Disusun Oleh:
Eka Puspita
11194692110098
Mengetahui,
2. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari
ginjal sendiri dan di luar ginjal.
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis
2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis
3) Batu ginjal: nefrolitiasis
4) Kista di ginjal: polycstis kidney
5) Trauma langsung pada ginjal
6) Keganasan pada ginjal
7) Sumbatan: batu, tumor
3. Patofisiologi
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara
bertahap fungsi dari nefron. Faktor penyebab CKD yaitu zat toksik,
vaskuler, infeksi dan obstruksi saluran kemih.
Zat toksik dapat mempengaruhi reaksi antigen antibodi, vascular
dapat menyebabkan aterosklerosis (menumpuknya lemak dalam
dinding arteri) sehingga dapat menyebabkan suplai darah ginjal turun,
infeksi dapat menyebabkan tertimbunnya ginjal, obstruksi saluran
kemih dapat menyebabkan retensi urin (kesulitan mengosongkan
kandung kemih). Penyebab tersebut dapat menimbulkan GFR (laju
filtrasi glomelurus) menurun sehingga menyebabkan gagal ginjal kronik
(GGK).
Gagal ginjal kronik terbagi menjadi 3 stadium yaitu:
1. Stadium I (proses penurunan ginjal, selama stadium ini kreatinin
serum dan kadar BUN ( blood urea ) nitrogen normal
2. Stadium II insufiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan yang
berfungsi telah rusak
3. Stadium III stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90%
dari masa nefron (bagiaan penting ginjal yang bertugas
menyaring darah kemudian mengambil nutrisinya dan
membuang zat sisa hasil metabolism) telah hancur.
Dari ketiga stadium dapat menyebabkan sekresi protein
terganggu sindrome uremia (ubnormal kadar produk limbah
dalam darah) dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
asam basa dapat membuat produksi asam lambung meningkat
dan terjadi iritasi lambungdapat menyebabkan infeksi sehingga
terjadi gastritis sehingga muncul mual muntah maka masalah
keperawatan (defisit nutrisi), iritasi lambung juga dapat
menyebabkan pendarahan sehingga terjadi hematemesai
melena atau pendarahan saluran cerna maka masalah
keperawatan (keletihan). sindrome uremia juga menyebabkan
urukrom tertimbun di kulit (sisa produk urin berwarna kuning
yang menyebabkan perubahan warna kulit maka masalah
keperawatan (gangguan cita tubuh) sindrome uremia juga
menyebabkan perpospatemia atau dampak dari sindrom uremia
yang menyebabkan pruritis atau sensasi yang tidak nyaman
yang menyebabkan ingin menggaruk anggota tubuh maka
masalah keperawatan (gangguan integritas kulit/jaringan)
Dari 3 stadium dapat mengakibatkan retensi natrium atau
peningkatan tekanan yang diberikan oleh aliran darah terhadap
dinding pembuluh darah yang menyebabkan total cairan
intraseluler meningkat sehingga tekanan kapiler dan volume
interstitial naik sehingga edem juga menyebabkan preload naik
atau perenggangan yang dialami oleh otot jantung, dan beban
dijantung meningkat sehingga terjadi hipertropi ventrikal kiri
maka payah jantung kiri terdapat bendungan atrium kiri naik
dan tekanan vena pulmonalis kapiler paru naik terjadi edem
paru ssehingga masalah keperawatan (gangguan pertukaran
gas) payah jantung kiti juga menyebabkan COP atau cardiac
output menurun. COP dapat menyebabkan aliran darah ginjal
meningkat dan system endokrin menurun terjadi retensi natrium
dan H20 maka masalah keperawatan (hipervolemia) COP juga
menyebabkan suplai O2 jaringan menurun metabolism anaerob
asam laktat meningkat menyebabkan fatigue atau kelelahan
tidak berenergi dan cendrung ingin tidur sehingga masalah
keperawatan (intoleransi aktivitas).
Dari ketiga stadium juga dapat menyebabkan sekresi
eritropoisis meningkat sehingga produksi HB turun,
oksihemoglobin turun dan suplai O2 turun Sehingga muncul
masalah keperawatan (perfusi perifer tidak efektif). Obstruksi
saluran kemih juga menyebabkan batu besar atau kasar yang
menekan saraf perifer sehingga terjadi nyeri pinggang maka
masalah keperawatan (nyeri akut) batu besar juga dapat
menyebabkan iritasi atau cidera jaringan sehingga terjadi
hematuria yang menyebabkan anemia.
4. Pathway
Proses penurunan ginjal. Insufisiensi ginjal dimana Stadium ini merupakan stadium
Selama stadium ini kreatinin lebih dari 75% jaringan akhir dimana 90 % dari massa
serum dan kadar BUN normal yang berfungsi telah rusak nefron telah hancur
Produksi asam lambung Perubahan warna kulit Pruritis Volume interstisial naik
Suplai O2 turun
meningkat
Preload naik
Infeksi Perdarahan
Beban jantung naik
Defisit Nutrisi
COP turun Bendungan atrium kiri naik
Edema paru
Retensi Na dan H2O Asam laktat meningkat
Intoleransi aktivitas
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Gagal sebagai organ koordinasi dalam peran
sirkulasi memiliki fungsi yang banyak (organ multifuncsion), sehingga
kerusakan klinis secara fisisologis ginjal akan mengakibatkan
gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini ada
tanda dan gejala gagal ginjal ronik (Robinson, 2013) :
a. Ginjal
Sebagai akibat dari hiponatremia maka timbul hipotensi, mulut
kering penurunan turgor kulit, kelemahan, fatigue, dan mual.
Kemudian terjadi penurunan kedasaran (somnolen) dan nyeri
kepala berat. Dampak dari peningkatan kalium adalah peningkatan
iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami kelemahan. Kelebihan
cairan yang tidak terkompensasi akan mengakibatkan asidosis
metabolik. Tanda paling khas adalah terjadinya penurunan urine
output dengan sedimentasi yang tinggi.
b. Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremia
pecarditis, effuse pericardial (kemungkinan bisa terjadi temponade
jantung), gagal jantung, odema periorbital dan odema perifer.
c. Respiratory system
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan
efusi pleura, cracles, sputum yang kental, uremia pleuritis dan
uremia lung, dan sesak nafas.
d. Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan userasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi,
dan kemungkinan juga disertai parotitis, caofagotis, gastritis,
ulserasi, lesi pada usus halus/usus besar, dan pancreatitis.
Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksia, nausea,
dan vomiting.
e. Integument
Kulit pucat, kekuning- kuningan , kecoklatan, kering dan ada sclap.
Selain itu biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis,
petechiae, dan timbunan urea pada kulit.
f. Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neurophati perifer, nyeri,
gatal pada lengan dan kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot
reflek kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk
meningkat, pusing, koma, kejang. Dari hasil EEG menunjukkan
adanya perubahan metabolik enchepalophaty.
g. Endokrin
Biasa terjadi infertilisasi dan penurunan libido, amenorhea dan
gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan
sekresi sperma, peningkatan sekresi aldosterone, dan kerusakan
metabolisme karbohidrat.
h. Hematopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,
trombositopenia (dampak dari dialisis) dan kerusakan platelet.
Biasanya masalah yang serius pada system hematologi
ditunjukkan dengan adanya perdarahan (purpura, ekimosis, dan
petechiae).
i. Muskuloskletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur
pathologis dan klasifikasi (otak, mata, gusi, dan miokard).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan
ureter
d. USG : untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang
reversibel.
g. Biopsi ginjal
h. Pemeriksaan Laboratorium
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga
yaitu :
a. Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
1) Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis ).
2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis
dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :
a) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
b) Double lumen : langsung pada daerah jantung
( vaskularisasi ke jantung )
c. Operasi
1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal
9. Diagnosa Keperawatan
a. Hipervolemia
b. Gangguan pertukaran gas
c. Intoleransi aktivitas
d. Perfusi perifer tidak efektif
e. Defisit nutrisi
f. Gangguan integritas kulit/jaringan
g. Nyeri akut
h. Retensi urine
i. Gangguan citra tubuh
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 Hipervolemia Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia
(L.03020) (I.03114)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3 x 24 1. Periksa tanda dan gejala
Jam diharapkan tingkat nyeri hipervolemia
klien menurun dengan kriteria 2. Identifikasi penyebab
hasil : hipervolemia
1. Edema dari skala 3 3. Monitor status hemodinamik
(sedang) ke skala 5 4. Monitor intake dan output
(menurun) cairan
2. asites dari skala 3 Terapeutik
(sedang) menjadi 5 1. Timbang berat badan setiap
(menurun) hari pada waktu yang sama
3. Tekanan darah dari skala 2. Batasi asupan cairan dan
3 (sedang) menjadi 5 garam
(membaik) Edukasi
4. Berat badan dari skala 3 1. Anjurkan melapor jika BB
(sedang) menjadi 5 bertambah > 1 kg dalam
(membaik) sehari
2. Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik
2 Gangguan pertukaran Pertukaran Gas (L.01003) Terapi Oksigen (I.01026)
gas Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1 x 24 1. Monitor kecepatan aliran
Jam diharapkan gangguan oksigen
pertukaran gas menurun 2. Monitor posisi alat terapi
dengan kriteria hasil : oksigen
1. Dispnea dari skala 3 3. Monitor aliran oksigen secara
(sedang) ke skala 5 periodik
(menurun) 4. Monitor efektivitas terapi
oksigen
2. Bunyi nafas tambahan
5. Monitor tanda-tanda
dari skala 3 (sedang) ke
hipoventilasi
skala 5 (menurun)
Terapeutik
3. Pola nafas dari skala 3
1. Pertahankan kepatenan jalan
(sedang ke skala 5
napas
(menurun)
2. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
3. Berikan oksigen tambahan.
Jika perlu
4. Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga
tentang cara menggunakan oksigen
di rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan atau
tidur
3 Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (I.05178)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 1 x 24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi
diharapkan toleransi aktivitas tubuh yang mengakibatkan
dapat meningkat dengan kelelahan
kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan
1. Kemudahan dalam emosional
melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
sehari-hari dari skala 3 Terapeutik
(sedang) ke skala 4 1. Sediakan lingkungan nyaman
(cukup meningkat) dan rendah stimulus
2. Keluhan lelah dari skala 2. Berikan aktivitas distraksi yang
3 (sedang) ke skala 5 menenangkan
(menurun) 3. Fasilitasi duduk di sisi tempat
3. Dyspnea saat aktivitas tidur
dari skala 3 (sedang) ke Edukasi
skala 5 (menurun) 1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
4 Perfusi perifer tidak Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan Emboli Perifer
efektif Setelah dilakukan tindakan (I.02074)
keperawatan selama 1 x 24 Observasi
Jam perfusi perifer klien 1. Periksa sirkulasi perifer secara
membaik dengan kriteria hasil: menyeluruh
1. Denyut nadi perifer dari 2. Monitor nyeri pada area yang
skala 3 (sedang) ke skala terkena
5 (meningkat) 3. Monitor tanda-tanda penurunan
2. Turgor kulit dari skala 3 sirkulasi vena
(sedang) ke skala 5 Terapeutik
(membaik) 1. Lakukan rentang gerak aktif
3. Akral dari skala 3 (sedang) atau pasif
ke skala 5 (membaik) 2. Ubah posisi setiap 2 jam
4. Warna kulit pucat dari skala 3. Hindari memijat atau
3 (sedang) ke skala 5 mengompres otot yang cedera
(menurun) Edukasi
Jelaskan mekanisme terjadinya
emboli perifer
5 Defisit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi status nutrisi
Jam diharapkan nutrisi klien 2. Monitor asupan makanan
membaik dengan kriteria 3. Monitor berat badan
hasil : Terapeutik
1. Nafsu makan dari skala 3 1. Sajikan makanan secara
(sedang) ke skala 5 menarik
(membaik) 2. Berikan makanan tinggi serat
2. Berat badan dari skala 3 untuk mencegah konstipasi
(sedang) ke skala 5 Edukasi
(membaik) 1. Anjurkan posisi duduk, jika
3. Frekuensi makan dari mampu
skala 3 (sedang ke skala 5 Kolaborasi
(membaik) Kolaboratif dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu
6 Gangguan integritas Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit
kulit/jaringan (L.14125) (I.11353)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1 x 24 Identifikasi penyebab gangguan
Jam diharapkan integritas integritas kulit
jaringan membaik klien Terapeutik
menurun dengan kriteria 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
hasil : baring
1. Kerusakan jaringan dari 2. Lakukan pemijatan pada area
skala 3 (sedang) ke penonjolan tulang, jika perlu
skala 5 (menurun) 3. Gunakan produk berbahan
2. Nyeri dari skala 3 petrolium atau minyak pada
(sedang) ke skala 5 kulit kering
(menurun) 4. Gunakan produk berbahan
3. Kemerahan dari skala 3 ringan/ alami hipoalergik pada
(sedang) ke skala 5 kulit sensitif
(menurun) 5. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
5. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
7 Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi lokasi,
Jam diharapkan tingkat nyeri karakteristrik, durasi, frekuensi,
klien menurun dengan kriteria kualiats dan intensitas nyeri
hasil : 2. Identitas skala nyeri
1. Keluhan nyeri dari skala 3. Identifikasi faktor yang
3 (sedang) ke skala 5 memperberat nyeri
(menurun) Terapeutik
2. Meringis dari skala 3 1. Berikan teknik non
(sedang) menjadi 5 farmakologis dalam menangani
(menurun) nyeri
3. Gelisah dari skala 3 2. Kontrol lingkungan yang
(sedang) menjadi 5 memperberat rasa nyeri
(menurun) 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Sikap protektif dari skala Edukasi
3 (sedang) menjadi 5 1. Jelaskan strategi mengurangi
(menurun) nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
3. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
Kolaboratif pemberian analgetik
sesuai order
8 Retensi urine Eliminasi Urine (L.04034) Kateterisasi Urine (I.04148)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1 x 24 Periksa kondisi pasien (mis.
Jam diharapkan eliminasi kesadaran, tanda-tanda vital,
urine pada klien membaik distensi kandung kemih, dll)
dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Distensi kandung kemih 1. Siapkan peralatan, bahan-
dari skala 3 (sedang) ke bahan dan ruangan tindakan
skala 5 (menurun) 2. Siapkan pasien, lepaskan
2. Berkemih tidak tuntas pakaian bawah dan posisikan
dari skala 3 (sedang) ke dorsal rekumben (wanita) dan
skala 5 (menurun) supine (laki-laki)
3. Volume residu urine dari 3. Pasang sarung tangan
skala 3 (sedang) ke 4. Bersihkan daerah perineal
skala 5 (menurun) dengan cairan NaCl atau
4. Frekuensi BAK dari aquades
skala 3 (sedang) ke 5. Lakukan insersi kateter urine
skala 5 (membaik) dengan menerapkan prinsip
aseptik
6. Sambungkan kateter urin
dengan urine bag
7. Isi balon dengan NaCl 0,9%
sesuai anjuran
8. Fiksasi selang kateter diatas
simpisis atau di paha
9. Pastikan kantung urine
ditempatkan lebih rendah dari
kandung kemih
10. Berikan label waktu
pemasangan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemasangan kateter
2. Anjurkan menarik nafas saat
insersi selang kateter
Terapeutik
1. Catat waktu dan haluaran
berkemih
2. Batasi asupan cairan, jika
perlu
3. Ambil sampel urin
Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gelaja
infeksi saluran kemih
2. Anjurkan minum yang cukup,
jika tidak ada kontraindikasi
3. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
supositoria, jika perlu
9. Gangguan Citra Citra Tubuh (L.09067) PROMOSI CITRA TUBUH
Tubuh Setelah dilakukan tindakan ( I.09305)
keperawatan selama 1 x 24 Observasi
Jam diharapkan eliminasi
4. 1. Identifikasi harapan citra tubuh
urine pada klien membaik berdasarkan tahap perkembangan
dengan kriteria hasil : 5. 2. Identifikasi budaya, agama, jenis
1. Verbalisasi perasaan kelami, dan umur terkait citra tubuh
negatif skala 1 6. 3. Identifikasi perubahan citra
(meningkat) menjadi skala tubuh yang mengakibatkan isolasi
5 menurun sosial
2. Verbalisasi khawatiran 7. 4. Monitor frekuensi pernyataan
pada penolakan atau kritik tehadap diri sendiri
reaksi orang lain skala 1 8. 5. Monitor apakah pasien bisa
(meningkat) menjadi skala melihat bagian tubuh yang berubah
5 (menurun) Terapiutik
3. Fokus pada penampilan 1. Diskusikan perubahn tubuh dan
masa lalu skala 1 fungsinya
(meningkat) menjadi skala 2. Diskusikan perbedaan
5 (menurun) penampilan fisik terhadap harga diri
3. Diskusikan akibat perubahan
pubertas, kehamilan dan penuwaan
4. Diskusikan kondisi stres yang
mempengaruhi citra tubuh
(mis.luka, penyakit, pembedahan)
5. Diskusikan cara
mengembangkan harapan citra
tubuh secara realistis
6. Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan perubahan citra
tubuh
2. Anjurka mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh
3. Anjurkan menggunakan alat
bantu( mis. Pakaian , wig, kosmetik)
4. Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung( mis. Kelompok
sebaya).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan
(Edisi 2). Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010. Chronic Kidney Disease: A Practical
Guide to Understanding and Management. USA : Oxford University
Press.
PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Watson. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 4. Jakarta: EGC.