Anda di halaman 1dari 43

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A
D I R E K T O R A T B I N A P E N A T A A N B A N G U N A N

Penyelenggaraan
Bangunan Gedung Negara
OUTLINE
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
02 PEMBANGUNAN
03 PEMANFAATAN
04 PEMBONGKARAN
05 PENDANAAN
06 PENGELOLAAN TEKNIS
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI

➢ Menteri bertanggung jawab atas pelaksanaan Penyelenggaraan


PP no.16 Tahun 2021
Bangunan Gedung Negara (BGN) yang dilakukan oleh
Pasal 125
kementerian/lembaga dan organisasi perangkat daerah.
➢ Penyelenggaraan BGN meliputi tahap
Bangunan Gedung
❑ pembangunan
Negara
❑ pemanfaatan
adalah Bangunan Gedung
untuk keperluan dinas yang ❑ Pelestarian
menjadi barang milik negara ❑ Pembongkaran
atau daerah dan diadakan ➢ Setiap pembangunan BGN yang dilaksanakan oleh
dengan sumber pendanaan kementerian/lembaga atau organisasi perangkat daerah harus
yang berasal dari dana mendapat bantuan teknis dari Menteri dalam bentuk
anggaran pendapatan dan pengelolaan teknis.
belanja negara, anggaran
➢ Ketentuan proses Penyelenggaraan BGN mengikuti ketentuan
pendapatan dan belanja proses Penyelenggaraan Bangunan Gedung serta mengikuti
daerah, dan/atau perolehan mengikuti Standar Teknis BGN serta ketentuan klasifikasi,
lainnya yang sah standar luas, dan standar jumlah lantai BGN.
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Keterangan
PBG : Persetujuan Bangunan
Gedung Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara
SLF : Sertifikat Laik Fungsi
SLFn : Sertifikat Laik Fungsi
(Perpanjangan)
KI : Kajian Identifikasi
KT : Kajian Teknis PBG SLF SLFn KT RTB
Proses Penyelenggaraan Bangunan

Laik Tidak
Laik
Gedung Negara

Pelaksanaan
Pasca
Perencanaan konstruksi Pemanfaatan Pembongkaran
Persiapan Konstruksi
fisik

Pengawasan
teknis

Pembangunan KI Pelestarian KT
Bantuan Teknis KemenPUPR

Bantuan Teknis Berupa Tenaga Pengelola Teknis

Bantuan Teknis Berupa:


1. Rekomendasi
Kebutuhan Biaya
Pembangunan Pembongkatan BGN
Dalam Rangka Perawatan
Baru/Kebutuhan Biaya Bantuan Teknis Berupa
Bangunan, Bantuan
Perawatan BGN Taksiran Harga
Teknis Berupa Analisis
2. Rekomendasi Teknis, Bongkaran
seperti : MYC,
Bangunan >8 Lantai

5
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
PENGELOMPOKAN BANGUNAN GEDUNG RUMAH
DAN KLASIFIKASI BGN LAINNYA
KANTOR NEGARA

PP no.16 Tahun 2021


Pasal 128 dan 129

BGN

SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS

• Kantor & BGN Lainnya dgn • Kantor & BGN Lainnya dgn • BGN yang memiliki
jumlah lantai ≤ 2 lantai jumlah lantai > 2 lantai persyaratan, perencanaan
• Kantor & BGN lainnya dgn • Kantor & BGN lainnya dgn & pelaksanaannya perlu
luas ≤ 500 m2 luas > 500 m2 penyelesaian/teknologi
khusus
• Rumah Negara Tipe C, D, E • Rumah Negara Tipe A, B
• BGN dgn tingkat kerahasia
an tinggi utk kepentingan
nasional
• BGN yang mempunyai
risiko bahaya tinggi
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI

PP no.16 Tahun 2021 Pasal 130-132

➢ Standar luas Bangunan Gedung kantor ➢ Standar Tipe dan luasan rumah negara meliputi
ditetapkan sebesar rata-rata 10 m2/personel ❑ Tipe Khusus (LT/LB 1000/400) untuk Menteri,
yang dihitung berdasarkan struktur organisasi Pimpinan lembaga, atau pejabat setingkat
yang telah mendapat persetujuan menteri ❑ Tipe A (LT/LB 600/250) untuk Sekjen, Dirjen,
Anggota Dewan, atau pejabat setingkat
yang menyelenggarakan urusan
❑ Tipe B (LT/LB 350/120) untuk PNS tingkat IV/d dan
pemerintahan di bidang PAN- RB IV/e
➢ Standar luas untuk BGN lainnya ditetapkan ❑ Tipe C (LT/LB 200/70) untuk tingkat IV/a dan IV/c
oleh Menteri atau oleh pengguna anggaran ❑ Tipe D (LT/LB 120/50) untuk PNS tingkat III
setelah berkoordinasi dengan Menteri. ❑ Tipe E (LT/LB 100/36) untuk PNS tingkat I atau II

PP no.16 Tahun 2021 Pasal 133

➢ Standar jumlah lantai BGN ditetapkan paling banyak 8 lantai yang dihitung dari ruang yang dibangun di atas
permukaan tanah terendah.
➢ Dalam hal BGN yang dibangun lebih dari 8 lantai, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri dengan
mempertimbangkan kebutuhan, peraturan daerah setempat terkait ketinggian bangunan atau jumlah lantai, koefisien
perbandingan antara nilai harga tanah dengan nilai harga Bangunan Gedung
➢ Apabila BGN dirancang memiliki basemen, jumlah basemen paling banyak 3 lapis
02 PEMBANGUNAN
02PELAKUPEMBANGUNAN
02 PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG

Standar Teknis Bangunan Gedung Negara


TAHAP PELESTRARIAN

Mengikuti ketentuan
TAHAP PASCAKONSTRUKSI penyelenggaraan BGCB yang
TAHAP PENGAWASAN
dilestarikan.
KONSTRUKSI
TAHAP PERSIAPAN • Pengendalian waktu;
• penetapan status BGN
• Pengendalian biaya;
• Rencana kebutuhan sebagai barang milik
• Pengendalian pencapaian
• Rencana pendanaan Negara
sasaran; TAHAP PEMBONGKARAN
• Rencana penyediaan • Pendaftaran BGN
• Tertib administrasi
dana • Penyiapan dokumen SLF
pembangunan BGN

• Peninjauan pembongkaran
• Pelaksanaan
pembongkaran
• Pengawasan
Pembangunan TAHAP PELAKSANAAN
pembongkaran
KONSTRUKSI
• Pasca pembongkaran
TAHAP PERENCANAAN TEKNIS TAHAP PEMANFAATAN
• Pelaksanaan konstruksi s.d • Penghapusan asset barang
milik negara
serah terima (PHO) • Pengelolaan BGN
• Konsepsi perancangan; pekerjaan; dan
• Pra rancangan; • Pemeliharaan dan
• Pelaksanaan pemeliharaan perawatan BGN
• Pengembangan pekerjaan konstruksi s.d
rancangan; dan • Pemeriksaan berkala
serah terima akhir (FHO) BGN
• Rancangan detail pekerjaan.
Pasal 125 PP no 16 Tahun 2021
02PELAKUPEMBANGUNAN
02 PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG

Pemberian Rekomendasi
TAHAP PERSIAPAN dilimpahkan wewenangnya kepada :
▪ Menteri PUPR, untuk BGN di DKI
Jakarta dan perwakilan RI di Luar
Rencana Kebutuhan Rencana Pendanaan Neger
Harus mendapatkan persetujuan Harus mendapatkan rekomendasi ▪ Pemerintah Daerah provinsi yang
dari: dari: bertanggung jawab atas
╸ Menteri PUPR untuk pendanaan pembinaan pembangunan BGN
● Menteri Keuangan untuk
bersumber dari APBN dan/atau (Kepala Dinas Teknis) untuk BGN
pendanaan bersumber dari APBN perolehan lainnya yang sah yang diluar DKI Jakarta.
dan/atau perolehan lainnya yang akan menjadi BMN
sah yang akan menjadi BMN ╸ Menteri Dalam Negeri untuk Rencana Penyediaan Dana
● Menteri Dalam Negeri untuk pendanaan bersumber dari APBD berupa oleh :
pendanaan bersumber dari APBD Provinsi dan/atau perolehan ╸ RKA/KL untuk pendanaan
lainnya yang sah yang akan bersumber dari APBN
Provinsi dan/atau perolehan
menjadi BMD ╸ rencana kerja dan anggaran
lainnya yang sah yang akan ╸ Gurbernur untuk pendanaan
menjadi BMD organisasi perangkat daerah untuk
bersumber dari APBD Kab/Kota pendanaan bersumber dari APBD
● Gurbernur untuk pendanaan dan/atau perolehan lainnya yang Gurbernur untuk
bersumber dari APBD Kab/Kota sah yang akan menjadi BMD
dan/atau perolehan lainnya yang
sah yang akan menjadi BMD
Pasal 132 – 139 PP no 16 Tahun 2021

10
02PELAKUPEMBANGUNAN
02 PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG

TAHAP PERSIAPAN Apabila pelaksanaan proyek tahun jamak tidak


Perencanaan proyek tahun jamak harus memenuhi dapat dilakukan dengan penahapan untuk efektivitas
kriteria: dan efisiensi harus dilaksanakan dengan kontrak
a. Kompleksitas atau spesifikasi; tahun jamak dan harus mendapat persetujuan
b. Besaran kegiatan; dan/atau persetujuan sesuai dengan peraturan perundangan
c. Ketersediaan anggaran terkait dengan kontrak tahun jamak.

Rencana penyediaan dana untuk proyek tahun jamak disusun


setiap tahun sesuai dengan lingkup pekerjaan yang dapat Sebelum mendapat persetujuan, pembangunan BGN
diselesaikan pada tahun yang bersangkutan. dengan kontrak tahun jamak harus memperoleh
pendapat teknis proyek tahun jamak dari:
Rencana penyediaan dana) dilakukan melalui penahapan
pembangunan BGN dengan berpedoman pada ketentuan a. Menteri untuk BG dengan sumber pendanaan
sebagai berikut: yang berasal dari dana APBN dan/atau perolehan
lainnya yang sah yang akan menjadi BMN; atau
❑ penyusunan seluruh dokumen perencanaan teknis
selesai di tahun pertama b. Kepala Dinas Teknis untuk BG dengan sumber
pendanaan yang berasal dari APBD dan/atau
❑ pelaksanaan fondasi dan struktur bangunan perolehan lainnya yang sah yang akan menjadi
keseluruhan diselesaikan pada tahun anggaran yang BMD..
sama
❑ pelaksanaan sisa pekerjaan diselesaikan pada tahun
anggaran berikutnya Pasal 137 PP no 16 Tahun 2021

11
02
02
02PELAKU
PEMBANGUNAN
PENYELENGGARA
PELAKSANAAN BANGUNAN GEDUNG
PEMBANGUNAN

➢ Perencanaan teknis BGN dengan desain berulang


merupakan penggunaan secara berulang sebagian atau
PP no.16 Tahun 2021 Pasal 140
seluruhnya terhadap produk desain yang sudah ada yang
Meliputi : dibuat oleh penyedia jasa perencanaan yang sama
• perencanaan teknis baru
➢ Perencanaan teknis BGN dengan desain
• perencanaan teknis dengan desain berulang
• perencanaan teknis dengan desain prototipe/ purwarupa prototipe/purwarupa ditetapkan oleh Menteri atau
• perencanaan teknis dengan sayembara kepala daerah sesuai kewenangannya dan dilakukan
Perencanaan teknis dilakukan dengan penyusunan pada:
rencana teknis yang memuat ❑ rumah negara yang berbentuk rumah tinggal tunggal
• konsepsi perancangan atau rumah susun
• pra rancangan ❑ gedung kantor sederhana dan tidak sederhana
• pengembangan rancangan ❑ gedung SD, SMP, SMA/SMK sederajat
• rancangan detail ❑ gedung fasilitas kesehatan
BGN tidak sederhana BGN dengan luas di atas ➢ Perencanaan teknis BGN dengan desain sayembara
dengan kriteria luas di 5.000 m2 wajib menerapkan ditetapkan oleh Menteri atau kepala daerah sesuai
atas 2.000 m2 dan di atas prinsip-prinsip Bangunan kewenangannya dan dilakukan pada BG tidak sederhana
2 lantai wajib Gedung Hijau (BGH) dan khusus
menerapkan BIM
(Building Information ➢ Pelaksanaan sayembara dapat dilakukan dengan bekerja
Modelling) sama dengan organisasi profesi
02
02 PEMBANGUNAN
02 PELAKU PENYELENGGARA
PELAKSANAAN BANGUNAN GEDUNG
PEMBANGUNAN

PELAKSANAAN ➢ Pelaksanaan konstruksi fisik merupakan tahap perwujudan dokumen


perencanaan menjadi Bangunan Gedung yang siap dimanfaatkan.
➢ Pelaksanaan konstruksi fisik berupa kegiatan:
PP no.16 Tahun 2021 Pasal 149
❑ pembangunan baru
❑ perluasan
❑ lanjutan pembangunan Bangunan Gedung yang belum
selesai
❑ pembangunan dalam rangka Perawatan termasuk perbaikan
Bangunan Gedung
❑ pembangunan BGN terintegrasi
➢ Pelaksanaan konstruksi fisik meliputi:
❑ pelaksanaan konstruksi sampai dengan serah terima pertama
(Provisional hand over) pekerjaan
❑ pelaksanaan Pemeliharaan pekerjaan konstruksi sampai
dengan serah terima akhir (final hand over) pekerjaan
➢ Pelaksanaan konstruksi dilakukan oleh penyedia jasa pelaksanaan
konstruksi.
02
02 PEMBANGUNAN
02 PELAKU PENYELENGGARA
PELAKSANAAN BANGUNAN GEDUNG
PEMBANGUNAN

➢ Pengawasan dilakukan oleh:


❑ penyedia jasa manajemen konstruksi
❑ penyedia jasa pengawasan konstruksi
➢ Pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa manajemen
PP no.16 Tahun 2021 Pasal 153 konstruksi dilakukan pada pembangunan BGN dengan kriteria:
❑ klasifikasi tidak sederhana (dengan ketentuan jumlah lantai
di atas 4 (empat) lantai dan dengan luas bangunan minimal
5000 m2 untuk pembangunan baru, perluasan, dan/atau
lanjutan pembangunan Bangunan Gedung)
❑ BGN klasifikasi bangunan khusus
❑ melibatkan lebih dari satu penyedia jasa, baik perencanaan
maupun pelaksana konstruksi
❑ pelaksanaannya lebih dari satu tahun anggaran dengan
menggunakan kontrak tahun jamak
❑ Pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa manajemen
konstruksi meliputi:
❑ pengawasan pada tahap perencanaan teknis
❑ pengawasan persiapan konstruksi
❑ pengawasan tahap pelaksanaan konstruksi sampai dengan
serah terima pertama (Provisional hand over) pekerjaan
❑ pengawasan tahap Pemeliharaan pekerjaan konstruksi
sampai dengan serah terima akhir (final hand over)
pekerjaan
02
02 PEMBANGUNAN
02 PELAKU PENYELENGGARA
PELAKSANAAN BANGUNAN GEDUNG
PEMBANGUNAN

➢ Pembangunan diikuti dengan kegiatan pasca


konstruksi yang meliputi:
❑ persiapan untuk mendapatkan status barang
PP no.16 Tahun 2021 Pasal 155
milik negara dari pengelola barang
❑ mendapatkan SLF
❑ pendaftaran sebagai BGN
➢ Pendaftaran dilakukan oleh kementerian/lembaga atau
organisasi perangkat daerah pengguna anggaran
dengan melaporkan BGN yang telah selesai dibangun
kepada
❑ Menteri PUPR, jika dana BGN bersumber
dari APBN
❑ Gubernur, jika dana BGN bersumber dari
APBD
➢ Pendaftaran sebagai BGN menghasilkan dokumen
pendaftaran berupa surat keterangan bukti
pendaftaran BGN dengan diberikan huruf daftar
nomor (HDNo).
03 PEMANFAATAN
03 PEMANFAATAN
PEMANFAATAN
Pasal 156 – 161 PP no 16 Tahun 2021 Perawatan BGN; usaha memperbaiki kerusakan dan/atau
mengganti bagian Bangunan Gedung, komponen, bahan
BGN dimanfaatkan setelah mendapat SLF dan harus bangunan, dan/atauprasarana dan sarana agar BGN tetap
dikelola Pengelola BGN (sebagai pengguna barang) laik fungsi.

Pemeliharaan dan/atau Perawatan BGN Kerusakan bangunan digolongkan atas tiga tingkat kerusakan,
dilaksanakan dengan mempertimbangkan : yaitu:
a. umur bangunan a. kerusakan ringan;
b. penyusutan b. kerusakan sedang; dan
c. kerusakan bangunan c. kerusakan berat.
d. peningkatan komponen
Untuk Perawatan yang memerlukan penanganan khusus
bangunan
atau dalam usaha meningkatkan wujud bangunan dan
Pemeliharaan BGN; usaha mempertahankan kondisi pemugaran Bangunan Gedung bersejarah, besarnya biaya
bangunan dan upaya untuk menghindari kerusakan Perawatan dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata.
komponen atau elemen bangunan agar tetap laik Biaya Perawatan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
fungsi Menteri untuk tingkat nasional atau kepala daerah
Biaya Pemeliharaan ditetapkan paling banyak 2% dari setempat untuk tingkat daerah provinsi atau daerah
kabupaten/kota.
harga standar per m2 tertinggi tahun berjalan sesuai
fungsi dan klasifikasi Bangunan Gedung
17
04 PEMBONGKARAN
04
04 PEMBONGKARAN
04 PENILIK
PELAKSANAAN PEMBONGKARAN

➢BGN dapat dibongkar jika:

a. tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki

b. membahayakan lingkungan di sekitarnya


PP no.16 Tahun 2021 Pasal 162
c. tidak dapat dimanfaatkan dan/atau dipindahtangankan

d. biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan lebih besar daripada


biaya Pembongkaran dan pembangunan baru

e. adanya kebutuhan Pengguna dan/atau pengguna barang

f. adanya kebijakan pemerintah yang menyebabkan perubahan


rencana tata ruang
➢Pembongkaran BGN dengan cara dirobohkan
➢Tahap Pembongkaran BGN meliputi:

a. persiapan Pembongkaran

b. pelaksanaan Pembongkaran

c. penghapusan aset barang milik negara


04PENILIKPEMBONGKARAN
04

TAHAP PEMBONGKARAN

STEP 1 STEP 2 STEP 3 STEP 4 STEP 5


PENINJAUAN PELAKSANAAN PENGAWASAN
PENETAPAN dilakukan oleh a. pengendalian waktu;
PASCA PEMBONGKARAN
dilakukan oleh b. pengendalian biaya; a. pengelolaan limbah
penyedia
c. pengendalian material;
penyedia jasa jasa pelaksanaan pencapaian sasaran b. pengelolaan limbah
perencanaan Pembongkaran yang d. Pembongkaran; dan Bangunan Gedung
Pembongkaran dalam rnemiliki e. tertib administrasi sesuai dengan
Bangunan Gedung. kekhususannya; dan
rangka penyusunan kemampuan c. upaya peningkatan
RTB pelaksanaan kualitas tapak pasca
Pembongkaran. Pembongkaran
(brown field).
03 PENDANAAN
05 PENDANAAN
PERHITUNGAN KEBUTUHAN BIAYA
PEMBANGUNAN BARU
Cek Ketentuan Biaya pekerjaan lain
Perhitungan Rencana Kota Data Bangunan
(Luas, Jumlah Perhitungan Biaya yang menyertai atau
Kebutuhan (KDB, KLB,
KDH, KTB, KB,
Lantai, Fungsi, Pembangunan melengkapi
Ruang Lokasi) pembangunan
GSB) dihitung berdasarkan
kebutuhan nyata dan
harga pasar yang wajar
PERAWATAN

Data Bangunan Penentuan


Pemeriksaan Perhitungan
(Luas, Jumlah tingkat
Lantai, Fungsi, Biaya
Lapangan kerusakan
Lokasi) Perawatan
bangunan

* perawatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) yang termasuk kategori
bangunan cagar budaya, besarnya biaya • Kerusakan Ringan : biaya perawatan maks. 30%
perawatan dihitung sesuai dengan • Kerusakan Sedang : biaya perawatan maks. 45%
kebutuhan nyata • Kerusakan Berat : biaya perawatan maks. 65%
05 PENDANAAN

PEMBIAYAAN P E L A K S A N A A N K O N S T R U K S I
PEMBANGUNAN
BGN BIAYA BIAYA BIAYA
KONTRUKSI PEKERJAAN PEKERJAAN
FISIK STANDAR NON-STANDAR
BGN
SHST X MAKS.
KOMPONEN LUAS
BIAYA BANGUNAN X 150 %
KOEF. JUMLAH BIAYA PEKERJAAN
LANTAI X KOEF. STANDAR
FUNGSI KHUSUS
PERENCANAAN TEKNIS
dihitung berdasarkan
persentase terhadap biaya
PENGAWASAN TEKNIS
pelaksanaan konstruksi
(interpolasi biaya)
PENGELOLAAN KEGIATAN
05 PENDANAAN
Fungsi Ruang Khusus Pengali Jml. Lantai Pengali Jml. Lantai Pengali

