D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A
D I R E K T O R A T B I N A P E N A T A A N B A N G U N A N
Penyelenggaraan
Bangunan Gedung Negara
OUTLINE
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
02 PEMBANGUNAN
03 PEMANFAATAN
04 PEMBONGKARAN
05 PENDANAAN
06 PENGELOLAAN TEKNIS
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Laik Tidak
Laik
Gedung Negara
Pelaksanaan
Pasca
Perencanaan konstruksi Pemanfaatan Pembongkaran
Persiapan Konstruksi
fisik
Pengawasan
teknis
Pembangunan KI Pelestarian KT
Bantuan Teknis KemenPUPR
5
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
PENGELOMPOKAN BANGUNAN GEDUNG RUMAH
DAN KLASIFIKASI BGN LAINNYA
KANTOR NEGARA
BGN
• Kantor & BGN Lainnya dgn • Kantor & BGN Lainnya dgn • BGN yang memiliki
jumlah lantai ≤ 2 lantai jumlah lantai > 2 lantai persyaratan, perencanaan
• Kantor & BGN lainnya dgn • Kantor & BGN lainnya dgn & pelaksanaannya perlu
luas ≤ 500 m2 luas > 500 m2 penyelesaian/teknologi
khusus
• Rumah Negara Tipe C, D, E • Rumah Negara Tipe A, B
• BGN dgn tingkat kerahasia
an tinggi utk kepentingan
nasional
• BGN yang mempunyai
risiko bahaya tinggi
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
01 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
➢ Standar luas Bangunan Gedung kantor ➢ Standar Tipe dan luasan rumah negara meliputi
ditetapkan sebesar rata-rata 10 m2/personel ❑ Tipe Khusus (LT/LB 1000/400) untuk Menteri,
yang dihitung berdasarkan struktur organisasi Pimpinan lembaga, atau pejabat setingkat
yang telah mendapat persetujuan menteri ❑ Tipe A (LT/LB 600/250) untuk Sekjen, Dirjen,
Anggota Dewan, atau pejabat setingkat
yang menyelenggarakan urusan
❑ Tipe B (LT/LB 350/120) untuk PNS tingkat IV/d dan
pemerintahan di bidang PAN- RB IV/e
➢ Standar luas untuk BGN lainnya ditetapkan ❑ Tipe C (LT/LB 200/70) untuk tingkat IV/a dan IV/c
oleh Menteri atau oleh pengguna anggaran ❑ Tipe D (LT/LB 120/50) untuk PNS tingkat III
setelah berkoordinasi dengan Menteri. ❑ Tipe E (LT/LB 100/36) untuk PNS tingkat I atau II
➢ Standar jumlah lantai BGN ditetapkan paling banyak 8 lantai yang dihitung dari ruang yang dibangun di atas
permukaan tanah terendah.
➢ Dalam hal BGN yang dibangun lebih dari 8 lantai, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri dengan
mempertimbangkan kebutuhan, peraturan daerah setempat terkait ketinggian bangunan atau jumlah lantai, koefisien
perbandingan antara nilai harga tanah dengan nilai harga Bangunan Gedung
➢ Apabila BGN dirancang memiliki basemen, jumlah basemen paling banyak 3 lapis
02 PEMBANGUNAN
02PELAKUPEMBANGUNAN
02 PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG
Mengikuti ketentuan
TAHAP PASCAKONSTRUKSI penyelenggaraan BGCB yang
TAHAP PENGAWASAN
dilestarikan.
KONSTRUKSI
TAHAP PERSIAPAN • Pengendalian waktu;
• penetapan status BGN
• Pengendalian biaya;
• Rencana kebutuhan sebagai barang milik
• Pengendalian pencapaian
• Rencana pendanaan Negara
sasaran; TAHAP PEMBONGKARAN
• Rencana penyediaan • Pendaftaran BGN
• Tertib administrasi
dana • Penyiapan dokumen SLF
pembangunan BGN
• Peninjauan pembongkaran
• Pelaksanaan
pembongkaran
• Pengawasan
Pembangunan TAHAP PELAKSANAAN
pembongkaran
KONSTRUKSI
• Pasca pembongkaran
TAHAP PERENCANAAN TEKNIS TAHAP PEMANFAATAN
• Pelaksanaan konstruksi s.d • Penghapusan asset barang
milik negara
serah terima (PHO) • Pengelolaan BGN
• Konsepsi perancangan; pekerjaan; dan
• Pra rancangan; • Pemeliharaan dan
• Pelaksanaan pemeliharaan perawatan BGN
• Pengembangan pekerjaan konstruksi s.d
rancangan; dan • Pemeriksaan berkala
serah terima akhir (FHO) BGN
• Rancangan detail pekerjaan.
Pasal 125 PP no 16 Tahun 2021
02PELAKUPEMBANGUNAN
02 PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG
Pemberian Rekomendasi
TAHAP PERSIAPAN dilimpahkan wewenangnya kepada :
▪ Menteri PUPR, untuk BGN di DKI
Jakarta dan perwakilan RI di Luar
Rencana Kebutuhan Rencana Pendanaan Neger
Harus mendapatkan persetujuan Harus mendapatkan rekomendasi ▪ Pemerintah Daerah provinsi yang
dari: dari: bertanggung jawab atas
╸ Menteri PUPR untuk pendanaan pembinaan pembangunan BGN
● Menteri Keuangan untuk
bersumber dari APBN dan/atau (Kepala Dinas Teknis) untuk BGN
pendanaan bersumber dari APBN perolehan lainnya yang sah yang diluar DKI Jakarta.
dan/atau perolehan lainnya yang akan menjadi BMN
sah yang akan menjadi BMN ╸ Menteri Dalam Negeri untuk Rencana Penyediaan Dana
● Menteri Dalam Negeri untuk pendanaan bersumber dari APBD berupa oleh :
pendanaan bersumber dari APBD Provinsi dan/atau perolehan ╸ RKA/KL untuk pendanaan
lainnya yang sah yang akan bersumber dari APBN
Provinsi dan/atau perolehan
menjadi BMD ╸ rencana kerja dan anggaran
lainnya yang sah yang akan ╸ Gurbernur untuk pendanaan
menjadi BMD organisasi perangkat daerah untuk
bersumber dari APBD Kab/Kota pendanaan bersumber dari APBD
● Gurbernur untuk pendanaan dan/atau perolehan lainnya yang Gurbernur untuk
bersumber dari APBD Kab/Kota sah yang akan menjadi BMD
dan/atau perolehan lainnya yang
sah yang akan menjadi BMD
Pasal 132 – 139 PP no 16 Tahun 2021
10
02PELAKUPEMBANGUNAN
02 PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG
11
02
02
02PELAKU
PEMBANGUNAN
PENYELENGGARA
PELAKSANAAN BANGUNAN GEDUNG
PEMBANGUNAN
Pemeliharaan dan/atau Perawatan BGN Kerusakan bangunan digolongkan atas tiga tingkat kerusakan,
dilaksanakan dengan mempertimbangkan : yaitu:
a. umur bangunan a. kerusakan ringan;
b. penyusutan b. kerusakan sedang; dan
c. kerusakan bangunan c. kerusakan berat.
d. peningkatan komponen
Untuk Perawatan yang memerlukan penanganan khusus
bangunan
atau dalam usaha meningkatkan wujud bangunan dan
Pemeliharaan BGN; usaha mempertahankan kondisi pemugaran Bangunan Gedung bersejarah, besarnya biaya
bangunan dan upaya untuk menghindari kerusakan Perawatan dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata.
komponen atau elemen bangunan agar tetap laik Biaya Perawatan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
fungsi Menteri untuk tingkat nasional atau kepala daerah
Biaya Pemeliharaan ditetapkan paling banyak 2% dari setempat untuk tingkat daerah provinsi atau daerah
kabupaten/kota.
harga standar per m2 tertinggi tahun berjalan sesuai
fungsi dan klasifikasi Bangunan Gedung
17
04 PEMBONGKARAN
04
04 PEMBONGKARAN
04 PENILIK
PELAKSANAAN PEMBONGKARAN
a. persiapan Pembongkaran
b. pelaksanaan Pembongkaran
TAHAP PEMBONGKARAN
PEMBIAYAAN P E L A K S A N A A N K O N S T R U K S I
PEMBANGUNAN
BGN BIAYA BIAYA BIAYA
KONTRUKSI PEKERJAAN PEKERJAAN
FISIK STANDAR NON-STANDAR
BGN
SHST X MAKS.
KOMPONEN LUAS
BIAYA BANGUNAN X 150 %
KOEF. JUMLAH BIAYA PEKERJAAN
LANTAI X KOEF. STANDAR
FUNGSI KHUSUS
PERENCANAAN TEKNIS
dihitung berdasarkan
persentase terhadap biaya
PENGAWASAN TEKNIS
pelaksanaan konstruksi
(interpolasi biaya)
PENGELOLAAN KEGIATAN
05 PENDANAAN
Fungsi Ruang Khusus Pengali Jml. Lantai Pengali Jml. Lantai Pengali
3 4
PENGAWASAN TEKNIS PENGELOLAAN KEGIATAN
• Persiapan/lelang PRC: 5%
• reviu rencana teknis s.d serah terima dok. • Biaya operasional unsur pengguna
perencanaan : 10% anggaran : 65%
• Lelang jasa pelaks. konstruksi fisik : 5% • Biaya operasional unsur pengelola teknis
• Pengawasan teknis (berdasarkan prestasi pek. : 35%
konstruksi fisik s.d serah terima pertama (PHO)
pekerjaan konstruksi : 70%
• pemeliharaan s.d serah terima akhir (FHO) pekerjaan
konstruksi : 10%
06 PENGELOLAAN TEKNIS
06 PENGELOLAAN TEKNIS
PENGELOLAAN TEKNIS
Pasal 124 ayat 7,8 dan 9 PP no 16 Tahun 2021 Tanggung Jawab Pengelola Teknis
Secara Struktural
● Setiap pembangunan bangunan gedung Pengelola teknis bertanggung jawab kepada
negara yang dilaksanakan oleh K/L/OPD Menteri PUPR untuk penyelenggaraan tingkat
pusat & DKI Jakarta termasuk perwakilan RI di
harus mendapat bantuan teknis dalam
luar negeri dan Gubernur untuk penyelenggaraan
bentuk pengelolaan teknis; tingkat daerah
● Pengelolaan teknis dilakukan oleh tenaga
pengelola teknis yang bersertifikat;
Secara Operasional/Fungsional
● Tenaga pengelola teknis bertugas
membantu dalam pengelolaan kegiatan Pengelola teknis bertanggung jawab kepada
pembangunan bangunan gedung negara di Pimpinan Instansi/Kasatker K/L yang
menyelenggarakan pembangunan Bangunan
bidang teknis administratif.
Gedung Negara.
28
06 PENGELOLAAN TEKNIS
Dibiayai APBN/perolehan yang sah yang akan menjadi Dibiayai APBN/perolehan yang sah yang akan menjadi
BMN dilaksanakan pimpinan instansi atau kepala satker BMN dilaksanakan pimpinan instansi atau kepala satker
K/L di tingkat Pusat dengan lokasi pembangunan di DKI K/L di tingkat Pusat dengan lokasi pembangunandi luar
Jakarta & Perwakilan di Luar Negeri DKI Jakarta
• kementerian/lembaga mengajukan permintaan • K/L mengajukan permintaan bantuan tenaga pengelola teknis
secara tertulis kepada Menteri (Direktur BPB) & Kepala OPD
bantuan tenaga pengelola teknis secara tertulis pelaksana tugas dekonsentrasi Kementerian kepada Pemerintah
kepada Menteri (Direktur BPB) Daerah Provinsi
• Menteri (Direktur BPB) menugaskan Pengelola Teknis • Menteri (Direktur BPB) & Kepala OPD pelaksana tugas
dalam kewenangannya sesuai klasifikasi dan kualifikasi dekonsentrasi Kementerian kepada Pemerintah Daerah Provinsi
menugaskan Pengelola Teknis dalam kewenangannya sesuai
klasifikasi dan kualifikasi
Dibiayai APBN/perolehan yang sah yang akan menjadi Dibiayai APBD/perolehan yang sah yang akan menjadi
BMN dilaksanakan KPA K/L di daerah dengan lokasi BMD
pembangunan di luar DKI Jakarta
Bangunan Sederhana
LAMPIRAN
Bangunan Khusus
LAMPIRAN
a. fungsi bangunan atau ruang sidang, harga satuan per m2 (per meter persegi) paling tinggi yaitu 1,5 (satu koma lima);
b. fungsi bangunan atau ruang ICU (Intensive Care Unit), ICCU (Intensive Coronary Care Unit), Instalasi Gawat Darurat (IGD), CMU
(Central Medical Unit), dan NICU (Neonate Intensive Care Unit), harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,5 (satu
koma lima);
c. fungsi bangunan atau ruang operasi, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 2 (dua);
d. fungsi bangunan atau ruang radiologi, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,25 (satu koma dua puluh lima);
e. fungsi bangunan atau ruang rawat inap, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,1 (satu koma satu);
f. fungsi bangunan atau ruang laboratorium, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,1 (satu koma satu);
g. fungsi bangunan atau ruang kebidanan dan kandungan, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,2 (satu koma dua
puluh);
h. fungsi bangunan atau ruang Unit Gawat Darurat (UGD), harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,1 (satu koma
satu);
i. fungsi bangunan atau ruang power house, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,25 (satu koma dua puluh lima);
j. fungsi bangunan atau ruang rawat jalan, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,1 (satu koma satu);
k. fungsi bangunan atau ruang dapur dan penatu (laundry), harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1,1 (satu koma
satu);
l. fungsi bangunan atau ruang bengkel, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 1 (satu);
m. fungsi bangunan atau ruang selasar luar beratap atau teras, harga satuan per m2 (per meter persegi) tertinggi yaitu 0,5 (nol koma
lima).
LAMPIRAN