Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN FGD (FOCUS GROUP DISCUSSION)

SEMESTER 3

SKENARIO :
Katty dan Pakan Komersial Kering

Disusun oleh:

Nama : Alfian Yusak Muzaki


NIM : 15/382735/KH/8548
Kelompok :9

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 JUDUL/TOPIK DISKUSI

1. Katty dan Pakan Komersial Kering


Katty kucing ras Persian yang cantic oleh pemiliknya setiap hari diberi
pakan komersial kering. Tidak disangka tiba-tiba Katty mengalami
kesulitan urinasi dan pada saat diperiksa dokter hewan, Katty harus
mendapatkan pertolongan dengan kateterisasi untuk mengeluarkan urin.
Dokter juga memberikan infus untuk mengatasi dehidrasi karena 6-8%
turgor kulit turun, dan mukosa kering. Feses Katty juga diperiksa untuk
memastikan kemungkinan adanya telur cacing dan oosista.

2. Topik Dikusi :
a. Diskusikan bagaimana cara memprediksi kelainan/gangguan pada
saluran urin pada kasus kucing tersebut, dan jelaskan stuktur histologi
dan fungsi system urinaria kemungkinan hubungan dengan organ lain
pada kucing.
b. Diskusikan mengapa kucing mengalami dehidrasi, bagaimana
fisiologis terjadinya dehidrasi pada kucing tersebut dan proses
homeostasis dalam tubuh.
c. Diskusikan cacing yang menginfeksi kucing pada scenario di atas dan
diskusikan penyakit-penyakit parasite yang biasa pada kucing mulai
dari etiologi, gejala klinis, diagnosis, terapi dan pencegahannya.

1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu memahami gejala klinis penyakit-penyakit parasit pada


karnivora (anjing dan kucing), mengetahui cara diagnosis, pengobatan dan
penanganan penyakit-penyakit parasit pada karnivora.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dasar sistem urinasi dan
homeostatis pada anjing dan kucing.
3. Mahasiswa mampu memprediksi kelainan/gangguan saluran urin pada
anjing dan kucing berdasarkan anatomi eksternal tubuh hewan, letak organ
visceralberdasarkan eksternal body landmark, dan mampu menganalisis
hubungan antar struktur histologik organ saluran urinasi dan saluran
pencernaan beserta fungsinya.
4. Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep, ketrampilan dan
perilaku dalam diskusi.
1.3 SKEMA PEMBELAJARAN
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 CARA MEMPREDIKSI KELAINAN/GANGGUAN PADA SALURAN


URIN

Urinary organ meliputi ginjal, ureter, vesica urinaria, dan uretra.


Ginjal adalah kelenjar yang menghasilkan urine, berwarna merah kecoklatan
dan pada kebanyakan hewan letaknya hampir simetris di antara tulang
belakang. Ureter adalah saluran yang mengalirkan urine ke vesica urinaria
yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung urine sementara. Setelah
urine terkumpul di vesica urinaria lalu akan di buang melalui uretra (Sisson,
1953).
Salah satu contoh penyakit pada saluran perkencingan pada hewan
yaitu Urolithiasis. Urolithiasis yaitu kondisi terbentuknya urolith pada saluran
perkencingan seperti pada vesical urinaria, ginjal, ureter dan urethra.
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya batu adalah aktivitas statis,
kurang minum, makanan yang banyak mengandung kalsium, oksalat dan
fosfat serta penurunan pH urin.

Gejala klinis dari urolithiasis antara lain kesulitan urinasi (kucing


sering buang air kecil tidak pada tempatnya), sering menjilat daerah genital,
merejan saat buang air kecil (kadang disertai suara tangisan), serta darah pada
urin. Selain itu, kucing dengan Feline Lower urinary Tract Disease biasanya
tidak nafsu makan. Pada keadaan yang serius kucing jantan yang mengalami
obstruksi urethra komplit akan menunjukkan gejala muntah, kelemahan, serta
perut yang menegang dan sakit.
Diagnosis untuk urolithiasis dapat dilakukan berdasarkan anamnesis
yaitu :
Anamnesa
Tanda-tanda klinis urolithiasis tergantung pada letak urolith, derajad
dan lama obstruksi atau iritasi dinding mukosa traktus urinarius yang
disebabkan oleh urolith, kristal atau karena infeksi traktus urinarius. Gejala
klinis yang nampak pada anjing dan kucing yang menderita urolithiasis
adalah sebagai berikut :
a. Gejala klinis yang terlihat apabila terjadi obstruksi pada urethra adalah :
1. Sering berusaha urinasi, namun urin yang dikeluarkan sedikit atau
hanya menetes
2. Terlihat tegang Saat urinasi (dysuria/stranguria)
3. Tidak mampu untuk urinasi (anuria) jika terjadi obstruksi sempurna
4. Hematuria
5. Vesica urinaria menggelembung karena penuh urin
6. Terjadi ruptur di vesica urinaria yang dapat mengakibatkan terjadinya
ascites
b. Gejala klinis bila terjadi cystic calculi (urolithiasis pada vesica urinaria) ;
1. Dysuria'stranguria
2. Hematuria
3. Gejala sistemik biasanya tidak Nampak
c. Gejala klinis bila terjadi renal atau ureteral kalkuli antara lain ;
1. Kesakitan pada bagian abdominal
2. Hematuria
3. Hydronephrosis mengakibatkan terjadinya pembesaran ginjal, apabila
kalkulimenghambat aliran urin
4. Nampak gejala sistemik, terjadi anorexia, depresi dan demam

Pemeriksaan Fisik
a. Palpasi Abdominal
Palpasi abdominal dilakukan untuk merasakan adanya batu yang terdapat
di dalam vesika urinaria Palpasi dapat dilakukan dengan kedua tangan,
dengan posisi tangan kanan dan kiri menekan bagian vesica urinaria,
sampai Loung Jari dari kedua tangan saling bersentuhan. Apabila anjing
merasa kesaktan, kemungkinan terjadi obstruksi di vesica tersebut, dan
jika terdapat batu atau kalkuli maka akan terasa adanya benda as ing yang
keras di vesica unnaria. Palpasi abdominal, terutama di daerah vesica
urinaria kadang-kadang terasa tebal dan kasar. Urolith yang cukup besar
biasanya dap-at dipalpasi, sedangkan urolith yang multiple biasanya dapat
dikenali karena teraba kasar Muttipel urolith juga sering terdapat di
sepanjang traktus urinary.
b. Kateterisasi
Jika ada sumbatan pada urethra, vesica urinaria akan menggembung dan
menimbulkan rasa sakit (dinding vesika urinaria jarang robek tetapi jika
robek maka tidak akan dapat dipalpasi). Letak kalkuli yang menyebabkan
sumbatan pada urethra dapat dideteksi dengan melewatkan kateter ke
dalam saluran urethralis. Biasanya ditemukan urolit penyebab urolithiasis,
dan pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya peradangan di kandung
kerwng, darah serta Jenis batu atau kristal yang menjadi sumbatan. Pada
anjing jantan adanya urolith dapat diketahui jika kateter yang dimasukkan
lewat urethra, tidak dapat mercapai vesica urinary.
Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam mendiagnosa terhadap
anjing/kucing yang diduga menderita urothialis, karena dapat memberikan
gambar yang sangat jelas tentang ada tidaknya batu dan lokasi dari batu
tersebut di saluran urinaria. Persiapan pasien yang memadai guna
pemeriksaan radiografi sangat penting untuk pengamatan terhadap adanya
kalkuli dan lesi pada traktus urinarius.

Pemeriksaan Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) merupakan teknik yang dapat dipergunakan untuk
menentukan ukuran ginjal dan mengevaluai saluran-saluran pengumpul
urin. Ginjal yang kecil biasanya menunjukkan penyakit ginjal kronis,
meskipun ginjal dapat tidak berkurang pada beberapa proses menahun
yang lazim. USG juga bermanfaat dalam evaluasi kegagalan ginjal akut.

Urinalisis
Urinalisis pada anjing sangat bermanfaat untuk menentukan jenis urolith
setlingga dapat dilakukan pencegahan dan terapi yang optmal.
Pemeriksaan sedimen urin tersebut dimaksudkan untuk melihat
kemungkinan adanya hematuria, pyuria, proteinuria, bakteri dan untuk
menentukan Jenis kristal yang mungk'n ditemukam. Keberadaannya
tergantung pada derajad iritasi dan kerusakan yang ditimbulkan oleh
urolith dan adanya infeksi di dalam traktus urinanus. Disamping derajad
iritasi dan kerusakan yang ditimbulkan, adanya infeksi sering dapat
diidentifikasi dari bau ammonia urin y ang sangat meny engat dibanding
bau um normal
Dehidrasi menyebabkan peningkatan osmolalitas urin karena lebih banyak
air yang direabsorpsi kembali masuk ke kapiler pertubulus.

Hidrasi berlebihan menyebabkan penurunan osmolalitas urin PH urine


bervariasi dan dapat memberikan petunjuk tentamg jenis urolttm Urolith
struvite terdapat pada unn yang basa, sedangkan urolith kals'um oksalat
pada urine yang asam. Identifikasi dan interpretasi kristal urin sangat
penting untuk merumuskan prosedur pengobatan yang harus dilakukan
dalam menangam urolith. Dalam menginterpetasi keberadaan kristaluria
harus berhati-hati karena pembentukan kristal secara signtfikan
dpengaruhl oleh beberapa variable baik secara Invitro atau Invivo.
Variabel in vivo meliputi kadar unsure kristal dalam urin, pH urin, tingkat
kelarutan unsur kristal di dalam urin, dan pewobatan yarpg diberikan,
sedangkan variable in vitro meliputi temperature, evaporasi, pH dan teknik
persiapan specimen

DifferensialDiagnosa
a. Infeksi traktus Urinarius
b. Muntah A kut(misalnya p.ankreatitis dan gastroenteritis akut, obstruksi
intestinal dan gastrik)
2.2 STRUKTUR HISTOLOGI DAN FUNGSI SISTEM URINARIA
KEMUNGKINAN HUBUNGAN DENGAN ORGAN LAIN PADA
KUCING

Struktur Histologidan Fungsi Sistem Urinaria


1. Ginjal
Korteks yang tampak gelap dibatasi oleh jaringan medulla yang
berwarna agak cerah, disebut garis medulla (medullary rays), yang berisi
cabang buluh penyalur sekaligus dengan buluh nefron yang turun dan
naik. Substansi korteks sekitar garis medulla disebut labirin korteks.
Kapsula dan stroma jaringan ikat : Bagian luar kapsula yang
membalut ginjal memiliki serabut kolagen serta serabut elastik padat,
sedangkan bagian dalam terdiri dari jaringan ikat longgar. Pada anjing,
kuda, dan babi tampak adanya otot polos. Kapsula ginjal pada
ruminansia memiliki lapis otot polos yang jelas dan paling tebal pada
domba, dan kambing. Kapsula ginjal pada kucing tidak memiliki otot
polos. Stroma ginjal bersifat jarang dan terutama terdiri dari jaringan ikat
longgar yang menyertai pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf
(Brown, 1992).
Nefron : Memiliki enam segmen yang cukup jelas, yaitu : (1) kapsula
glomerulus (merupakan ujung buntu yang meluas pada nefron), (2)
tubuli konvoluti dan (3) tubuli rekti proksimalis, (4) segmen tipis, (5)
segmen tebal, dan (6) tubuli konvoluti distalis. (Frandson, 1992)
2. Korpuskulus Renalis
Korpuskulus renalis terbentuk bila jalinan kapiler atau glomerulus
memasuki jalinan epitel ujung nefron yang meluas, disebut kapsula
glomerulus (Kapsula Bowman). Hasilnya berbentuk kapsula dinding
rangkap yang melekat pada dinding kapiler (glomerulus) menjulur ke
dalam lumen buluh berujung buntu yang meluas. Hubungan antara
kapiler dengan epitel buluh disebut korpuskulus renalis. Epitel yang
melapisi kapiler disebut epitel glomerulus atau lapis visceral, sedangkan
yang membalut dinding seberangnya disebut epitel kapsula atau lapis
parietal. Sitoplasma pada endotel glomerulus bersifat porous atau
memiliki banyak celah halus. Epitel kapsula pada korpuskulus renalis
berupa epitel skuamus simpleks, selanjutnya berubah menjadi epitel
kuboid di daerah kutub kemih (urinary pole) dan menjadi epitel pada
tubuli konvoluti (Brown, 1992).
3. Tubuli Proksimalis
Memiliki dua segmen utama, yaitu bagian yang berliku-liku (pars
konvoluti) yang membentuk beberapa lengkung dalam korteks dekat
korpuskulus renalis dan bagian yang lurus (pars rekti) yang menjulur ke
dalam daerah luar medulla. Pars konvoluti merupakan bagian yang
paling panjang dari nefron yang membentuk bagian besar dari korteks.
Epitel lebih bersifat asidofil daripada sisa nefron. Epitel tubuli
proksimalis pada karnivora, terutama pada kucing, mengandung banyak
butir lemak (lipid), sehingga memberikan aspek berbusa pada sediaan
parafin. Butir lemak ini tersebar merata pada pars konvoluti tubuli
proksimalis kucing, dan terdapat di seluruh bagian nefron. Ternyata lipid
ini adalah trigliserida dan fosfolipid (Brown, 1992).
4. Segmen Tipis
Merupakan bagian turun dan naik dari jerat Henle (jerat nefron).
Dilapisi oleh epitel skuamus simpleks dengan daerah inti menonjol kea
rah lumen saluran. Permukaan sitoplasma memiliki sedikit mikrovili
pendek dan organel (Brown, 1992).
5. Tubuli Distalis
Buluh Penampung : Merupakan segmen terminal dari buluh kemih.
Buluh penampung masuk garis medulla dan berlanjut ke dalam daerah
dalam medulla, kemudian saling bergabung, membentuk penampung
yang lebih besar serta lurus, disebut duktus papilaris (epitel berbentuk
silinder selanjutnya berbentuk transisional di dekat permukaan saluran).
Duktus papilaris selanjutnya bermuara pada apeks dari papil pada pelvis
renalis, disebut area cribosa (Brown, 1992).
Kompleks Jukstaglomerulus : Terdapat tiga unsur, yaitu : (1) sel-sel
jukstaglomerulus pada arteiola aferen, (2) makula densa pada tubuli
distalis, dan (3) kelompok sel yang berbatasan dengan arteriola aferen
dan makula densa, disebut sel mesangium. inti bulat, sitoplasma banyak
mengandung butir secret dan beberapa miofilamen.
epitel berbeda dengan temapt lain, mitokondria pendek dan tersebar pada
sitoplasma, rER sedikit. Apparatus Golgi terletak antara inti dan dasar
sel, berbatasan dengan sel jukstaglomerulus pada arteriola aferen. Sel
mesangium (sel Lacis, sel Polkissen atau polar cushion cells) terletak
pada batas segitiga (Brown, 1992).
Pelvis renalis : Merupakan ujung proksimal yang melebar dari ureter
yang menghadap apeks papilla renalis. Pelvis renalis ini dilapisi oleh
epitel peralihan, menopang pada propria-submukosa yang terdiri dari
jaringan ikat longgar. Pada kuda propria submukosa mengandung banyak
kelenjar tubuloalveoler yabg bersifat mucous. Tunika muskularis terdiri
atas 3 lapisan, lapisan dalam, lapis luar (lamina muskularis sirkuler
externus), dan lapis tengah (lamina muskularis longitudinal intermedia).
Tunika adventisia tipis dan terdiri dari jaringan ikat longgar yang
mengandung pembuluh darah dan sel-sel lemak (Brown, 1992).
6. Ureter
Dinding ureter terdiri dari tiga lapis, (1) selaput lendir peralihan, (2)
tunika muskularis, dan (3) tunika serosa atau adventisia. Selaput lendir
peralihan terdiri dari beberapa lapis sel epitel peralihan. Epitel menopang
pada stroma jaringan ikat longgar. Ureter pada kuda mempunyai kelenjar
tubuloalveoler bercabang yang bersifat mucous dalam lamina
propria-submukosa. Tunika muskularis terdiri dari 3 lapis, lapis dalam
(lamina muskularis sirkuler internus), lapis luar (lamina muskularis
sirkuler externus), lapis tengah (lamina muskularis longitudinal
intermedia). Jaringan ikat longgar sering memisahkan berkas otot polos
terutama yang tersusun sirkuler. Lapisan terluar ureter bisa serosa
maupun adventisia, tergantung pertautanya dengan peritoneum, jumlah
sel lemak periureter dan daerah potongannya. Adventisia terdiri dari
jaringan ikat longgar dengan serabut kolagen dan elastic mengandung
pembuluh darah dan sel lemak di bagian perifernya (Brown, 1992).

7. Vesica Urinaria
Vesica urinaria merupakan perluasan ureter. Perbedaannya terletak
pada tebal relative dindingnya, terutama pada tunika muskularis dan
adanya muskularis mukosa yang tipis pada beberapa hewan. Vesica
urinaria dilapisi pula oleh epitel peralihan. Epitel yang menopang pada
lamina propria terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung
sejumlah serabut elastic. Selain itu pada lamina propria juga banyak
ditemui nodulus limfatikus. Jaringan ikat pada tunika submukosa vesica
urinaria bersifat longgar dan mengandung lebih banyak serabut elastic
daripada lamina propria. Pembuluh darah besar terdapat di dalamnya
bersama-sama dengan ganglia. Tunika muskularisnya terdiri dari 3
lapisan, lapis dalam dan lapis luar tersusun sirkuler dan lapisan
tengahnya longitudinal. Pola saling menjalin lapis tunika muskularis
merupakan bentukan khusus pada vesica urinaria. Otot pada vesica
urinaria disebut otot detrusor, dan di daerah hubungan ureter dan vesica
urinaria, lapis memanjang otot ureter membuat jalinan dengan lapis yang
sama pada vesica urinaria. Keadaan ini membentuk sfingter yang
fungsional, mencegah aliran kembali dari vesica urinaria. Pada bagian
leher vesica urinaria dan bagian proksimal urethra terdapat susunan
serabut elastic melingkar yang membantu menutup urethra setelah
pembuangan urine. Terdapat mesotel pada jaringan ikat longgar pada
daerah di mana hanya terdapat adventisia longgar. Ganglion, pembuluh
darah dan saraf terdapat pada subserosa (Brown, 1992).
8. Urethra
Pada betina, dindingnya memiliki (1) tunika mukosa, (2) tunika
submukosa, (3) tunika muskularis, dan (4) tunika adventisia. Bukit
mukosa yang tampak di mana dua ureter memasuki vesica urinaria
menyatu di bidang median leher vesica urinaria dan berlanjut di
sepanjang urethra. Lipatan mukosa yang menonjol disebut sebagai kresta
urethra (urethral crest). Lapisan epitelnya berbentuk peralihan dekat
leher vesica urinaria dan secara berangsur berubah menjadi epitel pipih
banyak lapis pada orificium eksterna. Di antara kedua posisi terdapat
daerah dengan epitel kubus atau silinder kompleks.
Lamina propria sub-mukosa bersifat fibroelastik terletak langsung di
bawah epitel. Pada sapi terdapat jalinan kapiler yang cukup nyata
berbatasan dengan membrane basal. Jaringan limfatik yang menyebar
terkadang membentuk nodulus limfatikus. Propria-submukosa ditembus
oleh ruang kavernosa dan memberikan gambaran dari jaringan erektil.
Pada urethra proksimalis tunika muskularis mengandung lapisan dalam
yang tebal dan lapisan luar sirkuler yang tipis.
Ke arah distal di mana urethra berkaitan dengan bagian ventral
vagina, sel-sel otot polos bercampur dengan serabut otot rangka, jumlah
serta penyebaran tiap tipe merupakan perbedaan spesies. Pada
ruminansia dan babi terdapat divertikulum sub urethra di daerah
orificium urethra. Dilapisi oleh epitel peralihan yang secara bertahap
berubah menjadi epitel pipih banyak lapis. Lamina propria terdiri dari
jaringan ikat longgar dengan infiltrasi limfosit dan terkadang terdapat
nodulus limfatikus (Brown, 1992).
Pada jantan, urethra dibagi dalam segmen prostate, membranosa, dan
spongiosa. Segmen prostate menjulur dari vesika urinaria ke bagian
pinggir caudal kelenjar prostate. Segmen membranosa berawal dari
daerah tersebut dan berakhir di urethra dan memasuki bulbus penis dari
permukaan segmen spongiosa berlanjut ke bagian luar urethra. Di
sebelah caudal leher vesica urinaria terdapat suatu penonjolan (colliculus
seminalis). Pada daerah tersebut ductus ejakulatorius pada ruminansia
dan kuda, ductus deferens dan saluran glandula vesikulosa pada babai
dan ductus deferens pada karnivor bermuara dalam urethra (Brown,
1992).
Epitel yang melapisi urethra ialah epital peralihan dengan bercak
epitel silinder sebaris, epitel silinder banyak baris, atau kuboid sebaris.
Propria submukosa terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur dengan
banyak serabut elastic dan otot polos. Di sepanjang urethra propria
submukosa memiliki sifat erektil dengan adanya kaverna yang dibalut
endotel dengan ukuran berbeda membentuk stratum vaskularis pada
urethra segmen prostate dan membranosa. Tunika muscularis urethra
terdiri dari otot polos di daerah kandung kemih atau otot kerangka di
bagian sisa urethra. Di bagian luar terdapat adventisia yang terdiri dari
jaringan ikat longgar atau jaringan ikat pekat tidak teratur (Brown,
1992).
Kemungkinan Hubungan Dengan Organ Lain
Selain sebagai organ penghasil urin ginjal memiliki peranan lain,
yaitu dalam pengaturan osmoregulasi tubuh untuk menjaga homeostasis.
Salah satu hormone penting dalam osmoregulasi adalah hormone
antideuretik (antidiuretic hormone, ADH). Hormone tersebut dihasilkan
di hipotalamus. ADH disimpan dan dibebaskan dari kelenjar pituitary,
yang berada persis di bawah hipotalamus. Sel-sel osmoreseptor dalam
hipotalamus memonitor osmolaritas darah, dan merangsang pembebasan
tambahan ADH ketika osmolaritas darah meningkat di atas titik pasang
sebesar 300 mosm/L.
Mekanisme kedua yang mengatur fungsi ginjal adalah melibatkan
jaringan khusus yang disebut sebagai apparatus jukstaglomerulus
(juxtaglomerular apparatus, JGA). Yang terletak di sekitar arteriola
aferen, dan mengalirkan darah ke glomerulus. Ketika tekanan darah atau
volume darah dalam arteriola aferen turun (kadang-kadang sebagai
akibat dari penurunan asupan garam), enzim renin mengawali reaksi
kimia yang mengubah protein plasma yang disebut angiotensinogen
menjadi peptide yang disebut sebagai angiotensin II. Angiotensin II
berfungsi sebagai hormone yang meningkatkan tekanan darah dan
volume darah dalam beberapa cara. Misalnya dengan menaikkan tekanan
darah dengan cara menyempitkan arteriola, menurunkan aliran darah ke
banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Merangsang tubula proksimal
nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air. Hal ini akan mengurangi
jumlah garam dan air yang disekresikan dalam urin dan akibatnya adalah
peningkatan volume darah dan tekanan darah. Akan tetapi, pengaruh lain
angiotensin II adalah perangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan
aldosterone. Hormone ini bekerja pada tubula distal nefron, yang
membuat tubula tersebut menyerap kembali lebih banyak ion natrium
(Na+) dan air, serta meningkatkan volume dan tekanan darah. Secara
ringkas, system renin-angiotensin-aldosterol (RAAS) merupakan bagian
dari perputaran umpan-balik kompleks yang berfungsi dalam
homeostasis. Penurunan dalam tekanan darah dan volume darah akan
memicu pembebasan renin dai JGA. Selanjutnya, peningkatan tekanan
darah dan volume darah yang disebabkan oleh berbagai kerja angiotensin
II dan aldosterol akan mengurangi pelepasan renin.

2.3 DEHIDRASI PADA KUCING

Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan
yang merupakan akibat kehilangan air abnormal (Ramali & Pamoentjak,
1996). Menurut Guyton (1995), dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua
pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
dehidrasi merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh. Tingkatan dehidrasi
adalah sebagai berikut.

Tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan gejala yang ada pada table
berikut.

1. Homeostasis yang Terjadi di Dalam Tubuh

Homeostasis adalah proses yang terjadi dalam tubuh untuk


mempertahankan kestabilan cairan dan asam-basa tubuh baik secara
intrasel maupun ekstrasel. Lingkungan internal tubuh yang perlu
dipertahankan diantaranya adalah konsentrasi molekul nutrisi,
konsentrasi O2 dan CO2, Konsentrasi zat sisa, pH, Konsentrasi cairan,
garam dan elektrolit, suhu, volume dan tekanan.

Ion Hidrogen adalah ion yang menentukan tingkat keasaman,


atau pH, zat alir tubuh. Penyimpangan pH yang keluar dari kisaran
normalnya akan mengganggu metabolisme dan fungsi sel.
Penyangga tubuh, yakni paru-paru dan ginjal, akan melindungi
tubuh dari kehancuran yang ditimbulkan oleh ion hidrogen dari
berbagai sumber. Beban ion hidrogen yang paling kuat adalah selama
pengankutan karbondioksida (CO2) dari jaringan tubuh ke paru-paru.
Ion H juga merupakan produk metabolisme yang membentuk asam
sulfat dan asam fosfat, metabolisme lemak dan oksidasi tidak lengkap
terhadap glukosa dan membentuk asam laktat. Ion H dari
sumber-sumber itu harus secara terus menerus dibuangoleh ginjal
meskipun kuantitasnya lebih kecil dibanding yang dihasilkan oleh
CO2 saat diangkut darah.
Ketika hewan sakit, beban ion H kepada tubuh sering
bertambah karena bertambahnya penghancuran jaringan
(Katabolisme), karena ginjal tidak berhasil membuang ion H. Ion H
hilang dari tubuh terjadi pada saat muntah-muntah.
Haemoglobin merupakan buffer darah terpenting karena
banyak gugus imidazol dalam histidin dalam globin mempunyai pK
yang mendekati pH darah. Buffer lainnya dengan pK optimum ialah
sistem HPO42-H2PO4. Protein plasma juga merupakan buffer skala
kecil dalam darah. Buffer yang dilakukan intrasel dilakukan oleh
protein dan fosfat organik. Buffer ini memberikan kira-kira lima kali
kapasitas buffer yang disediakan oleh zat alir ekstrasel.

2. Fisiologis Terjadinya Dehidrasi


Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang
disertai “output” yang melebihi “intake” sehingga jumlah air pada
tubuh berkurang.Meskipun yang hilang terutama cairan tubuh ,tetapi
dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit.Dehidrasi dapat terjadi
karena :
i. Kemiskinan air (water depletion)
ii. Kemiskinan Natrium (sodium depletion)
iii. Water and sodium depletion terjadi bersama-sama
Water depletion atau dehidrasi primer terjadi karena masuknya
air sangat terbatas,akibat :
i. Penyakit yang menghalangi masuknya air.
ii. Penyakit mental yang disertai menolak air atau ketakutan engan
air (hydrophobia).
iii.   Penyakit sedemikian rupa,sehingga si penderita sangat lemah
dan tidak dapat minum air lagi.
iv. Koma yang terus-menerus
Dehidrasi primer juga dapat terjadi pada orang yang
mengeluarkan peluh yang banyak,tanpa mendapatkan penggantian
air,seperti pada musafir di padang pasir,atau pada orang yang
berhari-hari terapung-apung ditengah laut tanpa mendapat
minum.Pada stadium permulaan water depletion,ion natrium dan chlor
ikut menghilang dengan cairan tubuh,tetapi kemudian terjadi reabsorsi
ion melalui tubulus ginjal yang berlebihan,sehingga cairan
ekstraseluler mengandung natrium dan chlor berlebihan dan terjadi
hipertoni.
Hal ini menyebabkan air akan keluar dari sel sehingga terjadi
dehidrasi intraseluler dan inilah yang menimbulkan rasa haus.Selain
itu terjadi perangsangan pada hipofisis yang kemudian melepaskan
hormon antidiuretik sehingga terjadi oligouria
Dehidrasi sekunder atau sodium depletion terjadi karena tubuh
kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit.Istilah sodium
depletion lebih sesuai daripada salt depletion untuk memberi tekanan
terhadap perlunya natrium.Kekurangan intake garam biasanya tidak
menimbulkan sodium depletion oleh karena ginjal,bila perlu,dapt
mengatur dan menyimpan natrium.
Sodium depletion sering terjadi akibat keluarnya cairan melalui
saluran pencernaan pada keadaan muntah-muntah dan diare yang
keras.
Penyebab timbulya dehidrasi bermacam-macam, selain
penyebab timbulnya dehidrasi dapat dibedakan menjadi 2 hal yaitu :
i. Eksternal (dari luar tubuh )
● Akibat dari berkurangya cairan akibat panas yaitu
kekurangan zat natrium;kekurangan air;kekurangan natrium
dan air.
● Latihan yang berlebihan yang tidak dibarengi dengan asupan
minuman juga   bias.
● Sinar panas matahari yang panas.
● Diet keras dan drastis.
Adanya pemanas dalam ruangan.
● Cuaca/musim yang tidak menguntungkan (terlalu dingin).
● Ruangan ber AC , walaupun dingin tetapi kering.
Obat-obatan yang digunakan terlalu lama.

ii. Internal (dari dalam tubuh)

       Sedangkan penyebab terjadinya dehidrasi yang berasal dari dalam


tubuh disebabkan terjadinya penurunan kemampuan homeostatik.
Secara khusus, terjadi penurunan respons rasa haus terhadap kondisi
hipovolemik dan hiperosmolaritas. Disamping itu juga terjadi
penurunan laju filtrasi glomerulus, kemampuan fungsi konsentrasi
ginjal, renin, aldosteron, dan penurunan respons ginjal terhadap
vasopresin. Selain itu fungsi penyaringan ginjal melemah, kemampuan
untuk menahan kencing menurun, demam, infeksi, diare, kurang
minum, sakit, dan stamina fisik menurun.
Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering,
penurunan turgordan mata  cekung sering tidak jelas. Gejala klinis
paling spesifik yang dapat dievaluasi adalah penurunan berat badan
akut lebih dari 3%. Tanda klinnis obyektif lainya yang dapat
membantu mengindentifikasi kondisi dehidrasi adalah hipotensi
ortostatik. Berdasarkan studi di Divisi Geriatri Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI-RSCM, bila ditemukan aksila lembab/basah,
suhu tubuh meningkat dari suhu basal, diuresis berkurang, berat jenis
(bj) urin lebih dari atau sama dengan 1,019 (tanpa adanya glukosuria
dan proteinuria), serta rasio blood urea nitrogen/kreatinin lebih dari
atau sama dengan 16,9 (tanpaadanya perdarahan aktif saluran cerna)
maka kemungkinan terdapat dehidrasi pada usia lanjut adalah 81%.
Kriteria ini dapat dipakai dengan syarat: tidak menggunakan obat –
obat sitostatik, tidak ada perdarahan saluran cerna, dan tidak ada
kondisi overload (gagal jantung kongensif, sirosis hepatis dengan
hipertensi portal, penyakit ginjal kronik stadium terminal, sindrom
nefrotik).
Kontrol ADH (Antidiuretik Hormon) terhadap keseimbangan
cairan seperti alur berikut.
Hormon antidiuretik (ADH), yang dihasilkan di hipotalamus
otak dan disekresikan ke dalam aliran darah dari kelenjar pituitary,
meningkatkan retensi cairan dengan cara membuat ginjal menyerap
kembali dan mendapatkan kembali lebih banyak air. Pembebasan
ADH dipicu ketika sel-sel osmoreseptor di hipotaamus mendeteksi
suatu peningkatan dalam osmolaritas darah, dalam situasi ini, sel-sel
osmoreseptor juga menggalang rasa haus. Minum akan mengurangi
osmolaritas darah, yang menghambat sekresi ADH, sehingga
menyelesaikan perputaran umpan-balik itu.

2.4 PENYAKIT PARASIT YANG BIASA PADA KUCING DAN ANJING


1.Nematoda
a. Ancylostoma caninum (cacing kait)
- Etiologi
Berbentuk seperti kait (ujung anterior melengkung). Menyebabkan
angka kesakitan kematian yang tinggi karena cacing menghisap darah
saluran pencernaan. Contoh : A.caninum (anjing), A.tubaeforme
(kucing), A brazilliense (anjing & kucing). Distribusi : daerah tropis &
lembab
- Gejala Klinis
Akut, Anemia, gangguan pernafasan. Pada anak anjing yg menyusui
mengakibatkan anemia berat, diare berdarah, berlendir, sesak nafas.
Bisa anoxia karena anemia. Kronis,Kurus (BB↓), bulu kusam nafsu
makan turun, pica (makan benda asing), Gangguan pernafasan,
terdapat lesi pada kulit
- Diagnosis
a. gejala klinis 🡪 pada anak anjing yg masih menyusu gejala lebih
berat
b. Perjalanan penyakit
c. Pemeriksaan tinja 🡪 telur cacing
d. Pemeriksaan darah
- Terapi dan Pencegahan
Anthelminthika a.l : Tenium, Mebendazole, Fenbendazole, diclorfos.
Untuk infeksi berat : injeksi Fe, diet tinggi protein. Transfusi jika
terjadi anemia berat. Kontrol dilakukan Pemberian obat cacing reguler,
kebersihan lingkungan. Anjing baru saja disapih & dewasa diobati
3bln sekali. Anjing bunting diobati minimal 1 kali selama bunting.
Anjing menyusu diobati umur 1-2 minggu (2x), diulang 2 mgg
kemudian (obat khusus untuk anak anjing). Dosis tinggi Fenbendazole
mencegah infeksi prenatal, diberikan 3 mgg sblm & stlh beranak ( bisa
untuk Toxocara & Ancylostoma). Lantai kandang hrs kering,
bersihkan tiap hari.
b. Toxocara canis / Toxocara cati
- Etiologi
Hospes definitif pada anjing. Lokasi di usus halus. Distribusi di
seluruh dunia. Morfologi Cacing putih, besar, panjang ± 10cm. Telur
: coklat tua, subglobular, cangkang tebal berlekuk.
- Gejala Klinis
i. Infeksi ringan 🡪 sedang
- tdk ada tanda klinis selama fase pulmoner dr migrasi larva.
- ccg dewasa diusus dapat menyebabkan pot-belly, gagal
tumbuh,
diare
- kadang ccg keluar bersama feses atau muntahan
ii. Infeksi berat🡪 berhubungan dgn kerusakan pulmo
- batuk
- frekuensi nafas naik
- keluar discharge berbusa dr hidung
- hewan yg terinfeksi secara transplacental dpt mati dlm bbrp
hari stlh lahir
- kadang tjd kejang
- Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada adanya tanda-tanda pneumonia, bahkan
dapat diketahui 2 minggu setelah lahir. Pemeriksaan feses, ditemukan
telur berbentuk sub globuler, warna coklat, dengan dinding tebal
berlekuk
- Terapi dan Pencegahan
Cacing dewasa dapat dibunuh dengan obat antihelmintik
i. Drug of choice : Piperazine
ii. 2nd line drug : benzimidazole, fenbendazole, mebendazole,
nitroscanate
Dosis :
i. Anjing diberi pengobatan saat usia 2 mgg🡪 ulangi lg 2 mgg
kemudian 🡪 utk mencegah infeksi prenatal
ii. Induknya jg hrs diobati pd waktu yg sama
iii. Dosis tambahan diberikan lg saat anjing usia 2 bln
iv. Jika membeli anjing baru 🡪 beri obat 2x dgn interval 14 hari

c. Trichuris vulpis / Trichuris serrata


- Etiologi
Lokasi : usus besar, terutama sekum
Distribusi : seluruh dunia
Morfologi cacing dewasa panjang 4-6cm. Bentuk seperti cambuk,
bagian posterior tebal & anterior kecil (spt filamen) 🡪disebut cacing
cambuk. Terbenam dlm mukosa (bag anterior cacing). Hospes :
T.vulpis 🡪anjing. T.serrata 🡪 kucing
- Gejala Klinis
Untuk menimbulkan gejala,jumlah cacing hrs cukup banyak. Diare,
kadang-kadang bisa berdarah. Infeksi berat bisa tjd pd anjing
- Diagnosis
Menemukan telur trichuris di tinja. Jika Gejala klinis diketahui
dilakukan Nekropsi untuk menemukan cacing
- Terapi dan Pencegahan
Anjing dengan Mebendazole, dichlorfos. Pencegahan, dengan menjaga
kebersihan lingkungan tempat anjing dipiara, beri desinfektan,
sterilkan dgn pemanasan kering/basah (diuapi)🡪dpt membunuh telur
cacing.

d. Spirocerca lupi
- Etiologi
Hospes: anjing, kucing
Hospes perantara: kumbang tahi
Distribusi: daerah tropis & sub tropis
Cacing dewasa ditemukan didalam nodul granulomatosa yg besar
pada dinding esofagus. Menyebabkan gejala klinis yg macam-macam
termasuk osteophageal osteosarcoma
Migrasi larva menyebabkan lesi yg khas pd dinding aorta, dimana
cacing dws ditemukan dlm lesi granulomatosa pd dinding esofagus &
lambung.
- Gejala Klinis
Larva yang bermigrasi menyebabkan luka parut pd dinding dlm aorta.
Bila berat bisa menyebabkan kekakuan, ruptur aorta. Granuloma pada
esofagus mencapai ukuran 40cm, menyebabkan disfagia atau sulit
menelan, muntah karena ada sumbatan dan radang
- Diagnosis
Ditemukan telur pada feses/muntahan bila ada fistula pada granuloma.
Endoscopy & Radiography
- Terapi dan Pencegahan
Di Ethyl Carbamazine ( 20mg/ kg BB peroral, untuk 10 hari).
Disophenol ( 7mg/ kgBB sub cutan, diulang setelah 7 hari). Tidak ada
obat yg efektif utk larva/ccg muda
e. Dirofilaria immitis
- Etiologi
Hospes : anjing, kadang2 kucing
Hospes Intermedier/vektor : nyamuk
Lokasi : sistem cardiovasculer
Cacing dewasa di ventrikel kanan, arteri pulmonalis & vena cava
- Gejala Klinis
Pada infeksi berat anjing lemah, tidak aktif. Batuk ringan tapi kronis,
Pada stadium lanjut bisa batuk darah. Sesak nafas, edema, acites.
Sindroma vena cava akut mengakibatkan hemoglobinuria, ikterus,
collaps
- Diagnosis
Tanda dan gejala gangguan jantung/ cardiovasculer, adanya
mikrofilaria dlm darah, foto thorax, penebalan arteri pulmonalis,
hipertropi pd ventrikel kanan, dilakukan Angiography
- Terapi dan Pencegahan
Obat-obatan utk gangguan jantung. Thiacetarsamide iv 2x/ hari salama
3 hari untuk membunuh cacing dewasa. Anjing harus istirahat 2-6
minggu, hati-hati dalam penggunaan obat tersebut. Dithiaziamine,
levamizole peroral selama 10-14 hari. Evermectin single dosis.
Operasi untuk mengambil cacing dewasa. Dilakukan kontrol terhadap
nyamuk.
2.Cestoda
a. Taenia taeniaeformis / Taenia multiceps (Taeniasis)
- Etiologi
Cacing dewasa bs mencapai 100cm
Hospes : anjing & anjing liar
Siklus hidup, oncosphere (telur berembryo), termakan Hospes
perantara (domba,sapi), melalui peredaran darah, ke otak & medula
spinalis, menjadi larva (coenurus cerebralis). Setelah larva masak bisa
cepat dikenali sbg cysta yg besar (ø ≥ 5cm) berisi cairan dan calon
scolex. Coenurus perlu waktu 8 bln utk masuk ke sistem saraf pusat,
saat berkembang terlihat gejala klinis.
- Gejala Klinis
Tergantung lokasi cyste, Syndroma “Gid” : ber-putar2, gangguan
penglihatan, paraplegia, pincang, hipersensitif. Operasi bs dikerjakan
bila cyste ada dipermukaan otak, tp pd umumnya tdk bs diobati
- Diagnosis
Segmen atau telur taenia di tinja dan menemukan ccg pd nekropsi.
- Terapi dan Pencegahan
Untuk cacing dewasa dengan praziquantel, mebendazole,
fenbebdazole, nitroscanate, niclosamide, bunamidine. Kontrol
dilakukan dengan jangan makan hewan/ organ hewan yang
mengandung larva.

b. Echinococcus granulosus
- Etiologi
Hospes Echinococcus granulosus : anjing,anjing liar,kecuali rubah
Hospes intermedier, Echinococcus granulosus : hewan pengerat,
manusia,babi. Cacing dewasa di usus halus, cyste hydatid di hati &
paru hospes intermedier
- Gejala Klinis
Cacing dewasa tdk patogen, tdk menimbulkan gejala klinis. Pd hewan
domestik, hydatid di hati atau paru biasanya tdk menimbulkan gejala.
Onchosphere yg ada di ginjal, pancreas, sistem saraf pusat, sumsum
tulang 🡪 menyebabkan gejala bervariasi akibat pertumbuhan cysta yg
menekan jaringan sekitarnya. Pada manusia, gejala yg diakibatkan
hydatid lebih parah
- Diagnosis
pada manusia : tes serologis, dengan fiksasi komplemen atau
immunoelectrophoresis. Pd anjing : segmen cacing berukuran
2-3mm, oval, memiliki kutub genital tunggal. Pemberian antihelmintik
purgatif (misal : arecoline hydrochloride, sehingga cacing dapat keluar
bersama feses. Lakukan Nekropsi, cacing pita terlihat spt papilla kecil,
halus
- Terapi dan Pencegahan
Dengan Praziquantel, selama pengobatan, anjing sebaiknya dikurung
selama 48 jam untuk mencegah penularan. Pd manusia, cysta hydatid
harus dioperasi. Kontrol, Makanan anjing dihindarkan dr kontaminasi
hydatid. Jauhkan anjing dari tempat penjagalan, jangan sampai anjing
mkn daging sisa hewan disembelih.

c. Dypilidium caninum
- Etiologi
Hospes : anjing & kucing, jarang pd manusia
Hospes perantara : pinjal ( Ctenocephalides canis, C.felis, Pulex
irritans ), kutu ( Tricodectes canis )
Lokasi : - usus halus, cysticercoid di kutu & pinjal
Distribusi : seluruh dunia
- Gejala Klinis
Cacing dewasa bersifat non pathogen, Segmen yg berada di anus
menyebabkan anjing sering manggaruk daerah perineum atau
menggosok2 anus ke lantai
- Diagnosis
Ditemukan segmen disekitar perineum, Jika segmen masih baru, bisa
diamati bentuknya yg spt biji mentimun & 2 alat genital ditepinya,
dengan kaca pembesar. Jika segmen sdh kering & mengkerut,
pecahkan segmen, lihat dibawah mikroskop
- Terapi dan Pencegahan

d. Diphyllobothrium latum
- Etiologi
Mrpk parasit yg penting, banyak berefek pd mamalia pemakan ikan
Hospes : manusia, anjing, kucing, babi, beruang
Hospes intermedier : Copepoda ( crustacea air ) , cth : cyclops. Dan
Ikan air tawar
- Gejala Klinis
Pd manusia kadang menyebabkan anemia mikrositik, menyerupai
anemia pernisiosa karena kurang vit. B12
- Diagnosis
Menemukan telur cacing ditinja
- Terapi dan Pencegahan
Praziquantel , miclosanide sangat efektif untuk cacing dewasa. Kontrol
pada Anjing, kucing jangan di beri makan ikan mentah

e. Aelurostrongylus abstrusus
- Etiologi
Hospes : kucing
Hospes intermedier : molusca
Lokasi : parencym paru & bronchioli
Distribusi : seluruh dunia
- Gejala Klinis
Kucing istirahat : batuk ringan, kronis
Kucing exercise : batuk, bersin, sesak nafas ringan,keluar sputum
mucoid
- Diagnosis
Pemeriksaan tinja dgn metode native, sentrifuse, Bearman untuk
menemukan L1, Pharyngeal swab, dan Radiologi.
- Terapi dan Pencegahan
Pengobatan dengan obat-obatan sejenis febendazole

3.Trematoda
a. Platynosomum fastossum
- Etiologi
Hospes : kucing
Lokasi : hati, duktus biliverus
Hospes Intermedier : kucing, kadal , bisa jg pd katak
Siklus hidup. Telur termakan HI🡪 berkembang jd cercaria🡪 mengkista
(metacercaria) ditubuh HI🡪 kucing terinfeksi jk makan HI.
- Gejala Klinis
Diare, muntah, ikterus, Pada stadium akhir muntah & diare makin
sering sehingga bisa mati
- Diagnosis
- Terapi dan Pencegahan
Dengan obat-obatan seperti Praziquantel 20mg/ kg BB, Nitroscanate
100mg/ kg BB, Thiabendazole, dan dianophenethide
BAB 3

KESIMPULAN DAN LUARAN PEMBELAJARAN

3.1. KESIMPULAN
1. Cara memprediksi kelainan/gangguan pada saluran urin pada kasus
kucing tersebut bias dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
radiografi, pemeriksaan ultrasonografi, dan urinalisis.
2. Hubungan system urinaria dengan organ lain berkaitan dengan
pengaturan osmoregulasi dan homeostasis tubuh yaitu erat kaitannya
dengan kelenjjar hipotalamus, hipofisis, dan kelenjar adrenal. Dalam
komunikasi tersebut dilibatkan hormone ADH (Antideuretic Hormone),
Renin, Angiotensin II, dan Aldosterol.
3. Dehidrasi adalah kondisi di mana tubuh kehilangan cairan.
4. Proses homeostasis dalam tubuh guna menjaga keseimbangan cairan
difasilitasi oleh hormone ADH (Antidiuretik Hormon)
5. Berbagai penyakit parasite pada kucing dan anjing bias disebabkan oleh
cacing nematode, cestoda, dan trematode.

3.2. LUARAN PEMBELAJARAN


1. Mahasiswa mampu mengenali gejala klinis penyakit-penyakit parasite
pada karnivora (anjing dan kucing), mengetahui cara diagnosis,
pengobatan dan penanganan penyakit-penyakit parasite pada karnivora,
serta mengetahhui diferensial diagnose berbagai penyakit parsit pada
karnivora.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dasar system urinasi dan
homeostasis pada anjing dan kucing.
3. Mahasiswa mampu memprediksi kelainan/gangguan saluran urin pada
anjing dan kucing berdasarkan anatomi eksternal tubuh hewan, letak
organ visceral berdasarkan eksternal body landmark, dan mampu
menganalisis hubungan antar struktur histologic organ saluran urinasi
dan saluran pencernaan beserta fungsinya.
4. Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep, keterampilan
dan perilaku dalam diskusi.
DAFTAR PUSTAKA

Dellman and Brown, 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Universitas Indonesia:


Jakarta

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta

Kaufmann, J. 1996. Parasitic Infections of Domestic Animals: A Diagnostic


Manual.TCF : Berlin.

Ma’ruf, A. 2015. Urolithiasis Pada Hewan dan Penanganannya. Jakarta : My


Dokter Hewan

Norman, D Levine. 1994. Parasitology Veteriner. Yogyakarta :Gadjah Mada


University Press.

Sisson, Septimus. 1953. The Anatomy of the Domestic Animals fourth edition, revised.
W.B Saunders : Philadelphia and London

Urquhart, G.M., Armour, J., Duncan, J.P., Dunn, A.M. dan Jennings, F.W.1987.
Veterinary Parasitology 1st Edition. England : ELBS

Anda mungkin juga menyukai

  • SGD Skenario 2
    SGD Skenario 2
    Dokumen5 halaman
    SGD Skenario 2
    Rahmadhisa Putra
    Belum ada peringkat
  • Fisio
    Fisio
    Dokumen12 halaman
    Fisio
    Rahmadhisa Putra
    Belum ada peringkat
  • Uts Parasit
    Uts Parasit
    Dokumen8 halaman
    Uts Parasit
    Rahmadhisa Putra
    Belum ada peringkat
  • Hewan
    Hewan
    Dokumen6 halaman
    Hewan
    Rahmadhisa Putra
    Belum ada peringkat
  • Impuls
    Impuls
    Dokumen4 halaman
    Impuls
    Rahmadhisa Putra
    Belum ada peringkat
  • Diskusi Kedokteran Hewan
    Diskusi Kedokteran Hewan
    Dokumen10 halaman
    Diskusi Kedokteran Hewan
    Rahmadhisa Putra
    Belum ada peringkat