DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami memanjatkan rasa puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Muhammadiyah Sebagai Gerakan
Pendidikan ”
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor Yang Melatar Belakangi Gerakan Muhamadiyah Dibidang
Pendidikan...............................................................................................................3
B. Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah........................................................................4
C. Bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah............................................4
D. Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah..................................................5
E. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah...........................................8
A. Kesimpulan..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pendidikan semasa itu hanya berorientasi pada hafalan teks semata,
sehingga tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Cabang ilmu agama yang
diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadist, Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu
Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa Arab. Ini berlangsung hingga
awal abad ke-20. Sudah barang tentu di sekolah Belanda para murid tidak
diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah
laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam.
Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk
memperbaharui pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan yang dimaksud
meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk
membentuk manusia muslim yang berakhlaqul karimah, alim, luas pandangan dan
paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak berhubungan
dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern terutama system/model
pembelajaran yang diterapkan selama pelaksanaan pendidikan.
1
B .Rumusan Masalah
1. Apa faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang
Pendidikan ?
2. Bagaimana cita-cita Pendidikan Muhamadiyah ?
3. Apa bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah ?
4. Bagaimana Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah ?
5. Apa saja Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah ?
2
BAB II PEMBAHASAN
3
gerakan Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah
PoliteknikAkademi
4
ingin dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan
dalam Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik lulusan sekolah
Muhammadiyah, sebagai berikut:
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
5
tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan.
Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat
merugikan bangsa Indonesia.
Pemikiran atau ide-ide K.H. Ahmad Dahlan tertuang dalam gerakan
Muhammadiyah yang ia dirikan pada tanggal 18 Nopember 1912. Organisasi ini
mempunyai karekter sebagai gerakan sosial keagamaan. Titik tekan
perjuangannya mula-mula adalah pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan.
Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang berakar dalam upaya pemberantasan
bid’ah, khurafat dan tahayul. Ide pembaruannya menyetuh aqidah dan syariat,
misalnya tentang upacara kematian talqin, upacara perkawinan, kehamilan,
sunatan, menziarahi kuburan yang dikeramatkan, memberikan makanan sesajen
kepada pohon-pohon besar, jembatan, rumah angker dan sebagainya, yang secara
terminologi agama tidak dikenal dalam Islam.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat
Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah
melalui pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap
dunia pendidikan, namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik
baru disusun pada 1936. Pada mulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan
K.H. Ahmad Dahlan: “ Dadiji kjai sing kemajorean, adja kesel anggonu njambut
gawe kanggo Muhammadiyah”( Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah
dalam bekerja untuk Muhammadiyah).
Dahlan merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan yang ada
di Indonesia saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan
pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan,
dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat. Karena itu Dahlan
merentaskan beberapa pandangannya mengenai pendidikan dalam bentuk
pendidikan model Muhammadiyah khususnya, antara lain:
Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah pada
tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh
6
sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau musti
lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan.
Namun naskah pidato terakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik
untuk dicermati karena menunjukkan secara eksplisit konsen Beliau terhadap
pencerahan akal suci melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci
yang menggambarkan tingginya minat Beliau dalam pencerahan akal, yaitu:
1. Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang dapat
dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat dan
istiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari hati yang suci;
2. Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia;
3. Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang
hanya akan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah swt.
Pribadi K.H. Ahmad Dahlan adalah pencari kebenaran hakiki yang menangkap
apa yang tersirat dalam tafsir Al-Manaar sehingga meskipun tidak punya latar
belakang pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas
melalui ajaran Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid.
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu
memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik
disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di
Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem
pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan,
sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasah/sekolah, jelasnya
madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan
pendidikan agama Islam yang terbaik.
Dalam semangat yang sama, belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah
berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan
terbaru adalah full day school, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di
lingkungan Muhammadiyah.
7
E. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah
8
keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif
(competitive advantage).
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah
kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan
lancar baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan
komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian
tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi,
sehingga bisa “di ditiru” Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar
sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan).
Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru
honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki
pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia
9
pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru
yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus
menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.
10
e) Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada
kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan).
Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semangkin
beragam.
11
Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah
Sutrisno (2008: 2-3) menjelaskan bahwa dampak berkembangnya
dikotomi keilmuan telah melahirkan system Islam yang mandul dan tidak
berdaya. Pendidikan Muhammadiyah selalu merespon perkembangan zaman.
Kesadaran akan keringnya Islamic value dan dikotomi ilmu dalam pendidikan
menjadi sorotan Muhammadiyah. Banyaknya amal usaha dalam bidang
pendidikan menuntut pembaharuan pendidikan Muhammadiyah yang lebih
objektif, dalam arti mampu menyatu dalam kehidupan sosial masyarakat.
Mohamad. Ali (2010: XIX) menjelaskan, jika pada tahun 1990an madrasah
mengalami modernisasi, pada kurun tersebut sekolah mengalami gejala
spiritualisasi. Modernisasi bersifat top-down, sebaliknya spiritualisasi sekolah
bersifat bottom-up. Spiritualisasi sekolah dipelopori Pendidikan Muhammadiyah
yang menerapkan system pembaharuan dalam pendidikan.
Konsep pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif
mengajarkan keilmuan Agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas
pendidikan Muhammadiyah. Ciri khas ini yang akan menjadi icon pendidikan
Muhammadiyah, sekaligus menjadi oase dalam kekeringan ruh spiritual dalam
pendidikan. Dalam Kurikulum ISMUBA Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah DIY (Dikdasmen PWM DIY, 2012:II), pendidikan Muhammadiyah
memiliki empat fungsi, yaitu: pertama sebagai sarana pendidikan dan
pencerdasan, kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan
keempat, lahan kaderisasi. Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut, sekolah dan
madrasah Muhammadiyah didesain dan diorientasikan untuk memberikan
pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang unggul dalam kepribadian,
keagamaan, keilmuan, keterampilan, berkarya seni-budaya dan berdaya saing
tinggi, baik di tingkal lokal, nasional maupun global. Mengacu pada tujuan
pendidikan Muhammadiyah yaitu, pendidikan, pelayanan, dakwah, dan
perkaderan. Paradigma pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah
harus disatukan.
12
Visi-misi pendidikan Muhammadiyah harus di internalisasikan. Paradigma
itu membentuk kerangka berfikir dan kesadaran kritis bahwa lembaga pendidikan
Muhammadiyah tidak hanya murni pendidikan dan pelayanan, tetapi ada aspek
penting lain yaitu misi perkaderan dan dakwah yang menjadi kewajiban masing-
masing pendidik di Muhammadiyah untuk melaksanakan misi tersebut.
Misi pendidikan Muhammadiyah tersebut sekaligus menjadi solusi dan
respon tentang keringnya ruh keagamaan dalam pendidikan, Muhammadiyah
memiliki ciri khas yaitu pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Dua hal
itu menjadi ciri khas sekaligus solusi dalam mengisi kekeringan ruh spiritual
dalam pendidikan, baik pada pendidikan dasar dan menengah maupun pada
pendidikan tinggi di Muhammadiyah. semua AUM pendidikan harus
melaksanakan pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai fondasi
pendidikan. AIK yang sudah berjalan pada lembaga Muhammadiyah harus di
vitalkan kembali fungsinya. Sehingga empat peran dan misi pendidikan
Muhammadiyah dapat berjalan seperti yang di cita-citakan
13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
15