Anda di halaman 1dari 6

NULISYUK BATCH 123

Menulis buku: Hadapi Rintangan, Jadilah


Pemenang

Guru Muda
Oleh : HENDRIK EKO PRASETIYO

Aku adalah seorang guru muda yang baru saja


diterima menjadi seorang CASN. Lingkungan ini
benar-benar baru bagiku. Dulunya aku pernah juga
menjadi seorang dosen di salah satu Universitas
terbesar di Kota Blitar. Namun hal ini nampaknya
sangat berbeda.
Tempat aku bekerja, suasananya lain. Aku
harus berkutik bersama-sama canda tawa anak-anak
dalam pekerjaanku. Mungkin terlihat menyenangkan,
namun setelah beberapa waktu aku tinggal disini, rasa
cemas sedikit menghampiri. Kecemasanku bukan
terkait tentang diriku, namun lebih tentang bagaimana
aku membawa diriku dengan tanggung jawab yang
sebesar ini.
Sekolahku terletak hampir diujung selatan
Kabupaten Tulungagung. Sebagai CASN baru yang
berprofesi sebagai Guru, aku mempunyai tugas
sebagai pendidik. Aku harus mampu menganalisis
setiap isu yang terjadi di lingkungan kerja untuk
mengoptimalkan potensiku.
Tugas pertamaku disekolah ini adalah sebagai
guru kelas 3. Pada hari pertama aku mengajar, aku
menugaskan siswa untuk mencari literasi bacaan terkait
materi ajar yang sedang aku ajarkan. Tentunya aku
mengajak mereka ke perpustakaan. Karena aku juga
belum mengenal secara jelas ketataan ruang disekolah
ini, maka aku meminta ketua kelas untuk mengajakku
ke sana.
Aku melihat disudut ruangan hamparan kertas
berjatuhan tak terurus. Itulah yang pertama kali
terbersit dibenakku saat aku melangkah ke sebuah
ruangan yang disebut perpustakaan oleh guru-guru itu.
Nampak kumuh dan tak beraturan.
Ada beberapa siswa yang tetap rajin datang
keruangan itu, meski buku yang dibacanya telah
nampak usang dan berdebu. Aku menghela, dan
menarik nafas panjang… akankah situasi ini akan tetap
sama setelah kedatanganku?
Hari demi hari aku lalui mengajar disekolah ini
sebagai guru, aku menemukan beberapa potensi pada
diri siswaku yang kurang terasah dalam hal literasi.
Aku berfikir: apakah ini karena perpustakaan itu,
ataukah memang anak-anak ini yang kurang senang
dalam ber-literasi?
Hari berganti hari, minggu berganti minggu,
bulan berganti bulan. Angan-angan memperbaiki
perpusatakaan dan menambah buku bacaan, mengalami
banyak rintangan, baik dari segi biaya, maupun
rintangan procedural. Akhirnya lambat laun, semangat
yang awalnya berkobar, perlahan mulai membias tanpa
jelas.
Sepuluh bulan setelah masa orientasi pertamaku
di sekolah ini, tibalah bagiku untuk melakukan kerja
nyata melakukan perubahan. Sejalan dengan program
LATSAR (Latihan Dasar) yang sedang diprogramkan
oleh BKPSDM Regional Yogyakarta, aku berusaha
memperbaiki kualitas literasi dan berupaya
memperkenalkan peulisan cerita kepada anak didik.
Hal yang pertama aku lakukan adalah
menambah koleksi buku di perpustakaan, agar mereka
senang untuk membaca. PERPUSDA Kabupaten
Tulungagung, kini yang menjadi tempatku berharap.
Hari itu kulangkahkan kaki dengan niat yang
baik, atas izin dari kepala sekolah aku mengajukan
kerjasama dengan PERPUSDA Kabupaten
Tulungagung untuk dipinjamkan buku sebagai literasi
bacaan di sekolahku. Alhamdulilillah, kami diberi izin
dan dibantu untuk kelancarannya.
100 judul buku kami peroleh sebagai pinjaman
pertama. Puji syukur, anak-anak sangat senang
membaca buku-buku tersebut. Setiap pagi dan waktu
istirahat anak-anak kami beri motivasi untuk
menambah literasi bacaan, agar mereka lebih mencintai
buku dan bersemangat untuk menulis.
Dua minggu berlalu, akhirnya programpun
dilanjutkan dengan mengajari anak didik untuk
menulis. Kami mengajari cara-cara menulis cerita yang
mudah sesuai dengan taraf pemkiran mereka. Mereka
berlatih untuk mengungkakan hal-hal yang biasa,
namun dalam bentuk cerita. Bagi sebagian besar
mereka, hal ini sangat melelahkan dan tidak menarik,
namun aku takhenti memotivasi agar mereka tetap
semngat dalam menulis.
Dalam keadaan ini, ada teman guru yang
mengusulkan untuk melakukan LOMBA menulis
kepada anak didik, agar mereka lebih tertantang.
Menurutku itu ide yang baik. Maka aku buatlah sebuah
poster lomba menulis cerita, yang ku namai 30 hari
dalam CERIA (Cipta Cerita Anak). Semua siswa dari
kelas 1-6 berhak mengikuti kegiatan ini.
Tibalah hari yang ditunggu-tunggu, hari itu
tepat pada tanggal 22/11/2019 di hari jumat, kami
melakukan kegiatan CERIA. Dengan bahu-membahu
guru-guru membantuku dalam mengorganisir siswa
untuk melakukan kegiatan ini. Alhamdulillah acara
selesai pukul 11.00 WIB dengan lancar.
Harapanku saat pertamakali menggagas
kegiatan ini, hanya ingin mengenalkan kecintaan
menulis kepada siswa. Namun hasil yang diperoleh
sangatlah diluar ekspektasi. Ternyata mereka tidak
hanya menjadi cinta menulis, namun juga mampu
membuat cerita yang lucu-lucu dan menarik. Tidak
tanggung-tanggung, akhirnya tulisan mereka mampu
membentuk sebuah buku kecil yang kini tersimpan rapi
dijajaran perpustakaan sekolahku yang sudah teratur
lebih baik. Terimakasih anak didikku, atas kerja keras
kalian, yang dengan itu dapat menghantarkanku
menuntaskan penulisan laporan ke BKPSD Yogyakarta
dan mendapat pujian terbaik ke 2, dalam segi pelaporan
kegiatan Aktualisasi Diri.
Kini aku sudah mengakhiri masa induksi di
sekolah ini, dan sekarang telah mendapatkan SK
sebagai ASN. Semoga kehadiranku disekolah ini dapat
benar-benar Amanah dan dapat berguna untuk anak
didik semua, amin.
-HIKMAH
Pembangunan budaya sebuah bangsa
haruslah by design and not by default
(koentjaraningrat), begitu juga budaya membaca dan
menulis pada siswa didik, Tidak mungkin akan terjadi
begitu saja, perlu campurtangan kita sebagai guru. Niat
saja tidaklah cukup, kita harus melakukannya (johann
wolfgang von Goethe), Ide gagasan tidaklah cukup,
kita harus membuktikan, melakukan dan
mengajarkannya. Karena masa depan anak didik kita
adalah milik mereka, yang kita siapkan hari ini.

Anda mungkin juga menyukai