Anda di halaman 1dari 2

KEGIATAN BELAJAR 2

Hukum Islam
A. LINGKUP BERLAKUNYA

Keberlakuan hukum Islam di Indonesia terdapat berbagai macam pendapat dari para tokoh
hukum. Masalah yang diperdebatkan para ahli adalah apakah di Indonesia hukum Islam berlaku atas
kekuatan sendiri, atau hukum Islam baru dapat berlaku bagi orang Indonesia asli yang tunduk pada
hukum adat apabila bagian tertentu dari hukum Islam sudah diresepsir (diterima sebagai bagian) oleh
hukum adat.

Tidak lagi dipermasalahkan adalah lingkup berlakunya, baik hukum Islam berlaku karena
merupakan bagian dan hukum adat, maupun karena kekuatan sendiri. Para ahli sepakat bahwa lingkup
lakunya terbatas pada hukum keluarga (terutama sekali hukum perkawinan)dan hukum waris, bagi
orang-orang Indonesia yang beragama Islam di daerah-daerah tertentu saja, itupun dengan beberapa
pengecualian. Sebagai contoh orang-orang Minang yang biasanya paling khusuk dalam memeluk
agama Islam, ternyata untuk hukum kewarisan tetap berpegang pada hukum adat yang berdasarkan
garis keturunan matrilineal, tidak mengikat ketentuan hukum Islam yang patrilineal. Begitu pula
sistem perkawinan pada masyarakat Minang berpegang pada exogami, yaitu larangan menikah
dengan pihak yang masih sesama satu klan, sedang hukum Islam tidak mengenal larangan semacam
ini.

Perbedaan pendapat diantara para ahli tentang keberlakuan hukum Islam dapat diamati mulai
dari pendapat para ahli yang mengemukakan teori “Receptio in Complexu”. Teori ini beranggapan
bahwa yang berlaku di Hindia Belanda adalah hukum Islam bagi orang-orang yang beragama Islam.
Tokoh-tokoh yang mendukung teori ini antara lain adalah Carel Frederik Winter, Salomon Keyser,
dan yang paling terkenal adalah Lodewijk Willem Chridtisn Van den Berg.

Teori lain adalah apa yang dikenal sebagai “Theori Receptie”. Penganjur utama teori ini
adalah Cornelis Van Vollenhoven, seorang ahli hukum adat Indonesia. Dia dalah seorang tokoh yang
melalui tulisannya menentang penggantian hukum adat dengan hukum Barat yang diupayakan oelh
Pemerintah penjajah Belanda pada tahun 1904 untuk tujuan memperlancar usaha pengkristenan
penduduk Hindia Belanda. Tokoh lain yang mendukung teori ini adalah Christian Snouck Hurgronje
seorang tokoh yang berhasil membantu pemerintah penjajah Belanda dalam mengatur strategi untuk
memenangkan Perang Aceh. C Snouck Hurgronje adalah ahli hukum Islam dan hukum adat dari
mazhab Leiden yang menentang pendapat LWC van den Berg, seorang tokoh mazhab Delf.

Para penganut theori receptie berpendapat bahwa sebenarnya yang berlaku bagi orang-orang
Indonesia asli di Hindia Belanda adalah hukum adat mereka masing-masing. Pada sebagian dari
hukum adat ini memang telah masuk pengaruh hukum Islam. Tetapi pengaruh hukum Islam baru
mempunyai kekuatan kalau dikehendaki dan diterima oleh hukum adat, dan dengan demikian dia
berwujud sebagai hukum adat, bukan sebagai hukum Islam.

Sebagai reaksi atas theori receptie, beberapa tokoh mengemukakan teori lain lagi. Hazairin,
seorang ahli hukum adat dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia menentang theori receptie yang
disebutnya sebagai teori Iblis. Pada tahun 1950, dalam suatu konferensi yang diselenggarakan oleh
Departemen Kehakiman di Salatiga mengemukakan pandangannya agar hukum Islam berlaku di
Indonesia tidak berdasarkan hukum adat. Berlakunya hukum Islam di Indonesia hendaknya
berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.

Sampai sekarang terdapat berbagai pendapat mengenai keberlakuan hukum Islam di


Indonesia. Perbedaan pendapat ini mempunyai pengaruh yang kuat sampai ke badan peradilan,
sehingga antara badan peradilan dengan badan peradilan lain sering kali terdapat kesamaan pendapat.

Tentang pemberlakuan hukum Islam di Indonesia, terdapat beberapa macam pendapat dari
para tokoh hukum. Dalam hal ini yang menjadi perdebatan para ahli tersebut adalah apakah hukum
Islam di Indonesia itu berlaku atas kekuatannya sendiri, atau hukum Islam tersebut dapat berlaku bagi
orang Indonesia asli yang tunduk pada hukum adat, apabila bagian tertentu dari hukum Islam sudah
diresepir oleh hukum adat.

Untuk lingkup berlakunya tidak lagi dipermasalahkan, baik hukum Islam berlaku karena
merupakan bagian dari hukum adat atau karena kekuatannya sendiri. Para ahli sepakat bahwa lingkup
berlakunya terbatas pada:

a. Hukum Keluarga (Hukum Perkawinan)

b. Hukum Waris, bagi orang Indonesia yang beragama Islam di daerah tertentu.

Anda mungkin juga menyukai