Anda di halaman 1dari 12

No Isu Penyebab Rencana

.
1. Kurang optimalnya Belum adanya Sosialisasi

komunikasi efektif sosialisasi komunikasi efektif

perawat kepada pasien komunikasi efektif kepada perawat poli

di poliklinik RSDMP

Belum adanya SOP Pembuatan SOP

yang dibagikan Komunikasi Efektif

kerjasama dgn SKP

Kurangnya Pembuatan

petunjuk arah yg petunjuk arah yang

sesuai lebih kompatibel


2. Belum tertibnya Perawat kurang Sosialisasi

pendokumentasian paham pentingnya pentingnya

keperawatan dalam kelengkapan dokumentasi

SIMRS di poliklinik dokumentasi lengkap

RSDMP

Belum adanya Pembuatan SOP

standar dokumentasi

dokumentasi keperawatan

keperawatan
3. Kurangnya kepatuhan Kurangnya Pembacaan SOP

petugas poliklinik resosialisasi SOP di setiap diadakannya

RSDMP untuk mencuci poli meeting morning di

tangan 5 momen poliklinik


Belum adanya Pembuatan form

monitoring monitoring terhadap

terhadap kepatuhan petugas

kepatuhan mencuci dengan 5 momen

tangan 5 momen cuci tangan

Sosialisasi/pelatihan

Petugas lupa dan cara dan manfaat

terlalu sibuk cuci tangan 5

momen

Belum adanya

sosialisasi/pelatihan Pembuatan media

cuci tangan 5 edukasi melalui

momen poster, video

Kurangnya media

edukasi mengenai Secara berkala

5 momen cuci diadakan pemilihan

tangan di poliklinik duta cuci tangan

bagi petugas

Tidak adanya

sistem reward

punishment untuk
pelaksanaan cuci

tangan

Kurang optimalnya komunikasi efektif perawat kepada pasien di

poliklinik RSDMP

Komunikasi didefinisikan sebagai berikut (Anjaswarni, Tri. 2016.

Komunikasi dlm keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan)

a. Komunikasi adalah pertukaran keseluruhan perilaku dari komunikator

kepada komunikan, baik yang disadari maupun tidak disadari, ucapan


verbal atau tulisan, gerakan, ekspresi wajah, dan semua yang ada dalam

diri komunikator dengan tujuan untuk memengaruhi orang lain.

b. Komunikasi adalah proses yang dinamis serta selalu berubah sesuai

dengan situasi dan kondisi lingkungan yang senantiasa berubah. Dalam

berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak yang terlibat agar

komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada

kesungguhan atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah

penting, sedangkan pihak penerima harus memiliki kesungguhan untuk

memperhatikan dan memahami makna informasi yang diterima serta

memberikan respons yang sesuai.

Menurut Hardianto, dkk (Konsep dan praktek berkomunikasi. 2020.

Surabaya: Scopindo Media Pustaka) Komunikasi efektif adalah pertukaran

informasi, ide, perasaan dan hal sebagainya yang nantinya menghasilkan

perubahan sikap dan pandangan sehingga terjalinnya hubungan baik

antara pemberi dan penerima pesan.

Komunikasi efektif yang dilakukan antara pasien dan perawat merupakan

syarat yang penting dalam memberikan pelayanan keperawatan terutama

pelayanan keperawatan yang berfokus kepada pasien. Kurangnya

komunikasi menciptakan situasi di mana kesalahan medis dapat terjadi.

Kesalahan ini memiliki potensi untuk menyebabkan cedera parah atau

kematian pasien yang tidak terduga.

Komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien atau pengantarnya

dapat dinilai antara lain melalui kemampuan petugas dalam

berkomunikasi dan media informasi yang tersedia. Kemampuan petugas


dalam berkomunikasi seperti sikap saat berbicara, menjelaskan tindakan

yang akan dilakukan, berempati dengan pasien, serta memberi

kesempatan bertanya merupakan hal yang dianggap berarti oleh pasien

atau pengantarnya. Media informasi yang tersedia tentu saja juga akan

sangat bermanfaat apabila tersedia dengan cukup dan informatif.

Contoh SOP komunikasi efektif dengan pasien dan kelurga pasien

1. Petugas dalam posisi berdiri dan senyum (bersikap santai dan alamiah,

gaya terbuka, kontak mata, ekspresi wajah cerah

2. Petugas mengucapkan salam komunikasi menggunakan bahasa

indonesia baik dan benar (sesuai dengan kondisi lawan bicara) dengan

suara yang berintonasi baik dan jelas

3. Petugas memperkenalkan diri ke pasien dan keluarga

4. Komunikasi dilanjutkan sesuai dengan situasi

a. Pasien dan keluarga

1) Ada yang bisa saya bantu Bapak/Ibu?

2) Komunikasi selanjutnya sesuai dengan kebutuhan

b. Komunikasi diruangan dengan pasien (visite, konsultasi gizi,

laboratorium, pengambilan sampel, dll)

1) Maaf Bapak/Ibu (lakukan verifikasi pasien) izin untuk

melakukan pemeriksaan …

2) Maaf Bapak/Ibu (lakukan identifikasi pasien) izin untuk

melakukan pemeriksaan laboratorium ........... dan lain-lain

c. Komunikasi yang dilakukan ketika bertemu dan berpaspasan

dengan sesama petugas atau dengan pasien/keluarga


5. Menyapa dan mengucapkan salam

6. Setiap mengakhiri komunikasi dengan pasien ucapkan terimakasih dan

”semoga lekas sembuh”

Belum tertibnya pendokumentasian keperawatan dalam SIMRS di

poliklinik RSDMP

Pendokumentasian merupakan bukti legal pelaksanaan pelayanan di

rumah sakit. Kualitas pelayanan disuatu rumah sakit salah satunya dapat

dilihat dari pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan (Wang,

Hailey, & Yu, 2011). Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan

sebagai bukti tindakan keperawatan sudah dilakukan secara professional


dan legal sehingga dapat memberikan perlindungan pada perawat dan

pasien (Iyer & Camp, 2005).

Pendokumentasian berguna bagi rumah sakit dalam meningkatkan

standar akreditasi, sebagai alat komunikasi antar profesi, indikator

pelayanan mutu, bukti tanggung jawab, dan tanggung gugat perawat,

sumber data dan sebagai sarana penelitian (Teytelman, 2002; Jefferies,

Johnson, Nicholls & Lad, 2012).

Kurangnya kepatuhan petugas poliklinik RSDMP untuk mencuci

tangan 5 momen

Menurut Kemenkes (2011), kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku

yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien

sehingga pasien mengerti rencana dengan segala konsekwensinya dan

menyetujui rencana tersebut dan melaksanakannya. Kepatuhan dapat


diukur dari individu yang mematuhi atau mentaati karena telah memahami

makna suatu ketentuan yang berlaku. Perubahan sikap dari individu

dimulai dari patuh terhadap aturan, seringkali memperoleh imbalan jika

menurut anjuran. Kepatuhan pada program kesehatan merupakan

perilaku yang dapat diobservasi dan dapat langsung diukur. Kepatuhan

juga merupakan bentuk ketaatan pada aturan atau disiplin dalam

menjalankan prosedur yang telah ditetapkan (Riyanto, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO), cuci tangan (hand

hygiene) merupakan istilah yang digunakan untuk membersihkan tangan

menggunakan antiseptik pencuci tangan, baik menggunakan cairan

berbasis formulasi antiseptik alkohol (handrub) atau menggunakan sabun

dan air (handwash).

Kepatuhan petugas untuk melakukan cuci tangan 5 momen sangat

penting artinya untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi. Cuci

tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan rantai

transmisi infeksi, sehingga insidensi infeksi nosokomial. 5 momen cuci

tangan, yaitu melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan

pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan steril, setelah

bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan

pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.

Penyebab infeksi pada manusia dapat disebabkan oleh berbagai agen

patogen seperti bakteri, virus, jamur dan pathogen lainnya.

Mikroorganisme sebagai penyebab kejadian infeksi nosokomial di rumah

sakit, dapat terjadi oleh karena menular secara kontak, droplet atau
melalui udara (air borne). Secara kontak bisa melalui tangan petugas,

pendamping orang sakit, bersinggungan dengan alat kesehatan atau

benda-benda lainnya yang berada di rumah sakit yang kurang higienis.

Apalagi di saat-saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, dimana salah

satu media penyebaran virus corona melalui bersentuhan dengan

permukaan atau kulit yang terpapar virus ini.

Dalam analisis isu kontemporer ini menggunakan metode USG yaitu

Urgency, Seriousness, Growth yang merupakan suatu alat untuk

menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Penilaian

menggunakan skor dengan skala 1-5. Isu dengan perolehan total nilai

terbanyak akan menjadi prioritas. Pengertian USG adalah sebagai berikut:

a. Urgency
Seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis, dan

ditindaklanjuti. Dapat disimpulkan bahwa urgency ini dilihat dari

tersedianya waktu, mendesak atau tidaknya masalah tersebut

diselesaikan.

b. Seriousness

Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang

akan ditimbulkan. Dapat disimpulkan bahwa seriousness ini berkaitan

dengan keseriusan masalah, yakni dengan melihat dampak masalah

tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,

membahayakan system atau tidak.

c. Growth

Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak

ditangani segera. Dapat disimpulkan bahwa growth merujuk pada

perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut berkembang

sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah atau tidak.

Berikut adalah analisis isu dengan metode USG :

No Identifikasi isu Urgency Seriousnes Growth Total


. prioritas s Skor
1. Kurang optimalnya
komunikasi efektif
perawat kepada
5 5 4 14
pasien di poliklinik
RSDMP

2. Belum tertibnya
pendokumentasian
keperawatan
5 3 5 12
dalam SIMRS di
poliklinik RSDMP
3. Kurangnya
kepatuhan
petugas poliklinik
RSDMP untuk 5 5 5 15
mencuci tangan 5
momen

Keterangan :

Urgency = Mendesak

Seriousness = Kegawatan

Growth = Pertumbuhan

5 = Sangat Tinggi 5 = Sangat Besar 5 = Sangat Cepat

4 = Tinggi 4 = Besar 4 = Cepat

3 = Cukup 3 = Sedang 3 = Cukup

2 = Rendah 2 = Kurang 2 = Lambat

1 = Sangat Rendah 1 = Sangat Kurang 1 = Sangat Lambat

Ket: Semakin urgen, semakin tinggi nilainya

Semakin serius, semakin tinggi nilainya

Semakin berkembang masalahnya, semakin tinggi nilainya

Masalah prioritas/dominan adalah masalah yg total nilainya besar


ANALISIS PENYEBAB ISU MENGGUNAKAN FISH BONE

MONEY MATERIAL

Tidak ada form untuk


Anggaran pelatihan memonitor dan mengevaluasi Kurangnya media edukasi
mencuci tangan 5 mengenai 5 momen cuci tangan
kepatuhan mencuci tangan
momen minim

Belum adanya SOP Kurangnya


Pemasukan Rumah mencuci tangan 5 momen kepatuhan
Sakit terbatas petugas
poliklinik
RSDMP untuk
Tidak adanya pelatihan secara
Kurangnya pengetahuan petugas
mencuci tangan
langsung karena pandemi
tentang mencuci tangan 5 momen 5 momen

Belum adanya sistem


reward punishment Jumlah SDM terbatas
untuk mencuci tangan

METHOD MAN

Anda mungkin juga menyukai