Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KIMIA ANALITIK

MACAM-MACAM METODE DALAM


TITRASI PENGENDAPAN

Oleh

Kelompok 4

Dewi rahma A251 18 067

Syima A25118071

Dian Ayu A25118065

Anisa A25118061

PROGRA STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

1
2
i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kimia analitik yang berjudul “Metode-metode dalam
titrasi pengendapan”.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dengan


bantuan beberapa pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kami mengharapkan
semoga dari makalah ini dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca

Palu, 19 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan ....................................................................................................1

BAB II................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................2
2.1 Pengertian Titrasi Pengendapan.............................................................3
2.2 Metode-metode dalam Argonometri......................................................4
2.3 Faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan dalam Argonometri...........7

BAB III..............................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................8
3.1 Kesimpulan ............................................................................................8
3.2 Saran ......................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan


endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar
yang diperlukan dari titrasi  jenis ini adalah pencapaian keseimbangan
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya
interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.

Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- ) dengan ion perak
Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan
analit yang berupa ion halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat
AgNO3.

Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah


larut antara titrant dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl dari
analit membentuk garam yang tidak mudah larut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan titrasi argentometri ?
2.  Apa saja metode yang ada dalam titrasi argentometri ?
3.  Apa saja faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendapan ?
1.3 Tujuan
1. Mampu memahami titrasi dalam argentometri
2.  Mampu memahami titrasi argentometri berdasarkan metode yang ada
3. Mampu mengetahui faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendapan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengartian Titrasi Pengandapan

Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang


didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran
larutan titer perak nitrat.
Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam pembentukan
endapan, cara ini dipakai untuk penetapan kadar ion halida, anion yang dapat
membentuk endapan garam perak, atau untuk penetapan kadar perak tersebut.
Reaksi yang menghasilkan endapan dapat digunakan untuk analisis secara
titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat
dideteksi. Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami
keadaan lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat
menunggu sampai pengendapan berlangsung sempurna. Hal yang penting juga
adalah hasil kali kelarutan harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat
kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen. Reaksi samping tidak boleh terjadi
demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan pemakaian cara ini disebabkan sedikit
sekali indikator yang sesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe
indikator yang digunakan untuk melihat titik akhir.
Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai, maka titrasi
Argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard,
atau Fajans. Selain menggunakan jenis indikator di atas, maka kita juga dapat
menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekivalen.
Indikator K2CrO4 digunakan pada titrasi antara ion halida dan ion perak,
dimana kelebiha ion Ag+ akan beraksi dengan CrO42- membentuk perak kromat
yang berwarna merah bata (cara Mohr) pada titik ekivalen : Ekivalen Ag + =
ekivalen Cl-

2
Indikator ion Fe3+ dapat digunakan pada titrasi antara ion perak dan ion
SCN-, dimana kelebihan ion SCN- akan bereaksi dengan ion Fe3+ yang
memberikan warna merah. Atau dapat juga digunakan pada titrasi antara ion
halida dengan ion perak berlebihan, dan kelebihan ion perak dititrasi dengan ion
tiosianat (cara Volhard).

2.2 Macam-macam metode dalam titrasi pengendapan


1. Pembentukan dari sebuah endapan berwarna ( Metode Mohr)
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 – 10. Dalam
larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam
konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi
sedikit sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan
dikromat :
2 H+ + 2 CrO42-  2 HCrO4  Cr2O72- + H2O

Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya


menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak
kromat, dan karenanya menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam
dikromat cukup dapat larut.

Metode Mohr dapat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan
perak, dan juga ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi
menyebabkan titrasi ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi
langsung dengan ion klorida, dengan menggunakan indikator kromat. Endapan
perak kromat yang telah ada sejak awal, pada titik kesetaraan melarut kembali
dengan lambat. Tetapi, orang dapat menambahkan larutan klorida standar secara
berlebih, dan kemudian menitrasi balik, dengan menggunakan indikator kromat.
Kegunaan metode Mohr yaitu untuk penetapan kadar Klorida atau Bromida.
Prinsip penetapannya larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau
agak alkalis dititrasi dengan larutan perak nitrat menggunakan indikator kromat.
Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka
ion kromat akan bereaksi dengan ion perak membentuk endapan perak kromat

3
yang berwarna coklat merah sebagai titik akhir titrasi. Larutan standarnya yaitu
larutan perak nitrat menggunakan indikator larutan kalium kromat. Reaksinya:

NaCl + AgNO₃  AgCl(endapan) + NaNO₃

AgNO₃ + KCrO₄  Ag\CrO4(endapan) + KNO₃

Titik akhir titrasi terjadi perubahan warna pada endapan menjadi merah
coklat (Ag2CrO₄). Titrasi harus dilakukan pada suasana netral atau sedikit alkalis
karena:
1.      Dalam suasana asam endapan AgCrO₄ akan larut karena terbentuk perak
dikromat (Ag₂Cr₂O₇).
2.      Dalam suasana basa perak nitrat akan bereaksi dengan ion hidroksida
membentuk endapan perak hidroksida.
AgNO₃ + NaOH  AgOH(endapan) + NaNO₃
2. Pembentukan Kompleks berwarna ( metode Volhard)
Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard, ahli
kimia dari Jerman pada tahun 1874. Metode Volhard didasari pengendapan dari
perak tiosinat dalam larutan asam nitrit, dengan ion besi (III) dipergunakan untuk
mendeteksi kelebihan tiosinat :
Ag+ + SCN - → AgSCN (S)
Fe3+ + SCN - → FeSCN2+ (merah)
Metode ini dapat digunanakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan standar
tiosianat atau titrasi tidak langsung dari ion-ion klorida, bromida dan ionida.
Dalam titrasi tidak langsung, kelebihan dari perak nitrat standar ditambahakan dan
kemudian dititradi dengan tiosianat standar.
Metode volhard dipergunakan secara luas untuk perak dan klorida
mengingat titrasinya dapat dijalankan dalam larutan asam. Kenyataan, ada
keinginan untuk menggunakan sebuah media asam untuk mencegah hidrolisis dari
indikator on besi (III). Metode-metode umum lainnya untuk perak dan klorida
membutuhkan sebuah larutan yang mendekati netral untuk kesuksesaan titrasi.
Banyak kation yang mengendap pada kondisi semacam ini dan karenanya
menggangu dalam metode ini.

4
Dalam analisis klorida, sebuah kesalahan dapat terjadi jka endapan AgCL
dibolehkan bereaksi dengan ion tiosianat :
AgCL(S) + SCN- → AgSCN (S) + CL-
Mengingat AgSCN kurang dapat larut dibandingkan dengan AgCL, reaksiini
cenderung untuk bergeser kekanan dan akan menyebabkan hasil-hasil yang rendah
dalam analisis klorida. Reaksi ini dapat dicegah dengan menyaring penuh AgCL
atau menammbahkan nitrobenzena sebelum titrasi dengan tiosianat. Nitrobenzena
dapat terlihat mebentuk sebuh lapisan berminyak diatas permukaan AgCL, yang
mencegah reaksi dengan tosianat.
Dalam menentukan bromida dan iodida dengan menggunakan metode tak
langsung Volhard, rekasi dengan tiosianat tidak menimbulkan masalah mengingat
AgBr mempunyai kelarutan yang hampir sama dengan AgSCN, dan AgI dianggap
jauh kurang dapat larut dibandingkan AgSCN.
Contaoh senyawa yang digunakan dalam metode Volhard :
1. Standrisasi larutan ammonium tiosianat (NH4SCN) dengan larutan standar
AgNO3
2. Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur
3. Penentuan konsentrasi kloroda dalam air

3. penggunaan indikator Adsorpsi ( Metode Fajans)

Adsorpsi dari sebuah komponen organik berwarna pada permukaan sebuah


endapan dapat menyebabkan pergeseran elektrolit dalam molekul yang menguah
warnanya. Fenomena ini dapat dipergunakan untuk mendeteksi titik akhir dari
titrasi pengendapan garam-garam perka. Senyawa oraganik yang dipergunakan
untuk hal seperti ini diacu sebagai indikator adsorpsi.

Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan
dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai
dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan

5
setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion
Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl-akan berada pada lapisan sekunder.

Mekanisme yang berlaku bagi indikator-indikator semacam ini dijelaskan


oleh Fajans sebagai berikut: Dalam titrasi Cl- dengan Ag+, sebelum titik ekivalen
partikel-partikel koloid dari AgCl bermuatan negatif, akibat adsorpsi ion Cl- dari
larutan :

(AgCl) . Cl- M

Lapisan lapisan klorida

Primer sekunder berlebih

Ion-ion Cl- yang teradsorpsi membentuk lapisan primer, yang mengakibatkan


partikel-partikel bermuatan negatif. Partikel-partikel ini menarik ion-ion positif
dari larutan untuk membentuk sebuah lapisan sekunder yang lebih longgar
keadaannya

. Proses argentometri termasuk dalam titrasi yang menghasilkan endapan


dan pembentukan ion kompleks. Proses argentometri menggunakan
AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk menentukan
garam-garam dari halogen dan sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat
membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag+ sesuai dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :

NaCl + Ag+ → AgCl ↓ + Na+

KCN + Ag+ → AgCl ↓ + K+

KCN + AgCN ↓ → K [Ag(CN)2 ]

Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat


digunakan sebagai larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion
CN-tercapai untuk garam kompleks K [Ag(CN)2 ] karena proper tersebut
dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat dilakukan dalam

6
suasana amoniatial karena garam kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion
komplek diamilum.

Syarat pH untuk titrasi fajans dengan indikator eosin yaitu : tidak terlalu
rendah, karena kebanyakan indikator adsorbsi bersifat asam lemah yang tidak
dapat dipakai dalam larutan yang terlalu asam. Tapi tidak semua indikator seperti
itu. Ada beberapa indikator adsorbsi ”kationik” yaitu bersifat basa lemah
sehinggga baik untuk dititrasi dalam suasana asam.

Contoh senyawa yang digunakan dalam metode Fajans

1. standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan standar NaCl


2. penentuan kadar NaCL dalam garam dapur
3. penentuan konsentrasi ion klorida (Cl- ) dalam air laut
4. penentuan kadar sulfat

2.3 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kelarutan Dalam Titrasi


Pengandapan

1. Temperatur
Kebanyakan garam anorganik yang kita bahas meningkat kelaratunnya
sejalan dengan peningkatan tempertatur. Biasanya merupka suatu
keuntungan untuk melanjutkan proses pengendapan, penyaringan , dan
pencucian dengan larutan panas
2. Pemiliha pelarut
Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada
dalam larutan-larutan organik. Air mempunyai momen dipol besar dan
ditarik kekation dan anion membentuk ion-ion hidrat. Semua ion tanpa
diragukan lagi terhidrasi sampai suatu tingkat dalam larutan-larutan air,
dan energi yang dilepaskan leh interaksi ion-ion dengan pelarut membantu
mengatasi gaya tarik-manarik yang cenderung untuk menahan ion-ion
dalam kisi-kisi benda padat.
3. Efek ion sekutu

7
Dengan hadirnya ion sekutu yang berlebihan, kelarutan dari sebuah
endapan bisa jadi lebuh besar daripada nilai yang telah diperkirakaan
memali tetapa kelarutan produk.
4. Efek Aktifitas
Telah ditemukan bahwa banyak endapan menunjukkan peningkatan
kelarutan dalam larutan-larutan yang mengandung ion-ion yang tidak
bereaksi secara kimiawi dengan ion-ion dari endapan. Efek ini dikenal
dengan nama seperti efek ion, efek garam, atau efek aktivitas
5. Efek pH.
Kelarutan dari garam sebuah asam lemah tergantung pada pH larutan
tersebut. Beberapa contoh garam-garam adalah oksalat, sulfida, karbonat,
dan fosfat. Ion hidrogen bergabung dengan anion dari garam untuk
membentuk asam lemah, sehingga meningkatkan kelarutan dari garam.
6. Efek Hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan
perubahan (H+), kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga
menambah kelarutannya.
7. Hidroksida Metal
Ketika sebuah hidroksida metal terurai dalam air dimana pH dapat
berubah secara nyata.
8. kompleks.
Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat
lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut.
9. Efek Pembentukan Kompleks
BKelarutan dari sebuag garam-gaam yang sedikit larut juga
bergantung atas konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks-
kompleks denga kation. Efek hidrolisis yang disebut diatas, adalah
sebuah contoh dimana unsur pembuat kompleks adalah ion hidroksida

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang
didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran
larutan titer perak nitrat.

Titrasi AgNO3 dan NaCl merupakan titrasi dengan Metode Mohr dan Titrasi
sampel termasuk dalam Metode Fajans karena sampel mengandung ion
I-.Argentometri adalah titrasi pengendapan dengan larutan standar AgNO3.Ada 3
metode argentometri yaitu metode Mohr, Volhard, Vajans. Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan
larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).Dengan mengukur volume larutan
standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar

garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.

Faktor- faktor yang memengaruhi kelarutan yaitu: temperatur, efek ion


sekutu, efek aktivitas, efek pH , efek hidrolisis, hidroksida metal, dan efek
pembentukan kompleks

3.2 Saran
Dengan selesainya makalah yang kami buat ini, kami yakin masih banyak
kekurangan baik dalam materi, cara penyusunan maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menunujang
kesempurnaan makalah selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

A. L. Underwood. 1989. Analisa Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga

Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.


Jakarta : Erlangga

Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press

Harjadi W. (1993). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia

Khopkar. (1990).  Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta :Universitas Indonesia

10

Anda mungkin juga menyukai