Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH SISTEM AZEOTROP

Dosen Pengampu : Moondra Zubir, S.Si.,M,Si.,Ph.D

Disusun Oleh :
Kelompok 7

1. Kiki Safrina (4191131012)


2. Regita Salsabila (4193331036)
3. Steven Firnandi Hutapea (4192431013)
4. Widia Tasyadri (4191131022)

PENDIDIKAN KIMIA E 2019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, penulis ucapkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Medan, 27 April 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengetian Azeotrop ................................................................................ 3
B. Contoh Azeotrop ..................................................................................... 4
C. Metode Menghilangkan Titik Azeotrop ................................................ 4
D. Azeotrop Positif Dan Negatif .................................................................. 5
E. Cara Mengatasi Keadaan Azeotrop ....................................................... 8

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran ........................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Azeotrop adalah campuran dari 2 atau lebih komponen yang saling terikat sangat kuat
dan sulit untuk dipisahkan dengan destilasi biasa, disamping itu campuran komponen tersebut
memiliki titik didih yang konstan atau sama, sehingga ketika campuran azeotrop dididihkan,
maka fasa uap yang dihasilkan memiliki titik didih yang sama dengan fasa cairnya.

Campuran azeotrop ini sering disebut sebagai constant boiling mixture karena
komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan, maka dari itu campuran
azeotrop ini sulit untuk dipisahkan dengan metode destilasi biasa, sehingga hasil dari destilasi
yang didapatkan yaitu ethanol dengan campuran sedikit air, jadi ethanolnya yang dihasilkan
tidak murni.
Salah satu Contoh Azeotrop yaitu terdiri dari Alkohol yang berkadar 96%, dimana sekitar
4%-nya adalah air membentuk suatu kondisi/campuran yang disebut azeotrope. Pada tahap ini
molekul alcohol dan air saling terikat dengan erat dan tidak bisa dipisahkan dengan destilasi
biasa. Karena itu untuk meningkatkan dari kadar 96% menjadi 99,5% dibutuhkan bantuan zeolit
/molecular sieve /karbon aktif. Bahan-bahan tersebut mempunyai molekul dengan rongga yang
sangat kecil dan sangat banyak sehingga dapat menyerap molekul air yang lebih kecil daripada
molekul alcohol. Sehingga hasil yang didapatkan nantinya adalah ethanol murni.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Apa itu azeotrop?
2. Apa saja Contoh Azeotrop?
3. Bagaimana Metode Mengilangkan Titik Azeotrop?
4. Apa itu Azeotop Positif dan Negatif?
5. Bagaimana Cara mengatasi keadaan azeotrop?

1
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa yang dimaksud Azeotrop
2. Mengetahui apa saja contoh azeotrop
3. Mengetahui bagaimana metode mengilangkan titik azeotrop
4. Mengetahui perbedaan Azeotop Positif dan Negatif
5. Mengetahui Bagaimana Cara mengatasi keadaan azeotrop

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Azeotrop

Azeotrop adalah campuran dari 2 atau lebih komponen yang saling terikat sangat kuat
dan sulit untuk dipisahkan dengan destilasi biasa, disamping itu campuran komponen tersebut
memiliki titik didih yang konstan atau sama, sehingga ketika campuran azeotrop dididihkan,
maka fasa uap yang dihasilkan memiliki titik didih yang sama dengan fasa cairnya. Campuran
azeotrop ini sering disebut sebagai constant boiling mixture karena komposisinya yang
senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan, maka dari itu campuran azeotrop ini sulit
untuk dipisahkan dengan metode destilasi biasa, sehingga hasil dari destilasi yang didapatkan
yaitu ethanol dengan campuran sedikit air, jadi ethanolnya yang dihasilkan tidak murni.

Karena komposisi mereka tidak berubah dengan distilasi, azeotropes juga disebut
(terutama dalam teks-teks yang lebih tua) campuran didih konstan. Kata azeotrop berasal dari
kata Yunani ζέειν (mendidih) dan τρόπος (memutar) dikombinasikan dengan awalan α- (tidak)
untuk memberikan makna secara keseluruhan, " tidak ada perubahan pada mendidih”.
Campuran azeotrop pasang senyawa telah didokumentasikan. Banyak azeotropes dari tiga
atau lebih senyawa yang juga dikenal. mereka adalah campuran biner memiliki komposisi yang
sama dalam fase cair dan uap dan mendidih pada suhu konstan. Dalam kasus seperti itu tidak
mungkin untuk memisahkan komponen dengan distilasi fraksional. Ada dua jenis azeotropes
disebut azeotrop didih minimum dan azeotrop didih maksimum. Solusi yang menunjukkan
deviasi positif yang lebih besar dari Raoult bentuk hukum minimum azeotrop didih pada
komposisi tertentu.
Misalnya campuran etanol - air (diperoleh dengan fermentasi gula) pada distilasi fraksional
memberikan larutan yang mengandung sekitar 95 % volume etanol. Setelah komposisi ini telah
dicapai, cairan dan uap memiliki komposisi yang sama dan tidak ada pemisahan lebih lanjut
terjadi . Solusi yang menunjukkan penyimpangan negatif yang besar dari Raoult bentuk hukum
maksimum azeotrop didih pada komposisi tertentu . Asam nitrat dan air adalah contoh dari kelas

3
ini azeotrop . Azeotrop ini memiliki komposisi kira-kira , asam nitrat 68 % dan 32 % air dengan
massa , dengan titik didih 393,5 K.

B. Contoh Azeotrop

Salah satu Contoh Azeotrop yaitu terdiri dari Alkohol yang berkadar 96%, dimana sekitar
4%-nya adalah air membentuk suatu kondisi/campuran yang disebut azeotrope. Pada tahap ini
molekul alcohol dan air saling terikat dengan erat dan tidak bisa dipisahkan dengan destilasi
biasa. Karena itu untuk meningkatkan dari kadar 96% menjadi 99,5% dibutuhkan bantuan zeolit
/molecular sieve /karbon aktif. Bahan-bahan tersebut mempunyai molekul dengan rongga yang
sangat kecil dan sangat banyak sehingga dapat menyerap molekul air yang lebih kecil daripada
molekul alcohol. Sehingga hasil yang didapatkan nantinya adalah ethanol murni.

Contoh lainnya adalah


1. 2-propanol dan etil asetat
2. Etanol dan air
3. Asam format dan air
4. Kloroform dan metanol
5. Asam nitrat dan air

C. Metode Mengilangkan Titik Azeotrop

Banyak metode yang bisa digunakan untuk menghilangkan titik azeotrop pada campuran
heterogen. Contoh campuran heterogen yang mengandung titik azeotrop yang paling popular
adalah campuran ethanol-air, campuran ini dengan metode destilasi biasa tidak bisa
menghasilkan ethanol teknis (99% lebih) melainkan maksimal hanya sekitar 96,25 %. Hal ini
terjadi karena konsentrasi yang lebih tinggi harus melewati terlebih dahulu titik azeotrop, dimana
komposisi kesetimbangan cair-gas ethanol-air saling bersilangan.
Beberapa metode yang populer digunakan adalah :
1. Pressure Swing Distillation,
2. Extractive Distillation

4
 Distilasi biner campuran azeotrop propanol-ethyl acetate dengan metode Pressure
Swing Distillation

Prinsip yang digunakan pada metode ini yaitu pada tekanan yang berbeda, komposisi
azeotrop suatu campuran akan berbeda pula. Berdasarkan prinsip tersebut, distilasi dilakukan
bertahap menggunakan 2 kolom distilasi yang beroperasi pada tekanan yang berbeda. Kolom
distilasi pertama memiliki tekanan operasi yang lebih tinggi dari kolom distilasi kedua.

 Extractive Distillation
Distilasi ekstraktif didefinisikan sebagai distilasi dalam kehadiran miscible, mendidih tinggi,
komponen yang relatif non-volatile, pelarut, bahwa tidak ada bentuk azeotrop dengan komponen
lain dalam campuran. Metode yang digunakan untuk campuran memiliki nilai volatilitas relatif
rendah, mendekati kesatuan. Campuran tersebut tidak dapat dipisahkan dengan penyulingan
sederhana, karena volatilitas dari dua komponen dalam campuran adalah hampir sama, membuat
mereka menguap pada suhu yang sama hampir pada tingkat yang sama, membuat penyulingan
normal tidak praktis.
Metode penyulingan ekstraktif menggunakan pemisahan pelarut, yang umumnya nonvolatile,
memiliki titik didih tinggi dan miscible dengan campuran, namun tidak merupakan campuran
azeotrop. Berinteraksi pelarut berbeda dengan komponen campuran sehingga menyebabkan
volatilitas relatif mereka untuk berubah. Hal ini memungkinkan campuran tiga bagian baru yang
dipisahkan oleh distilasi normal. Komponen asli dengan volatilitas terbesar memisahkan keluar
sebagai produk atas. Produk bawah terdiri dari campuran pelarut dan komponen lainnya, yang
sekali lagi dapat dipisahkan dengan mudah karena pelarut tidak membentuk sebuah azeotrop
dengan itu. Produk bawah dapat dipisahkan oleh salah satu metode yang tersedia.

D. Azeotop Positif dan Negatif

Apabila titik didih azeotrop lebih rendah dari komponen penyusunnya maka disebut azeotrop
positif begitu sebaliknya ketika titik didih nya lebih tinggi dari komponen penyusunnya maka
dinamakan azeotrop negatif. Azeotrop merupakan jenis dari larutan biner non ideal sehingga
campuran ini menyimpang dari hukum Roult. Contoh dari azeotrop ini adalah air-tetrahidrofuran

5
dan etanol-air. Dalam aplikasi nya pemisahan dari campuran azeotrop memerlukan metode
khusus seperti penambahan garam pada proses destilasinya.

Azeotrop dapat dikarakterisasi menjadi azeotrop positif atau negatif dengan kurva
kesetimbangan dua fasa antara komposisi fasa tersebut (uap-cair) dalam bentuk fraksi mol
dengan temperaturnya. Setiap campuran azeotrop memiliki karakteristik suhu, komposisi, dan
tekanan tersendiri pada titik azeotrop tersebut. Misalnya karakteristik azeotrop campuran asam
klorida-air terjadi pada komposisi 80% air dan 20% asam klorida serta mendidih tanpa adanya
perubahan pada suhu 108,6°C. Ketika suatu titik azeotrop sudah tercapai maka suatu destilasi
biasa tidak mampu memisahkan kedua komponen karena komposisi dari kondensat sama dengan
komposisi cairan. Oleh karena itu pembahasan tentang kurva kesetimbangan campuran azeotrop
terbagi dalam 2 kelompok sesuai dengan jenis dari azeotrop sendiri.
1. Azeotrop/ Deviasi Positif

Gambar diatas merupakan kurva kesetimbangan azeotrop positif secara umum (gambar 1.2)
dan kurva kesetimbangan untuk etanol-air (Gambar1.1). Ketika terjadi suatu penguapan lalu
kondensasi dan penguapan kembali maka akan komposisinya dari campuran akan terus berubah
6
sampai pada titik azeotrop terpenuhi. Pada gambar 1.2, suatu campuran bermula mendidih pada
komposisi a2 dan menghasilkan uap pada komposisi a2’ yang kemudian terkondensasi naik

melalui kolom fraksinasi menjadi cairan pada komposisi begitu seterusnya sampai pada titik
azeotrop yang mana uap nya akan keluar melalui bagian atas kolom. Pada titik itulah campuran
mendidih tanpa ada perubahan komposisi karena sudah berada pada komposisi dan suhu
azeotrop.
Dalam hal ini berdasarkan pada gambar 1.1, terjadi pembentukan azeotrop pada komposisi
uap etanol 89% (0,9 fraksi mol) dan suhu 78°C. Pada titik itu kurva uap dan cair bertemu yang
berarti uap yang dihasilkan sama dengan komposisi cairan dan pada titik itulah etanol-air mulai
mendidih pada suhu konstan. Karena titik didih azeotrop (78,4°C ) lebih rendah dari titik didih
komponen penyusunya yaitu air (100°C) dan etanol ( 78,3°C).
Contoh azeotrop positif yang terkenal adalah etanol 95,63% dan air 4,37% (berdasarkan
massa), yang mendidih pada 78,2 °C. Etanol mendidih pada 78,4 °C, air mendidih pada suhu
100 °C, tetapi azeotrop mendidih pada 78,2 °C, yang lebih rendah dari salah satu
konstituennya. Memang, 78,2 °C adalah suhu minimum di mana setiap larutan etanol / air dapat
mendidih pada tekanan atmosfer. Secara umum, azeotrop positif mendidih pada suhu yang lebih
rendah daripada rasio konstituen lainnya. Azeotrop positif juga disebut campuran didih
minimum atau azeotrop tekanan maksimum .
2. Azeotrop / Deviasi Negatif

