KIMIA FISIKA
CAMPURAN BINER I
DISUSUN OLEH:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bella Rahmasari
Darnia Anita
Jerra Novia Anggela
Novian Arradex Cumbara
Suri Andayana
Virwindicha Bella Hinggis
KELAS
KELOMPOK
INSTRUKTUR
(061540421934)
(061540421596)
(061540421603)
(061540421607)
(061540421611)
(061540421615)
: 3 KI.A
: II
: Endang Supraptiah, S.T, M.T
CAMPURAN BINER I
I.
TUJUAN
II.
Reflaktometer 1 buah
Termometer 10 100 oC
Aluminium Foil
Bola karet
III.
3.1
Larutan Etanol
Larutan Aquadest
DASAR TEORI
ETANOL
Etanol (C2H5OH) (memiliki nama trivial etil alkohol) adalah turunan
senyawa organik yang memiliki dua atom karbon, dengan rantai lurus (alifatik).
Alkohol mempunyai sifat fisik tidak berwarna dan memiliki bau khas. Dan dapat
menyala bila tersulut api. Karena hal inilah etanol dapat dijadikan sebagai bahan
bakar alternatif dan diminati saat ini.
(dikutip dari : http://www.ucc.ie/academic/chem/)
3.2
DISTILASI
AZEOTROP
Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi
tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi
biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki
komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut
juga titil didih konstan campuran (constant boiling mixture) karena komposisinya
yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan.
(dikutip dari : http://majarimagazine.com/2007/11/proses-distilasi-campuranbiner/)
Sebenarnya ada banyak cara untuk melewati titik azeotrop, beberapa cara
yang dapat kita gunakan adalah :
1.
Menggunakan membran
2.
3.
b.
c.
Menggunakan
distilasi
ekstraktif,
yaitu
dengan
minimum pada titik didih campuran zat cair itu, maka titik didih
campuran zat cair terletak antara titik didih zat zat cair murninya.
Campuran ini disebut camouran zeotrpik. Pada penyulingan zat cair
semacam ini. Komposisi destilatnya lebih banyak mengandung zat cair
yang bertekanan uap lebih besar dibandingkan dengan campuran. Zat
cair yang sedang disuling itu. Oleh karena itu campuran zat cair ini dapat
dipisahkan menjadi zat-zat cair murninya melalui penyulingan berkalikali.
2. Campuran Azeotropik
a. Bila titik titik didih campuran dua zat cair yang saling melarut
menunjukkan adanya titik maksimum, maka campuran ini disebut
C) titik didih
azeotropik
107.1 oC pada 43,5 mol % air.
e. Campuran azeotropik biner dengan titik didih minimum.
1. Isopropil akhohol (t.d 82,5 oC) dan benzina dengan titik didih
80,2 oC, titik didih azeotropik 71,9 oC pada 39,3 mol % isopropil
alcohol.
2. Karbon tetra khlorida t.d 76,8 oC dan metanol t.d nya 64,7 oC titik
didih azeotropik 55,7 oC pada 44,5 mol % karbon tetra khlorida.
3. Metanol t.d 64,7 oC dan benzena t.d 80,2 oC titik didi azeotropik
58,3 oC
Pada 61,4 mol % metanol. Campuran azeotrop adalah campuran suatu zat
dimana zat tersebut memiliki titik didih minimal atau titik didih maksimal.
Susunan campuran azeotrop tergantung dari tekanan yang dipakai untuk membuat
larutan- larutan dengan konsentrasi tertentu. Azeotrop merupakan campuran 2
atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak
bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan,
fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya.
Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena
komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan. Untuk
lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :
Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi
sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya
dipisahkan dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian
didinginkan dan terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan,
didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop,
proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada
gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva
saturated vapor dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal putus-putus)
Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan
kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini
dilakukan pada tekanan atmosfer.
IV.
KESELAMATAN KERJA
Dalam percobaan ini gunakan jas praktikum dan kaca pelindung, dan jangan
menghirup zat yang digunakan. Dan pada destilasi dilakukan dalam lemari
asam.
V.
CARA KERJA
VI.
DATA PENGAMATAN
Nama zat
Etanol
Berat mol
46,07 gr/mol
Titik didih
78,37C
Aquadest
18,008 gr/mol
0,9962 gr/ml
100C
No
Etanol
Aquadest(ml
Titik uap
Fraksi mol
20
)
80
92
74
0,0708
40
60
84
72
0,1690
60
40
76
71
0,3139
80
20
74
68
0,5495
%
volume
20
40
60
80
ml
20
40
60
80
Etanol
gr
15,58
31,16
46,74
62,32
mol
0,3382
0,6764
1,0145
1,3527
ml
80
60
40
20
Air
gr
79,556
59,592
39,928
18,964
mol
4,4344
3,3258
2,2172
0,4505
VII. PERHITUNGAN
1. PERHITUNGAN FRAKSI MOL CAMPURAN AIR DAN ETANOL
20 % volume etanol dalam air
20ml = volume alkohol
100 ml = volume campuran
80 ml = aquadest
- Etanol 96 %
gr = x V
gr = 0,739 gr/mol x 20 ml
gr = 15,58 gr
gr
mol = BM
15,58 gr
mol = 46,07 gr / mol = 0,2302 mol
- aquadest
gr = x V
gr = 0,9982 gr/mol x 80 ml
gr = 79,856 gr
gr
mol = BM
79,856 gr
mol = 18,008 gr / mol = 4,4344 mol
nC 2 H 5 OH
X Etanol = nC 2 H 5 OH nH 2 O
0,3382
= 0,3382 4,4344 = 0,8708
X aquadest = 1 X etanol
= 1 0,0708 = 0,9292
40 % volume etanol dalam air
40 ml = volume etanol
60 ml = volume aquadest
- Etanol 96 %
gr = x V
gr = 0,779 gr/mol x 40 ml
gr = 31,24 gr
gr
mol = BM
31,24 gr
mol = 46,07 gr / mol = 0,6764 mol
- aquadest
gr = x V
gr = 0,9982 gr/mol x 60 ml
gr = 59,892 gr
gr
mol = BM
59,892 gr
mol = 18,008 gr / mol = 3,3258 mol
nC 2 H 5 OH
X Etanol = nC 2 H 5 OH nH 2 O
0,6764
= 0,6764 3,3258 = 0,1690
X aquadest = 1 X etanol
= 1 0,1690 = 0,8310
- 60 % etanol dalam air
60 ml = volume etanol
40 ml = volume aquadest
- Etanol 96 %
gr = x V
gr = 0,779 gr/mol x 60 ml
gr = 46,74 gr
gr
mol = BM
46,74 gr
mol = 46,07 gr / mol = 1,0145 mol
- aquadest
gr = x V
gr = 0,9982 gr/mol x 40 ml
gr = 39,928 gr
gr
mol = BM
39,928 gr
mol = 18,008 gr / mol = 2,2172 mol
nC 2 H 5 OH
X Etanol = nC 2 H 5 OH nH 2 O
1,0145
= 1,0145 2,2172 = 0,3139
X aquadest = 1 X etanol
= 1 0,3139 = 0,6861
- 80 % etanol dalam air
80 ml = volume etanol
20 ml = volume aquadest
- Etanol 96 %
gr = x V
gr = 0,779 gr/mol x 80 ml
gr = 62,32 gr
gr
mol = BM
62,32 gr
mol = 46,07 gr / mol = 1,35277 mol
- aquadest
gr = x V
gr = 0,9982 gr/mol x 20 ml
gr = 19,964 gr
gr
mol = BM
19,964 gr
mol = 18,008 gr / mol = 1,1086 mol
nC 2 H 5 OH
X Etanol = nC 2 H 5 OH nH 2 O
1,3527
= 1,3527 1,1086 = 0,5495
X aquadest = 1 X etanol
= 1 0,5495 = 0,4505
Dari percobaan
didapatkan titik didih dan titik uap yang mengalami penurunan seiring
dengan kenaikan fraksi mol etanol, dan jika dihubungkan dengan grafik
terlihat jika campuran ini merupakan campuran azeotropik
IX.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Semakin besar fraksi mol zat dengan titik didih yang lebih rendah dalam
campuran, maka titik didih akan menurun
2. Campuran Air dan Etanol merupakan campuran azeotropik.
3. Susunan dari senyawa campuran juga mempengaruhi titik didih dan titik uap
DAFTAR PUSTAKA
GAMBAR ALAT
Gelas Ukur
Karet
Erlenmeyer
Kondenser
Gelas Kimia
Pipet Ukur
Termometer
Bola
Refaktometer
Alat Destilasi