Anda di halaman 1dari 12

FIQIH MUAMALAH

“Akad Dalam kerjasama”

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fiqhi Muamalah pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi Perbankan Syariah kelompok enam semester II IAIN
BONE

Oleh :
KELOMPOK IX

IRWANDI ABBAS

612062020157

ANDRI INDRI PUTRI

612062020153

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

TAHUN PELAJARAN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah fiqih muamalah.Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat
dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa terdapat
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi diri pribadi dan para pembaca.

Awangpone, 13 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4

A. Latar belakang.................................................................................................4
B. Rumusan masalah..........................................................................................5
C. Tujuan penulisan.............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6

A. Pengertian Mudharabah..................................................................................6
B. Rukun dan Jenis-jenis mudharabah...............................................................7
C. Syarat sah mudharabah.................................................................................8
D. Pengertian syirkah...........................................................................................8
E. Macam-macam syirkah...................................................................................9
F. Rukun dan syarat syirakah..............................................................................10
BAB II PENUTUP.........................................................................................................12

A. Kesimpulan......................................................................................................12
B. Saran................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kata muamalat yang kata tunggalnya muamalah yang berakar pada kata ‘amala secara arti kata
mengandung arti “Saling berbuat” atau berbuat secara timbal balik. Lebih sederhana lagi berarti
“Hubungan antara orang dengan orang lain”. Bila kata ini dihubungkan kepada lafaz fiqih,
mengandung arti aturan yang mengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain dalam
pergaulan hidup didunia. Ini merupakan timbangan dari fiqh ibadah yang mengatur hubungan
lahir antara seseorang dengan Allah.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Allah mengatur hubungan lahir antara manusia
dengan Allah dalam rangka menegakkan hablun min Allah dan hubungan antara sesama
manusia dalam rangka menegakkan hablun min alnas. Yang keduanya merupakan misi
kehidupan manusia yang diciptakan sebagai khalifah diatas bumi. Hubungan antara sesama
manusia itu bernilaii ibadah pula bila dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah.

Bila kita membicarakan muamalahsebagai imbangan dari kata ibadah, maka yang dimaksud
adalah muamalah dalam arti umum. Yang dibahas disini adalah muamalah dalam arti khusus
yang merupakan bagian dari pengertian umum tersebut, yaitu hubungan antara sesama
manusia yang berkaitan dengan harta.

Hubungan antara sesama manusia berkaitan dengan harta ini di bicarakan dan diatur dalam
kitab-kitab fiqih karna kecendrungan manusia kepada harta itu begitu besar dan sering
menimbulkan persengketaan sesamanya, kalau tidak diatur, dapat menimbulkan
ketidakstabilan dalam pergaulan hidup antara sesama manusia. Selain itu, dalam konteks
hablun minanas manusia butuhyang namanya kerjasama dalam hal yang berhubungan dengan
usaha. Maka dari itu, di dalam makalah ini dibahaslah yang berkaitan dengan akad dalam
kerjasama khususnya mudharabah dan syirkah.

B. Rumusah masalah

4
1. Apa yang dimaksud mudharabah
2. Apa saja rukun dan syarat-syarat mudharabah
3. Apa syarat-syarat mudharabah
4. Apa yang dimaksud musyarakah/syirkah
5. Apa macam-macam musyarakah/syirkah
6. Apa saja rukun dan syarat-syarat musyarakah/syirkah
C. Tujuan penulisan

1. Mendefensikan apa itu mudharabah


2. Menjabarkan ruku dan syarat mudharabah
3. Menyebutkan syarat-syarat mudharabah
4. Mendefenisikan apa itu musyarakah/syirkah
5. Menjabarkan macam-macam musyrakah/syirkah
6. Menyebutkan rukun dan syrat-syarat musyarakah/syirkah

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Pengertian mudharabah

Pada umumnya kata mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau
berjalan. Pengertian dari memukul atau berjalan diatas yang maksudnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya

Sedangkan pengertian mudharabah yang secara teknis adalah suatu akad kerja sama
untuk suatu usaha antara dua belah pihak dimana pihak yang pertama ( shahibul maal )
menyediakan seluruh modalnya dan sedangkan pihal yang lain menjadi pengelolanya.
Keuntungan dari usahanya tersebut secara Mudharabah akan dibagi hasilnya menurut
kesepakatan yang telah disepakati pada perjanjian awal, dan apabila usaha tersebut mengalami
kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pihak pemodal selama kerugian tersebut
bukan disebabkan kelalaian pengelola modal. Dan jika kerugian tersebut disebabkan karena
kecurangan atau kelalaian pengelola modal, maka pengelola modal yang harus bertanggung
jawab atas kerugian yang telah dialaminya.

Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk perniagaan di mana pemilik
modal ( shahibul maal ) menyetorkan modalnya kepada seorang pengusaha yang sering disebut
dengan ( mudharib ), untuk diniagakan dengan keuntungan yang akan dibagi bersama sesuai
dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan terdapat kerugian akan ditanggung oleh
pemilik modal jika disebabkan olehnya, dan jika disebabkan oleh pengelola modal maka
pengelola modal yang harus menanggung kerugian tersebut.

Pada hakikatnya pengertian dari mudharabah adalah suatu bentuk kerja sama antara
shohibul maal dan mudhorib, dimana dana 100% dari shohibul maal. Sedangkan mudhorib hanya
sebagai pengelola yang keuntungannya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah
disepakati di awal. Mudharabah adalah salah satu akad kerja sama kemitraan berdasarkan prinsip
berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing principle), dilakukan sekurang-kurangnyaoleh
dua pihak, dimana yang pertama memiliki dan menyediakan modal, disebut shohibul maal,
sedang ke dua memiliki keahlian dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana / menejemen
usaha halal tertentu, disebut mudhorib.

6
B. Rukun dan jenis-jenis mudharabah

Rukun Mudharabah

A. Adanya dua pelaku atau lebih, yaitu investor (pemilik modal) dan pengelola (mudharib).
Kedua pihak yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan tasharruf atau cakap
hukum (mukallaf), maka dibatalkan akad anak-anak yang masih kecil, orang gila, dan
orang-orang yang berada dibawah pengampuan.
B. Modal atau harta pokok (mal), syarat-syaratnya yakni : berbentuk uang, jelas jumlah dan
jenisnya, tunai, modal diserahkan sepenuhnya kepada pengelola secara langsung.
C. Nisbah keuntungan, nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagan keuntungan,
mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang mudharabah atas
keuntungan yang diperoleh.
D. Ijab qobul/serah terima.

Jenis-jenis mudharabah

A. Mudharabah mutlak adalah penyerahan modal seseorang kepada pengusaha tanpa


memberikan batasan, seperti berkata, “Saya serahkan uang ini kepadamu untuk
diusahakan, sedangkan labanya akan dibagi di antara kita, masing-masing setengah atau
sepertiga, dan lain-lain.”
B. Mudharabah muqayyad (terikat) adalah penyerahan modal seseorang kepada
pengusaha dengan memberikan batasan, seperti persyaratan bahwa pengusaha harus
berdagang di daerah bandung atau harus berdagang sepatu, atau membeli barang dari
orang tertentu , dan lain-lain

C. Syarat sah mudharabah

a. Syarat aqidani ,disyaratkan bagi orang yang akan melakukan akad, yakni pemilik modal
dan pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil, sebab mudharib
mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil. Mudharabah dibolehkan
dengan orang kafir dzimmi atau orang kafir yang dilindungi di negara Islam.

7
b. Syarat modal
 modal harus berupa uang
 modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran.
 modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak berarti harus ada di tempat akad.
 modal harus diberikan kepada pengusaha. Hal itu dimaksudkan agar pengusaha dapat
mengusahakannya, yakni menggunakan harta tersebut sebagai amanah.
c. Syarat-syarat laba
 laba harus memiliki ukuran.
 laba harus berupa bagian yang umum

D. Pengertian syirkah

Syirkah secara bahasa berarti al-ikhtilath yang artinya percampuran, yaitu bercampurnya dua
harta bagian secara utuh sehingga tidak dapat lagi dibedakan mana harta bagian yang satu dari
harta bagian yang lain. Secara syara’ syirkah adalah aqad antara dua orang atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan aktivitas yang menggunakan harta dengan maksud memperoleh
keuntungan.
Adapun pengertian syirkah menurut para ulama, antar lain :

1. Menurut ulama Hanafiah yaitu : akad antara dua orang yang berserikat pada pokok
harga (modal) dan keuntungannya
2. Menurut ulama Malikiah yaitu : Izin untuk bertindak secara hukum, bagi dua orang yang
bekerja sama terhadap harta mereka.
3. Menurut ulama Syafi’iyah yaitu : Ketetapan hak pada sesuatu yang dimiliki dua orang
atau lebih dengan cara yang mahsyur (diketahui)
4. Menurut ulama hanabilah Syirkah adalah berkumpul atau bersama-sama dalam
kepemilikan atas hak atau tasarruf.

E. Macam-macam syirkah

8
Secara umum, syirkah dapat dibentuk karena dua hal, yaitu syirkah hak milik (syirkatul amlak)
dan syirkah transaksi (syirkatul uqud). Berikut ini penjelasannya

a. Syirkah hak milik (syirkah amlak), yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih
dalam kepemilikan salah satu barang dengan salah satu sebab kepemilikannya, seperti
jual beli, hibah atau warisan.

b. Syirkah transaksi (syirkatul uqud), yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih yang
bersekutu dalam modal dan keuntungan. Syirkah transaksi (syirkatul uqud) dapat dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Syirkah ‘Inan adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih yang masing-masing
memberi kontribusi kerja (amal) dan modal (mal). Metode pelaksanaannya dapat
dijalankan secara bersama-sama ataupun dengan menunjuk salah satu syarik untuk
menjalankannya. Modal yang disetorkan dapat berbeda-beda. Bentuk kerja sama
syirkah 'inan ini hasil yang diperoleh dibagi sesuai dengan rasio mutualistik yang
disetujui, namun kerugian yang diderita hendaknya dibagi sesuai dengan proporsi
investasi yang dilakukan oleh masing-masing pihak.
2. Syirkah ‘Abdan adalah bentuk kerja sama bisnis antara dua pihak atau lebih yang
masing-masing hanya memberikan kontribusi kerja (amal), atau berupa keahlian, baik
itu berupa fisik ataupun intelektual, tanpa kontribusi modal (mal). Contohnya adalah
berupa kerja pikiran (seperti penulis naskah) ataupun kerja fisik (seperti tukang batu).
Syirkah abdan ini juga di sebut syirkah ‘amal. Jenis syirkah ini tidak mensyaratkan
kesamaan profesi sehingga memungkinkan kerja sama antara pihak yang
menyumbang kerja pikirannya dan satu pihak lagi kerja fisiknya.
3. Syirkah Wujuh adalah kerja sama yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih karena
didasarkan pada kedudukan, ketokohan, reputasi baik, atau keahlian (wujuh)
seseorang dalam berbisnis. Pihak-pihak yang terlibat sama-sama memberikan
kontribusi kerja (amal) dengan pihak ketiga yang memberikan kontribusi modal
(mal). Keuntungan yang diperoleh dalam bisnis dengan kerja sama syirkah wujuh ini
dibagikan sesuai dengan kesepakatan yang proposional pihak-pihak yang terlibat.
Tanggung jawab terhadap liabilitas atau hutang, jika terjadi kerugian, ditetapkan

9
berdasarkan atas proporsi komoditas yang diperoleh dari kredit antara pihak-pihak
yang terlibat.
4. Syirkah Mufawadah adalah bentuk kerja sama bisnis dimana tiap pihak (syarik) yang
terlibat kontrak sepakat untuk mengeluarkan modal yang sama dengan ketentuan
keuntungan dan kerugian juga dibagi sama. Mereka juga menanggung kafalah dan
wakalah secara sama-sama.
5. Syirkah al-Mudharabah Yaitu kontrak dalam kerja sama bisnis antara kapital pada
satu sisi dan usaha personal/pekerja pada sisi lain. Bentuk kerja sama semacam ini
mengharuskan profit sharing yang jelas harus disetujui pada saat pertama kali
melakukan kesepakatan. Pada saat bisnis mengalami kerugian, maka harus
ditanggung oleh pemilik modal, sedangkan para pekerja dan pelaksana hanya
menderita kerugian kerja dan waktunya. Para pekerja tidak boleh dibebani dengan
kerugian yang diderita dalam bisnis tersebut.

F. Rukun dan syarat-syarat syirkah

Rukun syirkah terdiri dari tiga yang harus ada dalam akad, yaitu seperti berikut:

1. Terdapat minimal dua belah pihak yang berakad (aqidani). Syarat orang yang melakukan
akad syirkah adalah harus memiliki kecakapan (ahliyah) dalam melakukan tasarruf
(pengelolaan harta)
2. Objek akad atau juga disebut sebagai ma’qud ‘alaihi, yang mencakup pekerjaan atau
modal. adapun syarat pekerjaan atau modal yang dikelola dalam syirkah harus halal dan
bisnis yang dijalankan diperbolehkan dalam agama, serta pengelolaannya dapat diwakil
kan.
3. Akad atau sigat. adapun syarat sah akad harus berupa tasarruf, yaitu adanya aktivitas
pengelolaan yang dilakukan oleh para syarik.
Syarat Syirkah terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Syarat lafadz, Kalimat akad hendaklah mengandung arti izin untuk menjalankan barang
perserikatan. Misalnya, salah satu pihak diantara keduanya berkata: “kita berserikat

10
untuk barang yang ini, dan saya izinkan kau menjalankannya dengan jalan jual beli dan
lain-lain” jawab pihak lainnya, “ saya seperti yang engkau katakan tersebut”.
2. Syarat untuk menjadi anggota perserikatan adalah: Berakal, Baligh dan Merdeka.
3. Syarat dari modal perkongsian:
 Modal hendaknya berupa uang ( emas atau perak) ataupun barang yang dapat
ditimbang atau ditakar. Contohnya: beras, gula dll.
 Kedua barang itu hendaknya dicampurkan sebelum akad sehingga kedua barang
tidak bisa dibedakan lagi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau
berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan
usaha. Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama

11
kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut

Syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam bidang usaha atau modal yang
masing-masing dari harta yang melakukan syirkah tersebut berbaur menjadi satu tanpa ada
perbedaan satu dengan yang lainnya yang keuntungan dan kerugiannya di tanggung bersama
sesuai kesepakatan yang telah di laksanakan. Mengenai landasan hukum tentang syirkah ini
terdapat dalam al-qur’an, sunnah dan ijma.

B. Saran

Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami memerlukan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Semoga apa yang kami tulis dapat menambah pengetahuan
dan memberi manfaat, khususnya untuk kami dan umumnya untuk para pembaca.

DAFTAR RUJUKAN

https://www.academia.edu/36911817/Makalah_Fiqih_Muamalah_2_Musyarakah_DAN_Mudh
arabah

https://123dok.com/document/yn49690z-makalah-fiqih-muamalah-akad-kerjasama.html

http://makalah-makalah-makalah.blogspot.com/2014/03/makalah-mudharabah.html?m=1

http://aikper-media.blogspot.com/2017/01/makalah-mudharabah.html?m=1

http://adhybajang.blogspot.com/2015/03/makalah-tentang-syirkah_21.html?m=1

https://dosenpintar.com/pengertian-syirkah/

12

Anda mungkin juga menyukai