (1858-1947), fisikawan berkebangsaan
Jerman pada tahun 1900 M mempelajari radiasi benda
hitam. Awalnya Planck menggunakan pendapat mekanika
klasik tersebut, tetapi gagal untuk mendapatkan
persamaan matematika yang dicarinya. Max Planck mulai
dengan asumsi baru, bahwa permukaan benda hitam tidak
menyerap atau memancarkan energi secara kontinu,
melainkan berjalan sedikit demi sedikit dan bertahap-
tahap. Menurut Planck, benda hitam menyerap energi
dalam berkas-berkas kecil dan memancarkan energi yang
diserapnya dalam berkas-berkas kecil pula yang disebut
kuantum.
Dengan hipotesis yang revolusioner, Planck berhasil
menemukan suatu persamaan matematika untuk radiasi
benda hitam yang benar-benar sesuai dengan data

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 339


percobaan yang diperolehnya. Persamaan tersebut
selanjutnya disebut Hukum Radiasi Benda Hitam Planck
yang menyatakan bahwa intensitas cahaya yang
dipancarkan dari suatu benda hitam berbeda-beda sesuai
dengan panjang gelombang cahaya. Planck mendapatkan
suatu persamaan:
E = hf
yang menyatakan bahwa energi suatu kuantum (E) adalah
setara dengan nilai tetapan tertentu yang dikenal sebagai
Tetapan Planck (h), dikalikan dengan frekuensi (f) kuantum
radiasi.
Hipotesis Planck yang bertentangan dengan teori klasik
tentang gelombang elektromagnetik ini merupakan titik awal
dari lahirnya teori kuantum yang menandai terjadinya
revolusi dalam bidang fisika.
4) Efek fotolistrik Einstein.
Efek fotolistrik merupakan fenomena fisika berupa pancaran
elektron dari permukaan benda apabila cahaya dengan
energi tertentu menimpa permukaan benda itu. Semua
logam dapat menunjukkan fenomena ini.
Untuk membuktikan hipotesis Planck, Einstein melakukan
eksperimen efek fotolistrik dengan menembakkan cahaya
pada permukaan logam Natrium dan mengamati partikel-
partikel atau elektron-elektron pada permukaan logam
terhambur dengan kecepatan tertentu. Elektron-elektron
terhambur ini memiliki energi kinetik sebesar ½ mv2, dimana
m adalah masa elektron dan v adalah kecepatan elektron
yang terhambur.
Peristiwa pergerakan elektron dengan kecepatan
tertentu ini merupakan sifat dari partikel, sehingga dikatakan
bahwa gelombang cahaya dapat berperilaku seperti partikel.
Namun hanya cahaya dengan frekuensi/energi tertentu

340 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


yang mampu menghamburkan elektron-elektron pada
permukaan logam Natrium, yaitu energi foton harus sama
dengan energi yang diperlukan untuk memindahkan
elektron (fungsi kerja logam) ditambah dengan energi
kinetik dari elektron yang terhambur, penjelasannya
tersebut memperoleh perhatian luas di kalangan fisikawan.
Hipotesis Planck revolusioner tetapi terbukti benar, karena
itu Planck dianggap sebagai Bapak Mekanika
Kuantum yang telah mengalihkan perhatian penelitian dari
dunia makroskopik yang mempelajari objek-objek tampak
ke dunia mikroskopik yang mempelajari objek-objek sub-
atomik.
5) Menurut mekanika klasik, cahaya dan bentuk-bentuk lain
dari radiasi elektromagnetik diperlakukan sebagai
gelombang.
Hamburan Compton, ditemukan oleh Arthur Holly
Compton adalah hamburan foton oleh partikel bermuatan,
biasanya elektron. Jika itu menghasilkan penurunan energi
(peningkatan panjang gelombang) dari foton (yang mungkin
merupakan X-ray atau gamma ray foton), hal itu disebut efek
Compton . Sebagian energi foton ditransfer ke elektron
rekoiling. Hamburan Compton terbalik terjadi ketika
partikel bermuatan mentransfer sebagian energinya ke foton.
Ketika berkas sinar-X diarahkan ke material target, beberapa
berkas dibelokkan, dan sinar-X yang tersebar memiliki
panjang gelombang yang lebih besar dari berkas aslinya.
Fisikawan Arthur Holly Compton menyimpulkan bahwa
fenomena ini hanya dapat dijelaskan jika sinar-X dipahami
terdiri dari berkas atau partikel diskrit, yang sekarang disebut
foton, yang kehilangan sebagian energinya dalam tabrakan
dengan elektron dalam bahan target dan kemudian tersebar
pada energi yang lebih rendah.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 341


Penemuan efek Compton berpengaruh signifikan
karena menunjukkan bahwa cahaya tidak dapat dijelaskan
hanya sebagai fenomena gelombang. Hamburan Thomson,
teori mekanika klasik gelombang elektromagnetik
yang dihamburkan oleh partikel bermuatan, tidak dapat
menjelaskan pergeseran panjang gelombang pada intensitas
rendah: secara mekanika klasik, cahaya dengan intensitas
yang cukup untuk medan listrik untuk mempercepat partikel
bermuatan ke kecepatan relativistik akan menyebabkan
radiasi- tekanan mundur dan pergeseran Doppler terkait dari
cahaya yang tersebar, tetapi efeknya akan menjadi sangat
kecil pada intensitas cahaya yang cukup rendah terlepas dari
panjang gelombang. Jadi, cahaya berperilaku seolah-olah
terdiri dari partikel, jika kita ingin menjelaskan hamburan
Compton intensitas rendah. Atau asumsi bahwa elektron
dapat diperlakukan sebagai elektron bebas tidak valid
sehingga menghasilkan massa elektron tak hingga yang
efektif sama dengan massa inti (lihat misalnya komentar di
bawah tentang hamburan elastis sinar-X dari efek tersebut).
Eksperimen Compton meyakinkan fisikawan bahwa cahaya
dapat diperlakukan sebagai aliran objek mirip partikel
(kuanta disebut foton), yang energinya sebanding dengan
frekuensi gelombang cahaya. Sesuai sifatnya yang
deterministik, menurut mekanika klasik, setiap partikel
memiliki posisi dan momentum yang tepat.
Berdasarkan penemuan Planck, Einstein dan Compton,
ada pergeseran paradigma dari elektron bersifat partikel dan
cahaya bersifat gelombang saja, menjadi bersifat dualisme,
suatu saat bersifat partikel tapi saat lain berlaku sebagai
gelombang. Untuk membuktikannya, Heisenberg berimajinasi
menciptakan suatu eksperimen imajiner. Eksperimen imajiner
ini berbasis teori tentang model atom sesuai yang

342 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


dikemukakan Neils Bohr pada tahun 1913. Dalam model ini,
elektron dipandang sebagai partikel-partikel bermuatan
negatif yang bergerak mengelilingi inti atom yang bermuatan
positif. Lintasan gerak atau orbit elektron dibayangkan seperti
kulit yang berlapis-lapis, dan masing-masing lapisan kulit
tersebut mempunyai tingkatan energi yang berbeda. Tingkat
energi paling rendah adalah kulit paling dalam, tingkat energi
tertinggi adalah kulit paling luar.
Elektron-elektron bergerak stasioner pada masing-
masing orbitnya, sehingga tidak ada energi yang dipancarkan
maupun diserap. Energi yang dipancarkan atau diserap
timbul bila terjadi perpindahan elektron dari satu orbit ke orbit
lainnya. Berbasis teori model atom Bohr tersebut, maka mari
kita imajinasikan suatu eksperimen sebagai berikut. Seorang
ahli fisika imajiner berusaha mengamati gerak elektron-
elektron pada masing-masing orbitnya, dengan
menggunakan supermikroskop yang sangat kuat. Ahli fisika
itu mengalami kesulitan ketika ingin mengetahui posisi
sebuah elektron tunggal. Mengingat ukuran sebuah elektron
lebih kecil dari sebuah gelombang cahaya, dia hanya dapat
menentukan sifat-sifat elektron cukup akurat, bila ia
berhubungan dengan sejumlah elektron. Makin
banyak/sejumlah besar elektron yang diamati, maka semakin
akurat informasi tentang sifat-sifat elektron bisa didapat. Oleh
karenanya ahli fisika imajiner itu menyimpulkan adanya
hubungan sebab-akibat :

Pertama, sebuah elektron tunggal tidak bisa diamati


disebabkan ukurannya lebih kecil dari sebuah gelombang
cahaya.
Kedua, keakuratan penentuan sifat-sifat elektron tergantung
banyaknya / sejumlah besar elektron yang diamati.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 343


Jika ahli fisika itu berusaha memperbesar ukuran
sebuah elektron yang dilihatnya, ia harus menyinari partikel
itu dengan sinar yang lebih kuat, yaitu suatu radiasi
gelombang pendek, dengan sinar X mungkin masih belum
cukup. Elektron dapat dibuat nampak lebih jelas, hanya
dengan sinar gamma Radium frekuensi tinggi. Namun
kesulitan lain muncul, karena usaha menyinari partikel-
partikel bisa mengganggu gerak elektron. Orbit stasioner
elektron atau keseimbangan gaya-gaya yang terjadi akibat
muatan positif inti atom dan muatan negatif elektron-elektron
tersebut akan terganggu.
Berdasarkan efek fotolistrik, sinar biasa menimbulkan
gaya cukup keras pada elektron, dan sinar X yang mengenai
elektron akan lebih keras lagi, sedangkan tumbukan sinar
gamma yang lebih kuat bisa menimbulkan kerusakan. Disini
ahli fisika imajiner tersebut juga melihat adanya hubungan
sebab akibat: adanya gaya yang lebih keras terhadap
elektron menyebabkan gangguan terhadap gerak stasioner
elektron, dan menjadikan pula sulit menentukan posisi dan
kecepatan elektron secara akurat dalam waktu bersamaan.

16.4 Eksplanasi Mekanika Klasik yang


Mengagumkan Saintis
Mekanika dalam ilmu fisika berkaitan dengan gaya
yang bekerja pada suatu benda. Mekanika klasik biasa
disebut dengan mekanika Newtonian. Dalam mekanika
klasik menggambarkan dinamika dari partikel atau sistem
partikel tersebut. Dinamika partikel ditunjukkan dalam suatu
hukum-hukum yang biasa kita sebut dengan hukum Newton
tentang gerak, terutama oleh hukum kedua Newton. Hukum
ini menyatakan bahwa, ‖Sebuah benda yang memperoleh

344 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


pengaruh gaya atau interaksi akan bergerak sedemikian
rupa sehingga laju perubahan waktu dari momentum sama
dengan gaya tersebut‖. Hukum Newton 2 ini digunakan
sampai sekarang karena bisa menjelaskan fenomena gaya-
gaya antar benda yang makroskopik.
Dalam mekanika klasik dibagi menjadi beberapa sub
bagian lagi, yaitu seperti statika (mempelajari benda dalam
keadaan diam), kinematika (mempelajari benda bergerak),
dan dinamika (mempelajari benda yang terpengaruh oleh
gaya). Sebenarnya ilmu mekanika itu sendiri sudah lama
yaitu sejak jaman Yunani kuno sehingga ilmu mekanika bisa
dibilang sebagai ilmu fisika tertua dan diangap sebagai ilmu
―klasik‖ karena mekanika meliputi hukum-hukum yang telah
dipahami sejak lama sebelum terobosan ilmiah seperi teori
kuantum dan teori relativitas di abad ke-20.
Hukum-hukum mekanika klasik ini masih bisa untuk
menjelaskan sebagian besar fenomena umum dialam
semesta yang terjadi dari skala atom dan molekul. Namun
untuk keadaan-keadaan tertentu yang melibatkan bidang-
bidang gravitasi yang kuat, kecepatan tinggi atau skala yang
sangat kecil sehingga terobosan-terobosan yang terjadi
dalam baru-baru ini lebih bisa menawarkan penjelasan yang
lebih akurat mengenai apa yang sedang berlangsung. Ilmu
mekanika klasik lebih menjelaskan aspek-aspek alam
semesta, mulai dari mesin-mesin sederhana hingga sampai
orbit planet. Selain itu juga mekanika klasik juga bisa
menjelaskan dari sifat-sifat benda padat, cair dan gas dari
tingkat atom hingga ke skala sehari-hari atau ―mikroskopis‖.
Dari semua fenomena-fenomena yang telah disebutkan
di atas adalah contoh sederhanya yaitu benda-benda yang
bertubrukan, dan hukum-hukum sederhana yang
menjelaskan interaksi dan tingkah laku benda-benda

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 345


tersebut. Teknik ilmu mekanika klasik lebih memungkinkan
kita bisa menghitung perolehan, pelepasan dan perpindahan
energi antara partikel-partikel, dan kita bisa memprediksi
tingkah laku benda di berbagai situasi.
Hukum paling penting dalam ilmu mekanika ini adalah
hukum Newton tentang gerak dan gravitasi, yang dijelaskan
oleh fisikawan Inggris yang sangat terkenal yaitu bernama
Sir Isaac Newton. Sir Isaac Newton menerbitkan buku yang
fenemonal pada tahun 1687 yang berjudul Principles of
Natural Philosophy. Hukum-hukum Newton ini menjelaskan
tentang gerak benda atau objek dibawah pengaruh gaya dan
kekuatan gaya gravitasi diantara masa-masa besar. Dengan
demikian hukum-hukum Newton memberikan penjelasan
yang sangat lengkap mengenai fenomena-fenomena alam
dalam berbagai kondsi tertentu pada skalasubmikropis fisika
kuantum atau dalam situasi kecepatan atau gravitasi ekstrim
yang dijelaskan ole relativitas. Sungguh, hukum-hukum
Newton sangat berguna dalam menjelaskan fenomena-
fenomena dalam hidup keseharian kita sehingga hukum
Newton sering kita gunakan sebagai sebuah sinonim untuk
seluruh bidang ilmu mekanika klasik.

16.5 Sisi Aksiologi Mempelajari Pemikiran dan


Dogma Mekanika Klasik
Dalam kehidupan sehari-hari mekanika khususnya
mekanika klasik menghasilkan hasil yang sangat akurat. Dia
diikuti oleh relativitas khusus untuk sistem yang bergerak
dengan kecepatan sangat tinggi, mendekati kecepatan
cahaya, mekanika kuantum untuk sistem yang sangat kecil,
dan teori medan kuantum untuk sistem yang memiliki kedua
sifat di atas. Namun, mekanika klasik masih sangat berguna,
karena ia lebih sederhana dan mudah diterapkan dari teori

346 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


lainnya, dan dia juga memiliki perkiraan yang valid dan luas
terapannya. Mekanika klasik dapat digunakan untuk
menjelaskan gerakan benda sebesar manusia (seperti gasing
dan bisbol), juga benda-benda astronomi (seperti planet dan
galaksi, dan beberapa benda mikroskopis.
Mekanika klasik menggambarkan dinamika partikel atau
sistem partikel. Dinamika partikel demikian, ditunjukkan oleh
hukum-hukum Newton tentang gerak, terutama oleh hukum
kedua Newton. Hukum ini menyatakan, ―Sebuah benda yang
memperoleh pengaruh gaya atau interaksi akan bergerak
sedemikian rupa sehingga laju perubahan waktu dari
momentum sama dengan gaya tersebut‖. Hukum-hukum
gerak Newton baru memiliki arti fisis, jika hukum- hukum
tersebut diacukan terhadap suatu kerangka acuan tertentu,
yakni kerangka acuan inersia (Fowles. 1985). Prinsip
Relativitas Newtonian menyatakan, ―Jika hukum-hukum
Newton berlaku dalam suatu kerangka acuan maka hukum-
hukum tersebut juga berlaku dalam kerangka acuan lain
yang bergerak serba sama vertical terhadap kerangka acuan
pertama‖ (Kleppner, and Kolenkow, 1973). Sisi aksiologi
setelah mempelajari pemikiran dan dogma mekanika klasik
adalah
1) Susunan alam semesta, khususnya makroskopis sangat
teratur, sehingga manusia bisa mempelajarinya dan
menuangkan hukum atasnya. Tanda keteraturan alam
semesta yang tampak di depan mata manusia mestinya
dapat meningkatkan nilai keimanan atas keagungan
Allah SWT.
2) Pada semua benda, baik gerak dan interaksinya
terdapat hukum yang dapat dipelajari keteraturannya,
sehingga manusia dapat memanfaatkannya untuk
keperluan yang sesuai, sebagai contoh manusia dapat

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 347


menghitung posisi dan gerak benda langit secara tepat
sehingga bisa digunakan untuk memprediksi adanya
gerhana matahari, gerhana bulan, perubahan musim,
waktu harian, bulanan dan tahunan yang berlangsung
secara teratur dan terus menerus,
3) Sebuah hukum yang ada di alam semesta ada batas-
batas atau restriksinya, sehingga bisa jadi hanya
berlaku untuk kondisi tertentu, dalam hal ini hukum
mekanika klasik (mekanika Newton) berlaku untuk alam
benda makroskopik. Sedangkan untuk alam benda
mikroskopik maka hukum mekanika klasik tidak berlaku
atau kurang tepat. Nilai aksiologi yang dapat diambil
dari keterbatasan ini adalah agar manusia tidak merasa
paling benar sendiri dengan pendapat atau hukumnya,
tetapi perlu mengadopsi, mengadaptasi dan mengakui
pendapat pihak lain yang mungkin mengandung
kebenaran untuk kondisi tertentu.
4) Mengambil hikmah pergeseran paradigma mekanika
klasik ke mekanika kuantum maka kita dapat mengambil
hikmah bahwa suatu pendapat manusia tentang hukum
alam itu bersifat nisbi atau tentatif, karena itu manusia
harus terdorong terus untuk mencari kebenaran yang
nyata secara terus menerus, tidak terpaku pada dogma
yang sedang berlaku.
5) Nilai moral dari hukum kelembaman Newton sebagai
bagian mekanika klasik yaitu bagian tersulit dalam
kehidupan adalah memulai sesuatu pekerjaan. Namun,
jika pekerjaan tersebut telah dimulai dan sering kita
lakukan maka akan menjadi suatu kebiasaan yang akan
melekat dan sulit untuk di hentikan. Maka selalu pastikan
apa yang kita lakukan adalah hal yang baik, agar kita

348 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


selalu melaju menuju kebaikan dan sulit untuk dihentikan
dan bukan sebaliknya.

16.6 Konteks Psikologi evolusif Pergeseran


Paradigma Mekanika Klasik ke Mekanika
Kuantum
Teori mekanika klasik disempurnakan oleh mekanika
kuantum yang terus berkembang dan mengalami pergeseran,
Dalam ilmu pengetahuan, model alam semesta yang baik
dianggap sebagai salah satu yang memungkinkan prediksi
yang paling akurat dalam kondisi tertentu, dan teori yang dapat
terbukti benar dengan perhitungan matematis. Ada banyak
model realitas dalam fisika. Beberapa dari mereka hidup
berdampingan tanpa konflik meskipun mereka menunjuk pada
kesimpulan yang berbeda, terutama jika mereka menjawab
pertanyaan yang berbeda atau diterapkan pada cara dan tujuan
yang berbeda.
Selain itu, tidak satupun dari mereka harus menawarkan
keseluruhan gambaran, namun lebih berkaitan dengan satu
segi dalam prisma realitas. Misalnya, sementara fisika Newton
tidak lengkap, teori ini tetap merupakan teori yang paling
berguna dalam perhitungan sehari-hari kita; Jika seorang
insinyur membangun sebuah bangunan, dia akan menerapkan
fisika Newtonian (klasik) daripada mekanika kuantum.
Di sisi lain, mekanika kuantum dibutuhkan dalam
pengembangan teknologi nano dan komputer modern. Jadi,
banyak cabang fisika mencerminkan cara pandang yang
berbeda dalam memandang kenyataan, namun semuanya
gagal memberi gambaran menyeluruh tentang realitas. Inilah
sebabnya mengapa banyak saintis mencari 'teori segala
sesuatu' terpadu yang biasa disebut 'teori gravitasi kuantum'.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 349


Dalam pengajaran kita, kita juga berbicara tentang
perlunya memiliki visi spiritual yang benar tentang evolusi kita.
Visi spiritual kita juga merupakan model realitas, yang
mencerminkan hukum spiritual tentang kebangkitan dan
penyelesaian. Einstein mengatakan bahwa model harus
sesederhana mungkin, tapi tidak lebih sederhana dari itu. Untuk
terlalu menyederhanakan model apa pun, termasuk strategi
spiritual kita, adalah menjadikannya kekanak-kanakan dan
salah. Misalnya, Aristoteles mengemukakan sebuah model
alam semesta dengan bumi di pusatnya dan semua bintang
dan planet lain yang mengorbit di sekitarnya (sekarang disebut
'model geosentris'). Model geosentris itu sederhana dan
bahkan bisa diterapkan dalam banyak hal, namun dari
perspektif yang lebih tinggi, hal itu salah karena gagal
memprediksi gerakan planet dan siklus kosmis dengan benar.
Wawasan tentang dunia subatomis yang kompleks dan
kaya membantu kita untuk menyadari satu dimensi realitas kita.
Totalitas adalah kesatuan semua dimensi: dunia mikro, dunia
makro dan dunia transendental. Untuk menciptakan hubungan
yang lebih dalam dengan dunia subatomik keberadaan kita bisa
sangat memberi inspirasi, dan melayani untuk memperdalam
kebangkitan kita. Melihat kehidupan kita dari tempat dunia
kuantum, yang dialami samadhi di bidang dalam menambah
tingkat kesatuan atau keseluruhan keseluruhan jiwa kita. Jika
seseorang mampu mengaktifkan wawasan yang lebih dalam
tentang dunia subatomik, seseorang dapat langsung
mengalaminya sebagai basis energetik tubuh fisik dan spiritual
diri. Dengan cara ini, seseorang dapat dengan jelas mengalami
kehidupan biasa seseorang dari persatuan sadar dengan dunia
kuantum. Ini adalah makna sebenarnya dari totalitas.
Hikmah yang bisa diambil dari memahami pergeseran
paradigma ilmu pengetahuan adalah memunculkan suatu fakta

350 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


bahwa adanya sejumlah paradigma yang lahir sebagai
paradigma alternatif (interpretif, kritis dan postmodern) untuk
mencari kebenaran realitas yang memberi sejumlah implikasi
baik secara konseptual, praktis dan implikasi
kebijaksanaan. Paradigma alternatif itu adalah cara pandang
atau asumsi dasar yang menolak pemikiran bahwa hanya
terdapat satu pendekatan keilmuan yang dapat mengungkap
realitas sebagai suatu kebenaran.
Dengan adanya paradigma alternatif ini, maka
dapat membuka pandangan yang lebih luas mengenai
keberadaan ilmu pengetahuan dengan berbagai alternatif
pendekatan sehingga peneliti dapat menyadari posisi
paradigma yang dianut, dan bagaimana cara
mempertahankannya serta cara memahaminya dalam
hubungannya dengan paradigma ilmu yang lainnya.
Harapan lainnya adalah dengan adanya paradigma alternatif
diharapkan dapat menghindarkan adanya suatu pandangan
atau keyakinan bahwa satu paradigma adalah mencukupi dan
tepat untuk mengatasi semua masalah yang ada di muka bumi
ini.
Sisi sosial yang ditampilkan oleh paradigma altenatif
adalah dapat memunculkan suatu sikap yang lebih toleran
terhadap berbagai pandangan yang ada khususnya bagi para
peneliti dan akademisi sehingga dapat mengurangi
kecenderungan berpandangan bahwa realitas adalah suatu
dogma atau konsep, karena pandangan yang monoistik pada
suatu pendekatan akan mengurangi kemungkinan untuk ilmu
pengetahuan yang secara nyata dapat diperoleh dengan
berbagai cara.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 351


352 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rahmat. (2011). Matahari Mengelilingi Bumi. Solo :


Penerbit Arafah.
Abdulsalam, Husien. (2018). Nicolaus Copernicus Mengubah
Pemahaman Manusia atas Alam Semesta.
https://tirto.id/nicolaus-copernicus-mengubah-
pemahaman-manusia-atas-alam-semesta-cK1l.
Diterbitkan : 24 Mei 2018
Abidin, Z. (2014). Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: Rajawali
Pers.
Achmadi, A. (2016). Filsafat Umum, Jakarta: Rajawaji Pers.
Ackermann, R. (1970). The Philosophy of Science, New York.
Western Publishing Company.
Ade Putri, D. N. A. (2017). Pembelajaran Sains Berbasis
Tradisi Sains Islam di Madrasah Tsanawiyah (Gerak
Benda menurut Ibnu Bajjah). Phenomenon, 07(2), 164–
173.
Adib, Mohammad., (2010). Filsafat ilmu, yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR.
Ahmad, Zulfahmi. (2017). Teori Geosentris Vs Teori
Heliosentris. https://
penjelajahangkasa.com/2017/10/teori-geosentris-vs-teori
heliosentris.html. Terbit : 10 Desember 2017.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 353


Akhmad Aminuddin Bama. (2015). MENGENAL FISIKA; dari
Paradigma, Metodologi, hingga Implementasi. Palembang:
Simetri.
Al-Hassan, A.Y. & Hill, D R. (1993). Teknologi dalam Sejarah
Islam. Alih Bahasa Liputo, Y. Bandung. Penerbit Mizan
Allen G.E., (2003). Mendel and modern genetics: the legacy for
today. Journal of Endeavor. Vol. 27(2): 63-8.
Alonso, M., & Finn, J. (1967). Fundamental University Physics.
Canada: Addison-Wesley Publishing Company.
Al-Ragib al-Ishfahani. (Tanpa Tahun). Mu‟jam Mufradat al-
Alfazh al-Qur‟an, Beirut: Daral-Fikr
Al-Razi, F. (1990). Al-Tafsir al-Kabir, Beirut: Dâr al-Hayâ al-
Turâts al-„Arabia, jilid Vlll.
Ami, E. (2019). 7 Fakta Nicolaus Copernicus, Bapak Astronomi
Modern Sekaligus Ekonom.
https://www.idntimes.com/science/discovery/eka-
amira/fakta-nicolaus-copernicus-exp-c1c2/7. Terbit : 12 Jul
2019 Pukul 14:55
Amin Setyo Leksono. (2012). Sejarah Kehidupan : perspektif
evolusi dan kreasi. UB Press : Malang.
Amin, M. (2016). Perkembangan biologi dan tantangan
pembelajarannya. 2016, 1–11.
Amoroso, R. L. (2018). Einstein / Newton duality : An
ontological-phase topological field theory. IOP Conf.
Series: Journal of Physics, 1051(012003), 0–17.
https://doi.org/:10.1088/1742-6596/1051/1/ 012003
Anonim , (2020). Geosentrisme.
https://id.wikipedia.org/wiki/Geosentrisme.
Anonim, (2020). Model Geosentris.
https://kafeastronomi.com/materi-2/model-geosentris
Thursday, October 22, 2020‘ Kafe Astronomi.

354 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Anonim. (2020), Desember. Miskawayh. Dari Wikipedia,
Ensiklopedia Bebas. Diakses pada 10 Desember, 2020,
dari http://en.wikipedia.org/ wiki/Ebn_Meskavayh
Anonim. Online at https://www.youtube.com/r
esults?search_query= ngaji+filsafat+247, diakses 20
Desember 2020.
Anshari, H.E.S., MA. (1982). Ilmu Filsafat dan Agama.
Surabaya. Penerbit: PT. Bina Ilmu
Anugraha, R. (2011). Teori Relativitas dan Kosmologi.
Yogyakarta: FMIPA UGM
Apollo. (2020).
Episteme”Atom”Leucippos.https://www.kompasiana.com/
balawadayu/ 5e1226d5097f360fcd338c72/episteme-atom-
Leucippos? page=2 (Diakses, 27 Oktober 2020)
Arsyad, Natsir M. (1989). Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah.
Bandung. Penerbit Mizan.
Ashok Kumar Verma and Sadguru Prakash. (2020). Status of
Animal Phyla in Different Kingdom Systems of Biological
Classification. IJBI 2 (2), (DECEMBER 2020) 149-154
Atien Priyati, (2002). Falsafah Kebenaran dalam
Perkembangan Ilmu. Http:// rudyct. tripod.com
Atiyeh, G.N. (1983). Al-Kindi, Tokoh Filosof Muslim. Bandung.
Penerbit: Pustaka.
Audi, R. (2001). Belief, Justification1, and Knowledge. An
Introduction to Epistemology. California. Wadsworth
Publishing Company.
Aziz, A. (2019, Mei 24). Teori Evolusi dalam Pandangan Ibnu
Khaldun. Retrieved Desember 10, 2020, from Bincang
Syariah: https://bincangsyariah.com/kalam/teori-evolusi-
dalam-pandangan-ibnu-khaldun/
Azra, Azyumardi (2002). Paradigma Baru Pendidikan Nasional
Rekonstruksi dan DEmokratisasi, Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 355


Baharuddin dan Moh. Makin, (2007). Pendidikan Humanistis
Konsep Teori dan Aplikasi Praktis
Dalam Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruz Media
Bahtiar. (2007). Fisika Moder: Definisi, Konsep dan Aplikasinya.
Online at
https://pustaka.unpad.ac.id/archives/10402#:~:text=Fisika
%20modern%20merupakan%20salah%20satu,partikel%2
Dpartikel%20subatomik%20atau%20gelombang.
Bakker SY., JWM. (1978). Sejarah Filsafat dalam Islam.
Yogyakarta. Penerbit: Kanisius.
Bama, A.A., (2015). Mengenal Fisika dari Paradigma,
Metodologi, hingga Implementasi. SIMETRI: Palembang.
Barnes, B. (1982). T.S. Kuhn and Social Science, Theoretical
Traditions in The Social Sciences. London. The Macmillan
Press Ltd.
Basuki, D. (2016). Gravitasi antara AL-Khazini dan Newton.
Indonesia.tempo.co.id
BBC. (2015). Tiga Ilmuwan Meraih Nobel Kimia Terkait
Pemulihan DNA.[online] diakses pada laman
https://www.bbc.com/ indonesia/majalah/2015/1
0/151007_majalah_nobel_kimia. Tanggal 9 November
2015.
Beck, L.W. (1966). 18th - Century Philosiphy, Reading in the
History of Philosophy. New York. A Division of Macmillan
Publishing Co., Inc.
Beekman, G. (1984). Filsafat Para Filsuf Berfilsafat. Jakarta.
Penerbit: Erlangga. (alih bahasa R. A.Rivai)
Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen. (1970). Pengantar Filsafat
Ilmu. Yogyakarta. PT. Tiara Wacana, (alih bahasa
Soejono Soemargono).
Beiser, A. (1981). Fisika Modern. Terjemahan The Houw Liong.
Jakarta: Erlangga.

356 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Benson, N. (2011). The Expanding Universe and Big Bang
Theory. International Journal of Advanced Research in
Physical Science (IJARPS), 4 (1), 9-27
Bernard, C. (2017). Metrik Reissner-Nordstr¨om dalam Teori
Gravitasi Einstein. Jurnal Fisika Dan Aplikasinya, 13(1), 1.
https://doi.org/ 10.12962/ j24604682.v13i1.2128
Beveridge. W.I.B. (1980). Seeds of discovery. London.
Heinemann Educational Books.
Bigge,M.L. and Hunt,MP. (1969). Psychological Foundations of
Education. 2nd edition. New York. Harper and Row.
Bounduriansky R., (2012). Rethinkingheredity, again. Journal of
Trends in Ecology and Evolution. Vol 27 (6): 226-330.
Bourrat, P. (2014). From survivors to replicators: evolution by
natural selection revisited. Biology & Philosophy, 29(4),
517-538.
Braybrooke, D. (1987). Philosophy of Social Science.
Englewood Cliffs, New Jersey. Prentice Hall Inc.
Bridgwater, W. (1963). The Columbia Encyclopedia (No.
030/C718).
Britten, R. J. (2002). Divergence between samples of
chimpanzee and human DNA sequences is 5%, counting
indels. Proceedings of the National Academy of
Sciences, 99(21), 13633-13635.
Brown, H.I. (1979). Perception, Theory and Commitment, The
New Philosophy of Science. USA. The University of
Chicago Press.
Bruton, J.G.( 1966). The Story of Western Science. New York
Cambridge: University Press.
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G. (2003). Biologi
(5th Eds.). Jakarta: Erlangga.
Campbell, Reece, Urry, Cain, Wasserman, Minorsky, Jackson.
(2008). Biologi Jilid 2 Edisi 8. Erlangga : Jakarta

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 357


Campbell, Simon, Dickey, Hogan, Reece. (2015). Intisari
Biologi. Erlangga : Jakarta
Chalmer, A.F. (1983). Apa Itu yang Dinamakan Ilmu?.
Terjemahan oleh: Joesoef Isak. Hasta Mitra, Jakarta,
Indonesia
Chalmers, A.F. (1982). What Is This Thing Called Science.
Queensland. University of Queensland Press.
Chaudhury, P.J. (1954). The Philosophy of Science. Calcutta.
Progressive Publishers.
Chen, J., & Kipping, D. (2018). On the Rate of Abiogenesis
from a Bayesian Informatics Perspective. Astrobiology,
18(12), 1574–1584. https://doi.org/10.1089/ast.2018.1836
Christy, J. W., & Harrington, R. S. (1978). The satellite of Pluto.
The Astronomical Journal, 83(8), 1005.
https://doi.org/10.1086/112284
Cohen, B., & Whitman, A. (1999). Issac Newton: The Principia.
California: University of California Press.
Collette, Alfred T. & Chiappetta Eugene L. (1994). Science
Instruction in the Middle and Secondary Schools, third
edition. Macmillan Publishing company: New York.
Collins F (1992). "Positional Cloning: Let's not call it reverse
anymore". Nature Genetics. 1(1): 3–
6. doi:10.1038/ng0492-3. PMID 1301996.
Collins, F. S., & Mansoura, M. K. (2001). The human genome
project: revealing the shared inheritance of all
humankind. Cancer: Interdisciplinary International Journal
of the American Cancer Society, 91(S1), 221-225.
Commins, S. and Linscott, R.N. (1974). The Philosophers of
Science. New York. Modern Pocket Library.
Coombs Jr, W. P. (1978). Theoretical aspects of cursorial
adaptations in dinosaurs. The Quarterly Review of
Biology, 53(4), 393-418.

358 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Crawford, G. (2005). (n.d.). Re: 2003 EL61, 2003 UB313, Pluto
& Planetary Status‟, Listserv: Minor Planet Mailing List (31
July).
Darwin C., (2015). The origin of the Species: by Means of
Natural Selection. Diterjemahkan oleh Ira Tri Ongo.
Yokyakarta: Indoliterasi.
Darwis, W., Mantovani, A. R., & Supriati, R. (2011).
Determinasi Jamur Lycoperdales Yang Terdapat Di Desa
Pajar Bulan Kecamatan Semidang Alas Kabupaten
Seluma Bengkulu. Konservasi Hayati, VII(1), 6-12.
Dave, T. (2005). „Re: Important News‟, Listserv: Minor Planet
Mailing List (29 July). Available.
Delfgaauw, B. (1992). Sejarah Ringkas Filsafat Barat.
Yogyakarta. Penerbit: PT. Tiara Wacana Yogya. (alih
bahasa Soejono Soemargono).
Dessler, A. J., & Russell, C. T. (1980). From the ridiculous to
the sublime: The pending disappearance of Pluto. Eos,
Transactions American Geophysical Union, 61(44), 690–
690. https://doi.org/10.1029/EO061i044p00690
Djakaria. (tTanpa Tahun). Teori Kejadian Alam Semesta.
Online at
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRA
FI/194902051978031-
DJAKARIA_M_NUR/TEORI_KEJADIAN_ALAM_SEMEST
A.pdf Diunduh 26 Oktober 2020
Djiwapradja, D. (1980). Islam, Filsafat dan Ilmu. UNESCO.
Penerbit: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Downes S.M., (2010). Heretability Stanford Encyclopedia Of
Phylosophy. California: Stanford
Duncombe, R. L., & Seidelmann, P. K. (1980). A history of the
determination of Pluto‘s mass. Icarus, 44(1), 12–18.
https://doi.org/10.1016/0019-1035(80)90048-2

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 359


Ekawati, R. (2015). Kajian Ontologi Teori Big Bang dalam
Penciptaan Alam Semesta. ADIWIDA, edisi Maret 2015,
No. 1, 41-50.
Emeraldy Widiyadi. (2009). Penerapan Tree dalam Klasifikasi
dan Determinasi Makhluk Hidup. makalah if2091 strategi
algoritmik tahun 2009.
https://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2009-
2010/Makalah0910/MakalahStrukdis0910-084.pdf
Endraswara, S. (2012). Filsafat ilmu: Konsep, sejarah, dan
pengembangan metode ilmiah. Yogyakarta: Caps.
Ernst Mayr. (2010). Evolusi : Dari Teori ke Fakta. Jakarta KPG.
Erwin, E., Hayat, M. S., & Sutarno, S. (2017). Epistemologi dan
Keterbatasan Teori Gravitasi. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah
Multi Sciences, 9(1), 33–40.
https://doi.org/10.30599/jti.v9i1.79
Erwin, E., Hayat, M. S., & Sutarno, S. (2017). Epistemologi dan
Keterbatasan Teori Gravitasi. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah
Multi Sciences, 9(1), 33–40.
https://doi.org/10.30599/jti.v9i1.79
Etkina, E., Murthy, S., & Zou, X. (2006). Using introductory labs
to engage students in experimental design. American
Journal of Physics, 74(11), 979-986.
Falk R., (2015). Review of genetics and philosophy: an
introduction. Journal Philosophy of Science. 81(3): 470-
475
Farida, I. (2009) Analisis Sejarah Perkembangan Model Atom
Berdasarkan Paradigma Kuhn. Working Paper.
https://faridach.wordpress.com/ 2009/ 12/11/ analisis-
sejarah-model-atom-berdasarkan-paradigma-kuhn/,
Bandung.
Farikhah, S. (2013). Perbandingan Teori Gerak Menurut Sadr
al-Din al-Syirazi dan Isaac Newton. Undergraduated (S1)
thesis, IAIN Walisongo. Open akses:

360 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


http://eprints.walisongo.ac.id/1536/. Diakses 20 Desember
2020.
Feinberg, G. (1990). Partikel Elementer: Ilmu pengetahuan
Populer (5th ed.). Jakarta: PT Widya Dara.
Fiebig, J., Stefánsson, A., Ricci, A., Tassi, F., Viveiros, F.,
Silva, C., Lopez, T. M., Schreiber, C., Hofmann, S., &
Mountain, B. W. (2019). Abiogenesis not required to
explain the origin of volcanic-hydrothermal hydrocarbons.
Geochemical Perspectives Letters, 11(July), 23–27.
https://doi.org/10.7185/geochemlet.1920
Firdaus, T., & Sinensis, A. R. (2017). Perdebatan Paradigma
Teori Revolusi: Matahari atau Bumi Sebagai Pusat Tata
Surya ? Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 9(1), 23–
32. https://doi.org/10.30599/jti.v9i1.78
Firdaus, Thoha dan Sinensis, Rosa Sinensis. (2017).
Perdebatan paradigma teori revolusi: matahari atau bumi
sebagai pusat tata surya. Jurnal Ilmiah Multi Sciences Vol.
IX No. 1 Halaman: 23 – 32, 2017
Firman, Harry. (2019). Pengantar Filsafat Ilmu Pengetahuan
Alam. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
Fogarty, Robin (1991). How to Integrate The Curricula. New
York: IRI/Skylight Publishing. Inc.
Fowles. (1985). Analytical Mechanics. CBS College Publishing:
New York
Francis S. Collins; Sherman M. Weissman (1984). "Directional
cloning of DNA fragments at a large distance from an
initial probe: a circularization method". Proc. Natl. Acad.
Sci. USA.
Fredrik Rieuwpassa, (2002). Kajian Filsuf terhadap Kebenaran
Sains. Http://www. Hayati-ipb.com.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 361


Fridayanti, (2001). Sejarah Perkembangan Pengetahuan
Tentang Manusia dalam Perspektif Ilmu Barat.
Http://rudyct.tripod.com.
Gantira, Uung. (2015). Bukti Matahari Mengelilingi Bumi. http://
www.kompasiana. com/uung_gantira/yang-benar-itu-bumi-
memutari-matahari-atau-matahari-memutari-bumi.
Diperbaharui 25 Juni 2015 . Diakses tanggal 12 Oktober
2020.
Gardner, Martin.(1983). The WHYS of a Philosophical
Scrivener. Quill.
Garner, J. P., Taylor, G. K., & Thomas, A. L. R. (1999). On the
origins of birds: the sequence of character acquisition in
the evolution of avian flight. Proceedings of the Royal
Society of London. Series B: Biological
Sciences, 266(1425), 1259-1266.
Gazalba, S. (1973). Sistematika Filsafat Pengantar Kepada
Dunia Filsafat. Jakarta. Penerbit: Bulan Bintang.
Gazalba, S. (1981). Sistematika Filsafat, Pengantar Kepada
Teori Pengetahuan. Jakarta. Penerbit: Bulan Bintang.
George F. Bertsch dan Sharon Bertsch McGrayne (2020),
Atom, https://www.britannica.com/science/atom, diakses
27 Oktober 2020
Georgievich, B.S. (2017). About the theory of the Big Bang. The
General Science Jurnal, 1-8. DOI:
10.13140/RG.2.2.26288.35840,
Giancoli, D. C. (2001). Fisika Teknik (5th ed.). Erlangga.
Giancoli, D., & Doughlas. (2001). FISIKA Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Gie, T.I, et al. (1998). Fisika Modern. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Gie, T.L. (1996). Pengantar Filsafat Teknologi. Yogyakarta.
Penerbit Andi.

362 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Gie. T,L. (1987). Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta. Yayasan
Studi Ilmu dan Teknologi.
Gilbert, W. (1986). Origin of life: The RNA world. nature, 319
(6055), 618 618.
Gleick, J. (2016). Kisah Pergulatan Isaac Newton. Bandung:
Mizan.
Goldstein, Laurence. (1990). The Philosopher‘s Habitat: An
Introduction to Investigations in, and Applications of,
Modern Philosophy. New York: Routledge.
Goldstein, M. & Goldstein, I.E. (1980). How We Know, An
Exploration of The Scientific Process. New York and
London. Plenum Press.
Gomes, G.L., Doutorando, & Membro D.C. (2019). The
elementary Role Of The So-Called Differences In The
Atomism Of Leucippos And Democritos. Journal of
Philosopy. Prometheus – N. 29
Griffiths, P., & Stotz, K. (2013). Genetics and philosophy: An
introduction. Cambridge University Press.
Gron, O., & Naess, A. (2011). Einstein‘s Theory; A Rigorous
Introduction for the Mathematically Untrained. Springer.
Hadi, P. Hardono. (1994). Epistemologi Filsafat Pengetahuan.
Yogyakarta. Penerbit Kanisius. (Disadur dari buku
karangan Kenneth T. Gallagher).
Halimah, Siti Nur. (2018). Benang Merah Penemu Teori
Heliosentris: Kajian Pemikiran Ibn Al-Syāṭir . Jurnal
astronomi islam dan ilmu-ilmu berkaitan doi:
https://doi.org/10.30596/jam.v4i1.1939
Halliday. D., Resnik, R. & Walker. J. (2005). Physics 7,h
Extended Edition. Terjemahan Singarimbun, A. & Sustini,
E. Jakarta: Erlangga
Hambali, Slamet. (2013). Astronomi islam dan teori heliocentric
Nicolaus Copernicus. Jurnal Al-Ahkam Volume 23, Nomor
2, Oktober 2013

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 363


Hamdani. (2011). Filsafat Sains. CV Pustaka Setia.
Harahap, F.K.N. (1978). Tokoh-Tokoh Dunia dalam Lapangan
Berpikir. Bandung PT. Karya Nusantara.
Hartono, D. (1986). Kamus Populer Fisafat, Jakarta: Rajawali
Hartono, H. M. (1986). S. Geological evolution of the
Indonesian Archipelago, Geosea. V Proceedings. Geol
Soc Milaysia Bull, 20, 97-136.
Hasan Mustofa. (2015). Sejarah Filsafat Islam: Genealogi dan
Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia: Bandung
Hatta, M..(1986). Alam Pikiran Yunani. Jakarta: UI Press.
Hawking, S. (1988). A Brief Story of Time from Big Bang to
Black Hole. New York: Bantams Books
Hempel, C.G (1966). Philosophy of Natural Science.
Englewood cliffs. Prentice Hall Inc.
Hempel, Carl G. (1945). ―On the Nature of Mathematical Truth,‖
American Mathematical
Henry, J. (2011). Gravity and De gravitatione: The development
of Newton‘s ideas on action at a distance. Studies in
History and Philosophy of Science Part A, 42(1), 11–27.
https://doi.org/10.1016/j.shpsa.2010.11.025
Heriyanto, Husain (2003). Paradigma Holisti: Dialog Filsafat,
Sains, dan Kehidupan Menurut Shadra dan Whitehead,
Bandung: Mizan Media Utama.
Hobson, M. P., Efstathiou, G., & Lasenby, A. N. (2006).
General Relativity: An Introduction for Physicists.
Cambridge University Press.
http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf
Holman, M. J., & Payne, M. J. (2016). Observational
Constraints on Planet Nine: Cassini Range Observations .
The Astronomical Journal, 152(4), 94.
https://doi.org/10.3847/0004-6256/152/4/94
Honderich, Ted. (1995). The Oxford Companion to Philosophy.
Oxford/New York: Oxford University Press.

364 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Hopkins,D,(1992). A Teachers' Guide to Classroom Research.
2nd Edition. Buckingham. Open University Press
Horgan, J. (1991). In the Beginning... Scientific
American, 264(2), 116-125.
Hosein, I. Putra, D, M, A. (2007). Al-Quran dan Peranan
Perempuan dalam Islam, Jakarta: IIQ
Houston,W R.(editor), Haberman,M.and Sikula,J. (ass.eds)
(1990). Handbook of Research on Teacher Education.
New York. Macmillan Publishing Company.
https://docplayer.info/56794333-Perkembangan-fisika-klasik-
fisika-modern-ilmu-mekanika-ilmu-panas-ilmu-optic-dan-
ilmu-astronomi-naldo-j-i-tanelab.ht
Hughes, R. A., & Ellington, A. D. (2017). Synthetic DNA
synthesis and assembly: putting the synthetic in synthetic
biology. Cold Spring Harbor perspectives in biology, 9(1),
a023812.
Hw, P. (2012). Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP
UNS. Biologi, Sains, Lingkungan Dan Pembelajaran
Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Dan Karakter
Siswa, 9(1), 14–18. https://doi.org/ 10.4324/
9780429476877-45
Ibrahim, M. (2014). Inovasi Pembelajaran Sains Berbasis
Kearifan Lokal. Prosiding Seminar Nasional ―Sains dan
Inovasi Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal‖ 22
November IKIP Mataram.
Ihsan Fuad. (2010). Filsafat Ilmu, Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
Inayatul, U., & Nushan, A. (2015). Pemikiran Thomas Kuhn dan
Relevansinya terhadap Keilmuan Islam. FIKRAH: Jurnal
Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan, 3(2), 249–276.
Indrawati Gandjar Roosheroe, Priyo Wahyudi. (2017).
Mengenal Biodiversitas Mikroorganisme Indonesia untuk
kesejahteraan Bangsa. Yayasan Pustaka Obor Indonesia :
Jakarta.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 365


International Astronomical Union (2006) „Resolutions Adopted
at the General Assemblies‟, Prague: International
Astronomical Union General Assembly, (24 August).
Available at <https://www.iau.org/
news/pressreleases/detail/iau0603/>. (n.d.).
Irawan, A. (2016). Kajian ruang waktu kerr-newman dalam
gravitasi einstein [Institut Teknologi Sepuluh Nopember].
http://repository. its.ac.id/ 1102/1/1112100070-
Undergraduate_Theses.pdf
Irwan Effendi, (2020). Metode Indentifikasi dan Klasififkasi
Bakteri. Oceanum Press : Riau
Iskandar, Djoko T. (2008). Evolusi. Jakarta: Universitas
Terbuka. pp. 1-44.
Jacobson, Willard. J. & Bergman, Abby Barry. (1991). Science
for Children: A Book for Teacher-3rd ed. Boston: Allyn and
Bacon
James R. (1956). The World of Mathematics, vol. III. New York:
Simon and Shuster Kearney,
Jasin, Maskuri. (2012). Ilmu Alamiah dasar. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Jawad, A, M. (2014). Menyingkap Fakta Baru dan Misteri
Kehidupan Manusia. Jakarta: AMP Press
Jewitt, D., & Luu, J. (1993). Discovery of the candidate Kuiper
belt object 1992 QB1. Nature, 362(6422), 730–732.
https://doi.org/10.1038/362730a0
Joyce, G. F. (2007). Leslie Orgel (1927–
2007). Nature, 450(7170), 627-627.
Joyce, G. F., & Orgel, L. E. (1993). Prospects for understanding
the origin of the RNA world. Cold Spring Harbor
Monograph Series, 24, 1-1.
Junus, I. (2010). Memahai Manusia dalam Bingkai Pelangi
Filsafat, Medan: Fakultas Psikologi Universitas Medan,

366 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Kasrina, Sri Irawati dan Wahyu E Jayanti. (2012). Ragam Jenis
Mikroalga Di Air Rawa Kelurahan Bentiring Permai Kota
Bengkulu Sebagai Alternatif Sumber Belajar Biologi SMA.
Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012
Kaufmann, W. (1966). Existentialism from Dostoevsky to
Sartre. Cleveland and New York. Meridian Books The
World Publishing Company.
Keenan, Charles W. et all. (1980). General College Chemistry.
Sixth Ed. NY. Harper & Row Publishers, Inc.
Kemeny, J.G. (1959). A Philosopher Looks At Science. New
York. Van Nostrand Reinhold Co.
Kenneth, C. (2001). A Word or Two from the Friends of Pluto.
New York Times (22 January): A1.
Kleppner, D.; Kolenkow, R. J. (1973). An Introduction to
Mechanics. McGraw-Hill.
Kochiras, H. (2009). Gravity and Newton‘s Substance Counting
Problem. Studies in History and Philosophy of Science
Part A, 40(3), 267–280.
https://doi.org/10.1016/j.shpsa.2009.07.003
Komatsu, E. (2009). "Five-Year Wilkinson Microwave
Anisotropy Probe Observations: Cosmological
Interpretation". Astrophysical Journal Supplement. 180:
330. Bibcode:2009ApJS..180..330K. doi:10.1088/0067-
0049/180/2/330.
Kragh, H. (2019). Julius Thomsen (1826–1909) and his
contributions to thermochemistry, atomic theory, and the
nature of chemical elements. ChemTexts 6(4), 1-9.
https://doi.org/10.1007/s40828-019-0099-y
Kresge N., Simoni R.,Robert L., (2009). DNA repair
mechanism: the work of Aziz Sachar. The Journal of
Biological Chemistry. 284 (44):e19
Kristiono. (2014). Pengembangan Model Praktikum Kontekstual
pada Praktikum Fisika Dasar untuk Meningkatkan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 367


Keterampilan Generik Sains dan Pemahaman Konsep.
Disertasi. Bandung: UPI. Tidak diterbitkan
Kuhn, T. (2012). The Structure of Scientific Revolutions Peran
Paradigma Dalam Revolusi Sains. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Kuhn, T. S. (1989). Peran Paradigma dalam Revolusi Sains.
Remadja Karya.
Kuhn, T. S. (2012). The Structure of Scientific Revolutions:
Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Kuhn, T.S. (1970). The Structure of Scientific Revolution.
Chicago. The University of Chicago Press..
Kuhn, Thomas S., (1962). The Structure of Scientific
Revolution, Leiden: Instituut Voor Theoretische Biologie,
Kuhn, Thomas., (2005). The structure of scientific revolutions
(peran paradigma dalam revolusi sains), Bandung: PT.
Remaja rosakarya.
Kumparan. (2018). Nicolaus Copernicus dan Teori Heliosentris
yang Mengungkap Tata Surya.
https://kumparan.com/potongan-nostalgia/teori-
copernicus-yang-mengubah-.pandangan-astronomi-
manusia 1543814212017773838/full. Desember 2018
12:16.
Kurniawati, E., & Bakhtiar, N. (2018). Manusia Menurut Konsep
Al-Quran dan Sains. Journal of Natural Science and
Integration, 1(1), 78-94.
Kurup, R. (2019). The Origin of Life - Abiogenesis and
Symbiosis. LAP LAMBERT Academic Publishing.
Kuslan, Louis I. & Stone A. Harris. (1968). Teaching Children
Science: an Inquiry Approach. Wadsworth Publishing
Company, Inc: California

368 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Lankford, B. J. (1981). Amateurs versus Professionals: The
Controversy over Telescope Size in Late Victorian
Science. Isis, 72(1), 11–28. https://doi.org/10.1086/352648
Lawson, Russell M. (2004). Science in the Ancient World: An
Encyclopedia. ABC-CLIO. hlm. 29–30. ISBN 1851095349.
Layton, D. (1973). Science For the People. London. George
Allen & Unwin Ltd.
Lee, H.D.P. (1984). Plato The Republic. (Translated with an
Introduction by Desmond Lee). Penguin Books. In Great
Britain by Hazell Watson & Viney Limited.
Lee, M. S., & Worthy, T. H. (2012). Likelihood reinstates
Archaeopteryx as a primitive bird. Biology letters, 8(2),
299-303.
Lee, M. S., Cau, A., Naish, D., & Dyke, G. J. (2014). Sustained
miniaturization and anatomical innovation in the
dinosaurian ancestors of birds. Science, 345(6196), 562-
566.
Leon. E. Rosenberg (2006). "Introductory Speech for Francis S.
Collins". Am J Hum Genet. 79: 419–20.
Leonard Susskind, George Hrabovsky (2013) Classical
Mechanics (The Theoretical Minimum), Great Britain:
Penguin Books
Lilis Sri Astuti. (2007). Klasifikasi Hewan : Penamaan, Ciri, dan
Pengelompokan. PT Kawan Pustaka Tangerang.
Lindahl, T., Modrich, P., & Sancar, A. (2015). The Nobel Prize
in Chemistry. Nobelprize. org. Nobel Media.
Lowe, T., Garwood, R. J., Simonsen, T. J., Bradley, R. S., &
Withers, P. J. (2013). Metamorphosis revealed: time-lapse
three-dimensional imaging inside a living
chrysalis. Journal of the Royal Society Interface, 10(84),
20130304.
Lowell, P. (1915). Memoir on a Trans-Neptunian Planet. Lynn,
MA.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 369


Lubis, A. Y. (2014). Filsafat Ilmu: Klasik hingga Kontemporer.
Raja Grafindo Perkasa.
Magaratta Tr. Paradigma Cartesian -Newtonian,
https://magaratta .wordpress. com/2011/02/06/paradigma-
cartesian-newtonian/, diakses 28 Oktober 2020.
Magnis-Suseno, F. (1992). Berfilsafat dari Konteks.
Yogyakarta. Penerbit: Kanisius.
Mahdi Gulzyani (1986). Filsafat Sains Menurut Al Qur'ati.
Bandung. Penerbit: Mizan.
Malik, A. dan Haq, D.N. (2016). Penciptaan Alam Semesta
Menurut Alquran dan Teori Big Bang
Mandelbaum, M., Gramlich, F.W. and Alan Ross Anderson,
A.R. (1957). Philosophic Problems.
Mangunhardjana, A. (1997). Isme-isme dari A sampai Z.
Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Marsden, B. G. (1980). Planets and satellites galore. Icarus,
44(1), 29–37. https://doi.org/10.1016/0019-
1035(80)90050-0
Marsh, F. L. (1976). Variation & Fixity in Nature. Pacific Press.
Maunah, S. (2019). Hakikat Alam Semesta Menurut Filsuf
Islam. Jurnal Madaniyah, 9(1),1-21.
Max Planck (1960) A Survey of Physical Theory, translated by
R. Jones and D.H. Williams, Great Britain: Penguin Books
Max Planck (1963) Philosophy of Physics, translated by W.H.
Johnston, New York: The Norton Library
Max Planck (1991) The theory of heat radiation, authorized
translation by Morton Masius, New York: Dover
Publications Inc.
McBrayer, Z., Ono, H., Shimell, M., Parvy, J. P., Beckstead, R.
B., Warren, J. T. & O'Connor, M. B. (2007).
Prothoracicotropic hormone regulates developmental
timing and body size in Drosophila. Developmental
cell, 13(6), 857-871.

370 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


McCauley, J. W., Patel, P., Chen, M., Gilde, G., Strassburger,
E., Paliwal, B., ... & Dandekar, D. P. (2009). AlON: A brief
history of its emergence and evolution. Journal of the
European Ceramic Society, 29(2), 223-236.
Mehler B., (1996). Heredity and hereditarianism. Philosophy of
Educatian and Encyclopedia. Ed. J.J. Chambliss. Garland
Publising.Inc.
Meilinda, M. (2017). Teori Hereditas Mendel; Evolusi atau
Revolusi (Kajian Filsafat Sains). Jurnal Pembelajaran
Biologi: Kajian Biologi dan Pembelajarannya, 4(1), 62-70.
Mendel, G. (1866). Experiments in plant hybridization.
Proceedings of the Natural History Society of Brunn.
(Translated by William Bateson and corrected by Roger
Blumberg) http://www.netspace.org./MendelWeb.
Messeri, L. R. (2010). The problem with pluto: Conflicting
cosmologies and the classification of planets. Social
Studies of Science, 40(2), 187–214.
https://doi.org/10.1177/0306312709347809
Meyers,C. (1986). Teaching Students to Think Critically. San
Francisco. Jossey-Boss Inc.Publishers.
Miller, D. (1985). Popper Selections. New Jersey. Pricenton
University Press.
Minda Azhar, (2016). Biomolekul Sel Karbohidrat, Protein, dan
Enzim. UNP Press Padang
Moh. Hatta, (1998). Alam Pikiran Junani II. Jilid ke II, Jakarta.
Penerbit Tintamas.
Morgan Shorrock. (2015). "Positional cloning of human disease
genes: a reversal of scientific priorities" (PDF). University
of Alberta, Department of Biological Science.
Muhammad Habibie. (2015). Keterbatasan Fisika Klasik.
https://www.academia.edu/4414554/Keterbatasan_Fisika_
Klasik.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 371


Muhammad Hilal Sudarbi. (2015). Sejarah Perkembangan
Fisika. Undana
Munif Said Hassan, Eddyman W. Ferial, Eddy Soekandarsi.
Pengantar Biologi Evolusi. Erlangga : Jakarta
Muslih M. (2004). Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasar
Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan.
Belukar, Yogyakarta, Indonesia.
Musthafa, K.S. (1980). Alam Semesta Dan Kehancurannya
Menurut Al–Qur‟an dan IlmuPengetahuan. Bandung. Al-
Ma‘arif.
Mustofa, H.A. (1997). Filsafat Islam. Bandung. Penerbit: CV.
Pustaka Setia
Nabil, (2018). Pendidikan Ilmu Astronomi Dari Historis Sampai
Heliosentris . Jurnal Al Marhalah : Jurnal Pendidikan
Islam. Volume. 2, No. 2 November 2018
Nabil. (2018). Pendidikan Ilmu Astronomi Dari Historis Sampai
Heliosentris. Al Marhalah : Jurnal Pendidikan Islam, 2(2),
93–110.
Nasoetion, AH. (1999). Pengantar ke Filsafat Sains. Jakarta.
Yayasan Adikarya.
Nasr, S.H. (1986). Sains dan Peradaban di dalam Islam.
Bandung. Penerbit: Pustaka.
Nasution, Hasyimsyah. M.A. (1999). Filsafat Islam. Jakarta.
Gaya Media Pratama.
Nawaschin, S. (1898). Resultate einer Revision der
Befruchtungsvorgange bei Lilium martagon und Fritillaria
tenella. Известия Российской академии наук. Серия
математическая, 9(4), 377-382.
Nawfal A, R. (1983). Allah dari Segi Ilmu Pengetahuan Modern,
Surabaya: Bina Ilmu
Nelson, David L. (1995). "Positional cloning reaches
maturity". Curr Opin Genet Dev. 5 (3): 298–
303. doi:10.1016/0959-437X(95)80042-5. PMID 7 549422.

372 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Nurkhalis. (2012). Konstruksi Teori Paradigma Thomas S.
Kuhn. Jurnal Ilmiah Islam Futura, Volume XI, No. 2, hal
79-99.
Ostrom, J. H. (1974). Archaeopteryx and the origin of flight. The
Quarterly Review of Biology, 49(1), 27-47.
Paken Pandiangan, Tinjauan Ulang Konsep Mekanika Klasik,
http://repository. ut.ac.id/4473/1/PEFI4314-M1.pdf,
diakses 28 Oktober 2020
Panji Tok. (2014). Sistem Klasifikasi Tiga Domain. Online at
https://www.edubio.info/2014/10/sistem-klasifikasi-tiga-
domain.html
Paul K.S. (2017). The Unified Theory in the Big-bang Universe.
International Journal of Advanced Research in Physical
Science (IJARPS). 4(1), 9-27.
Pennock RT., (2007). God of the gaps: the argument from
ignorance and the limits of methodological
naturalism. Scientists confront intelligent design and
creationism (eds, Godfrey LR& Petto AJ), pp. 309–
338. New York, NY: WW Norton & Company.
Peter K. & Evan G. (2015). The Big Bang Theory. CURRENT
COMMENT Advanced Markets Online presents, 1-5.
Phillips, D.C. (1987). Philosophy, Science and Social Inquiry.
New York. Pergamon Press.
Poedjawijatna, I.R. (1998). Etika Filsafat Tingkah Laku. Jakarta.
Penerbit: PT. Bina Aksara.
Poespoprodjo, W., L.Ph., S.S. & Gilarso. T. (1985). Logika Ilmu
Menalar. Bandung. Penerbit: Remaja Karya CV Bandung.
Polanyi, Michael. (1996). Segi Tak Terungkap Ilmu
Pengetahuan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Popper, K.R. (Miller, D. editor) (1985). Popper Selections. New
Jersey. Princeton University Press.
Posted 30th March 2009 by Satrio Arismunandar

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 373


Povinelli, D. J., & Cant, J. G. (1995). Arboreal clambering and
the evolution of self-conception. The Quarterly Review of
Biology, 70(4), 393-421.
Power, E. J. (1982). Philosophy of Education. New Jersey.
Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs.
Priyatikanto, R. (2015). Einstein , Eddington , dan Gerhana
Matahari Total. Media Dirgantara, 10(3).
Purba, N. P., Harahap, S. A., Prihadi, D. J., Faizal, I., Mulyani,
P. G., Fitriadi, C. A., ... & Sitio, J. T. (2017).
Pengembangan Instrumen Lagrangian Gps Drifter
Combined (Gerned) Untuk Observasi Laut. J. Kelaut.
Nas., 12, 109-16.
Purwanto, Agus. (2013). Bumi Berotasi, Pendekatan Teks
Wahyu Matahari Tidak Mungkin Mendahului Bulan.
Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika
―Pembelajaran Sains berbasis Kearifan Lokal‖. Surakarta,
14 September 2013
Quthb, S. (2001). Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an (Di Bawah Naungan
Al-Qur‟an), As‟ad Yasin dkk (penerjemah), Jakarta: Gema
Insani Press,
R. H. Whittaker. On the Broad Classification of Organisms
University of Chicago Press Journals Volume 34, Number
3
R. Rohadi. (1997). Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan
Sains—makalah. Dalam buku kumpulan tulisan,
Pendidikan Sains yang Humanistis. Penerbit Kanisius:
Yogyakarta.
Rapar, J.H. (1996). Pengantar Filsafat. Yogyakarta. Penerbit:
Kanisius.
Redaksi, T. (2009, Mei 26). Teori Evolusi Ibnu Miskawaih.
Retrieved Desember 10, 2020, from Republika:
https://www.republika.co.id/
berita/52453/teori_Evolusi_Ibnu_Miskawaih

374 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Reichenbach, H. (1966). The Rise of Scientific Philosophy.
Berkeley and Los Angeles. University of California Press.
Resnick, H., & Walker. 2001. Fundamental of Physics, 6th
Edition. JohnWiley & Son.
Richard (ed.). (2006). Twentieth-Century Continental
Philosophy. Knowledge History of Philosophy Volume VIII.
New York: Routledge.
Ridwan, Fendy. (2011). Pseudosains. artikel dalam http://www.
filsafatilmu.com . Diakses tanggal 11 Oktober 2012. Jam
13.00
Ritonga, M.S. (2018). Alam Semesta Dalam Pandangan
Filosofi Islam Dan Ahli Tafsir. Jurnal Al-Ashriyyah, 4(2),
18-59.
Ritzer, G. (1980). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma
Ganda. Jakarta Penerbit: CV. Rajawali. (Penyadur: Drs.
Alimandan).
Russell, B. (1985). The Impact of Science on Society. London.
Unwin Paperbacks
Russell, Bertrand. (1948). History of Western Philosophy and
Its Connection with Political and Social Circumstances
from the Earliest Times to the Present Day. London:
George Allen and Unwin Ltd.
Sabarni. (2014). Atom Dan Molekul Berdasarkan Ilmu Kimia
Dan perspektif Al-Quran. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Lantanida Journal,
2( 2).
Sabda, H. Syaifuddin. (2019). Paradigma Pendidikan Holistik
(Sebuah Solusi atas Permasalahan Paradigma
Pendidikan Modern). Universitas Islam Negeri Antasari.
Sadar, Ziauddin., (2002). Thomas Khun dan Perang Ilmu,
yogyakarta: penerbit jendela.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 375


Salisbury, F. B. (1971). Doubts about the modern synthetic
theory of evolution. The American Biology Teacher, 33(6),
335-354
Sam Gon III. (2019). A Guide to the Orders of Trilobites
A website devoted to understanding trilobites. Online at
https://www. trilobites.info/
Sandler I., (2000). Development: Mendel‘s legacy to genetics:
Journal of Genetics. Vol 154:7-11.
Sandler, S. J. (2005). Requirements for replication restart
proteins during constitutive stable DNA replication in
Escherichia coli K-12. Genetics, 169(4), 1799-1806.
Santi., & Darajat, S.Z.A. (2017). Pembelajaran Pokok Bahasan
Hukum Gravitasi di Madrasah Berdasarkan Abdurrahman
Al-Khazini. Nurani. Vol. 17, No. 1. Hal: 41-48.
Santoso, R. S. I. (1977). Sejarah Perkembangan Ilmu
Pengetahuan. Jakarta. Penerbit PT. Sinar Hudaya.
Sanusi, Achmad,. (1998). Filsafat Ilmu, Teori Keilmuan dan
Metode Penelitian. Bandung. Program Pasca Sarjana IKIP
Bandung.
Saputra, H. (2018). Pemikiran Filsuf Barat dan Islam Terhadap
Konsep Dinamika Gerak. Jurnal Filsafat Indonesia. Vol. 1,
No. 1. Hal: 57-64.
Saputra, O. (2018). Revolusidalam Perkembangan Astronomi:
Hilangnya Pluto Dalam Keanggotaan Planet Pada Sistem
Tata Surya. Jurnal Filsafat Indonesia, 1(2), 71.
https://doi.org/10.23887/jfi.v1i2.13992
Sastria, E. (2016). Hakikat Ilmu (Aksiologi dan Kaitan Ilmu
dengan Moral). Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(2). 1-
20
Setiawan, O.T., (2010), Filsafat Holisme-Ekologis: Tanggapan
terha- dap Paradigma Cartesian-Newtonian Menurut
Pemikiran Fritjof Capra, Skripsi, Fakultas Ilmu
pengetahuan Budaya, Program Studi Filsafat, Universitas
Indonesia.

376 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Shaffer, J. A. (1968). Philosophy of Mind.Englewood Cliffs.
Prentice-Hall, Inc.
Shalayel, I., Youssef-Saliba, S., Vazart, F., Ceccarelli, C.,
Bridoux, M., & Vallée, Y. (2020). Cysteine Chemistry in
Connection with Abiogenesis. European Journal of
Organic Chemistry, 2020(20), 3019–3023. https://
doi.org/10.1002/ejoc.202000089
Shaver, J.P. & Strong, W. (1982). Facing Value Decisions:
Rationale-Building for Teachers, Second Edition. New
York and London. Teachers College, Columbia University.
Shayer, M. and Adey, P. (1981). Towards a Science of Science
Teaching, Cognitive Development and Curriculum
demand. London. The Chaucer Press Ltd.
Shihab, Q, M. (1998). Wawasan Al Qur`an; Tafsir Maudhu‟i
Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
Sholichah, A. S. (2019). Teori Evolusi Manusia dalam
Perspektif Al-Qur‘an. el-'Umdah, 2(2), 109-132.
Sholichah, A. S. (2019). Teori Evolusi Manusia Dalam
Perspektif Al-Qur‘an. el-'Umdah, 2(2), 109-132.
Sihombing, B. V. (1999). Teori Big Bang dan Implikasinya:
Sebuah Tinjauan Filosofis, Teologis, dan Kosmologis.
(Paper). Fakultas Filsafat Universitas Katolik
Parahiyangan.
Snijders, A. (2004). Antropologi Filsafat Manusia Paradoks dan
Seruan, Yogyakarta: Kanisius.
Soepomo. (1987). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Pt. Gajah
Muda University Press.
Soko, I.P. (2015). Apakah Atom Sekedar Nama? Kajian
Epistemologi Teori Atom Demokritus-Dalton. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan “Inovasi Pembelajaran
Fisika, IPA dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi
Emas 2045”

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 377


Sri Sudarmiyati Tjitrosoedirdjo & Tatik Chikmawati. (tanpa
tahun). Sejarah Klasifikasi dan Perkembangan Taksonomi
Tumbuhan http:// repository.ut.ac.id/4359/1/BIOL4311-
M1.pdf. Diakses pada 27 Oktober 2020.
Sri Sudarmiyati Tjitrosoedirdjo, Tatik Chikmawati. Sejarah
Klasifikasi dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan.
Stephen F, M. (1992). A History of The Sciences (New Revise).
London: Abelard-Schuman Ltd.
Stern, A., Mitton, J., & De Pater, I. (1998). Pluto and Charon:
Ice Worlds on the Ragged Edge of the Solar Sytem.
Physics Today, 51(11), 62–64.
https://doi.org/10.1063/1.882056
Stern, S. A. (1991). On the number of planets in the outer solar
system: Evidence of a substantial population of 1000-km
bodies. Icarus, 90(2), 271–281.
https://doi.org/10.1016/0019-1035(91)90106-4
Subiyanto, (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
Depdikbud: Jakarta
Sudarmanto, A. (2016). Perkembangan Fisika yang Tercatat
Sejarah. Online at http://fst.walisongo.ac.id/wp-
content/uploads/2016/03/ASAL-USUL PERKEMBANGAN-
FISIKA-YANG-TERCATAT-SEJARAH.pdf, diakses 20
Desember 2020.
Sudarmin, (2016). Pengantar Filsafat Pendidikan Sains dan
Pemikir Sains. (Paradigma Thomas Kuhn dan Eksplanasi
Ilmiah Hempel). FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Semarang : CV Swadaya Manunggal
Sudarsono, (1993). Ilmu Filsafat : Suatu Pengantar. Edisi
Pertama. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta.
Suhartono S. (2005). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Ar-Ruzz
Media, Yogyakarta, Indonesia
Sujito, Sunardi, Ma‟ruf, & Sri H. (2019). Paradigma Teori Atom
Lintas Waktu. Jurnal Filsafat Indonesia, 2 (1) : 42-51

378 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Sumaryono, E. (1993). Hermeneutik. Sebuah Metode Filsafat.
Yogyakarta. Penerbit Karnisius.
Sungging, Emanuel. (2007). Bukti Bumi Mengelilingi Matahari.
Di akses pada 19 April 2017 di:
http://langitselatan.com/2007/04/21/bagaimana-membukti
kan-bahwa-bumi-mengelilingi- matahari-dan-bukan-
sebaliknya/
Supahar. (2014). The Estimation of Inquiry Performance Test
Items of High School Physics Subject with Quest Program.
Proceeding of International Conference on Research
Implementation and Education of Mathemathics and
Sciences 2014, Yogyakarta State University.
Supardi. (2014). Mekanika Newton. http://staffnew.
uny.ac .id/upload/ 132206562/
pendidikan/MEKANIKA+NEWTONIAN+ (Autosaved).pdf,
diakses 28 Oktober 2020.
Suparwoto. (1999). Sumbangan Sejarah Fisika dalam
Pembentukan Sikap dan Nilai. Jurnal Fisika Indonesia, 10
(111), 14-26.
Supriadi, D. (1998). Kebenaran Ilmiah, Metode, dan Paradigma
Riset Kependidikan. Bandung. Program Pasca Sarjana
IKIP Bandung.
Surajiyo. (2007). Filsafat ilmu dan perkembangannya di
Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara., p. 59
Suriasumantri, J.S. (1985). Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar
Populer. Jakarta. Penerbit: Sinar Harapan.
Suriasumantri, Jujun S. (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suriasumantri, S. Jujun. (1996). Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan
Susanto A., (2014) Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi
Ontologis, Epistimologis dan Aksiologis. Jakarta: PT.Bumi
Aksara

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 379


Suseno, F.M. (1992). Berfilsafat dari Konteks. Jakarta. PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sutanto, S.H. (2011). Perkembangan dan Peran Ilmu Fisika
dalam Pendidikan Karakter. Prosiding Dies Natalis XVIII,
Fakultas Teknologi Informasi dan Sains Universitas
Katolik Parahyangan, 26 April 2011.
Sutarno, Erwin, Muhammad Syaipul Hayat. (2017). Radiasi
Benda Hitam Dan Efek Fotolistrik Sebagai Konsep Kunci
Revolusi Saintifik Dalam Perkembangan Teori Kuantum
Cahaya. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi Sciences Vol. IX
No. 2 Halaman: 51 – 58.
Sutrisno SJ., Fx. Mudji.& Verhaak SJ., Christ. (1993). Estetika
Filsafat Keindahan. Yogyakarta. Penerbit Kanisius
Suyono dan Hariyanto. (2017). Belajar dan Pembelajaran: Teori
dan Konsep Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya
Syihab, Quraish (1996). Membumikan al-Qur`an: Fungsi dan
Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung:
Penerbit Mizan.
Sykes, M. (2001). Notes from the Chair: A Pluto Controversy at
the Hayden Planetarium‟, Report to the DPS membership.
Tafsir,A. (1990). Filsafat Umum. PT Remaja RoSMPakarya,
Bandung, Jakarta
Taltavull, M.J. (2018). The Uncertain Limits Between Classical
Physics: Optical Dispersion and Boh‘s Atomic Model. DOI:
10.1002/andp.201800104
Tanra, A.H., (2014), Paradigma Newton vs Quantum, https://
id.scribd com/ doc/ 241995594/ Kuliah-S3-Paradigma-
Newton-vs- New-Science-Husni-Tanra-pptx.
Taryadi, A. (1989). Epistemologi Pemecahan Masalah, Menurut
Kari R Popper. Jakarta. Penerbit PT. Gramedia.
Taufik, L. M. (2019). Teori Evolusi Darwin: Dulu, Kini, dan
Nanti. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), 98-102.

380 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Taufik, L. M. (2019). Teori Evolusi Darwin: dulu, Kini dan
Nanti. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), 98-102
Tentorku. (2015). Perkembangan Sistem Klasifikasi (Kingdom
& Domain). Online at
https://www.tentorku.com/perkembangan-sistem-
klasifikasi-kingdom-domain/
The Josiah Maccy. (2011). Some DNA does not encode
protein. Online at http://www.dnaftb.org/31/bio.html
Thoyibi, M. (editor). (1994). Filsafat Ilmu dan
Perkembangannya. Surakarta. Muhammadiyah University
Press.
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM. (2004). Filsafat Ilmu. Liberty,
Yogyakarta, Indonesia
Time, N. Y. (1930). Naval Observatory Films New Planet.
Tipler, P. A., & Mosca, G. (2008). Physics for Scientist and
Enginer: Sixth Edition. New York: W. H. Freeman and
Company.
Titus, H.H., Smith, M.S. and Nolar, RT. (1979). Persoalan-
persoalan Filsafat. New York. American Book Company,
(alih bahasa H.M.Rasjidi).
Tjasyono, B. (2006). Manusia dan Alam Semesta Konsepsi
Sains dan Islam. Bandung: Penerbit ITB
Tresna Dewi Pertiwi, Yeni Hendriani, Udin, Muji. (2017). Unit
Pembelajaran Biologi Sma Berbasis Inkuiri: Klasifikasi
Makhluk Hidup. (PPPPTK IPA)
Trigg, R. (1985). Understanding Social Science. Oxford. Basil
Blackwell Publisher Ltd.
Trisakti, S. B. (2016). Thomas Kuhn Dan Tradisi-Inovasi Dalam
Langkah Metodologis Riset Ilmiah. Jurnal Filsafat, 18(3),
223–240. https://doi.org/10.22146/jf.3526
Trouille, L. E., Coble, K., Cochran, G. L., Bailey, J. M.,
Camarillo, C. T., Nickerson, M. D., & Cominsky, L. R.
(2013). Investigating student ideas about cosmology III:

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 381


Big bang theory, expansion, age, and history of the
universe. Astronomy Education Review, 12(1). DOI:
10.3847/ AER2013016
Trowbridge W, Leslie & Bybee W. Rodger. (1990). Becoming a
secondary School Science Teacher, fourth edition. Merril
Publishing Company: Columbus.
Trowbridge,L.W. and Bybee,R.W. (1990). Becoming A
Secondary School Science Teacher,5th edition,
Columbus. Merrill Publishing Co
Tyson, N. deGrasse. (1999). “Pluto‟s honor”, Natural History.
Ulya, I & dan Abid, N. (2015). Pemikiran Thomas Kuhn dan
relevansinya terhadap keilmuan Islam . Jurnal ilmu aqidah
dan studi keagamaan Volume 3, No. 2, Desember 2015.
Ulya, I., & Abid, N. (2015). Pemikiran Thomas Kuhn dan
Relevansinya terhadap Keilmuan Islam. Fikrah, 3(2), 249-
276.
Umar, N. (2010). Agumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-
Qur‟an, Jakarta: Paramadina
Upe, Ambo, Damsyid., (2010). Asas-Asas Multiple Researches:
Dari Nornam K.Denzim hingga John W. Creswell dan
Penerapannya,Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana.
Utomo, A.P, (2018). Biografi Tokoh Dunia: Nicolaus
Copernicus, Penemu Teori
Heliosentris.https://internasional.kompas.com/read/2018/0
5/24/17000091/biografi-tokoh-dunia--nicolaus-copernicus-
penemu-teori heliosentris?page=all. Kompas.com -
24/05/2018, 17:00 WIB.
Van Melsen, A.G.M. (1985). Ilmu Pengetahuan dan
Tanggungjawab Kita. Jakarta. Penerbit: PT. Gramedia.
Van Peursen, C.A. (1985). Susunan Ilmu Pengetahuan,
Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu. Jakarta. Penerbit: PT.
Gramedia. (alih bahasa J. Drost).

382 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Velasquez, M. and Cynthia Rostankowski (1985). Ethics,
Theory and Practice. Englewood Cliffs. Prentice Hall Inc. t
Verhaak, C. dan Imam, R.H. (1995). Filsafat Ilmu Pengetahuan,
Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu. Jakarta. PT. Gramedia
Utama.
Vilmala, B.K. 2020. Revolusi Saintifik dalam Perkembangan
Mekanika. Jurnal Filsafat Indonesia. Vol. 3, No. 1. Hal: 1-
7.
Waluyo, A. (2004). Teori fisika : Menguji Teori Gravitasi
Einstein. In fisik@net.
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1100
397070
Wang, L.J. (2013). Alternative Cosmology to the Big Bang–
Dispersive Extinction Theory of Red Shift. Applied Physics
Research; 5(2), 47-62.
Wayan, S.I. (2019). Mekanika Kuantum. Mataram: CV. Garuda
Ilmu
Werner Heisenberg (1930) The Physical Principles of the
Quantum Theory
Wijaya, Agus Fany Chandra. (2010). Gerak Bumi dan Bulan.
Digital Learning Lesson Study Jayapura.
Wikipedia. Online at
https://en.wikipedia.org/wiki/Albert_Einstein
Wikipedia. Online at
https://en.wikipedia.org/wiki/Classical_mechanics, diakses
28 Oktober 2020
Wikipedia. Online at https://en.wikipedia.org/wiki/Isaac_Newton
Wikipedia. Online at
https://en.wikipedia.org/wiki/Quantum_mechanics, diakses
28 Oktober 2020
Wikipedia. Online at
https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Andrews_Millikan

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 383


Wikipedia. Online at
https://en.wikipedia.org/wiki/Uncertainty_principle, diakses
28 Oktober 2020
Wikipedia. Online at
https://id.wikipedia.org/wiki/Arthur_H._Compton
Wikipedia. Online at
https://id.wikipedia.org/wiki/Erwin_Schr%C3%B6dinger
Wikipedia. Online at https://id.wikipedia.org/wiki/Fisika_klasik
Wikipedia. Online at
https://id.wikipedia.org/wiki/Francis_Collins.
Wikipedia. Online at https://id.wikipedia.org/wiki/Louis-Victor_
Pierre_ Raymond_de_Broglie
Wikipedia. Online at https://id.wikipedia.org/wiki/Max_Planck
Wikipedia. Online at
https://id.wikipedia.org/wiki/Mekanika_klasik, diakses 28
Oktober 2020.
Wospakrik, H. J. (2005). Mengenang 300 Tahun : Teori Gaya
Berat Newton.
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1110
895525.
Yosi R. (Tanpa Tahun). Pendalaman Materi Fisika : Mekanika
Kuantum, online at
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/r-yosi-
aprian-sari-msi/mgmp-fisika-bantul.pdf, diakses 28
Oktober 2020
Yusro, S., dkk. (2018). Cara Kerja Ilmu-Ilmu. Jakarta Selatan:
PTIQ Press.
Yuyun Suriasumantri. (1982). Nilai-Nilai Budaya dalam Proses
Pendidikan, Analisis Kebudayaan Depdikbud, Tahun II/No.
1
Zalta EN, (2010). Heretability. Stanford Encyclopedia of
Philosophy Publisher. California: The Metaphysics

384 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Research Lab Center for the Study of Language and
Information Stanford University. Stanford.
Zubaedi, (2010). Filsafat barat, jogjakarta: Ar-Ruzz media
group.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 385


GLOSARIUM

Aberasi adalah perubahan kecil pada posisi bintang karena


laju bumi.
Abiogenesis adalah teori bahwa makhluk hidup berasal dari
benda mati
Adaptasi cara bagaimana organisme mengatasi tekanan
lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup
Aksiologi adalah ilmu yang mengkaji tentang nilai-nilai.
Aksiologi sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan
ilmu pengetahuan bagi manusia.
Alam semesta merupakan keseluruhan benda atau segala
sesuatu yang ada baik yang dapat maupun tidak dapat
dilihat oleh mata
Alberth Einstein seorang kelahiran Jerman fisikawan
teoritis yang mengembangkan teori relativitas , salah satu
dari dua pilar fisika modern (bersama mekanika kuantum)
Anomali: merupakan sifat air yang berbeda dengan zat lain,
dimana air akan mengembang sehingga volumenya
meningkat ketika suhu turun 4 oC ke 0 oC
Archaea Satu di antara kedua domain prokariotik. Domain
yang satu lagi adalah Bacteria
Arthur Holly Compton fisikawan amerika serikat yang
menerima penghargaan nobel dalam fisika atas
sumbangannya dalam penemuan sebuah efek yang
dinamai menurut namanya (efek compton)

386 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Asteroid merupakan batuan yang berukuran kecil, lebih kecil
dari planet, yang mengorbit matahari
Astronom adalah seseorang yang mencurahkan waktunya
dalam kegiatan astronomi, dan memberikan sumbangan
pada perkembangan ilmu astronomi
Astronomi disebut sebagai ilmu bintang atau ilmu falak, adalah
cabang ilmu alam yang meneliti benda langit (seperti
bintang, planet, komet, dll) serta fenomena-fenomena
alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi
Atomisme merupakan teori filosofis dan ilmiah bahwa
kenyataan dibentuk oleh bagian-bagian elementer yang
tak dapat dibagi yang disebut atom.
Bacteria Satu diantara kedua domain prokariotik. Domain yg
satunya lagi Archaea
Bakteri anggota domain prokariotik bakteria
Benda langit adalah objek fisik atau struktur yang ada di alam
semesta teramati, seperti planet, satelit, bintang, nebula,
galaksi, asteroid, meteoroid, sistem keplanetan, Komet,
debu antariksa, gugus galaksi, lubang hitam, supergugus,
dll.
Binomial nama bersuku dua yang dilatinkan dari suatu
spesies, terdiri atas genus dan epitet spesies
Biogenesis adalah teori bahwa makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup lain
Biologi bidang sains yang mempelajari kehidupan
Degradasi adalah proses penurunan (moral, mutu, jabatan,
dan sebagainya)
Dentuman Besar merupakan teori mutakhir tentang
penciptaan alam semesta bermula dari gumpalan super-
atom atau bola api raksasa yang suhunya antara 10
milyar sampai 1 trilyun derajat celcius kemudian meledak
sekitar 15 milyar tahun yang lalu.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 387


Determinisme segala sesuatu dapat diramalkan karena
mengikuti hukum sebab akibat yang mempercayai
adanya kepastian mutlak, segalanya bisa diramalkan
secara pasti (deterministik)
Dinamika: cabang dari ilmu fisika yang mempelajari gaya dan
torsi serta efeknya terhadap gerak
DNA (deoxyribonucleic acid, asam deoksiribonukleat) molekul
asam nukleat beruntai ganda dan berbentuk heliks yang
tersusun atas monomer nukleotida dengan gula
deoksiribosa; mampu bereplikasi dan menentukan
struktur terwariskan dari protein suatu sel
Dogma adalah aturan atau ajaran yang harus diterima sebagai
bentuk kebenaran dan tidak boleh diragukan.
Domain (1) Kategori taksonomi di atas tingkatan kingdom.
Ketiga domain yang ada adalah Archaea, Bacteria, dan
Eukarya. (2) Bagian protein yang melipat secara mandiri
Dualisme gelombang-partikel menyatakan bahwa cahaya
dan benda memperlihatkan sifat gelombang dan partikel
Efek Doppler merupakan suatu kejadian di mana frekuensi
gelombang dari suatu sumber yang diterima oleh detektor
mengalami perubahan akibat perubahan posisi atau
pergerakan relatif detektor terhadap sumber gelombang
atau sebaliknya
Elektron adalah partikel subatom yang bermuatan negatif dan
umumnya ditulis sebagai e, tidak memiliki komponen
dasar ataupun substruktur apapun yang diketahui,
sehingga ia dipercayai sebagai partikel elementer
Energi Kinetik: bentuk energi yang dimiliki oleh sebuah benda
karena gerakannya
Energi Potensial: merupakan bentuk energi yang
mempengaruhi benda karena ketinggian benda tersebut
dengan kecenderungan menuju tak terhingga dengan
arah gaya yang ditimbulkannya

388 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Epistemologik menciptakan sifat-sifat tertentu, karena kita
memilih untuk mengukur sifat-sifat itu.
Erwin Schrödinger menyatakan bahwa partikel yang bergerak
memiliki sifat gelombang dan mengembangkan
pengertian itu menjadi suatu teori yang terperinci dengan
baik.
Eukarya Domain yang mencakup semua organisme eukariotik
Evolusi Berkembang, mekar.
Fenotip tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme
Filosofis adalah pembelajaran mengenai masalah umum dan
fundamental seperti yang berhubungan dengan realitas,
keberadaan ,pengetahuan, nilai, alasan, pikiran dan
bahasa.
Fisi nuklir adalah reaksi nuklir saat nukleus atom terbagi
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (nuklei yang lebih
ringan), yang sering kali menghasilkan foton dan neutron
bebas (dalam bentuk sinar gamma), dan melepaskan
energi yang sangat besar
Fisika Klasik fisika yang didasari prinsip-prinsip yang
dikembangkan sebelum bangkitnya teori kuantum,
biasanya termasuk teori relativitas khusus dan teori
relativitas umum. Cabang-cabang yang termasuk fisika
klasik antara lain adalah: Mekanika klasik Hukum gerak
Newton Lagrangian dan mekanika Hamiltonian
Fisika Modern salah satu bagian dari ilmu Fisika yang
mempelajari perilaku materi dan energi pada skala atomik
dan partikel-partikel subatomik atau gelombang
Foton merupakan partikel elementer dalam fenomena
elektromagnetik. Biasanya foton dianggap sebagai
pembawa radiasi elektromagnetik, seperti cahaya,
gelombang radio, dan Sinar-X
Galaksi adalah sebuah sistem masif yang terikat gaya gravitasi
yang terdiri atas bintang (dengan segala bentuk

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 389


manifestasinya, antara lain bintang neutron dan lubang
hitam), gas dan debu medium antarbintang, dan materi
gelap–komponen yang penting namun belum begitu
dimengerti.
Gaya Konservatif merupakan gaya yang dapat menghasilkan
perubahan dua arah yaitu antara energi kinetik dan
potensial
Gaya Konstrain merupakan tinjauan gerak partikel yang
terkendala pada suatu permukaan bidang yang bertujuan
mempertahankan kontak antara partikel dengan
permukaan bidang
Gaya non Koservatif merupakan gaya yang menyebabkan
terjadinya perubahan energi total yang dimiliki benda
selama berpindah
Gaya: interaksi apapun yang dapat menyebabkan sebuah
benda bermassa mengalami perubahan gerak, arah
ataupun konstruksi geomteris
Gen satuan diskret informasi herediter genetik yg terdiri atas
sekuens nukleotida spesifik dalam DNA (atau RNA, pada
beberapa virus)
Gen unit pewarisan sifat bagi organisme hidup
Generatio spontania adalah teori abiogenesis
Genetika cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat
pada organisme maupun suborganisme
(seperti virus dan prion).
Genotip Susunan gen yang menentukan sifat suatu individu
Genus (jamak genera) kategori taksonomi di atas tingkat
spesies, ditunjukan oleh kata pertama dari nama ilmiah
suatu spesies yang terdiri atas dua kata
Geosentris merupakan istilah astronomi yang menggambarkan
alam semesta dengan bumi sebagai pusatnya dan pusat
pergerakan semua benda-benda langit.

390 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Gerak alami (pure motion) merupakan gerak alami berkaitan
dengan sifat bawaan dari berbagai benda yang
merupakan sifat intrinsik khusus dari benda itu sendiri.
Gerak merupakan definisi dari ilmu fisika yang membahasa
tentang perubahan tempat atau kedudukan dengan nilai
besaran scalar dan vector
Gerak paksa (violent motion) merupakan gerak benda yang
disebabkan adanya pengaruh luar terhadap benda dan
arahnya dapat ke sembarang arah seperti dorongan dan
tarikan yang berasal bukan dari benda itu sendiri.
Gravitasi adalah fenomena alam dimana semua hal yang
memiliki massa atau energi di alam semesta termasuk
planet, bintang, galaksi bahkan cahaya yang saling Tarik
menarik satu sama lain
Heliosentris adalah model astronomi yang mana bumi
mengelilingi matahari yang berada pada pusat jagat raya.
Hereditas Pewarisan Watak
Holistik melihat sesuatu secara menyeluruh, tidak secara
parsial
Hukum Gravitasi Newton merupakan hukum yang
menyatakan bahwa gaya tarik gravitasi yang bekerja
antara dua benda sebanding dengan massa masing-
masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak kedua benda.
Hukum Keppler terdiri dari tiga hukum yang mengatur tentang
pergerakan planet-planet terhadap matahari.
IAU (International Astronomical Union) merupakan
organisasi astronomi internasional yang didirikan pada
tahun 1919. Organisasi ini didirikan untuk
mempromosikan dan menjaga ilmu astronomi dalam
semua aspeknya. Salah satu tugasnya adalah membuat
standar nama benda-benda langit yang kita kenal saat ini

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 391


Instrumentasi merupakan alat-alat dan peranti (device) yang
dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalm suatu
sistem yang lebih besar dan lebih kompleks.
Inti atom merupakan bagian dari atom yang bermuatan listrik
yang terdiri dari elektron dan proton
Invariant merupakan sebuah besaran system fisik yang
bersifat tetap jika diterapkan suatu fungsi transformasi
Issac
Newton seorang matematikawan , fisikawan , astronom ,
teolog , dan penulis Inggris (dijelaskan pada zamannya
sendiri sebagai " filsuf alam ") yang dikenal luas sebagai
salah satu dari ilmuwan paling berpengaruh sepanjang
masa dan sebagai tokoh kunci dalam revolusi ilmiah,
mendirikan mekanika klasik
Jarak adalah panjang antara dua buah posisi dan bersifat
scalar
Keadaan Tetap adalah teori yang mengatakan bahwa alam
semesta tidak ada awalnya dan tidak akan berakhir
Kecepatan merupakan besaran vektor yang menunjukkan
seberapa cepat benda berpindah.
Kelas dalam klasifikasi, kategori taksonomi di atas tingkat ordo
Kelembaman adalah kecenderungan semua benda fisik untuk
menolak perubahan terhadap geraknya
Kinematika adalah cabang dari mekanika klasik yang
membahas tentang gerak benda dan system tanpa
memperesoalkan gaya penyebabnya
Kosmik Microwave Background merupakan radiasi latar
belakang kosmik yang terdiri dari foton masa silam yang
dipancarkan oleh dentuman besar.
Kosmologi merupakan salah satu cabang astronomi yang
mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta

392 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Louis de Broglie mengemukakan usulan bahwa benda yang
bergerak memiliki sifat gelombang yang melengkapi
sifat partikelnya
Lubang hitam adalah suatu benda dengan kerapatan massa
sangat tinggi sehingga kelengkungan ruang-waktu di
sekitarnya sangat kuat.
Massa adalah banyaknya materi yang terkandung dalam suatu
material
Materi merupakan setiap objek atau bahan yang membutuhkan
ruang, yang jumlahnya dapat diukur oleh suatu sifat yang
disebut massa
Max Planck seorang fisikawan Jerman yang banyak dilihat
sebagai penemu teori kuantum
Mekanika berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan
suatu benda serta efek gaya dalam gerakan itu.
Mekanika Kuantum merupakan Ilmu ini mempelajari
sifat zat dan interaksinya dengan energi pada
skala atom dan partikel subatomik.
Mekanika Lagrangian merupakan pengembangan formulasi
terhadap mekanika Newton yang diperkenalkan oleh
Joseph Louis Lagrange
Mekanika Newton merupakan bagian dari ilmu fisika mengenai
gaya yang bekerja pada benda
Mikrobiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang
mikroba (bakteri, virus, protozoa) yang sifatnya dapat
menjadi merugikan maupun menguntungkan
Model Atom menunjukkan struktur atom dan susunan partikel
sub atom dalam
sebuah atom.
Mutasi perubahan yang berlangsung di dalam DNA sebagai
akibat dari radiasi atau reaksi kimia.
Objektivisme ilmu pengetahuan (sains) adalah objektif, harus
dapat dibuktikan dan hasilnya juga objektif

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 393


Observasi merupakan aktivitas terhadap suatu proses atau
objek dengan maksud merasakan dan kemudian
memahami pengetahuan dari sebuah fenomena
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah
diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-
informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu
penelitia
Orbit adalah jalur yang dilalui objek luar angkasa, satelit, dan
wahana antariksa, saat mengelilingi objek masif
Orbital merupakan wilayah atau daerah dalam ruang di sekitar
inti atom yang memiliki kemungkinan tertinggi untuk bisa
menemukan elektron.
Ordo dalam klasifikasi, kategori taksonomi di atas tingkat famili
Osilasi merupakan teori alam semesta yang mengakui adanya
dentuman besar dimana suatu saat gravitasi menyedot
kembali efek ekspansi ini sehingga alam semesta akan
mengempis (collapse) yang pada akhirnya akan
menggumpal kembali dalam kepadatan yang tinggi
dengan temperatur yang tinggi dan akan terjadi
dentuman besar kembali.
Paralaks adalah perubahan posisi bintang karena perubahan
posisi Bumi.
Percepatan adalah perubahan kecepatan dalam
satuan waktu tertentu.
Pergeseran paradigma adalah perubahan asumsi dasar
atau paradigma dalam sains
Perpindahan adalah perubahan posisi suatu benda yang
bergerak dan bersifat vektor
Peta Langit merupakan Peta bintang digunakan untuk
mengidentifikasi dan menemukan konstelasi dan objek
astronomi seperti bintang, nebula, dan galaksi
Planet adalah benda langit yang: (a) mengorbit mengelilingi
Matahari, (b) memiliki massa yang cukup untuk gaya
gravitasi sendiri untuk mengatasi gaya benda kaku

394 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


sehingga mengambil bentuk kesetimbangan hidrostatik
(hampir bulat), dan (c) memiliki membersihkan
lingkungan di sekitar orbitnya
Planet Kerdil atau 'Planet katai' adalah benda langit yang:
(a) mengorbit mengelilingi Matahari, (b) memiliki massa
yang cukup untuk gravitasi dirinya untuk mengatasi
gaya benda kaku sehingga ia mengasumsikan
kesetimbangan hidrostatik (hampir bulat ) bentuk, 2 ( c)
belum membersihkan lingkungan di sekitar orbitnya,
dan (d) bukan satelit.
Planetarium adalah Gedung teater untuk memperagakan
simulasi susunan bintang dan benda-benda langit
Plantae kingdom yang terdiri atas eukariota multiseluler yang
melakukan fotosintesis
Prinsip Antropik lemah menyatakan bahwa kedudukan
manusia di alam semesta sangat istimewa sehingga
dapat disesuaikan dengan keberadaan manusia sebagai
pengamat. Prinsip antropik kuat menyatakan bahwa alam
semesta pada tahap tertentu harus dapat menghadirkan
keberadaan manusia hidup didalamnya
Prinsip Ketidakpastian Heisenberg menyatakan bahwa
adalah tidak mungkin untuk mengukur dua besaran
secara bersamaan, misalnya posisi dan momentum suatu
partikel
Probabilistik teraksi berbagai unsur pembentuknya yang serba
tidak pasti
Radiasi Termal berperan penting untuk dapat memahami
radiasi latar belakang kosmik dan lubang hitam,
merupakan radiasi yang menyebar dan puncaknya
bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang bila
suhu semakin rendah.
Redshift merupakan pergeseran ke arah panjang gelombang
cahaya merah yang terlihat di galaksi yang sangat jauh

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 395


Reduksionisme setiap benda terdiri atas sejumlah bagian
yang masing-masing terisolasi dalam ruang dan waktu
yang bersifat absolut
Reservoir adalah tempat menyimpan barang-barang cadangan
(seperti bahan bakar gas, air)
Revolusi bumi adalah perputaran bumi terhadap matahari.
Robert Millikan seorang fisikawan eksperimental Amerika
yang dihormati dengan Hadiah Nobel Fisika pada tahun
1923 untuk pengukuran muatan listrik dasar dan untuk
karyanya pada efek fotolistrik
Ruang hampa merupakan ruang/tempat yang benar-benar
kosong, tidak ada udara, maupun partikel-partikel lainnya.
Ruang waktu adalah permodelan matematika yang
mengkombinasikan ruang dan waktu menjadi
satu kontinuitas. Ruang-waktu biasanya digambarkan
dengan ruang secara tiga dimensi dan waktu memainkan
peran sebagai dimensi keempat yang merupakan bagian
yang berbeda dari dimensi spasial.
Sabuk Kuiper merupakan wilayah yang berada di luar orbit
planet Neptunus.
Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain denga periode
revolusi dan rotasi tertentu
Seleksi Alam perbedaan kemampuan untuk hidup dan
reproduksi dari suatu individu yang diakibatkan oleh
perbedaan kecocokan fenotipe yang dimiliki organisme
tersebut dengan lingkungan
Sistematika bidang sains yang berfokus pada
pengklasifikasian organisme dan penentuan hubungan
evolusioner organisme
Spektrum merupakan rentetan warna kontinu yg diperoleh
apabila cahaya diuraikan ke dl komponennya.
Spesies populasi atau kelompok populasi dengan anggota-
anggota yang memiliki potensi untuk saling mengawini di

396 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


alam dana menghasilkan keturunan yang viabel dan fertil,
namun tidak menghasilkan keturunan yang viabel dan
fertil dengan anggota kelompok lain semacam itu
Takson (jamak taksa) satuan taksonomi yang diberi nama
pada tingkat klasifikasi apapun
Taksonomi bidang sains yang mempelajari penamaan dan
pengklasifikasian berbagai abentuk makhluk hidup
Tata surya merupakan kumpulan benda langit yang terdiri atas
sebuah bintang besar yang disebut matahari dan semua
objek ruang angkasa yang terkait oleh gaya gravitasinya.
Tata Surya merupakan sistem antariksa yang saling terikat
gravitasi di mana terdapat matahari dan benda-benda
langit yang mengitarinya secara langsung maupun tidak
langsung
Telur Kosmik merupakan gambaran awal alam semesta
sebagai materi yang panas, mampat, dan berevolusi
dengan cepat, nama lain dari dentuman besar.
Teori Kuantum disebut juga Mekanika Kuantum, sebuah teori
yang diterapkan secara umum pada atom-atom dan
bagian-bagiannya serta pada radiasinya. Teori kuantum
merupakan fondasi dari teori-teori tentang partikel
elementer, atom, dan inti. Teori yang harus ada saat
dentuman besar
Teori Mendel hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel
Teori Relativitas Khusus mengacu pada teori relativitas yang
hanya berlaku untuk kerangka acuan inersial, yaitu
kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan
konstan, terhadap kerangka acuan lain.
Teori Relativitas Umum yaitu teori yang menjelaskan
kerangka acuan yang saling bergerak relatif dengan
suatu percepatan.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 397


TENTANG PENULIS

Sudarmin, Profesor Bidang Ilmu


Pendidikan Kimia, lahir di Boyolali,
Jawa Tengah pada tanggal 23 Januari
1966. Perjalanan pendidikan dimulai
dengan belajar di SD Negeri I
Tanjungsari (lulus 1979), SMP Negeri I
Banyudono (lulus 1982), dan SMA
Negeri I Boyolali (lulus 1985).
Pendidikan Sarjana dari Pendidikan
Kimia di IKIP Semarang [lulus 1990],
progran S-2 di Ilmu Kimia Program
Pasca Sarjana UGM Yogyakarta [lulus
1994]. Pelatihan Bahasa Jerman di Goethe Institut tahun 1998-
1999, kemudian kuliah S-3 di prodi pendidikan IPA di SPs UPI
Bandung [lulus 2007]. Saat ini penulis sebagai dosen di
Pendidikan Kimia FMIPA dan PPs Unnes. Karier Jabatan yang
pernah diemban adalah kaprodi S-1 prodi pendidikan IPA dan
Kajur IPA terpadu FMIPA Unnes, Senat FMIPA dan Unnes. Sejak
tahun 2014 meraih jabatan fungsional Profesor bidang Ilmu
Pendidikan Kimia. Tugas tambahan yang pernah diemban adalah
(a) pengurus KPRI Handayani, (b) Instruktur nasional
pembelajaran AKTIF USAID DBE III, (c) Instruktor pelatihan
manajemen Laboratorium IPA, dan (d) Instruktur sosialisasi
kurikulum 2013. Penulis menikah dengan Dr. Rr. Sri Endang
Pujiastuti, SKM, MNS (dosen Poltekes Semarang) dan dikaruniai
dengan dua orang putra: (1) Ikhsan Wisnuadji Gamadarenda, (2)
Muhammad Ethico Sigmadarenda, dan seorang putri nama
Aurima Hanun Kusuma. Alamat rumah saati ini Jln. Tejosari Raya
Perumahan Grafika Citra Sentosa (GCS) Blok B-1/no 2-3,
Gedawang Banyumanik Semarang-Jawa Tengah.

398 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Syaifuddin, lahir di Rembang pada tanggal
22 Oktober 1989. Menamatkan jenjang
Sarjana (S-1) di IKIP PGRI Semarang tahun
lulus 2011 pada program studi pendidikan
fisika, dan menamatkan jenjang Program
Magister (S-2) di Universitas Negeri
Yogyakarta tahun lulus 2015 pada program
studi pendidikan sains konsentrasi fisika
dan pada tahun 2020 penulis diijinkan untuk
melajutkan studi Doktoral di Program
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, mengambil Program
Studi Pendidikan IPA. Sejak tahun 2013 penulis sudah aktif
sebagai resercher dari lembaga penelitian terkemuka seperti LSI,
Lembaga Demografi Universitas Indonesia, dan sampai sekarang
masih aktif sebagai researcher di Pusat Studi Kebijakan dan
Kependudukan UGM.

Maria Agatha Hertiavi, lahir di


Purbalingga, 31 Juli 1987. Penulis
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada tahun 2009 dan Magister
Pendidikan IPA pada tahun 2011 dari
Universitas Negeri Semarang. Sejak
tahun 2018 sampai sekarang penulis
aktif sebagai dosen tetap bidang Ilmu
Pendidikan Fisika, Prodi Pendidikan
Fisika Universitas Pattimura. Penulis
aktif melakukan berbagai penelitian di
bidang Pendidikan Fisika yang dipublikasikan dalam Jurnal
Nasional dan Seminar Internasional. Saat ini penulis sedang
menempuh studi doktoral di Program Studi Pendidikan IPA
Universitas Negeri Semarang.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 399


Dyah Setyaningrum Winarni, lahir di
Grobogan, 23 Oktober 1988. Merupakan
dosen Program Studi Pendidikan IPA di
Universitas Ivet sejak 2016. Dengan
mengampu bidang Biologi. Alumni S1
Pendidikan Biologi Universitas Negeri
Semarang tahun 2010, dan S2
Pendidikan IPA di Universitas Negeri
Semarang tahun 2012. Penulis aktif
dalam penelitian bidang kajian
pendidikan biologi dan media
pembelajaran. Kompetensi lain yang
dimiliki adalah asesor kompetensi BNSP
bidang metodologi dan kepelatihan.
Karya yang dihasilkan antara lain buku, HaKI, dan artikel ilmiah yang
terpublikasi. Saat ini menempuh program doktoral di Program Studi
Pendidikan IPA, Universitas Negeri Semarang.

Fina Fakhriyah, S.Pd., M.Pd., lahir di


Demak, pada 16 September. Pada tahun
2009 telah menyelesaikan pendidikan S1 di
Universitas Negeri Semarang (UNNES) dari
Program Studi Pendidikan Biologi, S2
Magister Pendidikan dari Program Studi
Pendidikan IPA UNNES (2011). Memulai
karir sebagai Guru di salah satu MTs dan MA
di Demak pada tahun 2009 dan menjadi
Dosen di Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas
Muria Kudus pada tahun 2012 sampai saat
ini. Penulis mengampu beberapa mata kuliah terkait di antaranya: 1)
Konsep Sains, 2) Aplikasi Sains, 3) PAKEM Sains, 4) Statistik
Pendidikan, 5) Diagnosis Kesulitan Belajar, 6) Penelitian Tindakan
Kelas Tematik Integratif. Penulis juga aktif dalam kegiatan penelitian
baik yang skema internal ataupun skema hibah eksternal (ristekdikti).
Fokus penelitian yang ditekuni oleh penulis yaitu tentang literasi
sains, keterampilan computational thinking, assessment dan
miskonsepsi pada konsep sains. Saat ini tahun 2020, penulis sedang
menempuh studi Doktoral pada Program Studi Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

400 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Atip Nurwahyunani lahir di Blora, 15 Mei
1983. Penulis mendapat gelar sarjana
sains dari Jurusan Biologi pada tahun
2006, gelar sarjana pendidikan Biologi
tahun 2008, dan gelar master bidang
pendidikan IPA konsentrasi Biologi 2010
di Universitas Negeri Semarang. Saat ini
penulis aktif sebagai dosen pada bidang
ilmu Pendidikan Biologi, dan Mikrobiologi
di Program Studi Pendidikan Biologi
FPMIPATI Universitas PGRI Semarang.
Saat ini penulis sedang menyelesaikan studi Doktoral Pendidikan IPA
di Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Penulis aktif
melakukan berbagai penelitian di bidang Pendidikan Biologi dan
Biologi Terapan yang dipublikasikan dalam jurnal Nasional dan Inter
national.

Yeyendra, lahir di Puntianai, 12 Februari


1991. Penulis mendapat gelar sarjana
pendidikan (S.Pd.) dari Jurusan
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Islam
Riau pada tahun 2014, dan gelar Magister
Pendidikan (M.Pd) dari jurusan Pendidikan
Biologi Universitas Negeri Yogyakarta
pada tahun 2017. Sejak lulus 2017,
penulis langsung mengajar sebagai
tenaga dosen luar biasa di Universitas
Islam Riau. Selain itu penulis juga
diamanahi sebagai Kepala Sekolah di Mts
Pondok Pesantren Darrut Taukhid Al-Maktub Pekanbaru. Pada tahun
2020 penulis melajutkan studi Doktoral di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang, mengambil Program Studi Pendidikan
IPA. Karya yang dihasilkan diantaranya dalah menulis buku dengan
judul ―Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dengan Jurnal Belajar
dan PBL‖ yang diterbitkan pada tahun 2020 yang lalu.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 401


Mutiara Nurul Lita Azizah, lahir di
Kabupaten Banyumas, 24 Oktober 1994.
Penulis mendapat gelar sarjana
pendidikan (S.Pd.) dari Program Studi
Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Muhammadiyah Purwokerto pada tahun
2016, dan gelar magister pendidikan
(M.Pd) dari program studi Pendidikan
IPA Universitas Negeri Semarang pada
tahun 2019. Sejak tahun 2017 sampai
sekarang penulis aktif sebagai guru di
SMP PGRI 1 Ajibarang. Saat ini penulis
sedang menempuh studi doktoral di
Program Studi Pendidikan IPA Universitas Negeri Semarang.

Eli Trisnowati, lahir di Kabupaten


Wonosobo, 03 Januari 1989. Penulis
mendapat gelar sarjana pendidikan (S.Pd.)
dari Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Semarang pada tahun
2011, dan gelar magister pendidikan (M.Pd)
dari Program Studi Pendidikan Sains
Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun
2014. Penulis pernah menjadi tenaga
pengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Sains AlQuran hingga
tahun 2017. Sejak 2017 hingga sekarang, penulis menjadi dosen
tetap di Program Studi Pendidikan IPA, FKIP, Universitas Tidar. Saat
ini penulis sedang menempuh studi doktoral di Program Studi
Pendidikan IPA Universitas Negeri Semarang. Penulis aktif
melakukan penelitian di bidang pendidikan IPA yang dipublikasikan
dalam jurnal Nasional dan Internasional.

402 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Desi Wulandari, lahir di Batang, 17
Desember 1983. Merupakan dosen di
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang sejak tahun 2009. Alumni
S1 Pendidikan Fisika Universitas Negeri
Semarang dan S2 Pendidikan IPA Universitas
Negeri Semarang. Saat ini sedang
melanjutkan studi Program Doktoral
Pendidikan IPA di Universitas Negeri
Semarang. Sebagai dosen PGSD mengampu
mata kuliah Konsep Dasar IPA, Pengembangan Pembelajaran IPA
dan Pendidikan Konservasi. Telah menghasilkan artikel penelitian
baik di jurnal nasional maupun internasional.

M. Hidayatur Rohman, lahir di Kabupaten


Semarang, 06 September 1980. Penulis
mendapat gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) dari
Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas
Negeri Semarang pada tahun 2003, dan gelar
master of science (M.Sc) dari jurusan Ilmu
Fisika Universitas Gajah Mada Yogyakarta
pada tahun 2009. Sejak lulus 2003, penulis
langsung mengajar mata pelajaran Fisika di
MAN 1 Salatiga sebagai tenaga guru honorer,
dan pada tahun 2003 itu juga penulis diterima sebagai PNS Guru
Fisika di MAN Tengaran (atau sekarang MAN 2 Semarang). Pada
akhir tahun 2017, penulis mengajukan mutasi ke IAIN Salatiga dan
diterima sebagai pegawai di IAIN Salatiga pada tahun 2018. Selama
proses mutasi menjadi tenaga dosen, penulis diberikan
tanggungjawab sebagai tenaga administrasi dan mengajar sebagai
dosen IPA di jurusan Tadris IPA dan Jurusan PGMI. Pada tahun
2020 penulis diijinkan untuk melajutkan studi Doktoral di Program
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, mengambil Program
Studi Pendidikan IPA dengan status ijin belajar.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 403


Riyanti, lahir di Kabupaten Jepara, 10 Mei
1973. Penulis mendapat gelar sarjana
pendidikan (S.Pd.) dari Jurusan Pendidikan
Kimia FPMIPA IKIP Semarang pada tahun
1997, dan gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)
dari Prodi IPA Konsentrasi Kimia Universitas
Negeri Semarang pada tahun 2012. Saat ini
mengajar di SMAN 1 Bangsri. Kegiatan yang
lainnya yaitu sebagai tutor UT di Jepara
mulai tahun 2014-sekarang. Pada tahun
2020 penulis diijinkan untuk melajutkan studi
Doktoral di Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang,
mengambil Program Studi Pendidikan IPA.

Kasmui, merupakan dosen Program Studi


Pendidikan Kimia Universitas Negeri
Semarang. Bidang keahlian kimia
komputasi, kimia kuantum, kinetika kimia,
kimia fisika, dan pembeljaran kimia
berbasis TIK. Menyelesaikan S1 di
Universitas Negeri Semarang, S2 di
Universitas Gadjah Mada. Pernah studi
doktoral di Kimia Komputasi UGM dan riset
komputasi Sandwich Program di Innsbruck
University, Austria. Berpengalaman sebagai
narasumber muktimedia interaktif dan
pembelajaran berbasis TIK bagi guru dan narasumber dalam
pengelolaan laboratorium kimia dan IPA. Riset yang ditekuni adalah
bidang kimia komputasi dan sensor berbasis Arduino.

404 Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner


Rusdiyana, merupakan dosen di Program
Studi Pendidkan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Achmad Yani Banjarmasin sejak
tahun 2012. Alumni S1 Pendidikan Biologi
Universitas Lambung Mangkurat pada tahun
2004 dan S2 Pendidikan Biologi universitas
Lambung Mangkurat pada tahun 2012. Saat
ini sedang melanjutkan studi Program
Doktoral Pendidikan IPA di Universitas
Negeri Semarang.

Mengungkap Hakikat Paradigma Sains dan Pemikir Saintis Revolusioner 405

Anda mungkin juga menyukai