Anda di halaman 1dari 10

KEGIATAN BELAJAR 2

Hukum Tata Negara

Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain dasar
pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara, hubungan hukum (hak
dan kewajiban) antar lembaga negara, wilayah dan warga negara. Hukum tata negara mengatur
mengenai negara dalam keadaan diam artinya bukan mengenai suatu keadaan nyata dari suatu
negara tertentu (sistem pemerintahan, sistem pemilu, dll dari negara tertentu) tetapi lebih pada
negara dalam arti luas. Hukum ini membicarakan negara dalam arti yang abstrak.

Hukum tata negara dapat diartikan sebagai salah satu cabang hukum yang mengatur
mengenai norma dan prinsip hukum yang tertulis dalam praktek kenegaraan. Hukum tata negara
mengatur hal-hal terkait kenegaraan seperti bentuk-bentuk dan susunan negara, tugas-tugas negara,
perlengkapan negara, dan hubungan alat perlengkapan negara tersebut. Selain pengertian secara
umum, ada pula pengertian menurut para ahli. Salah satu ahli yang mengemukakan pendapatnya
mengenai pengertian hukum tata negara adalah Van der Pot, dimana ia mengatakan bahwa hukum
tata negara adalah peraturan-peraturan yang menentukan badan-badan yang diperlukan serta
wewenang masing-masing, hubungannya satu dengan yang lain dan hubungan dengan individu yang
lain.

Selain Van der Pot ahli lain yang mengemukakan pendapatnya adalah Scholten. Hampir
mirip dengan Van der Pot, ia mengatakan bahwa hukum tata negara adalah hukum yang mengatur
organisasi dari pada Negara. Kesimpulannya, menurut Scholten bahwa dalam organisasi negara itu
telah dicakup bagaimana kedudukan organ-organ dalam negara itu, hubungan, hak dan kewajiban,
serta tugasnya masing-masing.pendapat dari ahli yang terakhir sebelum kita sampai pada contoh
hukum tata negara adalah pendapat menurut Apeldoorn. Menurutnya Hukum tata negara dalam arti
sempit yang sama artinya dengan istilah hukum tata nhgara dalam arti sempit, adalah untuk
membedakannya dengan hukum negara dalam arti luas, yang meliputi hukum tata negara dan
hukum administrasi negara itu sendiri.

A. SUBJEK HTN

Negara yang menjadi subjek HTN adalah negara dalam arti siapa penguasa/pejabat negara dan
apa lembaga-lembaga negara dan warga negara dalam arti siapa warga negara, ditambah dengan
hak asasi manusia. Selain itu juga akan dilihat peranan atau role dari negara.

Termasuk lembaga-lembaga negara adalah:

1. Lembaga Perwakilan yang terdiri dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
2. Presiden
3. Mahkamah Agung (MA)
4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
5. Mahkamah Konstitusi (MK)
6. Komisi Yudisial (KY)
7. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
8. Bank Indonesia (BI)
9. Pemerintah Daerah yang terdiri dari Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, Kota.

1. Lembaga Perwakilan Rakyat

a. MPR

Sebelum Perubahan UUD 1945, kedaulatan berada di tangan rakyat dilaksanakan


sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. MPR memiliki tugas dan wewenang yang
sangat besar dalam praktek penyelenggaraan negara, dengan kewenangan dan posisi yang
demikian penting, MPR disebut sebagai “lembaga tertinggi negara”, yang juga berwenang
mengeluarkan ketetapan-ketetapan yang hierarki hukumnya berada di bawah Undang-Undang
Dasar dan di atas undang-undang.

Setelah Perubahan UUD 1945, kedaulatan rakyat tidak lagi dilaksanakan oleh MPR, tetapi
dilaksanakan “menurut undang-undang dasar”. Dengan demikian, kedaulatan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Undang- Undang Dasar dan diejawantahkan oleh semua lembaga negara yang
disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing.
Dengan perubahan tugas dan fungsi MPR dalam sistem ketatanegaraan, saat ini, semua lembaga
negara memiliki kedudukan yang setara dan saling mengimbangi.

Saat ini, MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang semuanya dipilih oleh rakyat
dalam pemilu, bukan lembaga DPR dan lembaga DPD. Komposisi keanggotaan tersebut sesuai
dengan prinsip demokrasi perwakilan yaitu “perwakilan atas dasar pemilihan” (representation
by election). dengan ketentuan baru ini secara teoritis berarti terjadi perubahan fundamental
dalam sistem ketatanegaraan, yaitu dari sistem yang vertikal hierarkis dengan prinsip supremasi
MPR menjadi sistem yang horizontal- fungsional dengan prinsip saling mengimbangi dan saling
mengawasi antarlembaga Negara

MPR tidak lagi menetapkan garis-garis besar haluan negara, baik yang berbentuk GBHN
maupun berupa peraturan perundang-undangan, serta tidak lagi memilih dan mengangkat
Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini berkaitan dengan perubahan UUD 1945 yang menganut
sistem pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat yang memiliki program
yang ditawarkan langsung kepada rakyat.

Jika calon Presiden dan Wakil Presiden itu menang maka program itu menjadi program
pemerintah selama lima tahun. Berkaitan dengan hal itu, wewenang MPR adalah melantik
Presiden atau Wakil Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Dalam hal ini MPR tidak
boleh tidak melantik Presiden dan/ atau Wakil Presiden yang sudah terpilih.

b. DPD

Perubahan UUD 1945 melahirkan sebuah lembaga baru dalam struktur ketatanegaraan
Indonesia, yakni Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dengan kehadiran DPD dalam sistem
perwakilan Indonesia, DPR didukung dan diperkuat oleh DPD. DPR merupakan lembaga
perwakilan berdasarkan aspirasi dan paham politik rakyat sebagai pemegang kedaulatan,
sedangkan DPD merupakan lembaga perwakilan penyalur keanekaragaman aspirasi daerah.
Keberadaan lembaga DPD merupakan upaya menampung prinsip perwakilan daerah. Ketentuan
UUD 1945 yang mengatur keberadaan DPD dalam struktur ketatanegaraan Indonesia itu antara
lain dimaksudkan untuk:

 Memperkuat ikatan daerah-daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
memperteguh persatuan kebangsaan seluruh daerah.
 Meningkatkan agregasi dan akomodasi aspirasi dan kepentingan daerah-daerah dalam
perumusan kebijakan nasional berkaitan dengan negara dan daerah
 Mendorong percepatan demokrasi, pembangunan dan kemajuan daerah secara serasi dan
seimbang.
Dengan demikian, keberadaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dan
otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5) berjalan sesuai dengan
keberagaman daerah dalam rangka kemajuan bangsa dan negara. DPD memiliki fungsi yang
terbatas di bidang legislasi, anggaran, pengawasan, dan pertimbangan. Fungsi DPD berkaitan
erat dengan sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia.
Dalam bidang pengawasan, DPD mengawasi pelaksanaan berbagai undang-undang yang ikut
dibahas dan diberikan pertimbangan oleh DPD. Namun, kewenangan pengawasan menjadi sangat
terbatas karena hasil pengawasan itu hanya untuk disampaikan kepada DPR guna bahan
pertimbangan dan ditindaklanjuti. Akan tetapi, pada sisi lain anggota DPD ini memiliki kedudukan
dan kewenangan yang sama dengan DPR ketika bersidang dalam kedudukan sebagai anggota
MPR, baik dalam perubahan UUD, pemberhentian Presiden, maupun Wakil Presiden.
UUD NRI Tahun 1945 menentukan jumlah anggota DPD dari setiap provinsi adalah sama dan
jumlah seluruh anggotanya tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR. Penetapan jumlah
wakil daerah yang sama dari setiap provinsi pada keanggotaan DPD menunjukan kesamaan status
provinsi- provinsi itu sebagai bagian integral dari negara Indonesia. Tidak membedakan
provinsi yang banyak atau sedikit penduduknya maupun yang besar atau yang kecil wilayahnya.

c. DPR

Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan legislatif
sebagaimana tercantum pada Pasal 20 ayat (1) UUD 1945. Dalam UUD 1945 secara eksplisit
dirumuskan tugas, fungsi, hak, dan wewenang DPR yang menjadi pedoman dalam pola
penyelenggaraan negara. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, untuk optimalisasi
lembaga perwakilan serta memperkukuh pelaksanaan saling mengawasi dan saling mengimbangi
oleh DPR, DPR memiliki fungsi yang diatur secara eksplisit dalam UUD.

Pada Pasal 20A dipertegas fungsi DPR, yaitu fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
Fungsi legislasi mempertegas kedudukan DPR sebagai lembaga legislatif yang menjalankan
kekuasaan membentuk undang-undang. Fungsi anggaran mempertegas kedudukan DPR untuk
membahas (termasuk mengubah) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)
dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditujukan bagi
kesejahteraan rakyat.

Kedudukan DPR dalam hal APBN ini lebih menonjol dibandingkan dengan kedudukan
Presiden karena apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden, Pemerintah
menjalankan APBN tahun yang lalu [Pasal 23 ayat (3)]. Fungsi pengawasan adalah fungsi DPR
dalam melakukan pengawasan terhadap kebijakan dan pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan oleh Presiden (pemerintah).

Penegasan fungsi DPR dalam UUD 1945 itu akan sangat mendukung pelaksanaan tugas DPR
sehingga DPR makin berfungsi sesuai dengan harapan dan tuntutan rakyat Selanjutnya, dalam
kerangka checks and balances system dan penerapan negara hukum, dalam pelaksanaan tugas
DPR, setiap anggota DPR dapat diberhentikan dari jabatannya. Dalam masa jabatannya mungkin
saja terjadi hal atau kejadian atau kondisi yang menyebabkan anggota DPR dapat diberhentikan
sebagai anggota DPR. Agar pemberhentian anggota DPR tersebut mempunyai dasar hukum yang
baku dan jelas, pemberhentian perlu diatur dalam undang-undang. Ketentuan ini merupakan
mekanisme kontrol terhadap anggota DPR.

2. Presiden

Presiden merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan dibidang eksekutif. Seiring
dengan Perubahan UUD 1945, saat ini kewenangan Presiden diteguhkan hanya sebatas pada bidang
kekuasaan dibidang pelaksanaan pemerintahan negara. Namun demikian, dalam UUD 1945 juga
diatur mengenai ketentuan bahwa Presiden juga menjalankan fungsi yang berkaitan dengan bidang
legislatif maupun bidang yudikatif.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar, Presiden haruslah warga negara Indonesia


yang sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain. Perubahan ketentuan
mengenai persyaratan calon Presiden dan calon Wakil Presiden dimaksudkan untuk mengakomodasi
perkembangan kebutuhan bangsa dan tuntutan zaman serta agar sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang makin demokratis, egaliter, dan berdasarkan rule of law yang salah satu cirinya
adalah pengakuan kesederajatan di depan hukum bagi setiap warga negara. Ketentuan tersebut
menunjukan bahwa jabatan Presiden dapat dikontrol oleh lembaga negara lainnya, dengan demikian
akan terhindar dari kesewenang-wenangan dalam penyelenggaraan tugas kenegaraan.

3. Mahkamah Agung (MA)

Sesuai dengan ketentuan Pasal 24A ayat (1), MA mempunyai wewenang:

a) mengadili pada tingkat kasasi


b) menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang
c) wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan
dalam bidang auditor. Dalam kedudukannya sebagai eksternal auditor pemerintah yang memeriksa
keuangan negara dan APBD, serta untuk dapat menjangkau pemeriksaan di daerah, BPK membuka
kantor perwakilan di setiap provinsi. BPK mempunyai tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab tentang keuangan negara.

5. Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi dengan wewenang sebagai berikut:


a) menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar.
b) memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar.
c) memutus pembubaran partai politik
d) memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

6. Komisi Yudisial (KY)

Wewenang Komisi Yudisial menurut ketentuan UUD adalah mengusulkan pengangkatan


hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Dalam proses rekrutmen hakim agung, calon hakim agung
diusulkan Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapat persetujuan dan untuk selanjutnya
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.

Pasal 24B UUD menyebutkan Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat
mandiri dan berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain
dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta prilaku hakim.
Dengan demikian, Komisi Yudisial memiliki dua kewenangan, yaitu mengusulkan pengangkatan calon
hakim agung di Mahkamah Agung dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta
menjaga martabat serta menjaga prilaku hakim di Mahkamah Konstitusi.

7. Komisi Pemilihan Umum (KPU)

KPU lahir dari Amandemen ke III UUD 1945. Komisis ini dibentuk sebagai suatu konsekuensi
dari dilaksanakannya pemilihan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima
tahun pada tiga lembaga negara (staat organen) dan satu lembaga perwakilan daerah. Tugasnya
adalah melaksanakan pemilihan langsung untuk memilih DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden,
dan DPRD.

8. Bank Indonesia (BI)

Bank Sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga
yang dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi. Bank Sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali,
dengan mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar
terlalu banyak maka Bank Sentral dengan menggunakan instrumen antara lain namun tidak terbatas
pada base money, suku bunga, giro wajib minimum mencoba menyesuaikan jumlah uang beredar
sehingga tidak berlebihan dan cukup untuk menggerakkan roda perekonomian.

Bank Indonesia (BI, dulu disebut De Javasche Bank) adalah bank sentral Republik Indonesia.
Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang
terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal,
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua
aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata
uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin
pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal
ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas
tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan
dapat diukur dengan mudah.

9. Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah merupakan salah satu alat dalam sistem penyelenggaraan


pemerintahan. Pemerintah daerah ini merujuk pada otoritas administratif di suatu daerah yang lebih
kecil dari sebuah negara dimana negara Indonesia merupakan sebuah negara yang wilayahnya
terbagi atas daerah-daerah Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan
daerah Kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan
daerah yang diatur dengan undang-undang.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah


daerah merupakan kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
Sedangkan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Setiap pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Daerah yang dipilih secara demokratis.
Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten dan Kota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi
disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil wali
kota. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan.
Kepala daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kepada masyarakat.

Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil pemerintah pusat di
wilayah provinsi yang bersangkutan, dalam pengertian untuk menjembatani dan memperpendek
rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan pada strata pemerintahan kabupaten
dan kota.Dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat sebagaimana dimaksud, Gubernur
bertanggung jawab kepada Presiden.

Selain itu, peran pemerintah daerah juga dimaksudkan dalam rangka melaksanakan
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas perbantuan sebagai wakil pemerintah di daerah otonom
yaitu untuk melakukan:

 Desentralisasi yaitu melaksanakan semua urusan yang semula adalah kewewenang


pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Dekonsentrasi yaitu menerima pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu untuk dilaksanakan; dan
 Tugas pembantuan yaitu melaksanakan semua penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Dalam rangka melaksanakan peran desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan,


Pemerintah daerah menjalankan urusan pemerintah konkuren, berbeda dengan pemerintah pusat
yang melaksanakan urusan pemerintahan absolut. Urusan Pemerintahan konkuren dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. pembagian urusan tersebut
didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis
nasional Urusan pemerintahan tersebutlah yang menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.

B. PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

Pemerintahan provinsi adalah penyelenggara Negara di tingkat provinsi. Istilah provinsi


berasal dari provincie yang diserap dari bahasa Belanda. Akan tetapi, sebenarnya kata provincie itu
pun berasal dari bahasa Latin, yaitu provinciae yang berarti daerah kekuasaan.

Di Indonesia, istilah provinsi digunakan untuk menyebut suatu wilayah administratif yang
berada di bawah wilayah nasional. Wilayah provinsi terdiri atas beberapa kabupaten atau kota.
Setiap provinsi yang ada di Indonesia dipimpin oleh seorang gubernur. Masing-masing provinsi
dibagi atas kabupaten dan kota.

Urusan wajib pemerintahan provinsi adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan.

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum.

e. Penanganan bidang kesehatan

f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial.

g. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota.

h. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota.

i. Pengendalian lingkungan hidup.

j. Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten/kota.

k. Pelayanan bidang ketenaga-kerjaan lintas kabupaten/kota.

l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil.


m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan.

n. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota.

o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat di laksanakan oleh kabupaten/kota.

p. Urusan wajib lainnya yang di amanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Menurut UU No. 32 Tahun 2004, pembentukan provinsi harus memenuhi syarat


administratif, teknis, dan fisik yang akan dijelaskan berikut ini:

1. Syarat Teknis

Syarat teknis meliputi faktor-faktor yang menjadi dasar pembentukan provinsi, mencakup
faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas
daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi
daerah.

2. Syarat Administratif

Syarat-syarat administratif yaitu sebagai berikut:

a. Ada persetujuan dari DPRD Kabupaten/Kota dan bupati/walikota yang akan menjadi cakupan
wilayah provinsi tersebut.

b. Ada persetujuan dari DPRD Provinsi induk dan gubernur.

c. Rekomendasi Menteri Dalam Negeri.

3. Syarat Fisik

Syarat fisik pembentukan provinsi, anatara lain paling sedikit 5 kabupaten/kota, lokasi calon
ibu kota, serta sarana dan prasarana pemerintahan.

C. PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA

Pemerintahan kabupaten dijalankan oleh bupati dan perangkat daerah. perangkat daerah
kabupaten terdiri dari Wakil bupati, sekertaris daerah, dan dinas daerah. Perangkat daerah
kabupaten bertugas membantu pekerjaan bupati. Bupati juga dibantu oleh komando distrik militer
(komandan kodim), kepala kepolisian resort (kapolres), kepala kejaksaan negeri, dan kepala
pengadilan negeri. Bupati bersama DPRD kabupaten menetapkan perda. bupati bertanggung jawab
kepada DPRD.
D. WARGA NEGARA RI

Secara umum, pengertian warga negara adalah semua penduduk di suatu negara atau
bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya, serta memiliki hak dan
kewajiban penuh sebagai seorang warga negara di negara tersebut.

Ada juga yang menjelaskan pengertian warga negara adalah semua orang yang secara
hukum merupakan anggota resmi dari suatu negara tertentu. Artinya, seorang warga negara
memiliki hubungan kuat dengan tanah air dan Undang-Undang negaranya, meskipun orang tersebut
berada di luar negeri dan terikat dengan ketentuan hukum Internasional.

Pada dasarnya seorang warga negara suatu negara tidak selalu menjadi penduduk negara
tersebut. Misalnya, warga negara Indonesia yang berdomisili di luar negeri. Dan penduduk suatu
negara tidak selalu merupakan warga negara di mana ia tinggal. Misalnya orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.

Secara hukum, menurut Undang-Undang Tahun 1945 Pasl 26 ayat 1 tentang


Kewarganegaraan, pengertian warga negara Indonesia dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu;

1. Warga Negara Asli (pribumi), yaitu penduduk asli suatu negara. Misalnya di Indonesia, suku
Jawa, Batak, Papua, Bugis, Madura, Minang, Dayak, dan etnis keturunan yang sejak lahir
merupakan warga negara Indonesia.
2. Warga Negara Keturunan (vreemdeling), yaitu suku bangsa keturunan yang bukan asli
Indonesia, misalnya bangsa Eropa, Arab, India, Tiongkok, dan lainnya yang disahkan secara
undang-undang menjadi warga negara Indonesia.

Mengacu pada Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 Pasal 1 ayat 2, kewarganegaraan mempunyai
asas-asas yang menjadi penentu status kewarganegaraan seseorang. Adapun asas-asas warga negara
adalah sebagai berikut:

1. Asas Ius Sanguinis

Asas Ius Sanguinis (low of the blood) adalah suatu aturan tentang kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan atau kewarganegaraan kedua orang tuanya, bukan tempat kelahirannya.
Umumnya negara yang menerapkan asas Ius Sanguinis adalah negara yang punya sejarah panjang,
diantaranya: Turki, Jerman, Belanda, Inggris, Tiongkok

2. Asas Ius Soli

Asas Ius Soli (low of the soil) adalah suatu aturan mengenai kewarganegaraan seseorang
berdasarkan tempat kelahirannya yang diberlakukan terbatas kepada anak-anak sesuai dengan
aturan undang-undang. Asas ini tidak berlaku kepada anak-anak diplomat, dimana orang tuanya
sedang bertugas untuk misi diplomatik di negara lain. Beberapa negara yang menerapkan asas Ius
Soli diantaranya: Argentina, Amerika Serikat, Brasil, Kanada

3. Asas Kewarganegaraan Tunggal


Ini adalah asas yang mewajibkan setiap orang hanya boleh memiliki satu kewarganegaraan saja.
Misalnya, jika seseorang memiliki kewarganegaraan Indonesia maka ia tidak boleh menjadi warga
negara lainnya.

4. Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas

Ini adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak, dimana
penerapannya telah diatur di dalam undang-undang. Namun, ketika anak tersebut telah berusia 18
tahun maka ia harus memilih satu kewarganegaraan saja.

Kewarganegaraan Republik Indonesia telah diatur dalam hukum, yaitu berlandaskan


peraturan perundang-undangan berikut:

 Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 26


 Undang-Undang No. 3 Tahun 1946
 Undang-Undang No. 62 Tahun 1958
 Undang-Undang No. 3 Tahun 1976
 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006\

Mengacu pada Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia, berikut ini adalah beberapa syarat menjadi warga negara Indonesia:

1. Semua orang yang berdasarkan Undang-Undang Pemerintah RI dengan negara lain sudah
menjadi warga negara Indonesia sebelum Undang-Undang ini berlaku.
2. Setiap anak yang lahir dari pernikahan sah antara ayah dan ibu berstatus warga negara
Indonesia.
3. Setiap anak yang lahir dari pernikahan sah antara ayah warga negara asing dan ibu warga
negara Indonesia.
4. Setiap anak yang lahir dari pernikahan sah antara ibu berstatus warga negara Indonesia
dengan ayah yang tidak memberikan kewarganegaraan kepada anaknya.
5. Setiap anak yang lahir dari pernikahan sah dalam tenggat waktu 300 hari sejak ayahnya yang
warga negara Indonesia meninggal dunia.
6. Anak yang lahir tanpa adanya pernikahan sah dari ibu berwarga negara Indonesia.
7. Anak yang lahir tanpa adanya pernikahan sah dari ibu berwarga negara asing dimana
pengakuan kewarganegaraan dilakukan sebelum anak berusia 18 tahun atau belum
menikah.
8. Anak yang lahir di wilayah Indonesia, dimana ayah dan ibunya tidak memiliki status
kewarganegaraan yang jelas.
9. Anak yang lahir di wilayah Indonesia, dimana ayah dan ibunya tidak diketahui.
10. Anak yang lahir di wilayah Indonesia, dimana ayah dan ibunya tidak punya
kewarganegaraan.
11. Anak yang lahir di luar wilayah Indonesia, dimana ayah dan ibunya merupakan warga negara
Indonesia dan negara tempat ia lahir tidak memberikan kewarganegaraan pada anak
tersebut.
12. Anak dari orang tua yang permohonan kewarganegaraannya dikabulkan, namun orang
tuanya tersebut meninggal dunia sebelum sempat mengucapkan sumpah dan janji setia.

Anda mungkin juga menyukai