Pembimbing:
dr. Stivina Azrial, Sp. THT-KL
Disusun oleh:
Thya fitriani (NIM: 112019017 )
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang
atau hilang, sehingga terdengar suara sengau (rhinolalia). Terdapat 2
jenis rhinolalia yaitu rhinolalia aperta yang terjadi akibat kelumpuhan
anatomis atau kerusakan tulang di hidung dan mulut. Yang paling sering
terjadi karena stroke, dan rhinolalia oklusa yang terjadi akibat sumbatan
benda cair (ketika pilek) atau padat (polip, tumor, benda asing) yang
menyumbat.
Fisiologi Hidung
• Refleks Nasal
Kelainan KongenitalTelengiektasis
hemoragik herediter
• Perforasi septum
Sebab-sebab lain• Pengeluaran krusta
berulang
•• Daerah yang tinggi
Faktor Lingkungan • Tekanan udarayang
Spina septum
tajam
rendah
• Lingkungan udaranya
• Hipertensi
• Trombositope • Kelainan
nia pembuluh
• Leukimia darah
SISTEM
• Hemofilia
Kelainan
Darah
Penyakit
Kardiovaskular • Sirosis
• Obat-obatan hepatis
IK • DM
• Dengue fever
• Wanita hamil
• Morbili
• Demam tifoid Infeksi Gangguan • Menarke
• menopause
13
◎ Durasi
◎ Arah aliran darah
17
• Perdarahan sebelumnya
• Gangguan perdarahan
18
19
o Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI
• Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI
penting mengenali neoplasma atau
infeksi
o Endoskopi hidung untuk melihat atau
Pemeriksaan menyingkirkan kemungkinan penyakit
lainnya
Penunjang o Skrining terhadap koagulopati
• Tes-tes yang tepat termasuk waktu
protrombin serum, waktu
tromboplastin parsial, jumlah platelet
dan waktu perdarahan.
Laboratorium
Pemeriksaan • Darah lengkap
Penunjang • Pembekuan darah
Rontgen Sinus
• Neoplasma 21
• Infeksi
CT Scan
• Curiga massa
Endoskopi hidung
PENATALAKSANAAN ◎ Memperbaiki keadaan umum
◎ Mencari sumber perdarahan
◎ Menghentikan perdarahan
◎ Mencari faktor penyebab untuk mencegah
berulangnya perdarahan
22
Algoritma penanganan
Epistaksis
PENATALAKSANAAN Keadaan • Nadi
• Pernafasan
Umum • Tekanan Darah
• Misal:
Kelainan pasang 24
infus
Sumbatan
• Dibersihkan
Jalan • Suction
Nafas
PENATALAKSANAAN
A B C
Airway Breathing Circulation
25
26
Perdarahan Posterior
Menjepit Hidung Bagian Depan
MENGHENTIKAN • Menekan hidung dari luar selama 10-15 menit
PERDARAHAN
ANTERIOR
Kaustik dengan AgNO3
• Pada sumber perdarahan 27
• Sesudahnya diberikan krim antibiotik
Tampon Anterior
• Kapas atau kassa diberikan pelumas vaselin atau salep
antibiotik
• 2-4 buah, dipertahankan selama 2x24 jam
Lakukan Resusistasi dan kontrol
• Hemodinamik pendarahan
• Syok Conditon • Pastikan posisi pasien dalam
keadaan duduk ≠ berbaring
“Warning
Sign” • Pastikan jangan ada darah yang
tertelan dan terhisap sehingga
• Lakukan Resusistasi masuk ke Pharynx
dan kontrol • Kontrol pendarahan dengan
penekanan kartilago/cuping hidung
pendarahan ± 5-10 menit
• Lakukan pemasangan Tampon
Anterior pada pembuluh darah
septal
• Kompres air dingin untuk
memperlambat perdarahan
Dengan Memperhatikan Tanda Hemodinamic,
Jika Pendarahan (+) aktif
Tampon Posterior
1. Topical Agent:
➢ Vasokonstrictor → Epineprin 1:200.000 atau Cocain Topical solution 2% atau
5%
➢ Local Anastetic → Topical Lidocaine 5% + 0,5 % Phenylephrine
➢ Topical As.Tranexamat
Non Surgical 2. Cautery → jika dengan presure digital & Topical Agent → Gagal
➢ Chemical Cauteny Perak Nitrat 75% dengan stik yang diaplikasikan ditempat
Management
pendaharan berdurasi 5-10 detik. Tindakan dapat dilakukan rentang waktu
4-6 minggu.
➢ Dengan risiko terjadi septal cartilago perforasi
➢ Couterisasi bipolar listrik → Dept.THT → dengan penggunaan anestesi
3. Nasal pack: Anterior pack dan Posterior pack
4. Traditional Nasopharyngeal Pack
5. Warm Water Irrigation
KOMPLIKASI
• Akibat pemasangan tampon anterior dapat timbul sinusitis (karena ostium
sinus tersumbat)
• Air mata yang berdarah (bloody tears) karena darah mengalir secara
retrograd melalui duktus nasolakrimalis dan septikemia.
• Akibat pemasangan tampon posterior dapat timbul otitis media,
haemotympanum, serta laserasi palatum mole dan sudut bibit bila benang
yang dikeluarkan melalui mulut terlalu kencang ditarik.
• Sebagai akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan anemia.
• Tekanan darah yang turun mendadak dapat menimbulkan iskemia otak,
insufisiensi koroner dan infark miokard dan akhirnya kematian.
a. Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam, yang keduanya dapat dibeli,
pada kedua lubang hidung dua sampai tiga kali sehari. Untuk membuat tetes larutan
ini dapat mencampur 1 sendok teh garam ke dalam secangkir gelas, didihkan
selama 20 menit lalu biarkan sampai hangat kuku.
b. Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.
c. Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton bud. Jangan
masukkan cotton bud melebihi 0,5 – 0,6 cm ke dalam hidung.
d. Hindari meniup melalui hidung terlalu keras.
PENCEGAHAN e. Bersin melalui mulut.
f. Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari.
g. Batasi penggunaan obat – obatan yang dapat meningkatkan perdarahan seperti
aspirin atau ibuprofen.
h. Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani dengan obat alergi biasa.
i. Berhentilah merokok. Merokok menyebabkan hidung menjadi kering dan
menyebabkan iritasi.
Sembilan puluh persen kasus
epistaksis anterior dapat berhenti sendiri. Pada
PROGNOSIS pasien hipertensi dengan/tanpa
arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat,
sering kambuh dan prognosisnya buruk
KESIMPULAN
• Epistaksis (perdarahan dari hidung) adalah suatu gejala dan bukan suatu penyakit, yang
disebabkan oleh adanya suatu kondisi kelainan atau keadaan tertentu
• Epistaksis disebabkan oleh banyak hal, namun dibagi dalam dua kelompok besar yaitu lokal
dan sistemik.
• Epistaksis dibedakan menjadi dua berdasarkan lokasinya yaitu epistaksis anterior dan
epistaksis posterior.
• Prinsip penanganan epistaksis adalah menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan
mencegah berulangnya epistaksis.
• Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memeriksa pasien dengan epistaksis antara lain
dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan tekanan darah, foto rontgen sinus atau
dengan CT-Scan atau MRI, endoskopi, skrining koagulopati dan mencari tahu riwayat
penyakit pasien.
• Epistaksis dapat dicegah dengan antara lain tidak memasukkan benda keras ke dalam hidung
seperti jari, tidak meniup melalui hidung dengan keras, bersin melalui mulut, menghindari
obat-obatan yang dapat meningkatkan perdarahan, dan terutam berhenti merokok
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. M Jenis Kelamin : Perempuan
• Umur : 49 tahun Agama : Islam
• Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMP
• Alamat : Jl. Arjuna RT 2 RW 2 Status menikah : Sudah Menikah
ANAMNESA
• Diambil secara : Autoanamnesis
• Pada tanggal : 4 November 2021 Jam: 10.30 WIB
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
• Keluar darah dari lubang hidung sebelah kanan
Keluhan Tambahan:
• Hidung kiri mampet, bersin-bersin, pusing setelah
mimisan
ANAMNESIS
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke POLI THT mengeluhkan keluar darah dari lubang hidung sebelah
kanan pada 3 hari yang lalu berwarna merah segar dan kental sebanyak 2 tissue. OS
juga mengeluhkan pusing saat darah keluar dari hidungnya, dan badannya sedikit lemas.
keluhan seperti ini sudah dirasakan sejak 4 tahun yang lalu dan baru saat ini terjadi lagi.
Diawali dengan pilek pada 1 minggu yang lalu, kemudian pasien bersin-bersin dan
pasien suka mengorek hidung. Awalnya darah keluar dari hidung kanan saja tetapi
kemudian dari hidung kiri juga keluar darah tapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Leher
pasien sering merasa gatal sehingga pasien seringkali sengaja membatukannya dan
akhirnya terjadi mimisan lagi. Darah yang keluar tidak menentu waktunya, terkadang
saat pasien lelah bekerja, duduk santai dan beristirahat ataupun setelah bangun tidur.
Darah dikatakan keluar hanya melalui hidung saja, tidak terasa ada darah yang tertelan
ditenggorokan. Pasien mengatakan tidak ada demam. Penurunan berat badan disangkal.
Riwayat trauma sebelumnya disangkal oleh pasien. Tidak ada riwayat penggunaan obat
sebelumnya. Nyeri pada daerah hidung dan wajah disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mimisan sebelumnya (+), riwayat hipertensi (-), riwayat
penyakit jantung (-), diabetes mellitus (-), sakit ginjal (-).
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36˚C
Kepala : normocephali, warna rambut hitam, tidak mudah dicabut, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB dan tidak tampak adanya lesi maupun benjolan.
Status Lokalis THT (Telinga, Hidung dan Tenggorok)
Telinga
Pemeriksaan dengan penala
Kanan Kiri
Rinne Positif Positif
Weber Lateralisasi ke dextra
Swabach Memanjang Sesuai dengan pemeriksa
Penala yang dipakai 512 Hz
Kesan : tuli konduktif pada telinga pada frekuensi 512 Hz
Hidung
Dextra Sinistra
Bentuk Deformitas (-) Saddle nose (-) Deformitas (-) Saddle nose (-)
Tanda peradangan Hiperemis (-), Odem (-), nyeri (-) Hiperemis (-), Odem (-), nyeri (-)
Daerah sinus frontalis dan maxillaris Hiperemis (-), Odem (-), nyeri (-) Hiperemis (-), Odem (-), nyeri (-)
Vestibulum Laserasi (-), massa (-), furunkel (-), sekret (-) Laserasi (-), massa (-), furunkel (-), sekret (-)
Konka inferior Edema (-), hiperemis (-), livide (+) Edema (-), hiperemis (-), livide (+)
Septum nasi Deviasi (-), hematoma (-), abses (-) , laserasi (+) Deviasi (-), hematoma (- ), abses (-), laserasi (-)
Tenggorokan :
• Mukosa : Hiperemis (-/-), Granul (-/-)
• Uvula : Deviasi (-/-)
• Tonsil : T1 – T1, Hiperemis (-), kripta melebar (-/-), detritus
(-/-)
Resume
Pasien datang ke POLI THT mengeluhkan epistaksis dari hidung sebelah kanan pada 3 hari
yang lalu berwarna merah segar dan kental sebanyak 2 tissue. OS juga mengeluhkan pusing
saat darah keluar dari hidungnya, dan badannya sedikit lemas. Keluhan seperti ini sudah
dirasakan sejak 4 tahun yang lalu dan baru saat ini terjadi lagi. Diawali dengan pilek pada 1
minggu yang lalu, kemudian pasien bersin-bersin dan pasien suka mengorek hidung.
Riwayat demam disangkal. Leher pasien sering merasa gatal sehingga pasien seringkali
sengaja membatukannya dan akhirnya terjadi mimisan lagi. Darah keluar di tenggorok (-)
Riwayat trauma sebelumnya disangkal oleh pasien. Tidak ada riwayat penggunaan obat
sebelumnya. Tidak ada penurunan berat badan. Riwayat HT, DM (-) Mimisan sudah sering
berulang. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan perdarahan aktif, mukosa cavum nasi
tampak hiperemis, tampak laserasi pada septum kanan. Nyeri pada sekitar hidung dan wajah
(-), benjolan (-)
Diagnosis
Kerja
Pasca Epistaksis Anterior
pada hidung kanan et
causa Infeksi (Rhinitis)
PENATALAKSANAAN ◎ Memperbaiki keadaan umum
◎ Mencari sumber perdarahan
◎ Menghentikan perdarahan
◎ Mencari faktor penyebab untuk mencegah
berulangnya perdarahan
48
Medika Mentosa
• Antihistamin (Cetirizine, Loratadine)
1x 10mg
• Oxymetazoline
2x 1
• Antibiotik salep (Gentamicyn)
3x1
PROGNOSIS