Anda di halaman 1dari 129

Ringkasan Syarah

HADITS ARBA'IN
Syaikh Sholeh Alu Syaikh
Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam

Publication : 1439 H_2017 M

RINGKASAN SYARAH HADITS ARBA'IN AN-NAWAWI


Syaikh Sholeh Alu Sayikh

Disalin dari HaditsWeb 7.0 dalam versi CHM


e-Book ini didownload dari www.ibnumajjah.com
PRA KATA

ُ‫للاِ ُ َو َعلَى ُآلُِِو‬


ُ ُ ‫السالَُُم ُ َعلَى ُ َر ُس ْوُِل‬
َّ ‫الصالَُة ُ َو‬
َّ ‫ ُ َو‬.‫ي‬ ُِّ ‫للِ ُ َر‬
َُ ْ ‫ب ُالْ َعالَ ِم‬ ُ ُ ‫ـح ْم ُُد‬
َ ْ‫ال‬
ِّ ُ‫لُيـوُِم‬
:‫ُأ ََّماُبَـ ْع ُُد‬.‫الديْ ُِن‬ ِ ٍُ ‫َصحابُِِوُوم ُنُتَبِ َع ُه ُمُِبِِ ْحس‬
ْ َ َُ ‫انُإ‬ َ ْ ْ َ َ َ ْ ‫َوأ‬
Kitab Arba'in Nawawiyyah yang ditulis Imam an-Nawawi
rahimahullah adalah sebuah kitab yang penuh berkah, yang
banyak dihafalkan, dikaji dan disyarah para ulama, ini karena
keikhlasan beliau dan isinya merupakan hadits-hadits fondasi
Islam, sehingga beliau memberi nama kitabnya ini dengan
judul al-Arba'in fi Mabanil Islam wa Qawa'idil Ahkaam (40
Hadits Tentang Fondasi Islam dan Landasan Hukum).

Kami telah lama men-share beberapa matan Arbai‟in an-


Nawawi, selanjutnya pada kesempatan ini kami share:

1. Ringkasan syarah kitab ini dalam bahasa kita yakni


Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih
Alu Syaikh Hafizhohulloh yang disusun Ustadz Abu Isa
Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma‟had Ihyaus
Sunnah, Tasikmalaya) yang ter-compile dalam
HaditsWeb 7.0,

2. Sumber dari eBook seperti dikatakan peng-compile


HaditsWeb 7.0 adalah www.muslim.or.id, kami
mencoba untuk menyelusurinya namun kami tidak

i
menjumpainya lagi, mungkin telah dihapus dari
www.muslim.or.id,

3. Ebook ini pada HaditsWeb 7.0 tanpa teks hadits dalam


bahasa arab dan tidak menjelaskan status hadits,

4. Kami menambahkan teks arab haditsnya dari software


salafiDB,

5. Status hadits kami ambil dari catatan kaki Matan


Hadits Arba’in terbitan Pustaka Ibnu Umar yang
mengambilnya dari al-Maktabah asy-Syamilah,
khusus hadits ke-30 kami tambahkan komentar akan
status hadits tersebut,

6. Kami men-share eBook ini dalam format PDF, DOC


dan CHM.

Kami berharap, apa yang kami perbuat pada eBook ini


membuatnya lebih baik dan lebih mudah dimanfaatkan oleh
kaum muslimin, amin...

Rumbio, 1 Shafar 1439H/ 2019 M


Abu Azka Atsila
IbnuMajjah.Com

ii
DAFTAR ISI

Pra Kata ................................................................... i

Daftar Isi .................................................................. iii

Pengantar Penyusun .................................................. 1

Hadits 1 : Ikhlas ..................................................... 4

Hadits 2 : Islam, Iman dan Ihsan ............................. 9

Hadits 3 : Rukun Islam ........................................... 17

Hadits 4 : Nasib Manusia Sudah Ditetapkan ............... 21

Hadits 5 : Perbuatan Bid'ah Tertolak ......................... 26

Hadits 6 : Dalil Haram dan Halal Telah Jelas .............. 29

Hadits 7 : Agama Adalah Nasehat ............................. 33

Hadits 8 : Perintah Memerangi Orang yang Tidak

Sholat dan Tidak Membayar Zakat ............. 36

Hadits 9 : Melaksanakan Perintah Sesuai

Kemampuan ........................................... 39

Hadits 10 : Makanlah dari Rezeki yang Halal ................ 41

Hadits 11 : Tinggalkan Hal yang Meragukan ................ 44

Hadits 12 : Meninggalkan yang Tidak Bermanfaat ........ 46

Hadits 13 : Mencintai Saudara Sesama Muslim ............ 48

Hadits 14 : Larangan Zina, Mencuri dan Murtad ........... 50

iii
Hadits 15 : Berkata yang Baik atau Diam .................... 53

Hadits 16 : Jangan Marah .......................................... 56

Hadits 17 : Berbuat Baik Dalam Segala Urusan ............ 58

Hadits 18 : Iringi Kesalahan Dengan Kebaikan ............. 60

Hadits 19 : Minta Tolonglah Kepada Allah .................... 63

Hadits 20 : Milikilah Sifat Malu ................................... 68

Hadits 21 : Berlaku Istiqomah ................................... 70

Hadits 22 : Melaksanakan Islam Dengan Sebenarnya ... 72

Hadits 23 : Suci Sebagian Dari Iman .......................... 74

Hadits 24 : Larangan Berbuat Zhalim.......................... 77

Hadits 25 : Bersedekah Dari Kelebihan Harta ............... 81

Hadits 26 : Segala Perbuatan Baik Sedekah................. 84

Hadits 27 : Jauhilah Perbuatan yang Meresahkan ......... 85

Hadits 28 : Berpegang Teguh Kepada Sunnah.............. 88

Hadits 29 : Shalat Lail Menghapuskan Dosa ................. 91

Hadits 30 : Patuhilah Perintah dan Larangan Agama ..... 95

Hadits 31 : Zuhud .................................................... 96

Hadits 32 : Tidak Boleh Berbuat Kerusakan ................. 99

Hadits 33 : Penuduh Wajib Mendatangkan Bukti........... 101

Hadits 34 : Kewajiban Amar Ma'ruf Nahi Munkar .......... 103

Hadits 35 : Jangan Saling Mendengki .......................... 106

Hadits 36 : Membantu Kesulitan Sesama Muslim .......... 109

iv
Hadits 37 : Pahala Kebaikan Berlipat Ganda ................ 111

Hadits 38 : Melakukan yang Sunnah Ciri Wali Allah ...... 114

Hadits 39 : Kesalahan yang Diampuni ......................... 116

Hadits 40 : Hiduplah Laksana Seorang Pengembara ..... 117

Hadits 41 : Menundukkan Hawa Nafsu ........................ 119

Hadits 42 : Allah Mengampuni Semua Dosa

Kecuali Syirik .......................................... 121

Penutup .................................................................... 123

v
PENGANTAR

Sesungguhnya segala puji dan syukur hanya untuk Allah.


Kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, dan
memohon ampun kepada-Nya. Kami juga berlindung kepada-
Nya dari keburukan jiwa-jiwa kami dan dari kejelekan amal-
amal perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh
Allah maka tidak ada seorang pun yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh-Nya
maka tidak ada seorang pun yang dapat memberikan
petunjuk kepadanya. Kami bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah, yang
tidak ada sekutu bagi-Nya. Kami juga bersaksi bahwa
Muhammad bin „Abdillah adalah hamba dan utusan-Nya.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad, keluargnya, para sahabatnya, dan orang-
orang yang senantiasa berusaha mengikutinya hingga Hari
Kiamat kelak.

Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:

ُْ ‫اللَُ َح َُّقُتُـ َقاتُِِوُ َو ُلََُِتُوتُ َُّنُإِ ُلَُّ َوأَنتُمُ ُّم‬


ُ‫سل ُُـمو َن‬ َُ ‫َُيُأَيـُّ َهاُالَّ ِذ‬
ُّ ُْ‫ينُ َآمنُوُاُْاتَّـ ُقوُا‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada


Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah

1
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam.” (QS. Ali 'Imran/3:102)

ُ‫اح َدُةٍ ُ َو َخلَ َُق ُ ِمْنـ َها‬


ِ ‫س ُو‬ ِ ِ َّ
َ ٍُ ‫َّاس ُاتَّـ ُقوُاْ ُ َربَّ ُك ُُم ُالذي ُ َخلَ َق ُكم ُ ّمن ُنـَّ ْف‬
ُُ ‫َُي ُأَيـُّ َها ُالن‬

ُ‫اللَ ُالَّ ِذي ُتَ َساءلُو َُن ُبُِِو‬


ُّ ُ ْ‫َزْو َج َها ُ َوبَثَُّ ُ ِمْنـ ُه َما ُ ِر َجا ُلً ُ َكثِريُاً ُ َونِ َساء ُ َواتَّـ ُقوُا‬

ً‫اللَُ َكا َُنُ َعلَْي ُك ُْمُ َرقِيبُا‬


ُّ ُ‫َواأل َْر َح َُامُإِ َُّن‬

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu


yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.” (QS. An Nisaa'/4:1)

Amma ba’d.

Sesungguhnya sebenar-benarnya perkataan adalah


Firman Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi
Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam, dan seburuk-buruk
perkara adalah perkara yang baru dalam masalah agama.
Sesungguhnya setiap perkara yang baru dalam agama
adalah bid‟ah, dan setiap bid‟ah adalah sesat, dan setiap
kesesatan ujung-ujungnya adalah Neraka.

2
Arba'in An-Nawawi adalah kitab kumpulan hadits yang
sangat terkenal. Berisi hadits-hadits yang sangat mendasar
bagi pembentukan pemahaman seseorang akan hakekat
Dienul Islam. Maka sudah semestinya bagi setiap muslim
untuk mempelajarinya dengan pemahaman yang benar.
Terdorong untuk membantu saudaranya dalam memahami
hadits-hadits tersebut, penulis bersama ikhwan mahasiswa
mengadakan dauroh kitab Arba‟in. Untuk memudahkan
peserta dauroh, penulis terpanggil untuk membuat ringkasan
syarah. Penulis memandang bahwa syarah Syaikh Sholeh
Alu Syaikh sangat bermanfaat. Karena beliau
menyampaikan penjelasan dengan mendahulukan hal-hal
yang sangat mendasar sebagai landasan untuk memahami
Dienul Islam lebih lanjut. Disamping bahwa syarah tersebut
beliau sampaikan dalam forum dauroh yang diadakan di
negaranya baru-baru ini. Maka diharap lebih sesuai dengan
kebutuhan umat dewasa ini.

Karena ringkasan ini disusun dalam waktu yang sangat


singkat, maka tentu saja banyak kekurangan. Maka penulis
mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Penyusun,

Abu Isa Abdulloh bin Salam

3
‫‪Hadits Ke-1‬‬
‫‪IKHLAS‬‬

‫ال‪ُ:‬‬ ‫اب َُُر ِض َُي ُ ُ‬


‫للاُ ُ َعْن ُوُ ُقَ َُ‬ ‫ـخطَّ ُِ‬ ‫َب ُ َح ْف ٍُ‬
‫ص ُعُ َمَُر ُبْ ُِن ُال َُ‬ ‫َع ُْن ُأ َِم ُِْري ُال ُُـم ْؤِمنِ ْ َُ‬
‫ي ُأِ ُْ‬

‫ال ُ ِِبلنِّيَّ ُِ‬ ‫ِ‬ ‫ت ُرسوَُل ُ ُِ‬


‫ات‪ُ،‬‬ ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُيَـ ُق ْو ُُل‪ُ :‬إِنَّ َـما ُاْأل ْ‬
‫َع َم ُُ‬ ‫صلَّى ُللا َ‬
‫للا ُ َ‬
‫ِ‬
‫َسـم ْع ُُ َ ُ ْ‬
‫للاِ ُ َوَر ُس ْولُِِو ُفَ ِه ْجَرتُُوُ ُإِ َُ‬
‫لُ‬ ‫لُ ُ‬‫ت ُ ِى ْجَرتُُوُ ُإِ َُ‬ ‫َُوإِنَّ َـما ُلِ ُك ُِّل ُ ْام ِر ٍُ‬
‫ئ ُ َما ُنَـ َوى؛ ُفَ َم ُْن ُ َكانَ ُْ‬
‫تُ ِىجرتُُوُلِ ُدنْـياُي ِ‬
‫صْيـبُـ َهاُأ َُْوُ ْامَرأَُةٍُيَـْنكِ ُح َهاُفَ ِه ْجَرتُُوُُإِ َُ‬
‫لُ‬ ‫ِِ‬ ‫ُِ‬
‫للاُ َوَر ُس ْول ُو‪َ ُ،‬وَم ُْنُ َكانَ ُْ ْ َ ُ َ ُ‬
‫اجَُر ُإِلَْي ُِو‪ُ .‬رواه ُإماما ُالـمـحدثي ُأبو ُعبد ُللا ُمـحمد ُبن ُإسـماعيل ُبنُ‬
‫َما ُ َى َ‬
‫إبراىيم ُبن ُالـمغرية ُبن ُبردزبة ُالبخاري ُوابو ُالـحسي ُمسلـم ُبن ُالـحجاج ُبنُ‬

‫مسلـم ُالقشريي ُالنيسابوري ُيف ُصحيـحيهما ُاللذين ُمها ُأصح ُالكتبُ‬

‫الـمصنفة‬

‫‪Dari‬‬ ‫‪Amirul‬‬ ‫‪Mu‟minin,‬‬ ‫‪Abu‬‬ ‫‪Hafsh‬‬ ‫‪Umar‬‬ ‫‪bin‬‬ ‫‪Khottob‬‬


‫‪rodhiyallohu ’anhu dia berkata: “Aku pernah mendengar‬‬
‫‪Rosululloh‬‬ ‫‪shollallohu‬‬ ‫‪‘alaihi‬‬ ‫‪wasallam‬‬ ‫‪bersabda:‬‬
‫‪‟Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya,‬‬
‫‪dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh‬‬
‫‪karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan‬‬

‫‪4‬‬
Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan
barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan)
dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka
hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya
(niatnya).‟” (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu
Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin
Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj
bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab
mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-
kitab hadits)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 54, 2529, 3898, 5070,


6689, 6953), Muslim (no. 1907), dan selain keduanya.

Kedudukan Hadits

Materi hadits pertama ini merupakan pokok agama.


Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Ada Tiga hadits yang
merupakan poros agama, yaitu hadits Úmar, hadits Aísyah,
dan hadits Nu‟man bin Basyir.” Perkataan Imam Ahmad
rahimahullah tersebut dapat dijelaskan bahwa perbuatan
seorang mukallaf bertumpu pada melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan. Inilah halal dan haram. Dan diantara
halal dan haram tersebut ada yang musytabihat (hadits
Nu‟man bin Basyir). Untuk melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan dibutuhkan niat yang benar (hadits

5
Úmar), dan harus sesuai dengan tuntunan syariát (hadits
Aísyah).

Setiap Amal Tergantung Niatnya

Diterima atau tidaknya dan sah atau tidaknya suatu amal


tergantung pada niatnya. Demikian juga setiap orang berhak
mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya dalam beramal.
Dan yang dimaksud dengan amal disini adalah semua yang
berasal dari seorang hamba baik berupa perkataan,
perbuatan maupun keyakinan hati.

Fungsi Niat

Niat memiliki 2 fungsi:

1. Jika niat berkaitan dengan sasaran suatu amal


(ma’bud), maka niat tersebut berfungsi untuk
membedakan antara amal ibadah dengan amal
kebiasaan.
2. Jika niat berkaitan dengan amal itu sendiri (ibadah),
maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan
antara satu amal ibadah dengan amal ibadah yang
lainnya.

Pengaruh Niat yang Salah Terhadap Amal Ibadah

Jika para ulama berbicara tentang niat, maka mencakup


2 hal:

6
1. Niat sebagai syarat sahnya ibadah, yaitu istilah niat
yang dipakai oleh fuqoha‟.
2. Niat sebagai syarat diterimanya ibadah, dengan istilah
lain: Ikhlas.

Niat pada pengertian yang ke-2 ini, jika niat tersebut


salah (tidak Ikhlas) maka akan berpengaruh terhadap
diterimanya suatu amal, dengan perincian sebagai
berikut:

a. Jika niatnya salah sejak awal, maka ibadah


tersebut batal.
b. Jika kesalahan niat terjadi di tengah-tengah amal,
maka ada 2 keadaan:
- Jika ia menghapus niat yang awal maka
seluruh amalnya batal.
- Jika ia memperbagus amalnya dengan tidak
menghapus niat yang awal, maka amal
tambahannya batal.
c. Senang untuk dipuji setelah amal selesai, maka
tidak membatalkan amal.

Beribadah dengan Tujuan Dunia

Pada dasarnya amal ibadah hanya diniatkan untuk meraih


kenikmatan akhirat. Namun terkadang diperbolehkan
beramal dengan niat untuk tujuan dunia disamping berniat
untuk tujuan akhirat, dengan syarat apabila syariát
menyebutkan adanya pahala dunia bagi amalan tersebut.

7
Amal yang tidak tercampur niat untuk mendapatkan dunia
memiliki pahala yang lebih sempurna dibandingkan dengan
amal yang disertai niat duniawi.

Hijrah

Makna hijrah secara syariát adalah meninggalkan sesuatu


demi Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah artinya mencari
sesuatu yang ada disisi-Nya, dan demi Rasul-Nya artinya
ittiba’ dan senang terhadap tuntunan Rasul-Nya.

Bentuk-bentuk Hijrah:

1. Meninggalkan negeri syirik menuju negeri tauhid.


2. meninggalkan negeri bidáh menuju negeri sunnah.
3. Meninggalkan negeri penuh maksiat menuju negeri
yang sedikit kemaksiatan.

Ketiga bentuk hijrah tersebut adalah pengaruh dari


makna hijrah.

8
‫‪Hadits Ke-2‬‬
‫‪ISLAM, IMAN DAN IHSAN‬‬

‫صلَّىُ‬ ‫سُعِْن َُدُرسوُِلُ ُِ‬ ‫َع ُْنُعُ َمَُرُ َر ِض َُيُ ُ‬


‫للاُ َ‬ ‫َ ُْ‬ ‫ال‪ُ:‬بَـُْينـماُُنـَ ْح ُُنُ ُجلُ ْو ٌُ‬
‫للاُُ َعْن ُوُُأَيْضُاًُقَ َُ‬

‫اب ُ َش ِديْ ُُدُ‬ ‫ات ُيـَ ْوٍُم ُإِ ُْذ ُطَلَ َُع ُ َعلَْيـنَا ُ َر ُج ٌُل ُ َش ِديْ ُُد ُبَـيَ ُِ‬
‫اض ُالثِّيَ ُِ‬ ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُذَ َُ‬ ‫ِ‬
‫للا َ‬
‫س ُإِ َُ‬
‫لُ‬ ‫الس َف ِر‪َ ُ ،‬و ُلَُيَـ ْع ِرفُُوُُ ِمنَّا ُُأَ َح ٌد‪َ ُ ،‬ح َُّ‬
‫ّت ُ َجلَ َُ‬ ‫َّع ِر‪ُ ُ ،‬لَُيـَُرى ُ َعلَْي ُِو ُأَثـَُُر ُ َّ‬ ‫ِ‬
‫َس َو ُاد ُالش ْ‬
‫ض َُعُ َك َّفْي ُِوُ َعلَىُفَ ِخ َذيُِْوُ‬ ‫َّبُصلَّىُللاُِعلَي ِوُوسلَّ ُمُفَأَسنَ َُدُرْكبـتَـي ُِوُإِ َُ ِ‬
‫لُ ُرْكبَـتَـْي ُوُ َوَو َ‬ ‫َْ ََ َ ْ َُْ‬ ‫النِ ُِّ َ‬
‫ُعلَْي ِوُ‬ ‫ِ‬ ‫ال ُرسو ُُل ُ ُِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َخِ ِْبِ ُ‬
‫صلَّى ُللا َ‬
‫للا ُ َ‬ ‫ن ُ َع ُِن ُاْإل ْسالَم‪ُ ،‬فَـ َق َُ َ ُ ْ‬ ‫ـح َّمد ُأ ْ‬
‫ال‪َُ ُ :‬ي ُ ُُم َُ‬
‫َوقَ َُ‬

‫للاِ ُ َوتُِقْي َُمُ‬


‫ح َّم ًدا ُ َر ُس ْو ُُل ُ ُ‬ ‫َو َسلَّ َُم‪ُ :‬اْ ِإل ِسالَُُم ُأَ ُْن ُتَ ْش َه َُد ُأَ ُْن ُ ُلَ ُإِلَُوَ ُإِ ُلَّ ُ ُ‬
‫للاُ ُ َوأ َُّ‬
‫َن ُمُـُ َُ‬

‫ت ُإِلَْي ُِو ُ َسبِْي ُ‬


‫الًُ‬ ‫استَطَ ْع َُ‬ ‫ضا َُن ُوََتُ َُّج ُالْبـي ُ ِ‬
‫ت ُإِ ُن ُ ْ‬
‫َْ َ‬ ‫ص ْوَُم ُ َرَم َ َ‬ ‫ت ُ َّ‬
‫الزكاََُة ُ َوتَ ُ‬ ‫ِ‬
‫الصالََُة ُ َوتُـ ْؤ َُ‬
‫َّ‬

‫ال‪ُ:‬‬ ‫ن ُ َع ُِن ُاْ ِإلْْيَ ُِ‬


‫ان ُقَ َُ‬ ‫َخِ ِْبِ ُ‬ ‫ص ِّدقُوُ‪ُ ،‬قَ َُ‬
‫ال‪ُ:‬فَأ ْ‬
‫ِ‬
‫ت‪ُ ،‬فَـ َعجْبـنَا ُلَُوُ ُيَ ْسأَلُُوُ ُ َويُ َ‬
‫ص َدقْ َ‬
‫ال‪َ ُ :‬‬
‫قَ َُ‬
‫للِ ُومالَئِ َكتُِِو ُوُكتُبُِِو ُورسلُِِو ُوالْيـوُِم ُ ِ‬
‫اآلخ ُِر ُ َوتُـ ْؤِم َُن ُ ِِبلْ َق َد ُِر ُ َخ ِْريُهُِ‬ ‫ِ‬
‫َ َُ ُ َ َ ْ‬ ‫أَ ُْن ُتُـ ْؤم َُن ُ ِِب ُ َ َ‬
‫للاَُ َكأَنَّ َُ‬
‫كُ‬ ‫ال‪ُ:‬أَ ُْن ُتَُـ ْعبُ َُد ُ ُ‬ ‫ن ُع ُِن ُاْ ِإلحس ِ‬
‫ان‪ُ ،‬قَ َُ‬ ‫َْ‬ ‫َخِ ِْبِ ُ َ‬
‫ال ُفَأ ْ‬
‫ت‪ُ ،‬قَ َُ‬
‫ص َدقْ َ‬ ‫َو َشِّرُهِ‪ُ.‬قَ َُ‬
‫ال ُ َ‬
‫اع ِة‪ُ ،‬قَ َُ‬
‫ال‪َ ُ :‬ماُ‬ ‫الس َ‬ ‫َخِ ِْبِ ُ‬
‫ن ُ َع ُِن ُ َّ‬ ‫ال‪ُ :‬فَأ ْ‬ ‫تَـَر ُاهُ ُفَِإ ُْن ُُلَ ُْـم ُتَ ُك ُْن ُتَـَر ُاهُ ُفَِإنَُّوُ ُيَـَر َُ‬
‫اك‪ُ .‬قَ َُ‬

‫‪9‬‬
ُ‫ال ُأَ ُْن ُتَلِ َُد‬
َُ َ‫ ُق‬،‫ن ُ َع ُْن ُأ ََم َار ِاِتَا‬
ُ ِ‫َخِ ِْب‬ َُ َ‫ُق‬.‫السائِ ُِل‬
ْ ‫ال ُفَأ‬ َّ ُ ‫َعُلَ َُـم ُ ِم َُن‬
ُْ ‫ال َُـم ْس ُؤْو ُُل ُ َعْنـ َها ُ ِِب‬
ِ ‫يف ُالْبـْنـي‬
ُ،‫ان‬ ُِ ‫اءَ ُالش‬
َ ُ ُ ُِ ‫َّاء ُيَـتَطَ َاولُْو َُن‬ ُ ‫ـح َفاَُة ُالْعَُراَُة ُالْ َعالَُةَ ُ ِر َع‬
ُُ ‫اْأل ََم ُة ُ َربـَّتَـ َُها ُ َوأَ ُْن ُتَـَرى ُال‬

ُُ‫للا‬ ُُ ‫السائِ ُِل؟ ُقُـ ْل‬


ُ ُ :‫ت‬ َُ َ‫ ُثُ َُّـم ُق‬،‫ت ُ َملِيًّا‬
َّ ُ ‫ ُ َُي ُعُ َمَُر ُأَتَ ْد ِري ُ َم ُِن‬:‫ال‬ ُُ ْ‫ثُ َُّـم ُانْطَلَ َُق ُفَـلَبِث‬

‫ُرواهُمسلـم‬.‫الُفَِإنَُّوُُ ِج ِِْبيْ ُُلُُأَتـَا ُك ُْمُيـُ َُعُلِّ ُُـم ُك ُْمُ ِديْـنَ ُك ُْم‬


َُ َ‫ُق‬.‫َعُلَ ُُـم‬
ُْ ‫َوَر ُس ْولُُوُُأ‬

Dari Umar rodhiyallohu ’anhu juga, beliau berkata: Pada


suatu hari ketika kami duduk di dekat Rosululloh shollallohu
‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang
berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada
dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak
ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian
ia duduk di hadapan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu
mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan
meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya,
kemudian berkata:

“Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.”


Kemudian Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menjawab:
“Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan
yang haq disembah kecuali Alloh dan sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Alloh. Hendaklah engkau
mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan
Romadhon, dan mengerjakan haji ke rumah Alloh jika
engkau mampu mengerjakannya.” Orang itu berkata:
10
“Engkau benar.” Kami menjadi heran, karena dia yang
bertanya dan dia pula yang membenarkannya. Orang itu
bertanya lagi:

“Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rosululloh)


menjawab: “Hendaklah engkau beriman kepada Alloh,
beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman
kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang tadi
berkata: “Engkau benar.”

Lalu orang itu bertanya lagi: “Lalu terangkanlah kepadaku


tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: “Hendaklah engkau
beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya.
Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah)
melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.”

Orang itu berkata lagi: “Beritahukanlah kepadaku tentang


hari kiamat.” (Beliau) mejawab: “Orang yang ditanya tidak
lebih tahu daripada yang bertanya.” Orang itu selanjutnya
berkata: “Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.”
(Beliau) menjawab: “Apabila budak melahirkan tuannya, dan
engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki,
yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam
mendirikan bangunan.” Kemudian orang itu pergi, sedangkan
aku tetap tinggal beberapa saat lamanya. Lalu Nabi
shollallohu ‟alaihi wasallam bersabda: “Wahai Umar, tahukah
engkau siapa orang yang bertanya itu ?”. Aku menjawab:

11
“Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu beliau
bersabda: “Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada
kalian untuk mengajarkan agama kalian.” (HR. Muslim).

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Muslim (no. 8), Abu Dawud (no. 4695), at-
Tirmidzi (no. 2610) dan selainnya.

Kedudukan Hadits

Materi hadits ke-2 ini sangat penting sehingga sebagian


ulama menyebutnya sebagai “Induk sunnah”, karena seluruh
sunnah berpulang kepada hadits ini.

Islam, Iman, dan Ihsan

Dienul Islam mencakup tiga hal, yaitu: Islam, Iman dan


Ihsan. Islam berbicara masalah lahir, iman berbicara
masalah batin, dan ihsan mencakup keduanya.

Ihsan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari iman,


dan iman memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Islam.
Tidaklah ke-Islam-an dianggap sah kecuali jika terdapat
padanya iman, karena konsekuensi dari syahadat mencakup
lahir dan batin. Demikian juga iman tidak sah kecuali ada
Islam (dalam batas yang minimal), karena iman adalah
meliputi lahir dan batin.

12
Perhatian!

Para penuntut ilmu semestinya paham bahwa adakalanya


bagian dari sebuah istilah agama adalah istilah itu sendiri,
seperti contoh di atas.

Iman Bertambah dan Berkurang

Ahlussunnah menetapkan kaidah bahwa jika istilah Islam


dan Iman disebutkan secara bersamaan, maka masing-
masing memiliki pegerttian sendiri-sendiri, namun jika
disebutkan salah satunya saja, maka mencakup yang
lainnya. Iman dikatakan dapat bertambah dan berkurang,
namun tidaklah dikatakan bahwa Islam bertambah dan
berkurang, padahal hakikat keduanya adalah sama. Hal ini
disebabkan karena adanya tujuan untuk membedakan antara
Ahlussunnah dengan Murjiáh. Murjiáh mengakui bahwa Islam
(amalan lahir) bisa bertambah dan berkurang, namun
mereka tidak mengakui bisa bertambah dan berkurangnya
iman (amalan batin). Sementara Ahlussunnah meyakini
bahwa keduanya bisa bertambah dan berkurang.

Istilah Rukun Islam dan Rukun Iman

Istilah “Rukun” pada dasarnya merupakan hasil ijtihad


para ulama untuk memudahkan memahami dien. Rukun
berarti bagian sesuatu yang menjadi syarat terjadinya
sesuatu tersebut, jika rukun tidak ada maka sesuatu tersebut
tidak terjadi. Istilah rukun seperti ini bisa diterapkan untuk

13
Rukun Iman, artinya jika salah satu dari Rukun Iman tidak
ada, maka imanpun tidak ada. Adapun pada Rukun Islam
maka istilah rukun ini tidak berlaku secara mutlak, artinya
meskipun salah satu Rukun Islam tidak ada, masih
memungkinkan Islam masih tetap ada.

Demikianlah semestinya kita memahami dien ini dengan


istilah-istilah yang dibuat oleh para ulama, namun istilah-
istilah tersebut tidak boleh sebagai hakim karena tetap harus
merujuk kepada ketentuan dien, sehingga jika ada
ketidaksesuaian antara istilah buatan ulama dengan
ketentuan dien, ketentuan dien-lah yang dimenangkan.

Batasan Minimal Sahnya Keimanan

1. Iman kepada Allah.

Iman kepada Allah sah jika beriman kepada Rububiyyah-


Nya, uluhiyyah-Nya, dan asma‟ dan sifat-Nya.

2. Iman kepada Malaikat.

Iman kepada Malaikat sah jika beriman bahwa Allah


menciptakan makhluk bernama malaikat sebagai hamba
yang senantiasa taat dan diantara mereka ada yang
diperintah untuk mengantar wahyu.

3. Iman kepada Kitab-kitab.

Iman kepada kitab-kitab sah jika beriman bahwa Allah


telah menurunkan kitab yang merupakan kalam-Nya

14
kepada sebagian hambanya yang berkedudukan sebagai
rasul. Diantara kitab Allah adalah Al-Qurán.

4. Iman kepada Para Rasul.

Iman kepada para rasul sah jika beriman bahwa Allah


mengutus kepada manusia sebagian hambanya mereka
mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada manusia,
dan pengutusan rasul telah ditutup dengan diutusnya
Muhammad shallallaahu álaihi wa sallam.

5. Iman kepada Hari Akhir.

Iman kepada Hari Akhir sah jika beriman bahwa Allah


membuat sebuah masa sebagai tempat untuk menghisab
manusia, mereka dibangkitkan dari kubur dan
dikembalikan kepada-Nya untuk mendapatkan balasan
kebaikan atas kebaikannya dan balasan kejelekan atas
kejelekannya, yang baik (mukmin) masuk surga dan
yang buruk (kafir) masuk neraka. Ini terjadi di hari akhir
tersebut.

6. Iman kepada Taqdir.

Iman mkepada taqdir sah jika beriman bahwa Allah telah


mengilmui segala sesuatu sebelum terjadinya kemudian
Dia menentukan dengan kehendaknya semua yang akan
terjadi setelah itu Allah menciptakan segala sesuatu yang
telah ditentukan sebelumnya.

15
Demikianlah syarat keimanan yang sah, sehingga dengan
itu semua seorang berhak untuk dikatakan mukmin. Adapun
selebihnya maka tingkat keimanan seseorang berbeda-beda
sesuai dengan banyak dan sedikitnya kewajiban yang dia
tunaikan terkait dengan hatinya, lesannya, dan anggota
badannya.

Taqdir Buruk

Buruknya taqdir ditinjau dari sisi makhluk. Adapun


ditinjau dari pencipta taqdir, maka semuanya baik.

Makna Ihsan

Sebuah amal dikatakan hasan cukup jika diniati ikhlas


karena Allah, adapun selebihnya adalah kesempurnaan
ihsan. Kesempurnaan ihsan meliputi 2 keadaan:

1. Maqom Muraqobah yaitu senantiasa merasa diawasi


dan diperhatikan oleh Allah dalam setiap aktifitasnya,
kedudukan yang lebih tinggi lagi.
2. Maqom Musyahadah yaitu senantiasa memperhatikan
sifat-sifat Allah dan mengaitkan seluruh aktifitasnya
dengan sifat-sifat tersebut.

16
Hadits Ke-3
RUKUN ISLAM

ُ:‫ال‬ ُ ُ ‫اب ُ َر ِض َُي‬


َُ َ‫للاُُ َعْنـ ُه َما ُق‬ َُ ‫للاِ ُبْ ُِن ُعُ َمَُر ُبْ ُِن ُال‬
ُِ َّ‫ـخط‬ ُ ُ ‫الر ْْحَ ُِن ُ َعْب ُِد‬
َّ ُ ‫َب ُ َعْب ُِد‬
ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

َُ ُِ‫ ُب‬:‫للاُ ُ َعلَْي ُِو ُ َو َسلَّ َُم ُيَـ ُق ْو ُُل‬


ٍُ َْ‫ن ُاْ ِإل ْسالَُُم ُ َعلَى َُخ‬
ُ:‫س‬ ُ ُ ‫صلَّى‬ َُِّ ُ ‫ول‬ ُُ ‫َس ِـم ْع‬
َ ُ ‫الل‬ ُُ ‫ت ُ َر ُس‬

ُِ‫الزَك ُاة‬
َّ ُ ُ‫اء‬ َّ ُ ‫للاِ ُ َوإِقَ ُُام‬
ُ َ‫الصالَُةِ ُ َوإِيْـت‬ ُ ُ ‫ح َّمدُاًُ َر ُس ْو ُُل‬ ُ َُّ‫َش َه َادُة ُأَ ُْن ُ ُلَُإِلَُوَ ُإِ ُل‬
َُّ ‫للاُُ َوأ‬
َُ ُ‫َن ُمُـ‬

‫ُرواهُالبخارُومسلـم‬.‫ضا َُن‬
َ ‫ص ْوُُمُ َرَم‬ ُِ ‫َو َح ُُّجُالْبَـْي‬
َ ‫تُ َو‬

Dari Abu Abdirrohman Abdulloh bin Umar bin Khoththob


rodhiyallohu ’anhuma, dia berkata “Aku pernah mendengar
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: „Islam itu
dibangun di atas lima perkara, yaitu: Bersaksi tiada
sesembahan yang haq kecuali Alloh dan sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat,
mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan
berpuasa pada bulan Romadhon.‟” (HR.ُBukhori dan Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 8), Muslim (no. 16), Ahmad


(II/26, 93, 120, 143), at-Tirmidzi (no. 2609), an-Nasa-i
(VIII/108), dan selainnya.

17
Kedudukan Hadits

Hadits ini merupakan hadits yang agung karena


menyebutkan tonggak-tonggak Islam atau yang disebut
dengan Rukun Islam. Berpangkal dari kelima rukun tersebut
Islam dibangun.

Macam-macam penggunaan istilah Islam

Istilah islam digunakan dalam dua bentuk, yaitu:

1. Islam ‘Am berarti berserah diri kepada Allah dengan


cara bertauhid, tunduk kepada-Nya dalam bentuk
ketaatan serta bersih dan benci dari syirik dan
penganutnya. Islam dalam pengertian ini merupakan
ke-Islam-an makhluk secara umum tak seorangpun
keluar dari ketentuan ini baik suka atau-pun terpaksa.
Islam seperti ini-lah Islam yang diajarkan oleh seluruh
rasul.
2. Islam Khos berarti Islam yang dibawa oleh
Muhammad shallallaahu álaihi wa sallam, yaitu:
mencakup Islam dengan makna „am yang sesuai
dengan tuntunan Muhammad shollallohu ‘alaihi
wasallam. Jika istilah Islam datang secara mutlaq
maka maksudnya adalah Islam khos.

Syahadatain

Syahadat tidaklah sah sehingga terkumpul padanya tiga


hal: keyakinan hati, ucapan lisan dan menyampaikan kepada

18
orang lain. Dalam kondisi tertentu terkadang diperbolehkan
untuk tidak menyampaikan kepada orang lain. Makna
syahadat “la ilaha illallahu” adalah menafikan hak disembah
pada selain Allah dan menetapkan hanya Allah-lah yang
berhak untuk disembah. Konsekuensinya harus
mentauhidkan Allah dalam ibadah, oleh karena itu kalimat
tersebut dinamakan sebagai kalimat tauhid.

Makna syahadat “Muhammad Rasulullah” adalah meyakini


dan menyatakan bahwa Muhammad bin Abdillah adalah
benar-benar utusan Allah yang mendapatkan wahyu berupa
Kalamullah untuk disampaikan kepada manusia seluruhnya.
Dan dia adalah penutup para Rasul. Konsekuensi dari
syahadat ini yaitu membenarkan beritanya, mentaati
perintahnya, menjauhi larangannya dan beribadah kepada
Allah hanya dengan syar‟iatnya.

Utusan Allah dari kalangan manusia mendapatkan wahyu


melalui utusan Allah dari kalangan malaikat maka tidak-lah
mereka langsung mendapatkan dari Allah kecuali pada
sebagian, sesuai dengan kehendak Allah.

Hukum meninggalkan rukun Islam.

Hukum meninggalkan Rukun Islam dapat diperinci


sebagai berikut:

1. Meninggalkan syahadatain hukumnya kafir secara


ijma‟.

19
2. Meninggalkan shalat hukumnya kafir menurut jumhur
ulama atau ijma‟ sahabat.
3. Meninggalkan rukun yang lainnya hukumnya tidak
kafir menurut jumhur ulama.

Meninggalkan disini dalam arti tidak mengerjakan dengan


meyakini kebenarannya dan kewajibannya, adapun jika tidak
meyakini kebenarannya dan kewajibannya maka hukumnya
kafir walaupun mengerjakannnya.

Pembagian Rukun Islam

Rukun islam terbagi menjadi empat kelompok yaitu:

1. Amal i’tiqodiyah yaitu syahadataian


2. Amal badaniyah yaitu solat dan puasa.
3. Amal maliyah yaitu Zakat.
4. Amal badaniyah dan maliyah yaitu haji.

20
‫‪Hadits Ke-4‬‬
‫‪NASIB MANUSIA SUDAH DITETAPKAN‬‬

‫ال‪َُ ُ :‬ح َّدثـَنَا ُ َر ُس ْو ُُلُ‬ ‫للاِ ُب ُِن ُ َم ْسعُ ْوٍُد ُ َر ِض َُي ُ ُ‬


‫للاُُ َعْن ُوُ ُقَ َُ‬ ‫الر ْْحَ ُِن ُ َعْب ُِد ُ ُ‬
‫َب ُ َعْب ُِد ُ َّ‬
‫َع ُْن ُأِ ُ‬

‫ص ُدو ُُ ِ‬ ‫الص ِاد ُُ‬


‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُ َوُى َُو ُ َّ‬ ‫ِ‬ ‫ُِ‬
‫ق‪ُ :‬إ َُّن ُأ َ‬
‫َح َد ُك ُْم ُيـج َم ُُعُ َخ ْل ُق ُوُُ‬ ‫ق ُال َُـم ْ ْ‬ ‫صلَّىُللا َ‬
‫للا ُ َ‬
‫ِ‬
‫ضغَُةًُ‬
‫ك‪ُ ،‬ثُ َُّـم ُيَ ُك ْو ُن ُ ُم ْ‬ ‫يف ُبَطْ ُِن ُأ ُِّم ُِو ُأ َْربَعِ ْ َُ‬
‫ي ُيـَ ْومُاًُنُطْ َفةً‪ُ ،‬ثُ َُّـم ُيَ ُك ْو ُنُ َعلَ َق ُةًُ ِمثْ َُل ُ َذل َ‬ ‫ُِ‬

‫ات‪ُ:‬‬ ‫ك ُفَـيَـْنـ ُف ُُخ ُفِْي ُِو ُ ُّ‬


‫الرْو َح‪َ ُ ،‬ويـُ ْؤَمُُر ُ ِِب َْربَ ُِع ُ َُكلُـَُِم ٍُ‬ ‫ك‪ُُ ،‬ثُ َُّـم ُيـُْر َس ُُل ُإِلَْي ُِو ُال َُـملَ ُُ‬ ‫ِ‬
‫ِمثْ َُل ُ َذل َ‬

‫للاِ ُالَّ ِذي ُ ُلَ ُإِلَُوَ ُ َغْيـُرُهُ ُإِ َُّنُ‬


‫َجلُِِو ُ َو َع َملُِِو ُ َو َش ِقيُ ُأ َُْو ُ َسعِْي ٌُد‪ُ.‬فَـ َُو ُ ُ‬ ‫بِ َكْت ُِ ِ ِ‬
‫ب ُ ِرْزق ُو ُ َوأ َ‬
‫ّتُ َماُيَ ُك ْو ُنُبَـْيـنَُوُُ َوبَـْيـنَـ َهاُإِ ُلَُّ ِذ َر ُ‬
‫اعٌُفَـيَ ْسبِ ُُقُ‬ ‫ـجن َُِّةُ َُح َُّ‬
‫َح َد ُك ُْمُلَيَـ ْع َم ُُلُبِ َع َم ُِلُأ َْى ُِلُال َُ‬
‫أَ‬
‫َح َد ُك ُْم ُلَيَـ ْع َم ُُل ُبِ َع َم ُِلُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َعلَْي ُِو ُالْ ِكتَ ُُ‬
‫اب ُفَـيَـ ْع َم ُُل ُب َع َم ُِل ُأ َْى ُِل ُالنَّا ُِر ُفَـيَ ْد ُخلُ َها‪َ ُ ،‬وإ َُّن ُأ َ‬
‫اب ُفَـيَـ ْع َم ُُلُ‬ ‫ّت ُ َما ُيَ ُك ْو ُن ُبَـْيـنَُوُُ َوبَـْيـنَـ َها ُإِ ُلَُّ ِذ َر ُ‬
‫اعٌ ُفَـيَ ْسُبِ ُُق ُ َعلَْي ُِو ُالْ ِكتَ ُُ‬ ‫أ َْى ُِل ُالنَّا ُِر ُ َح َُّ‬

‫ـجن َُِّةُفَـيَ ْد ُخلُ َها‪ُ.‬رواهُالبخاريُومسلـم‬


‫بِ َع َم ُِلُأ َْى ُِلُال َُ‬

‫‪Dari Abu Abdirrohman, Abdulloh bin Mas‟ud rodhiyallohu‬‬


‫‪’anhu, dia berkata: “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam‬‬
‫‪telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang‬‬
‫‪selalu benar dan dibenarkan: ‟Sesungguhnya setiap orang‬‬

‫‪21‬‬
diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim
ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah(air
mani), kemudian menjadi „alaqoh(segumpal darah) selama
waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi
mudhghoh(segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu
diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu
meniupkan ruh padanya dan ia diperintahkan menulis empat
kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib
celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Alloh yang
tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada diantara kamu
yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu
mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan
surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah
ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk
neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya
ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan
penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka
sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu
hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapka atas
dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga
dia masuk ke dalamnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 3208, 3332, 6594, 7454)


Ahmad (I/382, 430), Abu Dawud (no. 4708), At-Tirmidzi (no.
2137) dan Ibnu Majah (no. 76).

22
Kedudukan Hadits

Hadits ini merupakan pangkal dalam bab taqdir, yaitu


tatkala hadits tersebut menyebutkan bahwa taqdir janin
meliputi 4 hal: rizqinya, ajalnya, amalnya, dan bahagia atau
celakanya.

Perkembangan Janin

Janin sebelum sempurna menjadi janin melalui 3 fase,


yaitu: air mani, segumpal darah, kemudian segumpal daging.
Masing-masing lamanya 40 hari.

Janin sebelum berbentuk manusia sempurna juga


mengalami 3 fase, yaitu:

1. Taswir, yaitu digambar dalam bentuk garis-garis,


waktunya setelah 42 hari.
2. Al-Khalq, yaitu dibuat bagian-bagian tubuhnya.
3. Al-Barú, yaitu penyempurnaan.

Allah berfirman dalam Surat Al-Hasyr: 24,


mengisyaratkan ketiga proses tersebut.

Hubungan Ruh dengan Jasad

Ruh dengan jasad memiliki keterkaitan yang berbeda


sesuai dengan keadaan dan waktunya dalam 4 bentuk
hubungan:

1. Tatkala di rahim. Hubungan keduanya lemah.


Kehidupan ketika itu dominasinya ada pada jasad.
23
2. Tatkala di alam dunia. Kehidupan ketika itu
dominasinya ada pada jasad. Sementara hubungan
keduanya sesuai dengan kebutuhan kehidupan jasad.
3. Tatkala di alam barzah. Kehidupan ketika itu
dominasinya ada pada ruh.
4. Tatkala di alam akhirat. Kehidupan ketika itu
sempurna pada keduanya. Pada masa inilah hubungan
keduanya sangat kuat.

Macam-macam Penulisan Taqdir

Allah menulis taqdir dalam 4 bentuk, yaitu:

1. Taqdir saabiq, yaitu penulisan taqdir bagi seluruh


makhluk di lauh mahfudz 50 ribu tahun sebelum
penciptaan bumi dan langit.
2. Taqdir úmri, yaitu penulisan taqdir bagi janin ketika
berusia 4 bulan.
3. Taqdir sanawi, yaitu penulisan taqdir bagi seluruh
makhluk setiap tahunnya pada malam lailatul qodr.
4. Taqdir yaumi, yaitu penulisan terhadap setiap
kejadian setiap harinya.

Keempat macam penulisan taqdir tersebut


memungkinkan terjadinya perubahan kecuali pada taqdir
sabiq. Sebagaimana firman Allah: (Surat Ar-Ra‟d: 39).

24
Taqdir Allah sama sekali bukan sebagai pemaksaan, Allah
lebih tahu terhadap hambanya yang pantas mendapatkan
kebaikan dan yang tidak.

Buah Iman kepada Taqdir

Beriman kepada taqdir akan menghasilkan rasa takut


yang mendalam akan nasib akhir hidupnya dan
menumbuhkan semangat yang tinggi untuk beramal dan
istiqomah dalam ketaatan demi mengharap khusnul
khatimah.

Beriman kepada taqdir bukanlah alasan untuk bermaksiat


dan bermalas-malasan. Hati orang-orang yang shalih
diantara 2 keadaan, yaitu khawatir tentang apa yang telah
ditulis baginya atau khawatir tentang apa yang akan terjadi
pada akhir hidupnya. Keadaan pertama hatinya para sabiqin
dan keadaan ke-2 hatinya para abrar.

Rahasia Khusnul Khatimah dan Suúl Khatimah

Termasuk diantara kesempurnaan Allah yaitu


menciptakan hamba dengan berbagai macam keadaan.
Diantara hambanya ada yang khusnul khatimah sebagai
anugrah semata setelah mengisi lembaran hidupnya penuh
dengan kejahatan dan diantara hambanya ada yang suúl
khatimah sebagai keadilan semata setelah mengisi lembaran
hidupnya penuh dengan ketaatan. Hamba pada jenis yang
terakhir ini bisa jadi pada hakikatnya tersimpan dalam

25
hatinya kejahatan yang kemudian muncul secara lahir pada
akhir hayatnya. Karena dalam suatu riwayat Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa amalan baik
tersebut sekedar yang tampak pada manusia.

Hadits Ke-5
PERBUATAN BID‟AH TERTOLAK

ُ‫ال ُ َر ُس ْو ُُل ُللا‬


َُ َ‫ ُق‬:‫ت‬ ُ ُ ‫للاِ ُ َعائِ َش ُةَ ُ َر ِض َُي‬
ُْ َ‫للاُُ َعْنـ َها ُقَال‬ ُ ُ ‫ي ُأُُِّم ُ َعْب ُِد‬
َُ ْ ِ‫َع ُْن ُأُُِّم ُال ُُـم ْؤِمن‬

ُ‫ ُرواه‬.ُ‫س ُ ِمْن ُوُ ُفَـ ُه َُو ُ َرد‬ ُ ُِ ‫ث‬


َُ ‫يف ُأ َْم ِرَُن ُ َى َذا ُ َما ُلَْي‬ ِ ِ‫صلَّىُللا‬
ْ ‫ ُ َم ُْن ُأ‬:‫ُعلَْيو َُو َسلَّ َُم‬
َُ ‫َح َد‬ َ َ
‫البخاريُومسلـم‬

ُ‫سُ َعلَْي ُِوُأ َْمُرَُنُفَـ ُه َُوُ َرد‬ ُ ‫ُ َم ُْنُ َع ِم َُلُ َع َم‬:‫ويفُروايةُلـمسلـم‬


َُ ‫الًُلَْي‬

Dari Ibunda kaum mu‟minin, Ummu Abdillah „Aisyah


rodhiyallohu ’anha, dia berkata: “Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam pernah bersabda: “Barang siapa yang mengada-
adakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang
bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak.” (HR. Bukhori
dan Muslim).

26
Dan dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa melakukan suatu
amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu
tertolak.”

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 2697), Muslim (no. 1718),


Ahmad (VI/73, 230, 270), Abu Dawud (no. 4606) Ibnu Majah
(no. 14) dan selainnya.

Kedudukan hadits

Hadits ini sangat agung kedudukannya karena


merupakan dasar penolakan terhadap seluruh bentuk bidáh
yang menyelisihi syariát, baik bidáh dalam aqidah, ibadah,
maupun muámalah.

Bidáh

Bidáh memiliki 2 tinjauan secara lughah dan secara syarí.


Bidáh secara lughah berarti segala sesuatu yang tidak ada
contoh atau tidak ada yang mendahuluinya pada masanya.
Adapun bidáh secara syarí adalah seperti yang didefinisikan
oleh para ulama, yaitu yang memenuhi 3 kriteria sebagai
berikut:

1. Dilakukan secara terus menerus.


2. Baru, dalam arti tidak ada contohnya.
3. Menyerupai syariát baik dari sisi sifatnya atau
atsarnya. Dari sisi sifat maksudnya seperti sifat-sifat

27
syariát yaitu sudah tertentu waktu, tempat, jenis,
jumlah, dan tata caranya. Dari sisi atsarnya
maksudnya diniati untuk mendekatkan diri kepada
Allah dan mencari pahala. Bidáh termasuk jenis Dosa
Besar, karena merupakan amal kemaksiatan namun
mengharapkan pahala.

Mashalihul Mursalah

Kalau seseorang tidak benar-benar memahami hakikat


bidáh maka dia bisa rancu dengan sesuatu yang disebut
Mashalihul Mursalah. Sepintas, antara bidáh dan Mashalihul
Mursalah ada kemiripan, namun hakikatnya berbeda. Adapun
perbedaannya adalah sebagai berikut:

1. Mashalihul Mursalah terjadi pada perkara duniawi atau


pada sarana (wasilah) demi penjagaan lima maqosid
syariát yaitu agama, jiwa, harta, keturunan, dan akal.
Sementara bidáh terjadi pada ibadah atau ghayah.
2. Mashalihul Mursalah tidak ada tuntutan (kebutuhan)
untuk dikerjakan pada masa Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam, adapun bidáh tuntutan (kebutuhan) untuk
dikerjakannya sudah ada pada masa Nabi shollallohu
‘alaihi wasallam.

28
Hadits Ke-6
DALIL HARAM DAN HALAL TELAH JELAS

ُِ‫للا‬ ُُ ‫ال ُ َس ِـم ْع‬


ُ ُ ‫ت ُ َر ُس ْوَُل‬ َُ َ‫للاُُ َعْنـ ُه َما ُق‬ ُِ ‫للاِ ُالنـ ُّْع َم‬
ُ ُ ‫ان ُبْ ُِن ُبَ ِش ٍُْري ُ َر ِض َُي‬ ُ ُ ‫َب ُ َعْب ُِد‬
ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

َُ ‫ي ُ َوإِ َُّن ُال‬


ٌُ ِّ‫ـحَر َُام ُبَـ‬ َُ ‫ ُإِ َُّن ُال‬:‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُيَـ ُق ْو ُُل‬
ٌُ ِّ‫ـحالَ َُل ُبَـ‬ ِ
ُ‫ي ُ َوبَـْيـنَـ ُه َما ُأ ُُم ْوٌُر‬ َ ‫صلَّىُللا‬
َ
َُ‫استَـْبـَرُأ‬ ُِ ‫الشبُـ َه‬
ْ ُ ‫ات ُفَـ َق ُْد‬ ِ ‫ات ُ ُلَ ُيَـ ُْعُلَ ُُـم ُه َُّن ُ َكثِْيـٌُر ُ ِم َُن ُالن‬
ُّ ُ ‫ ُفَ َم ُِن ُاتَّـ َقى‬،‫َّاس‬ ٌُ ‫ُم ْشتَبِ َه‬

ُ‫عى ُ َح ْوَُل‬ ِ ‫الر‬


َُ ‫اعي ُيَـْر‬َّ ‫ ُ َك‬،‫ـحَرِام‬ ُِ ‫الشبُـ َه‬
ُ ُِ ‫اتُ َوقَ َُع‬
َُ ‫يف ُال‬ ُ ُِ ‫ ُ َوَم ُْن ُ َوقَ َُع‬،‫لِ ِديْنُِِو ُ َو ِعْر ِض ِو‬
ُّ ُ ‫يف‬

ُ ُ ‫ك ُ ِْحًى ُأَ ُلَ ُ َوإِ َُّن ُ ِْحَى‬


ُِ‫للا‬ ٍُ ِ‫ ُأَ ُلَ ُ َوإِ َُّن ُلِ ُك ُِّل ُ َمل‬،‫ك ُأَ ُْن ُيَـْرتَ َُع ُفِْي ِو‬
ُُ ‫ـح َمى ُيـُ ْو ِش‬
ُِ ‫ال‬

ُ‫ـج َس ُُد ُ ُكلُُّوُ ُ َوإِذَا‬


َُ ‫ـح ُال‬
َُ َ‫صُل‬
َُ ُ ‫ت‬
ُْ ‫ـح‬
َُ ُ‫صل‬ ْ ‫ـج َس ُِد ُ ُم‬
َُ ُ ‫ضغَُةً ُإِذَا‬ ُ ُِ ‫حا ِرُم ُوُ ُأَ ُلَ ُ َوإِ َُّن‬
َُ ‫يف ُال‬ َُ ُ‫مُـ‬

ُُ ‫ـج َس ُُدُ ُكلُُّوُُأَ ُلَُ َوِى َُيُالْ َق ْل‬


‫ُرواهُالبخاريُومسلـم‬.‫ب‬ َُ ‫تُفَ َس َُدُال‬
ُْ ‫فَ َس َد‬

Dari Abu Abdillah An-Nu'man bin Basyir rodhiyallohu


’anhuma berkata, "Saya mendengar Rasulullah shollallohu
'alaihi wasallam bersabda, 'Yang halal itu jelas dan yang
haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat hal-hal
musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas halal-haramnya),
yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa
yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah
membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan,

29
barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti
penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia
terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja
mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya
tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya.
Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging.
Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan
apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun
rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati.'" (HR. Bukhori dan
Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 52, 2051), Muslim (no.


1599), dan selainnya.

Kedudukan Hadits

Tentang kedudukan hadits ini sudah disebutkan pada


penjelasan hadits pertama.

Musytabihat

Musytabihat adalah segala sesuatu yang belum diketahui


secara jelas hukumnya, apakah termasuk halal atau
termasuk haram. Musytabihat sifatnya nisbi, artinya
ketidakjelasan tersebut terjadi pada sebagian orang dan
tidak pada semua orang. Dengan demikian tidak ada satu
pun sesuatu yang musytabihat secara mutlak, dimana semua
orang tidak mengetahui kejelasan hukumnya.

30
Musytabihat dapat terjadi dalam 2 keadaan sebagai
berikut:

1. Ketika para ulama tawakuf tentang hukum suatu


masalah.
2. Ketika seseorang yang bukan ulama merasa tidak
mengetahui secara jelas tentang hukum suatu
masalah.

Dalam kedua keadaan tersebut semestinya seseorang


tidak melangkah sehingga perkaranya sudah jelas, baik
tatkala ulamanya sudah tidak tawakuf lagi atau sudah
menanyakan kepada ahlinya.

Menghindari Musytabihat Identik dengan Menjaga


Agama dan Kehormatan

Orang mukmin berkewajiban untuk memelihara agama


dan kehormatannya. Kewajiban ini bisa terlaksana dengan
cara menghindari Musytabihat. Hal itu karena:

1. Dengan menghindari Musytabihat maka secara


otomatis dia terhindar dari yang haram dan dengan
terhindar dari yang haram terjagalah agamanya.
2. Adakalanya orang yang tidak menghindari
Musytabihat akan dianggap orang yang rendah
agamanya dan tidak memiliki ketaqwaan, dengan
demikian ternodailah kehormatannya. Berbeda jika
dia menghindari Musytabihat maka aggapan seperti

31
itu akan jauh darinya, dengan demikian terjagalah
kehormatannya.

Menerjang Musytabihat Identik dengan


Menjerumuskan Diri ke dalam Keharaman

Orang mukmin dilarang melakukan sesuatu sehingga dia


mengetahui hukumnya, maka seseorang yang menerjang
Musytabihat dia akan terjerumus ke dalam yang haram
ditinjau dari 2 sisi sebagai berikut:

1. Melanggar larangan, karena telah melakukan sesuatu


yang belum jelas hukumnya.
2. Bisa jadi yang dia lakukan hukumnya haram
sementara dia tidak menyadarinnya karena belum
jelas hukumnya.

Sesuatu yang Diperselisihkan Hukumnya Tidak Identik


dengan Musytabihat.

Banyak masalah yang diperselisihkan status halal dan


haramnya oleh para ulama. Tindakan menyelamatkan diri
dari perbedaan ulama adalah suatu kemuliaan, namun tidak
dalam seluruh masalah. Memilih pendapat yang lebih kuat,
sekalipun dinilai haram oleh pihak yang lain, tidaklah
termasuk menerjang Musytabihat apalagi menerjang
keharaman.

32
Hati, Otak Dan Akal

Hati adalah tempat bersemayamnya akal dan rumah ruh.


Akal adalah alat untuk memahami dan mangetahui baik-
buruk dan benar-salah. Sedangkan otak adalah penyampai
data kepada akal. Dengan demikian, yang bisa memahami
dalil-dalil syariát adalah akal.

Hadits Ke-7
AGAMA ADALAH NASEHAT

َُ َ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُق‬ ِ ُ ُ ‫َب ُ ُرقَـيَُّةَ َُِتِْيم ُالدَّا ِري ُ َر ِض َُي‬
ُ:‫ال‬ َ ‫صلَّىُللا‬ َُّ ‫للاُُ َعْن ُوُُأ‬
َُّ ِ‫َن ُالن‬
َ ُ ‫َّب‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُْ ‫للِ ُ َولِ ِكتَابُِِو ُ َولَِر ُس ْولُِِو ُ َوألَئِ َّم ُِة ُال ُُـم‬
َُ ْ ‫سلُـُِِم‬
ُ‫ي‬ َُُِّ :‫ال‬
َُ َ‫ ُقُـ ْلنَا ُُلِ َُـم ُْن؟ ُق‬.‫َّصيـح ُة‬
ُِ ‫ال ِّديْ ُُن ُالن‬

‫ُرواهُالبخاريُومسلـم‬.‫َو َع َّامتِ ِه ُْم‬

Dari Abu Ruqoyyah Tamiim bin Aus Ad-Daari rodhiyallohu


’anhu, sesungguhnya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda: “Agama itu adalah nasihat”. Kami (sahabat)
bertanya: “Untuk siapa?” Beliau bersabda: “Untuk Alloh,
kitab-Nya, rosul-Nya, pemimpin-pemimpin umat islam, dan
untuk seluruh muslimin.” (HR.Muslim)

33
Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Muslim (no. 55), Ahmad (IV/102-103), Abu


Dawud (no. 4944), an-Nasa-i (VII/156-157) dan selainnya.

Kedudukan Hadits

Hadits ini sangat penting, karena mengandung seluruh


agama. Yaitu mengandung hak Allah, hak rasul-Nya, dan hak
hamba-Nya. Kewajiban penunaian hak-hak tersebut
tekandung pada kata nasehat.

Lingkup Nasehat

Nasehat, pada asalnya berarti bersih dari campuran atau


adanya keserasian hubungan.Pada hadits di atas, nasehat
untuk umat secara umum dan para imam berarti kehendak
baik dari nasih kepada mansuh, sebagaimana pengertian
yang sering dipakai untuk mendefiniskan nasehat. Adapun
nasehat untuk lainnya, sesuai dengan asal katanya, yaitu
adanya keserasian hubungan. Dimana masing-masing
memberikan hak pihak lain yang mesti ditunaikan.

1. Nasehat untuk Allah.

Adalah menunaikan hak Allah seperti telah tersebut pada


pembahasan iman kepada Allah.

2. Nasehat untuk kitab-Nya.

Adalah menunaikan hak kitab-Nya Al-Qur‟an, seperti,


yakin bahwa Al-Qur‟an kalamullah, mu‟jizat terbesar
34
diantara mu‟jizat-mu‟jizat yang pernah diberikan kepada
para rasul, sebagai petunjuk dan cahaya. Selain itu juga
membenarkan beritanya dan melaksanakan hukumnya.

3. Nasehat untuk Rasul-Nya.

Adalah menunaikan hak Rasulullah, seperti telah tersebut


pada makna syahadat Muhammad rasulullah.

4. Nasehat untuk para imam.

Kata imam jika disebutkan secara mutlak maka berarti


penguasa, dan adakalanya kata imam berarti ulama.
Nasehat untuk para imam, meliputi imam dengan kedua
arti tersebut.

Nasehat untuk penguasa adalah menunaikan haknya,


seperti, taat dalam hal yang ma‟ruf, tidak taat dalam
kemaksiatan, tunduk dan tidak membangkang dan lain-
lain yang merupakan hak penguasa yang telah dijelaskan
dalam kitab dan sunah.

Nasehat untuk ulama adalah mencintai mereka karena


kebaikannya dan jasanya pada umat berkat ilmunya, dan
dakwahnya, menjaga kehormatan dan kewibawaannya
serta menyebarkan fatwa- fatwanya.

5. Nasehat untuk awam kaum muslimin

Adalah memberikan semua yang menjadi hak mereka


demi terwujudnya maslahat dunia dan akherat mereka.

35
Semua hak-hak diatas ada yang sifatnya wajib dan ada
yang sunnah.

Hadits Ke-8
PERINTAH MEMERANGI MANUSIA YANG TIDAK
SHOLAT DAN TIDAK MENGELUARKAN ZAKAT

َُ َ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُق‬ ِ ُِ ُ ‫َن ُرسوَُل‬ ُ ُ ‫َع ُْن ُابْ ُِن ُعُ َمَُر ُ َر ِض َُي‬
ُ:‫ال‬ َ ‫صلَّى ُللا‬
َ ُ ‫للا‬ ْ ُ َ َُّ ‫للاُ ُ َعْنـ ُه َما ُأ‬
ُ‫ـح َّمدُاًُ َر ُس ْو ُُل‬ ُ ُ َّ‫ّت ُيَ ْش َه ُدوا ُأَ ُْن ُ ُلَ ُإِلَُوَ ُإِ ُل‬
َُّ ‫للاُ ُ َوأ‬
َُ ‫َن ُ ُُم‬ َُ ‫ت ُأَ ُْن ُأُقَاتِ َُل ُالن‬
َُّ ‫َّاس ُ َح‬ ُُ ‫أ ُِمْر‬

ُ‫ن ُ ِد َماءُ ُى ُْم‬


ُِّ ‫ص ُموا ُ ِم‬ َُ ِ‫ ُفَِإ َذا ُفَـ َعلُوا ُ َذل‬،‫الزكاََة‬
َ ‫ك ُ َع‬ َّ ُ ‫ ُ َويُِقْي ُموا‬،ِ‫للا‬
َُّ ُ ‫الصالَُةَ ُ َويـُ ْؤتُوا‬

َُ ‫للاُِتَـ َع‬
‫ُرواهُالبخاريُومسلـم‬.‫ال‬ ُ ُ‫َوأ َْم َوالُ ُـه ُْمُإِ ُلَُِِّبَ ُِّقُا ِإل ْسالَُِمُ َو ِح َسابـُ ُه ُْمُ َعلَى‬

Dari Ibnu Umar rodhiyallohu ’anhuma, sesungguhnya


Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka
mau mengucapkan laa ilaaha illalloh (Tiada sesembahan
yang haq kecuali Alloh), menegakkan sholat, dan membayar
zakat. Apabila mereka telah melakukan semua itu, berarti
mereka telah memelihara harta dan jiwanya dariku kecuali
ada alasan yang hak menurut Islam (bagiku untuk

36
memerangi mereka) dan kelak perhitungannya terserah
kepada Alloh subhanahu wata‟ala.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 25), Muslim (no. 22).

Islam dan Perang

Allah memerintahkan untuk memerangi non muslim


sampai mereka mau ber-syahadatain dan iltizam terhadap
syari‟at Islam. Makna iltizam adalah meyakini bahwa dirinya
terkena kewajiban syari‟at. Yang sesungguhnya telah
termaktub di dalam makna syahadatain. Pelaksanaan perang
tersebut setelah sebelumya disampaikan dakwah Islam. Di
samping muslim yang sudah iltizam terhadap syari‟at, ada
juga orang kafir yang tidak boleh diperangi. Muslim yang
sudah iltizam namun tidak melaksanakan syari‟at, sebagian
ulama berpendapat mereka boleh diperangi, terutama jika
sekelompok masyarakat muslim sepakat untuk tidak
melaksanakan syiar Islam.

Macam-macam Orang Kafir

Orang kafir terbagi menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Kafir Harbi, yaitu orang kafir yang memerangi dan


diperangi.
2. Kafir Dzimi, yaitu orang kafir yang tunduk pada
penguasa islam dan membayar jizyah [upeti].

37
3. Kafir Muahad, yaitu orang kafir yang tinggal di Negara
kafir, yang ada perjanjian damai dengan Negara
islam.
4. Kafir Musta‟man, yaitu orang kafir yang masuk ke
Negara islam,dan mendapatkan jaminan keamanan
dari pemerintah.

Dari keempat macam orang kafir tersebut, hanya kafir


harbi yang boleh diperangi.

Islam Dhohir

Hukum ke-Islam-an seorang dilihat dari penampakan


lahirnya. Adapun hakikatnya Allah yang lebih tahu.
Adakalanya seseorang dari sisi lahirnya adalah Islam namun
batinnya kafir. Kekafiran yang ada pada orang muslim ada
dua bentuk yaitu, kufur riddah dan kufur nifak. Kufur ridah
terjadi pada orang muslim yang menampakkan kekafiran,
sedangkan kufur nifak terjadi pada orang muslim yang
menyembunyikan kekafiran.

38
Hadits Ke-9
MELAKSANAKAN PERINTAH SESUAI KEMAMPUAN

ُِ‫للا‬ ُُ ‫ ُ َس ِـم ْع‬:‫ال‬


ُ ُ ‫ت ُ َر ُس ْوَُل‬ ُ ُ ‫ص ْخر ُ َر ِض َُي‬
َُ َ‫للاُُ َعْن ُوُُق‬ َّ ُ‫َبُ ُىَريْـَرةَُ ُ َعْب ُِد‬
َ ُ ‫الر ْْحَ ُِن ُبْ ُِن‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُ‫ ُ َوَما ُأ ََمْرتُ ُك ُْم ُبُِِو ُفَأْتُوا‬،ُ‫اجتَنِبُـ ْوه‬ ِ ِ


ْ َ‫ ُ َما ُنَـ َهْيـتُ ُك ُْم ُ َعْن ُوُُف‬:‫صلَّىُللا ُ َعلَْيو َُو َسلَّ َُم ُيَـ ُق ْو ُُل‬
َ
ُ‫اختِالَفُـ ُه ُْم‬ ِِ ِ ُ َ‫ ُُفَِإنَّـما ُأَىل‬،‫ِمْن ُو ُما ُاستطَعتم‬
ْ ‫ك ُالَّذيْ َُن ُ َم ُْن ُقَـْبـلَ ُك ُْم ُ َكثْـَرُة ُ َم َسائل ِه ُْم ُ َو‬
َ ْ َ ْ ُْ َ ْ َ ُ

‫ُرواهُالبخاريُومسلـم‬.‫َعلَىُأَنْبِيَائِ ِه ُْم‬

Dari Abu Hurairoh ‟Abdurrohman bin Shakhr rodhiyallohu


’anhu, dia berkata: “Aku pernah mendengar Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “ Apa saja yang aku
larang bagi kamu hendaklah kamu jauhi, dan apa saja yang
aku perintahkan kepadamu maka lakukanlah sesuai
kemampuanmu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat
sebelum kamu adalah karena mereka banyak bertanya dan
menyelisihi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh).”
(HR. Bukhori dan Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 7288), Muslim (no. 1337),


Ahmad (II/258, 428, 517), dan selainnya.

39
Perintah dan Larangan

Pada dasarnya syariát Islam adalah berupa perintah. Oleh


karena itu, larangan yang ada jumlahnya sedikit. Semua
yang diperintahkan akan membawa kebaikan bagi
pelakunya, meski tidak berniat karena Allah. Dan semua
yang dilarang membawa kejelekan bagi pelakunya. Dengan
demikian manusia butuh kepada sesuatu yang diperintahkan
dan tidak butuh kepada sesuatu yang dilarang.

Perintah dan larangan Allah terbagi dua, yaitu wajib dan


sunnah. Jika perintah dan larangan terkait dengan urusan
ibadah maka perintah dan larangan tersebut hukumnya
wajib, dan jika terkait dengan urusan dunia maka hukumnya
sunnah, kecuali ada dalil yang memalingkan dari hukum
asalnya.

Melaksanakan perintah terikat dengan kemampuan,


karena jumlahnya sangat banyak. Sedangkan larangan
jumlahnya sedikit dan tidak dibutuhkan, maka tidak terikat
dengan kemampuan. Melaksanakan perintah lebih mulia
dibanding meninggalkan larangan, demikian juga
meninggalkan perintah lebih hina dibanding menerjang
larangan.

Sebab Kehancuran Dan Kebinasaan

Sebab utama kehancuran umat adalah sekedar banyak


bertanya dan menentang perintah nabinya. Sikap yang benar

40
adalah bertanya untuk diamalkan dan tunduk pada perintah
nabi. Maka orang yang sekedar banyak bertanya, bukti akan
kelemahan agamanya dan tidak wara‟-nya. Diantara dampak
jelek banyak bertanya adalah timbulnya perpecahan.

Hadits Ke-10
MAKANLAH DARI REZEKI YANG HALAL

ُ‫ ُإِ َُّن‬:‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم‬ ِ ِ‫للا‬ ُ ُ ‫َب ُ ُىَريْـَرَُة ُ َر ِض َُي‬


َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ ُ ‫ال ُ َر ُس ْو ُُل‬
ُ َُ َ‫ ُق‬:‫ال‬
َُ َ‫للاُُ َعْن ُوُُق‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

َُ ْ ِ‫للاَ ُأ ََمَُر ُال ُُـم ْؤِمن‬


ُ‫ي ُبُـَِما ُأ ََمَُر ُبُِِو‬ ُ ُ ‫ ُ َوإِ َُّن‬،ً‫ب ُ ُلَ ُيَـ ْقبَ ُُل ُإِ ُلَّ ُطَيِّبا‬
ٌُ ِّ‫ال ُطَي‬
َُ ‫للاَ ُتَـ َع‬
ُ

ُ،ً‫صاُلِـحُا‬ ُِ َ‫الر ُس ُُل ُ ُكلُوا ُ ِم َُن ُالطَّيِّب‬


َ ُ ‫ات ُ َو ْاع َمُلوا‬ ُّ ُ ‫ ُ َُي ُأَيـُّ َها‬:‫ال‬
َُ ‫ال ُتَـ َع‬ َُ ْ ِ‫ال ُُـمْر َسل‬
َُ ‫ي ُفَـ َق‬

ُِ َ‫ ُ َُي ُأَيـُّ َها ُالَّ ِذيْ َُن ُ َآمنُوا ُ ُكلُوا ُ ِم ُْن ُطَيِّب‬:‫ال‬
ُ‫ ُثُ َُّـم ُذَ َكَُر‬،‫ات ُ َما ُ َرَزقْـنَا ُك ُْم‬ َُ ‫َوقاَ َُل ُتَـ َع‬

ُ‫ب‬ ُِّ ‫الس َم ُِاء ُ ُيَ ُ َر‬


ُِّ ‫ب ُ َُي ُ َر‬ َُ ِ‫ث ُأَ ْغبَـَُر َُْيُُُّد ُيَ َديُِْو ُإ‬
َّ ُ ‫ل‬ َّ ُ ‫الر ُج َُل ُيُ ِطْي ُُل‬
َُ ‫الس َفَُر ُأَ ْش َع‬ َّ

ُ‫اب‬ َُّ ‫ـحَرُِام ُفَأ‬


ُُ ‫َّن ُيُ ْستَ َج‬ َُ ‫َوَمطْ َع ُم ُوُ ُ َحَر ٌُام ُ َوَم ْشَربُُوُ ُ َحَر ٌُام ُ َوَم ْلبَ ُس ُوُ ُ َحَر ٌُام ُ َوغُ ِّذ‬
َُ ْ‫ي ُ ُِِبُل‬

‫ُرواهُمسلـم‬.ُ‫لَُو‬

Dari Abu Hurairoh rodhiyallohu ’anhu, ia berkata: “Rosululloh


shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Sesungguhnya

41
Alloh itu baik, tidak mau menerima sesuatu kecuali yang
baik. Dan sesungguhnya Alloh telah memerintahkan kepada
orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan
kepada para rosul, Alloh berfirman, “Wahai para Rosul
makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah
amal sholih” (QS Al Mukminun: 51). Dan Dia berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa
yang baik yang telah Kami berikan kepadamu” (QS Al
Baqoroh: 172). Kemudian beliau menceritakan kisah seorang
laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut
dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit
seraya berdoa: “Wahai Robbku, wahai Robbku”, sedangkan
makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya
haram, dan (perutnya) dikenyangkan dengan makanan
haram, maka bagaimana mungkin orang seperti ini
dikabulkan do‟anya.” (HR. Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Muslim (no. 1015), Ahmad (II/328), at-


Tirmidzi (no. 2989), dan selainnya.

Kedudukan Hadits

Hadits ini merupakan salah satu ashlud din (pokok


agama), di mana kebanyakan hukum syariat berporos pada
hadits tersebut.

42
Alloh Itu Thoyyib Tidak Menerima Kecuali Yang
Thoyyib

Thoyyib adalah suci, tidak ada kekurangan dan cela.


Demikian juga Alloh, Dia itu thoyyib. Dia suci, tidak ada
kekurangan dan cela pada diri-Nya. Dia sempurna dalam
seluruh sisi.

Alloh tidak menerima sesuatu kecuali yang thoyyib.


Thoyyib dalam aqidah, thoyyib dalam perkataan dan thoyyib
dalam perbuatan. Tidak menerima artinya tidak ridho, atau
tidak memberi pahala. Dan ketidakridhoan Alloh terhadap
sebuah amal biasanya melazimkan tidak memberi pahala
pada amalan tersebut.

Pengaruh Makanan yang Thoyyib

Mengonsumsi sesuatu yang thoyyib merupakan


karakteristik para rasul dan kaum mukminin. Makanan yang
thoyyib sangat berpengaruh terhadap kebagusan ibadah,
terkabulnya doa dan diterimanya amal.

Sebab-sebab Terkabulnya Doa

1. Musafir.
2. Berpenampilan hina.
3. Mengangkat kedua tangan.
4. Mengulang-ulang doa.
5. Menyebut Rububiyah Alloh.
6. Mengonsumsi yang halal.

43
Sifat mengangkat tangan dalam doa:

1. Mengisyaratkan dengan telunjuk, yaitu bagi khatib


tatkala berdoa di atas mimbar.
2. Mengangkat tangan tinggi-tinggi, yaitu ketika doa
istisqo‟.

Adapun secara umum dengan menengadahkan kedua


telapak tangan di depan dada seperti seorang pengemis yang
sedang meminta-minta.

Hadits Ke-11
TINGGALKANLAH KERAGU-RAGUAN

ُِ‫صلَّىُللا‬ ُِ ُ ‫ط ُرسوُِل‬
َ ُ ‫للا‬
ِ ِ ٍُ ِ‫أب ُطَال‬
ْ ُ َ ُ ‫ب ُسْب‬ ُ ِ ُ ‫ـح َس ُُن ُبْ ُُن ُ َعلِي ُبْ ُِن‬
َُ ‫َب ُمـح َّم ٍُد ُال‬
ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُِ‫صلَّىُللا‬ ُِ ُ‫تُ ِم ُنُرسوُِل‬


َ ُ‫للا‬
ِ َُ َ‫علَي ِوُوسلَّ ُمُوُريـحانَتُِِوُر ِض ُيُللاُعْنـهماُق‬
ْ ُ َ ْ ُُ ْ‫ُ َحفظ‬:‫ال‬ َُ َ َ َ ََ َ َ َ ْ َ
َُ ِ‫ك ُإ‬
َُ ُ‫ل ُ َما ُ ُلَُُيَِريْـب‬
ُ‫ُوقال‬،‫ُوالنائي‬،‫ ُرواه ُالرتمذي‬.‫ك‬ ُْ ‫َعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُ؛ ُ َد‬
َُ ُ‫ع ُ َما ُيَِريْـب‬

‫ُحديثُحسنُصحيـح‬:‫الرتمذي‬

Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abu Tholib, cucu
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dan kesayangan beliau
rodhiyallohu ’anhuma, dia berkata: “Aku telah hafal (sabda)
dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam: “Tinggalkanlah

44
sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak
meragukanmu.” (HR. Tirmidzi dan Nasa‟i. Tirmidzi berkata:
Ini adalah Hadits Hasan Shahih)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Ahmad (I/200), at-Tirmidzi (no. 2518), an-


Nasa-i (VIII/327), ad-Darimi (II/245), dan selainnya. Lihat
Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 3377)

Kedudukan Hadits

Kedudukan hadits ini seperti kedudukan hadits ke enam


(lihat hadits ke-6)

Tinggalkan Sesuatu yang Meragukan

Sesuatu yang meragukan adalah sesuatu yang membuat


tidak tenang dan memunculkan rasa khawatir, jikalau
ternyata hal itu tidak boleh dilakukan. Jika kita menghadapi
kondisi demikian maka tinggalkanlah yang meragukan
tersebut dan lakukan sesuatu yang meyakinkan atau yang
membuat tenang. Adalah termasuk perbuatan tercela jika
ada keraguan akan tetapi tetap dikerjakan.

45
Hadits Ke-12
MENINGGALKAN YANG TIDAK BERMANFAAT

ُ‫ُ ِم ُْن‬:‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم‬ ِ ُِ ُ ‫ال ُرسو ُُل‬ ُ ُ ‫َب ُ ُىَريْـَرةَُ ُ َر ِض َُي‬
َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ ‫للا‬ ْ ُ َ َُ َ‫ ُق‬:‫ال‬
َُ َ‫للاُُ َعْن ُوُُق‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُ‫ ُحديث ُحسن ُرواه ُالرتمذي ُوغريه‬.‫ُح ْس ُِن ُإِ ْسالَُِم ُال َُـم ْرُِء ُتَـْرُك ُوُ ُ َما ُ ُلَ ُيَـ ْعنِْي ُِو‬

‫ىكذا‬

Dari Abu Hurairoh rodhiyallohu ’anhu, dia berkata:


“Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
“Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia
meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits
hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. at-Tirmidzi (no. 2317), Ibnu Majah (no.


3976), dan selainnya.

Kedudukan Hadits

Hadits ini merupakan landasan dalam bab adab.

Kebagusan Islam Seseorang

Kebagusan Islam seseorang bertingkat-tingkat. Cukuplah


seseorang berpredikat bagus Islamnya jika telah

46
melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram.
Dan puncak kebagusannya jika sampai derajat ihsan, yang
tersebut dalam hadits ke-dua. Besarnya pahala dan tingginya
kemuliaan seseorang sesuai dengan kadar kebagusan
Islamnya.

Meninggalkan Sesuatu yang Tidak Penting

Sesuatu yang penting adalah sesuatu yang bermanfaat di


dunia maupun di akhirat. Standar manfaat diukur oleh
syariat, karena sudah maklum bahwa yang diperintahkan
oleh syariat pasti membawa manfaat dan yang dilarang pasti
menimbulkan mudhorot oleh karena itu upaya untuk paham
syariat adalah aktivitas yang sangat bermanfaat. Menjadi
kewajiban seseorang demi kebagusan Islamnya untuk
meninggalkan semua yang tidak penting karena semua
aktivitas hamba akan dicatat dan celakalah seseorang yang
memenuhi catatannya dengan sesuatu yang tidak penting,
termasuk di dalamnya adalah semua bentuk kemaksiatan.

47
Hadits Ke-13
MENCINTAI MILIK SAUDARANYA
SEPERTI IA MENCINTAI MILIK SENDIRI

ُ‫ُعلَْي ِو‬ ِ ُِ ُ‫ُخ ِاد ُمُرسوُِل‬،‫للاُعْنو‬ ِ ٍُ ِ‫سُب ُِنُمال‬


َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ‫للا‬ ْ ُ َ ُ َ ُ َ ُُ ُ‫كُ َرض َُي‬ ُ ِ‫َع ُْنُأ‬
َ ْ ُْ َ‫َبُ َْحَْزَُةُأَن‬
ِ َُ َ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُق‬ ِ
ُ‫ب‬
َُّ ‫ّت ُيـح‬
َُّ ‫َح ُد ُك ُْم ُ َح‬
َ ‫ ُ ُلَ ُيـُ ْؤم ُُن ُأ‬:‫ال‬ َ ‫صلَّى ُللا‬ ُِّ ِ‫َو َسلَّ َُم ُ َع ُِن ُالن‬
َ ُ ‫َّب‬
‫ُرواهُالبخاريُ ُومسلـم‬.‫بُلِنَـ ْف ِس ُِو‬
ُُّ ‫َخْي ُِوُ َماُيـح‬
ِ ‫أل‬

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik rodhiyallohu ’anhu pelayan


Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, dari Nabi shollallohu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidaklah sempurna
keimanan salah seorang di antara kamu sehingga ia
mencintai bagi saudaranya (sesama muslim) segala sesuatu
yang dia cintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhori dan
Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 33), Muslim (no. 54),


Ahmad (III/176, 251, 272, 289), at-Tirmidzi (no. 2515),
Ibnu Majah (no. 66), dan selainnya.

48
Hakikat Penafian Iman

Penafian iman mencakup menafikan iman secara


keseluruhan atau hanya menafikan kesempurnaan imannya.
Suatu amalan yang menyebabkan pelakunya dinafikan
imannya menunjukkan bahwa amalan tersebut merupakan
amal kekafiran atau dosa besar. Dalam hadits ini penafian
iman yang dimaksud adalah penafian atas kesempurnaan
iman.

Mencintai Saudara Muslim Laksana Mencintai Diri


Sendiri

Seorang muslim wajib merasa senang jika saudaranya


memiliki agama yang baik. Dia senang jika saudaranya
memiliki aqidah yang benar, tutur kata yang bagus dan
perbuatan yang baik. Sebaliknya dia merasa benci jika
keadaan saudaranya tersebut justru sebaliknya.

Seorang muslim disunahkan untuk senang jika


saudaranya mendapatkan kebaikan-kebaikan duniawi. Dia
merasa senang jika saudaranya berharta, sejahtera, sehat,
berkedudukan dan lain-lain dari kenikmatan duniawi, dan dia
tidak senang jika saudaranya miskin, sengsara, dan
menderita.

Mendahulukan Kepentingan Saudara Muslim

Jika dalam urusan dunia, mendahulukan kepentingan


saudaranya termaksud perbuatan yang terpuji dan

49
disunahkan, namun jika dalam urusan akhirat,
mendahulukan saudaranya termasuk perbuatan yang
makruh.

Hadits Ke-14
LARANGAN BERZINA, MEMBUNUH, DAN MURTAD

َُ‫ُ ُل‬:‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم‬ ِ ُِ ُ‫الُرسو ُُل‬ ُ ُ‫َع ُِنُابْ ُِنُ َم ْسعُ ْوٍُدُ َر ِض َُي‬
َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ‫للا‬ ْ ُ َ َُ َ‫ُق‬:‫ال‬
َُ َ‫للاُُ َعْن ُوُُق‬

ُ‫للاِ ُإِ ُلَّ ُِبِِ ْح َدى‬ ُ َُّ‫سلُـٍُِم ُيَ ْش َه ُُد ُأَ ُْن ُ ُلَ ُإِلَُوَ ُإِ ُل‬
ُِّ‫للاُُ َوأ‬
ُ ُ ‫َن ُ َر ُس ْو ُُل‬ ٍُ ‫يـح ُُّل ُ َد ُُم ُ ْام ِر‬
ُْ ‫ئ ُ ُم‬

ُ‫ُرواه‬.‫اع ُِة‬ َُ ‫قُُلُِْل‬


َ ‫ـج َم‬ ُُ ‫سُ َوالتَّا ِرُُكُلِ ِديْنُِِوُال ُُـم َفا ِر‬
ُِ ‫سُ ِِبلنَّـ ْف‬
ُُ ‫ُ َوالنَّـ ُْف‬،‫الزِان‬ ٍُ َ‫ثَال‬
ُُ ِّ‫ُالثـَّي‬:‫ث‬
َّ ُ‫ب‬

‫البخاريُومسلـم‬

Dari Ibnu Mas‟ud rodhiyallohu ’anhu, dia berkata: “Rosululloh


shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak halal
ditumpahkan darah seorang muslim kecuali karena salah
satu di antara tiga alasan: orang yang telah kawin
melakukan zina, orang yang membunuh jiwa (orang muslim)
dan orang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri
dari jamaah.” (HR. Bukhori dan Muslim)

50
Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 6878), Muslim (no. 1676),


Ahmad (I/382, 428, 444), Ibnu Majah (no. 2534), dan
selainnya.

Hakikat Seorang Muslim

Seorang muslim yang sesungguhnya adalah yang


bersyahadatain dan menunaikan tauhid serta melaksanakan
konsekuensinya. Adapun yang sekedar mengaku muslim
dengan mengucapkan syahadatain namun melakukan syirik
akbar atau bidáh mukafirah maka hakikatnya bukan seorang
muslim. Seorang muslim tidak boleh ditumpahkan darahnya
kecuali dengan alasan yang syar‟i seperti tersebut dalam
hadits.

Muslim yang Halal Darahnya

Ada tiga sebab seorang muslim boleh ditumpahkan


darahnya yaitu:

1. Zina ba‟da ihshonin, yaitu jika seorang muslim yang


sudah pernah menikah secara syari kemudian berzina
maka dengan sebab itu halal darahnya, dengan cara
dirajam.
2. Qishosh, yaitu jika seorang muslim membunuh muslim
yang lain dengan sengaja maka dengan sebab itu halal
darahnya dengan cara di-qishosh.
3. Meninggalkan Agama, yaitu ada 2 pengertian:

51
a. Murtad, artinya keluar dari agamanya dengan sebab
melakukan kekafiran.
b. Meninggalkan jamaah, artinya meninggalkan jamaah
yang telah bersatu di atas agama yang benar, dengan
demikian ia telah meninggalkan agama yang benar.
Termasuk makna meninggalkan jamaah adalah jika
memberontak imam yang sah.

Pelaksana Eksekusi

Seorang muslim yang telah dihukumi halal darahnya


eksekusinya ada di tangan penguasa (imam) atau yang
mewakilinya, jika di negaranya berlaku hukum Alloh. Apabila
berada di Negara yang tidak menerapkan hukum Alloh maka
tak seorang pun berhak mengeksekusi penumpahan darah.
Untuk eksekusi yang tidak sampai penumpahan darah,
seperti cambuk, qishosh non-bunuh, maka boleh dilakukan
oleh seorang „alim jika atas kemauan pelaku. Demikian
pendapat sebagian ulama.

52
Hadits Ke-15
BERKATA YANG BAIK ATAU DIAM

َُ َ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُق‬ ِ ُِ ُ ‫َن ُرسوَُل‬ ُ ُ ‫َب ُ ُىَريْـَرةَُ ُ َر ِض َُي‬
ُ‫ ُ َم ُْن‬:‫ال‬ َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ ‫للا‬ ْ ُ َ َُّ ‫للاُُ َعْن ُوُ ُأ‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُِ‫لل‬
ُ ‫ُ َوَم ُْنُ َكا َُنُيـُ ْؤِم ُُنُ ِِب‬،‫ت‬ ِ ِ ِ ُِ ‫َكا َُنُيـ ْؤِم ُنُ ِِب‬
ْ َ‫للُ َوالْيَـ ْوُمُاآلخ ُِرُفَـ ْليَـ ُق ُْلُ َخ ْريُاًُأ ًُْوُلي‬
ْ ‫ص ُم‬ ُ ُ
ِ ُ ‫للِ ُوالْيـوُِم‬
ُ‫اآلخ ُِر ُفَـ ْليُ ْك ِرُْم‬ ُ ِ
‫ِب‬ ُ ُ
‫ن‬ ‫م‬ ِ ُ ‫واْليـوُِم‬
ِ‫ ُوم ُن ُ َكا َُن ُيـ ْؤ‬،‫اآلخ ُِر ُفَـ ْلي ْك ِرُم ُجارُه‬
َْ َ ُ ُ ْ َ َ َُ َ ْ ُ َْ َ
‫ُرواهُالبخاريُومسلـم‬.ُ‫ضْيـ َف ُو‬
َ

Dari Abu Hurairoh rodhiyallohu ’anhu, sesungguhnya


Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat,
maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan barang siapa
yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah
ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman
kepada Alloh dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan
tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 6018, 6136, 6475), Muslim


(no. 47), Ahmad (II/267, 433, 463), Abu Dawud (no. 5154),
at-Tirmidzi (no. 2500), dan selainnya.

53
Kedudukan Hadits

Hadits ini merupakan hadits yang penting dalam bidang


adab. Makna hadits ini telah tercakup di dalam hadits ke-12.

Hak Alloh Dan Hak Hamba

Pada hadits di atas menunjukkan ada 2 hak yang harus


ditunaikan, yaitu hak Alloh dan hak hamba. Penunaian hak
Alloh porosnya ada pada senantiasa merasa diawasi oleh
Alloh. Di antara hak Alloh yang paling berat untuk ditunaikan
adalah penjagaan lisan. Adapun penunaian hak hamba, yaitu
dengan memuliakan orang lain.

Menjaga Lisan

Menjaga lisan bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan


berkata baik atau kalau tidak mampu maka diam. Dengan
demikian diam kedudukannya lebih rendah dari pada berkata
baik, namun masih lebih baik dibandingkan dengan berkata
yang tidak baik.

Berkata baik terkait dengan 3 hal, seperti tersebut dalam


surat An-Nisa‟: 335, yaitu perintah bershadaqoh, perintah
kepada yang makruf atau berkata yang membawa perbaikan
pada manusia. Perkataan yang di luar ketiga hal tersebut
bukan termasuk kebaikan, namun hanya sesuatu yang
mubah atau bahkan suatu kejelekan. Pada menjaga lisan ada
isyarat menjaga seluruh anggota badan yang lain, karena
menjaga lisan adalah yang paling berat.

54
Memuliakan Orang Lain

Memuliakan berarti melakukan tindakan yang terpuji


yang bisa mendatangkan kemuliaan bagi pelakunya. Dengan
demikian memuliakan orang lain adalah melakukan tindakan
yang terpuji terkait dengan tuntutan orang lain.

Batasan Tetangga dan Tamu

Tetangga menurut syariat adalah sesuai dengan


pengertian adat, artinya kapan secara adat dinilai sebagai
tetangga maka dinilai sebagai tetangga juga oleh syariat.
Kaidah menyatakan semua istilah yang ada dalam syariat
dan tidak ada batasannya secara syariat dan bahasa maka
pengertiannya dikembalikan kepada adat.

Batasan tamu yang wajib diterima dan dilayani adalah


jika dia tidak memiliki kemampuan untuk mencari tempat
untuk tinggal atau untuk makan. Jika mampu maka
hukumnya sunnah. Adapun batasan lamanya adalah 1 hari 1
malam, sempurnanya 3 hari 3 malam.

55
Hadits Ke-16
JANGAN MARAH

ُ:‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم‬ ِ ُِّ ِ‫ال ُلِلن‬ ُ ُ ‫َب ُ ُىَريْـَرةَُ ُ َر ِض َُي‬
َ ‫صلَّى ُللا‬
َ ُ ‫َّب‬ َُ َ‫الً ُق‬ َُّ ‫للاُ ُ َعْن ُوُ ُأ‬
ُ ‫َن ُ َر ُج‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

‫ُرواهُالبخاري‬.‫ب‬
ُْ ‫ض‬ َُ َ‫ُق‬،ً‫بُفَـَرَّد َُدُ ِمَرارا‬
َ ‫ُ ُلَُتَـ ْغ‬:‫ال‬ ُْ ‫ض‬ َُ َ‫ُق‬،‫أ َْو ِص ِن‬
َ ‫ُ ُلَُتَـ ْغ‬:‫ال‬

Dari Abu Hurairah rodhiyallohu ’anhu, ada seorang laki-laki


berkata kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, “Berilah
aku wasiat.” Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jangan marah!” Dia bertanya berulang-ulang dan tetap
dijawab, “Jangan Marah!” (HR Bukhori)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 6116), dan Ahmad (II/362,


466).

Kedudukan Hadits

Hadits ini berisi tentang adab yang sangat penting.

Rahasia Di balik Jawaban Rasulullah

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam berulang kali


diminta wasiat atau nasihatnya oleh para sahabat. Jawaban
yang diberikan oleh Rasulullah berbeda-beda. Rahasia
perbedaan jawaban tersebut menurut ulama ada 2, yaitu:

56
1. Disesuaikan dengan keadaan orang yang bertanya.
Artinya jawaban Rasulullah shollallohu ‘alaihi
wasallam adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh
orang yang bertanya terkait dengan keadaannya.
2. Demi beragamnya wasiat yang sampai kepada umat.
Maksudnya karena setiap wasiat Rasulullah shollallohu
‘alaihi wasallam pasti akan ditularkan kepada yang
lain, maka Rasulullah meragamkan jawaban.

Jangan Marah

Perintah Rasulullah untuk tidak marah mengandung 2


penafsiran, yaitu:

1. Maksudnya tahanlah marah, yaitu ketika ada sesuatu


yang membuat marah maka berusahalah untuk tidak
melampiaskan kemarahannya.
2. Menghindarkan diri dari sebab-sebab yang
mendatangkan kemarahan.

Terapi Ketika Menghadapi Kemarahan

Ada beberapa cara untuk terhindar dari melampiaskan


kemarahan, di antaranya:

1. Duduk, jika ketika marah dia dalam keadaan berdiri.


2. Mengucapkan kata-kata yang baik.
3. Berwudhu.

57
Hadits Ke-17
BERBUAT BAIK DALAM SEGALA URUSAN

ُ‫ُعلَْي ِو‬ ِ ُِ ُ ‫للا ُعْن ُو ُع ُن ُرسوُِل‬ ِ ٍُ ‫َب ُيـعلَى ُ َشدَّاد ُاب ُِن ُأَو‬
َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ ‫للا‬ ْ ُ َ ْ َ ُ َ ُُ ُ ‫س ُ َرض َُي‬ ْ ْ ْ َ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬
ُ‫َح ِسنُوا‬ ٍ
ْ ‫ ُفَِإذَا ُقَـتَـ ْلتُ ُْم ُفَأ‬،‫ب ُاْ ِإل ْح َسا َُن ُ َعلَى ُ ُك ُِّل ُ َش ْيء‬ ُ ُ ‫ ُإِ َُّن‬:‫ال‬
َُ َ‫للاَ ُ َكت‬ َُ َ‫َو َسلَّ َُم ُق‬

ُ‫ ُرواه‬.ُ‫ح ُ َذُبِيـحتَُو‬
ُْ ‫َح ُد ُك ُْم ُ َش ْفَرتَُوُُ َولْ ُِري‬ ِ ُِ ‫الْ ِقْتـلَُةَُوإِ َذا ُ َذ َِبت ُم ُفَأَح‬
َ ‫سنُوا ُال ّذ ِْبَُةَُ َوُلْيـح َُّد ُأ‬ ْ ْ ُْ َ
‫مسلـم‬

Dari Abu Ya‟la Syaddad bin Aus rodhiyallohu ’anhu,


Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya Alloh mewajibkan (kalian) berbuat baik
terhadap segala sesuatu, maka bila kalian hendak
membunuh orang (dalam peperangan ataupun yang lainnya),
bunuhlah dengan cara yang baik, dan bila kamu
menyembelih (binatang), maka sembelihlah dengan cara
yang baik, hendaklah kalian menajamkan pisau dan
memperlakukan hewan sembelihan dengan lembut.” (HR
Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Muslim (no. 1955).

58
Al-Ihsan

Al-Ihsan adalah menjadikan sesuatu menjadi baik.


Dengan demikian, hakikat ihsan berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan konteks pembicaraannya. Apabila dalam konteks
pembicaraan ibadah maka hakikat ihsan dalam ibadah
seperti telah dijelaskan pada hadits ke-2. Apabila dalam
konteks pembicaraan muamalah dengan sesama maka
hakikat ihsan adalah menunaikan hak-hak sesama dan tidak
menzholiminya. Karena wujud sesama berbeda-beda, maka
bentuk ihsannya pun berbeda-beda sesuai dengan
keadaannya masing-masing.

Syariat mewajibkan untuk berbuat ihsan dalam segala


hal. Pengambilan hukum wajib tersebut diambil dari kata
kitaabah. Ulama ushul menyatakan bahwa kata kitaabah dan
derivasinya menunjukkan makna wajib.

Tata Cara Menyembelih yang Memenuhi Kriteria Ihsan

Ihsan dalam menyembelih adalah mencari cara terbaik


agar sembelihan cepat mati tanpa menderita kesakitan. Hal
itu bila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Menajamkan pisau.
2. Mempercepat jalannya pisau.
3. Memegang sembelihan dengan benar.
4. Ahli menggunakan pisau.
5. Tidak di hadapan binatang lain.

59
Demikianlah Islam memerintah berbuat ihsan kepada
binatang dan menunjukkan contoh prakteknya. Maka ihsan
kepada yang lebih mulia kedudukannya dari pada binatang
tentu lebih diperintahkan dan lebih dijelaskan contohnya.
Oleh karena itu tuntutlah ilmu sebanyak-banyaknya tentang
ihsan kepada Alloh, kepada sesama makhluk, baik yang
berakal atau tidak berakal. Sungguh rahmat Alloh dekat
dengan muhsiniin.

Hadits Ke-18
SETELAH MELAKUKAN KESALAHAN
DISUSUL DENGAN KEBAIKAN

ُُ‫للا‬ َّ ُ ‫َب ُ َعْب ُِد‬


ُ ُ ‫الر ْْحَ ُِن ُ ُم َعاذ ُبْن ُ َجبَ ٍُل ُ َر ِض َُي‬ ُ ِ‫ب ُبْ ُِن ُ ُجنَ َادَُة ُ َوأ‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬
ُْ ‫َب ُ َذ ُّر ُ ُجْن ُد‬

ُ،‫ت‬
َ ‫للاَ ُ َحْيُـثُ َُـما ُ ُكْن‬ ُِ ‫ ُاِت‬:‫ال‬
ُ ُ ‫َّق‬ َُ َ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُق‬ ِ
َ ‫صلَّى ُللا‬
ُِ ُ ‫عْنـهما ُع ُن ُرسوُِل‬
َ ُ ‫للا‬ ُْ َ ْ َ َ ُ َ
َُ ‫ ُ َو َخ ُالِ ُِق ُالن‬،‫ـح َها‬
ُ‫ ُرواه ُالرتمذي‬.‫َّاس ُِِبُلُ ٍُق ُ َح َس ٍُن‬ َُ ‫السيِّئَُةَ ُال‬
ُُ ‫ـح َسنَُةَ ُُتَـ ُْم‬ َّ ُ ‫َوأَتْبِ ُِع‬

‫وقالُحديثُحسنُويفُبعضُالنسخُحسنُصحيـح‬

Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman


Mu‟adz bin Jabal rodhiyallohu ’anhuma, bahwa Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Bertakwalah

60
kamu kepada Alloh di mana pun kamu berada, iringilah
kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat
menghapuskannya dan pergaulilah semua manusia dengan
budi pekerti yang baik.” (HR Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini
hasan”. Dalam naskah lainnya dikatakan, hadits ini hasan
shohih)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Ahmad (V/153, 158, 177, 236), at-Tirmidzi


(no. 1987), dan selainnya.

Takwalloh

Makna takwalloh (takwa kepada Alloh) adalah membuat


perisai antara dirinya dengan azab dan murka Alloh, baik di
dunia ataupun di akhirat. Dan perisai yang paling asasi
adalah menegakkan tauhidulloh.

Perintah untuk bertakwa ditujukan kepada 3 sasaran,


yaitu:

1. Ditujukan kepada seluruh manusia, maka takwa di


sini maknanya adalah menunaikan tauhid dan
membersihkan dari syirik.
2. Ditujukan kepada kaum mukminin, maka takwa di sini
maknanya adalah melaksanakan ketaatan kepada
Alloh berdasarkan petunjuk Alloh dan meninggalkan
kemaksiatan kepada Alloh berdasarkan petunjuk
Alloh.

61
3. Ditujukan kepada seseorang yang sudah bertakwa,
maka perintah takwa di sini maknanya adalah
perintah untuk melestarikan ketakwaannya.

Ruang lingkup Takwalloh meliputi seluruh tempat dan


waktu, artinya di manapun dan kapan pun berada serta
dalam kondisi apapun terkena kewajiban takwalloh. Dengan
demikian, sifat takwalloh berbeda-beda sesuai dengan
tempat, waktu dan keadaannya.

Kebajikan Menghapus Keburukan

Kebajikan adalah sesuatu yang mendatangkan pahala,


dan keburukan adalah sesuatu yang mendatangkan dosa
atau siksa. Kebajikan yang dapat menghapus keburukan ada
2 tingkatan, yaitu:

1. Melakukan kebajikan dengan niat untuk menghapus


keburukan. Jika melakukan kebajikan dengan niat
menghapus keburukan maka sudah terkandung di
dalamnya penyesalan dan taubat atas kejelekannya.
2. Melakukan kebajikan tanpa adanya niat menghapus
keburukan. Kebajikan seperti ini secara umum akan
menghapuskan kejelekannya sesuai dengan kadarnya
masing-masing. Derajat yang ke-2 ini lebih rendah
dibanding derajat yang pertama.

62
Husnul Khuluq

Husnul Khuluq adalah banyak berderma, tidak menyakiti


dan berwajah ceria. Inilah tafsir Husnul Khuluq kepada
sesama manusia. Seseorang mendapatkan Husnul Khuluq
secara thobi‟í atau hasil usaha. Seseorang yang melakukan
Husnul Khuluq sebagai hasil dari jerih payahnya lebih besar
pahalanya dibanding dengan yang melakukan karena sudah
tabiatnya. Karena kaidah menyatakan, “Jika sesuatu
diwajibkan oleh syariat maka yang lebih mendapatkan
kesulitan dalam pelaksanaannya lebih besar pahalanya.
Berbeda dengan apabila sesuatu itu disunahkan, maka tidak
secara otomatis yang lebih mendapatkan kesulitan lebih
besar pahalanya.”

Hadits Ke-19
MINTALAH TOLONGANLAH KEPADA ALLAH

ُِّ ِ‫فُالن‬
ُ‫َّب‬ َُ ‫تُ َخ ْل‬
ُُ ‫ُ ُكْن‬:‫ال‬
َُ َ‫للاُُ َعْنـ ُه َماُق‬ ٍُ َّ‫للاُِبْ ُِنُ َعب‬
ُ ُ‫اسُ َر ِض َُي‬ ُ ُ‫اسُ َعْب ُِد‬
ُِ َّ‫َبُالْ َعب‬
ُ ِ‫َع ُْنُأ‬

َُ‫للا‬
ُ ُ‫ظ‬ ٍُ ‫كُ َُكُلِ َُـم‬
ُِ ‫ُاْ ْح َف‬:‫ات‬ َُ ‫ُعُلِّ ُُـم‬ َُ ‫ُفَُـ َق‬،ً‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُمُيَـ ْوما‬
ُِِّ‫ُ َُيُغُالَُُمُإ‬:‫ال‬
َُ ‫نُأ‬ ِ
َ ‫صلَّىُللا‬
َ
ُِ ‫اسأ‬ ِ ُ ُ‫ظ‬ ُِ ‫اح َف‬
ُ‫ت‬ ْ ُ ‫للاَ ُ َوإِ َذا‬
َُ ‫استَـ َعْن‬ ُ ُ ‫َل‬ َُ ْ‫ ُإِ َذا ُ َسأَل‬،‫ك‬
ْ َ‫ت ُف‬ َ ‫اى‬
َ َ‫للاَ ُ ََت ْدُهُ ُ َُت‬ ْ ُ ،‫ك‬
َ ْ‫يـح َفظ‬

ُ‫ش ْي ٍُء ُُلَ ُْـم‬


َُ ِ‫ت ُ َعلَى ُأَ ُْن ُيَـْنـ َفعُ ْو َُك ُب‬ ْ ُ ‫َن ُاْأل َُّم ُةَ ُلَ ُِو‬
ُْ ‫اجتَ َم َع‬ ُْ ‫ ُ َو‬،ِ‫استَعِ ُْن ُ ِِبلل‬
َُّ ‫اعُلَ ُْـم ُأ‬ ْ َ‫ف‬
63
ُ‫ضُّرْو َُك ُبِ َش ْي ٍُء‬ ِ َ َ‫للا ُل‬
ْ ُ ‫ ُ َوإِ ُن‬،‫ك‬
ُ َ‫اجتَ َمعُوا ُ َعلَى ُأَ ُْن ُي‬
ٍ ِ ِ
ُُ ُ ُ‫يَـْنـ َفعُ ْو َُك ُإ ُلَُّب َش ْي ُء ُقَ ُْد ُ َكتَـبَُو‬
ُِ ‫الص ُح‬
ُ.‫ف‬ ُّ ُ‫ت‬ ُِ ‫ُ ُرفِ َع‬،‫ك‬
ُِ ‫تُاْألَقْالَُُمُ َو َج َّف‬ ُ ُُ‫ضُّرْو َُكُإِ ُلَُّبِ َش ْي ٍُءُقَ ُْدُ َكتَـبَُو‬
َ ‫للاُُ َعلَْي‬ ُ َ‫ُلَ ُْـمُي‬

ُ ‫ُحديثُحسنُصحيـح‬:‫رواهُالرتمذيُوقال‬

ُِ ‫الر َخ‬
ُ‫اء‬ ُ ُِ ِ‫للا‬
َّ ُ ‫يف‬ ُ ُ‫ل‬َُ ِ‫ف ُإ‬ َ ‫للاَ ُ ََِت ْدُهُ ُأ ََم َام‬
ُْ ‫ ُتَـ َعَّر‬،‫ك‬ ُ ُ‫ظ‬ُِ ‫اح َف‬
ْ ُ:‫ويف ُرواية ُغري ُالرتمذي‬
ُ‫ك ُُلَ ُْـم‬
َُ َ‫َصاب‬ ِ ‫َك ُُلَ ُـم ُي ُك ُن ُلِي‬ ُْ ‫ ُ َو‬،ِ‫الشدَّة‬
َُّ ‫اعُلَ ُُـم ُأ‬ ِّ ُ ‫يف‬
ُ ُِ ‫ك‬
َُ ْ‫يَـ ْع ِرف‬
َ ‫ ُ َوَما ُأ‬،‫ك‬
َ َ‫صْيـب‬ ُ ْ َ ْ َُ ‫َخطَأ‬ ْ ‫َن ُ َما ُأ‬
ِ
ُ‫َن ُ َم َُع‬ ُِ ‫ج ُ َم َُع ُالْ َكْر‬
َُّ ‫ب ُ َوأ‬ َُّ ‫ ُ َوأ‬،‫الص ِِْب‬
َُ ‫َن ُالْ َفَر‬ َّ ُ ‫َّصَُر ُ َم َُع‬ َُّ ‫اعُلَ ُْـم ُأ‬
ْ ‫َن ُالن‬ َ َ‫يَ ُك ُْن ُُليـخ ِطئ‬
ُْ ‫ ُ َو‬،‫ك‬

ً‫الْعُ ْس ُِرُيُ ْسرُا‬

Dari Abul Abbas Abdulloh bin Abbas rodhiyallohu ’anhuma


beliau berkata: Suatu hari aku berada di belakang Nabi
shollallohu ‘alaihi wasallam Lalu beliau bersabda , “Nak, aku
akan ajarkan kepadamu beberapa patah kata: Jagalah Alloh,
Niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Bila engkau
meminta sesuatu, mintalah kepada Alloh, dan bila engkau
meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Alloh.
Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk
memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka
tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah
ditulis oleh Alloh bagimu, dan jika semua umat manusia

64
bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak
dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah
ditulis oleh Alloh bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-
catatan telah mengering.” (HR Tirmidzi Dia berkata , “Hadits
ini hasan shohih”)

Dalam riwayat selain Tirmidzi dengan redaksi: “Jagalah Alloh,


niscaya engkau akan senantiasa mendapati-Nya di
hadapanmu. Kenalilah Alloh di waktu lapang niscaya Dia
akan mengenalimu saat kesulitan, ketahuilah bahwa apa
yang ditetapkan luput darimu tidak akan pernah menimpamu
dan apa yang telah ditetapkan menimpamu tidak akan
pernah luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu
selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi
cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan.”

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. at-Tirmidzi (no. 2516), Ahmad (I/293, 303,


307), dan selainnya.

Kedudukan Hadits

Hadits ini sangat agung karena memuat wasiat Rosululloh


shollallohu ‘alaihi wasallam yang sangat penting.

Menjaga Alloh

Menjaga Alloh adalah dengan cara menjaga hak-hak-Nya.


Hak-hak Alloh ada dua macam, yaitu hak-hak yang wajib dan

65
hak-hak yang sunnah. Dengan menunaikan kewajiban, dan
memelihara sunnah berarti telah menjaga Alloh. Menjaga
Alloh dalam batasan yang wajib yaitu menegakan tauhid,
dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi larangan.
Lebih dari itu adalah sunnah. Manusia berbeda-beda
derajatnya dalam menjaga Alloh.

Penjagaan Alloh

Penjagaan Alloh terhadap manusia terwujud dalam dua


bentuk, yaitu:

1. Menjaga urusan dunianya, dalam bentuk


menyehatkan badanya, melapangkan rezekinya,
menjaga anak dan istrinya, dan lain-lain.
2. Menjaga urusan agamanya. Poin ini lebih penting dan
lebih bernilai dari pada poin sebelumnya. Bentuk
penjagaannya berupa: hatinya bersih dari kotoran
syubhat, senantiasa terikat dengan Alloh, penuh rasa
harap kepada-Nya, senantiasa bertaubat kepada-Nya,
dan anggota badanya terbebas dari memperturutkan
hawa nafsu.
3. Melalaikan menjaga Alloh dapat berakibat hilangnya
penjagaan Alloh terhadap dirinya.

Hanya Meminta Kepada Alloh

Hukum meminta hanya kepada Alloh ada dua macam:

66
1. Wajib, yaitu meminta sesuatu yang tidak bisa
melakukannya kecuali Alloh. Inilah tauhid dalam
meminta di mana jika dipalingkan kepada selain Alloh
hukumnya syirik.
2. Sunnah, yaitu dalam hal yang manusia mampu untuk
melakukannya dan dia mampu melakukan sendiri
tanpa bantuan.

Tawakal

Makna tawakal kepada Alloh adalah mengambil sebab


yang diperintahkan kemudian menyerahkan urusannya
kepada-Nya. Tawakal kepada Alloh merupakan wujud
keimanan yang sangat penting, bahkan merupakan wujud
keimanan para nabi. Dan tawakal kepada makhluk adalah
perbuatan yang sangat tercela. Sekalipun makhluk mampu
untuk melakukan apa yang kita inginkan, kita tidak boleh
bertawakal kepadanya.

Sabar dan Ridho

Sabar, khususnya ketika mendapatkan kesulitan adalah


menjaga hati dari menggerutu, menjaga lisan dari berkeluh
kesah dan menjaga diri dari perbuatan yang terlarang. Ketika
tertimpa musibah, di samping wajib untuk bersabar, juga
disunahkan untuk ridho bahkan jika mampu, bersyukur.

Ridho terhadap musibah adalah yakin bahwa akibat dari


musibah tersebut baik baginya, maka tak ada perasaan

67
seandainya musibah tersebut tidak datang. Adapun ridho
yang hukumnya wajib yaitu ridho terhadap perbuatan Alloh
yang telah mendatangkan musibah. Dengan demikian terkait
dengan musibah ada dua bentuk keridhoan, yaitu:

1. Ridho terhadap perbuatan Alloh, hukumnya wajib.


2. Ridho terhadap musibah itu sendiri, hukumnya
sunnah.

Hadits Ke-20
MILIKILAH SIFAT MALU

َُ َ‫صا ِري ُالْبَ ْد ِري ُ َر ِض َُي ُللا ُ َعْنُوُ ُق‬ ٍ


ُ‫ال‬
َُ َ‫ ُق‬:‫ال‬ َ ْ‫َب ُ َم ْسعُ ْوُد ُعُ ْقبَُةَ ُبِ ُْن ُ َع ْم ٍرو ُاألَن‬
ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُُ ‫ُإِ َُّنُِِمَّاُأ َْد َرَُكُالن‬:‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم‬


ُ،‫َّاسُ ِم ُْنُ َكالَُِمُالنُّـبُـ َّوُةُِاأل ُْوَل‬ ِ
َ ‫صلَّىُللا‬
ُِ ُ‫رسو ُُل‬
َ ُ‫للا‬ ُْ َ
َُ ‫اصنَ ُْعُ َماُ ِشْئ‬
‫ُرواهُالبخاري‬.‫ت‬ ْ َ‫إِ َذاُُلَ ُْـمُتَ ْستَ ُِحُف‬

Dari Abu Mas‟ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri


rodhiyallohu ’anhu Dia berkata: Rasulullah shollallohu ‘alaihi
wasallam pernah bersabda, “Sesungguhnya sebagian ajaran
yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi
terdahulu adalah: „Bila kamu tidak malu, berbuatlah
sesukamu.” (HR. Bukhori)

68
Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 3483, 3484, 6120), Ahmad


(IV/121, 122; V/273), Abu Dawud (no. 4797), Ibnu Majah
(no. 4183), dan selainnya.

Malu, Ajaran Para Nabi yang Tak Pernah Sirna

Ajaran para nabi, sejak nabi pertama hingga nabi


terakhir, ada yang sudah sirna dan ada yang tidak. Di antara
ajaran yang tidak pernah sirna adalah rasa malu. Hal ini
menunjukkan bahwa rasa malu memiliki kedudukan yang
sangat tinggi di dalam agama. Oleh karena itu harus
mendapat perhatian yang mendalam.

Jika Tak Punya Rasa Malu Berbuatlah Sesukamu!

Ulama berbeda pendapat dalam memahami sabda Nabi


shollallohu ‘alaihi wasallam: “berbuatlah sesukamu”,
sebagian memahami sebagai perintah dan sebagian yang lain
memahami bukan sebagai perintah. Ulama yang memahami
sebagai perintah, menjelaskan bahwa jika sesuatu yang
hendak diperbuat tidak mendatangkan rasa malu maka
lakukanlah sesuai dengan yang diinginkan. Dan ulama yang
memahami bukan sebagai perintah, ada dua penjelasan
yaitu:

1. Maknanya sebagai ancaman. Ancaman bagi yang


tidak memiliki rasa malu yang berbuat
memperturutkan hawa nafsunya.

69
2. Maknanya sebagai berita. Memberitakan barang siapa
yang tidak memiliki rasa malu pasti akan berbuat
sesuka hatinya.

Semua pendapat di atas memiliki kemungkinan benar.

Hadits Ke-21
BERLAKU ISTIQOMAH

ُ ُ ‫للاِ ُالثَّـ َق ِفي ُ َر ِض َُي‬


ُُ‫للاُُ َعْنُو‬ ُ ُ ‫َب ُ َع ْمَرَُة ُ ُس ْفيَا ُن ُبْ ُِن ُ َعْب ُِد‬
ُ ِ‫ ُأ‬:‫ ُ َوقِْي َُل‬،‫َب ُ َع ْمرو‬
ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُ.‫َحدُاًُغَْيـَرَُك‬
َ ‫َلُ َعْن ُوُُأ‬
ُُ ‫َسأ‬ ِ
ْ ‫يفُاْ ِإل ْسالَُمُقَـ ْو ُلًُ ُلَُأ‬ ُ ُِ‫للاُِقُ ُْل‬
ُ ُِ‫ل‬ ُ ُ‫ُ َُيُ َر ُس ْوَُل‬:‫ت‬
ُُ ‫ُقُـ ْل‬:‫ال‬
َُ َ‫ق‬

‫ُُرواهُمسلـم‬.‫استَ ِق ُْم‬ ُِ ‫تُ ِِب‬


ْ ُ‫للُثُ َُّـم‬ ُُ ‫ُقُ ُْلُ َآمْن‬:‫ال‬
َُ َ‫ق‬

Dari Abu Amr - ada yang mengatakan Abu Amrah - Sufyan


bin Abdillah Ats-Tsaqafi rodhiyallohu ’anhu. Dia berkata,
“Wahai Rasulullah, Katakanlah kepadaku suatu perkataan
tentang Islam, yang tidak mungkin aku tanyakan kepada
siapa pun selain kepadamu.” Rasulullah shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda, “ Katakanlah: “Aku beriman kepada
Alloh, lalu istiqomahlah.” (HR. Muslim)

70
Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Muslim (no. 38), Ahmad (III/413), at-


Tirmidzi (no. 2410), Ibnu Majah (no. 3972), dan selainnya.

Kedudukan Hadits

Hadits ini berisi wasiat yang sangat mungkin mencakup


seluruh urusan dien.

Al-Iman Billah

Iman kepada Alloh sudah dijelaskan pada hadits ke-dua.

Al-Istiqomah

Istiqomah adalah teguh dan terus menerus di atas


agama, yaitu senantiasa taat pada Alloh dan menjauhi segala
yang mendatangkan murka Alloh. Istiqomah meliputi urusan
zhohir dan batin, yaitu amalan jawarih (anggota badan) dan
amalan hati.

71
Hadits Ke-22
MELAKSANAKAN SYARIAT ISLAM
DENGAN SEBENARNYA

ًُ‫ال‬ ُ ُ ‫صا ِري ُ َر ِض َُي‬


َُّ ‫ ُأ‬:‫للاُ ُ َعْنـ ُه َما‬
ُ ‫َن ُ َر ُج‬ ُِ ُ ‫للاِ ُ ُجابُِر ُب ُِن ُعب ُِد‬ ِ ُ ِ‫ع ُن ُأ‬
َ ْ‫للا ُاألَن‬ َْ ْ ْ َ ُ ُ ‫َب ُ َعْب ُد‬ َْ
ِ ‫تُُاْل ُـم ْكتُـوِب‬ َُ ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُمُفَـ َق‬ ِ ُِ ُ‫َلُرسوَُل‬
ُ،‫ت‬ َ ْ َ ُُ ‫صلَّْي‬ َ ُ‫تُإِ َذا‬
َُ ْ‫ُأ ََرأَي‬:‫ال‬ َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ‫للا‬ ْ ُ َ َُ ‫َسأ‬
َُ ِ‫ ُ َُوُلَ ُْـم ُأَ ِزُْد ُ َعلَى ُ َذل‬،‫ـحَر َام‬
ُ‫ك‬ َُ ‫ ُ َو َحَّرْمت ُال‬،‫ـحالَ َل‬
َُ ‫ت ُال‬
ُُ ‫َحلَْل‬
ْ ‫ ُ َوأ‬،‫ضا َن‬
َ ‫ت ُ َرَم‬
ُُ ‫ص ْم‬
ُ ‫َو‬
‫ُرواهُمسلـم‬.‫ُنَـ َع ُْم‬:‫ال‬ َُ ‫ُأَأ َْد ُخ ُُلُال‬،ً‫َشْيئا‬
َُ َ‫ـجنَُّةَ؟ُق‬

Dari Abu Abdillah Jabir bin Abdullah Al-Anshori rodhiyallohu


’anhu. Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wasallam, “Apa pendapatmu bila aku telah
sholat lima waktu, berpuasa Ramadhan, aku menghalalkan
yang halal, dan mengharamkan yang haram, dan aku tidak
menambah amalan selain itu, apakah aku akan masuk
surga?” Nabi menjawab, “Ya”. (HR. Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Muslim (no. 15), Ahmad (III/316, 348), dan


selainnya.

72
Masuk Surga

Apabila sebuah amalan dikatakan bahwa pelakunya


masuk surga maka maksudnya:

1. Amalan tersebut merupakan sebab masuknya dia ke


surga setelah memenuhi seluruh syarat dan
ternafikanya seluruh mawani‟ (penghalang).

2. Melakukan amal tersebut dengan dilandasi tauhid.

Masuk surga ada dua makna, yaitu:

1. Langsung masuk surga tanpa masuk neraka sama


sekali.

2. Masuk surga setelah sebelumnya masuk neraka.

Tidak masuk surga ada dua makna, yaitu:

1. Tidak masuk surga sama sekali.

2. Tidak langsung masuk surga.

Menghalalkan yang Halal dan Mengharamkan yang


Haram

Menghalalkan yang halal maknanya adalah, meyakini


halalnya semua yang dihalalkan Alloh. Termasuk yang
dihalalkan Alloh semua yang diwajibkan, yang disunahkan
dan yang mubah. Mengharamkan yang haram maknanya
adalah, meyakini haramnya semua yang diharamkan Alloh
dan meninggalkannya. Dengan demikian barang siapa

73
menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram
dengan makna seperti tersebut di atas, dan konsekuen pasti
masuk surga.

Hadits Ke-23
SUCI ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN

ُ‫ال ُ َر ُس ْو ُُل‬
َُ َ‫ ُق‬:‫ال‬
َُ َ‫للاُُ َعْن ُوُُق‬ ِ ‫ـحا ِرثِي ُاب ُِن ُع‬
ُ ُ ‫اص ُْمُاْألَ ْش َع ِري ُ َر ِض َُي‬ َ ْ ُْ ِ‫َب ُ َمال‬
َُ ‫كُال‬ ُْ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُ،‫للُُِتَـ ْمؤلُُال ُِـمْيـَز ِان‬


ُ ُ‫ـح ْم ُُد‬ ِ ‫ُالطُّهوُرُ َشطْ ُرُاْ ِإلُيـم‬:‫للاُِصلَّىُللاُِعلَي ِوُوسلَّ ُم‬
َُ ْ‫ُ َواُل‬،‫ان‬ َ ْ ُ ُْ ُ َ َ َ ْ َ َ ُ
ِ ‫الس َم ُِاء ُ َواْأل َْر‬
ُ،‫ض‬ َّ ُ ‫ي‬ ُِ َْ‫ ُأ َُْو ُِت‬-ُ ُ‫للِ ُُتَـ ُْمؤل‬
َُ ْ َ‫ ُ َما ُبـ‬-ُ ‫آلن‬ َُ ْ‫للاِ ُ َواُل‬
ُ ُ ‫ـح ْم ُُد‬ ُ ُ ‫َو ُسْب َحا َُن‬

ُِ ‫ ُ ُك ُُّل ُالن‬.‫ك‬
ُ‫َّاس‬ َُ ‫ك ُأ َُْو ُ َعلَْي‬
َُ َ‫ ُ َوالْ ُقْرآ ُن ُ ُح َّجُةٌ ُل‬،‫الص َدقَُة ُبـُْرَىا ٌن‬
َّ ‫ ُ َو‬،‫الصالَُة ُنـُ ْوٌر‬
َّ ‫َو‬

‫ُرواهُمسلـم‬.‫يَـ ْغ ُدوُفَباَئِ ٌُعُنَـ ْف َس ُوُُفَ ُم ْعتِ ُق َهاُأ َُْوُ ُم ْوبُِق َها‬

Dari Abu Malik Al-Harits bin Ashim Al-Asy‟ari rodhiyallohu


’anhu, Dia berkata: Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam
pernah bersabda, “Bersuci adalah separuh dari keimanan,
ucapan „Alhamdulillah‟ akan memenuhi timbangan,
„subhanalloh walhamdulillah‟ akan memenuhi ruangan langit
dan bumi, sholat adalah cahaya, dan sedekah itu merupakan
bukti, kesabaran itu merupakan sinar, dan Al Quran itu

74
merupakan hujjah yang akan membela atau menuntutmu.
Setiap jiwa manusia melakukan amal untuk menjual dirinya,
maka sebagian mereka ada yang membebaskannya (dari
siksa Alloh) dan sebagian lain ada yang menjerumuskannya
(dalam siksa-Nya).” (HR. Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Muslim (no. 223), Ahmad (V/342, 343), at-


Tirmidzi (no. 3517), Ibnu Majah (no. 280), dan selainnya.

Kedudukan Hadits

Hadits ini sangat agung karena kata-katanya sangat


menyentuh jiwa. Jiwa yang sehat pasti akan tersentuh
dengan hadits ini dan lahirlah ketaatan.

Bersuci Adalah Separuh Iman

Ulama berbeda pendapat tentang makna bersuci


merupakan separuh iman. Dua pendapat yang paling
masyhur adalah:

1. Bersuci diartikan dengan bersuci dari najis maknawi,


yaitu dosa-dosa, baik dosa batin maupun dosa lahir.
Karena iman ada dua bentuk, yaitu meninggalkan dan
melakukan, maka tatkala sudah meninggalkan dosa-
dosa berarti sudah memenuhi separuh iman.

2. Bersuci diartikan dengan bersuci dengan air. Bersuci


dengan air ada dua macam, yaitu bersuci dari hadats

75
kecil dan hadats besar. Bila bersuci diartikan dengan
suci dari hadats kecil dan hadats besar maka yang
dimaksud dengan iman adalah sholat. Jadi bersuci itu
separuh dari sholat. Sholat dikatakan sebagai iman
karena merupakan pokok amalan iman.

“Alhamdulillah” Memenuhi Timbangan

“Alhamdulillah” adalah pujian bagi Alloh atas seluruh


kesempurnaan-Nya. Alloh terpuji dalam lima hal sebagai
berikut:

1. Terpuji karena kesempurnaan rububiyah-Nya.

2. Terpuji karena kesempurnaan uluhiyah-Nya.

3. Terpuji karena kesempurnaan asma dan sifat-Nya.

4. Terpuji karena kesempurnaan takdir-Nya.

5. Terpuji karena kesempurnaan syariat-Nya.

“Alhamdulillah” memenuhi timbangan dapat diartikan


dengan dua penafsiran yaitu:

1. Amalan yang lainnya diletakkan dalam timbangan


terlebih dahulu kemudian “alhamdulillah”, maka
penuhlah timbangan.

2. “Alhamdulillah” sebagai pasangan dari “subhanalloh”.


Agama sempurna dengan dua hal, itsbat dan tanzih.
“Alhamdulillah” merupakan itsbat dan “subhanalloh”

76
merupakan tanzih. Maka jika “subhanAlloh” diletakkan
dalam timbangan kemudian baru “alhamdulillah”
penuhlah timbangan.

Sholat Sebagai Nur, Shodaqoh Sebagai Burhan dan


Sabar Sebagai Dhiya

Nur adalah cahaya yang tidak memancarkan sinar.


Burhan adalah cahaya yang memancarkan sinar namun tidak
menyengat. Dhiya‟ adalah cahaya yang memancarkan sinar
yang menyengat, dan membakar.

Sholat dikatakan sebagai nur karena di dalamnya


terdapat ketenangan. Shodaqoh dikatakan sebagai burhan,
karena di dalamnya terdapat keberatan. Sabar dikatakan
sebagai dhiya‟ karena di dalamnya terdapat keberatan yang
sangat.

Hadits Ke-24
LARANGAN BERBUAT ZHALIM

ُ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُفِْي َما‬ ِ


َ ‫صلَّى ُللا‬ ُ ُ ‫َب ُ َذ ٍُّر ُالْغِ َفا ِري ُ َر ِض َُي‬
ُِّ ِ‫ ُ َع ُِن ُالن‬،ُ‫للاُ ُ َعْنو‬
َ ُ ‫َّب‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُ‫لى ُنَـ ْف ِسي‬


َُ ‫ت ُال ُظُُّْل َُـم ُ َع‬ ُِِّ‫ ُ َُي ُ ِعبَ ِادي ُإ‬:‫ال‬
ُُ ‫ن ُ َحَّرْم‬ َُ َ‫يَـْرِويُِْو ُ َع ُْن ُ َربُِِّو ُ َعَُّز ُ َو َج َُّل ُأَنَُّوُ ُق‬

ُ،ُ‫ضالُ ُإِ ُلَُّ َم ُْنُ َى َديْـتُو‬ ِ ِ


َ ُ ‫ ُ َُي ُعبَاديُ ُكلُّ ُك ُْم‬.‫الَُتَظَاُلَ ُُـموا‬
ُ َ‫ ُف‬،ً‫حَّرما‬
َُ ُ‫َو َج َع ْلتُُوُُبَـْيـنَ ُك ُْم ُمُـ‬
77
‫استَطْعِ ُم ْوِ ُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫فَاستـه ُدوِ ُ ِ‬
‫نُ‬ ‫ن ُأ َْىد ُك ُْم‪َُ ُ .‬ي ُعبَادي ُ ُكلُّ ُك ُْم ُ َجائ ٌُع ُإِ ُلَّ ُ َم ُْن ُأَطْ َع ْمتُُوُ ُفَ ْ‬ ‫َْ ْ ْ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫أَطْع ْم ُك ُْم‪َُ ُ .‬ي ُعبَادي ُ ُكلُّ ُك ُْم ُ َعا ٍُر ُإِ ُلَّ ُ َم ُْن ُ َك َس ْوتُُوُ ُفَ ْ‬
‫استَ ْك ُس ْوِ ُ‬
‫ن ُأَ ْك ُس ُك ُْم‪َُ ُ .‬يُ‬

‫استَـ ْغ ِفُرْوِ ُ‬
‫نُ‬ ‫الذنـُو ُ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫عبَادي ُإِنَّ ُك ُْم ُ ُُتْطئُـ ْو َُن ُ ِِبللَّْي ُِل ُ َوالنـ َ‬
‫َّها ُِر ُ َوأَ ُنَُأَ ْغفُُر ُ ُّ ْ َ‬
‫ب ُ ََجْيعاً‪ُ ،‬فَ ْ‬
‫ضُّرْوِن‪َ ُ ،‬ولَ ُْن ُتَـْبـلُغُوا ُنَـ ْفعِيُ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫أَ ْغفُْر ُلَ ُك ْم‪َُ ُ ،‬ي ُعبَادي ُإِنَّ ُك ُْم ُلَ ُْن ُتَـْبـلُغُوا ُ ُ‬
‫ضِّري ُفَـتَ ُ‬
‫آخَرُك ُْمُ َوإِنْ َس ُك ُْمُ َوِجنَّ ُك ُْمُ َكانُواُ َعلَىُأَتْـ َقىُ‬
‫َنُأ ََّولَ ُك ُمُو ِ‬ ‫فَـتـْنـ َفعوِ ُ ِ ِ‬
‫ن‪َُ ُ.‬يُعبَاديُلَ ُْوُأ َُّ ْ َ‬ ‫َ ُْ‬
‫يفُ ُم ْل ِكيُ َشْيئُاً‪َُ ُ.‬يُ ِعبَ ِاديُلَ ُْوُأ َُّ‬
‫َنُأ ََّولَ ُك ُْمُ‬ ‫اح ٍُدُ ِمْن ُك ُْمُ َماُ َز َُادُ َذلِ َُ‬
‫كُِ ُ‬ ‫بُرج ٍُلُو ِ‬
‫ِ‬
‫قَـ ْل ُ َ ُ َ‬
‫اح ٍُدُ ِمْن ُك ُْمُ َماُنَـ َق َُ‬
‫صُ‬ ‫بُرج ٍُلُو ِ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َوآخَرُك ُْمُ َوإنْ َس ُك ُْمُ َوجنَّ ُك ُْمُ َكانُواُ َعلَىُأَفْ َج ُِرُقَـ ْل ُ َ ُ َ‬
‫آخَرُك ُْم ُ َوإِنْ َس ُك ُْم ُ َوِجنَّ ُك ُْمُ‬ ‫ذَلِ َُ‬
‫ك ُ ِم ُْن ُ ُم ْل ِكي ُ َشْيئُاً‪َُ ُ .‬ي ُ ِعبَ ِادي ُلَ ُْو ُأ َُّ‬
‫َن ُأ ََّولَ ُك ُم ُو ِ‬
‫ْ َ‬
‫ص ُ َذلِ َُ‬
‫كُ‬ ‫اح ٍُد ُ َم ْسأَلَتَُوُ ُ َما ُنَـ َق َُ‬
‫ت ُ ُك َُّل ُو ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬
‫ُ‬ ‫ي‬
‫ْ‬‫َ‬‫ط‬ ‫َع‬
‫ْ‬ ‫أ‬‫َ‬‫ف‬‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ن‬ ‫ِ‬
‫و‬ ‫ل‬
‫ُ‬‫َ‬
‫َ ْ‬‫أ‬ ‫س‬‫ف‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫اح ٍ‬
‫ُ‬
‫د‬ ‫يف ُصعِي ٍُد ُو ِ‬
‫قَ ُاموا ُِ ُ َ ْ َ‬
‫ط ُإِ َذا ُأ ُْد ِخ َُل ُالْبَ ْحَُر‪َُ ُ .‬ي ُعِبَ ِادي ُإِنَّ َـما ُ ِى َُيُ‬ ‫ِِمَّا ُ ُعِْن ِدي ُإِ ُلَُّ َك َما ُيَـْنـ ُق ُُ‬
‫ص ُال ُِـم ْخُيَ ُ‬

‫صْيـ َها ُلَ ُك ُْم ُثُ َُّـم ُأ ُْوفِْي ُك ُْم ُإِ َّي َىا ُفَ َم ُْن ُ َو َج َُد ُ َخ ْريُاًُفَـُْليـح َم ُِد ُ ُ‬
‫للاَُ َوَم ُْنُ‬ ‫أَعمالُ ُك ُم ُأُح ِ‬
‫ََ ْ ْ‬
‫الَُيَـلُ ْوَم َُّنُإِ ُلَُّنَـ ْف َُ‬
‫س ُوُ‪ُ.‬رواهُمسلـم‬ ‫َو َج َُدُ َغْيـَُرُ َذلِ َُ‬
‫كُفَ ُ‬

‫‪Dari Abu Dzar‬‬ ‫‪Al-Ghifari‬‬ ‫‪rodhiyallohu ’anhu‬‬ ‫‪dari Nabi‬‬


‫‪shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda meriwayatkan firman‬‬
‫‪78‬‬
Alloh ‘Azza wa Jalla, bahwa Dia berfirman, “Wahai hamba-
hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman
atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian,
maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-
hamba-Ku, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku
beri hidayah, maka mintalah hidayah itu kepada-Ku, niscaya
kuberikan hidayah itu kepadamu. Wahai hamba-hamba-Ku,
sesungguhnya kalian lapar, kecuali orang-orang yang aku
beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku
berikan makanan itu kepadamu. Wahai hamba-hamba-Ku,
sesungguhnya kalian adalah orang-orang tidak berpakaian,
kecuali orang-orang yang telah Kuberi pakaian, maka
mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku berikan pakaian itu
kepadamu. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian
senantiasa berbuat dosa di malam dan siang hari sedangkan
Aku akan mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun
kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian semua. Wahai
hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak dapat
mendatangkan kemanfaatan bagi-Ku sehingga tidak sedikit
pun kalian bermanfaat bagi-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku,
sesungguhnya kalian semua tidak akan dapat mendatangkan
bahaya bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian dapat
membahayakan-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, andaikan
kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari
bangsa manusia maupun jin, semuanya bertakwa dengan
ketakwaan orang yang paling takwa di antara kalian, hal itu
tidak menambah sedikit pun dalam Kerajaan-Ku. Wahai

79
hamba-hamba-Ku, andaikan kalian semua dari yang awal
sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun
bangsa jin, berdiri di atas satu dataran lalu meminta apa pun
kepada-Ku, lalu aku penuhi semua permintaan mereka, hal
itu sedikit pun tidak mengurangi kekayaan yang Aku miliki,
hanya seperti berkurangnya air samudra ketika dimasuki
sebatang jarum jahit (kemudian diangkat). Wahai hamba-
hamba-Ku, semua itu perbuatan kalian yang Aku hitungkan
untuk kalian, kemudian Aku membalasnya kepada kalian.
Maka barang siapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia
memuji Alloh, dan barang siapa mendapatkan selain itu,
hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendirinya.” (HR.
Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Muslim (no. 2577), Ahmad (V/154, 160,


177), at-Tirmidzi (no. 2495), Ibnu Majah (no. 2577), dan
selainnya.

Hadits Qudsi

Hadits Qudsi adalah firman Alloh yang disampaikan oleh


Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang bukan Al Quran. Ulama
berbeda pendapat tentang lafaz hadits Qudsi, sebagian
berpendapat lafaznya dari Alloh, sebagian yang lain
berpendapat maknanya dari Alloh, adapun lafaznya dari
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam.

80
Kezaliman

Kezaliman adalah meletakkan sesuatu tidak pada


tempatnya. Kezaliman ada dua martabat, yaitu menzalimi
diri sendiri, dan menzalimi orang lain. Menzalimi diri sendiri
ada dua bentuk yaitu syirik, dan perbuatan dosa atau
maksiat. Menzalimi orang lain adalah menyia-siakan atau
tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan.

Hidayah

Hidayah ada dua macam yaitu Hidayatul Irsyad dan


Hidayatut Taufiq. Hidayatul Irsyad adalah ilmu dan
penjelasan. Hidayatut Taufiq adalah amal terhadap ilmu atau
ittiba‟.

Hadits Ke-25
BERSHADAQAH DARI KELEBIHAN HARTA

ُ‫ُعلَْي ِو‬ ِ ُِ ُ ‫اب ُرسوُِل‬ِ ْ ‫َن ُ َنسُاًُ ِم ُن ُأ‬ ُ ُ ‫َب ُ َذ ٍُّر ُ َر ِض َُي‬
َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ ‫للا‬ ْ ُ َ ُ ‫َص َح‬ ْ َُّ ‫ ُأ‬:ُ‫للاُُ َعْن ُو‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُ‫الدثـُ ْوُِر‬ َُ ‫ ُ َذ َى‬،ِ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُ َُي ُ َر ُس ْوَُل ُللا‬


ُّ ُ ‫ب ُأ َْى ُُل‬ ِ
َ ‫صلَّى ُللا‬ ُِّ ِ‫َو َسلَّ َُم ُقَالُوا ُلِلن‬
َ ُ ‫َّب‬
ُ‫ض ْوُِل‬ ِ ُ‫ِِبْألُجوُِر ُيصلُّو َُن ُ َكما ُن‬
ُ ‫ص َّدقُـ ْو َُن ُبُِف‬
َ َ‫ ُ َوت‬،‫ص ْوُم‬
ُ َ‫ص ْوُم ْو َُن ُ َك َما ُن‬
ُ َ‫ ُ َوُي‬،‫صلّي‬
َ َ ْ َ ُ ُْ
ُ‫ ُإِ َُّن ُلَ ُك ُْم ُبِ ُك ُِّل‬:‫ص َّدقُـ ْو َُن‬
َ َ‫للاُ ُلَ ُك ُْم ُ َما ُيَـت‬
ُ ُ ‫س ُقَ ُْد ُ َج َع َُل‬ َُ َ‫أ َْم َواِلُِِْم ُق‬
َُ ‫ ُأ ََُو ُلَْي‬:‫ال‬
81
ٍ ِ ٍ ِ ٍ
َ ُ ‫ ُ َوُك ُِّل ُتَـ ْهلْيـلَُة‬،ً‫ص َدقَة‬
ًُ‫ص َدقَُة‬ َ ُ ٍ‫ص َدقَُةً ُ َوُك ُِّل ُتَ ْكبِْيـَرُة‬
َ ُ ‫ص َدقَُةً ُ َوُك ُِّل ُ ََْتمْي َدُة‬ َ ُ ‫تَ ْسُبِيـح ُة‬
ِ ‫ض ُِع ُأ‬ ُ ِ‫ص َدقَُةً ُ َو‬ ُِ ‫َوأ َْم ٍُر ُ ُِِبُلْ َُـم ْعُرْو‬
ًُ‫ص َدقَُة‬
َ ُ ‫َحد ُك ُْم‬
َ ْ ُ‫يف ُب‬ َ ُ ‫ص َدقَُةً ُ َونَـ ْه ٍُي ُ َعن ُ ُمْن َك ٍُر‬
َ ُ‫ف‬
ُ‫ُأ ََرأَيْـتُ ُْمُلَ ُْو‬:‫ال‬
َُ َ‫َجٌُر؟ُق‬ ِ ُ ِْ‫للاُِأ َََي‬
ْ ‫َح ُد َُنُ َش ْه َوتَُوُُ َويَ ُك ْو ُنُلَُوُُفْيـ َهاُأ‬
َ ‫تُأ‬ ُ ُ‫ُ َُيُ َر ُس ْوَُل‬:‫قَالُوا‬

ُُ‫ـحالَُِل ُ َكا َُن ُلَُو‬ ُ ُِ ‫ض َع َها‬


َُ ‫يف ُال‬ َُ ِ‫يف ُ َحَرٍُام ُأَ َكا َُن ُ َعلَْي ُِو ُ ِوْزٌُر؟ ُفَ َك َذل‬
َ ‫ك ُإِذَا ُ َو‬ ُ ُِ ‫ض َع َها‬
َ ‫َو‬
‫ُرواهُمسلـم‬.‫َجٌُر‬
ْ‫أ‬

Dari Abu Dzar rodhiyallohu ’anhu dia berkata: Ada


sekelompok sahabat Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam
melapor, “Wahai Rasulullah orang-orang kaya telah
memborong pahala. Mereka sholat sebagaimana kami sholat,
mereka berpuasa sebagaimana kami puasa, namun mereka
dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.” Beliau
bersabda, “Bukankah Alloh telah menjadikan bagi kalian apa-
apa yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya pada
setiap tasbih ada sedekah, pada setiap tahmid ada sedekah
dan pada setiap tahlil ada sedekah, menyuruh kebaikan
adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah,
dan mendatangi istrimu juga sedekah.” Mereka bertanya.
“Wahai Rasulullah, apakah jika seseorang memenuhi
kebutuhan syahwatnya itu pun mendatangkan pahala?”
Beliau bersabda, “Apa pendapatmu, bila ia menempatkan
pada tempat yang haram, bukankah ia berdosa? Demikian

82
pula bila ia menempatkan pada tempat yang halal, ia akan
mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Muslim (no. 720, 1006), Ahmad (V/167,


168), Abu Dawud (no. 5243, 5244).

Shodaqoh

Shodaqoh adalah memberikan kebaikan kepada diri


sendiri atau kepada orang lain. Dengan demikian shodaqoh
maknanya luas mencakup seluruh kebaikan, berupa
perkataan atau perbuatan.

Pahala Menunaikan Syahwat

Ulama berbeda pendapat, apakah pahala menunaikan


syahwat pada istri diperoleh tanpa niat, atau harus dengan
niat. Jumhur ulama berpendapat, harus disertai niat
meninggalkan hal-hal yang haram, mencukupkan diri dengan
yang mubah berdasar kaidah hadits pertama.

83
Hadits Ke-26
SEGALA MACAM PERBUATAN BAIK
ADALAH SHADAQAH

ُ‫ُ ُك ُُّل‬:‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم‬ ِ ُِ ُ‫الُرسو ُُل‬ ُ ُ‫َبُ ُىَريْـَرُةَُ َر ِض َُي‬
َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ‫للا‬ ْ ُ َ َُ َ‫ُق‬:‫ال‬
َُ َ‫للاُُ َعْن ُوُُق‬ ُْ ِ‫َع ُْنُأ‬

َُ ْ ‫سُتَـ ْع ِد ُُلُبَـ‬
ُِ ْ ‫يُاثْـنَـ‬
ُ‫ي‬ ُُ ‫َّم‬ ِِ ٍ ِ ُِ ‫سالَمىُ ِم ُنُالن‬
ْ ‫ُ ُك ُُّلُيَـ ْوُمُتَطْلُ ُُعُفْي ُوُالش‬،ٌ‫ص َدقَة‬
َ ُ‫َّاسُ َعلَْي ُو‬ َ َ ُ
ٌُ‫ص َدقَُة‬ ِ ِ ِ ُ ُِ‫الرج ُل‬ ِ‫ُوتُع‬،ٌ‫ص َدقَة‬
َ ُُ‫اع ُو‬
َ َ‫يفُ َداُبَّت ُوُفَـتَ ْحملُُوُُ َعلَْيـ َهاُأ َُْوُتَـْرفَ ُُعُلَُوُُ َعلَْيـ َهاُ َمت‬ َ ُ َّ ُ ُ
‫ي‬
ُ ْ َ َ
ُ ‫ص َدقَُةٌ ُ َُو ُُِتِْي‬ ِ َّ ُ ‫ل‬ َُ ِ‫ ُ َوبِ ُك ُِّل ُ ُخطْ َوُةٍ ُِتَْ ِشْيـ َها ُإ‬،ٌ‫ص َدقَة‬ ِ
ُ‫ط‬ َ ُ ‫الصالَُة‬ َ ُ ‫َوالْ َُكُل َُـم ُة ُالطَّيِّبَُة‬

َ ُ‫اْألَ َذىُ َع ُِنُالطَِّريْ ُِق‬


‫ُرواهُالبخاريُومسلـم‬.ٌ‫ص َدقَُة‬

Dari Abu Hurairah rodhiyallohu ’anhu dia berkata: Rasulullah


shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap ruas tulang
manusia harus disedekahi setiap hari selagi matahari masih
terbit. Mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah
sedekah, menolong orang hingga ia dapat naik kendaraan
atau mengangkatkan barang bawaan ke atas kendaraannya
merupakan sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah,
setiap langkah kaki yang engkau ayunkan menuju ke masjid
adalah sedekah dan menyingkirkan aral (rintangan, ranting,
paku, kayu, atau sesuatu yang mengganggu) dari jalan juga
merupakan sedekah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

84
Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 270, 2891, 2989) dan


Muslim (no. 1009).

Mensyukuri Nikmat

Hadits ini sebagai perincian dari hadits ke-dua puluh lima.


Bershodaqoh adalah wujud dari mensyukuri nikmat. Seluruh
anggota badan harus menunaikan syukur.

Mensyukuri nikmat ada dua macam, wajib dan sunnah.


Syukur yang wajib yaitu setiap hari menggunakan seluruh
anggota badan untuk menunaikan kewajiban, dan tidak
digunakan untuk yang haram. Syukur yang sunnah yaitu
melaksanakan hal-hal yang sunnah setelah yang wajib.
Syukur yang sunnah bisa diwakili hanya dengan
mengerjakan sholat dhuha dua rakaat.

Hadits Ke-27
JAUHILAH PERBUATAN YANG MERESAHKAN

َُ َ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُق‬ ِ ُ ُ ‫اس ُب ُِن ُ ََسْ َعا َُن ُ َر ِض َُي‬
ُ:‫ال‬ َ ‫صلَّىُللا‬ ُِّ ِ‫ ُ َع ُِن ُالن‬،ُ‫للاُُ َعْنو‬
َ ُ ‫َّب‬ ُِ ‫َع ُْن ُالنـ ََّّو‬

ُُ ‫ت ُأَ ُْن ُيَطَّلِ َُع ُ َعلَْي ُِو ُالن‬


ُ.‫َّاس‬ َُ ‫يف ُنَـ ْف ِس‬
َُ ‫كُ َوَك ِرْى‬ ُُ ‫الُُِِّْب ُ ُح ْس ُُن ُال‬
َُ ‫ـخلُ ُِقُ َواْ ُِإلثْـ ُِم ُ َما ُ َح‬
ُ ُِ ‫اك‬

‫سلـم‬
ُْ ‫َرَو ُاهُُ ُم‬
85
ُ‫ُعلَْي ِو‬ ِ ُِ ُ ‫ت ُرسوَُل‬ ُ ُ ‫ص ُةَ ُبْ ُِن ُ َم ْعبَد َُُر ِض َُي‬
َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ ‫للا‬ ْ ُ َ ُُ ‫ ُأَتَـْي‬:‫ال‬
َُ َ‫للاُُ َعْن ُوُ ُق‬ َ ِ‫َو َع ُْن ُ َواب‬
ُ‫ُالُِِْبُُّ َما‬،‫ك‬ ُِ ‫ُاِ ْستَـ ْف‬:‫ال‬
َ َ‫تُقَـ ْلب‬ ُُ ‫ألُ َع ُِنُالُِِِْبُّقُـ ْل‬
َُ َ‫ُق‬،‫ُنَـ َع ْم‬:‫ت‬ َُ ‫ُ ِجْئ‬:‫ال‬
ُُ ‫تُتَ ْس‬ َُ ‫َو َسلَّ َُمُفَـ َق‬

َُ ‫ ُ َواْ ُِإلثْـ ُِم ُ َُما ُ َح‬،‫ب‬


ُ ُِ ‫اك‬
ُِ ‫يف ُالنَّـ ْف‬
ُ‫س ُ َوتَـَرَّد َُد‬ ِ ِ َُّ ‫س ُواطْمأ‬ ِ ِ ُ َّ‫اطْمأَن‬
ُ ‫َن ُإلَْي ُو ُالْ َق ْل‬ َ َ ُُ ‫ت ُإلَْي ُو ُالنَّـ ْف‬
ْ َ
ُ‫ ُحديث ُحسن ُرويناه ُيف ُمسندي‬."‫َّاس ُ َوأَفْـتَـ ْو َُك‬ َُ َ‫ ُ َوإِ ُْن ُأَفْـت‬،‫الص ْد ِر‬
ُُ ‫اك ُالن‬ ُِ
َّ ُ ‫يف‬

‫اإلماميُأْحدُبنُحنبلُوالدارميُِبسنادُحسن‬

Dari Nawas bin Sam‟an rodhiyallohu ’anhu bahwa Nabi


shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kebajikan itu adalah
budi pekerti yang baik, dan dosa itu adalah segala sesuatu
yang menggelisahkan perasaanmu dan yang engkau tidak
suka bila dilihat orang lain.” (HR. Muslim)*

Dan dari Wabishah bin Ma‟bad rodhiyallohu ’anhu dia


berkata: Aku datang kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk
bertanya tentang kebajikan?” Aku berkata,” Ya.” Beliau
bersabda, “Bertanyalah kepada hatimu. Kebajikan adalah
apa yang menjadikan tenang jiwa dan hati, sedangkan dosa
adalah apa yang menggelisahkan jiwa dan menimbulkan
keraguan dalam hati, meskipun orang-orang terus
membenarkanmu.” (Hadits hasan yang kami riwayatkan dari

86
Musnad Imam Ahmad bin Hambal dan Musnad Imam Ad-
Darimi dengan sanad hasan)**

Status Hadits dan Takhrijnya

* Shahih: HR. Muslim (no. 255), Ahmad (IV/182), dan


selainnya.

** Shahih: HR. Ahmad (IV/228), dan selainnya.

Al-Birr Adalah Husnul Khuluq

Al-Birr ada dua macam yaitu Al-Birr terkait dengan Alloh,


dan Al-Birr terkait dengan sesama. Al-Birr terkait dengan
Alloh adalah beriman kepada-Nya, melaksanakan perintah-
Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Al-Birr terkait dengan
sesama adalah husnul khuluq yaitu banyak berderma dan
tidak mengganggu kepada sesama.

Dosa

Dosa adalah sesuatu yang membuat bimbang di hati dan


tidak suka jika diketahui orang lain. Kebimbangan yang ada
dalam hati ada tiga keadaan yaitu:

1. Ragu untuk mengerjakan sesuatu yang sudah jelas


dalilnya, maka tercela.

2. Ragu yang disebabkan karena perbedaan ulama,


tetapi salah satunya sudah jelas. Jika ragu untuk
mengerjakan yang sudah jelas tersebut maka tercela.

87
‫‪3. Ragu yang disebabkan karena perbedaan ulama, dan‬‬
‫‪sulit‬‬ ‫‪untuk‬‬ ‫‪menentukan‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪lebih‬‬ ‫‪benar.‬‬ ‫‪Jika‬‬
‫‪meninggalkan amal yang disebabkan karena ragu‬‬
‫‪seperti ini, maka tidak tercela.‬‬

‫‪Hadits Ke-28‬‬

‫‪BERPEGANG TEGUH KEPADA SUNNAH RASULULLAH‬‬


‫‪DAN KHULAFAUR ROSYIDIN‬‬

‫صلَّىُ‬ ‫ال‪ُ:‬وعظَناُرسو ُُلُ ُِ‬ ‫َبُ َُِنيـحُالْعِْرَِب ُِ‬


‫للاُ َ‬ ‫ضُبْ ُِنُ َساري ُةَُ َرضيُللاُعنوُقَ َُ َ َ َ َ ُ ْ‬ ‫َع ُْنُأِ ُ‬

‫تُ ِمْنـ َهاُالْعُيُـ ْو ُن‪ُ،‬فَـ ُق ْلنَا‪َُ ُ:‬يُ‬


‫ب‪َ ُ،‬و َذ ِرفَ ُْ‬ ‫للاُِعلَي ِوُوسلَّ ُمُمو ِعظَُةًُوِجلَ ُ ِ‬
‫تُمْنـ َهاُالْ ُقلُ ْو ُ‬‫َ ْ َ َ َ َْ َ ْ‬
‫للاِ ُ َعَُّزُ‬ ‫َر ُس ْوَُل ُللاِ‪َ ُ ،‬كأَنـَّ َها ُ َم ْوعِظَُة ُ ُم َوُِّد ٍع‪ُ ،‬فَأ َْو ِصنَا‪ُ ،‬قَ َُ‬
‫ال‪ُ :‬أ ُْو ِصْي ُك ُْم ُبِتَـ ْق َوى ُ ُ‬

‫ش ُ ِمْن ُك ُْم ُفَ َسيَـَرىُ‬


‫اع ُِةُ َوإِ ُْن ُ ََت ََّمَُر ُ َعلَْي ُك ُْم ُ َعْب ٌد‪ُ ،‬فَِإنَُّوُُ َم ُْن ُيَعِ ُْ‬
‫الس ْم ُِعُ َوالطَّ َ‬
‫َو َج َّل‪َ ُ،‬و َّ‬

‫ضواُ‬
‫ي ُ َع ُّ‬ ‫ـخلَ َف ُِاء ُ َّ‬
‫الر ِاش ِديْ َُن ُال َُـم ْه ِديِّْ َُ‬ ‫َّت ُ َو ُسن َُِّة ُال ُُ‬
‫اختِالَفُاً ُ ًكثِ ْريُاً‪ُ .‬فَـ َعلَْي ُك ُْم ُبِ ُسن ِ ُ‬
‫ْ‬
‫ٍ‬
‫ت ُاْأل ُُم ْوِر‪ُ ،‬فَِإ َُّن ُ ُك َُّل ُبِ ْد َع ُة ُ َ‬
‫ضالَلَُةٌ‪َ ُ .‬رَواهُ‬ ‫َعلَْيـ َها ُ ِِبلنـ ََّو ِاج ِذ‪َ ُ ،‬وإِ َّي ُك ُْم ُ َُوُُم ُْ‬
‫ـح َد ََث ُِ‬

‫داودُوالرتمذيُوقال‪ُ:‬حديثُحسنُصحيـح‬

‫‪88‬‬
Dari Abu Najih ‟Irbadh bin Sariyah rodhiyallohu ’anhu dia
berkata, “Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam pernah
menasihati kami dengan nasihat yang menggetarkan hati
dan mencucurkan air mata. Kami bertanya, “Wahai
Rasulullah, seperti ini adalah nasihat perpisahan, karena itu
berilah kami nasihat”. Beliau bersabda, “Aku wasiatkan
kepada kalian untuk tetap menjaga ketakwaan kepada Alloh
„azza wa jalla, tunduk taat (kepada pemimpin) meskipun
kalian dipimpin oleh seorang budak Habsyi. Karena orang-
orang yang hidup sesudahku akan melihat berbagai
perselisihan, hendaklah kalian berpegang teguh kepada
sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk (Alloh).
Peganglah kuat-kuat sunnah itu dengan gigi geraham dan
jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam agama) karena
semua bid‟ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia
berkata, “Hadits ini hasan shahih”)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Abu Dawud (no. 4607), at-Tirmidzi (no.


6276), Ahmad (IV/126-127), dan selainnya.

Mendengar dan Taat

Mendengar dan taat sama dengan bai‟at. Bai‟at kepada


penguasa muslim yang sah hukumnya wajib. Kewajiban di
sini selama bukan dalam kemaksiatan. Yaitu dalam hal-hal
yang mubah. Karena kalau imam memerintahkan sesuatu
yang wajib maka hakikatnya adalah mendengar dan taat

89
kepada Alloh. Dengan demikian perintah imam terbagi dalam
tiga bentuk yaitu:

1. Perintah tersebut merupakan kewajiban syar‟i, maka


ketaatan di sini merupakan ketaatan kepada Alloh.

2. Perintah tersebut sesuatu yang mubah maka wajib


ditaati karena ini merupakan haknya.

3. Perintah tersebut merupakan kemaksiatan maka tidak


boleh ditaati.

Terbentuknya Kepemimpinan Dalam Islam

Seorang menjabat sebagai pemimpin Islam diperoleh


dengan dua cara:

1. Hasil pilihan, yaitu dipilih oleh pemimpin sebelumnya


atau oleh perwakilan umat.

2. Hasil kudeta, yaitu menjadi pemimpin karena berhasil


mengkudeta pemimpin sebelumnya.

90
‫‪Hadits Ke-29‬‬
‫‪SHALAT LAIL MENGHAPUSKAN DOSA‬‬

‫َخِ ِْبِ ُ‬
‫ن ُبِ َع َم ٍُلُ‬ ‫ِ‬ ‫َع ُْن ُ ُم َع ُِ‬
‫اذ ُبْ ُِن ُ َجبَ ٍُل ُ َر ِض َُي ُ ُ‬
‫ت ُ َُي ُ َر ُس ْوَُل ُللا‪ُ ،‬أ ْ‬
‫ال‪ُ :‬قُـ ْل ُُ‬
‫للاُ ُ َعْن ُوُ ُقَ َُ‬

‫تُ َع ُْنُ َع ِظْي ٍم‪َ ُ،‬وإِنَُّوُُلَيَ ِسْيـٌُرُ‬ ‫ـجنَُّةَُ َويـُبَاعِ ُدِ ُ‬


‫نُ َع ُِنُالنَّا ِر‪ُ،‬قَ َُ‬
‫ال‪ُ:‬لََق ُْدُ َسأَلْ َُ‬ ‫يُ ْد ِخلُِ ُ‬
‫نُال َُ‬

‫للاَُ ُلَُتُ ْش ِرُُك ُبُِِو ُ َشْيئاً‪َ ُ ،‬وتُِقْي ُُم ُ َّ‬


‫الصالََة‪ُ،‬‬ ‫ال ُ َعلَْي ُِو‪ُ :‬تَـ ْعبُ ُُد ُ ُ‬
‫للاُُتَـ َع َُ‬
‫لى ُ َم ُْن ُيَ َّسَرُهُ ُ ُ‬
‫َع َُ‬

‫ك ُ َعلَى ُأَبْـ َو ُِ‬


‫ابُ‬ ‫ال‪ُ :‬أَ ُلَُأ َُدلُّ َُ‬
‫ت‪ُ ،‬ثُ َُّـم ُقَ َُ‬
‫ضا َن‪َ ُ ،‬وََتُ ُُّج ُالْبَـْي َ‬
‫ص ْوُُم ُ َرَم َ‬ ‫ت ُ َّ‬
‫الزَكا َة‪َ ُ ،‬وتَ ُ‬ ‫ِ‬
‫َوتُـ ْؤ َُ‬
‫َّار‪ُ،‬‬ ‫ـخ ِطْيـئَُةَ ُ َك َما ُيُ ُطْ ِف ُُئ ُال َُـم ُ‬
‫اءُ ُالن َ‬ ‫الص َدقَُة ُتُطْ ِف ُُئ ُال َُ‬ ‫ـخ ُِْري؟ ُ َّ‬
‫الص ْوُُم ُ ُجنَّةٌ‪َ ُ ،‬و َّ‬ ‫ال َُ‬
‫اف ُجنـوبـه ُم ُع ُِن ُال ُـمض ِ‬
‫اج ُِع‪ُ..‬‬ ‫يف ُ َج ْو ُِ‬
‫ف ُاللَّْي ِل‪ُ ،‬ثُ َُّـم ُقَ َُ‬ ‫الر ُج ُِل ُِ ُ‬
‫ال‪ُ :‬تَـتَ َج َُ ُ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ َ‬ ‫صالَةُ ُ َّ‬
‫َو َ‬
‫سُاأل َْم ُِرُ ُو َع ُم ْوِدُهُِ َوِذ ْرَوُةُِ َسنَ ِام ُِو؟ُ‬
‫ُخِِبَُُكُبَِرأْ ُِ‬
‫ال‪ُ:‬أَ ُلَُأ ْ‬
‫ّتُبَـلَ َُغ‪ُ-‬يَـ ْع َملُ ْو َُنُثُ َُّـمُقَ َُ‬
‫‪َ -‬ح َُّ‬

‫الصالَُة ُ َوِذ ْرَوُةُ‬


‫س ُاْأل َْم ُِر ُاْ ِإل ْسالَُُم ُ َو َع ُم ْوُدُهُ ُ َّ‬ ‫للاِ ُقَ َُ‬
‫ال‪َ ُ :‬رأْ ُُ‬ ‫ت ُبَـلَى ُ َُي َُُر ُس ْوَُل ُ ُ‬
‫قُـ ْل ُُ‬

‫لىُ َُيُ َر ُس ْوَُلُ‬ ‫كُ ُكلُِِّو؟ُفَـ ُق ْل ُُ‬


‫ت‪ُ:‬بَ َُ‬ ‫ُخِِبَُُكُِِبَالَ ُِكُ َذلِ َُ‬
‫ال‪ُ:‬أَ ُلَُأ ْ‬
‫اد‪ُ.‬ثُ َُّـمُقَ َُ‬ ‫َسنَ ِام ُِوُال ُِ‬
‫ـج َه ُُ‬

‫ب ُللاِ‪َ ُ ،‬وإِ َُّنُ‬


‫ت‪َُ ُ :‬ي ُنَِ َُّ‬
‫ك ُ َى َذا‪ُ .‬قُـُْل ُُ‬
‫ف ُ َعلَْي َُ‬ ‫َخ َُذ ُبِلِ َسانُِِو ُ َوقَ ُِ‬
‫ال‪ُ ُ :‬ك َُّ‬ ‫ُِ‬
‫للا‪ُ .‬فَأ َ‬
‫يف ُالنَّا ُِرُ‬
‫اس ُِ ُ‬
‫ب ُالنَ ُُ‬
‫ك‪َ ُ ،‬وَى ُْل ُيَ ُك َُّ‬ ‫ال‪ُ :‬ثَ ِكلَْت َُ‬
‫ك ُأ ُُّم َ‬ ‫اخ ُذ ْو َُن ُِِبَا ُنـَتَ َُكُلَّ ُُـم ُبُِِو؟ ُفَـ َق َُ‬
‫ُلَ ُُـم َؤ َ‬

‫‪91‬‬
ُ‫ ُرواه‬.‫صائِ ُُد ُأَلْ ِسنَتِ ِه ُْم‬ ِ ِ ُ ‫ ُع‬:‫ال‬ ِ ‫َعلَى ُو ُجوِى‬
َ ‫ ُإِ ُلَّ ُ َح‬-ُ ‫لى ُ َمنَاخ ِرى ُْم‬
َ َ َُ ‫ق‬
َ ُ ُ
‫َو‬
ْ ‫أ‬- ُ ُ
‫م‬
ْ ‫ه‬ ْ ُ
‫ُحديثُحسنُصحيـح‬:‫الرتمذيُوقال‬

Dari Mu‟adz bin Jabal rodhiyallohu ’anhu berkata: Aku


berkata, “Wahai Rasulullah, beritahu aku amal yang akan
memasukanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari
neraka”. Beliau shollallohu 'alaihi wasallam bersabda,
“Engkau telah bertanya tentang masalah yang besar. Namun
itu adalah perkara yang mudah bagi siapa yang dimudahkan
oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Engkau harus menyembah
Alloh dan jangan menyekutukan-Nya dengan apapun,
mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa
Ramadhan, dan haji ke Baitullah.” Kemudian beliau
bersabda, “Maukah kamu aku tunjukkan pintu-pintu
kebajikan? Puasa adalah perisai, sedekah memadamkan dosa
sebagaimana air memadamkan api, dan shalat di tengah
malam.” Kemudian beliau membaca ayat. “Lambung mereka
jauh dari tempat tidurnya….” Hingga firman-Nya, “…sebagai
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan,” (As-
Sajdah 16-37). Kemudian beliau bersabda kembali, “Maukah
kalian kuberitahu pangkal agama, tiangnya dan puncak
tertingginya?”. Aku menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.”
Rasulullah shalallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Pokok
urusan adalah Islam (masuk Islam dengan syahadat,-pent),
tiangnya adalah sholat, dan puncak tertingginya adalah

92
jihad.” Kemudian beliau melanjutkan, “Maukah kalian
kuberitahu tentang kendali bagi semua itu?” Saya menjawab,
“Mau, wahai Rasulullah.” Beliau lalu memegang lidahnya dan
bersabda, “Jagalah ini.” Saya berkata, “Wahai Nabi Alloh,
apakah kita akan disiksa karena ucapan-ucapan kita?” Beliau
menjawab, “Celaka kamu. Bukankah banyak dari kalangan
manusia yang tersungkur kedalam api neraka dengan
mukanya terlebih dahulu (dalam riwayat lain: dengan
lehernya terlebih dahulu) itu gara-gara buah ucapan
lisannya?” (HR. Tirmidzi ia berkata, “Hadits ini hasan
shahih.”)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Ahmad (V/230, 236, 237, 245), at-Tirmidzi


(no. 2616), dan selainnya.

Ilmu yang Bermanfaat

Ilmu yang semestinya ditekuni dan dikejar adalah ilmu


yang bisa memasukan ke surga dan menyelamatkan dari api
neraka. Inilah ilmu yang betul-betul bermanfaat. Perlu
diperhatikan bahwa ada keasyikan tersendiri tatkala
menuntut ilmu. Maka barang siapa yang keasyikannya
melalaikan dia dari hakikat dicarinya ilmu, maka telah
melampaui batas.

93
Pengamalan ilmu pada dasarnya sesuatu yang berat,
tetapi terasa mudah bagi yang mendapat kemudahan dari
Alloh.

Ibadah

Ibadah hanya boleh ditujukan kepada Alloh. Menunjukkan


ibadah kepada selain Alloh adalah syirik. Ibadah hanya
kepada Alloh dan tidak berbuat syirik merupakan inti risalah
para Rasul. Seseorang yang telah menunaikan ibadah hanya
kepada Alloh dan tidak berbuat syirik dinamakan muwahid.

Syirik ada dua macam, yaitu syirik akbar dan ashgor.


Seseorang yang melakukan syirik akbar dinamakan musyrik
dan hilang tauhidnya jika sebelumnya dia seorang muwahid.
Pelaku syirik ashgor telah berdosa besar dan berkurang
tauhidnya, tetapi tidak hilang tauhidnya.

Jihad Fi Sabilillah

Jihad membedakan agama Islam dengan agama yang


lain, seperti punuk membedakan unta dengan binatang yang
lainnya. Hukum jihad ada yang wajib dan ada yang sunnah.
Yang wajib terbagi dua, wajib aini dan wajib kifayah.
Perincian selanjutnya ada dalam kitab fikih.

94
Hadits Ke-30
PATUHILAH PERINTAH DAN LARANGAN AGAMA

ُ‫صلَّى‬ ُِ ُ‫ ُع ُن ُرسوُِل‬،‫للا ُعْنو‬ ِ ِ ِ ُ ِ ‫ـخش‬


َ ُ‫للا‬ ْ ُ َ ْ َ ُ َ ُُ ُ‫نُ ُجْرثـُ ْوُم ُبْ ُِن ُ َنش ٍُر ُ َرض َُي‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬
َ ُُ ‫َب ُثـَ ْعلَبَُةَُال‬

ًُ‫ُ َو َح َُّد ُ ُح ُد ْودُا‬،‫ضيِّعُ ْوَىا‬ َُ ِ‫ض ُفَـَرائ‬ َُ َ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُق‬
ُ ُ‫ ُإِ َُّن‬:‫ال‬ ِ
َ ُ‫الَُت‬
ُ َ‫ضُف‬ َُ ‫ال ُفَـَر‬
َُ ‫للاَُتَـ َع‬ َ ‫للا‬
ُ‫اءَُ َر ْْحَُةًُلَ ُك ُْمُ َغْيـَُر‬ َُ ‫ُ َو َس َك‬،‫الَُتَـْنـتَ ِه ُك ْوَىا‬
ُ َ‫تُ َع ُْنُأَ ْشي‬ ُ َ‫ُ َو َحَّرَُمُأَ ْشي‬،‫الَُتَـ ْعتَ ُد ْوَىا‬
ُ َ‫اءَُف‬ ُ َ‫ف‬

‫ُحديثُحسنُرواهُالدارقطنُوغريه‬.‫الَُتَـْب َحثُواُ َعْنـ َها‬ ٍُ َ‫نِ ْسي‬


ُ َ‫انُف‬

Abu Tsa'labah Al-Khusyani Jurtsum bin Nasyir rodhiyallohu


’anhu meriwayatkan dari Rosulullah shollallohu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah telah
menetapkan beberapa kewajiban, janganlah engkau
menyepelekannya (meremehkannya), telah menentukan
sanksi-sanksi hukum, janganlah engkau melanggar, telah
pula mengharamkan beberapa hal, maka janganlah engkau
jatuh kedalamnya. Dia juga mendiamkan beberapa hal -
karena kasih sayangnya kepada kalian bukannya lupa- maka
janganlah engkau mencari-carinya." (Hadits Hasan
diriwayatkan oleh Ad-daruquthni, dan selainnya)

95
Status Hadits dan Takhrijnya

Hasan: HR. ad-Daraquthni (IV/184), al-Hakim (IV/115),


dan selainnya.

Banyak ulama yang memandang hadits ini Dhaif, Lihat


Qowa’id wa Fawa’id Minal Arbain An Nawawiah, karangan
Nazim Muhammad Sulthan, hal. 262. Lihat pula Misykatul
Mashabih, takhrij Syaikh Al Albani, hadits no. 197, juz 1.
Lihat pula Jami’ Al Ulum wal Hikam, oleh Ibnu Rajab.

Catatan Kaki HaditsWeb 7.0:

Saya (Sofyan Efendi) tidak menemukan hadits ke-30 ini


pada Ringkasan Syarah Arba‟in An-Nawawi - Syaikh Shalih
Alu Syaikh Hafizhohulloh yang disusun oleh Ustadz Abu Isa
Abdulloh bin Salam, mungkin beliau lupa memasukkannya di
http://muslim.or.id.

Hadits Ke-31
JAUHILAH KESENANGAN DUNIA,
NISCAYA DICINTAI ALLAH

َُ ِ‫اءَُ َر ُج ٌُلُإ‬
ُ‫ل‬ َُ َ‫اع ِديُ َر ِض َُيُللاُ َعْن ُوُُق‬
ُ ‫ُ َج‬:‫ال‬ ِ ‫الس‬
َّ ُ‫َبُالْ َعبَّاسُ َس ْهلُبِ ُْنُ َس ْعد‬
ُ ِ‫َع ُْنُأ‬

ُ َِّ‫للاِ ُ ُدل‬
ُُ‫ن ُ َعلَى ُ َع َم ٍُل ُإِذَا ُ َع ِملْتُُو‬ َُ ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُفَـ َق‬
ُ ُ ‫ ُ ُيَُ َر ُس ْوَُل‬:‫ال‬ ِ ُ ُ ‫َّب‬
َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُِّ ِ‫الن‬

96
ُ‫ُ َو ْازَى ُْدُفِْي َماُعِْن َُد‬،ُ‫كُللا‬
َُ ُّ‫الدنْـيَاُيـحب‬ ُ ُِ‫ُ ْازَى ُْد‬:‫ال‬
ُّ ُ‫يف‬ َُ ‫ُفَـ َق‬،‫َّاس‬ ُ َِّ‫َحب‬
ُ ‫نُالن‬ َ ‫للاُُ َوأ‬
ُ ُ‫ن‬َُ َِّ‫َحب‬
َ‫أ‬
‫ُحديثُحسنُرواهُابنُماجةُوغريهُِبسانيدُحسنة‬.‫َّاس‬
ُُ ‫كُالن‬ ُِ ‫الن‬
َُ ُّ‫َّاسُيـحب‬

Dari Abul-Abbas Sahl bin Sa‟d As-Sa‟idi rodhiyallohu ’anhu


dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi shollallohu
‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkan
aku suatu amal, jika aku lakukan akau akan dicintai Alloh
dan dicintai oleh manusia. “Rasulullah shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Zuhudlah terhadap dunia, niscaya
dicintai Alloh dan zuhud lah terhadap apa yang dimiliki orang
lain, niscaya mereka akan mencintaimu” (Hadits hasan
diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan imam yang lainnya dengan
sanad yang shahih)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Ibnu Majah (no. 4102), dan selainnya.


Dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish
Shaghiir (no. 922).

Kedudukan Hadits

Hadits ini sangat penting karena berisi landasan untuk


mendapatkan cinta Alloh dan cinta manusia.

97
Cinta Alloh dan Cinta Manusia

Cinta Alloh dapat diraih dengan menunaikan hak-hakNya


dan demikian juga cinta manusia dapat diraih dengan
menunaikan hak-haknya dan memperlakukan mereka secara
adil dan baik. Mendapat cinta Alloh adalah tujuan utama
seorang hamba dalam hidupnya, maka wajib bagi seorang
hamba untuk mengetahui hal-hal yang mendatangkan
kecintaan Alloh.

Zuhud

Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak


bermanfaat untuk akhirat. Maka zuhud terhadap dunia
maksudnya apabila berbuat bukan demi mendapatkan nilai
duniawi tetapi semata-mata lillah, maka sama saja baginya
mendapat pujian atau mendapat celaan manusia.

Zuhud terhadap milik manusia maksudnya tidak ada


dalam hatinya keinginan dan perhatian terhadap sesuatu
yang menjadi milik orang lain. Barang siapa yang bisa
merealisasikan dalam dirinya zuhud dengan pengertian di
atas maka dia akan meraih cinta Alloh dan cinta manusia.

98
Hadits Ke-32
TIDAK BOLEH BERBUAT KERUSAKAN

ُ‫صلَّى‬ ُِ ُ ‫َن ُرسوَُل‬ ُ ُ ‫ـخ ْد ِري ُ َر ِض َُي‬ ُِ َ‫سع ُُد ُبْ ُِن ُ ِسن‬ ٍ ِ ُ ِ‫ع ُن ُأ‬
َ ُ ‫للا‬ ْ ُ َ َُّ ‫للاُُ َعْن ُوُ ُأ‬ ُُ ‫ان ُال‬ ْ ُ ‫َب ُ َسعْي ُد‬ َْ
ُ‫اجو‬ ٌُ ْ‫ ُ َح ِدي‬.‫ضَرَُر ُ َو ُلَ ُ ِضَر َُار‬
َ ‫ث ُ َح َس ٌُن ُ َرَو ُاهُ ُابْ ُُن ُ َم‬ َُ َ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُق‬
َ ُ َ‫ ُ ُل‬:‫ال‬
ِ
َ ‫للا‬
ُ‫الً ُ َع ُْن ُ َع ْمرو ُبْ ُِن‬ ُ ُِ ‫ ُ َوَرَو ُاهُ ُ َمالِك‬،ً‫ن ُ َو َغْيـُرُمهَا ُ ُم ْسنَدا‬
ُ ‫يف ُال ُُـم َوطَّأ ُ ُمْر َس‬ ُ ِْ‫َّارقُط‬
ُ ‫َوالد‬
ٌُ ‫َِب ُ َسعِْي ٍُد ُ َولَُوُ ُطُُر‬
ُ‫ق‬ َُ ‫ط ُأ‬
َُ ‫َس َق‬ ِ ِ‫َّب ُصلَّىُللا‬
ْ ‫ُعلَْيو َُو َسلَّ َُم ُفَأ‬
َ
ِ
َ ُِّ ِ‫ي ُ َع ُْن ُأَبِْي ُو ُ َع ُِن ُالن‬
َُ ‫يـح‬

ُ ‫يـُ َق ِّويُبَـ ْع‬


ً‫ض َهاُبَـ ْعضُا‬

Dari Sa‟id Sa‟d bin Malik bin Sinan Al-Khudri rodhiyallohu


’anhu, bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam beliau
bersabda, “Dilarang segala yang bahaya dan menimpakan
bahaya.” (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
Daruquthni, dan yang lainnya dengan disanadkan dan
diriwayatkan oleh Malik dalam Al-Muwatha’ secara mursal,
dari Amr bin Yahya, dari bapaknya, dari Nabi shollallohu
‘alaihi wasallam dengan meniadakan Abu Sa‟id. Hadits ini
menguatkan satu dengan yang lainnya)

99
Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Ibnu Majah (no. 2340), ad-Daraquthni (no.


522), al-Hakim (II/57-58), dan selainnya.

Kedudukan Hadits

Hadits ini sangat penting karena berisi kaidah agama di


mana dengan kaidah tersebut tercakup hukum-hukum yang
sangat banyak.

Tidak Mendatangkan Mudhorot

Sesuatu yang disyariatkan baik dalam ibadah atau


muamalah tidak mendatangkan mudhorot bagi pelakunya.
Hamba tidak boleh mendatangkan mudhorot dalam
bermuamalah sementara dia tidak memperoleh manfaat. Jika
mudharat yang ditimbulkan mendatangkan manfaat bagi
dirinya, maka hukumnya tafsil. Yaitu:

1. Jika mudharat itu sesuatu yang biasa dan manfaatnya


jelas, maka hukumnya boleh.

2. Jika mudharat itu sesuatu yang tidak biasa, dan


manfaatnya tidak jelas maka hukumnya tidak boleh.

100
Hadits Ke-33
ORANG YANG MENUDUH
WAJIB MENUNJUKKAN BUKTI

ُ‫ ُلَ ُْو‬:‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم‬ ِ ُِ ُ ‫َن ُرسوَُل‬ ُ ُ ‫اس ُ َر ِض َُي‬


َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ ‫للا‬ ْ ُ َ َُّ ‫ ُأ‬،‫للاُ ُ َعْنـ ُه َُما‬ ٍُ َّ‫َع ُْن ُابْ ُِن ُ َعب‬

ُ‫ ُلَ ِك َُّن ُالْبَـيِّنَُةَُ َعلَى‬،‫ال ُقَـ ْوٍُم ُ َوِد َماءَ ُى ْم‬ ٌُ ‫ُلَ َّد َعى ُ ِر َج‬،‫َّاس ُبِ َد ْع َو ُاى ْم‬
َُ ‫ال ُأ َْم َو‬ ُُ ‫يـُ ْعطَى ُالن‬
ِ ‫ال ُـمد‬
َُ ْ ‫َّع ُْي ُ َوالْيَ ِم‬
ُ،‫ ُحديث ُحسن ُرواه ُالبيهقي ُوغريه ُىكذا‬.‫ي ُ َعلَى ُ َم ُْن ُأَنْ َكَُر‬ ُ
‫وبعضوُيفُالصحيـحي‬

Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu ’anhu bahwa Rasulullah


shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika semua orang
dibiarkan menuduh semaunya, niscaya akan ada banyak
orang yang menuduh harta suatu kaum dan darahnya. Oleh
karenanya, haruslah seseorang yang menuduh itu
menunjukkan bukti-buktinya dan yang menolak wajib untuk
bersumpah.” (Hadits hasan diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan
yang lainnya, sebagiannya terdapat dalam kitab shahihain)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 2668, 2514, 4552), Muslim


(no. 1711), dan selainnya.

101
Kedudukan Hadits

Hadits ini sangat penting karena merupakan dasar dalam


bab hukum dan perselisihan.

Bukti

Bukti adalah segala sesuatu yang menunjukkan kepada


yang benar. Dengan demikian bukti itu sangat banyak
macamnya dan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan
waktu dan tempat.

Bukti dibutuhkan pada setiap pengakuan. Maka


pengakuan tanpa bukti tidak dihiraukan. Namun ada kalanya
meski penuduh tidak membawa bukti dibutuhkan sumpah
dari yang dituduh jika dia mengingkarinya.

Keputusan Hakim

Hakim tidak boleh memutuskan berdasarkan yang dia


ketahui, tetapi harus berdasarkan bukti-bukti. Mana yang
lebih kuat buktinya itulah ysng dia menangkan meskipun dia
tahu bahwa yang buktinya lebih kuat telah berbuat curang.
Maka dalam perselisihan, keputusan hakim tidak mesti
benar. Oleh karena itu tidak boleh bagi seorang mengambil
hak orang lain dengan alasan karena hakim
memenangkannya. Dia menjadikan keputusan hakim sebagai
kebenaran, padahal dia tahu bahwa dirinyalah yang bersalah.

102
Hadits Ke-34
KEWAJIBAN MEMBERANTAS KEMUNGKARAN

ُِ‫صلَّىُللا‬ ُِ ُ ‫ت ُرسوَُل‬
َ ُ ‫للا‬
ِ َُ َ‫للا ُعْن ُو ُق‬
ْ ُ َ ُُ ‫ ُ َسـم ْع‬:‫ال‬
ِ ُُ ‫َب ُ َسعِْيد ُال‬
ُ َ ُُ ُ ‫ـخ ْد ِري ُ َرض َُي‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُ‫ ُفَِإ ُْن ُُلَ ُْـم ُيَ ْستَ ِط ُْع‬،ِ‫ ُ َم ُْن ُ َرأَى ُ ِمْن ُك ُْم ُ ُمْن َكرُاً ُفَـلْيُـغَِّْريُهُ ُبِيَ ِده‬:‫َعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُيَـ ُق ْو ُُل‬

ُِ َ‫فُاْ ِإلْْي‬
‫ُرواهُمسلـم‬.‫ان‬ ُُ ‫َض َع‬ َُ ِ‫ُفَِإ ُْنُلَ ُْـمُيَ ْستَ ِط ُْعُفَبِ َق ْلبُِِوُ َو َذل‬،‫فَبِلِ َسانِِو‬
ْ ‫ك ُأ‬

Dari Abu Sa‟id Al-Khudri rodhiyallohu ’anhu dia berkata: Aku


mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran
hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak
mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu,
maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya
iman.” (HR. Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Muslim (no. 49), Ahmad (III/10, 20, 49,


50), Abu Dawud (no. 1140, 4340), at-Tirmidzi (no.2172),
Ibnu Majah (no. 1275, 4017), dan selainnya.

Kedudukan Hadits

Hadits ini sangat penting. Menjelaskan kewajiban amar


ma‟ruf nahi munkar.

103
Merubah Kemungkaran

Kemungkaran adalah semua yang dinilai jelek oleh


syariat, yaitu yang hukumnya haram. Kemungkaran yang
diubah adalah yang terlihat mata atau yang sejajar dengan
kedudukan mata, dan mengubahnya ketika melihat
kemungkaran tersebut. Kemungkaran yang tidak terlihat
mata tapi diketahui masuk dalam pembahasan nasihat. Dan
yang diubah adalah kemungkarannya. Adapun pelakunya
maka masalah tersendiri.

Mengubah kemungkaran tidak sama dengan


menghilangkan kemungkaran. Oleh karena itu telah
dikatakan mengubah kemungkaran jika telah
mengingkarinya dengan lisannya atau hatinya, walaupun
tidak menghilangkan kemungkaran itu dengan tangannya.

Batasan kewajiban mengubah kemungkaran terikat


dengan kemampuan atau dugaan kuat. Artinya, jika seorang
memiliki kemampuan untuk menghilangkan kemungkaran
dengan tangan maka wajib untuk menghilangkan dengan
tangannya. Demikian juga jika diduga kuat pengingkaran
dengan lisan akan berfaedah maka wajib mengingkari
dengan lisannya. Adapun pengingkaran dengan hati maka
wajib bagi semuanya, karena setiap muslim pasti mampu
untuk mengingkari dengan hatinya.

Mengingkari dengan hatinya yaitu, meyakini keharaman


kemungkaran yang dia lihat dan membencinya.

104
Perbedaan Ingkar Mungkar dan Nasihat

Ingkar mungkar lingkupnya lebih sempit dibandingkan


dengan nasihat. Pembahasan tentang nasihat telah
dijelaskan pada hadits ke-tujuh. Ingkar mungkar termasuk
dari nasihat. Karena itu ingkar mungkar disyaratkan padanya
berbagai syarat, di antara syarat terpenting adalah
kemungkaran itu dilihat dan pengingkaran tidak
menimbulkan kemungkaran yang lebih besar.

Dampak Ingkar Mungkar dan Hukum Pengingkarannya

Sebuah kemungkaran jika diingkari akan terjadi satu di


antara empat tersebut di bawah ini:

1. Berpindah kepada kemungkaran yang lebih besar.


Hukum pengingkarannya haram.

2. Berpindah kepada keadaan yang lebih baik. Hukum


pengingkarannya wajib.

3. Berpindah kepada kemungkaran lain yang sepadan.


Hukum pengingkarannya dibutuhkan ijtihad.

4. Berpindah kepada kemungkaran lain yang belum jelas


besar kecilnya. Hukum pengingkarannya haram.

105
Hadits Ke-35
JANGAN SALING MENDENGKI

َُ‫ ُ ُل‬:‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم‬ ِ ُِ ُ ‫ال ُرسو ُُل‬ ُ ُ ‫َب ُ ُىَريْـَرةَُ ُ َر ِض َُي‬
َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ ‫للا‬ ْ ُ َ َُ َ‫ ُق‬:‫ال‬
َُ َ‫للاُُ َعْن ُوُ ُق‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُ ‫ضوا ُ َو ُلَ ُتَ َدابَـُروا ُ َو ُلَ ُيَبِ ُْع ُبَـ ْع‬


ُ‫ض ُك ُْم ُ َعلَى ُبـَْي ُِع‬ ُ ‫اج ُشوا ُ َو ُلَ ُتَـبَا َغ‬
َ َ‫اس ُدوا ُ َو ُلَ ُتَـن‬
َ َ‫ََت‬
ُُ‫سلُـُِِم ُ ُلَ ُيَ ُظْلُـِ ُُم ُوُ ُ َو ُلَ ُيـخ ُذلُُو‬
ُْ ‫َخو ُال ُُـم‬ ُِ ‫ ُال ُـم‬.ً‫للاِ ُإِخوا ُن‬ َُ َ‫ض ُ َوُك ْونُوا ُعِب‬
ٍُ ‫بَـ ْع‬
ُ ‫سُل ُُـم ُأ‬
ُْ َ ْ ُ ُ ‫اد‬
ٍُ ‫ث ُ َمَّر‬
ُ-ُ ‫ات‬ َُ َ‫ص ْد ِرُهِ ُثَال‬ َُ ِ‫ َويُ ِشْيـُُر ُإ‬-ُ ‫ ُالتَّـ ْق َوى ُ َى ُهنَا‬.ُ‫َو ُلَ ُيَ ْك ِذبُُوُ ُ َو ُلَ ُيـح ِقُرُه‬
َ ُ‫ل‬
ُ‫سُلِـ ُِم‬
ُْ ‫سُلِـ ُِم ُ َعلَى ُال ُُـم‬
ُْ ‫ ُ ُك ُُّل ُال ُُـم‬،‫سُلِـ ُِم‬ ِ ُِّ‫ئ ُ ِم َُن ُالش‬
َ ‫َّر ُأَ ُْن ُيـحقَُر ُأ‬
ُْ ‫َخ ُاهُُال ُُـم‬ ُِ ‫ِِبَ َس‬
ٍُ ‫ب ُ ْام ِر‬

‫ُرواهُمسلـم‬.ُ‫ض ُو‬ ِ
ُ ‫َحَر ٌُامُ َد ُم ُوُُ َوَمالُُوُُ َوعْر‬

Dari Abu Hurairah rodhiyallohu ’anhu berkata, Rasulullah


shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kalian
saling dengki, jangan saling menipu, jangan saling
membenci, jangan saling membelakangi, dan jangan kalian
membeli suatu barang yang (akan) dibeli orang. Jadilah
kamu sekalian hamba-hamba Alloh yang bersaudara.
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya,
tidak layak untuk saling menzhalimi, berbohong kepadanya
dan acuh kepadanya. Taqwa itu ada disini (beliau sambil
menunjuk dadanya 3 kali). Cukuplah seseorang dikatakan

106
jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Haram
bagi seorang muslim dari muslim yang lainnya, darahnya,
hartanya, dan harga dirinya” (HR. Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Muslim (no. 2564), Ahmad (II/277, 360),


Ibnu Majah (no. 3933, 4213), dan selainnya.

Kedudukan Hadits

Hadits ini sangat penting karena merupakan landasan


dalam bermuamalah dengan sesama muslim dan
menunaikan hak-hak mereka.

Hasad, Najas, Kebencian dan Boikot

Hasad adalah tidak suka melihat saudaranya mendapat


kenikmatan, baik berangan-angan hilangnya nikmat tersebut
dari saudaranya atau tidak. Hasad merupakan akhlak yang
sangat tercela. Hasad di samping wujud protes terhadap
takdir, juga su‟udzon kepada Alloh tatkala menganggap
bahwa nikmat tersebut tidak pantas didapat saudaranya.

Najas adalah bermuamalah dengan melakukan berbagai


macam tipu daya. Najas hukumnya haram karena
semestinya bermuamalah dengan saudaranya dengan
muamalah yang baik.

Kebencian kepada saudaranya ada dua bentuk, yaitu:

107
1. Benci karena agama. Kebencian seperti ini boleh
bahkan wajib, yaitu membenci saudaranya karena
kejelekan agamanya. Kebencian seperti ini tidaklah
kebencian secara mutlak, dalam arti di samping rasa
benci terdapat juga dalam hatinya rasa cinta karena
masih saudaranya.

2. Benci karena dunia. Kebencian seperti ini haram


hukumnya. Maka jika seseorang mendapatkan dalam
dirinya kebencian kepada saudaranya hendaklah dia
melihat kepada kebaikannya agar kebencian tersebut
hilang.

Hajr atau memboikot saudaranya, ada dua macam yaitu:

1. Memboikot karena alasan agama. Hukumnya boleh


jika mendatangkan maslahah bagi yang memboikot
atau bagi yang diboikot.

2. Memboikot karena alasan dunia. Hukumnya boleh jika


saudaranya telah menyakitinya dengan batasan waktu
maksimal tiga hari. Dan lebih baik dia memaafkan dan
melupakan kesalahan saudaranya dan tidak
memboikotnya.

Merendahkan Saudara Muslim

Haram seseorang merendahkan saudaranya. Yaitu dia


berkeyakinan bahwa saudaranya lebih rendah dari dirinya
karena keturunannya, daerahnya, pekerjaannya,dan sebab-

108
‫‪sebab lain. Merendahkan saudaranya bertentangan dengan‬‬
‫‪kewajiban untuk memuliakannya. Karena bagaimanapun‬‬
‫‪keadaan‬‬ ‫‪seorang‬‬ ‫‪muslim‬‬ ‫‪ada‬‬ ‫‪pada‬‬ ‫‪dirinya‬‬ ‫‪keimanan,‬‬
‫‪ketauhidan, dan lain-lain dari ketaatan yang wajib untuk‬‬
‫‪dimuliakan.‬‬

‫‪Hadits Ke-36‬‬
‫‪MEMBANTU KESULITAN SESAMA MUSLIM‬‬

‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُمُقَ َُ‬ ‫ِ‬ ‫َبُ ُىَريْـَرَُةُ َر ِضيُ ُ‬


‫ال‪َ ُ:‬م ُْنُنَـ َّف َُ‬
‫سُ‬ ‫صلَّىُللا َ‬ ‫للاُُ َعْنوُ‪َ ُ،‬ع ُِنُالنِ ُِّ‬
‫َّبُ َ‬ ‫َع ُْنُأِ ُ‬

‫بُيَـ ْوُِمُالْ ِقيَ َام ِة‪ُ،‬‬


‫للاُُ َعْنُوُُ ُكْربَُةًُ ِم ُْنُ ُكَر ُِ‬
‫سُ ُ‬ ‫َع ُْنُ ُم ْؤِم ٍُنُ ُكْربَُةًُ ِم ُْنُ ُكَر ُِ‬
‫بُال ُّدنْـيَاُنَـ َّف َُ‬

‫سُلِـمُاً؛ُ‬ ‫الدنْـيا ُو ِ‬
‫اآلخَرةِ‪َ ُ ،‬وَم ُْن ُ َستَـَُر ُ ُم ُْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫يف‬‫ِ‬‫ُ‬ ‫للا ُعلَي ِ‬
‫ُ‬
‫و‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫َ ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ر‬ ‫س‬
‫َّ‬ ‫ي‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ٍ‬
‫ُ‬
‫ر‬ ‫وم ُن ُي َّس ُر ُعلَى ُمع ِ‬
‫س‬ ‫ََ ْ َ َ َ ُ ْ‬
‫َخْي ُِو‪ُ.‬‬
‫يفُعو ُِنُأ ِ‬ ‫للاُِ ُ ِ ِ‬ ‫ِِ‬
‫يفُ َع ْو ُنُالْ َعْب ُدُ َماُكُاَ َُنُالْ َعْب ُُدُِ ُ َ ْ‬ ‫للاُُِ ُ‬
‫يفُ ُّ‬
‫الدنْـيَاُ َواآلخَرُةُ َو ُُ‬ ‫َستَـَرُهُُ ُ‬

‫ـجن َِّة‪َ ُ ،‬وَماُ‬


‫ل ُال َُ‬ ‫س ُفِْي ُِو ُ ُِعُْلـمُاً ُ َس َّه َُل ُ ُ‬
‫للاُ ُبُِِو ُطَ ِريْقُاً ُإِ َُ‬ ‫ك ُطَ ِريْقُاً ُيَـ ْلتَ ِم ُُ‬
‫َوَم ُْن ُ َسلَ َُ‬

‫للاِ ُ َويَـتَ َد َار ُس ْونَُوُُبَـْيـنَـ ُه ُْم ُإِ ُلَُّ‬ ‫للاِ ُيـَْتـلُ ْو َُن ُكِتَ َُ‬
‫اب ُ ُ‬ ‫تُ ُ‬‫ت ُ ِم ُْن ُبـُيُـ ْو ُِ‬
‫يف ُبَـْي ٍُ‬
‫اجتَ َم َُع ُقَـ ْوٌُم ُِ ُ‬
‫ْ‬
‫الر ْْحَةُ‪َ ُ ،‬و َح َّفْتـ ُه ُُم ُال َُـمالَئِ َكةُ‪َ ُ ،‬وذَ َكَرُى ُُم ُ ُ‬
‫للاُُ‬ ‫الس ِكْيـنَُة ُ َو َغ ِشيَـْتـ ُه ُُم ُ َّ‬
‫ت ُ َعلَْي ِه ُْم ُ َّ‬
‫نَـَزُلَ ُْ‬

‫يفُ َع َملُِِوُُلَ ُْـمُيُ ْس ِر ُْ‬


‫عُبُِِوُنَ َسبُُوُ‪ُ.‬رواهُمسلـمُبـهذاُاللّفظ‬ ‫فِْي َم ُْنُ ِعْن َدهُ‪َ ُ،‬وَم ُْنُبَطَُأَُِ ُ‬
‫‪109‬‬
Dari Abu Hurairah rodhiyallohu ’anhu, Nabi shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Barang siapa melepaskan seorang
mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Alloh akan
melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa
memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Alloh akan
memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa
menutup aib seorang muslim, maka Alloh akan menutup
aibnya di dunia dan akhirat. Alloh akan menolong seorang
hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya.
Barang siapa menempuh perjalanan untuk mencari ilmu,
maka Alloh akan memudahkan jalan baginya menuju surga.
Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Alloh
untuk membaca Kitabulloh dan mempelajarinya bersama-
sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenteraman,
rahmat Alloh akan menyelimuti mereka, dan Alloh memuji
mereka di hadapan (para malaikat) yang berada di sisi-Nya.
Barang siapa amalnya lambat, maka tidak akan
disempurnakan oleh kemuliaan nasabnya.” (Hadits dengan
redaksi seperti ini diriwayatkan oleh Muslim)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Muslim (no. 2699), Ahmad (II/252, 296),


at-Tirmidzi (no. 1425), dan selainnya.

Membantu Kesulitan

Membantu saudaranya untuk terlepas dari kesulitan


merupakan kebajikan yang mendatangkan pahala yang

110
sangat besar baik di dunia maupun di akhirat. Kesulitan
apapun dan bantuan dalam bentuk apapun.

Menutup Aib

Menutup aib saudaranya wajib hukumnya. Baik


saudaranya banyak berdosa lebih-lebih yang taat. Membuka
aib hanya boleh dilakukan oleh pihak-pihak tertentu dengan
tetap memenuhi ketentuan syariat.

Hadits Ke-37
PAHALA KEBAIKAN BERLIPAT GANDA

ُ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُفِْي َما‬ ِ


َ ‫صلَّىُللا‬
ُِ ُ ‫ ُع ُن ُرسوُِل‬،‫للا ُعْنـهما‬
َ ُ ‫للا‬
ِ ُِ َّ‫ع ُن ُاب ُِن ُعب‬
ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ ُُ ُ ‫اس ُ َرض َُي‬ َ ْ َْ
ُ‫ي‬ ِ ‫السيِئ‬
َُ َّ ‫ ُثُ َُّـم ُبَـ‬،‫ات‬ ُِ َ‫ـح َسن‬ َُ ‫يَـْرِويُِْو ُ َع ُْن ُ َربُِِّو ُتَـبَ َارَُك ُ َوتَـ َع‬
ُ ُ ‫ ُإِ َُّن‬:‫ال‬
َّ َّ ‫ات ُ َو‬ َُ ْ‫ب ُاُل‬
َُ َ‫للاَ ُ َكت‬

َُ ِ‫ذَل‬
ُ‫ ُ َوإِ ُْن ُ َى َُّم ُ ِِبَا‬،ً‫ ُفَ َم ُْن ُ َى َُّم ُِِبَ َسنٍَُة ُفَُـُلَ ُْـم ُيَـ ْع َملْ َها ُ َكتَـبَـ َها ُعِْن َدُهُُ َح َسنَُةً ُ َك ِاملَة‬:‫ك‬

ٍُ ‫َض َع‬
ُ‫اف‬ ٍُ ‫ل ُ َسْبعِ ِمائَُِة ُ ِض ْع‬
َُ ِ‫ف ُإ‬
ْ ‫ل ُأ‬ ٍُ َ‫للاُ ُ ِعْن َدُهُ ُ َع ْشَرَُة ُ َح َسن‬
َُ ِ‫ات ُإ‬ ُ ُ ‫فَـ َع ِملَ َها ُ َكتَـبَـ َها‬

ُ‫ ُ َوإِ ُْن ُ َى َُّم‬،ً‫للاُُ ِعْن َدُهُ ُ َح َسنَُةً ُ َك ِاملَة‬


ُ ُ ‫ ُ َوإِ ُْن ُ َى َُّم ُبِ َسيِّئٍَُة ُفَُـُلَ ُْـم ُيَُـ ْع َم ْل َها ُ َكتَـبَـ َها‬،ٍ‫َكثِْيـَرة‬

111
ِ ‫للاُسيِئَُةًُو‬
ُ‫ُرواهُالبخاريُومسلـمُيفُصحيـحهما‬."ُ‫اح َدًُة‬ ِ ِ
َ ّ َ ُُ ُ‫ُبـ َهاُفَـ َعملَ َهاُ َكتَـبَـ َها‬
‫ِبذهُالـحروف‬

Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu ’anhu dari Rasulullah


shollallohu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda menyampaikan
apa yang diterimanya dari Robb-nya Alloh ‘Azza wa Jalla. Dia
berfirman, “Sesungguhnya Alloh mencatat semua amal
kebaikan dan keburukan”. Kemudian Dia menjelaskan. “Maka
barang siapa telah berniat untuk berbuat suatu kebaikan,
tetapi tidak melakukannya, maka Alloh mencatatnya sebagai
satu amal kebaikan. Jika ia berniat baik lalu ia
melakukannya, maka Alloh mencatatnya berupa sepuluh
kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan masih
dilipatgandakan lagi. Dan barang siapa berniat amal
keburukan namun tidak melakukannya, Alloh akan
mencatatnya sebagai amal kebaikan yang utuh, dan bila ia
berniat dan melakukannya, maka Alloh mencatatnya sebagai
satu amal keburukan.” (HR. Bukhori dan Muslim dalam kedua
kitab Shahih-nya dengan redaksi tersebut)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 6491), Muslim (no. 131),


Ahmad (I/310, 361), dan selainnya.

112
Bertekad Kuat dan Hukumnya

Seseorang yang bertekad kuat untuk mengamalkan


sesuatu, tidak akan terlepas dari enam keadaan berikut ini:

1. Bertekad dalam kebaikan dan mengamalkannya.


Baginya pahala sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus
kali lipat bahkan sampai tak berhingga.

2. Bertekad dalam kebaikan dan batal mengamalkannya.


Baginya pahala satu kebaikan.

3. Bertekad dalam kejelekan dan mengamalkannya.


Baginya dosa satu kejelekan.

4. Bertekad dalam kejelekan dan gagal


mengamalkannya karena terhalang sesuatu. Baginya
dosa satu kejelekan.

5. Bertekad dalam kejelekan dan membatalkannya


karena Alloh. Baginya pahala satu kebaikan.

6. Bertekad dalam kejelekan dan batal mengamalkannya


karena hilang selera, misalnya. Baginya tidak pahala
dan tidak juga dosa.

113
Hadits Ke-38
MELAKUKAN AMAL SUNNAH
MENJADIKAN KITA WALI ALLAH

َُ ِ‫صلَّىُللا‬
ُ‫ ُإِ َُّن‬:‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم‬ ُِ ُ ‫ال ُرسو ُُل‬
َ ُ ‫للا‬ ْ ُ َ َُ َ‫ ُق‬:‫ال‬ ُ ُ ‫َب ُ ُىَريْـَرَُة ُ َر ِض َُي‬
َُ َ‫للاُُ َعْن ُوُُق‬ ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ََُّ ِ‫ب ُإ‬


ُ‫ل‬ ِ ‫ـحر‬
َُ ‫ ُ َوَما ُتَـ َقَّر‬،‫ب‬ ِ ِ ُ ُِ ‫ ُم ُن ُعادى‬:‫ال‬
َُْ ‫ل ُ َوليًّا ُفَـ َق ُْد ُآ َذنْـتُُوُ ُ ُِبل‬ َ َ ْ َ َُ َ‫ال ُق‬
َُ ‫للاَ ُتَـ َع‬
ُ

ُُ ‫ال ُ َعْب ِدي ُيَـتَـ َقَّر‬


ََُّ ِ‫ب ُإ‬
ُ‫ل‬ ُُ ‫ ُ َو ُلَ ُيَـَز‬،‫ضتُُوُ ُ َعلَْي ِو‬ ِ َُ ِ‫ب ُإ‬ ٍ ِ ِ
ْ ‫ل ُِمَّا ُافْـتَـَر‬
َّ َُّ ‫َح‬
َ ‫َعْبدي ُب َش ْي ُء ُأ‬
ُ‫صَرُهُ ُالَّ ِذي‬ ِ ِ
َ َ‫ت ُ ََسْ َع ُوُ ُالَّذي ُيَ ْس َم ُُع ُبُِو ُ َوب‬
ِ َُّ ‫ِِبلنـَّوافِ ُِل ُح‬
ْ ‫ ُفَِإذَا ُأ‬،ُ‫ّت ُُأُحبَّو‬
ُُ ‫َحبَـْبـتُُوُ ُ ُكْن‬ َ َ
ُ َِ‫ُ َولَئِ ُْنُ َسأَل‬،‫تُْيَْ ِشيُ ِِبَا‬
ُ،ُ‫نُأل ُْع ِطيَـنَّو‬ ُ َِّ‫ُ َوِر ْجلَُوُُال‬،‫شُ ِِبَا‬
ُُ ‫تُيَـْب ِط‬
ُ َِّ‫ُ َويَ َدُهُُال‬،‫صُُرُبِِو‬
ِ ‫يـب‬
ُْ
ِ ‫نُأل‬
ُ ِ‫استَـ َعا َذ‬ ِ
‫ُرواهُالبخاري‬.ُ‫ُعْي َذنَُّو‬ ْ ُ‫َولَئ ُِن‬

Dari Abu Hurairah rodhiyallohu ’anhu, berkata: Rasulullah


shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa Alloh Subhanahu
wa Ta’ala berfirman, “Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka
Aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku
mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku
cintai dari apa-apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan
hamba-Ku itu tetap mendekatkan diri kepada-Ku dengan
amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Bila Aku
mencintainya, Aku akan menjadi pendengaran yang ia

114
gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia
gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan
untuk menggenggam, dan menjadi kakinya yang ia gunakan
untuk berjalan. Jika ia meminta pasti Aku beri, jika ia
meminta perlindungan, niscaya Aku lindungi.” (HR. Al-
Bukhari)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 6502), dan selainnya.

Wali Alloh

Wali Alloh adalah setiap mukmin yang bertakwa. Karena


keimanan dan ketakwaan bertingkat-tingkat demikian juga
wali Alloh. Semakin tinggi keimanan dan ketakwaan maka
semakin tinggi pula kedudukan perwaliannya.

Memusuhi Wali Alloh

Memusuhi wali Alloh artinya membencinya. Membenci


wali Alloh hukumnya terbagi dua seperti telah dijelaskan
pada pembahasan membenci saudara muslim.

Kebersamaan Alloh

Wali Alloh akan meraih kebersamaan dengan-Nya.


Artinya Alloh akan senantiasa menjaga pendengaran,
penglihatan dan seluruh tindak tanduknya pada sesuatu yang
diridhoi-Nya. Di samping itu Alloh akan senantiasa
mengabulkan doa dan permintaannya yang terkait dengan

115
urusan dunia atau urusan akhirat. Bukanlah kebersamaan
Alloh berarti Zat-Nya menyatu dengan dirinya. Karena
kebesaran dan keagungan Zat Alloh mustahil untuk menyatu
pada Zat makhluk yang sangat kecil dan hina.

Hadits Ke-39
KESALAHAN YANG DIAMPUNI

َُ َ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم ُق‬ ِ ِ‫للا‬ ُ ُ ‫َع ُِن ُابْ ُِن ُ َعبَّاس ُ َر ِض َُي‬
ُ:‫ال‬ َ ‫صلَّىُللا‬ َُّ ‫ ُأ‬:‫للاُُ َعْنـ ُه َما‬
َ ُ ُ ‫َن ُ َر ُس ْوَُل‬
ُ

ُ‫ ُحديث‬.‫استُ ْك ِرُىوا ُ َعلَْي ُِو‬ ِ


ْ ُ ‫ـخطَأُ ُ َوالنّ ْسيَا ُن ُ َوَما‬
َُ ‫ ُال‬:‫ت‬ ُ ُ ‫إِ َُّن‬
ُْ ُِ ‫للاَ ُ ََتَ َاوَُز‬
ُ ِ ‫ل ُ َع ُْن ُأ َُّم‬

‫حسنُرواهُابنُماجةُوالبيهقيُوغريمها‬

Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu ’anhu bahwa Rasulullah


shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Alloh
mengampuni beberapa perilaku umatku, yakni (karena)
keliru, lupa dan terpaksa." (Hadits hasan diriwayatkan oleh
Ibnu Majah, Baihaqi, dan lain-lain)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Ibnu Majah (no. 2045), dan selainnya.


Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish
Shaghiir (no. 1731).

116
Kesalahan yang Dimaafkan

Alloh memaafkan kesalahan hamba-Nya akibat tersalah


(keliru atau tidak sengaja), lupa atau dipaksa. Maaf di sini
dalam arti tidak berdosa. Namun hukum ini terkait dengan
hukum taklifi. Adapun terkait hukum wad‟i atau dalam
muamalah maka jika membuat kerugian pada pihak lain
dengan sebab tersalah atau lupa tetap harus
menanggungnya, meski tidak berdosa akibat perbuatannya
tersebut.

Hadits Ke-40
HIDUPLAH LAKSANA SEORANG PENGEMBARA

ُ‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُم‬ ِ ُِ ُ ‫ ُأَخ َُذ ُرسو ُُل‬:‫ال‬


َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ ‫للا‬ ْ ُ َ َ َُ َ‫َع ُْن ُابْ ُِن ُعُ َمُْر ُرضي ُللا ُ َعْنـ ُه َما ُق‬
ُ‫ ُ َوكاَ َُن ُابْ ُُن ُعُ َمَُر‬.‫ب ُأ َُْو ُ َعابُُِر ُ َسبِْي ٍُل‬
ٌُ ْ‫ك ُ َغ ِري‬
َُ َّ‫الدنْـيَا ُ َكأَن‬ ُ ُِ ‫ ُ ُك ُْن‬:‫ال‬
ُّ ُ ‫يف‬ ََُّ ‫ِِبَْن ِك‬
َُ ‫ب ُفَـ َق‬

َُ‫ال‬
ُ َ‫ت ُف‬ ْ ‫ ُ َوإِ َذا ُأ‬،‫اح‬
َُ ‫َصبَ ْح‬ َّ ُ ‫الَُتَـْنـتَ ِظ ُِر‬
َ َ‫الصب‬ ُ َ‫ت ُُف‬ ُ ُ ‫َر ِض َُي‬
َُ ‫ ُإِ َذا ُأ َْم َسْي‬:‫للاُُ َعْنـ ُه َما ُيَـ ُق ْو ُُل‬

َُ ِ‫ك ُُلِ َُـم ْوت‬


ُ‫ ُرواه‬.‫ك‬ َُ ِ‫ ُ َوِم ُْن ُ َحيَات‬،‫ك‬ ِ ُ ِ‫ ُوخ ُْذ ُ ِم ُن ُ ِص َّحت‬،‫تَـْنـت ِظ ُِر ُال ُـمساء‬
َ ‫ك ُُل َُـمَر ِض‬
َ ْ َُ َ َ َ َ

‫البخاري‬

117
Dari Ibnu Umar rodhiyallohu ’anhu berkata: Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wasallam memegang pundakku dan
bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing
atau penyeberang jalan.” Ibnu Umar rodhiyallohu ’anhu
berkata, “Jika kamu berada di sore hari, jangan menunggu
pagi hari, dan jika engkau di pagi hari janganlah menunggu
sore, manfaatkanlah masa sehat. Sebelum datang masa
sakitmu dan saat hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Bukhori)

Status Hadits dan Takhrijnya

Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 6414), dan selainnya.

Kedudukan Hadits

Hadits ini sangat penting karena terkandung di dalamnya


wasiat yang sangat agung.

Menjadi Orang Asing

Surga adalah kampung halaman manusia. Seorang yang


berakal tentu merindukan kampung halamannya yang penuh
dengan kenikmatan. Maka dunia ini bukanlah tempat tinggal
yang asli. Manusia di dunia berkedudukan seperti orang
asing. Sebagai orang asing semestinya tidak terpedaya
dengan kehidupan dunia lupa akan kampung halamannya.

Manusia tidak akan dapat kembali ke kampung


halamannya sehingga dia beramal dengan amalan yang

118
menjadi syarat untuk dapat kembali. Syaratnya adalah
senantiasa menghadirkan hukum syariat di hatinya dalam
setiap keadaan kemudian melaksanakan konsekuensi hukum
tersebut. Jika lalai dan terjerumus dalam dosa segera
istighfar dan bertaubat sehingga keadaannya lebih baik
dibanding sebelum berdosa. Itulah manusia yang dapat
kembali ke kampung halamannya dalam keadaan yang
paling sempurna.

Hadits Ke-41
MENUNDUKKAN HAWA NAFSU

ُ‫ال‬
َُ َ‫ ُق‬:‫ال‬
َُ َ‫للاُ ُ َعْنـ ُه َما ُق‬ ُِ ‫للاِ ُبْ ُِن ُ َع ْمرو ُبْ ُِن ُالْ َع‬
ُ ُ ‫اص ُ َر ِض َُي‬ ُ ُ ‫َب ُمـح َّم ٍُد ُ َعْب ُِد‬
ُ ِ‫َع ُْن ُأ‬

ُ‫ّت ُيَ ُك ْو َُنُ َى َو ُاهُُتَـبَعُاًُلُـَُِما‬ ِ ِ ِ‫للاِ ُصلَّىُللا‬


َ ‫ ُ ُلَُيـُ ْؤم ُُن ُأ‬:‫ُعلَْيو َُو َُسلَّ َُم‬
َُّ ‫َح ُد ُك ُْم ُ َح‬ َ َ ُ ُ ‫َر ُس ْو ُُل‬
ٍُ ُ‫ـح َّجة‬
‫ِبسنادُصحيـح‬ ُِ َ‫يفُكِت‬
ُُ ‫ابُال‬ ُِ ‫ص‬
ُ ُُِ‫حيـحُ َوَرَويْـنَ ُاه‬ ُُ ‫ِجْئ‬
ٌُ ‫ُ َح‬.‫تُبُِِو‬
َ ُ‫ديثُ َح َس ٌُن‬

Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash rodhiyallohu


’anhu dia berkata: Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kalian
sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawa.”
(Hadits shahih, kami riwayatkan dalam kitab Al-Hujjah
dengan sanad yang shahih)

119
Status Hadits dan Takhrijnya

Dha‟if: Didha‟ifkan oleh al-Hafidz Ibnu Rajab dalam


Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam (II/394-395) dan Syaikh al-Albani
dalam Misykaah Mashaabih.

Sempurnanya Iman

Sempurnanya iman hanya bisa diraih dengan


menundukkan hawa nafsu untuk mengikuti semua petunjuk
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam. Yaitu dengan
mendahulukan kehendak Rasulullah atas kehendak dirinya
terutama ketika terjadi pertentangan kehendak. Demikianlah
banyak ayat dan hadits yang semakna dengan hadits ini.
Walau secara sanad hadits ini didho‟ifkan oleh banyak ulama.

Penafian iman di sini diartikan sebagai penafian


kesempurnaan. Karena seperti telah dibahas di depan bahwa
penafian ada dua macam. Penafian iman sama sekali dan
penafian kesempurnaannya.

120
Hadits Ke-42
ALLAH MENGAMPUNI SEGALA DOSA
ORANG YANG TIDAK BERBUAT SYIRIK

ُ:‫ُعلَْي ِو َُو َسلَّ َُمُيَـ ُق ْو ُُل‬ ِ ُِ ُ‫تُرسوَُل‬ ِ َُ َ‫للاُعْن ُوُق‬ ِ ٍُ َ‫ع ُنُأَن‬
َ ‫صلَّىُللا‬
َ ُ‫للا‬ ْ ُ َ ُُ ‫ُ َسـم ْع‬:‫ال‬ ُ َ ُُ ُ‫سُ َرض َُي‬ َْ
ُ‫كُ َعلَىُ َما َكا َُن‬
َُ َ‫تُل‬ ُ َِ‫نُ َوَر َج ْوت‬
ُُ ‫نُ َغ َفْر‬ َُ َّ‫ُإِن‬،‫آد َم‬
ُ َِ‫كُ َماُ َد َع ْوت‬ َ ُ‫ُ َُيُابْ َُن‬:‫ال‬
َُ ‫للاُُتَـ َع‬
ُ ُ‫ال‬
َُ َ‫ق‬

ُ َِ‫استَـ ْغ َفْرت‬
ُ‫ن‬ ِ َّ ُ ‫ك ُعنا َُن‬ َُ ‫ِمْن‬
َُ ُ ‫ ُ َُي ُابْ َُن‬،‫ك ُ َو ُلَ ُأ َُِبِل‬
ْ ُ ‫السماَُء ُثُ َُّـم‬ ََ َُ ُ‫ت ُذُنـُ ْوب‬
ُْ َ‫آد َُم ُلَ ُْو ُبَـلَغ‬

ُ َِ‫ض ُ َخطاَ ُيَُثُ َُّـم ُلَِقْيـت‬


َُ‫ن ُ ُل‬ ُِ ‫ن ُبُِقَر‬
ُِ ‫اب ُاْأل َْر‬ َُ َّ‫ ُإِن‬،‫آد َم‬
ُ َِ‫ك ُلَ ُْو ُأَتَـْيـت‬ َ ُ ‫ ُ َُي ُابْ َُن‬،‫ك‬
َ َ‫ت ُل‬
ُُ ‫َغ َفْر‬

ُ‫ ُرواه ُالرتمذي ُوقال ُحديث ُحسن‬.‫ك ُبُِقَر ِاِبَا ُ َم ْغ ِفَرًُة‬ ُ ُِ ‫تُ ْش ِرُْك‬
َُ ُ‫ب ُ َشْيئُاً ُألَتَـْيـت‬

‫صحيـح‬

Dari Anas bin Malik rodhiyallohu ’anhu dia berkata: Aku


mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam,
sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan berharap
kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan.
Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu
setinggi awan di langit kemudian engkau meminta ampunan
kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam,
sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan

121
sebesar dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa
menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan
datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR.
Tirmidzi, ia berkata, “hadits ini hasan shahih.”)

Status Hadits dan Takhrijnya

Hasan: HR. at-Tirmidzi (no. 3540). Dihasankan oleh


Syaikh al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no.
4338).

Pengampunan Dosa

Seberapa pun besar dosa seseorang Alloh menjanjikan


ampunan jika mau istigfar. Ampunan Alloh akan
menyebabkan terhapusnya dosa. Terhapusnya dosa
menyebabkan terhindar dari azab dunia dan azab akhirat.

Siapa yang mau istigfar ketika berdosa maka dosanya


terhapus meski puluhan kali dia lakukan tiap harinya. Dan
dia terbebas dari predikat orang yang terus menerus dalam
dosa. Ini semua menunjukkan betapa besar dan luasnya
rahmat Alloh pada hamba-Nya. Maka celakalah seorang
hamba yang mengetahui luasnya rahmat Alloh namun dia
tidak berusaha untuk meraihnya sehingga terhalang dari
rahmat-Nya.

Semoga istigfar menjadi rutinitas kita sebagaimana


rutinitas Nabi kita. Beliau dalam sehari lebih dari tujuh puluh
kali beristigfar.

122
PENUTUP

Dengan ini selesailah Ringkasan Syarah Arba‟in An-


Nawawi. Mudah-mudahan amal ini menjadi tabungan pahala
bagi penulis sebagai amal yang ikhlas dan bermanfaat bagi
peserta dauroh khususnya dan kaum muslimin pada
umumnya.

Tak lupa penulis memohon kepada Alloh agar senantiasa


mencurahkan rahmat-Nya kepada Imam Nawawi
rohimahulloh penulis matan, kepada Syaikh Sholeh Alu
Syaikh penulis syarah dan kepada kita semua yang
senantiasa bersemangat untuk mempelajari hadits-hadits
Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam.

Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat


penulis harapkan. Saya ucapkan jazaakumulloh kepada
semua pihak yang telah membantu demi selesainya
penulisan mukhtashor (ringkasan) ini. Dan mohon maaf atas
segala kekurangan. Semoga shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para
sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa berusaha
mengikutinya hingga Hari Kiamat kelak. Alhamdulillaahi
rabbil ‘aalamiin.

Yogyakarta, Sore Hari Arofah, 9 Dzulhijah 1425 H.

Yang sangat butuh ampunan Alloh,

Abu „Isa Abdullah bin Salam

123

Anda mungkin juga menyukai