Anda di halaman 1dari 34

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber daya alam industri baja

Sumber DayaiAlam (SDA) di indonesia sangatlah melimpah, khususnya


hasil bumi. Beberapa pulau di Indonesia bisa disebut sebagai jantung negara, hal
ini karena selain dari pajak, pendapatan negara juga ditopang oleh pendapatan
hasil buminya. Umumnya penambangan dalam skala besar langsung di tangani
oleh negara dengan bekerja sama dengan pihak asing untuk lebih memaksimalkan
pendapatan dari hasil bumi. Seperti halnya biji besi dan pasir besi, di Indonesia
sendiri jumblahnya sangat melimpah namun pengolahanya masi sangat terbatas.
Hal ini disebabkan kurangnya peralatan pengolah sumber daya dan peralatan
transportasi masih kurang memadai. Sehingga pengolahan sumber daya sendiri
dilakukan di luar negri dan hasil pengolahan sumber daya tersebut kemudian di
kirim kembali ke indonesia sebagai bahan baku atau bahan setengah jadi untuk
diolah kembali menjadi barang jadi. Seperti halnya mineral besi yang hampir
tersebar dibeberapa daerah Indonesia. Pemetaan hasil sumber daya merupakan hal
yang sangat penting, karena dapat memprediksi potensi sumber daya lain yang
masih satu daerah dan menambah pendapatan khususnya daerah sekitar.

Tabel 2.1 Sumber cadangn mineral besi

4
5

Kebutuhan negara kita dalam hal penggunaan baja selalu mengalami


peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan pembangunan yang sedang
digalakkan oleh pemerintah hampir di seluruh penjuru negri. Pembangunan ini
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Baja menjadi kebutuhan
yang tidak dapat digantikan dalam hal pembangunan, karena baja lebih sering
digunakan sebagai rangka konstruksi di setiap proyek - proyek pemerintah.
Konsumsi baja di Indonesia dapat di lihat dalamm tabel berikut :

Tabel 2.2 Konsumsi baja di indonesia

Penggunaan besi dan baja pada tingkat Nasional sangatlah tinggi dan
selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama pada bidang
konstruksi. Ini dikarenakan struktur bangunan selalu membutuhkan besi sebagai
bahan tambahannya. Penggunaan peralatan berbahan dasar besi sangatlah umum
dikalangan masyarakat, Hal ini disebabkan sifat besi yang kuat dan tahan terhadap
benturan.
6

Gambar 2.1 Diagran kebutuhan logam

Diagram diatas menunjukkan penggunaan baja nasional yang mana sektor


properti dan konstruksi yang mendominasi penggunaan besi. (Sumber : Bank
UOB Buana, 2011)

2.2 Logam

Logam berasal dari bahasa yunani metallon, adalah suatu benda yang tidak
tembus pandang, dapat menghantarkan arus listrik dan panas. Logam dapat
dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu logam berat, logam ringan, logam
mulia, logam api. Sedangkan menurut bahan dasarnya dapat diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu logam besi (ferrous) yang mana masih mengandung unsur besi
(Fe). Contoh dari logam (ferrous) antara lainnya seperti baja lunak, besi paduan
(baja) dan sebagainya, sedangkan logam bukan besi (non ferrous) yaitu logam
yang tidak mengandung unsur besi (Fe). Timah, aluminium tembaga dan lain- lain

2.3 Besi

Besi (Ferrous) ialah logam murni dimana unsur - unsur paduannya berada
pada prosentase kecil. Besi murni umumnya terdapat pada pertambangan yang
mana bentuk dari besi sendiri bisa berupa pasi maupun biji (biji besi). Besi tidak
bisa langsung digunakan, namun harus melalui pengolahan dan penambahan
unsur. Hal yang sering terjadi di kalangan umum ialah penyebutan besi dan baja.
7

Besi sering didefinisikan sebagai logam yang dapat diproses atau diolah kembali,
sedangkan baja atau waja ialah logam dengan kekerasan yang lebih tinggi,
biasanya berwarna hitam dan sulit untuk diolah.

Pada zaman dahulu penggunaan baja sangatlah populer. namun seiring


dengan berjalannya waktu, pengolahan besi mengalami perkembangan yang
cukup signifikan. Penggunaan besi yang mana menggantikan fungsional dari kayu
menjadi salah satu alternatif untuk pembangunan. Dan hingga sekarang biji besi
terus dikembangkan sebagai riset di seluruh belahan dunia. Berbagai macam
paduan dan penambahan unsur digunakan pada besi demi mendapatkan suatu
paduan (alloys) yang ringan, kuat, anti-karat, dan berumur lama. Sebenarnyua besi
murni bertekstur lembek, tetapi tidak bisa didapat melalui peleburan. Penambahan
karbon pada saat peleburan, menyebabkan besi mengeras. Dengan perbandingan
karbon tertentu (antara 0,002% hingga 2,1%) menghasilkan baja, yang lebih
keras dari besi murni. Logam besi mentah diolah di dapur pengolahan besi,
dimana bijih akan dilebur dengan campuran karbon dengan perbandingan tertentu.
Hasil dari peleburan besi berupa pig-iron atau besi cair yang dicetak sesuai
dengan kebutuhan.

2.3.1 Karaktristik Besi


Karaktristik mekanik besi serta paduannya mampu dievaluasi
dengan menggunakan berbagai uji, termasuk uji Brinell dan uji kekerasan
Vickers. Data pada besi sangat konsisten sehingga biasa digunakan pada
kalibrasi peralatan maupun uji perbandingan, namun sifat mekanik besi
dipengaruhi pada kemurniannya, contohnya seperti: besi murni kristal
tunggal untuk keperluan penenelitian faktanya lebih lunak daripada
aluminium serta juga besi hasil produksi industri yang paling murni
memiliki kekerasan 20–30 Brinell. (2018 : Pendidikan.Co.ID)

Reaksi besi dan air pada udara bersuhu tingga dapat menghasilkan
unsur hidrogen yang mana unsur tersebut dapat merusak permukaan pada
besi. Besi juga mempunyai sifat larut didalam larutan asam dan mudah
bereaksi dengan udara dan juga menghasilkan oksida besi (Fe2O3) yang
biasa dikenal sebagai karat. Bentuk besi yang stabil di bawah kondisi
8

standar tersebut mampu mengalami tekanan sampai 15 GPa sebelum


menjadi bentuk pada tekanan tinggi.

Beberapa senyawa besi antara lain :

1. Besi Oksida
Merupakan senyawa kimia, yang terdiri dari
oksigen dan juga besi,
2. Besi Sulfat
Besi jenis ini juga dapat dikatakan ferro-sulfat yang
mana mempunyai rumus kimia FeSo4 dan mempunyai
karakteristik yang mudah larut dalam air.
3. Besi Sulfida
Besi jenis ini memiliki senyawa rumus FeS yang
mana sifat dari besi sulfida sendir ialah non-
stokiometrik.
4. Besi Klorida
Besi klorida atau pada umumnya lebih dikenal
dengan sebutan feri-kloridan yang merupakan jenis
besi yang paling sering di gunakan dalam proses
pengolahan limbah pada industri.
5. Ferioksida
Atau yang lebih dikenal dengan nama biji besi,
dengan rumus kimia fe 203, dan dapat ditarik oleh magnet.

2.4 Baja

Baja ialah pengolahan lanjut dari besi yang dipadukan dengan unsur lain,
seperti karbon. Dari bentuk struktur kristalnya, besi dapat digolongkan menjadi 2
jjenis yaitu : Body Center Cubic (BCC) dan Face Center Cubic (FCC). Perlakuan
panas (heat treatment) akan sangat memengaruhi posisi dari atom – atom pada
besi. Dalam susunan bentuk BCC, ada atom besi ditengah-tengah kubus atom, dan
susunan FCC memiliki atom besi disetiap sisi. Interaksi alotropi yang terjadi
antara logam besi dengan seperti karbon, yang membuat baja dan besi tuang
memiliki ciri khas yang berbeda.
9

Untuk dapat disebut sebagai baja, unsur besi haru mengandung karbon
dalam antara 0.2% hingga 2.1% dari berat baja tersebut sesuai jenisnya. Unsur
yang sering dipadukan dengan besi antara lain karbon, sulfur, mangan, fosfor, dan
sebagian kecil oksigen, nitrogen. Selain ada unsur lain yang ditambahkan untuk
menambah sifak mekanik dari baja diantaranya, mangan, nikel, krom, boron,
titanium dan lain sebagainya.

Dengan kandungan karbon dan unsur paduan yang berbeda-beda, berbagai


kualitas baja dapat dihasilkan. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur
pengeras dengan mencegah pergeseran kristal dari atom penyusun besi. Tanpa
karbon ini maka struktur atom dari besi murni tidak memiliki ketahanan antar
atom sehingga terjadi pergeseran dan menyebabkan defleksi pada permukaan
baja. Baja karbon sering dikenal sebagai baja hitam atau waja yang banyak
digunakan sebagai alat-alat pertanian. Penambahan kandungan karbon pada baja
dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan tariknya, disisi lain membuat baja
menjadi getas serta menurunkan keuletannya.

Terdapat banyak sekali jenis dan spesifikasi baja yang beredar. Dalam
memudahkan pemilihan sebuah baja, maka dibuatlah kode baja mendeskripsikan
unsur paduan dan kelebihan baja. Misalnya baja konstruksi yang biasanya
membutuhkan kekuatan yang lebih dibandingkan baja pertanian. Pada standarisasi
Jerman (DIN), baja kontruksi dinyatakan dengan huruf ST kemudian diikuti
dengan angka yang menunjukkan kekuatan tarik minimum dari baja.Misalnya ST
45 adalah baja berkekuatan minimal 450 N/mm.

2.5 Perbedaan besi dan baja.

Besi dan baja banyak digunakan karena memang sifat mekaniknya yang
begitu cocok untuk keperluan konstruksi bangunan, bagian - bagian kendaraan,
dan lain - lain. Selain memiliki daya kekuatan yang sangat kuat besi dan baja ini
memiliki sifat keuletan yang memadai. Bentuk profil baja juga sangat berpengaruh
pada kekuatan baja. Dengan menggunakan profil baja yang sesuai dapat menekan
pengeluaran dan meningkatkan efisiensi bahan. Hal inilah yang membuat besi dan
baja ini harganya relatif murah untuk keperluan - keperluan seperti konstruksi
bangunan.
10

Perbedaan besi dan baja dapat dilihat pada tabel unsur periodik dimana
besi sendiri merupakan unsur murni yang terdapat pada alam, sedangkan baja
merupkan campuran dari unsur besi yang dipadukan dengan unsur-unsur lain.

Gambar 2.2 Tabel unsur periodik

Kelemahan utama baja sebagai bahan konstruksi adalah, baja sangat


mudah teroksidasi oleh lingkungan sekitar terlebih lagi dalam kondisi yang
lembab (dalam proses ini disebut karatan). Hasil pengkaratan sendiri berupa
lapisan berwarna coklat kehitam – hitaman yang mana dapat mengurangi dimensi
dari baja tersebut. Pelapisan besi agar tidak langsung terpapar oleh udara sekitar
menjadi solusi sementara saat baja disimpan.
11

Perbedaan besi dan baja sendiri dapat didefinisikan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Diagram ferit dan perlit pada besi dan baja

Proses produksi baja sebenarnya sudah sekian lama. Namun pada zaman
dulu harga baja memang dianggap jauh lebih mahal. Namun sejak adanya proses
pembuatan baja dengan teknik yang lebih baik, maka produksi baja akhirnya
dilakukan besar – besaran. Hal ini menyababkan harga menjadi semakin lebih
murah. Dan kini akhinya baja menjadi salah satu material yang memang sangat
banyak digunakan untuk kegiatan industri. Perbedaan antara besi dan baja dan
juga baja berikut adalah beberapa perbedaan besi dan baja yang bisa anda lihat
dengan seksama diantaranya adalah :

2.5.1 Asal pembentukan.


Baja adalah salah satu jenis material yang mana dalam proses
pembuatannya sendiri menggunakan unsur ferrous, sedangkan untuk jenis baja
material pembuatannya sendiri dengan proses kombinasi banyak unsur, mulai dari
baja, mangan, karbon, dan masih banyak kandungan lainnya sebagai bahan
campuran dalam baja.
12

2.5.2 .Komposisi material


Unsur karbon yang terdapat pada baja lebih besar daripada yang terdapat
pada besi. Unsur ini ditambahkan dengan tujuan agar baja menjadi lebih keras dan
ulet, sehingga baja yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. Prosentase baja
sendiri berkisar 4% sedangkan pada besi kurang dari 2%, hal inilah yang
menyebabkan besi lebih lunak daripada baja.

2.5.3 Kadar karbon


Unsur karbon dari besi dan baja sendiri mempengaruhi tingkat kekerasan
dan juga kekuatan dari daya tarik sebuah material. Dengan kata lain, jika semakin
besar kandungan karbon yang ada dalam sebuah material maka tingkat
kekerasannya dan kekuatannya juga akan semakin tinggi.

2.5.4 Tingkat Elastisitas


Secara umum, baja memiliki tingat elastisitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan besi, apabila dlihat berdasarkan keakutannya, baja memang
jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan baja.

Baja merupakan salah satu material yang paling umum digunakan sebagai
material pembuat pisau, terutama untuk bilahnya. Kualitas dari baja sebagai
material utama menentukan kualitas pisau. Untuk mendapatkan kualitas baja yang
baik maka kita juga perlu tahu unsur-unsur yang membentuk baja tersebut beserta
fungsinya.

Material baja yang digunakan untuk pembuatan pisau mengalami proses


hardening merupakan hal yang penting, baja yang tidak di-treatment tidak akan
sangat mempengaruhi ketajaman dan kekuatan dari sebuah pisau. Baja dibentuk
dengan menambahkan unsur lain untuk menambah kekuatannya. Komposisi dan
prosentase penambahan unsur lain pada baja merupakan hal yang terus diolah
oleh berbagai pabrik baja untuk memenuhi kebutuhan tertentu bagi konsumennya.
13

2.5.5 Klasifikasi Baja


1. Baja Karbon
Baja karbon dapat diubah sifat mekanisnya dengan cara perlakuan
panas (Heat Treatment). Baja karbon adalah paduan besi dan karbon
sebagai unsur tambahan, dimana unsur karbon sangat menentukan
sifat-sifatnya, baja karbon mengandung karbon maksimum 2%, baja
karbon dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu
1. Baja Karbon Rendah
Unsur karbon yang ada pada baja karbon rendah berkisar
antara 0,008% – 0,3%. Umumnya baja karbon rendah dengan
campuran 0,008% - 0,3% dijual di pasaran berbentuk plat atau
silindris. Baja karbon rendah dengan campuran unsur karbon
sekitar 0,008% – 0,1% dijadikan baja plat atau strip. Baja
karbon rendah yang mengandung 0,5% C diaplikasikan bada
bagian – bagian tertentu dari sebuah kendaraan. Baja karbon
rendah yang mengandung 0.15% – 0,25% C digunakan untuk
baja kontruksi. Baja karbon rendah yang mengandung 0,2% –
0,3% C digunakan untuk membuat baut, skrup, paku dan keling.

2. Baja karbon sedang


Baja karbon ini mengandung karbon antara 0,3% – 0,6% C.
Baja karbon ini banyak dipergunakan untuk alat-alat perkakas
bagian dalam mesin. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung
baja, maka baja karbon sedang dapat digunakan untuk berbagai
hal, jumblah campuran 0,4% C digunakan untuk keperluan industri
kendaraan, seperti bahan membuat baut, mur, poros engkol, batang
torak, atau poros-poros dan lain sebagainya. Mengandung 0,5% C
digunakan untuk membuat roda gigi, palu, dan penjepit, dan
mengandung 0,55% – 0,6% C dipergunakan untuk membuat pegas.
14

3. Baja karbon tinggi


Baja karbon ini mengandung karbon antara 0,7% – 1,3% C,
baja jenis ini biasanya diaplikasikan pada bagian yang panas.
Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung didalamnya, baja
karbon tinggi digunakan sebagai berikut. Mengandung kira-kira
0,9% C dipergunakan untuk pembuatan pegas, alat perkakas seperti
anvil, palu, gergaji, dan pahat potong. Mengandung karbon 1% –
1,5% C dipergunakan untuk pembuatan kikir dan pisau cukur .

2. Baja Paduan
Baja paduan adalah baja yang mengandung banyak unsur
dengan kadar lebih banyak daripada karbon biasanya dalam baja
karbon. Menurut kadar baja paduan dapat dibagi ke dalam dua
golongan yaitu baja paduan rendah dan baja paduan tinggi. Baja
rendah unsur campuranya dibawah 10% sedangkan baja paduan tinggi
datas 10%.. Baja paduan semakin banyak digunakan.Unsur yang
paling banyak digunakan untuk baja paduan, yaitu: Cr, Si, Ni, W, Mo,
Al, Ti, Cu, Nb, Mn dan Zr. ciri-ciri umum pada baja paduan yaitu:
Keuletan yang tinggi.
Kekerasan sewaktu pencelupan dalam minyak atau udara
dan dengan demikian kemungkinan retak atau distorsinya.
Tahan terhadap korosi dan kekerasan tergantung pada
jenis paduan.
Tahan terhadap perubahan suhu.

3. Baja tahan karat.


Baja tahan karat ialah baja yang mempunyai ketahanan
karat yang cukup tinggi. Dengan kandungan kromium minimal
10,5% menjadikan baja ini memiliki resistensi pengkaratan lebih
baik dari baja biasa. Unsur kromium bersifat unik, dimana dapat
membentuk lapisan pasif pada permukaan baja. Hal tersebut dapat
memberikan perlindungan dari proses berkarat. Berdasarkan
15

struktur mikro atau mekanisme peningkatan kekuatannya, baja


tahan karat dibagi menjadi lima jenis.

1. Baja tahan karat austenitik.


Unsur baja ini dapat menstabilkan austenite pada suhu
ruang dan bersifat non ferromagnetik. Baja tahan karat
austenitik memiliki sifat mampu bentuk dan keuletan pada suhu
rendah. Selain itu baja tahan karat austenitik juga memiliki sifat
mampu las dan ketahanan karat yang sangat baik. Baja tahan
karat austenitic sering diterapkan pada sistem dengan suhu
tinggi. Di sisi lain baja tahan karat austenitik memiliki
kekuatan yield yang rendah dan hanya dapat ditingkatkan
kekuatannyad melalui cold working, precipitation hardening,
atau substitutional solid solution strengthening. Menurut
standar AISI-SAE, baja tahan karat austenitik umumnya
memiliki nomor 3xx. Baja tahan karat austenitik yang populer
adalah tipe AISI-SAE 304, di mana mengandung 18%-20% Cr
dan 8%-12% Ni. Pada baja tahan karat austenitik, pembatasan
karbon sangatlah penting. Ketika dipanaskan, karbon akan
membentuk kromium karbida yang mengendap pada batas butir
austenite dan menimbulkan kondisi sensitization. Karena
kromium terikat sebagai karbida, maka kromium akan
berdekatan dengan batas atom dan memberikan ruang kosong
sebagai tempat terbentuknya karat. Sensitization dapat diubah
dengan memanaskan baja pada suhu 1040-1150°C dan diikuti
dengan pendinginan ke suhu ruang dengan cepat.

2. Baja tahan karat ferritik (ferritik stainless steel).


Baja tahan karat ferritik merupakan baja dengan paduan
kromium 10,5%-30% dan karbon kurang dari 0,12%. Nikel
digunakan pada baja tahan karat ferritik dalam jumlah kecil
(kurang dari 1%, pada paduan tertentu). Baja tahan karat jenis
16

ini relatif murah. Baja tahan karat ferritik juga memiliki tingkat
kekuatan yang baik.

3. Baja tahan karat duplex (duplex stainless steel)


Baja tahan karat duplex merupakan baja dengan paduan
kromium, nickel, struktur (baja tahan karat duplex) mikro
dengan persentase ferrite dan austenite hampir sama (keduanya
sekitar 50%). Sifat tahan karat dari baja tahan karat duplex
mirip dengan baja tahan karat austenitik. Baja tahan karat
duplex memiliki kekuatan yang lebih tinggi daripada baja
tahan karat austenitik. Selain itu, baja tahan karat duplex juga
memiliki ketahanan retak akibat karat yang lebih baik daripada
baja tahan karat austenitik. Sifat lain dari baja tahan karat
duplex antara lain lebih ulet serta memiliki sifat mampu bentuk
dan mampu las yang lebih baik.

4. Baja tahan karat martensitic (martensitic stainless steel).


Baja martensitic dibuat dengan menrubah baja paduan dari
fase austenite ke martensite. Perubahan menjadi martensite
terjadi saat baja paduan dipanaskan pada suhu 800-1400°C dan
didinginkan pada suhu ruang. Baja tahan karat jenis ini
mengandung kromium kurang dari 16% dan karbon hingga 1%.
Baja jenis ini juga memiliki kekuatan yang lebih tinggi
dibanding dengan baja austenitik dan ferritik. Baja tahan karat
martensitic sering digunakan sebagai bahan pembuatan pisau
kualitas tinggi dan ball bearing.

5. Precipitation hardening stainless steel.


Precipitation hardening stainless steel merupakan baja
tahan karat yang memiliki kekuatan dan keuletan tinggi melalui
penambahan aluminium, niobium, titanium, vanadium atau
17

nitrogen. Pada baja tahan karat jenis ini, pengendapan


terbentuk selama proses perlakuan panas.

2.6 Kodefikasi Baja

Pengkodean pada baja sangatlah penting untuk pemilihan bahan. Karena


pemilihan bahan yang tepat membuat efisiensi pada bahan dan menghemat
pengeluaran biaya. Berikut pengkodean baja.

1. Kode dan tipe baja menurut aturan SAE (Society of


Automotive Engineers).
1XXX - Baja simple (Plain Carbon Steel).
13XX - Baja dengan paduan Mangan.
2XXX – Baja dengan paduan Nikel.
92XX - Baja alloy dengan paduan Mangan dan
Silikon
2. Menurut aturan AISI (American Iron and Steel Institute)
A - Air hardening steel. Adalah baja dengan proses
hardening dengan pendingin pada suhu ruangan.
D - Die steel. Adalah baja yang dibuat pada mesin
cetakan ( pressing) atau tekan.
F – Carbon atau Tungsten alloy. Adalah baja
dengan paduan unsur tungsten.
H - Hot work. Adalah baja khusus yang tujuan
pembuatannya akan diaplikasikan pada temperatur
tinggi.
L - Low Alloy. Adalah baja dengan unsur paduan
rendah.
M - Molybdenum Alloy. Adalah baja paduan
Molibium.
Oil hardening steel. Adalah baja yang mengalami
proses pendinginan menggunakan minyak.
S - Shock resistant steel. Baja yang memiliki
ketahanan terhadap benturan tinggi.
18

W - Water hardening steel. Adalah baja dengan


proses pendinginannya menggunakan air. Biasanya
menggunakan air yang telah dicampurkan garam
agar lebih keras (proses penyepuhan).

Setiap negara mempunyai pengkodean yang berbeda – beda, bahkan setiap


industri juga memiliki pengkodean baja yang berbeda meskipun masih dalam satu
negara.

3. Baja Karbon.

Berikut ini jenis-jenis Baja Karbon yang umum


digunakan sebagai Bahan Pisau:

D2
Jenis baja ini pertama kali muncl pada era perang
dunia ke II yang mana penggunaanya sangatlah
populer pada saat itu. Baja jenis ini juga dapat
disebut semi – stainless karena paduan unsur
karbonya 1.50% sampai 1.60%, dan mempunyai
daya tahan ketajaman yang tinggi.
A2
kandungan unsur karbon yang terdapat pada baja
A2 0.95% sampai 1.05%, dan kromium berkisar
antara 4.75% sampai 5.50%. dibandingkan dengan
baja D2, baja jenis ini lebih ulet namun
mempunyai daya tahan ketajaman yang lebih
rendah.
O1
Jenis baja O1 mempunyai unsur paduan karbon
sebanyak 0.85% sampai 1.01%, dan campuran
unsur kromium berkisar antara 0.39% sampai
0.60%. merupakan baja dengan kekerasan yang
cukup baik.
19

W-2
Baja W-2 mempunyai kandungan karbon berkisar
antara 085% sampai 1.50%, dan kromium 0.15%.
Karena campuran vanadium 0.2%, membuat baja
ini memiliki kekerasan yang cukup tinggi.
Penomerannya mencamtumkan besarnya jumblah
karbon yang terkandung dalam jenis baja ini.
Karena tidak ada unsur kromium, baja jenis ini
sangat mudah berkarat.
Carbon V…………………………………………..
Carbon V adalah baja yang diaplikasikan pada
pengerjaan Cold Steel. Dimana kemampuan dari
baja ini bisa terbilang hapir sama dengan jenis baja
O1. Namun dari segi ekonomi, baja jenis ini
sangatlah murah.
L-6
Penggunaan baja jenis L-6 umumnya digunakan
dalam pembuata gergaji kayu yang mana karakter
baja jenis ini mempunyai kekerasan yang cukup
tinggi. Disisi lain baja jenis ini sangat rentan
berkarat apabila terkena air pada permukaannya
dan dibiarkan dalam kondisi lingkungan.
4. Baja Tahan Karat (Stainless Steel)

Baja stainless steel ialah baja tahan karat yang mana


sering digunakan pada peralatan – peralatan rumah tangga.
Baja ini dipilih karena sifatnya yang sulit untuk mengalami
korosi dan mudah dibersihkan. Namun unsur paduan pada
baja ini yang membuat baja stainless steel lebih berat dari
baja lainnya.

420 dan 420J


Baja jenis ini mempunyai unsur tambahan berupa
karbon sebesar 0.15% hingga 0.40%, dan unsur
20

khromium sebesar 12% hingga 14%. Kemampuan tahan


karat yang tinggi akibat penambahan unsur khromium
dan bersifat ulet menyebabkan baja tidak mempunyai
kekerasa yang cukup tinggi. Sehingga pada
penggunaannya (untuk sebuah pisau) harus sering
diasah. Kemudian baja yang berkode 440A, 425M,
420HC, 12C27, dan 6A yang mana memiliki paduan
unsur karbon dengan prosentase 0.40% hingga 0.75%,
dan unsur kromium 13.0% sampai dengan 17.9%.
Mempunyai sifat struktur yang lebih baik dibandingkan
dengan baja sebelumnya sehingga baja jenis ini
mempunyai kekerasan yang cukup tinggi dan ketajaman
yang baik.
5. Baja Mild Steel
Adalah baja yang dibuat dalam jumlah besar
dan tidak diberi perlakuan panas. Misalnya Fe 360, Fe 430,
ST 37, ST 52, dam sebagainya. Baja-baja jenis ini lebih
sering digunakan pada kehidupan sehari hari, disamping
harganya yang terjangkau pengolahannya tergolong mudah.
Penggunaan baja ini bisa kita lihat di sekitar kita seperti
pagar rumah, engsel pintu dan lain – lain.
6. Baja Istimewa (Special Steel)
Pada proses pengolahan tipe baja istimewa (Special
Steel) memerlukan penanganan yang khusus, hal ini karena
paduan unsur – unsur yang terdapat pada baja istimewa tida
dapat menyatu dengan proses peleburan sederhana.
Penggunaan baja istimewa sebagai baja perkakas (tool
steel), yang mana mempunyai paduan unsur C dengan
kemurnian lebih tinggi. Pada baja istimewa dibedakan
menjadi 2 kelompok yaitu :
Kelompok I : Jenis baja atas dasar sifat mekanisnya
atau penerapannya.
21

Kelompok II: Jenis baja berdaskan susunan kimianya


Kelompok I .
Untuk standar Eropaimenggunakan simbol Fe dan
dapat diikuti denganI bilangan yang menunjukkan batas
atau kekuatanitarik minimum yang harus dapat ditahan
jenis baja tersebut (dalam satuan N/mm2). Contohnya : Fe
360 (baja dengan kekuatan tarik minimal sebesar 360
N/mm2).

Kelompok II (Jenis baja berdasarkan susunan kimianya)

Ialah jenis baja yang pada pengkodeannya


didasarkan pada jumblah prosentasi paduan atau campuran
bahannya. Baja jenis ini lebih sering ditemua pada
pengkodean logam aluminium, yang mana penomeran
tersebut merupakan karakteristik dari logam tersebut. Tentu
penomeran atau pengkodean yang didasarkan pada jumblah
komposisi sangat mahal. Hal ini karena penggunaanya pada
hal yang lebih spesifik dan proses pembuatannya yang
cukup sulit.
2.7. Pengertian baja ST 45

Pengkodean baja memang sangatlah banyak, namun yang perlu


diperhatikan adalah kebutuhan baja dan penggunaanya serta jenis dari baja yang
akan kita pilih. Meskipun begitu hampir semua pengkodean baja selalu
mencantumkan angka – angka yang mana angka tersebut dapat didefinisikan
sebagai prosentase paduan maupun kekuatan dari baja tersebut. Pengkodean yang
penulis fahami ialah pengkodean DIN 17100 yang mana telah dipelajari dan
diterapkan pada saat praktikum. Baik pada saat SMK maupun di universitas.

Pengkodean pada baja DIN 17100 dengan seri - seri St37, St42, St44,
St50, dan seterusnya menunjukkan spesifikasi dari baja struktural. dimana
penomoran dimaksudkan untuk memudahkan pengguna baja dalam memilih
22

material baja yang sesuat dengan kebutuhannya. Dalam pengkodean ini dapat
didefinisikan sebagai berikut :

St45
1. St memiliki arti baja (dalam bahasa Jerman mempunyai arti stahl,
sedangkan dalam bahasa Inggris mempunyai arti steel).
2. 45 menunjukkan kekuatan tarik dari baja tersebut yaitu sebesar
45 kg/mm².

Sehingga arti St (stahl) menunjukkan baja dengan tipe struktural,


sedangkan dua digit angka dibelakang menunjukkan kekuatan tarik dalam
kg/mm². Oleh karena itu dapat disimpulkan St45 merupakan tipe baja struktural
dengan kekuatan tarik sebesar 45 kg/mm².

Pada umumnya semua logam mengalami suatu kondisi penurunan kualitas


yang dipengaruhi penggunaanya dan lingkungan sekitar. Salah satu penyebabnya
ialah korosi. Korosi sendiri ialah suatu peristiwa oksidasi pada besi akibat
permukaannya bersentuhan dengan uap air yang Ada di udara. Banyak cara yang
dapat dilakukan agar besi dapat bertahan lama dalam kondisi tersebut. Salah satu
yang umum dilakukan ialah pengecatan. Hal ini bertujuan agar besi tidak
bersentuhan langsung dengan uap air yang ada di sekitar lingkungan.

2.8 Korosi

Korosi ialah pengurangan ukuran logam yang terjadi akibat reaksi oksidasi
antara logam dengan kondisi sekitar, dan hasil reaksi lainnya yang lebih dikenal
sebagai pengkaratan. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi merupakan
reaksi oksidasi logam yang terjadi pada permukaan logam yang kontak langsung
dengan lingkungan sekitar yang mana menghasilkan sisa berupa karat. Secara
umun karat atau korosi dapat didefinisikan sebagai berikut :

2.8.1 Korosi Merata


Korosi merata ialah jenis korosi yang terjadi pada seluruh
permukaan logam (ferrous) korosi merata umumnya terjadi karena
permukaan besi bersentuhan langsung dengan udara sekitar, terlebih
23

udara lembab. Akibatnya ukuran dari dimensi sebuah logam akan terus
berkurang dan menyebabkan kerapuhan yang mana dapat merusak
bagian - bagian tertentu dari sebuah logam. Kerugian langsung akibat
korosi merata berupa kehilangan material konstruksi keselamatan kerja
dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk
senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak
langsung antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan
biaya perawatan.

Gambar 2.4 Korosi Merata (Corrosionclinic, 2013)

Reaksi yang terjadi adalah :


Fe(s) Fe2+ + 2e (reaksi oksidasi)
O2 + 2H2O + 4e 4 - OH (reaksi reduksi)
2Fe + O2 + 2H2O 2Fe(OH)2 6

2.8.2 Korosi Galvanik


Korosi galvanik terjadi apabila dua logam (bimetal) yang
dihubungkan dan berada di lingkungan korosif. Dimana salah satu
logam tersebut akan mengalami korosi, sementara logam lainnya
akan terlindungi dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi
adalah logam yang memiliki resistensi yang lebih rendah, sedangkan
24

logam yang mempunyai resistensi korosi yang lebih tinggi akan


terlindungi. Korosi galvanik dapat menjalar melalui sambungan yang
ada pada suatu material dan akan sangat sulit untuk diketahui apabila
korosi sudah menjalar sampai bagian terdalam pada logam bimetal.
Contoh dari korosi galvanik ditunjukkan pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Korosi Galvanik (Corrosionclinic, 2013)

2.8.3. Korosi Sumuran


Korosi sumuran adalah yang terjadi pada permukaan
sebuah logam yang terbuka akibat pecahnya lapisan pelindung dari
logam tersebut. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan
pembentukan lapisan korosi yang ada pada celah dan penurunan
kelembapan udara sekitar sehingga terjadi pelarutan lapisan
permukaan logam secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan
pasif hancur sehingga terjadi korosi sumuran.
25

Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya


tersembunyi dan arah korosinya ke dalam dari sebuah material,
sehingga dapat menyebabkan logam patah mendadak. Contoh dari
korosi sumuran ditunjukkan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Korosi Sumuran (Scribd.com/korosi)

2.8.4. Korosi Celah


Korosi celah adalah yang terjadi pada sela sambungan pada
sebuah materlial. Proses terjadinya korosi celah, pada mulanya
sebuah logam mengalami retakan serabut yang mana retakan tersebut
akan membuat masuknya udara. Udara yang ada didalam celah akan
perlahan - lahan akan mengoksidasi celah bagian dalam dari sebuah
logam. Akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan
bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam didalam menjadi
anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi. Contoh dari korosi
celah ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Korosi Celah (Scribd.com/korosi)


26

2.8.5. Korosi Retak Tegang, Korosi Retak Fatik, dan Korosi


Akibat Pengaruh Hidrogen.
Korosi retak tegang, korosi retak fatik dan korosi akibat
pengaruh hidrogen adalah bentuk korosi dimana material mengalami
keretakan akibat pengaruh lingkungannya. Korosi ini terjadi apabila
sebuah logam paduan mengalami tegangan tarik statis di lingkungan
sekitar, contohnya seperti stainless steel sangat rentan terhadap
larutan nitrat.
Korosi retak fatik terjadi sebuah material atau benda
mengalami tengangan yang berulang – ulang di lingkungan korosif,
sedangkan korosi akibat pengaruh hidrogen terjadi akibat suatu
logam atau material teroksidasi akibat pengaruh difusi hidrogen.
Contoh dari korosi retak tegang ditunjukkan pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 Korosi Retak Tegang (Corrosionclinic, 2013)

2.8.6. Korosi Intergranular


Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada
logam paduan akibat reaksi dari batas – batas butir atom pada sebuah
logam.
27

Pada kehidupan sehari hari, korosi ini sering terjadi pada


baja tahan karat berjenis austenitic yang mana sebelumnya logam
austenitic telah diberiikan perlakuan panas atau heat treatment.
Contoh dari korosi intergranular dapat dilihat pada gambar 2.9

Gambar 2.9 Korosi Intergranular Pada Pipa (Scribd.com/korosi)

2.8.7. Korosi Selective Leaching


Selective leaching atau yang lebih dikenal dengan sebutan
korosi selektif yang terjadi dari satu atau lebih material atau logam
paduan akibat oksidasi dari paduan larutan padat. Korosi ini juga
dapat disebut sebagai pemisahan unsur logam akibat perbedaan dari
potensial logam (logam yang sama namun memiliki jumblah elektron
yang berbeda), yang mana logam dengan potensial yang lebih tinggi
akan mengalami pengurangan ukuran akibat unsur elektron pada
logam tersebut berpidah ke logam yang memiliki potensial yang
rendah. Contoh umum korosi selective leaching adalah dekarburisasi,
decobaltification, denickelification, dezincification, dan korosi
grakelembapanitic. Dalam proses dezincification pada logam berjenis
kuningan, seng terlarut dari paduan tembaga – seng , meninggalkan
lapisan permukaan tembaga yang rapuh.
28

Contoh dari korosi selective leaching dapat difaham melalui gambar


2.10

Gambar 2.10 Selective Leaching Corrosion (Mechanical engineering,


2012).

2.8.8. Korosi Atmosfer


Korosi atmosfer ialah sebuah proses korosi yang terjadi
karena pengaruh udara sekitar pada sebuah logam, yang mana logam
tersebut tidak terlapisi oleh bahan penghambat korosi. Terjadinya
proses korosi ini sangatlah lama dan hampir seluruh permukaan yang
terbuka (tidak terlapisi) akan berkarat sehingga menyebabkan logam
rapuh dan terkikis bagian permukaannya. Masyarakat pada umunya
akan melapisi logam dengan menggunakan cat atau oli bekas, hal ini
bertujuan agar logam yang bersentuhan dengan udara tidak langsung
mengalami oksidasi dan pada akhirnya akan berkarat. Contoh dari
korosi atmosfer tegang ditunjukkan pada Gambar 2.11

Gambar 2.11 Korosi Atmosfer (Scribd.com/korosi)


29

Karena proses terjadinya korosi atmosfer membutuhkan


udara untuk beroksidasi, korosi atmosfer juga dipengaruhi
oleh beberapa hal diantaranya :
a. Jumlah zat pencemar di udara (debu, gas), butir-butir
karbon akibat dari sisa hasil pembakaran, oksida metal.
b. Suhu
c. Kelembaban udara (pH)
d. Arah dan kecepatan angin
e. Radiasi matahari
f. Jumlah curah hujan

2.8.9. Korosi Regangan


Korosi regangan terjadi akibat gaya tarik pada suatu
material logam melebihi batas yang telah diizinkan. Akibatnya
permukaan logam yang awalnya terlindungi oleh lapisan anti karat
akan terbuka dan akibat dari terbukanya lapisan tersebut, logam akan
mengalami pengkorosian pada bagian – bagian tertentu. Korosi
regangan ini sering disebut Retak Karat Regangan (RKR) atau stress
corrosion cracking, diamana jenis retak terjadi secara tiba - tiba,
regangan biasanya disebabkan oleh tagangan sisa dari sebuah logam
akibat pengaruh perlakuan panas atau pada saat proses pembentukan
logam dimana sisa hasil pengerjaan (residual) seperti pengelingan
atau pengepresan yang terjadi kurang rapi. Untuk material kuningan
jenis KKR disebut season cracking, dan pada material low carbon
steel disebut caustic embrittlement (kerapuhan basa). Proses
pengkaratan ini tidaklah membutuhkan waktu yang lama, apabila
semua persyaratan untuk terjadinya korosi regangan ini telah
terpenuhi pada suatu waktu tertentu dimana apabila masih adanya
regangan internal dari sebuah material dan dan lingkungan yang
korosif dengan konsentrasi zat (corrodent) yang cukup tinggi serta
suhu lingkungan yang mendukung, proses ini akan terjadi lebih cepat
dari korosi yang lainnya. Contoh dari korosi regangan tegang
dijelaskan pada gambar 2.12
30

Gambar 2.12 Stress Corrosion Cracking (Corrosionclinic, 2013)

2.8.10. Korosi Arus listrik liar


Korosi arus listriik liar adalah kondisi dimana sebuah aliran
listrik yang bebas (liar) merambat hingga menyentuh logam yang ada
dilingkungan sekitarnnya. Pada lokasi dimana arus meninggalkan
sumber arus, laju korosi akan lebih cepat terjadi sehingga Arus listrik
liar dapat merusak logam yang berada pada area tersebut.
Terdapat 2 jenis sel arus listrik liar yang dipaksakan, yaitu :

a. Sel arus listrik yang terjadi secara tidak disengaja.


Seperti arus listrik pada kereta api listrik, yang melaju
disamping atau berdekatan dengan pipa logam didalam tanah
yang terbuat dari baja galvanis atau baja berlapis beton. Korosi
terjadi pada daerah sumber arus listrik yang berasal dari rel
kereta listrik tersebut. Dimana arus listrik yang menuju pipa
akan menjadi katoda, sedangkan arus listrik yang
meninggalkan pipa menjadi anoda dan akibat hal ini sebuah
logam akan mengalami pengkaratan.

b. Sel arus paksa disengaja


Pada pipa bawah tanah sel katodik akan menjadi resistensi
korosi, hal ini disebabkan arus berasal dari sumber arus listrik
31

mengalir searah menuju elektroda dan melalui tanah. Arus listrik


yang mengalir dari elektroda menuju pipa logam,yang mana
membuat pipa tersebut tidak mengalami pengkaratan. Setelah
menyentuh permukaan pipa logam, selanjutnya arus kembali ke
sumber tegangan (rectifier).

2.8.11. Korosi Erosi


Korosi erosi adala sebuah peristiwa korosi yang terjadi
akibat gesekan fluida dengan permukaan logam, yang mana fluida
mengalir sangat cepat sehingga permukaan logam terkikis secara
perlahan - lahan. Korosi erosi sangat susah untuk diketahui karena
logam yang terkikis berada pada bagian dalam dan sangat sulit untuk
diketahui. Korosi erosi dapat dibedakan pada 3 kondisi , yaitu :
a. Kondisi aliran laminar.
b. Kondisi aliran turbulensi
c. Kondisi peronggaan.
Penyebab terjadinya korosi erosi sendiri dapat dibedakan menjadi 4
diantarana :
a. Perbedaan ukuran sebuah pipa pada sistem perpipaan
yang mana pipa yang lebih besar disambungkan pada pipa
yang lebih kecil. Akibat dari perbedaan tersebut kecepatan
aliran fluida yang terjadi pada pada pipa yang lebih kecil
akan bertambah.
b. Instalasi sambungan pipa yang kurang baik pada saat pipa
disambungkan.
c. Adanya sobekan pada pipa sehinggal fluida yang
digunakan mengalir keluar.
d. Adanya material lain yang ikut terbawa aliran fluida dan
mengganggu aliran laminar.
32

Contoh korosi erosi ditunjukkan pada Gambar 2.13

Gambar 2.13 Korosi Erosi Pada Pipa (Mechanicalengineering, 2012)

Dengan memahami penyebab dan bagian-bagian korosi, kita dapat


mencegah dan memprediksi terjadinya korosi tersebut. Sehingga kita dapat
memprediksi umur dan maintenance pada suatu material.

2.9. Faktor yang mempengaruhi laju korosi


Banyak faktor - faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya korosi yang
terjadi pada suatu logam atau material. Penyebab dari laju korosi lebih banyak
akibat dari kelembapan serta uap air yang ada pada area sekitar logam. Namun
selain hal tersebut masih ada penyebab lainya, diantaranya:

1. Faktor Gas Terlarut.

Adanya okisigen pada area sekitar logam atau material


terlebih mild stell dimana oksigen tersebut langsung bersentuhan
dengan logam atau material. Kecepatan laju korosi akan
bertambah dengan meningkatnya kandungan oksigen yang ada
pada udara sekitar. Rumus kimia reaksi korosi secara umum
pada logam terjadi karena adanya kelarutan oksigen adalah
sebagai berikut :
Reaksi Anoda : Fe -----> Fe2 + 2e

katoda : O2 + 2H2O+ 4e 4 OH
33

Apabila karbondioksida tercampur dengan uap air, maka


akan terbentuk asam karbonat (H2CO3) yang dapat menurunkan
pH air sehingga meningkatkan laju korosi. Proses ini lebih
dikenal sebagai hujan asam yang mana biasa terjadi pada daerah
dekat dengan pabrik. efek dari hujan asam ini ialah
pengkorosian pada permukaan logam yang terkena uap
campuran, dimana secara umum reaksi yang terjadi adalah:
CO2 + H2O ----------> H2CO3
Fe + H2CO3 ------------> FeCO3+H2

2. Faktor Temperatur
Perubahan temperatur atau suhu sangat berpengaruh pada
laju korosi meskipun oksigen yang ada pada lingkungan sekitar
rendah. Apabila baja berada pada temperatur yang terus berubah
ubah (temperatur renda kemudian naik hingga temperatur tinggi
hingga turun ke temperatur rendah), maka akan besar kemungkinan
permukaan logam akan mengalami pengkorosian.

3. Faktor kelembapan
kelembapan pada suatu tempat atau daerah juga akan sangat
berdampak pada laju korosi, kelembapan (pH) umunya dikatakan
netral apabila berada pada skala 7pH, sedangkan kelembapan yang
kurang dari 7 akan bersifat asam dan sangat korosif apabila sebuah
logam ditempatkan pada kondisi tersebut, sedangkan kelembapan
yang lebih dari 7 bersifat basa juga dapat menyebabkan peristiwa
korosi. Laju korosi pada besi tergolong rendah yaitu pada
kelembapan antara 7 sampai 13. Dimana laju korosi akan
meningkat apabila sebuah besi berada pada kelembmapan kurang
dari 7 atau lebih dari 13.

4. Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)

Gas H2S akan dihasilkan akibat pereduksian sebuah logam


oleh bakteri sulfat dimana proses korosi akan terjadi apabila hasil
34

pereduksian bersentuhan langsung dengan permukaan logam. Hal


ini sangat sulit diketahui karena bakteri pereduksi sulfat tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang.

5. Faktor Padatan Terlarut


faktor padatan terlarut yang biasanya terjadi pada lapisan
mild steel dan lapisan stainless steel ialah padatan klorida. Padatan
ini menyebabkan terjadinya pitting, crevice corrosion, dan juga
menyebabkan retak pada alloys. Kalsium karbonat sering
digunakan sebagai pengontrol korosi dimana lapisan dari kalsium
karbonat mengendap dan menutupi permukaan logam. Ion sulafat
umunya terdapat pada oli, sehingga logam yang telah dibalur
dengan oli mengalami laju korosi yang sangat rendah meskipun oli
yang digunakan tergolong oli bekas.

2.10 Pencegahan korosi

Banyak cara sederhana yang dapat dilakukan agar proses korosi terhambat.
Beberapa cara untuk mencegahan korosi pada logam antara lain. Pengecatan, karena cat
akan melapisi permukaan baja, sehingga permukaan baja tidak langsung bersentuhan
dengan air maupun udara sekitar. Pembungkusan dengan plastik juga dapat menghambat
terjadinya korosi, umumnyan digunakan oleh pabrik produksi alat rumah tangga berbahan
logam. Namun pada abad ini hampir semua produk rumah tangga sudah berbahan dasar
logam dengan resistensi korosi yang lebih tinggi, jadi pelapisan yang ada di pasaran
sendiri dapat dikatakan sebagai nilai jual tambah bagi sebuah alat. Pelapisan dengan
timah atau aluminium foil. Hal ini sering dijumpai pada produk makanan dan minuman
cepat saji maupun scank disamping untuk mencegah korosi juga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pengurai, atau dalam istilah lain disebut juga dengan tin plating.
Pelapisan menggunakan unsur seng (Zn) atau lebih sering masyarakat menyebutnya
galvanasi, seperti atap baja ringan, tiang listrik yang berada pada pinggir jalan (biasanya
berwarnya putih perak dengan bercak bintik – bintik mirip dengan stainless steel namun
beratnya lebih ringan). Pelapisan menggunakan kromimum disebut juga dengan crome
plating, dimana proses ini menggunakan arus listrik pada prosesnya. Proses khrom
(chrome plating) sebenarnya ialah menyisipkan butir - butir atom kromium pada
permukaan sebuah logam dengan cara disetrum (Elektrokimia) yang mana akibat
pengaliran listrik pada logam akan membuka pori – pori logam tersebut, sehingga unsur
35

yang lebih kecil akan masuk ke dalam logam yang menjadi katoda pada proses tersebut.
Pelapisan ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit sehingga harga
yang ada dipasaran umumnya lebih mahal dan bahan yang dilapisi dengan crome plating
tidak begitu luas.

2.11. Metode Elektrokimia

Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan sebuah bahan kimia


denga kelistrikan (elektro). Metode ini dapat ditemukan pada sel volta basah (aki
basah). Metode elektrokimia juga dapat digunakan untuk mengukur laju korosi
dengan mengukur beda potensial objek hingga didapat perbedaan potensial,
sehingga laju korosi yang terjadi dapat diukur setelah selisih potensial tersebut
diketahui, metode ini hanya mengetahui tingkat pengkorosian sebuah logam
hanya pada saat pengukuran logam yang mana agar menemukan laju korosi
sendiri membutuhkan data yang lebih banyak (memperkirakan walaupun hasil
yang terjadi antara satu waktu dengan waktu lainnya berbeda). Kelebihan dari
metode ini ialah pengukuran laju korosi tidak perlu mengurangi tebal lapisan
korosi. Dengan mengalirkan tegangan kostan pada suatu material dapat diketahui
arus yang terjadi per satuan luas (kerapatan arus ), disisi lain metode ini juga
mempunyai kelemahan. Kelemahan metode ini adalah tidak dapat
menggambarkan secara pasti laju korosi yang terjadi secara akurat karena hanya
dapat mengukur laju korosi hanya pada waktu tertentu saja. Baik secara umur
logam maupun perlakuan panas yang telah diaplikasikan pada logam tidak dapat
diketahui.

Metode elektrokimia ini meggunakan rumus yang didasari pada Hukum


Faraday dimana rumus untuk menghitung laju korosi pada sebuah loga dapat
dijabarkan sebagai berikut :

𝑎𝑥𝑖
CR =K 𝑛 𝑥 𝐷

Dimana :
CR = Corrosion rate atau laju korosi ( mmpy)
K = konstanta korosi ( 0,129 /mmpy)
36

i = kerapatan arus ( mA/cm2)


a = atomic weight of metal
n = jumblah elektron yang hilang
D = Density specimen (g/cm3)
Karena metode ini terbilang cukup sulit diaplikasikan, kebanyakann orang
menggunakan metode berat yang mana lebih praktis dan efisien. Namun penulis
lebih tertarik dengan hubungan antara zat kimia, logam dan kelistrikan yang mana
belum banyak orang yang menggunakannya.

Kerapatan arus yang terjadi pada spesimen uji dapat diketahui dengan
rumus :

𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑟𝑢𝑠 I
Kerapatan arus = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 = L

Kerapatan arus yang terjadi pada sebuah spesimen tidaklah sama.


umumnya, bagian yang mendekati sumber arus listriklah yang mempunyai nilai
arus yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian yang paling jauh dengan
sumber arus. Oleh karena itu perlu ukuran dimensi dari spesimen uji yang spesifik
dengan ketelitian yang cukup agar pegukuran dapat dilakukan secara konstan.

Pada saat pengukuran, ketebalan dari sebuah material juga sangat


berpengaruh pada nilai arus yang akan diketahui. Hal ini karena permukaan yang
terkena korosi sebenarnya memiliki resistance terhadap arus listri yang mengalir.

Komponen alat ukur seperti multitester yang digunakan, khususnya pada


bagian pen pengukur, harus terbuat dari bahan yang berkualitas, yang mana fungsi
dari pen tersebut ialah sebagai penghantar arus listrik yang dapat dikatagorikan
sebagai penentu jumblah arus yang masuk pada saat proses pengukuran. Semakin
baik kualitas dari pen, semakin detail pula hasil yang akan didapat.

2.12 Variabel data penelitian

Dalam penelitian ini, haruslah menentukan beberapa variabel. Seperti jenis


besi yang akan digunakan, tempat dan waktu penelitian, media atau jenis fluida
dan alat ukur yang di gunakan. Alasan mengapa hal ini diperlukan, karena tidak
semua pengujian menghasilkan kesimpulan yang sama. Seperti contohnya,
37

penggunaan alat ukur berstandar Jerman dengan Jepang. Dari segi bentuk dan
fungsi memanglah tidak berbeda jauh, namun dari segi ukuran dan ketelitian
mempunyai nlai yang berbeda. Contoh lainnya ialah penggunaan fluida (air laut)
yang mana pada setiap daerah mempunyai tingkat korosifitas yang berbeda –
beda. Hal ini disebabkan perbedaan zat yang terlarut pada setiap air laut. Oleh
karena itu, penelitian wajib mencantumkan spesifikasi setiap variabel yang
digunakan selama proses penelitian. Namun ada sebuah variabel yang sangat
sukar di tentukan, yaitu faktor perubahan suhu serta kelembapan yang terjadi pada
saat penelitian dilakukan. Diantara seluruh variabel pengujian, ada satu variabel
yang harus bernilai konstan. Variabel tersebut adalah output dari sumber tegangan
(voltase) yang mana dalam hal ini sangat mempengaruhi hasil pada setiap
pengujian spesimen.

Anda mungkin juga menyukai