Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kertas merupakan salah satu produk industri yang jumlah produksinya tegolong
sangatlah besar di dunia. Kertas seakan-akan menjadi kebutuhan primer di hampir setiap
sektor industri di dunia, dimulai dari industri rumah tangga hinga pada industri
perkantoran. Hal ini juga tidak menutup kemungkinan pemakaian dalam jumlah yang
sangat besar pada industry pendidikan dan kepenulisan, dimana hampir setiap kegiatn
tulis menulis dilakukan pada selembar kertas menjadi hal yang begitu lumarah
dikalangan masyarakat umum. Dapat dilihat hampir setiap penduduk akan
memenfaatkan kegunaan kertas dalam menopang aktivitas kehidupan mereka secara
sadar maupun tidak sadar dan hal ini sudah menjadi normal bagi mereka. Hal ini
tentunya berhubungan sangat erat dengan kondisi lingkungan yang semakin hari
semakin terancam karena adanya produksi kertas yang sangat banyak peminatnya di
pasaran. Hubungan ini akan bermuara pada kerusakan hutan sebagai sumber komoditi
utama penghasil pulp kertas. Penebangan hutan secara bebas dan ilegal tanpa
pengawasan ketat dari aparat pemerintahan atau ulah produsen kertas yang tidak
melakukan penanaman pohon yang sudah ditebang akan menjadi salah satu isu yang
akan muncul dari permasalahan ini.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Perindustrian (Kemenperin)


menyebutkan, kebutuhan kertas dunia saat ini mencapai 394 juta ton dan diperkirakan
meningkat menjadi 490 juta ton pada 2020. Bahkan setiap 12.000 kertas yang
dihasilkan mengorbankan satu pohon di hutan. Maka tak heran, Peneliti World Research
Institute (WRI), Frances Seymour, menyebut jika sejak tahun 2000 hingga 2017 hampir
10 persen hutan mengalami fragmentasi, degradasi atau ditebang. Adapun laju
kerusakan hutan selama 17 tahun tersebut mencapai 200 kilometer persegi setiap hari.
(Desrianto, 2019). Hal ini akan sangat mengkhawatirkan jika tidak ditindaklanjuti
dengan serius dari aparat pemerintahan tidak hanya dalam ruang lingkup nasional,
karena juga sudah menjadi permasalahan dalam skala global. Karena secara langsung
akan berdampak kepada ekosistem hutan yang dapat terancm kapan pun. Adanya flora
dan fauna yang hidup di dalam hutan dapat terancam hingga dapat mengalami
kepunahan massal akibat hilangnya habitat asli mereka di hutan

Di Indonesia sendiri, kebutuhan kertas akan terus mengalami peningkatan dari


tahun ke tahun. Kebutuhan yang terus meningkat ini akan sebanding dengan mulai
munculnya kesadaran dalam masyarakat yang mulai melirik teknologi ramah
lingkungan yang tidak membawa dampak cukup besar pada perusakan lingkungan. Oleh
karena itu, kedepannya akan dibutuhkan bahan baku pengganti kertas yang ramah
lingkungan tanpa perlu mengorbankan jutaan pohon dalam proses pembuatannya karena
dengan penggunaan kayu yang meningkat akan mengakibatkan sumber daya kayu
semakin menipis di masa yang akan datang. Dalam hal ini, upaya yang selama ini
dilakukan pemerintah yaitu dengan menggiatkan daur ulang kertas habis pakai untuk
kembali diproduksi menjadi kertas baru tanpa proses yang panjang. Salah satu inovasi
yang dapat dilakukan untuk dapat terus menyokong industri pembuatan kertas yang
ramah lingkungan yaitu dengan memanfaatkan bahan baku lain selain pohon yang juga
memiliki serat yang hamper mirip, yaitu dengan penggunaan limbah dari kulit jagung.
Mengingat Indonesia merupakan salah satu Negara agraris terbesar di asia, hal
ini membuat hasil pertanin akan selalu berlimpah setiap tahunnya, khususnya pada hasil
pertanian jagungnya. Hasil bumi berupa jagung kebanyakan hanya digunakan pada
industry makanan dan limbahnya sangat jarang dipakai untuk pemanfaatan industry
lain, mengakibatkan kurang maksimalnya pemanfaatan utuh dari hasil pertanian ini.
Limbah kulit jagung yang mengandung serat sebenarnya dapat dijadikan sebagai bahan
baku alternative pembuata kertas dalam skala yang cukup besar, tetapi hal ini jarang
dimanfaatkan dengan baik. Terlebih lagi semakin naiknya harga bahan baku pembuatan
kertas karena isu perusakan lingkungan yang semakin meraja lela menyebabkan
supplier kayu untuk industri kertas akan mematok harga yang cukup tinggi untuk
pembelian bahan baku tersebut. Pemanfaatan kulit jagung sebagai bahan baku alternatif
ini juga dijelaskan di dalam Manasikana, dkk (2019 : 80), Untuk mendukung
pemerintah mengatasi penyediaan kertas dalam negeri dan mengurangi ketergantungan
bahan baku kayu, maka mengganti bahan baku, yaitu dengan material non kayu (non-
wood fiber) dan termasuk sebagai serat alam, spesifiknya dari material tumbuhan
(vegetable fibres) yaitu salah satunya adalah ampas tebu dan kulit jagung. Hal inilah
yang dapat menjadi solusi alternatif dengan memanfaatkan limbah kulit jagung yang
mengandung serat yang hampir menyerupai serat kertas pada umumnya, untuk mulai
diolah menjadi bahan baku pembuatan kertas yang ramah lingkungan.
Dengan adanya pemberlakuan inovasi bahan alternatif ini diharapkan dapat
menekan angka kerusakan yang ditimbulkan dari produksi industri kertas yang selama
ini berlangsung dan dapat memicu kesadaran masyarakat untuk selalu memanfaatkan
seefisien mungkin penggunaan kertas dalam penunjang kebutuhan sehari-hari sehingga
dapat terciptanya paradigm baru dalam ruang lingkup masyarakat akan pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan hidup di masa yang akan datang.

1.2 Tujuan
1. Untuk mencari alternatif bahan baku non kayu untuk kertas.
2. Untuk pemanfaatan limbah kulit jagung akan berdampak pada perekonomian
masyarakat dan petani.
3. Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi NaOH pada pulping kulit jagung
terhadap rendemen dan bilangan kappa pulp kulit jagung yang dihasilkan.
4. Untuk mengetahui kualitas (ketahanan robek dan kekuatan tarik) kertas kulit
jagung.
Sumber :

https://edukasi.kompas.com/read/2019/08/22/16401711/peduli-lingkungan-yuk-
mulai-kurangi-penggunaan-kertas Diakses pada (10 September 2021, Pukul : 16.30).

https://www.kemenperin.go.id/artikel/16596/2017,-RI-Produsen-Kertas-Nomor-6-
Terbesar-Dunia Diakses pada (10 September 2021, Pukul : 16.53).

Manasikana, Oktaffi Arima., Mayasari, Andhika., dan Af’idah, Noer. 2019.


“Pemanfaatan Limbah Kulit Jagung dan Ampas Tebu Sebagai Kerta Kemasan
Ramah Lingkungan”. Jurnal Zarah. 7(2) : 79-85.

Anda mungkin juga menyukai