diterima menjadi seorang CASN. Lingkungan ini benar-benar baru bagiku. Dulunya aku pernah juga menjadi seorang dosen di salah satu Universitas terbesar di Kota Blitar. Namun hal ini nampaknya sangat berbeda. Tempat aku bekerja, suasananya lain. Aku harus berkutik bersama-sama canda tawa anak-anak dalam pekerjaanku. Mungkin terlihat menyenangkan, namun setelah beberapa waktu aku tinggal disini, rasa cemas sedikit menghampiri. Kecemasanku bukan terkait tentang diriku, namun lebih tentang bagaimana aku membawa diriku dengan tanggung jawab yang sebesar ini. Sekolahku terletak hampir diujung selatan Kabupaten Tulungagung. Sebagai CASN baru yang berprofesi sebagai Guru, aku mempunyai tugas sebagai pendidik. Aku harus mampu menganalisis setiap isu yang terjadi di lingkungan kerja untuk mengoptimalkan potensiku. Tugas pertamaku disekolah ini adalah sebagai guru kelas 3. Pada hari pertama aku mengajar, aku menugaskan siswa untuk mencari literasi bacaan terkait materi ajar yang sedang aku ajarkan. Tentunya aku mengajak mereka ke perpustakaan. Karena aku juga belum mengenal secara jelas ketataan ruang disekolah ini, maka aku meminta ketua kelas untuk mengajakku ke sana. Aku melihat disudut ruangan hamparan kertas berjatuhan tak terurus. Itulah yang pertama kali terbersit dibenakku saat aku melangkah ke sebuah ruangan yang disebut perpustakaan oleh guru-guru itu. Nampak kumuh dan tak beraturan. Ada beberapa siswa yang tetap rajin datang keruangan itu, meski buku yang dibacanya telah nampak usang dan berdebu. Aku menghela, dan menarik nafas panjang… akankah situasi ini akan tetap sama setelah kedatanganku? Hari demi hari aku lalui mengajar disekolah ini sebagai guru, aku menemukan beberapa potensi pada diri siswaku yang kurang terasah dalam hal literasi. Aku berfikir: apakah ini karena perpustakaan itu, ataukah memang anak-anak ini yang kurang senang dalam ber-literasi? Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Angan-angan memperbaiki perpusatakaan dan menambah buku bacaan, mengalami banyak rintangan, baik dari segi biaya, maupun rintangan procedural. Akhirnya lambat laun, semangat yang awalnya berkobar, perlahan mulai membias tanpa jelas. Sepuluh bulan setelah masa orientasi pertamaku di sekolah ini, tibalah bagiku untuk melakukan kerja nyata melakukan perubahan. Sejalan dengan program LATSAR (Latihan Dasar) yang sedang diprogramkan oleh BKPSDM Regional Yogyakarta, aku berusaha memperbaiki kualitas literasi dan berupaya memperkenalkan peulisan cerita kepada anak didik. Hal yang pertama aku lakukan adalah menambah koleksi buku di perpustakaan, agar mereka senang untuk membaca. PERPUSDA Kabupaten Tulungagung, kini yang menjadi tempatku berharap. Hari itu kulangkahkan kaki dengan niat yang baik, atas izin dari kepala sekolah aku mengajukan kerjasama dengan PERPUSDA Kabupaten Tulungagung untuk dipinjamkan buku sebagai literasi bacaan di sekolahku. Alhamdulilillah, kami diberi izin dan dibantu untuk kelancarannya. 100 judul buku kami peroleh sebagai pinjaman pertama. Puji syukur, anak-anak sangat senang membaca buku-buku tersebut. Setiap pagi dan waktu istirahat anak-anak kami beri motivasi untuk menambah literasi bacaan, agar mereka lebih mencintai buku dan bersemangat untuk menulis. Dua minggu berlalu, akhirnya programpun dilanjutkan dengan mengajari anak didik untuk menulis. Kami mengajari cara-cara menulis cerita yang mudah sesuai dengan taraf pemkiran mereka. Mereka berlatih untuk mengungkakan hal-hal yang biasa, namun dalam bentuk cerita. Bagi sebagian besar mereka, hal ini sangat melelahkan dan tidak menarik, namun aku takhenti memotivasi agar mereka tetap semngat dalam menulis. Dalam keadaan ini, ada teman guru yang mengusulkan untuk melakukan LOMBA menulis kepada anak didik, agar mereka lebih tertantang. Menurutku itu ide yang baik. Maka aku buatlah sebuah poster lomba menulis cerita, yang ku namai 30 hari dalam CERIA (Cipta Cerita Anak). Semua siswa dari kelas 1-6 berhak mengikuti kegiatan ini. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu, hari itu tepat pada tanggal 22/11/2019 di hari jumat, kami melakukan kegiatan CERIA. Dengan bahu-membahu guru-guru membantuku dalam mengorganisir siswa untuk melakukan kegiatan ini. Alhamdulillah acara selesai pukul 11.00 WIB dengan lancar. Harapanku saat pertamakali menggagas kegiatan ini, hanya ingin mengenalkan kecintaan menulis kepada siswa. Namun hasil yang diperoleh sangatlah diluar ekspektasi. Ternyata mereka tidak hanya menjadi cinta menulis, namun juga mampu membuat cerita yang lucu-lucu dan menarik. Tidak tanggung-tanggung, akhirnya tulisan mereka mampu membentuk sebuah buku kecil yang kini tersimpan rapi dijajaran perpustakaan sekolahku yang sudah teratur lebih baik. Terimakasih anak didikku, atas kerja keras kalian, yang dengan itu dapat menghantarkanku menuntaskan penulisan laporan ke BKPSD Yogyakarta dan mendapat pujian terbaik ke 2, dalam segi pelaporan kegiatan Aktualisasi Diri. Kini aku sudah mengakhiri masa induksi di sekolah ini, dan sekarang telah mendapatkan SK sebagai ASN. Semoga kehadiranku disekolah ini dapat benar-benar Amanah dan dapat berguna untuk anak didik semua, amin. -HIKMAH Pembangunan budaya sebuah bangsa haruslah by design and not by default (koentjaraningrat), begitu juga budaya membaca dan menulis pada siswa didik, Tidak mungkin akan terjadi begitu saja, perlu campurtangan kita sebagai guru. Niat saja tidaklah cukup, kita harus melakukannya (johann wolfgang von Goethe), Ide gagasan tidaklah cukup, kita harus membuktikan, melakukan dan mengajarkannya. Karena masa depan anak didik kita adalah milik mereka, yang kita siapkan hari ini.