Anda di halaman 1dari 44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UPAYA-UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN


PANGAN (BERAS) DI INDONESIA

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Disusun Oleh
Karmila
NIM : 111324022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TUGAS AKHIR

UPAYA-UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN


(BERAS) DI INDONESIA

Oleh:

Karmila

NIM: 111324022

Telah disetujui Oleh:

Pembimbing

Yohanes Maria Vianey Mudayen S.Pd., M.Sc. ‘tanggal 13 Juli 2018


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vucAs Axum
UPAYA-UPAYA DALAM MENINGKA3’KAN KETAHANAN PANGAN
(BERAS) DI INDONESI.4

Dipersiapkan dan ditulis Oleh


Kartnila
NIM: 11 1324022
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada Tanggal 30 Juli 201S
Dan dinyatakan te!ah merñenuhi syarat
.8usunan Panitia Pengu{i

Nama Lengkap Tanda Tangan


.
Ketua Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Sr.
Sekretaris
Anggota : Dra Catharina Wigati Retno Astuti, M.Si.,
Anggota M.Ed.
Anggota : Y.M.V. Mudayen, S.Pd..; M.Sc.
: Dr. C. Teguh fhdyono., if.S.
: Kumia ivlartikasari, S.Pd., M.Sc.

Yogyakarta, 30 Juli 2018


' -, FakultaS I'tegurtian dan llmu Pendidikan
Universitas Sanata Dha

es Harsoyo' S.Pd., M.Si.

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

P ERNYA TAAN K EASLIAN KARYA

Saya men yatakan dengan sesungguhnya bahu'a tugas akli ir yang saya tul is ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Juli 2018


Penulis

IV
LE MBAR PERN Y ATAAN PERSETUO UAN PU BLI KASI KA R YA I
LMIAH
U NTU K KE PENT1NGAN AKA DEM I S

Yang bertanda tangan dibaiv’ah ini, saya mahasisis’a Universitas Sanata


Dharma: Nama : Karmila
Nomor Mahasiswa 111324022
Dengan pengembangan ilinu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharina karya iliriah saya yang berjudul:
"UPAYA-UPAYA UALAM MENINGKAJKAN KE7AHANAN PANGAN
(BERAS) D1 1 N DONES I A’’.
Peserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanatu Dharma hak untuk inenyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis timpa perlu meminta ijin dari saya
maupun mcrnbcrikan royalti kepada saya sclama tetap mcncanturnkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Yt›gya1‹arta
Pada tanggal: 30,Iuli 201S
Yang rncnyatakan

Karinila
ABSTRAK

UPAYA-UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN


(BERAS) DI INDONESIA

Karmila
Universitas Sanata Dharma
2018

Makalah ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan arti ketahanan pangan


(beras); (2) menganalisis kondisi pertanian di Indonesia saat ini; (3) menganalisis
faktor-faktor yang menyebabkan Indonesia mengimpor beras dari luar negeri; dan
(4) menganalisis upaya meningkatkan ketahanan beras di Indonesia. Makalah ini
ditulis berdasarkan hasil studi pustaka.
Hasil studi pustaka dapat diringkas sebagai berikut: (1) ketahanan pangan
merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya
memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, dan aman yang
didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber
daya domestik; (2) Pertanian di Indonesia dikerjakan oleh sekitar 70% masyarakat
Indonesia yang berprofesi sebagai petani. Sebagian petani mengalami masalah
irigasi, ketersediaan pupuk dan kurangnya pertanian-pertanian serta kurangnya
tenaga penyuluh pertanian. Kondisi tersebut berdampak pada minimnya hasil
pertanian yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan; (3) faktor-
faktor yang menyebabkan Indonesia mengimpor beras keluar negeri: jumlah
penduduk, ketergantungan mengkonsumsi beras, perubahan iklim, luas lahan
pertanian yang semakin sempit, mahalnya biaya transportasi, kebijakan-kebijakan
pemerintah yang tidak pro-rakyat; dan (4) upaya untuk meningkatkan kebutuhan
pangan diantaranya: memperluas lahan pertanian, meningkatkan keanekaragaman
pangan, meningkatkan ketersediaan pangan, dan mengintensifikasikan
penyuluhan pertanian.

Kata kunci: impor beras, ketahanan pangan.

vi
ABSTRACT

THE EFFORTS TO IMPROVE FOOD SECURITY (RICE) IN INDONESIA

Karmila
University of Sanata
Dharma
2018

The purposes of this paper are: (1) to describe the meaning of food
security (rice); (2) to analyze the agricultural conditions in Indonesia
nowdays;
(3) to analyze the factors that caused Indonesia rice import; and (4) to analyze
the efforts fo improving rice resilience in Indonesia.
This paper is written based on the literature study. The results of the
review literature can be summarized as follows: (1) food security is the ability of
the nation to ensure that all its citizens receive sufficient quantities of good, a
decent and secure quality based on optimization of use and based on the diversity
of domestic resources; (2) Agriculture in Indonesia is carried out by around 70%
of Indonesians who work as farmers. Some farmers have irrigation problems,
fertilizer availability and lack of agriculture and lack of agricultural extension
workers. This condition has an impact on the lack of agricultural products that
can be used to meet food neets; (3) the factors that caused Indonesia to import
rice abroad: the population, the dependence of rice, the climate change, the
increasingly narrow agricultural land, the high cost of transportation, the non-
pro-people government policies; and (4) Efforts to increase food needs include:
expanding agricultural land, increasing food diversity, increasing x availability,
and intensifying agricultural extension.

Keywords: rice import, food security.

vii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan karunia-Nya yang
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir. Tugas
akhir ini dengan judul ‘’UPAYA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN
(BERAS)’’ ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam pembuatan tugas akhir ini tidak lepas dari beberapa pihak yang
telah memberikan bantuan moril, materi, dukungan, bimbingan maupun
kerjasamanya, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.


2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.


3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed., selaku Kepala Program

Studi Pendidikan Ekonomi.


4. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. Pembimbing saya yang dengan
sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas
akhir dan telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,
memberikan kritik serta saran untuk kesempurnaan tugas akhir ini.
5. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah
memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

viii
6. Stal’ administrasi Prodi Pendidikan Ekonomi yang telah membantu

kclancaran proses pcrkuliahan.

7. Kedua Orang TuiAu Bapak Moh Amin dan Ibu AminiA serta kakaku
fl1Tl1'ln d811 CTTli dan adikku Mirna yang tcrcinta atas doa, dul‹ungan,
semangat, serta menjadi tempat untuk berbagi soda dan data selama
penulis menytisun tugas akhir ini.
S. Kcluarga bcsar Pcndidik an Ekonorni angkatais 2011 yang sclalu rncnjaga

kebersamaan sampai detik ini dan saling membnntu dalam inengatasi

£csulitanluliah maupui tugasakfiir.

9. Semua pihak dan teman-teman lainnya yang tidak dapat pentilis sebutkan
satu pcrsatu yang telah rncmbaritu dan rncndukuiag pcnulis sclama
penyusunan tugas akhir.
Penulis mcnyadari bahwa tugas alchir ini niasih banyak kckurangan dan
jauh dat scn pun a. dan OU karcua itu, pcnuls scnantasa
iucnc ma kritik dan saran yang bersilat inembanuun demi kesemptirnaan
tugas akhir
ini.

Yogyakarta, 13 Juli 201 S

Pcnulis

Karmila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................................iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS....................................................................................v
ABSTRAK....................................................................................................................vi

ABSTRACT.................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR................................................................................................viii

DAFTAR ISI.................................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1


B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan...............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................7

A. Pengertian Ketahanan Pangan.............................................................................7


B. Kondisi Pertanian di Indonesia...........................................................................9
C. Faktor-faktor yang Menyebabkan Indonesia Mengimpor Beras dari luar
Negeri................................................................................................................13
D. Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan di Indonesia.....................................18

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................27

A. Kesimpulan........................................................................................................27
B. Saran..................................................................................................................30
C. Keterbatasan......................................................................................................31

x
DAFTAR PUSTAKA

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang sebagian besar masyarakatnya


bertopang pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Namun, petani di
Indonesia justru menjadi kelompok yang miskin dan terpinggirkan. Mereka sering
dirugikan oleh masalah kebijakan pangan yang dibuat oleh pemerintah dan
masalah sosial lain yang mereka hadapi sebagai petani. Kebutuhan pangan
nasional memang dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri dan impor, namun
karena jumlah penduduk Indonesia terus bertambah dan tersebar di banyak pulau,
maka ketergantungan akan pangan impor menyebabkan rentannya ketahanan
pangan, sehingga berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk sosial,
ekonomi, dan bahkan politik.
Indonesia juga memperlakukan penyediaan pangan untuk memenuhi
kebutuhan di dalam negeri sebagai prioritas yang utama. Dalam UUD 1945 pasal
34 disebutkan, bahwa Negara bertanggung jawab didalam memenuhi kebutuhan
dasar, termasuk pangan. Demikian pula didalam UU Pangan nomor 7 tahun 1996
pasal 1 ayat 17 dikatakan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhnya
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup
baik dalam jumlah, mutu, aman serta merata dan terjangkau. Dengan demikian
pengertian ketahanan pangan dapat dikatakan sebagai terpenuhinya kebutuhan
gizi makanan setiap individu dalam jumlah dan mutu agar dapat hidup sehat dan

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

beraktivitas guna memenuhi aspirasinya yang paling humanistic sepanjang masa


hidupnya.
Cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia tertuang dengan jelas dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu antara lain mewujudkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia. Kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat mencangkup berbagai
indikator, baik bersifat material maupun spiritual. Kebutuhan material yang paling
mendasar dan penting dari manusia adalah kebutuhan akan pangan disamping
sandang dan pangan yang dapat diklasifikasikan sebagai kebutuhan primer.
Terpenuhinya sebagai kebutuhan tersebut akan mengantar pada kondisi
terwujudnya kesejahteraan rakyat. Namun demikian, cita-cita mulia yang
dirumuskan oleh para pendiri bangsa tersebut hingga sekarang belum terpenuhi
secara menyeluruh.
Pemenuhan hak pangan dan kelangsungan hidup rakyat bergantung kepada
sistem perberasan yang menjadi penentu sistem pangan nasional, sehingga dapat
dikatakan sistem perbesaran juga merupakan salah satu penentu stabilitas. Pangan
merupakan hal yang paling mendasar dalam pemenuhan kebutuhan dan
kemampuan suatu negara dan bangsa bertahan dalam eksitensinya, yaitu dalam
perwujudan ketahanan nasional. Pangan itu berbicara terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan yang paling mendasar bagi rakyat dalam suatu negara dan berimplikasi
secara luas ke wilayah ekonomi, sosial, dan politik nantinya akan berdampak
stabilitas negara. Pangan adalah esensial bagi kehidupan yang merupakan hak
asasi bagi setiap individu warga negara, menjadi tanggung jawab kita semua,
masyarakat, negara untuk memenuhi. Jadi pemenuhan pangan menjadi wajib
hukumnya, mengikat semua warga dan amanat bersama.
Ekonomi dan politik negara Indonesia hampir semua pemerintah di dunia,
baik dinegara berkembang maupun negara maju selalu melakukan kontrol dan
intervensi terhadap komoditas pangan strategi seperti beras untuk ketahanan
pangan dan stabilitas politik lewat kebijakan-kebijakan publik. Demikian juga
halnya dengan Indonesia, intervensi pemerintah dalam sistem pemberasan
nasional khususnya peningkatan produksi padi telah dilakukan sejak awal
Indonesia merdeka.
Perberasan hingga saat ini masih merupakan persoalan yang cukup rumit
dan belum dapat terselesaikan secara tuntas. Padahal Indonesia pernah tercatat dan
dikenang dunia atas pencapaian swasembada beras sekitar 3 kali periode, yaitu
pada tahun 1984, 2004, dan 2008. Saat ini, Indonesia masuk daftar panjang
sebagai salah satu negara yang mengimpor beras, bahkan dilakukan sejak era
reformasi. Selama 1998-2003, Indonesia dan Filipina bergantian menempati
negara pengimpor beras terbesar. Menurut data BPS (2013-2017) menunjukkan
impor beras Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir, antara lain:
1. Tahun 2013, impor senilai US$ 246 juta dengan volume 472,66 ribu ton.

2. Tahun 2014, impor senilai US$ 388,18 juta dengan volume 844,16 ribu ton.

3. Tahun 2015 impor senilai US$ 351,60 juta dengan volume 861,60 ribu ton.

4. Tahun 2016 impor senilai US$ 531,84 juta dengan volume 1,2 juta ton.

5. 2017 impor dengan angka sementara senilai US$ 143,21 juta dengan volume
311,52 ribu ton.
Dari data 5 tahun yang diperoleh disimpulkan bahwa dari tahun 2013
sampai dengan 2016 impor beras mengalami peningkatan dua kali lipat dari impor
tahun 2013. Sedangkan untuk tahun 2017 data impor beras yang diperoleh
mengalami penurunan.
Jika ini terus menerus berlangsung dan tidak ada penyelesaian dari
persoalan tersebut, maka Indonesia akan terus mengimpor beras dan dikenal
sebagai salah satu negara pengimpor beras terbesar. Salah satu yang paling
ditakuti oleh setiap negara, tidak terkecuali Indonesia sebagai negara yang sedang
berkembang dan juga sekalipun itu negara maju, adalah terjadinya krisis pangan.
Sedikit mengungkit masa lalu, dunia pernah mencatat pada tahun 1984 Indonesia
mencapai swasembada beras. Pencapaian itu adalah prestasi besar bagi suatu
negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar, yaitu peringkat kelima
terbesar di dunia saat itu. Akan tetapi justru sekarang berbanding terbalik,
Indonesia menjadi salah satu negara yang mengimpor beras dalam jumlah yang
tidak sedikit.
Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan sebagian besar
penduduknya adalah bermata pencaharian sebagai petani, tetapi pada kenyataanya
bahwa BULOG (Badan Urusan Logistik) tidak dapat memenuhi stok beras
dipasaran. Selain itu Indonesia juga masuk dalam urutan sebagai negara dengan
kualitas hidup masyarakatnya yang rendah. Stok beras nasional yang menipis,
maka Indonesia mengimpor beras dari negara tetangga yaitu Vietnam dan
Thailand. Akan tetapi disinilah petani yang banyak menjadi korbannya mulai dari
kesejahteraan mereka rendah menjadikan produksi beras juga ikut menurun.
Indonesia yang mengimpor beras secara besar-besaran untuk membantu petani
agar tidak terus menerus mengalami kerugian akibat pengimporan tersebut, oleh
karena itu pemerintah membuat kebijakan impor beras agar impor beras bisa
diminimalisir.
Sistem pertanian Indonesia jauh tertinggal dengan negara-negara Asia
Tenggara lain dari segi produktivitas pertanian dan juga jumlah petani yang
semakin tahun semakin berkurang, terlebih lagi harga beras terus mengalami
peningkatan. Oleh karena itu, kualitas beras lokal menjadi dipertanyakan karena
harga terlalu mahal dan sehingga harga beras impor lebih murah daripada beras
lokal. Pada dasarnya Indonesia tidak biasa melarang impor karena memang
kebutuhan beras domestik dalam negeri harus dipenuhi dan produksi beras lokal
tidak bisa memenuhi itu semua. Inilah yang mengakibatkan Indonesia menerima
impor selama Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan beras.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ketahanan pangan?

2. Bagaimana kondisi pertanian di Indonesia saat ini?

3. Faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia mengimpor beras dari luar
negeri?
4. Bagaimana upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan beras di
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mendeskripsikan yang dimaksud dengan ketahanan pangan.

2. Untuk menganalisis kondisi pertanian di Indonesia saat ini.

3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan Indonesia mengimpor


beras keluar negeri.
4. Untuk menganalisis upaya meningkatkan ketahanan beras di Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan di atas manfaat


penulisan ini adalah:
1. Manfaat Teoritis

Hasil makalah ini diharapkan memberi manfaat bagi pembaca dan bagi penulis
yang akan mengambil judul tentang perkembangan impor beras di Indonesia.
2. Manfaat Praktis

Dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa yang mengambil judul tentang
impor beras. serta menjadi bahan bacaan untuk materi yang berhubungan
dengan perkembangan impor beras terhadap perekonomian Indonesia.
Bagi penulis dapat bermanfaat sebagai cara mengamalkan ilmu pada waktu
kuliah dengan cara menulis makalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
PEMBAHASA
N

A. Pengertian Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin


seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang
layak, dan aman yang di dasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis
pada keragaman sumber daya domestik. Internasional Confrance in Nutrition,
(FAO/WHO, 1992) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai akses setiap rumah
tangga atau individu untuk memperoleh pangan pada setiap waktu untuk
keperluan hidup sehat.
Definisi dan paradigma ketahanan pangan terus mengalami perkembangan
sejak adanya Conference of Food and Agriculture tahun 1943 yang
mencanangkan konsep secure, adequate and suitable supply of food for
everyone”. Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya
mengacu definisi dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992)
yakni “akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat
(secure access at all times to sufficient food for a healthy life). Studi pustaka yang
dilakukan oleh IFPRI (1999) diperkirakan terdapat 200 definisi dan 450 indikator
tentang ketahanan pangan (Weingarter, 2000). Beberapa definisi ketahanan
pangan yang sering diacu adalah sebagi berikut:

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Undang-Undang pangan No.7 Tahun 1996: Kondisi terpenuhinya kebutuhan


pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara
cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
b. USAID (1992): Kondisi ketika semua pada setiap saat mempunyai akses secara
fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebtuhan konsumsinya untuk hidup sehat
dan produktif.
c. FAO (1997) situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik
maupun ekonomi dan memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya,
dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses
tersebut.
d. FIVIMS 2005: Kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik,
sosial dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan begizi
untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (Food
Preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat.
e. Mercy Corps (2007): keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai
akses fisik, sosial dan ekonomi terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi
untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
ketahanan pangan memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi yaitu:
1. Berorientasi pada rumah tangga dan individu.

2. Pangan tersedia dan dapat diakses setiap waktu.

3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu baik fisik ekonomi
dan sosial.
4. Berorientasi pada pemenuhan gizi.

5. Ditunjukan untuk hidup sehat dan produktif.

Di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1996,


pengertian ketahanan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun
mutunya, (2) Aman, (3) merata, dan (4) terjangkau. Dengan pengertian tersebut,
ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut:
1. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan
ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari
tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi memenuhi kebutuhan atas
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang
bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.
2. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.
3. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang
harus tersedia setiap saat dan merata diseluruh tanah air.
4. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang terjangkau, diartikan pangan mudah
diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.
B. Kondisi Pertanian di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai sumber


daya alam yang sangat melimpah. Sumber daya alam ini berasal dari sektor
pertanian, perikanan, peternakan sampai dengan pertambangan seperti minyak
bumi, gas alam dan logam. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis tanaman,
hewan, dan mikroorganisme yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Indonesia
seharusnya bisa menjadi negara maju dari semua sektor tersebut, terutama dari
sektor pertaniannya.
Saat ini dengan sumber daya alam yang melimpah ternyata tidak
menjamin Indonesia menjadi negara yang maju. Banyak masyarakat terutama
petani yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Jika dilihat lebih jauh
ternyata banyak hal yang menghambatnya, seperti kurangnya pemanfaatan sumber
daya alam yang ada dan rendahnya tingkat ilmu pengetahuan masyarakat tentang
potensi alam yang ada. Peran pemerintah pun juga kurang mendukung untuk
memajukan sektor ini. Pemerintah kurang membantu petani secara langsung yang
menyebabkan petani sulit untuk berkembang.
Indonesia yang berada kawasan yang strategis dan beriklim tropis dengan
penyinaran matahari sepanjang tahun ini bisa menjadi keunggulan tersendiri
dalam hal pertaniannya. Akan tetapi banyak hal yang bisa dibilang tidak logis,
seperti indonesia sampai sekarang masih saja bergantung pada impor beras untuk
memenuhi permintaan beras dalam negerinya sendiri. padahal sekitar tahun 1980
Indonesia pernah menjadi swasembada beras dan bisa mengekspor hasil berasnya.
Ini menjadi pertanyaan sekaligus cambukan yang cukup keras untuk keadaan
pertanian Indonesia saat ini.
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya
manusia yang banyak. Kepadatan penduduk saat ini sudah semakin tinggi dan
sulit untuk dikendalikan. Hal ini memicu juga kebutuhan pangan yang semakin
tinggi. Namun berlawanan dengan hal tersebut, menurut data kementan terdapat
sekitar 500.000 kepala keluarga yang pindah profesi dari petani menjadi non
petani disetiap tahunnya. Hal ini dapat menjadi batu sandungan indonesia untuk
memajukan sektor pertaniannya. Akan semakin sedikit petani yang akan
menghasilkan bahan pangan untuk masyarakat padahal permintaannya akan terus
semakin tinggi.
Menurut data BPS 2017, bahan pangan untuk masyarakat diperoleh sekitar
70% masyarakat Indonesia saat ini masih berprofesi menjadi petani. Namun tidak
semua mendapatkan kesejahteraan yang layak dan memiliki tingkat produksi yang
tinggi. Menurut menteri pertanian Andi Amran Sulaiman terdapat berbagai
masalah yang menimpah petani kita saat ini. Yang pertama adalah masalah irigasi
yang berdasarkan survei terdapat 52% irigasi yang rusak di wilayah pertanian
Indonesia. Yang kedua adalah masalah pupuk yang masih saja sering terlambat
pendistribusiannya ke petani. Yang ketiga adalah masalah kurangnya pengadaan
alat mesin pertanian yang secara tidak langsung menghambat laju produksi hasil.
Yang keempat adalah kurangnya tenaga penyuluh lapangan sehingga para petani
banyak yang belum mendapat informasi yang tepat tentang pertaniannya.
Banyak langkah pemerintah yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
sektor pertaniaan saat ini. Pemerintah menargetkan pada tahun 2018 tidak akan
mengimpor beras lagi. Walaupun dalam dua tahun terakhir ini Indonesia dilanda
La Nina dan El Nino yang terparah sepanjang sejarah, namun pemerintah masih
yakin untuk terus tetap memajukan sektor pertaniaanya. Untuk merealisasikan hal
tersebut pemerintah akan menjalankan beberapa program seperti pengadaan
asuransi pertanian dan jaminan kerja para petani. Selain itu pemerintah juga akan
melakukan pembagian bantuan teknologi berupa alat hasil pertanian seperti
traktor, mesin tanam dan mesin panen otomatis. Teknologi tersebut diharapkan
juga mampu menarik masyarakat muda untuk ikut terjun dalam mengembangkan
sektor pertanian. Penggunaan lahan tidur juga menjadi salah satu rencana yang
akan dilakukan karena masih banyaknya lahan yang berpotensi tetapi belum
dimanfaatkan secara optimal.
Kondisi pertanian di Indonesia, kini terasa cukup memprihatinkan.
Dimana Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris (negara yang maju
pertaniannya), sekarang malah mengimpor makanan pokoknya dari negara lain.
Padahal sebenarnya rakyat dan bumi kita yang tercinta ini masih dapat memenuhi
kebutuhan beras untuk makan kita sehari-hari. Selain itu cuaca juga menentukan
seberapa banyak hasil panen dalam bertani. Cuaca yang tidak menentu, seperti
pergeseran musim hujan dan musim kemarau menyebabkan petani kesulitan
dalam menetapkan waktu yang tepat untuk mengawali masa tanam, dengan benih
beserta pupuk yang digunakan sehingga tanaman yang ditanam mengalami
pertumbuhan pertumbuhan yang tidak wajar dan mengakibatkan gagal panen.
Peristiwa ini sering terjadi di hampir setiap daerah di Indonesia dan membuat
petani yang miskin semakin miskin karena kegagalan panen tersebut. Diharapkan
pemerintah juga memperhatikan nasib para petani yang sama memperhatikannya
dengan kondisi pertaniannya. Seperti bagaimana cara bertanam yang bersahabat
dengan alam dan menggunakan teknologi sehingga bertani memberikan banyak
keuntungan dibandingkan dengan kerugiannya, namun teknologinya pun yang
tidak membahayakan alam.
Jika menengok sedikit ke tetangga negara yaitu Thailand, dapat dilihat
bahwa Thailand mempunyai produktivitas sektor pertanian yang jauh lebih tinggi
dibanding Indonesia. Saat ini petani padi di Indonesia umumnya hanya bisa
memanen padinya 1-2 kali dalam setahun sedangkan petani Thailand dapat
memanen padinya 1-5 kali dalam setahun. Hal ini terjadi karena di Indonesia
memang masih sangat kurang dalam mekanisasi pertaniaanya. Petani di Indonesia
sebagian besar masih menggunakan sistem pertanian tradisional. Padahal jika
dilihat potensi alam yang ada jauh lebih besar berada di Indonesia. Peran petani,
kaum muda maupun pemerintah memang sangat penting untuk memajukan sektor
pertanian Indonesia saat ini. Semua sisi harus saling berkolaborasi untuk
menciptakan kondisi dimana semua potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara
optimal.
C. Faktor yang Menyebabkan Indonesia Mengimpor Beras dari Luar Negeri

Indonesia memiliki potensi yang luar biasa di bidang pertanian. Kelapa


sawit,karet, dan coklat produksi Indonesia mulai bergerak menguasai pasar dunia.
Namun, dalam konteks produksi pangan memang ada suatu keunikan. Meski
menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil pangan di dunia, hampir setiap
tahun indonesia selalu menghadapi persoalan berulang dengan produksi pangan
sehingga harus mengimpor bahan pangan dari luar negeri. Kebijakan impor beras
dilakukan untuk menambah stok beras yang akhir-akhir ini mengalami penurunan.
Kebijakan impor beras pemerintah sendiri menarik untuk dicermati, sebab
berkolerasi dengan ketahanan pangan Indonesia. Bagaimana tidak, negara dengan
penduduk lebih dari 250 juta jiwa memerlukan beras sebagai bahan makanan
pokok mereka. Indonesia yang selalu disebut negara agraris, subur dan sebagainya
ternyata tidak mampu memberi makan penduduknya sehingga untuk urusan nasi
saja harus impor.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indonesia
selalu mengimpor beras mulai dari tahun 2000 hingga 2015 atau selama 15 tahun.
Sementara untuk mengimpor beras pada tahun 2018 Indonesia kembali
mengimpor beras selama 15 tahun tersebut, Indonesia telah mengimpor beras
sebanyak 15,39 juta ton beras dengan volume impor beras sebanyak pada tahun
2011 dengan volume sebesar 2,75 ton, sedangkan volume terkecil pada tahun
2005 sebesar 189.616 ton, Dengan jumlah total impor beras tersebut dan ditambah
500.000 ton pada tahun ini, maka hingga saat ini Indonesia telah mengimpor beras
sebesar 15, 89 juta ton. Sementara, di sisi dana yang dikeluarkan pada impor beras
sebesar 15,39 juta ton mencapai 5,83 miliar dollar AS atau Rp 78,70 triliun (kurs
Rp 13.500). dana yang paling banyak dikeluarkan pada impor tahun 2011 dengan
1,51 miliar dolar AS atau Rp 20,38 triliun, sedangkan dana yang paling sedikit
dikeluarkan tahun 2005 dengan nilai 51,49 juta dollar AS atau Rp 695,1 miliar.
Impor bahan ini disebabkan berbagai hal diantaranya sbb:
1. Jumlah penduduk yang sangat besar

Salah satu penyebab utama Indonesia mengimpor bahan pangan adalah


jumlah penduduknya yang sangat besar. Data statistik menunjukan pada tahun
2012 penduduk indonesia sejumlah 230-237 juta jiwa. Hal ini membuat
kebutuhan pangan di Indonesia menjadi semakin besar. Akibatnya produksi
pangan di dalam negeri tidak mampu mencukupi kebutuhan pangan seluruh
masyarakatnya sehingga indonesia harus mengimpor bahan pangan dari luar
negeri. Jumlah penduduk Indonesia yang banyak (lebih dari 230 juta) dan terus
bertambah memerlukan produk pangan dalam jumlah yang terus meningkat
(peningkatan kebutuhan pangan nasional 1-2% per tahun) sehingga keberadaan
lahan sawah dalam jumlah yang cukup dan layak untuk mendukung ketersediaan
dan ketahanan pangan mutlak diperlukan.
2. Ketergantungan mengkonsumsi beras

Seluruh masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok.


Dengan besarnya jumlah penduduk di Indonesia maka kebutuhan beras pun
menjadi sangat besar. Penduduk Indonesia merupakan pemakan beras terbesar di
dunia dengan konsumsi 154 kg per orang per tahun. Bandingkan dengan rata-rata
konsumsi di China yang hanya 90 kg, India 74 kg, Thailand 100 kg, dan Philppine
100 kg. Hal ini mengakibatkan kebutuhan beras di Indonesia menjadi tidak
terpenuhi. Walaupun produksi beras Indonesia tinggi tetapi belum bisa mencukupi
kebutuhan penduduknya, akibatnya Indonesia masih harus mengimpor beras dari
negara penghasil pangan lain seperti Thailand.
3. Perubahan Iklim

Faktor lain yang mendorong adanya impor bahan pangan adalah iklim,
khususnya cuaca yang tidak mendukung keberhasilan sektor pertanian pangan,
seperti yang terjadi saat ini. Pergeseran musim hujan dan musim kemarau
menyebabkan petani kesulitan dalam menetapkan waktu yang tepat untuk
mengawali masa tanam, benih beserta pupuk yang digunakan, dan sistem
pertanaman yang digunakan. Sehingga penyediaan benih dan pupuk semula
terjadwal, permintaannya menjadi tidak menentu yang dapat menyebabkan
kelangkaan karena keterlambatan pasokan benih dan pupuk. Akhirnya hasil
produksi pangan pada waktu itu menurun.
4. Luas lahan pertanian yang semakin sempit

Penyebab impor bahan pangan selanjutnya adalah luas lahan pertanian


yang semakin sempit. Terdapat kecenderungan bahwa konversi lahan pertanian
menjadi lahan non pertanian mengalami percepatan. Dari tahun 1995 sampai
tahun 2011 terjadi konversi lahan sawah di pulau jawa seluas 15 juta Ha dan 5,7
juta Ha di luar pulau jawa. Walaupun dalam periode waktu yang sama dilakukan
percetakan sawah seluas 0,52 juta Ha di jawa dan sekitar 2,7 juta Ha diluar pulau
jawa, namun kenyataannya percetakan lahan sawah tanpa di ikuti dengan
pengontrolan konversi, tidak mampu membendung peningkatan ketergantungan
indonesia terhadap beras impor.
5. Mahalnya biaya transportasi

Ketergantungan impor bahan baku pangan juga disebabkan mahalnya


biaya transportasi di Indonesia yang mencapai 34 sen dolar AS per kilometer.
Bandingkan dengan negara lain seperti Thailand, China, dan Vietnam yang rata-
rata sebesar 22 sen dolar AS per kilometer. Sepanjang kepastian pasokan tidak
kontinyu dan biaya transportasi tetap tinggi, maka industri produk pangan akan
selalu memiliki ketergantungan impor bahan baku.
6. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat
Faktor-faktor di atas yang mendorong dilakukannya impor masih
diperparah lahan pertanian yang beralih fungsi dengan berbagai kebijakan-
kebijakan pemerintah yang semakin menambah ketergantungan kita akan
produksi pangan luar negeri. Seperti kebijakan dan praktek privatisasi, liberalisasi,
dan deregulasi. Contohnya ijin membangun jalan tol, hotel, mall dll.
Privatisasi, akar dari masalah ini tidak hanya parsial pada aspek impor dan
harga seperti yang sering didengungkan oleh pemerintah dan pers. Lebih besar
dari itu, ternyata negara dan rakyat indonesia tidak lagi punya kedaulatan, yakni
kekuatan dalam mengatur produksi, distribusi dan konsumsi di sektor pangan.
Saat ini di sektor pangan, kita telah tergantung oleh mekanisme pasar yang
dikuasasi oleh segelintir perusahaan raksasa. Privatisasi sektor pangan yang
notabene merupakan kebutuhan pokok rakyat tentunya tidak sesuai dengan
mandat konstitusi RI, yang menyatakan bahwa “cabang-cabang produksi yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Faktanya Bulog dijadikan privat, dan
industri hilir pangan hingga distribusi (ekspor-impor) dikuasai oleh perusahaan
seperti Cargill dan Charoen Phokpand. Mayoritas rakyat Indonesia jika tidak
bekerja menjadi kuli disektor pangan, pasti menjadi konsumen atau end-user.
Privatisasi ini pun berdampak serius, sehingga berpotensi besar dikuasainya sektor
pangan hanya oleh monopoli atau oligopoli (kartel), seperti yang sudah terjadi
saat ini.
Liberalisasi, disebabkan oleh kebijakan dan praktek yang menyerahkan
urusan pangan kepada pasar (1998, Letter of Intent IMF), serta mekanisme
perdagangan bebas (1995), Agreement on Agriculture, WTO). Akibatnya negara
dikooptasi menjadi antek perdagangan bebas. Negara ini pun melakukan upaya
liberalisasi terhadap hal yang harusnya merupakan state obligation terhadap
rakyat. Market access Indonesia dibuka lebar-lebar, bahkan hingga 0% seperti
kedelai (1998, 2008) dan beras (1998). Sementara domestic subsidi untuk petani
kita terus berkurang (tanah, irigasi, pupuk, bibit, teknologi dan insentif harga). Di
sisi lain, export subsidi dari negara-negara overproduksi pangan seperti AS dan
Uni Eropa beserta perusahaan-perusahaannya malah meningkat. Indonesia pun
dibanjiri barang pangan murah, sehingga pasar dan harga domestik kita hancur.
Hal ini jelas membunuh petani kita.
Deregulasi, beberapa kebijakan sangat dipermudah untuk perusahaan besar
yang mengalahkan pertanian rakyat. Seperti contoh UU No. 1/1967 tentang PMA,
UU No 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan 65/2006, UU No.
18/2003 tentang Perkebunan , dan yang termutakhir UU No. 25/2007 tentang
Penanaman Modal. Dengan kemudahan regulasi ini, upaya privatisasi menuju
monopoli atau kartel disektor pangan semakin terbuka. Hal ini semakin para
dengan tidak di upayakannya secara serius pembangunan koperasi-koperasi dan
UKM dalam produksi, distribusi dan konsumsi di sektor pangan.
D. Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan di Indonesia

1. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan Ketahanan Pangan

Di Indonesia persoalan pangan telah menjadi isu utama sejak jaman


kerajaan, dimana raja-raja jawa telah menumpuk cadangan bahan pangan.
Demikian pula pemerintah kolonial Belanda membentuk badan khusus untuk
menangani pengadaan pangan.
Pada perkembangan awal, ketahanan pangan diartikan menjamin seluruh
orang pada setiap waktu terhadap akses pangan dan akses secara ekonomi untuk
mendapatkan kebutuhan pangan yang mereka perlukan. Kemudian perubahan
yang membedakan ketersediaan dengan akses, pada akhirnya konsep berkembang
dengan memperhatikan faktor lain, seperti nilai gizi, aspek sosial dan latar
belakang budaya (ESCAP, 2009:20).
Ketahanan pangan para ahli sepakat bahwa ketahanan pangan minimal
mengandung dua unsur pokok, yaitu ketersediaan pangan dan aksebilitas
masyarakat terhadap bahan pangan tersebut, jika salah satu dari unsur diatas tidak
terpenuhi, maka suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan
pangan yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan
regional. Tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak
merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh (Arifin, 2004:31).
Ada tiga faktor yang dapat meningkatkan ketahanan pangan:

1. Ketersediaan pangan sebanyak yang diperlukan oleh masyarakat yang


mencakup kestabilan dan kesinambungan penyediaan pangan baik yang berasal
dari produksi, cadangan maupun impor dan ekspor.
2. Distribusi yang mencankup aksebilitas pangan antar wilayah dan antar waktu
serta stabilitas harga pangan strategis.
3. Konsumsi yang mencangkup jumlah mutu gizi/nutrisi keamanan dan
keanekaragaman konsumsi pangan (Suparmo dan Usman, 2004:3-4).
Kebijakan pangan pemerintah sebagai pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1996 yang dituangkan dalam peraturan pemerintah nomor 68
tahun 2002 mengenai ketahanan pangan, secara garis besar mengatur faktor-faktor
untuk meningkatkan ketahanan pangan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Ketersediaan pangan.

2. Cadangan pangan nasional.

3. Penganekaragaman pangan.

4. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan.

5. Peran pemerintah daerah dan masyarakat.

6. Pengembangan sumberdaya manusia dan kerjasama internasional.

Badan ketahanan menyusun kebijakan umum mengenai ketahanan pangan


yang arahnya adalah mewujudkan kemandirian pangan untuk menjamin
ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman bermutu, bergizi seimbang
pada tingkat rumah tangga, daerah dan nasional sepanjang waktu dan merata
melalui pemanfaatan sumberdaya dan budaya lokal, teknologi inivatif dan peluang
pasar serta memperkuat ekonomi kerakyatan dan mengentaskan dari kemiskinan.
(Purwaningsih 2008).
Dengan demikian faktor-faktor untuk upaya meningkatkan ketahanan
pangan dapat disimpulkan:
1. Strategi

Pada dasarnya perkuatan ketahanan pangan nasional tentu perlu ditempuh


melalui strategi utama yang sudah menjadi cara baku. Secara baku, dituangkan
berbagai strategi dari setiap aspek setiap ketahanan pangan Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2011 yang merumuskan beberapa strategi untuk
diimplementasikan. Adapun rumusan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pemantapan dan peningkatan produksi pangan domestik melalui intensifikasi
dan ekstensifikasi pada lahan yang sesuai dan masih potensial.
b. Pelestarian lahan pangan melalui audit lahan sawah, penerbitan peraturan
daerah, pencegahan konversi lahan pangan, dan pencadangan lahan untuk
pangan/beras yang mesti disertai kompensasi yang memadai bagi produsen.
c. Fasilitasi dan jaminan kelancaran pasokan sarana produksi, terutama
benih/bibit dan pupuk.
d. Peningkatan dan perbaikan infrastruktur produksi dan transportasi didaerah
sentra produksi melalui alokasi anggaran pemerintah pusat.
e. Pengembangan produksi bahan pangan organik dan bahan pangan berbasis
sumberdaya lokal.
f. Pengembangan cadangan pangan daerah melalui pengembangan kerjasama
antar pemerintah kabupaten/kota dan peningkatan/revitalisasi fungsi dan peran
lumbung desa dan cadangan pangan masyarakat.
g. Pemantapan kesepakatan alokasi anggaran pertanian provinsi dan
kabupaten/kota sentra produksi.
h. Peningkatan ketersediaan dan kefungsian infrastruktur pasar dan pengolahan
hasil.
i. Peningkatan fasilitas pengeringan dan pengolahan hasil pangan pada daerah
pasang surut.
Untuk mendukung upaya-upaya (strategi) tersebut perlu dilakukan secara
Periodik analisis ketersediaan dan kebutuhan pangan masyarakat dan analisis
cadangan pangan ditangan masyarakat (Andy Mulyana 2012). Produktivitas lahan
lahan tanaman pangan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan
pangan. Penggunaan tenaga kerja, pupuk nitrogen, pupuk phosfat, dan pupuk
organik meningkatkan produktivitas lahan. Namun umur petani tidak berpengaruh
nyata terhadap produktivitas lahan. Produktivitas lahan para petani pemilik
penggarap lebih tinggi dari produktivitas lahan petani lainnya. Sebaliknya,
produktivitas lahan para petani peminjam lahan kegutanan lebih rendah dari
produktivitas lahan lainnya. (Suwarto 2008).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi untuk upaya
meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Perluasan lahan pertanian

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh negara
indonesia karena mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis.
Keadaan inilah yang menampakkan bahwa sektor pertanian sebagai salah satu
sektor ketahanan pangan nasional. Dengan demikian diharapkan kebijakan untuk
sektor pertanian lebih diutamakan. Namun setiap tahun untuk luas lahan pertanian
selalu mengalami alih fungsi lahan, dari lahan sawah ke non sawah.
Ketahanan pangan merupakan salah satu dari 11 prioritas dengan substansi
inti program aksinya yang meliputi pengembangan kawasan dan tata ruang
pertanian, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, adaptasi terhadap
perubahan iklim, peningkatan penelitian dan pengembangan, serta peningkatan
kualitas gizi dan keanekaragaman pangan. Berdasarkan hal tersebut,
pendayagunaan tanah terlantar dapat diarahkan untuk mendukung program aksi
ketahanan pangan melalui pengembangan lahan untuk pertanian pangan dan ikut
serta dalam mendorong peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan
masyarakat. Jika semakin luas lahan yang digunakan tidak menghasilkan produksi
padi yang meningkat. Maka diperlukan pupuk untuk produktivitasnya.
2. Menganekaragamkan pangan

Penganekaragaman Pangan adalah upaya untuk mencapai ketahanan


pangan dengan cara menyediakan berbagai alternatif pangan seperti beras, ubi-
ubian, jagung, gandum, sagu dan sebagainya. Di Indonesia terdapat makanan yang
menjadi pangan pokok, tetapi masyarakat indonesia sebagian besar masih
menganggap bahwa beras adalah makanan utama yang tidak bisa digantikan oleh
makanan lain. Hal ini dapat menyebabkan Indonesia harus mengimpor beras. Kita
tahu bahwa di Indonesia terdapat berbagai makanan selain ubi-ubian, jagung,
gandum, sagu dan lain sebagainya. Tujuan dari menganekaragamkan pangan ini
adalah:
a. Memantapkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman
(B2SA).
b. Mendorong peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan
lokal dan LCM (Lomba Cipta Menu).
c. Memfasilitasi laboratorium keamanan pangan segar dan peningkatan mutu dan
keamanan pangan.
3. Ketersediaan pangan
Strategi yang dapat ditetapkan untuk ketersediaan pangan adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan ketersediaan pangan yang berasal dari produksi dalam negeri
untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat.
b. Mengkoordinasikan dan mengembangkan cadangan pangan dan pemantapan
kelembagaan pangan.
c. Meningkatkan peran serta stake holder dan masyarakat dalam upaya mencegah
dan penanggulangi kerawanan pangan.
4. Distribusi pangan

Strategi untuk distribusi pangan adalah sebagai berikut:

a. Mendorong dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya distribusi


pangan yang efektif dan efisien.
b. Menumbuh kembangkan koordinasi dan sinergi kebijakan distribusi pangan.

c. Mendorong peran serta kelembagaan pangan dan masyarakat dalam


meningkatkan kelancaran distribusi harga dan meningkatkan akses pangan.
d. Penanganan daerah rawan pangan melalui SIDI (Sistem Informasi Dini) dan
penyusunan peta rawan pangan melalui Sistem Keamanan Pangan dan Gizi
(SKPG).
5. Penyuluhan

Pengembangan penyuluhdan kelembagaan penyuluh yang handal dan


profesional di Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan. Pemberdayaan Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP) ditingkat kecamatan sebagai home base dan basis
penyebaran informasi ketahanan pangan dan agribisnis, pengembangan sarana dan
prasarana serta penguatan koordinasi program dan program penyuluhan ditingkat
provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan. Peningkatan koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi antar pemerintah dalam penyelenggaraan penyuluhan.
Penyebab orang-orang lebih suka makan nasi daripada dengan makanan
lainnya seperti sagu, jagung, dan ubi :
a) Indonesia adalah negara agraris. Lahan pertanian yang luas dan hasil panen
yang melimpah merupakan bukti bahwa Indonesia adalah negara agraris. Di
berbagai daerah tanaman padi terhampar. Produksi pertaniannya lebih besar
dibandingkan yang lainnya. Jadi tentu makanan pokok orang Indonesia adalah
nasi.
b) Ada mindset yang terbentuk mulai dari kecil bahwa kita tidak bakalan kenyang
kalau belum makan nasi.
c) Kebiasaan.

Mau makan bakso, makan pecel, batagor, gado-gado, semua tetap harus ada
nasinya.
d) Dari sekitar umur dua atau tiga tahun kamu sudah makan nasi dan sampai
sekarang kamu masih makan nasi.
e) Meski tahu bahwa karbohidrat nasi itu tidak baik buat tubuh, tetap saja jadi
favorit.
f) Ada pandangan kalau makan ubi kasta terendah.

Indonesia, selain mengimpor beras juga mengekspor beras keluar negeri.

Berikut adalah data impor dan ekspor beras.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Ketahanan pangan merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin


seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu
yang layak, dan aman yang di dasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan
berbasis pada keragaman sumber daya domestik. Internasional Confrance in
Nutrition, (FAO/WHO, 1992) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai akses
setiap rumah tangga atau individu untuk memperoleh pangan pada setiap waktu
keperluan hidup sehat.
2. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai sumber
daya alam yang sangat melimpah. Sumber daya alam ini berasal dari sektor
pertanian, perikanan, peternakan sampai dengan pertambangan seperti minyak
bumi, gas alam dan logam. Menurut data BPS 2017 bahan pangan untuk
masyarakat diperoleh sekitar 70% masyarakat Indonesia saat ini masih
berprofesi menjadi petani. Dari data yang diperoleh bahwa banyaknya
penduduk yang semakin bertambah setiap tahunnya menyebabkan permintaan
terhadap kebutuhan pokoknya semakin meningkat sehingga pemerintah
Indonesia sering melakukan impor beras karena beras merupakan kebutuhan
pokok yang harus dipenuhi bagi masyarakat. Impor beras terus dilakukan oleh
pemerintah karena kurangnya pangan dari masyarakat sendiri sehingga untuk
memnuhi kebutuhan hidup masyarakat masih sangat minim. Impor beras juga

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

merupakan salah satu kerjasama pemerintah Indonesia dengan negara lain agar
terciptanya hubungan perdagangan internasional.
Kondisi pertanian di Indonesia, kini terasa cukup memprihatinkan.
Dimana Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris (negara yang maju
pertaniannya), sekarang malah mengimpor makanan pokoknya dari negara lain.
Padahal sebenarnya rakyat dan bumi kita yang tercinta ini masih dapat
memenuhi kebutuhan beras untuk makan kita sehari-hari. Selain itu cuaca juga
menentukan seberapa banyak hasil panen dalam bertani. Cuaca yang tidak
menentu, seperti pergeseran musim hujan dan musim kemarau menyebabkan
petani kesulitan dalam menetapkan waktu yang tepat untuk mengawali masa
tanam, dengan benih beserta pupuk yang digunakan sehingga tanaman yang
ditanam mengalami pertumbuhan pertumbuhan yang tidak wajar dan
mengakibatkan gagal panen. Peristiwa ini sering terjadi di hampir setiap daerah
di Indonesia dan membuat petani yang miskin semakin miskin karena
kegagalan panen tersebut. Diharapkan pemerintah juga memperhatikan nasib
para petani yang sama memperhatikannya dengan kondisi pertaniannya.
Seperti bagaimana cara bertanam yang bersahabat dengan alam dan
menggunakan teknologi sehingga bertani memberikan banyak keuntungan
dibandingkan dengan kerugiannya, namun teknologinya pun yang tidak
membahayakan alam.
3. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indonesia selalu
mengimpor beras mulai dari tahun 2000 hingga 2015 atau selama 15 tahun.
Sementara untuk mengimpor beras pada tahun 2018 Indonesia kembali
mengimpor beras selama 15 tahun tersebut, Indonesia telah mengimpor beras
sebanyak 15,39 juta ton beras dengan volume impor beras sebanyak pada tahun
2011 dengan volume sebesar 2,75 ton, sedangkan volume terkecil pada tahun
2005 sebesar 189.616 ton. Sehingga, dengan jumlah total impor beras tersebut
dan ditambah 500.000 ton pada tahun ini, maka hingga saat ini Indonesia telah
mengimpor beras sebesar 15, 89 juta ton. Sementara, disisi dana yang
dikeluarkan pada impor beras sebesar 15,39 juta ton mencapai 5,83 miliar
dollar AS atau Rp 78,70 triliun (kurs Rp 13.500). dana yang paling banyak
dikeluarkan pada impor tahun 2011 dengan 1,51 milliar dolar AS atau Rp
20,38 triliun, sedangkan dana yang paling sedikit dikeluarkan tahun 2005
dengan nilai 51,49 juta dollar AS atau Rp 695,1 miliar. Impor bahan ini
disebabkan berbagai hal di antaranya sbb: 1. Jumlah penduduk yang sangat
besar, 2. Ketergantungan mengkonsumsi beras, 3. Perubahan iklim, 4. Luas
lahan pertanian yang semakin sempit, 5. Mahalnya biaya transportasi, 6.
Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat.

4. Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan

Ada tiga faktor yang dapat meningkatkan ketahanan pangan:

1. Ketersediaan pangan sebanyak yang diperlukan oleh masyarakat yang


mencakup kestabilan dan kesinambungan penyediaan pangan baik yang
berasal dari produksi, cadangan maupun impor dan ekspor.
2. Distribusi yang mencankup aksebilitas pangan antar wilayah dan antar waktu
serta stabilitas harga pangan strategis.
3. Konsumsi yang mencangkup jumlah mutu gizi/nutrisi keamanan dan
keanekaragaman konsumsi pangan (Suparmo dan Usman, 2004:3-4).
Dari berbagai tulisan-tulisan yang diperoleh dan juga berdasarkan data- data
yang terkait dengan ketahanan pangan nasional dapat disimpulkan bahwa
Indonesia memang dikenal sebagai negara agraris yaitu negara yang maju
pertaniannya namun masih mengimpor beras karena meningkatnya penduduk
sehingga produksi beras yang setiap tahunnya meningkatpun tidak mencukupi
kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Akhirnya, pemerintah melakukan impor
beras untuk membantu masyarakat dalam memnuhi kebutuhan pokok mereka
terutama bagi rakyat yang miskin.
B. Saran

1. Adapun saran yang bisa diberikan adalah sebaiknya pemerintah lebih


memperhatikan masalah ketahanan pangan yang ada di Indonesia. karena
masih banyak masyarakat yang belum memahami bagaimana cara atau
strategi yang baik guna menjaga ketahanan pangan mereka.
2. Untuk memaksimalkan ketahanan pangan di Indonesia saat ini pemerintah
harus ikut serta dalam sektor pertanian agar ketahanan pangan dapat
tersedia bagi masyarakat sehingga tidak perlu mengimpor beras dari luar
negeri.
3. Dari faktor-faktor yang menyebabkan Indonesia mengimpor beras
tersebut, sebaiknya lebih memperhatikan lahan pertanian di Indonesia
terutama di daerah-daerah yang dominan profesinya sebagai petani.
Sehingga untuk meningkatkan ekspor beras maka pemerintah harus
memperbaiki dan meningkatkan infrastruktur, meningkatkan produktifitas
buruh dan mempermudah prosedur import bahan utama dan bahan
pembantu industri.
4. Dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan dan kemandirian pangan
di Indonesia, maka pemerintah perlu mengkaji ulang pencapaian dari
kebijakan mengenai ketersediaan pangan yang sudah ada serta mengatasi
permasalahan yang ada, melalui industri pangan non beras berbasis
tepung-tepungan dari umbi-umbian dan jagung. Sehingga perekonomian
masyarakat Indonesia menjadi meningkat dan keanekaan produk dari
pangan non beras tercapai serta lebih mandiri atau tidak bergantung pada
impor dan menjadi negara yang berdaulat. Beberapa hal yang perlu
dipertajam adalah kebijakan mengenai penganekaragaman atau
diversifikasi pola konsumsi pangan dan peningkatan mutu keamanan
pangan.

C. Keterbatasan

Berdasarkan uraian di latar belakang dan hasil pembahasan dan


selanjutnya dapat disampaikan beberapa keterbatasan makalah berikut ini
1. Kurang memberi deskripsi detail tentang situasi pertanian di seluruh
wilayah Indonesia.
2. Tulisan bersifat analitis dan kurang didukung data detail tentang situasi
pangan di seluruh wilayah Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2001. Program Kerja Pengembangan Kewaspadaan Pangan. Pusat


Kewaspadaan Pangan 2001-2004. Pusat Kewaspadaan Pangan. Badan
Bimas Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Arumsari, vini. 2008. Peran Wanita Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan. Pada
Tingkat Rumah Tangga Di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta, 13 (1):71-82.

Barichello, Rick, 2000. Evaluating Government Policy for Food Security: Indonesia.
University of British Columbia. Berlin

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Las, Irsal dan Mulyani, Anny dan Ritung,S.2011.Potensi dan Ketersediaan Sumber
Daya Lahan untuk Mendukung Ketahanan Pangan,:73-80.

Muhilal, Fasli Jalal dan Hardinsyah, 1998. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan.
Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Mulyana, Andy. 2012. Penguatan Ketahanan Pangan Untuk Menekan Jumlah


Penduduk Miskin dan Rentan Pangan di Tingkat Nasional dan
Regional,1(1): 11-18.

Napitupulu, Tom Edward Marasi, 2000. Pembangunan Pertanian dan


pengembangan Agroindustri. Wibowo, R. (Editor). Pertanian dan pangan.
Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Ngajenan, Muhammad, 1990. Kamus Etismologi Bahasa Indonesia. Semarang:


Dahara Prize.
Purwaningsih, Yunastiti. 2008.Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan,
dan Pemberdayaan Masyarakat,9(1):1-27.
Suryana, Achmad. 2005. Seminar “Kebijakan Pertahanan Pangan”. Bogor : Faberta,
Suyastiri, Ni Made. 2008. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis
Potensi
Lokal Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pedesaan Di
Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul,13 (1):51-60.

Wahyunto. 2009. Lahan Sawah Di Indonesia Sebagai Pendukung Ketahanan Pangan


Nasional,18(2):133-152.

Weingartner, L. 2000. The Concept of Food and Nutrition Security in Klaus Klennert
(ed). Achieving Food and Nutrition Security: Actions to Meet the Global
Challenge. Bonn, Germany.

Hafsah, L. 2006 Ketahanan Pangan. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban,


Jakarta: Kompas.

http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/09/tantangan-menuju-ketahanan-pangan/

Anda mungkin juga menyukai