Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL STUDI LAPANGAN

PASAR RAKYAT BASTIONG

Oleh :
Kelompok Dua
Alfian M. Ali Halmahera Selatan
Abd. Haris Lumbessy Kota Tertante
Briliano Doter Halmahera Barat
Ikfan Pina Pulau Morotai
Julian Isty Pusung Halmahera Tengah
Lisa Hasan Halmahera Tengah
Ridwan Hi. Hasan Halmahera Selatan
Siti Hawa Naser Pulau Morotai
Wahida Abd. Rahim Kota Ternate

SEKOLAH KADER PENGAWAS PARTISIPATIF


TINGKAT MENENGAH
MALUKU UTARA
2021
PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara demokrasi telah memiliki banyak pengalaman


dalam proses penyelenggaraan pemilu. Mulai dari penyelenggaraan pemilu
pertama kali yaitu pada tahun 1955 yang dilaksanakan untuk memilih Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dan Lembaga Kontituante. Pemilu saat itu diklaim
sebagai pemilu terjujur sepanjang sejarah perheletan pemilu di Indonesia. Pemilu
saat itu diselengarakan oleh Lembaga Penyelenggara Pemilu (LPU) dan
berlangsung hingga pemilu pada tahun 1982. Namun pada prosesnya dari tahun
1955 sampai 1982, menurut penilaian publik pelaksanaan pemilu berlangsung
dengan penuh kecurangan di bawah kepemimpinan rezim otoriter Presiden
Soharto. Berdasarkan hal itulah munculnya gelombang protes masyarakat yang
didominasi oleh mahasiswa sehingga lahirnya Panitia Pengawas Pelaksanaan
(Panwaslak) Pemilu. Setelah Terbentuknya Panwaslak Pemilu, singkatnya pasca
reformasi maka lahirlah Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Bawaslu diberikan amanat oleh UU No. 7 Tahun 2017 untuk mencegah,
mengawasi dan menindak pelanggaran baik secara etik dan administratif,
sedangkan untuk jenis pelanggaran pidana ditangani oleh sentra Penegakan
Hukum Terpadu (Gakumdu). Bawaslu memiliki peran sentral dalam upaya untuk
menghasilkan suatu pemilihan yang demokratis. Demi mencapai tujuan tersebut,
perlu adanya keterlibatan aktif dari masyrakat dalam hal pengawasan, sehingga
potensi terjadinya kecurangan dapat diminimalisir. Keterlibatan masyarakat harus
diimbangi dengan pemahaman masyakat tentang demokrasi khususnya mengenai
kepemiluan.
Salah satu strategi Bawaslu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang kepemiluan yaitu melalui Sekolah Kader Pengawas Partisipatif (SKPP).
Kegiatan SKPP dirancang dalam tiga tingkatan yaitu tingkat dasar, menengah dan
atas. Peserta pelaksanaan SKPP Provinsi Maluku tahun 2021 berasal dari
Kabupaten Pulau Morotai, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera
Tengah, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten
Halmahera Barat, Kota Ternate dan Kota Tidore Kepluauan. Program SKPP
diharapkan dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilu. Proses
pembelajaran dalam kegiatan SKPP juga disertai dengan studi lapangan yang
dilaksanakan di pasar rakyat Kota Ternate dengan metode pembagian kelompok
yang dimaksudkan untuk mengetahui pendapat masyarakat mengenai pemilu dan
demokrasi, penilaian terhadap penyelenggaraan pemilihan Wali Kota dan Wakil
Wali Kota Ternate selama ini, pemahaman tentang Bawaslu serta tugas dan
fungsinya, pandangan tentang efektivitas program Bawaslu serta harapan
masyarakat demi perbaikan kualitas pemilu, demokrasi dan Bawaslu.

IDENTITAS NARASUMBER

Tabel 1. Identitas Narasumber


No Nama Usia Alamat Pekerjaan
1 Bapak Kasman 46 Tahun Kelurahan Penjual Kelapa
Tanah Tinggi
2 Ibu Wakitri 45 Tahun Kelurahan Sasa Penjual Sayur
3 Bapak Rinto 39 Tahun Kelurahan Penjual Kelapa
Bastiong
4 Ibu Asnawia 53 Tahun Kelurahan Penjual Ikan
Ngade
5 Ibu Sania 50 Tahun Kelurahan Penjual Ikan
Kalumata
6 Ibu Yusiran 40 Tahun Kelurahan Penjual Rica dan
Bastiong Tomat
7 Bapak Ridwan 53 Tahun Kelurahan Penjual Sayur
Bastiong
8 Ibu Tika 46 Tahun Kelurahan Kayu Penjual Rica dan
Merah Tomat
9 Bapak Rawangga 48 Tahun Kelurahan Penjual Ikan
Tanah Tinggi
10 Bapak Jasman 36 Tahun Kelurahan Kayu Penjual Sayur
Merah

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pemahaman masyarakat
tentang kepemiluan, demokrasi dan lembaga penyelenggara masih sangat minim.
Selain rendahnya pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut, ada pula
masyarakat yang lebih memilih untuk bersikap apatis. Hal ini dilatarbelakangi
oleh tingginya kecurangan pada proses pelaksanaan pemilu, seperti masalah
money politik dan integritas pemimpin.

Selain problematika tersebut, ada juga fenomena yang berbanding terbalik


dengan sikap apatis yaitu adanya partisipasi masyarakat dalam pemilu namun
perlu digerakkan oleh money politik. Hal ini sepertinya telah membetuk
paradigma masyarakat yang akan sangat sulit dirubah karena telah menjadi
budaya atau kultur. Fenomena lainnya yang ditemukan dilapangan adalah ternyata
masih ada masyarakat yang tetap menggunakan akal sehat dalam hal memilih.

Sebagai upaya perbaikan kualitas demokrasi, maka Bawaslu melakukan


berbagai strategi alternatif. Namun masalahnya adalah, sebagian besar narasumber
belum mengetahui apa itu Bawaslu serta tugas dan fungsinya. Berdasarkan hal
tersebut maka ada kemungkinan bahwa segala bentuk langkah strategis yang
dilakukan oleh Bawaslu menjadi hal yang sia-sia. Karena menurut pemahaman
masyarakat, kemenangan dan kekalahan dalam suatu momentum politik
sebenarnya merupakan suatu hal yang dapat dikompromi atau dengan lain
perkataan pengambilan keputusannya melalui kesepakatan antar penyelanggara
dengan partai politik. Masyakat yang dari segi pendidikannya masih rendah,
sebenarnya tidak memiliki kemampuan atau kekuatan untuk melawan hal tersebut.
Melalui hal tersebut, dapat diambil sebuah benang merah bahwa harapan soal
perbaikan kualitas demokrasi dari pandangan masyarakat, memiliki peluang yang
sangat kecil. Oleh karena itu, Bawaslu lebih dahulu harus memperbaiki
problematika dalam tubuhnya sendiri, barulah membawa semangat perubahan itu
dikampanyekan kepada masyarakat.

PENUTUP
Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah :

1. Kurangnya pemahaman masyarakat terkait ke-pemiluan dan demokrasi


2. Hilangnya truth penyelenggara
3. Money Politic sudah menjadi cultur

Saran

Sasaran mengenai perbaikan pemilu dan demokrasi lebih mengarah pada


dunia pendidikan formal. Sebagaimana pendapat bahwa “senjata paling ampuh
merubah dunia adalah melaui pendidikan” oleh Nelson Mandela. Salah satu
metodenya Bawaslu membangun sinergitas dengan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk menyusun suatu silabus mengenai pendidikan politik untuk
diterapkan minimal di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah
Atas (SMA).

LAMPIRAN

Wawancara dengan Bapak Kasman


Penanya : Pak, Pernah dengar tentang Bawaslu ?
Bapak Kasman : Belum,
Penanya : Oh iya serius pak ?
Bapak Kasman : “Saya sebenarnya tau Bawaslu, cuman saya tra mau tau, bkiap
mo urus Bawaslu” (saya sebenarnya mengetahui, hannya saja
saya tidak mau tahu karena itu urusan mereka (BAWASLU).
Penanya : “Barang bkiap kn pak ?” (Emangnya kenapa pak ?
Bapak Kasman : “Me bawaslu tu dong p kerja cuman di kantor kong tong mo
bikiapa campur “ (Bawaslu itu kan kerjahnya hannya di kantor )
Penanya : Oh saya, trus menurut bapak pemiluh di Ternate bagiman ?”
Bapak Kasman : Pemilu bagitu-bagitu suda yang ada doi banyak dia yang
menang suda
Penanya : Bapak perna ikut kampanye ?
Bapak Kasman : Pernah ikut ulang-ulang
Penanya : Pak pernah dapat kase uang deng tim sukses ?
Bapak Kasman : Yang namanya pemilihan pasti dapa kase doi, foya kalu tra
kase doi tu.
Penanya : Trus pak ambe ?
Bapak Ridwan : Jangankan torang, anak SMP me akan ambe saja , me mo
bagimana biar tong menang murni lagi me katas tu Bawaslu
kase menang yang ada doi saja tong rakyat biasa bisa apa .

Wawancara dengan Bapak Riyanto


Penanya : pak pernah iko ba pilih wali kota deng wali kota?
Om Riyanto : saya pernah
Penanya : knk dari kandidat lain ada kasih ngoni doi?
Om Riyanto : saya, dong ada kase knk saya ambe. Me doi ni sapa mo tra ambel.
Torang ni ambe deng tarada tergantung tim pemenang.
Alfian : om, kalau 2024 ini kalau pemilihan lebae om jang ambe sudah.
Supaya tong ba pilih yang jujur sesuai dengan dia p aturan.
Om Riyanto : iyo, me doi ini tra mungkin tong tolak.
Wawancara dengan Ibu Wakitri
Penanya : ibu, kalau menurut ibu selama ikut pemilihan itu bagaimana da p
rasa?
Ibu Wakitri : selama saya ikut itu tra pernah kaco
Penanya : knk ibu pernah dapat uang dari kandidat?
Ibu Wakitri : tra pernah, saya hanya takut kalau ambil uang kandidat.
Penanya : itu tau bawaslu?
Ibu Wakitri : saya kurang tau bawaslu itu apa.
Penanya : menururt ibu, selama ibu ikuti pemilihan itu bgmna da p rasa?
Ibu Wakitri : baik-baik saja, tapi kalau talau banyak tim masuk tong p rumah
tong pusing.
penanya : ibu jaga dapa serangan fajar lagi?
Ibu Wakitri : iyo dapa.
Penanya : ibu tahu bawaslu
Ibu Wakitri : iyo tahu, yang dong p kerja di kantor-kantor tu.

Anda mungkin juga menyukai