Anda di halaman 1dari 6

AKUNTANSI KEUANGAN KONTEMPORER

RMK 9

Oleh:

Baiq Aulia Sulhia (I2F020001)

PASCA SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2021
PENENTU PENGHINDARAN PAJAK: BUKTI DARI INDUSTRI PERTAMBANGAN
INDONESIA

Pengantar

Penghindaran pajak merupakan salah satu strategi perusahaan untuk meringankan


beban pajak perusahaan secara legal. Penghindaran pajak biasa dilakukan karena banyak
wajib pajak badan dan pribadi merasa terbebani dengan membayar pajak. Di sisi lain
disebabkan oleh rendahnya kesadaran wajib pajak untuk mematuhi ketentuan perpajakan
(Putra & Osman, 2019). Sehubungan dengan itu, wajib pajak berusaha untuk meringankan
beban pajak dengan meminimalkan jumlah pajak yang terutang (Dewi & Sari, 2015). Salah
satu sektor yang sering melakukan penghindaran pajak adalah sektor pertambangan. Dengan
kekayaan sumber daya alam yang melimpah, sektor pertambangan rentan untuk melakukan
praktik penghindaran pajak karena keuntungan besar yang bisa diperoleh dari kegiatan
pertambangan.

Beberapa kasus penghindaran pajak yang terjadi di Indonesia dilakukan oleh


perusahaan tambang Grup Bakrie, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Bumi Resources,
dan PT Arutmin Indonesia yang terindikasi penggelapan pajak sebesar Rp 2,1 triliun.
Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pajak, tunggakan pajak terbesar dimiliki oleh PT
KPC sebesar Rp 1,5 triliun, disusul PT Bumi Resources sebesar Rp 376 miliar dan PT
Arutmin Indonesia sebesar Rp 300 miliar. PT. Kaltim Prima Coal (PT. KPC) melakukan
penghindaran pajak dengan melakukan transfer pricing dengan menjual batubara di bawah
harga pasar kepada perusahaan terafiliasi (PT Indocoal Resource Limited). Harga tersebut
hanya setengah dari harga normal yang dimiliki PT. KPC dulu berlaku untuk pembeli lain.
Kemudian, PT Indocoal menjual batu bara tersebut ke pembeli lain dengan harga normal
yang diterapkan KPC. Alhasil, pendapatan penjualan batu bara oleh PT. KPC jauh lebih
rendah dan merugikan negara sebesar Rp 1,7 triliun.

Beberapa faktor yang memungkinkan perusahaan melakukan penghindaran pajak,


antara lain insentif eksekutif, risiko perusahaan, kepemilikan institusional, komisaris
independen, komite audit, kualitas audit, dan konservatisme akuntansi. Faktor pertama,
insentif eksekutif, berkaitan erat dengan hubungan antara prinsipal dan agen. Insentif
diberikan hanya untuk meningkatkanmotivasi para eksekutif perusahaan untuk bekerja secara
optimal untuk mencapai tujuan perusahaan, Faktor kedua, risiko perusahaan, adalah suatu
kondisi dimana terdapat sejumlah kemungkinan yang kemungkinan dapat menyebabkan
kinerja perusahaan yang kurang baik karena ketidakamanan di masa depan (Dewi & Sari,
2015).

Faktor ketiga adalah tata kelola perusahaan. Penerapan tata kelola perusahaan untuk
meminimalkan konflik antar agen. Menurut Komite Nasional Kebijakan Tata Kelola
(KNKG), mekanisme tata kelola perusahaan yang baik (GCG) melibatkan kepemilikan
institusional, proporsi dewan komisaris, komite audit, dan kualitas audit. Jika dikaitkan
dengan penghindaran pajak, semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional akan semakin
mengintensifkan pengawasan. Pengawasan yang intensif tentu akan mencegah penghindaran
pajak oleh manajemen. Selanjutnya dewan komisaris merupakan salah satu dewan yang
berkaitan dengan isi informasi laba suatu perusahaan. Komposisi dewan komisaris dapat
mempengaruhi manajemen dalam menyusun laporan keuangan untuk meminimalkan
penghindaran pajak. Faktor lainnya adalah komite audit yang memiliki peran penting untuk
berhubungan dengan pemegang saham. Tugas penting komite audit adalah memantau
kebijakan yang dibuat oleh suatu perusahaan dalam pelaporan keuangan. Oleh karena itu,
kinerja audit perusahaan yang optimal mampu mengurangi perilaku penghindaran pajak.

Faktor keempat adalah konservatisme akuntansi. Menurut Pernyataan Konsep FASB


No.2, konservatisme adalah reaksi hati-hati dalam menghadapi ketidakpastian dan risiko
bisnis yang diprediksi di masa depan. Jika dikaitkan dengan penghindaran pajak, praktik
konservatisme akuntansi akan mempengaruhi sistem pelaporan keuangan yang melibatkan
berbagai kebijakan; salah satunya terkait dengan pembayaran pajak perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh


insentif eksekutif, risiko perusahaan, kepemilikan institusional, komisaris independen, komite
audit, kualitas audit, dan konservasi akuntansi pada penghindaran pajak. Penelitian ini
memakan waktu selama enam tahun dari tahun 2012 hingga tahun 2017, dan diharapkan
dapat memberikan kontribusi agar pemerintah dapat memantau secara ketat perusahaan-
perusahaan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Tinjauan Literatur

Teori agensi

Teori keagenan berfokus pada fakta-fakta yang berkembang dalam setiap individu
organisasi yang disebut 'agen' yang bertindak sebagai pihak yang dipercaya oleh individu
atau kelompok individu lain yang disebut 'prinsipal'.. Para pendukung teori ini menganggap
bahwa prinsipal dan agen memiliki kepentingan masing-masing yang seringkali
menimbulkan perbedaan kepentingan di antara mereka (Lukviarman, 2016).

Teori keagenan menyebutkan bahwa asimetri informasi antara manajer dan pemegang
saham mungkin disebabkan oleh fakta bahwa manajer mengetahui kondisi internal
perusahaan lebih baik daripada pemegang saham. Manajer memiliki motivasi lebih untuk
memenuhi kepentingannya, demikian pula para pemegang saham yang bertekad untuk
menciptakan kemakmuran. Salah satu cara untuk menekan atau mengurangi biaya keagenan
adalah gambaran yang jelas tentang struktur organisasi untuk membangun sistem yang efisien
untuk mengatur kerjasama antara agen dan prinsipal.

Insentif Eksekutif untuk Penghindaran Pajak

Insentif eksekutif adalah suatu bentuk penghargaan yang diberikan oleh suatu perusahaan
kepada para eksekutifnya agar lebih termotivasi dalam mengelola perusahaan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Insentif eksekutif terkait erat dengan teori keagenan. Insentif
eksekutif diharapkan dapat membuat eksekutif (agen) fokus pada pencapaian tujuan
perusahaan dan menahan diri dari tindakan yang merugikan perusahaan, seperti penghindaran
pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Sarra et al. (2014) mengungkapkan bahwa insentif
eksekutif berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan uraian tersebut,
hipotesis pertama penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

H1: Insentif eksekutif berdampak negatif terhadap penghindaran pajak.

Risiko Perusahaan atas Penghindaran Pajak

Penghindaran pajak yang dilakukan oleh suatu perusahaan melalui kebijakannya dilakukan
oleh manajemen puncak atau eksekutif perusahaan itu sendiri dimana manajemen puncak
perusahaan mungkin memiliki karakter yang berbeda. Perbedaan kepentingan mempengaruhi
perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. Semakin tinggi tingkat kesadaran yang
dimiliki wajib pajak dalam menjalankan usahanya, maka semakin tinggi pula tingkat
kepatuhannya (Meidawati & Azmi, 2019). Seorang pemimpin perusahaan dapat menjadi
pengambil risiko dari penghindar risiko yang tercermin dari seberapa besar atau kecil risiko
perusahaan (Budiman 2012). Karakter yang berbeda dari eksekutif menciptakan kepentingan
yang berbeda dari mereka.

Teori keagenan menunjukkan bahwa kepentingan ini dapat menyebabkan masalah keagenan
di masa depan jika ada asimetri informasi antara prinsipal dan agen tentang kebijakan yang
harus diterapkan terkait dengan risiko perusahaan. Para pemimpin perusahaan tentunya
memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan dan kebijakan perusahaan. Jika
dikaitkan dengan penghindaran pajak, maka kebijakan yang terkena dampak adalah yang
terkait dengan tingkat penghindaran pajak perusahaan. Semakin banyak risiko yang
ditanggung perusahaan, semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan penghindaran
pajak. maka hipotesis kedua penelitian ini dirumuskan sebagai berikut

H2: Risiko perusahaan secara positif mempengaruhi penghindaran pajak.

Kepemilikan Institusional atas Penghindaran Pajak

Proporsi kepemilikan saham oleh institusi akan mempengaruhi kualitas pengawasan terhadap
manajemen. Teori keagenan menyebutkan bahwa semakin banyak saham yang dimiliki
institusi, semakin ketat pengawasan terhadap perilaku manajemen dalam suatu perusahaan
(Winata, 2014). Tingkat pengawasan yang tinggi akan mengurangi perilaku oportunistik
manajemen, sehingga dapat menghambat manajemen dalam mengambil keputusan terkait
penghindaran pajak. Dalam penelitiannya, Suardana (2014) menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan uraian tersebut,
maka hipotesis ketiga penelitian ini adalah sebagai berikut.

H3: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.

Komisaris Independen Penghindaran Pajak

Komisaris Independen mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan fungsi
pengendalian dan pengawasan terhadap operasional perusahaan dan memastikan bahwa tata
kelola perusahaan diterapkan di perusahaan. Teori keagenan mengklaim bahwa salah satu
cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan membentuk dewan komisaris
sebagai perwakilan pemegang saham. Oleh karena itu, komisaris independen memiliki peran
yang sangat penting untuk mengawasi jalannya perusahaan agar sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan mampu mendeteksi penyimpangan dan kecurangan. maka hipotesis
keempat penelitian ini dirumuskan sebagai berikut

H4: Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.

Komite Audit Penghindaran Pajak

Komite Audit bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas komposisi pelaporan keuangan
dan melakukan pengendalian internal dalam suatu perusahaan. Sandy dan Lukviarman (2008)
menyebutkan bahwa komite audit harus ada dalam perusahaan yang menerapkan tata kelola
perusahaan yang baik karena tugasnya penting bagi kehidupan perusahaan. Teori keagenan
menjelaskan bahwa masalah keagenan dapat terjadi karena adanya asimetri informasi. Oleh
karena itu, komite audit yang memiliki integritas dan kompetensi yang baik diperlukan untuk
mewujudkan proses pemeriksaan dan pengawasan yang baik serta meminimalkan
penghindaran pajak. Dewi dan Jati (2014) berasumsi bahwa komite audit berpengaruh negatif
terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis kelima penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut.

H5: Komite audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.

Kualitas Pemeriksaan Penghindaran Pajak

Audit merupakan komponen penting dari tata kelola perusahaan yang erat kaitannya dengan
salah satu prinsip tata kelola perusahaan, yaitu transparansi. Saat ini, perusahaan publik
menuntut transparansi yang lebih dalam laporan keuangan. Tingkat transparansi yang tinggi
meningkatkan minat investor untuk berinvestasi atau membeli saham perusahaan (Winata,
2014)..Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis keenam penelitian ini
adalah sebagai berikut.

H6: Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.

Konservatisme Akuntansi pada Penghindaran Pajak

Menurut Pernyataan Konsep FASB No.2, konservatisme adalah reaksi hati-hati dalam
menghadapi ketidakpastian dan risiko bisnis yang diprediksi di masa depan. Dalam teori
keagenan, konservatisme memiliki peran yang paling efisien untuk membatasi konflik
keagenan. Dalam melakukan aktivitasnya, seorang agen pada umumnya cenderung untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Konservatisme dapat mencegah asimetri informasi dengan
membatasi agen agar tidak memanipulasi laporan keuangan. Sarra dkk. (2014) melakukan
penelitian yang menunjukkan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ketujuh penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
H7: Konservatisme akuntansi berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak

Metode penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2012-2017. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, dan
sampel yang digunakan adalah 30 sampel perusahaan. Penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa laporan keuangan yang telah diaudit dan laporan tahunan perusahaan yang
diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia dan BEI. Penelitian ini menggunakan variabel
terikat yaitu penghindaran pajak, dan variabel bebas meliputi insentif eksekutif, risiko
perusahaan, kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit, kualitas audit,
dan konservatisme akuntansi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, data dianalisis dengan
menggunakan 1) analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan objek yang akan diteliti,
dan 2) uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah data memenuhi asumsi klasik atau tidak.
Hal ini dilakukan untuk menghindari pendugaan yang bias karena tidak semua data dapat
dianalisis menggunakan regresi. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pengujian yang telah dilakukan, penelitian ini


mengungkapkan bahwa kualitas audit dan konservatisme akuntansi berpengaruh negatif
signifikan terhadap penghindaran pajak. Sedangkan insentif eksekutif, risiko perusahaan,
kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1) penelitian ini hanya


menganalisis perusahaan di sektor pertambangan sebagai objek penelitian. Penelitian lebih
lanjut diharapkan dapat diperluas ke sektor lain, seperti perbankan; 2) Penelitian ini
menghasilkan koefisien determinasi sebesar 49,2% yang berarti 49,2% determinan
penghindaran pajak dipengaruhi oleh insentif eksekutif, risiko perusahaan, kepemilikan
institusional, komisaris independen, komite audit, kualitas audit, dan konservatisme
akuntansi. sisanya 51,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model
penelitian ini. Diharapkan penelitian selanjutnya menambahkan variabel independen lainnya
seperti CSR atau hubungan politik.

Penelitian ini untuk lebih memberikan pertimbangan kepada pemerintah untuk


melakukan pengawasan yang lebih ketat kepada perusahaan terkait kewajiban perpajakannya
dan untuk memberikan hukuman yang lebih berat kepada pelaku usaha yang melakukan
penghindaran pajak secara illegal.

Anda mungkin juga menyukai