Anda di halaman 1dari 11

MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN

MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1


(MODEL) LUBUKLINGGAU

Putiha Rakhmaini Indah Sari


Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana IAIN Bengkulu
Email: putiharakhmaini_indahsari@gmail.com

ABSTRAK:
Pendidikan yang berhasil dalam mencapai tujuan di madrasah membutuhkan kemampuan manajerial kepala madrasah.
manajerial mutlak dimiliki oleh kepala madrasah sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap madrasah yang di-
kelolanya. MAN 1 (Model) Lubuklinggau dibawah kepemimpinan Rusmaladewi, S.Pd, M.M berupaya secara terus menerus
untuk meningkatkan mutu tamatan yang mempunyai pribadi unggul yang mandiri, profesional, berimtaq dan berbudaya
lingkungan di era global. Penelitian dalam tesis ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, pengumpulan data
dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan teknis reduksi data, display
data, pengecekan keabsahan data melalui triangulasi kemudian penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepala madrasah sudah melakukan proses manajerial dengan baik pada manajemen kurikulum. Pada tahapan perencanaan
kepala madrasah memadukan antara administrative approach dengan grass roots approach yang disusun berdasarkan atas
kebutuhan siswa. Dalam proses pengorganisasian kurikulum kepala madrasah melakukan dua tahapan yaitu tahapan
pada tingkat struktural dan tingkatan akademik. Tahapan pelaksanaan manajerial kurikulum, kepala madrasah membagi
tahapan menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat madrasah dan kelas, sementara itu untuk tahapan
pengawasan kepala madrasah menerapkan evaluasi formatif dan sumatif. Kemampuan manajerial kepala madrasah dalam
mengelola manajemen personil dikatakan cukup baik, namun terdapat beberapa hal yang masih kurang yaitu pada tahapan
perencanaan dan evaluasi. Pada tahapan perencanaan kepala madrasah belum melibatkan seluruh tatanan madrasah dalam
perencanaannya, begitu juga pada tahapan pengawasan kepala madrasah kurang tegas dalam pemberian sanksi. Dalam
perencanaan sarana prasarana kepala madrasah membagi kebutuhan sesuai dengan periode waktu yaitu jangka pendek,
menengah dan panjang, membentuk struktur organisasi pelaksanaan sarpras, melakukan pelaksanaan sesuai dengan dengan
standar PP No 19 Tahun 2005 serta melakukan evaluasi pada semua tahapan proses manajerial.
Kata kunci: Manajerial Kepala Madrasah, Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Evaluasi, Manajemen Kurikulum,
Manajemen Personil, Manajemen Sarana Prasarana

ABSTRACT:
Education Succeeds in Achieving its goal at school needs the ability managerial.Of the school principal managerial capabilities
of absolute owned by school principals as the one who responsible for schools that manages. Man 1 (Model) Lubuklinggau
under leadership Rusmaladewi, S. Pd , MM trying to be constantly in to improve the quality of graduates who have a superior
standalone personal, professional, and cultured berimtaq the environment in the era of global. Research in the this is a
descriptive with a qualitative approach, the data collection technique to interview, observation and documentation, technical
analysis uses the data while the data reduction, data display, checking the validity of the data over the triangulation then
the withdrawal of conclusion. The research results show that school principals have done well in the managerial process
management curriculum. On stage planning between the school principal administrative approach blends with grass roots
approach over are arranged based on student needs. In the process of organizing the curriculum the school principal do two
stage the stage at the structural and academic levels. Stages managerial implementation of the curriculum, the school principal
stage divide into two levels that is the implementation of the curriculum of Islamic and class, meanwhile for its supervision,
the school principal stages apply formative and summative evaluation. Of managerial capabilities of school principals in
managing the personnel said good enough, but there were some things that were lacking where the planning and evaluation
stage. On stage planning the school principal not yet engage the entire range of schools in plan. So Also on stage supervision
head were not firmly in schools of sanctions. In planning the infrastructure of the school principal divide needs in accordance
with a period of time that is short-term, medium and long, forming the organization structure the implementation of the of
Infrastructures, do the implementation of the in accordance with with a standard government regulation no 19 years in 2005
and at all stages Evaluate the managerial process.
Keywords: Managerial, Planning, Organizing, Actuating, Evaluation, Curriculum Management, Personnel Management,
Management Of Infrastructures

249 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016

PENDAHULUAN Kepala madrasah sebagai manajer sudah


Manajerial kepala madrasah merupakan salah saatnya mengoptimalkan mutu kegiatan pem-
satu kompetensi yang harus dimiliki kepala belajaran untuk memenuhi harapan pelanggan
madrasah, dimana kepala madrasah harus pendidikan, madrasah berfungsi membina sumber
diasah kompetensinya dalam mengelola lembaga daya manusia yang kreatif dan inovatif, sehingga
yang dipimpin. Kemampuan manajerial kepala kelulusannya memenuhi kebutuhan masyarakat,
madrasah merupakan seperangkat pengetahuan, baik pasar tenaga kerja sektor formal maupun
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, sektor informal. Dengan demikian pendidikan
dihayati, dikuasai dan diaktulisasikan oleh yang bermutu tidak hanya dilihat dari kualitas
kepala madrasah dalam melaksanakan tugas lulusannya, tetapi mencakup bagaimana lembaga
kepemimpinannnya. Berdasarkan Peraturan pendidikan mampu memenuhi kebutuhan sesuai
Pemerintah (PP) No 13 Tahun 2007 tentang dengan standar mutu yang berlaku. Pelanggan
kepala sekolah/madrasah bahwasanya kompetensi dalam hal ini adalah pelanggan internal
yang dimiliki kepala madrasah meliputi kom- (Pendidik) serta Eksternal (Peserta didik, orang
petensi kepribadian, kompetensi manajerial, tua dan masyarakat).
kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi Terdapat dua faktor yang dapat menjelaskan
dan kompetensi sosial yang diperoleh melalui upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini
pendidikan profesi.2 Kompetensi kepala madrasah kurang berhasil. Pertama, strategi pembangunan
tersebut bersifat menyeruluh dan merupakan satu pendidikan selama ini lebih bersifat oriented.
kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan Strategi demikian lebih bersandar kepada asumsi
dan saling mendukung. bahwa bilamana semua input pendidikan telah
Pengembangan manajemen madrasah seperti dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi
kurikulum, peningkatan sumber daya manusia ajar) dan alat-alat belajar lainnya, penyediaan
atau personil dan sarana prasarana pendidikan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga
sangatlah penting untuk dilakukan, kurikulum kependidikan lainnya, maka secara otomatis
dan SDM madrasah merupakan merupakan lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat meng-
salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hasilkan out put (keluaran) yang bermutu sebagai
pembelajaran, begitu juga dengan sarana dan mana yang diharapkan. Kedua, pengelolaan
prasarana yang merupakan alat dan fasilitas pendidikan selama ini masih bersifat macro-oriented,
yang akan memperlancar upaya peningkatan diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat.
upaya peningkatan kualitas pendidikan. Dalam Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan
mengembangkan manajemen madrasah, kepala di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak
madrasah memegang peranan yang sangat penting. berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro
Berdasarkan konsep mutu pendidikan (sekolah).
maka dapat dipahami bahwa pembangunan Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa
pendidikan bukan terfokus pada penyediaan kompleksitas cakupan permasalahan pendidikan,
faktor input pendidikan saja tetapi juga harus seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh
lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. dan akurat oleh birokrasi pusat. Dari uraian di
Input pendidikan merupakan hal yang mutlak atas tersebut memberikan pemahaman bahwa
harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus
tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi
meningkatkan mutu pendidikan. Secara umum juga harus lebih memperhatikan faktor proses
untuk meningatkan mutu madrasah untuk pendidikan.
mencapai standar kompetensi harus ditunjang Dari observasi awal diketahui bahwa MAN 1
oleh banyak pendukung. Diantaranya adalah (Model) Lubuklinggau memiliki banyak prestasi
kepala madrasah, guru yang profesional dan yang telah dicapai, baik ditingkat Kabupaten
semua stakeholder yang merupakan salah satu Provinsi maupun Nasional. MAN 1 (Model)
input madrasah yang memiliki tugas dan fungsi Lubuklinggau menjadi satu-satunya madrasah
yang sangat berpengaruh pada berlangsungnya percontohan di Kota Lubuklinggau. Selain itu
proses pendidikan.

| 250
Putiha Rakhmaini Indah Sari | Manajerial Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

juga, banyak mendapatkan prestasi dibidang analisis beberapa hal sebagai berikut, yaitu:
akademik dan non akademik, Khususnya dibawah 1. Menganalisis manajerial kepala madrasah dalam
kepemimpinan Ibu Rusmaladewi, S.Pd, M.M. mengembangkan manajemen kurikulum di
MAN 1 (Model ) Lubuklinggau berupaya secara MAN 1 (Model) Lubuklinggau.
terus menerus untuk meningkatkan mutu tamatan
2. Menganalisis manajerial kepala madrasah
atau calon tenaga kerja yang mempunyai pribadi
dalam mengembangkan manajemen sumber
unggul yang mandiri, profesional, berimtaq dan
daya manusia atau personil di MAN 1 (Model)
berbudaya lingkungan di era global. Secara
Lubuklinggau.
akademis selama tiga tahun berturut-turut Tahun
3. Menganalisis manajerial kepala madrasah
2014 sampai dengan Tahun 2016 seluruh siswa
dalam mengembangkan manajemen sarana
100% lulus pada ujian nasional.
dan prasarana pendidikan di MAN 1 (Model)
Sebagai satu-satunya MAN percontohan yang
Lubuklinggau.
ada di Kota Lubuklinggau, MAN 1 (Model)
Lubuklinggau berkomitmen pada aturan yang
LANDASAN TEORI
berlaku yang kemudian dikembangkan dengan
arah kebijakan madrasah serta pendayagunaan John Camingham yang dikutip Sartono
potensi tenaga edukatif, tenaga administratif serta mendefinisikan arti dari sebagai berikut:
fasilitas sarana yang ada. Kondisi demikian tentu “Competency is the skills, knowledge and
akan menunjukan jati dirinya dalam menghasilkan attitude that people must demonstrade in their
lulusan yang berkualitas. Hal ini dapat dibuktikan jobs to meet required (Kemampuan adalah
dengan berbagai keberhasilan yang dicapai peserta ketrampilan, pengetahuan, perilaku yang
didik. Demikian pula sebagai arah timbal balik orang-orang harus menunjukkannya dalam
hubungan madrasah dengan masyarakat, MAN pekerjaan pekerjaannya)”.
1 (model) Lubuklinggau telah menunjukkan
Selain itu, Honey yang dikutip Sartono men-
perhatian serta kepercayaan masyarakat yang
definisikan tentang kemampuan adalah me-
semakin positif. Hal ini pun dapat dibuktikan
rupakan ketrampilan (skills) untuk melakukan
dengan peminat siswa dari tahun ke tahun yang
tugas tertentu dalam rangka mendapatkan hasil
terus meningkat sehingga dalam penerimaan siswa
yang berguna.
baru diadakan seleksi melalui batasan nilai (hasil
Ujian Nasional dan tes khusus). Dari pemaparan pengertian tersebut tidak
terdapat perbedaan yang signifikan, sama-
sama menekankan arti kemampuan itu adalah
RUMUSAN MASALAH
ketrampilan yang dimiliki seseorang. Maka dapat
Adapun perumusan masalah dalam penelitian
dipadukan pengertiannya menjadi kemampuan
ini adalah sebagai berikut:
yaitu kecukupan, kecakapan, dan kesederhanaan
1. Bagaimana manajerial kepala madrasah dalam perilaku seseorang yang dilandasi dengan suatu
mengembangkan manajemen kurikulum di kualitas ketrampilan dalam melaksanakan
MAN 1 (Model) Lubuklinggau? pekerjaannya. Mendapatkan hasil yang berguna
2. Bagaimana manajerial kepala madrasah dalam kaitannya dengan kemampuan kepala sekolah
mengembangkan manajemen sumber daya mengandung arti bahwa kepala sekolah sebagai
manusia atau personil di MAN 1 (Model) individu yang melaksanakan pekerjaannya
Lubuklinggau? tentunya memiliki kecukupan kecakapan ke-
3. Bagaimana manajerial kepala madrasah dalam sederhanaan prilaku. dalam melaksanakan
mengembangkan manajemen sarana dan fungsinya yang dilandasi dengan kualitas
prasarana pendidikan di MAN 1 (Model) ketrampilan sebagaimana ketentuan persyaratan
Lubuklinggau? kompetensi kepala sekolah yang telah dijelaskan
diatas.
TUJUAN PENELITIAN Kepala Sekolah sebagai individu merupakan
Merujuk pada perumusan masalah di atas, komponen sekolah yang paling utama di sekolah
tujuan dari penelitian ini adalah untuk meng- berfungsi menjadi pemimpin (top manager) dalam

251 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016

menentukan sukses dan gagalnya suatu organisasi PEMBAHASAN


sekolah. Sebagai seorang pemimpin yang sukses 1. Penyajian Data
dapat dipastikan memiliki kemampuan mengelola a. Perencanaan Kurikulum oleh Kepala MAN 1
organisasinya dan mampu mengantisipasi pe- (Model) Lubuklinggau
rubahan yang secara tiba tiba, juga dapat Dalam perencanaan kurikulum, Kepala MAN
mengoreksi kelemahan kelemahan, serta sanggup 1 (Model) Lubuklinggau mencoba mensinergi-
membawa organisasinya kepada sasaran dalam kan kurikulum nasional sesuai dengan kebijakan
jangka waktu tertentu. pemerintah Menteri Pendidikan dengan
Menurut GR Terry yang dikutif Sartono dalam kurikulum muatan lokal. Kurikulum yang di-
bukunya “ The principle of Management” mengutip gunakan di MAN 1 (Model) Lubuklinggau yaitu
definisi management sebagai berikut: kurikulum 13 untuk kelas X dan XI, kurikulum
“Bahwa managemen adalah: a) Management KTSP untuk kelas XII. Berikut keterangan hasil
is the force that runs an enterprise and is wawancara dengan Kepala MAN 1 (Model)
responsible for its success or failure (manajemen Lubuklinggau.
adalah kekuasaan yang mengatur suatu usaha Dari keterangan tersebut terdapat dua
dan tanggung jawab atas keberhasilan atau kurikulum nasional yang berbeda namun pada
kegagalan dari padanya), b) Management is hakikatnya tetap mengacu pada Standar Isi dan
the performance of conceiving and achieving Standar Kompetensi Lulusan yang dikeluarkan
of utilizing human talents and resources Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
(manajemen adalah penyelenggaraan usaha Tindak lanjut dari kurikulum nasional tersebut
penyusunan dan pencapaian hasil yang yaitu setiap awal tahun pelajaran dilakukan
diinginkan dengan menggunakan bakat rapat perumusan kembali visi, misi, tujuan
bakat dan sumber sumber manusia), c) serta target madrasah, penyusunan kalender
Management is the simply getting things done akademik, penyusunan jadwal pelajaran secara
through people (manajemen secara sederhana permanen untuk semester ganjil dan semester
adalah melaksanakan perbuatan perbuatan genap dengan mengacu pada kurikulum nasional.
tertentu dengan tenaga orang lain” Menurut Kamad terdapat beberapa hal yang
harus direncanakan dalam kegiatan awal tahun
Dengan mengadopsi konsep fungsi dasar
yaitu:
manajemen menurut George R. Terry dalam
Euis Karwati dan Donni Juni yaitu perencanaan “Biasanya para guru dan TU beserta wakamad
(planning), pengorganisasian (organizing), membantu saya dalam merencanakan program
menggerakkan (actuating), dan pengendalian kurikulum yang berdasarkan pada visi,misi,
(controlling). target dan tujuan madrasah. Oleh karena itu,
sebelum dilakukan perencanaan kurikulum kami
melakukan perombakan kembali dengan visi dan
METODE PENELITIAN
misi madrasah agar visi dan misi tersebut selalu
Jenis penelitain ini adalah deskriptif
terupdate mengikuti perkembangan madrasah.”
(descriptive research) dengan menggunakan pen-
dekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen Dalam merencanakan suatu pembelajaran
yang dikutip oleh Sugiyono penelitian kualitatif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
yaitu (1) dilakukan dalam kondisi yang alamiah, dipertimbangkan oleh dewan guru. Perencanaan
langung ke sumber data dan peneliti sebagai tersebut tentunya tidak boleh menyimpang dan
instrumen kunci. (2) Penelitian kualitatif bersifat tetap mengacu pada rambu-rambu yang ada
deskriptif dengan data yang terkumpul berbentuk dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP),
kata dan gambar sehingga tidak menekankan harus disesuaikan dengan tujuan yang ada baik
pada angka. (3) Penelitian kualitatif lebih lembaga maupun tujuan pembelajaran itu
menekankan pada proses dari pada produk dan sendiri. Selain itu perencanaan yang dibuat
outcome, (4) Penelitian kualitatif melakukan oleh kepala madrasah harus disesuaikan dengan
analisis data secara induktif, dan (5) Penelitian kondisi dan kebutuhan siswa sekarang ini.
kualitatif lebih menekankan makna. Sebagaimana yang disampaikan oleh kepala

| 252
Putiha Rakhmaini Indah Sari | Manajerial Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Madrasah: Kalau perencanaan sudah jelas, kita Kelas X Peminatan MIA dan IIS, Kelas XI IPA dan
tinggal sesuaikan dengan tujuan sekolah dan IPS, serta KTSP untuk kelas XII IPA. Madrasah
mata pelajaran itu sendiri. apalagi tuntutan berwenang mengembangkannya sesuai dengan
zaman sekarang ini, kebutuhan siswa untuk satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik
benar-benar mengamalkan ajaran agama harus daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan
benar-benar diperhatikan.” peserta didik.
Dalam melakukan perencanaan kurikulum
Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau ber- d. Pengaturan Beban Belajar
dasarkan pada visi madrasah yaitu “Berprestasi walaupun untuk Kelas X sudah menggunakan
di bidang IMTAQ dan IPTEK, berbudaya serta program peminatan namun beban belajar satuan
berwawasan lingkungan” serta misi madrasah pendidikan MAN 1 (Model) Lubuklinggau di-
yaitu “menyelenggarakan pendidikan yang laksanakan masih menggunakan sistem paket.
berorientasi mutu, baik secara keilmuan maupun Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan
secara moral dan sosial, sehingga mampu waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya untuk mengikuti program pembelajaran melalui
insani yang berkualitas di bidang IMTAQ dan penugasan, struktur dan kegiatan mandiri
IPTEK, berbudaya serta berwawasan lingkungan”. tidak berstruktur. Semua dimaksudkan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan dengan
b. Pengorganisasian Kurikulum oleh Kepala memperhatikan tingkat perkembangan peserta
MAN 1 (Model) Lubuklinggau didik. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan
Madrasah sebagai salah satu lembaga pen- pembelajaran yang berupa proses interaksi antara
didikan yang didalamnya terdapat berbagai peserta didik dengan pendidik.
unsur yang memerlukan tatanan kerjasama
yang baik, ketentuan tugas yang baik yang 2. Pembahasan
menyangkut hak, kewajiban serta tanggung jawab
Guru sebagai pelaksana kurikulum mem-
dalam mengkoordinir pelaksanaan tugas demi
punyai tanggung jawab penuh jalannya kegiatan
kelancaran penyelenggaraan program-program
belajar mengajar. Sebelum mengajar guru
madrasah. Untuk mencapai maksud tersebut
harus mempersiapkan perangkat pembelajaran
diperlukan organisasi yang baik, sehingga dapat
dengan menyusun RPP sebagai pedoman dalam
berfungsi sebagai struktur antara satu personil
mengajar agar pembelajaran bisa sistematis
dengan personil lainnya dalam satu organisasi.
dan tujuan setiap mata pelajaran bisa tercapai,
Demikian halnya dalam bidang kurikulum dan saat ini pembelajaran di MAN 1 (Model)
butuh pengorganisasian yang baik sehingga Lubuklinggau sudah didukung dengan multi
kurikulum bisa tersusun rapi tepat sasaran. media. MAN 1 (Model) Lubuklinggau dalam
Hal ini secara structural dapat dilihat dari menyelenggarakan pendidikan menitik-beratkan
pola komando dalam sistem pengorganisasian pada pembinaan akhlakul karimah, pengetahuan
kurikulum di MAN 1 (Model) Lubuklinggau. agama dan umum yang bersinergi, dan berbagai
Keberhasilan kurikulum tidak bisa lepas dari macam keterampilan hidup. Selain itu MAN
peran guru. Sebagai pelaksana kurikulum, guru 1 (Model) Lubuklinggau juga mengupayakan
harus mempunyai kualitas yang baik sehingga terpenuhinya tuntutan peningkatan kualitas
akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik. sumber daya manusia dan pembangunan
Untuk menunjang hal tersebut maka Kepala manusia Indonesia seutuhnya yang terbentuk
MAN 1 (Model) Lubuklinggau memberikan dalam pribadi berkualitas yaitu manusia beriman
pembekalan bagi para guru yang berupa dan bertaqwa, berakhlak mulia, berwawasan
pemberian motivasi. luas cerdas terampil dan profesional serta dapat
menghasilkan sosok-sosok ulama yang memiliki
c. Pelaksanaan Kurikulum oleh Kepala MAN 1 ilmu pengetahuan agama serta berwawasan
(Model) Lubuklinggau keilmuan modern.
Kurikulum yang dilaksanakan di MAN 1 Pembelajaran di MAN 1 (Model) Lubuklinggau
(Model) Lubuklinggau yaitu Kurikulum 13 untuk

253 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016

dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan kurikulum Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana
yang telah ditetapkan yang disesuaikan dengan dan PERMENDIKNAS NO 13 Tahun 2007,
kalender pendidikan nasional. Hari belajar Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau sudah
dalam seminggu sebanyak enam hari, sejak menyusun perencanaan madrasah dengan baik
Senin sampai dengan Sabtu. Setiap hari diatur dalam bidang kurikulum, hal ini dikarenakan
jam belajar masing-masing sebanyak delapan perencanaan yang dibuat diupayakan fleksibel
jam pelajaran, dari pukul 07.00 pagi sampai sesuai dengan situasi dan kondisi madrasah
dengan pukul 15.00 siang. Aktivitas guru dalam serta penjabaran perencanaan yang ditetapkan
pembelajaran masih bervariasi, sebagian besar dirumuskan secara jelas berdasarkan atas visi
guru memulai pembelajaran dengan mengabsen dan misi madrasah.
siswa, setelah itu langsung menyampaikan materi Selain itu juga, dari hasil wawancara penulis
pelajaran. Sebagian lagi guru masuk kelas terlebih dengan Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau
dahulu menertibkan siswa yang ada, mengecek dan Wakamad Kurikulum MAN 1 (Model)
kesiapan siswa untuk belajar, setelah itu baru Lubuklinggau dapat ditarik kesimpulan bahwa
menyampaikan materi pelajaran. Ada juga guru pendekatan perencanaan kurikulum yang di-
yang masuk kelas langsung menyampaikan gunakan yaitu perpaduan antara “administrative
materi pelajaran atau langsung memberikan approach” atau “from the top down” dengan
tugas kepada siswa, guru di MAN 1 (Model) “grass roots approach”, dimana kurikulum
Lubuklinggau sangat memperhatikan kesiapan yang digunakan berdasarkan atas perpaduan
siswa dalam mengikuti pelajaran. Metode kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal
pembelajaran yang digunakan oleh sebagian madrasah. Sejalan dengan pendapat J.G Owen
guru dalam mengajar juga bervariasi. Sebagian pada tahapan perencanaan sangat menekankan
guru mengajar hanya menggunakan salah satu perlunya keterlibatan guru, di MAN 1 (Model)
metode seperti ceramah, diskusi, tanya jawab Lubuklinggau tahapan perencanaan kurikulum
dan penugasan. Sebagian lagi guru mengajar sudah mengikutsertakan guru sebagai pemegang
dengan menggabungkan beberapa metode seperti peran penting pelaksana kurikulum. Untuk
ceramah dan tanya jawab, penugasan dan diskusi, pengorganisasian berdasarkan atas penyajian data
dan sebagainya. di atas pola pengorganisasian yang dilakukan
oleh Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau yaitu
a. Pengawasan Kurikulum oleh Kepala MAN 1 melalui pembagian tugas yang jelas, kesatuan
(Model) Lubuklinggau perintah dengan sistem komando utama yaitu
Dari hasil observasi dapat dideskripsikan kepala madrasah, adanya keseimbangan antara
pengawasan yang dilakukan oleh kepala madrasah wewenang dan tanggung jawab dengan struktur
dilakukan pada setiap fungsi manajemen yaitu organisasi yang sederhana, serta pemberian
perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan. motivasi dari kepala madrasah kepada guru
Namun, untuk pelaksanaan evaluasi di MAN sebagai ujung tombak pelaksana kurikulum secara
1 (Model) Lubuklinggau dilakukan secara terprogram dalam rapat pembinaan, penempatan
terprogram dalam bentuk penilaian proses orang yang tepat sesuai dengan kemampuan. Hal
(harian), penilaian formatif (tengah semester), tersebut sesuai dengan prinsip pengorganisasian
dan penilaian sumatif (ulangan umum akhir Suryosubroto.
semester). Teknik penilaian yang digunakan Dalam proses pelaksanaan, kepala MAN 1
adalah penilaian secara tertulis dan praktik. (Model) Lubuklinggau melaksanakan kurikulum
Untuk menentukan kenaikan kelas bagi siswa berdasarkan atas struktur program, melakukan
ditentukan oleh tiga kriteria kenaikan kelas, penyusunan jadwal pelajaran, kalender akademik,
yakni; nilai minimal, kedisiplinan, dan akhlak. melakukan pembagian jam mengajar dan pem-
berian bimbingan teknis dalam pembuatan
b. Manajerial Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau rencana pembelajaran di kelas. Hal tersebut
dalam Manajemen Kurikulum sejalan dengan proses pelaksanaan kurikulum
Dari penyajian data di atas, penulis menarik menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana.
kesimpulan berdasarkan atas teori perencanaan
Sementara itu untuk proses pengawasan

| 254
Putiha Rakhmaini Indah Sari | Manajerial Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

yaitu Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau me- kepala madrasah tentang fasilitas pelatihan
lakukan pengawasan sejak proses perencanaan, bagi guru, dikemukakan bahwa MAN 1 (Model)
pengorganisasian dan pelaksanaan. Selain itu Lubuklinggau sering memfasilitasi guru untuk
untuk mengukur keberhasilan kurikulum, Kepala mengikuti pelatihan-pelatihan, baik pelatihan
MAN 1 (Model) Lubuklinggau melakukan yang sifatnya diadakan MGMP maupun
evaluasi formatif dan sumatif. pelatihan-pelatihan lokal dan regional. Selain
Berdasarkan analisis terhadap seluruh proses itu dalam melakukan tugasnya kepala madrasah
manajerial Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau, menerapkan sosok sebagai mitra kerja bukan
penulis menarik kesimpulan bahwa kepala MAN seorang pimpinan, hal ini bertujuan agar men-
1 (Model) Lubuklinggau sudah melakukan proses ciptakan suasana yang kondusif di madrasah.
manajerial dengan baik dimulai dari proses Untuk pengawasan terhadap personil
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan madrasah, sebenarnya kepala madrasah sudah
dan pengawasan sesuai dengan teori GR Terry melaksanakan fungsinya sebagai evaluator namun
mengenai fungsi manajerial. banyak guru yang tidak menyadari adanya
pengawasan dari kepala madrasah dikarenakan
c. Manajerial Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau sanksi yang diberikan kurang tegas dan tidak
dalam Manajemen Personil atau SDM jelas.
Dalam proses perencanaan pegawai, Kepala Kemampuan manajerial Kepala MAN 1
MAN 1 (Model) Lubuklinggau terlebih dahulu (Model) Lubuklinggau dalam mengelola
melakukan analisis terhadap kebutuhan pegawai manajemen personil dikatakan cukup baik, namun
yang didasarkan pada jenis pekerjaan, sifat terdapat beberapa hal yang masih kurang yaitu
pekerjaan dan analisis beban kerja, senada pada tahapan perencanaan dan evaluasi. Pada
dengan yang dikatakan PP No 97 Tahun 2000 tahapan perencanaan kepala madrasah belum
mengenai formasi. Dimana formasi merupakan melibatkan seluruh tatanan madrasah yaitu guru
jumlah dan susunan pegawai untuk jangka dalam perencanaannya, begitu juga pada tahapan
waktu tertentu berdasarkan atas jenis, sifat dan pengawasan kepala madrasah kurang tegas dalam
beban kerja. Hal ini berdasarkan atas wawancara pemberian sanksi terhadap personil madrasah
langsung penulis kepada kepala madrasah, waka yang melakukan kesalahan.
penjamin mutu dan guru. Perencanaan pegawai
pada suatu lembaga merupakan penggambaran d. Manajerial Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau
masa depan dari lembaga tersebut, adapun yang dalam Manajemen Sarana dan Prasarana
menjadi tugas pokok kepala madrasah yaitu
Sesuai dengan hasil wawancara kepada kepala
selaku manajer menurut PERMENDIKNAS No
madrasah, Wakamad sarpras, 3 orang guru dan
13 Tahun 2007 yaitu mampu mengelola guru
staf perpustakaan terlihat bahwa, pengembangan
dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber
sarpras di MAN 1 (Model) Lubuklinggau di-
daya manusia secara optimal dan mengelola
lakukan tidak asal-asalan melainkan melalui
ketatausahaan madrasah dalam mendukung
perencanaan yang terprogram oleh kepala
pencapaian madrasah.
madrasah. Selanjutnya, perencanaan yang mutlak
Dalam proses perekrutan tenaga kependidikan harus dilakukan dengan menyusun program
honorer dan tenaga pendidik honorer di MAN pembangunan madrasah yang disesuaikan ber-
1 (Model) Lubuklinggau masih mengedepankan dasarkan program peningkatan kualitas dan target
hubungan kekeluargaan. Sementara itu, untuk serta tujuan madrasah. Adapun yang menjadi
perekrutan penerimaan pegawai negeri sipil, salah satu target yang ingin dicapai MAN 1
kepala madrasah menginformasikan kepada (Model) Lubuklinggau yaitu menyediakan sarana
Kantor Departemen Agama Kota bahwa dan prasarana pendidikan yang refresentatif. Hal
madrasah kekurangan pegawai, tindaklanjut dari ini dimaksudkan agar pengembangan sarpras
pelaporantersebut yaitu dilakukan mutasi atau madrasah untuk mendukung proses pembelajaran
perekrutan PNS sesuai undang-undang yang yang dampaknya terhadap pencapaian madrasah
berlaku. di dalam meningkatkan mutu pendidikannya.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Dalam perencanaan sarpras Kepala MAN

255 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016

1 (Model) Lubuklinggau membagi kebutuhan madrasah dan kelas. Pada pelaksanaan


sesuai dengan periode waktu yaitu jangka kurikulum tingkat madrasah dilakukan
pendek, menengah dan panjang. Pelaksanaan secara maksimal oleh Kepala Madrasah
manajerial sarpras yang diterapkan kepala yang bekerja sama dengan stakeholder
madrasah sudah sesuai dengan standar PP No terkait membentuk struktur kurikulum
19 Tahun 2005 yaitu perencanaan, pengadaan, d. dan pengaturan beban mengajar, sementara
inventaris, penyimpanan, penataan, penggunaan, itu untuk pelaksanaan pada tingkatan kelas
pemeliharaan dan penghapusan dengan melibat- pelaksanaan kurikulum kurang maksimal
kan seluruh stakeholder madrasah. terlihat dari penggunaan pedoman ajar yang
Berdasarkan penyajian data di atas, kepala MAN digunakan tergantung dengan situasional
1 (Model) Lubuklinggau dalam pelaksanaan sarana kelas.
dan prasarana madrasah sudah berpedoman pada e. Selanjutnya fungsi pengawasan oleh Kepala
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas MAN 1 (Model) Lubuklinggau dalam
Pasal 42 yang menyatakan bahwa setiap satuan kurikulum yaitu dengan cara terprogram
pendidikan wajib memiliki sarpras madrasah. yaitu dimulai dari tahapan perencanaan,
Selain itu juga, sesuai dengan teorinya GR. Terry pengorganisasian sampai dengan tahapan
bahwa Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau pelaksanaan kurikulum. Pengawasan yang
dalammencapai tujuan melibatkan stakeholder dilakukan yaitu melalui evaluasi formatif
terkait dalam hal ini guru dan TU untuk proses dan sumatif.
pelaksanaan sesuai dengan perencanaan sarpras.
2. Manajerial Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau
dalam Manajemen Personil yaitu sebagai
PENUTUP berikut:
Berdasarkan analisis yang penulis lakukan a. Dalam perencanaan personil di MAN 1
terhadap data yang diperoleh dari lokasi (Model) Lubuklinggau, kepala madrasah
penelitian dapat disumpulkan sebagai berikut: sebelum melakukan perencanaan terlebih
1. Manajerial Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau dahulu melakukan analisis kebutuhan pada
dalam Manajemen Kurikulum yaitu sebagai jabatan untuk memperkirakan persediaan
berikut: pegawai. Namun, dalam prosesnya pe-
a. Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau rencanaan ini dilakukan secara tertutup
memadukan antara administrative approach hanya kepada pihak yang berkepentingan
dengan grass roots approach dalam pe- saja.
rencanaan kurikulum dan disusun ber- b. Pada tahapan pengorganisasian Kepala MAN
dasarkan atas kebutuhan siswa. 1 (Model) Lubuklinggau membagi “job
b. Dalam proses pengorganisasian kurikulum description” pada setiap tenaga pendidik
Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau dan kependidikan agar mereka mengetahui
melakukan dua tahapan yaitu tahapan tugas dan tanggung jawab yang dapat
pada tingkat struktural dan tingkatan dilakukan, membangun hubungan kerja
akademik, pada tingkatan struktural sistem yang baik antara guru dengan guru maupun
pengorganisasian dibawah komando Kepala guru dengan kepala madrasah.
MAN 1 (Model) Lubuklinggau selaku c. Terdapat beberapa komponen pada tahapan
kepala madrasah. Sedangkan, pada tahapan pelaksanaan personil yaitu perekrutan,
akademik pengorganisasian kurikulum pembinaan dan pengembangan personalia,
dikembangkan dalam bentuk organisasi promosi dan mutasi. Semua tahapan
yaitu kurikulum mata ajar, kurikulum tersebut dilakukan kepala madrasah
bidang studi dan kurikulum muatan lokal. bekerjasama dengan stakeholder madrasah.
c. Tahapan pelaksanaan manajerial kurikulum, d. Dalam melakukan pengawasan ter-
Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau hadap personil, kepala MAN 1 (Model)
membagi tahapan menjadi dua tingkatan Lubuklinggau sudah dilakukan dengan
yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat baik, namun terdapat sebagian guru yang

| 256
Putiha Rakhmaini Indah Sari | Manajerial Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

tidak mengetahui standar pengawasan yang Tengah”, (Tesis S2, IAIN ANTASARI, 2014).
dilakukan dan belum adanya sanksi yang Asmani, Jamal Ma’mur, Tips Aplikasi Manajemen
tegas terhadap guru yang melanggar aturan. Madrasah (Jogjakarta: Diva Press, 2012).
3. Manajerial Kepala MAN 1 (Model) Lubuklinggau Departemen Pendidikan Nasional, Undang-
dalam Manajemen Sarana dan Prasarana Undang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta:
Madrasah yaitu sebagai berikut: Badan Penelitian dan Pengembangan, 2003).
Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya
a. Perencanaan Kepala MAN 1 (Model)
Manusia (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014).
Lubuklinggau pada manajemen sarana dan
Jayanti, Vevio Salam “Kepemimpinan Pembelajaran
prasarana dapat dikatakan baik, dimana
Kepala Madrasah Perempuan pada MAN
pihak-pihak terkait seperti guru ikut terlibat
Mojosari Tahun 2013,” (Tesis S2, PPs STAIN
pada tahapan ini. Selain itu juga, kepala
Salatiga, 2013).
madrasah pada tahapan ini melakukan
Junni, Donni dan Euis Karwati, Kinerja dan
analisis kebutuhan yang bertujuan untuk
Profesionalisme Kepala Sekolah (Bandung:
keefektifan dan efisiensi sarana dan
Alfabeta, 2013).
prasarana. Tahapan perencanaan yang di-
Kementerian Pendidikan Nasional, “ Buku Kerja
lakukan oleh kepala madrasah dibagi men-
Kepala Sekolah” pdf diakses pada 25 pril 2016
jadi tiga bagian yaitu perencanaan sarana
dari https://www.scribd.com/doc/142306481/
dan prasarana jangka pendek, perencanaan
Buku-Kerja-Kepala-Sekolah-Kecil
sarana dan prasarana jangka menengah
Khairani Z, Eddy, Stategi Kepala Madrasah
dan perencanaan sarana dan prasarana
Dalam Pelaksanaan Manajemen Keuangan
madrasah jangka panjang.
di Lembaga Madrasah (Studi Komperatif
b. Pada tahapan pengorganisasian kepala
MTsN 1 dan MTsN 2 Rantau”, (Tesis S2,
madrasah beserta Waka Sarana dan
IAIN Antasari Banjarmasin, 2010).
prasarana membentuk suatu struktur dan
Moeleong, Lexy. J. , Metode Penelitian Kualitatif
membagi tugas masing-masing bagian
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002).
untuk pencapaian tujuan.
Mulyasa, E, Menjadi Kepala Sekolah Profesioanal
c. Selanjutnya, pada tahapan pelaksanaan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007).
sarana dan prasarana Kepala MAN 1 (Model) Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2007,
Lubuklinggau melibatkan peran aktif dari “Standar Kepala Sekolah/madrasah” diakses
pihak-pihak yang terkait khususnya guru. 20 April 2016 dari http://kepri.kemenag.go.id/
Semua tahapan pelaksanaan dari mulai file/file/PeraturanLainnya/thug1419838558.
pengadaan, inventaris, penyimpanan, pdf
penataan, penggunaan, pemeliharaan dan Peraturan Pemerintah NO 19 Tahun 2005,
penghapusan dibawah komando kepala “Standar Nasional Pendidikan“ diakses
madrasah sebagai pemimpin. pada 25 Maret 2016 dari http://sipma.
d. Tahapan pengawasan oleh Kepala MAN ui.ac.id/files/dokumen/U_SNP_SN%20PT/
1 (Model) Lubuklinggau berlangsung PP%20SNP/PP_19_2005_STANDAR_NAS_
pada setiap tahapan perencanaan, peng- PENDDKN.pdf
organisasian, dan pelaksanaan sarana Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 1990,
dan prasarana madrasah. Adapun yang “Pendidikan Dasar” dokumen diakses pada
menjadi tolak ukur yaitu efektifitas sarana 25 Maret 2016 http://www.bphn.go.id/data/
dan prasarana dalam meningkatkan dan documents/90pp028.doc
mendukung mutu madrasah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
63 Tahun 2009”Penjamin Mutu” diakses 25
DAFTAR PUSTAKA Juni 2016 dari 1http://ujm.undiksha.ac.id/
Akli, Muhammad, “Keterampilan Manajerial downloadfile/Peraturan%20Me
Kepala Madrasah Dalam Mempertahankan Priansa, Donni Juni dan Karwati Euis, Kinerja
Eksistensi Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul dan Profesionalisme Kepala Sekolah, (Bandung:
Ulama Haruyan Kabupaten Hulu Sungan Alfabeta, 2013).

257 |
An-Nizom | Vol. I, No. 3, Desember 2016

Sallis, Edward, Total Quality Management in Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah


Education. Terjemahan Ahmad Ali Riyadi (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)
dan Fahrurrozi, Yogyakarta: IRCiSoD, 2012. Tim Dirjen Bimbagais Depag, Pola Pengembangan
Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer Pondok Pesantren, Jakarta: Direktorat Jenderal
(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010). Kelembagaan Agama Islam Departemen
Sartono, “Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Agama RI, 2003).
Dalam Upaya Peningkatan Kinerja Tenaga Undang-undang NO 2003, “Sistem Pendidikan
Pendidik dan Kependidikan,” (Karya Ilmiah, Nasional” diakses pada 25 Maret 2016 dari
SMA N 2 Mataram , 2007-2008/) http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.
Supriyatno, Marno dan Triyo, Manajemen dan pdf.
Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktik dan
PT Refika Aditama, 2008). Riset Pendidikan, Cet ke-3 (Jakarta: Bumi
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam Konsep, Aksara, 2010).
Strategi dan Aplikasi (Yogyakarta: Teras, Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah
2009). Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010).
Penerbit Alfabeta,2015). Yuliana, Lia dan Arikunto, Suharsimi Manajemen
Pendidikan (Yogjakarta: Aditya Media, 2009).

| 258

Anda mungkin juga menyukai