Oleh:
dr. Marinda Dwi Puspitarini M.Si
2. Penetration
Proses virus masuk ke dalam sel host melalui mekanisme
fusi envelope virus dengan membran sel host,
endositosis, atau injeksi asam nukleat virus
3. Uncoating
Pelepasan kapsid virus melalui degradasi enzim sel host
atau enzim virus. Yang tersisa hanya genom virus, terjadi
sebelum DNA/RNA virus masuk ke nucleus atau sitoplasma
4. Transkripsi
Produksi asam nukleat dan protein polimer. Transkripsi
mensintesis messenger RNA (mRNA) yang mengkode
early dan late protein virus.
6. Release
Pelepasan partikel virus terjadi melalui sel lisis atau
budding dari membrane sitoplasma.
Karakteristik infeksi virus:
1. Infeksi akut: tampak tanda dan gejala
2. Infeksi laten: tanpa ada tanda dan gejala, tetapi virus
masih ada di dalam sel host pada state lysogenic
3. Infeksi kronis atau persisten: jumlah virus yang terdeteksi
rendah dan untuk gejala dan tanda tampak bervariasi
Patogenesis infeksi virus
1. Entry and primary replication
Entry: saluran nafas, saluran cerna, kulit (trauma,
injeksi, gigitan), saluran urogenital, konjungtiva
Replikasi terjadi pada tempat masuknya
2. Viral spread and cell tropism
Dapat menyebar melalui aliran darah atau
pembuluh limfe
Target dapat jauh dari tempat pertama kali virus
masuk
Terjadi respon immunity
Contoh virus rabies menyebar melalui saraf sehingga
dapat mencapai otak, virus herpes simplex
berpindah ke ganglia untuk menjadi infeksi laten
3. Cell injury dan manifestation clinical
Kerusakan sel yg terinfeksi akibat dari lisisnya virus dari sel yang
terinfeksi atau oleh mekanisme imunopatologi
Perubahan fisiologis sehingga menyebabkan timbulnya
manifestasi klinis
4. Virus shedding
5. Outcome infeksi virus
a) Recovery
Sebagian besar infeksi virus “self limiting”
Berkiatan dengan viral clearance dan host factor
b) Persistence: infection chronic and latent
Chronic infekction: virus dapat terus terdeteksi meskipun
dalam jumlah yang kecil, dengan atau tanpa gejala klinis.
Contoh: HBV, HCV
Latent infection: virus akan tetap ada, menimbulkan
kekambuhan secara intermiten,
Diagnosis infeksi virus:
1. Isolasi virus: cell culture, inokulasi pada hewan dan
embrio telur
2. Sitologi dan histologi
3. Mikroskop elektron
4. Serologi: antibodi
5. Deteksi virus: virus atau asam nucleat atau protein
Sampel:
Parainfluenza +
Respiratory syncytial +
virus (RSV)
SARS coronavirus +
rotavirus +
a) Tes antigen
b) Polymerase Chain Reaction (PCR)
c) Probes
d) Electron microscopy
e) Inclusion bodies
Pencegahan dan Terapi
Pencegahan dilakukan dengan menggunakan vaksinasi
Apabila belum ada vaksinasi maka dapat dilakukan
cuci tangan, hindari kontak dengan orang dengan
tanda dan gejala demam, batuk, diare dan infeksi
saluran nafas lainnya.
Hampir setengah dari antivirus yang ditemukan
digunakan untuk terapi HIV, antivirus juga digunakan
untuk HSV, VZV, CMV, HBV, HCV, RSV, dan virus influenza
1. Fusion Inhibitor
Menghalangi attachment
Enfuvirtide
o menghambat fusi HIV virus ke dalam sel host melalui ikatan
peptidomimetic dengan glikoprotein (gp41) envelope virus
Maraviroc
o mengikat reseptor kemokin CCR5 sehingga menggangu
masuknya HIV ke sel CD4+
2. Uncoating inhibitor
a. Polymerase inhibitor
o Acyclovir, Valacyclovir, Famciclovir, Penciclovir,
Ganciclovir
o difosforilasi oleh thymidine kinase menjadi
monofosfat, selanjutnya monofosfat di metabolisme
oleh host sel kinase untuk menjadi difosfat trifosfat
o trifosfat menghambat sintesis DNA virus melalui
kompetitif deoxyguanosine triphosphate (deoksiGTP)
dengan DNA polymerase virus sehingga blockade
pemanjangan rantai dan menyebabkan terminasi
sintesis rantai setelah obat masuk ke DNA virus.
o Foscarnet
o tidak memerlukan pengaktifan dengan fosforilasi,
secara langsung menghambat DNA/RNA
polymerase virus dan reverse transcriptase pada
bagian ikatan pirofosfat
b. Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTIs)
o Zidovudine dan Lamivudine
o zidovudine difosforilasi untuk menjadi bentuk
metabolit aktif 5-triphosphate (zidovudine
triphosphate) yg bersifat inhibitor kompetitif reverse
transcriptase dan reverse transcriptase
menggunakan zidovudine triphosphate sebagai
pengganti timidine triphosphate untuk membuat
DNA sehingga terjadi perubahan cincin terminal
c. Non nucleosides reverse transcriptase inhibitors (NNRTI)
o Travertine, Delavirdine, Efavirenz, Nevirapine
o berikatan langsung reverse transcriptase virus dan
merusak katalitik enzim sehingga virus RNA tidak bisa
berubah menjadi virus DNA.
d. RNA polymerase inhibitor
o Ribavirine
o menghambat pembentukan guanosin triphosphat
sehingga menghambat aktifitas RNA dependent-
RNA polymerase, sintesis RNA dan replikasi virus tidak
terjadi
4. Inhibisi protein sintesis
a. Protease inhibitors
o Amprenavir, Saquinavir, Darunavir, Atazanavir,
Ritonavir, Tipranavir Indinavir, Nelfinavir
o Enzim protease memotong gag virus dan prekursor
polipeptida gag-pol, produk gen gag dan gag-pol
ditranslasikan menjadi poliprotein, untuk
membentuk selubung virion matur dan
mengaktifkan reverse transcriptase yang akan
digunakan untuk siklus replikasi berikutnya.
o Penghambatan protease akan menghasilkan suatu
bentuk virus yang immature dan noninfeksius.
b. Integrase inhibitor
o Raltegravir
o raltegravir berikatan dengan enzim integrase
sehingga transfer untai DNA tidak terjadi pada
provirus dan mengganggu masuknya virus ke dalam
kromosom sel host sehingga tidak terjadi multiplikasi
pada sel host
5. Inhibitors of viral exit
Neuraminidase inhibitors
o antivirus menghambat neuramindase
o neuraminidase merupakan enzim yang memecah interaksi
antara sialic acid reseptor permukaan protein virus dan
permukaan sel yang terinfeksi sehingga pelepasan virus dari sel
host tidak terjadi
TERIMA KASIH
DNA VIRUS
Oleh:
d r. M a r i n d a D w i P u s p i t a r i n i M . S i
FA K U LTA S K E D O K T E R A N U N U S A
ADE NOV IRIDAE
ADENOVIRUS
• Human infection: genus Mastadenovirus 52 serotipe
• Morfologi:
dsDNA
Ikosahedral kapsid
Tidak berenvelope
70-90 nm
• Reseptor Adenovirus adalah:
Coxsackie Adenovirus receptor (CAR)
Sialic acid
• Resisten terhadap agen kimia dan fisik
• Inaktif dengan chloramine-T, waterbath 75C 30 menit atau 60C 2 jam, sodium hipoklorit 10
menit
• Epidemiologi
Tersebar luas di dunia: epidemic, endemic, sporadic
Tergantung dari musim, lebih banyak terjadi pada winter dan spring
Paling banyak menyerang usia 6 bulan – 5 tahun
Faktor resiko: gangguan imunitas, close contact
Transmisi: droplet-aerosol, faecal oral, water, direct contact (mata)
Menyebabkan reinfeksi
• Manifestasi klinis
Inkubasi 2- 15 hari
Gejala infeksi traktus respiratory atas akut ringan dan ”self limiting” seperti tonsillitis, otitis media
akut, laryngitis, pneumonia