e-mail: {laksmitaayudiasari@gmail.com ,
anantawikrama_t_atmadja@yahoo.com , gdadi_ak@yahoo.com}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur penyusunan anggaran pada
KPRI Bhakti Husada, untuk mengetahui faktor penyebab tidak terealisasi pendapatan
dan biaya tahun 2013-2015 dengan yang telah dianggarkan dan untuk mengetahui
cara mengatasi kesenjangan anggaran pada KPRI Bhakti Husada. Penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif karena penelitian yang dilakukan bersifat menyeluruh
dan berasal dari kata-kata para informan.
Hasil penelitian ini yaitu prosedur penyusunan anggaran pada KPRI Bhakti
Husada menggunakan metode bottom-up approach yang berarti bendahara
mengajukan rencana anggaran pendapatan dan biaya serta rencana kerja kemudian
RAPB dan Renja tersebut akan ditetapkan dan disahkan oleh ketua KPRI Bhakti
Husada. Faktor penyebab terjadinya kesenjangan anggaran pada tahun 2013-2015
yang pertama yaitu sumber permodalan pada KPRI Bhakti Husada hanya terpaku
pada modal dari dalam yaitu dari anggota, faktor kedua yaitu adanya peningkatan
untuk beberapa akun biaya yang dikeluarkan KPRI Bhakti Husada, Dan faktor yang
terakhir yaitu selisih bunga simpanan dengan bunga pinjaman pada KPRI Bhakti
Husada sangat kecil hanya 0,1%.
Abstract
This research aims at knowing the procedure of budgeting arrangement on KPRI
Bhakti Husada, knowing the factor causing unrealized income and expense in year
2013-2015 that has been budgeted, and knowing the ways to overcome unbalanced
budget on KPRI Bhakti Husada. This study belongs to qualitative research because it
is comprehensively done and comes from the of informant’s words.
The result of this research is in form of procedure of budget arrangement on
KPRI Bhakti Husada by using bottom-up approach which means a treasurer
proposes the plan of income budget and expense budget and also work schedule,
next RAPB, and the plan will be accepted and legalized by the chairman of KPRI
Bhakti Husada. The factor causing the unbalanced budget in year 2013-2014 is the
source of financial capital on KPRI Bhakti Husada which fetches up the financial
capital only from intern that is from members.The second factor is that there is rising
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)
on cost account expended by KPRI Bhakti Husada. The last factor is difference of
saving interest and loan interest on KPRI Bhakti Husada is very low only 0,1%.
Tabel 1. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Tahun 2013-2015 pada KPRI Bhakti
Husada
Pendapatan
Tahun Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.)
dan Biaya
Pendapatan 573.750.000,00 508.747.694,27 (65.002.305,8)
2013
Biaya 456.775.000,00 378.240.481,98 78.534.518,1
Pendapatan 591.750.000,00 926.699.879,92 334.949.879.9
2014
Biaya 472.090.000,00 717.575.881,46 (245.485.881,4)
Pendapatan 939.552.121,00 816.200.000,00 207.084.695,00
2015
Biaya 664.100.000,00 573.539.555.01 (194.969.514,00)
Sumber: KPRI Bhakti Husada, Tahun 2016 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 1 diatas kesenjangan anggaran tahun 2013-2015
mencermin kan bahwa terjadinya realisasi pada KPRI Bhakti Husada?
pendapatan dan biaya yang lebih tinggi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dari anggarannya. Mengingat pentingnya mengetahui prosedur penyusunan
tingkat anggaran yang sesuai dengan anggaran pada KPRI Bhakti Husada,
tingkat realisasinya, maka KPRI Bhakti untuk mengetahui faktor penyebab tidak
Husada perlu menekan biaya-biaya yang terealisasi pendapatan dan biaya tahun
dikeluarkan dalam operasionalisasi 2013-2015 pada KPRI Bhakti Husada
koperasi yang selanjutnya mengarah pada sesuai dengan yang telah dianggarkan,
efisiensi koperasi, karena hal tersebut dan untuk mengetahui cara mengatasi
sangat dibutuhkan demi tercapainya kesenjangan anggaran tahun 2013-2015
tujuan koperasi yaitu mensejahterakan pada KPRI Bhakti Husada.
anggota. Adapun kajian teori yang digunakan
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam penelitian ini meliputi Akuntansi,
maka rumusan masalah dalam penelitian Anggaran, Realisasi Anggaran,
ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana Pendapatan, Biaya, Teori Agensi, Teori
prosedur penyusunan anggaran pada Sinyaling dan Koperasi.
KPRI Bhakti Husada?, (2) Mengapa
pendapatan dan biaya tahun 2013-2015 METODE
pada KPRI Bhakti Husada tidak terealisasi Penelitian ini dilakukan pada Koperasi
sesuai dengan yang telah dianggarkan?, Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Bhakti
(3) Bagaimana cara mengatasi Husada yang beralamat di jalan Veteran
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)
Bapak Suasa Giri selaku ketua KPRI Tahap 2: Menyusun RAPB dan renja
Bhakti Husada menyatakan bahwa: berdasarkan hasil rapat yang
“Pada saat rapat internal, bendahara dilaksanakan oleh bendahara dan
menyiapkan laporan hasil evaluasi mengkompilasikan rencana tersebut
pelaksanaan dan realisasi RAPB dan menjadi anggaran berdasarkan skala
Renja pada tahun yang akan datang yang prioritas.
dihadiri oleh ketua. Kemudian bendahara Tahap 3: Ketua menilai dan
menyusun anggaran pendapatan dan mengkoreksi RAPB dan renja tersebut.
biaya sesuai dengan yang telah Tahap 4: Jika ketua menyetujui RAPB
disepakati, setelah itu anggaran di dan Renja ketua akan mengesahkan
kompilasikan menjadi skala prioritas RAPB dan renja tersebut, namun jika tidak
kepada ketua dan seluruh pengurus, jika bendahara akan memperbaiki kembali
masih ada revisi dari ketua, bendahara sesuai dengan hasil koreksi oleh ketua.
memperbaiki rencana anggaran tersebut Tahap 5: Bendahara
menjadi lebih baik. Setelah revisi, menyempurnakan draft perbaikan rencana
bendahara mengajukan rencana anggaran pendapatan dan biaya KPRI Bhakti
tersebut untuk disahkan oleh ketua dan Husada.
tim pengawas. Setelah semua sudah baik Tahap 6: Bendahara kemudian
menurut ketua, RAPB dan Renja tersebut mengajukan kembali rencana anggaran
kemudian dilaporkan kepada anggota kepada ketua KPRI Bhakti Husada untuk
pada saat RAT berlangsung.” ditandatangi dan disahkan oleh badan
Pernyataan dari Bapak Suasa Giri pengawas. Tahap 7: RAPB dan Renja
mengartikan bahwa yang terlibat dalam tersebut kemudian dilaporkan kepada
penyusunan anggaran pada KPRI Bhakti anggota pada saat RAT berlangsung.
Husada adalah bendahara sedangkan
ketua yang memberi bimbingan dan Faktor Penyebab Tidak Terealisasi
bertanggungjawab dalam penyusunan Pendapatan dan Biaya Tahun 2013-
anggaran. Hal tersebut sejalan dengan 2015 pada KPRI Bhakti Husada Sesuai
teori yang diungkapkan oleh Munandar dengan yang Telah Dianggarkan.
(2001: 17) yang menyatakan bahwa dalam Setelah diadakan penelitian di
penyusunan anggaran, yang berwenang lapangan mengenai fenomena
dan bertanggung jawab atas penyusunan permasalahan yang terjadi pada KPRI
anggaran serta kegiatan penganggaran Bhakti Husada yaitu adanya ketimpangan
lainnya adalah di tangan pimpinan antara anggaran pendapatan dan biaya
tertinggi perusahaan. Berikut merupakan dengan realisasinya, anggaran pada tahun
gambaran mengenai prosedur periode 2013 sampai tahun 2015 tidak
penyusunan anggaran pada KPRI Bhakti dapat mencapai target yang direncanakan,
Husada , yaitu: dimana realisasi anggaran lebih besar dari
Tahap 1: Bendahara menyiapkan anggaran yang ditetapkan.Berikut ini
laporan hasil evaluasi pelaksanaan dan merupakan perbandingan antara
realisasi RAPB dan Renja pada tahun anggaran pendapatan dan realisasi
sebelumnya melalui rapat internal yang pendapatan yang terdapat pada KPRI
dilaksanakan oleh pengurus. Bhakti Husada:
Tabel 2. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Pendapatan Tahun Periode 2013-2015
pada KPRI Bhakti Husada
Tahun Anggaran Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.) Persentase
(Rp.) (%)
2013 573.750.000,00 508.747.694,27 (65.002.305,8) -11,32%
2014 591.750.000,00 926.699.879,92 334.949.879.9 56,60%
2015 939.552.121,00 1.146.636.816,00 207.084.695,00 22,04%
Sumber: KPRI Bhakti Husada, Tahun 2016 (data diolah)
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa 2015. Menurut Bapak Suasa Giri selaku
pada tahun 2013 anggaran lebih besar ketua koperasi mengatakan:
daripada realisasi biaya sebesar “Karena adanya biaya-biaya yang
Rp78.534.518,1. Selisih disini terlihat tidak terduga atau meningkat yang
bahwa realisasi lebih rendah pada rincian tidak sesuai dengan rencana,
setiap biaya yang dikeluarkan KPRI Bhakti seperti misalnya misalnya
Husada, hal ini terjadi karena beberapa meningkat nya biaya RAT dan juga
biaya yang dianggarkan terlalu besar dari meningkatnya pengeluaran untuk
realisasi yang ada. membayar pajak.”
Pada tahun 2013 dianggap Hal ini berarti, realisasi lebih besar dari
menguntungkan untuk koperasi. Hal ini yang telah dianggarakan karena adanya
menunjukkan bahwa anggaran yang biaya yang meningkat dan biaya yang tidak
disusun oleh KPRI Bhakti Husada terduga dari tahun sebelumnya. Selain itu
berfungsi secara efektif. Pada tahun 2014 faktor kedua yang menjadi penyebab
dan 2015 menunjukkan bahwa realisasi tingginya realisasi biaya dari yang
biaya yang tinggi dari anggaran yang telah dianggarkan yaitu meningkatnya beberapa
dibuat, persentasenya mencapai 51,99% pos biaya operasional pada KPRI Bhakti
pada tahun 2014 dan 29,35% pada tahun Husada, hal ini diperkuat dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)
Ketut Artana selaku bendahara KPRI yang terdiri dari simpanan pokok dan
Bhakti Husada, sebagai berikut: simpanan wajib.”
“Pada tahun 2015 ada beberapa Hal ini berarti sumber permodalan pada
biaya yang mengalami peningkatan KPRI Bhakti Husada hanya terpaku pada
yang tinggi jika dibandingkan modal dari dalam yaitu dari anggota. Modal
dengan tahun 2014 misalnya biaya tersebut dalam bentuk simpanan pokok
listrik, kemudian biaya banten dan dan simpanan wajib dari anggota dalam
biaya untuk RAT. Pada tahun 2014 wujud tabungan yang dibungai 1% dari
itu ada perbaikan untuk printer yang jumlah kekayaan yang dimiliki oleh
rusak, jadi biaya pada tahun 2014 anggota. Hal ini tidak sejalan dengan
menjadi bertambah.” pernyataan pada Undang-Undang No. 25
Pendapat lain diungkapkan lagi oleh Tahun 1992 menyatakan bahwa sumber
Bapak Agus Hartawan selaku bendahara modal koperasi bisa didapat dari luar
KPRI Bhakti Husada mengenai faktor koperasi misalnya pinjaman dari koperasi
penyebabnya, yaitu sebagai berikut: lain, pinjaman dari bank dan lembaga
“Menurut saya disini karena adanya keuangan, penerbitan obligasi dan surat
selisih bunga yang dibayar dengan hutang lainnya yang sah. Penelitian ini
bunga yang didapat itu kecil hanya sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh
sekitar 0,1%. Disini anggota Prawironegoro (2007) yang menyatakan
meminta agar bunga simpanan bahwa manajemen keuangan merupakan
dapat dinaikkan kembali, tapi aktivitas pemilik dan manajemen
menurut saya jika bunga simpanan perusahaan untuk memperoleh modal
dinaikkan maka bunga pinjaman semurah-murahnya dan menggunakan
pun akan naik juga, nah ini akan seefektif, efisie dan seproduktif untuk
membawa dampak buruk untuk menghasilkan laba.
koperasi karena anggota yang Jadi dapat disimpulkan bahwa KPRI
meminjam disini akan semakin Bhakti Husada juga dapat mencari sumber
berkurang.” modal dari luar koperasi sepanjang dapat
Jadi faktor ketiga yaitu selisih bunga memberikan keuntungan bagi KPRI Bhakti
simpanan dengan bunga pinjaman pada Husada sendiri, jika koperasi mampu
KPRI Bhakti Husada sangat kecil, hanya mendapatkan sumber dana murah dari luar
sebesar 0,1%. maka biaya operasionalpun bisa ditekan
Faktor penyebab tingginya realisasi terutama dari biaya bunga.
pendapatan dan biaya dari yang telah 2. Meningkatnya Biaya Operasional
dianggarkan yaitu: Dalam aktivitas operasional koperasi,
1. Modal KPRI Bhakti Husada hanya biaya merupakan faktor yang
Modal Sendiri dipertimbangkan KPRI Bhakti Husada
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun untuk memenuhi segala kebutuhan
1992 tentang Perkoperasian, sumber- aktivitas koperasi tersebut. Biaya yang
sumber modal koperasi terdiri dari modal dikeluarkan KPRI Bhakti Husada
sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri merupakan rencana tertulis yang
terdiri dari modal anggota baik yang dianggarkan KPRI Bhakti Husada untuk
bersumber dari simpanan pokok, simpanan memperlancar dan melangsungkan proses
wajib, modal penyertaan, modal operasional koperasi. Menurut Hansen dan
sumbangan, dana cadanga dan SHU yang Mowen (2004:40) biaya merupakan kas
belum dibagi. Sedangkan modal pinjaman atau nilai ekuivalen yang dikorbankan
diperoleh dari pinjaman anggota, pinjaman untuk mendapatkan barang dan jasa yang
koperasi lain, pinjaman dari lembaga diharapkan member manfaat saat ini atau
keuangan, obligasi serta surat utang. di masa yang akan datang bagi organisasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ada biaya yang bisa ditekan dan juga ada
Bapak Suasa Giri selaku ketua KPRI yang tidak, serta ada biaya yang
Bhakti Husada menyatakan bahwa: mengalami peningkatan yang bertujuan
“Kami tidak mengambil modal dari luar, untuk kesejahteraan anggota, karena
semua modal kami berasal dari anggota sesuai pada prinsipnya bahwa koperasi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)