Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN MERUSAK

STRUKTUR MIKRO

Disusun Oleh :
Nama Praktikan : Zeva Bagas Permana
NPM : 3331200096
Kelompok :6
Rekan : 1. Nugroho Jati Pamungkas
2. Rayhan Ardiansyah
3. Kevin Dion Valen Boy
Tanggal Praktikum : 4 Mei 2021
Tanggal Pengumpulan Laporna : 7 Mei 2021
Asisten : Ikhsan Anugrah Yuliamsal

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal Masuk Laporan Tanda Tangan

Disetujui untuk Laboratorium Metalurgi FT UNTIRTA


Cilegon, Mei 2021

(Ikhsan Anugrah Yuliamsal)

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN
JUDUL ...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................................1
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................1
1.4 Sistematika Penulisan.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metalografi................................................................................................3
2.2 Tahapan Metalografi.................................................................................3
2.3 Perlakuan Panas (Heat Treatment)............................................................5
2.4 Jenis Perlakuan Panas................................................................................7
2.5 Media Pendingin (Quench).......................................................................8
2.6 Baja..........................................................................................................10
2.7 Karakteristik Baja ST 37.........................................................................11
2.8 Pengerasan (Hardening)..........................................................................11
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir Percobaan..........................................................................12
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................13
3.2.1 Alat-alat yang Digunakan................................................................13
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan.........................................................13
3.3 Prosedur Percobaan.................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan............................................................................................15
iii
4.2 Pembahasan..................................................................................................15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...................................................................................................21
5.2 Saran.............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS........24
LAMPIRAN B. BLANGKO PERCOBAAN.....................................................31

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 4.1 Struktur mikro baja AISI 1045 dengan perlakuan Normalizing dengan
pembesaran 500x .......................................................................................18
Gambar 4.2 Struktur mikro baja AISI 1045 dengan perlakuan Annealing dengan
pembesaran 500x .......................................................................................19
Gambar 4.3 Struktur mikro baja AISI 1045 dengan perlakuan Quenching dengan
pembesaran 500x .......................................................................................19

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran A. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus
A.1 Jawaban
Pertanyaan ................................................................25
A.2 Tugas
Khusus ..........................................................................27
Lampiran B. Blangko
Percobaan ...........................................................................31

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, penemuan dan
kebutuhan baru akan terbentuk sehingga mendorong kita untuk menciptakan hal
yang baru. Karena itulah banyak yang melakukan uji  struktur mikro untuk
mengetahui dan mencapai tujuan tertentu yang sangat berguna nantinya.
Dan pada saat ini teknologi mulai berkembang sehingga mahasiswa
dituntut untuk mempelajari dan mengetahui ilmu tentang struktur mikro,
sehingga  dapat mengetahui struktur suatu material agar membekali kita tentang
kemajuan dan kebutuhan teknologi.
Dengan praktikum ini kita dapat mengamati dan mengetahui bagaimana
struktur suatu material dan mengetahui prosedur apa saja yang harus dilakukan
sehingga material tersebut dapat dilihat strukturnya.

1.2 Tujuan Percobaan


Memahami tahapan preparasi sample metalografi dan mempelajari
hubungan antara struktur mikro dari suatu logam dengan sifat mekaniknya.

1.3 Batasan Masalah


Dalam pengujian Impak ini terdapat dua jenis variable yaitu variable bebas
dan variable terikat. Variable bebas dalam percobaan ini adalah sifat mekanik dan
sifat fisik bahan uji. Variabel terikat dalam percobaan ini adalah struktur mikro
pada baja AISI 1045.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab dan lampiran A, B
dan C. Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan
2

masalah dan sistematika penulisan. Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka


yang berisi mengenai teori singkat dari percobaan yang dilakukan. Bab III
menjelaskan mengenai metode percobaan, alat dan bahan yang digunakan, serta
prosedur percobaan. Bab IV menjelaskan mengenai hasil percobaan dan
pembahasan. Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari percobaan.
Selain itu diakhir laporan juga terdapat lampiran yang memuat contoh
perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas khusus serta blanko percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metalografi
Metalografi merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari metoda
observasi atau pemeriksaan atau pengamatan atau pengujian dengan tujuan
untuk menentukan atau mempelajari hubungan antara struktur dengan sifat
atau karakter dan perlakuan yang pernah dialami oleh logam, paduan dan
bahan bahan lainnya.

Namun demikian, terkadang bahan yang diamati adalah bukan logam,


namun meliputi bahan-bahan lain seperti keramik, plastik, kayu, kertas dan
lainnya, oleh karenanya disebut materialografi.

Pengamatan atau Pemeriksaan struktur bahan logam dapat dilakukan


dengan menggunakan berbagai skala atau tingkat pembesaran, mulai dari
secara visual atau pembesaran yang rendah sekitar 20 kali, sampai
pengamatan atau pemeriksaan pada pembesaran yang lebih besar, lebih besar
daripada 1.000.000 kali dengan mikroskop elektron.

Metalografi juga dapat mencakup pemeriksaan atau observasi struktur


kristal dengan menggunakan teknik seperti x-ray difraksi. Namun demikian,
alat yang paling umum digunakan dalam pengamatan metalografi adalah
mikroskop cahaya atau mikroskop optik dengan pembesaran mulai dari 50
hingga 1000 × dan kemampuan untuk memisahkan atau resolusi struktur
mikro sekitar 0,2 mikron atau lebih besar [1].

