Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 1

MATA KULIAH UTILITAS


Kode MK : STK 3230

Desain Instalasi Pengolahan Air pada Pabrik Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4)

Dosen : Dr. Amir Husin, ST, MT


Bode Haryanto, ST, MT., PhD.

Nama : Rayhan Ulya Hendra


NIM : 190405149
Kelas : B

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Desain Instalasi Pengolahan Air pada Pabrik
Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4)” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Utilitas. Selain itu,
pembuatan makalah ini juga bertujuan menambah wawasan tentang mendesain unit
pengolahan air pada sebuah pabrik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada para dosen pengampu mata kuliah Utilitas.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam
penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, Oktober 2021

Penulis

ii
ABSTRAK

Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Air bersih menjadi
suatu kebutuhan manusia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik itu kebutuhan
rumah tangga maupun non rumah tangga. Begitu juga dengan seluruh makhluk hidup yang ada
di bumi ini sangat membutuhkan adanya air bersih. Dalam pemenuhan air bersih tersebut
manusia melakukan berbagai upaya untuk mendapatkannya. Sumber air untuk kebutuhan
hidup bisa didapat dari air tanah, air hujan, air sungai, dll, namun sumber air tersebut tidak bisa
langsung digunakan apalagi untuk dikonsumsi perlu adanya proses pengolahan air terlebih
dahulu. Tulisan ini membahas tentang cara pengolahan air sederhana, khususnya untuk
mengolah air sungai Deli yang ada di Kota Medan, Sumatera Utara.

Pengelolaan air hendaknya memperhatikan beberapa aspek: 1. Aspek peran serta


masyarakat terdiri atas komponen kebutuhan untuk peningkatan penyediaan air bersih, persepsi
tentang hubungan antara manfaat dan peningkatan penyediaan air bersih, rasa tanggung jawab
dan memiliki, kebudayaan, kebiasaan dan kepercayaan yg berhubungan dengan air bersih. 2.
Aspek Teknis antara lain terdiri dari kebutuhan air saat ini dan masa datang, pengolahan air
bersih, standar teknis, prosedur Organisasi dan Manajemen kualitas air. 3. Aspek Lingkungan
mencakup kualitas dan kuantitas sumber air baku, dan perlindungan sumber air. 4. Aspek
keuangan meliputi: analisis cost– revenew, kemampuan dan kemauan untuk membayar serta
struktur tarif. 5. Aspek kelembagaan yakni strategi ditingkat nasional dan kebijakan/landasan.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


ABSTRAK ............................................................................................................................................ iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iv
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
2.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
2.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3
2.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 4
2.1 Kapasitas Pengolahan Pabrik .............................................................................................. 4
2.2 Kebutuhan Air untuk Instalasi Pengolahan Air pada Pabrik Pembuatan Asam Sulfat
(H2SO4) ............................................................................................................................................... 4
2.3 Lokasi Pabrik Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4) ............................................................... 5
2.4 Karakteristik Air sebagai Air Baku dari Sungai Deli ....................................................... 6
2.5 Diagram Alir (Flow chart) Unit-Unit Operasi/Proses Instalasi Pengolahan Air ............ 8
2.6 Dimensi (ukuran) Setiap Unit Operasi/Proses Instalasi Pengolahan Air ........................ 8
2.7 Menentukan Kebutuhan Bahan Kimia Berupa Koagulan Untuk Pengolahan Air ...... 10
BAB III................................................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Air bersih menjadi suatu kebutuhan manusia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, baik itu kebutuhan rumah tangga maupun non rumah tangga. Begitu juga dengan
seluruh makhluk hidup yang ada di bumi ini sangat membutuhkan adanya air bersih. Dalam
pemenuhan air bersih tersebut manusia melakukan berbagai upaya untuk mendapatkannya.
Sumber air untuk kebutuhan hidup bisa didapat dari air tanah, air hujan dan air permukaan,
namun sumber air tersebut tidak bisa langsung digunakan apalagi untuk dikonsumsi perlu
adanya proses pengolahan air terlebih dahulu (Harmiyati, 2018).

Fungsi air untuk kehidupan manusia sangat banyak dan luas cakupannya. Fungsi air ini
membahas tentang fungsi air bersih untuk kehidupan manusia. Air bersih berfungsi untuk
kebutuhan sehari-hari. Air bersih yang ideal harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau, serta tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang
membahayakan kesehatan manusia (Aronggear, dkk., 2019).

Salah satu sumber air yang digunakan oleh manusia adalah sungai. Air sungai yang
keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas yang sangat baik. Namun dalam proses
pengalirannya air tersebut akan menerima berbagai macam bahan pencemar. Pencemaran air
sungai sangat erat kaitannya terhadap kontinuitas aliran air sungai. Hal ini merupakan faktor
klimatologis yang juga dipengaruhi musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Variasi
debit air dikarenakan musim dan berbagai kondisi lainnya yang menimbulkan perilaku serta
variasi dari parameter kualitas air (Barang dan Saptomo, 2019).

DAS (Daerah Aliran Sungai) Deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada
di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dengan luas 47,298.01 Ha. Mulanya, pada masa
kerajaan Deli, sungai ini merupakan urat nadi perdagangan ke daerah lain. Daerah Aliran
Sungai Deli terbentang antara 3° 13' 35,50'' s/d 3° 47' 06,05'' garis Lintang Utara dan meridian
98° 29' 22,52'' s/d 98° 42' 51,23'' Bujur Timur. Sungai Deli saat ini berubah fungsi sebagai tong
sampah yang panjang dan melebar. Masyarakat pinggiran Sungai Deli menggunakan sungai
selain untuk mandi, cuci, minum dan memasak juga dijadikan sebagai tempat buang air kecil
dan buang air besar, juga sebagai tempat pembuangan sampah (Fitri, dkk., 2018).
Sungai yang akan dijadikan sebagai pemasok air dalam proses produksi pabrik adalah
daerah aliran sungai Deli yang beralamat Jl. Sejarah, Kec. Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara. Oleh karena itu perlu untuk mengetahui status mutu air sungai atau tingkat
kondisi mutu air sungai Deli tersebut sehingga dapat dinilai kelayakannya untuk dipergunakan
sesuai dengan peruntukkan.

2
2.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Berapakah kapasitas pengolahan pabrik perhari?


2. Berapakah jumlah (m3/hari) kebutuhan air baku untuk pabrik tersebut?
3. Dimanakah lokasi pabrik berada?
4. Bagaimana karakteristik air yang akan digunakan sebagai air baku?
5. Bagaimana diagram alir (Flow Chart) unit-unit operasi/proses Instalasi
Pengolahan Air yang diperlukan sehingga diperoleh air yang memenuhi syarat
sebagai air domestik/air sanitasi?
6. Bagaimana dimensi (ukuran) setiap unit operasi/proses Instalasi Pengolahan Air
yang telah dipilih termasuk reservoir airnya?
7. Berapakah kebutuhan bahan kimia berupa koagulan untuk pengolahan air
tersebut?

2.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dituliskannya makalah ini adalah :

1. Untuk menentukan kapasitas pengolahan pabrik perhari


2. Untuk menentukan jumlah (m3/hari) kebutuhan air baku pada pabrik tersebut
3. Untuk menentukan lokasi pabrik yang berada sesuai lokasi sungai
4. Untuk menentukan karakteristik air yang akan digunakan sebagai air baku
5. Untuk membuat diagram alir (Flow Chart) unit-unit operasi/proses Instalasi
Pengolahan Air yang diperlukan sehingga diperoleh air yang memenuhi syarat
sebagai air domestik/air sanitasi
6. Untuk menentukan dimensi (ukuran) setiap unit operasi/proses Instalasi
Pengolahan Air yang telah dipilih termasuk reservoir airnya
7. Untuk menentukan kebutuhan bahan kimia berupa koagulan untuk pengolahan
air tersebut.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kapasitas Pengolahan Pabrik

Penentuan kapasitas pengolahan pabrik asam sulfat ini didasarkan pada banyaknya
kebutuhan penggunaan bahan baku asam sulfat oleh berbagai industi di Indonesia. Dengan
berkembangnya industri-industri di Indonesia maka akan meningkat pula permintaan akan
bahan baku asam sulfat sehingga diperlukan kapasitas produksi asam sulfat yang memadai.
Dari pembahasan kasus ini, maka ditetapkan kapasitas produk yang akan didirikan oleh pabrik
pembuatan asam sulfat (H2SO4) ini adalah sebesar 4149 m3/hari.

2.2 Kebutuhan Air untuk Instalasi Pengolahan Air pada Pabrik Pembuatan Asam
Sulfat (H2SO4)

Dalam proses produksi, air memegang peranan penting baik untuk kebutuhan proses
maupun kebutuhan domestic. Kebutuhan air pada pabrik ini adalah sebagai berikut :

 Kebutuhan Air Pendingin


Q = 4149 m3/hari
 Kebutuhan Air Proses
{5% . Q}
5% x 4149 m3/hari = 207,45 m3/hari
 Air Umpan Boiler + Make Up
{4% . Q}
4% x 4149 m3/hari = 165,96 m3/hari
 Air Sanitasi (Pabrik)
{7,5% . Q}
7,5% x 4149 m3/hari = 311,175 m3/hari
 Air Domestik (Karyawan)
Untuk kebutuhan air sanitasi diperlukan air sebanyak 0,2 m3/hari untuk tiap
karyawan (Kemmer. N. Frank, Hal 315). Jumlah karyawan pada pabrik sebanyak
300 orang.
Kebutuhan air (karyawan) = 300 x 0,2 m3/hari
= 60 m3/hari

4
Cadangan air (10%) = 6 m3/hari
Total kebutuhan = 66 m3/hari

2.3 Lokasi Pabrik Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4)

Sungai Deli merupakan satu dari delapan sungai yang berada di Kota Medan, Provinsi
Sumatera Utara. Dan pabrik berada tepat disebelah sungai berlokasi di Gg. Datuk, Kp. Baru,
Kec. Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara 20218. Berikut merupakan gambar pabrik
beserta sungai tersebut.

Gambar 2.3.1 Lokasi Pabrik Beserta Sungai Deli

Sungai Deli saat ini berubah fungsi sebagai tong sampah yang panjang dan melebar.
Masyarakat pinggiran Sungai Deli menggunakan sungai selain untuk mandi, cuci, minum dan
memasak juga dijadikan sebagai tempat buang air kecil dan buang air besar, ironisnya juga
sebagai tempat pembuangan sampah. Berikut merupakan peta lokasi pabrik berada yang
diambil melalui aplikasi Google Maps

Keterangan : Pointer merah sebagai penunjuk lokasi pabrik beserta sungai.

5
Gambar 2.3.2 Peta Lokasi Pabrik Beserta Sungai Deli

2.4 Karakteristik Air sebagai Air Baku dari Sungai Deli

 Suhu
Hasil pengukuran suhu di sungai Deli Kecamatan Deli Tua menunjukkan nilai
27.1C. Cuaca saat pengamatan kurang stabil. Suhu pada suatu perairan dipengaruhi
oleh 4 faktor, yaitu : (1) variasi jumlah panas yang diserap (2) pengaruh konduksi
panas (3) pertukaran tempat massa air secara lateral oleh arus dan (4) pertukaran air
secara vertikal. Tingginya suhu air disebabkan oleh aktivitas yang terjadi disekitar
sungai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) bahwa kisaran suhu yang
optimum untuk pertumbuhan organisme pada perairan adalah 20C - 30C.
 Tingkat Kekeruhan
Nilai kekeruhan pada sungai Deli sebesar 22.16 NTU. Tingginya nilai kekeruhan
pada sungai Deli disebabkan karena aliran sungai dijadikan tempat pembuangan
sampah. Kekeruhan perairan pada umumnya disebabkan oleh adanya partikel-pertikel
suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton
dan organism lainnya. Kekeruhan perairan menggambarkan sifat optik yang
ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-
bahan yang terdapat dalam air.
 Derajat Keasaman (pH)
Hasil pengukuran pH air sungai Deli didapat nilai sebesar 6.5. Limbah atau sampah
seperti buangan detergen mengandung senyawa kimia yang dapat meningkatkan nilai

6
Ph. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ginting (2011) yaitu perubahan pH bisa
dipengaruhi oleh adanya buangan senyawa-senyawa yang masuk kedalam
lingkungan.
 Timbal (Pb)
Nilai kandungan timbal dalam sungai Deli sebesar 0.003 ppm. Hal ini berarti
pencemaran logam berat timbal (Pb) yang ada di sungai Deli masih tergolong rendah
karena mengacu pada PP RI No 82 Tahun 2001 dengan ketentuan baku mutu untuk
logam berat timbal yang ditentukan adalah 0.003 ppm. Hal ini dikemukakan oleh
(Parung, 2015) dalam tulisannya kadar logam berat timbal yang diperbolehkan dalam
air untuk kehidupan akuatik maksimum sebesar 0.03 ppm.
 Dissolved Oxygen (DO)
Hasil pengukuran DO di sungai Deli sebesar 0.37 mg/L dan dikategorikan sebagai
tercemar berat. Semakin rendah nilai DO maka semakin tinggi tingkat pencemaran.
Rendahnya nilai DO disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan
buangan limbah deterjen dari bekas pencucian yang langsung dibuang ke sungai.
Limbah tersebut meningkatkan suhu perairan sehingga menurunkan kelarutan
oksigen. Hal ini sesuai dengan dengan pernyataan Barus (2001) bahwa kelarutan
oksigen dalam air sangat dipengaruhi terutama oleh faktor suhu.
 Klorida (C𝒍 −)
Kadar klorida yang diperoleh dalam air sunga Deli sebesar 13.75 mg/L. kadar klorida
yang terkandung pada air tersebut memenuhi baku mutu air yang dapat dipergunakan
untuk keperluan sehari-hari. Hal ini berdasarkan pada PP RI No. 82 Tahun 2001
dimana kadar klorida yang diperbolehkan yaitu lebih kecil satu sama dengan 250
mg/L.
 Besi (Fe)
Kadar Fe dalam air sungai Deli sebesar 0.099 mg/L. Berdasarkan Permenkes No. 43
Tahun 2013 bahwa standart air minum untuk parameter Fe adalah 1.0 mg/L. Senyawa
besi pada umumnya sukar larut dan cukup banyak terdapat di dalam tanah. Kadang-
kadang besi juga terdapat sebagai senyawa siderite (FeCO3) yang bersifat mudah larut
dalam air (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003).
 Padatan Terlarut Total (TDS)
Nilai TDS dari sungai Deli sebesar 56 mg/L. Pernyataan Yawzar (2008) bahwa
tingginya padatan terlarut pada suatu perairan dikarenakan area tersebut dekat dengan

7
aktivitas manusia sehingga banyak menghasilkan limbah yang masuk ke badan
perairan dan akhirnya menambah jumlah partikel terlarut.

2.5 Diagram Alir (Flow chart) Unit-Unit Operasi/Proses Instalasi Pengolahan Air

2.6 Dimensi (ukuran) Setiap Unit Operasi/Proses Instalasi Pengolahan Air

 Air Baku (Raw Water)


Air baku yang digunakan adalah air sungai Deli yang berada di Kota Medan, Provinsi
Sumatera Utara bertepatan disamping pabrik yang berlokasi di Gg. Datuk, Kp. Baru,
Kec. Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara 20218. Air baku yang tersedia di
alam berasal dari air permukaan, air tanah, dan air laut. Salah satu jenis air permukaan
yang banyak digunakan di Indonesia adalah air sungai karena di Indonesia banyak
terdapat sungai besar yang dapat digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum.
Namun, keadaan sungai yang fluktuatif menyebabkan air baku yang berasal dari air
sungai terkadang memiliki konsentrasi suspended solid (SS) yang tinggi (Pradita,
2012).
 Pra Sedimentasi (Pre Sedimentation)
Berfungsi untuk menghilangkan/mencegah gravel, pasir, lumpur, maupun material
kasar lainnya agar tidak masuk ke dalam Instalasi Pengolahan Air (IPA).
Menggunakan jenis Rectangular dan jenis permukaan bilangan froude. Bahan

8
konstruksi adalah beton bertulang. Dengan kecepatan alir 0,6 – 1,2 m/menit, dengan
total 3 buah. Memiliki ukuran panjang 12 m, lebar 6,70 m, tinggi 1 m dan tinggi ruang
lumpur 0,75 m.
 Koagulasi (Coagulation)
Berfungsi untuk mengaduk koagulan secara merata dan pembentuk inti flok. Unit
koagulasi direncanakan dengan sistem koagulasi hidrolik yang berupa koagulasi
dalam pipa. Koagulasi dalam pipa memanfaatkan head pompa sehingga tidak di
perlukan jatuhkan yang terlalu tinggi dan lebih efektif dalam koagulasi. Dengan debit
sebesar 6,5 L/detik, waktu detensi (td) selama 20 detik, ukuran diameter pipa sebesar
100 mm dan tinggi pipa sebesar 4 m.
 Flokulasi (Flocculation)
Berfungsi untuk memperbesar inti flok yang telah terbentuk pada unit koagulasi.
Flokulasi direncanakan dengan sistem hidrolik dengan memanfaatkan beda elevasi
pada unit yang akan didesain. Pemilihan sistem hidrolik didasarkan pada mudahnya
dalam operasional dan tidak memerlukan energi tambahan. Bentuk unit flokulasi
direncanakan berbentuk 13 segiempat sejumlah 2 unit dengan 4 kompartemen setiap
unit. Dengan kedalaman air setinggi 2,5 m, jumlah flokulator sebanyak 2 unit,
koefisien belokan sebesar 0,8 dan total waktu detensi selama 480 detik. Kompartemen
berjumlah 4 buah dengan flokulator berbentuk persegi enam.
 Sedimentasi (Sedimentation)
Berfungsi untuk memperbesar partikel padatan agar menjadi lebih berat dan dapat
tenggelam dalam waktu lebih singkat. Sedimentasi didesain menggunakan plate
settler dengan spesifikasi jarak plate settler sebesar 7,5 cm, tinggi plate settler sebesar
1,73 m, dengan tebal sebesar 1 mm, dan memiliki sudut sebesar 60°.
 Filtrasi (Filtration)
Berfungsi untuk mereduksi zat padat, kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa,
bau, besi dan mangan yang terdapat dalam air. Direncanakan menggunakan
multimedia filter, dengan kecepatan aliran sebesar 5 m3/m2.Hari, memiliki ukuran
panjang sebesar 1,8 m, lebar 0,9 m, luas per bak 1,56 m2, debit sebesar 0,0065
m3/detik dengan jumlah bak filter sebanyak 3 unit.
 Reservoir (Reservoir)
Berfungsi untuk menampung air hasil olahan karena debit air olahan yang linear
sedangkan debit kebutuhan air yang fluktuasi. Direncanakan waktu produksi selama

9
24 jam/hari, debit produksi sebesar 5,5 m3/detik, dengan kedalaman reservoir setinggi
3 m, lebar sebesar 8 m, panjang sebesar 16 m, memiliki volume sebesar 384 m3, dan
jarak antar bufflenya sebesar 3 m.

2.7 Menentukan Kebutuhan Bahan Kimia Berupa Koagulan Untuk Pengolahan Air

Pengolahan secara kimia dilakukan dengan menambahkan zat kimia untuk


membersihkan air dari zat-zat kontaminan-nya, terutama yang tidak mudah mengendap
(koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun. Prinsip
penghilangannya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak
dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi) (Husnah, 2017).

Koagulasi adalah metode untuk menghilangkan bahan-bahan pencemar dalam bentuk


koloid dengan penambahan koagulan, dengan koagulasi partikel-partikel koloid akan saling
manrik dan menggumpal membentuk flok (Suryadiputra, 1995). Jenis - jenis koagulan adalah
sebagai berikut.

 Alumunium sulfat (Tawas)


Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan
kadar karbonat. Tawas berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut
dalam alkohol, tidak mudah terbakar, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan.
Penggunaan tawas memiliki keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal
luas oleh operator water treatment. Namun Ada juga kerugiannya, yaitu umumnya
dipasok dalam bentuk padatan sehingga perlu waktu yang lama untuk proses
pelarutan.
 PAC (Poly Aluminium Chloride)
Senyawa Al selain Aluminium Sulfat (tawas) yang penting untuk koagulasi adalah
Polyaluminium chloride (PAC) dengan rumus empiris Aln(OH)mCl3n-m. PAC
adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil serta ion alumunium
bertarap klorinasi yang berlainan sebagai pembentuk polynuclear.
 Karbon Aktif
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan
membuka pori-pori yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi. Efisiensi
adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara arang dengan
zat atau ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif akan diserap lebih

10
efektif oleh arang aktif dalam larutan yang bersifat basa. Jumlah karbon aktif yang
digunakan untuk menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang diserap.
 Desinfektan
Desinfektan yang digunakan adalah kaporit. Kaporit berfungsi untuk membunuh
bakteri dan protozoa yang berbahaya di air serta menghambat pertumbuhan lumut.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sungai yang akan dijadikan sebagai pemasok air dalam proses produksi pabrik adalah
Daerah Aliran Sungai Deli di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara bertepatan disamping
pabrik yang berlokasikan di Gg. Datuk, Kp. Baru, Kec. Medan Maimun, Kota Medan,
Sumatera Utara 20218.

Kebutuhan air domestik yang diperlukan pada pabrik Pembuatan Asam Sulfat (H 2SO4)
ditunjukkan pada tabel berikut.

No. Sasaran Kebutuhan (m3/hari)


1. Air Pendingin 4149
2. Air Proses 207,45
3. Air Umpan Boiler + Make Up 165,96
4. Air Sanitasi (Pabrik) 311,175
5. Air Domestik (Karyawan) 66
Total 4899,585

Air sungai yang diambil dari sungai tidak dapat langsung digunakan sebagai pemasok
air untuk proses produksi pada pabrik. Perlu adanya dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Air
akan diolah melalui beberapa tahapan hingga bersih dan terbebas dari zat - zat berbahaya.
Beberapa tahapan tersebut meliputi proses pra sedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi
filtrasi, reservoir hingga menjadi air bersih yang dapat digunakan untuk kebutuhan domestik
pabrik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aronggear, T. E., Supit, C. J., & Mamoto, J. D. (2019). Analisis Kualitas Dan Kuantitas
Penggunaan Air Bersih Pt. Air Manado Kecamatan Wenang. Jurnal Sipil Statik, 7(12).

Barang, M. H. D., & Saptomo, S. K. (2019). Analisis Kualitas Air pada Jalur Distribusi Air
Bersih di Gedung Baru Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 4(1), 13-24.

Fitri, R., Novalinda, Khairuni, Z.I. (2019). Pengelolaan Pencemaran Sungai Deli. Jurnal Abdi
Ilmu, 11(2), 86-93.

Harmiyati, H. (2018). Tinjauan Proses Pengolahan Air Baku (Raw Water) Menjadi Air Bersih
Pada Sarana Penyediaan Air Minum (Spam) Kecamatan Rangsang Kabupaten
Kepulauan Meranti. JURNAL SAINTIS, 18(1), 1-15.

Husnah. 2017. Pengaruh Proses Koagulasi Dengan Koagulan Pac Dan Sodium Alginate Pada
Hasil Filtrasi Air Sungai Musi. Volume 2, Nomor 1.

Pradita, Cancerita Yulianti. 2012. Desain Unit Prasedimentasi Instalasi Pengolahan Air
Minum. Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

13

Anda mungkin juga menyukai