Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

THAHARAH (BERSUCI)

Di Susun Sebagai Salah Satu Sarat Mengikuti Perkuliahan


Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh:
Kelompok 8

1. Nama : MEGI SETRIVO, A.Md


NIM : 20210023810..
2. Nama : Rufi’at
NIM : 2021002381025

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

PASMA YENDRA, M.P

PRODI ILMU PEMERINTAHAN


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
IMAM BONJOL PADANG

2020/2021

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................ii
BAB. I PENDAHULUAN .........................................................1
A. Latar Belakang .........................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................1

BAB. II THAHARAH (BERSUCI) .........................................2


A. Pengertian Thaharah (Bersuci) ..................................2
B. Pembagian Thaharah (Bersuci) ..................................2
1. Thaharah Mahawiyah ...........................................3
2. Thaharah Hissiyah atau Thaharah Badan.............3
C. Ruang Lingkup Thaharah/ Bersuci............................5
D. Tayamum...................................................................6
a. Hukum Tayamum..................................................7
b. Syarat Tayamum....................................................7
c. Rukun dan Cara Tayamum ...................................9
d. Mandi Wajib...........................................................11

BAB. III PENUTUP .............................................................14


A. Kesimpulan ..........................................................14
B. Saran ....................................................................14

Daftar Pustaka.........................................................................15

i
KATA PENG ANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh,


Segala pujian bagi Allah SWT. Rabb semesta alam dan
salawat teriring salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad-
Al-Amin, keluarga, para sahabat, dan siapa yang mengikuti
mereka dengan baik hinga hari pembalasan kelah.
Alhamdulillah, kami dari kelompok delapan telah dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah “Pengantaar Agama islam”
dengan baik, besar harapan semoga makalah ini dapat memberi
manfaat, syafa’at serta bimbingan bagi diri penyusun khususnya
dan pembaca umumnya.

Wassalamu’alaium wr. wb,


Sirukam, 14 November 2020
Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sangat memperhatikan umatnya agar senantiasa bersih
dan suci, baik secara lahir (hissi) maupun batin (ma’nawi). Dalam
konsep Islam, bersuci dikenal dengan istilah taharah. Secara
bahasa, taharah artinya bersih dan suci dari kotoran atau najis,
baik yang bersifat hissi (yang dapat terlihat), seperti kencing atau
lainnya, dan najis yang bersifat ma’nawi (yang tidak kelihatan
zatnya), seperti aib dan maksiat. Adapun menurut istilah, taharah
artinya bersih dari najis, baik  najis haqiqi, yaitu kotoran maupun
najis hukmi. Taharah amat penting dalam Islam. Baik taharah
haqiqi, yaitu suci pakaian, badan, dan tempat shalat dari najis,
maupun taharah hukmi, yaitu suci anggota wudhu dari hadas dan
suci seluruh anggota lahir dari janabah (junub). Sebab, hal itu
menjadi syarat sahnya shalat.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, akan dipaparkan
penjelasan lebih rinci tentang thaharah, menjelaskan bagaimana
fungsi thaharah dalam menjalan ibadah kepada Allah, serta
menjelaskan manfaat thaharah yang dapat umat muslim peroleh.
Dengan demikian umat muslim akan lebih tahu makna bersuci
dan mulai mengamalkannya untuk peningkatan kualitas ibadah
yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian thaharah secara bahasa dan istilah;
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah;
3. Macam-macam bentuk thaharah

1
4. Pengertian hadas, najis dan tatacara mensucikannya;
5. fungsi thaharah dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
THAHARAH (BERSUCI)

A. Pengertian Thaharah (Bersuci)


Agama islam mewajibkan penganutnya menjaga
kebersihan:
 Kebersihan dari najis-najis yang terkena pada badan,
pakaian, bendenda-benda, rumahtangga (tempat) dan
sebagainya;
 Dan juga kebersihan/ kesucian dari najis-najis bathin yang
berada di dalam jiwa seperti menyekutukan Allah, haat
dengki, sombong, bermegah-megah, riak atau membuat
sesuatu mengharapkan di puji dan sebagainya.
Taharah/ bersuci dalam istilah syarak adalah
“Mengerjakan sesuatu yang membolehkan mendirikan sholat
dan amal-amal ibadah yang seumpamanya seperti tawaf dan
membaca Al-quran dengan melakukan
wushu/mandi/tayamum dan menghilangkan najis yang tidak
di maafkan yang terkena pada badan, pakaian, tempat dan
sebagainya.”
Taharah  merupakan anak  kunci dan syarat sah salat.
Dalam kesempatan lain Nabi SAW juga bersabda:

ْ ‫ا الت‬33‫ َوت َْحلِ ْيلُ َه‬،‫ ُر‬3‫ا التَّ ْكبِ ْي‬33‫ َوت َْح ِر ْي ُم َه‬،ُ‫ا َرة‬3‫صاَل ِة أَلطََّ َه‬
ُ‫لِ ْيم‬3‫َّس‬ ُ ‫ ِم ْفت‬:‫قال عليه الصالة والسالم‬
َّ ‫َاح ال‬
Artinya: Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci,

2
penghormatannya adalah takbir dan perhiasannya adalah
salam.”

B. Pembagian Thaharah (Bersuci)


1. Taharah ma’nawiyah atau thaharah kalbu (hati), 
yaitu bersuci dari syirik dan maksiat dengan cara
bertauhid dan beramal saleh, dan taharah ini lebih penting
dan lebih utama daripada taharah badan. Karena taharah
badan tidak mungkin akan terlaksana apabila terdapat syirik.
Dalilnya adalah sebagai berikut:
ْ ‫إِ َّن َما ا ْل ُم‬
 ‫ش ِر ُكونَ َن َجس‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis” (QS. At-Taubah : 28)

ٌ ‫أ ُ ْوالَئِ َك الَّذِينَ لَ ْم ُي ِر ِد هللاُ أَن ُي َط ِّه َر قُلُو َب ُه ْم لَ ُه ْم فِي ال ُّد ْن َيا خ ِْزي َولَ ُه ْم فِي ْاألَخ َِر ِة َع َذ‬
‫اب‬
‫َع ُظ‬
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak
hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di
dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS.
Al-Maaidah: 41)

Maka wajib bagi seorang muslim yang berakal untuk


mensucikan dirinya dari syirik dan keraguan dengan cara
ikhlas, bertauhid, dan yakin. Dan juga wajib atasnya untuk
mensucikan diri dan hatinya dari kotoran-kotoran maksiat,
dengki, benci, dendam, penipuan, kesombongan, ‘ujub, riya‘,
dan sum’ah.

2. Taharah hissiyah atau taharah badan, yaitu mensucikan diri


dari hadas dan najis, dan ini adalah bagian dari iman yang
kedua. Allah mensyariatkan taharah badan ini dengan wudu

3
dan mandi, atau pengganti keduanya yaitu tayamum (bersuci
dengan debu). Penghilangan najis dan kotoran ini meliputi
pembersihan pakaian, badan, dan juga tempat salat. Dalilnya
adalah sebagai berikut :
 /‫اإليمان‬ ‫الطهور شطر‬
Artinya: “Sesungguhnya kebersihan itu sebagian dari iman”

‫اغسِ لُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأَ ْي ِد َي ُك ْم إِلَى ا ْل َم َراف ِِق َو ْام َس ُحوا ِب ُر ُءوسِ ُك ْم َوأَ ْر ُجلِ ُك ْم إِلَى‬ َّ ‫َياأَ ُّي َها الَّذِينَ َءا َم ُنوا إِ َذا قُ ْم ُت ْم إِلَى‬
ْ ‫الصالَ ِة َف‬

ِ‫س َف ٍر أَ ْو َجآ َء أَ َح ٌد ِّمن ُكم ِّمنَ ا ْل َغآئِط‬ َ ‫ضى أَ ْو َعلَى‬ َ ‫اط َّه ُروا َوإِن ُكن ُتم َّم ْر‬ َّ ‫ َف‬/‫ن َوإِن ُكن ُت ْم ُج ُن ًبا‬/ِ ‫ا ْل َك ْع َب ْي‬
‫س ُحوا ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوأَ ْيدِي ُكم ِّم ْن ُه َما ُي ِري ُد‬ ْ ‫صعِيدًا َط ِّي ًبا َف‬
َ ‫ام‬ َ ‫آء َف َت َي َّم ُموا‬ َ ‫أَ ْو الَ َم ْس ُت ُم ال ِّن‬
ً ‫سآ َء َفلَ ْم َت ِجدُوا َم‬
ْ ‫ج َولَكِن ُي ِري ُد لِ ُي َط ِّه َر ُك ْم َولِ ُيتِ َّم ن ِْع َم َت ُه َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت‬
َ‫ش ُك ُرون‬ ٍ ‫هللا ُ لِ َي ْج َعل َ َعلَ ْي ُكم ِّمنْ َح َر‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak


mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai siku, dan sapulah (usaplah) kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau salah seorang dari kamu kembali dari tempat buang air
(wc/kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu,
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmAt-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Maaidah: 6)

Sedangkan menurut Imam Ibnu Rusyd, taharah itu terbagi


menjadi dua, yaitu :
1. Taharah dari hadas, yaitu membersihkan diri dari hadas
kecil (sesuatu yang diminta -bersucinya dengan- wudu)

4
2. dan dari hadas besar (sesuatu yang diminta -bersucinya
dengan – mandi).
2. Taharah dari khubts atau najis, yaitu membersihkan diri,
pakaian, dan tempat ibadah dari sesuatu yang najis
dengan air.

C. Ruang Lingkup Thaharah/ Bersuci


a. Berwudhu
Seseorang yang tidak ada wudhu’ disebut berhadas kecil.
Untuk mensucikan diri daripadanya ialah dengan mengambil
wudhu, dengan rukun-rukun atau cara yang telah di
tentukan.
a). Rukun Wudhu’
Rukun mengambil wudhu’ ada 6 perkara yaitu:
1. Niat mengerjakan fardhu wudhu’ ketika memulai
membasuh sebahagian daripada muka dengan lafaz
niat:
Artinya: “Aku berniat berwudhu untuk menghilangkan
hadas kecil karena Allah Ta’ala”
2. Membasuh muka.
3. Membasuh kedua tangan hingga kedua siku.
4. Menyapu sebahagian daripada kepala.
5. Membasuh dua kaki hingga buku kakinya.
6. Tertib.
b). Sunat Wudhu’
1. Bersugi/ menggosok gigi.
2. Menghadap kiblat.
3. Membaca basmalah.

5
4. Membasuh dua tapak tangan hingga pergeangan.
5. Berkumur-kumur.
6. Memasukkan air ke hidung dan
menghembuskannya keluar.
7. Menyapu sekalian kepala.
8. Menyapu kedua telinga.
9. Menyelat-nyelati janggut yang lebat.
10. Menyelat-nyelati anak jari dan kaki.
12. Meniga-nigakan (tiga kali) basuh dan sapu pada
angota-anggota wudhu’ yang telah dibasuh dan
disapu.
13. Mualat (berturut-turut), tidak di senlangi oleh
persecaraian masa yang lama diantara satu
anggota dengan anggota yang lain.
14. Membaca doa setelah wudhu’ di sempurnakan.

D. Tayamum

Tayammum dalam arti bahasa adalah menyengaja atau


ُ ‫َت َي ِّم ْم‬
bermaksud. Jika seseorang mengucapkan tayammamtu fulan (‫ت‬
‫ )فُاَل ن‬maka itu artinya yang saya maksud adalah Fulan. Quran juga
menggunakan kata tayammum bukan untuk maksud tayammum
seperti yang dimaksud dalam pembahasan Ilmu Fiqih.

َ‫يث ِم ْن ُه ُت ْنفِقُون‬
َ ‫َواَل َت َي َّم ُموا ا ْل َخ ِب‬
 [267/‫]البقرة‬

Tayammum dalam ayat itu bukan berarti tayammum seperti


yang kebanyakan dipahami orang ketika belajar Fiqih. Tayammum
dalam ayat tersebut berarti memilih atau menyengaja. Jika

6
diartikan, potongan ayat tersebut artinya adalah jangan memilih
sesuatu yang buruk untuk diinfakkan.
Tayamum dalam kajian ilmu Fiqih diartikan dengan
memindah debu suci ke wajah dan tangan. Dengan tujuannya
untuk menggantikan wudhu atau mengganti mandi wajib. Bisa
juga menjadi ganti anggota tubuh yang seharusnya ikut dibasuh.
Dari pengertian tersebut, ada pengecualian yang perlu sangat
dipahami terkait tayammum. Misalnya, jika seorang tidak
memindah debu, melainkan debu itu terbang dan menempel di
wajah serta tangan, apakah itu sudah cukup untuk melakukan
tayammum.
Jawaban atas pertanyaan itu adalah tidak. Meski pun ketika
kejadian itu terjadi, orang tersebut berniat tayammum, hal itu
tetap tidak bisa disebut tayammum. Alasannya, tidak ada proses
memindah debu dalam kejadian itu. Debu itu hanya diam dan
diterbangkan angin.
a. Hukum Tayamum
Pada dasarnya, bersuci adalah menjadi syarat wajib ibadah
semacam sholat dan beberapa ibadah bentuk lain. Ibadah itu
sendiri ada yang sifatnya sunnah, ada juga yang wajib.
Ibadah yang wajib dan mensyaratkan harus suci, tentu ada
kewajiban untuk bersuci terlebih dahulu. Jika bersuci dengan
berwudhu tidak bisa dilakukan, maka yang harus dilakukan
adalah tayammum.
Dalam keadaan demikian, tentu saja, hukum tayammum
menjadi wajib. Kewajiban itu adalah kewajiban yang diturunkan
dari kewajiban ibadah. Sebab, sesuatu yang menjadi jalan untuk

7
melakukan ibadah wajib, maka hukumnya menjadi wajib pula.
Dan hukum ini terlaku untuk tayammum.

b. Syarat Tayammum
Tayamum memiliki syarat-syarat tertentu. Sehingga, tidak
semua orang bisa melaksanakan tayammum jika tidak berada
dalam keadaan yang memenuhi syarat tayammum. Dalam
Kitab Hasyiyatul Bajuri disebutkan ada lima syarat yang
memperbolehkan seseorang melakukan tayammum. Penjelasan
kelima syarat tersebut bisa dibaca seperti yang ada di bawah:
1. Ada Alasan
Alasan yang dimaksud di sini adalah alasan syar’i. Alasan
syar’i itu bisa karena perjalanan atau karena menderita penyakit
tertentu. Untuk alasan bepergian, mungkin akan sedikit sulit
menemukan perjalanan yang hingga mengharuskan tayammum.
Tetapi untuk alasan sakit, lebih sering ditemukan.
Alasan sakit yang memperbolehkan tayammum seperti luka
pada kaki yang harus diperban dan tidak boleh terkena air atas
alasan kesehatan. Dengan demikian, orang tersebut harus bersuci
dengan wudhu sekaligus tayammum. Tayammum adalah untuk
mengganti anggota yang tidak boleh terkena air tersebut.

2. Telah Masuk Waktu Shalat


Ketika seseorang hendak melaksanakan shalat dhuhur,
misalnya, maka dia hanya boleh melaksanakan tayammum ketika
sudah masuk waktu dhuhur. Jika belum, tayammum yang
dilakukan tidak sah meski cara yang dilakukannya sudah benar.
Ketidaksahan ini sama ketika seseorang tidak yakin apakah
waktu shalat sudah masuk atau belum. Jika hanya persangkaan

8
saja, tetapi tidak yakin sudah masuk waktu shalat, tayammum
yang dilakukan tidak akan sah. Jadi, memang harus yakin
terlebih dahulu waktu shalat telah masuk.
3. Sudah Mencari Air ketika Masuk Waktu Shalat
Salah satu syarat tayammum adalah mencari air. Mencari air
ini juga harus dilakukan ketika waktu shalat sudah masuk.
Maksud sebenarnya bukan harus pontang-panting lari ke mana-
mana untuk mencari air. Diam saja juga termasuk mencari air,
asalkan orang tersebut yakin memang di tempat tersebut tengah
tidak ada air. Dengan demikian, sebenarnya syarat ini adalah
syarat untuk memastikan apakah benar-benar tidak ada air, atau
sudah terjadi perubahan. Tayammum adalah alternatif cara
bersuci jika tidak ditemukan air. Otomatis, ketika jumlah air
tersedia untuk bersuci, tayammum tidak bisa dilakukan. Untuk
itu, seseorang perlu memastikan terlebih dahulu bahwa memang
tidak ada air. Meskipun itu dengan cara meyakininya saja.
4. Punya Alasan untuk Tidak Menggunakan Air
Maksud punya alasan untuk tidak menggunakan air adalah
karena takut dengan alasan kesehatan atau hal lain. Hal lain itu
bisa karena ketersediaan air sangat tipis, sehingga hanya cukup
untuk dikonsumsi, bukan untuk mandi dan sejenisnya.
5. Ada Debu Suci yang Bisa Digunakan
Debu yang dimaksud di sini adalah debu yang banyak
menempel pada kaca atau dinding. Tanah pun sebenarnya bisa,
tapi akan sedikit sulit memisahkan debu dengan hal lain yang
ada di tanah. Apalagi kesuciannya juga belum bisa ditentukan.
Debu yang bercampur dengan kerikil atau tanah kapur, tidak
diperkenankan untuk digunakan. Namun, beberapa pendapat

9
tetap memperbolehkan penggunaan debu dengan kriteria
tersebut untuk digunakan tayammum.
C. Rukun dan Cara Tayammum
Dalam beberapa kitab Fiqih, rukun tayammum sering juga
disebut dengan fardhu tayammum. Meski memiliki istilah dan
sebutan berbeda, namun secara makna tetap sama. Jumlah
rukun tayammum adalah empat.
1. Niat
Ada beberapa macam niat yang bisa digunakan untuk
tayammum. Namun, niat yang lazim digunakan adalah:
‫نويت التيمم الستباحت فرض الصالة هلل تعالى‬
Niat ini diucapkan bersamaan dengan memindah debu dari satu
tempat ke wajah. Pelaksanaan niat seperti ini persis seperti niat
yang dilakukan ketika malaksanakan wudhu. Bunyi niatnya
memang berbeda, tetapi caranya sama, harus bersamaan dengan
pekerjaan awal tayammum.

2. Mengusap Wajah
Debu harus rata terusap pada seluruh permukaan wajah.
Batasan wajah dalam tayammum atau pun dalam wudhu tidak
berbeda sama sekali. Perbedaan di sini hanya terletak pada media
yang digunakan. Jika wudhu memakai media air, maka pada
tayammum media yang digunakan adalah debu. Sekiranya Anda
yakin debu sudah rata di wajah Anda, itu sudah cukup.
Cara pengusapan menggunakan satu pengambilan.
Maksudnya, telapak tangan dibentangkan, lalu ditekan pada
tempat debu, baru kemudian diusapkan dari atas menuju bawah.
Perhatikan lekukan hidung agar bagian itu juga terusap debu.

10
3. Mengusap Kedua Tangan hingga Siku Tangan
Batasan ini sama persis dengan batasan basuhan tangan
pada wudhu. Caranya pun tidak jauh berbeda. Namun mungkin
karena ini menggunakan media debu, jadi ada cara khusus yang
dilakukan sebagai salah satu cara untuk meratakan debu pada
permukaan kedua tangan.
Cara melakukannya dengan mengambil debu kembali, lalu
menggunakan debu yang menempel pada tangan kiri untuk
mengucap tangan kanan. Dan menggunakan debu yang menempel
pada tangan kanan untuk mengusap tangan kiri.

4. Tertib
Tertib dalam tayamum artinya urut. Satu demi satu rukun
atau fardhu tayammum dilaksanakan dengan tidak boleh
dibolak-balik. Orang yang bertayammum menjadi batal jika dia
mendapat hal yang bisa membatalkan wudhu. Jadi apa yang
bisa membatalkan wudhu, bisa juga membatalkan tayammum.
Hal lain yang membatalkan adalah melihat air atau mengetahui
adanya sumber air yang cukup sebelum dia melaksanakan
shalat.
Perlu digarisbawahi adalah, tayammum hanya bisa
digunakan untuk satu kali ibadah fardhu saja. Untuk
melaksanakan shalat fardhu dhuhur misalnya, seseorang
melaksanakan tayammum. Meskipun belum batal, ketika dia
hendak melaksanakan shalat ashar nanti, dia harus
tayammum kembali. Berbeda dengan ibadah sunnah. Satu kali
tayammum bisa digunakan untuk banyak ibadah sunnah
sepuasnya. Dan perbedaan semacam ini harus dimengerti.
Jangan sampai salah kaprah dipahami.

11
D. Mandi Wajib
a. Pengertian
Mandi besar atau mandi wajib adalah mandi atau
menuangkan air ke seluruh badan dengan tata cara tertentu
untuk menghilangkan hadats besar. Hal itu adalah
pengertian dalam syariat Islam. Arti al-gusl secara etimologi
adalah menuangkan air pada sesuatu.
1. Syarat sah mandi
Sebagai pembeda mandi biasa dengan mandi wajib
perbedaannya terletak pada niatnya.
2. Rukun mandi wajib
Untuk melakukan mandi janabah, maka ada beberapa hal yang harus
dikerjakan karena merupakan rukun (pokok), di antaranya adalah:
 Mengguyur air keseluruh badan;
 Mengguyur kepala tiga kali, kemudian guyur bagian tubuh yang
lain.

Dengan seseorang memenuhi rukun mandi di atas, maka


mandinya dianggap sudah sah, dengan disertai niat untuk mandi wajib
(al ghuslu). Jika seseorang mandi di pancuran (shower) dan air
mengenai seluruh tubuhnya, maka mandinya sudah dianggap sah.
Kemudian untuk berkumur-kumur (madhmadhoh), memasukkan air
dalam hidung (istinsyaq) dan menggosok-gosok badan (ad dalk)
adalah perkara yang disunnahkan menurut mayoritas ulama.
3. Tata cara mandi sempurna
Berikut adalah tata cara mandi yang disunnahkan, ketika seorang
Muslim melakukannya, maka akan membuat mandi wajib tadi lebih
sempurna. Yang menjadi dalil dari bahasan ini adalah dua dalil yaitu

12
hadits dari ‘Aisyah dan hadits dari Maimunah.
 Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali sebelum tangan
tersebut dimasukkan dalam bejana atau sebelum mandi;
 Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri;
 Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan
menggosokkan ke tanah atau dengan menggunakan sabun;
 Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika hendak
salat;
 Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali hingga sampai ke
pangkal rambut;
 Memulai mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri;
 Menyela-nyela rambut;
 Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan
setelah itu yang kiri.
4. Lafadz Niat Mandi Wajib
1. Jika mandi besar disebabkan junub Mimpi basah,
keluar mani, senggama maka niat mandi besarnya
adalah BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITUL
GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL
JANABATI FARDLON LILLAHI TA’ALA Artinya Dengan
menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk
menghilangkan hadats besar dari jinabah, fardlu
karena Allah Ta’ala.
2. Jika mandi besarnya disebabkan karena haid maka niat mandi
besarnya adalah BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITUL
GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL HAIDI
FARDLON LILLAHI TA’ALA Artinya Dengan menyebut nama
Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari
haidl, fardlu karena Allah Ta’ala.
13
Jika mandi besarnya disebabab karena nifas, maka niyat mandi
besarnya adalah BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITU
GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAN NIFASI
FARDLON LILLAHI TA’ALA Artinya Dengan menyebut nama
Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari nifas,
fardlu karena Allah Ta’ala.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam konsep Islam, bersuci dikenal dengan istilah
taharah. Secara bahasa, taharah artinya bersih dan suci dari
kotoran atau najis, baik yang bersifat hissi , seperti kencing atau
lainnya, dan najis yang bersifat ma’nawi , seperti aib dan
maksiat. Adapun menurut istilah, taharah artinya bersih dari
najis, baik najis haqiqi, yaitu kotoran maupun najis
hukmi. Taharah amat penting dalam Islam.

Wajib bagi seorang muslim yang berakal untuk mensucikan


dirinya dari syirik dan keraguan dengan cara
ikhlas, bertauhid, dan yakin. " Dan juga wajib atasnya untuk
mensucikan diri dan hatinya dari kotoran-kotoran
maksiat, dengki, benci, dendam, penipuan, kesombongan, ‘ujub, ri
ya‘, dan sum’ah. Hissiyah atau taharah badan, yaitu mensucikan
diri dari hadas dan najis, dan ini adalah bagian dari iman yang
kedua. Allah mensyariatkan taharah badan ini dengan wudu dan
mandi, atau pengganti keduanya yaitu tayamum.
14

B. SARAN
Demikian makalah ini kami buat, dan dari penulisan ini
masih banyak terdapat kekurang, maka saran dan krtik yang
sifatnya untuk kemajuan sangat kami harapkan dan sebagai
penambah wawasan kami.

DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan Lengkap Ibadah Sholat “Hj. Johari, Hj Alias
2. Wikepidia Indonesia.
15

Anda mungkin juga menyukai