Azeotrop negatif ketika titik azeotrop berada pada titik didih yang tinggi melebihi komponen
penysusunnya atau biasa disebut titik didih maksimum. Seperti halnya pada azeotrop positif,
azeotrop jenis ini mengalami proses penguapan dan kondensasi dan penguapan kembali sampai

pada titik azeotrop. Terlihat bahwa pada gambar 2.1 bermula ketika mendidih pada komposisi

7
dan menguap pada komposisi kemudian terjadi kondensasi menjadi cairan pada komposisi
lalu terus berlanjut sampai titik azeotrop sehingga komposisi uap sama dengan komposisi cairan.
Contoh dari azeotrop jenis ini adalah asam chlorida-air dengan komposisi 80% massa air serta
suhu 108,6°C.
Contoh azeotrop negatif adalah aseton pada konsentrasi 34,09% dan 65,01% kloroform
(berdasarkan massa). Acetone mendidih pada 56,25 °C dan chloroform pada 61,15 °C, tetapi
azeotrop mendidih pada suhu 64,45 °C, yang lebih tinggi dari salah satu unsurnya (Wiliam L.
Luyben, 2008).

E. Cara mengatasi keadaan azeotrop

Ada tiga jalan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keadaan azeotrop (Smith R, 2005) :

1. Perubahan pada tekanan / change in pressure

Pilihan pertama yang dapat dipertimbangakan ketika memisahkan campuran yang


membentuk azeotrop adalah dengan merubah tekanan. Merubah tekanan dapat mempengaruhi
komposisi azeotrop. Jika komposisi azeotrop sensitiv terhadap tekanan dan memungkinkan
untuk dilakukannya proses pemisahan/distilasi dengan melewati range tekanan tersebut tanpa
banyak merubah/mendekomposisi material, maka layak untuk dilakukan. Masalah yang sering
terjadi dengan merubah tekanan yaitu kecilnya komposisi perubahan pada azeotrop. Perubahan
komposisi azeotrop yang terjadi minimal 5% dengan merubah tekanan ( Holland CD, 1981).

2. Penambahan agen pemisah / entrainer

8
Entrainer dapat ditambahkan ke dalam proses pemisahan karena entrainer akan
berinteraksi dengan salah satu komponen pembentuk azeotrop. Hal ini dapat merubah relatif
folatilitas komponen sehingga azeotrop dapat dipisahkan.

3. Penggunaan membran / use a membrane

Jika membran semipermiabel ditempatkan pada ruang diantara fasa uap dan fasa cair, hal
tersebut dapat merubah kesetimbangan uap-cair dan produk yang diinginkan dapat dipisahkan.
Teknik pemisahan tersebut adalah pervaporation.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Azeotrop adalah campuran dari 2 atau lebih komponen yang saling terikat sangat kuat
dan sulit untuk dipisahkan dengan destilasi biasa, disamping itu campuran komponen tersebut
memiliki titik didih yang konstan atau sama, sehingga ketika campuran azeotrop dididihkan,
maka fasa uap yang dihasilkan memiliki titik didih yang sama dengan fasa cairnya.

Salah satu Contoh Azeotrop yaitu terdiri dari Alkohol yang berkadar 96%, dimana sekitar
4%-nya adalah air membentuk suatu kondisi/campuran yang disebut azeotrope. Pada tahap ini
molekul alcohol dan air saling terikat dengan erat dan tidak bisa dipisahkan dengan destilasi
biasa. Karena itu untuk meningkatkan dari kadar 96% menjadi 99,5% dibutuhkan bantuan zeolit
/molecular sieve /karbon aktif. Bahan-bahan tersebut mempunyai molekul dengan rongga yang
sangat kecil dan sangat banyak sehingga dapat menyerap molekul air yang lebih kecil daripada
molekul alcohol. Sehingga hasil yang didapatkan nantinya adalah ethanol murni.
Beberapa metode yang populer digunakan adalah :
1. Pressure Swing Distillation,
2. Extractive Distillation

Apabila titik didih azeotrop lebih rendah dari komponen penyusunnya maka disebut
azeotrop positif begitu sebaliknya ketika titik didih nya lebih tinggi dari komponen penyusunnya
maka dinamakan azeotrop negatif.

Ada tiga jalan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keadaan azeotrop (Smith R, 2005) :

1. Perubahan pada tekanan / change in pressure


2. Penambahan agen pemisah / entrainer
3. Penggunaan membran / use a membrane

10
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan terkait dengan makalah ini adalah Untuk lebih
memahami ulasan tentang Sistem Azeotrop tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan teori
yang bersumber dari literatur dan beberapa media lainnya, namun sangat diperlukan juga suatu
penelitian agar manfaat serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dapat benar-benar
diketahui dan dimengerti

11
DAFTAR PUSTAKA

Atkins. P.W. 1994. Kimia Fisika Jilid 1 Edisi IV. Jakarta : Erlangga.
Castellan.G.W. 1983. Physical Chemistry. New York : Addison-wesley
Holland CD, Gallun SE and Lockett MJ, 1981. Modeling Azeotropic and Extraxtive Distillation,
Chem Eng, 88 (March 23): 185.
Robin Smith, 2005. Chemical Process Design and Integration. Second edition. University of
Manchester.
William L. Luyben, 2008. Control of the Maximum Boiling-Acetone/Chloroform Azeotropic
Distillation System. ACS Publications.

12
MAKALAH KINETIKA DAN KESETIMBANGAN KIMIA

‘’ SISTEM DESTILASI’’

DOSEN PENGAMPU :

Moondra Zubir, S.Si.,M.Si.,Ph.D

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

Kiki Safrina 4191131012

Regita Salsabila 4193331036

Steven Firnandi Hutapea 4192431013

Widya Tasyadri 4191131022

PENDIDIKAN KIMIA E 2019

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbaPuji
syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah ‘’Sistem Destilasi’’ ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kinetika dan
kesetimbangan Kimia . Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan terima
kasih kepada bapak Moondra Zubir, S.Si.,M.Si.,Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah
Kinetika dan Kesetimbangan Kimia.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun tetap mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam penyusunan
makalah selanjutnya.

Medan, April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 . Latar Belakang .................................................................................................................... 1

1.2. Tujuan .................................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2

2.1. Pengertian Destilasi ............................................................................................................. 2

2.2. Gambar Mesin Destilasi dan Keterangan ............................................................................ 2

2.2. Cara Kerja Mesin Destilasi .................................................................................................. 5

2.3. Resume Jurnal dan Aplikasi Alat dalam Agroiundustri ...................................................... 7

2.4. Pabrik yang Menggunakan Alat Destilasi.......................................................................... 11

2.4.1. UD. Tirta Kencana Nusantara ......................................................................................... 11

2.4.2. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk..................................................... 14

2.4.3. PTPN XI di PASA II Djatiroto, Lumajang ..................................................................... 15

2.4.4. PT Salim Ivomas Pratama Surabaya ............................................................................... 15

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 18

3.1. Kesimpulan ........................................................................................................................ 18

3.2. Saran .................................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi
yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus.
Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus
dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi
pada sekitar abad ke-4. Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau
didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenisperpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatularutan, masing-masing komponen akan
menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum
Dalton.

Tujuan dari destilasi adalah memisahkan molekul air murni dari kontaminan yang punya
titik didih lebih tinggi dari air. Destilasi, menyediakan air bebas mineral untuk digunakan di
laboratorium sains atau keperluan percetakan. Destilasi membuang logam berat seperti timbal,
arsenic, dan merkuri.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah tentang destilasi ini adalah untuk mengetahui gambar
mesin serta deskripsinya, cara kerja dari mesin destilasi, contoh mesin dari proses destilasi. Serta
mengetahui beberapa contoh perusahaan yang menggunakan proses destilasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Destilasi


Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Distilasi atau penyulingan merupakan proses pemurnian suatu campuran yang
biasanya berupa cairan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi merupakan proses
pemisahan fisik yang tidak memerlukan reaksi kimia. Secara komersial, distilasi memiliki
sejumlah aplikasi, misalnya untuk memisahkan minyak mentah menjadi fraksi-fraksi yang lebih
ringan yang digunakan sebagai bahan bakar dalam transportasi, pembangkit listrik, maupun
dalam proses pemanasan sehari-hari. Air disuling untuk untuk menghilangkan kotoran, seperti
kandungan garam-garam laut. Udara disuling untuk memisahkan komponen-komponen
penyusunnya, terutama oksigen, nitrogen, dan argon untuk keperluan industri maupun
laboratorium.

2.2 Gambar Mesin Destilasi dan Keterangan


Berikut ini adalah skema tipe unit destilasi dengan arus umpan dan dua arus produk

2
Beberapa komponen utama dari alat destilasi adalah sebagai berikut:
• Sebuah shell vertical dimana pemisah komponen cairan dilakukan
• Internal kolom seperti tray/pelat/packing yang digunakan untuk meningkatkan pemisahan
komponen
• Reboiler sebagai penyedia penguapan yang dbutuhkan bagi proses destilasi. Pemanas untuk
boiler harus menghasilkan panas yang stabil.
• Kondensor untuk mendinginkan dan mengembunkan uap yang meninggalkan bagian atas kolom
• Sebuah drum reflux untuk menahan uap terkondensasi dari bagian atas kolom sehingga
cairan(reflix) dapat di daur ulang ke kolom
• Rumah-rumah shel vertical, internal kolom dan bersama-sama dengan kondensor serta reboiler
menyusun suatu kolom destilasi

Berikut ada beberapa jenis alat destilasi beserta keterangannya:

3
4
2.3 Cara Kerja Mesin Destilasi

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Pada
dasarnya alat destilasi dibagi menjadi dua yaitu destilasi kering dan basah. Dan penggunaan alat
destilasi pun tergantung dari siapa yang menggunakannya karena alat destilasi itu sendiri dapat
berskala laboratorium dan skala komersil.

Cara kerja alat destilasi basah skala komersil adalah sebagai berikut:
• Buka tutup ketel pemanas dan penyuling, masukkan air dan bahan yang akan didestilasi,
bahan harus terendam dalam air, guna menghindari menggumpalnya bahan yang
didestilasi karena pengaruh panas. Kemudian tutuplah ketel dan kuatkan pengunci.
• Hubungkan ketel dengan kondensor melalui sebuah pipa
• Hubangkan kondensor dengan alat penampung air pendingin dan usahakan aliran air
pendingin dalam kondensor berlawanan dengan aliran dari uap yang dikondensasikan
• Pasanglah alat penampung kondensat dan pemisah cairan destilasi
• Nyalakan api pemanas dan jangan sampai padam
• Akibat dari pemanasan air dalam ketel pemanas dan penyuling akan mendidih dan bahan
dalam air akan menguap, jagalah air jangan sampai kurang, bila kurang tambahlah
melalui lubang penambahan air, kecilkan dulu api dan setelah beberapa waktu baru tutup
lubang dibuka dan seterusnya diisi air air tambahan. Hal tersebut bertujuan guna
menghindari semburan air panas keluar akibat tekanan uap
• Uap bahan akan mengalir ke dalam kondensor, yang seterusnya akan mengalami
kondensasi dan kondensat terapung dalam alat penampung. Kondensat selanjutnya
dimasukkan dalam alat pemisah cairan destilasi (destilat) untuk diadakan pemisahan
dengan air
• Setelah pekerjaan selesai api dipadamkan dan alat dilepaskan dari rangkaian. Setelah
dingin sisa bahan dikeluarkan dari dalam ketel pemanas dan penyuling

5
Selanjutnya adalah destilasi secara kering. Pada dasarnya alat destilasi kering adalah
sama dengan alat destilasi basah. Perbedaannya hanya terletak pada alat ketel destilasi,
sedangkan alat yang lain seperti kondensor adalah sama. Dalam destilasi kering, bahan yang
didestilasi dipanasi dalam ketel destilasi dengan menggunakan udara panas atau asap panas.
Udara panas atau asap panas dapat berasal dari sebuah dapur yang berada di luar ketel destilasi.
Dapat pula dari bahan bakar yang langsung dibakar dalam ketel penyulingan. Uap bahan yang
terjadi kemudian dialirkan ke dalam kondensor sehingga mengalami kondensasi. Kondensat
yang terjadi ditampung dalam alat penampung yang kemudian dipisahkan dengan alat pemisah.

Cara kerja dari alat destilasi kering skala komersil adalah sebagai berikut:
• Bukalah tutup ketel penyulingan dan masukkan bahan yang akan didestilasi kemudian
tutup kembali dan eratkan baut-baut penguncinya
• Hubungkan ketel penyuling dengan kondensor dan pasanglah alat penampung kondensat
pada mulut pengeluaran kondensat dari kondensor
• Alirkan air pendingin ke kondensor jangan sampai terbalik. Aliran air pendingin dalam
kondensor harus berlawanan dengan aliran uap bahan dari ketel penyuling ke kondensor
• Nyalakan api pemanas dan apabila sumber panas ada di luar ketel, alirkanlah asap
panasnya ke dalam ketel, alirkanlah asap panasnya ke dalam ketel dengan membuka
oemasukkan asap panas
• Dengan adanya asap panas yang masuk ke dalam ketel penyuling, maka bahan yang akan
didestilasi akan dipanasi dan minyak atsiri yang terkandung di dalamnya akan menguap.
Apabila sumber panas berada di luar ketel maka asap panas yang dialirkan melalui pipa
ke dalam ketel akan memanasi udara di dalam ketel dan udara panas akan naik memanasi
bahan yang akan didestilasi
• Uap minyak akan dialirkan ke dalam kondensator melalui pipa penyuling, karena adanya
air pendingin maka uap bahan akan mengalami kondensasi dan berubahlah menjadi
kondensat, yang ditampung dalam alat penampung yang selanjutnya dipisahkan dari zat-
zat yang lain dalam alat pemisah.

6
2.4 Resume Jurnal dan Aplikasi Alat dalam Agroiundustri

Dalam jurnal Reaktor, Vol. 12 No. 1, Juni 2008, hal. 7-11 karya Widayat dan Hantoro
Satriadi yang berjudul Optimasi pembuatan dietil eter dengan proses reaktif destilasi akan
membahas pengaplikasian destilasi pada pembuatan dietil eter sebagai bahan pelarut lemak,
minyak, resin, dll. DiEtil Eter merupakan salah satu dari eter komersial yang paling penting
diantara eter yang lainnya. Dalam industri dietil eter banyak digunakan sebagai bahan pelarut
untuk melakukan reaksi-reaksi organik dan memisahkan senyawa organik dari sumber alamnya.
Penggunaan sebagai pelarut diantaranya untuk pelarut minyak, lemak, getah, resin,
mikroselolosa, parfum, alkaloid, dan sebagian kecil dipakai dalam industri butadiena. Eter
adalah senyawa tak berwarna dengan bau enak yang khas. Titik didihnya rendah dibanding
alkohol dengan jumlah atom karbon yang sama, dan kenyataannya mempunyai titik didih sama
dengan hidrokarbon, dimana pada eter gugus –CH2- digantikan oleh oksigen.

Proses reaktif destilasi merupakan proses dimana reaktan direaksikan dan komponen-
komponen hasil langsung dipisahkan. Dengan proses reaktif destilasi dapat menghemat biaya
investasi dan memperoleh kemurnian produk yang lebih tinggi. Beberapa senyawa yang selama
ini sudah diproduksi dengan proses reaktif destilasi dan memberikan keuntungan yang cukup
besar adalah Metil asetat dan Metyl Tertier Butyl Ether (MTBE) (Taylor dan Krishna, 2000).
Dalam proses pembuatan dietil eter dari etanol dengan katalis asam sulfat, menghasilkan
senyawa dietil eter, etanosulfat. Senyawa dietil eter mempunyai titik didih yang sangat rendah
dibandingkan komponen yang ada di dalamnya. Dengan demikian memungkinkan untuk
membuat dietil eter dengan proses reaktif distilasi. Dalam penelitian ini, dilakukan proses
optimasi pada pembuatan senyawa dietil eter dengan proses reaktif distilasi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengoptimasi proses pembuatan dietil eter dari etanol teknis dan asam sulfat
dengan proses reaktif distilasi secara batch.

7
Peralatan terdiri dari reaktor yang berbentuk labu leher tiga, kolom pemisahan/distilasi,
pendingin produk, dan penampung produk. Respon yang dianalisa adalah kandungan dietil eter
dalam produk yang dianalisa dengan gas kromatografi (GC). Data-data yang diperoleh
selanjutnya diolah dengan perangkat lunak Statistica 6. Design percobaan seperti disajikan dalam
tabel 2, dimana design percobaan ini juga diperoleh dariperangkat lunak Statistica 6 .
Tabel 2. Design penelitian untuk optimasi dengan metode respon permukaan

Keterangan :
R : Perbandingan mol reaktan etanol dengan asam sulfat
C asam: Konsentrasi Asam sulfat

8
+1 : nilai atas ,
-1 : nilai bawah,
0 : nilai tengah
+v2 : nilai kritis atas
-v2 : nilai kritis bawah

Untuk memperoleh nilai parameter kondisi operasi dapat dihitung menggunakan


persamaan 1 dan 2 atau dengan memasukkan nilai batas atas dan bawah ke dalam perangkat
lunak Statistica 6.

Percobaan dilakukan dengan memasukkan etanol dan H2SO4 kedalam labu umpan
distilasi. Reaksi dilangsung pada ondisi titik didihnya. Produk dan komponen-komponen ringan
akan menguap. Uap akan berkontak dengan kondensat dalam kolom distilasi dan terbentuk
kesetimbangan. Etanol dan air yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari dietil eter akan
terkondensasi dan kembali kebawah. Proses pembentukan kesetimbangan juga dapat terbentuk
dengan pendinginan dari udara luar. Suhu pada puncak distilasi dijaga dibawah 78⁰C.
Pencapaiansuhu operasi tersebut membutuhkan waktu±30 menit. Produk dietil eter akan
mengalir ke labudistilat/produk melewati kondensor sehinggaterkondensasi dan suhunya akan
turun yaitu mencapai± 33⁰C (dijaga agar dibawah 35⁰C). Dalamlabu distilat/produk didinginkan
dengan pendingin esyang berfungsi untuk menjaga dietil eter yang sudahtidak dapat larut dalam
air tidak menguap. Suhuproduk dalam labu distilat± 10⁰C, dimana pada suhutersebut diharapkan
tidak ada dietil eter yangmenguap. Produk dianalisa dengan alat gaskromatografi.

Hasil penelitian yang diperoleh seperti disajikan dalam tabel 3 yang merupakan
perbandingan hasil percobaan dan hasil perhitungan dengan model.

9
Tabel 3. Hasil penelitian dari percobaan dan hasil perhitungan dari model

Setiap nilai hasil penelitian pengamatan (Yo), dibandingkan dengan nilai hasil prediksi
(Yp) yang dihitung dari model seperti yang digambarkan pada gambar 2. Gambar 2 menunjukan
bahwa sebagian besar data terletak yang tidak pada garis. Hal menunjukkan bahwa data-data
hasil percobaan dengan model yang kurang valid.

Hasil analisa dari model empiris diatas didapatkan kondisi operasi optimum, pada
kondisi perbandingan mol reaktan 1 : 1,30 dan konsentrasi asam sulfat 10,93 M. Data-data
tersebut dimasukkan ke model matematika (Persamaan 1) diperoleh nilai konversi sebesar
31,83%. Secara teoritis semakin besar perbandingan mol reaktan etanol dan H2SO4maka

10
konversi yang dihasilkan akan semakin besar.Hal ini disebabkan karena semakin tinggi mol
H2SO4maka kemungkinan terkonversinya etanol menjadidietil eter besar. Fenomena yang sama
juga terjadiuntuk konsentrasi katalis. Semakin tinggi konsentrasi katalis maka konversi reaksi
semakin besar karenadengan tingginya konsentrasi katalis maka kemungkinan kontak antar
molekul menjadi lebih besar.Namun dari grafik dapat dilihat bahwa titik perbandingan mol
reaktan 1 : 1,30 dan konsentrasikatalis 10,93 merupakan konversi optimum dimanapeningkatan
setelahnya akan menurunkan konversireaksi. Hal ini disebabkan karena proses reaktif
destilasisangat berhubungan dengan titik didih campuran.Reaksi dehidrasi ethanol menjadi dietil
eter terjadi padasuhu 130⁰ C (Ullman, 1987). Dengan demikian konversireaksi akan besar pada
saat titik didih campuran beradadisekitar suhu reaksi, dengan penambahan H2SO4dankonsentrasi
asam sulfat yang tinggi, akanmempengaruhi titik didih campuran secara signifikanyang
mengakibatkan volume destilat kecil dan konversireaksi kecil. Konversi reaksi yang kecil sangat
mungkin, disebabkan oleh kondisi temperatur pada puncakdistilasi yang bervariasi. Hal ini
dikarenakan kesulitanmempertahankan temperatur kolom distilasi tetap padatemperatur di bawah
78⁰C. Jika dilihat titik didih dietil eter yang rendah, bisa jadi banyak dietil eter yang menguap ke
atas (tidak masuk sebagai distilat). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi operasi
optimum,pada kondisi perbandingan mol reaktan 1 : 1,30 dan konsentrasi asam sulfat 10,93 M.
Nilai konversi yangdiperoleh sebesar 31,83%.
2.5 Pabrik yang Menggunakan Alat Destilasi

2.5.1 UD. Tirta Kencana Nusantara


UD. TKN dalam usahanya memproduksi minyak atsiri daun cengkeh menggunakan
metode penyulingan dengan air dan uap dimana bahan olah tidak bercampur langsung dengan
air, namun berada di atas rak/ saringan berlubang. UD. TKN menggunakan beberapa alat yang
spesifikasinya didasarkan beberapa hal, diantaranya jenis dan jumlah bahan baku. Alat-alat uang
digunakan dalam proses produksi antara lain:
A. Ketel Suling
Ketel suling atau biasa disebut tangki, berfungsi sebagai tempat air atau uap untuk
mengadakan kontak dengan bahan serta untuk menguapkan minyak atsiri. Penggunaan
bentuk ketel tergantung metode penyulingannya. UD.TKN menggunakan metode uap dan
air, sehingga bahan dan air menjadi satu tempat yang terpisah oleh rak atau saringan.

11
Tangki tersebut dilengkapi dengan tutup yang dapat dibuka dan diapitkan pada bagian
atas tangki dipasang pipa berbentuk leher angsa (gooseneck) untuk mengalirkan uap ke
kondensor. Dasar keterl dilengkapi dengan suatu kran untuk saluran air saat mengadakan
pembersihan. Sementara satu setengah meter dari dasar ketel terdapat kran untuk
mengalirkan air yang digunakan untuk pengukusan. Spesifikasi dari ketel suling tersebut
adalah:
✓ Kapasitas : 7,5 – 10 Kwintal
✓ Tinggi : 3 meter
✓ Diameter : 1,9 meter
✓ Tebal : 9 mm
✓ Konstruksi : Besi baja
✓ Tinggi saringan dari dasar ketel : 1 meter
✓ Umur teknis : 5 tahun

B. Kondensor ( kolam pendingin )


Kondensor merupakan salah satu alat penyulingan yang berfungsi untuk
mengubah seluruh komponen uap menjadi komponen cair, baik itu uap minyak maupun
uap cair. Dalam proses penyulingan minyak atsiri ini, kondensor dalam bentuk kolam
pendingin berfungsi untuk mendinginkan uap minyak yang bercampur dengan uap air.
Melalui kondensor ini uap minyak dan uap air akan terpisah sebab kedua bahan tidak
saling melarut. Spesifikasi dari kondensor tersebut adalah:
✓ Konstruksi : Beton
✓ Panjang : 7 meter
✓ Lebar : 4 meter
✓ Kedalaman : 3 meter
✓ Bentuk Pipa dalam kolam : Zig zag
✓ Jumlah pipa : 8 buah

C. Drum ( kolam pemisah )


Alat ini berfungsi untuk menampung cairan minyak dan air yang sudah
didinginkan dalam kondensor. Selanjutnya minyak dan air terpisah berdasarkan berat

12
jenisnya. Untuk minyak atsiri daun cengkeh, karena berat jenisnya lebih tinggi
dibandingkan dengan air, maka posisi minyak berada di dasar drum. Sementara air berada
di bagian atas. Kemungkinan masih belum sempurnanya pemisahan tersebut, di UD.
TKN dipasang 3 kolam pemisahan; yang memungkinkan alat tersebut menampung
bagian minyak yang belum terpisah pada kolam pemisah pertama. Namun demikian dari
segi jumlah, pada kolam pemisah kedua dan ketiga tidak sebanyak pada kolam pertama.
Spesifikasi alat ini adalah:
✓ Kapasitas : 100 kg
✓ Konstruksi : besi baja
✓ Tinggi : 1 meter
✓ Diameter : 70 cm
✓ Jumlah : 3 buah

D. Penyaring
Minyak yang sudah dipisahkan dari air selanjutnya didiamkan sementara untuk
kemudian dilakukan penyaringan dengan kain saring. Ini bertujuan untuk menahan dan
menghilangkan air yang mungkin terikut dengan minyak. Dan juga menyaring benda-
benda asing yang mungkin terikut dalam bahan, seperti misalnya hasil reaksi antara
minyak dengan bahan logam yang digunakan dalam proses. Spesifikasi alat ini adalah:
✓ Konstruksi :kayu bertingkat
✓ Bahan penyaring : kain cotton
✓ Jumlah : 2 buah

E. Jerigen
Penggunaan wadah penyimpan minyak atsiri di UD. TKN berasal dari bahan
jerigen plastik dengan kapasitas sekitar 40 kg minyak setiap jerigen. Wadah yang
digunakan itu adalah wadah yang tidak tembus cahaya. Hal ini menjadi syarat yang perlu
dilakukan sewaktu akan melakukan penyimpanan. Sebab jika terjadi kontak langsung
dengan cahaya matahari akan menimbulkan reaksi kimia yang merusak komposisi zat
yang terkandung.

13
2.5.2 PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk.
PT. SMART merupakan perusahaan yang memproduksi minyak goreng, dimana dalam
tahap pengolahan CPO menggunakan prinsip destilasi seperti pada proses deodorizing. Proses
deodorasi adalah suatu tahapan proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan
bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak karena masih mengandung asam lemak bebas
(FFA). Prosesnya adalah dengan destilasi, yaitu ketika minyak berada dalam tangki dilakukan
proses steam dengan cara di spray. Adapun peralatan yang digunakan dalam proses deodorizing
adalah:
• Pompa Packed Column (P-304)
Berfungsi untuk mengalirkan semi RBDPO (Refined Bleached Degummed Palm Oil) dari
packed column ke Deodorizer
• Deodorizer (T-302)
Berfungsi untuk menghilangkan bau khas kelapa sawit
• Splash Oil Tank (V-307)
Berfungsi untuk menampung sebagian RBDPO yang keluar dari deodorizer untuk
mengalirkan kembali ke deodorizer
• Pompa Splash Oil Tank (P-315)
Berfungsi untuk mengalirkan RBDPO kembali ke deodorizer
• Pompa Deodorizer (P-302A, P-302B)
Berfungsi untuk mengalirkan RBDPO dari deodorizer ke crystallizer (CR-01 – CR-26)
dengan melalui proses pendinginan (spiral heat exchanger (E-302), economic atau plate
heat exchanger 1 (E-205), plate heat exchanger 4 (E-304)) dan proses penyaringan
(catridge filter)
• Plate Heat Exchanger 4 (E-304)
Berfungsi untuk mendinginkan RBDPO dengan menggunakan air pendingin
• Catridge Filter 1 (CF-1)
Berfungsi untuk menjernihkan atau menyaring impurities yang masih terdapat dalam
RBDPO (tahap akhir)
• Tangki RBDPO (P-1, P-2, dan P-4)
Berfungsi untuk menampung RBDPO

14
2.5.3 PTPN XI di PASA II Djatiroto, Lumajang
Di PTPN XI Lumajang memproduksi etanol, dimana destilasi merupakan tahap terakhir
dari proses produksi alkohol dari tetes tebu. Destilasi yaitu pemisahan dua komponen senyawa
atau lebih berdasarkan pada titik didih masing-masing komponen dengan cara pemanasan
penguapan, untuk memperoleh produk alkohol dengan kualitas prima. Setelah proses fermentasi
selesai, maka cairan fermentasi masuk ke dalam destilator. Proses destilasi dilakukan pada suhu
antara 79-81⁰C. Pada suhu ini, etanol sudah menguap namun air tidak menguap. Maka uap
etanol dialirkan ke destilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran destilator. Destilasi
pertama biasanya di dapat kadar etanol masih 50-55%. Apabila kadar etanol masih di bawah
95%, maka destilasi perlu diulangi lahi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%. Apabila sudah
mencapai 95% maka dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa
digunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada etanol dan biarkan
selama semalam. Setelah itu didestilasi lagi hingga kadar etanolnya kurang lebih 99,5%.

2.5.4 PT Salim Ivomas Pratama Surabaya

BPO dari filtrate tank dilewatkan melalui plate heater (E701) kemudian dialirkan
menuju zorro box economizer (E702) untuk meningkatkan temperature dan diteruskan ke final
heater. Proses pemanasan yang terjadi di E703 menggunakan steam yang dialirkan dari high
pressure boiler(G701). Dari E703, BPO dialirkan menuju deodorizer tank (DEO701) untuk
dilakukan proses deodorisasi yang berdaya vacuum kuat.

Proses deodorisasi atau penyulingan juga dapat berfungsi untuk mengurangi


kandungan FFA dari BPO. Kandungan FFA yang diharapkan sebesar ± 0.03-0.05%. DEO701
terdiri dari beberapa tray atau palka yang dilengkapi dengan steam sparging untuk membantu
proses penguapan pada proses deodorisasi. RBDPO yang bersuhu tinggi kemudian dialirkan
menuju E702, dan terjadi cross dengan BPO. Dari E702, RBDPO dialirkan menuju heat
exchanger (E001). Di dalam E001 terjadi cross antara RBDPO yang bersuhu tinggi dengan CPO
yang bersuhu rendah sehingga suhu RBDPO menjadi turun sedangkan suhu CPO menjadi naik.
Apabila suhu CPO daro E001 masih kurang dari ketentuan maka dipanaskan kembali dengan
bantuan E002. RBDPO yang keluar dari E001 kemudian dialirkan menuju cooler (E704) dengan

15
media pendinginnya berupa air. Penurunan suhu RBDPO yng keluar dari E704 kemudian
dilewatkan bag filter(F701 dan F702) untuk memastikan bahwa RBDPO yang dihasilkan bersih
dari kotoran. Setelah itu, RBDPO ditampung dalam tangki timbun atau dialirkan langsung ke
proses fraksinasi.

Hasil samping dari proses penyulingan yaitu berupa palm fatty acid destilate (PFAD)
yang kemudian ditampung di intermediate tank (T703). Dari T703, PFAD dipompa menuju
cooler (E705). Temperature di PFAD ±60-80°C. sebagian yang sudah berbentuk cair dialirkan
kembali menuju DEO701 untuk menangkap atau mengkondensasi PFAD yang masih berbentuk
uap atau gas dan sebagian lagi ditapung dalam tangki penyimpanan PFAD yang nantinya akan
diekspor atau dijual kembali sebagai bahan baku sabun dan kosmetik. Dari proses deodorisasi
terdapat tumpahan minyak yang masih mentah kemudian ditampung di tangki splash oil dan
diproses kembali di dalam tangki T601

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Destilasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pemurnian dan pemisahan
larutan yang berdasarkan pada perbedaan titik didih yang relatif jauh. Contoh jenis alat destilasi
yaitu destilasi uap, destilasi air dan destilasi uap dan air. Cara kerja destilasi dibagi menjadi dua
cara yaitu cara kerja destilasi basah dan cara kerja destilasi kering. Pada jurnal dijelaskan
mengenai prosees reaktif destilasi yang merupakan proses dimana reaktan direaksikan dan
komponen-komponen hasil langsung dipisahkan. Dengan proses reaktif destilasi dapat
menghemat biaya investasi dan memperoleh kemurnian produk yang lebih tinggi. Beberapa
senyawa yang selama ini sudah diproduksi dengan proses reaktif destilasi dan memberikan
keuntungan yang cukup besar adalah Metil asetat dan Metyl Tertier Butyl Ether (MTBE). Pada
jurnal dilakukan proses optimasi pada pembuatan senyawa dietil eter dengan proses reaktif
distilasi. Tujuan penelitian pada jurnal adalah untuk mengoptimasi proses pembuatan dietil eter
dari etanol teknis dan asam sulfat dengan proses reaktif distilasi secara batch. Alat destilasi telah
banyak digunakan pada perusahaan besar. Berikut adalah contoh perusahaan yang menggunakan
alat destilasi pada proses produksinya antara lain UD. Tirta Kencana Nusantara, PT. Sinar Mas
Agro Resources and Technology Tbk., PTPN XI di PASA II Djatiroto, Lumajang dan PT Salim
Ivomas Pratama Surabaya. Perusahaa tersebut menggunakan alat destilasi pada proses produksi
produknya dengan jenis mesin destilasi yang berbeda-beda.

3.2 Saran
Dalam pembahasan yang disajikan perlu diperhatikan proses perawatan dalam mesin
destilasi agar mesin dapat terjaga dengan baik. Sehingga masa pakai mesin destilasi dapat
dipakai dalam jangka yang panjang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, Bambang. 2010. Tesis: Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi Dan
Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut. Universitas Diponegoro. Semarang.

Kartika, D. (2011). Penerapan Supply Chain Management dalam Pengadaan Bahan Baku
untukProduksi Etanol (Studi Kasus PTPN XI di PASA II Djatiroto, Lumajang). Skripsi Sarjana
pada TIP. FTP Universitas Brawijaya Malang : tidak diterbitkan.

Mustadi,Dkk.2020. Distilasi Uap dan Bahan Bakar Pelet Arang Sampah Organik.Malang : CV.
IRDH

Newmark, Ann. 2000. Jendela Iptek Seri 7: Kimia. Balai Pustaka Jakarta. Jakarta.

Permatasari, Vitta Rizky. (2008). Teknologi Pemurnian Multi Proses (PMP) Pada Pengolahan
Minyak Goreng Bimoli Di PT. Salim Ivomas Pratama Surabaya. Laporan Praktek Kerja Lapang
TIP FTP Universitas Brawijaya Malang: tidak diterbitkan.

Rosa, S.E. (2012). Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) pada Proses Produksi Minyak Goreng di
PT. SinarMas Agro Resourches and Technology (SMART) Tbk. Surabaya. Laporan Praktek
Kerja LapangTIP FTP Universitas Brawijaya Malang : tidak diterbitkan.

Wahyudi. (2005). Analisis Proses Produksi Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Clove Leaf Oil) di
UD. TirtaKencana Nusantara. Laporan Praktek Kerja Lapang TIP FTP Universitas Brawijaya
Malang :tidak diterbitkan.

Widayat dan Satriadi, H. (2008). Optimasi Pembuatan Dietil Eter dengan Proses Reaktif
Destilasi.Jurnal Reaktor Vol. 12 No. 1, hal. 7-11

18

Anda mungkin juga menyukai