Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

Di dalam dunia Islam, islam dimulai dengan penurunan wahyu kepada nabi muhammad pada
610 m, ketika beliau berusia 40 tahun. nabi muhammad pergi setiap tahun ke atas
pegunungan di mekkah. selama salah satu dari tahap pengasingan diri, ketika berusia 40
tahun, pada bulan ramadhan, malaikat jibril mengunjungi beliau dan menyampaikan wahyu
pertama dari allah. nabi muhammad menjaga misinya dan tetap menerima wahyu serta
memahami bahwa wahyu-wahyu itu menjadi bagian dari kitab suci dan bahwa ia telah dipilih
allah sebagai nabi.
Sejak penyebaran islam yang paling awal keluar dari arab, islam telah menjadi suatu agama
dari berbagai suku, ras, dan kelompok masyarakat. Islam adalah suatu agama yang datang
dari allah swt, dengan demikian pada umumnya kita dapat menemukan islam di sebagian
besar tempat-tempat utama dan di antara masyarakat yang ada di dunia. Islam merupakan
suatu agama yang disebarkan, muslim diperintahkan untuk membawa pesan tuhan kepada
semua orang di muka bumi ini dan untuk membuat kondisi dunia menjadi lebih baik, tempat
yang baik secara moral. Islam adalah jalan hidup yang benar, jalan yang membawa
keselamatan dunia dan akhirat dan islam merupakan jalan satu-satunya yang harus ditempuh.
Islam memiliki ciri-ciri robbaniyah yaitu bahwa islam bersumber dari allah, islam merupakan
satu kesatuan yang padu yang terfokus pada ajaran yang dibawah oleh nabi-nabi terdahulu
hingga sampai pada nabi muhammad, Allah berikan kepada manusia agama yang sempurna.
Islam mencakup seluruh aspek kehidupan, tak satu aspek pun terlepas dari islam karena islam
adalah ajaran yang bersifat lengkap dan islam tidak terbatas dalam waktu tertentu tetapi
berlaku untuk sepanjang masa.
Dalam islam ditemui kaidah-kaidah umum yang mudah dipahami, sederhana dan mudah
dipraktekkan yang menjadi kemaslahatan umat manusia karena sumber ajaran islam adalah
al-quran, hadits sehingga islam menjadi agama rahmatan lil’alamin.

1.2           Rumusan Masalah
         Pengertian Islam
         Bentuk-bentuk rahmatan lil aalamiin
         Memahami Islam secara baik dan benar
         Konsep rahmatan lil aalamiin
         Pengaruh rahmatan lil’alamin bagi non muslin

1.3           Manfaat dan Tujuan penulisan


Dalam pembuatan makalah ini kita bisa mendapatkan banyak manfaat seperti menambah
wawasan tentang agama islam,islam juga sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
         Untuk mengetahui islam serta memahami islam secara baik dan benar
         Untuk mengetahui bentuk-bentuk rahmatan lil ‘alamin
         Untuk mengetahu konsep rahmatan lil ‘alamin
         Untuk mengetahui pengaruh rahmatan lil ‘alamin bagi non muslim

BAB II
PEMBAHASAN
2.
 

Islam adalah sebuah agama yang lengkap dan paripurna. Ia mencakup segala aspek
kehidupan. Sebagai agama, Islam menuntut untuk dipahami dan diaplikasikan secara kaaffah
atau lengkap dalam kehidupan. Sehingga ia tidak hanya menjadi sebuah kepercayaan dan
rasionalisas saja, melainkan juga harus mencakup aktualisasi ibadah dan penyembahan dalam
lingkup Hablun minal laah (hubungan manusia dengan Allah) dan pengaplikasian tata cara
bermasyarakat dengan segala aspeknya dalam lingkup hablun minan naas (hubungan antar
sesama manusia).
Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kesehariannya sudah tentu berhubungan dan
berinteraksi dengan manusia lainnya. Sebagai umat beragama, seorang muslim tentu harus
mengaplikasi nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin dalam kehidupan bermasyarakat.
Aplikasi nilai Islam dalam perilaku kehidupan bermasyarakat secara teknis garis besar dapat
dibagi menjadi 4 macam yakni:

 Ukhuwah Islamiyah
Dalam hal akidah Islam, kita adalah bersaudara dengan sesama umat muslim
lainnya. Islam mengatur hal ini dalam tata cara bermasyarakat kepada sesama
muslim. Contoh pelaksanaan dalam kehidupan sehari hari yang mencerminkan
ukhuwah Islamiyah antara lain seperti menjaga hubungan baik dengan sesama
muslim, mendamaikan jika berselisih, tidak saling merendahkan dan memaklumi
kekurangan, serta berlomba menuju kebaikan dalam Islam.
 Ukhuwah Basyariyah Insaniyah
Sebagai rahmat bagi semesta alam, Islam mengajarkan tentang semangat
persaudaraan antar sesama manusia. kita harus senantiasa berlaku baik pada setiap
manusia, karena derajat kita sama di hadapan Allah, kecuali iman dan takwa yang
membedakkannya. Contoh pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari yang
mencerminkan ukhuwah basyariah insaniyah ini antara lain seperti saling bertegur
sapa, melupakan perbedaan dan merajut kebersamaan, ikhlas menerima kritikan,
dan tidak saling merasa diri paling benar.
 Ukhuwah Wathoniyah
Islam mengajarkan sikap cinta terhadap tanah air. Dalam konsep ukhuwah
wathoniyah atau kenegaraan, kita ini sebagai bangsa adalah bersaudara dan
setanah air, sehingga umat muslim harus senantiasa memiliki sifat nasionalis dan
mematuhi konstitusi dan perundang-undangan yang berlaku yang telah disepakati
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mulai dari undang-undang yang
disusun oleh DPR sampai peraturan di kampung-kampung pun jika itu sudah
menjadi kesepakatan bersama, maka kita harus mematuhinya, sehingga sikap
dengan kesadaran hukum itulah dapat tercipta persatuan dan kesatuan di tengah
masyarakat.
 Ukhuwah ‘ubudiyah
Kehidupan bermasyarakat juga tidak bisa lepas dari interaksi dengan alam. Dalam
ukhuwah ‘ubudiyah, Islam mengatur bagaimana hubungan manusia dengan
lingkungan, hewan, dan tumbuhan. Manusia hendaknya harus bersikap baik dan
menjaga alam, sebagaimana makna dari Islam sebagai rahmat seluruh alam.
Contoh pelaksanaan dalam kehidupan sehari hari yang mencerminkan ukhuwah
‘ubudiyah ini bisa kita lakukan dari hal sederhana yakni menjaga kebersihan
lingkungan dan kelestarian alam.

Demikianlah uraian singkat mengenai makna dan aplikasi nilai-nilai Islam sebagai rahmatan
lil alamin dalam kehidupan sehari-hari. Semoga tulisan ini dapat mendorong kita untuk lebih
memahami dan merealisasikan semangat Islam yang sebenarnya dalam diri kita dan juga
masyarakat. Jangan lupa share ya, berbagi ilmu biar makin banyak tahu.

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk


individu, manusia memiliki karakter yang unik, berbeda satu dengan yang lain, dengan
fikiran dan kehendaknya yang bebas. Dan sebagai makhluk social, manusia juga saling
membutuhkan antar sesamanya, membutuhkan sebuah kelompok, dalam bentuknya yang
minimal, di mana mengakui keberadaannya, dan dalam bentuknya yang maksimal, kelompok
di mana dia dapat bergantung kepadanya.
Kebutuhan untuk berkelompok ini merupakan naluri yang alamiah, sehingga
kemudian muncullah ikatan-ikatan - bahkan pada manusia purba sekalipun. Kita mengenal
adanya ikatan keluarga, ikatan kesukuan, dan pada manusia modern adanya ikatan profesi,
ikatan negara, ikatan bangsa, hingga ikatan peradaban dan ikatan agama. Juga sering kita
dengar adanya ikatan berdasarkan kesamaan species, yaitu sebagai homo erectus (manusia),
atau bahkan ikatan sebagai sesama makhluk Allah.

Islam sebagai sebuah peradaban - terlebih sebagai sebuah din - juga menawarkan
bahkan memerintahkan/menganjurkan adanya sebuah ikatan, yang kemudian kita kenal
sebagai ukhuwah Islamiah.

Dalam kaitannya dengan ini, Allah berfirman:

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu


damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat." (Al Hujurat:10)

Juga di dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar ra yang diriwayatkan Bukhari dan
Muslim, Rasulullah saw bersabda:

Artinya: "Orang muslim itu saudara bagi orang muslim lainnya. Dia tidak
menzaliminya dan tidak pula membiarkannya dizalimi."

Dari dalil naqli di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sesama muslim dan juga
sesama mu'min adalah bersaudara, di mana tentunya kesadaran terhadap hal ini akan
memberikan konsekuensi berikutnya.

Penyebutan secara eksplisit adanya persaudaraan antar sesama muslim (dan mu'min)
di dalam Al Qur'an dan Hadits menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang
perlu diperhatikan oleh kaum muslimin. Dalam prakteknya, Rasulullah saw juga menganggap
penting akan hal ini. Terbukti pada saat hijrah ke Madinah, Rasulullah saw segera
mempersaudarakan shahabat Anshor dengan shahabat Muhajirin, seperti Ja'far bin Abi Thalib
yang dipersaudarakan dengan Mu'adz bin Jabal, Abu Bakar ash Shiddiq dengan Kharijah bin
Zuhari, Umar bin Khaththab dengan 'Utbah bin Malik, dst.

Contoh kecilnya adalah ketika terjadi pemilihan pemimpin sebuah negara yang
mayoritasnya ummat Islam, maka selalunya suara ummat Islam menjadi terpecah-pecah
menurut golonganya dan benderanya masing masing sehingga menguntungkan pihak lain
yang sama sekali tidak 'mengerti' Islam. Padahal disini kita tahu bahwa pemilihan
kepemimpinan dalam umat Islam adalah puncak dari kerucut ukhuwah itu sendiri.

Rumusan Masalah

1.         Apa yang dimaksud dengan ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah?

2.         Apa saja Klasifikasi dari Ukhuwah?

3.         Bagaimana ukhuwah Islamiyah dijelaskan dalam Al-Quran?

4.         Apa contoh kasus mengenai mundurnya ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan?

5.         Bagaimana Upaya Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah?

BAB II

PEMBAHASAN
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

            Istilah ukhuwah Islamiyah pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan antara


orang-orang Islam, melainkan cenderung memiliki arti sebagai persaudaraan yang didasarkan
pada ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami.

Empat macam ukhuwah, yakni:

Ø  Ukhuwah ‘ubudiyyah, ialah persaudaraan yang timbul dalam lingkup sesama makhluk yang
tunduk kepada Allah.

Ø  Ukhuwah insaniyyah atau basyariyyah, yakni persaudaraan karena sama-sama memiliki kodrat
sebagai manusia secara keseluruhan (persaudaraan antarmanusia, baik itu seiman maupun
berbeda keyakinan).

Ø  Ukhuwah wataniyyah wa an nasab, yakni persaudaraan yang didasari keterikatan keturunan


dan kebangsaan.

Ø  Ukhuwah diniyyah, yakni persaudaraan karena seiman atau seagama.

Salah satu kasus yang berkaitan dengan kemunduran ukhuwah islamiyah adalah kasus
terorisme yang berkembang di Indonesia. Hal tersebut yang membuat kerukunan antar umat
islam maupun antar umat beragama menjadi tidak baik.
Diposting oleh Unknown di 04.55

DAFTAR PUSTAKA

Katili, D. Lukman, dkk. 2010. Pengembangan Kepribadian  Pendidikan Agama


Islam.        Gorontalo : Akasya

http://abufurqan.com/2012/02/02/makna-rahmatan-lil-aalamiin-antara-pluralisme-dan-islam/.
(diakses tanggal 22 Maret 2013).

http://muslim.or.id/al-quran/islam-rahmatan-lil-aalamiin.html.
(diakses tanggal 22 Maret 2013).
PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat penyusun simpulkan bahwa :


Ø ukhuwah islamiyah berarti “persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh
Islam”.
Ø Di dalam kitab suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan:
a) Ukhuwah ‘ubudiyah atau saudara kesemahlukan dan kesetundukan kepada Allah.
b) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara,
karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu.
c) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
d) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah Saw. bersabda,
Ø Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, secara garis besar ukhuwah dibagi menjadi
dua yaitu:
a) Ukhuwah Islamiyah yang bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan
syariat Islam.
b) Ukhuwah Jahiliyah yang bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu ikatan selain
ikatan akidah (missal: ikatan keturunan orang tua-anak, perkawinan, nasionalisme, kesukuan,
kebangsaan, dan kepentingan pribadi).
Ø Manfaat ukhuwah Islamiyah:
a) Merasakan lezatnya iman.
b) Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang
dilindungi).
c) Mendapatkan tempat khusus di surga.
Ø Untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses terbentuknya
ukhuwah Islamiyah antara lain :
a) Melaksanakan proses Ta’aruf
b) Melaksanakan proses Tafahum
c) Melakukan At-Ta’aawun
d) Melaksanakan proses Takaful
PENUTUP
Demikianlah makalah sederhana ini kami buat. Namun demikian, kami sebagai penyusun
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf apabila masih
banyak ditemui kesalahan, itu datangnya dari kealpaan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan dari pembaca semua. Terutama dari Bapak Drs. H. A. Fauzan Afandi
selaku pembimbing kami dan teman-teman pada umumnya.
Akhirnya, marilah kita kembalikan semua urusan kepada-Nya. Billahit taufiq wal hidayah
war ridho wal inayah.

DAFTAR PUSTAKA

Depag. R.I., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag R.I. : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-
Qur’an, 1978.

Shiahab, M. Quraisy, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007.

Novi Hardian dan Tim ILNA Learning Center, Panduan Keislaman untuk Remaja, Super
Mentoring.

Pengertian Ukhuwah Islamiyah


Ukhuwah secara bahasa berasal dari kata ‫أخ‬ (akhun) yang artinya saudara. Ukhuwah
berarti persaudaraan. Persaudaraan yang dimaksud dalam ukhuwah ini bukan hanya terbatas
pada saudara yang masih punya hubungan darah, melainkan saudara seiman. Sehingga dalam
ukhuwah Islamiyah tidak hanya terbatas olehsuku, bangsa dan lain sebagainya. Adapun
secara istilah ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan
Allaah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih
sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah.
Dalam al-Qur’an dijelaskan: Setiap mukmin adalah saudara yang diperintahkan Allah
untuk saling mengikrarkan perdamaian dan berbuat kebajikan di antara satu dengan yang
lainnya, dalam rangka taat kepada-Nya.[1]Firman Allah:
yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷ƒuqyzr& 4(#$
  qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ

Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat.” [Q.S. Al-Hujurat, 49:10]

B.    Hakikat Ukhuwah Islamiyah


Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan berbagai perbedaan seperti warna kulit,
suku, ras, golongan, bangsa dan lain sebagainya. Namun hal tersebut bukanlah menjadi
pemicu yang dapat digunakan untuk memecah belah persatuan yang ada. Dengan adanya
Ukhuwah Islamiyah maka akan tercipta kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allah
SWT kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa sehingga menumbuhkan perasaan kasih
sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah. Adapun
Hakikat Ukhuwah Islamiyah antara lain:
1.       Ukhuwah Islamiyah merupakan nikmat Allah
Sebagaimana dalam Al-qur’an Surat Ali Imron ayat 103, Allah SWT berfirman:
qßJÅÁtGôã$#ur È@ö7pt¿2 «!$# $Yè‹ÏJy_ Ÿwur (#qè#(
%§xÿs? 4 (#rãä.øŒ$#ur |MyJ÷èÏR «!$# öNä3ø‹n=tæ 
øŒÎ)÷LäêZä. [ä!#y‰ôãr& y#©9r'sù tû÷üt/ öNä3Î/qè=è
%Läêóst7ô¹r'sù ÿ¾ÏmÏFuK÷èÏZÎ/ $ZRºuq÷zÎ) ÷LäêZä.ur 4’n?
Rr'sù $pk÷]ÏiB 3y7Ï9º)tã$xÿx© ;otøÿãm z`ÏiB Í‘$¨Z9$# Nä.x‹s
x‹x. ßûÎiüt6ムª!$# öNä3s9 ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷/ä3ª=yès9 tbrß
  ‰tGöksE

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
2.     Perumpamaan tali tasbih
Di dalam Al-qur’an Surat Az-Zukhruf ayat 67, Allah SWT berfirman:
âäHxÅzF{$# ¥‹Í´tBöqtƒ óOßgàÒ÷èt/ CÙ÷èt7Ï9 <r߉tã žwÎ) šúüÉ)FßJø9$# 
  ÇÏÐÈ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertakwa.”
3.     Merupakan arahan Rabbani
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
y#©9r&ur šú÷üt/ öNÍkÍ5qè=è% 4 öqs9 |Mø)xÿRr& $tB 
’ÎûÇÚö‘F{$# $YèŠÏHsd !$¨B |Møÿ©9r& šú÷üt/ óOÎgÎ/qè=è%
£`Å6»s9ur ©!$# y#©9r& öNæhuZ÷t/ 4 ¼çm¯RÎ) 
  î“ƒÍ•tãÒOŠÅ3ym ÇÏÌÈ

Artinya: “Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Anfal: 63)
4.     Merupakan cerminan iman
Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 10, Allah SWT berfirman:
yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷ƒuq$
  yzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah


hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat”
C.    Dalil/Hadis tentang Ukhuwah Islamiyah
1.     Hadits Ibn Umar tentang orang Muslim itu bersaudara
َ َ‫ص لَّى اهلل َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق‬
‫ال‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اهلل‬
ِ ِ ِ
ُ َ َّ ‫َع ْن َع ْبداهلل بْ ِن عُ َم َر َرض ي اهلل َع ْن ُه َم ا أ‬
ِ ‫الْمس لِم أَ ُخ و الْمس لِ ِم ال يظْلِم ه واَل يس لِمه ومن َك ا َن فِي حاج ِة أ‬
‫َخ ْي ِه َك ا َن اهللُ فِي‬ َ َ ْ ََ ُُ ْ ُ َ ُ ُ َ ُْ ُ ُْ
)‫* (أخرجه البخاري في كتاب االكراه‬ ‫اجتِ ِه‬ َ ‫َح‬
“Dari Abdullah Ibn Umar RA. sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda seorang muslim
bersaudara kepada sesama orang muslim, tidak boleh menganiayanya dan tidak boleh
dibiarkan dianiaya oleh orang lain dan siapa menyampaikan hajat saudaranya, niscaya
Allah menyampaikan hajatnya.”(H.R. Al Bukhori dalam kitab Pemaksaan)[2]
Dari hadis tersebut menjelaskan bahwa orang Islam antara satu dengan yang lain itu
dipandang sebagai saudara. Sehingga satu sama lain tidak bolehsaling menganiaya. Dan jika
kita mendapati seseorang dalam penderitaan ataupun mendapat musibah, hendaknya kita
membantunya untuk meringankan penderitaan yang sedang ia alami.
Sebagai mu’min sejati, hendaklah merasa bahwa dirinya tidak hidup sendiri, karena
teman-teman sesama muslim akan membantu dan mendukungnya baik sedang dalam keadaan
senang maupun susah.[3]Dengan terjalinnya ukhuwah islamiyah maka antara muslim yang
satu dengan yang lain akan memberi manfaat kepada saudara- saudaranya sesama muslim.
Ketika sesama muslim mendapatkan kesusahan, tentunya sebagai seorang saudara ikut
merasakannya dan berusaha untuk membantunya. Dan sebaliknya jika seorang muslim
mendapat nikmat dan kebaikan, sebagai saudara sesama muslim merasa senang dan gembira
melihatnya, bagaikan dirinya sendiri yang memperoleh nikmat dan kebaikan tersebut.
Sesungguhnya dua orang bersaudara karena Allah SWT, jika salah seorang dari keduanya
lebih tinggi kedudukannya daripada yang lain, maka kedudukannya  akan diangkat bersama
saudaranya. Sesungguhnya ia dihubungkan sebagaimana anak cucu dihubungkan dengan
kedua orang tua dan keluarga satu dengan yang lain. Karena persaudaraan itu, jika didapatkan
karena Allah SWT, maka ia tidak lebih rendah daripada persaudaraan sedarah.[4] Jadi
meskipun seorang muslim bersasal dari golongan dan ras yang berbeda, sesama muslim itu
bersaudara antara satu dengan yang lain karena Alllah SWT yang menjadikan persaudaraan
tersebut.
2.     Hadits Abu Musa tentang Mukmin itu ibarat bangunan
ِ ‫ال إِ َّن الْم ْؤ ِمن لِلْم ْؤ ِم ِن َكالْب ْني‬
َ َ‫ص لَّى اهلل َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق‬
‫ان‬ َُ ُ َ ُ َ ‫وس ي َع ِن النَّبِ ْي‬ َ ‫َع ْن أَبِي ُم‬
)‫َصابِ َعهُ * (أخرجه البخاري في كتاب الصالة‬ َ ‫كأ‬ َ َّ‫ضا َو َشب‬ ُ ‫ش ُّد َب ْع‬
ً ‫ضهُ َب ْع‬ ُ َ‫ي‬
“Dari Abu Musa bahwa Rasulullah SAW. telah bersabda sesungguhnya seorang mu’min
bagi sesama mu’min bagaikan bangunan yang kuat menguatkan setengah pada
setengahnya.” (H.R. Al Bukhori dalam kitab sholat)[5]
Rumah ialah bangunan yang tersusun dari beberapa tiang penyangga, pondasi, dinding
tembok, atap, dengan bahan dasar semen, pasir dan batu. Tanpa kompleksitas bahan dan
rancangan, sebuah bangunan mustahil dapat berdiri. Kurang salah satunya saja maka suatu
bangunan akan rapuh.
Perumpamaan orang mukmin dengan orang mukmin lainnya, dimana mereka bagai
sebuah bangunan yang unsur-unsurnya tertata dan saling memperkuat, persaudaraan sesama
muslim atau Ukhuwah Islamiyah tidak membedakan antara suku, ras, golongan maupun
warna kulit tetapi menghargai perbedaan yang ada yang disatukan melalui tali persaudaraan
sebagai sesama muslim. Untuk menjaga Ukhuwah Islamiyah umat Islam harus bersatu padu,
tolong-menolong dan bantu membantu sehingga akan menjadi kekuatan yang sangat kuat dan
sukar untuk dipecah belah.
3.      Hadits Ibn Mas’ud tentang larangan memaki dan membunuh Muslim
ِ ِ ِ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ِ
ٍ ‫اهلل مسع‬
ُ َ‫صلَّى اهلل َعلَْيه َو َس لَّ َم س ب‬
ُ ُ‫اب ال ُْم ْس ل ِم ف‬
‫س و ٌق‬ َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ود ق‬ُ ْ َ ‫َع ْن َع ْبد‬
)‫* (أخرجه البخاري في كتاب االداب‬ ‫َوقِتَالُهُ ُك ْف ٌر‬
“Dari Abdullah Mas’ud ia berkata Rasulullah SAW. bersabda memaki muslim adalah
kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran.”(H.R. Al Bukhori dalam kitab Adab)
ْ ‫اب ا ْل ُم‬
Dalam hadits di atas, kata “ ‫سلِ ِم‬ ُ َ‫سب‬
ِ ” merupakan mashdar yang di idhofahkan kepada
maf’ulnya yang berarti mencaci atau membicarakan sesuatu yang mencela terhadap harga diri
seorang muslim. Dan kata “‫ر‬šššš ْ ُ‫ ” ُكف‬yang dikehendaki di sini bukan arti secara
hakiki(sebenarnya) yaitu orang yang keluar dari islam, tetapi yang di kehendaki adalah
memberi ancaman secara sungguh-sungguh, atau “‫ ” ُكفُ ْر‬secara bahasa yang berati seolah-olah
sebab membunuh maka dia tertutup dari rahmat Allah, dan dari kewajiban menolong
penderitaan orang lain.[6]
Memaki dan mengaibkan kehormatannya, ataupun memperkatakan dirinya dengan cara
yang menyinggung perasaan dan menyakiti hatinya, adalah suatu kefasikan dan menyimpang
dari kebenaran. Membunuh seorang muslim atau saling membunuh sesama muslim, adalah
suatu pekerjaan kufur. Dalam hadits ini dapat juga dimaknai bahwa membunuh orang dengan
tidak ada jalan yang dibenarkan agama dapat membawa kepada kekafiran, lantaran
membunuh itu suatu perbuatan yang sangat keji dan disamakan atau diserupakan dengan
kekafiran walaupun tidak keluar dari islam.
4.      Hadits Abu Hurairah tentang kewajiban Muslim terhadap Muslim lain.

ٌّ ‫ص لَّى اهلل َعلَْي ِه َو َس لَّ َم قَ َال َح ُّق الْ ُم ْس لِ ِم َعلَى الْ ُم ْس لِ ِم ِس‬
‫ت‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َّ ‫َع ْن أَيِب ُهَر ْي َر َة أ‬
ِ َ ‫اهلل قَ َال إِ َذا لَِقيت ه فَس لِّم علَي ِه وإِ َذا دع‬ ِ ‫ول‬ ُ ‫قِي َل َم ا ُه َّن يَ ا َر ُس‬
‫ك‬َ ‫ص َح‬
َ ‫اسَتْن‬ْ ‫اك فَأَجْب هُ َوإِ َذا‬ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ َْ
ِ
‫* (أخرج ه‬ ُ‫ات فَاتَّبِ ْع ه‬ َ ‫ض َفعُ ْدهُ َوإِذَا َم‬ َ ‫س فَ َحم َد اهللَ فَ َس ِّمْتهُ َوإِذَا َم ِر‬ َ َ‫ص ْح لَ هُ َوإِذ‬
َ َ‫اعط‬ َ ْ‫فَان‬
]7[)‫مسلم يف كتاب السالم‬
“Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda kewajibanseorang muslim
kepada sesama muslim lainnya ada enam. Lalu berkata, apa saja wahai Rasulullah.
Rasulullah berkata: jika bertemu berilah salam kepadanya, jika dia mengundang maka
datangilah, jika dia minta nasihat maka nasihatilah, jika dia bersin kemudian memuji kepada
Allah maka doakanlah “Yarhamukallah”, jika dia sakit maka tengoklah, dan jika dia mati
maka antarlah jenazahnya.”(H.R. Muslim dalam kitab salam)[8]
Dari hadis tersebut, dapat diketahui bahwa kewajiban muslim terhadap muslim lain antara lain;
a.      Mengucapkan dan menjawab salam
Menurut Imam ibnu Abdul Bari mengawali salam itu sunah dan menjawab salam
hukumnya wajib. Menebarkan salam kepada orang yang dikenal atau tidak, akan
menumbuhkan rasa cinta atau sayang sesama muslim. Kata ‫السالم‬ itu merupakan bagian dari
asma Allah SWT, ketika kita mengucapkan ‫السالم عليكم‬  itu berarti “semoga engkau dalam
bimbingan Allah”. Adapun ucapan salam yang sempurna adalah ‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬ .
b.     Memenuhi undangan
Memenuhi undangan itu wajib pada setiap undangan, namun ulama merinci atau
menkhususkan pada undangan walimah dan sejenisnya saja. Apabila mendapat dua undangan
dalam waktu yang sama, undangan yang pertama diterima wajib untuk dipenuhi sedangkan
yang kedua sunah untuk dipenuhi.
c.      Memberi nasihat ketika diminta
Memberi nasihat diperbolehkan selama masih dalam batas amar ma’ruf nahi mungkar dan
nasihat itu tidak boleh menjerumuskan kepada hal-hal yang negatif.
d.      Mendoakan apabila bersin
Etika orang yang bersin adalah menutup hidung dan memelankan suaranya. Ketika ada
muslim laki-laki yang bersin dan mengucap hamdalah maka orang yang mendengarnya sunah
َ ‡‡‡‫يَرْ َح ُم‬. Jika perempuan,  ‫ك هّللا‬
menjawab  ‫ك هَللا‬ ِ ‡‡‡‫يَرْ َح ُم‬. Kemudian orang yang bersin tadi
mengucapkan yahdikumullah. Kemudian malaikat juga ikut mendoakan dengan
mengucap  ‫ك هّللا‬ُ ‫ َر ِح َم‬ atau  ‫ك هّللا‬ ِ ‫ َر ِح َم‬. Apabila orang yang bersin tidak mengucapkan hamdalah
maka makruh untuk menjawabnya.
e.      Menengoknya apabila sakit
Menjenguk orang sakit hukumnya sunah. Maka jika seorang muslim mendengar salah
satu dari mereka sakit maka jenguklah untuk mengetahui bagaimana keadaannya dan untuk
menghiburnya serta mendoakan untuk kesembuhannya.
f.      Berta’ziyah ketika ada yang meninggal dunia
Dalam ajaran agama Islam ketika ada seorang muslim meninggal dunia hendaknya
mengucapkan ‫أِنَّا هّلل ِ َوأِنَّا أِلَيْ‡‡ ِه َرا ِجعُ‡‡وْ ن‬ dan berkunjung(ta’ziyah) untuk menyatakan duka cita
kepada keluarga yang ditinggalkan serta mengurangi beban yang ditinggalkan dengan
menghiburnya bahwa segala sesuatu akan kembali kepada sang pencipta, Allah SWT.
Menurut Imam al-Ghazali hak-hak sesama muslim adalah memberikan salam kepadanya
jika ia bertemu, menyukai apa yang disukai orang-orang mu’min sebagaimana ia menyukai
apa yang ia sukai, dan membenci apa yang dibenci orang-orang mu’min, tidak menyakiti
salah seorang dari kaum muslimin dengan perbuatan ataupun perkataan, bersikap tawadhu
kepada setiap muslim dan tidak sombong, tidak menyampaikan berita (gunjingan) kepada
sebagian yang lain tentang  apa yang didengarnya dari sebagian yang lain,  kalau ia marah
kepada orang yang dikenalnya maka ia tidak boleh menghindarinya lebih tiga hari.
Di dalam ajaran agama Islam menyeru dan mengajak kaum muslimin untuk melakukan
pergaulan diantara kaum muslimin. Dengan adanya pergaulan diantara kaum muslimin maka
dapat saling berhubungan dan mengadakan pendekatan agar dapat mencapai kemaslahatan
masyarakat yang adil dan makmur dalam membina masyarakat yang berakhlaqul karimah
sesuai dengan tuntunan yang ada di dalam ajaran agama Islam.
Dalam usaha memupuk persaudaraan dan persahabatan sesama muslim ialah saling
kunjung-mengunjungi. Adapun manfaat dari kunjung-mengunjung (silaturahmi), yaitu:
a.   Memperoleh keridhaan Allah SWT
b.   Menggembirakan sanak kerabatnya, karena diriwayatkan dalam salah satu hadits bahwa
“perbuatan yang paling utama adalah menggembirakan orang yang beriman”.
c.   Para malaikat merasa gembira, karena mereka bergembira bila ada orang yang bersilaturahmi.
ٌ َ‫ ِع ْن َد َرأْ ِس ِه َمل‬  ,ٌ‫ب ُم ْستَ َجابَة‬
َ ‫ ُكلَّ َم‬.‫ك ُم َو َّك ٌل‬
‫اد َعا‬ ِ ‫َد ْع َوةُ ال َْم ْر ِء ال ُْم ْسلِ ِم بِظَ ْه ِر الْغَْي‬
.‫ك ِمثْل‬ ِ :‫ك الْمو َّكل بِ ِه‬
َ َ‫آم ْي َن َول‬ ُ َ ُ ُ َ‫لمل‬ َ ْ‫ال ا‬
ِ ‫ِأل‬
َ َ‫َخ ْي ِه بِ َخ ْي ٍرق‬
"Doa seorang muslim untuk saudaranya dari belakang dikabulkan. Di sisi kepalanya ada
malaikat yang ditugaskan, setiap kali ia berdoa untuk saudaranya dengan kebaikan,
malaikat yang ditugaskan dengannya berkata: Amin, dan untukmu semisalnya."[9]
d.   Menyenangkan orang-orang yang telah meninggal dunia karena nenek moyangnya merasa
senang dengan adanya silaturahmi yang dilakukan oleh anak cucunya.
e.   Menambah umur dan menambah berkah dalam rizkinya.
f.    Menambah pahala setelah ia meninggal dunia, karena mereka akan tetap mendoakannya
walaupun ia telah mati selama mereka ingat kebaikan yang ia lakukan buat mereka.[10]

D.    Faktor Pengahambat Ukhuwah Islamiyah


Ada beberapa faktor penghambat Ukhuwah Islamiyah, diantaranya:
a.      Fanatisme buta dan bangga diri, menganggap kelompuknya paling benar dan menganggap
yang lain itu najis mugaladah.
b.     Karena sempitnya wawasan
c.      Kurangnya silaturrahim
d.     Kurangnya kasing saying sesame manusia
e.      Membuktikan iman yang lemah. Karena kurangnya iman mengakibatkan hambatnya
ukhuwah islamiyah.
E.    Upaya Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Ukhuwah Islamiyah,
yaitu:
1.     Ta’aruf (saling mengenal)
Dengan adanya interaksi satu dengan yang lain akan dapat lebih mengenal karakter individu.
Perkenalan meliputi penampilan fisik (Jasadiyyan)pengenalan pemikiran (Fikriyyan),
mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan,
karakter, emosi, dan tingkah laku. Setiap manusia tentunya punya keunikan dan kekhasan
sendiri yang mempengaruhi kejiwaannya. Proses Ukhuwah Islamiyah akan terganggu apabila
tidak mengenal karakter kejiwaan ini.
2.     Tafahum (saling memahami)
Maksudnya saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan masing-
masing. Sehingga segala macam kesalahpahaman dapat dihindari.
3.     At-Ta’awun (saling tolong menolong)
Dalam hal ini, dimana yang kuat menolong yang lemah dan yang mempunyai kelebihan
menolong yang kekurangan. Sehingga dengan adanya konsep ini maka kerjasama akan
tercipta dengan baik dan saling menguntungkan sesuai fungsi dan kemampuan masing-
masing.
4.     Takaful (saling menanggung/senasib sepenanggungan/ saling memberi jaminan)
Dengan adanya tafakul akan menumbuhkan rasa aman, tidak ada rasa khawatir dan
kecemasan untuk menghadapi kehidupan, karena merasa bahwa saudara sesama muslim tentu
tidak akan tinggal diam ketika saudara muslim lainya sedang dalam kesusahan. 
Dengan empat sendi persaudaraan tesebut umat islam akan saling mencintai dan bahu
membahu serta tolong menolong dalam menjalani dan menghadapi tantangan kehidupan,
bahkan mereka sudah seperti satu batang tubuh yang masing-masing bagian tubuh akan ikut
merasakan penderitaan bagian tubuh lainnya.
Dengan adanya Ukhuwah Islamiyah. Kita akan merasakan kehidupan bermasyarakat
yang lebih harmonis, karena perbedaan yang ada tidak akan menimbulkan pertentangan dan
permasalahan, justru akan menjadikan kehidupan kita semakin indah. Selain itu, tingkat
kesenjangan sosial yang ada di dalam masyarakat juga akan terkikis dengan sendirinya. Hal
ini karena adanya semangat Ukhuwah Islamiyah yang menyatukan segala perbedaan yang
ada.

IV.  KESIMPULAN
-        Ukhuwah secara bahasa berasal dari kata ‫أخ‬ (akhun) yang artinya saudara.
-        Secara istilah ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan
Allaah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih
sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah.
-        Hakikat Ukhuwah Islamiyah antara lain:
1.     Ukhuwah Islamiyah merupakan nikmat Allah
2.     Perumpamaan tali tasbih
3.     Merupakan arahan Rabbani
4.     Merupakan cerminan iman
-        Faktor penghambat Ukhuwah Islamiyah, diantaranya:
a.      Fanatisme buta dan bangga diri, menganggap kelompuknya paling benar dan menganggap
yang lain itu najis mugaladah.
b.     Karena sempitnya wawasan
c.      Kurangnya silaturrahim
d.     Kurangnya kasing saying sesame manusia
e.      Membuktikan iman yang lemah. Karena kurangnya iman mengakibatkan hambatnya
ukhuwah islamiyah.
-        Upaya meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dengan cara ta’aruf, tafahum, ta’awun dan takaful.

V.    PENUTUP
Demikianlah makalah sederhana tentang Ukhuwah Islamiyah ini. Semoga
bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Juwariyah, Hadis Tarbawi, (Cet.I: Yogyakarta: Teras, 2010)
Annawawy. 1978. Riadhus Shalihin, diterjemahkan oleh Salim Bahreisy dengan
judul Tarjamah Riadhus Shalihin I (Cet. II; Bandung: PT Al Maarif,
Muhammad Al Ghazali, Akhlaq Seorang Muslim, disunting oleh Drs. H. Moh. Rifai
(Cet. I; Semarang: Wicaksana, 1986)
Sa’id Hawwa, Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil-Anfus, diterjemahkan oleh Abdul Amin
dkk  (Cet. III; Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006)
Imam Syihabuddin Ahmad Bin Muhammad al-Qasthalani, Irsyadus Syari’, Syarah
Shahih al Bukhori (Beirut: Darul Kutub al Ilmiyah, 1996)
Muslim bin al-Hijij Abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim Juz
II(Bandung: Dahlan, t.th)
Imam Muhammad Ibn Kholifah Wasyatani al Ubiy dan Imam Muhammad Ibn
Muhammad Ibn Yusuf al-Sanusi Hasan, Sahih Muslim, Ikamlul Ikmal al Mu’lim Juz
VII (Beirut: Darul Kitab al Ilmiyah, 1994)
Shahih Muslim, kitab Zikr, bab 23, hadits no. 88.
Al Faqih Nashr bin Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandi, Kitab Tanbihul
Ghafillin,diterjemahkan oleh Drs. H. Muslich Shabir, MA. dengan judul Terjemah Tanbihul
Ghafilin Peringatan bagi Orang-orang yang Lupa jilid I (Cet. I; Semarang: CV. Toha Putra,
1993)

Anda mungkin juga menyukai