Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“PERENCANAAN, PERAMALAN DAN


PENGANGGARAN KEUANGAN”
Dosen Pengampu : Drs. La Ane, M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. Rajunadi Simanullang ( 7213520004 )
2. Rayhan Mulya Sipa ( 7212520002 )
3. Risma Waty Pardosi ( 7212220002 )
4. Yohana Monica ( 7213520050 )

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perencanaan,
Peramalan dan Penganggaran Keuangan” ini.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Drs.La Ane, M.Si. pada mata kuliah Maanajemen Keuangan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.La Ane, M.Si. selaku dosen
mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1. 3 Tujuan..............................................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
2.1 Peramalan Keuangan........................................................................................................4
2.2 Ramalan Penjualan...........................................................................................................4
2.2.1 Meramalkan Variabel Keuangan...............................................................................4
2.2.2 Peramalan Keuangan Dengan Metode Persentase Penjualan....................................5
2.2.3 Model Pendanaan Berdasar Deskresi Sesuai Kebutuhan.......................................10
2.2.4 Menganalisi Pengaruh Laba Dan Kebijakan Deviden Pada DFN...........................11
2.2.5 Keterbatasan Metode PeramalanPersentase Penjualan...........................................12
2.3 Tingkat Pertumbuhan Berkelanjutan..............................................................................13
2.4 Perencanaan dan Penganggaran Keuangan...................................................................14
2.4.1 Kegunaan Anggaran................................................................................................14
2.4.2 Anggaran Kas..........................................................................................................14
2.4.3. Periode Anggaran...................................................................................................16
BAB III....................................................................................................................................18
PENUTUP...............................................................................................................................18
3. Kesimpulan.......................................................................................................................18
3.1. Ramalan Penjualan....................................................................................................18
3.2. Perencanaan dan Penganggaran Keuangan................................................................18
2. Saran.................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan (planning) dan peramalan (forecasting) merupakan dua hal yang


selalu diperbandingkan. Perencanaan mengindikasikan apa yang seharusnya terjadi
di masa yang akan datang (normatif), sedangkan peramalan terkait dengan apa yang
akan terjadi di masa yang akan datang (positif). Agak sulit dipahami, karena beda-
beda tipis antara pengertian perencanaan di satu pihak dengan peramalan di pihak
lain.

Perencanaan dihubungkan dengan pengelolaan (how to manage): Planning,


Implementation and Evaluation. Planning adalah suatu uraian tugas kegiatan usaha
yang disusun secara logis, sistematik, terukur, dan dapat dicapai. Tugas / kegiatan
tersebut dilaksanakan, diorganisasikan, dipantau / diawasi, dilakukan perbaikan
seperlunya agar tidak menyimpang dari yang direncanakan. Setiap tugas / kegiatan
yang dilakukan dilaporkan dan dievaluasi dengan membandingkannya dengan yang
direncanakan apakah sesuai atau tidak.

Sementara peramalan kerap bertukar tempat dengan estimasi, prakiraan, proyeksi,


ekspektasi dan lain sebagainya (how to analyze). Jika how to manage bersifat
manajerial maka how to analyze bersifat akademis (scientific). Bantuan akademik
terhadap kebutuhan manajerial tidak bisa diabaikan. Karena perencanaan yang baik
sangat ditentukan hasil peramalan yang baik. Sebab, peramalan yang baik sangat
mengandalkan basis data/informasi (empiric) yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja metode yang digunakan dalam peramalan pnjualan?


2. Bagaiman perencanaan dan peramalan dalam keuangan ?
1. 3 Tujuan

1. Mengetahui cara menggunakan metode persentase untuk meramalkan kebutuhan


dana suatu perusahaan

2. Menyiapkan anggaran keuangan dengan melakukan perencanaan dan peramalan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peramalan Keuangan

Meramalkan dalam manajemen keuangan digunakan untuk memperkirakan


kebutuhan keuangan dimasa yang akan datang. Jika manajer keuangan tidak
mencoba untuk mengantisipasi kebutuhan pembiayaan masa depan perusahaannya,
maka krisis aka terjadi setiap kali penerimaan kas lebih kecil pengeluaran
kas,peramcanaan yag baik ditunjukan untuk mengantisipasi dan mempersiapkan
perusahaan untuk menghadapi kondisi masa depan, dimana ketika perusahaan harus
membutuhkan pembiayaan tambahan, dan juga ketika perusahaan tidak mampu
menghasilkan pemasukan kas. Adanya rencana pertumbuhan berarti manajer
keuangan mampu mengantisipasi kebutuha pembiayaan perusahaan dan dengan
adanya rencana keuangan yang baik, maka perusahaan akan mampu memenuhi
kebutuhan tersebut, adanya perencanaan lanjutan,berarti bahwa manajer keuangan
dapat menyelidiki lebih banyak alternatif dan menghasilkan perencanaan keuangan
yang baik dari waktu pembiayaan yang tersedia.

2.2 Ramalan Penjualan

Unsur-unsur pokok dalam proses perencanaan perusahaan adalah meramalkan


penjualan. Perhitungan ini biasanya dihasilkan dari berbagai sumber informasi.
Setidaknya perkiraan penjualan untuk tahun depan akan mencerminkan :
(1) Kecenderungan penjualan masa lalu yang diharapkan terulang lagi pada tahun
berikutnya.
(2) Pengaruh setiap peristiwa apapun yang mungkin secara material
mempengaruhi kecenderungan itu.
Contohnya, adalah kampanye periklanan besar-besaran atas perubahan dalam
kebijaksanaan harga yang dilakukan perusahaan.

2.2.1 Meramalkan Variabel Keuangan

4
Ramalan keuangan tradisional menganggap meramalkan penjualan sebagai
variabel yang sudah pasti dan membuat proyeksi dengan melihat dampak pada
berbagai biaya, aktiva serta kewajiban perusahaan. Jumlah pendanaan seperti yang
akan kita bahas nanti sangat besar jika penjualan tumbuh 1 persen bahkan 5 persen
atau bahkan 10 persen. Jumlah variasi tergantung pada pengaruh antara variabel-
variabel penting yang menentukan kebutuhan pembiayaan perusahaan.

2.2.2 Peramalan Keuangan Dengan Metode Persentase Penjualan

Metode yang biasa digunakan untuk membuat perhitungan ini adalah metode
persentase penjualan. Metode persentase penjualan mencakup suatu perkiraan tingkat
biaya, aktiva, atau kewajiban periode waktu yang akan datang sebagai persentase
ramalan penjualan. Persentase yang digunakan bisa berasal dari laporan keuangan
terbaru sebagai persentase penjualan-penjualan sekarang, dari perhitungan rata-rata
beberapa tahun ini, dari pertimbangan analisis atau beberapa kombinasi sumber-
sumber tersebut.

Tabel 4-1 menyajikan contoh lengkap pengunaan metode persentase penjualan


dari peramalan keuangan. Pada contoh ini, masing-masing akun pada neraca
perusahaan, yang bervariasi terhadap penjualan, dikonversikan dalam bentuk
persentase terhadap penjualan 2003 yang sebesar $10 juta. Ramalan dan neraca baru
untuk masing-masing komponen kemudian dihitung dengan perkalian waktu
persentase ini sebesar $12 juta pada proyeksipenjualan untuk periode perencanaan
tahun 2004. Metode ramalan pembiayaan masa depan ini tidak terperinci
sebagaimana metode yang menggunakan anggaran kas yang akan diperkenalkan
nanti : tetapi metode ini menawarkan biaya yang murah dalam penggunaan
perkiraan, terutama perkiraan kebutuhan pembiayaan perusahaan untuk periode yang
akan datang.

Ingatlah bahwa pada contoh di Tabel 4-1, aktiva lancar dan aktiva tetap
diasumsikan berbeda untuk tiap tingkat penjualan perusahaan. Ini berarti bahwa
perusahaan tidak mempunyai kapasitas produksi yang cukup untuk menyerap

5
proyeksi kenaikan penjualan. Selanjutya, jika penjualan meningkat $1 aktiva tetap
akan

Persentase
Penjualan
Sekarang Proyeksi
Aktiva (penjualan
2003 (Berdasarkan Penjualan 2004 =$12 juta)
2003 = $10
juta)
Aktiva lancar $2,0 M $2M = 20% 0,2 X $12M = $2,4M
$10M
Aktiva tetap $4,0M $4M = 40 % 0,4 X $12M = $4,8M
bersih $10M
Jumlah $6,0M $7,2M

KEWAJIBAN DAN EKUITAS PEMEGANG USAHA


$1M = 10% 0,10 X $12M = $1,2M
Hutang usaha $1,0M
$10M
Beban yang $1M = 10% 0,10 X $12M = $1,2M
$1,0M
harus dibayar $10M
Wesel bayar $0,5M NAa Tidak berubah 0,5M
Hutang jangka a Tidak berubah 2,0M
$2,0M NA
panjang
Jumlah $4,9M
$4,5M
kewajiban
Saham biasa $0,1M NAa Tidak berubah 0,1M
Modal yang Tidak berubah 0,2M
$0,2M NAa
disetor
$1,2M+[0,05 X $12M X (1- 1,5Mb
Saldo laba $1,2M
0,50)] =
Ekuitas saham $1,8M
$1,5M
biasa
Jumlah pembiayaan yang $6,7M
Jumlah $6,0M
tersedia
Tambahan pembiayaan yang 0,5Mc
dibutuhkan
Jumlah $7,2M

a. Tidak dapat ditetapkan neraca-neraca ini diasumsikan tidak bervariasi dengan


penjualan
b. proyeksi saldo laba sama dengan tingkat awal ($1,2M) ditambahkan proyeksi laba
bersih kurang dari dmanapun. Dalam kasus ini laba bersih diproyeksikan sama dengan

6
5% dari penjualan, dan deviden diproyeksikan sama dengan separuh dari laba bersih :
0,5 X 1,2 M X (1-0,5) = $ 300.000
c. tambahan pembiayaan yang dibutuhkan dengan total aktiva yang diproyeksikan
($7,2 juta) dikurangi total kewajiban ($4,9 juta) dikurangi ekuitas saham biasa yang
diproyeksikan ($1,8 juta) atau $7,2 juta – 4,9 juta = $500.000

meningkat sebesar 4 sen, atau 40 persen dari proyeksi peningkatan penjualan, catatan
bahwa jika aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Cukup mendukung tingkat proyeksi
penjualan baru. (Seperti perusahaan menghadapi kelebihan kapasitas), aktiva tersebut
tidak boleh dibiarkan ikut berubah karena penjualan. Bila demikian halnya, aktiva tetap
tidak akan diubah ke dalam persentase penjualan dan diproyeksikan tetap tak berubah
pada saat periode peramalan

Kita juga mencatat bahwa hutang usaha dan biaya yang harus dibayar adalah satu-
satunya hutang yang bisa berubah-rubah terhadap penjualan. Kedua perhitungan
tersebut bisa diharapkan untuk naik turun sesuai dengan tingkatan penjualan
perusahaan: maka gunakanlah persentase peramalan penjualan. Karena kedua kategori
hutang lancar ini secara normal berubah-ubah secara langsung bersama tingkat
penjualan, kedua hutang ini sering dikenal sebagai sumber pembiayaan spontan bab 18,
yang mendiskusikan manajemen modal usaha, banyak membahas pembiayaan ini.
Wesel bayar, hutang jangka panjang, saham biasa, dan modal yang disetor diharapkan
tidak berubah-ubah secara langsung bersamaan dengan tingkat penjualan perusahaan.
Sumber pembiayaan ini dikenal dengan istilah sumber pembiayaan diskresi
(discretionary financing) artinya para manajemen harus membuat suatu keputusan yang
benar untuk mencari pembiayaan tambahan dengan menggunakan salah satu dari
sumber tersebut. Suatu contoh pembiayaan bebas adalah wesel bayar bank yang
memerlukan negosiasi untuk dijalankan dan adanya persetujuan yang ditandai dengan
pengaturan waktu dan kondisi pendanaan. Akhirnya, kita mencatat bahwa tingkat saldo
sama dengan proyeksi laba setelah pajak (proyeksi laba bersih) sama dengan 5%
penjualan, atau $600.000 dikurangi dengan deviden saham biasa sebesar $300.000

Jadi, dengan menggunakan contoh tabel 4-1, kita memproyeksikan bahwa penjualan
perusahaan akan meningkat dari $10 juta menjadi $12 juta, yang akan menyebabkan
kebutuhan perusahaan untuk total aktiva mwningkat menjadi $7,2 juta. Aktiva ini
kemudian akan dibiayai dengan kewajiban yang ada ditambah kewajiban langsung

7
sebesar $4,9 juta, dana pemilik perusahaan $1,8 juta, termasuk $300.000 dari saldo laba
pada penjualan tahun berikutnya; dan sebesar $500.000 dari pembiayaan bebas yang
ditingkatkan dengan mengeluarkan wesel bayar, penjualan obligasi, penawaran saham
biasa, atau beberapa kombinasi dari sumber tersebut. Sejauh ini sumber yang sering
digunakan dari pembiayaan bebas adalah pinjaman bank. Seperti yang kita akan pelajari
nanti ketika belajar tentang
kebijakan keuangan, jika kebutuhan pembiayaan tetap berlaku, maka perusahaan bisa
mengeluarka saham atau obligasi untuk membayar pinjaman bank.

Secara ringkas, kita dapat memperkirakan bahwa kebutuhan perusahaan terhadap


pembiayaan bebas, dengan menggunakan metode persentase penjualan peramalan
keuangan dengan mengikuti empat prosedur dibawah ini :

Langkah 1. Ubahlah setiap pos per aktiva dan kewajiban yang bervariasi secara
langsung dengan penjualan dalam bentuk persentase terhadap penjualan tahun ini,
sebagai contoh :
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 = $ 2 𝑗𝑢𝑡𝑎 $10 𝑗𝑢𝑡𝑎 = 0.2 atau 20%

Langkah 2. Proyeksi setiap pos aktiva dan kewajiban dalam neraca dengan
persentase penjualan yang sudah dihitung dikalikan dengan proyeksi penjualan atau
tetap membiarkan saldo akan tidak berubah mengikuti perubahan tingkat penjualan,
sebagai
contoh Proyeksi aktiva lancar = proyeksi penjualan x 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =
$12 juta x 0,2 = $2,4 juta

Langkah 3. Proyeksi tambahan laba ditahan yang dapat digunakan untuk membantu
menangani kegiatan operasi perusahaan. Nilai ini sama dengan proyeksi laba bersih
perusahaan periode tersebut dikurangi pembayaran deviden saham biasa yang
direncanakan, sebagai
contoh: Proyeksi tambahan laba ditahan proyeksi penjualan x 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 x (1 ̶ 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑡𝑢𝑛𝑎𝑖 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ ) = $12 juta x 0,05 x (1-0,5) = $300.000

8
Langkah 4. Proyeksi tambahan dana yang dibutuhkan perusahaan yang didapat dari
total aktiva yang diproyeksikan dikurangi dengan proyeksi kewajiban dan ekuitas
pemilik, sebagai
contoh Tambahan dana yang dibutuhkan = proyeksi jumlah aktiva – proyeksi jumlah
kewajiban – proyeksi ekuitas pemilik = $7,2 juta - $4,9 juta $1,8 juta = $500.000

9
2.2.3 Model Pendanaan Berdasar Deskresi Sesuai Kebutuhan

Dalam pembahasan sebelumnya, kita telah memperkirakan tambahan dana yang


dibutuhkan adalah selisih antara proyeksi total aktiva dan jumlah kewajiban serta
ekuitas pemilik. Kita dapat memperkirakan proyeksi tambahan dana yang dibutuhkan,
yaitu DFNt+1 yang secara langsung menggunakan proyeksi perubahan penjualan yang
diperkirakan disamakan dengan perubahan dalam aktiva, kewajiban, dan ekuitas,
pemilik sebagai berikut:

DFNt+1 = proyeksi perubahan aktivat+1 – proyeksi perubahan kewajibant+1 ̶


Proyeksi perubahan ekuitas pemilik t+1

Untuk menghitung DFNt+1 kita harus memperkirakan setiap komponen yang


ditemukan pada persamaan 4-1. Sebagai contoh kita bisa memproyeksikan kebutuhan
penggunaan aktiva perusahaan dengan hubungan antara aktiva dan penjualan tahun
sekarang dikalikan dengan proyeksi perubahan penjualan untuk tahun yang akan
datang

Proyeksi perubaha aktiva t+1 = ( 𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 t 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 t ) x (penjualan t+1 –


penjualan t)

dengan cara yang sama, proyeksi perubahan kewajiban dapat dihitung dari hasil
rasio jumlah kewajiban perusahaan terhadap penjualan tahun sekarang dan proyeksi
perubahan penjualan perusahaan :

proyeksi perubahan kewajiban t+1 = ( 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 t 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 t ) x (penjualan t+1


– penjualan t)

kita dapat memproyeksikan antisipasi perubahan pada ekuitas pemegang saham


biasa perusahaan untuk tahun yang akan datang dengan memperkirakan pendapatan
bersih untuk tahun yang akan datang sebagai hasil dari marjin laba bersih untuk tahun
yang akan datang, NPM t+1, dan pryeksi tingkat penjualan perusahaan, kemudian
mengalikan proyeksi laba bersih dengan persentase laba bersih yang ditahan dan tidak
dibayarkan dalam deviden. Catatan bahwa b merupakan persentase pendapatan bersih

10
yang dibayarkan dalam deviden sehingga (1-b) merupakan bagian dari pendapatan
bersih yang ditahan. Bagaimana kita membuat perkiraan NPM t+1 ? salah satu
pendekatan yang dapat digunakan adalah marjin laba bersih untuk periode sekarang
NPM t, jika penjualan yang diharapkan berubah, maka marjin laba bersih perusahaan
mungkin akan berubah

Proyeksi perubahan ekuitas pemilik t+1 = [NPM t+1 x penjualan t+1] x [1 −b]

Keterangan :

Aktiva t : aktiva dalam periode t yang diharapkan berubah secara proporsional

terhadap tingkat penjualan.

Penjualan t : tingkat penjualan untuk periode t

Kewajiban t : kewajiban dalam periode t yang diharapkan berubah secara proporsional


terhadap tingkat penjualan

NPM t+1 : marjin laba bersih yang diproyeksikan untuk periode t+1

b : rasio pembayaran deviden atau deviden sebagai persentase terhadap laba bersih
sehingga [1 − b] adalah bagian proyeksi laba bersih perusahaan yang akan ditahan dan
ditanam kembali kedalam perusahaan.

2.2.4 Menganalisi Pengaruh Laba Dan Kebijakan Deviden Pada DFN

Dengan menggunakan model DFN, kita dapat dengan cepat dan mudah mengevaluasi
sensitifitas proyeksi kebutuhan dana kita terhadap perubahan yang pada variabel-variabel
penting. Sebagai contoh, peggunaan informasi dari contoh sebelumnya, kita dapat
mengevaluasi pengaruh marjin laba bersih (NPM) sama dengan 1 persen, 5 persen dan 10
persen dengan kombinasi rasio pembayarann
deviden 30%, 50%, 70% seperti dibawah ini:
DFN untuk Berbagai Marjin Laba Bersih dan Rasio Pembayaran Deviden

11
Semakin tinggi pesentase pembayaran deviden, maka akan lebih rendah persentase
laba ditahan (1-b) . jadi, seperti yang kita lihat sebelumnya, ketika membahas mengenai
model DFN, kondisi ini menunjukan bahwa perusahaan akan lebih sedikit berinvestasi
kembali dan akan memerlukan lebih banyak dana yang dibutuhkan. Mempertimbangkan
garis yang berhubungan dengan marjin laba bersih 5%. Jika perusahaan mengeluarkan
30% pendapatannya dalam bentuk deviden (saldo laba 70%), kemudian tambahan
kebutuhan dana bebas diperkirakan menjadi $380.000, sedangkan 70% rasio
pengeluaran deviden memerlukan pembiayaan bebas sebesar $620.000.

DFN diperlukan merupakan suatu fungsi dari profitabilitas perusahaan. Semakin


tinggi marjin laba bersih, dengan pengandaian semua yang sama, semakin rendah
keburtuhan dana yang diperlukan. Sebagi contoh dengan 1 persen marjin laba bersih
dan 30% rasio pengeluaran deviden, perusahaan akan membutuhkan tambahan dana
sebesar $716.000. jika marjin laba bersih adalah 10% dengan rasio pengeluaran yang
sama, perusahaan aka mempunyai kelebihan dana sebesar $40.000 dengan demikian,
DFN sebuah perusahaan bergeser dari tahun ke tahun sesuai dengan profitabilitas
perubahan. Perencanaan keuangan sangat berperan pentingb bagi perusahaan untuk
memperluas variabilitas profitabilitas mereka dari tahun ke tahun.

2.2.5 Keterbatasan Metode PeramalanPersentase Penjualan

Metode persentase penjualan dari perkiraan keuangan memberikan perkiraan


kebutuhan dana perusahaan yang wajar, hanya ketika persyaratan aktiva dan sumber-
sumber pendanaan dapat diramalkan secara akurat, sebagai persentase penjualan tetap.
Sebagai contoh peramalan persediaan dengan metode persentase
penjualan melibatkan persamaan peramalan berikut ini :
Persediaan t + 1 = Persediaan x penjualan t + 1
Penjualan

12
Bahwa model persentase perkiraan penjualan adalah suatu garis lurus (straight line)
sederhana yang melewati titik awal (yang memiliki intersep nol). Model persentase
penjualan akan sesuai jika tidak ada tingkat persediaan yang konstan dengan
mengabaikan tingkat penjualan perusahaan, dan persediaan naik turun sesuai dengan
perubahan pada tingkat penjualan.

Skala ekonomi kadang-kadang direalisasikan dengan melakukan investasi pada tipe


aktiva tertentu seperti pesediaan barang jadi. Contohnya, sebuah toko obat eceran
membutuhkan sejumlah besar obat-obatan untuk bisa beroperasi. Persediaan ini dapat
dilengkapi lagi berdasarkan kegiatan sehari hari dalam merespon penjualan perusahaan.
Namun, suatu tingkat investasi yang tetap dibutuhkan untuk lurus dengan penjualan.
Ingatlah, bahwa persediaan terhadap persentase penjualan menurun dari 120% dimana
penjualan sebesar $ 100, menjadi 30% dengan penjualan sama dengan $ 1.000.
kenyataan ini menggambarkan bahwa ada komponen persediaan tetap (dalam hal ini $
100) yang harus dimiliki perusahaan dengan mengabaikan tingkat penjualan, ditambah
komponen variabel (20% penjualan). Dalam hal ini, persamaan peramalan untuk
persediaan adalah sebagai berikut:

Persediaant = a + b penjualan t

Dalam contoh ini, intersep a sama dengan 100 dan kemiringan b sama dengan 20.

2.3 Tingkat Pertumbuhan Berkelanjutan

Pertumbuhan perusahaan memerlukan pembelian aktiva baru yang menguras


kemampuan perusahaan untuk mendanai pembelian dengan menggunakan laba yang
diperolehnya. Ini berarti bahwa perusahaan mencari tambahan dana dari luar atau
menerbitkan ekuitas baru. Karena menjual saham baru membutuhkan usaha yang keras
dan sulit, timbul pertanyaan seberapa cepat suatu perusahaan dapat tumbu tanpa harus
meminjam dibandingkan dengan rasio hutang yang diinginkan perusahaan dan tanpa
menjual saham lebih banyak lagi. Laju pertumbuhan ini dikenal sebagai tingkat
pertumbuhan berkelanjutan. Secara khusus, tingkat pertumbuhan berkelanjutan (g*)
tersebut menggambarkan tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan jika perusahaan
ingin mempertahankan rasio keuangannya sekarang dan tidak ingin menjual secara
paksa ekuitas pemegang saham.

13
Rumus sederhana untuk g* dapat diperoleh dimana kita mengasumsikan bahwa
aktiva dan kewajiban perusahaan semua tumbuh pada tingkat yang sama seperti
penjualannya, yaitu:
Tingkat pertumbuhan berkelanjutan (g*) = ROE (1 – b)
ROE adalah tingkat pengembalian atas ekuitas perusahaan, dengan rumus:

ROE = Laba bersih


Ekuitas saham biasa

2.4 Perencanaan dan Penganggaran Keuangan

2.4.1 Kegunaan Anggaran

Anggaran merupakan suatu ramalan yang sederhana dari kejadian yang akan datang.
Anggaran menunjukan tiga fungsi dasar bagi perusahaan, seperti:

1. Anggaran menunjukan pemilihan waktu dan jumla kebutuhan dana perusahaan di masa
yang akan datang.

2. Anggaran menjadi dasar pengambilan tindakan korektif, jika perhitungan


pengganggaran tidak sesuai dengan peritungan actual.

3. Anggaran merupakan dasar untuk evaluasi kinerja. Suatu perencanaan dilaksanakan


oleh orang-orang, dan anggaran menjadi benchmarks yang bisa digunakan oleh
manajemen untuk mengevaluasi kinerja orang yang bertanggung jawab untuk
menyelesaikan rencana tersebut, pada gilirannya, untuk mengendalikan tindakan mereka.

Jadi anggaran merupakan bantuan berharga dalam aspek perencanaan dan pengendalian
manajemen keuangan perusahaan.

2.4.2 Anggaran Kas

Anggaran kas menggambarkan suatu rencana yang terperinci tentang arus kas masa
depan dan terdiri dari empat unsur :

1. Penerimaan kas
2. Pengeluaran kas

14
3. Perubahan bersih dalam kas untuk suatu periode
4. Kebutuhan dana yang baru

Untuk menunjukkan penyusunan dan penggunaan anggaran kas, lihat Salco Furniture
Company Inc., perusahaan distributor regional mebel rumah tangga. Manajemen
perusahaan tersebut, berada dalam proses mempersiapkan anggaran kas bulanan untuk
periode mendatang (januari sampai April 2004). Penjualan Salco sangat musiman, dan
mencapai puncaknya pada bulan Februari dan Maret. Informasi berikut ini digunakan
untuk menyiapkan anggaran kas:

a. Secara kasar, 30% penjualan Salco yang dikumpulkan (berhasil ditagih) satu bulan
setelah penjualan dan sisanya 70% dikumpulkan dua bulan setelah penjualan itu.

b. Salco mencoba untuk menjalankan pembeliannya dengan perkiraan penjualan


yang akan datang. Pembelian biasanya sama dengan 60% dari penjualan dan dibuat satu
bulan mengantisipasinya penjualan yang diharapkan. Sebagai contoh, penjualan bulan
januari diperkirakan sebesar $60.000, jadi pembelian bulan desember sebesar $36.000
(0,60 x 60.000) dan dibayarkan pada bulan januari.

c. Upah, gaji, sewa, dan bebas kas lainnya tercatat pada tabel 2.2, menunjukan
anggaran kas saldo untuk periode 4 bulan dan berakhir bulan April 2004.

d. Pengeluaran tambahan dicacat pada anggaran kas yang berhubungan


denghhhhhhhhygan pembelian peralatan $10.000 pada bulan Januari dan pembayaran
kembali pinjaman sebesar $80 pada dibulan maret.

e. Pada bulan Januari, Salco akan membayar bunga hutang jangka panjangnya
sebesar %4.000. beban bunga ini dicatat selama periode bulan Januari sampai Maret.

f. Pembayaran pajak sebesar $80.000 pada dibulan Maret.

g. Saat ini, Salco mempunyai neraca sebesar $10.000 dan saldo kas minimum sebesar
$10.000 untuk menghadapi jatuhnya arus kas neto yang tidak diharapkan.

h. Pinjaman tambahan diperlukan untuk menjaga saldo minimum yang telah


diperkirakan pada bagian akhir Tabel 2-2. Peminjaman berlangsung pada awal bulan
dimana dana diperlukan. Bunga atas bunga pinjaman sama dengan 12% tiap tahun, atau
1% per bulan, dan dibayar pada bulan berikutnya pada waktu dana tersebut

15
dipinjam.Dengan demikian, bunga atas dana yang dipinjam pada bulan Februari dan
akan dibayar pada bulan Maret sama dengan 1% dari jumlah pinjaman yang belum
dilunasi di bulan Februari.

i. Kebutuhan dana pada anggaran kas Salco menunjukan bahwa peminjaman jangka
pendek kumulatif perusahaan nantinya sebesar $3.100 di akhir Februari dan sebesar
$11.731 pada bulan Maret. Pada bulan April, perusahaan akan mampu membayar kembali
semua hutang jangka pendek yang terjadi dibulan Februari dan Maret.

Anggaran kas menunjukan tidak hanya jumlah kebutuhan dana sepanjang periode,
tetapi juga kapan dana akan dibutuhkan.

2.4.3. Periode Anggaran

Tidak ada aturan yang baku untuk menentukan panjangnya waktu periode anggaran.
Namun, sebagai aturan umum, periode itu harus cukup panjang supaya dapat
memperlihatkan efek dari berbagai kebijakan manajemen, namun harus cukup pendek
supaya dapat dibuat berbagai perkiraan dengan akurasi yang cukup masuk akal. Dengan
menerapkan aturan ini pada contoh Salco di table 4-2, terlihat kalau jangka waktu
anggaran 4 bulan terlalu pendek. Alasannya adalah kita tidak bisa mengetahui apakah

16
operasi yang direncanakan perusahaan akan sukses sepanjang tahun fiscal tersebut.
Artinya, sebagian besar pemasukan untuk 4 bulan pertama, perusahaan beroperasi
dengan arus kas deficit. Jika ini tidak berubah selama 8 bulan berikutnya, maka rencana
dan kebijaksanaan perusahaan akan dievaluasi kembali.

Anggaran jangka panjang juga disiapkan dalam bentuk anggaran pengeluaran modal.
Anggaran ini menggambarkan rencana perusahaan untuk membeli peralatan dan pabrik
di atas 5 tahun, 10 tahun, atau bahkan lebih lama lagi. Lagi pula, perusahaan sering
mengembangkan rencana jangka panjang yang komprehensif sampai 10 tahun
mendatang. Pada umumnya, rencana ini tidak serinci anggaran kas, tetapi hanya
mempertimbangkan komponen utama, seperti penjualan, pengeluaran

modal, pengembangan produk baru, dan tambahan modal, dan kebutuhan


ketenagakerjaan.

17
BAB III

PENUTUP

3. Kesimpulan

3.1. Ramalan Penjualan

Unsur-unsur pokok dalam proses perencanaan perusahaan adalah meramalkan


penjualan. Perhitungan ini biasanya dihasilkan dari berbagai sumber informasi.
Setidaknya perkiraan penjualan untuk tahun depan akan mencerminkan :
(1) Kecenderungan penjualan masa lalu yang diharapkan terulang lagi pada tahun
berikutnya.

(2) Pengaruh setiap peristiwa apapun yang mungkin secara material mempengaruhi
kecenderungan itu. Contohnya, adalah kampanye periklanan besar-besaran atas
perubahan dalam kebijaksanaan harga yang dilakukan perusahaan.

3.2. Perencanaan dan Penganggaran Keuangan

1. Kegunaan Anggaran
Anggaran merupakan suatu ramalan yang sederhana dari kejadian yang akan datang.
Anggaran menunjukan tiga fungsi dasar bagi perusahaan, seperti:
a. Anggaran menunjukan pemilihan waktu dan jumla kebutuhan dana perusahaan di
masa yang akan datang.
b. Anggaran menjadi dasar pengambilan tindakan korektif, jika perhitungan
pengganggaran tidak sesuai dengan peritungan actual.
c. Anggaran merupakan dasar untuk evaluasi kinerja.
Suatu perencanaan dilaksanakan oleh orang-orang, dan anggaran menjadi benchmarks
yang bisa digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi kinerja orang yang bertanggung
jawab untuk menyelesaikan rencana tersebut, pada gilirannya, untuk mengendalikan
tindakan mereka. Jadi anggaran merupakan bantuan berharga dalam aspek perencanaan
dan pengendalian manajemen keuangan perusahaan.

2. Anggaran Kas

Anggaran kas menggambarkan suatu rencana yang terperinci tentang arus kas masa
depan dan terdiri dari empat unsur :

18
a. Penerimaan kas
b. Pengeluaran kas
c. Perubahan bersih dalam kas untuk suatu periode
d. Kebutuhan dana yang baru

2. Saran

Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Dikarenakan pembahasan kami


terbatas,kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang
tidak jelas, mengerti, dan lugas. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi
perbaikan selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
bagi semua. Amin

19
DAFTAR PUSTAKA
Arthur J Keown, John D Martin, J William Petty, David F Scott Jr. 2011.

Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh, Jilid 1.

Jakarta: Penerbit Indeks

20

Anda mungkin juga menyukai