SEMESTER 3
SKENARIO :
Katty dan Pakan Komersial Kering
Disusun oleh:
2. Topik Dikusi :
a. Diskusikan bagaimana cara memprediksi kelainan/gangguan pada
saluran urin pada kasus kucing tersebut, dan jelaskan stuktur histologi
dan fungsi system urinaria kemungkinan hubungan dengan organ lain
pada kucing.
b. Diskusikan mengapa kucing mengalami dehidrasi, bagaimana
fisiologis terjadinya dehidrasi pada kucing tersebut dan proses
homeostasis dalam tubuh.
c. Diskusikan cacing yang menginfeksi kucing pada scenario di atas dan
diskusikan penyakit-penyakit parasite yang biasa pada kucing mulai
dari etiologi, gejala klinis, diagnosis, terapi dan pencegahannya.
PEMBAHASAN
Pemeriksaan Fisik
a. Palpasi Abdominal
Palpasi abdominal dilakukan untuk merasakan adanya batu yang terdapat
di dalam vesika urinaria Palpasi dapat dilakukan dengan kedua tangan,
dengan posisi tangan kanan dan kiri menekan bagian vesica urinaria,
sampai Loung Jari dari kedua tangan saling bersentuhan. Apabila anjing
merasa kesaktan, kemungkinan terjadi obstruksi di vesica tersebut, dan
jika terdapat batu atau kalkuli maka akan terasa adanya benda as ing yang
keras di vesica unnaria. Palpasi abdominal, terutama di daerah vesica
urinaria kadang-kadang terasa tebal dan kasar. Urolith yang cukup besar
biasanya dap-at dipalpasi, sedangkan urolith yang multiple biasanya dapat
dikenali karena teraba kasar Muttipel urolith juga sering terdapat di
sepanjang traktus urinary.
b. Kateterisasi
Jika ada sumbatan pada urethra, vesica urinaria akan menggembung dan
menimbulkan rasa sakit (dinding vesika urinaria jarang robek tetapi jika
robek maka tidak akan dapat dipalpasi). Letak kalkuli yang menyebabkan
sumbatan pada urethra dapat dideteksi dengan melewatkan kateter ke
dalam saluran urethralis. Biasanya ditemukan urolit penyebab urolithiasis,
dan pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya peradangan di kandung
kerwng, darah serta Jenis batu atau kristal yang menjadi sumbatan. Pada
anjing jantan adanya urolith dapat diketahui jika kateter yang dimasukkan
lewat urethra, tidak dapat mercapai vesica urinary.
Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam mendiagnosa terhadap
anjing/kucing yang diduga menderita urothialis, karena dapat memberikan
gambar yang sangat jelas tentang ada tidaknya batu dan lokasi dari batu
tersebut di saluran urinaria. Persiapan pasien yang memadai guna
pemeriksaan radiografi sangat penting untuk pengamatan terhadap adanya
kalkuli dan lesi pada traktus urinarius.
Pemeriksaan Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) merupakan teknik yang dapat dipergunakan untuk
menentukan ukuran ginjal dan mengevaluai saluran-saluran pengumpul
urin. Ginjal yang kecil biasanya menunjukkan penyakit ginjal kronis,
meskipun ginjal dapat tidak berkurang pada beberapa proses menahun
yang lazim. USG juga bermanfaat dalam evaluasi kegagalan ginjal akut.
Urinalisis
Urinalisis pada anjing sangat bermanfaat untuk menentukan jenis urolith
setlingga dapat dilakukan pencegahan dan terapi yang optmal.
Pemeriksaan sedimen urin tersebut dimaksudkan untuk melihat
kemungkinan adanya hematuria, pyuria, proteinuria, bakteri dan untuk
menentukan Jenis kristal yang mungk'n ditemukam. Keberadaannya
tergantung pada derajad iritasi dan kerusakan yang ditimbulkan oleh
urolith dan adanya infeksi di dalam traktus urinanus. Disamping derajad
iritasi dan kerusakan yang ditimbulkan, adanya infeksi sering dapat
diidentifikasi dari bau ammonia urin y ang sangat meny engat dibanding
bau um normal
Dehidrasi menyebabkan peningkatan osmolalitas urin karena lebih banyak
air yang direabsorpsi kembali masuk ke kapiler pertubulus.
DifferensialDiagnosa
a. Infeksi traktus Urinarius
b. Muntah A kut(misalnya p.ankreatitis dan gastroenteritis akut, obstruksi
intestinal dan gastrik)
2.2 STRUKTUR HISTOLOGI DAN FUNGSI SISTEM URINARIA
KEMUNGKINAN HUBUNGAN DENGAN ORGAN LAIN PADA
KUCING
7. Vesica Urinaria
Vesica urinaria merupakan perluasan ureter. Perbedaannya terletak
pada tebal relative dindingnya, terutama pada tunika muskularis dan
adanya muskularis mukosa yang tipis pada beberapa hewan. Vesica
urinaria dilapisi pula oleh epitel peralihan. Epitel yang menopang pada
lamina propria terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung
sejumlah serabut elastic. Selain itu pada lamina propria juga banyak
ditemui nodulus limfatikus. Jaringan ikat pada tunika submukosa vesica
urinaria bersifat longgar dan mengandung lebih banyak serabut elastic
daripada lamina propria. Pembuluh darah besar terdapat di dalamnya
bersama-sama dengan ganglia. Tunika muskularisnya terdiri dari 3
lapisan, lapis dalam dan lapis luar tersusun sirkuler dan lapisan
tengahnya longitudinal. Pola saling menjalin lapis tunika muskularis
merupakan bentukan khusus pada vesica urinaria. Otot pada vesica
urinaria disebut otot detrusor, dan di daerah hubungan ureter dan vesica
urinaria, lapis memanjang otot ureter membuat jalinan dengan lapis yang
sama pada vesica urinaria. Keadaan ini membentuk sfingter yang
fungsional, mencegah aliran kembali dari vesica urinaria. Pada bagian
leher vesica urinaria dan bagian proksimal urethra terdapat susunan
serabut elastic melingkar yang membantu menutup urethra setelah
pembuangan urine. Terdapat mesotel pada jaringan ikat longgar pada
daerah di mana hanya terdapat adventisia longgar. Ganglion, pembuluh
darah dan saraf terdapat pada subserosa (Brown, 1992).
8. Urethra
Pada betina, dindingnya memiliki (1) tunika mukosa, (2) tunika
submukosa, (3) tunika muskularis, dan (4) tunika adventisia. Bukit
mukosa yang tampak di mana dua ureter memasuki vesica urinaria
menyatu di bidang median leher vesica urinaria dan berlanjut di
sepanjang urethra. Lipatan mukosa yang menonjol disebut sebagai kresta
urethra (urethral crest). Lapisan epitelnya berbentuk peralihan dekat
leher vesica urinaria dan secara berangsur berubah menjadi epitel pipih
banyak lapis pada orificium eksterna. Di antara kedua posisi terdapat
daerah dengan epitel kubus atau silinder kompleks.
Lamina propria sub-mukosa bersifat fibroelastik terletak langsung di
bawah epitel. Pada sapi terdapat jalinan kapiler yang cukup nyata
berbatasan dengan membrane basal. Jaringan limfatik yang menyebar
terkadang membentuk nodulus limfatikus. Propria-submukosa ditembus
oleh ruang kavernosa dan memberikan gambaran dari jaringan erektil.
Pada urethra proksimalis tunika muskularis mengandung lapisan dalam
yang tebal dan lapisan luar sirkuler yang tipis.
Ke arah distal di mana urethra berkaitan dengan bagian ventral
vagina, sel-sel otot polos bercampur dengan serabut otot rangka, jumlah
serta penyebaran tiap tipe merupakan perbedaan spesies. Pada
ruminansia dan babi terdapat divertikulum sub urethra di daerah
orificium urethra. Dilapisi oleh epitel peralihan yang secara bertahap
berubah menjadi epitel pipih banyak lapis. Lamina propria terdiri dari
jaringan ikat longgar dengan infiltrasi limfosit dan terkadang terdapat
nodulus limfatikus (Brown, 1992).
Pada jantan, urethra dibagi dalam segmen prostate, membranosa, dan
spongiosa. Segmen prostate menjulur dari vesika urinaria ke bagian
pinggir caudal kelenjar prostate. Segmen membranosa berawal dari
daerah tersebut dan berakhir di urethra dan memasuki bulbus penis dari
permukaan segmen spongiosa berlanjut ke bagian luar urethra. Di
sebelah caudal leher vesica urinaria terdapat suatu penonjolan (colliculus
seminalis). Pada daerah tersebut ductus ejakulatorius pada ruminansia
dan kuda, ductus deferens dan saluran glandula vesikulosa pada babai
dan ductus deferens pada karnivor bermuara dalam urethra (Brown,
1992).
Epitel yang melapisi urethra ialah epital peralihan dengan bercak
epitel silinder sebaris, epitel silinder banyak baris, atau kuboid sebaris.
Propria submukosa terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur dengan
banyak serabut elastic dan otot polos. Di sepanjang urethra propria
submukosa memiliki sifat erektil dengan adanya kaverna yang dibalut
endotel dengan ukuran berbeda membentuk stratum vaskularis pada
urethra segmen prostate dan membranosa. Tunika muscularis urethra
terdiri dari otot polos di daerah kandung kemih atau otot kerangka di
bagian sisa urethra. Di bagian luar terdapat adventisia yang terdiri dari
jaringan ikat longgar atau jaringan ikat pekat tidak teratur (Brown,
1992).
Kemungkinan Hubungan Dengan Organ Lain
Selain sebagai organ penghasil urin ginjal memiliki peranan lain,
yaitu dalam pengaturan osmoregulasi tubuh untuk menjaga homeostasis.
Salah satu hormone penting dalam osmoregulasi adalah hormone
antideuretik (antidiuretic hormone, ADH). Hormone tersebut dihasilkan
di hipotalamus. ADH disimpan dan dibebaskan dari kelenjar pituitary,
yang berada persis di bawah hipotalamus. Sel-sel osmoreseptor dalam
hipotalamus memonitor osmolaritas darah, dan merangsang pembebasan
tambahan ADH ketika osmolaritas darah meningkat di atas titik pasang
sebesar 300 mosm/L.
Mekanisme kedua yang mengatur fungsi ginjal adalah melibatkan
jaringan khusus yang disebut sebagai apparatus jukstaglomerulus
(juxtaglomerular apparatus, JGA). Yang terletak di sekitar arteriola
aferen, dan mengalirkan darah ke glomerulus. Ketika tekanan darah atau
volume darah dalam arteriola aferen turun (kadang-kadang sebagai
akibat dari penurunan asupan garam), enzim renin mengawali reaksi
kimia yang mengubah protein plasma yang disebut angiotensinogen
menjadi peptide yang disebut sebagai angiotensin II. Angiotensin II
berfungsi sebagai hormone yang meningkatkan tekanan darah dan
volume darah dalam beberapa cara. Misalnya dengan menaikkan tekanan
darah dengan cara menyempitkan arteriola, menurunkan aliran darah ke
banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Merangsang tubula proksimal
nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air. Hal ini akan mengurangi
jumlah garam dan air yang disekresikan dalam urin dan akibatnya adalah
peningkatan volume darah dan tekanan darah. Akan tetapi, pengaruh lain
angiotensin II adalah perangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan
aldosterone. Hormone ini bekerja pada tubula distal nefron, yang
membuat tubula tersebut menyerap kembali lebih banyak ion natrium
(Na+) dan air, serta meningkatkan volume dan tekanan darah. Secara
ringkas, system renin-angiotensin-aldosterol (RAAS) merupakan bagian
dari perputaran umpan-balik kompleks yang berfungsi dalam
homeostasis. Penurunan dalam tekanan darah dan volume darah akan
memicu pembebasan renin dai JGA. Selanjutnya, peningkatan tekanan
darah dan volume darah yang disebabkan oleh berbagai kerja angiotensin
II dan aldosterol akan mengurangi pelepasan renin.
Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan
yang merupakan akibat kehilangan air abnormal (Ramali & Pamoentjak,
1996). Menurut Guyton (1995), dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua
pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
dehidrasi merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh. Tingkatan dehidrasi
adalah sebagai berikut.
Tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan gejala yang ada pada table
berikut.
d. Spirocerca lupi
- Etiologi
Hospes: anjing, kucing
Hospes perantara: kumbang tahi
Distribusi: daerah tropis & sub tropis
Cacing dewasa ditemukan didalam nodul granulomatosa yg besar
pada dinding esofagus. Menyebabkan gejala klinis yg macam-macam
termasuk osteophageal osteosarcoma
Migrasi larva menyebabkan lesi yg khas pd dinding aorta, dimana
cacing dws ditemukan dlm lesi granulomatosa pd dinding esofagus &
lambung.
- Gejala Klinis
Larva yang bermigrasi menyebabkan luka parut pd dinding dlm aorta.
Bila berat bisa menyebabkan kekakuan, ruptur aorta. Granuloma pada
esofagus mencapai ukuran 40cm, menyebabkan disfagia atau sulit
menelan, muntah karena ada sumbatan dan radang
- Diagnosis
Ditemukan telur pada feses/muntahan bila ada fistula pada granuloma.
Endoscopy & Radiography
- Terapi dan Pencegahan
Di Ethyl Carbamazine ( 20mg/ kg BB peroral, untuk 10 hari).
Disophenol ( 7mg/ kgBB sub cutan, diulang setelah 7 hari). Tidak ada
obat yg efektif utk larva/ccg muda
e. Dirofilaria immitis
- Etiologi
Hospes : anjing, kadang2 kucing
Hospes Intermedier/vektor : nyamuk
Lokasi : sistem cardiovasculer
Cacing dewasa di ventrikel kanan, arteri pulmonalis & vena cava
- Gejala Klinis
Pada infeksi berat anjing lemah, tidak aktif. Batuk ringan tapi kronis,
Pada stadium lanjut bisa batuk darah. Sesak nafas, edema, acites.
Sindroma vena cava akut mengakibatkan hemoglobinuria, ikterus,
collaps
- Diagnosis
Tanda dan gejala gangguan jantung/ cardiovasculer, adanya
mikrofilaria dlm darah, foto thorax, penebalan arteri pulmonalis,
hipertropi pd ventrikel kanan, dilakukan Angiography
- Terapi dan Pencegahan
Obat-obatan utk gangguan jantung. Thiacetarsamide iv 2x/ hari salama
3 hari untuk membunuh cacing dewasa. Anjing harus istirahat 2-6
minggu, hati-hati dalam penggunaan obat tersebut. Dithiaziamine,
levamizole peroral selama 10-14 hari. Evermectin single dosis.
Operasi untuk mengambil cacing dewasa. Dilakukan kontrol terhadap
nyamuk.
2.Cestoda
a. Taenia taeniaeformis / Taenia multiceps (Taeniasis)
- Etiologi
Cacing dewasa bs mencapai 100cm
Hospes : anjing & anjing liar
Siklus hidup, oncosphere (telur berembryo), termakan Hospes
perantara (domba,sapi), melalui peredaran darah, ke otak & medula
spinalis, menjadi larva (coenurus cerebralis). Setelah larva masak bisa
cepat dikenali sbg cysta yg besar (ø ≥ 5cm) berisi cairan dan calon
scolex. Coenurus perlu waktu 8 bln utk masuk ke sistem saraf pusat,
saat berkembang terlihat gejala klinis.
- Gejala Klinis
Tergantung lokasi cyste, Syndroma “Gid” : ber-putar2, gangguan
penglihatan, paraplegia, pincang, hipersensitif. Operasi bs dikerjakan
bila cyste ada dipermukaan otak, tp pd umumnya tdk bs diobati
- Diagnosis
Segmen atau telur taenia di tinja dan menemukan ccg pd nekropsi.
- Terapi dan Pencegahan
Untuk cacing dewasa dengan praziquantel, mebendazole,
fenbebdazole, nitroscanate, niclosamide, bunamidine. Kontrol
dilakukan dengan jangan makan hewan/ organ hewan yang
mengandung larva.
b. Echinococcus granulosus
- Etiologi
Hospes Echinococcus granulosus : anjing,anjing liar,kecuali rubah
Hospes intermedier, Echinococcus granulosus : hewan pengerat,
manusia,babi. Cacing dewasa di usus halus, cyste hydatid di hati &
paru hospes intermedier
- Gejala Klinis
Cacing dewasa tdk patogen, tdk menimbulkan gejala klinis. Pd hewan
domestik, hydatid di hati atau paru biasanya tdk menimbulkan gejala.
Onchosphere yg ada di ginjal, pancreas, sistem saraf pusat, sumsum
tulang 🡪 menyebabkan gejala bervariasi akibat pertumbuhan cysta yg
menekan jaringan sekitarnya. Pada manusia, gejala yg diakibatkan
hydatid lebih parah
- Diagnosis
pada manusia : tes serologis, dengan fiksasi komplemen atau
immunoelectrophoresis. Pd anjing : segmen cacing berukuran
2-3mm, oval, memiliki kutub genital tunggal. Pemberian antihelmintik
purgatif (misal : arecoline hydrochloride, sehingga cacing dapat keluar
bersama feses. Lakukan Nekropsi, cacing pita terlihat spt papilla kecil,
halus
- Terapi dan Pencegahan
Dengan Praziquantel, selama pengobatan, anjing sebaiknya dikurung
selama 48 jam untuk mencegah penularan. Pd manusia, cysta hydatid
harus dioperasi. Kontrol, Makanan anjing dihindarkan dr kontaminasi
hydatid. Jauhkan anjing dari tempat penjagalan, jangan sampai anjing
mkn daging sisa hewan disembelih.
c. Dypilidium caninum
- Etiologi
Hospes : anjing & kucing, jarang pd manusia
Hospes perantara : pinjal ( Ctenocephalides canis, C.felis, Pulex
irritans ), kutu ( Tricodectes canis )
Lokasi : - usus halus, cysticercoid di kutu & pinjal
Distribusi : seluruh dunia
- Gejala Klinis
Cacing dewasa bersifat non pathogen, Segmen yg berada di anus
menyebabkan anjing sering manggaruk daerah perineum atau
menggosok2 anus ke lantai
- Diagnosis
Ditemukan segmen disekitar perineum, Jika segmen masih baru, bisa
diamati bentuknya yg spt biji mentimun & 2 alat genital ditepinya,
dengan kaca pembesar. Jika segmen sdh kering & mengkerut,
pecahkan segmen, lihat dibawah mikroskop
- Terapi dan Pencegahan
d. Diphyllobothrium latum
- Etiologi
Mrpk parasit yg penting, banyak berefek pd mamalia pemakan ikan
Hospes : manusia, anjing, kucing, babi, beruang
Hospes intermedier : Copepoda ( crustacea air ) , cth : cyclops. Dan
Ikan air tawar
- Gejala Klinis
Pd manusia kadang menyebabkan anemia mikrositik, menyerupai
anemia pernisiosa karena kurang vit. B12
- Diagnosis
Menemukan telur cacing ditinja
- Terapi dan Pencegahan
Praziquantel , miclosanide sangat efektif untuk cacing dewasa. Kontrol
pada Anjing, kucing jangan di beri makan ikan mentah
e. Aelurostrongylus abstrusus
- Etiologi
Hospes : kucing
Hospes intermedier : molusca
Lokasi : parencym paru & bronchioli
Distribusi : seluruh dunia
- Gejala Klinis
Kucing istirahat : batuk ringan, kronis
Kucing exercise : batuk, bersin, sesak nafas ringan,keluar sputum
mucoid
- Diagnosis
Pemeriksaan tinja dgn metode native, sentrifuse, Bearman untuk
menemukan L1, Pharyngeal swab, dan Radiologi.
- Terapi dan Pencegahan
Pengobatan dengan obat-obatan sejenis febendazole
3.Trematoda
a. Platynosomum fastossum
- Etiologi
Hospes : kucing
Lokasi : hati, duktus biliverus
Hospes Intermedier : kucing, kadal , bisa jg pd katak
Siklus hidup. Telur termakan HI🡪 berkembang jd cercaria🡪 mengkista
(metacercaria) ditubuh HI🡪 kucing terinfeksi jk makan HI.
- Gejala Klinis
Diare, muntah, ikterus, Pada stadium akhir muntah & diare makin
sering sehingga bisa mati
- Diagnosis
- Terapi dan Pencegahan
Dengan obat-obatan seperti Praziquantel 20mg/ kg BB, Nitroscanate
100mg/ kg BB, Thiabendazole, dan dianophenethide
BAB 3
3.1. KESIMPULAN
1. Cara memprediksi kelainan/gangguan pada saluran urin pada kasus
kucing tersebut bias dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
radiografi, pemeriksaan ultrasonografi, dan urinalisis.
2. Hubungan system urinaria dengan organ lain berkaitan dengan
pengaturan osmoregulasi dan homeostasis tubuh yaitu erat kaitannya
dengan kelenjjar hipotalamus, hipofisis, dan kelenjar adrenal. Dalam
komunikasi tersebut dilibatkan hormone ADH (Antideuretic Hormone),
Renin, Angiotensin II, dan Aldosterol.
3. Dehidrasi adalah kondisi di mana tubuh kehilangan cairan.
4. Proses homeostasis dalam tubuh guna menjaga keseimbangan cairan
difasilitasi oleh hormone ADH (Antidiuretik Hormon)
5. Berbagai penyakit parasite pada kucing dan anjing bias disebabkan oleh
cacing nematode, cestoda, dan trematode.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Sisson, Septimus. 1953. The Anatomy of the Domestic Animals fourth edition, revised.
W.B Saunders : Philadelphia and London
Urquhart, G.M., Armour, J., Duncan, J.P., Dunn, A.M. dan Jennings, F.W.1987.
Veterinary Parasitology 1st Edition. England : ELBS