Anda di halaman 1dari 7

Komentar Saya :

(Sumber : https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-sudah-keluar-dari-jebakan-resesi-ekonomi/5991857.html)

Pemerintah disarankan mengeluarkan kebijakan yang seimbang agar


pengendalian pandemi COVID-19 dan perekonomian bisa berjalan
beriringan.
JAKARTA —

Indonesia akhirnya bisa keluar dari kondisi resesi ekonomi. Kepala Badan Pusat Statisitik
(BPS) Margo Yuwono mengungkapkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II 2021
mencapai 7,07 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu
atau year on year (yoy).

Ia menjelaskan perekonomian Indonesia pada kuartal-II 2021 ini, yang diukur


berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB),
bernilai sebesar Rp4.175,8 triliun, sementara bila dilihat dari atas dasar harga konstan
(ADHK) tercatat Rp2.772,8 triliun
Grafik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2021 (Facebook/bpsstatistics)

“Secara Q to Q artinya secara triwulan-II tahun 2021 kalau kita bandingkan terhadap
triwulan-I 2021 perekonomian Indonesia tumbuh 3,31 persen. Sedangkan kalau kita
bandingkan pada triwulan-II 2020 atau secara yoy perekonomian Indonesia tumbuh 7,07
persen. Kalau secara kumulatif artinya dari Januari-Juni 2021 terhadap Januari-Juni
tahun 2020 perekonomian Indonesia tumbuh 3,10 persen,” ungkap Margo dalam
telekonferensi pers, di Jakarta, Kamis (5/8).

Membaiknya perekonomian ini, katanya, didorong beberapa faktor, di antaranya


perekonomian global yang mulai positif. Hal ini terlihat dari peningkatan purchasing
managers index (PMI) dan kenaikan harga komoditas makanan dan harga komoditas
hasil tambang pada pasar internasional,

Margo mengatakan sentimen positif ini juga datang dari beberapa negara mitra dagang
utama Indonesia yang perekonomiannya juga membaik, seperti Tiongkok, Amerika
Serikat , Singapura, Korea Selatan, Vietnam, Hong Kong dan Uni Eropa.

Seiring dengan membaiknya perekonomian mitra dagang Indonesia, ekspor Indonesia


pada kuartal-II 2021 meningkat sebesar 55,89 persen dibandingkan dengan kuartal-I
2020. Sedangkan apabila dibandingkan dengan kuartal-I 2021 ekspornya tumbuh 10,46
persen. Yang menyumbang paling tinggi dalam peningkatan ekspor adalah sektor minyak
dan gas (migas) yang tumbuh 86,12 persen yoy, diikuti dengan sektor pertanian, dan
sektor tambang.
Kepala BPS Margo Yuwono dalam telekonferensi pers di Jakarta, Kamis (5:8) mengatakan PE Indonesia pada
Triwulan-II 2021 mencapai 7,07 persen secara yoy (VOA).

Impor pada kuartal-II 2021 juga tumbuh 50,21 persen dibandingkan dengan periode yang
sama a tahun lalu. P peningkatan impor terjadi pada sektor bahan baku dan penolong
yang tumbuh 57,80 persen.

“Artinya bahwa dengan permintaan domestik untuk bahan baku yang tinggi itu
menunjukkan bahwa ekonomi domestik pada triwulan-II ini juga mengalami perbaikan.
Ada aktivitas yang tinggi karena impor bahan baku atau penolong itu melonjak cukup
tajam. Impor untuk barang modal juga naik 29,11 persen, impor untuk barang konsumsi
tumbuh 31,50 persen yang menandakan bahwa konsumsi dari masyarakat akan
kebutuhan barang impor juga mengalami peningkatan,” tuturnya.

Mendag: Konsumsi Masyarakat Meningkat

Dalam kesempatan yang lain, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan


pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II ini ditopang oleh beberapa koefisien yang penting,
yakni konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,93 persen, pembentukan modal tetap bruto
(PMTB) investasi yang meningkat 7,54 persen, pertumbuhan ekspor sebesar 31,78 persen,
pertumbuhan impor sebesar 31,22 persen dan pertumbuhan konsumsi pemerintah
sebesar 8,06 persen.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan kinerja ekspor dan impor Indonesia membaik seiring
dengan keluarnya Indonesia dari resesi (VOA)

Pertumbuhan ekonomi ini, katanya, juga ditopang oleh sektor transportasi dan
pergudangan yang tumbuh 25 persen.

“Artinya logistik yang tinggi sekali dibandingkan pada periode yang sama tahun 2020.
Sektor akomodasi makanan dan minuman juga tumbuh 21,58 persen, sektor perdagangan
termasuk retail tumbuh 9,44 persen dan sektor industri pengolahan tumbuh 6,58 persen,”
ungkap Lutfi.

Selain itu, indeks kepercayaan konsumen (IKK) juga meningkat, di mana pada periode
Januari-Februari 2021, IKK sempat berada pada level 88 poin, namun pada kurun waktu
Mei-Juni 2021 mencapai 104,4 poin. Ini artinya, kata Lutfi, kepercayaan konsumen sudah
tumbuh sangat baik dan menguat.

Ekonom Usulkan Insentif Untuk Percepat Vaksinasi

Ekonom Senior Chatib Basri mengungkapkan keluarnya Indonesia dari kondisi resesi
ekonomi memang menandakan bahwa ada perbaikan dalam kondisi perekonomian di
Tanah Air yang dimulai pada triwulan-II 2021 ini.

No media source currently available

0:003:240:00
"Pertumbuhan yang tinggi ini terjadi karena datanya year in year (yoy), di mana kita
membandingkannya dengan Q-II 2020 yang pada waktu itu kontraksinya minus 5,3
persen. Jadi ini adalah kombinasi dari perbandingan terhadap tahun lalu yang low based,
ditambah pertumbuhan yang terjadi di dalam triwulan-II, dan pertumbuhan di triwulan-
II ini konsisten terlihat dari leading indicators termasuk PMI yang naik secara signifikan
yang menunjukkan produksinya jalan,” ungkap Chatib.

Mantan Menteri Keuangan ini menjelaskan sejumlah indikator tersebut antara lain
pertumbuhan penjualan mobil yang naik hingga 758,68 persen, dan penjualan motor yang
melonjak 268,64 persen. Hal ini katanya dipengaruhi juga oleh pemberian insentif
PPnBM oleh pemerintah.

Ekonom Senior Chatib Basri mengatakan pemerintah perlu memberikan insentif kepada warga yang mau
divaksin COVID-19 agar perekonomian dan pengendalian pandemi bisa berjalan beriringan (Foto: VOA).

Selain itu, ia menilai bahwa perbaikan ekonomi ini sebagai dampak dari mobilitas
masyarakat yang kembali bergerak usai adanya pelonggaran dalam kebijakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

“Apa lesson learn? Satu hal yang penting adalah mengenai mobilitas. Itu kelihatan sekali
ketika mobilitas dibuka dari periode April-Juni ekonominya bergerak. Persoalannya
adalah kita selalu ada di dalam dilema, karena mobilitas kalau dibuka terlalu jauh juga
memiliki risiko cases yang naik. Sehingga pandeminya menjadi muncul yang seperti kita
hadapi sekarang. Kemudian harus diketatkan lagi,” jelasnya.

Chatib mengatakan, untuk memastikan roda perekonomian berjalan aman, pemerintah


perlu mempercepat program vaksinasi COVID-19 dengan memberikan insentif kepada
masyarakat yang bersedia divaksin. Pemerintah, katanya, bisa mengalihkan dana bantuan
sosial (bansos) untuk kebutuhan pemberian insentif itu.

Warga menerima bantuan tunai langsung (BLT) sebesar Rp 600 ribu di tengah wabah virus corona, di Medan,
Sumatra Utara, 18 Mei 2020. (Foto: AFP)

“Pemerintah kan punya bansos yang namanya BLT, kenapa sebagian dari BLT itu dibuat
sebagai conditional cash tranfser yang disebut sebagai cash for vaccine. Jadi kalau orang
mau dapat cash, dia harus divaksin, dengan begitu maka prosesnya akan menjadi lebih
cepat. Tentu ketika saya mengusulkan ini saya asumsikan bahwa suplai vaksinnya bisa
kita penuhi. Jadi kalau supai vaksinnya bisa kita penuhi maka ada insentif untuk orang
yang melakukan vaksinasi. Karena saya percaya kalau herd immunity-nya terjadi, maka
kita bisa mengulangi apa yang kita alami di triwulan-II,” jelasnya.

Hal serupa, katanya, juga terjadi di berbagai negara, seperti Amerika Serikat. Ia juga
mengingatkan pemerintah untuk selalu serius menangani pandemi dari sektor kesehatan
sehingga perbaikan dari sisi ekonomi bisa berjalan beriringan. [gi/ab]

Anda mungkin juga menyukai