Sidang 1,5 Basemen 3 1,393 13 1,420


Lapis
ICU, ICCU, IGD, CMU, 1,5 14 1,445
KOEFISIEN PENGALI
Basemen 2 1,299
NICU
Lapis 15 1,468
Operasi 2
Basemen 1 1,197 16 1,489
Radiologi 1,25 Lapis
17 1,508
Rawat inap 1,1 1 1
18 1,525
Laboratorium 1,1 2 1,09
3 1,12 19 1,541
Kebidanan 1,2
4 1,135 20 1,556
UGD 1,1
5 1,162 21 1,570
Power house 1,25
6 1,197 22 1,584
Rawat jalan 1,1
7 1,236 23 1,597
Dapur dan laundry 1,1 8 1,265
24 1,610
Bengkel 1 9 1,299
25 1,622
Selasar luar beratap atau 0,5 10 1,333
teras 26 1,634
11 1,364
12 1,393 27 1,645
05 PENDANAAN
KOMPONEN BIAYA NON Jenis Pekerjaan Persentase
STANDAR Alat Pengkondisian Udara 7-15% dari X
Elevator/Escalator 8-14% dari X
Tata Suara (Sound System) 2-4% dari X
X =total biaya Telepon dan PABX 1-3% dari X
konstruksi fisik pekerjaan Instalasi IT (Informasi & Teknologi) 6-11% dari X
standar. Elektrikal (termasuk genset) 7-12% dari X
Sistem Proteksi Kebakaran 7-12% dari X
Z =total biaya
Sistem Penangkal Petir Khusus 1-2% dari X
komponen pekerjaan yang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 1-2% dari X
ditingkatkan mutunya Interior (termasuk furniture) 15-25% dari X
Gas Pembakaran 1-2% dari X
Gas Medis 2-4% dari X
Pencegahan Bahaya Rayap 1-3% dari X
Pondasi dalam 7-12% dari X
Fasilitas penyandang cacat & ke-butuhan khusus 3-5% dari X
Sarana/Prasarana Lingkungan 3-8% dari X
Peningkatan Mutu *) Paling Banyak 30% dari Z
Perizinan selain IMB Paling Banyak 1% dari X
Penyiapan dan pematangan lahan Paling Banyak 3,5% dari X
Pemenuhan Persyaratan BGH Paling Banyak 9,5% dari X
Penyambungan utilitas Paling Banyak 2% dari X
05 PENDANAAN
1 2
PELAKSANAAN
KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN PERENCANAAN TEKNIS
KONSTRUKSI
• Tahap konsepsi perancangan : 15%
Pasal 124 PP no 16 Tahun 2021 • Tahap pra rancangan : 20% • Pelaksanaan konstruksi s.d serah terima
• Tahap pengembangan rancangan : 25% pekerjaan pertama (Provisional Hand
• Tahap rancangan detail (gambar detail, RKS & RAB) : Over/PHO) : 95%
20% • Masa pemeliharaan konstruksi s.d serah
• Tahap pelelangan konstruksi : 5% terima akhir (Final Hand Over/FHO) : 5%
• Tahap pengawasan berkala : 15%

3 4
PENGAWASAN TEKNIS PENGELOLAAN KEGIATAN
• Persiapan/lelang PRC: 5%
• reviu rencana teknis s.d serah terima dok. • Biaya operasional unsur pengguna
perencanaan : 10% anggaran : 65%
• Lelang jasa pelaks. konstruksi fisik : 5% • Biaya operasional unsur pengelola teknis
• Pengawasan teknis (berdasarkan prestasi pek. : 35%
konstruksi fisik s.d serah terima pertama (PHO)
pekerjaan konstruksi : 70%
• pemeliharaan s.d serah terima akhir (FHO) pekerjaan
konstruksi : 10%
06 PENGELOLAAN TEKNIS
06 PENGELOLAAN TEKNIS
PENGELOLAAN TEKNIS
Pasal 124 ayat 7,8 dan 9 PP no 16 Tahun 2021 Tanggung Jawab Pengelola Teknis

Secara Struktural
● Setiap pembangunan bangunan gedung Pengelola teknis bertanggung jawab kepada
negara yang dilaksanakan oleh K/L/OPD Menteri PUPR untuk penyelenggaraan tingkat
pusat & DKI Jakarta termasuk perwakilan RI di
harus mendapat bantuan teknis dalam
luar negeri dan Gubernur untuk penyelenggaraan
bentuk pengelolaan teknis; tingkat daerah
● Pengelolaan teknis dilakukan oleh tenaga
pengelola teknis yang bersertifikat;
Secara Operasional/Fungsional
● Tenaga pengelola teknis bertugas
membantu dalam pengelolaan kegiatan Pengelola teknis bertanggung jawab kepada
pembangunan bangunan gedung negara di Pimpinan Instansi/Kasatker K/L yang
menyelenggarakan pembangunan Bangunan
bidang teknis administratif.
Gedung Negara.

28
06 PENGELOLAAN TEKNIS
Dibiayai APBN/perolehan yang sah yang akan menjadi Dibiayai APBN/perolehan yang sah yang akan menjadi
BMN dilaksanakan pimpinan instansi atau kepala satker BMN dilaksanakan pimpinan instansi atau kepala satker
K/L di tingkat Pusat dengan lokasi pembangunan di DKI K/L di tingkat Pusat dengan lokasi pembangunandi luar
Jakarta & Perwakilan di Luar Negeri DKI Jakarta
• kementerian/lembaga mengajukan permintaan • K/L mengajukan permintaan bantuan tenaga pengelola teknis
secara tertulis kepada Menteri (Direktur BPB) & Kepala OPD
bantuan tenaga pengelola teknis secara tertulis pelaksana tugas dekonsentrasi Kementerian kepada Pemerintah
kepada Menteri (Direktur BPB) Daerah Provinsi
• Menteri (Direktur BPB) menugaskan Pengelola Teknis • Menteri (Direktur BPB) & Kepala OPD pelaksana tugas
dalam kewenangannya sesuai klasifikasi dan kualifikasi dekonsentrasi Kementerian kepada Pemerintah Daerah Provinsi
menugaskan Pengelola Teknis dalam kewenangannya sesuai
klasifikasi dan kualifikasi

Dibiayai APBN/perolehan yang sah yang akan menjadi Dibiayai APBD/perolehan yang sah yang akan menjadi
BMN dilaksanakan KPA K/L di daerah dengan lokasi BMD
pembangunan di luar DKI Jakarta

• kementerian/lembaga mengajukan permintaan • Kepala OPD yang melaksanakan pembangunan BGN


bantuan tenaga pengelola teknis secara tertulis mengajukan permintaan bantuan tenaga pengelola
kepada Kepala OPD pelaksana tugas dekonsentrasi teknis secara tertulis kepada Kepala Dinas Teknis
Kementerian kepada Pemerintah Daerah Provinsi • Kepala Dinas Teknis menugaskan Pengelola Teknis
• Kepala OPD pelaksana tugas dekonsentrasi sesuai kewenangannya sesuai klasifikasi dan kualifikasi
Kementerian kepada Pemerintah Daerah Provinsi
menugaskan Pengelola Teknis sesuai kewenangannya
sesuai klasifikasi dan kualifikasi Pasal 185 PP no 16 Tahun 2021
29
TERIMA KASIH
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN

ESELON III A ESELON III B


LAMPIRAN
LAMPIRAN

Bangunan Sederhana
LAMPIRAN

Bangunan Tidak Sederhana


LAMPIRAN

Bangunan Khusus
LAMPIRAN

a. fungsi bangunan atau ruang sidang, harga satuan per m2 (per meter persegi) paling tinggi yaitu 1,5 (satu koma lima);
b. fungsi bangunan atau ruang ICU (Intensive Care Unit), ICCU (Intensive Coronary Care Unit), Instalasi Gawat Darurat (IGD), CMU
(Central Medical Unit), dan NICU (Neonate Intensive Care Unit), harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,5 (satu
koma lima);
c. fungsi bangunan atau ruang operasi, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 2 (dua);
d. fungsi bangunan atau ruang radiologi, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,25 (satu koma dua puluh lima);
e. fungsi bangunan atau ruang rawat inap, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,1 (satu koma satu);
f. fungsi bangunan atau ruang laboratorium, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,1 (satu koma satu);
g. fungsi bangunan atau ruang kebidanan dan kandungan, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,2 (satu koma dua
puluh);
h. fungsi bangunan atau ruang Unit Gawat Darurat (UGD), harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,1 (satu koma
satu);
i. fungsi bangunan atau ruang power house, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,25 (satu koma dua puluh lima);
j. fungsi bangunan atau ruang rawat jalan, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,1 (satu koma satu);
k. fungsi bangunan atau ruang dapur dan penatu (laundry), harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,1 (satu koma
satu);
l. fungsi bangunan atau ruang bengkel, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1 (satu);
m. fungsi bangunan atau ruang selasar luar beratap atau teras, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 0,5 (nol koma
lima).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai