PENDAHULUAN
akibat suatu tindak pidana korupsi akan tetapi juga dimaksudkan sebagai
Indonesia.
rendah.
trilyun rupiah, belum lagi jika ditambah dengan nilai suap sebesar Rp. 715
milyar rupiah, SGD 814.000.- US$1,36 juta, MYR 63.500, dan EUR. 30.000.
serta nilai pungli senilai Rp. 155.000.000.- sementara uang pengganti yang
sepanjang tahun 2017 menurut ICW hanya senilai Rp. 1,44 trilyun rupiah
ditambah dengan hukuman denda senilai Rp. 110 milyar rupiah. Dengan
hanya sekitar 4,91% (empat koma sembilan puluh satu prosen) dari total
seperti tersebut di atas dapat dipahami menurut para pakar disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain diduga karena adanya hambatan yuridis uang
berbagai upaya telah dilakukan oleh semua elemen negara terutama oleh
termasuk juga oleh semua elemen masyarakat penggiat anti korupsi dengan
1
Http://Nasional.kontan.co.id/news : Pidana Uang Pengganti Koruptor Tak
Sebanding Dengan Kerugian Negara, 03 Mei 2018 diakses 30 Januari 2018.
3
berbagai cara dan upaya baik dengan cara pencegahan persuasif maupun
secara tidak sah dan dipakai untuk kepentingan diri sendiri, kedua
ketiga adalah pungutan liar. Pungli ini interaksi antara dua orang, biasanya
memberikan imbalan atas apa yang dilakukan oleh oknum pejabat yang
bersangkutan.2
2
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional, Pusat Pendidikan dan
Pengawasan BPKP, Jakarta, 1999.
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995.
4
Andi Syamsurizal Nurhadi, Tinjauan Yurudis Tindak Pidana Korupsi
Penyalahgunaan Wewenang dalam Jabatan, Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin Makasar. 2013. Hlm 13-18.
4
dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 11, dan Pasal 12 Undang Undang Nomor
orang lain atau tehdap negara. Perbuatan korupsi jenis ini sebagaimana
Pidana Korupsi
Pidana Korupsi.
korupsi dewasa ini bisa disaksikan dengan ditindaknya semua pelaku korupsi
baik yang sifatnya kelas kakap bigfish maupun pelaku yang melakukan
korupsi secara kecil- kecilan dari semua lapisan dan strata masyarakat dari
kelas pejabat tinggi sampai kepada pejabat desa sekalipun. Dengan marak
korupsi dimaksud.
hal dimaksud ternyata juga tidak menjadikan korupsi menjadi hilang atau
banyak dan meningkat baik dari sisi jumlah dan nominal besaran nilai
kerugian yang diderita oleh negara tersebut, maka dipandang perlu untuk
pertanggungjawaban pidana yang saat ini berlaku dan dianut telah responsif
musyawarah bersama dengan melibatkan semua pihak dalam kaitan ini baik
tersebut dirasakan akan lebih efektif, cepat, tepat sasaran dan berbiaya
justice sudah banyak dilakukan, antara lain oleh Bambang Waluyo Guru
dipandang penulis sebagai alternatif dan pola pendekatan baru yang tepat
dan berdasar hukum dalam penegakan hukum, akan tetapi penulisan dalam
dalam perkara tindak pidana korupsi dan terbatas dalam upaya penerapan
eksekusi uang pengganti ditinjau dari tujuan kemanfaatan hukum dan sistem
pidana korupsi.
5
Andi Syamsurizal Nurhadi, Tinjauan Yurudis Tindak Pidana Korupsi
Penyalahgunaan Wewenang dalam Jabatan, Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin Makasar. 2013. Hlm, 20.
9
fasilitas umum bermutu rendah serta tidak sesuai dengan kebutuhan yang
berkelanjutan.
sekaligus untuk pencegahan lagi pula asas tersebut sudah banyak digunakan
negara lain.
menyatakan tentu dalam hal ini harus kembalikan kepada akibat korupsi bagi
bangsa dan negara. Indonesia terpuruk secara secara multi dimensi akibat
sulit, selain itu tindak pidana ini biasanya dilakukan oleh para profesional
saja, tetapi sudah sepatutnya dilihat sebagai sesuatu yang melanggar hak-
hak sosial dan ekonomi masyarakat sebagai bagian dari hak asasi manusia,
oleh karena itu beralasan pula bila korupsi yang dikatagorikan sebagai
6
Muhammad Yusuf. Miskinkan Koruptor. Pembuktian Terbalik Solusi Yang
Terabaikan. Pustaka Juanda Tigalima. Jakarta. 2013.hlm. 3.
7
Indriyanto Seno Adji. Sistem Pembalikan Beban Pembuktian Tak Pernah
Absolut. Harian Pelita Jakarta. 2010.
11
merupakan salah satu pidana tambahan dalam perkara korupsi selain pidana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b, jounto Pasal 18 ayat (2) dan ayat
Pidana Korupsi.
kerugian negara yang hilang akibat tindak pidana korupsi berangkat dari
api juga seluruh organisasi, yaitu negara yang telah menjadi korban
kejahatan korupsi9
8
H. Elwi Danil. Korupsi Konsep, Tindak Pidana dan Pemberantasannya. Raja
Grapika. Jakarta 2011. Hlm. 76.
9
Muladi,Substansi Hukum Tambahan berupa Uang Pengganti dalam Tindak
Pidana Korupsi. Makalah pada Penataran Hukum Pidana Nasional IV. Purwokerto.
1990.
12
negara diartikan semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan hak milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
ditinjau dalam arti luas meliputi hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk barang milik negara yang tidak tercakup dalam
anggaran negara. Sementara itu, keuangan negara dalam arti sempit hanya
terbatas dengan uang, termasuk barang milik negara yang tercantum dalam
kejelasan tentang upaya yang dapat dilakukan oleh penegak hukum baik dari
hilangnya harta kekayaan dan uang negara yang sangat besar akibat tindak
berikut :
hukum baru baik oleh Penyidik maupun Penuntut Umum dalam rangka
korupsi
16
dilakukan oleh para penegak hukum baik pada tahapan penyidikan, pra-
disinyalir saat ini sangat besar akibat tindak pidana korupsi dapat
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
10
Bentrand Russel. Sejarah Filsafat Barat Kaitannya dengan Kondisi Sosial
Politik Zaman Kuno hingga Sekarang . Terjemahan Sigit Jatmiko. Pustaka Pelajar
Yogyakarta 2004, hlm. 1008.
18
11
Acmad Ali. : Menguak Teori Hukum (Legal Theori) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence). Kencana Jakarta 2009 hlm. 220.
19
12
Shidarta, : Utilitarianisme, UPT. Penerbitan Universitas Tarumanegara,
Jakarta, 2007. Hlm. 41
20
dianggap benar.
bermacam-macam perbedaannya.
internasional.13
itu sendiri.
13
Agus Rusianto. Tindak Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana Tinjauan
Kritis Melalui Konsistensi antara Asas, Teori dan Penerapannya. Prenamedia Group.
Jakarta. 2016, hlm. 11.
24
teori pemidanaan14.
menyenangkan.
14
Sholehudin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Doble Track
System dan Implementasinya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2003 hlm. 81-82.
15
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,
PT. Alumni Bandung. 1998 hlm. 4.
16
Ted Honderich. Punishment: The Supposed Justification, rev. Ed, Penguin
Books, Harmondsworth, 1976, hlm 14-18, dalam Lililk Mulyadi. Bunga Rampai
Hukum Pidana Umum dan Khusus. PT. Alumni Bandung 2012. Hlm. 59
25
anasir, yaitu :
personal);
prinsip-prinsip keadilan.17
17
Muladi. Lembaga Pidana Bersyarat. PT. Alumni Bandung. 2002. Hlm 12.
27
sebagai berikut :
18
Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori Teori dan Kebijakan Pidana. PT.
Alumni Bandung 2005.
19
Djisman Samosir. Fungsi Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan di
Indonesia. Bina Cifta Bandung 1992.
28
baik.20
masyarakat.21
20
Muladi. Lembaga Pidana Bersyarat. PT. Alumni Bandung. 2002. Hlm 18.
21
Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori Teori dan Kebijakan Pidana. PT.
Alumni Bandung 2005, hlm. 46
29
3. Teori Gabungan
menyatakan :
22
Djidman Samosir. Fungsi Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan di
Indonesia. Bina Cifta Bandung 1992.
30
23
Muladi. Lembaga Pidana Bersyarat. PT. Alumni Bandung. 2002. Hlm 40.
24
Andi Hamzah. Sistem Pidana dan Pemidanaan di Indonesia dari Retribusi
ke Reformasi. Pradya Paramita. Jakarta. 1986, hlm. 52
31
25
Muladi. Lembaga Pidana Bersyarat. PT. Alumni Bandung. 2002. Hlm 32.
26
Agus Rusianto. : Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana.
Kencana. Jakarta 2016. Hlm. 127.
27
Wiryono Projodikoro dalam Adami Chazawi : Pelajaran Hukum Pidana
Bagian I, Stelsel, Tindak Pidana, Teori-teori Pemidanaan, dan Batas Berlakunya
Hukum Pidana, Raja Grafindo, Jakarta hlm. 90-91.
32
kemasyarakatan.
28
Jeremy Bentham dalam Francis G. Jacobs : Criminal Responsibility,
London, Redwood Press Limited. 1997 hlm. 9.
33
perbuatannya.
masalah hukum di sini sudah barang tentu tidak dalam arti yang
34
kurang lebih 40 tahun yang lalu oleh ahli hukum dari Amerika
maka prinsip yang dikenal dalam ilmu ekonomi dapat dijadikan alat
pemikiran Barda Nawawi Arief.32, Kongres PBB ke-9 tahun 1995 33,
31
Adi Sulistiyono. Muhammad Rustamaji, : Hukum Ekonomi Sebagai
Panglima, Mas Media Buana Pustaka, Sidoarjo. 2009 hlm. 137.
32
Barda Nawawi Arief : Pemberdayaan Court Management : Kajian Dari
Aspek Sistem Peradilan Pidana, Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga hlm. 5-6.
33
Dokumen Penunjang Kongres PBB ke-9/1995 yang berakitan dengan
managemen peradilan pidana tertuang dalam A/Conf. 169/6, justice functions dan
alternatif dispute resolution/ADR dalam sistem peradilan pidana.
36
bertanggungjawab.
bertanggungjawab.
bertanggungjawab.
34
B. Mardjono Reksodiputro, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam
Tindak Pidana Korporasi. FH. Undiversitas Diponegoro, 1989. Hlm 9.
37
35
Feure, MG. J.C. Oudijk. D. Schaffmeister. Kekhawatiran Masa Kini
Pemikiran Mengenai Hukum Pidana Lingkungan dalam Teori dan Praktek. Citra
Aditya Bakti. 1994. Penerjemah Tristam P. Moeliono. Hlm 229.
38
bersangkutan.36
37
Shidarta, : Utilitarianisme, UPT. Penerbitan Universitas Tarumanegara,
Jakarta 2007. Hlm. 35,
40
administrasi.
38
Nur Basuki Winarno. Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana
Korupsi. Laksbang Mediatama. Jogjakarta. 2008. Hlm. 65.
39
Ibid. Halaman 68.
41
memperoleh wewenang.
pejabat atau bagi setiap badan. Kewenangan yang sah bila ditinjau
1. Kewenangan Atribut
40
Nur Basuki Winarno. Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana
Korupsi. Laksbang Mediatama. Jogjakarta. 2008. Hlm. 70-75..
42
dasarnya.
2. Kewenangan Delegatif
3. Kewenangan Mandat
yang lebih tinggi kepada pejabat atau badan yang lebih rendah.
bahwa41:
authority.
41
Nur Basuki Winarno. Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana
Korupsi. Laksbang Mediatama. Jogjakarta. 2008. Hlm. 74..
43
berkompeten.
Asas ini dikenal juga didalam hukum pidana nullum delictum sine
Eny Kusdarini. Dasar Dasar Hukum Administrasi Negara dan Asas Asas
42
Umum Pemerintahan Yang Baik. UNY. Press. Yogyakarta. 2011. Hlm. 89.
45
apabila dalam hal badan atau pejabat tata usaha negara yang
akan dikeluarkannya43.
(verge norm).44
menjadi pilar utama dan merupakan salah satu prinsip utama yang
43
Indroharto, Usaha Memahami Undang Undang Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Pusata Sinar Harapan, 2003, Jakarta, Hlm. 32
44
Philipus M. Hadjon, Hukum Administrasi dan Good Governance. Trisakti,
Jakarta. 2010. Hlm. 15
45
Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara. Paradoksal Konplik dan Otonomi
Daerah, Sketsa Bayang Bayang Konflik dalam Prospek Otonomi Daerah. Sinar
Mulia. Jakarta, 2002, hlm 65.
46
dibatasi oleh isi atau materi wilayah dan waktu, cacat dalam
kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun kebanyakan
pembangunan nasional.46
46
Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana . Alumni . Bandung,2006, hal.94.
47
kekayaan negara dalm bentuk apa pun, yang dipisahkan atau tidak
dengan negara. 47
47
Mulia Fadillah, Pelaksanaan Pidana Pembayaran Uang Pengganti Bagi
Terpidana Kasus Korupsi Di Kejaksaan Tinggi Sumatra Barat, Karya Ilmiah
Diterbitkan, Fakultas Hukum Universitas Andalasa, 2009.hlm 5.
49
covicted offeders.
yakni :
(straf).
48
Ali Zaidan, 2015, Menuju Pembaruan Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm.2.
50
49
Abdoel Jamali, 2006, Pengantar Hukum Indonesia, Raja Grafindo Persada
Jakarta, hlm. 173.
50
Andi Hamzah, 1986, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia: dari
Retribusi ke Reformasi, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm 17.
51
dianut antara lain oleh Imanuel Kant, Hegel, Herbart, Stahl, Leo
filsafat Katolik dan sudah tentu juga sarjana hukum Islam yang
ialah pembalasan.
prevensi, yang dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu prevensi umum
51
Andi Hamzah, 1986, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia: dari
Retribusi ke Reformasi, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm 17.
52
melindungi nilai nilai moral, dalam hal ini kesalahan (guilt) akan
welfare offenses.53
dengan an act does not make a peson guilty, unless the mind is
tertentu, yaitu apa yang dikenal dengan strict liability dan vicarious
liability.55
asasi tersebut.
berikut :
Liability.57
tanpa kesalahan).58
4. Adapun mens rea, kata ini diambil orang dari suatu maksim
yang berbunyi: Actus non est reus nisi mens sif rea, yang
kesejahteraan sosial.
57
E. Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum
Pengangkutan Umum Internasional, Liberti Yogyakarta 1989 hlm. 35
58
Barda Nawawi Arief. Pelengkap Bahan Kuliah Hukum Pidana I, FH. UNDIP
Semarang. 1984 hlm. 68.
59
Roeslan Saleh, Pikiran Pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana, Ghalia
Indonesia, Jakarta. 1982 hlm. 23.
57
kesejahteraan sosial.
another)60.
petanggungjawaban.61
60
Romli Atmasasmita, Asas Asas Perbandingan Hukum Pidana, Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta. 1989 hlm. 93.
61
Barda Nawawi Arief. Masalah Pemidanaan. Bahan Kuliah Hukum Pidana I,
FH. UNDIP Semarang. Hlm. 111.
58
suatu fasilitas dialog antara segala pihak yang terdampak oleh suatu
tindak pidana publik yang tidak dapat dilepas dari masyarakat, peran
mengenai masyarakat, “das Recht wird nicht gemacht, est ist und
wird mit dem Volke” (hukum itu tidak dibuat melainkan tumbuh dan
62
Muladi dan Diah Sulistyani. Kompleksitas Perkembangan Tindak Pidana
dan Kebijakan Kriminal. PT. Alumni. Bandung. 2016. Hlm. 113.
60
penjatuhan pidana atau sanksi pidana yang menurut Sauer ada tiga
pengertian dasar dalam hukum pidana itu sendiri yakni sifat melawan
normatif.
bahwa pihak yang terlibat konflik harus secara aktif terlibat dalam
dasar untuk membentuk restorative justice itu sendiri yaitu the three
adalah :63
kejahatan;
keadaan (restorasi);
kerusakan);
berkepentingan) dan;
63
Kuat Yudi Prayitno, Restorative Justice Untuk Peradilan Di Indonesia
(Prospektif Yuridis, Filosofi dan Penegakan Hukum In Concreto), Jurnal Dinamika
Hukum Vo. 12 Tanggal 3 September 2012. Hlm. 411
64
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, penegmbangan Konsep
Diversi dan Restorative Justice, Refika, Aditama, Jakarta, 2011. Hlm. 46.
62
bukti yang cukup untuk menuntut pelaku tindak pidana dan disertai
hukum berikutnya;
keadilan restoratif;
restoratif;
lain: 66
65
Bambang Waluyo, Penegakan Hukum Di Indonesia, Sinar Grafika, hlm. 108
66
Marwan Effendy, Keadilan restoratif (Restorative Justice) Dalam Konteks
Ultimum Remedium Terhadap Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, hlm. 20-22.
64
d. Menurut Dignan67
67
Marwan Effendy, Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam Konteks
Ultimum Remedium Terhadap Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Hlm. 20-22.
68
Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 2002 Tentang Sistem
Peradilan Anak.
65
sebagai upaya yang dapat dilakukan dalam mencari jalan terbaik atas
apalagi bila proses ini sudah menjadi bagian dari sistem peradilan
pidana formal. Oleh karena itu, ada beberapa prinsip yang harus
71
diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
69
Eva Achyani Zulva dan Indriyanto Seno Adji, Pergeseran Paradigma
Pemidanaan, Bandung: Lubuk Agung, 2011, hlm. 66.
70
Ibid, hlm. 82.
71
Eva Achyani Zulva dan Indriyanto Seno Adji, Pergeseran Paradigma
Pemidanaan, Bandung: Lubuk Agung, 2011, halaman, 85.
66
prosecution except when the level of harm done, the risk of further
terbuka).
pengesampingan perkara).
a. Berkurangnya uang atau barang milik negara yang nyata dan pasti
jumlahnya
73
Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan
Negara Teori dan Praktek, Rajawali Pres, Jakarta, hlm.122.
69
negara tersebut.
(onrechtmatige overheidsdaad).
keuangan negara.74
barang dan jasa, transaksi yang terkait dengan utang piutang, dan
74
Muhammad Djapar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan
Negara Teori dan Praktek, Rajawali Pres, Jakarta, hlm.124.
71
2. Harga pengadaan barang dan jasa wajar. Wajar tetapi tidak sesuai
harga barang dan jasa murah, tetapi kualitas barang dan jasa
negara.
dijual dengan harga yang murah atau dihibahkan kepada pihak lain
perusahaan tersebut.
benar.
75
Muhammad Djapar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan
Negara Teori dan Praktek, Rajawali Pres, Jakarta, hlm.127.
73
pengganti76
hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan
pengadilan.
76
Indriyanto Seno Adji : Korupsi dan Penegakan Hukum, Diadit Media,
Jakarta hlm. 307
75
dilakukannya.
tambahan berupa uang pengganti, ganti rugi, dan restitusi, tata cara
bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk membayar uang
77
Mukri Fajar, Yulianto Achmad, : Teori Hukum : Dualisme Penelitian Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta. 2007 hlm. 11.
77
In-abstrakto.
dicari oleh karna itu penelitian hukum ini disebut juga penelitian hukum
baik positif maupun negatif, penelitian hukum ini juga bertujuan untuk
deskriptif yang hanya menjelaskan apa yang benar true dan apa yang
cara menelaah kasus-kasus terkait dengan isu yang dihadapi yang telah
79
Peter Mahmud Marzuki : Penelitian Hukum, Cetakan ke-11 Kencana
Jakarta, 2011, hlm. 35
79
korupsi.
1.5 Asumsi :
BAB I : PENDAHULUAN
penyelesaiannya.
BAB IV : ANALISIS
dimaksud.
86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN