Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA
CAMPURAN BINER I

DISUSUN OLEH:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bella Rahmasari
Darnia Anita
Jerra Novia Anggela
Novian Arradex Cumbara
Suri Andayana
Virwindicha Bella Hinggis

KELAS
KELOMPOK
INSTRUKTUR

(061540421934)
(061540421596)
(061540421603)
(061540421607)
(061540421611)
(061540421615)

: 3 KI.A
: II
: Endang Supraptiah, S.T, M.T

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PRODI D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

CAMPURAN BINER I

I.

TUJUAN

Setelah melakukan percobaan ini mahasiwa diharapkan :


1. Mengetahui dan dapat membuktikan bahwa campuran dua buah (atau
lebih) azeotropik atau zeotropik.
Dapat membuat diagram fase dua komponen.
3. Dapat menentukan indeks bias suatu zat atau campuran dengan
menggunakan reflaktometer.
4. Mengikuti penerapannya pengetahuan ini di beberapa industri kimia
(pabrik arak dan spiritus).

II.

ALAT DAN BAHAN KIMIA YANG DIGUNAKAN :

1. Alat-alat yang digunakan :


-

Reflaktometer 1 buah

Erlenmeyer 100 ml 6 buah

Gelas Ukur (Gelas piala) 100 ml

Termometer 10 100 oC

Seperangkat alat distilasi

Aluminium Foil

Pipet Ukur 10 ml, 25 ml

Bola karet

2. Bahan Kimia yang digunakan :

III.
3.1

Larutan Etanol

Larutan Aquadest

DASAR TEORI
ETANOL
Etanol (C2H5OH) (memiliki nama trivial etil alkohol) adalah turunan

senyawa organik yang memiliki dua atom karbon, dengan rantai lurus (alifatik).
Alkohol mempunyai sifat fisik tidak berwarna dan memiliki bau khas. Dan dapat

menyala bila tersulut api. Karena hal inilah etanol dapat dijadikan sebagai bahan
bakar alternatif dan diminati saat ini.
(dikutip dari : http://www.ucc.ie/academic/chem/)
3.2

DISTILASI

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia


berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) suatu
bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap
ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masingmasing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi
didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Distilasi yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah distilasi campuran
biner, dimana zat yang digunakan adalah campuran alcohol dan aseton dengan
komposisi yang variasi.
3.3

AZEOTROP
Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi

tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi
biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki
komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut
juga titil didih konstan campuran (constant boiling mixture) karena komposisinya
yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan.
(dikutip dari : http://majarimagazine.com/2007/11/proses-distilasi-campuranbiner/)

Sebenarnya ada banyak cara untuk melewati titik azeotrop, beberapa cara
yang dapat kita gunakan adalah :
1.

Menggunakan membran

2.

Proses sorpsi (dehidrasi), dengan menyerap kadar air sisa dari


campuran etanol, setelah dilakukan distilasi

3.

Distilasi, pada distilasipun terdapat tiga teknik yang dapat


digunakan, yaitu :
a.

Menggunakan dua kolom dengan perbedaan tekanan


(kondisi operasi), yang biasa disebut pressure swing

b.

Sama halnya dengan pressure swing, namun disini tidak


dilakukan perubahan kondisi operasi. Namun, pada kolom kedua
ditambahkan entrainer (solven), untuk memecah titik azeotropnya.

c.

Menggunakan

distilasi

ekstraktif,

yaitu

dengan

menambahkan pelarut (pelarut) sebelum proses distilasi dimulai.


(Dikutip dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Azeotropic_distillation)
Hubungan antara titik didih campuran pada komposisi tertentu dari campuran zat
cair dengan komposisi uapnya adalah sebagai berikut :
1. Campuran Zeotropik
Bila garis kurva

itu tidak menunjukkan titik maksimum ataupun

minimum pada titik didih campuran zat cair itu, maka titik didih
campuran zat cair terletak antara titik didih zat zat cair murninya.
Campuran ini disebut camouran zeotrpik. Pada penyulingan zat cair
semacam ini. Komposisi destilatnya lebih banyak mengandung zat cair
yang bertekanan uap lebih besar dibandingkan dengan campuran. Zat
cair yang sedang disuling itu. Oleh karena itu campuran zat cair ini dapat
dipisahkan menjadi zat-zat cair murninya melalui penyulingan berkalikali.
2. Campuran Azeotropik
a. Bila titik titik didih campuran dua zat cair yang saling melarut
menunjukkan adanya titik maksimum, maka campuran ini disebut

campuran azeotropik . pada titik dimana garis titik titik didih


mencampai maksimum, garis titik-titik tekanan uapnya pun
mencapai titik itu. Pada titik ini campuran zat cair ini akan mendidih
secara konstan. Dengan demikian campuran zat cair semacam ini
tidak dapat dipisahkan ke dalam zat murninya secara menyulingnya.
Titik azeotropik campuran ini terletak lebih tinggi dari pada titik-titik
didih zat murninya.
b. Dalam hal dimana titik-titik didih campuran dua zat cair yang saling
melarut menunjukkan adanya titik minimum, terjadi gejala yang
sebaliknya dengan apa yang terjadi pada campuran zat cair yang
menunjukkan adanyatitik maksimum. Campuran zait cair semacam
ini yang juga disebut campuran azeotropik, tidak dapat dipisahkan
kedalam zat murninya secara penyulingan.
c. Campuran Zeotropik biner
1. Benzena (titik didih 80,2 oC) dan toluena (titik didih 110,6 oC).
2. Benzena (t.d 80,2 oC) dan heksana (t.d 69,0 oC).
d. Campuran azeotropik biner dengan titik didih maksimum.
1. Kloroform (t.d 61,2 oC) dan aseton (t.d 56,4 oC) titik didih
azeotropik
64,5 oC pada 65,5 mol % khloroform.
2. Air (t.d.100 oC) dan asam format (t.d.99,9

C) titik didih

azeotropik
107.1 oC pada 43,5 mol % air.
e. Campuran azeotropik biner dengan titik didih minimum.
1. Isopropil akhohol (t.d 82,5 oC) dan benzina dengan titik didih
80,2 oC, titik didih azeotropik 71,9 oC pada 39,3 mol % isopropil
alcohol.
2. Karbon tetra khlorida t.d 76,8 oC dan metanol t.d nya 64,7 oC titik
didih azeotropik 55,7 oC pada 44,5 mol % karbon tetra khlorida.
3. Metanol t.d 64,7 oC dan benzena t.d 80,2 oC titik didi azeotropik
58,3 oC

Pada 61,4 mol % metanol. Campuran azeotrop adalah campuran suatu zat
dimana zat tersebut memiliki titik didih minimal atau titik didih maksimal.
Susunan campuran azeotrop tergantung dari tekanan yang dipakai untuk membuat
larutan- larutan dengan konsentrasi tertentu. Azeotrop merupakan campuran 2
atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak
bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan,
fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya.
Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena
komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan. Untuk
lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :

Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi
sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya
dipisahkan dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian
didinginkan dan terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan,
didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop,
proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada
gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva
saturated vapor dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal putus-putus)
Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan

kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini
dilakukan pada tekanan atmosfer.

IV.

KESELAMATAN KERJA
Dalam percobaan ini gunakan jas praktikum dan kaca pelindung, dan jangan
menghirup zat yang digunakan. Dan pada destilasi dilakukan dalam lemari
asam.

V.

CARA KERJA

1. Menentukan masing-masing indeks bias dari air dan Etanol dengan


refaktometer pada suhu tertentu.
2. Buatlah campura cairan air/etanol dengan komposisi 10-20-40-60-80 dan 90
mol %, masing-masing sebanyak 80 ml.
3. Menetukan masing-masing indeks bias dari campuran-campuran cairan itu
dengan reflaktometer pada suhu tertentu.
4. Membuat grafik (dengan skala agak besar) hubungan antara komposisi cairan
dengan indeks biasnya.
5. Menentukan masing-masing titik didih dari air dan Etanol (sebagai
koreksinya).
6. Menentukan masing-masing titik didih dari campuran-campuran pada point 2
dengan menggunakan modifikasi labu didih Claisen seperti pada gambar (III).
7. Bila suhu campuran cairan yang di didihkan itu mulai tetap (kostan), ambil
lah, destilatnya sebanyak 0,5 1 ml diambil dengan mengalirkannya ke dalam
botol timbang yang dingin
8. Menentukan indeks bias cuplikan pada kondisi yang sama seperti pengamatan
pada point 3.
9. Membandingkan hasil pengamatan pada point 8 dengan grafik yang dibuat
pada point 4.
10. Membuat grafik titik didih dan titik uap campuran air dan Etanol.

VI.

DATA PENGAMATAN
Nama zat
Etanol

Berat mol
46,07 gr/mol

Berat jenis pada 20C


0,799 gr/ml

Titik didih
78,37C

Aquadest

18,008 gr/mol

0,9962 gr/ml

100C

No

Etanol

Aquadest(ml

Titik didih campuran

Titik uap

Fraksi mol

20

)
80

92

74

0,0708

40

60

84

72

0,1690

60

40

76

71

0,3139

80

20

74

68

0,5495

%
volume
20
40
60
80

ml
20
40
60
80

Etanol
gr
15,58
31,16
46,74
62,32

mol
0,3382
0,6764
1,0145
1,3527

ml
80
60
40
20

Air
gr
79,556
59,592
39,928
18,964

mol
4,4344
3,3258
2,2172
0,4505

VII. PERHITUNGAN
1. PERHITUNGAN FRAKSI MOL CAMPURAN AIR DAN ETANOL
20 % volume etanol dalam air
20ml = volume alkohol
100 ml = volume campuran
80 ml = aquadest
- Etanol 96 %
gr = x V
gr = 0,739 gr/mol x 20 ml
gr = 15,58 gr
gr
mol = BM
15,58 gr
mol = 46,07 gr / mol = 0,2302 mol
- aquadest
gr = x V
gr = 0,9982 gr/mol x 80 ml
gr = 79,856 gr

gr
mol = BM
79,856 gr
mol = 18,008 gr / mol = 4,4344 mol
nC 2 H 5 OH
X Etanol = nC 2 H 5 OH nH 2 O

0,3382
= 0,3382 4,4344 = 0,8708
X aquadest = 1 X etanol
= 1 0,0708 = 0,9292
40 % volume etanol dalam air
40 ml = volume etanol
60 ml = volume aquadest
- Etanol 96 %
gr = x V
gr = 0,779 gr/mol x 40 ml
gr = 31,24 gr
gr
mol = BM
31,24 gr
mol = 46,07 gr / mol = 0,6764 mol
- aquadest
gr = x V
gr = 0,9982 gr/mol x 60 ml
gr = 59,892 gr
gr
mol = BM
59,892 gr
mol = 18,008 gr / mol = 3,3258 mol

nC 2 H 5 OH
X Etanol = nC 2 H 5 OH nH 2 O
0,6764
= 0,6764 3,3258 = 0,1690
X aquadest = 1 X etanol
= 1 0,1690 = 0,8310
- 60 % etanol dalam air
60 ml = volume etanol
40 ml = volume aquadest
- Etanol 96 %

gr = x V
gr = 0,779 gr/mol x 60 ml
gr = 46,74 gr
gr
mol = BM
46,74 gr
mol = 46,07 gr / mol = 1,0145 mol
- aquadest
gr = x V
gr = 0,9982 gr/mol x 40 ml
gr = 39,928 gr
gr
mol = BM
39,928 gr
mol = 18,008 gr / mol = 2,2172 mol

nC 2 H 5 OH
X Etanol = nC 2 H 5 OH nH 2 O
1,0145
= 1,0145 2,2172 = 0,3139
X aquadest = 1 X etanol
= 1 0,3139 = 0,6861
- 80 % etanol dalam air
80 ml = volume etanol
20 ml = volume aquadest
- Etanol 96 %
gr = x V
gr = 0,779 gr/mol x 80 ml
gr = 62,32 gr
gr
mol = BM
62,32 gr
mol = 46,07 gr / mol = 1,35277 mol
- aquadest
gr = x V
gr = 0,9982 gr/mol x 20 ml
gr = 19,964 gr
gr
mol = BM
19,964 gr
mol = 18,008 gr / mol = 1,1086 mol

nC 2 H 5 OH
X Etanol = nC 2 H 5 OH nH 2 O
1,3527
= 1,3527 1,1086 = 0,5495
X aquadest = 1 X etanol
= 1 0,5495 = 0,4505

VIII. ANALISA PERCOBAAN


Pada Percobaan campuran Biner kali ini digunakan air dan etanol yang
nantinya akan dicampur dan dianalisis pengaruh fraksi tau komposisi zat
tersebut dalam campuran terhadap titik didih dan ditik uap. Kedua zat ini
memiliki perbedaan titik didih sampai 22oC. Campuran zat ini didihkan
sampai menguap. Pada kolom akan terjadi kondensasi yang dibantu oleh
pendingin uap. Pada campuran ini tentu etanol akan lebih dahulu menguap
karena etanol memiliki titik didih yang lebih rendah dari air yaitu 78oC. Pada
penentuan titik didih campuran, tetesan pertama dari destilat merupakan
pertanda titik didih dari campuran tersebut. Masing-masing campuran ini
juga diukur indeks biasnya sebagai perbanding begitupun juga dengan
destilatnya. Indeks bias diukur dengan refaktometer.

Dari percobaan

didapatkan titik didih dan titik uap yang mengalami penurunan seiring
dengan kenaikan fraksi mol etanol, dan jika dihubungkan dengan grafik
terlihat jika campuran ini merupakan campuran azeotropik

IX.

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa :

1. Semakin besar fraksi mol zat dengan titik didih yang lebih rendah dalam
campuran, maka titik didih akan menurun
2. Campuran Air dan Etanol merupakan campuran azeotropik.
3. Susunan dari senyawa campuran juga mempengaruhi titik didih dan titik uap

DAFTAR PUSTAKA

FindlayS Practical Physical Chemistry 9th edition revised by B.P. Levit .,


Longman Group Ltd, London.
http://en.wikipedia.org/wiki/Azeotropic_distillation
http://majarimagazine.com/2007/11/proses-distilasi-campuran-biner/
http://www.ucc.ie/academic/chem/
Job sheet. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. 2009. Jurusan Teknik Kimia.
Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.

GAMBAR ALAT

Gelas Ukur
Karet

Erlenmeyer
Kondenser

Gelas Kimia

Pipet Ukur

Termometer

Bola

Refaktometer

Alat Destilasi

Anda mungkin juga menyukai