2.2 Tahapan Metalografi


Beberapa tahapan yang biasa dilakukan sebelum pengamatan mikroskop
dapat dilaksanakan adalah:
4

1. Sampling, penentuan bagian yang mewakili material uji/sample yang


akan diamati dan akan melalui tahap preparasi lebih lanjut.
2. Cutting, yaitu pengambilan sebagian sampel representatif yang akan
dianalisis dengan berbagai cara seperti pemotongan dengan cakram
abrasif, gergaji atau dengan plasma bertekanan tinggi.
3. Mounting, yaitu pelapisan sampel logam dengan zat organik seperti
bakelit, expoxin resin dengan maksud mempermudah penanganan
selama persiapan metalografi. Teknik mounting dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti clamp mounting, compression mounting,
cold mounting dan conductive mounting. Perbedaan yang pokok dari
keempat cara tersebut tergantung bahan dan teknik pelapisan yang
dilakukan.
4. Grinding, yaitu pengetaman untuk meratakan permukaan sampel
dengan menggunakan kertas/bahan abrasif. Ukuran abrasif yang
digunakan mulai dari 40 sampai 1200 mesh. Bahan abrasif umumnya
terbuat dari alumina silicon karbida, emery atau intan. Untuk
menghindari pengaruh temperatur gesekan, maka Operasi perataan
permukaan dilakukan dengan cara basah. Teknik grinding dapat
dilakukan dengan hand grinding, automatic machine, atau lapping.
5. Polishing, adalah tahap akhir dari perataan permukaan sampel. Syarat
permukaan sampel yang dapat digunakan untuk analisis metalografi
adalah harus bebas goresan dan tampak seperti cermin. Pemolesan
dapat dilakukan secara bertahap dengan cara mekanis, kimia dan
elektrolitik.
6. Etching, adalah pemberian reagen kimia yang disebut dengan etchant
pada permukaan hasil polishing untuk menimbulkan penampakan
khusus seperti fasa, batas butir, dislokasi dan struktur mikro tertentu
di bawah mikroskop. Teknik pengetsaan dapat dilakukan dengan cara
kimia, elektrolitik, katodik vakum. Setiap logam memilik reagent
etchant tertentu, seperti baja dan besi cor dapat digunakan reagent
nital atau picral yang keduanya menampakan fasa pearlite.
5

7. Cleaning, adalah pembersihan permukaan logam yang belum dan


sesudah dietsa dari kotoran ataupun reagent kimia. Bahkan sangat
dianjurkan setiap tahapan selalu dilakukan pencucian permukaan
sempel sebelum masuk tahap berikutnya. Pencucian dapat dilakukan
dengan menggunakan air mengalir sampai pada tahap polishing, dan
menggunakan alkohol untuk etsa.
8. Drying, tahap akhir adalah pengeringan sampel sebelum pengamatan
mikroskop. Permukaan sampel harus benar-benar kering. Air yang
tersisa pada permukaan akan teruapkan saat pengamatan. Hal ini akan
merusak lensa mikroskop. Selain itu, air yang tersisa dapat
memberikan interpretasi menjadi salah [2].

2.3 Perlakuan Panas (Heat Treatment)


Perlakuan panas atau heat treatment adalah salah satu proses untuk
mengubah struktur logam dengan jalan memanaskan specimen pada electric
furnace (tungku) pada temperatur rekristalisasi selama periode tertentu
kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air garam, oli
dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang
berbeda-beda. Sifat-sifat logam terutama sifat mekanik yang sangat
dipengaruhi oleh struktur mikro logam disamping komposisi kimianya,
contoh suatu logam atau paduan akan mempunyai sifat mekanis yang
berbedabeda struktur mikronya diubah [3].

Dengan adanya pemanasan atau pendinginan dengan kecepatan tertentu


maka bahan-bahan logam dan paduan memperlihatkan perubahan strukturnya
Perlakuan panas merupakan proses kombinasi antara proses pemanasan atau
pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan
pendinginan dan batas temperatur sangat menentukan sehingga penentuan
bahan logam yang tepat pada hakekatnya merupakan kesepakatan antara
berbagai sifat, lingkungan dan cara penggunaan hingga sampai dimana sifat
6

bahan logam tersebut dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.


Sifat-sifat bahan logam perlu dikenal secara baik karena bahan logam tersebut
dipakai pada berbagai kepentingan dan dalam keadaan sesuai dengan
fungsinya.

Tetapi terkadang sifat-sifat bahan logam ternyata kurang memenuhi


persyaratan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Sehingga diperlukan
suatu usaha untuk dapat meningkatkan atau memperbaiki sifat-sifat logam.
Sifat-sifat logam tersebut dapat ditingkatkan dengan salah satunya adalah
perlakuan panas [3].

Beberapa tujuan heat treatment menurut Rajan (1994) antara lain:


a. Meningkatkan keuletan,
b. Menghilangkan internal stress,
c. Penyempurnaan ukuran butir
d. Meningkatkan kekerasan atau kekuatan tarik dan mencapai perubahan
komposisi kimia dari permukaan logam seperti dalam kasus-kasus
pengerasan

Keuntungan dari heat treatment menurut Rajan (1994) antara lain :


a. Meningkatan machineability,
b. Mengubah sifat magnetik, modifikasi konduktivitas listrik
c. Meningkatan ketangguhan dan mengembangkan struktur rekristalisasi
pada cold-worked metal

Faktor atau variabel yang dapat mempengaruhi proses heat treatment menurut
Rajan (1994) antara lain:
a. Temperatur heat treatment,
b. Holding time,
c. Laju pemanasan,
d. Proses pendinginan (quenching).
7

2.4 Jenis Perlakuan Panas


Berikut ini adalah jenis-jenis perlakuan panas:
1. Hardening
Hardening adalah proses pemanasan logam sampai temperatur di atas titik
kritis (daerah austenit), ditahan sejenak sesuai dengan waktu tahan yang
dibutuhkan agar seluruh benda kerja memiliki struktur austenit dan kemudian
didinginkan secara mendadak. Tujuan proses ini adalah untuk mendapatkan
struktur kristal martensit. Martensit adalah struktur yang harus dimiliki baja
agar memperoleh kenaikan kekerasan yang sangat besar. Martensit
berstruktur jarum karena jaringan atomnya berbentuk tetragonal.

2. Quenching
Quenching adalah suatu proses pengerasan baja dengan cara baja
dipanaskan hingga mencapai batas austenit dan kemudian diikuti dengan
proses pendinginan cepat melalui media pendingin air, oli, atau air garam,
sehingga fasa autenit bertransformasi secara parsial membentuk struktur
martensit. Tujuan utama dari proses quenching ini adalah untuk menghasilkan
baja dengan sifat kekerasan tinggi.

3. Tempering
Menurut Suroto dan Sudibyo (1983), menyebutkan tempering adalah
proses pemanasan kembali suatu logam yang telah dikeraskan melalui proses
quenching pada suhu di bawah suhu kritisnya selama waktu tertentu dan
didinginkan secara perlahan-lahan. Tujuan proses ini adalah untuk
mengurangi internal stress, mengubah susunan, mengurangi kekerasan dan
menaikkan keuletan logam sehingga didapatkan perpaduan yang tepat antara
kekerasan dan keuletan logam uji [3].
8

4. Full Anneling
Merupakan proses memanaskan baja sampai temperatur tertentu kemudian
sehingga didinginkan secara lambat melewati temperatur transformasinya
didalam furnace. Tujuan proses ini untuk menghaluskan butir, melunakan,
memperbaiki sifat magnet dan sifat listrik.

5. Spherodizing
Merupakan proses pemanasan baja sedikit dibawah temperatur kritis
bawahnya sehingga menghasilkan karbida berbentuk bola-bola kecil (sphere)
dalam matric ferit. Tujuan proses ini adalah untuk memperbaiki sifat mampu
mesin (machinability) dari baja.

6. Stress-relief anneling
Merupakan proses pemanasan baja dibawah temperatur kritisnya sekitar
1000°F-1200°F.Tujuan dari proses ini adalah untuk menghilangi tegangan
sisa akibat pengerjaan dingin.

7. Normalizing
Merupakan proses pemanasan 100°F diatas temperatur kritis atas sekitar
temperatur 1000°F-1250°F. Tujuan proses ini adalah untuk menghasilkan
baja yang lebih kuat dan keras diibandingkan dengan baja hasil proses full
anneling, jadi aplikasi penerapan dari proses normalizing digunakan sebagai
final treatment [3].

2.5 Media Pendingin (Quench)


Proses quenching dilakukan pendinginan secara cepat dengan
menggunakan media udara, air sumur, oli dan larutan garam. Kemampuan
suatu jenis media dalam mendinginkan spesimen bisa berbeda-beda,
perbedaan kemampuan media pendingin di sebabkan oleh temperature,
kekentalan, kadar larutan dan bahan dasar media pendingin. Semakin cepat
logam didinginkan maka akan semakin keras sifat logam itu. Karbon yang
9

dihasilkan dari pendinginan cepat lebih banyak dari pendinginan lambat. Hal
ini disebabkan karena atom karbon tidak sempat berdifusi keluar, terjebak
dalam struktur kristal dan membentuk struktur tetragonal yang ruang kosong
antar atomnya kecil, sehingga kekerasannya meningkat. Media pendingin
yang digunakan untuk mendinginkan baja bermacam-macam. Berbagai bahan
pendingin yang digunakan dalam proses perlakuan panas antara lain:
1) Air
Pendinginan dengan menggunakan air akan memberikan daya pendinginan
yang cepat. Biasanya ke dalam air tersebut dilarutkan garam dapur sebagai
usaha mempercepat turunnya temperatur benda kerja dan mengakibatkan
bahan menjadi keras. Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki
oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut
(Dugan, 1972; Hutchinson, 1975; Miller, 1992). Pada kisaran suhu yang
sesuai bagi kehidupan, yakni 0ºC (32º F) – 100º C, air berwujud cair. Suhu 0º
C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100ºC merupakan titik didih
(boiling point) air. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air
memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini
memungkinkan air tidak menjadi panas atau dingin dalam seketika. Air
memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini
memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu dalam
penelitian ini digunakan air dalam proses pendinginan setelah proses Heat
Treatment karena dapat mendinginkan logam yang telah dipanaskan secara
cepat.

2) Minyak atau Oli


Minyak yang digunakan sebagai fluida pendingin dalam perlakuan panas
benda kerja yang diolah terlebih dahulu. Selain minyak yang khusus
digunakan sebagai bahan pendingin pada proses perlakuan panas, dapat juga
digunakan oli,minyak bakar atau solar. Derajat kekentalan (viscosity)
berpengaruh pada Severity Of Quench. Minyak mineral banyak dipilih karena
10

kapasitas pendinginannya cukup baik. Pada umumnya minyak memiliki


kapasitas pendinginan tertinggi sekitar temperatur 600ºC, dan agak rendah
pada temperatur pembentukan martensit. Laju pendinginan minyak bisa
dinaikkan dengan tiga cara yaitu dengan agitasi, memanaskan minyak pada
temperatur diatas temperatur kamar dan mengemulsikan air (water soluable).
Jenis minyak mineral yang sering dipakai untuk aplikasi quenching pada
industry yaitu oli khusus, oil quench.

3) Udara
Pendinginan udara dilakukan untuk perlakuan panas yang membutuhkan
pendinginan lambat. Untuk keperluan tersebut udara yang disirkulasikan ke
dalam ruangan pendingin dibuat dengan kecepatan yang rendah. Udara
sebagai pendingin akan memberikan kesempatan kepada logam untuk
membentuk Kristal-kristal dan kemungkinan mengikat unsur-unsur lain dari
udara. Adapun pendinginan pada udara terbuka akan memberikan oksidasi
oksigen terhadap proses pendinginan [3].

2.6 Baja
Besi murni (ferit) tentulah tidak mengandung karbon. Besi ini relatif lunak
dan liat serta mampu tempa, tetapi tidak kuat. Hampir semua besi murni
mempunyai suatu kekuatan tarik batas sekitar 40.000 psi. Penambahan karbon
ke dalam besi murni dalam jumlah yang berkisar dari 0,05 sampai 1,7 persen,
menghasilkan apa yang dikenal sebagai baja [5].

Bila satu atau lebih logam ditambahkan kedalam baja karbon dalam
jumlah yang cukup maka akan diperoleh sifat-sifat baja yang baru, hasil ini
dikenal dengan baja paduan. Logam paduan yang umum digunakan adalah
nikel, mangan, khrom, vanad, dan molibden. Baja karbon biasanya
diklasifikasikan seperti ditunjukkan di bawah ini :
a. Baja karbon rendah : Kadar karbon (C) < 0.30%
b. Baja karbon sedang : Kadar karbon (C) < 0.30 – 0.70 %
11

c. Baja karbon tinggi : Kadar karbon (C) < 0.70 – 1.40%

2.7 Karakteristik Baja ST 37


Baja St 37 adalah baja karbon sedang yang setara dengan AISI 1045,
dengan komposisi kimia Karbon : 0.5 %, Mangan : 0.8 %, Silikon : 0.3 %
ditambah unsure lainnya. Dengan kekerasan kurang lebih 170 HB dan
kekuatan tarik 650 - 800 N/mm2. Secara umum baja St 37 dapat digunakan
langsung tanpa mengalami perlakuan panas, kecuali jika diperlukan
pemakaian khusus [4].

2.8 Pengerasan (Hardening)


Proses pengerasan (Hardening) dilakukan pada logam, agar logam
tersebut mendapatkan kekerasan yang lebih tinggi. Pengerasan merupakan
salah satu proses perlakuan panas, dimana baja dipanaskan pada suhu tertentu
di atas temperatur kritis (Ae3) dan kemudian ditahan sampai beberapa lama.
Kemudian dicelup ke dalam air, minyak atau air larutan garam tergantung
pada tipe baja tersebut [4].
12

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan


Dalam percobaan Struktur Mikro terdapat susunan diagram alir kegiatan,
berikut diagram alir percobaan Struktur Mikro dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:

Alat-alat dan bahan

Benda uji Baja AISI 1045 dipersiapkan

Kertas ampelas berukuran 100#, 240#, 400#, 600#, 800#, 1000# dan 1200#
dileletakkan pada piringan mesin grinding.

Mesin grinding dinyalakan dengan ditekannya tombol on dan kecepatan putar diatur
dengan yang sudah ditentukan.

Sample hasil grinding dicuci dengan etanol dan air kran, kemudian sample
dikeringkan dengan hair dryer.

Ditekan tombol on pada mesin polishing dan dituangkan cairan pasta alumina pada
wool polishing secukupnya.

Dilakukan proses polishing hingga tidak ada goresan pada permukaan sample.

Sample hasil etching dengan etanol dan air kran, kemudian dikeringkan sample
menggunakan hair dryer hingga kering.
13

Sample di bawah mikroskop optik diamati

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Struktur Mikro

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat-alat yang Digunakan
Di praktikum kali ini, alat-alat yang digunakan adalah sebagai
berikut ini:
1. Mesin grinding
2. Mesin polishing
3. Hair dryer
4. Mikroskop optik
5. Gelas Beker
6. Krustang Laboratorium

3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan


Di praktikum kali ini, bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai
berikut ini:
1. Etanol
2. Pasta alumina
14

3. Kertas amplas ukuran 100#, 120#, 240#, 320#, 400#, 600#,


800#, 1000# dan 1200#
4. Larutan nital 3%
5. Baja AISI 1045

3.3 Prosedur Percobaan


Berikut ini adalah prosedur percobaan yang dilakukan saat praktikum
percobaan Uji Impak:
1. Kertas ampelas disiapkan dengan ukuran 100#, 240#, 400#, 600#,
800#, 1000# dan 1200#.
2. Kertas ampelas diletakkan pada piringan mesin grinding.
3. Kran air diputarkan seperlunya.
4. Mesin grinding dinyalakan dengan menekan tombol on dan
mengatur kecepatan putar sesuai kebutuhan.
5. Proses grinding dilakukan secara bertahap mulai dari grit terkasar
sampai terhalus, hingga permukaan sampel rata dan bersih.
6. Sampel hasil grinding dicuci dengan etanol dan air kran, kemudian
sampel dikeringkan dengan hair dryer.
7. Tombol on ditekan pada mesin polishing.
8. Cairan pasta alumina dituangkan secukupnya pada wool polishing,
jika terlalu pekat gunakan air untuk mengencerkan.
9. Proses polishing dilakukan hingga permukaan sample tidak ada
goresan.
10. Sampel hasil polishing dicuci dengan etanol dan air kran,
kemudian sampel dikeringkan dengan hair dryer hingga kering.
11. Larutan nital 3% dituangkan pada wadah kaca.
12. Proses etching dilakukan hingga 3-5 detik.
13. Sampel hasil etching dicuci dengan etanol dan air kran, kemudian
mengeringkan sample menggunakan hair dryer hingga kering.
14. Diletakkan sampel di bawah mikroskop optik dan diamati.
15

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Hasil dari percobaan pengujian merusak dalam praktikum Struktur Mikro
dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan 1


No Bahan Perbesaran Perlakuan Hasil

1 Baja AISI 1045 500 x Normalizing

Pearlite & Ferit

2 Baja AISI 1045 500 x Annealing

Pearlite & Ferit

3 Baja AISI 1045 500 x Quenching Air

Martensite & Ferit

4.2 Pembahasan
Metalografi merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari metoda
observasi atau pemeriksaan atau pengamatan atau pengujian dengan tujuan untuk
menentukan atau mempelajari hubungan antara struktur dengan sifat atau karakter
dan perlakuan yang pernah dialami oleh logam, paduan dan bahan bahan lainnya.
16

Pengamatan atau Pemeriksaan struktur bahan logam dapat dilakukan


dengan menggunakan berbagai skala atau tingkat pembesaran, mulai dari secara
visual atau pembesaran yang rendah sekitar 20 kali, sampai pengamatan atau
pemeriksaan pada pembesaran yang lebih besar, lebih besar daripada 1.000.000
kali dengan mikroskop elektron.

Dalam praktikum ini terdapat prosuder yang harus dilakukan dengan benar
tanpa adanya kesalahan pada langkah-langkah yang sudah ditentukan. Pertama-
tama praktikan menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan. Alat-alat yang praktikan
perlukan dalam praktikum kali ini ada enam yaitu ada mesin grinding, mesin
polishing, hair dryer, mikroskop optik, gelas beker, dan krustang laboratorium.
Bahan-bahan yang diperlukan pada praktikum kali ini ada lima yaitu ada etanol,
pasta alumina, kertas amplas berukuran 100#, 120#, 240#, 320#, 400#, 600#,
800#, 1000# dan 1200#, larutan nital 3%, dan baja AISI 1045. Setelah alat-alat
dan bahan-bahan dipersiapkan, prosedur dimulai dari kertas ampelas yang
disiapkan dengan ukuran 100#, 240#, 400#, 600#, 800#, 1000# dan 1200#.
Selanjutnya kertas ampelas diletakkan pada piringan mesin grinding dan kran air
diputarkan seperlunya. Lalu mesin grinding dinyalakan dengan menekan tombol
on dan mengatur kecepatan putar sesuai kebutuhan. Seterusnya proses grinding
dilakukan secara bertahap mulai dari grit terkasar sampai terhalus, hingga
permukaan sampel rata dan bersih. Lalu sampel hasil grinding dicuci dengan
etanol dan air kran, kemudian sampel dikeringkan dengan hair dryer. Selanjutnya
tombol on ditekan pada mesin polishing dan cairan pasta alumina dituangkan
secukupnya pada wool polishing, jika terlalu pekat gunakan air untuk
mengencerkan. Lalu proses polishing dilakukan hingga permukaan sample tidak
ada goresan. Selanjutnya sampel hasil polishing dicuci dengan etanol dan air kran,
kemudian sampel dikeringkan dengan hair dryer hingga kering. Lalu larutan nital
3% dituangkan pada wadah kaca. Selanjutnya proses etching dilakukan hingga 3-5
detik dan sampel hasil etching dicuci dengan etanol dan air kran, kemudian
mengeringkan sample menggunakan hair dryer hingga kering. Selanjutnya
sampel diletakkan di bawah mikroskop optik dan diamati.
17

Proses grinding dilakukan untuk meratakan permukaan sampel dengan


menggunakan kertas/bahan abrasif. Ukuran abrasif yang digunakan mulai dari 40
sampai 1200 mesh. Bahan abrasif umumnya terbuat dari alumina silicon karbida,
emery atau intan. Untuk menghindari pengaruh temperatur gesekan, maka Operasi
perataan permukaan dilakukan dengan cara basah. Teknik grinding dapat
dilakukan dengan hand grinding, automatic machine, atau lapping [2].

Proses polishing adalah tahap akhir dari perataan permukaan sampel.


Syarat permukaan sampel yang dapat digunakan untuk analisis metalografi adalah
harus bebas goresan dan tampak seperti cermin. Pemolesan dapat dilakukan secara
bertahap dengan cara mekanis, kimia dan elektrolitik [2].

Proses etching adalah pemberian reagen kimia yang disebut dengan


etchant pada permukaan hasil polishing untuk menimbulkan penampakan khusus
seperti fasa, batas butir, dislokasi dan struktur mikro tertentu di bawah mikroskop.
Teknik pengetsaan dapat dilakukan dengan cara kimia, elektrolitik, katodik
vakum. Setiap logam memilik reagent etchant tertentu, seperti baja dan besi cor
dapat digunakan reagent nital atau picral yang keduanya menampakan fasa
pearlite [2].

Baja St 37 adalah baja karbon sedang yang setara dengan AISI 1045,
dengan komposisi kimia Karbon : 0.5 %, Mangan : 0.8 %, Silikon : 0.3 %
ditambah unsure lainnya. Dengan kekerasan kurang lebih 170 HB dan kekuatan
tarik 650 - 800 N/mm2. Secara umum baja St 37 dapat digunakan langsung tanpa
mengalami perlakuan panas, kecuali jika diperlukan pemakaian khusus [4].
Struktur mikro yang didapatkan dari percobaan ini ada pearlite, ferit, dan
martensite. Dari struktur mikro yang dapat diketahui, terdapat juga sifat mekanis
yang didapatkan yaitu lunak dan ulet pada ferit, lunak pada pearlite, dan sangat
keras pada martensite.

Dari percobaan ini terdapat tiga hasil dari tiga perlakuan metalografi
18

terhadap benda uji praktikan kali ini yaitu baja AISI 1045, dari yang pertama yaitu
Normalizing, terlihat pada Gambar 4.1 di bawah ini, dengan pembesaran 500x
terdapatkan hasil struktur mikro ferit yang berbentuk butir-butir kristal yang padat
dan pearlite yang bentuknya berlapis. Struktur kristal ferit yang berbentuk BCC
dan struktur kristal pearlite yang berbentuk duplek. Dengan kekerasan ferit dari
140-180 HVN dan kekerasan pearlite dari kurang lebih 180-250 HVN.

Gambar 4.1 Struktur mikro baja AISI 1045 dengan perlakuan Normalizing
dengan pembesaran 500x.

Pada perlakuan kedua yaitu annealing, yang terlihat pada Gambar 4.2 di
bawah ini, dengan pembesaran 500x, terdapatkan hasil struktur mikro ferit yang
berbentuk butir-butir kristal yang padat dan pearlite yang bentuknya berlapis.
Struktur kristal ferit yang berbentuk BCC dan struktur kristal pearlite yang
berbentuk duplek. Dengan kekerasan ferit dari 140-180 HVN dan kekerasan
pearlite dari kurang lebih 180-250 HVN. Walaupun hasil yang dipatkan sama
dengan perlakuan normalizing, hasil dari perlakuan annealing ini terlihat lebih
kasar daripada normalizing yang terlihat halus.
19

Gambar 4.2 Struktur mikro baja AISI 1045 dengan perlakuan Annealing dengan
pembesaran 500x.

Gambar 4.3 Struktur mikro baja AISI 1045 dengan perlakuan Quenching dengan
pembesaran 500x.

Dalam perlakuan ketiga yaitu quenching, terlihat pada Gambar 4.3 di atas,
dengan pembesaran 500x, terdapat hasil struktur mikro yaitu martensite dan ferit.
Dengan ferit yang berbentuk butir-butir kristal yang padat, sifat mekanis lunak
dan ulet, kekerasan dari 140-180 HVN dan struktur kristalnya adalah BCC.
Martensite yang berbentuk jarum-jarum pendek dengan warna hitam pekat, sifat
mekanisnya sangat keras, kekerasan lebih dari 500 HVN dan struktur kristalnya
BCT.
20

Dalam pengujian merusak praktikum struktur mikro ini, terdapat faktor-


faktor yang mempengaruhi struktur mikro yaitu komposisi kimia logam pengisi,
logam induk, inklusi, masukan panas, laju pendinginan dan siklus termal. Inklusi
adalah partikel halus sebagai akibat dari reaksi oksidasi atau reduksi selama
proses pengelasan dan tidak ikut larut dalam logam las cair. Dari gambar di atas
selain bentuk martensite yang dihasilkan pada masing-masing sampel berbeda
faktor lain yang mempengaruhi terjadinya perbedaan kekerasan pada masing-
masing sampel yaitu jumlah martensite yang terbentuk hasil proses laku panas.
Yang dipengaruhi oleh tebal sampel dan volume air quenching yang
mempengaruhi banyaknya martensite. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya perbedaan kekerasan pada masing-masing sampel pada jumlah
martensite yang terbentuk hasil proses laku panas yaitu apabila dilihat secara
visual, tampak terlihat adanya bintik-bintik hitam pada tiap sampel yang
merupakan void atau kotoran yang terbentuk saat polishing yang tidak sempurna,
tetapi terlihat jarum yang agak besar yang strukturnya tidak beraturan sebagai
adanya indikasi terbentuknya struktur martensite.
21

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum uji tarik yang sudah kita bahas kita kali ini
adalah sebagai berikut:
1. Benda uji, Baja AISI 1045, dengan pembesaran 500x, dalam
perlakuan Normalizing terdapat hasil struktur mikro ferit yang berbentuk
butir-butir kristal yang padat dan pearlite yang bentuknya berlapis.
Struktur kristal ferit yang berbentuk BCC dan struktur kristal pearlite yang
berbentuk duplek. Dengan kekerasan ferit dari 140-180 HVN dan
kekerasan pearlite dari kurang lebih 180-250 HVN.
2. Benda uji, Baja AISI 1045, dengan pembesaran 500x, dalam
perlakuan Annealing terdapat hasil struktur mikro ferit yang berbentuk
butir-butir kristal yang padat dan pearlite yang bentuknya berlapis.
Struktur kristal ferit yang berbentuk BCC dan struktur kristal pearlite yang
berbentuk duplek. Dengan kekerasan ferit dari 140-180 HVN dan
kekerasan pearlite dari kurang lebih 180-250 HVN. Walaupun hasil yang
dipatkan sama dengan perlakuan normalizing, hasil dari perlakuan
annealing ini terlihat lebih kasar daripada normalizing yang terlihat halus.
3. Benda uji, Baja AISI 1045, dengan pembesaran 500x, dalam
perlakuan Quenching terdapat hasil struktur mikro yaitu martensite dan
ferit. Dengan ferit yang berbentuk butir-butir kristal yang padat, sifat
mekanis lunak dan ulet, kekerasan dari 140-180 HVN dan struktur
kristalnya adalah BCC. Martensite yang berbentuk jarum-jarum pendek
dengan warna hitam pekat, sifat mekanisnya sangat keras, kekerasan lebih
dari 500 HVN dan struktur kristalnya BCT.
22

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh praktikan pada praktikum
uji impak berikut ini supaya lebih baik untuk kedepannya adalah sebagai
berikut:
1. Menambah variasi spesimen dalam praktikum struktur mikro.
2. Saya harap video prosedur praktikum yang dilihatkan kepada
praktikan bisa lebih bagus kualitas video nya dan menjelaskan
lebih detail.
23

3.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Juli Susanto, Harjo Seputro, Edi Santoso, 2016, Hasil Penelitian
LPPM, Analisa Pengaruh Variasi Media Pendingin Dan Waktu Aging
Pada Perlakuan Panas T6 Terhadap Struktur Mikro Komposit
Aluminium Abu Dasar Batubara, Vol. 01, No. 02, dan hal 227-238.

[2] Imam Saefuloh, Agus Pramono, Willy Jamaludin, Imron Rosyadi,


Haryadi, 2018, Flywheel, Studi Karakterisasi Sifat Mekanik Dan
struktur Mikro Material Piston Alumunium-Silikon Alloy, 2018; Vol.
IV, No. 02, dan hal 56-62.

[3] Yopi Handoyo, 2015, Pengaruh Quenching Dan Tempering Pada Baja
Jis Grade S45C Terhadap Sifat Mekanis Dan Struktur Mikro
Crankshaft, Vol. 03 No. 02, dan hal 102-115.

[4] Amstead B.H., Sriatie Djaprie, 1997, Teknologi Mekanik Edisi 7 Jilid
I, Erlangga, Jakarta,

[5] Dieter. G.E., 1989, Metalurgi Las, Gramedia Pustaka, Jakarta.

[6] Yudha Kurniawan Afandi, Irfan Syarif Arief, Amiadji, 2015, Analisa
Laju Korosi pada Pelat Baja Karbon dengan Variasi Ketebalan
Coating, Vol. 04 No. 01., hal 1-5.
24
LAMPIRAN A
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
26

Lampiran A. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus


A.1 Jawaban Pertanyaan
1. Apa tujuan dari proses metalografi? Jelaskan!
Jawab:
Metalografi merupakan ilmu yang bertujuan untuk mempelajari metoda
observasi atau pemeriksaan atau pengamatan atau pengujian dengan tujuan
untuk menentukan atau mempelajari hubungan antara struktur dengan sifat
atau karakter dan perlakuan yang pernah dialami oleh logam, paduan dan
bahan bahan lainnya. Metode ini memiliki tahapan tahapan yang harus
dilakukan yaitu tahapan sampling, cutting, mounting, grinding, polishing,
etching, cleaning dan drying.

2. Jelaskan cara kerja mikroskop optik dan bagian-bagian pada mikroskop


optik!
Jawab:
Cara kerja dari mikroskop optic adalah dari cahaya lampu yang dibiaskan
oleh lensa condenser, setelah melewati lensa kondenser sinar mengenai
spesimen dan diteruskan oleh lensa objektif. Lensa objektif ini merupakan
bagian yang paling penting dari mikroskop karena dari lensa ini dapat
diketahui perbesaran yang dilakukan mikroskop. Sinar yang diteruskan oleh
lensa objektif ditangkap oleh lensa okuler dan diteruskan pada mata atau
kamera. Pada mikroskop ini mempunyai batasan perbesaran yaitu dari 400 X
sampai 1400 X.

Berikut bagian-bagian pada mikroskop oprik:


1. Lensa objektif
2. Lensa okuler
3. Revolver
4. Meja sample atau meja preparat
5. Jepit preparat
27

6. Diafragma
7. Kaki penyangga
8. Lengan mikroskop
9. Kaki mikroskop
10. Skala sample atau skala preparat
11. Makrometer horizontal dan vertikal
12. Mikrometer horizontal dan vertikal
13. Switch button
14. Tuas pengatur kecerahan

3. Jelaskan pengaruh kecepatan pendinginan terhadap struktur mikro baja


AISI 1045!
Jawab:
Kecepatan pendinginan berpengaruh terhadap fasa akhir yang terbentuk
akan berbeda-beda. Dengan pendinginan yang lambat, akan terbentuk struktur
mikro coarse pearlite dan lapisan tipis feritsementit. Ditingkatkannya laju
pendinginan akan mengurangi ketebalan lamela. Jika ditingkatkan lagi akan
membentuk struktur mikro bainit. Laju pendinginan yang sangat cepat akan
menghasilkan struktur mikro martensit.

4. Jelaskan tujuan dari tahapan etsa (etching) dan pengaruh waktu etsa!
Jawab:
Proses etching merupakan pemberian reagen kimia yang disebut dengan
etchant pada permukaan hasil polishing untuk menimbulkan penampakan
khusus seperti fasa, batas butir, dislokasi dan struktur mikro tertentu di bawah
mikroskop. Teknik pengetsaan dapat dilakukan dengan cara kimia,
elektrolitik, katodik vakum. Setiap logam memilik reagent etchant tertentu,
seperti baja dan besi cor dapat digunakan reagent nital atau picral yang
keduanya menampakan fasa pearlite. Pengaruh waktu dalam proses etsa ini
28

dapat dilihat ketika waktu pengetsaan terlalu lama terjadi reaksi yang
berlebihan antara logam terhadap reagen sehingga menyebabkan permukaan
logam menjadi terbakar, bagian dari logam yang terbakar ini nantinya akan
menyerap sinar yang datang dari alat foto mikroskop sehingga menghasilkan
fotografi mikroskop yang terlihat hitam

5. Sebutkan perusahaan yang mengaplikasikan pengujian metalografi


minimal 3!
Jawab:
 PT Chandra Asri Petrochemical 
 PT Krakatau Steel
 PT Mitsubishi Chemical Indonesia

A.2 Tugas Khusus


1. Jelaskan kenapa dalam analisis mikro meggunakan metode metalografi.
Jawab:
Metalografi merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari metoda
observasi atau pemeriksaan atau pengamatan atau pengujian dengan tujuan
untuk menentukan atau mempelajari hubungan antara struktur dengan sifat
atau karakter dan perlakuan yang pernah dialami oleh logam, paduan dan
bahan bahan lainnya. Struktur mikro adalah struktur permukaan logam yang
telah dipersiapkan secara khusus terlihat dengan menggunakan perbesaran
minimal 25x.

2. Jelaskan komposisi larutan nital 3% itu apa saja dan berapa %


campurannya
Jawab:
Komposisi dalam larutan Nital 3% terdapat asam nitrat dan etil alkohol.
Persentase campurannya adalah Asam Nitrat 3% dan Etil Alkohol 97%.

3. Jelaskan apakah tembaga bisa dilakukan proses metalografi


29

Jawab:
Tembaga sangat bisa dilakukan proses metalografi. Tembaga paduan
dengan komposisi antara Cu dan Zn biasa disebut brass atau kuningan. Struktur
mikro tembaga paduan Cu 70% dan Zn 30% hasil rolling panas ditunjukkan pada
gambar di bawah. Tembaga paduan ini memiliki butir-butit yang equiaksial.

Gambar A.1 Kiri; Tembaga Paduan, Kuningan. Kanan; Setelah Cold Rolling
Dengan Reduksi 50%.

Pada gambar tersebut juga ditunjukkan Perubahan struktur mikro tembaga


paduan setelah mengalami deformasi dingin dengan reduksi 50 persen.
Butiran yang awalnya equiaksial berubah menjadi butir-butir memanjang,
atau pipih, atau elongated grains, atau pancake grains.

4. Jelaskan minimal 5 jenis-jenis dari struktur mikro sertakan gambarnya.


Jawab:
 Ferit, Larutan padat interstisial karbon dalam besi dengan kadar
karbon 0,025% pada suhu 723°C dan 0,008% di temperatur kamar.
Bentuknya butir-butir kristal yang padat. Sifat mekanis lunak dan ulet.
Kekerasan dari 140-180 HVN. Struktur kristalnya adalah BCC.

Gambar A.1 Ferit


30

 Pearlite, suatu eutectoid mixture dari cementite dan ferit terdiri dari
lapisan alpha-ferit (88%) dan cementie (12%) dengan kadar karbon
0,8%. Bentuknya pipih atau berlapis dengan warna kehitaman. Sifat
mekanisnya lunak. Kekerasan kurang lebih dari 180-250 HVN.
Struktur kristalnya adalah duplek dari ferit dan cementite.

Gambar A.2 Pearlite

 Austenite, larutan padat interstisial karbon dalam besi dengan kadar


karbon 2%. Bentuknya padatan seperti pelat dengan warna abu-abu
terang. Sifat mekanisnya lunak dan ulet (kondisi besi murni).
Kekerasan kurang lebih 390 HVN. Struktur kristalnya adalah FCC.

Gambar A.3 Austenite

 Martensite, struktur metastabil yang terbentuk karena proses


pendinginan yang cepat atau sangat cepat pada temperatur
austenitisasinya dengan kadar karbon lebih dari 0,5%. Bentuknya
jarum-jarum pendek dengan warna hitam pekat. Sifat mekanisnya
sangat keras. Kekerasan lebih dari 500 HVN. Struktur kristalnya BCT.
31

Gambar A.4 Martensite

 Cementite, karbida besi Fe3C, merupakan senyawa interstisial dengan


kadar karbon 6,67%. Bentuknya adalah jaringan dengan warna putih.
Sifat mekanisnya sangat keras dan getas. Kekerasannya kurang lebih
800 HVN. Struktur kristalnya adalah orthorhombik.

Gambar A.5 Cementite


LAMPIRAN B
BLANGKO PERCOBAAN
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email : metalurgilaboratorium@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai