Anda di halaman 1dari 51

PASCA EPISTAKSIS

Pembimbing:
dr. Stivina Azrial, Sp. THT-KL

Disusun oleh:
Thya fitriani (NIM: 112019017 )

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN
PERIODE 18 OKTOBER-20 NOVEMBER 2021
Hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh
terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.

Pada rongga bagian depan, tepatnya pada sekat yang


membagi rongga hidung kita menjadi dua, terdapat anyaman
pembuluh darah yang disebut pleksus Kiesselbach.

Pada rongga bagian belakang juga terdapat banyak cabang-


cabang dari pembuluh darah yang cukup besar, antara lain dari
PENDAHULUAN arteri sphenopalatina.

Epistaksis merupakan perdarahan spontan yang berasal dari


dalam hidung. Epistaksis dapat terjadi pada segala umur,
dengan puncaknya terjadi pada anak-anak dan orang tua.

Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu


kelainan yang hampir 90% dapat berhenti sendiri dan bersifat
self-limiting.
ANATOMI HIDUNG
• Hidung terdiri atas hidung bagian luar dan hidung bagian dalam
• Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari
atas ke bawah :
1) pangkal hidung (bridge)
2) batang hidung (dorsum nasi)
3) puncak hidung (hip)
4) ala nasi
5) kolumela
6) lubang hidung (nares anterior).
• Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang
berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.
• Hidung dalam terdiri dari :
- Septum nasi
- Kavum Nasi
- Meatus Superior
- Meatus Media
- Nares
Vaskularisasi
Hidung
Fisiologi Hidung
• Fungsi Respirasi

Udara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir.


Suhu udara yang melalui hidung diatur sehingga berkisar 370C. Fungsi
pengatur suhu ini dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah di
bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas.
Partikel debu, virus, bakteri, dan jamur yang terhirup bersama udara
akan disaring di hidung oleh: rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi,
silia, palut lendir. Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan
partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan reflex bersin
Fisiologi Hidung
• Fungsi Penghidu

Hidung bekerja sebagai indera penghidu dan pencecap dengan adanya


mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan
sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini
dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik napas dengan
kuat. Fungsi hidung untuk membantu indera pencecap adalah untuk
membedakan rasa manis yang berasal dari berbagai macam bahan
Fisiologi Hidung
• Fungsi Fonetik

Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang
atau hilang, sehingga terdengar suara sengau (rhinolalia). Terdapat 2
jenis rhinolalia yaitu rhinolalia aperta yang terjadi akibat kelumpuhan
anatomis atau kerusakan tulang di hidung dan mulut. Yang paling sering
terjadi karena stroke, dan rhinolalia oklusa yang terjadi akibat sumbatan
benda cair (ketika pilek) atau padat (polip, tumor, benda asing) yang
menyumbat.
Fisiologi Hidung
• Refleks Nasal

Mukosa hidung merupakan reseptor reflex yang berhubungan dengan


saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan. Iritasi mukosa hidung
akan menyebabkan reflex bersin dan napas berhenti. Rangsang bau
tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung, dan pankreas
EPISTAKSIS
Epistaksis adalah keluarnya darah dari 10
hidung yang merupakan gejala atau
manifestasi penyakit lain, penyebabnya
bisa lokal atau sistemik.
Etiologi
• Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya pembuluh darah di dalam selaput mukosa hidung. Delapan puluh
persen perdarahan berasal dari pembuluh darah Pleksus Kiesselbach (area Little).
• Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lokal dan umum atau kelainan sistemik
1. Lokal 2. Sistemik
- Trauma - Kelainan Darah
- Infeksi - Penyakit Kardiovaskuler
- Neoplasma - Sirosis Hepatis
- Kelainan Kongenital - Diabetes Mellitus
- Deviasi Septum - Infeksi akut
- Pengaruh Lingkungan - Gangguan Hormonal
- - Alkoholisme
• Trauma ringan
Trauma • Trauma berat
LOKAL • Rhinitis
Infeksi • Sinusitis
• Hemangioma
Neoplasma • Karsinoma
• Angiofibroma 12

Kelainan KongenitalTelengiektasis
hemoragik herediter
• Perforasi septum
Sebab-sebab lain• Pengeluaran krusta
berulang
•• Daerah yang tinggi
Faktor Lingkungan • Tekanan udarayang
Spina septum
tajam
rendah
• Lingkungan udaranya
• Hipertensi
• Trombositope • Kelainan
nia pembuluh
• Leukimia darah
SISTEM
• Hemofilia
Kelainan
Darah
Penyakit
Kardiovaskular • Sirosis
• Obat-obatan hepatis
IK • DM
• Dengue fever
• Wanita hamil
• Morbili
• Demam tifoid Infeksi Gangguan • Menarke
• menopause
13

• Influenza Sistemik Endokrin


• Mengurangi
Caisson disease agregasi
Perubahan trombosit
(pada penyelam)
Tekanan Alkohol • Memperpanja
Atmosfir ng waktu
perdarahan
• Perubahan
hemodinamik
Patofisiologi
• Menentukan sumber perdarahan amat
penting, meskipun kadang-kadang sukar
ditanggulangi. Pada umumnya terdapat dua
sumber perdarahan, yaitu dari bagian
anterior dan posterior

- Epistaksis anterior dapat berasal dari


Pleksus Kiesselbach, merupakan sumber
perdarahan paling sering dijumpai pada
anak-anak. Dapat juga berasal dari arteri
ethmoid anterior. Perdarahan dapat berhenti
sendiri (spontan) dan dapat dikendalikan
dengan tindakan sederhana
- Epistaksis posterior, berasal dari
arteri sphenopalatina dan arteri
ethmoid posterior. Perdarahan
cenderung lebih berat dan jarang
berhenti sendiri, sehingga dapat
menyebabkan anemia, hipovolemi
dan syok. Sering ditemukan pada
pasien dengan penyakit
kardiovaskular
DIAGNOSIS

ANAMNESIS PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN


FISIK PENUNJANG 16
◎ Tingkat keparahan
Frekuensi
ANAMNESIS ◎

◎ Durasi
◎ Arah aliran darah

17

• Perdarahan sebelumnya
• Gangguan perdarahan

Riwayat • Trauma terutama pada


hidung
• Penyakit sistemik
• Konsumsi obat atau alkohol
Letak Asal Perdarahan Pemeriksaan
PEMERIKSAAN ◎ Pencahayaan yang cukup,
◎ Alat hisap (suction) yang
FISIK memadai
◎ Obat topikal yang diperlukan

18

Pemberian vasokonstriktor dan


analgesik
PEMERIKSAAN
FISIK Rinoskopi Anterior Rinoskopi Posterior

19
o Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI
• Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI
penting mengenali neoplasma atau
infeksi
o Endoskopi hidung untuk melihat atau
Pemeriksaan menyingkirkan kemungkinan penyakit
lainnya
Penunjang o Skrining terhadap koagulopati
• Tes-tes yang tepat termasuk waktu
protrombin serum, waktu
tromboplastin parsial, jumlah platelet
dan waktu perdarahan.
Laboratorium
Pemeriksaan • Darah lengkap
Penunjang • Pembekuan darah
Rontgen Sinus
• Neoplasma 21

• Infeksi
CT Scan
• Curiga massa

Endoskopi hidung
PENATALAKSANAAN ◎ Memperbaiki keadaan umum
◎ Mencari sumber perdarahan
◎ Menghentikan perdarahan
◎ Mencari faktor penyebab untuk mencegah
berulangnya perdarahan
22
Algoritma penanganan
Epistaksis
PENATALAKSANAAN Keadaan • Nadi
• Pernafasan
Umum • Tekanan Darah

• Misal:
Kelainan pasang 24

infus

Sumbatan
• Dibersihkan
Jalan • Suction
Nafas
PENATALAKSANAAN

A B C
Airway Breathing Circulation
25

Pastikan jalan Pastikan Pastikan


nafas bebas proses sirkulasi darah
bernapas dapat tidak terganggu
Posisikan berlangsung
duduk Pasang jalur
menunduk Batukkan atau infus apabila
keluarkan ada gangguan
MENGHENTIKAN
PERDARAHAN Perdarahan Anterior

26

Perdarahan Posterior
Menjepit Hidung Bagian Depan
MENGHENTIKAN • Menekan hidung dari luar selama 10-15 menit
PERDARAHAN
ANTERIOR
Kaustik dengan AgNO3
• Pada sumber perdarahan 27
• Sesudahnya diberikan krim antibiotik

Tampon Anterior
• Kapas atau kassa diberikan pelumas vaselin atau salep
antibiotik
• 2-4 buah, dipertahankan selama 2x24 jam
Lakukan Resusistasi dan kontrol
• Hemodinamik pendarahan
• Syok Conditon • Pastikan posisi pasien dalam
keadaan duduk ≠ berbaring
“Warning
Sign” • Pastikan jangan ada darah yang
tertelan dan terhisap sehingga
• Lakukan Resusistasi masuk ke Pharynx
dan kontrol • Kontrol pendarahan dengan
penekanan kartilago/cuping hidung
pendarahan ± 5-10 menit
• Lakukan pemasangan Tampon
Anterior pada pembuluh darah
septal
• Kompres air dingin untuk
memperlambat perdarahan
Dengan Memperhatikan Tanda Hemodinamic,
Jika Pendarahan (+) aktif

• Rehidrasi Cairan: Kristaloid NS 0,9 %.


• Transfusi darah → dapat dipertimbangkan
• Dapat dilakukan Local Anastesi dengan vasokonstriktor yang diaplikasikan di
bagian Nasal mucosa atau Little’s Area, dengan menggunakan cotton but
atau nasal spray
• Perhatikan nasal anterior dengan alat Thudicum’s speculum dengan 1 jari
dan 1 jari lagi mengevaluasi pendarahan.
• Evaluasi daerah septum dan Little’s Area → perdarahan (+) atau (-)
• Non Surgical Management
• Topical Agent
• Cautery
• Nasal Pack → Anterior packing,
Posterior packing
• Traditional Nasopharyngeal Pack
• Warm water irrigation
Tampon Anterior

Tampon Posterior
1. Topical Agent:
➢ Vasokonstrictor → Epineprin 1:200.000 atau Cocain Topical solution 2% atau
5%
➢ Local Anastetic → Topical Lidocaine 5% + 0,5 % Phenylephrine
➢ Topical As.Tranexamat

Non Surgical 2. Cautery → jika dengan presure digital & Topical Agent → Gagal
➢ Chemical Cauteny Perak Nitrat 75% dengan stik yang diaplikasikan ditempat

Management
pendaharan berdurasi 5-10 detik. Tindakan dapat dilakukan rentang waktu
4-6 minggu.
➢ Dengan risiko terjadi septal cartilago perforasi
➢ Couterisasi bipolar listrik → Dept.THT → dengan penggunaan anestesi
3. Nasal pack: Anterior pack dan Posterior pack
4. Traditional Nasopharyngeal Pack
5. Warm Water Irrigation
KOMPLIKASI
• Akibat pemasangan tampon anterior dapat timbul sinusitis (karena ostium
sinus tersumbat)
• Air mata yang berdarah (bloody tears) karena darah mengalir secara
retrograd melalui duktus nasolakrimalis dan septikemia.
• Akibat pemasangan tampon posterior dapat timbul otitis media,
haemotympanum, serta laserasi palatum mole dan sudut bibit bila benang
yang dikeluarkan melalui mulut terlalu kencang ditarik.
• Sebagai akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan anemia.
• Tekanan darah yang turun mendadak dapat menimbulkan iskemia otak,
insufisiensi koroner dan infark miokard dan akhirnya kematian.
a. Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam, yang keduanya dapat dibeli,
pada kedua lubang hidung dua sampai tiga kali sehari. Untuk membuat tetes larutan
ini dapat mencampur 1 sendok teh garam ke dalam secangkir gelas, didihkan
selama 20 menit lalu biarkan sampai hangat kuku.
b. Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.
c. Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton bud. Jangan
masukkan cotton bud melebihi 0,5 – 0,6 cm ke dalam hidung.
d. Hindari meniup melalui hidung terlalu keras.
PENCEGAHAN e. Bersin melalui mulut.
f. Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari.
g. Batasi penggunaan obat – obatan yang dapat meningkatkan perdarahan seperti
aspirin atau ibuprofen.
h. Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani dengan obat alergi biasa.
i. Berhentilah merokok. Merokok menyebabkan hidung menjadi kering dan
menyebabkan iritasi.
Sembilan puluh persen kasus
epistaksis anterior dapat berhenti sendiri. Pada
PROGNOSIS pasien hipertensi dengan/tanpa
arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat,
sering kambuh dan prognosisnya buruk
KESIMPULAN
• Epistaksis (perdarahan dari hidung) adalah suatu gejala dan bukan suatu penyakit, yang
disebabkan oleh adanya suatu kondisi kelainan atau keadaan tertentu
• Epistaksis disebabkan oleh banyak hal, namun dibagi dalam dua kelompok besar yaitu lokal
dan sistemik.
• Epistaksis dibedakan menjadi dua berdasarkan lokasinya yaitu epistaksis anterior dan
epistaksis posterior.
• Prinsip penanganan epistaksis adalah menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan
mencegah berulangnya epistaksis.
• Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memeriksa pasien dengan epistaksis antara lain
dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan tekanan darah, foto rontgen sinus atau
dengan CT-Scan atau MRI, endoskopi, skrining koagulopati dan mencari tahu riwayat
penyakit pasien.
• Epistaksis dapat dicegah dengan antara lain tidak memasukkan benda keras ke dalam hidung
seperti jari, tidak meniup melalui hidung dengan keras, bersin melalui mulut, menghindari
obat-obatan yang dapat meningkatkan perdarahan, dan terutam berhenti merokok
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. M Jenis Kelamin : Perempuan
• Umur : 49 tahun Agama : Islam
• Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMP
• Alamat : Jl. Arjuna RT 2 RW 2 Status menikah : Sudah Menikah

ANAMNESA
• Diambil secara : Autoanamnesis
• Pada tanggal : 4 November 2021 Jam: 10.30 WIB
ANAMNESIS

Keluhan Utama:
• Keluar darah dari lubang hidung sebelah kanan

Keluhan Tambahan:
• Hidung kiri mampet, bersin-bersin, pusing setelah
mimisan
ANAMNESIS
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke POLI THT mengeluhkan keluar darah dari lubang hidung sebelah
kanan pada 3 hari yang lalu berwarna merah segar dan kental sebanyak 2 tissue. OS
juga mengeluhkan pusing saat darah keluar dari hidungnya, dan badannya sedikit lemas.
keluhan seperti ini sudah dirasakan sejak 4 tahun yang lalu dan baru saat ini terjadi lagi.
Diawali dengan pilek pada 1 minggu yang lalu, kemudian pasien bersin-bersin dan
pasien suka mengorek hidung. Awalnya darah keluar dari hidung kanan saja tetapi
kemudian dari hidung kiri juga keluar darah tapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Leher
pasien sering merasa gatal sehingga pasien seringkali sengaja membatukannya dan
akhirnya terjadi mimisan lagi. Darah yang keluar tidak menentu waktunya, terkadang
saat pasien lelah bekerja, duduk santai dan beristirahat ataupun setelah bangun tidur.
Darah dikatakan keluar hanya melalui hidung saja, tidak terasa ada darah yang tertelan
ditenggorokan. Pasien mengatakan tidak ada demam. Penurunan berat badan disangkal.
Riwayat trauma sebelumnya disangkal oleh pasien. Tidak ada riwayat penggunaan obat
sebelumnya. Nyeri pada daerah hidung dan wajah disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mimisan sebelumnya (+), riwayat hipertensi (-), riwayat
penyakit jantung (-), diabetes mellitus (-), sakit ginjal (-).

Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada.

Riwayat Pengobatan : Setiap perdarahan keluar biasanya pasien


membersihkan darahnya dengan tissue saja.
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 153/80 MmHg

Nadi : 90x/menit

Suhu : 36˚C

Frekuensi Pernapasan: 20x/menit

Kepala : normocephali, warna rambut hitam, tidak mudah dicabut, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB dan tidak tampak adanya lesi maupun benjolan.
Status Lokalis THT (Telinga, Hidung dan Tenggorok)
Telinga
Pemeriksaan dengan penala
Kanan Kiri
Rinne Positif Positif
Weber Lateralisasi ke dextra
Swabach Memanjang Sesuai dengan pemeriksa
Penala yang dipakai 512 Hz
Kesan : tuli konduktif pada telinga pada frekuensi 512 Hz
Hidung

Dextra Sinistra

Bentuk Deformitas (-) Saddle nose (-) Deformitas (-) Saddle nose (-)

Tanda peradangan Hiperemis (-), Odem (-), nyeri (-) Hiperemis (-), Odem (-), nyeri (-)

Daerah sinus frontalis dan maxillaris Hiperemis (-), Odem (-), nyeri (-) Hiperemis (-), Odem (-), nyeri (-)

Vestibulum Laserasi (-), massa (-), furunkel (-), sekret (-) Laserasi (-), massa (-), furunkel (-), sekret (-)

Cavum Nasi Mukosa Hiperemis Normal, mukosa pucat

Konka inferior Edema (-), hiperemis (-), livide (+) Edema (-), hiperemis (-), livide (+)

Meatus nasi inferior Terbuka, sekret (-) Terbuka, sekret (-)

Konka Medius Tidak terlihat Tidak terlihat

Meatus nasi medius Tidak terlihat Tidak terlihat

Septum nasi Deviasi (-), hematoma (-), abses (-) , laserasi (+) Deviasi (-), hematoma (- ), abses (-), laserasi (-)
Tenggorokan :
• Mukosa : Hiperemis (-/-), Granul (-/-)
• Uvula : Deviasi (-/-)
• Tonsil : T1 – T1, Hiperemis (-), kripta melebar (-/-), detritus
(-/-)
Resume
Pasien datang ke POLI THT mengeluhkan epistaksis dari hidung sebelah kanan pada 3 hari
yang lalu berwarna merah segar dan kental sebanyak 2 tissue. OS juga mengeluhkan pusing
saat darah keluar dari hidungnya, dan badannya sedikit lemas. Keluhan seperti ini sudah
dirasakan sejak 4 tahun yang lalu dan baru saat ini terjadi lagi. Diawali dengan pilek pada 1
minggu yang lalu, kemudian pasien bersin-bersin dan pasien suka mengorek hidung.
Riwayat demam disangkal. Leher pasien sering merasa gatal sehingga pasien seringkali
sengaja membatukannya dan akhirnya terjadi mimisan lagi. Darah keluar di tenggorok (-)
Riwayat trauma sebelumnya disangkal oleh pasien. Tidak ada riwayat penggunaan obat
sebelumnya. Tidak ada penurunan berat badan. Riwayat HT, DM (-) Mimisan sudah sering
berulang. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan perdarahan aktif, mukosa cavum nasi
tampak hiperemis, tampak laserasi pada septum kanan. Nyeri pada sekitar hidung dan wajah
(-), benjolan (-)
Diagnosis
Kerja
Pasca Epistaksis Anterior
pada hidung kanan et
causa Infeksi (Rhinitis)
PENATALAKSANAAN ◎ Memperbaiki keadaan umum
◎ Mencari sumber perdarahan
◎ Menghentikan perdarahan
◎ Mencari faktor penyebab untuk mencegah
berulangnya perdarahan
48
Medika Mentosa
• Antihistamin (Cetirizine, Loratadine)
1x 10mg
• Oxymetazoline
2x 1
• Antibiotik salep (Gentamicyn)
3x1
PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad function : dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai