Pemerintah berencana untuk mengenakan tarif Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) untuk kebutuhan pokok atau sembako. Wacana tersebut tertuang dalam Draf Revisi Kelima Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (RUU KUP).
Dalam draf RUU Perubahan Kelima atas UU No 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), dalam pasal 4A, sembako alias sembilan bahan pokok dihapus dalam RUU KUP sebagai barang yang tidak dikenakan PPN. Dengan kata lain, sembako kena PPN. Naiknya PPN menuai banyak kritikan seperti dari Pakar Ekonomi Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi yang mengatakan rencana sembako kena PPN harus dikaji ulang dan dipertimbangkan melihat dampak yang mungkin terjadi. Salah jika kenaikan PPN itu ditempuh, maka akan terjadi one shot inflation dan efeknya ke mana-kemana. Akan terjadi inflasi yang dampaknya ke daya beli, bisa ke penentuan tingkat upah, penentuan berbagai tarif, dan bahkan penentuan tingkat bunga perbankan. kenaikan PPN 12 persen terhadap sembako dari produksi pertanian juga akan menyebabkan petani kecil kehilangan kesejahteraan dan akhirnya makin miskin di tengah pandemi. Artinya kenaikan inflasi terjadi akibat kenaikan tarif PPN yang tidak diiringi oleh peningkatan permintaan. Kenaikan inflasi ini juga akan cenderung membatasi daya beli masyarakat sehingga konsumsi rumah tangga juga melambat. Hal tersebut pada akhirnya berpotensi membatasi laju pertumbuhan ekonomi tahun 2022 mendatang. Lalu apa Hubungan Naiknya PPN sembako terhadap Koperasi?
Kewajiban Koperasi untuk memungut PPh Pasal 22 muncul sebagai akibat
dari terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-08/PMK.03/2008 tentang Penunjukan Pemungut PPh Pasal 22, Sifat, Besaran Pungutan, dan Tata Cara Pelaporan dan Penyetoran. Dalam hal ini Koperasi berkewajiban menjadi pemungut apabila melakukan pembelian bahan atau produk dari hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, atau perikanan melalui pedagang pengumpul untuk keperluan industri atau ekspor. Jadi, kenaikan PPN terhadap sembako dari produksi pertanian juga akan menyebabkan petani kecil kehilangan kesejahteraan dan akhirnya makin miskin di tengah pandemi. Artinya kenaikan inflasi terjadi akibat kenaikan tarif PPN yang tidak diiringi oleh peningkatan permintaan. Kenaikan inflasi ini juga akan cenderung membatasi daya beli masyarakat sehingga konsumsi rumah tangga juga melambat. Hal tersebut pada akhirnya berpotensi membatasi laju pertumbuhan ekonomi tahun 2022 mendatang. Sehingga akan memperlambat jalannya koperasi karena mahalnya sembako yang harus dibeli atau dibayarkan. Selain itu akan membuat semakin banyak nya anggota yang meminjam ke koperasi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mahal dilain hal iuran Koperasi juga akan meningkat sehingga para anggota akan merasa terbebani. -Terimakasih-