Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya demi

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas manusia

Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur.

Sebagai upaya mewujudkan pembangunan di bidang pendidikan antara lain

diperlukan peningkatan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses

belajar mengajar, dalam hal ini guru dan peserta didik. Sebagai pendidik guru

harus selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam

memberikan materi dengan baik sehingga dapat menyelesaikan tugas dan

dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Montimer J. Alder dan Charles Van Doren (2006:316) pada

kenyatakannya kondisi umum yang ditemui adalah minimnya persiapan

peserta didik dalam menghadapi materi baru, banyak peserta didik yang

datang ke sekolah tanpa persiapan pengetahuan. Sebagai cara mengantisipasi

masalah ini diupayakan peserta didik agar mempunyai pengetahuan dasar

terhadap bahan ajar, yaitu peserta didik didorong untuk memahami,

mempelajari, dan menghafal Pembuakan UUD Negara Republik Indonesia.

Sebagai lembaga pendidikan formal, MTsN 1 Lombok Barat

mengalami masalah rendahnya hasil belajar PKn peserta didik. Hasil belajar

peserta didik pada mata pelajaran PKn masih rendah, khususnya peserta didik

1
kelas IX B. Pada hasil ulangan harian ke-2 semester 1, tahun pelajaran

2019/2020 di MTsN 1 Lombok Barat, selain masalah hasil belajar yang masih

rendah, khususnya pada kompetensi dasar memahami isi alinea dan pokok

pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, terdapat pula kendala dalam proses

pembelajaran, contohnya selama proses pembelajaran berlangsung hanya

sedikit peserta didik yang berani bertanya kepada guru, hanya sedikit peserta

didik yang berani mengajukan diri untuk mengerjakan soal ke depan kelas

kecuali ditunjuk oleh guru, saat pembelajaran berlangsung banyak peserta

didik yang tidak tahu isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Pembelajaran PKn di kelas masih berjalan monoton,

belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, belum ada kolaborasi

antara guru dan peserta didik, metode yang digunakan bersifat konvensional.

Selain itu juga buku paket yang disediakan sekolah yang diijinkan untuk

dipakai dan dibawa pulang tidak dimanfaatkan peserta didik untuk

mempelajari materi baru.

Guru memang bukan satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas,

peranan, dan fungsinya dalam proses belajar sangat penting. Kalau ditinjau

dari sejarah perkembangan profesi guru, tugas mengajar seharusnya adalah

pelimpahan dari tugas orang tua karena tidak mampu lagi memberikan

pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu sesuai perkembangan

zaman. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta

perkembangan masyarakat dan budaya pada umumnya berkembang pulalah

2
tugas guru seiring dengan berkembangnya jumlah anak yang memerlukan

pendidikan termasuk diantaranya adalah bimbingan dan penyuluhan.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model

pembelajaran kooperatif, dengan peserta didik belajar dalam kelompok kecil

yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling

ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian

materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut

kepada anggota kelompok yang lain (Arends:1997). Menurut Lie. A. (1994),

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga

pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang

diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi

tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian “Peserta didik

saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara

kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Para anggota dari

kelompok-kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk

diskusi (kelompok ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik

pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian peserta didik-

peserta didik itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada

anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari

sebelumnya pada pertemuan kelompok ahli.

Oleh karena itu peneliti mengajukan penelitian dengan judul : “Upaya

Peningkatan Hasil Belajar Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang

3
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menggunakan

Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Peserta didik

Kelas IX B MTsN 1 Lombok Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah, bahwa di kelas IX B selama semester

satu, tahun pelajaran 2019/2020, dapat diidentifikasi sebab-sebab timbulnya

masalah sebagai berikut :

1. Guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam

pembelajaran materi Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Guru hanya mengejar penyelesaian materi Makna Alinea Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sesuai

dengan jadwal rencana pelaksanaan pembelajaran, tanpa memberikan

kesempatan peserta didik benar-benar memahami atas materi Makna

Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

3. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk

mengatasi rendahnya perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran

materi Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan mendasar dalam penelitian ini adalah sebagian besar

peserta didik kelas IX B MTs Negeri 1 Lombok Barat kurang memahami

4
konsep Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dirumuskan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Apakah penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Makna Alinea Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 peserta

didik kelas IX B MTs Negeri 1 Lombok Barat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Makna Alinea

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 peserta didik kelas IX B MTs Negeri 1 Lombok Barat.

E. Manfaat Penelitian

a. Bagi peserta didik, penelitian ini yaitu penggunaan pendekatan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, bermanfaat untuk meningkatkan

keaktifan dalam proses pembelajaran, karena suasana pembelajaran

menyenangkan, motivasi belajar peserta didik meningkat, sehingga pada

akhirnya akan meningkatkan hasil belajar peserta didik, khususnya hasil

belajar Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk

meningkatkan proses pembelajaran pada materi Makna Alinea

5
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 peserta didik kelas IX B MTs Negeri 1 Lombok Barat, dan

menambah inovasi dan kreativitas dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat

kebijakan tentang peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, melalui

pelatihan bagi guru tentang metode pengajaran dan media pembelajaran

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

6
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajarn Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk

pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran

kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik

anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu

untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif,

belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam

kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Unsur-unsur dasar

dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren,

1994):

a. Para peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka

“tenggelam atau berenang bersama.”

b. Para peserta didik harus memiliki tanggungjawab terhadap peserta

didik atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung

jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang

dihadapi.

c. Para peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semua

7
memiliki tujuan yang sama.

d. Para peserta didik membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di

antara para anggota kelompok.

e. Para peserta didik diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang

akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para peserta didik berbagi kepemimpinan sementara mereka

memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan

secara individual materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif.

Menurut Thompson (1995), pembelajaran kooperatif turut

menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di

dalam pembelajaran kooperatif peserta didik belajar bersama dalam

kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.

Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang peserta

didik, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok

heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan peserta didik, jenis

kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih peserta didik

menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar

belakangnya.

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-

keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam

kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, peserta didik

8
diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang

direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota

kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a)

setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung

di antara peserta didik, (c) setiap anggota kelompok bertanggung

jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru

membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal

kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat

diperlukan (Carin, 1993).

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran

kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu

penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan

yang sama untuk berhasil.

a. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan

kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan

kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria

yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada

penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam

menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung,

saling membantu, dan saling peduli.

9
b. Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran

individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban

tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang

saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban

secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk

menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa

bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang

mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi

yang diperoleh peserta didik dari yang terdahulu. Dengan

menggunakan metode skoring ini setiap peserta didik baik yang

berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh

kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi

kelompoknya.

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok

tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan

individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan

dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana

keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan

10
kelompoknya (Slavin, 1994).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum

oleh Ibrahim (2000), yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam

tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi peserta didik atau tugas-

tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa

model ini unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-

konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan

bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat

meningkatkan nilai peserta didik pada belajar akademik dan

perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan

hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan

baik pada peserta didik kelompok bawah maupun kelompok atas

yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah

penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan

ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.

Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi peserta didik dari

berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling

11
bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur

penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama

lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,

mengajarkan kepada peserta didik keterampilan bekerja sama dan

kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh

peserta didik sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam

keterampilan sosial.

4. Keterampilan Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari

materi saja, tetapi peserta didik atau peserta didik juga harus

mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut

keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk

melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja

dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama

kegiatan. Keterampilan-keterampilan selama kooperatif tersebut antara

lain sebagai berikut (Lungdren, 1994).

a. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal

1) Menggunakan kesepakatan

Yang dimaksud dengan menggunakan kesepakatan adalah

menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan

hubungan kerja dalam kelompok.

12
2) Menghargai kontribusi.

Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang

dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain. Hal ini berarti

harus selalu setuju dengan anggota lain, dapat saja kritik yang

diberikan itu ditujukan terhadap ide dan tidak individu.

3) Mengambil giliran dan berbagi tugas

Pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anggota

kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban

tugas tanggung jawab tertentu dalam kelompok.

4) Berada dalam kelompok

Maksud di sini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok

kerja selama kegiatan berlangsung.

5) Berada dalam tugas

Yang dimaksud berada dalam tugas adalah meneruskan tugas

yang menjadi tanggungjawabnya, agar kegiatan dapat

diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.

6) Mendorong partisipasi

Mendorong partisipasi berarti mendorong semua anggota

kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas

kelompok.

7) Mengundang orang lain

Maksudnya adalah meminta orang lain untuk berbicara dan

13
berpartisipasi terhadap tugas.

8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya

9) Menghormati perbedaan individu

Menghormati perbedaan individu berarti bersikap menghormati

terhadap budaya, suku, ras atau pengalaman dari semua peserta

didik atau peserta didik.

b. Keterampilan Tingakat Menengah

Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan

penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan

cara dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat

ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi

ketegangan.

c. Keterampilan Tingkat Mahir

Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa

dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan

berkompromi.

5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran

kooperatif yang diuraiakan oleh Arends (1997) adalah sebagaimana

terlihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Sintaks Pembelajaran Kooperatif

14
Fase Tingkah laku Guru
Fase 1: Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada

Menyampaikan tujuan dan pelajaran tersebut dan memotivasi peserta

memotivasi peserta didik. didik belajar.


Fase 2: Guru menyajikan informasi kepada

peserta didik dengan jalan demonstrasi

Menyajikan informasi. atau lewat bahan bacaan.


Fase 3: Guru menjelaskan kepada peserta didik

bagaimana caranya membentuk

Mengorganisasikan peserta kelompok belajar dan membantu setiap

didik ke dalam kelompok- kelompok agar melakukan transisi secara

kelompok belajar. efisien.


Fase 4: Guru membimbing kelompok-

Membimbing kelompok kelompok belajar pada saat mereka

bekerja dan belajar. mengerjakan tugas mereka.

Fase 5: Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelajari atau

Evaluasi masing- masing kelompok

Fase 6: mempresentasikan
Guru hasil belajarnya.
mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil

Memberikan penghargaan. belajar individu dan kelompok.

(Arends, 1997)

15
Terdapat enam fase utama dalam pembelajaran kooperatif

(Arends, 1997). Pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru

menginformasikan tujuan- tujuan dari pembelajaran dan memotivasi

peserta didik untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian

informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Kemudian

dilanjutkan langkah-langkah di mana peserta didik di bawah

bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-

tugas yang saling bergantung. Fase terakhir dari pembelajaran

kooperatif meliputi penyajian produk akhir kelompok atau mengetes

apa yang telah dipelajari oleh peserta didik dan pengenalan kelompok

dan usaha-usaha individu.

6. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,

terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan

pembelajaran kooperatif (Arends, 2001). Yang pertama adalah

Student Teams Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh

Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin

dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada

belajar kelompok peserta didik, menyajikan informasi akademik baru

kepada peserta didik setiap minggu menggunakan presentasi verbal

atau teks. Peserta didik dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi

kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah

16
heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari

berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Yang kedua adalah investigasi kelompok yang mungkin

merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan

paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali

oleh Thelan. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, peserta didik terlibat

dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana

jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma

dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang

lebih terpusat pada guru.

Yang ketiga adalah pendekatan struktural, pendekatan ini

dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-kawannya. Meskipun

memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan

ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Struktur

tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai

alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana

guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan peserta didik

memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk

Yang keempat adalah Jigsaw yang pertama kali dikembangkan

dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas

Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di

Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Untuk melihat dengan jelas

17
perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif

atau yang lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran kooperatif

dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2

Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan STAD JIGSAW Penyelidikan Pendekatan

Informasi
Tujuan Informasi Informasi akademik Informasi
kognitif akademik akademik tingkat tinggi akademik
sederhana sederhana dan sederhana
keterampilan
inkuiri

Tujuan Kerja Kerja kelompok Kerja dalam Keterampilan


Sosial kelompok dan dan kerja sama kelompok kelompok dan
kerja sama kompleks sosial

Struktur Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi,


Tim belajar belajar belajar dengan berdua,
heterogen heterogen 5-6 orang bertiga,
dengan dengan anggota kelompok 4-6
4-5 orang 5-6 orang homogen orang anggota
anggota anggota,
menggunakan
pola
“kelompok
asal” dan
“kelompok
ahli”

18
Pendekatan STAD JIGSAW Penyelidikan Pendekatan

Pemilihan
Biasanya Biasanya guru Biasanya Biasanya guru
topik pelajaran
guru guru

Peserta didik
Peserta didik mempelajari Peserta didik Peserta didik
Tugas utama dapat materi dalam menyelesaikan mengerjakan
menggunakan “kelompok inkuiri tugas-tugas
lembar ahli”, kompleks sosial dan
kegiatan dan kemudian kognitif
saling membantu
membantu anggota
untuk “kelompok
menuntaskan asal”
materi mempelajari
belajarnya materi itu

Penilaian Tes mingguan Bervariasi, Menyelesaikan Bervariasi


dapat berupa proyek dan
tes mingguan menulis
laporan, dapat
menggunakan
tes uraian.

Lembar Lembar
Pengakuan pengetahuan Publikasi lain pengakuan dan Bervariasi
dan publikasi publikasi lain
lain

19
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya

(Arends, 1997).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model

pembelajaran kooperatif, dengan peserta didik belajar dalam kelompok kecil

yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling

ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian

materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut

kepada anggota kelompok yang lain (Arends,1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta

didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang

lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi

mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada

anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “peserta didik saling

tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif

untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994). Para anggota

dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi

(tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran

yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian peserta didik-peserta didik itu

kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota

20
kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya

pada pertemuan tim ahli.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan

topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas

materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta

membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.

Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali

pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa

yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw

didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik

secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling

memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir

pembelajaran, peserta didik diberi kuis secara individu yang mencakup

topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah

interdependensi setiap peserta didik terhadap anggota tim yang

memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat

mengerjakan kuis dengan baik.

Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, disusun

langkah- langkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2)

pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis.

Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara

instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995):

a. Membaca: peserta didik memperoleh topik-topik ahli dan membaca

21
materi tersebut untuk mendapatkan informasi.

b. Diskusi kelompok ahli: peserta didik dengan topik-topik ahli yang

sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.

c. Diskusi kelompok asal: kembali ke kelompok asalnya untuk

menjelaskan topik pada kelompoknya.

d. Kuis: peserta didik memperoleh kuis individu yang mencakup semua

topik.

e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan

menentukan penghargaan kelompok.

Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor

perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok

memberi sumbangan pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang

diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor terakhir. Arends (1997)

memberikan petunjuk perhitungan skor kelompok sebagaimana terlihat

dalam Tabel berikut.

Tabel 2.3

Konversi Skor Perkembangan

Skor Kuis Individu Skor Perkembangan

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

2. 10 poin sampai 1 poin di bawah skor awal 10

3. Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20

4. Lebih dari 10 di atas skor awal 30

22
Untuk menentukan tingkat penghargaan yang diberikan untuk prestasi

kelompok, menurut Arends (1997) dapat dilihat dalam Tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4

Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata- rata kelompok Penghargaan

15 Good team (kelompok yang bagus)

20 Great Team (kelompok yang hebat)

25 Super Team (kelompok yang super)

C. Hakikat Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses

belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun

secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan.

Sedangkan S.Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu

perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai

pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam

diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang

diperoleh peserta didik setelah mengikuti suatu materi tertentu dari

mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk

melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap peserta didik yang

bertujuan untuk mengetahui apakah peserta didik telah menguasai suatu

materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang

dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk

23
menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas

kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

(Cullen: 2003 dalam Fathul Himam: 2004).

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif),

nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan

semester (sumatif).

Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil

belajar peserta didik adalah hasil nilai ulangan harian (formatif) yang

diperoleh peserta didik dalam mata pelajaran PKn, khususnya materi

Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses

pembelajaran. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus

dijawab para peserta didik, dan tugas- tugas terstruktur yang berkaitan

dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian dilakukan minimal

tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki

modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam

memberikan nilai bagi para peserta didik.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan hasil tes

yang berupa hasil nilai ulangan harian (formatif) dari kompetensi dasar

(KD), yaitu (3.2) Memahami Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 10 soal pilihan ganda dan 5

soal essay, dengan alasan hasil nilai ulangan harian (formatif) dari

kompetensi dasar (KD) tersebut merupakan hasil belajar Makna Alinea

24
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

D. Hakikat Pembelajaran PKn

1. Pengertian PKn

Pendidikan PKn adalah sub mata pelajaran pada tingkat pendidikan

dasar yang membahas ajaran norma hukum, kehidupan berbangsa dan

bernegara.

2. Dasar dan Tujuan Pembelajaran PKn

Tujuan pendidikan kewarganegaraan di lembaga pendidikan formal dibagi

menjadi dua yaitu:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum pendidikan kewarganegaraan adalah membimbing anak

agar mereka menjadi manusia disiplin, bertanggungjawab, dan

berintegritas pada nusa dan bangsa.

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus pendidikan kewarganegaraan adalah tujuan pada

pendidikan bernegara disetiap tingkatan yang dilalui.

3. Metode Pengajaran PKn

Beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaarn PKn adalah sebagai

berikut:

a. Metode pemberian contoh dan keteladanan

b. Metode tugas dan resitasi

c. Model Kooperatife tipe Jigsaw

25
E. Hipotesis Tindakan

Penelitian ini terbagi ke dalam dua siklus, setiap siklus

dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui kedua siklus

tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar peserta didik. Dengan

demikian dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :

Penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Makna Alinea Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 peserta

didik kelas IX B MTs. Negeri 1 Lombok Barat.

26
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah

peserta didik kelas IX B MTsN.1 Lombok Barat, semester ganjil, tahun

pelajaran 2019/2020. Jumlah peserta didik kelas IX B seluruhnya ada 28

peserta didik, terdiri dari 14 peserta didik laki-laki dan 14 peserta didik

perempuan. Lokasi penelitian ini adalah MTsN 1Lombok Barat, yang

beralamat di Jln. TGH. Abdul Hafidz Kuripan Kecamatan Kuripan Kabupaten

Lombok Barat. Peneliti adalah guru di MTsN 1 Lombok Barat.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom

action research), karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian

yang lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan

kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik,

serta mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan.

Penelitian ini dilaksanakan mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan

kelas (classroom action research) yang dikemukakan oleh Kemmis dan

Mc Taggart, dengan komponen tindakannya adalah perencanaan (planning),

tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang

merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan,

27
dilakukan untuk meningkatkan kematangan rasional dari tindakan-tindakan

dalam melakukan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-

tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi tempat praktik

pembelajaran tersebut dilakukan.

Dalam penelitian ini memakai penelitian tindakan kelas karena

merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif. Pada penelitian ini

disamping untuk memantau permasalahan belajar yang dihadapi peserta didik

juga membantu guru dalam upaya memperbaiki cara mengajarnya selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penelitian tindakan kelas dilakukan

secara kolaboratif, untuk kemantapan rasional dalam pelaksanaan tugas, serta

memperbaiki kondisi tempat praktik pembelajaran sendiri.

C. Prosedur Kerja Penelitian

Pelaksanaan tindakan kelas ini mengikuti model dari Kemmis

dan Mc Taggart (1999: 6) yang terdiri dari empat komponen utama yaitu:

(a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi tindakan,

(d) refleksi tindakan. Tindakan yang digunakan adalah penerapan

pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Selanjutnya disusunlah

prosedur penelitian sebagai berikut :

1. Siklus Pertama

a). Rencana Tindakan (Planning)

Pada kegiatan penelitian tindakan kelas upaya peningkatan

hasil belajar Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menggunakan pendekatan

28
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw peserta didik kelas IX B MTsN. 1

Lombok Barat, peneliti membuat perencanaan yaitu :

1). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan peneliti

mengidentifikasi materi yang akan dilakukan dalam penelitian

tindakan kelas yaitu kompetensi dasar (KD): (3.2) Memahami

Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Kemudian peneliti menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), berdasarkan kompetensi dasar

tersebut di atas dan berdasarkan pada variabel tindakan yang

akan diterapkan yaitu penggunan pendekatan pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw. Dalam penelitian tindakan kelas ini

memakan waktu sebanyak empat kali pertemuan ( 12 jam

pelajaran ).

2). Menyiapkan Lembar Kerja Peserta didik

Guru menyiapkan lembar kerja peserta didik tentang

kompetensi dasar (KD) : (3.2) Mensintesiskan isi alinea dan

pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, untuk digunakan

dalam diskusi pada kelompok ahli dan juga pada kelompok asal.

3). Menyiapkan Instrumen Pengumpul Data

Sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan peneliti

menyiapkan (1) lembar pengamatan diskusi dalam pembelajaran

29
kooperatif tipe Jigsaw; (2) lembar observasi untuk peserta didik ;

(3) lembar pengamatan proses belajar mengajar responden guru;

(4) pedoman wawancara responden peserta didik; (5) pedoman

wawancara responden teman sejawat guru (6) lembar evaluasi

kompetensi dasar 3.2. Dalam persiapan juga akan disusun (7)

daftar nama kelompok diskusi asal yang dibuat secara heterogen,

dengan mempertimbangkan anak yang berkemampuan tinggi,

sedang, dan rendah. Juga akan disusun (8) daftar nama

kelompok ahli dalam materi Makna Alinea Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (9) daftar

perolehan hasil belajar Memahami Makna Alinea Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

peserta didik kompetensi dasar 3.2.

Peneliti bersama kolaborator yaitu Rahmah Pujiarti, S.Pd.

mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan Memahami

Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 pada peserta didik kelas IX B dan

mendiskusikan cara yang efektif untuk meningkatkan kemampuan

pemahaman tentang Memahami Makna Alinea Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4). Penjelasan Prosedur Tindakan

Tahap pendahuluan

Di tahap pendahuluan guru menyampaikan tujuan pembelajaran,

30
dan memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang

pentingnya mempelajari materi yang akan disajikan.

Tahap inti

a. Dari 28 peserta didik, membagi peserta didik dalam lima

kelompok asal yang tiap kelompoknya terdiri dari enam

peserta didik secara heterogen, dengan mempertimbangkan

peserta didik yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Kelima peserta didik dari kelompok asal diberi tugas masing-

masing satu materi ahli, yaitu materi Makna Alinea

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Kemudian masing-masing kelompok awal

membentuk dua kelompok ahli.

b. Menyajikan materi pelajaran berdasarkan RPP yang telah

dibuat.

c. Kedua kelompok ahli masing-masing diberikan materi

diskusi tentang Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jadi ada

kelompok ahli Makna Alinea 1 dan 2 Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

kelompok ahli Makna Alinea 3 dan 4 Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

d. Masing-masing peserta didik dari kelompok ahli kembali ke

kelompok asalnya untuk menjelaskan kepada teman di

31
kelompok asalnya tentang materi yang didiskusikan ketika di

kelompok ahli.

e. Salah satu dari kelompok asal mempresentasikan hasil kerja

dari kelompoknya, dan ditanggapi oleh kelompok asal yang

lain.

f. Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada peserta didik.

g. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan

tanggapan.

h. Penguatan dan kesimpula secara bersama-sama.

i. Melakukan pengamatan atau observasi.

Tahap penutup

Peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah dipelajari,

dan peserta didik diberikan pekerjaan rumah.

b). Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pertemuan Pertama

Pendahuluan : ● Menyampaikan tujuan pembelajaran.

● Memotivasi peserta didik dengan memberi

penjelasan tentang pentingnya mempelajari

materi ini.

Kegiatan Inti

a. Peserta didik dibagi menjadi 2 kelompok ahli dalam bidang

Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, kemudian diberikan stimulus

32
berupa pemberian materi oleh guru mengenai menyebutkan

Pokok-Pokok Pikiran Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kemudian antara

peserta didik dan guru mendiskusikan materi tersebut. Setiap

kelompok ahli diberikan tugas sesuai dengan bidang

keahliannya, untuk didiskusikan dalam kelompoknya. Guru

memberikan Lembar Kerja Peserta didik, untuk dikerjakan

dalam kelompok ahli. Peserta didik kembali dalam kelompok

asalnya dan saling bertukar pikiran, dan saling menjelaskan

dari apa yang di peroleh ketika berdiskusi di kelompok ahlinya

masing-masing.

b. Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau tiap

kelompok mempresentasikan mengenai menyebutkan Pokok-

Pokok Pikiran Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

c. Peserta didik mengerjakan beberapa soal dari Lembar Kerja

Peserta didik yang diberikan guru, mengenai menyebutkan

Pokok-Pokok Pikiran Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kemudian peserta didik

dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal

tersebut.

d. Peserta didik mengerjakan beberapa soal “Quiz“ dari Lembar

Kerja Peserta didik yang diberikan guru.

33
Penutup

a. Peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah

dipelajari.

b. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR) dari soal-soal

Pertemuan Kedua

Pendahuluan : ● Menyampaikan tujuan pembelajaran.

● Memotivasi peserta didik dengan memberi

penjelasan tentang pentingnya mempelajari

materi ini.

Kegiatan Inti

a. Peserta didik dibagi menjadi 5 kelompok ahli kemudian

diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru

mengenai Sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam

Pembukaan UUD Negara Republik. Masing-masing kelompok

berdiskusi. Setiap kelompok ahli diberikan materi diskusi

sesuai dengan bidang keahliannya, untuk didiskusikan dalam

kelompoknya. Guru memberikan Lembar Kerja Peserta didik,

untuk dikerjakan dalam kelompok ahli., kemudian antara

peserta didik dan guru mendiskusikan materi tersebut.

Peserta didik kembali dalam kelompok asalnya dan saling

bertukar pikiran, dan saling menjelaskan dari apa yang

diperoleh ketika berdiskusi di kelompok ahlinya masing-

34
masing.

b. Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau setiap

kelompok asal mempresentasikan mengenai Sikap positif

terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara

Republik.

c. Peserta didik mengerjakan beberapa soal dari Lembar Kerja

Siswa yang diberikan guru mengenai menyebutkan sikap

positif terhadap pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD

Negara Republik, kemudian peserta didik dan guru secara

bersama-sama membahas jawaban soal tersebut.

Penutup

a. Peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah

dipelajari.

b. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR) dari soal-soal

yang belum terselesaikan /dibahas di kelas.

c). Pengamatan (Observation)

Pada tahap observasi ini, peneliti merekam berbagai jenis

data yang berkaitan dengan dampak tindakan penerapan

pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil

belajar Memahami “Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945“ peserta didik kelas

IX B MTsN. 1 Lombok Barat baik pada aspek proses maupun

35
perubahan pada masalah.

d). Refleksi (Reflecting)

Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa

syarat sebagai berikut :

1. Peserta didik aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran

yang terlihat dari berani dan mampu menjawab pertanyaan dari

guru.

2. Peserta didik aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran

yang terlihat dari berani menanggapi dan mengemukakan

pendapat tentang jawaban peserta didik yang lain.

3. Peserta didik aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran

yang terlihat dari berani dan mampu untuk bertanya tentang

materi pelajaran pada hari itu.

4. Peserta didik aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran

yang terlihat dari setiap anggota kelompok aktif dalam

mengerjakan tugas kelompoknya.

5. Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang

disediakan.

6. Peserta didik mengalami peningkatan hasil belajar Memahami

Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, dengan ketuntasan belajar minimal (KBM)

perorangan sama dengan 75 untuk masing-masing materi dan

secara klasikal untuk masing-masing materi, hasil belajar PKn

36
peserta didik mencapai lebih atau sama dengan 85% dari

seluruh peserta didik di kelas itu mendapat nilai 75 atau lebih.

7. Guru dalam melaksanakan penggunaan metode pembelajaran dan

media pembelajaran sudah sesuai dengan prosedur yang telah

direncanakan.

2. Siklus Kedua

Seperti halnya siklus pertama, siklus keduapun terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

a). Perencanaan ( Planning )

Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil

refleksi pada siklus pertama.

b). Pelaksanaan ( Acting )

Guru melaksanakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama.

c). Pengamatan ( Observation )

Tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap

aktivitas peserta didik saat diberi tindakan pendekatan pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.

d). Refleksi ( Reflecting )

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus

kedua dan menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan

pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam peningkatan

37
aktivitas peserta didik dan hasil belajar Memahami Makna Alinea

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

D. Indikator Keberhasilan

Indikator dari keberhasilan penelitian tindakan kelas upaya

peningkatan hasil belajar Makna Alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw peserta didik kelas IX B MTs Negeri 1

Lombok Barat adalah :

1. Indikator Keberhasilan Proses

a. Aktivitas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar sudah

mengarah ke pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara lebih baik.

Peserta didik merasa berminat, senang, dan puas dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar. Peserta didik perhatian terhadap kegiatan

belajar mengajar. Peserta didik mampu membangun kerja sama

dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Peserta

didik mampu berpartisifasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam

melaksanakannya. Peserta didik mampu mempresentasikan hasil

kerja. Hasil observasi aktivitas peserta didik minimal mencapai 75 %.

b. Meningkatnya aktivitas peserta didik dalam kegiatan belajar

mengajar didukung oleh meningkatnya prosedur kesesuaian guru

dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran

yang mengarah pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Guru

38
intensif membimbing peserta didik, terutama saat peserta didik

mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil

observasi prosedur kesesuaian guru dalam kegiatan belajar mengajar

mencapai minimal 80 %.

2. Indikator Keberhasilan

a. Meningkatnya hasil belajar peserta didik dalam melaksanakan

evaluasi terhadap kemampuan peserta didik menguasai materi

pembelajaran. Hasil belajar minimal 75.

b. Meningkatkannya ketuntasan belajar klasikal peserta didik dalam

menguasai materi pembelajaran minimal mencapai 80 %, dari nilai

ketuntasan belajar minimalnya 75.

39
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dipaparkan dalam bab ini terdiri dari hasil observasi awal

dan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas, dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran PKn Kelas lX B MTs

N I Lombok Barat. Hasil pelaksanaan PTK ini meliputi 2 siklus dan data tiap

siklus disajikan dalam 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, hasil

observasi dan reflesi.

1. Hasil observasi awal

a. Data aktifitas Guru

Dari hasil obsevasi awal ditemukan data aktifitas guru sebagai berikut:

Dalam menyajikan bahan ajar PKn guru sering menggunakan metode

ceramah. Kegiatan berpusat pada aktifitas guru, komunikasi hanya satu

arah yaitu dari guru kepeserta didik, jarang memberi kesempatan

bertanyta kepada peserta didik, serta tidak ada kegiatan kerjasama

peserta didik dalam melakukan kegiatan kelas.

b. Data aktifitas peserta didik

Dari hasil observasi awal ditemukan data aktivitas peserta didik sebagai

berikut: Oleh karena guru menerapkan metode ceramah dalam penyajian

materi ajar akibatnya peserta didik pasif dalam aktivitas belajar. Peserta

didik hanya duduk hanya mendengarkan penjelasan guru, tidak ada

40
kegiatan kerjasama dan kurangnya kegiatan, sehingga peserta didik

cendrung berbicara sendiri-sendiri dan bosan.

c. Daftar hasil belajar

Peneliti melakukan evaluasi, ditemukan data hasil belajar peserta didik

dari ulangan formatif pada temuan awal sebagai berikut :

Tabel 4.1

Data hasil ulangan fomatif pada temuan observasi awal

Ketuntasan
No Nama Siswa Nilai
T TT
1. ABDUL HAFIZ 70 √
2. ADAM JANUARDI 75 √
3. AHMAD ARIP 70 √
4. ANDIKA PRATAMA 60 √
5. ANISA NURRAHMA 70 √
6. APRIL SUANDI 70 √
7. A` YUNIN SYAFIFA 75 √
8. DIKI WAHYU SAPUTRA 70 √
9. DINA SILPINA 80 √
10. ELSA DWI ANDRIANA PUTRI 65 √
11. HASNANIA SOFHA 75 √
12. IMAM MEYDI KURTUBI 70 √
13. ISNA NIRMAYANTI 75 √
14. KHAIRIL RIVAL MAULANA 60 √
15. LALU ARIL HERDIANSYAH 60 √
16. LALU DIDIK NASRUN AHWIN 70 √
17. MIA MAHISA PUTRI 75 √
18. MUHAMMAD RHOMY HARDY 70 √
19. NASWA AISYA FITRI 85 √
20. NIA JULIANA 80 √

41
Ketuntasan
No Nama Siswa Nilai
T TT
21. ORIZA AULIA SATIFA 60 √
22. PUTRI ELDAYANA 75 √
23. RAMDANI 65 √
24. REZA HIJRATURROHIM 70 √
25. RINA HANDRIYANA 75 √
26. RIRI RAHMIATI 75 √
27. SISKA AMELIA 70 √
28. ZAM ZAM ALRIDHO 70 √
Jumlah 1985 11 17
Prosentase 70,89 39,3 61,7

Rentang nilai :

86 – 100 = Sangat Baik

76 – 85 = Baik

62 – 75 = Cukup

Kurang dari 61 = Kurang

Berdasarkan pada tabel 4.1 di atas maka dapat didiskripsikan hasil belajar

peserta didik sebagai berikut : peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar

hanya 11 peserta didik dengan presentase 39,3 % hal ini berarti ada 17 peserta

didik dengan prosentase 61,7 % yang belum mencapai ketuntasan yang belum

mencapai ketuntasan belajar. Dari data aktivitas guru dan peserta didik

sertahasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa pola pembelajaran yang

diterapkan guru kurang baik dan perlu diperbaiki melalui Penelitian Tindakan

Kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk

42
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IX B MTsN 1 Lombok Barat

pada materi Langkah-langkah perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar

negara dalam berbagai kehidupan.

Untuk memperjelas data pada tabel 4.1 digambarkan dalam bentuk diagram

batang sebagai berikut :

20 -

15 - Jumlah peserta didik

10 -

5 -

0
Tuntas Belum Tuntas

Gambar 4.1. Diagram batang hasil belajar peserta didik pra siklus

1. Siklus

Hasil penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Penyajian penelitian pada setiap

melalui 4 tahapan yaitu : perencanaan, tindakan, hasil observasi dan

refleksi.

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan pembelajaran siklus 1 terdiri dari suatu rencana

pembelajaran. Adapun komponen - komponen dalam rencana

pembelajaran sebagai berikut :

43
1. Membuat RPP materi Makna alinea Pembukaan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru bertanya jawab dengan peserta didik tentang materi

menyebutkan Makna alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945 untuk memberi motivasi peserta

didik.

4. Menjelaskan materi pokok Makna pokok-pokok pikiran dalam

Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

5. Membentuk kelompok untuk melakukan kegiatan pembelajaran

menguasai materi yang dibagikan ke masing-masing anggota.

6. Setelah peserta didik mendapatkan materi sub-sub bagian tiap

anggota berkumpul dengan kelompok lain yang materinya sama

untuk saling berdiskusi.

7. Kemudian setelah menguasai sub materi yang diberikan,tiap anggota

kelompok kembali ke kelompok asal.

8. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, peserta didik diberikan

tagihan berupa kuis individu.

9. Memberikan tes tulis tentang menyebutkan Makna alinea

Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945 dan Makna pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

10. Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan peserta didik,

44
instrumen ini digunakan untuk mengamati kesesuaian model

pembelajaran dengan proses pembelajaranberlangsung.

11. Mengumpulkan hasil tes belajar siswa untuk mengukur peningkatan

hasil belajar tentang materi menyebutkan Makna alinea Pembukaan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Makna pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan belajar mengajar ini menggunakan sintaks model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pendahuluan :

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang

pentingnya mempelajari materi ini.

2. Kegiatan Inti :

a. Guru menjelaskan materi tentang Makna alinea Pembukaan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Membentuk 5 kelompok untuk melakukan kegiatan

pembelajaran

c. Membimbing masing-masing kelompok apabila dalam kesulitan

d. Setiap anggota kelompok menerima materi pelajaran dalam

bentuk teks.

e. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab

45
yang sama bertemu dalam kelompok kelompok ahli untuk

mendiskusikannya.

f. Setelah selesai tiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok

asal untuk mengajar teman-temannya.

g. Setiap siswa diberikan tagihan berupa kuis individu

h. Selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau

dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan

hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat

menyamakan persepsi pada materi pelajaran yang telah

didiskusikan

3. Penutup :

a. Peserta didik membuat rangkuman sub bab yang telah dipelajari.

b. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR).

c. Hasil Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung observer mengamati aktivitas

guru dan peserta didik dengan hasil sebagai berikut :

a. Hasil observasi aktivitas guru

Hasil observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran

berlangsung dapat dilihat pada instrumen aktivitas guru pada tabel

berikut ini:

Tabel 4. 2. Data Aktivitas Guru Pada Siklus 1

No Aktivitas Guru Pertemuan Rata- Prosentas


P1 P2

46
rata skor e
Memotivasi dan
1 menyampaikan tujuan 3 4 3,5 87,5
pembelajaran
Penjelasan materi
2 3 3 3 75
pelajaran
Mengorganisasi
3 3 3 3 75
kelompok ahli
Membimbing diskusi
4 3 3 3,5 75
kelompok ahli
Membimbing diskusi
5 3 3 3 75
kelompok asal
Membimbing
6 3 3 3 75
pengisian LKS
Memberi penghargaan
7 2 3 2,5 62,5
pada kelompok
Kemampuan
8 3 3 3 75
melakukan evaluasi
9 Menyimpulkan materi 3 3 3 75
Jumlah 27 32 29,5 675

Rata- rata 75

Keterangan :

Persentase keberhasilan :

0% - 25% dinyatakan kurang

26% - 50% dinyatakan cukup

51% - 75% dinyatakan baik

76% - 100% dinyatakan sangat baik

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa guru sudah mencapai

47
target pada aspek memotivasi peserta didik, aspek penjelasan materi

pelajaran, aspek mengorganisa kelompok ahli, aspek membimbing

diskusi kelompok ahli, aspek membimbing diskusi kelompok asal,

serta sebagian aspek lainnya belum mencapai target yang ditentukan

(80%),namun guru menyampaikan materi dengan baik karena

prosentase keberhasilan sebesar 75 %

b. Hasil observasi aktivitas peserta didik

Data aktivitas peserta didik selama proses belajar mengajar dapat

dilihat didalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.3. Hasil Observasi Aktivitas peserta didik siklus 1

Pertemuan Rata- Prosentas


No Aktivitas Peserta Didik P1 P2
rata skor e
Memahami instruksi
1 2 3 2,5 62,5
guru
2 Keaktifan 2 3 2,5 62,5
3 Ketepatan Jawaban 2 3 2,5 62,5
Kerjasama pada
4 3 3 3 75
kelompok ahli
Presentase pada
5 3 3 3 75
kelompok asal
Jumlah 12 15 13,5 337,5

Rata- rata 67,5

Rentang Nilai :

80 – 100 = Sangat baik

66 – 79 = Baik

48
56 – 65 = Cukup

Kurang dari 56 = Kurang

Berdasarkan pengamatan dari observer pada tabel 4.3 ditemukan

bahwa 62,5% peserta didik yang memahami instruksi guru dengan

cermat dari jumlah keseluruhan. Peserta didik yang aktif dalam

diskusi sebesar 62,5 %. Ketepatan peserta didik menjawab

pertanyaan sebesar 62,5%. Peserta didik yang dapat bekerja sama

dengan kelompok sebesar 75%. Sedangkan peserta didik yang

mampu mempresentasikan hasil diskusi sebesar 75%. Jika dirata-

rata sebesar 67,5 %. Hasil observasi aktivitas peserta didik selama

proses pembelajaran siklus 1 menunjukkan belum terdapat aspek

yang memenuhi target, sedangkan persentase keberhasilan hanya

mencapai 67,5 %. Hal ini berarti aktivitas peserta didik belum

mencapai keberhasilan karena kriteria ketuntasan aktivitas peserta

didik adalah 80%.

c. Hasil belajar peserta didik

Setelah observasi aktivitas guru dan peserta didik, maka kami

sajikan hasil ulangan formatif yang menunjukkan peningkatan siklus

1 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Peserta Didik pada Siklus 1

Ketuntasan
No Nama Siswa Nilai
T TT
1. ABDUL HAFIZ 70 √
2. ADAM JANUARDI 75 √

49
Ketuntasan
No Nama Siswa Nilai
T TT
3. AHMAD ARIP 70 √
4. ANDIKA PRATAMA 70 √
5. ANISA NURRAHMA 80 √
6. APRIL SUANDI 75 √
7. A` YUNIN SYAFIFA 85 √
8. DIKI WAHYU SAPUTRA 70 √
9. DINA SILPINA 85 √
10. ELSA DWI ANDRIANA PUTRI 70 √
11. HASNANIA SOFHA 85 √
12. IMAM MEYDI KURTUBI 75 √
13. ISNA NIRMAYANTI 85 √
14. KHAIRIL RIVAL MAULANA 65 √
15. LALU ARIL HERDIANSYAH 65 √
16. LALU DIDIK NASRUN AHWIN 80 √
17. MIA MAHISA PUTRI 80 √
18. MUHAMMAD RHOMY HARDY 70 √
19. NASWA AISYA FITRI 90 √
20. NIA JULIANA 85 √
21. ORIZA AULIA SATIFA 70 √
22. PUTRI ELDAYANA 80 √
23. RAMDANI 70 √
24. REZA HIJRATURROHIM 70 √
25. RINA HANDRIYANA 80 √
26. RIRI RAHMIATI 85 √
27. SISKA AMELIA 75 √
28. ZAM ZAM ALRIDHO 70 √
Jumlah 2130 16 12
Prosentase 76,1 57,14 42,86

50
Berdasarkan Tabel 4.4 skor rata-rata evaluasi yang dicapai siswa adalah

76,1 %. Sedangkan jumlah peserta didik yang memenuhi KBM

(Ketuntasan Belajar Minimum) adalah sebanyak 16 peserta didik

(57,14%). Sedangkan yang belum memenuhi KBM (Ketuntasan Belajar

Minimum) sebesar 12 peserta didik (42,86%). Ketuntasan klasikal

pembelajaran siklus 1 belum tercapai karena kurang dari 80 % peserta

didik yang mencapai KBM (Ketuntasan Belajar Minimum).

20 -
Jumlah peserta didik

15 -

10 -

5 -

0
Tuntas Belum Tuntas
Gambar 4.2. Diagram batang hasil belajar peserta didik Siklus I

d. Refleksi

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah merangkum

hasil observasi baik aktivitas peserta didik ataupun aktivitas guru, serta

hasil belajar peserta didik. Berdasarkan paparan data diatas, dapat

diambil sejumlah evaluasi pada beberapa hal sebagai berikut : a.

Partisipasi belajar siswa cukup baik karena berdasarkan data peneliti

51
sebanyak 67,5 % peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. b.

Berdasarkan analisa ulang, didapat sebagaiberikut : Jumlah peserta didik

Tuntas = 16 (57,14%), Jumlah peserta didik Tidak Tuntas = 12

(42,86%), Jumlah rata-rata kelas = 76,1. Ketuntaan klasikal

pembelajaran siklus 1 belum tercapai karena kurang dari 80 % siswa

yang mencapai KBM. Dengan memperhatikan hasil evaluasi pada siklus

I, maka peneliti melanjutkan penelitian tindakan pada siklus II

mengingat masih adanya nilai yang belum tuntas dan ada poin kinerja

guru yang belum terpenuhi.

Selain merangkum hasil observasi aktivitas guru, peserta didik, dan hasil

belajar, pada tahap ini guru juga melakukan evaluasi tentang

pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siklus I dengan

observasi untuk memperbaiki kekurangan dan mengatasi hambatan yang

dihadapi oleh peneliti dan peserta didik selama proses pembelajaran.

Berdasarkan observasi pada siklus I didapatkan temuan sebagai berikut :

1. Peserta didik masih mengalami kebingungan dalam mempelajari

materi yang disampaikan.

2. Peserta didik masih takut menyampaikan pendapat karena takut salah

3. Kegiatan diskusi masih kurang dapat berjalan sebagaimana yang

diharapkan

4. Kegiatan diskusi masih didominasi oleh peserta didik yang pandai

5. Peserta didik masih kurang dapat bekerja sama dengan teman

kelompoknya

52
6. Presentasi belum banyak mendapatlkan perhatian / tanggapan dari

pendengar / kelompok lain.

Langkah – langkah perbaikan yang dilakukan untukl siklus berikutnya

yaitu :

1. Guru harus dapat memotivasi peserta didik agar lebih aktif dalam

diskusi, misalnya dengan memberi penghargaan pada kelompok

peserta didik yang aktif dalam diskusi.

2. Menjelaskan pada peserta didik tentang pentingnya bekerja sama

dalam kelompok, dengan memberikan contoh-contoh cara bekerja

sama yang baik dengan teman kelompok.

3. Peserta didik diberi pengarahan dan penjelasan agar lebih konsentrasi

dalam memperhatikan dan mendengarkan prestasi temannya

sehingga dapat memahami materi yang disampaikan.

2. Hasil siklus 2

Adapun hasil dari kegiatan belajar mengajar pada kegiatan siklus 2

ini, secara rinci akan dipaparkan sebagai berikut dibawah ini :

a. Data Aktivitas Guru

Tabel 4.5 Data Aktivitas Guru pada Siklus 2

Pertemuan Rata- Prosentas


No Aktivitas Guru P1 P2
rata skor e
1 Memotivasi dan 4 4 4 100

53
menyampaikan tujuan
pembelajaran
Penjelasan materi
2 3 4 3,5 87,5
pelajaran
Mengorganisasi
3 3 4 3,5 87,5
kelompok ahli
Membimbing diskusi
4 3 4 3,5 87,5
kelompok ahli
Membimbing diskusi
5 3 4 3,5 87,5
kelompok asal
Membimbing
6 3 4 3,5 87,5
pengisian LKS
Memberi penghargaan
7 3 4 3,5 87,5
pada kelompok
Kemampuan
8 4 4 4 100
melakukan evaluasi
9 Menyimpulkan materi 3 4 3,5 87,5
Jumlah 29 36 32,5 812,5

Rata- rata 90,28

Keterangan :

Persentase keberhasilan :

0% - 25% dinyatakan kurang

26% - 50% dinyatakan cukup

51% - 75% dinyatakan baik

76% - 100% dinyatakan sangat baik

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa semua aspek penilaian guru

sudah mencapai target. Guru menyampaikan pembelajaran dengan

54
sangat baik dan persentase keberhasilan sebesar 90,28%.

b. Data Aktivitas Peserta Didik

Tabel 4.6. Hasil Observasi Aktivitas peserta didik siklus 2

Pertemuan Rata- Prosentas


No Aktivitas Peserta Didik P1 P2
rata skor e
Memahami instruksi
1 3 3 3 75
guru
2 Keaktifan 3 4 3,5 87,5
3 Ketepatan Jawaban 3 3 3 75
Kerjasama pada
4 3 4 3,5 87,5
kelompok ahli
Presentase pada
5 3 4 3,5 87,5
kelompok asal
Jumlah 15 18 16,5 412,5

Rata- rata 82,5

Rentang Nilai :

80 – 100 = Sangat baik

66 – 79 = Baik

56 – 65 = Cukup

Kurang dari 56 = Kurang

Berdasarkan pengamatan dari observasi pada tabel 4.6 ditemukan

bahwa terdapat 75 % peserta didik yang memahami instruksi guru

dengan cermat dari jumlah keseluruhan. Peserta didik yang aktif dalam

diskusi sebesar 87,5 %. Ketepatan peserta didik menjawab pertanyaan

sebesar 75 %. Peserta didik yang dapat bekerja sama dengan kelompok

55
sebesar 87,5 %. Jika rata-rata sebesar 82,5 %. Data aktivitas peserta

didik selama proses pembelajaran siklus 2 menunjukkan sudah ada

peningkatan jika dibandingkan dengan siklus 1 yang rata-ratanya hanya

mencapai 67,5 %. Hal ini berarti aktivitas peserta diidik sudah

mencapai keberhasilan karena kriteria ketuntasan aktivitas peserta didik

adalah 80 %. Sedangkan rata-rata aktivitas siklus 2 sudah mencapai

82,5 %.

c. Data Hasil Be;lajar Peserta Didik

Tabel 4.7 Data Hasil Belajar Peserta Didik pada Siklus 2

Ketuntasan
No Nama Siswa Nilai
T TT
1. ABDUL HAFIZ 80 √
2. ADAM JANUARDI 85 √
3. AHMAD ARIP 70 √
4. ANDIKA PRATAMA 85 √
5. ANISA NURRAHMA 85 √
6. APRIL SUANDI 85 √
7. A` YUNIN SYAFIFA 85 √
8. DIKI WAHYU SAPUTRA 80 √
9. DINA SILPINA 90 √
10. ELSA DWI ANDRIANA PUTRI 80 √
11. HASNANIA SOFHA 85 √
12. IMAM MEYDI KURTUBI 90 √
13. ISNA NIRMAYANTI 90 √
14. KHAIRIL RIVAL MAULANA 85 √
15. LALU ARIL HERDIANSYAH 80 √
16. LALU DIDIK NASRUN AHWIN 85 √
17. MIA MAHISA PUTRI 90 √

56
Ketuntasan
No Nama Siswa Nilai
T TT
18. MUHAMMAD RHOMY HARDY 80 √
19. NASWA AISYA FITRI 95 √
20. NIA JULIANA 95 √
21. ORIZA AULIA SATIFA 80 √
22. PUTRI ELDAYANA 85 √
23. RAMDANI 70 √
24. REZA HIJRATURROHIM 80 √
25. RINA HANDRIYANA 85 √
26. RIRI RAHMIATI 90 √
27. SISKA AMELIA 85 √
28. ZAM ZAM ALRIDHO 70 √
Jumlah 2345 25 3
Prosentase 83,75 89,3 10,7

Berdasarkan tabel 4.7 skor rata-rata evaluasi yang dicapai peserta didik

adalah 83,75 %. Dan telah terjadi peningkatan nilai rata – rata sebesar

6,65 % dari pada nilai evaluasi pada siklus 1. Sedangkan jumlah peserta

didik yang memenuhi KBM (Ketuntasan Belajar Minimum) adalah

sebanyak 25 peserta didik (89,3 %) sedang yang belum memenuhi

KBM (Ketuntasan Belajar Minimum) sebesar 3 peserta didik (10,7%).

Ketuntasan klasikal pembelajaran siklus 2 sudah tercapai karena dari

80% peserta didik yang mencapai nilai KBM (Ketuntasan Belajar

Minimum).
30 -

25 -

Jumlah peserta didik


20 -
57
15 -
5 -

0
Tuntas Belum Tuntas
Gambar 4.3. Diagram batang hasil belajar peserta didik Siklus II

d. Data Hasil Pengamatan Berdasarkan Kelompok

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Berdasarkan Kelompok

Aspek yang dinilai

KLP 1 2 3 4 5

Skor % Skor % Skor % Skor % Skor %

I 15 75 14 70 15 75 16 80 17 85

II 14 70 14 70 15 75 14 70 15 75

III 14 70 15 75 14 70 17 85 16 80

IV 19 95 18 90 18 90 19 95 19 95

V 16 80 15 75 17 85 15 75 14 70

Bila dilihat dari tabel 4.8 untuk keaktifan kelompok memiliki nilai

terbesar adalah kelompok IV yaitu sebesar 95 %. Untuk kerjasama,

kelompok IV mencapai nilai 90 %, sedangkan untuk keberanian

yang mencapai nilai tertinggi juga kelompok IV yaitu sebesar 90 %,

untuk tanggung jawab kelompok IV juga memperoleh nilai tertinggi

58
yaitu sebesar 95 %, sedangkan untuk kemampuan memberikan

tanggapan nilai tertinggi diraih kelompok IV sebesar 95 %.

e. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dari data-

data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik.

2. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa peserta didik

aktif selama proses belajar berlangsung.

3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik

4. Hasil belajar peserta didik pada siklus 2 telah mencapai

ketuntasan

B. Pembahasan Penelitian

Pada bagian ini dijelaskan tentang bagaimana penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar

peserta didik kelas IX B MTsN 1 Lombok Barat dimulai dari siklus 1 hingga

siklus 2. Pada penelitian ini, peneliti menguraikan kemampuan pemahaman

menjadi tiga aspek. Yakni kualitas hasil belajar, aktivitas peserta didikdan

aktivitas guru. Jika aspek penilaian peserta didik tersebut memenuhi

indikator pencapaian yang ditetapkan sebelumnya maka penelitian ini

59
dikatakan berhasil.

Data belajar peserta didik diukur dari hasil tes individu yang dikerjakan pada

setiap akhir siklus pada penelitian ini, untuk Siklus 1 peserta didik yang

mendapat nilai diatas 75 sebanyak 16 peserta didik atau sekitar 57,14 %. Hal

ini masih belum mencapai indikator ketercapaian rata-rata kelas yang

menghendaki 80 % dari jumlah peserta didik. Sedangkan pada Siklus II

peserta didik yang mendapat nilai diatas 75 adalah 25 peserta didikatau

89,3% peserta didik sehingga pada Siklus II ini sudah mencapai kriteria

indikator yang diharapkan. Berikut rekapitulasi nhasil belajar peserta didik.

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Belajar Peserta Didik

Jumlah Siswa Ketuntasan


Tes Hasil Yang
No Rata-rata
Belajar Memperoleh Individu Klasikal
Skor ≥ 75

1 Siklus I 16 57,14 Tuntas Belum

2 Siklus II 25 89,3 Tuntas Tuntas

Berdasarkan hasil obesrvasi pada tabel 4.9 yang diperoleh dari tindakan

Siklus I dan II terlihat bahwa aktivitas peserta didik juga mengalami

peningkatan yang sangat maksimal karena pada awalnya peserta didik belum

pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pada saat

pelaksanaan tindakan. Siklus I dan II ada beberapa aspek yang telah

mengalami peningkatan yang maksimal.

Untuk memperjelas data tabel 4.9 digambarkan dalam bentuk diagram

batang sebagai berikut :

60
30 -

25 -

20 - Jumlah peserta didik

15 -

10 -

5 -

0
Siklus I Siklus II
Gambar 4.4. Diagram batang Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II

Berikut hasil rekapitulasi aktivitas peserta didik :

Tabel 4.10 Rekapitulasi Aktivitas Peserta Didik

Persentase komponen yang


No Aktivitas Peserta Didik
terpenuhi

1 Siklus I 76,1

2 Siklus II 83,75

Peningkatan 7,65

Pada tabel 4. 10 menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw sangat membantu peserta didik meningkatkan

semangat untuk belajar. Hasil aktivitas peserta didik pada siklus I jika rata-

rata sebesar 77,81 % sedang siklus II sebesar 83,,4 %. Berarti ada

61
peningkatan 5,59 %.

Untuk memperjelas data pada tabel 4.10 digambarkandalam bentuk diagram

batang sebagai berikut :

85 -

80 -

Prosentase
75 -

70 -

65 -

60
Siklus I Siklus II
Gambar 4.5. Diagram Batang Aktivitas Peserta Didik Siklus I , Siklus II

Berikut hasil rekapitulasi aktivitas guru.

Tabel 4. 11 Rekapitulasi aktivitas Guru

Persentase komponen yang


No Aktivitas Guru
terpenuhi

1 Siklus 1 75

2 Siklus 2 90,28

Peningkatan 15, 28

Untuk memperjelas data pada tabel 4.11 di gambarkan dalam bentuk

62
diagram batang sebagai berikut :

90 -

85 -

80 -

Prosentase
75 -

70 -

65
-
60
Siklus I Siklus II
Gambar 4.5. Diagram Batang Aktivitas Guru Siklus I , Siklus II

Aktivitas Guru pada penelitian siklus 1 dan 2 menunjukkan

bahwa kegiatan guru telah mengalami peningkatan. Pada observasi

Siklus 1 Aktivitas Guru masih mengalami banyak kekurangan dan perlu

mendapat perbaikan. Pada Siklus 2 guru telah melakukan perbaikan

terhadap cara mengajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw, agar materi yang diberikan dapat dipahami oleh

peserta didik dan daya ingat peserta didik lebih lama. Pada siklus 1

aktivitas guru telah mencapai 75 % sedangkan siklus 2 telah meningkat

yaitu 90,28 %. Berarti ada peningkatan sebesar 15,28 %. Hal ini

membuktikan bahwa pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat membantu meningkatkat

aktivitas guru dalam pembelajaran PKn. Adanya peningkatan hasil

63
belajar pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai yang

diungkapkan Ibrahim (dalam Julianto, 2011 : 20) bahwa jigsaw

dikembangkan melalui tutorial, kuis, satu sama lain atau melakukan

diskusi. Setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap

individu diberi skor perkembangan. Maka sesuai dengan penelitian pada

PTK iniyang menggunakan diskusi kelompok dan unjuk kerja kelompok

untuk meningkatkan hasil belajar pada memahami Makna alinea

Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,

dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar peserta didik kelas IX B

setelah mendapat model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Implementasi model pembelajaran tipe jigsaw yang digunakan

dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik kelas IX B semester 1 di

MTsN 1 Lombok Barat tahun pelajaran 2019/2020, ternyata lebih efektif

dalam meningkatkan dan menumbuhkan aktivitas dan hasil belajar

peserta didik.

Dampak positif yang didapatkan dari strategi pembelajaran tipe

jigsaw adalah: (1) peserta didik termotivasi dalam belajar, (2) peserta

didik lebih kreatif, (3) peserta didik lebih berani mengungkapkan dan

menjawab pertanyaan-pertanyaan, (4) peserta didik lebih bertanggung

jawab, dan (5) kemampuan pemahaman lebih meningkat. Disisi lain

dampak positif dari strategi pembelajaran tipe jigsaw ini adalah guru

akan lebih meningkatkan kreativitasnya melakukan strategi

pembelajaran yang disampaikan kepada peserta didik, sehingga

64
kemampuan guru akan terampil dan berkembang lebih baik. Dampak

negatifnya adalah peserta didik yang tidak memiliki kreativitas dan

kemampuan rendah akan selalu tertinggal dalam proses belajarnya.

Disisi lain peserta didik yang lebih kreatif dan mempunyai kemampuan

lebih akan merasa baik dibandingkan dengan dibawahnya.

BAB V

65
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar.

2. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan

keaktifan peserta didik yang pada siklus ke-1 hanya rata-rata 67,5%

menjadi 82,5 % pada siklus ke-2.

3. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan

aktivitas peserta didik dalam hal ini rata-rata untuk aspek minat,

perhatian, partisipasi dan presentasi yang pada siklus ke-1 hanya rata-

rata 77,8 % menjadi 83,4 % pada siklus ke-2.

4. Penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran dalam hal ini

Makna alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Tahun 1945 menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan rata- rata hasil belajar pada siklus ke-1 rata-ratanya 76,1 atau

76,1 % menjadi 83,75 atau 83,75 % pada siklus ke-2.

5. Pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pembelajaran

kontekstual.

6. Melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, peserta didik

membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam

66
mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh

peserta didik, baik secara individu maupun kelompok.

7. Dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, pembelajaran

Makna alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Tahun 1945 lebih menyenangkan.

B. Saran

Telah terbuktinya pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dapat meningkatkan keaktifan maupun aktivitas peserta didik dan hasil

belajar peserta didik dalam pembelajaran Makna alinea Pembukaan Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, maka kami sarankan hal-hal

sebagai berikut

1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan

pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai suatu alternatif

untuk meningkatkan keaktifan maupun aktivitas peserta didik dan hasil

belajar peserta didik dalam pembelajaran Makna alinea Pembukaan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan

peserta didik, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara

berkesinambungan dalam pelajaran PKn maupun pelajaran lain.

67

Anda mungkin juga menyukai