Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN KEBERISHAN DIRI DAN LINGKUNGAN

DENGAN KAJADIAN PENYAKIT HERPES ZOSTER PADA

ANAK ASRAMA MARIA SEMARANG

Disusun Oleh:

Margareta Cinda A. 201611026

S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES SANTA ELISABETH SEMARANG

2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insiden herpes tersebar merata di seluruh dunia dan dapat muncul

sepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim. Menurut WHO dua

pertiga manusia di seluruh dunia ternyata memiliki virus herpes sangat

menginfeksi. Lebih dari 3,7 miliar orang di bawah usia 50 menderita virus

herpes yang menyebabkan luka-luka pada kulit. Ini merupakan kali

pertamanya WHO mengestimasi prevalensi global penyakit herpes.

Berdasarkan studi di Eropa dan Amerika Utara, diperkirakan ada sekitar

1,5-3 per 1000 orang per tahun pada segala usia (Gnann dan Whitley, 2002).

Menurut data dari Biro Pusat Statistik, penelitian di indonesia tahu 2005

menemukan sebanyak 86,9% menderita penyakit herpes baik herpes

simplex dan herpes zoster. Sejauh ini, prevalensi herpes zoster dari 13

rumah sakit di indonesia sepanjang 2011 hingga 2013 mencapai 2.232

kasus. Pada anak asrama maria semarang sekitar 42 orang pernah menderita

penyakit herpes. Dan itu tidak di ketahui penyababnya.

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus

varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan

reaktivitas virus yang terjadi setelah infeksi primer. Kadang-kadang infeksi

primer berlangsung subklinis. Frekuensi penyakit pada pria dan wanita

sama, lebih sering mengenai usia dewasa.i


Kulit adalah organ terbesar tubuh, membentuk 15% dari seluruh

berat badan organ dewasa (Wysocki,2007).ii Kulit merupakan pembungkus

yang elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Salah satu

bagian tubuh manusia yang sangat cukup sensitif terhadap berbagai macam

penyakit adalah kulit. Kulit merupakan organ tubuh terbesar dengan fungsi

utamanya sebagai pelindung antara tubuh bagian dalam dan lingkungan

luar. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek bagi kulit.

Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber

munculnya barbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap,

2000).

Banyak dampak dari gangguan kesehatan yang di derita seseorang

karena kebersihan diri yang tidak baik yaitu ada dampak fisik (gangguan

integritas kulit, kaki, tangan, kuku dan rambut) dan adanya gangguan

psikososial, kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,

aktualisasi diri menurun, dan gangguan dalam interaksi sosial) (Laily Isro’in

& Sulistyo Andarmoyo, 2012). Kebersihan diri atau disebut juga dengan

personal hygiene. Kebersihan diri adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Dari perilaku tersebut di dapatkan bahwa respon seseorang terhadap

kebersihan diri akan berkaitan dengan sakit dan penyakit (Tarwoto

Wartonah, 2006).iii

Perilaku kesehatan dalam menjaga kebersihan diri merupakan bagian

dari kebutuhan dasar manusia. Masalah kesehatan sangat kompleks dan


saling berkaitan dengan masalah-masalah di luar kesehatan itu sendiri.

Demekian pula untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya

dilihat dari segi kesehatan itu sendiri tapi harus dari seluruh segi yang ada

pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 1997)iv. Keadaan

perumahan atau pemukiman adalah salah satu faktor yang menentukan

keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan, tempat dimana hygiene dan

sanitasi lingkungan diperbaiki, mortalitas menurun dan wabah berkurang

dengan sendirinya.

Seperti dikemukan WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan

terlalu sempit serta lingkungan yang kurang bersih atau kurang terawat

mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat. Karena

rumah terlalu sempit dan lingkugan kurang bersih maka penularan bibit

penyakit dari manusia satu ke manusia lain akan lebih mudah terjadi

(Entjang, 2000). Jadi kebersihan diri dan lingkungan mempengaruhi

kesehatan dan kebersihan kulit serta dapat menimbulkan berbagai penyakit.

2.1 Rumusan Masalah

Adakah hubungan kebersihan diri dan lingkungan dengan kejadian

herpes zoster pada anak asrama maria Semarang?

3.1 Tujuan

3.1.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui apakah ada hubungan kebersihan diri dan

lingkungan dengan kejadian herpes pada anak asrama maria

Semarang.

3.2.1 Tujuan Khusus

3.2.1.1 Untuk mengetahui adakah hubungan kebersihan diri dan

lingkungan dengan kejadian herpes zoster pada anak asrama

maria Semarang

4.1 Manfaat

4.1.1 Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan meningkatkan ilmu pengetahuan

yang diperoleh dalam pendidikan dan menambah wawasan serta

pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian yang berhubungan

dengan penyakit herpes zoster.

4.1.2 Bagi mahasiswi

Memberikan informasi mengenai Hubungan Kebersihan Diri

dan Kebersihan Lingkungan dengan Kejadian Penyakit Herpes Zoster

dan bagaiman cara mengatasinya atau meminimalisir penyakit herpes

zoster.

4.1.3 Bagi peneliti lain


Sebagai sumber data dasar dan acuan bagi peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian lain.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengertian Penyakit Herpes

Penyakit herpes terdiri dari herpes zoster dan herpes simpleks.

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varisela-

zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan

reaktivitas virus yang terjadi setelah infeksi primer. Kadang-kadang

infeksi primer berlangsung subklinis. Frekuensi penyakit pada pria

dan wanita sama, lebih sering mengenai usia dewasa.v

Sedangkan Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus

herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai

adanya vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa di daerah

mukokutan. Deapat berlangsung primer maupun rekurens. Herpes

simpleks di sebut juga fever blister, cold score, herpes febrilis, herpes

labialis, herpes progenitalis (genitalis).

2.1.2 Kulit

Kulit adalah organ terbesar tubuh, membentuk 15% dari seluruh

berat badan organ dewasa (Wysocki,2007). Kulit memiliki dua

lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Kulit yang utuh melindungi diri

dari cidera kimiawi dan mekanik. Saat kulit cidera, epidermis

berfungsi memberikan permukaan pada lukadan mengembalikan

sawar untuk melawan organisme sementara dermis berfungsi


mengembalikan integritas struktural (kolagen) dan bagian fisik kulit.

Usia membedakan karateristik kulit dan membuat kulit lebih rentan

menghadapi kerusakan.

2.1 Kebersihan Diri

Personal higine berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang

berarti perorangan dan hygiene yang bearti bersih. Kebersihan diri

adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan

seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dari perilaku tersebut

di dapatkan bahwa respon seseorang terhadap kebersihan diri akan

berkaitan dengan sakit dan penyakit (Tarwoto Wartonah, 2006).

Perilaku kesehatan dalam menjaga kebersihan diri merupakan

bagian dari kebutuhan dasar manusia. Banyak dampak dari gangguan

kesehatan yang di derita seseorang karena kebersihan diri yang tidak

baik yaitu ada dampak fisik (gangguan integritas kulit, kaki, tangan,

kuku dan rambut) dan adanya gangguan psikososial, kebutuhan rasa

nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, aktualisasi diri menurun,

dan gangguan dalam interaksi sosial)

2.1.4 Kebersihan Lingkungan

Kebersihan lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang

sehat sehingga tidak mudah terserang penyakit seperti diare, demam,

penyakit kulit, DBD, dan lain-lain. Hal ini dapat di capai dengan

menciptakan suatu lingkungan yang bersih dan nyaman. Menurut

WHO kesehatan lingkungan ialah sebuah kondisi lingkungan yang


bisa menopang keseimbangan ekologi supaya bisa menjamin keadaan

sehat dari setiap manusia.

2.2 Penelitian Terkait

Tabel Penelitian Terkait


Variabel
Nama Judul Variabel Metode Hasil
Independe
Peneliti Penelitian Dependen Penelitian Penelitian
n
Ririn Hubungan Perilaku Kejadian Deskriptif Hasil Chi-
Maulina, Perilaku Kebersihan Dermatitis Korelatif square
Sri Kebersihan Diri di dengan hubungan
Diri dengan Puskesmas pendekatan perilaku
Mulyati
Kejadian Cibiru Kota cross sectional. kebersihan diri
Rahayu, Dermatitis Bandung dengan kejadian
Ade Tika di Tahun 2012 dermatitis di
Herawati Puskesmas puskesmas
Cibiru Kota Cibiru Kota
Bandung Bandung,
Tahun 2012 tersebut
menunjukan
nilai PValue
0,000 kurang
dari 0,05 maka,
Ho ditolak
sehingga dapat
diartikan
terdapat
hubungan antara
perilaku
kebersihan diri
dengan kejadian
dermatitis. Dari
hasil
penghitungan
didapatkan nilai
koefisien
kontingensi
0,457 yang
berarti termasuk
dalam derajat
keeratan agak
rendah.
Sedangkan nilai
odd ratio
didapatkan
9,986, yang
berarti orang
yang memiliki
perilaku
kebersihan diri
kurang 9,986
kali lebih
beresiko terjadi
dermatitis
dibandingkan
dengan orang
yang memiliki
perilaku
kebersihan diri
baik.

Iis Aisyah Hubungan Hygiene Kejadian Penelitian Hasil uji chi-


Sustsina, antara Perorangan Pioderma analitik square
Pasid Hygiene dan observasional menunjukkan
Harlisa, Perorangan Lingkungan dengan desain terdapat
Siti dan case control hubungan
Thomas Lingkungan antara hygiene
Zulaikhah dengan perorangan dan
Kejadian lingkungan
Pioderma dengan
pioderma
(p<0,05). Hasil
uji korelasi
koefisien
kontingensi
menunjukkan
hygiene
perorangan
dengan
pioderma
mempunyai
hubungan
sedang (r =
0,426). Uji
koefisiensi
kontingensi
antara hygiene
lingkungan
dengan
pioderma
diperoleh
kekuatan
korelasi (r)
sebesar 0,279
atau
mempunyai
keeratan
hubungan yang
lemah.

2.3 Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Pada penelitian sebelumnya menggunakan Penelitian Deskriptif

Korelatif dengan pendekatan cross sectional dan Penelitian analitik

observasional dengan desain case control. Pada penelitian saya, saya

menggunakan metode penelitian seperti penelitian yang pertama yaitu

Deskriptif Korelatif dengan pendekatan cross sectional yang membedakan

hanya variabel independent dan dipendentnya.

2.4 Kerangka Teori

Kebersihan Diri Kebersihan Penyakit


Lingkungan Herpes
Zoster

Pengertian
Pengertian

gangguan
kesehatan karena
kebersihan diri
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel dependent


- Kebersihan diri Penyakit Herpes
- Kebersuhan Zoster
lingkungan

3.2 Hipotesis Penelitian

HO : Tidak ada hubungan antara kebersihan diri dan lingkungan dengan

kejadian penyakit herpes zoster

Ha : Terdapat hubungan antara kebersihan diri dan lingkungan dengan

kejadian penyakit herpes zoster

3.3 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif untuk

menggambarkan variabel yang diteliti tanpa menganalisa hubungan antara

variabel dengan pendekatan cross sectional.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah beberapa anak asrama maria Semarang

yang mengalami penyakit herpes zoster.


3.4.2 Sampel

Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari

populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data

atau melakukan pengamatan/pengukuran pada unit ini. Cara

pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan metode

simple rondom sampilng dimana setiap individu dapat dijadikan

sampel tanpa mempertimbangkan karakteristik atau stratifikasi yang

2 σ 2( Z α + Z 1−β )2
1−
dimiliki oleh individu tersebut.vi n= 2

( μ 1−μ2)2

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Asrama Maria Semarang. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2017.

3.6 Variabel dan Definisi Operasional

3.6.1 Variabel Penelitian

3.6.1.1 Variabel Independent

Variabel independent adalah variabel yang

mempengaruhi variabel lain. Variabel independent dalam

penelitian ini adalah kebersihan diri dan lingkungan.


3.6.1.2 Variabel Dependent

Variabel dependent adalah variabel terikat atau variabel

yang dipengaruhi. Variabel dependent dalam penelitian ini

adalah herpes zoster.

3.6.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang di amati, memungkinkan

untuk melakukan observasi fenomena. Definisi operasional ditentukan

berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian.

Karakteristik pengukuran ditentukan sebagai berikut :

Variabel penelitian Definisi Cara ukur Hasil Skala ukur


operasional ukur
Variabel - Kebersihan diri Kuisioner 0 = tidak Nominal
independent : adalah suatu 1 = ya
Kebersihan Diri tindakan untuk
dan Lingkungan memelihara
kebersihan dan
kesehatan
seseorang
untuk
kesejahteraan
fisik dan psikis.
- kesehatan
lingkungan
ialah sebuah
kondisi
lingkungan
yang bisa
menopang
keseimbangan
ekologi supaya
bisa menjamin
keadaan sehat
dari setiap
manusia.
Variabel dependent Herpes zoster Kuisioner 1 = Ya Nominal
: Penyakit Herpes adalah penyakit 0=
Zoster yang disebabkan Tidak
infeksi virus
varisela-zoster
yang menyerang
kulit dan mukosa.

3.7 Instrumen Penelitian

3.7.1 Lembar persetujuan

3.7.2 Lembar kuisioner

3.7.3 Alat tulis

3.8 Prosedur Pengumpulan Data

3.8.1 Mendapatkan perizinan untuk melakukan penelitian di asrama maria

Semarang

3.8.2 Melakukan kontrak waktu penelitian dengan responden

3.8.3 Menjelaskan tujuan dan etika penelitian kepada anak asrama maria

Semarang

3.8.4 Memberikan dan menjelaskan lembar informed consent kepada anak

asrama maria Semarang yang menjadi responden

3.8.5 Mengidentifikasi anak asrama yang mengalami herpes

3.8.6 Melakukan analisa data

3.9 Uji Validitas Dan Reliabilitas

Kuisioner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang

lain dengan makud agar orang bersedia memberikan respon sesuai dengan

permintaan kita. Penelitian sebelumnya menggunakan metode kuesioner


dengan jenis instrument dalam bentuk pertanyaan tertutup. Berdasarkan

hasil uji validitas tersebut didapatkan 10 pertanyaan yang nilainya kurang

dari 0,3 sehingga tidak valid, akhirnya 5 pertanyaan dibuang dan 5

pertanyaan di revisi karena mewakili dari indikator persubvariabel. Hasil uji

validitas instrument dari 28 item pertanyaan yang valid, didapatkan nilai r

hitungnya antara 0.315 sampai dengan 0.874. Sehingga jumlah pertanyaan

yang dipakai dalam instrument penelitian menjadi 33 item pertanyaan. Hasil

reliabilitas didapatkan nilai α = 0.907 untuk jumlah responden sebanyak 18

orang, maka instrument tersebut dikatakan reliabel.

3.10 Analisa Data

3.10.1 Analisa Univariat

Analisis univariat terhadap variabel perilaku kebersihan diri

dan lingkungan serta kejadian herpes.

3.10.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat terhadap hubungan antara perilaku kebersihan

diri dan lingkungan dengan kejadian penyakit herpes pada anak

asrama maria Semarang menggunakan uji chi-square bila sebaran

data normal dan linear sedangkan bila sebaran data tidak normal tapi

linear menggunakan uji sperman, bila seberan data tidak normal dan

tidak linear tidak dilakukan uji korelasi.vii


3.11 Tehnik Pengolahan Data

3.11.1 Editing

Editing merupakan proses memeruksa data yang dikumpulkan.

Editing atau menyunting ini untuk melihat masih adakah informasi

yang tidak lengkap pada lembar observasi. Jika tidak lengkap dan

tidak bisa dilakukan pengambilan data ulang maka data tersebut di

drop out atau dikeluarkan.

3.11.2 Entery Data

Adalah memasukan data ke dalam software komputer untuk

dapat di oleh sesuai dengan tujuan penelitian.

3.11.3 Tabulating

Mengelompokan data dan memproses data dengan membuat

tabulasi dengan tabel frekuensi menurut sifat dan kategorinya.

3.12 Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan permohon izin

kepada Ketua Asrama Maria Semarang. Setelah mendapat persetujuan,

barulah peneliti dapat melakukan penelitian dengan menekankan masalah

etika yang meliputi:

3.12.1 Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada respoden yang akan

diteliti. Responden harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Lembar informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan. Dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi


responden. Tujuan informd consent yaitu agar subjek mengerti

maksud dan tujuan peneliti. Jika subyek bersedia menjadi responden

maka subyek harus menandatangani lembar persetujuan, dan jika

subyek menolak maka peneliti tidak boleh memaksa.

3.12.1 Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar tersebut

menggunakan inisial.

3.12.3 Confidientiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaoprkan pada hasil riset.

3.12.4 Non-maleficience (tidak membahayakan)

Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan

cedera atau stress tambahan maka subyek di keluarkan dari kegiatan

penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres,

maupun kematian subyek penelitian.

3.12.5 Otonomi

Subyek berhak untuk memutuskan apakah dia mau terlibat

dalam penelitian atau tidak. Dan peneliti harus menghargai

keputusan yang telah di buat oleh subyek.


DAFTAR PUSTAKA
i
Mansjoer.Arif. Ed. 2000. Kapita Selekta Kedokteran: Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta.


ii
Perry. Potter. Edisi ke tujuh. 2010. Fundamental Keperawatan. Selemba Medika. Jakarta
iii
Tarwoto Wartonah, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.
iv
Sajida. A. 2012. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Keluhan

Penyakit Kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2012

Handoko R. Penyakit virus. 2007. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.hlm 88-100
v
Mansjoer.Arif. Ed. 2000. Kapita Selekta Kedokteran: Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta.


vi
Dharma. K. K. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan: Trans Info Media. Jakarta
vii
Dahlan. M. S. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Epidemiologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai