Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Corona virus merupakan kejadian luar biasa yang terjadi di berbagai


belahan dunia, termasuk Indonesia. Munculnya corona virus menyebabkan
ancaman kesehatan bagi manusia. (Sharma, Ahmad Farouk and Lal, 2021).
Corona virus tergolong virus zoonosis yaitu virus yang berasal dari hewan yang
mampu menginfeksi manusia. Pada manusia menyebabkan infeksi yang hampir
sama dengan terjadinya penyakit influenza . Beberapa ciri yang timbul ketika
terinfeksi corona virus pada manusia adalah gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk dan sesak napas dengan masa inkubasi 14 hari. (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Virus ini mudah menyebar dengan pesat
sehingga mempu menginfeksi manusia dalam skala besar. Pada kasus terinfeksi
corona virus yang berat dapat mengakibatan kematian.
Faktor resiko dari tingginya lonjakan kasus positif terinfeksi corona virus
diantaranya adalah lalainya masyarakat dalam penerapan protocol kesehatan
untuk menghindari virus corona. Worldmeter menyatakan pada 22 April 2021
kasus positif corona virus yang menginfeksi manusia sebesar 892.000 ribu orang,
sekitar 145.000 orang terinfeksi, dan lebih dari 3.000.000 orang meninggal dunia
karena terinfeksi corona virus. (Muhyiddin, M., dan Nugroho, 2021). Pada
pertengahan bulan Juni 2021 pemerintah resmi mengelurakan total kasus
terinfeksi virus covid-19 sebesar 2.072.867 kasus, dengan angka mortalitas
sebesar 56.371 . (Cahyani and Putri, 2021)
Dampak tersebut juga dirasakan di Magetan, sebagai salah satu Kabupaten
yang terdapat di provinsi Jawa Timur, yang pernah berkatagori daerah zona merah
dengan resiko dan angka penularan Covid-19 tinggi. Berdasarkan data dari Dinas
Komunikasi dan Informatika Kabupaten Magetan, per 13 Oktober 2021 34 daerah
di Jawa Timur masuk asesmen level 1 berdasarkan asesmen situasi covid-19
Kemenkes, Magetan masuk ke dalam daftar daerah zona hijau. Kemudian per 02
Oktober 2021 pukul 19.00 WIB total kasus terkonfirmasi positif sebanyak 10.475
jiwa dengan angka kesembuhan 9.473, kemudian sebanyak 1.030 dinyatakan
suspect dengan angka mortalitas sebanyak 971 jiwa. Jika dinyatakan dalam
presentase sebanyak 91% mengalami kesembuhan dan sebanyak 9% dinyatakan
meninggal. Kasus penurunan ini mampu menimbulkan ke khawatiran adanya
gelombang ke tiga yang terjadi, dengan pola mendekati akhir tahun dibukanya
sejumlah tempat umum kemungkinan jika tidak mematuhi protocol kesehatan
yang telah ditetapkan mampu membuat angka kasus terinfeksi tinggi kembali.
Menurut data kasus positif covid-19 di Indonesia yang semakin hari-
semakin menurun membuat pemerintah dan sejumlah stakeholder khawatir akan
susulan third wave corona virus dengan potensi angka terinfeksi melebihi
kejadian sebelumnya. Kondisi pandemi covid-19 mengharuskan masyarakat
memiliki peran penting dalam upaya pencegahan penularan mata rantai covid-19.
Salah satu upaya yang dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang di
sesuaikan dengan titik kritis penularan mata rantai covid-19. Protokol kesehatan
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran
infeksi penularan rantai covid-19.
Kurangnya penerapan hidup bersih dan sehat sebagai upaya pemutus
tingginya kejadian infeksi covid 19 juga berpengaruh dalam angka kejadian
infeksi corona virus yang terus meningkat. Kesadaran masyarakat yang
dimungkinkan belum merata akan bahaya nyata yang ditimbulkan dari infeksi
corona virus dengan perilaku yang tidak menggunakan masker dan tidak menjaga
jarak. Jawa timur merupakan provinsi dengan urutan kedua kasus covid 19
tertinggi di Indonesia setelah Jawa Barat menurut data dari Deputi Bidang
Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian
PPN/Bappenas pada 2021. Corona virus mudah menyebar ketika terjadi kegiatan
yang berkerumun di tempat umum.
Pandemi covid-19 yang terus bergulir di Indonesia memaksa masyarakat
untuk berdaptasi dalam mengubah tatanan hidup. Manusia dipaksa dengan
kebiasaan baru “new normal”. Kebiasaan tersebut dimulai dari diri sendiri dan
diimplementasikan dalam menjalani aktivitas sehar-hari agar hidup lebih
produktif. Kebiasaan baru tersebut tercermin dari upaya pelaksanaan pola perilaku
hidup bersih dan sehat. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020. TENTANG PROTOKOL
KESEHATAN BAGI MASYARAKAT. Ada empat tindakan individu dalam
mencegah episenter atau kluster yang dapat diterapkan saat melakukan kegiatan
yaitu menggunakan alat pelindung berupa masker yang menutup hidung hingga
dagu, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir atau menggunakan cairan
antiseptic yang menggandung alkolohol atau handsanitizer, dan menjaga jarak
minimal satu meter dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh seperti dengan
mengonsumsi makan seimbang.
Selain penerapan kepatuhan protocol kesehatan yang digunakan sebagai
alat guna memberantas luasnya kasus infeksi corona virus, vaksinasi COVID-19
juga digalakkan sebagai alat guna membentuk auto imun yang akhirnya mampu
berdamai dengan corona virus didalam tubuh manusia. Pemberian vaksinasi
sebagai upaya penecegahan penularan mata rantai kasus corona virus yang belum
merta dalam cakupannya diharapkan mampu menekan angka kejadian yang terus
berkembang. Dengan digalakannya penerapan protokol kesehatan yang masih
terus digunakan sebagai pedoman dalam menyikat tingginya kasus covid-19.
Lengahnya kondisi yang sudah mulai membaik dengan ditandainya
sebagai zona hijau pasca vaksinasi memungkinkan masyarakat mampu
menghadapi era new normal . Namun hal tersebut membuat masyarakat lalai
dalam penerapan protocol kesehatan karena masyarakat merasa aman sehingga
mulai menyelenggarakan kegiatan di luar rumah dengan mengabaikan protocol
Kesehatan. Dengan demikian menyebabkan, kasus positif terinfeksi corona virus
kembali melonjak tinggi, meskipun sebelumnya, vaksinasi secara massif/terus
menerus telah dilakukan.
Lengahnya kondisi ketika membiaskan protokol kesehatan guna meretas
penyebaran infeksi covid-19 dipediksi mampu membuat angka kesakitan lebih
tinggi dari tahun sebelumnya. Menurut epidemiologi dari Universitas Griffith
Australia Dicky Budiman, cakupan vaksinasi yang masih rendah dari target
sekitar 28,20 persen warga yang baru mendapatkan proteksi dari vaksinasi.
Namun, seiring berjalannya waktu menurut Dicky antibodi alamiah melalui
infeksi dan vaksinasi akan semakin menurun. Dengan begitu penularan covid-19
akan terjadi di tengah kelonnggaran mobilitas yang diberlakukan pemerintah
(Willy Kurniawan, 2021)
Sebagai upaya dalam mengantisipasi persebaran corona virus masyarakat
diminta untuk pola kebiasaan hidup baru tidak terkecuali remaja (Praja et al.,
2021). Remaja merupakan peralihan usia dari anak-anak ke dewasa dengan
perkembangan biologi dan psikologi yang lebih stabil, dengan kondisi fisik yang
masih prima dimunginkan lebih acuh terhadap protocol Kesehatan yang
seharusnya diterapkan. Munculnya corona virus yang terus bergulir membuat
tenaga Kesehatan mengambil peran penting untuk mengedukasi guna untuk
mengurangi atau memutus persebaran corona virus (Praja et al., 2021). Selain itu,
agar remaja memahami dan mengetahui persebaran serta penanggulangan corona
virus agar tidak menambah jumlah kasus terkonfirmasi positif corona virus.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ita Dwi Astuti Purwaningsih
pada tahun 2020, yang menilai akan kepatuhan penerapan protokol kesehatan di
Kecamatan Magetan yang ditinjau melalui faktor Predisposing, Enabling,
Reinforcing pada kelompok remaja menyatakan bahwa kepatuhan penerapan
protokol kesehatan masih sangat rendah. Dikaji melalui faktor Predisposing yang
dinilai melalui pengetahuan, sikap, dan tindakan diperoleh nilai yang baik, namun
dalam implementasi berbanding terbalik dengan nilai yang diperoleh. Dikaji
melalui faktor enabling terhadap tersedianya masker dan rambu-rambu wajib
patuh protokol kesehatan sudah terpenuhi dengan baik, tetapi sarana fasilitas cuci
tangan pakai sabun belum mencukupi. Dikaji melalui faktor reinforcing yang
mencakup peraturan dan penegakan hukum yang terikat dengan protokol
kesehatan sudah tersedia, akan tetapi dalam pelaksanaanya belum dogmatis,
lantaran sanksi hukum tidak terdapat bagi pelanggar protokol kesehatan. Kondisi
tersebut diteliti sebelum terwujudnya vaksinasi covid-19 sebagai pencegahan dan
pengendalian mata rantai covid-19 yang berkelanjutan.
Tabel 1.1 Observasi Awal

No. Lokasi Waktu Penggunaan Masker Jumlah


Ya Tidak Pengunjung
1. Thirty 30 4 52 56
Eight Oktober
Coffee 2021
20.00
WIB
2. Rapat Kopi 1 1 21 23
November
2021
19.30
WIB
3. Stadion 7 4 23 27
Magetan November
2021
07.00
WIB
Total 9 96 106

Dari hasil observasi awal didapati sebanyak 8,49% yang menggunakan


masker, sedangkan sisanya sebanyak 90,56 % tidak menggunakan masker.
Mayoritas tidak menggunakan masker, namun pada saat sampai dilokasi biasanya
masker tersebut dilepas ada yang dimasukkan kedalam tas yang dibawa, ada juga
yang digantungkan menggunakan strap mask setelah itu baru memulai kegiatan
atau interaksi satu dengan lainnya, serta masih ditemukan penggunaan masker
yang belum memenuhi standar dengan 3 lapis. Selain itu didapati juga dalam
observasi awal dilapangan didapati remaja yang tidak menjaga jarak atau
menerapkan physical distancing. Menilik adanya pelanggaran ini maka diperlukan
adanya penelitian terkait dengan judul “Kajian Faktor Predisposing, Enabling,
Reinforcing Pada Remaja dalam Mematuhi Protokol Kesehatan Covid-19
Pasca Vaksinasi Covid-19 di Kecamatan Magetan”
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Masalah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor dibawah ini
sebagai berikut :
a. Faktor predisposing, kurangnya kesadaran remaja dalam
mematuhi protokol kesehatan saat berada di luar rumah terutama
dalam penggunaan masker dan menjaga jarak.
b. Faktor enabling, sering dijumpai penggunaan masker yang tidak
sesuai standar (berbahan 3 lapis) serta tidak digunakan dengan
benar.
c. Faktor reinforcing, kurangnya penegakan kebijakan hukum dalam
pemberian sanksi bagi pelanggar.
d. Minimnya persediaan fasilitas cuci tangan serta tidak difungsikan
sebagaimana mestinya.
2. Batasan Masalah
Masalah ini dibatasi oleh faktor predisposing, enabling,
reinforcing pada kelompok remaja dalam mematuhi protokol
kesehatan Covid-19 di Kecamatan Magetan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan yang akan diteliti adalah :
“Bagaimana faktor predisposing, enabling, reinforcing pada kelompok
remaja dalam mematuhi protokol kesehatan Covid-19 di Kecamatan
Magetan Pasca Vaksinasi Covid-19 ?”.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor predisposing, enabling, reinforcing pada kelompok
remaja dalam mematuhi protokol kesehatan Covid-19 di Kecamatan
Magetan Pasca Vaksinasi Covid-19.
2. Tujuan Khusus
a. Menilai faktor predisposing pada perilaku remaja dalam mematuhi
protokol kesehatan Covid-19 di Kecamatan Magetan Pasca
Vaksinasi Covid-19.
b. Menilai faktor enabling pada perilaku remaja dalam mematuhi
protokol kesehatan Covid-19 di Kecamatan Magetan Pasca
Vaksinasi Covid-19.
c. Menilai faktor reinforcing pada perilaku remaja dalam mematuhi
protokol kesehatan Covid-19 di Kecamatan Magetan Pasca
Vaksinasi Covid-19.
d. Menilai tingkat kepatuhan remaja dalam mematuhi protokol
kesehatan Covid-19 di Kecamatan Magetan Pasca Vaksinasi
Covid-19.
e. Mendeskripsikan keterkaitan antara faktor predisposing dengan
tingkat kepatuhan remaja dalam mematuhi protokol kesehatan
Covid-19.
f. Mendeskripsikan keterkaitan antara faktor enabling dengan tingkat
kepatuhan remaja dalam mematuhi protokol kesehatan Covid-19.
g. Mendeskripsikan keterkaitan antara faktor reinforcing dengan
tingkat kepatuhan remaja dalam mematuhi protokol kesehatan
Covid-19.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Remaja di Kecamatan Magetan
Memberikan sarana informasi dan pengetahuan terhadap pentingnya
penerapan protokol kesehatan agar dapat meminimalisir kasus positif
Covid-19 di Kecamatan Magetan.
2. Bagi Instansi Pemerintah
Sebagai sasaran inspeksi dan evaluasi dalam penegakan kebijakan
kepatuhan protokol kesehatan Covid-19 di Magetan.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai informasi untuk mewujudkan riset selanjutnya.
4. Bagi peneliti sendiri
Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai