Anda di halaman 1dari 5

BLOAT

SEMANGAT NGAB

Sapi pak Kromo tiba-tiba tidak mau makan dan minum dan ambruk dexter. Hasil pemeriksaan
oleh dokter hewan Andin tampak pembesaran abdomen sinister, atoni rumen, dan perkusi
timpani. Riwayat sebelumnya, sapi diberi pakan konsentrat lebih banyak dibanding hari
biasanya. Dokter hewan Andin melakukan trokarisasi pada flank sinister untuk mengurangi
timbunan gas dalam rumen. Gas tersebut merupakan hasil digesti fermentasi mikroflora rumen.
Mikroflora secara normal yang ada di dalam saluran pencernaan bermanfaat untuk membantu
proses pencernaan diantaranya adalah Escherichia coli, Lactobacillus sp., Enterococcus sp.
Organisme patogen kadang dapat ditemukan dan dapat menyebabkan diare misalnya
Salmonella sp. dan cacing misalnya: cacing golongan strongyle.

Kata kunci: fermenetasi, mikroflora rumen, cacing, flank sinister

Bloat
● Karena sapi ambruk dalam posisi rebah dexter, maka akan nampak bagian sinister dari
sapi yang tampak membesar atau mengembung yang mengidikasikan terjadinya Bloat
pada sapi, yaitu suatu bentuk gangguan pencernaan yang ditandai dengan akumulasi
gas yang berlebihan di rumen. Bloat terjadi ketika mekanisme eruktasi terganggu dan
laju produksi gas melebihi kemampuan hewan untuk mengeluarkannya
● Jenis bloat: bloat primer (berupa campuran busa dan cairan rumen), bloat sekunder
(berupa gas bebas)
● Penyebab pertama adalah pakan konsentrat yang memiliki kandungan protein tinggi
yang mudah dicerna sehingga menghasilkan produksi gas yang cepat dan proliferasi
populasi mikroba dalam rumen
● Konsumsi konsentrat yg berlebihan akan menyebabkan peningkatan kecepatan
fermentasi oleh bakteri rumen, peningkatan asam laktat, dan peningkatan pH di dalam
rumen. Hal tersebut menyebabkan kapasitas absorbsi rumen terlampaui, kontraksi
rumen terhambat, dan terjadi akumulasi gas di rumen bagian dorsal

TP1: memahami anatomi eksternal daerah abdomen sapi, mampu melakukan identifikasi
organ visceral di dalam cavum abdomen, dan proses metabolisme sistem pencernaan.
TP2: memahami proses metabolisme, dapat membedakan bakteri non patogen dan
patogen dalam saluran pencernaan serta morfologi dan struktur bakteri

TP3: memahami dan mengenali keragaman cacing dalam saluran pencernaan yang dapat
menyebabkan penyakit sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam diagnosis dan
diferensial diagnosis penyakit
● Berdasarkan penelitian, cacing yang menginfeksi saluran pencernaan sapi itu sebesar
28,25% yaitu
○ tipe strongyle (65,89%)
○ Strongyloides (25,13%)
○ Eimeria spp. (17,8%)
○ Trichuris spp. (13,08%)
○ Moniezia sp. (10,47 %)
○ Nematodirrus (2,61%): Ascaris sp. 2.8%, Strongyloides papillosus 47%, Trichuris
spp. 1,6%
○ Protozoa: Cryptosporodium spp. 32,6 % dan Eimeria spp. 11,8%
○ Trematoda: Fasciola gigantika (5%) dan Paramphistomum sp. (11%),
● Tingginya prevalensi cacing dapat disebabkan oleh jenis makanan yang telah tercemar
telur cacing (misal telur trematoda dimakan dalam bentuk metaserkaria yang mencemari
rumput), makanan dari sisa limbah, banyaknya populasi siput inang karena lingkungan
yang basah dan tingkat curah hujan yang tinggi, faktor lain (suhu, kadar oksigen, tempat
mendapatkan pakan)
● Parasit yang menyerang ternak dapat mempengaruhi produktivitas, kekurusan, lemah,
penurunan daya produksi bahkan pada infeksi berat dapat menyebabkan gangguan
pencernaan hingga terhambatnya pertumbuhan hewan itu sendiri. Efek lain yang
ditimbulkan yakni penurunan berat badan akibat diare dan efek pada hospes karena
parasit ikut menyerap bahan makanan dalam saluran cerna serta cairan hospes
● Pada suatu penelitian terkait infeksi cacing pada hewan ternak, terdapat adanya infeksi
tunggal dan infeksi campuran dari cacing. Iinfeksi tunggal cacing parasit umum terjadi
karena lemahnya ketahanan tubuh hewan dalam melawan serangan cacing parasit.
Menurut Levine (1995) infeksi tunggal ataupun campuran sering terjadi pada sapi
sehingga sulit untuk mengetahui pengaruh khusus yang ditimbulkan. Infeksi yang terjadi
biasanya dilakukan oleh bermacam-macam jenis cacing yang terjadi baik pada
abomasum, usus dan organ lain sehingga pengaruhnya berupa kombinasi atau
campuran parasit yang ada.
● Cara pemeliharaan hewan ternak sangat berpengaruh terhadap kejadian infeksi parasit.
Jika peternak menggunakan sistem semi intensif dengan membiarkan sapi mencari
makan sendiri (sistem gembala) atau sama sekali tidak dikandangkan (sistem
tradisional) maka peluang besar terinfeksi kecacingan sangat besar karena pengembala
tidak selalu memantau kualitas makanan atau rerumputan yang dimakan sapi sehingga
dikhawatirkan tidak lagi higienis atau sudah terkontaminasi telur cacing. Pada hewan
ternak yang dipelihara secara intensif (sistem kandang), resiko infeksi dapat dikurangi
karena pakan ternak diberikan di dalam kandang
● Parasit penyebab diare
1. Salmonella sp.
■ Bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan keracunan makanan dan
penyakit serius
■ Umumnya bersifat foodborne disease karena menyebar cepat melalui
makanan
■ Dijadikan sebagai indikator bahwa produk makanan tidak boleh
mengandung cemaran Salmonella sp.
■ Kontaminasi akibat adanya kontak antara daging dengan rumen setelah
penyembelihan
■ Koloni berbentuk bulat bening dan memiliki titik hitam karena bakteri ini
dapat memproduksi H2S pada media
■ Bakteri berbentuk batang dan berwarna merah setelah pewarnaan Gram
sehingga bakteri ini merupakan bakteri gram negatif
2. Cacing strongyle
● Cacing strongyle adalah jenis cacing nematoda yang paling sering
menginfeksi ruminansia (dominan ditemukan dalam berbagai penelitian)
● Dominan (cacing penting): Haemonchus contortus, Trichostrongylus sp.,
Oesophagostomum sp., Cooperia sp. Strongyloides papillosus
● Siklus hidup langsung dan tidak membutuhkan inang
● Siklus hidup: telur keluar bersama feses dan akan menjadi larva saat di
lingkungan → apabila cacing termakan oleh hospes setelah mencapai stadium
infektif maka cacing akan menetas di saluran cerna dan tumbuh menjadi cacing
dewasa dalam saluran cerna.
● Penyebab tingginya prevalensi cacing tipe strongyle yaitu kondisi
lingkungan pada tempat pemeliharaan sapi yang mendukung
perkembangan telur dan larva cacing, nutrisi yang kurang dan pemberian
obat cacing yang jarang dilakukan
● Gejala klinis: kurus, bulu berdiri, diare, anemia, nafsu makan menurun,
bottle jaw, produktivitas turun
● Patogenesis:

Parasit pada saluran pencernaan


1. Cacingan
1) Nematodiasis
a) Esofagus = gongylonema pulchrum
b) Abomasum = haemonchus, mecistocirrus, ostertagia, trichostrongylus
c) Intestinum tenue = trichostrongylus, nevascaris vitulorum, cooperia,
nematodirus, bunostomum, strongyloides, oesophagostomum
d) Sekum dan kolon = oesophagostomum radiatum, O. columbianum, O.
venulosum, chabertia ovina, trichuris discolor
2) Trematodiasis
a) Trematoda
b) Fasciola sp.
i) Prevalensi lebih rendah daripada cacing tipe strongyl
ii) Siklus hidup rumit, tidak langsung, membutuhkan hospes
perantara yaitu siput
iii) Telur menetas bersama feses → mirasidium di lingkungan masuk ke
dalam tubuh siput → mirasidium berkembang menjadi sporokista →
redia → serkaria → serkaria keluar dari siput dan merupakan fase
infektif → serkaria termakan oleh sapi atau jika tidak akan menempel di
rumput dan tanaman air
c) Paramphistomum sp.
d) Trichuris sp.
e) Strongyloidea sp.
f) Oesophagostomum sp.
3) Cestodiasis
2. Coccidiosis

Berdasarkan predileksi
● Esofagus = gongylonema pulchrum
● Rumen dan reticulum = gongylonema verrucosum, paramphistomum sp.,
● Abomasum = haemonchus, mecistocirrus, ostertagia, trichostrongylus
● Intestinum tenue = trichostrongylus, nevascaris vitulorum, cooperia, nematodirus,
bunostomum, strongyloides, oesophagostomum
● Sekum dan kolon = oesophagostomum radiatum, O. columbianum, O. venulosum,
chabertia ovina, trichuris discolor

Anda mungkin juga menyukai