Anda di halaman 1dari 13

REKAYASA IDE (RI)

Integrasi Virtual Lab dalam Pembelajaran Redoks di Sekolah


Mata Kuliah Pengembangan Program Pengajaran Kimia

Dosen Pengampu: Feri Andi Syuhada, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

WIDIA TASYADRI

4191131022

PENDIDIKAN KIMIA E 2019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Rekayasa Ide yang membahas tentang
Integrasi Virtual Lab dalam Pembelajaran Redoks di Sekolah untuk Diterapkan dalam Materi
Pelajaran Pengembangan Program Pengajaran Kimia dari bapak Feri Andi Syuhada, S.Pd.,
M.Pd.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Dosen pengampu yang sudah


memberikan arahan dan bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Pada
makalah ini kami memilih beberapa jurnal yang membahas tentang penerapan metode
pembelajaran pada materi pelajaran Pengembangan Program Pengajaran Kimia, pada makalah
ini penulis menganalisis praktikum virtual sederhana yang bisamenjadivideo pembelajaran
bagi para siswa di sekolah.

Dalam penulisan Rekayasa Ide ini, penulis sangat menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dalam pengetikan dan penyusunan pada makalah ini. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun, supaya dapat melakukan perbaikan
di tugas-tugas selanjutnya agar menjadi lebih baik di kemudian hari. Semoga Rekayasa Ide ini
dapat berguna bagi para pembaca dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Terimakasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Medan, 8 November 2021

Widia Tasyadri

4191131022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS ....................................................................................... 3

BAB III REKAYASA IDE

A. Topik 1 ................................................................................................................ 6
B. Topik 2 ............................................................................................................... 8

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara peseta didik
dan pendidik, dengan harapan tercapainya tujuan pembelajaran. Pada proses
pembelajaran, seorang guru menempatkan peserta didik bukan sebagai objek
pembelajaran tetapi sebagai subjek pembelajaran. Ini berarti bahwa, peserta didik adalah
individu yang aktif, bukan yang pasif yang hanya menerima materi dari guru saja.
Sehingga proses pembelajaran di dalam kelas haruslah bersifat menyenangkan agar
peserta didik lebih aktif, lebih kreatif, dan fokus dalam proses pembelajaran sehingga
siswa dapat menerima dan mengaplikasikan ilmu yang diterimanya. Karena itu, seorang
guru harus mampu mengolah kelas secara optimal agar suana kelas tidak terkesan
monoton dan membosankan pada peserta didik. Untuk menciptakan suasana belajar
yang baik dan menyenangkan, maka seorang guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran haruslah menggunakan metode-metode pembelajaran. Dalam menerapkan
metode pembelajaran dalam kelas maka seorang guru harus benar-benar menyesuaiakan
kemampuan dan karakteristik peserta didik.

Ilmu kimia dibangun melaluiperkembangan keterampilan-keterampilan proses


sains yang diawali dengan mengobservasi, menyususun hipotesis sampai kepada
mengomunikasinya sebagai suatu aspek kimia. Sehingga sebagian aspek kimia adalah
suatu abstrak yang kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga
kebenarannya atau rasionalitasnya dapat dirumuskan atau diformulasikan. Karena sifat
abstrak inlah yang membuat pelajaran kimia ini terkesan gak masuk akaldan
membosankan bagi peserta didik, sehingga pembelajaran materi kimia tidak boleh
hanya berorientasi pada guru dimana guru adalah satu-satunya sumber pengetahuan.

Jika pembelajaran kimia hanya berorientasi pada guru akibatnya adalah bahwa
peserta didik akan kesulitan memahami materi pelajaran kimia karena bersifat abstrak,
sehingga membuat siswa tidak tertarik dan terkesan sangat membosankan terhadap
materi pelajaran kimia.

Karena itulah Seorang guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang
mampu mengembangkan hasil belajar peserta didik semaksimal dengan cara

1
menerapkan video pembelajaran praktikum ini sebagai media pembelajaran yang tidak
hanya dengan teori tetapi juga penenkanan pada kehidupan sehari-hari.

B. Rumusa Masalah

1. Bagaimana menganalisis pemahaman materi Redoks dengan media pembelajaran


Praktikum sederhana?

C. Tujuan

1. Mengetahui menganalisis pemahaman materi Redoks dengan media


pembelajaran Praktikum sederhana

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Kurt & Ayas (2012), mengatakan bahwa masalah pokok dari pembelajaran kimia
adalah guru tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan konsep kimia
ke dalam contoh kehidupan nyata. Hal ini tentunya harus diatasi, karena mengisolasi
pengetahuan di sekolah dari kehidupan sehari-hari siswa, akan menyebabkan dua hal
yang tidak berhubungan pada sistem pemikiran mereka (Wu, 2003).

Guru sebagai pendidik seharusnya membantu siswa agar pengetahuan yang


diperoleh siswa di sekolah dapat digunakan untuk menghadapi tantangan kehidupan
nyata siswa. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kimia tidak menarik
dan tidak relevan bagi siswa, tidak mengarah pada ketrampilan kognitif yang lebih
tingggi (Prodjosantoso, 2008:2) membuat perbedaan antara keinginan siswa dengan
pembelajaran oleh guru. Analisis demikian tentu bukan tanpa fakta, sebab dalam
praktiknya masih ditemukan suasana proses belajar mengajar yang membenarkan
sinyalemen di atas.

Hal yang sama juga terjadi selama pembelajaran kimia di Jerman. Pembelajaran
kimia di Jerman kurang populer di antara para siswa dan tidak mengarahkan pada
ketrampilan kognitif ke tingkat yang lebih tinggi. Ketidaksusesan dalam pembelajaran
kimia didasari suatu fakta bahwa kebanyakan pembelajaran kimia hanya didominasi
content-approach (Marks & Eilks 2009). Perlu adanya sebuah pendekatan yang yang
mengintegrasikan seluruh komponen yang mampu menghubungkan antara tiga level
representasi kimia yang terdiri dari level makroskopik, submikroskopik dan Bahasa
simbolik yang merupakan karakter esensial dalam ilmu kimia (Treagust &
Chandrasegaran, 2009:151).

Kenyataan yang ada di sekolah, terjadi kecenderungan siswa menghafalkan


representasi submikroskopik dan simbolik dalam bentuk deskripsi kata-kata. Akibatnya
mereka tidak mampu membayangkan dan merepresentasikan bagaimana proses dan
struktur dari suatu zat yang mengalami reaksi (Liliasari, 2011). Rendahnya kemampuan
peserta didik dalam memahami kimia dikaitkan dengan kurangnya dikembangkan
representasi submikroskopik melalui visualisasi yang tepat pada pembelajaran kimia

3
(Kolomuç & Tekin 2011).

Level submikroskopik menjadi bagian yang sulit dikembangkan karena


karakteristiknya yang abstrak dan tak terlihat, sehingga guru memerlukan alat untuk
membantu memvisualisasikan level ini. Level makroskopik dan bahasa simbolik dapat
ditingkatkan dengan melakukan pengamatan ilmiah melalui kegiatan percobaan ilmiah.
Alasan mendasar pentingnya percobaan ilmiah adalah: (a) menyediakan “pengalaman
praktek” dengan menghubungkan teori yang diajarkan di kelas dengan fenomena
nyata/makroskopis di dalam laboratorium; (b) melatih teknik laboratorium; (c) melatih
ketrampilan analisis (Woodfield et al. 2004).

Percobaan ilmiah seringkali dianggap sebagai alasan utama banyak siswa pada
sekolah menengah (high schools) mengambil jurusan sains (Donnelly et al. 2013).
Kegiatan percobaan ilmiah yang dilakukan di laboratorium merupakan metode yang
memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar kimia, siswa dapat
mempelajari kimia dengan mengamati secara langsung gejala-gejala ataupun proses–
proses kimia, dapat melatih keterampilan berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan
mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah
yang ada melalui metode ilmiah dan sebagainya (Rahmiyati 2008).

Pembelajaran kimia tidak bisa dilepaskan dari kegiatan eksperimen atau


percobaan ilmiah karena eksperimen kimia di laboratorium sekolah menjadi salah satu
cara bagi siswa untuk memperoleh pemahaman makroskopis secara langsung terhadap
ilmu kimia (Rahmiyati 2008), tetapi pelaksanaan eksperimen kimia umumnya
menggunakan bahan kimia berbahaya sehingga akan menghasilkan limbah ke
lingkungan yang berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Virtual Lab
bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi dampak lingkungan.

Laboratorium biasanya didefinisikan sebagai tempat yang dilengkapi untuk studi


eksperimental dalam ilmu pengetahuan atau untuk pengujian dan analisa; tempat
memberikan kesempatan untuk bereksperimen, pengamatan, atau praktek dalam bidang
studi (Jaya, 2013). Siswa bisa mendapatkan informasi tentang laboratorium melalui dua
tipe laboratorium yaitu laboratorium virtual dan laboratorium secara fisik (Liu et al.
2015). Sebuah laboratorium virtual didefinisikan sebagai lingkungan yang interaktif
untuk menciptakan dan melakukan eksperimen simulasi: taman bermain untuk
bereksperimen (Jaya 2013). Laboratorium virtual, sebagai solusi alternatif murah

4
dibandingkan laboratorium secara fisik (Liu et al. 2015). Laboratorium virtual
merupakan sistem yang dapat digunakan untuk mendukung sistem praktikum yang
berjalan secara konvensional. laboratorium virtualini biasa disebut dengan Virtual
Laboratory atau V-Lab (Jaya 2013). Diharapkan dengan adanya laboratorium virtual ini
dapat memberikan kesempatan kepada siswa khususnya untuk melakukan praktikum
baik melalui atau tanpa akses internet sehingga siswa tersebut tidak perlu hadir untuk
mengikuti praktikum di ruang laboratorium.

Hal ini menjadi pembelajaran efektif karena siswa dapat belajar sendiri secara
aktif tanpa bantuan instruktur ataupun asisten seperti sistem yang berjalan. Woodfield
(2004) menyatakan bahwa ada tiga keuntungan yang didapatkan dengan menerapkan
laboratorium virtual : (a) meningkatkan kesempatan belajar; (b) mengurangi biaya; (c)
mengurangi efek lingkungan. Pengurangan efek lingkungan merupakan salah satu isu
dan tantangan baik di pihak industri maupun masyarakat untuk menerapkan green
chemistry.

5
BAB III

REKAYASA IDE

Dalam rekayasa ide ini, akan membahas tentang Integrasi Virtual Lab dalam
Pembelajaran Redoks di Sekolah untuk Diterapkan dalam Materi Pelajaran
Pengembangan Program Pengajaran Kimia.

Bias dilihat pada video praktikum di You Tube : https://youtu.be/liEC_9oJ5RI

Penerapan praktikum ini dilakukan untuk menekankan lebih dalam kepada siswa
tentang materi Redoks selain materi pembelajarannya. Sehingga materi Redoks dapat
lebih mudah dipahami dan bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Maka akan dilakukan 2 percobaan praktikum sederhana yaitu:


1. Percobaan reaksi redoks perubahan warna pada larutan iodin dengan zat adaptor
Vitamin C berdasarkan lembar kerja

2. Percobaan reaksi redoks korosi pada paku dengan katalis asam cuka dan
larutan pemutih pakaian(beklin) berdasarkan lembar kerja.

Langkah-Langkah Dalam Menggunakan Media Pembelajaran Praktikum Dalam


Materi Redoks :

Topik 1
“Reaksi Redoks Perubahan Warna Pada Larutan Iodin Dengan Zat Adaptor Vitamin C”

Tujuan

- Tujuan dari praktik percobaan ini adalah untuk mengetahui perubahan apa yang akan
terjadi pada Betadine dan Vitamin C.

Alat dan Bahan


A. Alat B. Bahan
• Gelas - Betadine
• Pengaduk - Vitamin C
-Air Secukupnya

6
Langkah – Langkah:
• Siapkan gelas, kemudian tuangkan air ke dalam gelas.
• Tuangkan beberapa tetes betadine ke dalam gelas yang berisi air. Kemudian aduk dengan
sendok/pengaduk hingga merata.
• Masukkan vitamin C ke dalam gelas yang telah dicampur betadine.
• Aduk kembali menggunakan sendok dan lihat perubahannya.
• Catat pengamatan anda

Tabung 1
Larutan yang diisikan
Warna larutan
Bahan yang ditambahkan
Perubahan yang terjadi

Pertanyaan:
1. Bagaimana perubahan reaksi yang terjadi?
2.Tuliskan persamaan reaksi setara untuk reaksi yang berlangsung?

Kesimpulan:

7
Topik 2
“Reaksi Redoks Korosi Pada Paku Dengan Katalis Asam Cuka Dan Larutan Pemutih
Pakaian(Beklin)”

Tujuan
- Menunjukkan factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi (karat) pada paku

Alat dan Bahan


B. Alat B. Bahan
• Gelas - Betadine
• Paku bekarat - Vitamin C
• Sarung Tangan - Asam Cuka Secukupnya
• Masker - Pemutih Pakaian (Beklin)

Langkah – Langkah:
• Siapkan gelas, kemudian tuangkan Asam Cuka dan Beklin ke dalam gelas.
• Homogenkan laturan tersebut hingga merata.
• Masukkan Paku berkarat ke dalam gelas yang telah dicampur tersebut.
• Diamkan beberapa saat dan lihat perubahannya.
• Catat pengamatan anda

Tabung 1
Larutan yang diisikan
Warna larutan
Bahan yang ditambahkan
Perubahan yang terjadi

Pertanyaan:
1. Bagaimana perubahan reaksi yang terjadi?
2.Tuliskan persamaan reaksi setara untuk reaksi yang berlangsung?

Kesimpulan:

8
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Laboratorium Virtual


bukanlah pengganti tetapi bagian dari Laboratorium riil yang digunakan untuk
melengkapi dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada. Kekuatan dari
Laboratorium Virtual adalah pada kemampuan modeling dan simulasi yang
memungkinkan untuk memperjelas sebuah konsep sebuah materi pembelajaran.
laboratorium Virtual diperlukan untuk memperkuat pemahaman konsep dalam proses
pembelajaran.

B. Saran

Diharapkan dalam penerapan media pembelajaran ini bias membantu siswa


memahami konsep Redoks lebih baik lagi. Sehingga siswa dapat aktif belajar selama
proses belajar mengajar berlangsung. Dengan begitu tujuan dari pembelajaran dapat
terlaksana dan tercapai sesuai kopetensi dasar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Jaya, H., 2013. Pengembangan Laboratorium Virtual untuk Kegiatan Paraktikum dan

Memfasilitasi Pendidikan Karakter di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, pp.81

90. Available at: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/view/1019.

Kolomuç, A. & Tekin, S., 2011. Chemistry Teachers ’ Misconceptions Concerning

Concept of Chemical Reaction Rate. , 3(2), pp.84–101.

Liu, D. et al., 2015. Integration of Virtual Labs into Science E-learning. Procedia

Computer Science, 75(Vare), pp.95–102. Available at:

http://dx.doi.org/10.1016/j.procs.2015.12.224

Marks, R. & Eilks, I., 2009. Promoting scientific literacy using a sociocritical and

problem-oriented approach to chemistry teaching: Concept, examples,

experiences. International Journal of Environmental and Science Education, 4(3),

pp.231–245.

Rahmiyati, S., 2008. the effectiveness of laboratory use in madrasah aliyah in

Yogyakarta. Penelitian Dan Evolusi Pendidikan, (1), pp.88–100.

Surjono Herman, 2013. Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) dalam

Peningkatan Proses Pembelajaran yang Inovatif. Seminar Nasional Pendidikan &

Saintec 2013 di UMS tanggal 18 Mei 2013, 1, pp.1–10.

10

Anda mungkin juga menyukai