Disusun Oleh :
1. Bernadeta Leviana
2. Dewi Murdah Ningrum
3. Khusnul Khotimah
4. Yoan Wili Rosa
5. Elcha Agustin Primarianda
6. Cahyani Selfina Wulandari
7. Devit Fungki Wibowo
8. Dewi Kristinawati
9. Hafshah Agustina Putri
10. Hana Karunia Putri
11. Ike Safira Afta Maulida
12. Ngestining Yekti Agung
13. Nurul Dwi Anggraini
14. Jepri Daus
15. Priliansi Dule
16. Priskila Agustin
17. Sea Gaty Trisnani
18. Ricky Kristian Pradana
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, Proposal mengenai “Terapi Aktivitas
Kelompok Membuat Kerajinan Masker Tie Dye Di Balai Desa Bantur ” ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat
dan edukasi. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah kami ini
dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih
membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini
lebih baik ke depannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar ............................................................................................ i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
BAB III
TERAPI AKTIVITAS OKUPASI PADA KELOMPOK GANGGUAN JIWA
Penyebab ganggua jiwa yang terdapat pada unsur kejiwaan, akan tetapi ada
penyebab utama mungkin pada badan (Somatogenik), di Psike (Psikologenik),
kultural (tekanan kebudayaan) atau dilingkungan sosial (Sosiogenik) dan tekanan
keagamaan (Spiritual). Dari salah satu unsur tersebut ada satu penyebab menonjol,
biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi ada beberapa penyebab pada
badan, jiwa dan lingkungan kultural-Spiritual sekaligus timbul dan kebetulan terjadi
bersamaan. Lalu timbul gangguan badan atau jiwa (Maramis, 2009).
1) Genetika.
Individu atau angota keluarga yang memiliki atau yang mengalami gangguan
jiwa akan kecenderungan memiliki keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
akan cenderung lebih tinggi dengan orang yang tidak memiliki faktor genetik
(Yosep, 2013).
2) Sebab biologik.
a. Keturunan.
3) Sebab psikologik.
Dari pengalaman frustasi, keberhasilan dan kegagalan yang dialami akan
mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya di kemudian hari (Yosep, 2013).
4) Stress.
Stress perkembangan, psikososial terjadi secara terus menerus akan mendukung
timbulnya gejala manifestasi kemiskinan, pegangguran perasaan kehilangan,
kebodohan dan isolasi sosial (Yosep, 2013).
5) Sebab sosio kultural.
a) Cara membesarkan anak yang kaku, hubungan orang tua anak menjadi kaku
dan tidak hangat. Anak setelah dewasa akan sangat bersifat agresif, pendiam
dan tidak akan suka bergaul atau bahkan akan menjadi anak yang penurut.
b) Sistem nilai, perbedaan etika kebudayaan dan perbedaan sistem nilai moral
antara masa lalu dan sekarang akan sering menimbulkan masalah kejiwaan.
c) Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi, dalam
masyarakat kebutuhan akan semakin meningkat dan persaingan semakin
meningkat. Memacu orang bekerja lebih keras agar memilikinya, jumlah
orang yang ingin bekerja lebih besar sehingga pegangguran meningkat
(Yosep, 2013).
6) Perkembangan psikologik yang salah.
Ketidak matangan individu gagal dalam berkembang lebih lanjut. Tempat yang
lemah dan disorsi ialah bila individu mengembangkan sikap atau pola reaksi
yang tidak sesuai, gagal dalam mencapai integrasi kepribadian yang normal
(Yosep, 2013).
1. Gangguan persepsi.
Persepsi merupakan kesadaran dalam suatu rangsangan yang
dimengerti. Sensasi yang didapat dari proses asosiasi dan interaksi
macam-macam rangsangan yang masuk.
- Halusinasi
5. Gangguan perhatian.
Terapi Okupasi/terapi kerja adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan
proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak hanya sekedar
membuat sibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang mengandung efek
terapetik dan bermanfaat bagi pasien. Artinya aktivitas yang langsung diaplikasikan
dalam kehidupan.. Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan proses
neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan menginhibisi lingkungan,
sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kemampuan dan pekerjaan
atau kegiatan digunakan sebagai terapi serta mempunyai tujuan yang jelas.
2. Membentuk sosialisasi
e. Kemampuan ketrampilan motorik kasar (gross motor skill) seperti lari, lompat,
naik turun tangga, jongkok, jalan, dan lain-lain.
b. Pre-academic skill
c. Ketrampilan social
d. Ketrampilan bermain
e. Faktor lingkungan
f. Lingkungan fisik
g. Situasi keluarga
Untuk mencapai tujuan tersebut di dalam terapi okupasi memiliki dua prinsip kerja,
yaitu sebagai berikut :
a. Supportive Occupational Therapy, yaitu menolong penderita
untuk menghilangkan dari perasaan cemas, takut, dan memotivasi
penderita untuk lebih giat didalam melakukan latihan
b. Fungsional Occupational Therapy, antara lain untuk pengaturan
posisi (bagi anak Cerebral Palsy), meningkatkan kekuatan otot dan
daya tahan kerja, meningkatkan motorik kasar (gross motor) maupun
motorik halus, (fine motor) serta meningkatkan konsentrasi dan
koordinasi gerak maupun sikap.
2.7 Peranan Terapi Okupasi Dalam Pengobatan
Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui
aktifitas manusia dihubungkan dengan lingkungan, kemudian mempelajarinya,
mencoba ketrampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi
kebutuhan fisik maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat
untuk mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah yang di gunakan sebagai dasar
dalam pelaksanaan terapi okupasi, baik bagi penderita fisik maupun mental
Aktifitas dalam terapi okupasi di gunakan sebagai media baik untuk evaluasi,
diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien
saat mengerjakan suatu aktifitas dan menilai hasil pekerjaan dapat di tentukan arah
terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut. Penting untuk di ingat
bahwa aktifitas dalam terapi okupasi tidak untuk menyembuhkan, tetapi hanya
sebagai media. Diskiusi yang teraarah setelah penyelesaian suatu aktifitas adalah
sangat penting karena dalam kesempatan tersebut terapis dapat mengarahkan pasien
dan pasien dapat belajar mengenal dan mengatasi persoalannya. Aktifitas yang di
lakukan pasien di harapkan dapat menjadi tempat untuk berkomunikasi lebih baik
dalam mengekspresikan dirinya. Kemampuan pasien akan dapat diketahui baik
oleh terapi maupun oleh pasien itu sendiri melalui aktifitas yang dilakukan oleh
pasien. Alat – alat atau bahan – bahan yang digunakan dalam melakukan suatu
aktifitas, pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama dalam hal kemampuan
dan kelemahannya. Aktivitas dalam kelompok akan dapat merangsang terjadinya
interaksi diantara anggota yang berguna dalam meningkatkan sosialisasi dan
menilai kemampuan diri masing-masing dalam hal keefisiensianya untuk
berhubungan dengan orang lain. Aktivitas yang dilakukan meliputi aktivitas yang
digunakan dalam terapi okupasi dimana sangat dipengaruhi oleh konteks-konteks
terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh
kemampuan si terapis sendiri (pengetahuan, ketrampilan, minat, dan
kreatifitasnya). Adapun hal-hal yang mempengaruhi aktivitas dalam terapi okupasi
antara lain sebagai berikut
a. Latihan gerak badan
b. Olahraga
c. Permainan
d. Kerajinan tangan
e. Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi
j. Diskusi dengan topik tertentu (berita, surat kabar, majalah, televisi, radio,
Aktifitas dalam terapi okupasi di gunakan sebagai media baik untuk evaluasi,
diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien
saat mengerjakan suatu aktifitas dan menilai hasil pekerjaan dapat di tentukan arah
terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut. Penting untuk di ingat bahwa
aktifitas dalam terapi okupasi tidak untuk menyembuhkan, tetapi hanya sebagai
media. Diskiusi yang teraarah setelah penyelesaian suatu aktifitas adalah sangat
penting karena dalam kesempatan tersebut terapis dapat mengarahkan pasien dan
pasien dapat belajar mengenal dan mengatasi persoalannya. Aktifitas yang di
lakukan pasien di harapkan dapat menjadi tempat untuk berkomunikasi lebih baik
dalam mengekspresikan dirinya. Kemampuan pasien akan dapat diketahui baik oleh
terapi maupun oleh pasien itu sendiri melalui aktifitas yang dilakukan oleh pasien.
Alat – alat atau bahan – bahan yang digunakan dalam melakukan suatu aktifitas,
pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama dalam hal kemampuan dan
kelemahannya.
BAB II
PELAKSANAA
N
B. Sasaran Kegiatan
C. Jenis Kegiatan
Membuat kerajinan berupa Masker Tie Dye.
D. Metode
Demonstrasi dan mempraktekkan
F. Rencana Kegiatan
Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens
Kegiatan &
Waktu
Pendahuluan Leader
(5 Menit) Mengucapkan Salam Menjawab salam
Membuat kontrak waktu Menyetujui kontrak
Menjelaskan tujuan dan waktu
demonstrasi yang akan Mendengarkan dan
dicapai memperhatikan
19
Pelaksanaan Co Leader
(35 Menit) Memberi kesempatan Memperhatikan
presenter untuk kegiatan yang
menjelaskan materi diberikan
Leader Mempraktekkan
Menggali pengetahuan secara bersama
audiens tentang pengertian pembuatan Karya
tentang kerajinan Masker Tie Dye
Menjelaskan materi
penyuluhan tentang
Pengertian kerajinan
Mendemonstrasikan dan
mempraktekkan pembuatan
Karya Masker Tie DYe
Penutup Co Leader
( 5 menit ) menyimpulkan hasil kegiatan Menjawab pertanyaan
mengajukan pertanyaan pada
audiens mengenai kegiatan Mendengarkan dan
yang sudah dilakukan memperhatikan
mengucapkan salam
G. Evaluasi Kegiatan
1. Seluruh pasien yang ada di Aula Balai Desa
a. Dapat mengikuti kegiatan demonstrasi Karya Masker Tie DYe
b. Tempat, alat dan media tersedia sesuai dengan perencanaan
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan rencana
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang direncanakan
b. Peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan
c. 60% peserta yang hadir aktif
3. Evaluasi hasil
Setelah 60 menit kegiatan demonstrasi kerajinan masker tie dye:
a. 60 % peserta dapat menyebutkan dari pengertian kerajinan
b. 60 % peserta dapat menyebutkan tujuan kerajinan
c. 60 % peserta dapat menyebutkan peralatan yang disiapkan dalam
pembuatan kerajinan
d. 60 % peserta dapat mempraktekkan cara membuat kerajinan
G. Pengorganisasian
Leader : Devir Fungi Wibowo
Sekertaris : Ike
Bendahara : Dewi Kris
H. Anggaran Dana
Masker Polos Pth 12@7000 : Rp. 84.000,-
Pewarna wantex 3@3000 : Rp. 9.000,-
Karet : Rp. 5.000,-
Rp. 98.000,-
Demikian proposal kegitan aktivitas kelompok membuat karya Masker Tie Dye
yang kami ajukan, diharapkan proposal kegiatan ini dapat memberikan informasi
dan gambaran yang jelas mengenai kegiatan yang akan di laksanakan. Atas
perhatiannya dan kerjasamanya kami mengucapkan terima kasih.
Mengetahui;
http://wir-nursing.blogspot.com/2012/06/terapi-aktivitas-kelompok-stimulasi.html
Yosep, Iyus (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama