Anda di halaman 1dari 4

Nama : BORIS ERNESTEFAN MORONGGU

Stambuk : A 111 19 181

Kelas : D

MK : WACANA

MID SEMESTER

1. Jelaskan hubungan wacana dengan pragmatik!

Jawaban:

Jika analisis wacana menjelaskan interpretasi atas unsur-unsur wacana tanpa keluar dari ranah
bahasa, pragmatik berupaya menjelaskan lingkup lain dari aktivitas manusia (keyakinan,
perasaan, pengetahuan, maksud, dan lain- lain)

2. Untuk memahami wacana memerlukan konteks. Jelaskan!

Jawaban:

penganalisis wacana haruslah mempertimbangkan konteks tempat terdapatnya bagian sebuah


wacana. Beberapa unsur bahasa yang paling jelas memerlukan informasi kontekstual adalah
bentuk-bentuk deiktis, seperti di sini, sekarang, saya, kamu, ini, dan itu. Untuk menafsirkan
bentuk-bentuk deiktis itu, analisis wacana bahasa Indonesia perlu mengetahui siapa penutur dan
pendengarnya, waktu dan tempat ujaran itu.

3. Untuk membuat wacana yang baik diperlukan piranti kohesi. Jelaskan maksud pernyataan
tersebut!

Jawaban:

Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana (hubungan yang tampak pada bentuk).
Kohesi merupakan organisasi sintaksis dan merupakan wadah kalimat-kalimat yang disusun
secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan (Tarigan 1987:96). Kohesi adalah hubungan
antar kalimat di dalam sebuah wacana baik dalam skala gramatikal maupun dalam skala leksikal
tertentu.

4. Sebuah wacana yang menggunakan piranti kohesi dapat dikatakan sebagai wacana yang
baik. Benarkah pernyataan tersebut, jelaskan dan berikan contoh!

Jawaban:

Wacana yang baik adalah wacana yang harus memperhatikan hubungan antarkalimat. Hal ini
harus selalu diperhatikan untuk memelihara keterkaitan dan keruntutan antarkalimat. Sejalan
dengan pandangan bahwa bahasa itu terdiri atas bentuk (form) dan makna (meaning), hubungan
dalam wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi,
dan hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut koherensi.
Menurut Anton M. Moelino, dkk ( 1987:96) untuk memperoleh wacana yang baik dan utuh,
maka kalimat-kalimatnya harus kohesif. Hanya dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu
unsur dalam wacana dapat di interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan unsure-
unsur lainnya. Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi
leksikal.

a.    Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal adalah kepaduan yang dicapai dengan menggunakan elemen dan aturan
gramatikal. Kohesi gramatikal, antara lain, dapat terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan
elipsis. Hal itu dapat disimak pada contoh berikut.

Orang tua ada  yang setuju bahwa siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah karena
merela berpikir hal itu  dapat memudahkan orang tua untuk dapat menghubungi anaknya. 

Ketika telepon seluler berdering ketika guru sedang mengajar di dalam kelas, meskipun hanya
mode getar, guru akan kehilangan beberapa saat kesempatan mengajar karena terganggu. Hal
itu akan merugikan seluruh kelas.

Berdasarkan contoh (1) tersebut, -nya pada kata anaknya, merujuk pada orang tua; sedangkan
pada contoh (2) frasa hal itu  merujuk pada kalimat guru akan kehilangan kesempatan
mengajar. Sarana kohesi gramatikal meliputi referen, substitusi, elipsis, dan konjungsi.

b.    Kohesi Leksikal

Selain didukung oleh aspek gramatikal, kepaduan wacana harus didukung oleh aspek leksikal.
Kohesi leksikal atau perpaduan leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian wacana
untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif. Unsur kohesi leksikal terdiri dari sinonim
(persamaan), antonim (lawan kata), hiponim (hubungan bagian atau isi), repetisi (pengulangan),
kolokasi (kata sanding), dan ekuivalensi. Tujuan digunakannya aspek-aspek leksikal itu
diantaranya ialah untuk mendapatkan efek intensitas makna bahasa, kejelasan informasi, dan
keindahan bahasa lainnya. Kohesi leksikal adalah kepaduan yang dicapai melalui pemilihan kata.
Kohesi leksikal itu dapat berbentuk, antara lain, dengan pengulangan, sinonim, antonim, dan
hiponim.

Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah
telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi
dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet.

Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah
telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi
dengan beberapa aksesori, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini dapat
dimanfaatkan untuk membantu siswa dalam bidang akademik.

Berdasarkan contoh pertama tersebut dapat dikemukakan bahwa supaya padu, penulis
mengulang kata telepon seluler beberapa kali. Sementara itu, pada contoh kedua frasa beberapa
aksesoris, dan kata aplikasi ini merupakan sinonim. Kohesi leksikal hubungan anatarunsur dalam
wacana secara semantis.
5. Manfaat apa saja yang diperoleh dari studi wacana!

Jawaban:

Kajian wacana memiliki manfaat yang besar apabila dikaitkan dengan koteks Indonesia yang
beraneka ragam kultur dan budayanya. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.
 

a. Membantu masyarakat memahami berbagai permasalahan yang terjadi sekaligus


mencari solusinya. Dengan adanya analisis wacana dapat membantu masyarakat untuk
berpikir kritis dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada di dalam
masyarakat. Misalnya saja, kajian wacana akan membantu dalam mendalami
permasalahan berikut mencari solusi atas berbagai masalah misalnya banjir yang selalu
melanda ibukota setiap tahun, memahami bursa pencalonan presiden, menangani
permasalahan berkaitan dengan pengemis yang menjamur dimana-mana, kemacetan
lalu lintas, dan lain sebagainya
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan langkah yang akan diambil setelah
melihat fakta yang berkembang di masyarakat. Dalam sebuah analisis wacana pasti di
dalamnya terdapat berbagai pandangan yang didukung oleh pemikiran-pemikiran yang
logis. Dengan adanya bahan pertimbangan ini akan semakin memudahkan masyarakat
dalam menentukan langkah. Contoh sederhana, ketika seorang wanita akan memilih
produk kecantikan cocok dengan dirinya tentu terdapat banyak penawaran produk
yang bervariasi mulai dari bentuk produk, harga, maupun kualitasnya. Kajian wacana ini
akan membantu menganalisis untuk menentukan pilihan tersebut.
c. Kajian wacana dapat mengungkap berbagai fakta, idealisme yang tersirat dalam sebuah
wacana guna mengetahui maksud dan tujuan penulis wacana tersebut. Kajian wacana
ini terutama adalah manfaat kajian wacana kritis. Kajian ini akan membantu
masyarakat dalam memahami lebih dalam berkaitan dengan dominasi kekuasaan yang
ada dalam wacana. Misalnya, dalam iklan di dalamnya pasti ada upaya untuk
memengaruhi pemirsa/pembaca untuk menggunakan produk/jasa tertentu. Dengan
adanya analisis wacana kritis akan membantu masyarakat untuk berpikir secara lebih
kritis disertai berbagai pertimbangan yang matang agar tidak mudah tergoda oleh
bujuk rayu iklan yang bernada bombastis tersebut.
d. Membongkar nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah wacana. Nilai-nilai ini tentu
adalah nilai-nilai kebenaran yang sebenarnya, bukan sekedar kamuflase permainan
bahasa. Masyarakat akan dituntun untuk memilah mana nilai yang baik dan mana yang
tidak  sekaligus mendukung nilai-nilai yang baik tersebut agar tumbuh subur dalam
budaya masyarakat, misalnya nilai kerukunan, kebersamaan, toleransi, dan lain
sebagainya.
e. Kajian wacana memberikan  kontribusi bagi perkembangan pendidikan dengan
menanamkan sikap skeptic dan critical thingking terhadap segala hal. Penanaman sikap
ini akan selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap segala hal. Secara tidak langsung
hal ini akan mendorong masyarakat  untuk selalu berlatih berpikir sistematis.
f. Kajian wacana memungkinkan menganalisis fenomena-fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitar dari berbagai sudut pandang. Hal ini akan membawa dampak pada
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dari berbagai sisi sehingga memerkaya
pengalaman dan pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai