Anda di halaman 1dari 11

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)

ANALISIS ANGGARAN DAN REALISASI PADA KPRI BHAKTI


HUSADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BULELENG TAHUN
2013-2015

¹Ni Komang Laksmita Ayudiasari, ¹Anantawikrama Tungga Atmadja, ²Gede Adi


Yuniarta

Jurusan Akuntansi Program S1


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {laksmitaayudiasari@gmail.com ,
anantawikrama_t_atmadja@yahoo.com , gdadi_ak@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur penyusunan anggaran pada
KPRI Bhakti Husada, untuk mengetahui faktor penyebab tidak terealisasi pendapatan
dan biaya tahun 2013-2015 dengan yang telah dianggarkan dan untuk mengetahui
cara mengatasi kesenjangan anggaran pada KPRI Bhakti Husada. Penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif karena penelitian yang dilakukan bersifat menyeluruh
dan berasal dari kata-kata para informan.
Hasil penelitian ini yaitu prosedur penyusunan anggaran pada KPRI Bhakti
Husada menggunakan metode bottom-up approach yang berarti bendahara
mengajukan rencana anggaran pendapatan dan biaya serta rencana kerja kemudian
RAPB dan Renja tersebut akan ditetapkan dan disahkan oleh ketua KPRI Bhakti
Husada. Faktor penyebab terjadinya kesenjangan anggaran pada tahun 2013-2015
yang pertama yaitu sumber permodalan pada KPRI Bhakti Husada hanya terpaku
pada modal dari dalam yaitu dari anggota, faktor kedua yaitu adanya peningkatan
untuk beberapa akun biaya yang dikeluarkan KPRI Bhakti Husada, Dan faktor yang
terakhir yaitu selisih bunga simpanan dengan bunga pinjaman pada KPRI Bhakti
Husada sangat kecil hanya 0,1%.

Kata kunci: realisasi anggaran, pendapatan dan biaya

Abstract
This research aims at knowing the procedure of budgeting arrangement on KPRI
Bhakti Husada, knowing the factor causing unrealized income and expense in year
2013-2015 that has been budgeted, and knowing the ways to overcome unbalanced
budget on KPRI Bhakti Husada. This study belongs to qualitative research because it
is comprehensively done and comes from the of informant’s words.
The result of this research is in form of procedure of budget arrangement on
KPRI Bhakti Husada by using bottom-up approach which means a treasurer
proposes the plan of income budget and expense budget and also work schedule,
next RAPB, and the plan will be accepted and legalized by the chairman of KPRI
Bhakti Husada. The factor causing the unbalanced budget in year 2013-2014 is the
source of financial capital on KPRI Bhakti Husada which fetches up the financial
capital only from intern that is from members.The second factor is that there is rising
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)

on cost account expended by KPRI Bhakti Husada. The last factor is difference of
saving interest and loan interest on KPRI Bhakti Husada is very low only 0,1%.

Key words: budgeting realization, income, and cost

PENDAHULUAN laporan keuangan, terutama laporan laba


Menurut Undang-Undang Republik rugi, biaya merupakan komposisi penting
Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal 1 ayat yang berdampingan dengan pendapatan.
1 tentang Perkoperasian, koperasi Posisi biaya yang terlalu besar
merupakan badan usaha yang dibandingkan dengan pendapatan
beranggotakan orang-orang atau badan koperasi dapat menyebabkan koperasi
hukum koperasi dengan melandaskan mengalami kerugian, begitu pula
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sebaliknya apabila pendapatan diperoleh
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang lebih besar daripada biaya, maka koperasi
berdasarkan atas asas kekeluargaan. memperoleh laba atau keuntungan.
Koperasi berperan positif dalam Laporan realisasi anggaran
pelaksanaan pembangunan di Indonesia, menggambarkan perbandingan antara
baik secara langsung maupun tidak anggaran dengan realisasinya dalam satu
langsung. periode pelaporan.. Dengan adanya
Proses manajemen memiliki beberapa anggaran, maka Koperasi Pegawai
fungsi manajemen yaitu perencanaan, Republik Indonesi Bhakti Husada Dinas
pengendalian, pengorganisasian dan Kesehatan Kabupaten Buleleng sebagai
pengkoordinasian. Dalam kegiatan badan usaha harus dapat mengelola
operasional koperasi, perlu dimiliki anggaran dengan efektif yaitu secara
manajemen yang baik khususnya pada proporsional dan jelas. Melalui hasil
fungsi perencanaan dan pengendalian. analisa perbandingan antara anggaran
Agar fungsi perencanaan dan dan realisasinya dapat diketahui kelebihan
pengendalian manajemen dapat berjalan dan kekurangan yang terjadi pada suatu
dengan lancar, maka perlu adanya teknik periode dan juga menjadi salah satu dasar
penyusunan yang baik sehingga dapat dalam menentukan perencanaan pada
memberikan informasi yang bermanfaat periode yang akan datang. Realisasi
bagi koperasi. Alat manajemen yang anggaran mengacu pada beberapa
diperlukan untuk proses perencanaan dan variabel dalam penggunaannya, jumlah
pengendalian adalah anggaran. Anggaran anggaran yang tersedia, penggunaan
tersebut sebagai dasar operasional dan anggaran dan sisa anggaran yang
tolok ukur pencapaian tujuan perusahaan merupakan keuangan koperasi yang harus
atau koperaso dan bermanfaat untuk ditelurusi penggunaannya.
pengendalian koperasi. Dalam upaya mencapai tujuannya,
Menurut Munandar (2001: 3) anggaran koperasi melakukan berbagai bidang
(budget) merupakan: usaha diantaranya ada usaha simpan
“Suatu rencana yang disusun secara pinjam, usaha konsumsi dan usaha
sistematis, yang meliputi seluruh produsen, koperasi juga digolongkan
kegiatan perusahaan yang dinyatakan berdasarkan latar belakang anggota
dalam unit kesatuan moneter dan menuru kondisi anggotanya. Salah satu
berlaku untuk jangka waktu tertentu koperasi yang terbentuk berdasarkan latar
yang akan datang.” belakang anggota adalah Koperasi
Dalam suatu aktivitas koperasi baik Pegawai Republik Indonesia (KPRI).
operasional maupun produksi, Koperasi Pegawai Republik Indonesia
pengeluaran kas atau biaya dapat (KPRI) Bhakti Husada merupakan
membantuk koperasi memprediksi koperasi yang beranggotakan pegawai
seberapa besar pengeluaran koperasi Dinas Kesehatan dan Puskesmas se-
dalam memenuhi kebutuhan operasional Kabupaten Buleleng, beberapa pegawai
maupun produksinya.di dalam posisi yang bertugas di RSUD Singaraja, serta
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)

pensiunan pegawai Dinas Kesehatan. SHU adalah pendapatan operasional dan


Jumlah anggota KPRI Bhakti Husada per biaya operasional yang perlu diperhatikan
31 Desember 2015 adalah sebanyak 669 koperasi.
anggota, dengan jumlah SHU mencapai Penilaian kinerja yang baik salah
Rp. 279.405.301,99 pada tahun 2015 satunya dapat dilihat dari terealisasinya
dengan unit usaha simpan pinjam dan anggaran dengan tepat, pada KPRI Bhakti
pertokoan. Husada pada tahun periode 2013-2015
Setiap kegiatan koperasi tak terkecuali anggaran tidak dapat terealisasi dengan
KPRI Bhakti Husada tentunya tak lepas baik. Anggaran pada tahun periode 2013
dari pendapatan operasional dan biaya sampai tahun 2015 tidak dapat mencapai
operasional sebagai akibat dari usaha target yang direncanakan, dimana
yang dilakukan, yang selanjutnya realisasi anggaran jauh lebih besar dari
bertujuan untuk memperoleh Sisa Hasil anggaran yang ditetapkan. Hal ini dapat
Usaha. SHU yang diperoleh dari usaha dilihat dari data perbandingan antara
yang diselenggarakan dalam prosentase anggaran dan realisasinya pada tahun
tertentu akan dibagikan untuk dana sosial, peiode 2013-2015 yang disajikan tabel
oleh karenanya hal yang mempengaruhi berikut:

Tabel 1. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Tahun 2013-2015 pada KPRI Bhakti
Husada

Pendapatan
Tahun Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.)
dan Biaya
Pendapatan 573.750.000,00 508.747.694,27 (65.002.305,8)
2013
Biaya 456.775.000,00 378.240.481,98 78.534.518,1
Pendapatan 591.750.000,00 926.699.879,92 334.949.879.9
2014
Biaya 472.090.000,00 717.575.881,46 (245.485.881,4)
Pendapatan 939.552.121,00 816.200.000,00 207.084.695,00
2015
Biaya 664.100.000,00 573.539.555.01 (194.969.514,00)
Sumber: KPRI Bhakti Husada, Tahun 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 1 diatas kesenjangan anggaran tahun 2013-2015
mencermin kan bahwa terjadinya realisasi pada KPRI Bhakti Husada?
pendapatan dan biaya yang lebih tinggi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dari anggarannya. Mengingat pentingnya mengetahui prosedur penyusunan
tingkat anggaran yang sesuai dengan anggaran pada KPRI Bhakti Husada,
tingkat realisasinya, maka KPRI Bhakti untuk mengetahui faktor penyebab tidak
Husada perlu menekan biaya-biaya yang terealisasi pendapatan dan biaya tahun
dikeluarkan dalam operasionalisasi 2013-2015 pada KPRI Bhakti Husada
koperasi yang selanjutnya mengarah pada sesuai dengan yang telah dianggarkan,
efisiensi koperasi, karena hal tersebut dan untuk mengetahui cara mengatasi
sangat dibutuhkan demi tercapainya kesenjangan anggaran tahun 2013-2015
tujuan koperasi yaitu mensejahterakan pada KPRI Bhakti Husada.
anggota. Adapun kajian teori yang digunakan
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam penelitian ini meliputi Akuntansi,
maka rumusan masalah dalam penelitian Anggaran, Realisasi Anggaran,
ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana Pendapatan, Biaya, Teori Agensi, Teori
prosedur penyusunan anggaran pada Sinyaling dan Koperasi.
KPRI Bhakti Husada?, (2) Mengapa
pendapatan dan biaya tahun 2013-2015 METODE
pada KPRI Bhakti Husada tidak terealisasi Penelitian ini dilakukan pada Koperasi
sesuai dengan yang telah dianggarkan?, Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Bhakti
(3) Bagaimana cara mengatasi Husada yang beralamat di jalan Veteran
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)

No. 15 Singaraja, Bali. Penelitian ini mengeluarkan hasil pengamatan yang


termasuk penelitian kualitatif dengan tidak berkaitan dengan objek penelitian.
desain deskriptif. Menurut Bogdam dan Kemudian data disajikan atau
Taylor (1995) yang dikutip dari (Moleong, disempurnakan agar mudah dipahami.
2012: 4) mengemukakan bahwa penelitian Selanjutnya dari data tersebut, peneliti
kualitatif adalah prosedur penelitian yang dapat mengambil kesimpulan hasil
menghasilkan data deskriptif berupa kata- penelitian.
kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang sedang diamati. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis data yang digunakan dalam Prosedur Penyusunan Anggaran pada
penelitian ini adalah data kualitatif dan KPRI Bhakti Husada
data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data Munandar (2001: 3) mendefinisikan
yang dinyatakan dalam bentuk kalimat “Anggaran (budget) sebagai suatu
atau uraian, yang diperoleh dari hasil rencana yang disusun secara sistematis,
wawancara dan observasi dimana yang meliputi seluruh kegiatan
gambaran keadaan umum KPRI Bhakti perusahaan yang dinyatakan dalam unit
Husada yang menjadi objek penelitian. kesatuan (moneter) dan berlaku untuk
Sedangkan data kuantitatif, yaitu data jangka waktu (periode) tertentu yang akan
yang dapat dihitung atau dinyatakan datang.Anggaran sendiri selalu dibuat oleh
dengan bentuk angka sebagai data yang Koperasi Pegawai Republik Indonesia
banyak dipergunakan dalam penelitian, (KPRI) Bhakti Husada setiap tahun
data ini dapat diperoleh dari laporan berjalan dengan memperhatikan hal-hal
tahunan pada KPRI Bhakti Husada. yang dapat mempengaruhi perubahan
Informan dalam penelitian ini ditunjuk anggaran tersebut seperti hasil realisasi
secara purposive. Informan yang adalah tahun kemarin.
informan yang mengetahui realisasi Penyusunan anggaran pada KPRI
anggaran pada KPRI Bhakti Husada yaitu Bhakti Husada sendiri dimaksudkan
ketua koperasi, bendahara koperasi dan sebagai alat untuk mencapai tujuan KPRI
sekretaris koperasi. Bhakti Husada, sebagai pedoman kerja
Teknik pengumpulan data yang operasional dan program investasi
digunakan dalam penelitian ini dengan tahunan koperasi serta sebagai alat
cara observasi, wawancara dan pengendalian manajemen koperasi.
dokumentasi. Sugiyono (2009: 225) Penyusunan anggaran pada KPRI Bhakti
bahwa pengumpulan data diperoleh dari Husada tidak hanya dilakukan sehari atau
hasil observasi, wawancara, dokumentasi dua hari karena anggaran digunakan
dan gabungan/triangulasi. Wawancara selama periode satu tahun berjalan oleh
dilakukan melalui proses tanya jawab karena itu dibutuhkan focus yang lebih
secara langsung terkait realisasi untuk mendapatkan anggaran yang
anggaran. Observasi yang dilakukan sesuai. Oleh karena itu siapa saja yang
adalah observasi tidak terstruktur yaitu berpartisipasi merupakan hal yang penting
melakukan pengamatan terhadap KPRI yang dibutuhkan dalam penyusunan
Bhakti Husada tanpa menggunakan anggaran. Pendekatan yang digunakan
pedoman observasi. Dokumentasi KPRI Bhakti Husada sesuai dengan teori
dilakukan dengan mempelajari dokumen yang dikemukakan oleh Rahayu et al.,
yang berhubungan dengan realisasi (2013:11) yang mana untuk KPRI Bhakti
anggaran yaitu laporan tahunan KPRI Husada menggunakan pendekatan dari
Bhakti Husada. bawah ke atas (bottom-up approach) yang
Analisis data dilakukan untuk seluruh berarti bendahara mengajukan rencana
data yang terkumpul dari proses anggaran pendapatan dan biaya serta
wawancara dan observasi yang kemudian rencana kerja kemudian RAPB dan Renja
diolah dan menghasilkan inti dari tersebut akan ditetapkan dan disahkan
penelitian tersebut. Reduksi data oleh ketua KPRI Bhakti Husada.
dilakukan dengan mengumpulkan hasil- Berdasarkan hasil wawancara dengan
hasil pengamatan kemudian
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)

Bapak Suasa Giri selaku ketua KPRI Tahap 2: Menyusun RAPB dan renja
Bhakti Husada menyatakan bahwa: berdasarkan hasil rapat yang
“Pada saat rapat internal, bendahara dilaksanakan oleh bendahara dan
menyiapkan laporan hasil evaluasi mengkompilasikan rencana tersebut
pelaksanaan dan realisasi RAPB dan menjadi anggaran berdasarkan skala
Renja pada tahun yang akan datang yang prioritas.
dihadiri oleh ketua. Kemudian bendahara Tahap 3: Ketua menilai dan
menyusun anggaran pendapatan dan mengkoreksi RAPB dan renja tersebut.
biaya sesuai dengan yang telah Tahap 4: Jika ketua menyetujui RAPB
disepakati, setelah itu anggaran di dan Renja ketua akan mengesahkan
kompilasikan menjadi skala prioritas RAPB dan renja tersebut, namun jika tidak
kepada ketua dan seluruh pengurus, jika bendahara akan memperbaiki kembali
masih ada revisi dari ketua, bendahara sesuai dengan hasil koreksi oleh ketua.
memperbaiki rencana anggaran tersebut Tahap 5: Bendahara
menjadi lebih baik. Setelah revisi, menyempurnakan draft perbaikan rencana
bendahara mengajukan rencana anggaran pendapatan dan biaya KPRI Bhakti
tersebut untuk disahkan oleh ketua dan Husada.
tim pengawas. Setelah semua sudah baik Tahap 6: Bendahara kemudian
menurut ketua, RAPB dan Renja tersebut mengajukan kembali rencana anggaran
kemudian dilaporkan kepada anggota kepada ketua KPRI Bhakti Husada untuk
pada saat RAT berlangsung.” ditandatangi dan disahkan oleh badan
Pernyataan dari Bapak Suasa Giri pengawas. Tahap 7: RAPB dan Renja
mengartikan bahwa yang terlibat dalam tersebut kemudian dilaporkan kepada
penyusunan anggaran pada KPRI Bhakti anggota pada saat RAT berlangsung.
Husada adalah bendahara sedangkan
ketua yang memberi bimbingan dan Faktor Penyebab Tidak Terealisasi
bertanggungjawab dalam penyusunan Pendapatan dan Biaya Tahun 2013-
anggaran. Hal tersebut sejalan dengan 2015 pada KPRI Bhakti Husada Sesuai
teori yang diungkapkan oleh Munandar dengan yang Telah Dianggarkan.
(2001: 17) yang menyatakan bahwa dalam Setelah diadakan penelitian di
penyusunan anggaran, yang berwenang lapangan mengenai fenomena
dan bertanggung jawab atas penyusunan permasalahan yang terjadi pada KPRI
anggaran serta kegiatan penganggaran Bhakti Husada yaitu adanya ketimpangan
lainnya adalah di tangan pimpinan antara anggaran pendapatan dan biaya
tertinggi perusahaan. Berikut merupakan dengan realisasinya, anggaran pada tahun
gambaran mengenai prosedur periode 2013 sampai tahun 2015 tidak
penyusunan anggaran pada KPRI Bhakti dapat mencapai target yang direncanakan,
Husada , yaitu: dimana realisasi anggaran lebih besar dari
Tahap 1: Bendahara menyiapkan anggaran yang ditetapkan.Berikut ini
laporan hasil evaluasi pelaksanaan dan merupakan perbandingan antara
realisasi RAPB dan Renja pada tahun anggaran pendapatan dan realisasi
sebelumnya melalui rapat internal yang pendapatan yang terdapat pada KPRI
dilaksanakan oleh pengurus. Bhakti Husada:
Tabel 2. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Pendapatan Tahun Periode 2013-2015
pada KPRI Bhakti Husada
Tahun Anggaran Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.) Persentase
(Rp.) (%)
2013 573.750.000,00 508.747.694,27 (65.002.305,8) -11,32%
2014 591.750.000,00 926.699.879,92 334.949.879.9 56,60%
2015 939.552.121,00 1.146.636.816,00 207.084.695,00 22,04%
Sumber: KPRI Bhakti Husada, Tahun 2016 (data diolah)
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)

Pendapatan-pendapatan yang ada yang ditetapkan meskipun target tidak


pada KPRI Bhakti Husada dibagi menjadi jauh dari apa yang dianggarkan koperasi.
2 pendapatan yaitu pendapatan Pada tahun 2013 sendiri terlihat realisasi
operasional unit simpan pinjam dan hanya kurang dari 11,32%. Sedangkan
pendapatan toko, dimana pendapatan untuk tahun 2014 dan 2015 berbeda
operasional unit simpan pinjam sendiri dengan tahun 2013, dimana pada tahun
berasal dari pendapatan bunga tabungan 2014 dan 2015 meskipun target
di Bank, pendapatan bunga dari piutang, pendapatan yang ingin dicapai koperasi
pendapatan administrasi, pendapatan jasa mengalami kenaikan tetapi pada tahun
PKP-RI dan pendapatan operasional tersebut tenyata realisasi lebih besar
lainnya sedangkan untuk pendapatan toko daripada anggarannya, hal ini sangat
berasal dari penjualan toko. menguntungkan koperasi dilihat dari
Berdasarkan tabel diatas anggaran semakin besar pendapatan yang
dan realisasi pendapatan dari tahun 2013 dihasilkan oleh koperasi. Pencapaian
sampai tahun 2015 mengalami kinerja yang baik di tahun 2014 dan 2015
peningkatan. Dimana dapat dilihat bahwa karena pada tahun tersebut ada
setiap tahun anggaran pendapatan pemasukan terbesar dari pendapatan
mengalami kenaikan yang disebabkan dari bunga dari piutang yang masing-masing
tahun ke tahun biaya yang dikeluarkan mencapai Rp. 550.860.019,00 dan Rp.
koperasi semakin besar sehingga target 744.506.652,47.
untuk pendapatan juga menjadi semakin Berikut ini merupakan perbandingan
besar. antara anggaran biaya dan realisasi biaya
Tahun 2013 target untuk pendapatan yang terdapat pada KPRI Bhakti Husada
sendiri belum terealisasikan, walaupun tahun 2013-2015:
baik tetapi tidak tercapai dari anggaran
Tabel 3. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Biaya Tahun Periode 2013-2015 pada
KPRI Bhakti Husada
Tahun Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.) Persentase
(%)
2013 456.775.000,00 378.240.481,98 78.534.518,1 17,19%
2014 472.090.000,00 717.575.881,46 (245.485.881,4) (51,99%)
2015 664.100.000,00 859.069.514,01 (194.969.514,00) (29,35)
Sumber: KPRI Bhakti Husada, Tahun 2016 (data diolah)

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa 2015. Menurut Bapak Suasa Giri selaku
pada tahun 2013 anggaran lebih besar ketua koperasi mengatakan:
daripada realisasi biaya sebesar “Karena adanya biaya-biaya yang
Rp78.534.518,1. Selisih disini terlihat tidak terduga atau meningkat yang
bahwa realisasi lebih rendah pada rincian tidak sesuai dengan rencana,
setiap biaya yang dikeluarkan KPRI Bhakti seperti misalnya misalnya
Husada, hal ini terjadi karena beberapa meningkat nya biaya RAT dan juga
biaya yang dianggarkan terlalu besar dari meningkatnya pengeluaran untuk
realisasi yang ada. membayar pajak.”
Pada tahun 2013 dianggap Hal ini berarti, realisasi lebih besar dari
menguntungkan untuk koperasi. Hal ini yang telah dianggarakan karena adanya
menunjukkan bahwa anggaran yang biaya yang meningkat dan biaya yang tidak
disusun oleh KPRI Bhakti Husada terduga dari tahun sebelumnya. Selain itu
berfungsi secara efektif. Pada tahun 2014 faktor kedua yang menjadi penyebab
dan 2015 menunjukkan bahwa realisasi tingginya realisasi biaya dari yang
biaya yang tinggi dari anggaran yang telah dianggarkan yaitu meningkatnya beberapa
dibuat, persentasenya mencapai 51,99% pos biaya operasional pada KPRI Bhakti
pada tahun 2014 dan 29,35% pada tahun Husada, hal ini diperkuat dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)

Ketut Artana selaku bendahara KPRI yang terdiri dari simpanan pokok dan
Bhakti Husada, sebagai berikut: simpanan wajib.”
“Pada tahun 2015 ada beberapa Hal ini berarti sumber permodalan pada
biaya yang mengalami peningkatan KPRI Bhakti Husada hanya terpaku pada
yang tinggi jika dibandingkan modal dari dalam yaitu dari anggota. Modal
dengan tahun 2014 misalnya biaya tersebut dalam bentuk simpanan pokok
listrik, kemudian biaya banten dan dan simpanan wajib dari anggota dalam
biaya untuk RAT. Pada tahun 2014 wujud tabungan yang dibungai 1% dari
itu ada perbaikan untuk printer yang jumlah kekayaan yang dimiliki oleh
rusak, jadi biaya pada tahun 2014 anggota. Hal ini tidak sejalan dengan
menjadi bertambah.” pernyataan pada Undang-Undang No. 25
Pendapat lain diungkapkan lagi oleh Tahun 1992 menyatakan bahwa sumber
Bapak Agus Hartawan selaku bendahara modal koperasi bisa didapat dari luar
KPRI Bhakti Husada mengenai faktor koperasi misalnya pinjaman dari koperasi
penyebabnya, yaitu sebagai berikut: lain, pinjaman dari bank dan lembaga
“Menurut saya disini karena adanya keuangan, penerbitan obligasi dan surat
selisih bunga yang dibayar dengan hutang lainnya yang sah. Penelitian ini
bunga yang didapat itu kecil hanya sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh
sekitar 0,1%. Disini anggota Prawironegoro (2007) yang menyatakan
meminta agar bunga simpanan bahwa manajemen keuangan merupakan
dapat dinaikkan kembali, tapi aktivitas pemilik dan manajemen
menurut saya jika bunga simpanan perusahaan untuk memperoleh modal
dinaikkan maka bunga pinjaman semurah-murahnya dan menggunakan
pun akan naik juga, nah ini akan seefektif, efisie dan seproduktif untuk
membawa dampak buruk untuk menghasilkan laba.
koperasi karena anggota yang Jadi dapat disimpulkan bahwa KPRI
meminjam disini akan semakin Bhakti Husada juga dapat mencari sumber
berkurang.” modal dari luar koperasi sepanjang dapat
Jadi faktor ketiga yaitu selisih bunga memberikan keuntungan bagi KPRI Bhakti
simpanan dengan bunga pinjaman pada Husada sendiri, jika koperasi mampu
KPRI Bhakti Husada sangat kecil, hanya mendapatkan sumber dana murah dari luar
sebesar 0,1%. maka biaya operasionalpun bisa ditekan
Faktor penyebab tingginya realisasi terutama dari biaya bunga.
pendapatan dan biaya dari yang telah 2. Meningkatnya Biaya Operasional
dianggarkan yaitu: Dalam aktivitas operasional koperasi,
1. Modal KPRI Bhakti Husada hanya biaya merupakan faktor yang
Modal Sendiri dipertimbangkan KPRI Bhakti Husada
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun untuk memenuhi segala kebutuhan
1992 tentang Perkoperasian, sumber- aktivitas koperasi tersebut. Biaya yang
sumber modal koperasi terdiri dari modal dikeluarkan KPRI Bhakti Husada
sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri merupakan rencana tertulis yang
terdiri dari modal anggota baik yang dianggarkan KPRI Bhakti Husada untuk
bersumber dari simpanan pokok, simpanan memperlancar dan melangsungkan proses
wajib, modal penyertaan, modal operasional koperasi. Menurut Hansen dan
sumbangan, dana cadanga dan SHU yang Mowen (2004:40) biaya merupakan kas
belum dibagi. Sedangkan modal pinjaman atau nilai ekuivalen yang dikorbankan
diperoleh dari pinjaman anggota, pinjaman untuk mendapatkan barang dan jasa yang
koperasi lain, pinjaman dari lembaga diharapkan member manfaat saat ini atau
keuangan, obligasi serta surat utang. di masa yang akan datang bagi organisasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ada biaya yang bisa ditekan dan juga ada
Bapak Suasa Giri selaku ketua KPRI yang tidak, serta ada biaya yang
Bhakti Husada menyatakan bahwa: mengalami peningkatan yang bertujuan
“Kami tidak mengambil modal dari luar, untuk kesejahteraan anggota, karena
semua modal kami berasal dari anggota sesuai pada prinsipnya bahwa koperasi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)

ada untuk meningkatkan kesejahteraan koperasi karena anggota yang


anggotanya. Menurut Bapak Ketut Artana meminjam disini akan semakin
selaku bendahara KPRI Bhakti Husada berkurang.”
mengungkapkan bahwa: Hal ini berarti dengan menetapkan
“Pada tahun 2015 ada beberapa besaran bunga simpanan sebesar 1%
biaya yang mengalami peningkatan setiap bulan dari jumlah tabungan para
yang tinggi jika dibandingkan anggotanya, dan 1,15% untuk bunga
dengan tahun 2014 misalnya biaya pinjaman yang terdiri dari 1,1% bunga
listrik, kemudian biaya banten dan pinjaman dan 0,05% dana resiko.
biaya untuk RAT. Pada tahun 2014 Sehingga dapat dikatakan bahwa selisih
itu ada perbaikan untuk printer bunga simpanan dengan bunga pinjaman
yang rusak, jadi biaya pada tahun sangatlah kecil, hal ini dimaksudkan agar
2014 menjadi bertambah.” tingkat loyalitas anggota kepada KPRI
Adanya peningkatan untuk beberapa Bhakti Husada tinggi. Namun jika ditinjau
akun biaya yang dikeluarkan KPRI Bhakti dari pendapatan koperasi hanya 0,1% saja
Husada, akibatnya SHU yang didapat oleh ditambah juga beban koperasi. Selisih
KPRI Bhakti Husada akan semakin bunga simpanan dengan bunga pinjaman
berkurang, hal tersebut tentunya akan yang kecil mengakibatkan SHU yang
berpengaruh terhadap jumlah modal yang diterimapun akan semakin sedikit,
akan berkurang juga. Untuk mencegah hal sehingga pemupukan modal untuk sendiri
tersebut terjadi, maka KPRI Bhakti Husada pun juga akan sedikit, maka dengan
perlu menurunkan biaya agar SHU yang demikian sudah tentu koperasi sulit untuk
diterima tidak berkurang. Hal ini sejalan mengembangkan modal sendiri.
dengan teori yang dikemukakan oleh Maka dapat disimpulkan bahwa selisih
Riyanto (2001:4) yang menyatakan bahwa bunga simpanan dengan bunga pinjaman
fungsi penggunaan dana harus dilakukan pada KPRI Bhakti Husada sangat kecil
secara efisien, bahwa halnya setiap rupiah hanya 0,1%. Hal ini akan mengakibatkan
dana yang tertanam dalam aktiva harus pendapatan koperasi menjadi sedikit,
dapat digunakan seefisien mungkin untuk belum lagi ditambah dengan pengeluaran-
dapat menghasilkan tingkat keuntungan pengeluaran yang tinggi. Maka dari itu
investasi atau rentabilitas yang maksimal. koperasi membutuhkan dana dari luar yang
3. Selisih antara Suku Bunga Simpanan besar untuk kegiatan opersionalisasi
dengan Suku Bunga Pinjaman Kecil koperasi sehingga sudah pasti akan
Pada umumnya koperasi tidaklah menimbulkan beban bunga yang besar.
semata hanya memfokuskan kegiatannya Jadi selisih antara bunga simpanan dengan
untuk memperoleh laba, tetapi yang lebih bunga pinjaman yang kecil merupakan
diutamakan adalah dari segi kemanfaatan salah satu faktor penyebab pendapatan
koperasi tersebut untuk mensejahterkan tidak terealisasi sesuai dengan yang telah
para anggotanya, sehingga akan muncul dianggarkan.
rasa loyalitas yang tinggi dari anggota
kepada koperasi. Berdasarkan hasil Cara Mengatasi Kesenjangan Anggaran
wawancara kepada Bapak Agus Hartawan Tahun 2013-2015 pada KPRI Bhakti
selaku sekretaris KPRI Bhakti Husada, Husada
beliau menyatakan bahwa: Berdasarkan hasil wawancara dengan
“Menurut saya disini karena adanya Bapak Agus Hartawan selaku Sekretaris
selisih bunga yang dibayar dengan KPRI Bhakti Husada, beliau menyatakan
bunga yang didapat itu kecil hanya bahwa:
sekitar 0,1%. Disini anggota “Kesenjangan anggaran ini menurut
meminta agar bunga simpanan saya tidak memilik dampak yang negatif
dapat dinaikkan kembali, tapi bagi pengurus maupun anggota, karena
menurut saya jika bunga simpanan walaupun koperasi kita masih mengalami
dinaikkan maka bunga pinjaman kesenjangan anggaran namun dalam
pun akan naik juga, nah ini akan operasinya kita masih mendapat SHU dan
membawa dampak buruk untuk tidak rugi. Selain itu juga biaya yang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)

dikeluarkan juga untuk anggota seperti “Bisa dengan mengurangi biaya


misalnya biaya pada saat RAT yang tidak diperlukan tetapi kalau
berlangsung.” memang penting sekali harus
Pernyataan tersebut dipertegas oleh segera dikeluarkan misalnya
Bapak Suasa Giri selaku Ketua KPRI pelatihan anggota atau yang terkait
Bhakti Husada, beliau menyatakan bahwa: dengan pendidikan koperasi. Selain
“Koperasi yang utama kan untuk itu juga dengan tidak sepenuhnya
kesejahteraan anggota. Bunga membagikan SHU kepada anggota
pinjaman yang diberikan koperasi guna untuk memupuk modal
ini tergolong kecil serta bunga sendiri, sehingga modal luar bisa
tabungan yang cukup tinggi ditekan dan koperasi bisa menekan
dikarenakan koperasi lebih biaya bunga. Disini selisih bunga
mengutamakan kesejahteraan simpanan dengan bunga pinjaman
anggota, yang menabung tertarik sangat sedikit, menurut saya hal
karena bunganya tinggi, yamg yang paling aman dilakukan
meminjam tertarik karena bunganya dengan menaikkan bunga pinjaman
keci, sehingga anggota dapat menjadi 1,2% atau 1,3% maka
merasakan manfaat dari koperasi. pendapatan akan semakin besar.”
Semua biaya yang dikeluarkan Hal senada dikatakan oleh Bapak Agus
untuk kelangsungan hidup koperasi Hartawan selaku sekretaris KPRI Bhakti
dan kesejahteraan anggota. Husada, beliau menyatakan bahwa:
Lagipula walaupun realisasi “Hal yang perlu dilakukan menurut
koperasi tidak sesuai dengan saya dengan menekan biaya-biaya
rencana pendapatan dan biaya, itu yang tidak perlu, sehingga ini akan
tidak mengurangi SHU yang dapat mempengaruhi pengeluaran
didapat.” koperasi selama setahun. Selain itu
Dari pernyataan tersebut menyatakan biaya yang dirasa terlalu tinggi
bahwa kesenjangan anggaran pada KPRI seperti biaya RAT perlu ditekan
Bhakti Husada tidak memilik dampak yang guna menurunkan biaya
besar bagi SHU sendiri karena jika dilihat operasional koperasi.”
dari laporan keuangan KPRI Bhakti Berdasarkan kutipan tersebut dengan
Husada bahwa SHU pada tahun 2013 menekan biaya yang tidak perlu akan
hingga 2015 semakin meningkat, yaitu dapat menurunkan biaya operasional
masing-masing sebesar Rp. sehingga kesenjangan anggaran dapat
118.507.212,29 pada tahun 2013, Rp. diatasi. Hal ini senada dengan teori yang
199.857.000,46 pada tahun 2014 dan Rp. diungkapkan oleh Ernawati (2000) yang
279.405.301,99 pada tahun 2015. Selain menyatakan bahwa pengurangan biaya
itu, kesenjangan anggaran ini juga tidak ditujukan pada usaha-usaha untuk
mempengaruhi kinerja KPRI Bhakti mengurangi atau menekan biaya melalui
Husada, hal tersebut dapat dilihat dari penyempurnaan metode-metode yang
kesehatan laporan keuangan yang masih digunakan, pendekatan-pendekatan baru
efisien yaitu sebesar 71,05% pada tahun dan pengaturan kerja yang lebih baik agar
2014 dan 66,53% pada tahun 2015 dan hasil produksi yang lebih bermutu.
juga penerimaan SHU yang terus
meningkat dari tahun 2013 sampai dengan PENUTUP
2015. Simpulan
Walaupun kesenjangan anggaran ini Berdasarkan hasil penelitian yang telah
tidak memberikan dampak yang negatif dilakukan oleh penulis, serta pembahasan
baik dari kesejahteraan anggota maupun tentang analisis antara realisasi dan
kinerja koperasi, dirasa perlu melakukan anggaran pada KPRI Bhakti Husada, maka
upaya untuk mencegah adanya penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
kesenjangan anggaran ini. Menurut Bapak berikut:
Ketut Artana selaku bendahara KPRI 1. Anggaran yang dibuat oleh KPRI
Bhakti Husada, beliau menyatakan bahwa: Bhakti Husada disusun melalui integrasi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)

dan koordinasi diantara pengurus dan 3. Cara mengatasi kesenjangan


anggota yang berazaskan kekeluargaan. anggaran tersebut dengan menekan biaya
Adapun prosedur penyusunan anggaran yang tidak perlu akan dapat menurunkan
pada KPRI Bhakti Husada dimulai dari biaya operasional sehingga kesenjangan
Bendahara menyiapkan laporan hasil anggaran dapat diatasi.
evaluasi pelaksanaan dan realisasi RAPB
dan Renja pada tahun sebelumnya melalui Saran
rapat internal yang dilaksanakan oleh Untuk penyusunan anggaran pada
pengurus, kemudian tahap kedua KPRI Bhakti Husada yang lebih sempurna
menyusun RAPB dan renja berdasarkan hendaknya dilakukan analisis yang lebih
hasil rapat yang dilaksanakan oleh cermat terhadap penyimpangan yang
bendahara dan mengkompilasikan rencana terjadi antara anggaran dengan
tersebut menjadi anggaran berdasarkan realisasinya untuk perbaikan penyusunan
skala prioritas, tahap ketiga ketua menilai Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya
dan mengkoreksi RAPB dan renja tersebut, (RAPB) serta Rencana Kerja pada tahun
selanjutnya jika ketua menyetujui RAPB berikutnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
dan Renja ketua akan mengesahkan RAPB menelusuri penyebab terjadinya tingginya
dan renja tersebut, namun jika tidak realisasi dari rencana yang telah
bendahara akan memperbaiki kembali dianggarkan tersebut.
sesuai dengan hasil koreksi oleh ketua
kemudian bendahara mengajukan kembali
rencana anggaran kepada ketua KPRI DAFTAR PUSTAKA
Bhakti Husada untuk ditandatangi dan
disahkan oleh badan pengawas dan Darsono, Prawironegoro. 2007. Akuntansi
selanjutnya RAPB dan Renja tersebut Manajemen, Edisi Kedua. Jakarta: Mira
kemudian dilaporkan kepada anggota pada Wacana Media
saat RAT berlangsung.
2. Faktor penyebab terjadinya Ernawati, Zuni Dwi. 2000. Pengendalian
kesenjangan anggaran pada tahun 2013- Biaya Operasional dalam Upaya
2015 yang pertama yaitu sumber Meningkatkan Laba Operasi pada PT.
permodalan pada KPRI Bhakti Husada BPR Pulau Intan Sejahtera Kecamatan
hanya terpaku pada modal dari dalam yaitu Kesamben Kabupaten Blitar. Skripsi.
dari anggota. Modal tersebut dalam bentuk Universitas Muhammadiyah Malang.
simpanan pokok dan simpanan wajib dari
anggota dalam wujud tabungan yang Hansen Dor R dan Mowen, 2004.
dibungai 1% dari jumlah kekayaan yang Akuntansi Manajemen. Jakarta:
dimiliki oleh anggota sehingga biaya Salemba Empat
operasional pada KPRI Bhakti Husada pun
menjadi meningkat, faktor kedua yaitu Munandar, M. 2001. Budgeting
adanya peningkatan untuk beberapa akun (Perencanaan Kerja,
biaya yang dikeluarkan KPRI Bhakti Pengkoordinasian Kerja,
Husada, akibatnya SHU yang didapat oleh Pengawasan Kerja). Yogyakarta:
KPRI Bhakti Husada akan semakin BPFE.
berkurang, hal tersebut tentunya akan
berpengaruh terhadap jumlah modal yang Rahayu, Sri dan Racham, Andry Arfian.
akan berkurang juga. Dan faktor yang 2013. Penyusunan Anggaran
terakhir yaitu selisih bunga simpanan Perusahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
dengan bunga pinjaman pada KPRI Bhakti
Husada sangat kecil hanya 0,1%. Hal ini Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar
akan mengakibatkan pendapatan koperasi Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
menjadi sedikit, belum lagi ditambah Keempat, Cetakan Ketujuh.
dengan pengeluaran-pengeluaran yang Yogyakarta: BPFE
tinggi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian


Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai