Anda di halaman 1dari 16

BAB II LANDASAN

TEORI

A. Anggaran

1. Pengertian Anggaran

Menurut Supriyono (2000) anggaran adalah rencana terinci yang disusun

secara sistematis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya

dalam satuan uang yang menunjukkan perolehan atau penggunaan sumber-sumber

suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.

Menurut Soemarso (2002) anggaran adalah sarana untuk menjabarkan tujuan

perusahaan dalam jangka waktu tertentu di masa datang, analisis dan

pengontrolannya.

Dari dua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anggaran

merupakan sarana untuk menjabarkan tujuan perusahaan serta perencanaan yang

sekaligus dipakai dasar sistem pengendalian keuangan perusahaan untuk jangka

waktu yang akan datang.

Menurut Mulyadi (2001) anggaran yang baik memiliki karakteristik sebagai

berikut :

a. Anggaran disusun berdasarkan program.

Penyusunan program merupakan proses pengambilan keputusan mengenai

program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan dan penafsiran sumber

5
yang dialokasikan kepada setiap program.

b. Anggaran disusun berdasarkan pusat pertanggung jawaban.

Setiap pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi memiliki

tipe yang berbeda maka penyusunan anggaran tiap pusat pertanggungjawaban

harus disesuaikan dan tipe masing-masing, sehingga memberikan pedoman

agar biaya sesungguhnya tidak melebihi jumlah yang telah disetujui dalam

anggaran.

c. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

Untuk menghasilkan anggaran yang dapat berfungsi sebagai alat

perencanaan, pengendalian maka dalam penyusunan anggaran harus

memenuhi syarat :

- Partisipasi dari para pimpinan pusat pertanggungjawaban.

- Organisasi anggaran.

- Penggunaan informasi akuntansi berperan dalam proses penyusunan

anggaran sebagai pengukur kinerja dalam melaksanaan anggaran.

2. Manfaat Anggaran

Menurut Soekarno (2002) manfaat anggaran adalah :

a. Manajemen dapat menetapkan antisipasi kinerja mana yang terbaik berdasar

berbagai alternative perencanaan sebelum pelaksanaannya.

5
b. Akurasi dalam penyusunan anggaran sangat dibutuhkan dan pengkajian

sangat bermanfaat bagi manajemen walaupun anggaran yang bersangkutan

belum dijalankan secara sempurna.

c. Manajemen bisa mengukur tinggi rendahnya prestasi yang dihasilkan karena

operasi anggaran pada standar kinerja (standard of performance).

d. Anggaran organisasi berkaitan dengan kewenangan (authority) dan

tanggungjawab (responsibility). Implikasinya bila terjadi sesuatu yang tidak

sesuai rencana maka manajemen bisa menunjuk pimpinan unit kerja mana

yang harus bertanggungjawab.

B. Anggaran Sekolah (RKAS)

RKAS disusun berdasarkan hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil

sekolah dengan kondisi ideal yang diharapkan dengan memperhatikan skala

prioritas. Menurut (Muhaimin 2009) RKAS disusun dengan tujuan sebagai

berikut:

1. menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang ditetapkan dapat dicapai dengan

tingkatan kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil.

2. mendukung koordinasi antar pelaku sekolah.

3. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku

sekolah dan/atau antara sekolah dan Dinas Pendidikan.

5
4. menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan

pengawasan.

5. mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat.

6. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

berkeadilan, dan berkelanjutan.

Oleh sebab itu, dalam penyusunan RKAS juga harus menerapkan prinsip-prinsip

berikut:

1. demand driven (berdasarkan kebutuhan)

2. data driven, realistik sesuai dengan hasil analisis konteks

3. dapat memperbaiki prestasi belajar peserta didik

4. membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan)

5. sistematis, terarah, terpadu (saling terkait & sepadan), dan menyeluruh

6. tanggap terhadap perubahan

7. bersifat partisipasif, keterwakilan, dan transparansi,

8. berdasarkan pada hasil review dan evaluasi.

Muhaimin juga mengungkapkan bahwa dalam menyusun Rencana

Anggaran Sekolah, ada empat langkah yang harus dilakukan, antara lain:

a) Menyusun rencana biaya

b) Menyusun rencana biaya dan pendapatan

c) Menyesuaikan rencana dengan sumber pendanaan

d) Menyusun rencana anggaran sekolah

5
RKAS memuat rencana dan pertanggungjawaban kegiatan, perincian program,

perincian kebutuhan barang dan sarana serta jumlah anggaran menyeluruh

serta keterkaitannya dengan kegiatan pada periode tertentu, sumber dana yang

terdiri dari jumlah sumber dana dan perinciannya.

Nanang Fattah (2000) mengatakan bahwa anggaran biaya pendidikan

terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan

dan anggaran pengeluaran. Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang

diperoleh setiap tahun oleh sekolah, baik rutin maupun insidental, yang diterima

dari berbagai sumber resmi. Sedangkan anggaran pengeluaran adalah jumlah

uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di

sekolah.

C. Pengelolaan Anggaran Sekolah

Suharsimi Arikunto (2003) menyatakan bahwa dalam pengertian umum

keuangan, kegiatan pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu: (1) penyusunan anggaran

(budgeting), (2) pembukuan (accounting), dan (3) pemeriksaan (auditing).

Menurut E. Mulyasa (2006) mengemukakan bahwa komponen keuangan dan

pembiayaan perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat

dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

Manajemen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai tahap

penyusunan anggaran, penggunaan,sampai pengawasan dan pertanggungjawaban

5
sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar

dimanfaatkan secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran-kebocoran.

Dalam pengelolaan dana pendidikan menurut PP no 48 Tahun 2008

pasal 59, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan antara lain:

a. Prinsip keadilan

Prinsip keadilan dilakukan dengan memberikan akses pelayanan

pendidikan yang seluas-luasnya dan merata kepada peserta didik, tanpa

membedakan latar belakang suku, ras, agama, jenis kelamin, dan kemampuan

atau status sosial ekonomi.

b. Prinsip efisiensi

Prinsip efisien dilakukan dengan mengoptimalkan akses, mutu, relevansi,

dan daya saing pelayanan pendidikan.

c. Prinsip transparansi

Prinsip transparansi dilakukan dengan memenuhi asas kepatutan dan tata

kelola yang baik oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara

pendidikan yang didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan sehingga:

1. Dapat diaudit atas dasar standar audit yang berlaku, dan menghasilkan

opini audit wajar tanpa perkecualian.

2. Dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pemangku

kepentingan pendidikan.

d. Prinsip akuntabilitas publik

5
Prinsip akuntabilitas publik dilakukan dengan memberikan

pertanggungjawaban atas kegiatan yang dijalankan oleh penyelenggara

atau satuan pendidikan kepada pemangku kepentingan pendidikan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut (Mulyono 2010) tujuan utama pengelolaan dana pendidikan

khususnya keuangan sekolah adalah:

a. Menjamin agar dana yang tersedia dipergunakan untuk harian sekolah dan

menggunakan kelebihan dana untuk diinvestasikan kembali.

b. Memelihara barang-barang (aset) sekolah.

c. Menjaga agar peraturan-peraturan serta praktik penerimaan, pencatatan, dan

pengeluaran uang diketahui dan dilaksanakan

D. Sumber Anggaran Sekolah

Menurut (Krismiaji dan Aryani 2011), anggaran dibuat berdasarkan data

yang dikumpulkan, dianalisa, dan diikhtisarkan oleh akuntan manajemen. Dalam

anggaran terdapat uraian tentang rencana-rencana kegiatan yang akan

dilaksanakan dan tujuan yang ingin dicapai dalam periode tertentu.

Sekolah dapat merencanakan sumber dana anggaran untuk

mengimplementasikan rencana kegiatan yang sudah disusun. Sumber dana dapat

diperoleh dari dana rutin atau daerah (provinsi dan kabupaten/kota), dari pusat,

dari komite sekolah, atau dari sumber dana lainnya. Sesuai dengan Pasal 46 Ayat

5
1 UU No. 20 Tahun 2003, pendanaan pendidikan menjadi tanggung-jawab

bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Pemerintah

membantu penyelenggaraan pendidikan di sekolah melalui program Bantuan

Operasional Sekolah (BOS).

Berdasarkan Permendiknas No. 76 Tahun 2012 tentang petunjuk teknis

penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan dana BOS, bahwa BOS SMA

merupakan program Pemerintah berupa pemberian dana langsung ke SMA baik

negeri maupun swasta dimana besaran dana bantuan yang diterima sekolah

dihitung berdasarkan jumlah siswa masing-masing sekolah dan satuan biaya

(unit cost). Dana BOS SMA digunakan untuk membantu sekolah memenuhi

biaya operasional non personalia. Pertanggungjawaban keuangan dana BOS

dilaksanakan dengan tertib administrasi, transparan, akuntabel, tepat waktu, dan

terhindar dari penyimpangan. Tujuan pemberian dana BOS adalah untuk

mewujudkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu bagi semua

lapisan masyarakat. Untuk tujuan secara khusus dana BOS sebagai berikut:

1. Membantu biaya operasional sekolah.

2. Mengurangi angka putus sekolah SMA.

3. Mewujudkan keberpihakan pemerintah (affirmative action) bagi siswa

miskin di bidang pendidikan SMA melalui membebaskan (fee waive) dan/atau

membantu (discount fee) tagihan biaya sekolah bagi siswa miskin.

5
4. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin

SMA untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu.

Anggaran yang berasal dari masyarakat, maka sekolah dapat bekerja sama

dengan stakeholder sekolah, yang salah satunya adalah komite sekolah. Menurut

Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan Pasal 2

ayat 1 “Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara

Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat”. Masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. penyelenggara atau satuan pendidikan yang

didirikan masyarakat b. peserta didik, orang tua atau wali peserta didik dan c.

pihak lain selain yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang mempunyai

perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

Tujuan pemerintah membentuk komite sekolah antara lain adalah untuk:

a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan.

b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel dan demokratis dalam

penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan di satuan pendidikan.

Komite sekolah merupakan organisasi sosial yang berfungsi sebagai

wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam peningkatan mutu pendidikan,

5
yang pembentukannya berdasarkan Surat Keputusan Mendiknas No 44/U/2002

tentang pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah. Keberadaan komite

sekolah diharapkan lebih aktif berperan dalam peningkatan mutu pendidikan.

Komite sekolah berperan dan berfungsi sebagai mitra sejajar dengan

sekolah, sebagai pemberi pertimbangan, pendukung serta pengontrol, yang

semuanya berkaitan dengan penetuan, pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan

disatuan pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Anggaran

yang dihimpun dari komite sekolah dipergunakan untuk:

a. Peningkatan mutu pendidikan.

b. Kegiatan kesiswaan dan pembinaan Imtaq.

c. Pengadaan / perbaikan sarana dan prasarana.

d. Kegiatan operasional sekolah.

E. Pengawasan Pengelolaan Anggaran Sekolah

Kegiatan pengawasan merupakan kegiatan yang bertujua untuk mengurangi

atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang,

kebocoran dan pemborosan keuangan negara, pungutan liar dan bentuk

penyelewengan lainnya Depdiknas (2010). Dalam Permendiknas No. 19 Tahun

2007 pada Lampiran Bagian C butir 1.d menyatakan bahwa pengawasan

pengelolaan sekolah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan

tindak lanjut hasil pengawasan. Kegiatan pengawasan ini dapat dilakukan baik

5
secara periodik maupun sewaktu-waktu, tetapi dengan tetap menggunakan prinsip

pengawasan seperti yang dikemukakan oleh Sahertia dan Mataheru (1982), yaitu:

(1) Ilmiah, dilakukan secara sistematis, objektif, dan menggunakan instrumen

(2) Demokratis, menjunjung tinggi musyawarah dan memiliki jiwa kekeluargaan

(3) Kooperatif, seluruh personil sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan

usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik

(4) Konstruktik dan kreatif, membina guru serta mendorong untuk aktif

menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan nyaman.

Pengawasan anggaran pada dasarnya merupakan aktivitas menilai, baik

catatan, dan prosedur-prosedur dalam mengimplementasikan anggaran, apakah

sesuai dengan peraturan, kebijakan, dan standar-standar yang berlaku. Proses

pengawasan dapat melihat ada tidaknya penyimpangan, yaitu :

1) Pemeriksaan yang ditujukan pada bukti-bukti dokumen asli, penerimaan, dan

pengeluaran serta saldo akhir yang dicocokan dengan temuan hasil audit.

2) Bila terdapat penyimpangan, dapat dilanjutkan dengan pengusutan. Bila tidak

ada penyimpangan, dilakukan pembinaan ke arah yang lebih baik.

Pengawasan keuangan dapat dilakukan secara internal yang dilakukan oleh

kepala sekolah beserta warga sekolah lainnya dengan pihak penyelenggara

sekolah. Pengawasan eksternal dapat dilakukan oleh pengawas fungsional, seperti

pengawas sekolah, inspektorat wilayah/ Badan Pengawas Daerah, BPKP, dan

lembaga keuangan lainnya. Selain itu, pengawasan dilakukan oleh lembaga

5
swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dalam bidang pendidikan atau akuntan

publik.

F. Laporan Realisasi Pengelolaan Anggaran Sekolah

Laporan pengelolaan anggaran disusun untuk menyediakan informasi yang

relevan mengenai posisi anggaran dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu

entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Public Sector Committee IFAC

(1996) menyebutkan tujuan pelaporan keuangan sektor publik secara umum

adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dan memenuhi kebutuhan

pengguna.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan menyebutkan bahwa setiap entitas pelaporan mempunyai

kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang

dicapai dalam pelaksanaan kegiatan, secara sistematis dan terstruktur pada suatu

periode pelaporan dengan prinsip transparansi, akuntabilitas, efektifitas dan

efisiensi.

a. Transparansi

Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen

berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga

pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya

keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu

5
keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan

pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak

yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat

diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan

pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah.

Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik

antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui

penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh

informasi yang akurat dan memadai.

Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga

sekolah dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan

belanja sekolah (RAPBS) bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru

atau di depan ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan

informasi itu dapat dengan mudah mendapatkannya. Orang tua siswa bisa

mengetahui berapa jumlah uang yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan

digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah

kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah.

b. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena

kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan

yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen

5
keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan

sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan

yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah

membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat

dilakukan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama

yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya

transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan

mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah , (2) adanya

standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas,

fungsi dan wewenangnya, (3) adanya partisipasi untuk saling menciptakan

suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur

yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan yang cepat

c. Efektivitas

Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan. Garner(2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena

sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada

kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga. Effectiveness

”characterized by qualitative outcomes”. Efektivitas lebih menekankan pada

kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip

efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk

membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang

5
bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan.

d. Efisiensi

Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efficiency

”characterized by quantitative outputs” Gamer (2004). Efisiensi adalah

perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau

antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu,

biaya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, pelaporan keuangan

pemerintah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan

dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi,

sosial, maupun politik dengan:

a) Menyediakan informasi tentang kecukupan pendapatan untuk membiayai

seluruh belanja.

b) Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya

ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan

perundang-undangan.

c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang

digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.

d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai

seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.

5
e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas

pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka

pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak

dan pinjaman.

f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,

apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang

dilakukan selama periode pelaporan.

Anda mungkin juga menyukai