Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH BUAH TERONG BELANDA (Solanum betaceum Cav.

)
TERHADAP JUMLAH ERITROSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN MENCIT
JANTAN (Mus musculus L.) ANEMIA STRAIN DDW MELALUI INDUKSI
NATRIUM NITRIT (NaNO2)

Sister Sianturi1, Masitta Tanjung2, dan Emita Sabri3


1
Mahasiswa Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Jalan Bioteknologi No.1, Padang Bulan, Medan
20155; 2Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Jalan Bioteknologi No.1, Padang Bulan, Medan
20155 E-mail : sianturisister@yahoo.co.id

Abstract

The effect of terong belanda (Solanum betaceum Cav.) juice on anemia mice DDW strain induced by
sodium nitrite has been studied from March 2012 to August 2012 in the Laboratory of Animal Physiology
and Laboratory of Tissue Culture, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Science,
University of Sumatera Utara, Medan. This research performed with completely randomized design and was
divided in two controls and three treatments. The treatments were divided into three classes concentration of
juice such as: 40% (P1), 50% (P2), and 60% (P3) respectively. Each class consisted of six animals. The juice
was given orally 0.3ml/day. Results indicated that juice of terong belanda in anemia male mice
showed no significantly increased in the number of erythrocytes if compared to either the anemia
control or blank control, but significantly increased in haemoglobin levels if compared to anemia
control.
Keywords : erythrocytes, haemoglobin, Mus musculus, sodium nitrit, terong belanda

Pendahuluan pita, diare, atau kehilangan banyak darah akibat


Indonesia memiliki prevalensi anemia defisiensi kecelakaan atau operasi. Upaya-upaya yang dapat
zat besi pada bayi dan anak cukup tinggi dilakukan dalam menanggulangi anemia gizi
(Soegijanto, 2004). Anemia defisiensi zat besi antara lain: pemberian preparat zat besi dalam
adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat rangka penanggulangan jangka pendek dan
besi dalam darah. Konsentrasi hemoglobin dalam menengah, meningkatkan konsumsi bahan
darah berkurang karena pembentukan sel-sel makanan sumber zat besi, penggunaan bahan
darah merah terganggu akibat kadar zat besi makanan yang telah difortifikasi, dan
dalam darah berkurang. Kekurangan zat besi yang penanggulangan parasit cacing tambang dan
semakin berat akan menyebabkan semakin berat penyakit infeksi (Wirakusumah, 1998).
anemia yang diderita (Wirakusumah, 1998).
Faktor pendorong penyerapan zat besi non hem
Defisiensi zat besi merupakan penyebab utama dibantu oleh asam askorbat (Vitamin C). Vitamin
anemia gizi dibanding dengan defisiensi zat gizi C dapat meningkatkan penyerapan zat besi ini
lain seperti asam folat, vitamin B12, protein, hingga empat kali lipat (Wirakusumah, 1998).
vitamin, dan trace elements lainnya. Dalam Menurut Kumalaningsih (2006) bahwa terong
kehidupan sehari-hari, anemia gizi zat besi belanda (Solanum betaceum Cav.) adalah tanaman
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: yang memiliki kandungan nutrisi yang sangat
kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari baik. Tanaman ini memiliki kandungan vitamin C
yang kurang, penyerapan zat besi dari makanan dan zat besi yang sempurna. Menurut Patimah
yang sangat rendah, adanya zat-zat yang (2007) bahwa zat besi merupakan prekursor yang
menghambat penyerapan zat besi, dan parasit di sangat diperlukan dalam pembentukan
dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit).

49
Bahan dan Metode merah keunguan. Buah dicuci lalu dibelah secara
Persiapan Alat dan Bahan melintang dengan menggunakan pisau. Buah yang
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah telah dipotong tersebut dipisahkan daging buah
neraca timbangan, jarum gavage, alat bedah, botol dan biji dari kulit buah dengan menggunakan
Winkler, gelas ukur 10 ml, saringan, masker, sendok. Daging buah dan biji tersebut diletakkan
sarung tangan, kamera digital, pipet hemoglobin, di atas saringan, kemudian ditekan-tekan dengan
mikroskop, Haemositometer, Haemometer, menggunakan sendok hingga air buah keluar dan
Tabung Sahli, Haemometer, alat penghitung, pipet diperoleh jus buah 100%. Jus buah 100%
tetes, Erlenmeyer, mesin pendingin, batang dijadikan beberapa konsentrasi untuk perlakuan
pengaduk, spatula, spit 1 ml, spidol permanen, yaitu 40%, 50%, dan 60%. Jus buah diberikan
dan kandang hewan penelitian serta bahan yang sebanyak 0,1 ml/10 g BB/hari Lisminingsih (1996
digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus dalam Hutapea, 2006). Jus buah diberikan dengan
L.) strain DDW, buah terong belanda (Solanum konsentrasi 40%, 50% dan 60% diberikan 1 x
betaceum Cav.), pakan PB 551, sekam, akuades, sehari sampai 14 hari.
NaNO2, HCl 0,1 N, Tabung Na-EDTA, dan
Larutan Hayem. Perlakuan patologis anemia
Perlakuan patologis adalah melalui pemberian
Rancangan Penelitian Natrium Nitrit (NaNO2) dengan ketentuan LD50
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental rata-rata dari Natrium Nitrit secara oral pada tikus
dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap adalah 250 mg/kg berat badan (Munawaroh,
(RAL) dengan dua kontrol dan tiga perlakuan 2009). Pada penelitian ini, berat badan tikus 30 g,
dengan masing-masing enam ulangan. Kontrol sehingga kadar Natrium Nitrit untuk setiap ekor
yang digunakan adalah kontrol normal (kontrol adalah :
blank) dan kontrol anemia (pemberian NaNO2), Kadar NaNO2 mencit = Kadar NaNO2 tikus
sedangkan perlakuan yang diberikan adalah X mg 250 mg
dengan pemberian NaNO2 dan diberi jus buah =
terong belanda dengan konsentrasi yang berbeda, 30 g 1000 g
yaitu 40%, 50%, dan 60%. Jumlah ulangan adalah
6 ekor dan jumlah seluruh mencit 30 ekor. X mg = 30 g x 250 mg

Penyediaan Hewan Penelitian 1000 g


Penelitian ini menggunakan mencit jantan (Mus = 7,5 mg
musculus L.) strain DDW yang diperoleh dari Perlakuan Patologis anemia yang efektif yaitu,
Balai Pengujian Penyidikan Veteriner (BPPV) LD50 = ½ x 7,5 mg
Sumatera Utara dengan berat badan 30 g. Mencit = 3,75 mg
tersebut dimasukkan ke dalam kandang yang Jadi, dosis yang digunakan pada setiap ekor yaitu
terbuat dari plastik, masing-masing kandang 3,75 mg yang dilarutkan dalam 1 ml akuades.
terdiri dari enam ekor mencit. Kandang diberi alas Natrium nitrit diberikan sebanyak 0,1 ml/10 g
sekam yang dilakukan pergantian sekam dua kali BB/hari Lisminingsih (1996 dalam Hutapea,
seminggu (Smith & Mangkoewidjojo, 1988). 2006). Natrium nitrit diberikan kepada mencit
Pemberian pakan dilakukan secara ad-libitum dan sebanyak 0,3 ml/gBB.
diberi minum air ledeng (Hrapkiewicz & Medina,
2007). Parameter Pengamatan
Perhitungan Jumlah Eritrosit
Pengambilan Sampel Jumlah eritrosit mencit jantan dilakukan melalui
Buah terong belanda diperoleh dari Perkebunan pengambilan sampel darah diperoleh dengan cara
Tongkoh, Tanah Karo, Berastagi, Provinsi dibedah. Darah diambil dan dimasukkan ke dalam
Sumatera Utara. tabung yang telah diberi antikoagulan untuk
mencegah proses pembekuan darah. Darah mencit
Pembuatan Jus Buah dan Pemberian Dosis Jus dihisap dengan pipet thoma sampai angka 0,5.
Buah Pada Perlakuan Larutan Hayem (pengencer) dihisap sampai angka
Bahan yang digunakan adalah buah terong 101 dan dilakukan pengocokan selama 2 menit
belanda yang segar, berwarna merah tua sampai dengan cara kedua ujung pipet thoma ditutup

50
menggunakan ibu jari dan jari tengah. Cairan dan saponin, sedangkan senyawa alkaloid tidak
dalam pipet thoma dikeluarkan 1-2 tetes dan ditemukan dalam buah terong belanda.
dibuang. Tetesan selanjutnya ujung pipet mikro Kandungan kimia buah terong belanda yang
ditempelkan pada salah satu bilik hitung yang paling tinggi adalah senyawa terpen/steroid dan
telah diberi gelas penutup dan kertas tissue pada senyawa saponin, diikuti senyawa flavonoid/tanin.
sisi lainnya. Cairan dalam pipet thoma akan Senyawa ini dalam konsentrasi yang tidak optimal
mengalir memenuhi bilik hitung dan selanjutnya dapat mengganggu proses pembentukan sel darah
bilik hitung diletakkan di bawah mikroskop. merah. Hal ini didasarkan pada sifat-sifat senyawa
Jumlah eritrosit diketahui dari eritrosit yang tersebut yang dapat mengganggu proses di dalam
berada di dalam 5 bilik hitung daerah R. sel, khususnya sel darah.
Perhitungan dimulai dari sebelah kiri secara
zigzag. Untuk menghindari perhitungan yang Tabel 1.Hasil Skrining Kandungan Metabolit
kurang tepat, eritrosit yang ada di garis batas Sekunder Jus Buah Terong Belanda
sebelah kiri dan atas suatu bilik kecil hitung No Jenis Pereaksi Peng-
dihitung sebagai eritrosit yang ada di dalam bilik Metabolit amatan
kecil tersebut. Sekunder
Jumlah eritrosit diketahui dengan perhitungan 1 Flavonoid/ FeCl3 +
sebagai berikut: Tanin
2 Terpen/ Lieberman ++
JumIah Total Eritrosit = a x 104 sel/mm3
Steroid Ceriksulfat +++
Keterangan : a adalah jumlah eritrosit hasil
3 Alkaloid Bouchardat -
penghitungan dalam hemositometer Wagner -
(Sastradipraja et al.,1989). Meyer -
Dragendorff -
Penentuan Kadar Hemoglobin 4 Saponin HCl-Akuades +++
Menurut Kosasih (1984), bahwa penentuan kadar Keterangan : (-) = tidak ada senyawa; (+) = ada senyawa;
hemoglobin salah satunya adalah dengan semakin banyak nilai + maka semakin banyak
kandungan senyawa yang terdapat pada jus
menggunakan metode Sahli dengan cara sebagai
buah terong belanda
berikut. Tabung Hemometer diisi dengan 5 tetes
HCl 0,1 N. Darah dihisap ke dalam pipet Sahli Flavonoid, tanin, dan senyawa terpen merupakan
tepat hingga tanda garis 20 ul. Ujung pipet produk metabolit sekunder yang dihasilkan oleh
dibersihkan dan koreksi kelebihan darah dengan berbagai tanaman. Flavonoid dapat berfungsi
kapas atau kertas saring. Isi pipet dimasukkan ke sebagai antioksidan. Manfaat yang lain yaitu
dalam tabung hemometer yang telah dibubuhi untuk melindungi struktur sel, meningkatkan
HCl. Pipet dibilas dengan beberapa kali efektivitas vitamin C, anti inflamasi, dan juga
menghisap dan meniup pipet dalam campuran sebagai antibiotik. Polifenol tanin yang ada di
tersebut. Pipet dikeluarkan dari tabung hemometer dalam teh dan tanaman lain mengikat zat besi
sambil meniupnya. Campuran tersebut heme dan membentuk kompleks besi-tanoat yang
dikeluarkan setelah 3-5 menit dengan air suling tidak larut sehingga zat besi tidak dapat diserap
setetes demi setetes sambil diaduk dengan batang dengan baik (Ningsih, 2007). Senyawa terpenoid
pengaduk gelas yang tersedia hingga warna dari menyebabkan permeabilitas membran sel akan
campuran tersebut sama dengan warna standard. terganggu dan memiliki efek sinergis bagi toksin
Pada perbandingan warna, tabung diletakkan lain dengan bertindak sebagai solven untuk
demikian sehingga garis-garis pembacaan berada memfasilitasi toksin bergerak melalui membran.
di samping serta dengan cahaya matahari sebagai Hal ini menyebabkan terganggunya proses seluler
latar belakang kemudian dilihat kadar (Kartikasari, 2010).
hemoglobin
2. Jumlah Sel Darah Merah
Hasil dan pembahasan Pengamatan terhadap jumlah sel darah merah
1. Kandungan Metabolit Sekunder Buah mencit yang diberi jus buah terong belanda adalah
Terong Belanda sebagai berikut:
Tabel 1 menunjukkan bahwa buah terong belanda
memiliki kandungan flavonoid, terpen/steroid,

51
Peningkatan yang terjadi pada KB ini dikarenakan
a pemberian pelarut akuades berpengaruh terhadap
a produksi eritropoietin. Menurut Notopoero
a
a (2007), Produksi eritropoetin dalam tubuh
a bergantung pada tekanan oksigen jaringan dan
dimodulasi oleh suatu mekanisme umpan balik
positif maupun negatif. Pada tekanan oksigen
yang rendah, produksi meningkat yang akan
menimbulkan peningkatan produksi eritrosit di
sumsum tulang.

Jumlah sel darah merah yang tidak berbeda nyata


antara kelompok kontrol dengan kelompok
Gambar 1. Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit) Mencit
perlakuan juga diduga karena kandungan yang
Jantan Strain DDW Yang Diberi Jus Buah terdapat pada jus buah terong belanda, khususnya
Terong Belanda Dengan Konsentrasi Berbeda. kandungan Vitamin C tidak memiliki pengaruh
KA= Kontrol Anemia (diberi NaNO2 selama terhadap jumlah kuantitas dari sel darah merah itu
18 hari), KB= Kontrol Blank (diberi NaNO2
sendiri. Anemia merupakan suatu keadaan dimana
selama 18 hari kemudian diberi pelarut
akuades selama 14 hari), dan P1, P2, P3 = kuantitas dan kualitas sel darah tidak normal
perlakuan dengan konsentrasi jus buah terong (Hoffbrand, et al., 2005). Kandungan Vitamin C
belanda berbeda 40%, 50%, dan 60%. ini kemungkinan lebih berpengaruh terhadap
kualitas sel darah merah karena manfaat Vitamin
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa ada C ini sebagai antioksidan yang menetralisir
peningkatan sel darah merah (eritrosit) yang radikal bebas berupa pajanan NaNO2 sehingga
fluktuatif apabila dibandingkan antara kelompok Vitamin C ini lebih dikonsentrasikan dalam
perlakuan terhadap kelompok kontrol. Sesuai proses perbaikan struktur sel darah tersebut.
dengan penelitian yang telah dilakukan diperoleh Hasil analisis diperoleh bahwa perlakuan memberi
hasil pada kelompok kontrol yaitu kelompok KA efek peningkatan terhadap jumlah eritrosit pada
memiliki nilai rata-rata jumlah eritrosit sebesar konsentrasi yang rendah (P1), sedangkan pada
11.58 x 106 sel/mm3, dan pada kelompok KB konsentrasi yang tinggi jumlah rata-rata eritrosit
memiliki nilai rata-rata jumlah eritrosit sebesar justru mengalami penurunan. Kandungan vitamin
12.27 x 106 sel/mm3, sedangkan pada kelompok C pada konsentrasi yang tidak optimal dapat
perlakuan diperoleh hasil nilai rata-rata jumlah mengganggu proses pembentukan sel darah
eritrosit pada kelompok P1 sebesar 14.81 x 106 merah. Proses pembentukan sel darah merah
sel/mm3, pada kelompok P2 sebesar 11.47 x 106 dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan salah
sel/mm3, dan pada kelompok P3 sebesar 13.71 x satunya dipengaruhi oleh faktor hormon
106 sel/mm3. eritropoietin, yaitu hormon yang dihasilkan oleh
ginjal untuk memicu proses pembentukan sel
Berdasarkan hasil analisis statistik yang telah darah merah dalam sumsum tulang (Ganong,
dilakukan, diperoleh hasil bahwa masing-masing 1997).
perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata terhadap kelompok kontrol. Tetapi, apabila Berdasarkan uji skrining yang telah dilakukan
dibandingkan berdasarkan nilai rata-rata jumlah pada tanaman terong belanda juga mengandung
eritrosit terjadi peningkatan yang fluktuatif, senyawa saponin (Tabel 1). Senyawa inilah yang
dimana pada kelompok perlakuan P1 memberi juga dalam konsentrasi yang tidak optimal dapat
peningkatan yang lebih besar apabila mengganggu proses pembentukan sel darah
dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3. merah. Menurut Budiyanto (2009), senyawa
Sedangkan pada kelompok perlakuan P2, rata-rata saponin mempunyai rasa pahit dan berbusa bila
jumlah eritrosit mengalami penurunan, bahkan dilarutkan. Saponin dapat menyebabkan hemolisis
lebih rendah dari kelompok kontrol yaitu sel darah merah. Senyawa saponin juga dapat
kelompok KA. Kelompok KB yang hanya diberi mengganggu penyerapan mineral dan vitamin
dengan pelarut akuades menunjukkan peningkatan dalam tubuh. Saponin dapat menekan konsentrasi
jumlah eritrosit apabila dibandingkan dengan KA. Fe hati melalui penyerapan Fe yang tidak

52
sempurna dengan membentuk kompleks Saponin- sebesar 17,10% dibandingkan dengan P1 yang
Fe. memiliki rata-rata 16,13% dan P2 yang memiliki
rata-rata 15,37%.
3. Kadar Hemoglobin
Pengamatan terhadap kadar hemoglobin (Hb) Peningkatan kadar hemoglobin pada kelompok
mencit yang diberi jus buah terong belanda perlakuan tersebut disebabkan karena kandungan
dengan konsentrasi 40, 50, dan 60% diperoleh di dalam terong belanda (Solanum betaceum Cav.)
sebagai berikut: dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Menurut
Kumalaningsih (2006), buah terong belanda
merupakan tanaman yang memiliki kandungan
gizi yang lengkap terutama kaya akan zat besi.
Kandungan ini adalah merupakan salah satu
kandungan utama yang meningkatkan kadar
a hemoglobin ,karena hemoglobin merupakan
komponen darah yang berikatan dengan zat besi
(Fe). Selain kandungan Fe yang tinggi untuk
proses pembentukan hemoglobin, tanaman terong
belanda juga kaya akan vitamin A.

Menurut Almatsier (2001), pembentukan


hemoglobin juga dipengaruhi oleh vitamin A.
Hubungan vitamin A dengan peningkatan
Gambar 2. Kadar Hemoglobin Mencit Jantan Strain DDW hemoglobin sangat penting, karena zat besi dan
Yang Diberi Jus Buah Terong Belanda Dengan vitamin A pada makanan sangat baik untuk
Konsentrasi Berbeda
memelihara kesehatan jaringan epitel termasuk
endothelium pada pembuluh darah. Vitamin A
Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa
yang cukup akan meningkatkan nilai hemoglobin
terjadi peningkatan rata-rata kadar hemoglobin
seiring dengan kenaikan vitamin A. Selain itu,
apabila dibandingkan antara kelompok perlakuan
tanaman terong belanda juga mengandung vitamin
terhadap kelompok kontrol baik terhadap KA
B6. Menurut Hoffbrand (2005), bahwa ada
maupun terhadap KB. Sesuai dengan hasil
hubungan antara asupan vitamin B6 dengan kadar
penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai
hemoglobin. Vitamin B6 diperlukan sebagai
rata-rata kadar hemoglobin pada kelompok
koenzim dalam metabolisme protein yang juga
kontrol yaitu kelompok KA sebesar 12,83% dan
diperlukan untuk sintesis hem dalam
pada kelompok KB sebesar 13,23%, sedangkan
pembentukan hemoglobin.
pada kelompok perlakuan diperoleh nilai rata-rata
kadar hemoglobin pada kelompok P1 sebesar
Sintesis heme terutama terjadi di mitokondria
16,13%, pada kelompok perlakuan P2 sebesar
melalui suatu rangkaian reaksi biokimia yang
15,37%, dan pada kelompok perlakuan P3 sebesar
bermula dengan kondensasi glisin dan suksinil
17,10%.
koenzim A oleh kerja enzim kunci yang bersifat
membatasi kecepatan reaksi. Piridoksal fosfat
Berdasarkan hasil analisis statistik yang telah
(vitamin B6) adalah suatu koenzim untuk reaksi
dilakukan, diperoleh hasil bahwa masing-masing
ini yang dirangsang oleh eritropoietin. Akhirnya,
perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata
protoporfirin bergabung dengan zat besi dalam
terhadap kelompok kontrol. Hal ini juga tampak
bentuk ferro (Fe2+) untuk membentuk heme.
jelas apabila dilihat berdasarkan nilai rata-rata
Masing-masing molekul heme bergabung dengan
kadar hemoglobin pada kelompok perlakuan.
satu rantai globin yang dibuat pada poliribosom.
Berdasarkan hasil yang diperoleh juga diduga
Suatu tetramer yang terdiri dari empat rantai
adanya peningkatan nilai rata-rata kadar
globin masing-masing dengan gugus heme nya
hemoglobin seiring dengan peningkatan
sendiri dalam suatu kantung dan kemudian
konsentrasi perlakuan yang diberikan. Hal ini
menyusunnya menjadi satu molekul hemoglobin
ditunjukkan pada perlakuan P3 memiliki nilai
(Hoffbrand, 2005).
rata-rata kadar hemoglobin yang lebih besar yaitu

53
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan Muchtadi, D. 1989. Aspek Biokimia. Bandung:
bahwa: ITB Press. hlm. 34-35.
a. Jus buah terong belanda (Solanum betaceum Munawaroh, S. 2009. Pengaruh Ekstrak Kelopak
Cav.) memberikan hasil fluktuatif terhadap Rosela (Hibiscus sabdariffa) Terhadap
jumlah eritrosit mencit jantan anemia, Peningkatan Jumlah Eritrosit dan Kadar
konsentrasi 40% memberikan efek peningkatan Hemoglobin (Hb) dalam Darah Tikus
paling besar (p>0.05). Putih (Rattus nurvegicus) Anemia.
b.Jus buah terong belanda meningkatkan [Skripsi]. Malang: Universitas Islam
persentase kadar hemoglobin mencit jantan Indonesia.
anemia dengan konsentrasi optimal 60% Ningsih, W. 2007. Evaluasi Senyawa Fenolik
(p<0.05). (Asam Ferulat dan Asam p-Kumarat)
. Pada Biji, Kecambah, dan Tempe Kacang
Daftar Pustaka Tunggak (Vigna unguiculata). [Skripsi].
Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Pertanian Bogor.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Patimah, S. 2007. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan
hlm. 251-253. Hubungannya Dengan Kejadian Anemia
Budiyanto, A.K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Defisensi Besi. Jurnal Penelitian
Malang: UMM Press. hlm. 216. Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kedokteran.
Ganong, D.C. 1983. Fisiologi Kedokteran. Edisi hlm.8-9.
10. Jakarta: EGC Penerbit Buku Sari, D. 2009. Profil Darah Monyet Ekor Panjang
Kedokteran. hlm. 449-456. (Macaca fascicularis) Yang Diberi Pakan
Ganong, W.F. 1997. Buku Ajar Fisiologi Berenergi Tinggi Pada Periode Obesitas
Kedokteran. Edisi 17. Jakarta : EGC Empat Bulan Kemudian. [Skripsi]. Bogor:
Penerbit Buku Kedokteran. hlm. 478-480. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Hoffbrand, A. V., J. E. Pettit., P. A. H. Moss. Bogor.
2005. Kapita Selekta Haemotologi. Edisi Sinaga, I. 2009. Skrining Fitokimia dan Uji
4. Jakarta: EGC Penerbit Buku Aktivitas Antioksidan Dari Ekstrak
Kedokteran. hlm 1-3. Etanol Buah Terong Belanda (Solanum
Hrapkiewicz, K., dan Medina, L. 2007. betaceum Cav.). [Skripsi]. Medan:
Laboratory Animal. USA: Blackwell Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera
Publishing. hlm. 46, 51. Utara.
Hutapea, A. 2006. Pengaruh Ektrak Rimpang Jahe Smith, J.B., dan Mangkowidjoyo, S. 1988.
Merah (Zingiber officinale var.amarum) Pemeliharaan, Pembiakan, dan
Terhadap Gambaran Histologis Ovarium Penggunaan Hewan Percobaan di
Mencit Betina (Mus musculus) Strain Daerah Tropis. Jakarta: Universitas
DDW. [Skripsi]. Medan: Fakultas MIPA, Indonesia Press. hlm. 38, 43.
Universitas Sumatera Utara. Soegijanto, S. 2004. Penyakit Tropis dan Infeksi
Kartikasari, F. G. 2010. Uji Toksisitas Fraksi Dari di Indonesia. Jilid 2. Surabaya: Airlangga
Spongs Laut Xetospongia Dengan Metode University Press. hlm.1-3.
Brine Shrimp Test (BST). [Skripsi]. Wirakusumah, E. S. 1998. Perencanaan Menu
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus
Nopember. Agriwidya. hlm. 5-11.
Kosasih, E. 1984. Hematologi dalam Praktek.
Medan: Fakultas Kedokteran USU. hlm.8.
Kumalaningsih. 2006. Antioksidan Alami Terong
Belanda (Tamarillo). Surabaya: Trubus
Agrisarana. hlm. 4-11.

54

Anda mungkin juga menyukai