Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK PENGGUNAAN EFFECTIVE MICROORGANISME (EM4)

PADA KUALITAS TANAH


M. Iqbal Sugita1, Upik Nur Baiti2 dan Fianti3
1,2,3
Program Studi Pendidikan Fisika, Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Jalan Kelud Utara III, Kota Semarang, Indonesia

Email: iqbalsugita1995@gmail.com, upik_nurbaity@yahoo.com, dan fianti@mail.unnes.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penggunaan EM4 pada kualitas tanah. EM4
merupakan salah satu bakteri yang berfungsi sebagai pengurai pada bahan berupa organik yang dapat
menjaga kestabilan produksi pada tanaman karena EM4 mengandung mikroorganisme menguntungkan
untuk dapat memperbaiki kondisi tanah dari segi fisik, kimia maupun biologi. Adapun sifat fisik yang
akan di teliti berupa suhu dan warna. Data menunjukkan terjadi kenaikan suhu pada tanah dan memiliki
suhu tertinggi yaitu pada hari ke tujuh sebesar 50 oC dikarenakan mikroorganisme EM4 bekerja secara
aktif pada tanah disebabkan akumulasi panas yang dikeluarkan mikroba yang sedang mendegradasi bahan
organik. Adapun warna yang terjadi pada tanah dilihat dari segi kode degradasi warna pensil yaitu: hari
pertama warna tanah yaitu 7B, untuk hari ke empat 4B, hari ke tujuh HB, hari ke sepuluh 2H dan untuk
hari ke empat belas yaitu 6H. Dari data dapat disimpulkan bahwa penggunaan EM4 sangat berdampak
pada kualitas tanah.

Kata kunci: EM4, Tanah, Suhu, Kode Warna

PENDAHULUAN
Tanaman pada umumnya memerlukan berbagai macam pupuk organik maupun non organi untuk
menyuburkan suatu tanah. Adapun salah satu upaya yang dapat dilakukan unuk mengatasi hal tersebut
dengan cara menggunakan pupuk-pupuk organik yang berupa kompos atau cairan dari buah-buahan yang
telah difermentasikan, sedangkan cara lain bisa di lakukan dengan memberikan mikroba-mikroba pada
tanah yang membantu kesuburan tanah dan kualitas tanah tersebut. Soedardjo & Mashuri (2000) Pupuk
organik itu sendiri merupakan bahan-bahan yang berawal dari hasil sisa-sisa tanaman, hewan yang berupa
kandang, kompos, pupuk hijau, jerami maupun bahan lainnya yang mana dapat berperan untuk
memperbaiki dari sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk yang berupa bahan organik tidak dapat
dijadikan sebagai pengganti peran dari pupuk yang berupa anorganik yaitu salah satunya digunakan
sebagai pemasok hara, hal ini disebabkan karena kandungan yang dimiliki bahan organik relatif yang
terdapat masih rendah pada unsur haranya, tetapi bahan yang berupa organik memiliki peran untuk
meningkatkan efisiensi pada penggunaan pupuk yang berupa anorganik. Sedangkan menurut Simamora,
dkk. (2005) pupuk cair organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan buah-buahan atau sayuran yang
telah mengalami pendiaman atau fermentasi dan hasil dari produknya berupa cairan. Haridjaja (1996)
mengemukakan bahwa bahan berupa organik yang telah tertanam di dalam tanah cukup lama akan
membentuknya suatu struktur tanah yang mana selanjutnya akan dapat meningkatkan kestabilitas dari
struktur tanah serta mempengaruhi dari pori ketersediaan air dan aerasi pada tanah tersebut.
Pada dasarnya pupuk organik ini bisa berupa padatan dan cairan. Adapun pupuk yang berupa
padatan merupakan hasil dari kotoran hewan yang sudah kering dan hasil pembakaran yang sudah lama,
sedangkan untuk pupuk organik yang berupa cairan itu bisa hasil fermentasi dari cairan buah-buahan
maupun EM4. Effective microorganisme 4 (EM4) merupakan suatu bahan yang berupa campuran dari
berbagai macam mikroorganisme yang menguntungkan. Jumlah mikro organisme dari hasil pendiaman di
dalam EM4 begitu banyak yaitu sekitar 80 jenis. Dari banyaknya mikroorganisme di dalamnya terdapat
lima golongan pokok yaitu bakteri lactobacillus sp, fotosintetik, streptomices sp, actinomicetes dan ragi
(yeast) yang sering dipilih dikarenakan bakteri tersebut bekerja secara baik dan efektif dalam hal
menfermentasikan suatu bahan yang berupa organik. . EM4 merupakan salah satu bakteri yang berfungsi
sebagai pengurai pada bahan berupa organik yang dapat menjaga kestabilan produksi pada tanaman. Hal
ini di mana EM4 mengandung beberapa unsur hara didalamnya yaitu berupa mikro dan makro yang
banyak, EM4 juga mengandung mikrooragnisme menguntungkan untuk memperbaiki kondisi pada tanah
berupa fisik, kimia dan biologi. Adapun sifat fisiknya berupa konsistensi basah dan lembab, kerapatan,
suhu, warna, tekstur dan struktur (Peraturan Mentan, No. 2/Pert/HK.060/2/2006). Sifat kimia berupa PH,
kejenuhan basa, garam/mineral, sedangkan sifat biologi berupa mikroorganisme dan vegetasi.
(Eviamanasye, 2017)
Efective microorganisme 4 (EM4) untuk suatu tanaman itu tidak dapat terjadi secara langsung.
Pemakaian cairan berupa EM4 akan lebih baik dan efisien apabila terlebih dahulu dicampurkan dengan
bahan berupa organik lain ke dalam tanah. EM4 berguna untuk mempercepat pendiaman atau fermentasi
pada bahan berupa organik sehingga unsur-unsur hara yang ada pada tanah akan terserap untuk tanaman,
EM4 kegunaan lainnya juga sangat efektif apabila dipakai sebagai pestisida hayati yang bermanfaat
sebagai peningkatan kesehatan pada tanaman. EM4 yang memiliki manfaat menyuburkan tanah dan
menekan pertumbuhan pathogen dalam tanah sehingga mampu meningkatkan produksi dan pertumbuhan
tanaman (Emirza, 2015). EM4 juga dapat digunakan untuk permanfaatan di bidang sektor perikanan dan
peternakan.
Kelebihan dari cairan EM4 dapat mempercepat suatu proses terjadinya pembentukan dan kulitas
dari pupuk organik. Selain itu cairan EM4 juga dapat membantu memperbaiki dari struktur suatu tanah
lebih baik serta unsur hara yang diperlukan untuk tanaman. Mikro organisme yang terkandung di dalam
EM4 di dalam tanah berupa: Bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp), Bakteri asam laktat
(lactobacillus), Streptomycetes s.p, Actinomicetes dan Ragi/yeast, (Manuputty, 2012). Arsyid (1998)
mengatakan interaksi yang paling baik untuk sebuah konsentrasi dan waktu dalam proses pengaplikasian
dari cairan EM4 untuk tanaman sejenis kapas yaitu pada konsentrasi sebanyak 5 ml dengan selang/jangka
waktu pengaplikasian selama 15 hari sekali. Jumini, dkk. (2012) menyatakan bahwa peningkatan yang
terjadi pada pertumbuhan dan produksi tanamana cabai yaitu dengan pemilihan konsentrasi 15 ml liter air
dan waktu aplikasian selama 2 minggu.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti ingin mengetahui dampak dari penggunaan EM4 pada
kondisi tanah dari sifat fisiknya. Adapun yang menajdi fokus penelitian ini berupa bagaimanakah dampak
yang terjadi pada kondisi tanah ketika di beri EM4?

METODE
Metode yang dilakukan dengan cara eksperimen yaitu mengambil sampel tanah dengan masing-
masing sampel memiliki massa 100 gram kedalam 6 bagian. Adapun sampel tanah tersebut di berikan
masing masing 0 ml, 10 ml, 20 ml, 30 ml, 40 ml dan 50 ml EM4. Adapun eksperimen yang dilakukan
dengan mengukur suhu tanah mengguanakan thermometer tanah dan perubahan warna pada tanah yang
didasarkan pada degradasi warna pada pensil.

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Adapun hasil yang didapatkan pada saat melakukan eksperimen menggunakan 100 gram tanah
pada sampel yang sama dengan pemberian EM4 dengan pengukuran pada waktu 12.00 - 12.30 WIB,
maka didapat data seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Hari Pertama.
EM4 Suhu Warna
o
(ml) ( C)
0 42 Coklat
10 41 Coklat
20 40 Hitam
30 39 Hitam
40 38 Hitam
50 37 Hitam

Tabel 2. Hari keempat.


EM4 Suhu Warna
(ml) (oC)
0 40 Coklat
10 38 Coklat
20 37 Coklat
30 36 Hitam berjamur
40 34 Hitam berjamur
50 33 Hitam berjamur

Tabel 3. Hari ketujuh.


EM4 Suhu Warna
(ml) (oC)
0 42 Coklat
10 43 Coklat
20 45 Coklat
30 46 Coklat berjamur
40 48 Coklat berjamur
50 50 Coklat berjamur

Tabel 4. Hari kesepuluh.


EM4 Suhu Warna
(ml) (oC)
0 31 Coklat
10 32 Coklat
20 33 Coklat
30 34 Coklat
40 35 Coklat
50 36 Coklat
Tabel 5. Hari keempat belas.
EM4 Suhu Warna
(ml) (oC)
0 32 Coklat
10 34 Coklat
20 35 Coklat
30 37 Coklat
40 38 Coklat
50 40 Coklat

PEMBAHASAN
Adapun pembahasan dari data penelitian ini terjadi penurunan suhu pada Tabel 1 dan 2
dikarenakan tanah diberi suatu cairan berupa EM4 yang mengakibatkan suhu tanah awal tersebut
mengalami perubahan. Hal ini dilakukan karena berfungsi untuk membantu pencampuran bahan organik
dan bakteri sehingga tanah yang dihasilkan nantinya menjadi lebih baik. Murni (2012) EM4 merupakan
suatu campuran dari berbagai macam mikro organisme yang sangat bermanfaat terutama pada bakteri-
bakteri yang terkandung di dalamnya. Bakteri tersubut digunakan sebagai inokulan dalam meningkatkan
mikroba yang ada pada tanah sehingga memperbaiki tingkat kualitas dan kesehatan pada tanah. Riswan
(2010) mengatakan bahwa pemberian pupuk yang berupa organik dapat memperbaiki kondisi dari fisik
tanah sehingga dapat membantu akar tanaman dalam menyerap berbagai unsur hara dari tanah serta dapat
memperbaiki tingkat kemampuan tanah dalam menahan air. Siti (2016) Sifat fisika tanah yang dapat
digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan suatu tanaman adalah berupa struktur tanah. Stabilitas
dan ukuran partikel/agregrat yang menentukan volume dan keseimbangan pori makro (> 250 μm) dan
pori mikro (< 250 μm) menentukan aerasi dan kemampuan tanah mengikat/menyimpan lengas tanah dan
pergerakan air yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Bahan berupa organik dalam tanah diperlukan
sebagai sumber suatu energi berupa mikroba dan mikro fauna yang mana digunakan untuk menghasilkan
senyawa organik, yang diperlukan dalam proses berupa agregasi partikel sebagai pembentukkan struktur
tanah. Pemberian pupuk kandang dapat mendorong terjadi pembentukannya suatu unsur makro agregat
daripada unsur mikro agregat tanah yang mana dapat memperbaiki aerasi dan drainase, sehingga lebih
cocok untuk pertumbuhan akar. (Jian-bing, dkk. 2013).
Pada hal ini terjadi kenaikan suhu pada Tabel 3, 4 dan 5. Adapun yang paling tinggi terjadi pada
Tabel 3 yaitu hari ke tujuh sebesar 50 oC dikarenakan mikroorganisme EM4 bekerja secara aktif pada
tanah adapun terjadi kenaik suhu tersebut disebabkan pada akumulasi panas yang dihasilkan dari mikroba
yang sedang mengalami degradasi pada bahan berupa organik. Adapun kenaikan suhu tersebut diikuti
dengan perubahan percepatan dalam hal pendekomposisian. Ketika pada suhu mencapai di atas 40 oC
secara alami maupun langsung bakteri yang berupa mesofilik akan mati sendirinya, hal disebabkan karena
bakteri jenis ini tidak dapat bertahan terhadap suhu yang sangat tinggi. Tahap selanjutnya akan digantikan
dengan bakteri ataupun mikro organisme yang berupa termofilik. Bakteri ini yang dapat aktif maupun
bertahan hidup ketika terjadi pada suhu 40-70 oC. Hal ini disebabkan karena semakin besar suhu yang
terjadi yaitu sampai dengan 40 oC efektivitas bakteri semakin naik. Bakteri-bakteri yang terdapat pada
cairan EM4 memiliki suhu pertumbuhan optimal yaitu rata-rata memiliki suhu 40 oC. Sebagai contoh,
bakteri berupa asam laktat yang mana merupakan komponen yang dominan pada cairan EM4 memiliki
suhu pertumbuhan yang optimal 40oC. Kunaepah, (2008) maka apabila pada suhu diatas 40ºC akan
memperlambat kecepatan penurunan C/N. Hal ini di dukung Rahman, (1989) pada bakteri asam laktat
misalnya, memiliki suhu pertumbuhan yang optimal itu 40 oC – 45 oC dan akan jauh mengalami
perubahan penurunan yang terjadi pada pertumbuhan tanaman jika suhunya melebihi dari suhu
pertumbuhan yang optimal tersebut.
Adapun warna tanah dari dampak penggunaan EM4 juga dapat terlihat bahwa semakin banyak
pemberian bahan organik pada tanah maka terlihat semakin hitam. Adapun warna tanah yang terjadi pada
tanah peneliti melihatnya dari segi kode degradasi warna pensil. Kode pensil menyatakan ketebalan garis
yang dihasilkan pensil melalui angka di depan huruf, H (Hard), B (Bold), F (Firm), HB (Hard Bold). 2H
akan memiliki struktur yang lebih kuat daripada H, 2B lebih lembut dan tebal daripada B, HB yang
berarti memiliki struktur yang keras dan tebal.
Pada percobaan ini di dapatkan data warna saat pemberian EM4 50 ml pada tanah yang terjadi
yaitu: pada hari pertama warna tanah berupa 7B, untuk hari ke empat warna yang terjadi yaitu 4B, pada
hari ke tujuh warna yang terjadi yaitu HB, untuk hari ke sepuluh berwarna 2H sedangkan untuk ke empat
belas yaitu berwarna 6H. Adapun kode pensil itu dapat dilihat pada Gambar 1.
(http://www.corelmonster.com/2014/05/kodepensil.html[diakses3juni2015]

Gambar 1. Kode Pensil

Adapun perubahan tanah yang terjadi pada pemberian EM4 untuk hari pertama tanah hanya
berupa hitam untuk pemberian EM4 30-50 ml sedangkan untuk hari ke 4 – 7 tanah terlihat berwarna
hitam dan ada jamur di atas tanah yang di berikan EM4 sebanyak 30 ml, 40 ml dan 50 ml. hal ini dapat di
lihat pada Gambar 2.

Bejamur

A B C
Gambar 2. Warna tanah yang bejamur. A
Untuk A ketika diberi EM4 30 ml, B diberi 40 mL dan C 50 ml beserta perbesaran jamur.
Warna tanah juga dapat digunakan sebagai penaksir suatu tingkat kesuburan suatu tanah,
menentukan jenis dan kadar dari bahan berupa organik, serta aerasi dan drainase. Semakin tinggi tingkat
kandungan bahan berupa organik maka warna tanah yang terjadi akan semakin gelap dan sebaliknya
semakin sedikit kandungan bahan berupa organik pada tanah maka warna tanah yang terjadi akan terlihat
lebih terang. Hal – hal ini tanpa disadari proses yang telah terjadi dengan secara tidak langsung akan
dapat mempengaruhi suatu tingkat pertumbuhan suatu tanaman dan aktivitas organisme, (Sari, 2007).
Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo & Kartasapoetra (2002) menyatakan intensitas pada warna
tanah akan dipengaruhi beberapa faktor yaitu: (1) jenis mineral dan jumlahnya, (2) kandungan yang ada
pada bahan berupa organik pada tanah, dan (3) kadar air dan tingkat hidratasi pada tanah. Tanah yang
banyak mengandung mineral feldspar mengakibatkan terjadinya keragam warna dari putih hingga ke
merah. Hematit akan terjadi dari warna tanah yang awalnya merah hingga merah tua. Apabila semakin
tinggi kandungan bahan berupa organik pada tanah maka warna tanah akan terjadi semakin hitam dan
sebaliknya semakin sedikit kandungan bahan berupa organik yang ada pada tanah maka warna yang akan
terlihat pada tanah akan lebih terang. Tanah yang memiliki tingkat kandungan kadar air yang tinggi
hingga dapat dikatakan kategori basah akan menyebabkan terjadinya perubahan warna tanah akan terlihat
lebih gelap. Sedangkan tingkat hidratasi pada tanah akan berkaitan dengan sebuah kedudukan pada
kondisi permukaan air pada tanah, yang mana hal ini menuju ke arah warna reduksi (gleisasi) yaitu
berupa warna kelabu biru hingga kelabu hijau.
Penelitian lain Hanafiah (2005) menyatakan bahwa warna tanah dapat dikatakan sebagai salah
satu indikator untuk tanah yang baru berkembang, kondisi iklim tanah yang telah berkembang tingkat
lanjut, dan kesuburan atau kapasitas produktivitas pada lahan tanah. Secara umum dapat dikatakan
bahwa semakin hitam warna tanah berarti semakin tinggi pula tingkat suatu produktivitasnya, namun
secara urutan warna suatu tanah dapat di kategorikan: putih, kuning, kelabu, merah, coklat-kekelabuan,
coklat-kemerahan, coklat, dan hitam. Kondisi ini merupakan integrasi dari pengaruh (1) semakin tinggi
kandungan yang ada pada bahan berupa organik suatu tanah maka warna tanah yang terlihat akan
berwarna semakin hitam (2) semakin intensif suatu proses dari pelindihan menyebabkan terjadinya warna
pada tanah akan terlihat menjadi lebih terang (3) tingkat kandungan kuarsa tinggi menyebabkan suatu
tanah akan berwarna lebih terang.

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini penggunaan EM4 sangat berdampak pada
warna dan suhu yang terjadi pada tanah sehingga dari hal tersebut dapat kita lihat kualitas tanah tersebut.
Semakin banyak penggunaaan EM4 pada tanah maka akan semakin hitam warna yang terjadi dan
menimbulkan banyaknya jamur yang tercipta di aats tanah tersebut.

SARAN
Adapun saran untuk penelitian lebih lanjut mengenai EM4 pada tanah di lakukan percobaan
dengan menamakan tumbuhan ketika diberikan EM4 yang berbeda untuk melihat perkembangan tanaman
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyid, A.M. A & Sofyan. 1998. Effect of Concentration and Application Interval of EM4 on Growth and
Yield of Cotton (Gossypium hirsutum L.). J. Agronomi 26 (1) : 9 -15
Emirza, 2015. Cara Membuat Pupuk Bokashi dari Jerami dan Kotoran Ternak. http/Cara Membuat
Pupuk Bokashi yang Baik.htm/diakses 4 Februari 2016
Eviamanasye, F. 2017. Pengaruh pemberian campuran EM4, tetes tebu dan lembah cair tahu sebagai
pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman bayam merah.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 360 halaman.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233 halaman.
Haridjaja, O. 1996. Pemanfaatan bahan organik dalam menunjang pembangunan pertanian lahan kering
yang berwawasan lingkungan. Makalah disajikan pada Konferensi Nasional III PSL. Badan
Kerjasama Pusat Studi Lingkungan Indonesia (BKPSL) Denpasar, 22 – 24 Oktober 1996Bahua,
MI. 2010. Kinerja Penyuluh Pertanian dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Bogor. Institute
of Regional and Local Development.
Jian-bing, Z., Y. Jing-song, Y. Rong-jiang, Y. Shi-peng, L. Furong, and H. Xiao-jing. 2013. The effects
of farmyard manure and mulch on soil physical properties in a reclaimed coastal tidal flat salt-
affected soil. Journal of Integrative Agriculture. Advanced Online Publication. 14p.
Jumini., Hasanuddin, & S. Imran. 2012. IbM Kelompok Tani Pemakmue Tani dan Ibu PKK Desa
Blangkrueng. Laporan Pengabdian Masyarakat. LPKM Unsyiah, Darussalam Banda Aceh.
Kunaepah, U. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Glukosa terhadap Aktivitas Antibakteri,
Polifenol Total dan Mutu Kimia Kefir Susu Kacang Merah. (Tesis). Semarang. Universitas
Diponegoro.
Manuputty, M.C., A. Jacob, dan J.P. Haumahu. 2012. Pengaruh effective inoculant promi dan Em4
terhadap laju dekomposisi dan kualitas kompos dari sampah Kota Ambon. Agrologia 1(2):143-151.
Murni, dkk (2012). Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos Dari Sampah Organik Dengan Cara
Fermentasi Menggunakan Em4. Jurnal Teknologi, Volume 5 Nomor 2, Desember 2012, 172 –
181
Peraturan Mentan, No. 2/Pert/HK.060/2/2006.
Rahman, A. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor:
IPB.
Riswan, M 2010. Evaluasi Pupuk NPK dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang
Tanah. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, Vol. 3 No.2: 422 – 430
Simamora, S., dan Salundik. 2005. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta
Siti, dkk. (2016) Peranan Bahan Organik dalam Peningkatan Produksi Kedelai dan Ubi Kayu pada Lahan
Kering Masam.
Soedjono, M., dan A. G. Mashuri. 2000. Aplikasi Bahan Organic dan Mikroba Pengurai Bahan Organik
Pada Tanaman Kedelai Di Lahan Kering Alfisol. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
PUSLITBANGTAN Bogor hal 360-371.

Anda mungkin juga menyukai