Anda di halaman 1dari 295

TEKNIK PENYUSUNAN

ANGGARAN OPERASIONAL
PERUSAHAAN
Didit Herlianto

TEKNIK PENYUSUNAN
ANGGARAN OPERASIONAL
PERUSAHAAN
TEKNIK PENYUSUNAN
ANGGARAN OPERASIONAL PERUSAHAAN

oleh : Didit Herlianto

Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2011

Hak cipta © 2011 pada penulis


Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun
mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya,
tanpa izin tertulis dari penerbit.

Penerbit Gosyen Publishing


Jatirejo 58B RT07/RW21
Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, 55285
e-mail : gosyenpublishing@yahoo.com

TEKNIK PENYUSUNAN
ANGGARAN OPERASIONAL PERUSAHAAN

oleh : Didit Herlianto

Edisi Pertama - Yogyakarta,


Penerbit Gosyen Publishing
Yogyakarta, 2011
Layout & Design Andy GP
ISBN : 978-602-9018-13-4
xiv + 281 hal; 1 jilid: 16 x 23 cm
Persembahan
Untuk istriku tercinta Silvia Rosetti serta
anak-anakku tersayang Gatra Putra Perdana dan Osa Valia Radinka
K ATA PENGANTAR

Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu


manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan
dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk
tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai
tujuan untuk memperoleh laba atau penghasilan. Namun, dengan semakin
kompleksnya suatu masalah dalam perusahaan mengakibatkan banyak
aktivitas yang harus dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang tepat dan
cermat. Dengan dilaksanakannya rencana yang matang dalam setiap kegiatan
operasionalnya, maka akan memudahkan perusahaan mencapai tujuan yang
optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam mengelola perusahaan
manajemen harus mampu membuat perencanaan, pengendalian, pengawasan
yang tepat dan cermat terhadap seluruh aktivitas perusahaan. Disamping hal
tersebut manajemen juga harus dapat mengelola sumber-sumber ekonomi
perusahaan secara efisien dan efektif. Perencanaan, pengendalian, dan
pengawasan oleh manajemen perusahaan dapat disajikan dalam bentuk
anggaran, baik anggaran yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Melalui buku ini pembaca diajak untuk memahami konsep-konsep
dan aplikasi teknik penyusunan anggaran operasional perusahaan. Dalam
penjabaran materi diusahakan sepraktis mungkin, sehingga akan sangat
mudah untuk dipahami. Teknik penyusunan anggaran operasional yang
dibahas meliputi: 1) Peramalan penjualan yang nantinya dijadikan sebagai
pendukung dalam penyusunan anggaran penjualan; 2) Anggaran produksi; 3)
Anggaran bahan baku, anggaran tenaga kerja dan anggaran biaya overhead
pabrik yang mendasarkan pada anggaran produksi; 4) Anggaran beban usaha
(anggaran biaya penjualan, biaya umum dan administrasi); 5) Harga pokok
produksi dan harga pokok penjulan; dan 6) Proyeksi laba rugi yang didasarkan
pada data anggaran-anggaran yang telah dibuat sebelumnya.
Pada prinsipnya buku ini dapat dijadikan sebagai panduan dan dapat
digunakan secara luas, baik oleh manajemen perusahaan, pemilik bisnis,
investor, dosen, mahasiswa maupun masyarakat umum. Dan diharapkan
setelah membaca buku ini pembaca memperoleh tambahan pengetahuan
tentang bagaimana teknik menyusun anggaran operasional perusahaan dengan
benar, cermat dan tepat.
Penulis menyadari bahwa dalam buku ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif demi
kesempurnaan buku ini akan diterima dengan senang hati. Akhir kata
kepada Penerbit Gosyen Publishing, penulis mengucapkan terimakasih yang
mendalam atas bantuan dan kerjasamanya sehingga memungkinkan buku
ini untuk diterbitkan. Tidak lupa juga kepada teman-teman seprofesi, terima
kasih atas masukan-masukannya.

Yogyakarta, April 2011


Didit Herlianto

viii Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


D AFTAR ISI

DAFTAR ISI ix

KATA PENGANTAR vii

Bab 1 DESKRIPSI ANGGARAN 1


1.1 Pengertian Anggaran 1
1.2 Penganggaran Berbasis Nol
(Zero Based Budgeting) 3
1.3 Anggaran dan Penganggaran 4
1.4 Fungsi dan Manfaat Anggaran 4
1.4.1 Fungsi Anggaran 5
1.4.2 Manfaat Anggaran 6
1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan
Anggaran 7
1.6 Keterbatasan dan Syarat-syarat Anggaran 8
1.7 Jenis-jenis dan Isi Anggaran 9
1.8 Prosedur Penyusunan Anggaran 10
1.9 Rangkuman 11
1.10 Pertanyaan untuk Diskusi 13

Bab 2 ANGGARAN OPERASIONAL 15


2.1 Pengertian Anggaran Operasional 15
2.2 Ruang Lingkup Anggaran Operasional 17
2.3 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional 18
2.4 Rangkuman 23
2.5 Pertanyaan untuk Diskusi 24
Bab 3 PERAMALAN (FORECASTING) PENJUALAN 25
3.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) 25
3.2 Langkah-langkah Dalam Peramalan (Forecasting) 26
3.3 Tujuan Peramalan (Forecasting) 28
3.4 Metode Peramalan (Forecasting) 29
3.5 Strategi Pemilihan Metode Peramalan (Forecasting)35
3.6 Peramalan (Forecasting) Penjualan 37
3.7 Aplikasi Teknik Peramalan (Forecasting) Penjualan 38
3.8 Rangkuman 52
3.9 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi 53
3.9.1 Pertanyaan untuk Diskusi 53
3.9.2 Kasus untuk Diskusi 55

Bab 4 ANGGARAN PENJUALAN 59


4.1 Pengertian Anggaran Penjualan 59
4.2 Fungsi dan Tujuan Anggaran Penjualan 60
4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan
Anggaran Penjualan 62
4.4 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran Penjualan 63
4.5 Rangkuman 71
4.6 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi 72
4.6.1 Pertanyaan untuk Diskusi 72
4.6.2 Kasus untuk Diskusi 72

Bab 5 ANGGARAN PRODUKSI 75


5.1 Pengertian Anggaran Produksi 75
5.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Produksi 77
5.3 Kebijakan Dalam Penyusunan Anggaran Produksi 78
5.4 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran Produksi 78
5.5 Rangkuman 86
5.6 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi 86
5.6.1 Pertanyaan untuk Diskusi 86
5.6.2 Kasus untuk Diskusi 87

Bab 6 ANGGARAN BAHAN BAKU 91


6.1 Pengertian Anggaran Bahan Baku 91
6.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku 92

x Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


6.3 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran Bahan
Baku 93
6.3.1 Anggaran Kebutuhan Bahan Baku dan
Aplikasi Teknik Penyusunannya 93
6.3.2 Anggaran Pembelian Bahan Baku dan
Aplikasi Teknik Penyusunannya 96
6.3.3 Anggaran Persediaan Bahan Baku dan
Aplikasi Teknik Penyusunannya 107
6.3.4 Anggaran Biaya Bahan Baku dan Aplikasi
Teknik Penyusunannya 112
6.4 Rangkuman 119
6.5 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi 119
6.5.1 Pertanyaan untuk Diskusi 119
6.5.2 Kasus untuk Diskusi 120

Bab 7 ANGGARAN TENAGA KERJA 127


7.1 Pengertian Anggaran Tenaga Kerja 127
7.2 Pertimbangan Dalam Perencanaan Tenaga Kerja 128
7.3 Manfaat dan Tujuan Anggaran Tenaga Kerja 129
7.4 Penyusunan Anggaran Tenaga Kerja 130
7.5 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran
Tenaga Kerja 132
7.6 Rangkuman 136
7.7 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi 137
7.7.1 Pertanyaan untuk Diskusi 137
7.7.2 Kasus untuk Diskusi 138

Bab 8 ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK 141


8.1 Pengertian Anggaran Biaya Overhead Pabrik 141
8.2 Akuntansi Biaya Overhead Pabrik 142
8.2.1 Penggolongan Akuntansi Biaya Overhead
Pabrik 142
8.2.2 Penentuan Tarif BOP Dan Kapasitas
Penaksiran BOP 144
8.2.3 Pengumpulan BOP Sesungguhnya Dan
Perlakuan Terhadap BOP 145

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan xi


8.2.4 Departementalisasi BOP Dan
Langkah-Langkah Penentuan Tarif BOP
Per Departemen 146
8.3 Tujuan Dan Sifat Biaya Overhead Pabrik 147
8.4 Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik 148
8.5 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran Biaya
Overhead Pabrik 151
8.6 Rangkuman 158
8.7 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi 160
8.7.1 Pertanyaan untuk Diskusi 160
8.7.2 Kasus untuk Diskusi 161

Bab 9 ANGGARAN BEBAN USAHA


(OPERATING EXPENSES ) 165
9.1 Pengertian Anggaran Beban Usaha 165
9.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anggaran
Beban Usaha 169
9.4 Bentuk Anggaran Beban Usaha dan Pembebanan
Biaya 171
9.5 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran Beban
Usaha 172
9.6 Rangkuman 222
9.7 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi 222
9.7.1 Pertanyaan untuk Diskusi 222
9.7.2 Kasus untuk Diskusi 223

Bab 10 HARGA POKOK DAN PROYEKSI LABA RUGI 237


10.1 Harga Pokok 237
10.1.1 Pengertian Harga Pokok 237
10.1.2 Laporan Harga Pokok 238
10.1.3 Penentuan Harga Pokok 239
10.2 Anggaran Laba Rugi 242
10.2.1 Pengertian Anggaran Laba Rugi 243
10.2.2 Kegunaan dan Tujuan Anggaran
Laba Rugi 243
10.2.3 Penyusunan Anggaran Laba Rugi 245

xii Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


10.3 Aplikasi Teknik Penyusunan Harga Pokok dan
Anggaran Laba Rugi 249
10.4 Rangkuman 258
10.5 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi 259
10.5.1 Pertanyaan untuk Diskusi 259
10.5.2 Kasus untuk Diskusi 260

DAFTAR PUSTAKA 265

GLOSARIUM 269

INDEKS 271

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan xiii


Bab 1
DESKRIPSI ANGGARAN

1.1 Pengertian Anggaran


Anggaran harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,
sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh dari suatu kegiatan. Karena pada
dasarnya anggaran (budget) merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan
secara kuantitatif dari aktivitas usaha sebuah organisasi. Untuk itu anggaran
perlu mengidentifikasi sumber daya dan komitmen yang dibutuhkan untuk
memenuhi tujuan organisasi selama periode yang dianggarkan. Beberapa ahli
mendefinisikan anggaran sebagai berikut:
Glenn A Welsch mendefenisikan anggaran sebagai berikut: “Profit
planning and control may be broadly as de fined as sistematic and
formalized approach for accomplishing the planning, coordinating and
control responsibility of management”. Dari definisi tersebut, anggaran
dikaitkan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen yang meliputi
fungsi perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Jadi bila anggaran
dihubungkan fungsi dasar manajemen maka anggaran meliputi fungsi
perencanaan, mengarahkan, mengorganisasi dan mengawasi setiap
satuan dan bidang-bidang organisasional didalam badan usaha.
Menurut Mulyadi: anggaran merupakan suatu rencana kerja yang
dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar
dan satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.
Dengan anggaran, manajemen mengarahkan jalannya kondisi perusahaan.
Tanpa anggaran, dalam jangka pendek perusahaan akan berjalan tanpa
arah, dengan pengorbanan sumber daya yang tidak terkendali (at any
cost).
Menurut Supriyono: anggaran merupakan perencanaan keuangan
perusahaan yang dipakai sebagai dasar pengendalian (pengawasan)
keuangan perusahaan untuk periode yang akan datang. Anggaran
merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan
rencana kegiatan jangka panjang yang telah ditetapkan dalam proses
penyusunan program. Dimana anggaran disusun oleh manajemen untuk
jangka waktu satu tahun, yang nantinya akan membawa perusahaan
kepada kondisi tertentu yang diinginkan dengan sumber daya yang
ditentukan.
Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri: anggaran adalah suatu
pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung
jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.
Pada dasarnya anggaran yang bermanfaat dan realistis tidak hanya dapat
membantu mempererat kerja sama karyawan, memperjelas kebijakan dan
merealisasikan rencana saja, tetapi juga dapat menciptakan keselarasan
yang lebih baik dalam perusahaan dan keserasian tujuan diantara para
manajer dan bawahannya.
Menurut Munandar: anggaran (budget) adalah suatu rencana yang
disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan
yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka
waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang. Dari pengertian
tersebut maka anggaran mempunyai empat unsur pokok, yaitu: 1)
Rencana; 2) Meliputi seluruh kegiatan perusahaan; 3) Dinyatakan dalam
unit moneter; 4) Jangka waktu tertentu di masa datang, yang meliputi: a)
Anggaran stratejik adalah anggaran yang berlaku untuk jangka panjang
(melebihi satu periode akuntansi atau lebih satu tahun); b) Anggaran
taktis adalah anggaran yang berlaku untuk jangka pendek. Anggaran
jangka pendek terdiri dari: Anggaran periodik, yaitu anggaran yang
jangka waktunya hanya satu periode akuntansi atau satu tahun penuh;
dan Anggaran bertahap, yaitu anggaran yang jangka waktunya kurang
dari satu periode akuntansi atau kurang dari satu tahun.

Berdasarkan definisi-definisi dan pengertian anggaran tersebut diatas


dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Anggaran harus bersifat formal, artinya anggaran disusun dengan sengaja
dan bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis.
b. Anggaran harus bersifat sistematis, artinya anggaran disusun dengan
berurutan dan berdasarkan logika.
c. Suatu saat manajer dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk
mengambil keputusan.

2 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


d. Keputusan yang diambil oleh manajer tersebut merupakan pelaksanaan
fungsi manajer dari segi perencanaan, koordinasi dan pengawasan.

1.2 Penganggaran Berbasis Nol (Zero Based Budgeting)


Zero Based Budgeting (ZBB) adalah sistem anggaran yang didasarkan
pada perkiraan kegiatan, bukan pada yang telah dilakukan dimasa lalu.
Setiap kegiatan akan dievaluasi secara terpisah. Ini berarti berbagai program
dikembangkan dalam visi pada tahun yang bersangkutan. Konsep Zero Based
Budgeting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada sistem
anggaran tradisional. Sebagian kelemahan sistem anggaran tradisional antara
lain:
a. Hubungan yang tidak memadai antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjang.
b. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak
diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.
c. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran
modal/investasi.
d. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut
sebenarnya terlalu pendek, terutama untuk proyek modal dan hal tersebut
dapat mendorong praktik-praktik yang tidak diinginkan.

Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep Zero Based


Budgeting disini dapat menghilangkan incrementalism dan line-item, karena
anggaran diasumsikan dimulai dari nol. Penyusunan anggaran yang bersifat
incremental mendasarkan besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk
menetapkan anggaran ditahun depan, yaitu dengan menyesuaikannya dengan
tingkat inflasi atau jumlah penduduk. Sedangkan pada sistem Zero Based
Budgeting (ZBB) tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun
anggaran tahun ini, namun penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan
saat ini juga. Dengan Zero Based Budgeting (ZBB), seolah-olah proses
anggaran dimulai dari hal yang baru sama sekali (dimulai dari nol lagi). Item
anggaran yang sudah tidak relevan dan tidak mendukung pencapaian tujuan
dapat dihilangkan dari struktur anggaran, atau mungkin mucul item yang baru.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 3


1.3 Anggaran dan Penganggaran
Anggaran (budget) dan penganggaran (budgeting) mempunyai arti yang
berbeda. Anggaran merupakan kata benda, yakni hasil yang diperoleh setelah
menyelesaikan tugas perencanaan. Sedangkan penganggaran menunjukkan
suatu proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya
penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang perlu,
pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencananya sendiri, implementasi
dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi
dari hasil melaksanakan rencana.
Dalam pengertian budget yang telah dijelaskan terdahulu dapatlah
pula diketahui bahwa budget merupakan hasil kerja (out-put) yang terutama
berupa tafsiran-tafsiran yang akan dilaksanakan diwaktu yang akan datang.
Karena suatu budget merupakan hasil kerja (out-put), maka budget perlu
dituangkan dalam suatu naskah tulisan yang disusun secara teratur dan
sistematis. Sedangkan yang dimaksudkan dengan budgeting adalah proses
kegiatan yang menghasilakan budget tersebut sebagai hasil kerja (out-put),
serta proses kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
budget, yaitu fungsi-fungsi pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan
alat pengawasan kerja. Secara lebih terperinci, proses kegiatan yang tercakup
dalam budgeting tersebut antara lain:
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun
budget.
Pengolahan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk
mengadakan tafsiran-tafsiran dalam rangka menyusun budget.
Menyusun budget serta menyajikannya secara teratur dan sistematis.
Pengkoordinasian pelaksanaan budget.
Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan, yaitu
untuk mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap pelaksanaan budget.
Pengolahan dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan
interpretasi dan memperoleh kesimpulan-kesimpulan dalam rangka
mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah dilaksanakan.
Menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai tindak lanjut (follow-
up) dari kesimpulan-kesimpulan tersebut.

1.4 Fungsi dan Manfaat Anggaran


Anggaran disusun untuk membantu manajemen dalam kegiatan
perencanaan dan pengawasan. Manajemen yang baik tidak ingin menghadapi

4 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


periode yang akan datang dengan ketidakpastian. Anggaran mempunyai
fungsi dan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Fungsi Anggaran


Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk
membantu manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi,
pengawasan dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan
untuk tujuan yang telah ditetapkan.
a. Fungi Perencanaan
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen dan fungsi
ini merupakan dasar pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta
dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang
akan datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktifitas-aktifitas
yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai basil yang diinginkan.
Dari kutipan di atas disimpulkan bahwa sebelum perusahaan melakukan
operasinya, pimpinan dari perusahaan tersebut harus lebih dahulu
merumuskan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan di masa
datang dan hasil yang akan dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut, serta
bagaimana melaksanakannya. Dengan adanya rencana tersebut, maka
aktifitas akan dapat terlaksana dengan baik.

b. Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan salah satu cara mengadakan pengawasan dalam
perusahaan. Pengawasan itu merupakan usaha-usaha yang ditempuh agar
rencana yang telah disusun sebelumnya dapat dicapai. Dengan demikian
pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan
apabila perlu. Aspek pengawasan yaitu dengan membandingkan antara
prestasi dengan yang dianggarkan, apakah dapat ditemukan efisiensi
atau apakah para manajer pelaksana telah bekerja dengan baik dalam
mengelola perusahaan. Tujuan pengawasan itu bukanlah mencari
kesalahan akan tetapi mencegah dan memperbaiki kesalahan. Sering
terjadi fungsi pengawasan itu disalah artikan yaitu mencari kesalahan
orang lain atau sebagai alat menjatuhkan hukuman atas suatu kesalahan
yang dibuat pada hal tujuan pengawasan itu untuk menjamin tercapainya
tujuan-tujuan dan rencana perusahaan.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 5


c. Fungsi Koordinasi
Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari
setiap individu atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan adanya
koordinasi diperlukan perencanaan yang baik, yang dapat menunjukkan
keselarasan rencana antara satu bagian dengan bagian lainnya. Anggaran
yang berfungsi sebagai perencanaan harus dapat menyesuaikan rencana
yang dibuat untuk berbagai bagian dalam perusahaan, sehingga rencana
kegiatan yang satu akan selaras dengan lainnya. Untuk itu anggaran
dapat dipakai sebagai alat koordinasi untuk seluruh bagian yang ada
dalam perusahaan, karena semua kegiatan yang saling berkaitan antara
satu bagian dengan bagian lainnya sudah diatur dengan baik.

d. Anggaran Sebagai Pedoman Kerja


Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis
dan dinyatakan dalam unit moneter. Lazimnya penyusunan anggaran
berdasarkan pengalaman masa lalu dan taksiran-taksiran pada masa
yang akan datang, maka ini dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap
bagian dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatannya. Anggaran
dapat memberikan pedoman yang berguna baik bagi manajemen
puncak maupun manajemen menengah. Anggaran yang disusun dengan
baik akan membuat bawahan menyadari bahwa manajemen memiliki
pemahaman yang baik tentang operasional perusahaan dan bawahan
akan mendapatkan pedoman yang jelas dalam melaksanakan tugasnya.

1.4.2 Manfaat Anggaran


Anggaran mempunyai beberapa manfaat antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Anggaran merupakan hasil dari proses perencanaan, berarti anggaran
mewakili kesepakatan negosiasi di antara partisipan yang dominan dalam
suatu organisasi mengenai tujuan kegiatan di masa yang akan datang.
b. Anggaran merupakan gambaran tentang prioritas alokasi sumber
daya yang dimiliki karena dapat bertindak sebagai blue print aktivitas
perusahaan.
c. Anggaran merupakan alat komunikasi internal yang menghubungkan
departemen (divisi) yang satu dengan departemen (divisi) lainnya dalam
organisasi maupun dengan manajemen puncak.

6 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


d. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang
sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
e. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarah manajemen untuk
menentukan bagian organisasi yang kuat dan lemah, hal ini akan dapat
mengarahkan manajemen untuk menentukan tindakan koreksi yang
harus diambil.
f. Anggaran mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan untuk
bekerja dengan konsisten, efektif dan efisien dalam kondisi kesesuaian
tujuan antara tujuan perusahaan dengan tujuan karyawan.

1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran


Untuk dapat melakukan penaksiran secara lebih akurat dalam
penyusunan anggaran, diperlukan berbagai data, informasi dan pengalaman
yang merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun
anggaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, sebagai berikut:
a. Faktor-faktor Intern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang
terdapat di dalam perusahaan sendiri. Faktor-faktor intern sering disebut
sebagai faktor yang dalam batas-batas tertentu masih bisa disesuaikan
dengan keinginan atau kebutuhan untuk periode anggaran yang akan
datang. Faktor-faktor intern tersebut antara lain:
Penjualan tahun sebelumnya.
Kebijakan perusahaan yang terkait dengan; harga jual, syarat
pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi.
Kapasitas produksi perusahaan.
Tenaga kerja perusahaan baik jumlah, ketrampilan dan keahliannya.
Modal kerja perusahaan.
Fasilitas-fasilitas milik perusahaan.
Kebijakan perusahaan terkait dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
perusahaan; pemasaran, produksi, keuangan, administrasi maupun
personalia.
b. Faktor-faktor Ekstern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang
terdapat di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan perusahaan. Faktor-faktor ekstern sering disebut sebagai
faktor yang tidak dapat diatur dan tidak dapat disesuaikan dengan
keinginan perusahaan (perusahaan tidak mampu mengatur sesuai dengan

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 7


apa yang diinginkan dalam periode anggaran yang akan datang). Faktor-
faktor ekstern tersebut antara lain:
Keadaan persaingan.
Tingkat pertumbuhan penduduk.
Tingkat penghasilan masyarakat.
Tingkat pendidikan masyarakat.
Tingkat penyebaran penduduk.
Agama, adat istiadat & kebiasaan-kebiasaan masyarakat.
Berbagai kebijakan pemerintah di bidang ekonomi, politik,
sosial dan budaya.
Keadaan perekonomian nasional maupun internasional.
Kemajuan teknologi.

1.6 Keterbatasan dan Syarat-syarat Anggaran


Walaupun terdapat manfaat yang diperoleh dengan penyusunan anggaran,
tetapi masih terdapat keterbatasan-keterbatasan anggaran. Keterbatasan
anggaran menurut Supriyono, adalah sebagai berikut:
a. Anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi atas kegiatan yang akan
datang, ketepatan dari estimasi sangat tergantung kepada pengalaman
dan kemampuan dari estimator atau proyektor, ketidaktepatan anggaran
berakibat tidak dapat dipakai sebagai alat perencanaan, koordinasi, dan
pengawasan baik.
b. Anggaran harus selalu disesuaikan dengan perubahan kondisi dan
asumsi. Anggaran disusun atas dasar kondisi dan asumsi tertentu, oleh
karena itu perubahan kondisi dan asumsi yang mendasari penyusunan
anggaran mengharuskan adanya revisi anggaran, agar anggaran tersebut
dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Perubahan kondisi dan
asumsi misalnya dapat berupa : laju inflasi atau kebijakan pemerintah
dibidang ekonomi.
c. Anggaran dapat dipakai sebagi alat pengendalian biaya, hanya apabila
semua pihak, terutama manajer-manajer perusahaan, secara terus
menerus terkoordinir dan berusaha bertanggung jawab atas tercapainya
tujuan yang telah ditentukan di dalam anggaran.
d. Semua pihak di dalam perusahaan perlu menyadari bahwa anggaran
adalah alat untuk mengendalikan biaya, akan tetapi tidak dapat
menggantikan fungsi manajemen, dan judgement manajemen masih
diperlukan atas dasar pengetahuan dan pengalamannya.

8 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Karena anggaran dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, maka anggaran
yang baik harus memenuhi persyaratan, menurut Supriyono syarat-syarat
tersebut adalah:
a. Adanya organisasi perusahaan yang sehat, yaitu organisasi yang membagi
tugas dengan jelas dan menentukan garis wewenang dan bertanggung
jawab yang jelas.
b. Adanya sistem yang memadai, yaitu uang meliputi :
Penggolongan rekening yang sama antara anggaran dengan
realisasinya sehingga dapat dibandingkan dan dihitung
penyimpangannya.
Pencatatan akuntansi dapat memberikan informasi mengenai
realisasi anggaran.
Laporan didasarkan pada akuntansi pertanggungjawaban.
c. Adanya dukungan para pelaksana, karena anggaran dapat menjadi
pengendalian yang baik jika ada dukungan dari para pelaksana dari
tingkat atas maupun tingkat bawah.

1.7 Jenis-jenis dan Isi Anggaran


Menurut Munandar, jenis-jenis anggaran dapat dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :
a. Anggaran operasional, ialah anggaran yang berisi taksiran-taksiran
tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu di
masa yang akan datang.
b. Anggaran finansial, ialah anggaran yang berisi taksiran-taksiran tentang
keadaan atau posisi finansial perusahaan pada suatu saat tertentu di masa
yang akan datang.

Isi anggaran secara garis besar terdiri atas :


a. Anggaran taksiran, yaitu anggaran yang berisi taksiran-taksiran kegiatan
perusahaan dalam periode tertentu di masa yang akan datang, serta
taksiran-taksiran tentang keadaan atau posisi finansial perusahaan pada
suatu saat tertentu di masa yang akan datang.
b. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang berisi tingkat perubahan
biaya atau tingkat variabilitas biaya, khususnya biaya semi variabel,
sehubungan dengan adanya perubahan produktivitas perusahaan.
c. Analisis statistika dan matematika pembantu, yaitu analisis yang
dipergunakan untuk membuat taksiran-taksiran serta yang dipergunakan

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 9


untuk mengadakan penelitian dalam rangka mengadakan pengawasan
kerja.
d. Laporan anggaran, yaitu tentang realisasi pelaksanaan anggaran yang
dilengkapi dengan berbagai analisis perbandingan antara anggaran
dengan realisasinya, sehingga dapat diketahui sebab-sebab terjadinya
penyimpangan, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang bersifat
merugikan, sehingga dapat ditarik kesimpulan dan beberapa tindak lanjut
yang segera perlu dilakukan.

1.8 Prosedur Penyusunan Anggaran


Dalam penyusunan anggaran (budget), yang berwenang dan bertanggung
jawab atas penyusunan anggaran serta kegiatan penganggaran lainnya adalah
di tangan pimpinan tertinggi perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena
pimpinan tertinggi perusahaanlah yang paling berwenang dan bertanggung
jawab atas kegiatan-kegiatan secara keseluruhan. Namun dalam menyiapkan
dan menyusun anggaran (budget) serta kegiatan-kegiatan penganggaran
lainnya tidak harus ditangani sendiri oleh pimpinan tertinggi perusahaan,
melainkan dapat didelegasikan kepada bagian lain dalam perusahaan.
Menurut Mas’ud Machfoedz dalam penyusunan anggaran, terdapat
beberpa hal penting yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Harus selalu diingat bahwa anggaran merupakan bagian dari sistem yang
lebih besar.
b. Dalam penyusunan angaran harus sudah ditentukan terlebih dahulu
tujuan pokok perusahaan.
c. Setelah ditentukan tujuan pokok perusahaan, maka disusun beberapa
alternatif program, setelah itu ditentukan program-program mana yang
paling mungkin dilaksanakan.
d. Program pada umumnya meliputi kegiatan untuk beberapa tahun, oleh
karena itu program harus dibagi-bagi secara tahunan.
e. Setelah ditetapkan pembagian tersebut diterjemahkan dalam angka-
angka pada tahun tertentu.
f. Bagian yang diserahi tugas mempersiapkan dan menyusun anggaran
tersebut sangat tergantung pada struktur organisasi dari masing-masing
perusahaan, tugas ini dapat didelegasikan kepada :
1) Bagian administrasi; Biasa dilakukan oleh perusahaan kecil, karena
kegiatan perusahaan tidak terlalu kompleks, sederhana dengan
ruang lingkup yang terbatas, sehingga tugas penyusunan anggaran

10 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


tidak perlu banyak melibatkan secara aktif seluruh bagian yang ada
di perusahaan. Penunjukkan bagian administrasi dilakukan karena
pada bagian ini terkumpul semua data dan informasi yang meliputi
seluruh kegiatan perusahaan. Dengan bekal data informasi tersebut,
ditambah dengan informasi-informasi ekstern, maka bagian
administrasi diharapkan mampu menyusun anggaran daripada
bagian lain dalam perusahaan.
2) Panitia anggaran; Hal ini biasanya dilakukan oleh perusahaan
besar, sebab pada perusahaan besar kegiatannya cukup kompleks,
dengan ruang lingkup yang luas, sehingga bagian administrasi
sudah tidak mungkin dan tidak mampu untuk menyusun
anggaran sendiri tanpa partisipasi dari bagian lain di perusahaan.
Bagian-bagian yang terlibat di dalam panitia anggaran adalah
antara lain :
Direksi; berperan memberikan bahan masukan mengenai
berbagai kendala umum serta rencana perusahaan secara
menyeluruh baik rencana jangka pendek maupun rencana
jangka panjang.
Manajer perusahaan; bertugas menyusun anggaran penjualan
dan anggaran biaya distribusi, termasuk biaya iklan dan
promosi.
Manajer Produksi; bertugas menyusun anggaran-anggaran
yang berhubungan dengan seluruh kegiatan produksi, seperti
jumlah yang akan dihasilkan, tenaga kerja, bahan mentah,
pembelian dan biaya overhead pabrik.
Manajer keuangan; bertugas menyusun anggaran-anggaran
yang berhubungan dengan posisi keuangan perusahaan seperti
anggaran kas, anggaran rugi laba dan neraca.
Manajer umum, administrasi dan personalia; bertugas
menyusun anggaran-anggaran yang berhubungan dengan
biaya umum dan administrasi serta personalia.

1.9 Rangkuman
Berdasarkan definisi-definisi dan pengertian anggaran dapat disimpulkan
bahwa: Anggaran harus bersifat formal, artinya anggaran disusun dengan
sengaja dan bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis; Anggaran harus
bersifat sistematis, artinya anggaran disusun dengan berurutan dan berdasarkan

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 11


logika; Suatu saat manajer dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk
mengambil keputusan, keputusan yang diambil oleh manajer tersebut
merupakan pelaksanaan fungsi manajer dari segi perencanaan, koordinasi dan
pengawasan.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep Zero Based
Budgeting dapat menghilangkan incrementalism dan line-item, karena
anggaran diasumsikan dimulai dari nol. Penyusunan anggaran yang bersifat
incremental mendasarkan besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk
menetapkan anggaran ditahun depan, yaitu dengan menyesuaikannya dengan
tingkat inflasi atau jumlah penduduk. Sedangkan pada sistem Zero Based
Budgeting (ZBB) tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun
anggaran tahun ini, namun penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan
saat ini juga. Dengan Zero Based Budgeting (ZBB), seolah-olah proses
anggaran dimulai dari hal yang baru sama sekali (dimulai dari nol lagi).
Anggaran (budget) dan penganggaran (budgeting) mempunyai arti yang
berbeda. Anggaran merupakan kata benda, yakni hasil yang diperoleh setelah
menyelesaikan tugas perencanaan. Sedangkan penganggaran menunjukkan
suatu proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya
penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang perlu,
pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencananya sendiri, implementasi
dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi
dari hasil melaksanakan rencana.
Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu
manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan
dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk
tujuan yang telah ditetapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan
anggaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok, sebagai berikut: 1) Faktor-
faktor Intern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di dalam
perusahaan sendiri; 2) Faktor-faktor Ekstern, yaitu data, informasi dan
pengalaman yang terdapat di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan perusahaan.
Walaupun terdapat manfaat yang diperoleh dengan penyusunan
anggaran, tetapi masih terdapat keterbatasan-keterbatasan anggaran. Karena
anggaran bermanfaat, maka anggaran yang baik harus memenuhi persyaratan-
persyaratan antara lain: adanya organisasi perusahaan yang sehat; adanya sistem
yang memadai; penggolongan rekening yang sama antara anggaran dengan
realisasinya; pencatatan akuntansi dapat memberikan informasi mengenai

12 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


realisasi anggaran; laporan didasarkan pada akuntansi pertanggungjawaban;
adanya dukungan para pelaksana.
Jenis-jenis anggaran dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : 1)
Anggaran operasional, ialah anggaran yang berisi taksiran-taksiran tentang
kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan
datang; 2) Anggaran finansial, ialah anggaran yang berisi taksiran-taksiran
tentang keadaan atau posisi finansial perusahaan pada suatu saat tertentu di
masa yang akan datang.
Dalam penyusunan anggaran, yang berwenang dan bertanggung jawab
atas penyusunan anggaran serta kegiatan penganggaran adalah di tangan
pimpinan tertinggi perusahaan. Hal tersebut disebabkan pimpinan tertinggi
perusahaanlah yang paling berwenang dan bertanggung jawab atas kegiatan-
kegiatan secara keseluruhan. Namun dalam menyiapkan dan menyusun
anggaran serta kegiatan-kegiatan penganggaran lainnya tidak harus ditangani
sendiri oleh pimpinan tertinggi perusahaan, melainkan dapat didelegasikan
kepada bagian lain dalam perusahaan.

1.10 Pertanyaan untuk Diskusi


1) Anggaran harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,
sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh dari suatu kegiatan. Untuk
itu jelaskan definisi anggaran menurut beberapa ahli dan berdasarkan
definisi-definisi anggaran tersebut buatlah kesimpulan dari anggaran !
2) Jelaskan pengertian dari Zero Based Budgeting (ZBB) dan bagaimana
teknik penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep Zero Based
Budgeting !
3) Anggaran (budget) dan penganggaran (budgeting) mempunyai arti yang
berbeda, relevan dengan hal tersebut jelaskan perbedaan antara anggaran
(budget) dengan penganggaran (budgeting) !
4) Anggaran disusun untuk membantu manajemen dalam kegiatan
perencanaan dan pengawasan, berdasarkan hal tersebut jelaskan fungsi
dan manfaat dari anggaran !
5) Untuk dapat melakukan penaksiran secara lebih akurat dalam penyusunan
anggaran, diperlukan berbagai data, informasi dan pengalaman yang
merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun
anggaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran apa
saja, sebutkan dan jelaskan !

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 13


6) Walaupun terdapat manfaat yang diperoleh dengan penyusunan
anggaran, tetapi masih terdapat keterbatasan-keterbatasan dan untuk
dapat dimanfaatkan harus memenuhi persyaratan-persyaratan. Relevan
dengan hal tersebut maka deskripsikan keterbatasan dan persyaratan
anggaran, agar anggaran dapat bermanfaat secara optimal !
7) Jelaskan secara umum jenis-jenis anggaran dan deskripsikan isi anggaran
secara garis besar !
8) Dalam penyusunan anggaran (budget), yang berwenang dan bertanggung
jawab atas penyusunan anggaran serta kegiatan penganggaran lainnya
adalah di tangan pimpinan tertinggi perusahaan. Bedasarkan hal tersebut
deskripsikan prosedur penyusunan anggaran (budget) !

14 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Bab 2
ANGGARAN OPERASIONAL

2.1 Pengertian Anggaran Operasional


Pada dasarnya suatu perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh
laba atau penghasilan. Namun, semakin kompleksnya suatu masalah
dalam perusahaan dapat mengakibatkan banyaknya aktivitas yang harus
dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang tepat dan cermat, karena dengan
dilaksanakannya rencana yang matang dalam setiap kegiatan operasionalnya,
maka akan memudahkan perusahaan mencapai tujuan yang optimal. Untuk
mencapai tujuan tersebut manajemen dalam mengelola perusahaan harus
membuat perencanaan, pengendalian, pengawasan yang tepat dan cermat
terhadap seluruh aktivitas perusahaan. Disamping hal tersebut manajemen
juga harus dapat mengelola sumber-sumber ekonomi perusahaan secara efisien
dan efektif. Perencanaan, pengendalian, dan pengawasan oleh manajemen
perusahaan dapat disajikan dalam bentuk anggaran, baik anggaran yang
bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa salah satu
isi Budget adalah Forecasting Budget, yang diartikan sebagai Budget yang
berisi taksiran-taksiran atau peramalan (forecast) tentang kegiatan-kegiatan
perusahan dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang, serta berisi
taksiran-taksiran (forecast) tentang keadaan atau kondisi finansial perusahaan
pada suatu saat yang akan datang. Dari pengertian tersebut nampaknya bahwa
Forecasting Budget terdiri dari dua kelompok Budget, yaitu : Operating
Budget (Anggaran Operasional) dan Finansial Budget (Anggaran Keuangan).
Terkait dengan anggaran operasional tersebut terdapat beberapa pendapat
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Menurut Munandar: operating budget didefinisikan sebagai budget yang
berisi taksiran-taksiran tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam
jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri: anggaran operasional
merupakan rencana seluruh kegiatan-kegiatan perusahaan untuk
mencapai tujuannya. Umumnya tujuan perusahaan adalah mendapatkan
keuntungan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa anggaran operasional


merupakan deskripsi rinci pendapatan dan biaya yang dibutuhkan untuk
mencapai hasil laba yang memuaskan. Dan operating budget berisi tentang
rencana kegiatan-kegiatan perusahaan selama periode tertentu yang akan
datang, baik kegiatan yang berhubungan dengan sektor penghasilan maupun
kegiatan yang berhubungan dengan sektor biaya. Di dalam akuntansi, kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan sektor penghasilan berhubungan dengan
sektor biaya, kegiatan ini pada akhir periode dituangkan dalam Laporan
Rugi-Laba (Income Statement) perusahaan. Bilamana selama bekerja dalam
periode yang bersangkutan, penghasilan lebih besar dari beban biaya yang
harus ditanggung, berarti perusahaan memperoleh keuntungan, sedangkan
bilamana selama bekerja dalam periode yang bersangkutan, penghasilan yang
diterima lebih kecil daripada beban biaya yang harus ditanggung, berarti
perusahaan menderita kerugian. Oleh karena itu Operating Budget sering pula
disebut sebagai Income Statement Budget (Budget Rugi-Laba). Atas dasar
kelengkapan isinya, Income Statement Budget dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu : 1) Master Income Statement Budget (Anggaran Induk Rugi-
Laba), ialah anggaran tentang penghasilan dan biaya perusahaan, yang berisi
taksiran-taksiran secara garis besar (global) dan kurang dijabarkan secara
lebih terperinci, seperti misalnya taksiran-taksiran semesteran, tahunan dan
sebagainya; 2) Income Statement Supporting Budget (Anggaran Penunjang
Rugi-Laba), ialah anggaran tentang penghasilan dan biaya perusahaan, yang
berisi taksiran-taksiran yang lebih terperinci, seperti misalnya terperinci dari
waktu ke waktu (bulanan), terperinci menurut bagian (departemen) yang
ada dan sebagainya. Dengan demikian Income Statement Supporting Budget
ini merupakan penjabaran serta perincian lebih lanjut dari Master Income
Statement Budget yang hanya memuat taksiran-taksiran secara garis besar
saja, masih belum memungkinkan Budget tersebut menjalankan fungsinya.
Agar supaya Budget dapat berfungsi sebagai pedoman kerja, sebagai alat
koordinasi kerja dan sebagai alat pengawas kerja, maka Budget harus disusun
secara jelas dan terperinci.

16 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


2.2 Ruang Lingkup Anggaran Operasional
Operating Budget merencanakan tentang kegiatan-kegiatan perusahaan
selama periode tertentu yang akan datang. Pada dasarnya kegiatan-kegiatan
perusahaan selama periode tertentu terkait dengan ruang lingkup anggaran
operasional meliputi dua sektor, yaitu :
a. Sektor Penghasilan (Revenues); ialah pertambahan Aktiva perusahaan
yang mengakibatkan bertambahnya Modal Sendiri, tetapi bukan karena
penambahan setoran modal baru dari para pemiliknya, dan bukan pula
merupakan pertambahan Aktiva perusahaan yang disebabkan karena
bertambah Utang. Sering pula dikatakan bahwa Penghasilan adalah
suatu kondisi prestasi yang diterima oleh perusahaan atas “sesuatu” yang
diberikan kepada pihak lain, atau atas jasa-jasa yang diberikan kepada
pihak lain. Dipandang dari sudut hubungannya dengan usaha utama
perusahaan, penghasilan dapat dibedakan menjadi dua sub sektor, yaitu :
Sub-sektor Penghasilan Utama (Operating Revenues), ialah
penghasilan yang diterima perusahaan, yang berasal dan
berhubungan erat dengan usaha pokok perusahaan.
Sub-sektor Penghasilan Bukan Utama (Non-Operating Revenues),
ialah penghasilan yang diterima perusahaan, yang tidak berasal dan
tidak berhubungan erat dengan usaha pokok perusahaan, melainkan
dari usaha sampingan perusahaan.
b. Sektor Biaya (Expenses); ialah pengurangan Aktiva perusahaan yang
mengakibatkan berkurangnya Modal Sendiri, tetapi bukan karena
pengurangan (pengambilan) modal oleh para pemiliknya, dan bukan pula
merupakan pengurangan Aktiva perusahaan yang disebabkan karena
berkurangnya Utang. Sering pula dikatakan bahwa Biaya adalah suatu
kontra pretasi yang diberikan oleh perusahaan atas sesuatu yang diterima
dari pihak lain, atau jasa-jasa yang diterima dari pihak lain.

Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri anggaran operasional


dibagi menjadi dua bagian yatu:
a. Anggaran Proyeksi Rugi Laba; dalam anggaran ini dihitung atau ditaksir
besarnya laba, baik menurut bagian, menurut jenis produk maupun laba
yang merupakan keseluruhan.
b. Anggaran Pembantu Laporan Rugi Laba (Income Statement Supporting
Budget); anggaran ini meliputi seluruh anggaran kegiatan-kegiatan yang
menyokong penyusunan suatu laporan Rugi Laba (Income Statement)

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 17


yakni: Anggaran Penjualan; Anggaran Produksi; Anggaran Biaya
Distribusi; Anggaran Biaya Umum dan Administrasi; Anggaran Type
Appropriasi (anggaran biaya yang tidak dapat dikategorikan sebagai
bagian dari anggaran-anggaran sebelumnya, misalnya: Anggaran
Pemeliharaan dan Anggaran Penelitian).

Dari uraian tersebut diatas maka anggaran operasional menjelaskan


aktifitas yang menghasilkan pendapatan untuk perusahaan, yaitu penjualan,
produksi dan barang jadi. Hasil utama dari anggaran operasinal adalah
laporan rugi laba proforma atau proyeksi rugi laba. Ruang lingkup anggaran
operasional terdiri dari laporan rugi laba yang dianggarkan serta beberapa
anggaran pendukung seperti :
Anggaran Penjualan
Anggaran Produksi
Anggaran Bahan Baku
Anggaran Tenaga Kerja
Anggaran Overhead Pabrik
Anggaran Biaya Umum dan Administrasi
Anggaran Persediaan Barang Jadi
Anggaran Harga Pokok Produksi
Anggaran Harga Pokok Penjualan

2.3 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional


Anggaran Operasional (Operating Budget) secara terperinci disusun
dalam Income Statement Supporting Budget, yang pada dasarnya berisi
Budget tentang penghasilan, yaitu tentang Anggaran Penjualan, dan anggaran-
anggaran tentang biaya, yaitu Anggaran Produksi serta Anggaran Biaya
Administrasi dan Anggaran Biaya Penjualan.
Antara anggaran tentang penghasilan dengan anggaran-anggaran
tentang biaya tersebut mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat.
Di satu pihak, besar kecilnya penjualan (penghasilan) mungkin ditentukan
(dipengaruhi) oleh besar kecilnya produksi (biaya), tetapi di pihak lain,
besarnya produksi (biaya) mungkin justru ditentukan (dipengaruhi) oleh
besarnya penjualan. Dengan perkataan lain, ada dua alternatif kemungkinan
tentang hubungan timbal balik antara produksi dengan penjualam tersebut,
yaitu :

18 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


a. Besarnya penjualan ditentukan oleh besarnya produksi.
Ini berarti bahwa berapa jumlah penjualan perusahaan selama periode
yang akan datang ditentukan oleh berapa jumlah barang yang mampu
diproduksi perusahaan selama periode tersebut. Dengan demikian jika
selama periode yang akan datang, perusahaan mampu memproduksi
barang dalam jumlah yang besar, maka sebesar itu pulalah jumlah
penjualan yang akan dilakukan perusahaan dalam periode tersebut.
Sebaliknya jika selama periode yang akan datang, perusahaan hanya
mampu memproduksikan barang dalam jumlah sedikit, maka sejumlah
sedikit pulalah penjualan yang akan dilakukan perusahaan selama
periode tersebut.
b. Besarnya produksi justru ditentukan oleh besarnya penjualan.
Ini berarti bahwa jumlah barang yang akan diproduksi perusahaan selama
periode yang akan datang ditentukan oleh berapa jumlah barang yang
mampu dijual (dipasarkan) oleh perusahaan selama periode tersebut.
Dengan demikian, jika selama periode yang akan datang, perusahaan
mampu menjual (memasarkan) barang dalam jumlah yang besar, maka
sebesar itu pulalah produksi yang yang akan dilakukan perusahaan,
dalam periode tersebut. Sebaliknya jika selama periode yang akan
datang perusahaan hanya mampu menjual (memasarkan) barang dalam
jumlah yang sedikit, maka sejumlah sedikit itu pulalah produksi yang
akan dilakukan perusahaan dalam periode yang akan datang.

Terkait dengan teknik penyusunan anggaran operasional, dalam


aplikasinya penyusunan anggaran operasional perusahaan, biasanya kegiatan
pertama yang harus dilakukan adalah membuat Anggaran Penjualan. Anggaran
Penjualan umumnya menggambarkan penghasilan yang diterima karena ada
penjualan. Agar Anggaran Penjualan dapat disusun, langkah awal yang harus
ditempuh adalah menetapkan target penjualan.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menetapkan target
penjualan antara lain:
a. Luas pasar, apakah bersifat lokal, regioanal, nasional.
b. Keadaan persaingan, apakah bersifat monopoli, persaingan bebas dan
sebagainya.
c. Kemampuan pasar untuk menyerap barang (peluang pasar).
d. Keadaan/sifat konsumen, yaitu konsumen akhir dan konsumen industry.
e. Kemampuan finansial, yaitu kemampuan membiayai riset pasar, modal
kerja, membeli bahan mentah, dan lain sebagainya.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 19


f. Keadaan personalia, berhubungan dengan tenaga kerja baik dalam
jumlah maupun kualitasnya.

Dari target penjualan dipakai sebagai dasar untuk membuat Sales


Forecasting (Ramalan Penjualan). Forecast penjualan merupakan perkiraan
penjualan pada suatu waktu yang akan datang dalam keadaan tertentu dan
dibuat berdasarkan data-data yang pernah terjadi dan/atau mungkin akan
terjadi. Adapun beberapa metode yang dapat digunakan dalam membuat
forecast penjualan, antara lain: 1) Metode trend setengah rata-rata (Semi
Average Method); 2) Metode trend garis (Moment Method); 3) Metode trend
kuadrat terkecil (Least Square Method); 4) Metode trend kuadratik atau trend
garis lengkung.
Setelah membuat Ramalan Penjualan dan Anggaran Penjualan dilanjutkan
dengan membuat Anggaran Produksi. Kebanyakan perusahaan bergerak
dalam struktur pasar pembeli akhir, sehingga kegiatan produksi merupakan
kegiatan penunjang utama kegiatan penjualan. Artinya kegiatan produksi
harus mempertimbangkan kegiatan penjualan. Namun tidak hanya kegiatan
penjualan yang perlu dipertimbangkan oleh kegiatan produksi, kebijakan
persediaan produk juga perlu diperhatikan. Anggaran Produksi terdiri dari
Anggaran Bahan Baku, Anggaran Tenaga Kerja, dan Anggaran Biaya
Overhead Pabrik. Anggaran Produksi dapat disusun dengan pendekatan tiga
cara, yaitu: 1) Mengutamakan stabilitas produksi; 2) Mengutamakan stabilitas
persediaan, dan 3) Campuran antara stabilitas produksi dan persediaan. Ketiga
metode anggaran produksi tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa:
Perusahaan yang mengutamakan stabilitas produksi dalam penyusunan
anggaran produksi, tingkat persediaan dibiarkan berfluktuasi (berubah-
ubah) dengan syarat persediaan awal dan akhir sesuai dengan rencana
semula, disisi lain pola produksi konstan (stabil).
Mengutamakan stabilitas persediaan, dengan cara mengutamakan
stabilitas persediaan, mestinya rencana persediaan konstan (stabil),
artinya persediaan awal lama dengan persediaan akhir dari tingkat
produksi dibiarkan berfluktuasi (berubah).
Campuran antara stabilitas produksi dan persediaan, metode ini bila
tingkat produksi stabil maka tingkat persediaan berubah, tetapi bila
tingkat persediaan stabil maka tingkat produksi berubah. Jadi pada cara
campuran ini suatu saat produksi stabil dan pada saat lain persediaan
stabil atau sebaliknya pada suatu saat tingkat produksi berubah dan pada
saat lain tingkat persediaan yang mengalami perubahan. Berubahnya

20 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


tingkat produksi dan tingkat persediaan biasanya diberi batasan minimal
dan maksimal.

Dari Anggaran Produksi tersebut dijadikan sebagai dasar dalam


penyusunan Anggaran Bahan Baku. Bahan baku merupakan bahan langsung,
yaitu bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
produk jadi. Bahan baku adalah bahan utama atau bahan pokok dan merupakan
komponen utama dari suatu produk. Bahan baku biasanya mudah ditelusuri
dalam suatu produk dan harganya relatif tinggi dibandingkan dengan bahan
pembantu. Misalkan produk sepatu kulit bahan bakunya kulit. Adapun bahan
pembantu dari produk sepatu kulit, seperti lem, benang, dan asesoris yang
melekat pada sepatu tersebut. Adapun dasar penyusunan anggaran bahan
baku bersumber dari anggaran produksi, rencana persediaan bahan baku, dan
standar bahan baku dipakai. Bahan baku dipakai dalam satuan uang disebut
biaya bahan baku. Biaya bahan baku dalam satuan barang dikali harga pokok
barang per satuan disebut biaya bahan baku. Besarnya bahan baku yang
dimiliki perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Anggaran produksi; Semakin besar produksi yang dianggarkan semakin
besar bahan baku yang disediakan. Sebaliknya semakin kecil produksi
yang dianggarkan semakin kecil juga bahan baku yang disediakan.
b. Harga beli bahan baku; Semakin tinggi harga beli bahan baku, semakin
tinggi persediaan bahan baku yang direncanakan. Sebaliknya semakin
rendah harga bahan baku yang dibeli, semakin rendah persediaan bahan
baku yang direncanakan.
c. Biaya penyimpanan bahan baku di gudang (carrying cost) dalam
hubungannya dengan biaya extra yang dikeluarkan sebagai akibat
kehabisan persediaan (stockout cost).
d. Ketepatan standar pemakaian bahan baku; Semakin tepat standar bahan
baku dipakai yang dibuat, semakin kecil persediaan bahan baku yang
direncanakan. Sebaliknya bila standar bahan baku dipakai yang dibuat
sulit untuk mendekati ketepatan, maka persediaan bahan baku yang
direncanakan akan besar.
e. Ketepatan pemasok (penjual bahan baku) dalam menyerahkan bahan
baku yang dipesan.
f. Jumlah bahan baku setiap kali pesan; Besarnya pembelian bahan baku
tiap kali pesan untuk mendapatkan biaya pembelian minimal dapat
ditentukan dengan kuantitas pesanan ekonomis (Economical Order
Quantity = EOQ). Economical order quantity (EOQ) adalah kuantitas

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 21


barang yang dapat diperoleh dengan biaya minimal atau sering dikatakan
sebagai jumlah pembelian yang optimal. Dalam menghitung EOQ
biasanya mempertimbangkan dua jenis biaya yang bersifat variable,
yaitu: 1) Biaya pemesanan (order costing) yang selalu berubah-ubah
sesuai dengan frekuensi pemesanan; 2) Biaya penyimpanan (carrying
cost) yang berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan baku yang
disimpan.
g. Reorder Point; Reorder point adalah saat harus dilakukan pesanan
kembali bahan yang diperlukan, sehingga kedatangan bahan yang
dipesan tersebut tepat pada waktu persediaan di atas safety stock sama
dengan nol.
h. Safety stock; Safety stock adalah persediaan inti dari bahan yang harus
dipertahan kan untuk menjamin kelangsungan usaha, artinya safety stock
tidak boleh dipakal kecuali dalam keadaan darurat, seperti : keadaan
bencana alam, bahan di pasaran dalam keadaan kosong karena huru-
hara, dan lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
safety stock bahan baku, antara lain sebagai berikut:
Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan baku yang dipesan
apakah tepat waktu atau terlambat. Bila sering terlambat berarti
perlu safety stock yang besar.
Besar kecilnya barang yang dibeli setiap saat. Bila bahan baku yang
dibeli setiap saat jumlah besar, maka tidak perlu safety stock yang
besar.
Kemudahan menduga bahan baku yang diperlukan. Semakin mudah
menduga bahan baku yang diperlukan semakin kecil safety stock.
Hubungan biaya penyimpanan (carrying cost) dengan biaya ekstra
kekurangan persediaan (stock out cost).

Setelah menyusun Anggaran Bahan Baku dilanjutkan dengan penyusunan


Anggaran Tenaga Kerja. Anggaran Tenaga Kerja adalah tenaga kerja yang
secara langsung berperan dalam proses produksi, yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Besar kecilnya biaya berhubungan secara langsung dengan tingkat
kegiatan produksi.
b. Biaya yang dikeluarkan merupakan biaya variable
c. Kegiatan tenaga kerja ini dapat langsung dihubungkan dengan produk
akhir untuk penentuan harga pokok.

22 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Langkah berikutnya dari penyusunan anggaran operasional setelah
Anggaran Bahan Baku dibuat adalah membuat Anggaran Biaya Overhead
Pabrik, dilanjutkan membuat Anggaran Biaya Umum dan Administrasi. Dari
keseluruhan anggaran-anggaran yang telah dibuat terdahulu akan dipakai
sebagai dasar untuk membuat Anggaran Harga Pokok Penjualan dan Proyeksi
Laporan Rugi Laba.
Dari penjelasan tentang teknik penyusunan anggaran operasional
tersebut diatas sebenarnya secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa
aplikasi penyusunan anggaran operasional dimulai dari: 1) Membuat
peramalan penjualan yang nantinya dijadikan sebagai pendukung dalam
penyusunan anggaran penjualan; 2) Membuat anggaran produksi, dan yang
mesti diingat bahwa penjualan mempunyai hubungan timbal balik dengan
produksi; 3) Membuat anggaran bahan baku, anggaran tenaga kerja dan
anggaran biaya overhead pabrik yang mendasarkan pada anggaran produksi;
4) Membuat anggaran biaya umum dan administrasi (anggaran beban usaha);
5) Membuat harga pokok produksi dan penjulan; dan 6) Membuat proyeksi
rugi laba yang didasarkan pada data anggaran-anggaran yang telah dibuat
sebelumnya (anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran bahan baku,
anggaran tenaga kerja, anggaran overhead pabrik, anggaran biaya umum dan
administrasi, anggaran persediaan jarang jadi, anggaran harga pokok produksi,
anggaran harga pokok penjualan).

2.4 Rangkuman
Anggaran operasional (operating budget) merupakan deskripsi rinci
pendapatan dan biaya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil laba yang
memuaskan. Operating budget berisi tentang rencana kegiatan-kegiatan
perusahaan selama periode tertentu yang akan datang, baik kegiatan yang
berhubungan dengan sektor penghasilan maupun kegiatan yang berhubungan
dengan sektor biaya.
Hasil utama dari anggaran operasional adalah laporan laba rugi proforma
atau proyeksi laba rugi. Ruang lingkup anggaran operasional terdiri dari
laporan laba rugi yang dianggarkan serta beberapa anggaran pendukung
seperti : Anggaran Penjualan; Anggaran Produksi; Anggaran Bahan Baku;
Anggaran Tenaga Kerja; Anggaran Overhead Pabrik; Anggaran Biaya Umum
dan Administrasi; Anggaran Persediaan Barang Jadi; Anggaran Harga Pokok
Produksi; dan Anggaran Harga Pokok Penjualan.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 23


Teknik penyusunan anggaran operasional dimulai dari: 1) Membuat
peramalan penjualan yang nantinya dijadikan sebagai pendukung dalam
penyusunan anggaran penjualan; 2) Membuat anggaran produksi, dan yang
mesti diingat bahwa penjualan mempunyai hubungan timbal balik dengan
produksi; 3) Membuat anggaran bahan baku, anggaran tenaga kerja dan
anggaran biaya overhead pabrik yang mendasarkan pada anggaran produksi;
4) Membuat anggaran biaya umum dan administrasi (anggaran beban usaha);
5) Membuat harga pokok produksi dan penjulan; dan 6) Membuat proyeksi
rugi laba yang didasarkan pada data anggaran-anggaran yang telah dibuat
sebelumnya (anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran bahan baku,
anggaran tenaga kerja, anggaran overhead pabrik, anggaran biaya umum dan
administrasi, anggaran persediaan jarang jadi, anggaran harga pokok produksi,
anggaran harga pokok penjualan).

2.5 Pertanyaan untuk Diskusi


1) Anggaran operasional merupakan deskripsi rinci pendapatan dan
biaya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil laba yang memuaskan.
Untuk itu jelaskan definisi anggaran operasional menurut beberapa
ahli dan berdasarkan definisi-definisi anggaran tersebut buatlah
kesimpulan dari anggaran operasional !
2) Operating Budget merupakan rencana kegiatan-kegiatan perusahaan
selama periode tertentu yang akan datang dan terkait dengan ruang
lingkup anggarannya, relevan dengan hal tersebut jelaskan ruang
lingkup anggaran operasional !
3) Anggaran Operasional secara terperinci disusun dalam Income
Statement Supporting Budget, yang pada dasarnya berisi Budget
tentang penghasilan, berdasarkan hal tersebut deskripsikan
pengertian Income Statement Supporting Budget !
4) Teknik penyusunan anggaran operasional, dalam aplikasi
penyusunannya biasanya kegiatan pertama yang harus dilakukan
adalah membuat Anggaran Penjualan. Untuk itu jelaskan langkah-
langkah lanjutan dari teknik penyusunan anggaran operasional !
5) Jelaskan hasil utama anggaran operasional dan anggaran pendukung
dalam anggaran operasional !

24 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Bab 3
PERAMALAN (FORECASTING) PENJUALAN

3.1 Pengertian Peramalan (Forecasting)


Tidak ada yang dapat memberikan jaminan atau kepastian tentang apa
yang akan terjadi dimasa depan, termasuk tentang kondisi bisnis dan ekonomi
suatu dunia usaha (perusahaan). Setiap hari para manajer membuat keputusan
tanpa mengetahui dengan pasti tentang apa yang akan terjadi di masa depan.
Stok barang (persediaan) dipesan tanpa seorang pun sebenarnya tahu berapa
jumlah yang akan terjual, mesin baru dibeli walaupun belum tahu permintaan
atas barang yang diproduksi, investasi demi investasi dilakukan meskipun
keuntungannya belum pasti. Relevan dengan hal tersebut, maka para manajer
dan pembuat keputusan selalu mencoba mengurangi ketidakpastian dengan
membuat peramalan (forecasting), atas apa yang akan terjadi di masa depan.
Sehingga dalam kegiatan industri, forecasting merupakan hal yang sangat
penting dan diperlukan. Forecasting dapat diartikan sebagai berikut:
Peramalan (forecasting) adalah kegiatan untuk memprediksi dan
memperkirakan kondisi masa depan dengan berdasarkan data-data
tertentu.
Menurut Gunawan Adisaputra dan Yuni Anggarini: forecasting adalah
perkiraan mengenai sesuatu yang belum terjadi.
Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan
kejadian di masa depan.
Peramalan dapat diartikan sebagai penggunaan data masa lalu dari
sebuah variabel atau kumpulan variabel untuk mengestimasikan nilai
dimasa yang akan datang.

Peran peramalan merupakan bagian penting bagi setiap perusahaan


(organisasi bisnis) dalam setiap pengambilan keputusan manajemen yang
sangat signifikan dan peramalan menjadi dasar bagi perencanaan jangka
panjang perusahaan. Dalam area fungsional finansial, peramalan memberikan
dasar dalam menentukan anggaran dan pengendalian biaya. Pada bagian
pemasaran, peramalan penjualan dibutuhkan untuk merencanakan produk
baru, kompensasi tenaga penjual, dan beberapa keputusan penting lainnya.
Selanjutnya, pada bagian produksi dan operasi menggunakan data-data
peramalan untuk perencanaan kapasitas, fasilitas, produksi, penjadwalan,
dan pengendalian persediaan. Oleh sebab itu untuk mensikapi situasi bisnis
dimasa depan yang penuh dengan ketidakpastian (uncertainty), maka
peramal (forecaster) memerlukan pengetahuan konsep dan metode peramalan
bisnis (forecasting) yang dapat membantu pengambilan keputusan lebih
tepat. Forecaster atau individu yang melakukan forecasting tidak sekedar
menetapkan suatu angka perencanaan begitu saja di masa mendatang, namun
membutuhkan kaidah yang benar dan baik dari sisi bisnis.

3.2 Langkah-langkah Dalam Peramalan (Forecasting)


Pembuatan peramalan (forecasting) tidaklah mudah akan tetapi
pembuatan peramalan (forecasting) tetap harus dilakukan. Berikut ini, adalah
beberapa langkah yang dapat dijadikan pertimbangan dan digunakan oleh
peramal (forecaster) bisnis dalam pembuatan peramalan (forecasting):
a. Forecaster selayaknya menyadari tingkat kompleksitas dari suatu bisnis.
Mengenal bisnis secara baik serta mempelajari semua variabel-variabel
yang mempengaruhi suatu forecast bisnis haruslah menjadi agenda
penting bagi para forecaster. Kegagalan dari mobil Ford “Edsel” yang
sering dibuat publikasi adalah forecast yang salah dalam menghitung
potensi dari pasar. Perusahaan di Detroit dipersalahkan karena mereka
sama sekali tidak menyelenggarakan survei untuk mengetahui selera
konsumen tetapi mereka meluncurkan mobil sesuai dengan apa yang
mereka inginkan. Mengenal konsumen, kompetitor serta lingkungan
bisnis dengan baik adalah tahap yang baik dalam pembuatan suatu
forecast. Survei-survei pemasaran secara rutin sebaiknya dilakukan.
b. Forecaster perlu menggeluti produk-produk yang sangat sensitif
terhadap perubahan lingkungan bisnis, cara-cara forecasting dengan
metode kuantitatif harus diwaspadai. Justru dalam hal ini, forecasting
secara kualitatif serta penggunaan intuisi dari si forecaster tak pelak
lagi adalah cara yang tidak dapat dihindari lagi. Untuk mempertajam
intuisi dari forecaster, perlu untuk semakin peka terhadap weak signal,
yaitu gejala dini terhadap suatu perubahan. Hanya forecaster yang

26 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


mendengarkan suara dari konsumen serta mempunyai komunikasi yang
baik, yang dapat melatih kepekaan mereka.
c. Forecaster perlu memperbaiki sistem informasi lingkungan bisnis.
Forecaster dapat menggunakan metode environmental scanning
system untuk tujuan pembuatan forecast. Pada dasarnya environmental
scanning terdiri dari tahap-tahap seperti mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi bisnis, seberapa besar setiap faktor berpengaruh
terhadap bisnis, membuat diagram yang menunjukkan faktor-faktor
yang kritikal dan akhirnya adalah pembuatan suatu environment data
base. Proses dalam environmental scanning system ini akan memaksa
forecaster untuk semakin peka terhadap perubahan lingkungan bisnis
pada tahap dini. Hal ini jelas akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan terutama dalam mengantisipasi terhadap perubahan yang
sangat mendadak. Barangkali akurasi yang baik tetap tidak dapat dicapai
dengan adanya environmental scanning system, tetapi paling tidak arah
dari perubahan lingkungan bisnis dapat diramal lebih akurat.
d. Forecaster dalam membuat suatu forecast, perlu mempertimbangkan
penggunaan skenario. Skenario adalah kata yang sudah sering
diucapkan setiap hari, hanya saja sedikit forecaster yang secara formal
melakukan sebagai bagian dari strategic planning. Dalam pembuatan
skenario, forecaster juga perlu menyadari bahwa kemampuan dalam
pembuatan forecast sangat terbatas. Oleh karena itu, pembuatan skenario
menunjukkan bahwa daripada mengalokasikan begitu banyak waktu
untuk melakukan forecast yang akurat yang pada dasarnya sangat sulit,
forecaster lebih baik tertarik untuk melihat implikasinya.

Secara lebih sederhana langkah-langkah yang dapat digunakan oleh


forecaster bisnis dalam pembuatan forecasting adalah sebagai berikut:
a. Tentukan tujuan dari forecast (apa tujuan yang hendak dicapai).
b. Tentukan berapa macam hal yang perlu diramalkan.
c. Tentukan jangka waktu waktu (time horizon) peramalan (apakah jangka
pendek, jangka menengah atau jangka panjang).
d. Pilih dengan baik jenis model peramalan yang akan digunakan (metode
yang memberikan error paling kecil).
e. Kumpulkan seluruh data valid yang diperlukan untuk meramal.
f. Ciptakan model yang tepat untuk meramal.
g. Lakukan forecasting.
h. Implementasikan hasilnya.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 27


3.3 Tujuan Peramalan (Forecasting)
Dalam menghadapi ketidakpastian para manajer selalu berusaha
membuat estimasi yang lebih baik tentang apa yang akan terjadi di masa depan.
Membuat estimasi yang baik adalah tujuan utama peramalan (forecasting).
Tujuan dari forecasting sendiri yaitu untuk meminimasi risiko dari faktor-
faktor ketidakpastian. Apabila perusahaan tidak memprediksi penjualan, maka
perusahaan tidak tahu berapa penjualan untuk periode berikutnya. Kenapa
perusahaan tidak menjual sebanyak-banyaknya, tentu saja dalam melakukan
penjualan perusahaan juga harus memandang faktor keterbatasan perusahaan.
Selain itu faktor risiko lebih besar, jika tanpa prediksi masa depan yang lebih
baik.
Untuk faktor ketidakpastian bisa disebabkan oleh peluang pembeli untuk
membeli produk perusahaan pada periode tertentu dan jumlah pembeli produk
perusahaan tidak pasti. Misalnya perusahaan ingin memprediksi berapa produk
perusahaan yang terjual, apabila pada periode yang lalu secara berturut
perusahaan berhasil menjual sebanyak 1100, 1350 dan 1325 buah. Tentu saja
perusahaan bisa meramalkan rencana penjualan tahun berikutnya dengan
menggunakan data-data penjualan tahun sebelumnya, itu peramalan secara
sederhananya. Namun untuk melakukan peramalan penjualan yang dilakukan
oleh manajer penjualan harus memperhatikan faktor yang mempengaruhi
suatu peramalan, yaitu kondisi umum bisnis dan ekonomi, reaksi dan tindakan
pesaing, kebijakan pemerintah, kecenderungan pasar, siklus hidup produk, gaya
dan mode, perubahan permintaan konsumen dan Inovasi teknologi. Didalam
peramalan, asumsi juga mempunyai pengaruh terhadap ketepatan peramalan
yang dibuat. Jika asumsi yang dibuat tepat atau mendekati kenyataan, maka
peramalan yang dihasilkan juga akan mendekati kebenaran, sebaliknya jika
asumsinya tidak tepat akan menyebabkan peramalan yang dihasilkan akan
mengalami penyimpangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka tingkat akurasi dari sebuah
forecasting sangatlah bernilai sekali, karena tujuan utama dari peramalah
adalah memberikan hasil perkiraan akhir dengan penyimpangan yang
minimal atau idealnya hasil ramalan sebisa mungkin tanpa ada penyimpangan
(kesalahan) atau bisa juga dikatakan hasil peramalan tidak berbeda dengan
kondisi senyatanya (hasilnya tepat). Apabila hasil peramalannya tepat maka
perusahaan dapat menghemat biaya biaya yang ditimbulkan dalam peramalan.

28 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


3.4 Metode Peramalan (Forecasting)
Peramalan memungkinkan pengambilan keputusan manajemen
berdasarkan fakta dan data yang diperoleh dari kejadian masa lalu. Secara
garis besar metode peramalan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Metode Peramalan Kualitatif
Metode kualitatif merupakan metode untuk melakukan forecast tetapi
tanpa menggunakan data-data historis. Metode ini digunakan dimana
tidak ada model matematik, biasanya dikarenakan data yang ada tidak
cukup representatif untuk meramalkan masa yang akan datang. Peramalan
kualitatif (qualitative forecasting) ini menggunakan pertimbangan
pendapat para pakar yang ahli dibidangnya. Teknik model peramalan
kualitatif berusaha untuk menggunakan penilaian (judgement) atau
faktor subyektif individu dalam peramalan. Model ini sangat berguna
terutama ketika faktor subyektif diharapkan sangat penting atau ketika
data kuantitatif yang akurat sulit didapatkan. Analisis kualitatif dapat
menjadi teknik peramalan yang sangat berguna jika memungkinkan
pengumpulan dan organisasi yang sistematis untuk data yang diturunkan
dari opini yang tidak terbias dan terinformasi. Akan tetapi, metode-
metode kualitatif dapat memberikan hasil yang membias ketika beberapa
individu tertentu mendominasi proses peramalan melalui reputasi,
kekuatan kepribadian, atau posisi stategis dalam organisasi. Teknik pada
metode peramalan kualitatif yang dapat digunakan antara lain adalah:
Teknik Delphi, Kurva pertumbuhan, Marketing Research, dll.
b. Metode Peramalan Kuantitatif
Peramalan kuantitatif berdasarkan pada rekayasa atas data historis yang
ada secara memadai tanpa intuisi dan penilaian subyektif oleh orang yang
melakukan peramalan. Peramalan kuantitatif (quantitative forecasting)
lebih bersifat objektif dengan melibatkan data dan fakta yang diolah
dengan metode tertentu. Sehingga dapat diartikan bahwa metode
peramalan kuantitatif lebih didasarkan atas data-data masa lalu yang
kemudian diolah dengan berbagai metode statistik. Metode Peramalan
Kuantitatif dapat dibagi menjadi dua pendekatan analisis yaitu:
1) Model Deret Berkala atau Runtun Waktu (Time Series); model time
series, pada dasarnya mencoba untuk memprediksi masa depan
dengan menggunakan data historis. Model-model yang digunakan
dengan teknik ini membuat asumsi bahwa apa yang akan terjadi
di masa depan merupakan sebuah fungsi dari masa lalu. Dengan

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 29


kata lain, sebuah model time series melihat data-data yang terjadi
selama periode tertentu di masa lalu dan menggunakan series of
past data tersebut untuk membuat forecast. Misalkan perusahaan
harus membuat ramalan jumlah produk terjual minggu depan
selama seminggu, maka perusahaan membuat forecast berdasarkan
jumlah penjualan produk minggu ini dan di minggu-minggu
sebelumnya. Secara teknis, model time series ini dapat diaplikasikan
menggunakan beberapa metode analisa, antara lain: metode moving
average, exponential smoothing dan trend projections.
2) Model Kasual (Causal); model kausal memasukkan variabel-
varial yang dianggap menjadi faktor penentu kuantitas yang akan
di-forecast. Sebagai contoh, penjualan harian atas minuman X
mungkin ternyata dipengaruhi oleh faktor suhu, musim, tingkat
kelembapan udara, dan cuaca secara harian, serta dipengaruhi
juga oleh faktor jenis hari kerja atau hari akhir pekan/hari libur.
Contoh sebuah model kausal ini akan memasukkan faktor-faktor
suhu, musim, tingkat kelembapan udara, cuaca dan jenis hari ke
dalam sebuah model yang meramalkan jumlah penjualan minuman
secara harian. Model kausal, seperti halnya model time series,dapat
menggunakan data saat ini dan data masa lalu.Secara teknis, model
kausal dapat diaplikasikan menggunakan beberapa metode antara
lain: metode regression analysis dan multiple regression, model
ekonometrika, model input-output.

Kedua metode peramalan diatas hanya sebagai alat bantu dalam


pengambilan keputusan. Semua keputusan kembali kepada manajemen
dalam menentukan kebijakan perusahaan. Peramal (forecaster) tidak dapat
mengetahui kondisi yang ada dimasa yang akan datang. Tetapi peramal
hanya bisa memprediksi hasil sesuai dengan apa yang ada di masa yang akan
datang, namun yang pasti keputusan yang tepat didalam penggunaan metode
peramalan dapat menghasilkan sesuatu hasil keputusan akhir yang baik.
Secara ringkas kedua metode peramalan tersebut diatas dapat digambarkan
sebagai berikut:

30 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Gambar 3.1 Jenis-jenis Metode Peramalan (Forecasting)

Jenis-jenis metode peramalan kuantitatif dari gambar 3.1 dapat dijelaskan


sebagai berikut:
a. Analisa Time Series
Disebut rata-rata bergerak, karena begitu setiap data aktual permintaan
baru deret waktu tersedia, maka data aktual permintaan yang paling terdahulu
akan dikeluarkan dari perhitungan kemudian suatu nilai rata-rata baru akan
dihitung. Formula secara matematis metode moving average (MA) dinyatakan
dalam persamaan 3.1 sebagai berikut:

(3.1)

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 31


)
Dimana:
Y t = Moving Average (MA)
Y t = Permintaan aktual pada periode ke-t
n = Jumlah data permintaan yang dilibatkan dalam perhitungan MA

6) Metode Exponential Smoothing


Metode Exponential Smoothing merupakan prosedur perbaikan terus-
menerus pada peramalan terhadap objek pengamatan terbaru. Ia menitik-
beratkan pada penurunan prioritas secara eksponensial pada objek
pengamatan yang lebih tua. Dengan kata lain, observasi terbaru akan
diberikan prioritas lebih tinggi bagi peramalan daripada observasi yang
lebih lama.
a) Single Exponential Smoothing; metode juga dikenal sebagai simple
exponential smoothing yang digunakan pada peramalan jangka
pendek, biasanya hanya 1 bulan ke depan. Model mengasumsikan
bahwa data berfluktuasi di sekitar nilai mean yang tetap, tanpa trend
atau pola pertumbuhan konsisten. Formula secara matematis simple
exponential smoothing dinyatakan dalam persamaan 3.2 sebagai
berikut:
St = α * Xt + (1 – α) * St-1
(3.2)
Dimana:
St = peramalan untuk periode t.
Xt + (1-α) = Nilai aktual time series
St-1 = peramalan pada waktu t-1 (waktu sebelumnya)
α = konstanta perataan antara nol dan 1

b) Double Exponential Smoothing; metode ini digunakan ketika data


menunjukkan adanya trend. Exponential smoothing dengan adanya
trend seperti pemulusan sederhana kecuali bahwa dua komponen
harus di-update setiap periode-level dan trend-nya. Level adalah
estimasi yang dimuluskan dari nilai data pada akhir masing-
masing periode. Trend adalah estimasi yang dihaluskan dari
pertumbuhan rata-rata pada akhir masing-masing periode. Formula
secara matematis double exponential smoothing dinyatakan dalam
persamaan 3.3 sebagai berikut:

32 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


St = α * Yt + (1 – α) * (St-1 + bt-1)
bt = Υ * (St – St-1) + (1 – Υ) * b t-1

(3.3)

7) Metode Trend Projections


Metode Trend Projections merupakan metode peramalan yang
menyesuaikan sebuah garis (trend) atas sekumpulan data masa lalu, dan
kemudian diproyeksikan dalam garis untuk meramalkan masa depan.
Untuk melakukan peramalan dengan, baik maka dibutuhkan berbagai
macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode
waktu yang relatif cukup panjang, sehingga hasil analisis tersebut dapat
mengetahui sampai seberapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan tersebut. Secara
teoristis, dalam analisis trend hal yang paling menentukan adalah kualitas
dan keakuratan dari data-data yang diperoleh, serta waktu atau periode
dari data-data tersebut dikumpulkan. Jika data yang dikumpulkan tersebut
semakin banyak maka semakin baik pula estimasi atau peramalan yang
diperoleh. Sebaliknya, jika data yang dikumpulkan semakin sedikit maka
hasil estimasi atau peramalannya akan semakin jelek. Untuk menghitung
nilai trend dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain ada dua
metode yang paling sering digunakan yaitu:
a. Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method)
Perhitungan nilai trend dengan metode ini juga biasa disebut dengan
metode linier yang dilakukan dengan menggunakan persamaan
(persamaan 3.4) sebagai berikut:
Y=a+bX
(3.4)
Dimana:
Y = variabel dependen (tak-bebas) yang dicari trends-nya
X = variabel independen (bebas) dengan menggunakan waktu
(biasanya dalam tahun)
a = konstanta
b = koefisien veriabel X

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 33


Untuk mencari besarnya nilai konstanta (a) dan parameter (b) dapat
dipakai persamaan:
a = ΣY/n dan b = ΣXY/ΣX2, n = jumlah data.

b. Metode Trend Kuadratis (Quadratic Trend Method)


Untuk menghitung nilai trend dengan metode quadratic ini, dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan (persamaan 3.5)
sebagai berikut:

(3.5)
Dimana:
Y = variabel dependen (tak-bebas) yang dicari trends-nya
X = variabel independen (bebas) dengan menggunakan waktu
(biasanya dalam tahun)
a, b, c = bilangan konstan; Untuk menentukan nilai a, b dan c
diperoleh dari persamaan:

b. Analisa Kausal
1) Metoda Regresi dan Korelasi
Analisis regresi adalah analisis yang membahas hubungan
fungsional dua variabel atau lebih. Analisis korelasi ( correlation
analisys) adalah analisis yang membahas tentang derajat hubungan
dalam analisis regresi. Antara korelasi dan regresi keduanya
mempunyai hubungan yang sangat erat. Setiap regresi pasti
ada korelasinya, tetapi korelasi belum tentu dilanjutkan dengan
regresi. Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan regresi, adalah
korelasi antara dua variabel yang tidak mempunyai hubungan
kuasal, atau hubungan fungsional. Analisis regresi dilakukan bila
hubungan dua variabel berupa hubungan kausal atau fungsional.
Untuk menetapkan kedua variabel mempunyai hubungan kausal
atau tidak, maka harus didasarkan pada teori atau konsep-konsep
tentang dua variabel tersebut.

34 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


2) Model Ekonometri
Model ekonometri berdasarkan pada persamaan regresi yang
didekati secara simultan. Metoda ini sering digunakan untuk
perencanaan ekonomi nasional dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Contohnya: meramalkan besarnya indikator moneter buat
beberapa tahun ke depan, hal ini sering dilakukan pihak BI tiap
tahunnya.
3) Model Input Output
Model input output biasa digunakan untuk perencanaan ekonomi
nasional jangka panjang. Contohnya: meramalkan pertumbuhan
ekonomi seperti pertumbuhan domestik bruto (PDB) untuk
beberapa periode tahun ke depan 5-10 tahun mendatang.

3.5 Strategi Pemilihan Metode Peramalan (Forecasting)


Tujuan dari peramalan adalah untuk mengurangi risiko dalam
pengambilan keputusan untuk masa yang akan datang. Karena peramalan
tidak mungkin mengeliminasi semua risiko, maka keputusan yang diambil
merupakan keputusan dengan asumsi metode peramalannya yang benar,
disertai kelonggaran untuk kesalahan. Jangka waktu peramalan yang
diperlukan juga harus sesuai dengan keputusan yang akan diakibatkannya.
Jika suatu keputusan akan diperlukan untuk waktu enam bulan, maka ramalan
yang hanya tepat untuk satu bulan ke depan tidak bisa ditetapkan. Pemilihan
metode peramalan memerlukan pertimbangan yang cermat, agar hasilnya
dapat digunakan untuk membantu proses pembuatan keputusan oleh para
manajer dari suatu organisasi. Oleh karena itu persyaratan yang mendasar
bukan terletak pada metode peramalan yang menggunakan proses matematis
yang canggih atau suatu metode peramalan yang paling mutakhir. Akan tetapi
metode yang dipilih harus menghasilkan suatu ramalan yang akurat, tepat
waktu, dan dapat dimengerti oleh manajemen, sehingga ramalan tersebut dapat
membantu dalam menghasilkan ramalan yang baik. Selain itu penggunaan
metode peramalan juga harus menghasilkan manfaat yang lebih besar
ketimbang biaya yang dikeluarkan untuk membuat peramalan. Disamping hal
tersebut kriteria pemilihan metode peramalan yang tepat juga perlu adanya
keseimbangan antara waktu pengambilan keputusan, jangka waktu ramalan
dan ketepatan metode. Untuk menguji ketepatan suatu metode peramalan,
setelah melakukan inisialisasi terhadap metode yang dianggap sesuai dengan
pola data (untuk time series), maka harus melakukan pengujian satu atau

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 35


beberapa metode dengan menggunakan sekumpulan data. Hasil yang yang
diperoleh dari proses pengujian adalah diketahuinya kesalahan (error) hasil
ramalan (nilai kecocokan) terhadap data aktualnya.
Secara umum strategi untuk memastikan bahwa peramalan yang
dilakukan dapat tepat guna serta memenuhi taraf ketepatan yang optimal,
maka terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melakukan
peramalan. Adapun langkah-langkahnya antara lain sebagai berikut:
a. Penentuan Tujuan
Tujuan peramalan tergantung pada kebutuhan informasi para manajer.
Setelah melakukan penentuan tujuan, maka selanjutnya melakukan
penentuan hal-hal yang terkait dengan tujuan antara lain:
1) Variabel apa yang akan diramalkan.
2) Siapa yang akan menggunakan hasil peramalan.
3) Untuk tujuan apa hasil peramalan digunakan.
4) Peramalan jangka pendek atau jangka panjang yang diperlukan.
5) Derajat ketepatan peramalan yang diinginkan.
6) Kapan peramalan dilakukan.
7) Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk
kelompok pembeli, kelompok produk, atau daerah geografis.
b. Pengembangan Model
Model dapat diibaratkan sebagai cara pengolahan dan penyajian data
agar lebih sederhana sehingga mudah untuk dianalisis.
c. Pengujian Model
Pengujian model dilakukan untuk menentukan tingkat akurasi, validitas,
dan reabilitas yang diharapkan. Nilai suatu model ditentukan dengan
derajat ketepatan hasil peramalan dengan permintaan aktualnya.
d. Penerapan model atau hasil dari peramalan yang telah diperoleh.
e. Revisi dan evaluasi.

Hasil metode peramalan yang telah diperoleh dan diterapkan harus selalu
ditinjau ulang, yang berguna untuk perbaikan secara terus menerus dimasa
yang akan datang. Tingkat akurasi dari sebuah forecasting sangat bernilai,
apabila hasil peramalannya tepat. Tentunya dengan strategi pemilihan metode
peramalan yang hasilnya tepat, maka perusahaan akan dapat menghemat biaya-
biaya yang mungkin ditimbulkan dalam peramalan. Untuk itu strategi dalam
memilih metode peramalan yang baik adalah memilih metode peramalan yang
memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan sekecil mungkin antara
hasil peramalan dengan kenyataan yang terjadi.

36 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


3.6 Peramalan (Forecasting) Penjualan
Peramalan (forecasting) penjualan merupakan perkiraan penjualan
pada suatu waktu yang akan datang dalam keadaan tertentu dan dibuat
berdasarkan data-data yang pernah terjadi dan/ atau mungkin akan terjadi.
Peramalan penjualan juga dapat dikatakan sebagai suatu teknik untuk
memproyeksikan tingkat permintaan konsumen potensial pada suatu periode
tertentu dengan asumsi tertentu. Peramalan penjualan merupakan pusat dari
seluruh perencanaan perusahaan yang menggambarkan potensi penjualan
serta luas pasar yang akan dikuasai di masa yang akan datang.
Teknik untuk membuat forecast penjualan dapat dilakukan, baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif. Teknik-teknik dalam peramalan penjualan
tersebut antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Peramalan penjualan secara kualitatif atau berdasarkan pendapat
(judgemet method atau non statistical method) adalah metode
memproyeksikan penjualan dengan berdasarkan pada pendapat. Sumber
pendapat-pendapat yang dapat dipakai sebagai dasar dalam melakukan
peramalan penjualan antara lain:
1) Pendapat salesman
2) Pendapat sales manajer
3) Pendapat para ahli
4) Survey konsumen
b. Peramalan penjualan berdasarkan metode kuantitatif atau statistik &
matematik adalah metode untuk memproyeksikan penjualan yang
didasarkan pada data obyektif, baik bersifat mikro maupun makro.
Metode kuantitatif atau statistik & matematik yang dapat dipakai sebagai
dasar dalam melakukan peramalan penjualan antara lain:
1) Analisis trend
a) Penerapan garis trend secara bebas
b) Penerapan garis trend dengan setengah rata-rata
c) Penerapan garis trend secara matematis
Metode Moment
Metode Least Square
Analisis Regresi dan Korelasi
2) Peramalan dengan metode-metode khusus
a) Analisis Industri
b) Analisis Product Line
c) Analisis Pengguna Akhir

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 37


3.7 Aplikasi Teknik Peramalan (Forecasting) Penjualan
Disini akan diberikan illustrasi berbagai macam penerapan (aplikasi)
teknik peramalan penjualan yang mendasarkan pada metode kuantitatif atau
statistik & matematik. Untuk operasionalnya akan diberikan beberapa contoh
kasus dan pemecahannya (penyelesaian) seperti dibawah ini.

Kasus 1 dan Pemecahan Kasus 1


Kasus 1 dan pemecahan kasus 1; merupakan illustrasi yang terkait
dengan aplikasi peramalan penjualan menggunakan analisis trend. Khususnya
penerapan garis (trend) secara bebas, garis (trend) setengah rata-rata, garis
(trend) secara matematis untuk pendekatan Metode Moment dan Metode
Least Square.

Kasus 1:
PT “GATRA” mempunyai data penjualan 8 tahun (tahun 2004-2011)
sebagai berikut:

Tahun (X) Penjualan (Y)


2004 1.800 unit
2005 1.850 unit
2006 1.800 unit
2007 1.800 unit
2008 1.900 unit
2009 2.000 unit
2010 1.950 unit
2011 2.000 unit

Berdasarkan data penjualan PT “GATRA” tersebut diatas buatlah


ramalan penjualan PT “GATRA” pada tahun 2012 dengan metode:
a. Garis Trend Secara Bebas
b. Garis Trend Setengah Rata-Rata
c. Garis Trend Secara Matematis (Metode Moment dan Metode Least
Square)

38 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Pemecahan Kasus 1:
a. Garis Trend Secara Bebas:
Dengan cara membuat gambar, dimana sumbu vertical menunjukkan
penjualan dan sumbu horizontal menunjukkan waktu (tahun), kemudian
buat titik-titik untuk penjualan riil setiap tahun dan ditarik garis trend-nya.
Untuk peramalan penjualannya dengan menarik garis lurus di sekitar trend riil
penjualan yang telah dibuat.

Dari gambar tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa, dengan menarik


garis lurus secara bebas di sekitar trend riil penjualan dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2011 dapat diramalkan pada tahun 2012 penjualan PT “Gatra”
akan berkisar sebesar 1.975 unit.

b. Garis Trend Setengah Rata-Rata:


Formula forecast penjualan yang dipakai untuk menyelesaikan adalah
sebagai berikut: Y’ = a + bX
Dimana:
a = rata-rata kelompok I
b = {(rata-rata kelompok II – rata-rata kelompok I) / n}
n = jarak tahun (waktu) antara rata-rata kelompok II dengan rata-rata
kelompok I
X = jumlah tahun dihitung dari periode dasar.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 39


Langkah-langkah penyelesaiannya sebagai berikut:
1) Menghitung nilai a dan b (dengan tabel bantu perhitungan) dibawah
ini

Tahun Penjualan (Y) X Semi Total Semi Average


2004 1.800 unit -3
2005 1.850 unit -1
7.350
7.350 : 4 =
2006 1.800 unit 1
1.837,5
2007 1.900 unit 3 n=4
2008 2.000 unit 5
2009 1.950 unit 7
8.050 8.050 : 4 =
2010 2.000 unit 9 2.012,5
2011 2.000 unit 11

Sehingga diperoleh nilai:


a = 1.837,5
b = (2.012,5 – 1.837,5) / 4 = 43,75.
Karena dari table 1 tahun bernilai 2, maka nilai X = b : 2 = 43,75 :
2 = 21,875 sehingga diperoleh persamaan trend sebagai berikut: Y’
= 1.837,5 + 21,875 (X)

2) Membuat ramalan penjualan


Dengan persamaan trend tersebut diatas, dapat diramalkan bahwa
penjualan PT “Gatra” pada tahun 2012 diperkirakan sebesar: Y2012
= 1.837,5 + 21,875 (13) = 1.837,5 + 284,375 = 2.121,875 = 2.122
unit.

c. Garis Trend Secara Matematis:


1) Metode Moment
Formula yang digunakan untuk menentukan trend dengan Metode
Moment adalah sebagai berikut:
I. Y’ = a + b.X
II. ∑Yi = n.a + b.∑Xi
III. ∑XiY = a.∑Xi + b.∑Xi2
Dimana:
Y’ = nilai trend

40 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Y = data historis
X = parameter pengganti waktu (tahun). Karena jarak (interval)
antara deretan tahun tersebut sama, maka jarak (interval) parameter
X selalu sama.
Formula II dan III digunakan untuk menghitung nilai a dan b
melalui metode eliminasi ataupun metode substitusi. Sedangakan
formula I merupakan persamaan garis trend forcast.

Langkah-langkah untuk menyelesaikan persoalan dengan metode


moment sebagai berikut:
a) Mencari nilai a dan b dengan menggunakan tabel bantu:

Tahun Xi Penjualan (Yi) Xi.Yi Xi2


2004 0 1.800 0 0
2005 1 1.850 1.850 1
2006 2 1.800 3.600 4
2007 3 1.900 5.700 9
2008 4 2.000 8.000 16
2009 5 1.950 9.750 25
2010 6 2.000 12.000 36
2011 7 2.100 14.700 49
∑Yi = ∑Xi.Yi =
n=8 ∑Xi = 28 ∑Xi2 = 140
15.400 55.600

Eleminasi persamaan II dan III:


II. ∑Yi = n.a + b.∑Xi → 15.400 = 8.a + b.28 x 5
III. ∑Xi.Yi = a.∑Xi + b.∑Xi2 → 55.600 = a.28 + b.140 x 1
77.000 = 40.a + 140b
55.600 = 28.a + 140b
21.400 = 12a
a = 1783,33
maka nilai b:
15.400 = 8.a + 28.b → 15.400 = 8(1.783,33) + 28b
15.400 = 14.266,64 + 28b
28b = 15.400 – 14.266,64
28b = 1.133,36 → b = 40,47714

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 41


Dari hasil perhitungan eliminasi persamaan II dan III, maka dapat
diketahui nilai a dan b, sehingga dapat diperoleh persamaan I (persamaan
trend-nya) sebagai berikut: Y’ = 1.783,33 + 40,477 X

b) Membuat ramalan penjualan


Dengan mendasarkan pada persaman trend yang telah dibuat maka,
bisa diperkirakan (diramalkan) penjualan tahun PT “Gatra” pada
tahun 2012 diperkirakan akan sebesar:
Y2012 = 1.783,33 + 40,477(8) = 1.783,33 + 323,816 = 2.107,146 =
2.107 unit

2) Metode Kuadrat Terkecil (Least Square)


Formula yang digunakan untuk menentukan trend dengan Metode
Least Square adalah sebagai berikut: Y’ = a + bX
Dimana :
a = ∑Y / n
b = ∑XY / ∑X2

Langkah-langkah untuk menyelesaikan persoalan dengan metode Least


Square sebagai berikut:
a) Mencari nilai a dan b dengan menggunakan tabel bantu:

Tahun Penjualan X X2 X.Y


2004 1.800 -7 49 -12.600
2005 1.850 -5 25 -9.250
2006 1.800 -3 9 -5.400
2007 1.900 -1 1 -1.900
2008 2.000 1 1 2.000
2009 1.950 3 9 5.850
2010 2.000 5 25 10.000
2011 2.100 7 49 14.700
n =8 ∑Y = 15.400 ∑X2 = 168 ∑XY = 3.400

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai:


a = ∑Y / n = 15.400 / 8 = 1.925
b = ∑XY / ∑X2 = 3.400 / 168 = 20,24
Maka diperoleh persamaan trend: Y’ = 1.925 + 20,24 X

42 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


b) Membuat ramalan penjualan
Dari persamaan trend yang telah dibuat tersebut diatas maka
dapat diramalkan bahwa penjualan PT “Gatra” pada tahun 2012
diperkirakan akan sebesar: Y2012 = 1.925 + 20,24 X = 1.925 +
20,24(9) = 2.107,16 = 2.107 unit.

Kasus 2 dan Pemecahan 2


Kasus 2 dan pemecahan kasus 2; merupakan illustrasi yang terkait dengan
penerapan (aplikasi) peramalan penjualan menggunakan Analisis Regresi dan
Korelasi. Analisis Regresi dan Korelasi menunjukkan hubungan antara satu
variable dengan satu atau lebih variable lainnya.
Analisis regresi disusun atas dasar pola hubungan data yang relevan di
masa lalu, dimana hubungannya menunjukkan hubungan antara satu variable
terikat (dependent variable) dengan satu atau lebih variable bebas (independent
variable). Ada tiga kondisi yang dibutuhkan untuk dapat mempergunakan
metode regresi ini, yaitu: 1) Adanya informasi tentang keadaan yang lalu;
2) Informasi tersebut dapat dikuantifikasi dalam bentuk kata; dan 3) Dapat
dianggap atau diasumsikan bahwa pola hubungan yang ada dari data yang
telah lalu akan berkelanjutan di masa yang akan datang. Analisis regresi
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel pengaruh
(independent variable) terhadap variabel terpengaruh (dependent variable).
Secara lebih ringkas dapat dijelaskan bahwa yang disebut variabel independen
adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain, sedangkan variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Misalnya dalam
persamaan konsumsi (C = a + b Y), diketahui bahwa besanya nilai konsumsi
(C) dipengaruhi oleh jumlah pendapatan (Y). Dengan demikian yang disebut
dengan variabel independen adalah Jumlah Pendapatan (Y) dan yang menjadi
variabel dependen adalah Konsumsi (C). Yang perlu mendapatkan perhatian
dalam menentukan variabel independen dan variabel dependen adalah jangan
terpaku pada notasi dalam suatu persamaan regresi, karena masing-masing
literature menggunakan notasi sendiri-sendiri. Besarnya pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen dilihat dari nilai koefisien regresinya.
Pengaruh tersebut perlu diukur dan jika variabel independen mempunyai
nilai tertentu maka variabel dependen tidak selalu pasti berada dalam nilai
tertentu, tetapi mempunyai kecenderungan untuk mencapai nilai tertentu. Dan
yang pasti dengan analisis regresi akan dapat diketahui besarnya perubahan
variable yang dicari (dependent variable) bila variable yang mempengaruhi
(independent variable) tersebut berubah.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 43


Analisis korelasi dipakai untuk menggali hubungan sebab akibat antara
beberapa variable atau akan dapat diketahui keeratan hubungan dari variable-
variabel yang menjadi perhatian. Keeratan hubungan antar variable dapat
diketahui dari koefisien korelasinya. Untuk korelasi sederhana, yaitu hubungan
antara dua variabel, maka koefisien korelasi disimbolkan “r”. Jika koefisien
korelasinya mendekati 1 (positif satu) maka hubungannya kuat dan positif;
jika mendekati -1 (negatif satu) maka hubungannya kuat dan negatif; jika
mendekati 0 maka hubungannya tidak kuat. Untuk menentukan kemungkinan
hubungan antara dua variabel, misalnya antara variabel X dengan variabel Y,
maka diperlukan penggambaran data ke dalam suatu diagram yang disebut
dengan diagram sebaran (scatter diagram). Kemungkinan yang dapat terjadi
dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2 Scatter Diagram

Terkait analisis regresi dan korelasi akan diberikan contoh (lihat kasus 2
dan pemecahan kasus 2) sebagai berikut:

Kasus 2:
Berdasarkan data historis tentang jumlah kendaraan bermotor yang
beroperasional di Kabupaten Sleman dengan jumlah penjualan BBM di
Kabupaten Sleman menunjukkan kondisi sebagai berikut:

44 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Tahun BBM (Y) Kendaraan (X)
2007 150 liter 14 unit
2008 160 liter 15 unit
2009 170 liter 16 unit
2010 160 liter 15 unit
2011 170 liter 16 unit

Dari data-data tersebut diatas tentukan nilai persamaan regresi dan


koefisien korelasinya.

Pemecahan Kasus 2:
Penjualan BBM tergantung dari jumlah kendaraan yang beroperasi,
bila X menunjukkan jumlah kendaraan yang beroperasi dan Y adalah jumlah
penjualan BBM maka formula regresinya adalah: Y’ = a + bX
Dimana:
Y’ = nilai trend
Y = dependent variable
X = independent variable.
Koefisien a dan b dicari dengan persamaan:

I.

II.

Untuk koefisien korelasinya dihitung dengan persamaan:

Langkah-langkah untuk menyelesaikan persoalan analisis regresi dan


korelasi kasus 2 tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1) Menentukan nilai-nilai terkait dengan persamaan regresi dan koefisien
korelasi dengan menggunakan tabel bantu dibawah ini:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 45


Tahun BBM (Y) Kendaraan (X) XY X2 Y2
2007 150 liter 14 unit 2.100 196 22.500
2008 160 liter 15 unit 2.400 225 25.600
2009 170 liter 16 unit 2.720 256 28.900
2010 160 liter 15 unit 2.400 225 25.600
2011 170 liter 16 unit 2.720 256 28.900
∑X2 = ∑Y2 =
N = n =5 ∑Y = 810 ∑X = 76 ∑XY = 12.340
1.158 131.500

Maka nilai b dan a sebagai berikut:


b = {(n.∑XY − ∑X.∑Y)} / {n.∑X2 – (∑X)2}
= {5(12.340) – (76).(810)} / {5(1.158) – (76)2}
= (61.700 – 61.560) / (5.790 – 5.776)
= 140 / 14
= 10
a = (∑Y − b.∑X) / n
= {810 – 10(76)} / 5
= 50 / 5
= 10

2) Menentukan persamaan regresi dan koefisien korelasi:


Dengan diketahuinya nilai a dan nilai b, dapat ditentukan persamaan
regresinya (regresi tahun 2012) sebagai berikut: Y2012 = a + bX = 10
+ 10 X
Koefisien korelasinya sebagai berikut:

r= {5(12.340) – (76).(810)} / {√5(1.158) – (76)2 . √5(131.500) – (810)2}


= (61.700 – 61.560) / {√(5.790 – 5.776) . √(657.500 – 656.100)}
= 140 / (√14 . √1400)
= 140 / 140
= 1

46 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


3) Mengintepretasikan hasil persamaan regresi dan koefisien korelasi:
Persamaa regresi Y2012 = 10 + 10 X dapat diartikan, bila jumlah
kendaraan yang beroperasi di Kabupaten Sleman tahun 2012
meningkat 1 unit, maka jumlah penjualan BBM tahun 2012 akan
meningkat 10 liter.
Koefisien korelasi 1 artinya, hubungan antara penjualan BBM
dengan kendaraan yang beroperasi sangat kuat positif 1.

Kasus 3 dan Pemecahan 3


Kasus 3 dan pemecahan kasus 3; merupakan illustrasi yang terkait
dengan penerapan (aplikasi) peramalan penjualan menggunakan Analisis
Industri. Dalam analisis industri lebih menekankan pada pangsa pasar (market
share) yang dimiliki perusahaan terkait permintaan industri. Dari hasil analisis
industri akan dapat diketahui seberapa besar peranan perusahaan terhadap
permintaan industri (permintaan secara keseluruhan).
Ada beberapa langkah dalam pemakaian analisis industri, langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1) Membuat proyeksi permintaan industri.
2) Menilai market share perusahaan dengan formula:
Permintaan Perusahaan (PP)
Market Share (MS) = ------------------------------------------ x 100%
Permintaan Industri (PI)
3) Membuat proyeksi market share perusahaan terkait permintaan industri.

Kasus 3:
Berdasarkan data historis tentang permintaan (penjualan) jumlah
kendaraan bermotor merk “X” dan permintaan industri bermotor menunjukkan
kondisi sebagai berikut:

Permintaan Industri Kendaraan Permintaan KendaraanBermotor


Tahun
Bermotor Merk “X”
2004 1.800 unit 140 unit
2005 1.850 unit 150 unit
2006 1.800 unit 160 unit
2007 1.900 unit 170 unit
2008 2.000 unit 180 unit
2009 1.950 unit 190 unit
2010 2.000 unit 200 unit
2011 2.100 unit 215 unit

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 47


Dari data-data tersebut diatas, buatlah peramalan penjualan Kendaraan
Bermotor Merk “X” pada tahun 2012, dengan asumsi penjualan tahun 2012
naik sebesar rata-rata market share-nya.

Pemecahan Kasus 3:
Untuk membuat peramalan penjualan Kendaraan Bermotor Merk “X”
pada tahun 2012 dengan menggunakan analisis industri, langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1) Membuat proyeksi permintaan industri (PI).
Untuk membuat proyeksi permintaan industri bisa mendasarkan pada
metode-metode sebelumnya (misalnya bisa menggunakan metode
trend secara matematis). Diasumsikan setelah diproyeksikan dengan
menggunakan metode Least Square permintaan industri kendaraan
bermotor pada tahun 2012 sebesar 2.107 unit.
2) Menilai market share (MS) perusahaan, untuk meringkas market share
disajikan dalam sebuah tabel dibawah ini:

Permintaan Market Kenaikan


Permintaan Industri
Kendaraan Share Market
Tahun Kendaraan Bermotor
Bermotor Merk “X” (%) Share (%)
2004 1.800 unit 140 unit 7,78
2005 1.850 unit 150 unit 8,11 0,33
2006 1.800 unit 160 unit 8,89 0,78
2007 1.900 unit 170 unit 8,95 0,06
2008 2.000 unit 180 unit 9,00 0,05
2009 1.950 unit 190 unit 9,74 0,74
2010 2.000 unit 200 unit 10,00 0,26
2011 2.100 unit 215 unit 10,24 0,24

3) Membuat proyeksi market share perusahaan terkait permintaan industri:


Kenaikan rata-rata market share permintaan kendaraan bermotor
Merk “X” pertahun dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2011
adalah sebesar:
(0,33 + 0,78 + 0,06 + 0,05 + 0,74 + 0,26 + 0,24) / 7 = 0,3514
Kenaikan rata-rata market share permintaan kendaraan bermotor
Merk “X” sebesar 0,3514 dijadikan sebagai dasar untuk menentukan
kenaikan market share penjualan tahun 2012, maka besarnya

48 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


kenaikan market share (MS) penjualan tahun 2012 sebesar: 10,24%
+ 0,3514% = 10,5914%
Sehingga ramalan penjualan tahun 2012 kendaraan bermotor Merk
“X” (PP) adalah sebesar:
MS = PP / PI → 10,5914% = PP / 2.107
→ PP = 2.107 (0,105914)
→ PP = 223,160798
→ PP = 223 unit

Kasus 4 dan Pemecahan 4


Kasus 4 dan pemecahan kasus 4; merupakan illustrasi yang terkait dengan
penerapan (aplikasi) peramalan penjualan menggunakan Analisis Product
Line. Analisis product line digunakan pada perusahaan yang menghasilkan
beberapa macam produk dan tidak mempunyai kesamaan, sehingga dalam
peramalannya harus terpisah (masing-masing produk diramalkan sendiri-
sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing produk).

Kasus 4:
Berdasarkan data historis delapan tahun terakhir, tentang penjualan
sepatu Merk “X” menunjukkan kondisi sebagai berikut:

Tahun Sepatu Anak-anak Sepatu Pria Dewasa Sepatu Wanita Dewasa


2004 1.800 unit 1.400 unit 1.900 unit
2005 1.850 unit 1.500 unit 1.800 unit
2006 1.800 unit 1.600 unit 1.850 unit
2007 1.900 unit 1.700 unit 2.000 unit
2008 2.000 unit 1.800 unit 2.200 unit
2009 1.950 unit 1.900 unit 2.300 unit
2010 2.000 unit 2.000 unit 2.100 unit
2011 2.100 unit 2.150 unit 2.400 unit

Dari data-data tersebut diatas, buatlah peramalan penjualan sepatu Merk “X”
pada tahun 2012 dengan menggunakan Analisis Product Line.

Pemecahan Kasus 4:
Untuk membuat peramalan penjualan sepatu Merk “X” pada tahun 2012
dengan menggunakan analisis product line, langkah-langkahnya sebagai
berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 49


1) Menentukan penjualan sepatu; baik itu sepatu anak-anak, sepatu pria dan
sepatu dewasa harus dibuatkan ramalan sendiri-sendiri. Karena masing-
masing produk sepatu mempunyai karakteristik sendiri, data penjualan
tersendiri dan tidak saling berhubungan, artinya kenaikan penjualan
sepatu wanita tidak secara otomatis menaikkan penjualan sepatu pria.
2) Membuat proyeksi penjualan; untuk membuat proyeksi penjualan dengan
menggunakan analisis product line bisa mendasarkan pada metode-
metode sebelumnya (misalnya bisa menggunakan metode trend secara
matematis). Diasumsikan setelah diproyeksikan dengan menggunakan
metode Least Square peramalan penjualan sepatu Merk “X” pada tahun
2012 untuk sepatu anak-anak diperkirakan akan sebesar 2.107 unit.
Sedangkan besarnya peramalan penjualan tahun 2012 untuk sepatu
pria dan sepatu wanita, dengan langkah yang sama misalnya metode
peramalan menggunakan metode garis (trend) secara matematis dengan
pendekatan metode Moment akan bisa diperoleh hasil peramalannya.

Kasus 5 dan Pemecahan 5


Kasus 5 dan pemecahan kasus 5; merupakan illustrasi yang terkait
dengan penerapan (aplikasi) peramalan penjualan menggunakan Analisis
Pengguna Akhir. Analisis pengguna akhir ini digunakan pada perusahaan yang
menghasilkan produk setengah jadi (barang-barang industri dan bukan barang
konsumsi akhir). Sehingga peramalan penjualannya tergantung dari perusahaan
pengguna (pemakai akhir). Misalnya: 1) Perusahaan benang penjualannya
terkait penjualan perusahaan tekstil; 2) Penjualan tembakau terkait penjualan
perusahaan rokok; 3) Penjualan pabrik tepung terigu terkait perusahaan mie.
Untuk memperjelas analisis pengguna akhir akan dillustrasikan pada kasus 5
dan pemecahan kasus 5 sebagai berikut:

Kasus 5:
Data historis delapan tahun terakhir, permintaan (penjualan) Perusahaan
Benang dan penjualan Perusahaan Tekstil menunjukkan kondisi sebagai
berikut:

50 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Tahun Penjualan Perusahaan Tekstil Penjualan Perusahaan Benang
2004 1.800 unit 140 unit
2005 1.850 unit 150 unit
2006 1.800 unit 160 unit
2007 1.900 unit 170 unit
2008 2.000 unit 180 unit
2009 1.950 unit 190 unit
2010 2.000 unit 200 unit
2011 2.100 unit 215 unit

Berdasarkan dari data-data tersebut diatas, buatlah peramalan (forcasting)


penjualan Perusahaan Benang pada tahun 2012 dengan menggunakan Analisis
Pengguna Akhir.

Pemecahan Kasus 5:
Untuk membuat peramalan penjualan Perusahaan Benang pada tahun
2012 dengan menggunakan analisis pengguna akhir, langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1) Membuat peramalan Penjualan Perusahaan Tekstil; untuk membuat
peramalan Penjualan Perusahaan Tekstil, bisa mendasarkan pada metode-
metode sebelumnya (misalnya bisa menggunakan metode trend secara
matematis). Diasumsikan setelah diproyeksikan dengan menggunakan
metode Least Square, Penjualan Perusahaan Tekstil pada tahun 2012
sebesar 2.107 unit.
2) Membuat peramalan penjualan Perusahaan Benang; misalnya untuk
menentukan peramalan penjualan Perusahaan Benang dengan
mendasarkan pada prosentase kenaikan rata-rata penjualan tahun
sebelumnya (dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2011).
Untuk lebih ringkasnya, besar prosentase kenaikan penjualan Perusahaan
Benang pertahun akan disajikan dalam sebuah tabel dibawah ini:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 51


Tahun Penjualan Perusahaan Benang % Kenaikan Penjualan
2004 140 unit
2005 150 unit 7,14
2006 160 unit 6,67
2007 170 unit 6,25
2008 180 unit 5,88
2009 190 unit 5,56
2010 200 unit 5,26
2011 215 unit 7,50
% Rata-rata Kenaikan Penjualan Pertahun 6,32

3) Menentukan peramalan penjualan Perusahaan Benang dari hasil


peramalan penjualan Perusahaan Tekstil; berdasarkan pada hasil
prosentase kenaikan rata-rata penjualan Perusahaan Benang sebesar
6,32% dan hasil peramalan penjualan Perusahaan Tekstil, akan dapat
ditentukan ramalan penjualan Perusahaan Benang pada tahun 2012
sebagai berikut:
Kenaikan prosentase rata-rata pertahun penjualan Perusahaan
Benang sebesar 6,32% dijadikan sebagai dasar peramalan penjualan
Perusahaan Benang tahun 2012. Jika prosentase kenaikan rata-rata
penjualan dibagi dengan jumlah data perubahan kenaikan (n=7)
maka pada tahun 2012 diperkirakan penjualan akan naik sebesar:
6,32% / 7 = 0,90%.
Ramalan penjualan Perusahaan Tekstil pada tahun 2012 sebesar
2.107 unit.
Ramalan penjualan Perusahaan Benang tahun 2012 dapat ditentukan
dengan cara: menambahkan penjualan Perusahaan Benang pada
tahun 2011 dengan besarnya prosentase kenaikan penjualan
Perusahaan Benang pada tahun 2012 berdasarkan hasil ramalan
penjualan Perusahaan Tekstil pada tahun 2012. Sehingga akan
diperoleh hasil Ramalan penjualan Perusahaan Benang pada tahun
2012 sebesar: 215 + (0,90% x 2.107) = 215 + 18,963 = 233,963 =
234 unit.

3.8 Rangkuman
Para manajer dan pembuat keputusan selalu mencoba mengurangi
ketidakpastian dengan membuat peramalan (forecasting), atas apa yang

52 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


akan terjadi di masa depan. Sehingga dalam kegiatan industri, forecasting
merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan. Peramalan (forecasting)
dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memprediksi dan memperkirakan
kondisi masa depan dengan berdasarkan data-data tertentu.
Secara sederhana langkah-langkah yang dapat digunakan oleh forecaster
bisnis dalam pembuatan forecasting adalah: Mentukan tujuan dari forecast
(apa tujuan yang hendak dicapai); Mentukan berapa macam hal yang perlu
diramalkan; Mentukan jangka waktu waktu (time horizon) peramalan (apakah
jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang); Memilih dengan
baik jenis model peramalan yang akan digunakan (metode yang memberikan
error paling kecil); Mengumpulkan seluruh data valid yang diperlukan
untuk meramal; Menciptakan model yang tepat untuk meramal; Melakukan
forecasting; dan Mengimplementasikan hasilnya. Sedangkan tujuan dari
forecasting adalah untuk meminimasi risiko dari faktor-faktor ketidakpastian.
Secara garis besar metode peramalan dibagi menjadi dua: 1) Metode
Peramalan Kualitatif yaitu merupakan metode untuk melakukan forecast tetapi
tanpa menggunakan data-data historis; dan 2) Metode Peramalan Kuantitatif
adalah metode peramalan yang didasarkan pada rekayasa atas data historis
yang ada secara memadai tanpa intuisi dan penilaian subyektif oleh orang
yang melakukan peramalan.
Strategi dalam memilih metode peramalan yang baik adalah memilih
metode peramalan yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan
sekecil mungkin antara hasil peramalan dengan kenyataan yang terjadi.
Teknik untuk membuat forecast penjualan dapat dilakukan, baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif. Teknik-teknik dalam peramalan penjualan
tersebut antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Peramalan
penjualan secara kualitatif atau berdasarkan pendapat (judgemet method
atau non statistical method); 2) Peramalan penjualan berdasarkan metode
kuantitatif atau statistik & matematik; 3) Analisis trend; dan 4) Peramalan
dengan metode-metode khusus.

3.9 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi


3.9.1 Pertanyaan untuk Diskusi
1) Setiap hari para manajer membuat keputusan tanpa mengetahui
dengan pasti tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Relevan
dengan hal tersebut, maka para manajer dan pembuat keputusan
selalu mencoba mengurangi ketidakpastian dengan membuat

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 53


peramalan (forecasting). Berdasarkan hal tersebut apa yang
dimaksud dengan forecasting !
2) Pembuatan peramalan (forecasting) tidaklah mudah akan tetapi
pembuatan peramalan (forecasting) tetap harus dilakukan.
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pertimbangan dan
digunakan oleh peramal (forecaster) bisnis dalam pembuatan
peramalan (forecasting), jelaskan langkah-langkahnya !
3) Dalam menghadapi ketidakpastian, para manajer selalu berusaha
membuat estimasi yang lebih baik tentang apa yang akan terjadi
di masa depan. Membuat estimasi yang baik adalah tujuan utama
peramalan (forecasting). Terkait dengan hal tersebut deskrepsikan
tujuan dari forecasting !
4) Peramalan memungkinkan pengambilan keputusan manajemen
berdasarkan fakta dan data yang diperoleh dari kejadian masa lalu.
Secara garis besar metode peramalan dibagi menjadi dua, sebutkan
dan jelaskan secara !
5) Secara umum strategi untuk memastikan bahwa peramalan yang
dilakukan dapat tepat guna serta memenuhi taraf ketepatan yang
optimal, maka terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam melakukan peramalan. Jelaskan langkah-langkah starteginya!
6) Teknik untuk membuat forecast penjualan dapat dilakukan, baik
secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Jelaskan teknik-teknik
dalam peramalan penjualan tersebut !

54 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


3.9.2 Kasus untuk Diskusi
1) PT “GATRA” mempunyai data penjualan 8 tahun (tahun 2004-
2011) sebagai berikut:

Tahun (X) Penjualan (Y)


2004 2.800 unit
2005 2.850 unit
2006 2.800 unit
2007 2.800 unit
2008 2.900 unit
2009 3.000 unit
2010 2.950 unit
2011 3.000 unit

Berdasarkan data penjualan PT “GATRA” tersebut diatas buatlah


ramalan penjualan PT “GATRA” pada tahun 2012 dengan metode:
a. Garis Trend Secara Bebas
b. Garis Trend Setengah Rata-Rata
c. Garis Trend Secara Matematis (Metode Moment dan Metode
Least Square)

2) Berdasarkan data historis tentang jumlah kendaraan bermotor yang


beroperasional di Kabupaten Sleman dengan jumlah penjualan
BBM di Kabupaten Sleman menunjukkan kondisi sebagai berikut:

Tahun BBM (Y) Kendaraan (X)


2007 1.150 liter 140 unit
2008 1.600 liter 150 unit
2009 1.700 liter 160 unit
2010 1.860 liter 150 unit
2011 1.970 liter 160 unit

Dari data-data tersebut diatas tentukan nilai persamaan regresi dan


koefisien korelasinya.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 55


3) Berdasarkan data historis tentang permintaan (penjualan) jumlah
kendaraan bermotor merk “X” dan permintaan industri bermotor
menunjukkan kondisi sebagai berikut:

Permintaan Industri Permintaan KendaraanBermotor


Tahun
Kendaraan Bermotor Merk “X”
2004 2.800 unit 140 unit
2005 2.850 unit 150 unit
2006 2.800 unit 160 unit
2007 2.800 unit 170 unit
2008 2.900 unit 180 unit
2009 3.000 unit 190 unit
2010 2.950 unit 200 unit
2011 3.000 unit 215 unit

Dari data-data tersebut diatas, buatlah peramalan penjualan


Kendaraan Bermotor Merk “X” pada tahun 2012, dengan asumsi
penjualan tahun 2012 naik sebesar rata-rata market share-nya.

4) Berdasarkan data historis delapan tahun terakhir, tentang penjualan


sepatu Merk “X” menunjukkan kondisi sebagai berikut:

Tahun Sepatu Anak-anak Sepatu Pria Dewasa Sepatu Wanita Dewasa


2004 2.800 unit 1.400 unit 1.900 unit
2005 3.850 unit 1.500 unit 1.800 unit
2006 3.800 unit 1.600 unit 1.850 unit
2007 2.900 unit 1.800 unit 2.100 unit
2008 2.000 unit 1.800 unit 2.200 unit
2009 2.950 unit 1.900 unit 2.300 unit
2010 3.000 unit 2.000 unit 2.100 unit
2011 3.100 unit 2.150 unit 2.400 unit

Dari data-data tersebut diatas, buatlah peramalan penjualan sepatu


Merk “X” pada tahun 2012 dengan menggunakan Analisis Product
Line.

56 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


5) Data historis delapan tahun terakhir, permintaan (penjualan)
Perusahaan Benang dan penjualan Perusahaan Tekstil menunjukkan
kondisi sebagai berikut:

Tahun Penjualan Perusahaan Tekstil Penjualan Perusahaan Benang


2004 2.800 unit 140 unit
2005 2.850 unit 150 unit
2006 2.800 unit 160 unit
2007 2.800 unit 170 unit
2008 2.900 unit 180 unit
2009 3.000 unit 190 unit
2010 2.950 unit 200 unit
2011 3.000 unit 215 unit

Berdasarkan dari data-data tersebut diatas, buatlah peramalan


(forcasting) penjualan Perusahaan Benang pada tahun 2012 dengan
menggunakan Analisis Pengguna Akhir.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 57


Bab 4
ANGGARAN PENJUALAN

4.1 Pengertian Anggaran Penjualan


Anggaran penjualan merupakan anggaran yang sangat penting dalam
penentuan proyeksi penjualan dan penghasilan yang realistis serta menjadi
pendukung utama dalam menyusun rencana anggaran komprehensip
perusahaan. Sebab jika anggaran penjualan bersifat tidak realistis seperti
over convidance atau terlalu percaya diri maka sebagian besar bagian dari
rencana laba keseluruhan juga akan ikut tidak realistis. Anggaran jualan
adalah anggaran hasil penjualan. Jualan artinya hasil penjualan, penjualan
artinya proses menjual. Menjual artinya menyerahkan sesuatu kepada pembeli
dengan harga tertentu pada saat tertentu. Kegunaan anggaran jualan terutama
sebagai dasar penyusunan anggaran lainnya, dan sebagai ujung tombak
dalam memperoleh laba. Adapun defenisi dari anggaran penjualan itu sendiri
adalah anggaran yang menerangkan secara terperinci tentang penjualan
perusahaan dimasa datang, dimana didalamnya ada rencana tentang jenis
barang, jumlah, harga, waktu serta tempat penjualan barang. Dengan kata lain
anggaran penjualan merupakan suatu penentuan jumlah unit penjualan yang
diperkirakan akan dijual di dalam suatu perusahaan untuk periode yang akan
datang. Pada umumnya anggaran penjualan ini akan menyebutkan jumlah unit
yang dijual serta harga jual per unit produk tersebut untuk masing-masing
daerah penjualan yang ada. Dengan demikian, maka dari anggaran penjualan
yang disusun tersebut akan dapat diketahui proyeksi penerimaan pendapatan
perusahaan dari penjualan produk serta jumlah unit untuk masing-masing
jenis produk yang dijual.
Untuk menyusun anggaran penjualan perlu disusun peramalan penjualan
perusahaan dengan mempergunakan model yang paling sesuai dengan situasi
dan kondisi dari penjualan produk perusahaan. Beberapa model yang dapat
dipergunakan untuk menyusun anggaran penjualan produk perusahaan ini
antara lain model tren pangkat tunggal, tren pangkat dua, regresi, dan lain-
lain. Disamping itu anggaran penjualan perlu dikembangkan dengan teliti
dan komprehensip. Agar anggaran penjualan lebih teliti dan meyakinkan
maka diperlukan adanya tim peramal penjualan yang terdiri dari beberapa
ahli dari bidang distribusi dan didukung oleh ahli-ahli bidang keuangan,
produksi dan dari bidang lainnya. Karena anggaran penjualan merupakan
skedul rinci yang memperlihatkan penjualan yang diharapkan untuk periode
yang akan datang dan anggaran penjualan berasal dari estimasi permintaan
(kesanggupan untuk memasok) akan produk perusahaan pada harga tertentu
dan juga anggaran penjualan akan menilai target penjualan yang akan dicapai
sebagai dasar penjualan. Maka sebaiknya, rencana anggaran penjualan dapat
dipergunakan untuk menyusun pembuatan bagian-bagian dari anggaran-
anggaran lainnya. Pada umurnnya apa yang direncanakan pada anggaran
penjualan merupakan dasar perencanaan dari seluruh komponen anggaran
lainnya, artinya perencanaan penjualan merupakan kunci keberhasilan dari
rencana anggaran komprehensip. Untuk itu proyeksi anggaran penjualan
harus yang realistis dan menggambarkan suatu rencana penjualan yang cukup
tepat serta diusahakan hampir mendekati penjualan yang sebenarnya, paling
tidak memenuhi target dan tidak mengalami penyimpangan yang terlalu jauh.
Penyusunan anggaran penjualan dimulai dari mempertimbangkan faktor yang
mempengaruhi anggaran jualan. Setelah itu menetapkan harga jual untuk
produk tertentu dan daerah tertentu. Kemudian membuat taksiran tiap jenis
produk yang akan dijual dan penentuan produk yang akan dijual pada daerah
tertentu. Langkah selanjutnya adalah memperhitungkan anggaran jualan, dan
kemudian disusunlah anggaran jualan.

4.2 Fungsi dan Tujuan Anggaran Penjualan


Fungsi dari anggaran penjualan dalam suatu perusahaan adalah sebagai
berikut:
a. Anggaran penjualan adalah dasar perencanaan atas kegiatan perusahaan
pada umumnya. Anggaran penjualan terlebih dahulu disusun, baru
kemudian komponen-komponen anggaran lainnya, sehingga dapat
menggambarkan suatu rencana anggaran komprehensip. Kemudian tahap
berikutnya segera dapat menyusun anggaran produksi untuk memenuhi
jumlah barang jadi yang harus segera di produksikan untuk memenuhi
penjualan.

60 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


b. Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi dan mengarahkan setiap
pelaksanaan divisi Pemasaran. Anggaran penjualan sebagai alat
koordinasi adalah untuk memantau tugas kepada divisi produksi supaya
jangan kehabisan persediaan barang jadi dan sebaliknya anggaran
produksi memantau kebagian pembelian, sehingga terdapat keserasian
dalam membentuk anggaran komprehensip.
c. Anggaran penjualan sebagai alat pengorganisasian. Anggaran penjualan
berarti penetapan target-target penjualan atas setiap anatomi organisasi
pemasaran yang dilakukan oleh para penjual, pengawas penjual dan
manajer-manajer pemasaran. Pihak-pihak tersebut perlu diorganisasikan
sesuai dengan daerah-daerah pemasaran guna mencapai target penjualan
yang tertera pada anggaran penjualan.
d. Anggaran penjualan sebagai alat pengawasan bagi manajemen.
Keberhasilan suatu anggaran konprehensif dalam suatu perusahaan
tergantung kepada keberhasilan anggaran penjualan. Sebaliknya dengan
tersusun anggaran penjualan secara terperinci memungkinkan manajemen
lebih gampang untuk menyusun anggaran lainnya, anggaran lain missal
anggaran produksi dapat berpedoman kepada anggaran penjualan.

Tujuan utama dari anggaran penjualan adalah untuk:


a. Mengurangi ketidakpastian dimasa depan.
b. Memasukkan pertimbangan/keputusan manajemen dalam proses
perencanaan.
c. Memberikan informasi dalam profit planing control.
d. Mempermudah pengendalian penjualan.

Suatu anggaran penjualan yang lengkap sebaiknya memberikan


gambaran tentang beberapa hal sebagai berikut: Penjualan dirinci menurut
bulan, kwartalan, semester dan tahunan; Penjualan dirinci menurut jenis-jenis
produk; Penjualan dilakukan menurut daerah pemasaran. Sedangkan faktor-
faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka penyusunan anggaran penjualan
antara lain: Penelitian dan peramalan penjualan; Fungsi anggaran penjualan;
Tahap-tahap peramalan penjualan dan Metode peramalan penjualan. Pada
umurnnya apa yang direncanakan pada anggaran penjualan merupakan dasar
perencanaan dari seluruh komponen anggaran lainnya, artinya perencanaan
penjualan merupakan kunci keberhasilan dari rencana anggaran komprehensip.
Taksiran proyeksi volume penjualan yang realistis akan menggambarkan suatu
rencana penjualan yang cukup tepat dan hampir mendekati penjualan yang

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 61


sebenarnya, paling tidak memenuhi target dan tidak mengalami penyimpangan
yang terlalu jauh.

4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran


Penjualan
Untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan
berbagai data, informasi dan pengalaman yang merupakan faktor-faktor yang
harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran penjualan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi penyusunan anggaran penjualan dikelompokkan menjadi
dua faktor sebagai berikut:
a. Faktor-faktor Intern yaitu data, informasi dan pengalaman yang
terdapat di dalam perusahaan sendiri. Faktor-faktor intern sering disebut
sebagai faktor yang controlable (dapat diatur) yaitu faktor-faktor yang
dalam batas-batas tertentu masih dapat disesuaikan dengan keinginan
atau kebutuhan untuk periode budget yang akan datang. Faktor-faktor
intern yang mempengaruhi penyusunan anggaran penjualan antara lain :
1) Penjualan tahun-tahun yang lalu.
2) Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah
harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran
distribusi dan sebagianya.
3) Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.
4) Tenaga kerja yangn dimiliki perusahaan, baik jumlahnya
(kuantutatif) maupun keterampilan dan keahliannya (kualitatif).
5) Modal kerja perusahaan.
6) Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan.
7) Kebijakan-kebijakan perusahaan yang terkait dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi perusahaan baik di bidang pemasaran, produksi,
keuangan, administrasi maupun personalia.

Sampai batas-batas tertentu, perusahaan masih dapat mengatur


dan menyesuaikan faktor-faktor intern tersebut dengan apa yang
diinginkan untuk masa yang akan datang. Misalnya Modal Kerja yang
sekarang dimiliki dirasakan kurang untuk periode budget penjualan yang
akan datang, maka perusahaan dalam batas-batas tertentu masih bisa
menambahnya, misalnya dengan meminta kredit ke Bank. Demikian
pula halnya dengan mesin-mesin, peralatan-peralatan, tenaga kerja serta
fasilitas-fasilitas lain, dalam batas-batas tertentu masih disesuaikan

62 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


dengan apa yang diinginkan untuk periode budget penjualan yang akan
datang, baik ditambah maupun dikurangi.

b. Faktor-faktor Ekstern yaitu data, informasi dan pengalaman yang


terdapat di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan perusahaan. Faktor-faktor ekstern sering disebut sebagai
faktor yang uncontrolable (tidak dapat diatur) yaitu faktor-faktor yang
tidak dapat diatur dan tidak dapat disesuaikan dengan keinginan atau
kebutuhan perusahaan (perusahaan tidak mampu mengatur sesuai
dengan apa yang diinginkannya dalam periode budget yang akan datang.
Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi penyusunan anggaran antara
lain adalah:
1) Keadaan persaingan.
2) Tingkat pertumbuhan penduduk.
3) Tingkat penghasilan masyarakat.
4) Tingkat penyebaran penduduk.
5) Agama, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat.
6) Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi,
sosial, budaya maupun keamanan.
7) Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan
teknologi dan sebagainya.
8) Kemajuan teknologi.

Terhadap faktor-faktor ekstern ini, perusahaan tidak mampu untuk


mengaturnya sesuai dengan apa yang diinginkanya dalam periode budget
penjualan yang akan datang. Akibatnya perusahaanlah yang harus
menyesuaiakan dirinya, menyesuaikan kebijaksanaan-kebijaksanaannya
dengan faktor-faktor tersebut.

4.4 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran Penjualan


Disini akan diberikan illustrasi aplikasi teknik penyusunan anggaran
penjualan secara lengkap, yang memberikan gambaran tentang beberapa
hal sebagai berikut: Penjualan dirinci menurut waktunya (bisa dalam
bulanan, kwartalan, semesteran atau tahunan); Penjualan dirinci menurut
jenis-jenis produk; Penjualan dilakukan menurut daerah pemasaran. Untuk
operasionalnya akan diberikan beberapa contoh kasus dan pemecahannya
(penyelesaian) seperti dibawah ini.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 63


Kasus 1 dan Pemecahan Kasus 1
Kasus 1 dan pemecahan kasus 1; merupakan illustrasi yang terkait
dengan aplikasi penyusunan anggaran penjualan triwulanan, yang kasusnya
sebagai berikut:

Kasus 1:
PT “GATRA” mempunyai data penjualan 5 tahun (tahun 2007-2011)
untuk produk minuman sirup sebagai berikut:

Triwulan
Tahun Setahun
I II III IV
2007 28 32 36 34 130
2008 32 35 38 40 145
2009 36 37 38 39 150
2010 40 40 42 43 165
2011 44 41 41 44 170
Jumlah 180 185 195 200 760
Rata-rata 36 37 39 40
% 23,68 24,34 25,66 26,32 100

Daerah penjualannya meliputi wilayah Yogyakarta dan Semarang dengan


perbandingan 2 : 1. Dimana harga jual per botol untuk berbagai minuman
sirup sebagai berikut:

Yogyakarta Semarang
Sirup Rasa Jeruk Rp 500 Rp 600
Sirup Rasa Durian Rp 600 Rp 750
Sirup Rasa Nangka Rp 500 Rp 600

Distribusi penjualan tiap jenis produk (sirup) ditaksir untuk Sirup Rasa
Jeruk sebanyak 50%, Sirup Rasa Durian 30% dan Sirup Rasa Nangka 20%.

Berdasarkan pada data-data PT “GATRA” tersebut diatas diminta:


a. Membuat peramalan penjualan sirup tahun 2012
b. Menyusun perhitungan penjualan berdasarkan jenis produk, daerah
penjualan dan waktu penjualan
c. Menyusun tabel anggaran penjualan tahun 2012 secara lengkap

64 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Pemecahan Kasus 1:
a. Membuat peramalan penjualan sirup tahun 2012:
Apabila dalam peramalan penjualan tahun 2012 dengan menggunakan
metode moment, maka hasil perhitungannya akan sebagai berikut:
Formula yang digunakan untuk menentukan peramalan penjualan
dengan metode moment:
I. Y’ = a + b.X
II. ∑Yi = n.a + b.∑Xi
III. ∑XiY = a.∑Xi + b.∑Xi2
Dimana:
Y’ = nilai trend
Y = data historis
X = parameter pengganti waktu (tahun). Karena jarak (interval) antara
deretan tahun tersebut sama, maka jarak (interval) parameter X selalu
sama.
Formula II dan III digunakan untuk menghitung nilai a dan b melalui
metode eliminasi ataupun metode substitusi. Sedangakan formula I
merupakan persamaan garis trend forcast.
Langkah-langkah untuk menyelesaikan peramalan penjualan sirup PT
“GATRA” tahun 2012 dengan metode moment:

1) Mencari nilai a dan b dengan menggunakan tabel bantu:

Tahun Xi Penjualan (Yi) Xi2 Xi.Yi


2007 0 130 0 0
2008 1 145 1 145
2009 2 150 4 300
2010 3 165 9 495
2011 4 170 16 680
n=5 ∑Xi = 10 ∑Yi =760 ∑X2 =30 ∑Xi.Yi =1.620

Eleminasi persamaan II dan III:


II. ∑Yi = n.a + b.∑Xi → 760 = 5.a + b.10 x3
III. ∑Xi.Yi = a.∑Xi + b.∑Xi → 1.620 = a.10 + b.30
2
x1
2.280 = 15.a + 30b
1.620 = 10.a + 30b
660 = 5a
a = 132

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 65


maka nilai b:
760 = 5.a + 10.b → 7 60 = 5(132) + 10b
760 = 660 + 10b
10b = 760 – 660
10b = 100 → b = 10
2) Dari hasil perhitungan eliminasi persamaan II dan III, akan dapat
diketahui nilai a dan b, sehingga dapat diperoleh persamaan I
(persamaan trend-nya) sebagai berikut: Y2012 = 132 + 10 X. Dari
persamaan tersebut ramalan penjualan tahun 2012 adalah Y2012 =
132 + 10 (5) = 132 + 50 = 182. Maka dapat disimpulkan bahwa
ramalan penjualan sirup PT “GATRA” tahun 2012 sebanyak 182
botol sirup untuk daerah Yogyakarta dan Semarang.

b. Menyusun perhitungan penjualan berdasarkan jenis produk, daerah


penjualan dan waktu penjualan:
Ramalan penjualan PT “GATRA” tahun 2012 sebanyak 182 botol sirup
untuk daerah Yogyakarta dan Semarang dengan perbandingan 2 : 1,
dengan distribusi:
1) Untuk masing-masing daerah:
Yogyakarta = 2/3 x 182 = 121 botol
Semarang = 1/3 x 182 = 61 botol +
Jumlah = 182 botol
2) Untuk distribusi masing-masing daerah berdasarkan jenis produk:
Yogyakarta:
o Sirup Rasa Jeruk = 50% x 121 botol = 61 botol
o Sirup Rasa Durian = 30% x 121 botol = 36 botol
o Sirup Rasa Nangka = 20% x 121 botol = 24 botol +
Jumlah 121 botol
Semarang:
o Sirup Rasa Jeruk = 50% x 61 botol = 31 botol
o Sirup Rasa Durian = 30% x 61 botol = 18 botol
o Sirup Rasa Nangka = 20% x 61 botol = 12 botol +
Jumlah 61 botol
Total = 182 botol

66 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


3) Untuk distribusi waktu penjualan:
Yogyakarta:
o Triwulan I
- Sirup Rasa Jeruk = 23,68% x 61 botol = 14 botol x Rp 500 = Rp 7.000
- Sirup Rasa Durian = 23,68% x 36 botol = 9 botol x Rp 600 = Rp 5.400
- Sirup Rasa Nangka = 23,68% x 24 botol = 6 botol x Rp 500 = Rp 3.000
Jumlah Triwulan I 29 botol Rp15.400

o Triwulan II
- Sirup Rasa Jeruk = 24,34% x 61 botol = 15 botol x Rp 500 = Rp 7.500
- Sirup Rasa Durian = 24,34% x 36 botol = 9 botol x Rp 600 = Rp 5.400
- Sirup Rasa Nangka = 24,34% x 24 botol = 6 botol x Rp 500 = Rp 3.000
Jumlah Triwulan II 30 botol Rp15.900

o Triwulan III
- Sirup Rasa Jeruk = 25,66% x 61 botol = 16 botol x Rp 500 = Rp 8.000
- Sirup Rasa Durian = 25,66% x 36 botol = 9 botol x Rp 600 = Rp 5.400
- Sirup Rasa Nangka = 25,66% x 24 botol = 6 botol x Rp 500 = Rp 3.000
Jumlah Triwulan III 31 botol Rp16.400

o Triwulan IV
- Sirup Rasa Jeruk = 26,32% x 61 botol = 16 botol x Rp 500 = Rp 7.000
- Sirup Rasa Durian = 26,32% x 36 botol = 9 botol x Rp 600 = Rp 5.400
- Sirup Rasa Nangka= 26,32% x 24 botol = 6 botol x Rp 500 = Rp 3.000
Jumlah Triwulan IV 31 botol Rp16.400

Total penjualan produk minuman sirup PT “GATRA” untuk daerah


Yogyakarta triwulan (I + II + III + IV) = 29 + 30 + 31 + 31= 121 botol,
dengan nilai rupiah sebesar (Rp15.400 + Rp15.900 + Rp16.400 +
Rp16.400) = Rp 64.100.

Semarang:
o Triwulan I
- Sirup Rasa Jeruk = 23,68% x 31 botol = 7 botol x Rp 600 = Rp 4.200
- Sirup Rasa Durian = 23,68% x 18 botol = 4 botol x Rp 750 = Rp 3.000
- Sirup Rasa Nangka = 23,68% x 12 botol = 3 botol x Rp 600 = Rp 1.800
Jumlah Triwulan I 14 botol Rp 9.000

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 67


o Triwulan II
- Sirup Rasa Jeruk = 24,34% x 31 botol = 8 botol x Rp 600 = Rp 4.800
- Sirup Rasa Durian = 24,34% x 18 botol = 4 botol x Rp 750 = Rp 3.000
- Sirup Rasa Nangka = 24,34% x 12 botol = 3 botol x Rp 600 = Rp 1.800
Jumlah Triwulan II 15 botol Rp 9.600

o Triwulan III
- Sirup Rasa Jeruk = 25,66% x 31 botol = 8 botol x Rp 600 = Rp 4.800
- Sirup Rasa Durian = 25,66% x 18 botol = 5 botol x Rp 750 = Rp 3.750
- Sirup Rasa Nangka = 25,66% x 12 botol = 3 botol x Rp 600 = Rp 1.800
Jumlah Triwulan III 16 botol Rp10.350

o Triwulan IV
- Sirup Rasa Jeruk = 26,32% x 31 botol = 8 botol x Rp 600 = Rp 7.000
- Sirup Rasa Durian = 26,32% x 18 botol = 5 botol x Rp 750 = Rp 5.400
- Sirup Rasa Nangka = 26,32% x 12 botol = 3 botol x Rp 600 = Rp 3.000
Jumlah Triwulan IV 16 botol Rp10.350

Total penjualan produk minuman sirup PT “GATRA” untuk daerah


Yogyakarta triwulan (I + II + III + IV) = 29 + 30 + 31 + 31=
121 botol, dengan nilai rupiah sebesar (Rp15.400 + Rp15.900 +
Rp16.400 + Rp16.400) = Rp 64.100.

c. Menyusun tabel anggaran penjualan tahun 2012 secara lengkap:


Setelah membuat perhitungan penjualan untuk masing-masing daerah
dan tiap jenis produk untuk tiap triwulan, maka akan dapat disusun tabel
anggaran penjualan PT “GATRA” tahun 2012 secara lengkap sebagai
berikut:

68 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Daerah Penjualan Triwulan
Setahun
dan Jenis Produk I II III IV
Sirup Btl Rp Btl Rp Btl Rp Btl Rp Btl Rp
Yogyakarta:
Sirup Rasa Jeruk 14 7.000 15 7.500 16 8.000 16 8.000 61 30.500
Sirup Rasa Durian 9 5.400 9 5.400 9 5.400 9 5.400 36 21.600
Sirup Rasa Nangka 6 3.000 6 3.000 6 3.000 6 3.000 24 12.000
Jumlah 29 15.400 30 15.900 31 16.400 31 16.400 121 64.100
Semarang:
Sirup Rasa Jeruk 7 4.200 8 4.800 8 4.800 8 4.800 31 18.600
Sirup Rasa Durian 4 3.000 4 3.000 5 3.750 5 3.750 18 13.500
Sirup Rasa Nangka 3 1.800 3 1.800 3 1.800 3 1.800 12 7.200
Jumlah 14 9.000 15 9.600 16 10.350 16 10.350 61 39.300
Total 43 24.400 45 25.500 47 26.750 47 26.750 182 103.400

Kasus 2 dan Pemecahan Kasus 2


Kasus 2 dan pemecahan kasus 2; merupakan illustrasi yang terkait
dengan aplikasi penyusunan anggaran penjualan triwulanan terkait dengan
tagihan penjualan, yang kasusnya sebagai berikut:

Kasus 2:
PT “OSAVALIA” sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha
industri tas anak-anak, akan merencanakan penjualan ke beberapa daerah
secara triwulanan sebanyak 128.000 unit selama tahun 2012. Berikut disajikan
informasi berkenaan dengan rencana penjualan tersebut.
Rencana penjualan selama 4 triwulan adalah sebagai berikut :
- Triwulan I : 20.000 unit
- Triwulan II : 60.000 unit
- Triwulan III : 30.000 unit
- Triwulan IV : 18.000 unit
Harga jual/unit : Rp. 1000
Tagihan kas triwulan IV pada tahun sebelumnya (2011) adalah Rp
3.100.000
Tagihan kas penjualan sebagai berikut : 70% ditagih dalam triwulan
penjualan, sedangkan sisanya 30% ditagih pada triwulan berikutnya.
Penjualan pada triwulan IV terdapat sebanyak Rp 5.400.000 yang tidak
tertagih dan dimasukkan sebagai piutang usaha pada akhir periode tahun
2013.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 69


Berdasarkan pada data-data tersebut diatas buatlah anggaran penjualan
PT “OSAVALIA” dan skedul ekspektasi penagihan kasnya.

Pemecahan Kasus 2:
Membuat anggaran penjualan dan skedul ekspektasi penagihan kas PT
“OSAVALIA” tahun 2012 sebagai berikut:

PT “OSAVALIA”
Anggaran Penjualan
31 Desember 2012
Triwulan (dalam Rupiah) Penjualan
Keterangan Setahun
I (Rp) II (Rp) III (Rp) IV (Rp)
(dalam Rp)
Penjualan 20.000 60.000 30.000 18.000 128.000
Harga Jual per Unit 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Jumlah Penjualan 20.000.000 60.000.000 30.000.000 18.000.000 128.000.000

PT “OSAVALIA”
Skedul Ekspektasi Penagihan Kas
Per Triwulan tahun 2012
Triwulan (dalam Rupiah) Penagihan Kas
Keterangan
I (Rp) II (Rp) III (Rp) IV (Rp) Setahun
Piutang Usaha (PU) dari
tahun 2011 3.100.000
Triwulan I (Tw I):
• (20.000.000 x 70%) 14.000.000
• (20.000.000 x 30%) 6.000.000
Jumlah PU Tw I 20.000.000
Triwulan II (Tw II):
• (60.000.000 x 70%) 42.000.000
• (60.000.000 x 30%) 18.000.000
Jumlah PU Tw II 60.000.000
Triwulan III
(Tw III): 21.000.000
• (30.000.000 x 70%)
• (30.000.000 x 30%) 9.000.000
Jumlah PU Tw III 30.000.000
Triwulan IV
(Tw IV):
• (18.000.000 x 70%) 12.600.000
Jumlah PU Tw IV 12.600.000
Total Kas yang Tertagih
dari Pejualan 14.000.000 48.000.000 39.000.000 21.600.000 125.700.000
Catatan:
Penjualan pada triwulan IV tahun 2012 terdapat sebanyak Rp 5.400.000 yang
tidak tertagih dan dimasukkan sebagai piutang usaha pada akhir periode tahun
2013.

70 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


4.5 Rangkuman
Anggaran penjualan adalah anggaran yang menerangkan secara terperinci
tentang penjualan perusahaan dimasa datang, dimana didalamnya ada rencana
tentang jenis barang, jumlah, harga, waktu serta tempat penjualan barang.
Dengan kata lain anggaran penjualan merupakan suatu penentuan jumlah unit
penjualan yang diperkirakan akan dijual di dalam suatu perusahaan untuk
periode yang akan datang.
Fungsi dari anggaran penjualan dalam suatu perusahaan adalah: 1)
Anggaran penjualan sebagai dasar perencanaan atas kegiatan perusahaan; 2)
Anggaran penjualan disusun sebagai dasar komponen-komponen anggaran
lainnya; 3) Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi dan mengarahkan
setiap pelaksanaan divisi Pemasaran; 4) Anggaran penjualan sebagai alat
pengorganisasian; dan 5) Anggaran penjualan sebagai alat pengawasan bagi
manajemen.
Tujuan utama dari anggaran penjualan adalah untuk: 1) Mengurangi
ketidakpastian dimasa depan; 2) Memasukkan pertimbangan/keputusan
manajemen dalam proses perencanaan; 3) Memberikan informasi dalam profit
planing control; dan 4) Mempermudah pengendalian penjualan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran penjualan
dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu: 1) Faktor-faktor Intern yaitu data,
informasi dan pengalaman yang terdapat di dalam perusahaan sendiri. Faktor-
faktor intern sering disebut sebagai faktor yang controlable (dapat diatur)
yaitu faktor-faktor yang dalam batas-batas tertentu masih dapat disesuaikan
dengan keinginan atau kebutuhan untuk periode budget yang akan datang; 2)
Faktor-faktor Ekstern yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di
luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan.
Faktor-faktor ekstern sering disebut sebagai faktor yang uncontrolable (tidak
dapat diatur) yaitu faktor-faktor yang tidak dapat diatur dan tidak dapat
disesuaikan dengan keinginan atau kebutuhan perusahaan (perusahaan tidak
mampu mengatur sesuai dengan apa yang diinginkannya dalam periode
budget yang akan datang.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 71


4.6 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi
4.6.1 Pertanyaan untuk Diskusi
1) Anggaran penjualan merupakan anggaran yang sangat penting
dalam penentuan proyeksi penjualan dan penghasilan. Berdasarkan
hal tersebut jelaskan pengertian dan kegunaan anggaran penjualan !
2) Suatu anggaran penjualan sebaiknya memberikan gambaran yang
realistis, tidak over convidance atau terlalu percaya diri. Relevan
dengan hal tersebut jelaskan tujuan dan fungsi anggaran penjualan!
3) Untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan
berbagai data, informasi dan pengalaman yang merupakan faktor-
faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran
penjualan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan
anggaran penjualan dikelompokkan menjadi dua faktor sebutkan
dan jelaskan!

4.6.2 Kasus untuk Diskusi


1) PT “GATRA” mempunyai data penjualan 5 tahun (tahun 2007-
2011) untuk produk minuman sirup sebagai berikut:

Triwulan
Tahun Setahun
I II III IV
2007 38 32 36 34 140
2008 32 35 38 40 145
2009 36 37 38 39 150
2010 41 40 42 43 166
2011 43 41 41 44 169
Jumlah 190 185 195 200 770
Rata-rata 38 37 39 40
% 24,68 24,03 25,32 25,97 100

Daerah penjualannya meliputi wilayah DIY dan dengan


perbandingan 2 : 1. Dimana harga jual per botol untuk berbagai
minuman sirup sebagai berikut:

DIY Jawa Tengah


Sirup Rasa Jeruk Rp 600 Rp 800
Sirup Rasa Durian Rp 700 Rp 850
Sirup Rasa Nangka Rp 600 Rp 800

72 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Distribusi penjualan tiap jenis produk (sirup) ditaksir untuk Sirup
Rasa Jeruk sebanyak 50%, Sirup Rasa Durian 30% dan Sirup Rasa
Nangka 20%.
Berdasarkan pada data-data PT “GATRA” tersebut diatas diminta:
a. Membuat peramalan penjualan sirup tahun 2012
b. Menyusun perhitungan penjualan berdasarkan jenis produk,
daerah penjualan dan waktu penjualan
c. Menyusun tabel anggaran penjualan tahun 2012 secara
lengkap

2) PT “OSAVALIA” sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang


usaha industri sepatu anak-anak, akan merencanakan penjualan ke
beberapa daerah secara triwulanan sebanyak 168.000 unit selama
tahun 2012. Berikut disajikan informasi berkenaan dengan rencana
penjualan sepatu anak-anak tersebut.
Rencana penjualan selama 4 triwulan adalah sebagai berikut :
- Triwulan I : 30.000 unit
- Triwulan II : 70.000 unit
- Triwulan III : 40.000 unit
- Triwulan IV : 28.000 unit
Harga jual/unit : Rp. 1000
Tagihan kas triwulan IV pada tahun sebelumnya (2011) adalah
Rp 3.100.000
Tagihan kas penjualan sebagai berikut : 70% ditagih dalam
triwulan penjualan, sedangkan sisanya 30% ditagih pada
triwulan berikutnya.
Penjualan pada triwulan IV terdapat sebanyak Rp 5.400.000
yang tidak tertagih dan dimasukkan sebagai piutang usaha
pada akhir periode tahun 2013.

Berdasarkan pada data-data tersebut diatas buatlah anggaran


penjualan sepatu anak-anak PT “OSAVALIA” dan skedul
ekspektasi penagihan kasnya.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 73


3) Data-data perencanaan PT “GATRA & OSA” tahun 2011 sebagai
berikut:
Rencana penjualan selama setahun: (dalam ribu rupiah)

Bulan’ 2011 Penjualan


Januari Rp 30.000.000
Februari Rp 40.000.000
Maret Rp 35.000.000
April Rp 35.000.000
Mei Rp 45.000.000
Juni Rp 50.000.000
Juli Rp 40.000.000
Agustus Rp 35.000.000
September Rp 45.000.000
Oktober Rp 35.000.000
November Rp 38.000.000
Desember Rp 65.000.000

Penerimanaan kas pada bulan Januari 2011 sebesar Rp


2.500.000.
Perusahaan membuat kebijakan penjualan: 50% dibayar tunai
dan sisanya secara kredit (70% dari sisa kredit dibayar 1 bulan
berikutnya, 15% dari sisa kredit dibayar 2 bulan berikutnya,
10% dari sisa kredit dibayar 3 bulan berikutnya, 5% dari sisa
kredit dibayar 4 bulan berikutnya).

Berdasarkan pada data-data perencanaan PT “GATRA &


OSA” tahun 2011 tersebut diatas diminta:
a. Membuat jadwal penerimanan pelunasan piutang dari
anggaran penjualan pada setiap bulan.
b. Lengkapi skedul ekspektasi penerimaan Kas.

74 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Bab 5
ANGGARAN PRODUKSI

5.1 Pengertian Anggaran Produksi


Setelah anggaran penjualan disusun yang mencerminkan rencana
penjualan suatu perusahaan, kemudian disusun anggaran produksi yang
sekaligus juga menggambarkan rencana produksi atau aktivitas penunjang
dari rencana penjualan. Anggaran produksi dalam artian luas merupakan
penjabaran dari rencana penjualan menjadi rencana produksi yang meliputi:
perencanaan tentang jumlah produksi, kebutuhan persediaan, material, tenaga
kerja dan kapasitas produksi. Sedangkan dalam artian sempit anggaran
produksi disebut juga anggaran jumlah yang harus diproduksi, yaitu suatu
perencanaan tingkat (volume) barang yang harus diproduksi oleh perusahaan
agar sesuai dengan tingkat (volume) penjualan yang telah direncanakan.
Anggaran produksi merupakan basis untuk menyusun anggaran lainnya
seperti anggaran bahan mentah, anggaran tenaga kerja langsung dan anggaran
biaya overhead pabrik. Dalam hubungan dengan rencana penjualan, tingkat
persediaan, rencana produksi, anggaran bahan mentah, anggaran tenaga kerja
langsung dan anggaran biaya overhead pabrik (BOP), dapat digambarkan
sebagai berikut:
Di dalam pelaksanaan operasi produksi dari suatu perusahaan, biaya
produksi merupakan salah satu variabel yang tidak boleh terlupakan.
Terkendalinya biaya produksi ini menjadi salah satu kunci keberhasilan dari
pengendalian produksi secara keseluruhan. Di dalam pelaksanaan proses
produksi meskipun seluruh aspek pelaksanaan produksi dapat dikendalikan
cukup baik, namun apabila masalah biaya produksi terlupakan, maka
pengendalian produksi yang dilaksanakan belum dapat mencapai sasaran dari
pengendalian produksi di dalam perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena
biaya produksi belum dapat ditekan serendah mungkin sehingga perusahaan
menetapkan harga pokok penjualan yang tinggi. Dalam keadaan demikian,
perusahaan akan mengalami kesulitan di dalam melaksanakan pemasaran
dari produk yang diproduksinya. Kondisi seperti ini akan mengancam
kelangsungan hidup perusahaan. Untuk dapat melaksanakan pengendalian
produksi dengan baik, maka manajemen pada umumnya akan menggunakan
anggaran produksi sebagai alat untuk pengendalian produksi tersebut. Pada
dasarnya, anggaran yang dipergunakan di dalam perusahaan-perusahaan akan
dipergunakan untuk melakukan pengendalian terhadap seluruh kegiatan yang
ada di dalam perusahaan.

76 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


5.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Produksi
Tujuan disusunnya anggaran produksi antara lain adalah untuk:
Menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang dapat disediakan sesuai
dengan yang telah direncanakan.
Menjaga tingkat persediaan yang memadai.
Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya-biaya produksi yang
dihasilkan akan seminimal mungkin atau dengan menekan biaya-biaya
produksi barang seminim mungkin.

Anggaran produksi merupakan dasar bagi penyusunan anggaran-


anggaran lainnya seperti: anggaran bahan mentah, anggaran tenaga kerja
langsung dan anggaran biaya overhead pabrik. Secara garis besar untuk
menyusun anggaran produksi dapat menggunakan formula sebagai berikut:

Tingkat Penjualan (dari Anggaran Penjualan) = XXX


Tingkat Persediaan Akhir = XXX +
Jumlah Kebutuhan = XXX
Tingkat Persediaan Awal = XXX -
Jumlah yang Harus Diproduksi = XXX

Dalam hubungannya dengan jumlah yang harus diproduksi, terkait faktor-


faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan atau memperkirakan
jangka waktu produksi dan jumlah barang yang dihasilkan antara lain:
Kapasitas mesin dan peralatan produksi yang tersedia, serta kemungkinan
perluasannya di waktu yang akan datang.
Tenaga kerja yang tersedia, baik jumlahnya maupun ketrampilan dan
keahlian, serta kemungkinan pengembangannya di waktu yang akan
datang.
Modal kerja yang dimiliki perusahaan, serta kemungkinan
pengembangannya di waktu yang akan datang.
Fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan, khususnya yang berkaitan
dengan kegiatan produksi (fasilitas tempat produksi, gudang), serta
kemungkinan pengembangannya di waktu yang akan datang.
Stabilitas bahan mentah yang tersedia terkait dengan proses produksi dan
kebijakan perusahaan di bidang persediaan barang jadi.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 77


5.3 Kebijakan Dalam Penyusunan Anggaran Produksi
Anggaran produksi dapat disusun setelah mengetahui berapa besar
rencana penjualan untuk masing-masing produk, rencana penjualan ini dapat
dilihat dalam anggaran penjualan. Berdasarkan rencana penjualan yang telah
tersusun tersebut serta dengan mempertimbangkan perubahan persediaan
produk akhir yang ada , maka anggaran produksi akan dapat disusun. Dalam
menyusun anggaran produksi bulanan, maka akan dikenal penerapan dari
pola produksi yang ada di dalam perusahaan. Di dalam kebijakan pemilihan
pola produksi untuk perusahaan, maka manajemen selayaknya perlu
mempertimbangkan berbagai macam faktor yang berhubungan dengan biaya–
biaya yang harus menjadi tanggungan perusahaan apabila perusahaan tersebut
memilih salah satu dari pola produksi.

Kebijakan dalam penyusunan anggaran produksi ada tiga macam:


a. Pola Produksi Konstan (Mengutamakan Stabilitas Produksi)
Merupakan pola produksi di mana jumlah produksi dari bulan ke bulan
adalah sama atau relatif sama, walaupun terdapat perubahan penjualan
produk perusahaan dari satu bulan dengan bulan yang lain.
b. Pola Produksi Bergelombang (Mengutamakan Pengendalian
Tingkat Persediaan)
Merupakan pola produksi dimana jumlah produksi di setiap bulan
mengalami perubahan sesuai dengan perubahan penjualan, sedangkan
jumlah persediaan barang jadi adalah stabil atau tetap.
c. Pola Produksi Moderat (Cara Kombinasi)
Merupakan suatu pola produksi dimana jumlah produksi di setiap bulan
selalu mengalami perubahan, namun perubahan ini tidak akan sebesar
perubahan penjualan produk yang ada. Perubahan penjualan produk
akan diserap secara bersama-sama di dalam perubahan jumlah produksi
dan persediaan barang jadi. Manajemen perusahaan akan berusaha untuk
mengadakan pemilihan pola produksi yang paling sesuai dengan situasi
dan kondisi dari perusahaan tersebut.

5.4 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran Produksi


Disini akan diberikan illustrasi aplikasi teknik penyusunan anggaran
produksi untuk tiga macam kebijakan: 1) Pola Produksi Konstan
(Mengutamakan Stabilitas Produksi); 2) Pola Produksi Bergelombang
(Mengutamakan Pengendalian Tingkat Persediaan); 3) Pola Produksi Moderat

78 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


(Cara Kombinasi). Untuk operasionalnya akan diberikan beberapa contoh
kasus dan pemecahannya (penyelesaian) seperti dibawah ini.

Kasus 1 dan Pemecahan Kasus 1


Kasus 1 dan pemecahan kasus 1; merupakan illustrasi aplikasi
penyusunan anggaran produksi dengan kebijakan Pola Produksi
Konstan (Mengutamakan Stabilitas Produksi). Dalam penyusunan
anggaran produksi yang mengutamakan stabilitas tingkat produksi,
ditentukan terlebih dahulu kebutuhan selama 1 tahun, kemudian
diperkirakan kebutuhan setiap bulannya. Akhirnya tingkat persediaan
disesuaikan dengan kebutuhan, agar produksi tetap stabil. Kasus dan
pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 1:
Rencana penjualan selama setahun (tahun 2011) PT “GATRA & OSA”
untuk produk minuman sirup sebagai berikut:

Bulan’ 2011 Tingkat Penjualan


Januari 1.400 botol
Februari 1.500 botol
Maret 1.500 botol
April 1.300 botol
Mei 1.100 botol
Juni 900 botol
Juli 600 botol
Agustus 500 botol
September 800 botol
Oktober 1.000 botol
November 1.100 botol
Desember 1.300 botol
Jumlah 13.000 botol

Tingkat persediaan akhir tahun dan awal tahun sebagai berikut:


- Tingkat persediaan awal tahun sebesar 2.000 botol
- Tingkat persediaan akhir tahun sebesar 1.000 botol

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 79


Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran produksi PT
“GATRA& OSA” dengan kebijakan Pola Produksi Konstan (Mengutamakan
Stabilitas Produksi).

Pemecahan Kasus 1:
Langkah-langkah penyusunan anggaran produksi dengan kebijakan Pola
Produksi Konstan (Mengutamakan Stabilitas Produksi) sebagai berikut:

a. Mencari besarnya jumlah yang harus diproduksi selama satu tahun:

Tingkat Penjualan (dari Anggaran Penjualan) = 13.000


Tingkat Persediaan Akhir = 1.000 +
Jumlah Kebutuhan = 14.000
Tingkat Persediaan Awal = 2.000 -
Jumlah yang Harus Diproduksi = 12.000

b. Mengalokasikan tingkat produksi stabil untuk tiap bulan:


Jumlah yang harus diproduksi selama satu tahun sebesar 12.000 botol,
maka alokasi untuk tiap bulannya adalah (12.000 : 12) = 1.000 botol/
bulan.
Catatan:
Jika produksi tiap bulan hasilnya pecahan, maka hasilnya harus dibulatkan
kemudian diatur sedemikian rupa sehingga menjadikan tingkat produksi
stabil. Dan jumlah yang harus diproduksi selama satu tahun harus tetap
sebesar yang telah ditetapkan.

c. Membuat tabel anggaran produksi:


Tabel anggaran produksi dengan kebijakan Pola Produksi Konstan ini
dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan tingkat produksi.

80 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Tabel Anggaran Produksi PT “GATRA & OSA” Tahun 2011
Bulan’ 2011 Jumlah
Keterangan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des
1 th
Penjualan 1.400 1.500 1.500 1.300 1.100 900 600 500 800 1.000 1.100 1.300 13.000
Persediaan
1.600 1.100 600 300 200 300 700 1.200 1.400 1.400 1.300 1.000 1.000
Akhir
Jumlah
3.000 2.600 2.100 1.600 1.300 1.200 1.300 1.700 2.200 2.400 2.400 2.300 14.000
Kebutuhan
Persediaan
2.000 1.600 1.100 600 300 200 300 700 1.200 1.400 1.400 1.300 2.000
Awal
Jumlah yg
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 12.000
Diproduksi

Catatan:
- Dalam stabilitas anggaran produksi jumlah yang diproduksi setiap
bulannya harus sama (ada kemungkinan tidak sama jika setiap bulan
jumlah yang diproduksi pecahan atau angka tersebut tidak bulat).
- Kunci penyelesaian dapat dilihat dari persediaan awal dan persediaan
akhir sesuai dengan yang diinginkan (angka-angka yang dicetak miring).

Kasus 2 dan Pemecahan Kasus 2


Kasus 2 dan pemecahan kasus 2; merupakan illustrasi aplikasi
penyusunan anggaran produksi dengan kebijakan Pola Produksi
Bergelombang (Mengutamakan Pengendalian Tingkat Persediaan).
Kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 81


Kasus 2:
Rencana penjualan selama setahun (tahun 2011) PT “GATRA & OSA”
untuk produk minuman sirup sebagai berikut:

Bulan’ 2011 Tingkat Penjualan


Januari 1.400 botol
Februari 1.500 botol
Maret 1.500 botol
April 1.300 botol
Mei 1.100 botol
Juni 900 botol
Juli 600 botol
Agustus 500 botol
September 800 botol
Oktober 1.000 botol
November 1.100 botol
Desember 1.300 botol
Jumlah 13.000 botol

Tingkat persediaan akhir tahun dan awal tahun sebagai berikut:


- Tingkat persediaan awal tahun sebesar 2.000 botol
- Tingkat persediaan akhir tahun sebesar 1.000 botol

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran produksi


PT “GATRA & OSA” dengan kebijakan Pola Produksi Bergelombang
(Mengutamakan Pengendalian Tingkat Persediaan).

Pemecahan Kasus 2:
Langkah-langkah penyusunan anggaran produksi dengan kebijakan Pola
Produksi Bergelombang (Mengutamakan Pengendalian Tingkat Persediaan)
sebagai berikut:
a. Mencari besarnya jumlah yang harus diproduksi selama satu tahun:

Tingkat Penjualan (dari Anggaran Penjualan) = 13.000


Tingkat Persediaan Akhir = 1.000 +
Jumlah Kebutuhan = 14.000
Tingkat Persediaan Awal = 2.000 -
Jumlah yang Harus Diproduksi = 12.000

82 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


b. Mencari selisih antara persediaan awal dengan persediaan akhir kemudian
dibagi frekwensi produksi (12 kali atau 12 bulan):
(Persediaan Awal Tahun - Persediaan Akhir Tahun) / 12 =
(2.000 – 1.000) / 12 = 83,33 = 83,33 botol.
Karena hasilnya pecahan, maka untuk mempermudah
pelaksanaan produksi, dialokasikan hanya untuk 10 bulan
(bulan Januari sampai dengan bulan Oktober) masing-masing
sebesar (1.000 botol : 10) = 100 botol.
Tingkat produksi untuk bulan Januari sampai dengan bulan
Oktober berkurang masing-masing 100 botol, dari penjualan
bulan Januari sampai dengan bulan Oktober.

c. Membuat tabel anggaran produksi:


Tabel anggaran produksi dengan kebijakan Pola Produksi Bergelombang
(Mengutamakan Pengendalian Tingkat Persediaan) ini dimaksudkan
untuk mempermudah pengawasan tingkat produksi.

Tabel Anggaran Produksi PT “GATRA & OSA” Tahun 2011


Bulan’ 2011 Jumlah
Keterangan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des
1 th
Penjualan 1.400 1.500 1.500 1.300 1.100 900 600 500 800 1.000 1.100 1.300 13.000
Persediaan
1.900 1.800 1.700 1.600 1.500 1.400 1.300 1.200 1.100 1.000 1.000 1.000 1.000
Akhir
Jumlah
3.300 3.300 3.200 2.900 2.600 2.300 1.900 1.700 1.900 2.000 2.100 2.300 14.000
Kebutuhan
Persediaan
2.000 1.900 1.800 1.700 1.600 1.500 1.400 1.300 1.200 1.100 1.000 1.000 2.000
Awal
Jumlah yg
1.300 1.400 1.400 1.200 1.000 800 500 400 700 900 1.100 1.300 12.000
Diproduksi

Kasus 3 dan Pemecahan Kasus 3


Kasus 3 dan pemecahan kasus 3; merupakan illustrasi aplikasi
penyusunan anggaran produksi dengan kebijakan Pola Produksi
Moderat (Cara Kombinasi). Kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 83


Kasus 3:
Rencana penjualan selama setahun (tahun 2011) PT “GATRA &
OSA” untuk produk minuman sirup sebagai berikut:

Bulan’ 2011 Tingkat Penjualan


Januari 1.400 botol
Februari 1.500 botol
Maret 1.500 botol
April 1.300 botol
Mei 1.100 botol
Juni 900 botol
Juli 600 botol
Agustus 500 botol
September 800 botol
Oktober 1.000 botol
November 1.100 botol
Desember 1.300 botol
Jumlah 13.000 botol

Tingkat persediaan akhir tahun dan awal tahun sebagai berikut:


- Tingkat persediaan awal tahun sebesar 2.000 botol
- Tingkat persediaan akhir tahun sebesar 1.000 botol
Terkait dengan tingkat produksi, manajemen perusahaan mengambil
kebijakan-kebijakan:
- Tingkat produksi tidak boleh berfluktuasi lebih dari 20% diatas atau
dibawah rata-rata produksi setiap bulan (produksi 1 tahun di bagi
12 bulan).
- Tingkat persediaan tidak boleh lebih kecil dari penjualan minimal
setiap bulan (penjualan minimal bulan Agustus sebesar 500 botol).
- Tingkat produksi perbulan bisa dimaksimalkan jika rencana
penjualan minimal 1.300 botol dan bisa diminimalkan jika rencana
penjualan perbulan dibawah 1.000 botol.
- Tingkat produksi dan tingkat persediaan perbulan harus berkelipatan
100.

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran produksi PT


“GATRA & OSA” dengan kebijakan Pola Produksi Moderat (Cara
Kombinasi).

84 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Pemecahan Kasus 3:
Langkah-langkah penyusunan anggaran produksi dengan kebijakan Pola
Produksi Moderat (Cara Kombinasi) sebagai berikut:
a. Mencari besarnya jumlah yang harus diproduksi selama satu tahun:

Tingkat Penjualan (dari Anggaran Penjualan) = 13.000


Tingkat Persediaan Akhir = 1.000 +
Jumlah Kebutuhan = 14.000
Tingkat Persediaan Awal = 2.000 -
Jumlah yang Harus Diproduksi = 12.000

b. Mengalokasikan tingkat produksi untuk tiap bulan dengan kebijakan:


- Tingkat produksi tidak boleh lebih dari 20% diatas rata-rata
produksi setiap bulan yaitu {(12.000 : 12) x (1 + 0,2)} = 1.000 x 1,2
= 1.200 = 1.200 botol.
- Tingkat produksi tidak boleh kurang dari 20% dibawah rata-rata
produksi setiap bulan yaitu {(12.000 : 12) x (1 - 0,2)} = 1.000 x 0,8
= 800 = 800 botol.
- Tingkat produksi bulan Januari, Februari, Maret, April dan
Desember bisa dimaksimalkan sebesar 1.200 botol, sedangkan
bulan Juni, Juli, Agustus dan September bisa diminimalkan sebesar
800 botol.

c. Membuat tabel anggaran produksi:


Tabel anggaran produksi dengan kebijakan Pola Produksi Moderat (Cara
Kombinasi) dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan tingkat
produksi.

Tabel Anggaran Produksi PT “GATRA & OSA” Tahun 2011


Bulan’ 2011 Jumlah
Keterangan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des
1 th
Penjualan 1.400 1.500 1.500 1.300 1.100 900 600 500 800 1.000 1.100 1.300 13.000
Persediaan
1.800 1.500 1.200 1.100 1.000 900 1.100 1.400 1.400 1.300 1.100 1.000 1.000
Akhir
Jumlah
3.200 3.000 2.700 2.400 2.100 1.800 1.700 1.900 2.200 2.300 2.200 2.300 14.000
Kebutuhan
Persediaan
2.000 1.800 1.500 1.200 1.100 1.000 900 1.100 1.400 1.400 1.300 1.100 2.000
Awal
Jumlah yg
1.200 1.200 1.200 1.200 1.000 800 800 800 800 900 900 1.200 12.000
Diproduksi

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 85


5.5 Rangkuman
Anggaran produksi dalam artian luas merupakan penjabaran dari
rencana penjualan menjadi rencana produksi yang meliputi: perencanaan
tentang jumlah produksi, kebutuhan persediaan, material, tenaga kerja dan
kapasitas produksi. Sedangkan dalam artian sempit anggaran produksi disebut
juga anggaran jumlah yang harus diproduksi, yaitu suatu perencanaan tingkat
(volume) barang yang harus diproduksi oleh perusahaan agar sesuai dengan
tingkat (volume) penjualan yang telah direncanakan.
Tujuan disusunnya anggaran produksi antara lain adalah untuk: 1)
Menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang dapat disediakan sesuai
dengan yang telah direncanakan; 2) Menjaga tingkat persediaan yang
memadai; 3) Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya-biaya
produksi yang dihasilkan akan seminimal mungkin atau dengan menekan
biaya-biaya produksi barang seminim mungkin.
Kebijakan dalam penyusunan anggaran produksi produksi ada tiga
macam: 1) Pola Produksi Konstan (Mengutamakan Stabilitas Produksi);
2) Pola Produksi Bergelombang (Mengutamakan Pengendalian Tingkat
Persediaan); dan 3) Pola Produksi Moderat (Cara Kombinasi).

5.6 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi


5.6.1 Pertanyaan untuk Diskusi
1) Setelah anggaran penjualan disusun yang mencerminkan rencana
penjualan suatu perusahaan, kemudian disusun anggaran produksi
yang sekaligus juga menggambarkan rencana produksi atau
aktivitas penunjang dari rencana penjualan. Berdasarkan hal
tersebut jelaskan anggaran produksi dalam artian luas dan dalam
artian luas !
2) Anggaran produksi merupakan basis untuk menyusun anggaran
lainnya seperti anggaran bahan mentah, anggaran tenaga kerja
langsung dan anggaran biaya overhead pabrik. Relevan dengan hal
tersebut deskripsikan mengapa anggaran produksi sebagai basis
untuk menyusun anggaran lainnya !
3) Perusahaan manufaktur dalam menyusun anggaran produksi
tentunya mempunyai tujuan, untuk itu jelaskan tujuan disusunnya
anggaran produksi bagi suatu perusahaan !

86 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


4) Dalam hubungannya dengan jumlah yang harus diproduksi, terkait
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan atau
memperkirakan jangka waktu produksi dan jumlah barang yang
dihasilkan antara lain. Relevan dengan hal tersebut jelaskan faktor-
faktor yang mempengaruhinya !
5) Kebijakan dalam penyusunan anggaran produksi ada tiga macam,
sebutkan dan jelaskan !

5.6.2 Kasus untuk Diskusi


1) Rencana penjualan selama setahun (tahun 2011) PT “GATRA &
OSA” untuk produk minuman sirup sebagai berikut:

Bulan’ 2011 Tingkat Penjualan Bulan’ 2011 Tingkat Penjualan


Januari 1.400 botol Juli 600 botol
Februari 1.500 botol Agustus 500 botol
Maret 1.500 botol September 800 botol
April 1.300 botol Oktober 1.000 botol
Mei 1.100 botol November 1.100 botol
Juni 900 botol Desember 1.300 botol

Tingkat persediaan akhir tahun dan awal tahun sebagai berikut:


tingkat persediaan awal tahun sebesar 1.500 botol dan akhir tahun
sebesar 2.000 botol.
Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran produksi
PT “GATRA& OSA” dengan kebijakan Pola Produksi Konstan
(Mengutamakan Stabilitas Produksi).

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 87


2) Rencana penjualan selama setahun (tahun 2011) PT “GATRA &
OSA” untuk produk minuman sirup sebagai berikut:

Bulan’ 2011 Tingkat Penjualan


Januari 1.400 botol
Februari 1.500 botol
Maret 1.500 botol
April 1.300 botol
Mei 1.100 botol
Juni 900 botol
Juli 600 botol
Agustus 500 botol
September 800 botol
Oktober 1.000 botol
November 1.100 botol
Desember 1.300 botol
Jumlah 13.000 botol

Tingkat persediaan akhir tahun dan awal tahun sebagai berikut:


- Tingkat persediaan awal tahun sebesar 1.500 botol
- Tingkat persediaan akhir tahun sebesar 2.000 botol

Berdasarkan pada data-data tersebut diatas susunlah anggaran


produksi PT “GATRA & OSA” dengan kebijakan Pola Produksi
Bergelombang (Mengutamakan Pengendalian Tingkat Persediaan).

3) Data-data perencanaan PT “GATRA & OSA” tahun 2011 sebagai


berikut:
Rencana penjualan selama setahun (tahun 2011) PT “GATRA
& OSA” untuk produk minuman sirup:
Bulan’ 2011 Tingkat Penjualan
Januari 1.400 botol
Februari 1.500 botol
Maret 1.500 botol
April 1.300 botol
Mei 1.100 botol
Juni 900 botol
Juli 600 botol
Agustus 500 botol
September 800 botol
Oktober 1.000 botol
November 1.100 botol
Desember 1.300 botol
Jumlah 13.000 botol

88 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Tingkat persediaan akhir tahun dan awal tahun:
- Tingkat persediaan awal tahun sebesar 1.500 botol
- Tingkat persediaan akhir tahun sebesar 2.000 botol
Terkait dengan tingkat produksi, manajemen perusahaan
mengambil kebijakan-kebijakan:
- Tingkat produksi tidak boleh berfluktuasi lebih dari
20% diatas atau dibawah rata-rata produksi setiap bulan
(produksi 1 tahun di bagi 12 bulan).
- Tingkat persediaan tidak boleh lebih kecil dari penjualan
minimal setiap bulan (penjualan minimal bulan Agustus
sebesar 500 botol).
- Tingkat produksi perbulan bisa dimaksimalkan jika
rencana penjualan minimal 1.300 botol dan bisa
diminimalkan jika rencana penjualan perbulan dibawah
1.000 botol.

Berdasarkan pada data-data tersebut diatas susunlah anggaran


produksi PT “GATRA & OSA” dengan kebijakan Pola Produksi
Moderat (Cara Kombinasi).

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 89


Bab 6
ANGGARAN BAHAN BAKU

6.1 Pengertian Anggaran Bahan Baku


Apabila anggaran produksi telah disusun, maka anggaran bahan baku atau
bahan mentah dapat disusun pula. Anggaran bahan baku merupakan semua
anggaran yang berhubungan dengan perencanaan secara lebih terperinci
tentang penggunaan bahan mentah yang diperlukan untuk penyelenggaraan
proses produksi selama periode yang akan datang. Jika anggaran bahan baku
telah disusun, maka anggaran pembelian bahan baku dapat disusun pula.
Dengan dasar kebutuhan bahan baku yang akan dibeli ini, maka manajemen
perusahaan akan dapat memperhitungkan berapa besarnya dana yang
diperlukan dalam pembelian bahan baku untuk keperluan proses produksi
dalam perusahaan yang bersangkutan.
Penyusunan anggaran bahan baku akan dilakukan secara bertahap. Tahap
pertama adalah mengidentifikasi tingkat penggunaan bahan baku atau yang
disebut dengan material usage rate. Apabila tingkat penggunaan bahan baku
telah dapat diketahui, maka dengan mempergunakan data anggaran produksi
(dimana diketahui jumlah yang akan diproduksi selama satu periode) maka
akan dapat disusun jumlah unit kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses
produksi. Tahap kedua baru kemudian diperhitungkan besarnya jumlah unit
kebutuhan bahan baku yang akan dibeli. Jumlah unit bahan baku yang akan
dibeli akan sama dengan besarnya jumlah unit kebutuhan bahan baku untuk
proses produksi ditambah atau dikurangi dengan selisih yang terjadi antara
persediaan awal dengan rencana persediaan akhir dari bahan baku yang akan
dipergunakan tersebut. Apabila persediaan awal bahan baku ternyata lebih
besar dari rencana persediaan akhir, maka besarnya pembelian bahan baku
akan sama dengan kebutuhan bahan baku untuk proses produksi dikurangi
dengan selisih persediaan awal dengan persediaan tersebut, begitu pula
sebaliknya.
Bahan mentah merupakan bahan yang membentuk bagian
menyeluruh dari produk jadi. Bahan mentah yang dipakai dalam proses
produksi dapat dikelompokkan menjadi bahan mentah langsung (raw
material atau direct material) dan bahan mentah tak langsung (indirect
material). Bahan mentah langsung adalah semua bahan yang merupakan
bagian yang tampak dalam barang jadi yang dihasilkan dan mempunyai
proporsi yang besar dalam barang jadi. Biaya bahan mentah langsung
mempunyai hubungan yang erat dan sebanding dengan jumlah barang
jadi yang dihasilkan dan merupakan biaya variabel bagi perusahaan.
Sedangkan bahan mentah tak langsung adalah bahan mentah yang ikut
berperan dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung tampak
pada barang jadi yang dihasilkan. Dalam pembahasan anggaran bahan
mentah disini adalah bahan mentah langsung dan tidak mencakup
bahan mentah tak langsung, karena biaya bahan mentah tak langsung
akan masuk dalam anggaran biaya overhead pabrik.

6.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku


Tujuan utama penyusunan anggaran bahan baku yaitu untuk menjaga
kelancaran produksi dan bahan baku yang merupakan komponen utama dari
suatu produk. Secara garis besar tujuan penyusunan anggaran bahan baku
langsung dapat dirinci sebagai berikut:
Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku langsung.
Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku langsung yang diperlukan.
Sebagai dasar memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk
melaksanakan pembelian bahan baku langsung.
Sebagai dasar penentuan harga pokok produksi, yakni memperkirakan
komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku langsung
dalam proses produksi.
Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengendalian bahan baku langsung.

Dalam penyusunan anggaran bahan baku langsung terdapat empat sub


anggaran bahan baku langsung yang terdiri sebagai berikut:
1) Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan baku yang
dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang.
Kebutuhan bahan baku diperinci menurut jenisnya, menurut macam

92 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


barang jadi yang akan dihasilkan, serta menurut bagian-bagian dalam
pabrik yang menggunakan bahan mentah tersebut.
2) Anggaran Pembelian Bahan Baku
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan baku yang
harus dibeli pada periode mendatang. Bahan baku yang harus dibeli
diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor persediaan dan
kebutuhan bahan mentah.
3) Anggaran Persediaan Bahan Baku
Jumlah bahan baku yang dibeli tidak harus sama dengan jumlah bahan
baku yang dibutuhkan, karena adanya faktor persediaan. Anggaran ini
merupakan suatu perencanaan yang terperinci atas kuantitas bahan baku
yang disimpan sebagai persediaan.
4) Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan dalam Produksi
Sebagian bahan baku disimpan sebagai persediaan, dan sebagian
dipergunakan dalam proses produksi, anggaran ini merencanakan nilai
bahan baku yang digunakan dalam satuan uang.

6.3 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran Bahan Baku


Disini akan diberikan penjelasan dan illustrasi aplikasi teknik penyusunan
anggaran bahan baku yang terbagi dalam empat sub anggaran bahan baku
langsung yang terdiri sebagai berikut:

6.3.1 Anggaran Kebutuhan Bahan Baku dan Aplikasi


Teknik Penyusunannya
Informasi yang harus tercantum dalam anggaran kebutuhan bahan baku
langsung meliputi:
a. Jenis produk jadi yang dihasilkan
b. Jenis bahan baku langsung yang dipergunakan
c. Departemen produksi yang dilalui dalam proses produksi
d. Standar penggunaan bahan baku atau Standard Used Rate (SUR)
e. Waktu penggunaan bahan baku langsung
f. Kuantitas barang jadi

llustrasi aplikasi teknik penyusunan anggaran kebutuhan bahan baku


langsung dapat dilihat pada beberapa kasus dan pemecahan (penyelesaian)
seperti dibawah ini:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 93


Kasus 1 dan Pemecahan Kasus 1
Kasus 1 dan pemecahan kasus 1; merupakan illustrasi aplikasi
penyusunan anggaran kebutuhan bahan baku langsung untuk satu
macam produk yang dihasilkan dan satu macam penggunaan bahan
baku. Kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 1:
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 memproduksi minuman sirup
dengan rincian: triwulan I sebanyak 200 botol; triwulan II sebanyak 300
botol; triwulan III sebanyak 400 botol; dan triwulan IV sebanyak 500 botol.
Standar penggunaan bahan baku untuk tiap botol 10 ons gula pasir.
Berdasarkan data-data tersebut susunlah anggaran kebutuhan bahan baku
(gula pasir) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 untuk periode triwulan I
sampai dengan triwulan IV.

Pemecahan Kasus 1:
Dari kasus 1 tersebut diatas untuk pemecahannya dapat dibuat tabel
anggaran kebutuhan bahan baku langsung sebagai berikut:

Tabel Anggaran Kebutuhan Bahan Baku PT “GATRA & OSA” Tahun 2011
Triwulan’ 2011 Produksi Sirup SUR (ons)* Kebutuhan Bahan Baku (ons)
I 200 botol 10 2.000
II 300 botol 10 3.000
III 400 botol 10 4.000
IV 500 botol 10 5.000
Jumlah 1.400 botol 10 14.000
Catatan:
*) SUR (Standard Used Rate) menunjukkan berupa satuan (unit, kg, m, liter
atau ukuran-ukuran lain) bahan baku yang digunakan untuk membuat 1
barang jadi.

Kasus 2 dan Pemecahan Kasus 2


Kasus 2 dan pemecahan kasus 2; merupakan illustrasi aplikasi
penyusunan anggaran kebutuhan bahan baku langsung untuk lebih
dari satu macam produk yang dihasilkan dan lebih dari satu macam
penggunaan bahan baku. Kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

94 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Kasus 2:
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 memproduksi 2 macam barang,
yaitu barang A dan barang B dengan menggunakan bahan baku X, bahan baku
Y dan bahan baku Z. Rencana produksi dan standar penggunaan bahan baku
untuk 6 bulan mendatang sebagai berikut:
Rencana Produksi tahun 2011

Bulan’ 2011 Barang A Barang B


Januari 1.400 unit 1.300 unit
Februari 1.500 unit 1.100 unit
Maret 1.500 unit 900 unit
April 600 unit 1.000 unit
Mei 500 unit 1.100 unit
Juni 800 unit 1.300 unit

Standar Penggunaan Bahan Baku

Bahan Baku X Bahan Baku Y Bahan Baku Z


Barang A 2 kg 3 kg 2 kg
Barang B 3 kg 2 kg 1 kg

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran kebutuhan


bahan baku PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 untuk periode bulan
Januari sampai dengan bulan Juni.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 95


Pemecahan Kasus 2:
Dari kasus 2 tersebut diatas untuk pemecahannya dapat dibuat tabel
anggaran kebutuhan bahan baku langsung sebagai berikut:

Tabel Anggaran Kebutuhan Bahan Baku PT “GATRA & OSA” Tahun 2011
Barang Rencana Bahan Baku X Bahan Baku Y Bahan Baku Z
Bulan’ 2011 Produksi SUR Kebutuhan SUR Kebutuhan SUR Kebutuhan
Barang A: 2 kg 3 kg 2 kg
Januari 1.400 unit 2.800 kg 4.200 kg 2.800 kg
Februari 1.500 unit 3.000 kg 4.500 kg 3.000 kg
Maret 1.500 unit 3.000 kg 4.500 kg 3.000 kg
April 600 unit 1.200 kg 1.800 kg 1.200 kg
Mei 500 unit 1.000 kg 1.500 kg 1.000 kg
Juni 800 unit 1.600 kg 2.400 kg 1.600 kg
Jumlah 6.300 unit 12.600 kg 18.900 kg 12.600 kg
Barang B: 3 kg 2 kg 1 kg
Januari 1.300 unit 3.900 kg 2.600 kg 1.300 kg
Februari 1.100 unit 3.300 kg 2.200 kg 1.100 kg
Maret 900 unit 2.700 kg 1.800 kg 900 kg
April 1.000 unit 3.000 kg 2.000 kg 1.000 kg
Mei 1.100 unit 3.300 kg 2.200 kg 1.100 kg
Juni 1.300 unit 3.900 kg 2.600 kg 1.300 kg
Jumlah 6.700 unit 20.100 kg 13.400 kg 6.700 kg
Jumlah Kebutuhan
32.700 kg 32.300 kg 19.300 kg
Bahan Baku

6.3.2 Anggaran Pembelian Bahan Baku dan Aplikasi Teknik


Penyusunannya
Setelah menentukan anggaran kebutuhan bahan baku, langkah berikutnya
adalah menyusun anggaran pembelian bahan baku. Dalam anggaran pembelian
bahan baku akan ditentukan berapa jumlah bahan baku yang akan dibeli dan
berapa nilai pembelian tersebut. Besar kecilnya anggaran pembelian material
akan tergantung pada :
1) Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Semakin besar kebutuhan bahan baku akan menyebabkan anggaran
pembelian bahan baku semakin besar.

96 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


2) Tingkat Persediaan Bahan Baku
Persediaan bahan baku sering dipersiapkan untuk berjaga-jaga kalau
kebutuhan bahan baku tidak sesuai dengan yang direncanakan:
Persediaan awal bahan baku; persediaan awal merupakan sisa
bahan baku yang tidak terpakai pada periode yang lalu. Dengan
menghitung secara fisik pada akhir periode jumlah persediaan
dapat diketahui. Semakin besar jumlah persediaan awalnya, jumlah
pembelian bahan baku semakin kecil.
Persediaan akhir material; besarnya persediaan akhir bahan baku
ditentukan atau diprediksikan dengan pertimbangan tertentu.
Misalnya persediaan akhir ditentukan sebesar kebutuhan produksi
satu bulan. Semakin besar persediaan akhir, maka jumlah bahan
baku yang dibeli semakin besar, sebaliknya semakin kecil jumlah
persediaan akhir bahan baku, jumlah pembelian akan semakin
kecil.

3) Harga per Satuan Bahan Baku


Besar kecilnya harga persatuan bahan baku akan menyebabkan anggaran
pembelian bahan baku mengikuti harga per satuan yang ditetapkan pada
kondisi dan situasi yang berbeda:
Harga per satuan sama; harga bahan baku per satuan akan sama jika
dalam satu periode bahan baku tersebut dibeli sekaligus.
Harga per satuan berbeda; bila bahan baku yang diperlukan dibeli
dalam beberapa kali pembelian, maka harga bahan baku per satuan
dimungkinkan berbeda.

Apabila diformulasikan anggaran pembelian bahan baku dapat disusun


sebagai berikut :

Anggaran Kebutuhan Bahan Baku = XXX


Persediaan Akhir Bahan Baku = XXX +
Jumlah Kebutuhan Bahan Baku = XXX
Persediaan Awal Bahan Baku = XXX -
Anggaran Pembelian Bahan Baku = XXX

Karena anggaran pembelian bahan baku berisi rencana kuantitas bahan


baku yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang, maka
harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam jumlah dan waktu pembelian.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 97


Apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan
berbagai risiko seperti: bertumpuknya bahan baku di gudang, yang mungkin
mengakibatkan penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan baku menunggu
giliran diproses, atau biaya penyimpanan yang menjadi lebih besar. Apabila
jumlah bahan baku yang dibeli terlalu kecil juga akan mendatangkan risiko
berupa: terhambatnya kelancaran proses produksi akibat kehabisan bahan
mentah, serta timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan mentah
pengganti secepatnya.
Hal yang perlu dipikirkan oleh perusahaan selain besarnya kebutuhan,
juga besarnya (jumlah) bahan baku setiap kali dilakukan pembelian, yang
menimbulkan biaya paling rendah tetapi tidak mengakibatkan kekurangan
bahan baku. Jumlah pembelian yang paling ekonomis ini atau jumlah
pemesanan ekonomis disebut sebagai Economical Order Quantity (EOQ).
Konsep perhitungan atas dasar jumlah pemesanan ekonomis atau Economic
Order Quantity (EOQ) ini didasarkan atas pemikiran yang cukup logis dan
sederhana sebagai berikut. Makin sering pengisian kembali persediaan itu
dilakukan, persediaan rata-rata akan semakin kecil dan ini berakibat bahwa
biaya dalam bentuk biaya penyediaan barang akan makin kecil juga. Tetapi
di lain pihak, makin sering pengisian kembali persediaan itu dilakukan,
maka biaya pemesanan akan semakin besar pula. Oleh karena itu dicari suatu
keseimbangan yang paling ekonomis atau paling optimal dari dua hal yang
saling bertentangan tersebut. Untuk mencari titik keseimbangan itulah maksud
dari analisis EOQ tersebut digunakan.
Untuk melakukan pembelian yang paling ekonomis dengan analisis
EOQ perlu mempertimbangkan dua jenis biaya yang bersifat variabel, yaitu:
1) Biaya Pemesanan (Ordering Cost / Set Up Cost)
Biaya pemesanan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan kegiatan pemesanan bahan baku. Biaya ini berubah-ubah sesuai
dengan frekuensi pemesanan, semakin tinggi frekuensi pemesanannya
semakin tinggi pula biaya pemesanannya. Sebaliknya biaya ini
berbanding terbalik dengan jumlah (kuantitas) bahan baku setiap kali
pemesanan. Hal ini disebabkan karena semakin besarnya jumlah setiap
kali pemesanan dilakukan, berarti frekuensi pemesanan menjadi semakin
rendah. Biaya-biaya pemesanan bahan baku antara lain: biaya-biaya
persiapan pemesanan; biaya administrasi; biaya pengiriman pesanan;
biaya mencocokkan pesanan yang masuk; biaya mempersiapkan order
pembayaran.

98 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


2) Biaya Penyimpanan (Carrying Cost / Holding Cost)
Biaya penyimpanan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan kegiatan penyimpanan bahan baku yang telah dibeli. Biaya ini
berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan baku yang disimpan. Semakin
besar jumlah bahan baku setiap kali pemesanan maka biaya penyimpanan
akan semakin besar pula. Jelaslah bahwa biaya penyimpanan
mempunyai sifat yang berlawanan dengan biaya pemesanan. Biaya-
biaya penyimpanan bahan baku antara lain: biaya pemeliharaan; biaya
asuransi administrasi; biaya perbaikan kerusakan.

Dengan memperhatikan kedua jenis biaya di atas, maka rumus jumlah


pembelian yang paling ekonomis dapat dihitung dengan persamaan (persamaan
6.1):

(6.1)

Dimana:
EOQ = Pembelian yang ekonomis; R = Kebutuhan material satu tahun; C
= Biaya simpan per satuan/tahun; P = Harga material per satuan; S = Biaya
pemesanan setiap kali pesan.
Atau dapat juga dengan menggunakan persamaan (persamaan 6.2) sebagai
berikut:

EOQ = √2.R.S / P.I (6.2)

Dimana :
R = jumlah bahan mentah yang akan dibeli dalam suatu jangka waktu tertentu.
S = biaya pemesanan.
P = harga per unit bahan mentah.
I = biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam prosentase dari persediaan
rata-rata.

Dalam penentuan jumlah pembelian yang ekonomis (EOQ) ada beberapa


asumsi yang antara lain harus dipenuhi yaitu:
Pola pemakaian bahan baku tetap.
Terdapat persediaan yang cukup di pasar bebas
Terdapat tingkat harga yang sama dalam satu periode.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 99


Terdapat tingkat biaya yang sama dalam satu periode.

Dari asumsi-asumsi Model EOQ tersebut diatas, maka konsep TIC


(Total Inventory Cost atau Biaya Total Persediaan) dapat diformulasikan
dengan persamaan (persamaan 6.3) sebagai berikut:

TIC = Set Up Cost + Holding Cost


= Biaya Pesan + Biaya Simpan (6.3)

Perilaku biaya pesan tidak dipengaruhi oleh berapa unit yang dipesan,
tetapi dipengaruhi oleh berapa kali melakukan pemesanan. Untuk biaya
simpan tergantung dari banyaknya barang yang disimpan (dari rata-rata
persediaan dikalikan biaya simpan per unit per periode), kedua biaya tersebut
dapat diformulasikan dengan persamaan (persamaan 6.4) sebagai berikut:

Biaya Pesan = (R / Q) x S
Biaya Simpan = (Ci x I x Q) / 2 (6.4)

TIC (Total Inventory Cost) akan minimum secara matematis dan dapat
diformulasikan dengan persamaan (persamaan 6.5) sebagai berikut:

BIAYA PESAN = BIAYA SIMPAN


(R / Q) x S = (Ci x I x Q) / 2 (6.5)

Dimana :
Q = EOQ
I = Periode biasanya 1, sehingga tidak di tulis
R = Kebutuhan bahan dalam satu periode
S = Biaya tiap kali pesan
Ci = Biaya simpan per unit per periode

100 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Hubungan antara EOQ (Economic Order Quantity), TIC (Total Inventory
Cost), OC (Ordering Cost / Set Up Cost) dan CC (Carrying Cost / Holding
Cost) dapat digambarkan (Gambar 6.1) sebagai berikut:

Gambar 6.1
Hubungan antara Economic Order Quantity, Total Inventory Cost, Ordering
Cost dan Carrying Cost

Dalam gambar 6.1 tersebut dapt dijelaskan bahwa, titik EOQ terletak
pada saat kurve OC (Ordering Cost / Set Up Cost) berpotongan dengan kurve
CC (Carrying Cost / Holding Cost). Titik perpotongan tersebut merupakan
titik dimana jumlah kuantitas pesanan yang optimal dan menjadikan total
biaya persediaan paling minimal. Hal ini terkait dengan formula matematis
dimana jika biaya simpan sama dengan biaya pesan maka akan diperoleh total
biaya persediaan yang paling minimal (Minimum Cost). Atau dengan kata lain
dalam formula matematis diketahui bahwa, titik terendah Biaya Total akan
terletak di atas persimpangan atau perpotongan antara kurve biaya pemesanan
dan kurve biaya penyimpanan bahan baku, atau pada saat ke dua jenis biaya
tersebut sama.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 101


llustrasi aplikasi teknik penyusunan anggaran pembelian bahan baku
langsung dapat dilihat pada beberapa kasus dan pemecahannya (penyelesaian)
seperti dibawah ini:

Kasus 1 dan Pemecahan Kasus 1


Kasus 1 dan pemecahan kasus 1; merupakan illustrasi aplikasi
penyusunan anggaran pembelian bahan baku langsung untuk harga
persatuan sama dan harga persatuan berbeda. Kasus dan pemecahannya
sebagai berikut:

Kasus 1:
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 memproduksi barang A dengan
kebutuhan bahan baku selama 1 tahun 3.600 kg. Persediaan awal bahan baku
untuk tahun 2011 sebesar 200 kg dan persediaan akhir bahan baku 400 kg.
Berdasarkan data-data tersebut susunlah anggaran pembelian bahan baku
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011, apabila:
a. Bila harga per satuan bahan baku sama sebesar Rp 1.000/kg dan
kebutuhan bahan baku selama 1 tahun dibeli sekaligus.
b. Bila harga per satuan bahan baku tidak sama, dimana pembelian bahan
baku direncanakan 4 kali dalam setahun: pembelian pertama harga
bahan baku Rp 1.000/kg; pembelian kedua harga bahan baku Rp 1.050/
kg; pembelian ketiga harga bahan baku Rp 1.100/kg; pembelian keempat
harga bahan baku Rp 1.150/kg.

Pemecahan Kasus 1:
Dari kasus 1 tersebut diatas untuk langkah-langkah pemecahannya
adalah dimulai dari penyusunan anggaran pembelian bahan baku untuk tahun
2011 dan baru kemudian memecahkan permasalahan (masalah a & b), sebagai
berikut:

Anggaran Pembelian Bahan Baku PT “GATRA & OSA” untuk Tahun 2011

Anggaran Kebutuhan Bahan Baku = 3.600 kg


Persediaan Akhir Bahan Baku = 400 kg +
Jumlah Kebutuhan Bahan Baku = 4.000 kg
Persediaan Awal Bahan Baku = 200 kg -
Anggaran Pembelian Bahan Baku = 3.800 kg

102 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Dengan diketahuinya anggaran pembelian bahan baku, maka akan dapat
dipecahkan permasalahan (masalah a & b), sebagai berikut:
a. Harga per satuan bahan baku sama; harga bahan baku per satuan sama
dan dalam satu periode pembelian bahan baku dibeli sekaligus. Bila
harga per satuan bahan baku sama sebesar Rp 1.000/kg dan kebutuhan
bahan baku selama 1 tahun 3.800 kg dibeli sekaligus, maka anggaran
biaya pembelian bahan baku PT “GATRA & OSA” selama 1 tahun
adalah sebesar = 3.800 kg x Rp 1.000 = Rp 3.800.000.
b. Harga per satuan berbeda; bila bahan baku yang diperlukan dibeli dalam
beberapa kali pembelian, maka anggaran biaya pembelian bahan baku
PT “GATRA & OSA” selama 1 tahun adalah:
Karena frekuensi pembelian material 4 kali dalam setahun, maka setiap
kali pembelian sejumlah = 3.800 kg/4 = 950 kg, sehingga anggaran biaya
pembelian bahan baku sebesar:
Pembelian ke-1 = 950 x Rp 1.000 = Rp 950.000
Pembelian ke-2 = 950 x Rp 1.050 = Rp 997.000
Pembelian ke-3 = 950 x Rp 1.100 = Rp 1.045.000
Pembelian ke-4 = 950 x Rp 1.150 = Rp 1.092.000 +
Jumlah = Rp 4.085.000

Kasus 2 dan Pemecahan Kasus 2


Kasus 2 dan pemecahan kasus 2; merupakan illustrasi aplikasi
penyusunan anggaran pembelian bahan baku langsung yang lebih
terperinci. Kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 103


Kasus 2:
Data-data PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 untuk dapat
memproduksi barang A adalah sebagai berikut:
Untuk memproduksi barang dengan menggunakan 2 macam bahan baku
yaitu bahan baku X dan bahan baku Y.
Kebutuhan masing-masing jenis bahan baku selama 6 bulan dan rencana
persediaan setiap akhir bulan:

Kebutuhan Bahan Baku


Bulan’ 2011
Bahan Baku X Bahan Baku Y
Januari 1.400 unit 1.300 unit
Februari 1.500 unit 1.100 unit
Maret 1.500 unit 900 unit
April 600 unit 1.000 unit
Mei 500 unit 1.100 unit
Juni 800 unit 1.300 unit

Persediaan Akhir Bahan Baku


Bulan’ 2011
Bahan Baku X Bahan Baku Y
Januari 100 unit 110 unit
Februari 150 unit 120 unit
Maret 120 unit 100 unit
April 130 unit 125 unit
Mei 100 unit 120 unit
Juni 100 unit 120 unit

Persediaan awal tahun 2011 untuk masing-masing jenis bahan baku


adalah: bahan baku X sebesar 100 unit dan bahan baku Y sebesar 150
unit.
Harga per satuan bahan baku untuk bahan baku X sebesar Rp 10 dan
bahan baku Y sebesar Rp 15.

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran pembelian bahan


baku PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011.

Pemecahan Kasus 2:
Dari kasus 2 tersebut diatas untuk pemecahannya dapat dibuat tabel
anggaran pembelian bahan baku langsung sebagai berikut:

104 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Tabel Anggaran Pembelian Bahan Baku PT “GATRA & OSA” Tahun 2011
Persediaan Pembelian Bahan Baku
Kebutuhan Persediaan Jumlah
Bahan Awal Harga
Bahan Akhir Kebutuhan
Baku/ Bahan Unit per Jumlah
Baku Bahan Baku Bahan Baku
Bulan’ 2011 Baku satuan
(unit) (unit) (unit)
(unit)
Bahan X:
Januari 1.400 100 1.500 100 1.400 Rp 10 Rp 14.000
Februari 1.500 150 1.650 100 1.550 Rp 10 15.500
1.500 120 1.620 150 1.470 Rp 10 14.700
Maret 600 130 730 120 610 Rp 10 6.100
April 500 100 600 130 470 Rp 10 4.700
Mei 900 800 Rp 10 8.000
800 100 100
Juni
Jumlah 6.300 100 6.400 100 6.300 Rp 10 Rp 63.000
Bahan Y:
Januari 1.300 110 1.410 150 1.260 Rp 15 Rp 18.900
Februari 1.100 120 1.220 110 1.110 Rp 15 16.650
900 100 1.000 120 880 Rp 15 13.200
Maret 1.000 125 1.125 100 1.025 Rp 15 15.375
April 1.100 120 1.220 125 1.095 Rp 15 16.425
Mei 1.420 1.300 Rp 15 19.500
1.300 120 120
Juni
Jumlah 6.700 120 6.820 150 6.670 Rp 15 Rp100.050
Jumlah Pembelian Bahan Baku Selama 6 Bulan untuk Tahun 2011 Rp163.050

Kasus 3 dan Pemecahan Kasus 3


Kasus 3 dan pemecahan kasus 3; merupakan illustrasi aplikasi pembelian
bahan baku langsung yang paling ekonomis atau jumlah pemesanan ekonomis
(Economical Order Quantity). Kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 3:
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 ingin meminimumkan biaya
bahan baku, dimana kebutuhan bahan baku dalam 1 tahun sebesar 3.600 kg.
Biaya pemesanan bahan baku Rp 100.000 setiap kali pesan, biaya simpan
bahan baku per kg/th Rp 10 dan harga bahan baku per kg Rp 1.000.
Berdasarkan data-data tersebut berapa pembelian bahan baku langsung
yang paling ekonomis atau jumlah pemesanan ekonomisnya.

Pemecahan Kasus 3:
Dengan menggunakan persamaan 6.1 maka besarnya pembelian bahan
baku langsung yang paling ekonomis atau jumlah pemesanan ekonomisnya
dapat dihitung sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 105


Dari hasil perhitungan tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa setiap
kali pembelian bahan baku yang harus dilakukan oleh PT “GATRA & OSA”
pada Tahun 2011 sejumlah 268 kg.

Kasus 4 dan Pemecahan Kasus 4


Kasus 4 dan pemecahan kasus 4; merupakan illustrasi aplikasi
pembelian bahan baku langsung yang paling ekonomis atau jumlah
pemesanan ekonomis (Economical Order Quantity) terkait total biaya
persediaan yang paling minimal. Kasus dan pemecahannya sebagai
berikut:

Kasus 4:
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 kebutuhan bahan baku dalam
satu periode (satu tahun) sebesar 2.000 unit. Biaya setiap kali pesan bahan
baku sebesar Rp 300 dan biaya simpan bahan baku per unit per tahun sebesar
Rp 30.
Berdasarkan data-data tersebut berapa pembelian bahan baku langsung
yang paling ekonomis (EOQ) dan berapa besarnya total biaya persediaan
(TIC).

Pemecahan Kasus 4:
Dengan menggunakan persamaan 6.1 maka besarnya pembelian bahan
baku langsung yang paling ekonomis atau jumlah pemesanan ekonomisnya
dapat dihitung sebagai berikut:

Diketahui jika kebutuhan bahan baku dalam satu periode (satu tahun)
atau R = 2.000 unit, biaya setiap kali pesan bahan baku (S) = Rp 300 dan biaya
simpan bahan baku per unit per tahun (Ci x P) =Rp 30, maka EOQ:
= √ (2 x 2000 x 300) / 30 = √40000 = 200

106 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Jika EOQ (Q) diketahui maka besarnya total biaya persediaan (TIC)
adalah:
TIC = Biaya Pesan + Biaya Simpan
= ( R/Q ) x S + ( Q / 2 ) x Ci.P
= (2000/200) x 300 + (200/2) x 30
= 3000 + 3000
= 6000
Dari pemecahan kasus 4 tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa EOQ
= 200 = 200 unit dan TIC = 6000 = Rp 6.000. TIC minimal, pada saat Biaya
Pesan = Biaya Simpan. Hal ini terkait formula matematis dimana jika biaya
simpan sama dengan biaya pesan maka akan diperoleh total biaya persediaan
yang paling minimal (Minimum Cost).

6.3.3 Anggaran Persediaan Bahan Baku dan Aplikasi Teknik


Penyusunannya
Tujuan penyusunan anggaran persediaan bahan baku langsung adalah
untuk mengendalikan tingkat persediaan bahan baku langsung yang terdapat
dalam gudang, sehingga dapat diketahui penggunaan bahan baku langsung
yang masih tersisa sebagai persediaan sesuai dengan rencana semula.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persediaan bahan baku
langsung antara lain sebagai berikut:
Volume produksi selama satu periode waktu tertentu
Volume minimal bahan baku langsung
Besarnya pembelian yang ekonomis
Taksiran perubahan harga beli bahan baku di waktu yang akan datang
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku langsung
Tingkat kecepatan bahan baku langsung menjadi rusak

Informasi-informasi yang minimal harus ada dalam anggaran persediaan


bahan baku langsung aalah:
Jenis bahan baku langsung
Jumlah bahan baku langsung yang tersisa sebagai persediaan
Harga beli per satuan bahan baku langsung
Nilai bahan baku langsung yang tersimpan sebagai persediaan

Dalam penyusunan anggaran kebutuhan bahan baku dan anggaran


pembelian bahan baku, tampak bahwa masalah nilai persediaan awal dan

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 107


persediaan akhir bahan baku selalu diperhitungkan. Setiap perusahaan dapat
mempunyai kebijakan dalam menilai persediaan bahan baku yang berbeda.
Tetapi pada dasarnya metode atau kebijakan tentang penilaian persediaan
bahan baku dapat dikelompokkan menjadi: 1) Kebijakan FIFO (First In First
Out); dan 2) Kebijakan LIFO (Last In First Out). Dalam kebijakan FIFO,
bahan baku yang lebih dahulu digunakan untuk produksi adalah bahan baku
yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga sering pula diterjemahkan
”pertama masuk pertama keluar”. Dengan kata lain, penilaian bahan baku di
gudang nilainya diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya. Sebaliknya
dalam kebijaksanaan LIFO, harga bahan baku yang masuk ke gudang lebih
akhir justru dipakai untuk menentukan nilai bahan baku yang digunakan
dalam produksi, meskipun pemakaian fisik tetap diurutkan menurut urutan
pemasukannya.
Dalam hubungannya dengan persediaan bahan baku ada sejumlah
pengeluaran-pengeluaran langsung atau tidak langsung yang berhubungan
dengan perolehan bahan baku, penyiapan dan penepatan persediaan. Seperti
kita ketahui bahwa untuk menentukan nilai persediaan ada beberapa metode
yang dapat dipergunakan. Dalam upaya mencapai laba yang tinggi maka
perusahaan dapat menggunakan metode FIFO, yang digunakan pada saat
harga-harga yang terus menanjak akan menghasilkan laba yang tinggi dalam
laporan perhitungan laba-rugi. Metode LIFO, yang digunakan pada saat
harga-harga terus menanjak dan akan menghasilkan harga yang lebih rendah
dalam laporan perhitungan laba-rugi, tetapi memberikan penghematan pajak
penghasilan. Kadang dapat juga menggunakan Metode Rata-rata Tertimbang
(metode Average) adalah merupakan gabungan antara metode FIFO dan LIFO.
Untuk menghindari kerugian atau risiko akibat persediaan bahan baku,
maka diperlukan metode penilaian persediaan bahan baku yang baik oleh
manajemen untuk mengoptimalkan persediaan bahan baku sehingga nilai
dari persediaan tersebut disajikan secara wajar dalam laporan keuangan. Oleh
karena itu terkait dengan penilaian persediaan bahan baku, perlu ditetapkan
terlebih dahulu oleh perusahaan, metode atau kebijakan mana yang akan
dipilih. Hal ini penting dalam rangka penyusunan anggaran persediaan bahan
baku dan anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan, karena adanya
faktor perbedaan harga dari waktu ke waktu. Harga bahan baku mungkin
berbeda dari waktu ke waktu, dan ini perlu diperhatikan karena nilai bahan
baku yang ada di dalam gudang dan yang dipakai untuk produksi juga berbeda
dari waktu ke waktu.

108 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


llustrasi aplikasi teknik penyusunan anggaran persediaan bahan baku langsung
dapat dilihat pada kasus dan pemecahannya (penyelesaian) seperti dibawah
ini:

Kasus 1 dan Pemecahan Kasus 1


Kasus 1 dan pemecahan kasus 1; merupakan illustrasi aplikasi
penyusunan anggaran persediaan bahan baku langsung dengan
menggunakan metode FIFO. Kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 1:
Catatan PT “GATRA & OSA” menunjukkan persediaan awal bahan
baku per 1 Nopember 2011 adalah Rp 28.000,- (100 unit @ Rp 280,-). Adapun
transaksi dari pembelian bahan baku dan pemakaian bahan baku pada bulan
November 2011 dapat diperlihatkan sebagai berikut:
2 Nov 05 Pembelian 200 unit @ Rp 285,- Rp 57.000,-
3 Nov 05 Pemakaian 120 unit
4 Nov 05 Pemakaian 80 unit
4 Nov 05 Pembelian 160 unit @ Rp 290,- Rp 46.400,-
5 Nov 05 Pemakaian 100 unit

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran persedian bahan


baku PT “GATRA & OSA” dengan menggunakan metode FIFO.

Pemecahan Kasus 1:
Dari kasus 1 tersebut diatas untuk pemecahannya dapat dibuat tabel
anggaran persediaan bahan baku langsung sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 109


Tabel Anggaran Persediaan Bahan Baku PT “GATRA & OSA”
bulan November Tahun 2011 Penilaian Persediaan Berdasarkan Metode
FIFO
Beli Pemakaian Saldo
Tgl Harga/u Harga/u Harga/u
Q Q Q Jumlah
(Rp) (Rp) (Rp)
1/11 - - - - 100 280 28.000
100 280 28.000
2/11 200 285 - - 200 285 57.000
100 280
3/11 - - 180 285 51.300
20 285
4/11 - - 80 285 100 285 28.500
100 285 28.500
4/11 160 290 - - 160 290 46.400
5/11 - - 100 285 160 290 46.400
Jumlah Rp 85.000 160 unit, Rp 46.400

Kasus 2 dan Pemecahan Kasus 2


Kasus 2 dan pemecahan kasus 2; merupakan illustrasi aplikasi
penyusunan anggaran persediaan bahan baku langsung dengan
menggunakan metode LIFO. Kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 2:
Catatan PT “GATRA & OSA” menunjukkan persediaan awal bahan
baku per 1 November 2011 adalah Rp 28.000,- (100 unit @ Rp 280,-). Adapun
transaksi pembelian bahan baku dan pemakaian bahan baku diperlihatkan
sebagai berikut :
2 Nov 05 Pembelian 200 unit @ Rp 285,- Rp 57.000,-
3 Nov 05 Pemakaian 120 unit
4 Nov 05 Pemakaian 80 unit
4 Nov 05 Pembelian 160 unit @ Rp 290,- Rp 46.400,-
5 Nov 05 Pemakaian 100 unit

.Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran persedian


bahan baku PT “GATRA & OSA” dengan menggunakan metode LIFO.

110 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Pemecahan Kasus 2:
Dari kasus 2 tersebut diatas untuk pemecahannya dapat dibuat tabel
anggaran persediaan bahan baku langsung sebagai berikut:

Tabel Anggaran Persediaan Bahan Baku PT “GATRA & OSA”


bulan November Tahun 2011 Penilaian Persediaan Berdasarkan Metode
LIFO
Beli Pemakaian Saldo
Tgl Harga/u Harga/u Harga/u
Q Q Q Jumlah
(Rp) (Rp) (Rp)
1/11 - - - - 100 280 28.000
200 285 - - 100 280 28.000
2/11
200 285 57.000
- - 120 285 100 280 28.000
3/11
80 285 22.800
4/11 80 285 100 280 28.000
160 290 - - 100 280 28.000
4/11
160 290 46.400
- - 100 290 100 280 28.000
5/11
60 290 17.400
Jumlah Rp 86.000 160 unit, Nilai Rp 45.400

Kasus 3 dan Pemecahan Kasus 3


Kasus 3 dan pemecahan kasus 3; merupakan illustrasi aplikasi
penyusunan anggaran persediaan bahan baku langsung dengan menggunakan
metode Rata-rata Tertimbang (metode Average). Kasus dan pemecahannya
sebagai berikut:

Kasus 3:
Catatan PT “GATRA & OSA” menunjukkan persediaan awal bahan
baku per 1 November 2011 adalah Rp 28.000,- (100 unit @ Rp 280,-). Adapun
transaksi pembelian bahan baku dan pemakaian bahan baku diperlihatkan
sebagai berikut :
2 Nov 05 Pembelian 200 unit @ Rp 285,- Rp 57.000,-
3 Nov 05 Pemakaian 120 unit
4 Nov 05 Pemakaian 80 unit
4 Nov 05 Pembelian 160 unit @ Rp 290,- Rp 46.400,-
5 Nov 05 Pemakaian 100 unit

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 111


Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran persedian
bahan baku PT “GATRA & OSA” dengan menggunakan Metode Rata-rata
Tertimbang (metode Average).

Pemecahan Kasus 3:
Dari kasus 3 tersebut diatas untuk pemecahannya dapat dibuat tabel
anggaran persediaan bahan baku langsung sebagai berikut:

Tabel Anggaran Persediaan Bahan Baku PT “GATRA & OSA”


bulan November Tahun 2011 Penilaian Persediaan Berdasarkan Metode
Rata-rata Tertimbang (metode Average)
Beli Pemakaian Saldo
Tgl Harga/u Harga/u Harga/u
Q Q Q Jumlah
(Rp) (Rp) (Rp)
1/11 - - - - 100 280 28.000
100 280 28.000
- -
2/11 200 285 200 285 57.000
300 283,33 85.000
3/11 - - 120 283,33 180 283,33 50.999,4
4/11 - - 80 283,33 100 283,33 28.333
100 283,33 28.333
4/11 160 290 - - 160 290 46.400
260 287,43 74.733
5/11 - - 100 287,43 160 287,43 46.400
Jumlah Rp 85.409 160 unit, Rp 45.988.8

6.3.4 Anggaran Biaya Bahan Baku dan Aplikasi Teknik


Penyusunannya
Tidak semua bahan baku yang tersedia akan habis digunakan untuk
produksi. Hal ini disebabkan karena dua hal, yakni:
1) Perlu adanya persediaan akhir bahan baku, yang akan menjadi persediaan
awal bahan baku periode berikutnya.
2) Perlu adanya persediaan besi bahan baku agar kelangsungan produksi
tidak terganggu akibat kehabisan bahan baku.

Bahan baku yang telah habis digunakan dalam proses produksi harus
dihitung nilainya. Rencana besarnya nilai bahan baku yang habis digunakan

112 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


dalam proses produksi dituangkan dalam suatu anggaran tersendiri yang
disebut dengan anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan. Manfaat
disusunnya anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan antara lain
adalah:
1) Untuk keperluan perhitungan Product Costing, yakni perhitungan harga
pokok barang yang dihasilkan perusahaan.
2) Untuk keperluan pengawasan penggunaan bahan baku.
Anggaran biaya penggunaan bahan baku untuk merencanakan berapa
nilai bahan baku yang habis digunakan dalam memproduksi suatu barang
dalam satu periode. Total penggunaan bahan baku yang digunakan akan
tergantung pada :
1) Anggaran Biaya Pembelian Bahan Baku
Semakin tinggi pembelian bahan baku akan menyebabkan biaya
penggunaan bahan baku semakin besar.
2) Nilai Persediaan
a) Nilai persediaan awal bahan baku; nilai persediaan awal bahan
baku akan tergantung pada besarnya unit bahan baku yang tersedia
dan harga bahan baku per satuan.
b) Nilai persediaan akhir bahan baku; nilai persediaan akhir bahan
baku akan tergantung pada estimasi/perkiraan persediaan bahan
baku pada akhir periode dan metode penilaian persediaan bahan
baku yang digunakan. Alternatif metode penilaian persediaan
bahan baku yang bisa digunakan adalah metode FIFO, LIFO dan
AVERAGE:
Metode FIFO (First In first Out); dalam metode FIFO atau
pertama masuk pertama keluar, bahan baku yang pertama
masuk atau pertama dibeli langsung digunakan dalam proses
produksi. Dengan demikian persediaaan bahan baku pada
akhir periode dinilai dengan harga pada pembelian terakhir.
Metode LIFO (Last In First Out); dalam metode LIFO atau
terakhir masuk pertama keluar, bahan baku yang terakhir
masuk pertama digunakan, sehingga persediaan bahan baku
pada akhir periode dinilai dengan harga pada pembelian
pertama.
Metode Average; dalam metode average atau rata-rata,
persediaan bahan baku pada akhir periode dinilai dengan
harga rata-rata.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 113


Bila diformulasikan maka anggaran biaya penggunaan bahan baku
(anggaran biaya bahan baku) sebagai berikut:

Anggaran biaya pembelian bahan baku = XXX


Nilai persediaan awal bahan baku = XXX +
Jumlah = XXX
Nilai persediaan akhir bahan baku
(Tergantung pada metode penilaian persediaan akhir) = XXX -
Anggaran biaya penggunaan bahan baku = XXX

Selain perhitungan diatas anggaran biaya bahan baku bisa dicari dengan
menggunakan rumus:

Biaya Bahan Baku = Jumlah Produksi X SUR X Harga Bahan Baku

Catatan:
*) SUR (Standard Used Rate) menunjukkan berupa satuan (unit, kg, m, liter
atau ukuran-ukuran lain) bahan baku yang digunakan untuk membuat 1
barang jadi.

Adapun Informasi yang harus tercantum dalam anggaran biaya bahan


baku langsung yang habis dipergunakan adalah:
1) Jenis bahan baku langsung yang dipergunakan
2) Kuantitas bahan baku langsung yang habis dipergunakan untuk produksi
3) Harga persatuan bahan baku langsung
4) Nilai bahan baku langsung yang habis dipergunakan untuk produksi
5) Jenis produk jadi yang menggunakan bahan baku langsung
6) Waktu pemakaian bahan baku langsung

llustrasi aplikasi teknik penyusunan anggaran biaya bahan baku langsung


dapat dilihat pada kasus dan pemecahannya (penyelesaian) seperti dibawah
ini:
Kasus 1 dan Pemecahan Kasus 1
Kasus 1 dan pemecahan kasus 1; merupakan illustrasi aplikasi
penyusunan anggaran biaya bahan baku langsung untuk produksi 2
macam barang dengan melalui 2 bagian proses produksi. Kasus dan
pemecahannya sebagai berikut:

114 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Kasus 1:
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 mempunyai data-data sebagai
berikut:
Memproduksi 2 macam barang (barang A dan barang B).
Pada bagian produksi terdapat 2 bagian yaitu bagian I dan bagian II.
Barang B diproses melalui kedua bagian, sedang barang A hanya melalui
bagian I saja.
Bahan baku yang digunakan 2 macam yaitu bahan baku X dan bahan
baku Y.
Bahan baku X digunakan pada bagian I saja, sedangkan bahan baku Y
digunakan di bagian II saja dan hanya dipakai untuk barang B.
Rencana produksi semester I tahun 2011.

Bulan/Kuartal Barang A Barang B


Januari 1.400 unit 1.300 unit
Februari 1.500 unit 1.100 unit
Maret 1.500 unit 900 unit
Kuartal II 1.900 unit 3.400 unit

Setiap unit barang A menggunakan 5 unit bahan baku X, sedangkan


setiap unit barang B menggunakan bahan baku X sebanyak 6 unit dan
bahan baku Y sebanyak 7 unit.
Harga bahan baku per unit untuk bahan baku X Rp 3 dan bahan baku Y
Rp 2.

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran biaya bahan


baku PT “GATRA & OSA” pada semester I Tahun 2011.

Pemecahan Kasus 1:
Dari kasus 1 tersebut diatas untuk pemecahannya dilakukan dalam 2
langkah yaitu: langkah pertama menyusun tabel anggaran kebutuhan bahan
baku langsung dan langkah kedua menyusun tabel anggaran biaya bahan
baku langsung.
a. Menyusun tabel anggaran kebutuhan bahan baku langsung dengan hasil
sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 115


Tabel Anggaran Kebutuhan Bahan Baku Langsung Semester I Tahun 2011
Barang Rencana Bahan Baku X Bahan Baku Y
Waktu Produksi SUR Kebutuhan SUR Kebutuhan
Barang A: 5 unit
Januari 1.400 unit 7.000 unit
Februari 1.500 unit 7.500 unit
Maret 1.500 unit 7.500 unit
Kuartal II 1.900 unit 9.500 unit
Jumlah 6.300 unit 31.500 unit
Barang B: 6 unit 7 unit
Januari 1.300 unit 7.800 unit 9.100 unit
Februari 1.100 unit 6.600 unit 7.700 unit
Maret 900 unit 5.400 unit 6.300 unit
Kuartal II 3.400 unit 20.400 unit 23.800 unit
Jumlah 6.700 unit 40.200 unit 46.900 unit

b. Menyusun tabel anggaran biaya bahan baku langsung, dengan hasil


sebagai berikut:

Tabel Anggaran Biaya Bahan Baku Langsung Semester I Tahun 2011


Bahan Bagian I Bagian II Jumlah
Barang A Barang B Barang B
Baku/ KKB HPU Jumlah KKB HPU Jumlah KKB HPU Jumlah
Waktu (unit) (Rp) (Rp) (unit) (Rp) (Rp) (unit) (Rp) (Rp) Unit Rp
Bahan
3 3
Baku X:
Januari 1.400 21.000 7.800 23.400 14.800 44.400
Februari 1.500 22.500 6.600 19.800 14.100 42.300
Maret 1.500 22.500 5.400 16.200 12.900 38.300
Kuartal II 1.900 28.500 20.400 61.200 29.900 89.700
Jumlah 6.300 94.500 40.200 120.600 71.700 215.100
Bahan
2
Baku Y:
Januari 1.300 9.100 18.200 9.100 18.200
Februari 1.100 7.700 15.400 7.700 15.400
Maret 900 6.300 12.600 6.300 12.600
Kuartal II 3.400 23.800 47.600 23.800 47.600
Jumlah 6.700 46.900 93.800 46.900 93.800
Total Anggaran Biaya Bahan Baku Langsung Semester I Tahun 2011 308.900
Catatan:
KKB = Kebutuhan Bahan Baku
HPU = Harga Per Unit Bahan Baku

116 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Kasus 2 dan Pemecahan Kasus 2
Kasus 2 dan pemecahan kasus 2; merupakan illustrasi aplikasi
penyusunan anggaran bahan baku langsung secara komprehensif. Kasus dan
pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 2:
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 mempunyai data-data sebagai
berikut:
Rencana produksi pertriwulan:

Triwulan’ 2011 Rencana produksi


Triwulan I 100.000 unit
Triwulan II 100.000 unit
Triwulan III 125.000 unit
Triwulan IV 150.000 unit

Untuk memproduksi 1 unit barang jadi diperlukan 2 unit bahan baku A


dan 3 unit bahan baku B.
Harga bahan baku A per unit Rp 100 , harga bahan baku B per unit Rp
200.
Persediaan awal bahan baku A sebesar 100.000 unit dan bahan baku B
sebesar 80.000 unit.
Persediaan akhir bahan baku A dan bahan baku B:

Persediaan Akhir
Triwulan’ 2011
Bahan Baku A Bahan Baku B
Triwulan I 75.000 unit 70.000 unit
Triwulan II 50.000 unit 60.000 unit
Triwulan III 60.000 unit 40.000 unit
Triwulan IV 50.000 unit 60.000 unit

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran bahan baku PT


“GATRA & OSA” pada Tahun 2011, untuk anggaran (budget):
a. Budget kebutuhan bahan baku
b. Budget pembelian bahan baku
c. Budget persediaan bahan baku
d. Budget bahan baku yang habis dipergunakan atau budget biaya bahan
baku

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 117


Pemecahan Kasus 2:
Dari kasus 2 tersebut diatas untuk lebih mempermudah dalam
pemecahannya, masing-masing budget disusun dalam bentuk tabel. Dimana
tabel masing-masing anggaran (budget) sebagai berikut:

a. Tabel Budget Kebutuhan Bahan Baku


Rencana Bahan baku A Bahan baku B
Keterangan Produksi SUR Jumlah SUR Jumlah
(unit) (unit) (Rp) (unit) (Rp)
Triwulan I 100.000 2 200.000 3 300.000
Triwulan II 125.000 250.000 750.000
Triwulan III 100.000 200.000 600.000
Triwulan IV 150.000 300.000 900.000
Jumlah 475.000 950.000 2.550.000

b. 1) Tabel Budget Pembelian Bahan Baku A


Kebutuhan Jumlah Pembelian
Triwulan’ Persediaan Persediaan
Bahan Kebutuhan HPU
2011 akhir (unit) awal (unit) Unit Jumlah (Rp)
Baku (unit) (unit) (Rp)
Triwulan I 200.000 75.000 275.000 100.000 175.000 100 17.500.000
Triwulan II 250.000 50.000 300.000 75.000 225.000 22.500.000
Triwulan III 200.000 60.000 260.000 50.000 210.000 21.000.000
Triwulan IV 300.000 50.000 350.000 60.000 250.000 29.000.000
Jumlah 950.000 1.185.000 900.000 90.000.000

2) Tabel Budget Pembelian Bahan Baku B


Kebutuhan Persediaan Jumlah Pembelian
Triwulan’ Persediaan
Bahan akhir Kebutuhan HPU
2011 awal (unit) Unit Jumlah (Rp)
Baku (unit) (unit) (unit) (Rp)
Triwulan I 300.000 70.000 370.000 80.000 290.000 100 29.000.000
Triwulan II 750.000 60.000 810.000 70.000 740.000 74.000.000
Triwulan III 600.000 40.000 640.000 60.000 580.000 58.000.000
Triwulan IV 900.000 60.000 960.000 40.000 920.000 92.000.000
Jumlah 2.550.000 2.780.000 2.530.000 253.000.000

c. Budget Persediaan Bahan Baku


Bahan Baku A Bahan Baku B
Jumlah
Keterangan
Harga Jumlah Harga Jumlah (Rp)
Unit Unit
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Persediaan Awal:
Triwulan I 100.000 100 10.000.000 80.000 200 16.000.000 26.000.000
Triwulan II 75.000 7.500.000 70.000 14.000.000 21.500.000
Triwulan III 50.000 5.000.000 60.000 12.000.000 17.000.000
Triwulan IV 60.000 6.000.000 40.000 24.000.000 30.000.000
Persediaan Akhir 50.000 5.000.000 60.000 30.000.000 35.000.000
Jumlah 335.000 33.500.000 310.000 62.000.000 95.500.000

118 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


d. Budget Bahan Baku yang Habis Dipergunakan/Biaya Bahan Baku
Bahan Baku A Bahan Baku B
Triwulan’ Jumlah
2011 Kebutuhan Harga Jumlah Kebutuhan Harga Jumlah (Rp)
Bahan (Rp) (Rp) Bahan (Rp) (Rp)
Triwulan I 200.000 100 20.000.000 300.000 200 60.000.000 80.000.000
Triwulan II 250.000 25.000.000 750.000 150.000.000 175.000.000
Triwulan III 200.000 20.000.000 600.000 120.000.000 140.000.000
Triwulan IV 300.000 30.000.000 900.000 180.000.000 210.000.000
Jumlah 950.000 95.000.000 2.550.000 510.000.000 605.000.000

6.4 Rangkuman
Anggaran bahan baku merupakan semua anggaran yang berhubungan
dengan perencanaan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan mentah
yang diperlukan untuk penyelenggaraan proses produksi selama periode yang
akan datang.
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh
dari produk jadi. Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dapat
dikelompokkan menjadi bahan baku langsung (direct material) dan bahan
baku tak langsung (indirect material).
Secara garis besar tujuan penyusunan anggaran bahan baku langsung
dapat dirinci: 1) Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku langsung;
2) Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku langsung yang diperlukan;
3) Sebagai dasar memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk
melaksanakan pembelian bahan baku langsung; 4) Sebagai dasar penentuan
harga pokok produksi, yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik
karena penggunaan bahan baku langsung dalam proses produksi; dan 5)
Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengendalian bahan baku langsung.
Dalam penyusunan anggaran bahan baku langsung terdapat empat sub
anggaran bahan baku langsung yang terdiri dari: 1) Anggaran Kebutuhan
Bahan Baku; 2) Anggaran Pembelian Bahan Baku; 3) Anggaran Persediaan
Bahan Baku; dan 4) Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan
dalam Produksi.

6.5 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi


6.5.1 Pertanyaan untuk Diskusi
1) Apabila anggaran produksi telah disusun, maka anggaran bahan
baku atau bahan mentah dapat disusun pula. Apa yang dimaksud
dengan anggaran bahan baku atau bahan mentah !

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 119


2) Penyusunan anggaran bahan baku akan dilakukan secara bertahap.
Relevan dengan hal tersebut deskripsikan tahapan dalam
penyusunan anggaran bahan baku !
3) Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh
dari produk jadi. Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi
dapat dikelompokkan menjadi bahan baku langsung (direct
material) dan bahan baku tak langsung (indirect material). Jelaskan
apa yang dimaksud dengan bahan baku langsung (direct material)
dan bahan baku tak langsung (indirect material) !
4) Tujuan utama penyusunan anggaran bahan baku yaitu untuk
menjaga kelancaran produksi. Selain tujuan tersebut, jelaskan
secara garis besar tujuan yang lain dari penyusunan anggaran bahan
baku langsung !
5) Dalam penyusunan anggaran bahan baku langsung terdapat empat
sub anggaran bahan baku langsung, sebutkan dan jelaskan !

6.5.2 Kasus untuk Diskusi


1) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 memproduksi minuman
sirup dengan rincian sebagai berikut: triwulan I sebanyak 300
botol; triwulan II sebanyak 400 botol; triwulan III sebanyak 500
botol; dan triwulan IV sebanyak 600 botol. Standar penggunaan
bahan baku untuk tiap botol 20 ons gula pasir. Berdasarkan data-
data tersebut susunlah anggaran kebutuhan bahan baku (gula pasir)
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 untuk periode triwulan I
sampai dengan triwulan IV.
2) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 memproduksi 2 macam
barang, yaitu barang A dan barang B dengan menggunakan bahan
baku X, bahan baku Y dan bahan baku Z. Rencana produksi dan
standar penggunaan bahan baku untuk 6 bulan mendatang sebagai
berikut:
Rencana Produksi tahun 2011

Bulan’ 2011 Barang A Barang B


Januari 1.400 unit 1.300 unit
Februari 1.500 unit 1.100 unit
Maret 1.500 unit 900 unit
April 600 unit 1.000 unit
Mei 500 unit 1.100 unit
Juni 800 unit 1.300 unit

120 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Standar Penggunaan Bahan Baku

Bahan Baku X Bahan Baku Y Bahan Baku Z


Barang A 4 kg 6 kg 4 kg
Barang B 5 kg 4 kg 2 kg

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran


kebutuhan bahan baku PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011
untuk periode bulan Januari sampai dengan bulan Juni.

3) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 memproduksi barang A


dengan kebutuhan bahan baku selama 1 tahun 4.600 kg. Persediaan
awal bahan baku untuk tahun 2011 sebesar 200 kg dan persediaan
akhir bahan baku 400 kg. Berdasarkan data-data tersebut susunlah
anggaran pembelian bahan baku PT “GATRA & OSA” pada tahun
2011, apabila:
a. Bila harga per satuan bahan baku sama sebesar Rp 1.000/kg
dan kebutuhan bahan baku selama 1 tahun dibeli sekaligus.
b. Bila harga per satuan bahan baku tidak sama, dimana
pembelian bahan baku direncanakan 4 kali dalam setahun:
pembelian pertama harga bahan baku Rp 1.000/kg; pembelian
kedua harga bahan baku Rp 1.050/kg; pembelian ketiga harga
bahan baku Rp 1.100/kg; pembelian keempat harga bahan
baku Rp 1.150/kg.
4) Data-data PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 untuk dapat
memproduksi barang A adalah sebagai berikut:
Untuk memproduksi barang dengan menggunakan 2 macam
bahan baku yaitu bahan baku X dan bahan baku Y.
Kebutuhan masing-masing jenis bahan baku selama 6 bulan
dan rencana persediaan setiap akhir bulan:

Kebutuhan Bahan Baku


Bulan’ 2011
Bahan Baku X Bahan Baku Y
Januari 1.400 unit 1.300 unit
Februari 1.500 unit 1.100 unit
Maret 1.500 unit 900 unit
April 600 unit 1.000 unit
Mei 500 unit 1.100 unit
Juni 800 unit 1.300 unit

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 121


Persediaan Akhir Bahan Baku
Bulan’ 2011
Bahan Baku X Bahan Baku Y
Januari 100 unit 110 unit
Februari 150 unit 120 unit
Maret 120 unit 100 unit
April 130 unit 125 unit
Mei 100 unit 120 unit
Juni 100 unit 120 unit

Persediaan awal tahun 2011 untuk masing-masing jenis bahan


baku adalah: bahan baku X sebesar 200 unit dan bahan baku Y
sebesar 150 unit.
Harga per satuan bahan baku untuk bahan baku X sebesar Rp
20 dan bahan baku Y sebesar Rp 25.

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran


pembelian bahan baku PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011.

5) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 ingin meminimumkan biaya


bahan baku, dimana kebutuhan bahan baku dalam 1 tahun sebesar
4.800 kg. Biaya pemesanan bahan baku Rp 100.000 setiap kali
pesan, biaya simpan bahan baku per kg/th Rp 10 dan harga bahan
baku per kg Rp 1.000. Berdasarkan data-data tersebut berapa
pembelian bahan baku langsung yang paling ekonomis atau jumlah
pemesanan ekonomisnya.
6) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 kebutuhan bahan baku
dalam satu periode (satu tahun) sebesar 4.000 unit. Biaya setiap kali
pesan bahan baku sebesar Rp 300 dan biaya simpan bahan baku per
unit per tahun sebesar Rp 30. Berdasarkan data-data tersebut berapa
pembelian bahan baku langsung yang paling ekonomis (EOQ) dan
berapa besarnya total biaya persediaan (TIC).
7) PT “GATRA & OSA” membutuhkan bahan baku dengan klasifikasi
B dalam satu tahun 4500 unit. Biaya tiap kali pesan sebesar =
Rp 400,-. Harga bahan baku per unit sebesar Rp 800,- dan biaya
simpan per unit per tahun sebesar 5% dari harga beli bahan baku.
Berdasarkan pada data-data PT “GATRA & OSA” tersebut diminta:
a. Menghitung EOQ (Economical Order Quantity).
b. Menghitung persediaan maksimumnya.

122 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


c. Menghitung persediaan minimumnya.
d. Menghitung rata-rata persediaannya.
e. Menghitung ada berapa kali pemesanan dalam satu tahun.
f. Menghitung berapa jarak waktu antara satu pemesanan dengan
pemesanan berikutnya (Asumsi 1 tahun = 360 hari).
g. Menghitung TIC (Total Inventory Cost ) tidak termasuk untuk
beli bahan baku .
h. Menggambar TIC.
i. Menghitung jumlah biaya (Total Cost) untuk keseluruhan
termasuk untuk beli bahan baku.
8) Catatan PT “GATRA & OSA” menunjukkan persediaan awal bahan
baku per 1 Nopember 2011 adalah Rp 27.000,- (100 unit @ Rp
270,-). Adapun transaksi dari pembelian bahan baku dan pemakaian
bahan baku pada bulan November 2011 dapat diperlihatkan sebagai
berikut:
2 Nov 05 Pembelian 200 unit @ Rp 285,- Rp 57.000,-
3 Nov 05 Pemakaian 120 unit
4 Nov 05 Pemakaian 80 unit
4 Nov 05 Pembelian 160 unit @ Rp 300,- Rp 48.000,-
5 Nov 05 Pemakaian 100 unit

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran persedian


bahan baku PT “GATRA & OSA” dengan menggunakan:
a. Metode FIFO (First In First Out).
b. Metode LIFO (Last In First Out).
c. Metode Rata-rata Tertimbang (metode Average).
9) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 mempunyai data-data
sebagai berikut:
Memproduksi 2 macam barang (barang A dan barang B).
Pada bagian produksi terdapat 2 bagian yaitu bagian I dan
bagian II.
Barang B diproses melalui kedua bagian, sedang barang A
hanya melalui bagian I saja.
Bahan baku yang digunakan 2 macam yaitu bahan baku X dan
bahan baku Y.
Bahan baku X digunakan pada bagian I saja, sedangkan bahan
baku Y digunakan di bagian II saja dan hanya dipakai untuk
barang B.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 123


Rencana produksi semester I tahun 2011.

Bulan/Kuartal Barang A Barang B


Januari 1.400 unit 1.300 unit
Februari 1.500 unit 1.100 unit
Maret 1.500 unit 900 unit
Kuartal II 1.900 unit 3.400 unit

Setiap unit barang A menggunakan 8 unit bahan baku X,


sedangkan setiap unit barang B menggunakan bahan baku X
sebanyak 10 unit dan bahan baku Y sebanyak 7 unit.
Harga per unit untuk bahan baku X Rp 500 dan bahan baku Y
Rp 400.

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran biaya


bahan baku PT “GATRA & OSA” pada semester I Tahun
2011.

10) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 mempunyai data-data


sebagai berikut:
Rencana produksi pertriwulan:

Triwulan’ 2011 Rencana produksi


Triwulan I 150.000 unit
Triwulan II 200.000 unit
Triwulan III 175.000 unit
Triwulan IV 250.000 unit

Untuk memproduksi 1 unit barang jadi diperlukan 3 unit


bahan baku A dan 4 unit bahan baku B.
Harga bahan baku A per unit Rp 150 , harga bahan baku B per
unit Rp 200.
Persediaan awal bahan baku A sebesar 100.000 unit dan bahan
baku B sebesar 80.000 unit.
Persediaan akhir bahan baku A dan bahan baku B:

124 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Persediaan Akhir
Triwulan’ 2011
Bahan Baku A Bahan Baku B
Triwulan I 75.000 unit 70.000 unit
Triwulan II 50.000 unit 60.000 unit
Triwulan III 60.000 unit 40.000 unit
Triwulan IV 50.000 unit unit

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran


bahan baku PT “GATRA & OSA” pada Tahun 2011, untuk
anggaran (budget):
a. Budget kebutuhan bahan baku.
b. Budget pembelian bahan baku.
c. Budget persediaan bahan baku.
d. Budget bahan baku yang habis dipergunakan atau budget
biaya bahan baku.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 125


Bab 7
ANGGARAN TENAGA KERJA

7.1 Pengertian Anggaran Tenaga Kerja


Pada setiap perusahaan tentu ada biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang utama
dan yang selalu ada dalam perusahaan, meskipun pada perusahaan tersebut
sudah digunakan mesin-mesin. Mesin yang bekerja dalam perusahaan tentu
saja perlu ditangani oleh tenaga manusia, meskipun mesin-mesin zaman
sekarang sudah banyak yang bersifat otomatis. Tenaga Kerja yang bekerja di
pabrik dikelompokkan menjadi dua yakni: 1) Tenaga kerja langsung (direct
labour) dan; 2) Tenaga kerja tak langsung (indirect labour). Tenaga kerja
langsung (direct labour) pada prinsipnya terbatas hanya pada tenaga kerja
di pabrik yang secara langsung terlibat pada proses produksi dan biayanya
dikaitkan pada biaya produksi atau pada barang yang dihasilkan. Sedangkan
tenaga kerja tak langsung (indirect labour) pengertiannya terbatas pada tenaga
kerja di pabrik yang tidak terlibat secara langsung pada proses produksi dan
biayanya dikaitkan pada biaya overhead pabrik.
Tenaga kerja langsung sangat perlu untuk dikendalikan biayanya, karena
tenaga kerja langsung merupakan salah satu unsur pembentuk harga pokok
produksi. Tanpa adanya pengendalian biaya tenaga kerja langsung yang baik,
maka besar kemungkinan bahwa biaya tenaga kerja langsung ini menjadi
lebih besar dari biaya yang sewajarnya, sehingga harga pokok produksi atau
HPP akan menjadi bertambah besar. Kondisi ini tentu saja akan menurunkan
daya saing perusahaan. Untuk mengadakan perhitungan terhadap biaya tenaga
kerja langsung yang dipergunakan di dalam pelaksanaan proses produksi,
maka perlu ditentukan terlebih dahulu satuan dasar yang akan dipergunakan
untuk perhitungan tersebut. Satuan dasar ini penting artinya karena dengan
adanya satuan dasar yang dipergunakan untuk perhitungan biaya tenaga kerja
langsung, maka kesimpangsiuran di dalam penyusunan biaya tenaga kerja
langsung tersebut akan dapat dihindarkan.
Pada umumnya untuk menyusun perhitungan biaya tenaga kerja
langsung dikenal dua macam dasar perhitungan, yaitu upah per unit produk,
dan upah per jam. Masing-masing sistem upah tersebut memiliki kelebihan
dan kekurangan, sehingga sebelum mengadakan pemilihan sistem mana yang
akan dipergunakan di dalam perusahaan maka perlu mempelajari terlebih
dahulu sistem mana yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada dalam perusahaan. Di dalam sistem upah per unit, maka para karyawan
langsung akan cenderung untuk dapat menghasilkan unit produk sebanyak-
banyaknya sehingga produktivitas karyawan tersebut akan cenderung
meningkat. Namun upah per unit memiliki kelemahan dimana karena para
karyawan cenderung untuk dapat menghasilkan unit produk sebesar-besarnya,
maka terkadang kualitas unit produk yang dihasilkan cenderung menurun
karena menjadi terabaikan. Bila tidak diimbangi dengan pengawasan yang
ketat dari pihak manajemen, maka dapat menyebabkan kerugian yang cukup
besar karena hilangnya kepuasan konsumen terhadap produk yang dibelinya.
Sistem upah menurut waktu (unit per jam) dapat membuat para pekerja
menghasilkan unit produk yang berkualitas tinggi karena tidak terfokus pada
tujuan menghasilkan produk sebanyak-banyaknya. Namun kelemahan dari
sistem ini adalah karyawan cenderung untuk memperlama waktu penyelesaian
pekerjaan karena tidak mempengaruhi besarnya penerimaan mereka.

7.2 Pertimbangan Dalam Perencanaan Tenaga Kerja


Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tenaga kerja,
antara lain adalah:
Kebutuhan tenaga kerja.
Pencarian atau penarikan tenaga kerja.
Latihan bagi tenaga kerja baru.
Evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi para tenaga kerja.
Gaji dan upah yang harus diterima oleh tenaga kerja.
Pengawasan tenaga kerja.

Untuk kepentingan penyusunan anggaran dan perhitungan harga pokok


produk maka biasanya perencanaan anggaran tenaga kerja dibagi menjadi
yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Di bab sebelumnya
telah diuraikan tentang bahan baku langsung dan bahan baku tak langsung

128 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


yang pada dasarnya sama sifatnya dengan tenaga kerja langsung dan tenaga
kerja tak langsung. Tenaga kerja langsung mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
1) Besar kecilnya biaya tenaga kerja langsung berhubungan secara langsung
dengan tingkat kegiatan produksi.
2) Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja langsung merupakan biaya
variabel.
3) Umumnya dikatakan bahwa tenaga kerja langsung merupakan tenaga
kerja yang kegiatannya langsung dapat dihubungkan dengan produk
akhir (terutama dalam penentuan harga pokok).
4) Yang dikategorikan sebagai tenaga kerja langsung antara lain adalah para
buruh pabrik yang ikut serta dalam kegiatan proses produksi dari bahan
mentah sampai berbentuk barang jadi.

Sedangkan untuk tenaga kerja tidak langsung mempunyai sifat-sifat


sebagai berikut:
1) Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja tidak langsung, tidak berhubungan
secara langsung dengan tingkat kegiatan produksi.
2) Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung, merupakan
biaya yang semi fixed atau semi variable. Artinya biaya-biaya yang
mengalami perubahan tetapi perubahannya tidak sebanding dengan
perubahan tingkat kegiatan produksi.
3) Tempat bekerja dari tenaga tidak langsung, tidak harus selalu di dalam
pabrik, tetapi dapat diluar pabrik.
4) Apabila tenaga kerja tidak langsung bekerja dalam lingkungan pabrik,
maka biaya yang dikeluarkan untuk mereka dikelompokkan ke dalam
anggaran biaya overhead pabrik.

7.3 Manfaat dan Tujuan Anggaran Tenaga Kerja


Penyusunan secara baik dari Anggaran Tenaga Kerja dapat mendatangkan
beberapa manfaat bagi perusahaan, seperti:
1) Penggunaan tenaga kerja secara lebih efisien karena rencana yang
matang.
2) Pengeluaran/biaya tenaga kerja dapat direncanakan dan diatur secara
lebih efisien.
3) Harga pokok barang dapat dihitung secara tepat.
4) Dipakai sebagai alat pengawasan biaya tenaga kerja.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 129


Seperti telah kita ketahui bahwa tenaga kerja langsung dapat dibayar
berdasarkan hasil pekerjaannya, dimana tenaga kerja pabrik dibayar atas
pekerjaan yang dihasilkan maupun berdasarkan harian, dimana tenaga kerja
tersebut bibayar berdasarkan hitungan jam kerja apapun pekerjaan yang
dilakukan. Terkait hal tersebut perencanaan dan pengendalian anggaran tenaga
kerja langsung memiliki dua tujuan, yaitu:
1) Untuk mendapatkan output maksimum dari setiap karyawan.
2) Untuk menjamin bahwa biaya produksi mencerminkan biaya tenaga
kerja yang sesuai.

7.4 Penyusunan Anggaran Tenaga Kerja


Penyusunan anggaran tenaga kerja adalah suatu rencana yang
menggambarkan berapa besarnya biaya tenaga kerja langsung, yang harus
dibayarkan pada setiap departemen produksi, selama satu periode dalam
pelaksanaan proses produksi, guna menghasilkan produk sesuai dengan
rencana produksinya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
anggaran tenaga kerja langsung adalah:
1) Rencana produksi.
2) Bagian/departemen yang digunakan untuk melakukan proses produksi.
3) Standar penyelesaian produk, waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
satu unit produk.
4) Sistem upah yang digunakan (menurut waktu per jam, hasil per unit, atau
dengan insentif interval):
a. Sistem Upah Menurut Waktu Per Jam: upah yang besarnya
ditentukan berdasarkan jam standar tenaga kerja langsung (JKTL)
dikalikan dengan tarif upah standar tenaga kerja langsung. JTKL
adalah taksiran sejumlah jam tenaga kerja langsung yang diperlukan
untuk memproduksi satu unit produk tertentu. Cara menentukan
JKTL:
Menghitung rata-rata jam kerja yang digunakan dalam
pelaksanaan, pekerjaan berdasarkan data tahun lalu.
Mencoba jalan operasi di bawah keadaan normal yang
diharapkan.
Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu.
Mengadakan taksiran yang wajar.

130 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Memperhitungkan kelonggaran waktu untuk istirahat,
penundaan kerja yang tidak dapat dihindari dan faktor
kelelahan.
b. Sistem Upah Menurut Hasil Per Unit: upah yang besarnya
berdasarkan unit yang diselesaikan dikalikan dengan tariff upahnya.
c. Sistem Upah Dengan Insentif Interval: upah yang besarnya
didasarkan pada unit yang diselesaikan dalam waktu yang telah
ditetapkan berdasarkan intervalnya.

Dalam persiapan penyusunan anggaran tenaga kerja langsung, perlu


terlebih dahulu dibuat manning table. Manning table, merupakan daftar
kebutuhan tenaga kerja yang secara garis besar menjelaskan tentang:
Jenis atau kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan.
Jumlah masing-masing jenis tenaga kerja tersebut pada berbagai tingkat
kegiatan.
Bagian-bagian yang membutuhkannya.

Manning table disusun sebagai hasil perkiraan langsung masing-masing


kepala bagian. Perkiraan ini dapat dilakukan dengan berdasarkan judgment
saja, tetapi dapat pula dengan berdasarkan pengalaman-pengalaman pada
waktu-waktu yang lalu, dengan berpedoman pada tingkat kegiatan perusahaan.
Setelah itu lalu dihitung jam buruh langsung untuk masing-masing jenis
barang yang dihasilkan atau masing-masing bagian tempat mereka bekerja.
Jam buruh langsung ini dapat dihitung dengan berbagai cara, di antaranya
dengan analisa gerak dan waktu. Analisis gerak yaitu pengamatan terhadap
gerakan-gerakan yang dilakukan dalam rangka proses produksi satu jenis
barang tertentu. Sedangkan analisa waktu yaitu perhitungan terhadap waktu
yang dibutuhkan untuk setiap gerakan yang dilakukan dalam rangka proses
produksi. Sebagai hasil dilakukannya analisa gerak dan waktu ini akan
diperoleh waktu standart yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit
barang tertentu, yang dinyatakan dengan Direct Labor Hour (DLH). Setelah
dihitung jam buruh langsung untuk masing-masing jenis barang, kemudian
dibuat perkiraan tentang tingkat upah rata-rata (average wage rate) untuk tahun
anggaran yang bersangkutan. Cara yang termudah untuk mencari tingkat rata-
rata per orang per jam buruh langsung adalah dengan membagi jumlah rupiah
yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja langsung dengan jumlah jam
tenaga kerja langsung yang diperlukan.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 131


Untuk menyusun anggaran tenaga kerja langsung perlu ditentukan
terlebih dahulu dasar satuan utama yang digunakan untuk menghitung
anggaran tenaga kerja langsung. Anggaran tenaga kerja langsung secara teknis
dapat dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu:
1) Anggaran atas dasar jam buruh langsung atau tenaga kerja langsung
(Direct Labor Hour/DLH). Secara terperinci anggaran DLH perlu
mencantumkan:
Jenis barang yang dihasilkan.
Jumlah barang yang diproduksi.
Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi.
Jumlah jam buruh langsung untuk setiap jenis barang.
Waktu (kapan) produksi barang dimulai.
2) Anggaran atas dasar biaya buruh langsung atau biaya tenaga kerja
langsung (Direct Labor Cost/DLC). Secara terperinci anggaran DLC
perlu mencantumkan:
Jenis barang yang dihasilkan.
Jumlah barang yang diproduksi.
Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi.
Jumlah jam buruh langsung untuk setiap jenis barang.
Waktu (kapan) produksi barang dimulai.
Tingkat upah rata-rata per jam buruh langsung.

7.5 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran Tenaga Kerja


Disini akan diberikan illustrasi aplikasi teknik penyusunan anggaran
tenaga kerja langsung atas dasar jam buruh langsung atau tenaga kerja
langsung (Direct Labor Hour/DLH) dan atas dasar biaya buruh langsung atau
biaya tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost/DLC). Untuk operasionalnya
akan diberikan dalam bentuk contoh kasus dan pemecahannya (penyelesaian)
seperti dibawah ini.

Kasus 1 dan Pemecahan Kasus 1


Kasus 1 dan pemecahan kasus 1; merupakan illustrasi yang terkait
dengan aplikasi penyusunan anggaran tenaga kerja langsung atas dasar jam
buruh langsung atau tenaga kerja langsung (Direct Labor Hour/DLH), yang
kasusnya sebagai berikut:

132 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Kasus 1:
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 mempunyai data-data sebagai
berikut:
Bagian produksi terbagi menjadi 3 bagian yaitu bagian I, bagian II dan
bagian III.
Barang yang diproduksi ada 2 macam yaitu barang X dan barang Y.
Barang X diprodusir melalui ketiga bagian (bagian I, bagian II dan bagian
III) dan barang Y hanya melalui dua bagian saja (bagian I dan bagian III).
Rencana jam buruh per unit barang dan tingkat upah rata-rata:

Jam Buruh Langsung (DLH) per unit


Bagian
Barang X Barang Y
I 0,4 0,2
II 0,2 -
III 0,4 0,2

Sedangkan rencana tingkat produksi tahun 2011:

Bulan/Kwartal Barang X Barang Y


Januari 600 unit 900 unit
Februari 500 unit 800 unit
Maret 800 unit 700 unit
Kuartal II 1.400 unit 1.300 unit
Kuartal III 1.500 unit 1.500 unit
Kuartal IV 1.500 unit 1.600 unit

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran tenaga kerja


langsung atas dasar jam buruh langsung atau tenaga kerja langsung
(Direct Labor Hour/DLH), PT “GATRA & OSA” pada Tahun 2011.

Pemecahan Kasus 1:
Dari kasus 1 tersebut diatas untuk lebih mempermudah dalam
pemecahannya, anggaran tenaga kerja langsung atas dasar jam buruh langsung
atau tenaga kerja langsung (Direct Labor Hour/DLH) akan disusun dalam
bentuk tabel. Dimana tabel anggaran tenaga kerja langsung atas dasar jam
buruh langsung atau tenaga kerja langsung (Direct Labor Hour/DLH) adalah
sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 133


PT “GATRA & OSA”
Anggaran Tenaga Kerja Langsung Atas Dasar Jam Buruh Langsung
(Direct Labor Hour/DLH) Tahun 2011
Bulan/ Bagian I Bagian II Bagian III
Kwartal X Y Jumlah X Y Jumlah X Y Jumlah Jumlah
Januari 240 180 420 120 - 120 240 180 420 960
Februari 200 160 360 100 - 100 200 160 360 820
Maret 320 140 460 160 - 160 320 140 460 1.080
Kuartal II 560 260 820 280 - 280 560 260 820 1.920
Kuartal III 600 300 900 300 - 300 600 300 900 2.100
Kuartal IV 600 320 920 300 - 300 600 320 920 2.140
Jumlah 2.520 1.360 3.880 1.260 - 1.260 2.520 1.360 3.880 9.020

Kasus 2 dan Pemecahan Kasus 2


Kasus 2 dan pemecahan kasus 2; merupakan illustrasi yang terkait
dengan aplikasi penyusunan anggaran tenaga kerja langsung atas dasar biaya
buruh langsung atau biaya tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost/DLC),
yang kasusnya sebagai berikut:

Kasus 2:
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 mempunyai data-data sebagai
berikut:
Bagian produksi terbagi menjadi 3 bagian yaitu bagian I, bagian II dan
bagian III.
Barang yang diproduksi ada 2 macam yaitu barang X dan barang Y.
Barang X diprodusir melalui ketiga bagian (bagian I, bagian II dan bagian
III) dan barang Y hanya melalui dua bagian saja (bagian I dan bagian III).
Rencana jam buruh per unit barang dan tingkat upah rata-rata:

Jam Buruh Langsung (DLH) per unit


Bagian Tingkat Upah/DLH
Barang X Barang Y
I 0,4 0,2 Rp 20
II 0,2 - Rp 15
III 0,4 0,2 Rp 10

134 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Sedangkan rencana tingkat produksi tahun 2011:

Bulan/Kwartal Barang X Barang Y


Januari 600 unit 900 unit
Februari 500 unit 800 unit
Maret 800 unit 700 unit
Kuartal II 1.400 unit 1.300 unit
Kuartal III 1.500 unit 1.500 unit
Kuartal IV 1.500 unit 1.600 unit

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran tenaga kerja


langsung atas dasar biaya buruh langsung atau biaya tenaga kerja
langsung (Direct Labor Cost/DLC), PT “GATRA & OSA” pada Tahun
2011.

Pemecahan Kasus 2:
Dari kasus 2 tersebut diatas untuk lebih mempermudah dalam
pemecahannya, anggaran tenaga kerja langsung atas dasar biaya buruh
langsung atau tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost/DLC) akan disusun
dalam bentuk tabel. Dimana tabel anggaran tenaga kerja langsung atas dasar
biaya buruh langsung atau tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost/DLC)
adalah sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 135


PT “GATRA & OSA”
Anggaran Tenaga Kerja Langsung Atas Dasar Biaya Buruh Langsung
(Direct Labor Cost/DLC) Tahun 2011
Barang X Barang Y
Bulan Jumlah
DLH Tingkat DLH Tingkat
Kwartal Rencana Total Jumlah Rencana Total Jumlah DLC
per Upah per Upah
Bagian Produksi DLH (Rp) Produksi DLH (Rp) (Rp)
unit (Rp) unit (Rp)
Januari:
Bagian I 600 0,4 240 20 4.800 900 0,2 180 20 3.600 8.400
Bagian II 600 0,2 120 15 1.800 - - - - - 1.800
Bagian III 600 0,4 240 10 2.400 900 0,2 180 10 1.800 4.200
Jumlah 9.000 5.400 14.400
Februari:
Bagian I 500 0,4 200 20 4.000 800 0,2 160 20 3.200 7.200
Bagian II 500 0,2 100 15 1.500 - - - - - 1.500
Bagian III 500 0,4 200 10 2.000 800 0,2 160 10 1.600 3.600
Jumlah 7.500 4.800 12.300
Maret:
Bagian I 800 0,4 320 20 6.400 700 0,2 140 20 2.800 9.200
Bagian II 800 0,2 160 15 2.400 - - - - - 2.400
Bagian III 800 0,4 320 10 3.200 700 0,2 140 10 1.400 4.600
Jumlah 12.000 4.200 16.200
Kuartal II:
Bagian I 1.400 0,4 560 20 11.200 1.300 0,2 260 20 5.200 16.400
Bagian II 1.400 0,2 280 15 4.200 - - - - - 4.200
Bagian III 1.400 0,4 560 10 5.600 1.300 0,2 260 10 2.600 8.200
Jumlah 21.000 7.800 28.800
Kuartal III:
Bagian I 1.500 0,4 600 20 12.000 1.500 0,2 300 20 6.000 18.000
Bagian II 1.500 0,2 300 15 4.500 - - - - - 4.500
Bagian III 1.500 0,4 600 10 6.000 1.500 0,2 300 10 3.000 9.000
Jumlah 22.500 9.000 31.500
Kuartal IV:
Bagian I 1.500 0,4 600 20 12.000 1.600 0,2 320 20 6.400 18.000
Bagian II 1.500 0,2 300 15 4.500 - - - - - 4.500
Bagian III 1.500 0,4 600 10 6.000 1.600 0,2 320 10 3.200 9.000
Jumlah 22.500 9.600 31.500
Jumlah
94.500 40.800 135.300
1 th

7.6 Rangkuman
Tenaga Kerja yang bekerja di pabrik dikelompokkan menjadi dua yakni:
1) Tenaga kerja langsung (direct labour) dan; 2) Tenaga kerja tak langsung
(indirect labour). Tenaga kerja langsung (direct labour) pada prinsipnya
terbatas hanya pada tenaga kerja di pabrik yang secara langsung terlibat pada
proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya produksi atau pada barang
yang dihasilkan. Sedangkan tenaga kerja tak langsung (indirect labour)
pengertiannya terbatas pada tenaga kerja di pabrik yang tidak terlibat secara
langsung pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya overhead
pabrik.

136 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tenaga kerja,
antara lain adalah: Kebutuhan tenaga kerja; Pencarian atau penarikan tenaga
kerja; Latihan bagi tenaga kerja baru; Evaluasi dan spesifikasi pekerjaan
bagi para tenaga kerja; Gaji dan upah yang harus diterima oleh tenaga kerja;
Pengawasan tenaga kerja.
Perencanaan dan pengendalian anggaran tenaga kerja langsung memiliki
dua tujuan, yaitu: 1) Untuk mendapatkan output maksimum dari setiap
karyawan; dan 2) Untuk menjamin bahwa biaya produksi mencerminkan
biaya tenaga kerja yang sesuai.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
anggaran tenaga kerja langsung adalah: 1) Rencana produksi; 2)
Bagian/departemen yang digunakan untuk melakukan proses produksi;
3) Standar penyelesaian produk, waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu unit produk; dan 4) Sistem upah yang digunakan
(menurut waktu per jam, hasil per unit, atau dengan insentif interval).

7.7 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi


7.7.1 Pertanyaan untuk Diskusi
1) Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang utama dan
yang selalu ada di dalam perusahaan. Relevan dengan hal tersebut,
Tenaga Kerja yang bekerja di pabrik dikelompokkan menjadi dua,
sebutkan dan jelaskan !
2) Pada umumnya untuk menyusun perhitungan biaya tenaga kerja
langsung dikenal dua macam dasar perhitungan upah. Untuk itu
sebutkan dan jelaskan dasar perhitungan upah !
3) Hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
tenaga kerja,di dalam suatu perusahaan !
4) Untuk kepentingan penyusunan anggaran dan perhitungan harga
pokok produk maka biasanya perencanaan anggaran tenaga kerja
dibagi menjadi yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak
langsung. Untuk itu jelaskan sifat-sifat tenaga kerja langsung dan
tenaga kerja tak langsung !
5) Penyusunan secara baik dari Anggaran Tenaga Kerja dapat
mendatangkan beberapa manfaat. Jelaskan manfaat dari penyusunan
Anggaran Tenaga Kerja bagi perusahaan !

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 137


6) Terkait dengan perencanaan dan pengendalian anggaran tenaga
kerja langsung memiliki dua tujuan, sebutkan dan jelaskan !
7) Penyusunan anggaran tenaga kerja adalah suatu rencana yang
menggambarkan berapa besarnya biaya tenaga kerja langsung.
Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
anggaran tenaga kerja langsung !
8) Untuk menyusun anggaran tenaga kerja langsung perlu ditentukan
terlebih dahulu dasar satuan utama yang digunakan untuk
menghitung anggaran tenaga kerja langsung. Jelaskan dasar satuan
utama yang digunakan untuk menghitung anggaran tenaga kerja
langsung !

7.7.2 Kasus untuk Diskusi


1) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 mempunyai data-data
sebagai berikut:
Bagian produksi terbagi menjadi 3 bagian yaitu bagian I,
bagian II dan bagian III.
Barang yang diproduksi ada 2 macam yaitu barang X dan
barang Y.
Barang X diprodusir melalui ketiga bagian (bagian I, bagian
II dan bagian III) dan barang Y hanya melalui dua bagian saja
(bagian I dan bagian III).
Rencana jam buruh per unit barang dan tingkat upah rata-rata:

Jam Buruh Langsung (DLH) per unit


Bagian
Barang X Barang Y
I 0,5 0,4
II 0,3 -
III 0,6 0,3

Sedangkan rencana tingkat produksi tahun 2011:

Bulan/Kwartal Barang X Barang Y


Januari 600 unit 900 unit
Februari 500 unit 800 unit
Maret 800 unit 700 unit
Kuartal II 1.400 unit 1.300 unit
Kuartal III 1.500 unit 1.500 unit
Kuartal IV 1.500 unit 1.600 unit

138 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran
tenaga kerja langsung atas dasar jam buruh langsung atau
tenaga kerja langsung (Direct Labor Hour/DLH), PT “GATRA
& OSA” pada Tahun 2011.

2) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 mempunyai data-data


perencanaan sebagai berikut:
Bagian produksi terbagi menjadi 3 bagian yaitu bagian I,
bagian II dan bagian III.
Barang yang diproduksi ada 2 macam yaitu barang X dan
barang Y.
Barang X diprodusir melalui ketiga bagian (bagian I, bagian
II dan bagian III) dan barang Y hanya melalui dua bagian saja
(bagian I dan bagian III).
Rencana jam buruh per unit barang dan tingkat upah rata-rata:

Jam Buruh Langsung (DLH)


Bagian per unit Tingkat Upah/DLH
Barang X Barang Y
I 0,4 0,2 Rp 20
II 0,2 - Rp 15
III 0,4 0,2 Rp 10

Sedangkan rencana tingkat produksi tahun 2011:

Bulan/Kwartal Barang X Barang Y


Januari 600 unit 900 unit
Februari 500 unit 800 unit
Maret 800 unit 700 unit
Kuartal II 1.400 unit 1.300 unit
Kuartal III 1.500 unit 1.500 unit
Kuartal IV 1.500 unit 1.600 unit

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah anggaran


tenaga kerja langsung atas dasar biaya buruh langsung atau
biaya tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost/DLC), PT
“GATRA & OSA” pada Tahun 2011.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 139


Bab 8
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

8.1 Pengertian Anggaran Biaya Overhead Pabrik


Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi di dalam pabrik
sangat kompleks jenisnya. Begitu banyaknya jenis biaya-biaya yang terjadi
di dalam pabrik, sehingga memerlukan perhatian khusus. Biaya overhead
pabrik merupakan bagian dari biaya produksi suatu produk yang sama
pentingnya dengan biaya bahan baku langsung maupun biaya tenaga kerja
langsung. Biaya overhead pabrik juga berkaitan dengan bagaimana item-item
yang berbeda dalam overhead berubah terhadap perubahan dalam volume
produksi. Yang dikategorikan sebagai biaya-biaya overhead pabrik (factory
overhead) adalah biaya-biaya dalam pabrik yang dikeluarkan oleh perusahaan
dalam rangka proses produksi, kecuali biaya bahan baku langsung dan tenaga
kerja langsung. Atau dengan kata lain biaya overhead pabrik (BOP) adalah
biaya yang terjadi di pabrik, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. Bila ingin menyusun anggaran rugi-laba metode penentuan harga
pokok variabel (variable costing) maka biaya overhead pabrik dipisahkan
menjadi BOP variabel dan BOP tetap, tetapi bila ingin menyusun anggaran
rugi-laba metode penentuan harga pokok penuh BOP tidak perlu dipisahkan
menjadi dua, terkecuali untuk kepentingan pembedaan anggaran rugi-laba
antara metode penentuan harga pokok variabel dengan metode penentuan
harga pokok penuh.
Pengertian Anggaran BOP adalah suatu rencana yang menggambarkan
besarnya tarif biaya yang terjadi di pabrik (departemen produksi) selain tenaga
kerja langsung dan bahan baku yang terjadi selama satu periode. Atau secara
terperinci anggaran BOP dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang
terperinci mengenai biaya-biaya tak langsung yang dikeluarkan sehubungan
dengan proses produksi selama periode yang akan datang yang meliputi jenis
biaya, waktu dan tempat (departemen) dimana biaya tersebut terjadi. Biaya-
biaya yang termasuk ke dalam biaya overhead pabrik antara lain adalah:
bahan pembantu; tenaga kerja tidak langsung; biaya pemeliharaan gedung
pabrik; biaya reparasi dan pemeliharaan peralatan produksi; biaya penyusutan
gedung pabrik; biaya penyusutan mesin; biaya asuransi; biaya listrik; biaya
bahan bakar.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi anggaran biaya overhead
pabrik antara lain adalah:
1) Anggaran unit yang akan diproduksi, yang berkaitan dengan kualitas dan
kwantitas.
2) Kebijakan standard pemakaian bahan dan lain lain.
3) Sistem pembayaran upah yang dipakai.
4) Metode penyusutan.

8.2 Akuntansi Biaya Overhead Pabrik


Dalam Akuntansi Biaya Overhead Pabrik disini akan dijelaskan beberapa
hal tentang: Penggolongan Akuntansi Biaya Overhead Pabrik; Penentuan
Tarif BOP dan Kapasitas Penaksiran BOP; Pengumpulan BOP Sesungguhnya
dan Perlakuan terhadap BOP; Departementalisasi BOP dan Langkah-Langkah
Penentuan Tarif BOP Per Departemen.

8.2.1 Penggolongan Akuntansi Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik dalam uraian akuntansi dapat digolongkan dengan
tiga cara penggolongan sebagai berikut:
1. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Sifatnya
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya
overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya
overhead pabrik di kelompokan menjadi beberapa golongan berikut ini:
a. Biaya Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian
produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi
tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok
produksi tersebut.
b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang
(spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan

142 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan
perbaikan dan pemeliharaan.
c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik
yang upahnya tidak dapat diperhitungakan secara langsung kepada
produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung
terdiri dari upah, tunjangan, dan biaya kesejahteraan.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilain terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang termasuk dlam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik
dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
e. Biaya yang timbul sebagi akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan
ekuipmen dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
f. BOP lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang
tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar
perusahaan, biaya listrik PLN, dan sebagainya.

2. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Perilakunya Dalam


Hubunganya Dengan Perubahan Volume Kegiatan
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam
hubunganya dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik
dapat dibagi menjadi tiga golongan:
a. Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead yang tidak
berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu.
b. Biaya Overhead Pabrik Variable
Biaya overhead pabrik variable adalah biaya overhead pabrik
yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
c. Biaya Overhead Pabrik Semivariabel
Biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya overhead
pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik
dan untuk pengendalian biaya, biaya overhead pabrik yang berisifat
semivariabel dipecah menjadi dua unsur yaitu biaya tetap dan biaya

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 143


variable.
3. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Hubungannya Dengan
Departemen
Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada
dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu:
a. Biaya Overhead Pabrik Langsung Departemen
Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah biaya
overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan
manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut. Contoh:
gaji mandor departemen produksi, biaya depresiasi mesin dan biaya
bahan penolong.
b. Biaya Overhead Pabrik Tidak Langsung Departemen
Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah
biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari
satu departemen. Contoh: biaya depresiasi, pemeliharaan dan
asuransi gedung pabrik.

8.2.2 Penentuan Tarif BOP Dan Kapasitas Penaksiran BOP


Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead
pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
Berikut ini diuraikan alasan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan di muka dan langkah-langkah penentuan tarif
biaya overhead pabrik. Alasan pembebanan biaya overhead pabrik kepada
produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka sebagai berikut:
1. Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya
terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok per
satuan produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan.
2. Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan
menggunakan metode harga pokok pesanan, manajemen memerlukan
informasi harga pokok produksi per satuan pada saat pesanan selesai
dikerjakan.

Tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan di muka digunakan


untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk yang diproduksi.
Jika perusahaan menggunakan metode full costing di dalam penentuan harga
pokok produksinya, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan

144 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


menggunakan tarif biaya overhead pabrik variable dan tarif biaya overhead
tetap. Jika perusahaan menggunakan metode variable costing di dalam
penentuan harga pokok produksinya, produk akan dibebani biaya overhead
pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik variable saja.
Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan
tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran biaya
overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar
pembuatan anggaran biaya overhead pabrik yaitu:
1. Kapasitas teoritis; kapasitas teoritis adalah kapasitas pabrik atau suatu
departemen untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa
berhenti selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas
teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat
dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan.
2. Kapasitas normal; kapasitas normal adalah kemampuan peerusahaan
untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang.
3. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan; kapasitas sesungguhnya yang
diharapkan adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat
dicapai dalam tahun yang akan datang.

8.2.3 Pengumpulan BOP Sesungguhnya Dan Perlakuan


Terhadap BOP
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan untuk
dibandingkan denngan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada
produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Selisih yang terjadi antara
biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi
merupakan biaya overhead pabrik yang lebih atau kurang dibebankan.
Perlakuan terhadap biaya overhead pabrik setiap akhir bulan, biaya
overhead pabrik yang kurang atau lebih dibebankan dipindahkan dari
rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya ke rekening selisih biaya
overhead pabrik. Rekening selisih biaya overhead pabrik dicantumkan
dalam neraca sebagai beban yang ditangguhkan. Hal ini dilakukan dengan
alasan bahwa selisih biaya overhead pabrik yang terjadi dalam bulan tertentu
akan diimbangi dengan selisih biaya overhead pabrik pada bulan berikut

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 145


8.2.4 Departementalisasi BOP Dan Langkah-Langkah
Penentuan Tarif BOP Per Departemen
Departementalisasi biaya overhead pabrik adalah pembagian pabrik ke
dalam bagian-bagian yang disebut departemen atau pusat biaya yang dibebani
dengan biaya overhead pabrik. Dalam departementalisasi biaya overhead
pabrik, tarif biaya overhead dihitung untuk setiap departemen produksi
dengan dasar pembebanan yang mungkin berbeda diantara departemen-
departemen yang ada. Oleh karena itu departementalisasi biaya overhead
pabrik memerlukan pembagian perusahaan ke dalam departemen-departemen,
untuk memudahkan pengumpulan biaya overhead pabrik yang terjadi.
Departemen-departemen inilah yang merupakan pusat-pusat biaya yang
merupakan tempat ditandingkannya biaya dengan prestasi yang dihasilakn
oleh departemen tersebut. Departementalisasi biaya overhead pabrik
bermanfaat untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga pokok
produk. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat lebih mudah dilakukan
dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya.
Dalam hubungannya dengan langka-langkah penentuan tarif biaya
overhead pabrik per departemen, dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per departemen.
2. Alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen
produksi.
Ada dua macam metode alokasi biaya overhead pabrik departemen
pembantu:
a. Metode Alokasi Langsung; dalam metode alokasi langsung biaya
overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap
departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung
digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh depatemen pembantu
hanya dinikmati oleh departemen produksi saja dan tidak ada
departemen pembantu yang memakai jasa departemen pembantu
yang lain.
b. Metode Alokasi Bertahap; metode ini digunakan apabila jasa
yang dihasilkan departemen pembantu tidak hanya dipakai oleh
departemen produksi saja, tetapi digunakan pula oleh departemen
pembantu yang lain. Metode alokasi bertahap dibagi menjadi dua
kelompok metode:

146 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


1) Metode alokasi bertahap yang memperhitungkan transfer jasa
timbal balik antar departemen-departemen pembantu. Yang
termasuk dalam kelompok metode ini adalah: Metode Alokasi
Kontinyu dan Metode Aljabar.
2) Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungakn transfer
jasa timbal balik antar departemen pembantu. Metode alokasi
yang termasuk dalam kelompok ini adalah metode urutan
alokasi yang diatur.
3. Perhitungan tarif pembebanan biaya overhead pabrik per departemen.

8.3 Tujuan Dan Sifat Biaya Overhead Pabrik


Secara umum tujuan dari disusunnya anggaran biaya overhead pabrik
adalah sebagai alat pedoman kerja, pengkoordinasian kerja dan pengawasan
kerja yang dapat membantu manajemen dalam melaksanakan aktivitas
perusahaan. Sedangkan secara khusus tujuan dari disusunnya anggaran biaya
overhead pabrik (BOP) adalah untuk:
1) Mengetahui penggunaan biaya secara efisien.
2) Menentukan harga pokok produk secara tepat.
3) Mengetahui pengalokasian biaya sesuai kebutuhan.
4) Mengetahui antara realisasi dengan perencanaan.
5) Mengetahui bagian yang bertanggung jawab.

Dalam mengadakan perencanaan dan pengawasan anggaran biaya


overhead pabrik perlu diketahui sifat-sifat biayanya. Pada dasarnya dalam
perencanaan dan pengawasan anggaran biaya overhead pabrik (BOP) menurut
sifatnya dikenal 3 (tiga) macam:
1) Biaya Tetap (Fixed Cost) yaitu biaya-biaya yang cenderung untuk bersifat
konstan (constant) secara total, tanpa terpengaruh oleh volume kegiatan,
dengan beberapa asumsi tertentu seperti kebijaksanaan management,
periode waktu dan lain-lain. Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya
tetap ini antara lain adalah: gaji; pajak kekayaan; asuransi; penyusutan
(kecuali yang menggunakan performance method).
2) Biaya Variabel (Variable Cost) yaitu biaya-biaya yang secara total selalu
mengalami perubahan, di mana perubahan itu searah dan sebanding
dengan perubahan tingkat kegiatan. Dalam hal ini tingkat kegiatan
perusahaan dinyatakan dalam satuan aktivitas (activity base), seperti
jam buruh langsung (DLH), jam mesin (DMH) dan unit barang (kg, liter

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 147


dan lain-lain). Biaya-biaya yang termasuk katagori biaya variabel antara
lain adalah: biaya bahan mentah langsung; biaya tenaga kerja langsung;
tenaga (power).
3) Biaya Semi Variabel (Semi Variable Cost) yaitu biaya-biaya yang tidak
bersifat tetap, tetapi tidak pula bersifat variabel. Biaya ini mengalami
perubahan, tetapi tidak sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan.
Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya semi variabel antara lain
adalah: biaya tenaga kerja tak langsung; biaya pemeliharaan; biaya
peralatan; biaya bahan mentah tak langsung.

Terhadap ketiga macam kategori biaya overhead pabrik tersebut di atas,


dapat pula dilakukan penggolongan lain atas dasar dapat tidaknya biaya itu
dikendalikan, sehingga diperoleh cara pengelompokan lain: 1) Biaya yang
dapat dikendalikan (controllable) dan 2) Biaya yang tidak dapat dikendalikan
(non controllable). Biaya yang controllable, dapat dikatakan sebagai biaya
yang sangat terpengaruh oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan pimpinan
perusahaan. Tetapi harus sangat hati-hati dalam mengelompokkan biaya sebagai
controllable atau non controllable, karena hal ini sangat erat hubungannya
dengan tanggung jawab (bagian) dan waktu. Umpamanya gaji mandor dalam
pabrik, merupakan biaya yang non controllable bagi bagian produksi, karena
gaji seorang mandor pada umumnya ditentukan oleh pimpinan perusahaan.
Sehingga apabila dipandang dari segi organisasi perusahaan yang lebih luas,
gaji mandor merupakan biaya yang controllable. Contoh di atas dipandang
dari segi penanggung jawab biaya. Dari segi waktu, dapat diambil contoh
biaya penyusutan (depreciation). Pada umumnya dikatakan bahwa untuk
jangka pendek biaya penyusutan merupakan biaya yang non controllable,
tetapi untuk jangka panjang merupakan biaya yang controllable.

8.4 Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik


Dalam menentukan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk
penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik, terdapat permasalahan-
permasalahan pokok sebagai berikut:
1) Penanggung jawab dalam perencanaan biaya.
Disini perlu diterapkan prinsip akuntansi pertanggungan jawab
(responsibility accounting) atau juga sering disebut prinsip biaya
departemen langsung (direct departmental cost). Atas dasar prinsip ini

148 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


dikenal adanya pembagian menjadi departemen produksi dan departemen
jasa untuk kegiatan yang dilakukan dipabrik:
a. Departemen produksi (production department) yaitu departemen
yang menjalankan kegiatan produksi yang mengolah bahan
mentah menjadi barang jadi atau produk akhir. Sehingga bagian ini
dikatakan sebagai bagian yang secara langsung memproses barang
jadi.
b. Departemen jasa (service department) yaitu departemen yang
tidak menjalankan kegiatan produksi tetapi membantu kelancaran
jalannya proses produksi.

Berdasarkan pembagian seperti itulah maka dikenal dua macam biaya


overhead pabrik yakni BOP langsung yang terjadi pada departemen
produksi dan BOP tidak langsung yang terjadi pada departemen jasa.

2) Penentuan jumlah biaya (anggaran).


Masing-masing departemen (departemen produksi dan departemen jasa)
berhak merencanakan biaya sesuai dengan jenis biaya yang menjadi
tanggung jawabnya masing-masing. Sedangkan untuk menentukan
jumlahnya biaya masing-masing item maupun biaya keseluruhan bagi
departemennya, pertu memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Berdasarkan sifatnya; biaya dibagi menjadi tiga macam, yakni
jenis biaya fixed, jenis biaya variable dan jenis biaya semi variable.
Sehingga ada biaya yang jumlahnya sudah jelas, seperti misalnya
penyusutan, jumlahnya dapat dikatakan sama dari waktu ke waktu,
demikian juga gaji pegawai kecuali bila manajemen mengubah
kebijaksanaannya. Lain halnya dengan biaya yang sifatnya variabel,
jumlahnya berbeda dari waktu ke waktu sesuai dengan tingkat
aktivitas yang direncanakan.
b. Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran; ada biaya
yang wewenang menentukannya terletak di bagian itu sendiri,
sudah barang tentu dengan pengertian dapat disetujui oleh atasan
langsung. Misalnya penganggaran biaya administrasi yang
diselenggarakan oleh bagian itu sendiri, adalah menjadi wewenang
bagian itu sendiri untuk menganggarkannya. Ada pula biaya yang
dihitung atas dasar ketentuan yang wewenangnya terletak di luar
atau di atas bagian itu sendiri. Misalnya gaji untuk pegawai tetap

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 149


yang bekerja dibagian itu sendiri, wewenangnya adalah pada direksi
dan bukan dibagian itu sendiri.
Atas dasar pertimbangan wewenang untuk menentukan anggaran di
atas, maka penganggaran jumlah biaya yang perlu disediakan akan
diilustrasikan sebagai berikut:

Wewenang
Sifat Biaya Dasar Pertimbangan Jenis Biaya
Penganggaran
Fixed Satuan waktu ● Penyusutan aktiva Pusat*)
tetap
Tarif tertentu ● Pajak Pusat*)
● Asuransi
Ketentuan ● Gaji pegawai Pusat*)
perusahaan
Kebijaksanaan ● Biaya administrasi Bagian
sendiri ● Suku cadang
Variable Volume x ● Bahan bakar ● Volume
Harga(Tarif) ● Material (wewenang
pembungkus Bagian)
● Biaya perjalanan ● Harga (wewenang
Pusat)
Semi Kebijaksanaan ● Biaya Bagian
Variable menganggarkan pemeliharaan
Catatan:
*)
Wewenang pusat dalam arti bahwa pelaksanaan penganggarannya tetap
terletak ditangan bagian masing-masing, namun cara menganggarkannya
tunduk pada peraturan pusat (direksi departemen).

3) Pengawasan BOP.
Dalam pengawasan BOP yang perlu diperhatikan adalah
pengalokasian BOP dari departemen jasa ke departemen produksi.
Karena biaya yang timbul pada departemen jasa selain untuk kepentingan
jasa itu sendiri, juga untuk kepentingan departemen produksi.
Pengalokasian BOP dapat dilakukan dengan cara “Clean Cost
Concept” yaitu pengalokasian berdasarkan proporsi pemakaian
jasa oleh masing-masing bagian produksi. Satuan kegiatan yang
umum dipakai bagian produksi dan bagian jasa adalah sebagai
berikut:

150 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


a. Bagian Produksi: Material Cost (MC); Direct Labor Cost (DLC);
Direct Machine Cost (DMC); Productive Output (PO).
b. Bagian Jasa (Pembantu): Direct Repair Hours (DRH); Kilowatt
Hours (KH); Direct Labor Hours (DLH); Nilai pembelian bahan
mentah.
Salah satu cara yang mudah untuk mengalokasikan BOP bagian jasa
(pembantu) apabila terjadi tukar menukar jasa dapat menggunakan
metode aljabar. Misalnya: Bagian Jasa/Pembantu terdiri dari bagian
pembangkit tenaga listrik dan bagian reparasi. Bagian pembangkit
tenaga listrik menggunakan sebagian jasa bagian reparasi untuk
perbaikan mesin-mesin diesel. Sebaliknya bagian reparasi
menggunakan pula sebagian jasa bagian pembangkit tenaga listrik
untuk menggerakkan beberapa peralatannya. Di antara kedua
bagian ini terjadi tukar menukar jasa. Ada satu cara yang mudah
untuk mengalokasikan biaya overhead bagian jasa/pembantu
apabila terjadi hal yang demikian adalah metoda aljabar (algebraic
method). Dalam metode ini biaya overhead yang timbul pada
masing-masing bagian Jasa/Pembantu dinyatakan dalam bentuk
persamaan Aljabar (persamaan 8.1) sebagai berikut:

X = a 1 + b 1 Y dan Y = a 2 + b 2 X
(8.1)
Dimana:
X = jumlah biaya overhead bagian jasa X setelah menerima alokasi
biaya dari bagian jasa Y
Y = jumlah biaya overhead bagian jasa Y setelah menerima alokasi
biaya dari bagian jasa X
a1 = biaya overhead bagian jasa X sebelum alokasi.
a2 = biaya overhead bagian jasa Y sebelum alokasi.
b1 = prosentase penggunaan jasa bagian Y oleh bagian X.
b2 = prosentase penggunaan jasa bagian X oleh bagian Y.

8.5 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran Biaya Overhead


Pabrik
Disini akan diberikan illustrasi aplikasi teknik penyusunan anggaran
biaya overhead pabrik dalam bentuk contoh kasus dan pemecahannya
(penyelesaian) seperti dibawah ini.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 151


Kasus 1 dan Pemecahan Kasus 1
Kasus 1 dan pemecahan kasus 1; merupakan illustrasi yang terkait dengan
alokasi biaya overhead pabrik ke berbagai bagian produksi, yang kasus dan
pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 1:
Selama proses produksi PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011, pada
bagian jasa/pembantu akan timbul biaya overhead sebesar Rp 1.000.000.
Jasa yang disediakan, dipakai oleh berbagai bagian dengan proporsi: Bagian
Produksi I (50%); Bagian Produksi II (30%); Bagian Produksi III (20%).
Berdasarkan data tersebut diatas susunlah alokasi biaya overhead PT
“GATRA & OSA” pada tahun 2011 ke masing-masing bagian.

Pemecahan Kasus 1:
Dengan berdasarkan proporsi pemakaian jasa tersebut di atas maka biaya
overhead (Rp 1.000.000) dapat dialokasikan ke masing-masing bagian dengan
perhitungan sebagai berikut:

Alokasi Biaya Overhead


Bagian Perhitungan Alokasi Biaya
Bagian Jasa
Bagian Produksi I 50% x Rp 1.000.000 Rp 500.000
Bagian Produksi II 30% x Rp 1.000.000 Rp 300.000
Bagian Produksi III 20% x Rp 1.000.000 Rp 200.000

Kasus 2 dan Pemecahan Kasus 2


Kasus 2 dan pemecahan kasus 2; merupakan illustrasi yang terkait
dengan alokasi biaya overhead pabrik apabila terjadi tukar menukar jasa, yang
kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 2:
PT “GATRA & OSA” selama tahun 2011 diperkirakan akan timbul
biaya overhead sebesar sebagai berikut:
Bagian Produksi:
- Bagian Produksi I : Rp 12.000.000
- Bagian Produksi II : Rp 20.000.000
- Bagian Produksi III : Rp 10.000.000

152 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Bagian Jasa/Pembantu:
- Bagian Jasa/Pembantu I : Rp 2.500.000
- Bagian Jasa/Pembantu II : Rp 5.000.000
Jasa bagian Jasa/Pembantu digunakan oleh ketiga Bagian Produksi
dengan proporsi sebagai berikut :

Bagian Jasa (Pembantu)


Bagian Produksi
I II
I 50% 45%
II 30% 30%
III 20% 25%

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah alokasi biaya overhead


bagian jasa (pembantu) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 ke
masing-masing bagian.

Pemecahan Kasus 2:
Dengan berdasarkan proporsi pemakaian jasa di atas maka biaya
overhead bagian Jasa/Pembantu dapat di alokasikan sebagai berikut:

Bagian Produksi Bagian Pembantu


Keterangan
I II III I II
BOP Rp 12.000.000 Rp 20.000.000 Rp 10.000.000 Rp 2.500.000 Rp 5.000.000
Alokasi BOP:
Bagian Jasa I Rp 1.250.000 Rp 750.000 Rp 500.000 (Rp 2.500.000) (Rp 5.000.000)
Bagian Jasa II Rp 2.250.000 Rp 1.500.000 Rp 1.250.000 (Rp 5.000.000)
Jumlah BOP Rp 15.500.000 Rp 22.250.000 Rp 11.750.000 0 0

Kasus 3 dan Pemecahan Kasus 3


Kasus 3 dan pemecahan kasus 3; merupakan illustrasi yang terkait
dengan alokasi biaya overhead pabrik apabila terjadi tukar menukar jasa
dengan metoda aljabar, yang kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 153


Kasus 3:
PT “GATRA & OSA” selama tahun 2011 diperkirakan akan timbul
biaya overhead sebesar sebagai berikut:
Bagian masing-masing bagian:

Jumlah Biaya Tingkat Kegiatan


Bagian Produksi:
- Bagian Produksi I Rp 15.000.000 6.000 DMH
- Bagian Produksi II Rp 12.000.000 3.000 DMH
Bagian Jasa:
- Bagian Jasa I Rp 4.000.000 900 DMH
- Bagian Jasa II Rp 3.000.000 700 DMH

Penggunaan jasa dari jasa bagian I dan jasa bagian II:

Pemakai Jasa
Pemberi Jasa Bagian Produksi Bagian Jasa
I II I (X) II (Y)
Bagian Jasa I (X) 50% 40% - 10%
Bagian Jasa II (Y) 55% 30% 15% -

Berdasarkan data-data PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 tersebut


diatas tentukan:
a. BOP neto masing-masing bagian jasa.
b. Jumlah BOP keseluruhan masing-masing bagian produksi.
c. Tarif BOP masing-masing bagian produksi untuk setiap satuan
kegiatan.

Pemecahan Kasus 3:
Dari kasus 3 tersebut diatas untuk langkah-langkah pemecahannya
adalah sebagai berikut:
a. BOP neto masing-masing bagian jasa:
Dengan menggunakan metode aljabar maka dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut: X = 4.000.000 + 0,15 Y dan Y = 3.000.000 +
0,10 X. Kedua persamaan dikombinasikan menjadi:
X = 4.000.000 + 0,15 (3.000.000 + 0,10 X)
X = 4.000.000 + 450.000 + 0,015 X
X – 0,015 X = 4.450.000
X = 4.517.766,497 = 4.517.767
154 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan
Jika nilai X sudah diketahui maka nilai Y dapat dicari:
Y = 3.000.000 + 0,10 X → Y = 3.000.000 + 0,10 (4.517.767)
= 3.000.000 + 451.776,7
= 3.451.776,7
= 3.451.777
Arti nilai X dan nilai Y adalah:
Biaya overhead Bagian Jasa I (X) setelah mendapat alokasi biaya
overhead dari bagian Jasa II (Y), adalah sebesar Rp 4.517.767.
Biaya overhead Bagian Jasa II (Y) setelah mendapat alokasi biaya
overhead dari bagian Jasa I (X), adalah sebesar Rp 3.451.777.

Sehingga jumlah BOP neto masing-masing bagian jasa sebagai berikut:

Bagian Jasa BOP Asli Menerima Memberi BOP Neto


Bagian I (X) Rp 4.000.000 Rp 517.767 Rp 451.777 Rp 4.065.990
Bagian II (Y) Rp 3.000.000 Rp 451.777 Rp 517.767 Rp 2.934.010

b. Jumlah BOP keseluruhan masing-masing bagian produksi:

Bagian Produksi I Bagian Produksi II


BOP Langsung 15.000.000 12.000.000
BOP Tak Langsung:
- Bagian Jasa I (X) 50/90 x 4.065.990 = 2.258.883,33 40/90 x 4.065.990 = 1.807.106,67
- Bagian Jasa II (Y) 55/85 x 2.934.010 = 1.898.477,06 30/85 x 2.934.010 = 1.035.532,94
Jumlah Biaya Rp 19.157.360,39 Rp 14.842.639,61

c. Tarif BOP masing-masing bagian produksi untuk setiap satuan kegiatan:


1) Tarip BOP Bagian Produksi I = Rp 19.157.360,39 : 6.000 DMH
= Rp 3.192,89 DMH
2) Tarip BOP Bagian Produksi II = Rp 14.842.639,61: 3.000 DMH
= Rp 4.947,55 DMH

Kasus 4 dan Pemecahan Kasus 4


Kasus 4 dan pemecahan kasus 4; merupakan illustrasi yang terkait
dengan biaya overhead pabrik secara komprehensif, yang kasus dan
pemecahannya sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 155


Kasus 4:
PT “GATRA & OSA” tahun 2011 memproduksi dengan 2 jenis bahan
baku dan memiliki 2 departemen produksi, dimana bahan baku hanya
dipakai pada departemen I dan BOP pada departemen II. Biaya standar untuk
menentukan biaya produksi, berdasarkan data-data sebagai berikut :
Harga bahan baku distandarkan Rp 100/kg untuk bahan baku A, dan Rp
400/kg untuk bahan baku B, ditambah biaya penanganan masing-masing
bahan baku 10%. Untuk membuat satu unit produk jadi diperlukan 2,5kg
bahan baku A dan 2kg bahan baku B.
Jumlah tenaga kerja yang menangani langsung produksi adalah 40 orang
di departemen I dan 100 orang di departemen II, dimana diperkirakan
tiap pekerja bisa bekerja efektif 35 jam/minggu. Upah dan gaji total
per minggu departemen I Rp 280.000 dan departemen II Rp 875.000,-
ditambah 20 % sebagai cadangan premi lembur dan premi lain-lain.
Dalam departemen I bahan diolah selama 2,5 jam dan dalam departemen
II selama 2 jam.
Kapasitas normal produksi adalah 1.000 unit ( 100% ) atau 4.000 jam
mesin dengan batas terendah produksi 80% dan kapasitas penuh 120%.
BOP yang terdiri dari overhead tetap dan variabel pada kapasitas normal
adalah :
Variabel Tetap
Upah pegawai Rp 320.000 -
Bahan pembantu Rp 140.000 -
Lain-lain Rp 20.000 -
Penyusutan Mesin - Rp 190.000
Listrik - Rp 50.000
Pemeliharaan, dll - Rp 80.000
Jumlah Rp 480.000 Rp 320.000

Dari data-data tersebut susulah biaya standar per unit produk jadi dan
fleksible budget untuk BOP pada kapasitas 80%; 100%; dan 120%.

156 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Pemecahan Kasus 4:
Dari kasus 4 tersebut diatas untuk langkah-langkah pemecahannya
adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Biaya Standar Bahan Baku per Unit Produk:
Bahan Baku A Bahan Baku B
1) Harga bahan per unit (kg) Rp 100 Rp 400
2) Biaya penanganan bahan 10% 10%
3) Kebutuhan bahan 2,5 kg 2 kg
4) Harga standar bahan per kg Rp 110 Rp 440 *)
5) Biaya standar bahan Rp 275 **) Rp 1.100
6) Biaya standar bahan baku
(Rp 275 + Rp 1.100) = Rp 1.375
*) Rp 400 + (10% x 400 ) = Rp 440
**) 2,5 kg x Rp 110 = Rp 275

b. Penyusunan Biaya Standar Upah Langsung per Unit Produk :


Departemen I Departemen II
1. Tenaga Kerja 40 100
2. Jam kerja per minggu / orang 35 35
3. Jumlah jam kerja / minggu (1 x 2) 1.400 3.500
4. Jumlah biaya per minggu Rp 280.000 Rp 875.000
5. Biaya per jam (4 : 3) Rp 200 Rp 250
6. Cadangan premi 20 % Rp 40 Rp 50
7. Biaya per jam total (5 + 6) Rp 240 Rp 300
8. Kebutuhan jam kerja 2,5 2
9. Biaya standar upah
(2,5 x Rp 240) + (2 x Rp 300) = Rp 1.200/unit

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 157


c. Penyusunan Biaya Standar Overhead Pabrik per Unit Produk (fleksible
budget untuk BOP pada kapasitas 80%; 100%; dan 120%):

80% 100% 120%


Jenis
Total Per jam Total Per jam Total Per jam
Biaya
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Variabel :
Upah Pengawas 256.000 80 320.000 80 384.000 80
Bahan Pembantu 112.000 35 140.000 35 168.000 35
Lain-Lain 16.000 5 20.000 5 24.000 5
Jumlah Biaya Variabel 384.000 120 480.000 120 576.000 120
Biaya Tetap :
Penyusutan Mesin 190.000 190.000 190.000
Listrik 50.000 50.000 50.000
Pemeliharaan 80.000 80.000 80.000
Jumlah Biaya Tetap 320.000 320.000 320.000
Jumlah BOP 704.000 800.000 896.000

Biaya standar overhead pabrik dibuat pada kapasitas normal dimana :


Rp 480.000 Rp 320.000
BOP/jam = ———– = Rp 120 BOP Tetap = —–——– = Rp 80
4000 4.000

Overhead Standar/jam = Rp 120 + Rp 80 = Rp 200


Biaya overhead pabrik = Rp 200 x 4 = Rp 800

Biaya Standar Produksi per unit :


Bahan Baku Rp 1.375
Upah Langsung Rp 1.200
Overhead Pabrik Rp 800
Biaya Produksi Standar Rp 3.375/unit

8.6 Rangkuman
Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead) adalah biaya-biaya dalam
pabrik yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka proses produksi,
kecuali biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Atau dengan
kata lain biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya yang terjadi di pabrik,
selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

158 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Anggaran BOP adalah suatu rencana yang menggambarkan besarnya
tarif biaya yang terjadi di pabrik (departemen produksi) selain tenaga kerja
langsung dan bahan baku yang terjadi selama satu periode. Faktor-faktor yang
mempengaruhi anggaran biaya overhead pabrik antara lain: 1) Anggaran
unit yang akan diproduksi, yang berkaitan dengan kualitas dan kwantitas; 2)
Kebijakan standard pemakaian bahan dan lain lain; 3) Sistem pembayaran
upah yang dipakai; 4) Metode penyusutan.
Biaya overhead pabrik dalam uraian akuntansi dapat digolongkan dengan
tiga cara penggolongan: 1) Biaya overhead pabrik menurut sifatnya; 2) Biaya
overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubunganya dengan perubahan
volume kegiatan; dan 3) Biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan
departemen.
Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan
anggaran biaya overhead pabrik: 1) Kapasitas teoritis; 2) Kapasitas normal;
dan 3) Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
Langka-langkah dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik per
departemen adalah: 1) Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per
departemen; 2) Alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke
departemen produksi; 3) Perhitungan tarif pembebanan biaya overhead pabrik
per departemen.
Secara umum tujuan dari disusunnya anggaran biaya overhead pabrik
adalah sebagai alat pedoman kerja, pengkoordinasian kerja dan pengawasan
kerja yang dapat membantu manajemen dalam melaksanakan aktivitas
perusahaan. Sedangkan secara khusus tujuan dari disusunnya anggaran biaya
overhead pabrik (BOP) adalah untuk: 1) Mengetahui penggunaan biaya secara
efisien; 2) Menentukan harga pokok produk secara tepat; 3) Mengetahui
pengalokasian biaya sesuai kebutuhan; 4) Mengetahui antara realisasi dengan
perencanaan; dan 5) Mengetahui bagian yang bertanggung jawab.
Dalam perencanaan dan pengawasan anggaran biaya overhead pabrik
(BOP) menurut sifatnya dikenal 3 (tiga) macam: 1) Biaya Tetap (Fixed Cost);
2) Biaya Variabel (Variable Cost); dan 3) Biaya Semi Variable (Semi Variable
Cost). Terhadap ketiga macam kategori biaya overhead pabrik tersebut,
dapat pula dilakukan penggolongan lain atas dasar dapat tidaknya biaya itu
dikendalikan, sehingga diperoleh cara pengelompokan lain: 1) Biaya yang
dapat dikendalikan (controllable); dan 2) Biaya yang tidak dapat dikendalikan
(non controllable).
Untuk menentukan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk
penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik, terdapat permasalahan-

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 159


permasalahan pokok sebagai berikut: 1) Penanggung jawab dalam perencanaan
biaya; 2) Penentuan jumlah biaya (anggaran); dan 3) Pengawasan BOP.
Dalam pengawasan BOP yang perlu diperhatikan adalah pengalokasian BOP
dari departemen jasa ke departemen produksi. Karena biaya yang timbul
pada departemen jasa selain untuk kepentingan jasa itu sendiri, juga untuk
kepentingan departemen produksi. Pengalokasian BOP dapat dilakukan
dengan cara “Clean Cost Concept” yaitu pengalokasian berdasarkan proporsi
pemakaian jasa oleh masing-masing bagian produksi.

8.7 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi


8.7.1 Pertanyaan untuk Diskusi
1) Biaya overhead pabrik merupakan bagian dari biaya produksi suatu
produk yang sama pentingnya dengan biaya bahan baku langsung
maupun biaya tenaga kerja langsung. Berdasarkan hal tersebut apa
yang dimaksud dengan biaya overhead pabrik dan anggaran biaya
overhead pabrik!
2) Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi anggaran
biaya overhead pabrik (BOP) !
3) Biaya overhead pabrik dalam uraian akuntansi dapat digolongkan
dengan tiga cara penggolongan, sebutkan dan jelaskan !
4) Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus
diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai
dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas
yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya
overhead pabrik, sebutkan dan jelaskan !
5) Pengendalian biaya overhead pabrik dapat lebih mudah dilakukan
dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya. Untuk
itu dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik ada langka-
langkah yang perlu dilakukan, jelaskan langka-langkahnya !
6) Jelaskan tujuan dari penyusunan anggaran biaya overhead pabrik
secara umum dan secara khusus !
7) Dalam mengadakan perencanaan dan pengawasan anggaran biaya
overhead pabrik perlu diketahui sifat-sifat biayanya. Pada dasarnya
dalam perencanaan dan pengawasan anggaran biaya overhead
pabrik (BOP) menurut sifatnya dikenal 3 (tiga) macam, sebutkan
dan jelaskan !
8) Dalam menentukan besarnya dana yang harus dianggarkan

160 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


untuk penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik, terdapat
permasalahan-permasalahan pokok, apa saja permasalahan-
permasalahannya dan bagaimana cara menanganinya !
9) Pengalokasian BOP dapat dilakukan dengan cara “Clean Cost
Concept” , apa yang dimaksud dengan konsep tersebut !

8.7.2 Kasus untuk Diskusi


1) Selama proses produksi PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011,
pada bagian jasa/pembantu akan timbul biaya overhead sebesar
Rp 1.000.000. Jasa yang disediakan, dipakai oleh berbagai bagian
dengan proporsi: Bagian Produksi I (45%); Bagian Produksi II
(30%); Bagian Produksi III (25%). Berdasarkan data tersebut diatas
susunlah alokasi biaya overhead PT “GATRA & OSA” pada tahun
2011 ke masing-masing bagian.
2) PT “GATRA & OSA” selama tahun 2011 diperkirakan akan timbul
biaya overhead sebesar sebagai berikut:
Bagian Produksi:
- Bagian Produksi I : Rp 22.000.000
- Bagian Produksi II : Rp 20.000.000
- Bagian Produksi III : Rp 15.000.000
Bagian Jasa/Pembantu:
- Bagian Jasa/Pembantu I : Rp 3.500.000
- Bagian Jasa/Pembantu II : Rp 5.000.000
Jasa bagian Jasa/Pembantu digunakan oleh ketiga Bagian
Produksi dengan proporsi sebagai berikut :

Bagian Jasa (Pembantu)


Bagian Produksi
I II
I 40% 45%
II 30% 30%
III 30% 25%

Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah alokasi biaya


overhead bagian jasa (pembantu) PT “GATRA & OSA” pada tahun
2011 ke masing-masing bagian.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 161


3) PT “GATRA & OSA” selama tahun 2011 diperkirakan akan timbul
biaya overhead sebesar sebagai berikut:
Bagian masing-masing bagian:

Jumlah Biaya Tingkat Kegiatan


Bagian Produksi:
- Bagian Produksi I Rp 25.000.000 5.000 DMH
- Bagian Produksi II Rp 15.000.000 3.000 DMH
Bagian Jasa:
- Bagian Jasa I Rp 5.000.000 900 DMH
- Bagian Jasa II Rp 3.000.000 700 DMH

Penggunaan jasa dari jasa bagian I dan jasa bagian II:

Pemakai Jasa
Pemberi Jasa Bagian Produksi Bagian Jasa
I II I (X) II (Y)
Bagian Jasa I (X) 50% 30% - 20%
Bagian Jasa II (Y) 55% 25% 20% -

Berdasarkan data-data PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011


tersebut diatas tentukan:
a. BOP neto masing-masing bagian jasa.
b. Jumlah BOP keseluruhan masing-masing bagian produksi.
c. Tarif BOP masing-masing bagian produksi untuk setiap satuan
kegiatan.

4) PT “GATRA & OSA” tahun 2011 memproduksi dengan 2 jenis


bahan baku dan memiliki 2 departemen produksi, dimana bahan
baku hanya dipakai pada departemen I dan BOP pada departemen
II. Biaya standar untuk menentukan biaya produksi, berdasarkan
data-data sebagai berikut:
Harga bahan baku distandarkan Rp 100/kg untuk bahan
baku A, dan Rp 400/kg untuk bahan baku B, ditambah biaya
penanganan masing-masing bahan baku 10%. Untuk membuat
satu unit produk jadi diperlukan 3,5 kg bahan baku A dan 2,5
kg bahan baku B.

162 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Jumlah tenaga kerja yang menangani langsung produksi
adalah 40 orang di departemen I dan 100 orang di departemen
II, dimana diperkirakan tiap pekerja bisa bekerja efektif 35
jam/minggu. Upah dan gaji total per minggu departemen
I Rp 300.000 dan departemen II Rp 900.000,- ditambah
20 % sebagai cadangan premi lembur dan premi lain-lain.
Dalam departemen I bahan diolah selama 2,5 jam dan dalam
departemen II selama 2 jam.
Kapasitas normal produksi adalah 1.000 unit ( 100% ) atau
4.000 jam mesin dengan batas terendah produksi 80% dan
kapasitas penuh 120%. BOP yang terdiri dari overhead tetap
dan variabel pada kapasitas normal adalah:

Variabel Tetap
Upah pegawai Rp 320.000 -
Bahan pembantu Rp 140.000 -
Lain-lain Rp 20.000 -
Penyusutan Mesin - Rp 190.000
Listrik - Rp 50.000
Pemeliharaan, dll - Rp 80.000
Jumlah Rp 480.000 Rp 320.000

Dari data-data tersebut susulah biaya standar per unit produk jadi
dan fleksible budget untuk BOP pada kapasitas 80%; 100%; dan
120%.

5) PT “GATRA & OSA” tahun 2011 sudah mnegeluarkan biaya


Bagian Jasa I sebesar Rp 4.000.000,00 dan biaya Bagian Jasa II
sebesar Rp 6.000.000,00 dengan distribusi sebagai berikut:
Bagian Jasa I: ke Bagian Produksi I 40%, dan Bagian
Produksi II 55% sisanya ke Bagian Jasa II.
Bagian Jasa II: ke Bagian Produksi I 45%, dan Bagian
Produksi II 40% sisanya ke Bagian Jasa I.

Berdasarkan data tersebut buatlah BOP yang sesungguhnya


dikeluarkan oleh perusahaan, Jika BOP tak langsung Rp 10.000.000
(Bagian Produksi I) dan Rp 15.000.000 (Bagian Produksi II),
lengkapi tabel perhitungan BOP departemen produksi tersebut.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 163


Bab 9
ANGGARAN BEBAN USAHA
(OPERATING EXPENSES )

9.1 Pengertian Anggaran Beban Usaha


Ada tiga kelompok besar biaya, yang harus mendapat perhatian
tersendiri dari manajemen perusahaan, agar minimal masih bisa bertahan
hidup dan tidak harus pergi atau menutup kegiatan usaha. Yang pertama ialah
biaya-biaya yang bersangkut paut dengan harga pokok. Kedua ialah biaya-
biaya operasi atau beban usaha (operating expenses) dan ketiga biaya lain-
lain, khususnya biaya bunga. Beban usaha (operating expenses) merupakan
beban kegiatan pokok perusahaan yang tidak terjadi di pabrik selain harga
pokok penjualan yang ditampilkan dalam laporan rugi laba. Beban usaha
terdiri dari beban penjualan (selling expenses), beban administrasi dan umum
(general and administration expenses). Beban penjualan (selling expenses),
ialah semua biaya yang terjadi di dalam lingkungan bagian penjualan, serta
biaya-biaya lain yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh bagian penjualan. Beban penjualan terjadi untuk kepentingan penjualan
produk utama. Beban penjualan ada yang bersifat tetap, tetapi ada juga yang
bersifat variabel. Contoh dari beban penjualan tetap adalah beban depresiasi
alat penjualan, beban gaji pegawai tetap bagian penjualan, dan lain-lain.
Beban penjualan variabel adalah dipengaruhi oleh besar-kecilnya kegiatan
penjualan. Contoh dari beban penjualan variabel adalah komisi penjualan,
beban penghapusan piutang, dan beban pernik penjualan. Secara lebih terinci
yang termasuk dalam kelompok beban penjualan (selling expenses) antara
lain:
1) Gaji Karyawan Penjualan (Store Salaries), ialah gaji yang dibayarkan
kepada para karyawan di Bagian Penjualan.
2) Beban Pemeliharaan Bagian Penjualan (Store Maintanance), ialah biaya
untuk pemeliharaan ruangan dan peralatan bagian penjualan.
3) Beban Perbaikan Bagian Penjualan (Store Repair), ialah biaya untuk
perbaikan ruangan dan peralatan bagian penjualan.
4) Depresiasi Peralatan Bagian Penjualan (Depreciation of Store
Furnitures), ialah beban depresiasi terhadap peralatan-peralatan bagian
penjualan.
5) Depresiasi Gedung Bagian Penjualan (Depreciation of Store Building),
ialah beban depresiasi terhadap bangunan (gedung) bagian penjualan.
6) Beban Listrik Bagian Penjualan (Store Heat and Light), ialah biaya
listrik untuk keperluan bagian penjualan.
7) Beban Telpon Bagian Penjualan (Store Telephone), ialah biaya telepon
untuk keperluan bagian penjualan.
8) Beban Asuransi Bagian Penjualan (Store Insurance), ialah biaya asuransi
terhadap bangunan serta peralatan bagian penjualan.
9) Beban Supplies Bagian Penjualan (Store Suplieses), ialah biaya untuk
keperluan-keperluan kecil lainnya di bagian penjualan, seperti kertas,
karbon, tinta, tali, dan sebagainya.
10) Beban Advertensi (Advertising), ialah biaya pemasangan iklan diberbagai
media massa untuk keperluan meningkatkan penjualan.

Sedangkan beban administrasi dan umum (general and administration


expenses), ialah semua biaya yang terjadi serta terdapat di dalam lingkungan
kantor administrasi perusahaan, serta biaya-biaya lain yang sifatnya umum
untuk keperluan perusahaan secara keseluruhan. Dengan kata lain beban
administrasi dan umum adalah beban yang umumnya terjadi pada bagian
personalia, bagian keuangan, dan bagian umum, seperti: beban gaji pimpinan
dan staf, beban depresiasi peralatan kantor, beban pernik kantor, beban
pemeliharaan kantor, dan beban umum lainnya. Beban administrasi dan umum
biasanya bersifat tetap. Secara lebih terinci yang termasuk dalam kelompok
beban administrasi dan umum (general and administration expenses), antara
lain:
1) Gaji Karyawan Kantor (Office Salaries), ialah gaji yang dibayarkan
kepada para karyawandi kantor administrasi dan umum.
2) Gaji Pemeliharaan Kantor (Office Manintenance), ialah biaya untuk
pemeliharaan ruangan dan peralatan kantor administrasi dan umum.
3) Beban Perbaikan Kantor (Office Repair), ialah biaya untuk perbaikan
ruangan dan peralatan kantor administrasi dan umum.

166 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


4) Depresiasi Peralatan Kantor (Depreciation of Office Furniture), ialah
beban depresiasi terhadap peralatan-peralatan di kantor administrasi dan
umum.
5) Depresiasi Gedung Kantor (Depreciation of Office Building), ialah beban
depresiasi terhadap bangunan (gedung) kantor administrasi dan umum.
6) Beaya Listrik Kantor (Office Heat and Light), ialah biaya listrik untuk
keperluan kantor administrasi dan umum.
7) Beban Telepon Kantor (Office Telephone), ialah biaya telepon untuk
keperluan kantor administrasi dan umum.
8) Beban Asuransi Kantor (Office Insurance), ialah biaya asuransi terhadap
bagunan serta peralatan kantor administrasi dan umum.
9) Beban Supplies Kantor (Office Supplies), ialah biaya untuk keperluan-
keperluan tulis-menulis serta keperluan-keperluan kecil lainnya di kantor
administrasi, seperti kertas, karbon, lem, tinta, materai, perangko, dan
sebagainya.

Dari pengertian beban usaha (operating expenses) tersebut diatas maka


pengertian anggaran beban usaha (operating expenses) adalah anggaran yang
merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya yang terjadi serta biaya
lain yang sifatnya untuk keperluan secara keseluruhan, yang di dalamnya
meliputi rencana tentang jenis biaya, jumlah biaya, dan waktu (kapan) biaya
tersebut terjadi dan dibebankan, yang masing-masing dikaitkan dengan tempat
(departemen) dimana biaya tersebut terjadi. Hal ini menggambarkan bahwa
jika perusahaan membagi kantor menjadi beberapa bagian, maka rencana
tentang beban penjualan (selling expenses), beban administrasi dan umum
(general and administration expenses), untuk masing-masing bagian tersebut
juga harus diperinci dan dipisahkan secara jelas.

9.2 Kegunaan Anggaran Beban Usaha


Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa anggaran beban usaha
(operating expenses) berisi semua rencana biaya nonproduksi. Dimana
anggaran beban usaha meliputi semua pengeluaran yang direncanakan untuk
beban penjualan dan administrasi umum. Kegunaan anggaran beban usaha
secara umum merupakan pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja
serta sebagai alat pengawasan kerja bagi aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan penjualan dan administrasi selama periode anggaran. Adapun
kegunaan anggaran beban usaha (anggaran biaya penjualan dan anggaran

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 167


biaya administrasi & umum) secara khusus yaitu berguna sebagai dasar
untuk menyusun anggaran kas. Hal ini disebabkan karena sebagian dari biaya
penjualan dan biaya administrasi & umum tersebut memerlukan pengeluaran
kas.
Anggaran beban penjualan antara lain meliputi: beban komisi penjualan,
beban promosi, beban distribusi, beban penghapusan piutang usaha, beban
turun harga, tetapi tidak termasuk harga pokok barang terjual. Beban
penghapusan piutang usaha dan beban turun harga termasuk beban penjualan,
karena beban tersebut terjadinya ditaksir dan sudah diduga. Penghapusan
piutang usaha dan turun harga yang terjadinya tidak terduga tidak termasuk
beban penjualan, tetapi termasuk pos luar biasa (insidental). Beban penjualan
merupakan beban (biaya) yang dikelompokkan menurut fungsi organisasi,
dalam hal ini beban penjualan merupakan tanggung jawab fungsi manajer
penjualan atau yang lebih luas lagi tanggung jawab fungsi manajer pemasaran.
Beban penjualan terjadi sebagai akibat adanya kegiatan penjualan, maka untuk
itu beban penjualan berguna untuk meningkatkan volume barang yang dijual,
sehingga bila barang yang dijual tidak meningkat, sedangkan beban penjualan
meningkat maka manajer harus bertanggung jawab mengenai permasalahan
tersebut.
Anggaran beban administrasi dan umum merupakan salah satu unsur
beban usaha. Beban usaha terdiri atas beban penjualan dan beban administrasi
dan umum. Oleh karena itu, beban administrasi dan umum adalah beban
usaha dikurangi beban penjualan. Beban administrasi dan umum adalah
beban selain beban penjualan, selain harga pokok barang terjual, selain beban
non usaha. Kegunaan anggaran beban administrasi dan umum pada dasarnya
untuk menunjang kegiatan produksi dan kegiatan penjualan. Salah satu unsur
beban administrasi dan umum adalah beban depresiasi bangunan, beban
depresiasi kendaraan dan alat keperluan kantor. Untuk menentukan beban
depresiasi ada beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain: metode
beban tetap, metode beban berkurang, metode beban bertambah, dan metode
beban variabel. Anggaran beban administrasi dan umum adalah salah satu
unsur anggaran operasional. Oleh karena itu, anggaran beban administrasi
dan umum diperlukan dalam menyusun anggaran rugi-laba. Anggaran rugi-
laba yang merupakan tujuan disusunnya anggaran operasional memerlukan
anggaran keuangan, sebaliknya anggaran keuangan memerlukan anggaran
operasional. Sebagai contoh, untuk menyusun anggaran rugi-laba (anggaran
operasional) diperlukan anggaran sediaan (anggaran keuangan), seperti

168 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


anggaran sediaan bahan baku untuk menyusun anggaran biaya bahan baku,
anggaran sediaan produk jadi dan sediaan produk dalam proses diperlukan
untuk menyusun anggaran rugi-laba. Di sisi lain untuk menyusun anggaran
keuangan (anggaran neraca), seperti anggaran modal sendiri (anggaran laba di
tahan) diperlukan anggaran rugi-laba, karena rugi-laba mempengaruhi besar
kecilnya modal sendiri (anggaran keuangan).

9.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anggaran Beban Usaha


Penentuan besar kecilnya anggaran beban usaha (operating expenses)
biasanya didasarkan pada kebijakan manajemen perusahaan. Perusahaan
berusaha mengurangi atau menghapuskan beban usaha dimaksudkan untuk
meningkatkan laba operasi pada periode anggaran. Sebagai contoh, untuk
meningkatkan laba operasi perusahaan dan menunjukkan pengendalian yang
baik atas beban-beban operasi (biaya penjualan dan biaya administrasi &
umum), manajer suatu perusahaan dapat memotong pengeluaran untuk layanan
kepada pelanggan. Walaupun pengurangan layanan kepada pelanggan akan
menurunkan penjualan, dan mempunyai konsekuensi negatif pada reputasi
perusahaan juga penjualan di masa datang. Untuk itu maka perusahaan harus
waspada dalam melihat perspektif jangka pendek ketika menyusun anggaran
beban usaha (operating expenses).
Dalam penyusunan anggaran beban usaha (anggaran biaya penjualan
dan anggaran biaya administrasi & umum) ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran
beban penjualan antara lain sebagai berikut:
1) Anggaran penjualan; khususnya rencana tentang kualitas dan kuantitas
barang yang akan dijual dari waktu kewaktu selama periode yang
akan datang. Walaupun secara tidak langsung anggaran penjualan
mempengaruhi besar kecilnya biaya penjualan. Jumlah penjualan yang
besar akan meningkatkan aktivitas-aktivitas di bagian penjualan, yang
secara tidak langsung akan mengakibatkan pula peningkatan biaya
penjualan. Dan sebaliknya jumlah penjualan yang kecil akan mengurangi
aktivitas-aktivitas di bagian penjualan, yang secara tidak langsung akan
mengakibatkan pula penurunan biaya penjualan.
2) Berbagai standar biaya yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yang
berkaitan dengan biaya penjualan.
3) Sistem pembayaran upah (gaji) yang dipakai oleh perusahaan, khususnya
yang dibayarkan kepada para karyawan bagian penjualan.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 169


4) Metode depresiasi yang dipakai oleh perusahaan, khususnya depresiasi
terhadap aktiva tetap yang ada dilingkungan bagian penjualan.
5) Metode alokasi biaya yang dipakai oleh perusahaan untuk membagi
biaya-biaya yang semula merupakan satu kesatuan (biaya bersama),
menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tempat dimana biaya tersebut
terjadi.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran


biaya administrasi & umum antara lain sebagai berikut:
1) Anggaran penjualan; khususnya rencana tentang kualitas dan kuantitas
barang yang akan dijual dari waktu kewaktu selama periode yang
akan datang. Walaupun secara tidak langsung, anggaran penjualan
mempengaruhi besar kecilnya biaya administrasi & umum. Jumlah
penjualan yang besar akan meningkatkan aktivitas-aktivitas di bagian
penjualan, yang secara tidak langsung akan mengakibatkan pula
peningkatan aktivitas bagian administrasi & umum dan pada akhirnya
akan meningkatkan biaya bagian administrasi & umum. Dan sebaliknya
jumlah penjualan yang kecil akan mengurangi aktivitas-aktivitas di
bagian penjualan, yang secara tidak langsung akan mengakibatkan pula
menurunnya aktivitas bagian administrasi & umum dan pada akhirnya
akan menurunkan biaya bagian administrasi & umum.
2) Anggaran unit yang diproduksi; khususnya rencana tentang kualitas
dan kuantitas barang yang akan diproduksi dari waktu kewaktu selama
periode yang akan datang. Walaupun secara tidak langsung, anggaran
unit yang diproduksi mempengaruhi besar kecilnya biaya administrasi
& umum. Jumlah unit produksi yang besar akan meningkatkan aktivitas-
aktivitas di bagian administrasi & umum, yang secara tidak langsung
akan mengakibatkan pula peningkatan aktivitas bagian administrasi &
umum dan pada akhirnya akan meningkatkan biaya bagian administrasi
& umum. Dan sebaliknya jumlah unit produksi yang kecil akan
mengurangi aktivitas-aktivitas di bagian administrasi & umum, yang
secara tidak langsung akan mengakibatkan pula penurunan aktivitas
bagian administrasi & umum dan pada akhirnya akan menurunkan biaya
bagian administrasi & umum.
3) Berbagai standar yang telah ditetapkan perusahaan yang berkaitan
dengan biaya bagian administrasi & umum.
4) Sistem pembayaran upah (gaji) yang dipakai oleh perusahaan, khususnya
yang dibayarkan kepada para karyawan bagian administrasi & umum.

170 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


5) Metode depresiasi yang dipakai oleh perusahaan, khususnya depresiasi
terhadap aktiva tetap yang ada dilingkungan bagian administrasi &
umum.
6) Metode alokasi biaya yang dipakai oleh perusahaan untuk membagi
biaya-biaya yang semula merupakan satu kesatuan (biaya bersama),
menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tempat dimana biaya tersebut
terjadi.

9.4 Bentuk Anggaran Beban Usaha dan Pembebanan Biaya


Sebagaimana halnya dengan anggaran-anggaran yang lain, anggaran
beban usaha (operating expenses) juga tidak ada bentuk standar yang harus
dipergunakan. Ini artinya bahwa masing-masing perusahaan mempunyai
kebebasan untuk menentukan bentuk serta formatnya, sesuai dengan keadaan
perusahaan masing-masing. Contoh Bentuk Anggaran Beban Usaha:

PT “GATRA & OSA”


Anggaran Beban Usaha (Operating Expenses)
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2011
Biaya Penjualan:
Biaya gaji tenaga penjualan................................................Rp 715.000
Biaya iklan..........................................................................Rp 360.000
Biaya perjalanan.................................................................Rp 115.000
Total biaya penjualan...............................................................Rp 1.190.000
Biaya Administrasi & Umum:
Biaya gaji pejabat kantor....................................................Rp 360.000
Biaya gaji pegawai kantor..................................................Rp 258.000
Biaya sewa kantor..............................................................Rp 34.000
Biaya perlengkapan kantor.................................................Rp 18.000
Biaya administrasi rupa-rupa.............................................Rp 25.000
Total biaya administrasi & umum...........................................Rp 695.000
Total biaya penjualan dan administrasi & umum....................Rp 1.885.000

Sedangkan terkait dengan pembebanan biaya, beban usaha (biaya


penjualan dan biaya administrasi & umum) harus pula dibebankan kepada
produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sebagaimana halnya pada biaya-
biaya produksi. Hal ini disebabkan karena produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan itulah yang pada akhirnya harus memikul semua biaya perusahaan,
baik biaya produksi (biaya pabrik) maupun beban usaha (operating expenses).

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 171


Bilamana perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk, maka
beban usaha harus pula dibebankan kepada masing-masing jenis produk yang
bersangkutan.

9.5 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran Beban Usaha


Disini akan diberikan illustrasi aplikasi teknik penyusunan anggaran beban
usaha (operating expenses) dalam bentuk contoh kasus dan pemecahannya
(penyelesaian) seperti dibawah ini.
Kasus 1 dan Pemecahan Kasus 1
Kasus 1 dan pemecahan kasus 1; merupakan illustrasi yang terkait dengan
anggaran beban usaha (operating expenses) khususnya untuk Anggaran Beban
Penjualan, yang kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 1:
Sesuai dengan struktur organisasinya PT “GATRA & OSA” membagi
bagian penjualan menjadi tiga bagian yaitu: Bagian Promosi, Bagian Transaksi
dan Bagian Ekspedisi. Untuk keperluan penyusunan Anggaran Beban
Penjualan pada tahun 2011, perusahaan telah menetapkan berbagai standar
biaya beserta alokasinya dalam bentuk Anggaran Variabel, berdasarkan
pengalaman di waktu yang lalu dan berdasar pada penelitian. Adapun standar
biaya dan alokasi biayanya adalah sebagai berikut:
Besarnya Gaji Karyawan bagian penjualan ditetapkan sebesar Rp
100.000/bulan/ orang (Jumlah karyawan Bagian Promosi 8 orang, Bagian
Transaksi 10 orang dan Bagian Ekspedisi 9 orang) dan tidak dipengaruhi
oleh besar kecilnya jumlah penjualan pada bulan yang bersangkutan.
Selama tahun 2011 direncanakan akan ada dua kali kenaikan gaji, yaitu
pada bulan Mei 2011 dan pada bulan September 2011, dengan kenaikan
Gaji sebagai berikut: kenaikan sebesar Rp 18.750 untuk karyawan Bagian
Promosi; kenaikan sebesar Rp10.000 untuk karyawan Bagian Transaksi,
dan kenaikan sebesar Rp10.000 untuk karyawan Bagian Ekspedisi.
Besarnya Biaya Bahan-Bahan untuk keperluan masing-masing bagian di
dalam Bagian Penjualan, telah ditetapkan sebagai berikut:
Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan April 2011:
- Bagian Promosi sebesar Rp 60.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,5 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,4 per unit Produk Y yang terjual.

172 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


- Bagian Transaksi sebesar Rp 60.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,4 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,3 per unit Produk Y yang terjual.
- Bagian Ekspedisi sebesar Rp 80.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,7 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,6 per unit Produk Y yang terjual.
Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011:
- Bagian Promosi sebesar Rp 60.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,6 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,5 per unit Produk Y yang terjual.
- Bagian Transaksi sebesar Rp 60.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,5 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,4 per unit Produk Y yang terjual.
- Bagian Ekspedisi sebesar Rp 80.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,8 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,7 per unit Produk Y yang terjual.
Untuk bulan September 2011 sampai dengan Desember 2011:
- Bagian Promosi sebesar Rp 60.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,7 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,6 per unit Produk Y yang terjual.
- Bagian Transaksi sebesar Rp 60.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,6 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,5 per unit Produk Y yang terjual.
- Bagian Ekspedisi sebesar Rp 80.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,9 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,8 per unit Produk Y yang terjual.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 173


Data Penjualan PT “GATRA & OSA” per bulan untuk Tahun 2011:

Penjualan
Bulan’ 2011
Produk X Produk Y
Januari 115.000 unit 80.000 unit
Februari 115.000 unit 80.000 unit
Maret 115.000 unit 80.000 unit
April 115.000 unit 80.000 unit
Mei 125.000 unit 90.000 unit
Juni 125.000 unit 90.000 unit
Juli 125.000 unit 90.000 unit
Agustus 125.000 unit 90.000 unit
September 135.000 unit 95.000 unit
Oktober 135.000 unit 95.000 unit
November 135.000 unit 95.000 unit
Desember 135.000 unit 95.000 unit

Besarnya Biaya Pemeliharaan Gedung untuk bulan Januari 2011 sampai


dengan bulan April 2011 ditetapkan sebesar Rp 100.000 setiap bulan,
ditambah Rp 5 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung pada setiap bulan
yang bersangkutan. Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011
ditambah dengan Rp 6 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung pada setiap
bulan yang bersangkutan, dan untuk bulan September 2011 sampai
dengan Desember 2011 sebesar Rp 100.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 7,5 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung pada setiap bulan
yang bersangkutan.
Biaya Pemeliharaan Gedung ini merupakan biaya pemeliharaan
untuk seluruh gedung (bangunan) yang dipergunakan oleh perusahaan,
sehingga merupakan biaya bersama, yang harus dialokasikan menjadi
beban Bagian Pabrik, beban Bagian Penjualan dan beban Bagian
Administrasi & Umum. Dengan berdasarkan perbandingan luas
lantai, maka ditetapkan bahwa Bagian Pabrik memikul beban Biaya
Pemeliharaan Gedung sebesar 70%, Bagian Administrasi & Umum
memikul beban sebesar 10% dan beban Bagian Penjualan sebesar 20%.
Khususnya Biaya Pemeliharaan Gedung yang menjadi beban
Bagian Penjualan sendiri harus pula dialokasikan menjadi beban dari
masing-masing bagian yang ada di dalam lingkungan Bagian Penjualan.
Dengan berdasarkan perbandingan luas lantai, maka ditetapkan alokasi

174 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


tersebut sebagai berikut: Bagian Promosi sebesar 30%; Bagian Transaksi
sebesar 30%; dan Bagian Ekspedisi sebesar 40%.
Data Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL) PT “GATRA &
OSA” per bulan untuk Tahun 2011 sebagai berikut:

Bulan’ 2011 Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL)


Januari 54.000 JKTL
Februari 54.000 JKTL
Maret 54.000 JKTL
April 54.000 JKTL
Mei 55.000 JKTL
Juni 55.000 JKTL
Juli 55.000 JKTL
Agustus 55.000 JKTL
September 56.000 JKTL
Oktober 56.000 JKTL
November 56.000 JKTL
Desember 56.000 JKTL

Besarnya Biaya Pemeliharaan Alat Alat untuk masing-masing bagian di


dalam bagian penjualan, telah ditetapkan sebagai berikut:
Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan April 2011:
- Bagian Promosi sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,3 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,25 per unit Produk Y yang terjual.
- Bagian Transaksi sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,2 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,1 per unit Produk Y yang terjual.
- Bagian Ekspedisi sebesar Rp 20.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,5 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,3 per unit Produk Y yang terjual.
Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011:
- Bagian Promosi sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,4 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,3 per unit Produk Y yang terjual.
- Bagian Transaksi sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,3 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,2 per unit Produk Y yang terjual.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 175


- Bagian Ekspedisi sebesar Rp 20.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,6 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,5 per unit Produk Y yang terjual.
Untuk bulan September 2011 sampai dengan Desember 2011:
- Bagian Promosi sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,5 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,4 per unit Produk Y yang terjual.
- Bagian Transaksi sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,4 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,3 per unit Produk Y yang terjual.
- Bagian ekspedisi sebesar Rp 20.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,7 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 0,6 per unit Produk Y yang terjual.

Biaya Listrik yang ditanggung perusahaan adalah biaya yang dibayar


perusahaan kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN), untuk keperluan
penerangan dan penggerak beberapa peralatan ruangan (alat pendingin
ruangan). Sedangkan untuk menggerakkan mesin-mesin dan peralatan
produksi, dipergunakan tenaga diesel yang dimiliki sendiri oleh
perusahaan. Oleh karena fungsi listrik terutama hanyalah untuk keperluan
penerangan, maka diperkirakan jumlahnya tidak berbeda dari bulan ke
bulan. Untuk itu maka tahun 2011 perusahaan menetapkan besarnya
biaya listrik dari bulan ke bulan selalu sama yaitu sebesar Rp 350.000.
Biaya Listrik ini merupakan biaya bersama Biaya Listrik karena
mencakup penggunaan listrik di semua bagian dalam perusahaan,
sehingga harus dialokasikan menjadi beban Bagian Pabrik, beban
Bagian Penjualan dan beban Bagian Administrasi & Umum. Dengan
berdasarkan perbandingan penggunaan watt (kilowatt), maka ditetapkan
bahwa Bagian Pabrik memikul beban Biaya Listrik sebesar 40%, Bagian
Administrasi & Umum memikul beban sebesar 30% dan beban Bagian
Penjualan sebesar 30%.
Khususnya Biaya Listrik yang menjadi beban Bagian Penjualan
sendiri harus pula dialokasikan menjadi beban dari masing-masing bagian
yang ada di dalam lingkungan Bagian Penjualan. Dengan berdasarkan
perbandingan penggunaan watt (kilowatt), maka ditetapkan alokasinya
sebagai berikut: Bagian Promosi sebesar 60%; Bagian Transaksi sebesar
20%; dan Bagian Ekspedisi sebesar 20%.

176 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Dengan menggunakan metode depresiasi secara garis lurus (straigt line
method), ditetapkan bahwa Depresiasi Gedung untuk tahun 2011 sebesar
Rp 300.000 setiap bulan. Biaya Depresiasi Gedung ini merupakan biaya
bersama karena mencakup seluruh gedung yang dimiliki perusahaan,
sehingga harus dialokasikan menjadi beban Bagian Pabrik, beban
Bagian Penjualan dan beban Bagian Administrasi & Umum. Dengan
berdasarkan perbandingan luas lantai, maka ditetapkan bahwa Bagian
Pabrik memikul beban Biaya Pemeliharaan Gedung sebesar 65%,
Bagian Administrasi & Umum memikul beban sebesar 15% dan beban
Bagian Penjualan sebesar 20%.
Khususnya Depresiasi Gedung yang menjadi beban Bagian
Penjualan sendiri harus pula dialokasikan menjadi beban dari masing-
masing bagian yang ada di dalam lingkungan Bagian Penjualan. Dengan
berdasarkan perbandingan luas lantai, maka ditetapkan alokasinya
sebagai berikut: Bagian Promosi sebesar 30%; Bagian Transaksi sebesar
30%; dan Bagian Ekspedisi sebesar 40%.
Dengan menggunakan metode depresiasi secara garis lurus (straigt
line method), ditetapkan pula Depresiasi Alat-Alat yang terdapat dan
dipergunakan di bagian masing-masing dalam lingkungan bagian
penjualan sebagai berikut: Bagian Promosi sebesar Rp 125.000 setiap
bulan; Bagian Transaksi sebesar Rp 90.000 setiap bulan; dan Bagian
Ekspedisi sebesar Rp 150.000 setiap bulan.
Biaya Promosi yang meliputi Biaya Pengiklanan dan Biaya Promosi
Penjualan hanya terdapat di Bagian Transaksi maupun Bagian Ekspedisi:
Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011
besarnya Biaya Promosi ditetapkan sebesar Rp 100.000 setiap
bulan, ditambah dengan Rp 12,5 per unit Produk X yang terjual,
dan ditambah dengan Rp 7,5 per unit Produk Y yang terjual.
Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011
besarnya Biaya Promosi ditetapkan sebesar Rp 100.000 setiap
bulan, ditambah dengan Rp 15 per unit Produk X yang terjual, dan
ditambah dengan Rp 10 per unit Produk Y yang terjual.
Untuk bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011
besarnya Biaya Promosi ditetapkan sebesar Rp 100.000 setiap
bulan, ditambah dengan Rp 17,5 per unit Produk X yang terjual,
dan ditambah dengan Rp 12,5 per unit Produk Y yang terjual.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 177


Dengan berdasarkan pada berbagai standar biaya beserta alokasi
sebagaimana telah disebutkan diatas, dan dengan mengingat pula rencana
aktivitas perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk Jam Kerja Tenaga Kerja
Langsung, susunlah Anggaran Beban Penjualan PT “GATRA & OSA” untuk
tahun 2011.

Pemecahan Kasus 1:
Dari kasus 1 tersebut diatas untuk langkah-langkah pemecahannya
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan besarnya Gaji Karyawan dalam Bagian Penjualan (Bagian
Promosi, Bagian Transaksi dan Bagian Ekspedisi) PT “GATRA & OSA”
setiap bulan untuk Tahun 2011.
Gaji Karyawan Bagian Promosi (GKBP):
- GKBP bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
GKBP = 8 x Rp 100.000 = Rp 800.000
- GKBP bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
GKBP = (8 x Rp 100.000) + (8 x Rp 18.750)
= Rp 800.000 + Rp 150.000 = Rp 950.000
- GKBP bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember
2011:
GKBP = (8 x Rp 100.000) + (8 x Rp 18.750) + (8 x Rp 18.750)
= Rp 800.000 + Rp 150.000 + Rp 150.000
= Rp 1.100.000
Gaji Karyawan Bagian Transaksi (GKBT):
- GKBT bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
GKBT = 10 x Rp 100.000
= Rp 1.000.000
- GKBT bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
GKBT = (10 x Rp 100.000) + (10 x Rp 10.000)
= Rp 1.000.000 + Rp 100.000
= Rp 1.100.000
- GKBT bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember
2011:
GKBT= (10 x Rp 100.000) + (10 x Rp 10.000) + (10 x Rp 10.000)
= Rp 1.000.000 + Rp 100.000 + Rp 100.000
= Rp 1.200.000

178 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Gaji Karyawan Bagian Ekspedisi(GKBE):
- GKBE bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
GKBE = 9 x Rp 100.000
= Rp 900.000
- GKBE bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
GKBE = (9 x Rp 100.000) + (9 x Rp 10.000)
= Rp 900.000 + Rp 90.000
= Rp 990.000
- GKBE bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember
2011:
GKBE = (9 x Rp 100.000) + (9 x Rp 10.000) + (9 x Rp 10.000)
= Rp 900.000 + Rp 90.000 + Rp 90.000
= Rp 1.180.000
Perhitungan penentuan Gaji Karyawan Bagian Penjualan PT
“GATRA & OSA” untuk Tahun 2011 tersebut diatas, dapat diringkas
dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Gaji Karyawan Bagian Penjualan


Bulan’ 2011
Bagian Promosi Bagian Transaksi Bagian Ekspedisi
Januari Rp 800.000 Rp 1.000.000 Rp 900.000
Februari Rp 800.000 Rp 1.000.000 Rp 900.000
Maret Rp 800.000 Rp 1.000.000 Rp 900.000
April Rp 800.000 Rp 1.000.000 Rp 900.000
Mei Rp 950.000 Rp 1.100.000 Rp 990.000
Juni Rp 950.000 Rp 1.100.000 Rp 990.000
Juli Rp 950.000 Rp 1.100.000 Rp 990.000
Agustus Rp 950.000 Rp 1.100.000 Rp 990.000
September Rp 1.100.000 Rp 1.200.000 Rp 1.180.000
Oktober Rp 1.100.000 Rp 1.200.000 Rp 1.180.000
November Rp 1.100.000 Rp 1.200.000 Rp 1.180.000
Desember Rp 1.100.000 Rp 1.200.000 Rp 1.180.000
Catatan:
Gaji Karyawan Bagian Penjualan dalam Bagian Penjualan dari tabel
tersebut, akan masuk ke dalam unsur Anggaran Beban Penjualan.

b. Menentukan besarnya Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Penjualan


(Bagian Promosi, Bagian Transaksi dan Bagian Ekspedisi) PT “GATRA
& OSA” setiap bulan untuk Tahun 2011.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 179


Berdasarkan standar Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Penjualan
maka biaya setiap bulannya dapat dihitung sebagai berikut:
Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Penjualan untuk bulan Januari
2011 sampai dengan bulan April 2011:
- Bagian Promosi = 60.000 + (0,5 x 115.000) + (0,4 x 80.000)
= 60.000 + 57.500 + 32.000
= 149.500 = Rp 149.500
- Bagian Transaksi= 60.000 + (0,4 x 115.000) + (0,3 x 80.000)
= 60.000 + 46.000 + 24.000
= 130.000 = Rp 130.000
- Bagian Ekspedisi= 60.000 + (0,7 x 115.000) + (0,6 x 80.000)
= 60.000 + 80.500 + 48.000
= 188.500 = Rp 188.500
Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Penjualan untuk bulan Mei 2011
sampai dengan bulan Agustus 2011:
- Bagian Promosi = 60.000 + (0,6 x 125.000) + (0,5 x 90.000)
= 60.000 + 75.000 + 45.000
= 180.000 = Rp 180.000
- Bagian Transaksi = 60.000 + (0,5 x 125.000) + (0,4 x 90.000)
= 60.000 + 62.500 + 36.000
= 158.500 = Rp 158.500
- Bagian Ekspedisi = 60.000 + (0,8 x 125.000) + (0,7 x 90.000)
= 60.000 + 100.000 + 63.000
= 223.000 = Rp 223.000
Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Penjualan untuk bulan September
2011 sampai dengan bulan Desember 2011:
- Bagian Promosi = 60.000 + (0,7 x 135.000) + (0,6 x 95.000)
= 60.000 + 94.500 + 57.000
= 211.500 = Rp 211.500
- Bagian Transaksi= 60.000 + (0,6 x 135.000) + (0,5 x 95.000)
= 60.000 + 81.000 + 47.500
= 188.500 = Rp 188.500
- Bagian Ekspedisi = 60.000 + (0,9 x 135.000) + (0,8 x 95.000)
= 60.000 + 121.500 + 76.000
= 257.500 = Rp 257.500

180 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Perhitungan penentuan Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Penjualan
PT “GATRA & OSA” untuk Tahun 2011 tersebut diatas, dapat
diringkas dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Penjualan


Bulan’ 2011
Bagian Promosi Bagian Transaksi Bagian Ekspedisi
Januari Rp 149.500 Rp 130.000 Rp 188.500
Februari Rp 149.500 Rp 130.000 Rp 188.500
Maret Rp 149.500 Rp 130.000 Rp 188.500
April Rp 149.500 Rp 130.000 Rp 188.500
Mei Rp 180.000 Rp 158.500 Rp 223.000
Juni Rp 180.000 Rp 158.500 Rp 223.000
Juli Rp 180.000 Rp 158.500 Rp 223.000
Agustus Rp 180.000 Rp 158.500 Rp 223.000
September Rp 211.500 Rp 188.500 Rp 257.500
Oktober Rp 211.500 Rp 188.500 Rp 257.500
November Rp 211.500 Rp 188.500 Rp 257.500
Desember Rp 211.500 Rp 188.500 Rp 257.500
Catatan:
Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Penjualan dari tabel tersebut, akan masuk
ke dalam unsur Anggaran Beban Penjualan.

c. Menentukan besarnya Biaya Pemeliharaan Gedung dalam Bagian


Penjualan (Bagian Promosi, Bagian Transaksi dan Bagian Ekspedisi) PT
“GATRA & OSA” setiap bulan untuk Tahun 2011:
Berdasarkan JKTKL Biaya Pemeliharaan Gedung dalam Bagian
Penjualan, maka biaya setiap bulannya dapat dihitung dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
Langkah pertama; menghitung Biaya Pemeliharaan Gedung (BPG):
- Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
BPG = 100.000 + (5 X 54.000)
= 100.000 + 270.000
= 370.000 = Rp 370.000
- Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
BPG = 100.000 + (6 x 55.000)
= 100.000 + 330.000
= 430.000 = Rp 430.000

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 181


- Untuk bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember
2011:
BPG = 100.000 + (7,5 x 56.000)
= 100.000 + 420.000
= 520.000 = Rp 520.000
Langkah kedua; menghitung Alokasi Biaya Pemeliharaan Gedung
(ABPG) ke masing-masing bagian:
- Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
• ABPG Bagian Pabrik = 70% x Rp 370.000
= Rp 259.000
• ABPG Bagian Penjualan = 20% x Rp 370.000
= Rp 74.000
• ABPG Bagian Administrasi & Umum
= 10% x Rp 370.000
= Rp 37.000
- Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
• ABPG Bagian Pabrik = 70% x Rp 430.000
= Rp 301.000
• ABPG Bagian Penjualan = 20% x Rp 430.000
= Rp 86.000
• ABPG Bagian Administrasi & Umum
= 10% x Rp 430.000 = Rp 43.000

- Untuk bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember


2011:
• ABPG Bagian Pabrik = 70% x Rp 520.000
= Rp 364.000
• ABPG Bagian Penjualan = 20% x Rp 520.000
= Rp 104.000
• ABPG Bagian Administrasi & Umum
= 10% x Rp 520.000
= Rp 52.000
Langkah ketiga; menghitung Alokasi Biaya Pemeliharaan Gedung
dalam Bagian Penjualan (ABPGBP):
- Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
• ABPGBP Bagian Promosi = 30% x Rp 74.000
= Rp 22.200

182 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


• ABPGBP Bagian Transaksi = 30% x Rp 74.000
= Rp 22.200
• ABPGBP Bagian Ekspedisi = 40% x Rp 74.000
= Rp 29.600
- Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
• ABPGBP Bagian Promosi = 30% x Rp 86.000
= Rp 25.800
• ABPGBP Bagian Transaksi = 30% x Rp 86.000
= Rp 25.800
• ABPGBP Bagian Ekspedisi = 40% x Rp 86.000
= Rp 34.400
- Untuk bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember
2011:
• ABPGBP Bagian Promosi = 30% x Rp 104.000
= Rp 31.200
• ABPGBP Bagian Transaksi = 30% x Rp 104.000
= Rp 31.200
• ABPGBP Bagian Ekspedisi = 40% x Rp 104.000
= Rp 41.600
Langkah ketiga; perhitungan penentuan Alokasi Biaya Pemeliharaan
Gedung dalam Bagian Penjualan PT “GATRA & OSA” untuk
Tahun 2011 tersebut diatas, diringkas dalam sebuah tabel sebagai
berikut:

Bulan’ 2011 Alokasi Biaya Pemeliharaan Gedung dalam Bagian Penjualan


Bagian Promosi Bagian Transaksi Bagian Ekspedisi
Januari Rp 22.200 Rp 22.200 Rp 29.600
Februari Rp 22.200 Rp 22.200 Rp 29.600
Maret Rp 22.200 Rp 22.200 Rp 29.600
April Rp 22.200 Rp 22.200 Rp 29.600
Mei Rp 25.800 Rp 25.800 Rp 34.400
Juni Rp 25.800 Rp 25.800 Rp 34.400
Juli Rp 25.800 Rp 25.800 Rp 34.400
Agustus Rp 25.800 Rp 25.800 Rp 34.400
September Rp 31.200 Rp 31.200 Rp 41.600
Oktober Rp 31.200 Rp 31.200 Rp 41.600
November Rp 31.200 Rp 31.200 Rp 41.600
Desember Rp 31.200 Rp 31.200 Rp 41.600
Catatan:
Alokasi Biaya Pemeliharaan Gedung dalam Bagian Penjualan dari tabel
tersebut, akan masuk ke dalam unsur Anggaran Beban Penjualan.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 183


d. Menentukan besarnya Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian
Penjualan (Bagian Promosi, Bagian Transaksi dan Bagian Ekspedisi) PT
“GATRA & OSA” setiap bulan untuk Tahun 2011:
Berdasarkan standar Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian
Penjualan maka biaya setiap bulannya dapat dihitung sebagai berikut:
Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian Penjualan untuk bulan
Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
- Bagian Promosi = 10.000 + (0,3 x 115.000) + (0,25 x 80.000)
= 10.000 + 34.500 + 20.000
= 64.500 = Rp 64.500
- Bagian Transaksi = 10.000 + (0,2 x 115.000) + (0,1 x 80.000)
= 10.000 + 23.000 + 8.000
= 41.000 = Rp 41.000
- Bagian Ekspedisi = 10.000 + (0,5 x 115.000) + (0,3 x 80.000)
= 10.000 + 57.500 + 24.000
= 101.500 = Rp 101.500
Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian Penjualan untuk bulan
Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
- Bagian Promosi = 10.000 + (0,4 x 125.000) + (0,3 x 90.000)
= 10.000 + 50.000 + 27.000
= 87.000 = Rp 87.000
- Bagian Transaksi = 10.000 + (0,3 x 125.000) + (0,2 x 90.000)
= 10.000 + 37.500 + 18.000
= 65.500 = Rp 65.500
- Bagian Ekspedisi = 10.000 + (0,6 x 125.000) + (0,5 x 90.000)
= 10.000 + 75.000 + 45.000
= 130.000 = Rp 130.000
Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian Penjualan untuk bulan
September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011:
- Bagian Promosi = 10.000 + (0,5 x 135.000) + (0,4 x 95.000)
= 10.000 + 67.500 + 38.000
= 115.500 = Rp 115.500
- Bagian Transaksi = 10.000 + (0,4 x 135.000) + (0,3 x 95.000)
= 10.000 + 54.000 + 28.500
= 92.500 = Rp 92.500
- Bagian Ekspedisi = 10.000 + (0,7 x 135.000) + (0,6 x 95.000)
= 10.000 + 94.500 + 57.000
= 161.500 = Rp 161.500

184 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Perhitungan penentuan Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian
Penjualan PT “GATRA & OSA” untuk Tahun 2011 tersebut diatas,
dapat diringkas dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian Penjualan


Bulan’ 2011
Bagian Promosi Bagian Transaksi Bagian Ekspedisi
Januari Rp 64.500 Rp 41.000 Rp 101.500
Februari Rp 64.500 Rp 41.000 Rp 101.500
Maret Rp 64.500 Rp 41.000 Rp 101.500
April Rp 64.500 Rp 41.000 Rp 101.500
Mei Rp 87.000 Rp 65.500 Rp 130.000
Juni Rp 87.000 Rp 65.500 Rp 130.000
Juli Rp 87.000 Rp 65.500 Rp 130.000
Agustus Rp 87.000 Rp 65.500 Rp 130.000
September Rp 115.500 Rp 92.500 Rp 161.500
Oktober Rp 115.500 Rp 92.500 Rp 161.500
November Rp 115.500 Rp 92.500 Rp 161.500
Desember Rp 115.500 Rp 92.500 Rp 161.500
Catatan:
Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian Penjualan dari tabel tersebut,
akan masuk ke dalam unsur Anggaran Beban Penjualan.

e. Menentukan besarnya Biaya Listrik dalam Bagian Penjualan (Bagian


Promosi, Bagian Transaksi dan Bagian Ekspedisi) PT “GATRA & OSA”
setiap bulan untuk Tahun 2011 untuk Tahun 2011:
Berdasarkan penggunaan watt (kilowatt) Biaya Listrik dalam
Bagian Penjualan, maka biaya setiap bulannya dapat dihitung dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah pertama; karena Biaya Listrik merupakan biaya bersama
maka perlu menghitung lebih dahulu Alokasi Biaya Listrik (ABL)
ke masing-masing bagian untuk bulan Januari 2011 sampai dengan
bulan Desember 2011:
- ABL Bagian Pabrik = 40% x Rp 350.000 = Rp 140.000
- ABL Bagian Penjualan = 30% x Rp 350.000 = Rp 105.000
- ABL Bagian Administrasi & Umum = 30% x Rp 350.000
= Rp 105.000
Langkah kedua; setelah beban Biaya Listrik bagian penjualan
diketahui (Rp 105.000) maka baru menghitung Alokasi Biaya

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 185


Listrik dalam Bagian Penjualan (ABLBP) untuk bulan Januari
2011 sampai dengan bulan Desember 2011:
- ABLBP Bagian Promosi = 60% x Rp 105.000 = Rp 63.000
- ABLBP Bagian Transaksi = 20% x Rp 105.000 = Rp 21.000
- ABLBP Bagian Ekspedisi = 20% x Rp 105.000 = Rp 21.000
Langkah ketiga; perhitungan penentuan Alokasi Biaya Listrik
dalam Bagian Penjualan PT “GATRA & OSA” untuk Tahun 2011
tersebut diatas, diringkas dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Alokasi Biaya Listrik dalam Bagian Penjualan


Bulan’ 2011
Bagian Promosi Bagian Transaksi Bagian Ekspedisi
Januari Rp 63.000 Rp 21.000 Rp 21.000
Februari Rp 63.000 Rp 21.000 Rp 21.000
Maret Rp 63.000 Rp 21.000 Rp 21.000
April Rp 63.000 Rp 21.000 Rp 21.000
Mei Rp 63.000 Rp 21.000 Rp 21.000
Juni Rp 63.000 Rp 21.000 Rp 21.000
Juli Rp 63.000 Rp 21.000 Rp 21.000
Agustus Rp 63.000 Rp 21.000 Rp 21.000
September Rp 63.000 Rp 21.000 Rp 21.000
Oktober Rp 63.000 Rp 21.000 Rp 21.000
November Rp 63.000 Rp 21.000 Rp 21.000
Desember Rp 63.000 Rp 21.000 Rp 21.000
Catatan:
Alokasi Biaya Listrik dalam Bagian Penjualan dari tabel tersebut, akan masuk
ke dalam unsur Anggaran Beban Penjualan.

f. Menentukan besarnya Biaya Depresiasi Gedung dalam Bagian Penjualan


(Bagian Promosi, Bagian Transaksi dan Bagian Ekspedisi) PT “GATRA
& OSA” setiap bulan untuk Tahun 2011:
Berdasarkan perbandingan luas lantai, maka Biaya Depresiasi
Gedung dalam Bagian Penjualan biaya setiap bulannya dapat dihitung
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah pertama; karena Biaya Depresiasi Gedung merupakan
biaya bersama maka perlu menghitung lebih dahulu Alokasi Biaya
Depresiasi Gedung (ABDG) ke masing-masing bagian untuk
bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Desember 2011:
- ABDG Bagian Pabrik = 65% x Rp 300.000 = Rp 195.000

186 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


- ABDG Bagian Penjualan= 20% x Rp 300.000 = Rp 60.000
- ABDG Bagian Administrasi & Umum = 15% x Rp 300.000
= Rp 45.000
Langkah kedua; setelah beban Biaya Depresiasi Gedung bagian
penjualan diketahui (Rp 60.000), maka baru menghitung Alokasi
Biaya Depresiasi Gedung dalam Bagian Penjualan (ABDGBP)
untuk bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Desember 2011:
- ABDGBP Bagian Promosi = 30% x Rp 60.000 = Rp 18.000
- ABDGBP Bagian Transaksi = 30% x Rp 60.000 = Rp 18.000
- ABDGBP Bagian Ekspedisi = 40% x Rp 60.000 = Rp 24.000
Langkah ketiga; perhitungan penentuan Alokasi Biaya Depresiasi
Gedung dalam Bagian Penjualan PT “GATRA & OSA” untuk
Tahun 2011 tersebut diatas, diringkas dalam sebuah tabel sebagai
berikut:

Alokasi Biaya Depresiasi Gedung dalam Bagian Penjualan


Bulan’ 2011
Bagian Promosi Bagian Transaksi Bagian Ekspedisi
Januari Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 24.000
Februari Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 24.000
Maret Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 24.000
April Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 24.000
Mei Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 24.000
Juni Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 24.000
Juli Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 24.000
Agustus Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 24.000
September Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 24.000
Oktober Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 24.000
November Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 24.000
Desember Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 24.000
Catatan:
Alokasi Biaya Depresiasi Gedung dalam Bagian Penjualan dari tabel tersebut,
akan masuk ke dalam unsur Anggaran Beban Penjualan.

g. Menentukan besarnya Biaya Depresiasi Alat-alat dalam Bagian Penjualan


(Bagian Promosi, Bagian Transaksi dan Bagian Ekspedisi) PT “GATRA
& OSA” setiap bulan untuk Tahun 2011:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 187


Berdasarkan data besarnya Biaya Depresiasi Alat-alat dalam Bagian
Penjualan PT “GATRA & OSA” untuk Tahun 2011, dapat diringkas
dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Alokasi Biaya Depresiasi Alat-alat dalam Bagian Penjualan


Bulan’ 2011
Bagian Promosi Bagian Transaksi Bagian Ekspedisi
Januari Rp 125.000 Rp 90.000 Rp 150.000
Februari Rp 125.000 Rp 90.000 Rp 150.000
Maret Rp 125.000 Rp 90.000 Rp 150.000
April Rp 125.000 Rp 90.000 Rp 150.000
Mei Rp 125.000 Rp 90.000 Rp 150.000
Juni Rp 125.000 Rp 90.000 Rp 150.000
Juli Rp 125.000 Rp 90.000 Rp 150.000
Agustus Rp 125.000 Rp 90.000 Rp 150.000
September Rp 125.000 Rp 90.000 Rp 150.000
Oktober Rp 125.000 Rp 90.000 Rp 150.000
November Rp 125.000 Rp 90.000 Rp 150.000
Desember Rp 125.000 Rp 90.000 Rp 150.000
Catatan:
Alokasi Biaya Depresiasi Alat-alat dalam Bagian Penjualan dari tabel tersebut,
akan masuk ke dalam unsur Anggaran Beban Penjualan.

h. Menentukan besarnya Biaya Promosi PT “GATRA & OSA” setiap bulan


untuk Tahun 2011:
Berdasarkan standar Biaya Promosi yang hanya terdapat dalam
Bagian Promosi saja, maka Biaya Promosi setiap bulannya dapat dihitung
sebagai berikut:
Biaya Promosi untuk bulan Januari 2011 sampai dengan bulan
April 2011:
Bagian Promosi = 100.000 + (12,5 x 115.000) + (7,5 x 80.000)
= 100.000 + 1.437.500 + 600.000
= 2.137.500 = Rp 2.137.500
Biaya Promosi untuk bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus
2011:
Bagian Promosi = 100.000 + (15 x 125.000) + (10 x 90.000)
= 100.000 + 1.875.000 + 900.000
= 2.875.000 = Rp 2.875.000

188 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Biaya Promosi untuk bulan September 2011 sampai dengan bulan
Desember 2011:
Bagian Promosi = 100.000 + (17,5 x 135.000) + (12,5 x 95.000)
= 100.000 + 2.362.500 + 1.187.500
= 3.650.000 = Rp 3.650.000
Perhitungan penentuan besarnya Biaya Promosi khusus untuk
Bagian Promosi PT “GATRA & OSA” untuk Tahun 2011 tersebut
diatas, dapat diringkas dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Bulan’ 2011 Biaya Promosi


Januari Rp 2.137.500
Februari Rp 2.137.500
Maret Rp 2.137.500
April Rp 2.137.500
Mei Rp 2.875.000
Juni Rp 2.875.000
Juli Rp 2.875.000
Agustus Rp 2.875.000
September Rp 3.650.000
Oktober Rp 3.650.000
November Rp 3.650.000
Desember Rp 3.650.000
Catatan:
Alokasi Biaya Promosi dalam Bagian Promosi dari tabel tersebut,
akan masuk ke dalam unsur Anggaran Beban Penjualan.

i. Menyusun Anggaran Beban Penjualan PT “GATRA & OSA” untuk


Tahun 2011.
Dengan berdasarkan pada berbagai penentuan besarnya biaya
beserta alokasi masing-masing bagian sebagaimana telah diperoleh
hasilnya tersebut diatas, maka Anggaran Beban Penjualan PT “GATRA
& OSA” untuk tahun 2011 dapat disusun (per caturwulan/per empat
bulanan) sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 189


PT “GATRA & OSA”
Anggaran Beban Penjualan
Januari 2011 sampai dengan April 2011
Bagian Promosi Bagian Bagian Ekspedisi
Keterangan
(Rp) Transaksi (Rp) (Rp)
Januari’ 2011:
Gaji Karyawan 800.000 1.000.000 900.000
Biaya Bahan-bahan 149.500 130.000 188.500
Biaya Pemeliharaan Gedung 22.200 22.200 29.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 64.500 41.000 101.500
Biaya Listrik 63.000 21.000 21.000
Depresiasi Gedung 18.000 18.000 24.000
Depresiasi Alat-alat 125.000 90.000 150.000
Biaya Promosi 2.137.500 - -
Jumlah 3.379.700 1.322.200 1.414.600
Februari’ 2011:
Gaji Karyawan 800.000 1.000.000 900.000
Biaya Bahan-bahan 149.500 130.000 188.500
Biaya Pemeliharaan Gedung 22.200 22.200 29.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 64.500 41.000 101.500
Biaya Listrik 63.000 21.000 21.000
Depresiasi Gedung 18.000 18.000 24.000
Depresiasi Alat-alat 125.000 90.000 150.000
Biaya Promosi 2.137.500 - -
Jumlah 3.379.700 1.322.200 1.414.600
Maret’ 2011:
Gaji Karyawan 800.000 1.000.000 900.000
Biaya Bahan-bahan 149.500 130.000 188.500
Biaya Pemeliharaan Gedung 22.200 22.200 29.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 64.500 41.000 101.500
Biaya Listrik 63.000 21.000 21.000
Depresiasi Gedung 18.000 18.000 24.000
Depresiasi Alat-alat 125.000 90.000 150.000
Biaya Promosi 2.137.500 - -
Jumlah 3.379.700 1.322.200 1.414.600
April’ 2011:
Gaji Karyawan 800.000 1.000.000 900.000
Biaya Bahan-bahan 149.500 130.000 188.500
Biaya Pemeliharaan Gedung 22.200 22.200 29.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 64.500 41.000 101.500
Biaya Listrik 63.000 21.000 21.000
Depresiasi Gedung 18.000 18.000 24.000
Depresiasi Alat-alat 125.000 90.000 150.000
Biaya Promosi 2.137.500 - -
Jumlah 3.379.700 1.322.200 1.414.600

190 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


PT “GATRA & OSA”
Anggaran Beban Penjualan
Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011
Bagian
Bagian Bagian
Keterangan Ekspedisi
Promosi (Rp) Transaksi (Rp)
(Rp)
Mei’ 2011:
Gaji Karyawan 950.000 1.100.000 990.000
Biaya Bahan-bahan 180.000 158.500 223.000
Biaya Pemeliharaan Gedung 25.800 25.800 34.400
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 87.000 65.500 130.000
Biaya Listrik 63.000 21.000 21.000
Depresiasi Gedung 18.000 18.000 24.000
Depresiasi Alat-alat 125.000 90.000 150.000
Biaya Promosi 2.875.000 - -
Jumlah 4.323.800 1.478.800 1.572.400
Juni’ 2011:
Gaji Karyawan 950.000 1.100.000 990.000
Biaya Bahan-bahan 180.000 158.500 223.000
Biaya Pemeliharaan Gedung 25.800 25.800 34.400
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 87.000 65.500 130.000
Biaya Listrik 63.000 21.000 21.000
Depresiasi Gedung 18.000 18.000 24.000
Depresiasi Alat-alat 125.000 90.000 150.000
Biaya Promosi 2.875.000 - -
Jumlah 4.323.800 1.478.800 1.572.400
Juli’ 2011:
Gaji Karyawan 950.000 1.100.000 990.000
Biaya Bahan-bahan 180.000 158.500 223.000
Biaya Pemeliharaan Gedung 25.800 25.800 34.400
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 87.000 65.500 130.000
Biaya Listrik 63.000 21.000 21.000
Depresiasi Gedung 18.000 18.000 24.000
Depresiasi Alat-alat 125.000 90.000 150.000
Biaya Promosi 2.875.000 - -
Jumlah 4.323.800 1.478.800 1.572.400
Agustus’ 2011:
Gaji Karyawan 950.000 1.100.000 990.000
Biaya Bahan-bahan 180.000 158.500 223.000
Biaya Pemeliharaan Gedung 25.800 25.800 34.400
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 87.000 65.500 130.000
Biaya Listrik 63.000 21.000 21.000
Depresiasi Gedung 18.000 18.000 24.000
Depresiasi Alat-alat 125.000 90.000 150.000
Biaya Promosi 2.875.000 - -
Jumlah 4.323.800 1.478.800 1.572.400

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 191


PT “GATRA & OSA”
Anggaran Beban Penjualan
September 2011 sampai dengan Desember 2011
Bagian Promosi Bagian Transaksi Bagian Ekspedisi
Keterangan
(Rp) (Rp) (Rp)
September’2011:
Gaji Karyawan 1.100.000 1.200.000 1.180.000
Biaya Bahan-bahan 211.500 188.500 257.500
Biaya Pemeliharaan Gedung 31.200 31.200 41.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 115.500 92.500 161.500
Biaya Listrik 63.000 21.000 21.000
Depresiasi Gedung 18.000 18.000 24.000
Depresiasi Alat-alat 125.000 90.000 150.000
Biaya Promosi 3.650.000 - -
Jumlah 5.314.200 1.641.200 1.835.600
Oktober’ 2011:
Gaji Karyawan 1.100.000 1.200.000 1.180.000
Biaya Bahan-bahan 211.500 188.500 257.500
Biaya Pemeliharaan Gedung 31.200 31.200 41.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 115.500 92.500 161.500
Biaya Listrik 63.000 21.000 21.000
Depresiasi Gedung 18.000 18.000 24.000
Depresiasi Alat-alat 125.000 90.000 150.000
Biaya Promosi 3.650.000 - -
Jumlah 5.314.200 1.641.200 1.835.600
November’ 2011:
Gaji Karyawan 1.100.000 1.200.000 1.180.000
Biaya Bahan-bahan 211.500 188.500 257.500
Biaya Pemeliharaan Gedung 31.200 31.200 41.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 115.500 92.500 161.500
Biaya Listrik 63.000 21.000 21.000
Depresiasi Gedung 18.000 18.000 24.000
Depresiasi Alat-alat 125.000 90.000 150.000
Biaya Promosi 3.650.000 - -
Jumlah 5.314.200 1.641.200 1.835.600
Desember’ 2011:
Gaji Karyawan 1.100.000 1.200.000 1.180.000
Biaya Bahan-bahan 211.500 188.500 257.500
Biaya Pemeliharaan Gedung 31.200 31.200 41.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 115.500 92.500 161.500
Biaya Listrik 63.000 21.000 21.000
Depresiasi Gedung 18.000 18.000 24.000
Depresiasi Alat-alat 125.000 90.000 150.000
Biaya Promosi 3.650.000 - -
Jumlah 5.314.200 1.641.200 1.835.600

192 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Kasus 2 dan Pemecahan Kasus 2
Kasus 2 dan pemecahan kasus 2; merupakan illustrasi yang terkait dengan
pembebanan biaya usaha, khususnya untuk Pembebanan Biaya Penjualan,
yang kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 2:
Dari Anggaran Beban Penjualan PT “GATRA & OSA” menetapkan
pembebanan biaya penjualan kepada Produk X dan Produk Y, didasarkan
pada perbandingan jumlah unit masing-masing produk yang terjual menjadi
tiga bagian yaitu: Bagian Promosi, Bagian Transaksi dan Bagian Ekspedisi.
Dari Anggaran Beban Penjualan dapat diketahui bahwa selama Caturwulan
(Empatbulan) tahun 2011 akan dijual Produk X (pada kasus 1) sebanyak
(115.000 unit x 4 = 460.000 unit) dan Produk Y (pada kasus 1) sebanyak
(80.000 unit x 4 = 320.000 unit). Dengan demikian Biaya Penjualan selama
Caturwulan (Empatbulan) akan dibebankan kepada Produk X dan kepada
Produk Y dengan dasar perbandingan (460.000 : 320.000). Sedangkan jumlah
Biaya Penjualan selama Caturwulan I tahun 2011 adalah sebagai berikut: 1)
Bagian Promosi sebesar Rp 13.518.800; 2) Bagian Transaksi sebesar Rp
5.288.800; 3) Bagian Ekspedisi sebesar Rp 5.658.400.
Berdasarkan pedoman pembebanan tersebut diatas dan data masih terkait
kasus 1, susunlah Skedul Pembebanan Biaya Penjualan PT “GATRA & OSA”
selama tahun 2011.

Pemecahan Kasus 2:
Dari kasus 2 tersebut diatas untuk langkah-langkah pemecahannya
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan beban biaya Bagian Penjualan (Bagian Promosi, Bagian
Transaksi dan Bagian Ekspedisi) kepada Produk X dan Produk Y setiap
Caturwulan untuk Tahun 2011.
Pembebanan Biaya Penjualan (Bagian Promosi, Bagian Transaksi
dan Bagian Ekspedisi) untuk setiap Caturwulan adalah sebagai berikut:
Pembebanan Biaya Penjualan Caturwulan I:
Bagian Promosi:
• Jumlah Biaya = (Rp 3.379.700 x 4) = Rp 13.518.800
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (460.000 : 320.000), maka pembebanannya:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 193


Produk X = {460.000/(460.000 + 320.000)} x Rp 13.518.800
= 0,5897435897 x Rp 13.518.800
= Rp 7.972.625,64
= Rp 7.972.626
Produk Y = {320.000/(460.000 + 320.000)} x Rp 13.518.800
= 0,4102564103 x Rp 13.518.800
= Rp 5.546.174,36
= Rp 5.546.174
Bagian Transaksi:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.322.200 x 4) = Rp 5.288.800
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (460.000 : 320.000), maka pembebanannya:
Produk X = {460.000/(460.000 + 320.000)} x Rp 5.288.800
= 0,5897435897 x Rp 5.288.800
= Rp 3.119.035,897
= Rp 3.119.036
Produk Y = {320.000/(460.000 + 320.000)} x Rp 5.288.800
= 0,4102564103 x Rp 5.288.800
= Rp 2.169.764,103
= Rp 2.169.764
Bagian Ekspedisi:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.414.600 x 4) = Rp 5.658.400
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (460.000 : 320.000), maka pembebanannya:
Produk X = {460.000/(460.000 + 320.000)} x Rp 5.658.400
= 0,5897435897 x Rp 5.658.400
= Rp 3.337.005,128
= Rp 3.337.005
Produk Y = {320.000/(460.000 + 320.000)} x Rp 5.658.400
= 0,4102564103 x Rp 5.658.400
= Rp 2.321.394,872
= Rp 2.321.395
Pembebanan Biaya Penjualan Caturwulan II:
Bagian Promosi:
• Jumlah Biaya = (Rp 4.323.800 x 4) = Rp 17.295.200
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (500.000 : 360.000), maka pembebanannya:

194 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Produk X = {500.000/(500.000 + 360.000)} x Rp 17.295.200
= 0,5813953488 x Rp 17.295.200
= Rp 10.055.348,84
= Rp 10.055.349
Produk Y = {360.000/(500.000 + 360.000)} x Rp 17.295.200
= 0,4186046512 x Rp 17.295.200
= Rp 7.239.851.163
= Rp 7.239.851
Bagian Transaksi:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.478.800 x 4) = Rp 5.915.200
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (500.000 : 360.000), maka pembebanannya:
Produk X = {500.000/(500.000 + 360.000)} x Rp 5.915.200
= 0,5813953488 x Rp 5.915.200
= Rp 3.439.069.767
= Rp 3.439.070
Produk Y = {360.000/(500.000 + 360.000)} x Rp 5.915.200
= 0,4186046512 x Rp 5.915.200
= Rp 2.476.130,233
= Rp 2.476.130
Bagian Ekspedisi:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.572.400 x 4) = Rp 6.289.600
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (500.000 : 360.000), maka pembebanannya:
Produk X = {500.000/(500.000 + 360.000)} x Rp 6.289.600
= 0,5813953488 x Rp 6.289.600
= Rp 3.656.744,186
= Rp 3.656.744
Produk Y = {360.000/(500.000 + 360.000)} x Rp 6.289.600
= 0,4186046512 x Rp 6.289.600
= Rp 2.632.855,814
= Rp 2.632.856
Pembebanan Biaya Penjualan Caturwulan III:
Bagian Promosi:
• Jumlah Biaya = (Rp 5.314.200 x 4) = Rp 21.256.800
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (540.000 : 380.000), maka pembebanannya:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 195


Produk X = {540.000/(540.000 + 380.000)} x Rp 21.256.800
= 0,5869565217 x Rp 21.256.800
= Rp 12.476.817,39
= Rp 12.476.817
Produk Y = {380.000/(540.000 + 380.000)} x Rp 21.256.800
= 0,4130434783 x Rp 21.256.800
= Rp 8.779.982,61
= Rp 8.779.983
Bagian Transaksi:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.641.200 x 4) = Rp 6.564.800
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (540.000 : 380.000), maka pembebanannya:
Produk X = {540.000/(540.000 + 380.000)} x Rp 6.564.800
= 0,5869565217 x Rp 6.564.800
= Rp 3.853.252,174
= Rp 3.853.252
Produk Y = {380.000/(540.000 + 380.000)} x Rp 6.564.800
= 0,4130434783 x Rp 6.564.800
= Rp 2.711.547,826
= Rp 2.711.548
Bagian Ekspedisi:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.835.600 x 4) = Rp 7.342.400
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (540.000 : 380.000), maka pembebanannya:
Produk X = {540.000/(540.000 + 380.000)} x Rp 7.342.400
= 0,5869565217 x Rp 7.342.400
= Rp 4.309.669,565
= Rp 4.309.670
Produk Y = {380.000/(540.000 + 380.000)} x Rp 7.342.400
= 0,4130434783 x Rp 7.342.400
= Rp 3.032.730,435
= Rp 3.032.730

b. Menyusun Skedul Pembebanan Biaya Penjualan PT “GATRA & OSA”


selama tahun 2011.
Dengan mendasarkan perhitungan Pembebanan Biaya Penjualan
(Bagian Promosi, Bagian Transaksi dan Bagian Ekspedisi) untuk setiap
Caturwulan tersebut diatas, maka Skedul Pembebanan Biaya Penjualan

196 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


PT “GATRA & OSA” untuk tahun 2011 dapat disusun (per caturwulan/
per empat bulanan) sebagai berikut:

PT “GATRA & OSA”


Skedul Pembebanan Biaya Penjualan (Caturwulan I)
Januari 2011 sampai dengan April 2011
Keterangan Jumlah Biaya Produk X Produk Y
Bagian Promosi Rp 13.518.800 Rp 7.972.626 Rp 5.546.174
Bagian Transaksi Rp 5.288.800 Rp 3.119.036 Rp 2.169.764
Bagian Ekspedisi Rp 5.658.400 Rp 3.337.005 Rp 2.321.395
Jumlah Rp 24.466.000 Rp 14.428.667 Rp 13.037.333

PT “GATRA & OSA”


Skedul Pembebanan Biaya Penjualan (Caturwulan II)
Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011
Keterangan Jumlah Biaya Produk X Produk Y
Bagian Promosi Rp 17.295.200 Rp 10.055.349 Rp 7.239.851
Bagian Transaksi Rp 5.915.200 Rp 3.439.070 Rp 2.476.130
Bagian Ekspedisi Rp 6.289.600 Rp 3.656.744 Rp 2.632.856
Jumlah Rp 29.500.000 Rp 17.151.163 Rp 12.348.837

PT “GATRA & OSA”


Skedul Pembebanan Biaya Penjualan (Caturwulan III)
September 2011 sampai dengan Desember 2011
Keterangan Jumlah Biaya Produk X Produk Y
Bagian Promosi Rp 21.256.800 Rp 12.476.817 Rp 8.779.983
Bagian Transaksi Rp 6.564.800 Rp 3.853.252 Rp 2.711.548
Bagian Ekspedisi Rp 7.342.400 Rp 4.309.670 Rp 3.032.730
Jumlah Rp 35.164.000 Rp 20.639.739 Rp 14.524.261

Kasus 3 dan Pemecahan Kasus 3


Kasus 3 dan pemecahan kasus 3; merupakan illustrasi yang terkait dengan
anggaran beban usaha (operating expenses) khususnya untuk Anggaran Beban
Administrasi & Umum, yang kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 3:
Sesuai dengan struktur organisasinya PT “GATRA & OSA” membagi
bagian administrasi & umum menjadi tiga bagian yaitu: Bagian Sekretariat,
Bagian Keuangan dan Bagian Umum. Untuk keperluan penyusunan Anggaran

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 197


Beban Administrasi & Umum pada tahun 2011, perusahaan telah menetapkan
berbagai standar biaya beserta alokasinya dalam bentuk Anggaran Variabel,
berdasarkan pengalaman di waktu yang lalu dan berdasar pada penelitian.
Adapun standar biaya dan alokasi biayanya adalah sebagai berikut:
Besarnya Gaji Karyawan bagian administrasi & umum ditetapkan
sebesar Rp 100.000/bulan/orang (Jumlah karyawan Bagian Sekretariat
8 orang, Bagian Keuangan 10 orang dan Bagian Umum 9 orang) dan
tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah penjualan pada bulan
yang bersangkutan. Selama tahun 2011 direncanakan akan ada dua kali
kenaikan gaji, yaitu pada bulan Mei 2011 dan pada bulan September
2011, dengan kenaikan Gaji sebagai berikut: kenaikan sebesar Rp 18.750
untuk karyawan Bagian Sekretariat; kenaikan sebesar Rp10.000 untuk
karyawan Bagian Keuangan, dan kenaikan sebesar Rp10.000 untuk
karyawan Bagian Umum.
Besarnya Biaya Bahan-Bahan untuk keperluan masing-masing bagian di
dalam Bagian Administrasi & Umum, telah ditetapkan sebagai berikut:
Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan April 2011:
- Bagian Sekretariat sebesar Rp 75.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,6 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
- Bagian Keuangan sebesar Rp 60.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,6 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
- Bagian Umum sebesar Rp 80.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,6 per unit Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011:
- Bagian Sekretariat sebesar Rp 75.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,75 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
- Bagian Keuangan sebesar Rp 60.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,75 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
- Bagian Umum sebesar Rp 75.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,75 per unit Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).

198 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Untuk bulan September 2011 sampai dengan Desember 2011:
- Bagian Sekretariat sebesar Rp 75.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 1 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL).
- Bagian Keuangan sebesar Rp 60.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 1 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL).
- Bagian sebesar Rp 75.000 setiap bulan, ditambah dengan Rp
1 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL).
Data Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL) PT “GATRA &
OSA” per bulan untuk Tahun 2011 sebagai berikut:

Bulan’ 2011 Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL)


Januari 54.000 JKTL
Februari 54.000 JKTL
Maret 54.000 JKTL
April 54.000 JKTL
Mei 55.000 JKTL
Juni 55.000 JKTL
Juli 55.000 JKTL
Agustus 55.000 JKTL
September 56.000 JKTL
Oktober 56.000 JKTL
November 56.000 JKTL
Desember 56.000 JKTL

Besarnya Biaya Pemeliharaan Gedung untuk bulan Januari 2011 sampai


dengan bulan April 2011 ditetapkan sebesar Rp 100.000 setiap bulan,
ditambah Rp 5 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung pada setiap bulan
yang bersangkutan. Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011
ditambah dengan Rp 6 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung pada setiap
bulan yang bersangkutan, dan untuk bulan September 2011 sampai
dengan Desember 2011 sebesar Rp 100.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 7,5 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung pada setiap bulan
yang bersangkutan.
Biaya Pemeliharaan Gedung ini merupakan biaya pemeliharaan
untuk seluruh gedung (bangunan) yang dipergunakan oleh perusahaan,
sehingga merupakan biaya bersama, yang harus dialokasikan menjadi
beban Bagian Pabrik, beban Bagian Penjualan dan beban Bagian
Administrasi & Umum. Dengan berdasarkan perbandingan luas

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 199


lantai, maka ditetapkan bahwa Bagian Pabrik memikul beban Biaya
Pemeliharaan Gedung sebesar 70%, Bagian Administrasi & Umum
memikul beban sebesar 10% dan beban Bagian Penjualan sebesar 20%.
Khususnya Biaya Pemeliharaan Gedung yang menjadi beban
Bagian Administrasi & Umum sendiri harus pula dialokasikan menjadi
beban dari masing-masing bagian yang ada di dalam lingkungan Bagian
Administrasi & Umum. Dengan berdasarkan perbandingan luas lantai,
maka ditetapkan alokasi tersebut sebagai berikut: Bagian Sekretariat
sebesar 40%; Bagian Keuangan sebesar 30%; dan Bagian Umum sebesar
30%.
Besarnya Biaya Pemeliharaan Alat Alat untuk masing-masing bagian di
dalam Bagian Administrasi & Umum, telah ditetapkan sebagai berikut:
Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan April 2011:
- Bagian Sekretariat sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,4 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
- Bagian Keuangan sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,4 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
- Bagian Umum sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,4 per unit Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011:
- Bagian Sekretariat sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,5 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
- Bagian Keuangan sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,5 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
- Bagian Umum sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,5 per unit Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
Untuk bulan September 2011 sampai dengan Desember 2011:
- Bagian Sekretariat sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,6 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).

200 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


- Bagian Keuangan sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,6 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
- Bagian Umum sebesar Rp 10.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 0,6 per unit Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).

Biaya Listrik yang ditanggung perusahaan adalah biaya yang dibayar


perusahaan kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN), untuk keperluan
penerangan dan penggerak beberapa peralatan ruangan (alat pendingin
ruangan). Sedangkan untuk menggerakkan mesin-mesin dan peralatan
produksi, dipergunakan tenaga diesel yang dimiliki sendiri oleh
perusahaan. Oleh karena fungsi listrik terutama hanyalah untuk keperluan
penerangan, maka diperkirakan jumlahnya tidak berbeda dari bulan ke
bulan. Untuk itu maka tahun 2011 perusahaan menetapkan besarnya
biaya listrik dari bulan ke bulan selalu sama yaitu sebesar Rp 350.000.
Biaya Listrik ini merupakan biaya bersama Biaya Listrik karena
mencakup penggunaan listrik di semua bagian dalam perusahaan,
sehingga harus dialokasikan menjadi beban Bagian Pabrik, beban
Bagian Penjualan dan beban Bagian Administrasi & Umum. Dengan
berdasarkan perbandingan penggunaan watt (kilowatt), maka ditetapkan
bahwa Bagian Pabrik memikul beban Biaya Listrik sebesar 40%, Bagian
Administrasi & Umum memikul beban sebesar 30% dan beban Bagian
Penjualan sebesar 30%.
Khususnya Biaya Listrik yang menjadi beban Bagian Administrasi
& Umum sendiri harus pula dialokasikan menjadi beban dari masing-
masing bagian yang ada di dalam lingkungan Bagian Penjualan. Dengan
berdasarkan perbandingan penggunaan watt, maka ditetapkan alokasinya
sebagai berikut: Bagian Sekretariat sebesar 40%; Bagian Keuangan
sebesar 30%; dan Bagian Umum sebesar 30%.
Dengan menggunakan metode depresiasi secara garis lurus (straigt line
method), ditetapkan bahwa Depresiasi Gedung untuk tahun 2011 sebesar
Rp 300.000 setiap bulan. Biaya Depresiasi Gedung ini merupakan biaya
bersama karena mencakup seluruh gedung yang dimiliki perusahaan,
sehingga harus dialokasikan menjadi beban Bagian Pabrik, beban
Bagian Penjualan dan beban Bagian Administrasi & Umum. Dengan
berdasarkan perbandingan luas lantai, maka ditetapkan bahwa Bagian

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 201


Pabrik memikul beban Biaya Pemeliharaan Gedung sebesar 65%,
Bagian Administrasi & Umum memikul beban sebesar 15% dan beban
Bagian Penjualan sebesar 20%.
Khususnya Depresiasi Gedung yang menjadi beban Bagian
Administrasi & Umum sendiri harus pula dialokasikan menjadi beban
dari masing-masing bagian yang ada di dalam lingkungan Bagian
Penjualan. Dengan berdasarkan perbandingan luas lantai, maka
ditetapkan alokasinya sebagai berikut: Bagian Sekretariat sebesar 40%;
Bagian Keuangan sebesar 30%; dan Bagian Umum sebesar 30%.
Dengan menggunakan metode depresiasi secara garis lurus (straigt
line method), ditetapkan pula Depresiasi Alat-Alat yang terdapat dan
dipergunakan di bagian masing-masing dalam lingkungan Bagian
Administrasi & Umum sebagai berikut: Bagian Sekretariat sebesar Rp
75.000 setiap bulan; Bagian Keuangan sebesar Rp 110.000 setiap bulan;
dan Bagian Umum sebesar Rp 80.000 setiap bulan.

Dengan berdasarkan pada berbagai standar biaya beserta alokasi


sebagaimana telah disebutkan diatas, dan dengan mengingat pula rencana
aktivitas perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk Jam Kerja Tenaga Kerja
Langsung, susunlah Anggaran Beban Administrasi & Umum PT “GATRA &
OSA” untuk tahun 2011.

Pemecahan Kasus 3:
Dari kasus 3 tersebut diatas untuk langkah-langkah pemecahannya
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan besarnya Gaji Karyawan dalam Bagian Administrasi &
Umum (Bagian Sekretariat, Bagian Keuangan, dan Bagian Umum) PT
“GATRA & OSA” setiap bulan untuk Tahun 2011.
Gaji Karyawan Bagian Sekretariat (GKBS):
- GKBS bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
GKBS = 8 x Rp 100.000
= Rp 800.000
- GKBS bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
GKBS = (8 x Rp 100.000) + (8 x Rp 18.750)
= Rp 800.000 + Rp 150.000 = Rp 950.000

202 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


- GKBS bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember
2011:
GKBS = (8 x Rp 100.000) + (8 x Rp 18.750) + (8 x Rp 18.750)
= Rp 800.000 + Rp 150.000 + Rp 150.000
= Rp 1.100.000
Gaji Karyawan Bagian Keuangan (GKBK):
- GKBK bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
GKBK = 10 x Rp 100.000
= Rp 1.000.000
- GKBK bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
GKBK = (10 x Rp 100.000) + (10 x Rp 10.000)
= Rp 1.000.000 + Rp 100.000
= Rp 1.100.000
- GKBK bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember
2011:
GKBK = (10 x Rp 100.000) + (10 x Rp 10.000) + (10 x Rp 10.000)
= Rp 1.000.000 + Rp 100.000 + Rp 100.000
= Rp 1.200.000
Gaji Karyawan Bagian Umum (GKBU):
- GKBU bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
GKBU = 9 x Rp 100.000
= Rp 900.000
- GKBU bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
GKBU = (9 x Rp 100.000) + (9 x Rp 10.000)
= Rp 900.000 + Rp 90.000
= Rp 990.000
- GKBU bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember
2011:
GKBU = (9 x Rp 100.000) + (9 x Rp 10.000) + (9 x Rp 10.000)
= Rp 900.000 + Rp 90.000 + Rp 90.000
= Rp 1.180.000

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 203


Perhitungan penentuan Gaji Karyawan Bagian Penjualan PT
“GATRA & OSA” untuk Tahun 2011 tersebut diatas, dapat diringkas
dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Gaji Karyawan Bagian Administrasi & Umum


Bulan’ 2011
Bagian Sekretariat Bagian Keuangan Bagian Umum
Januari Rp 800.000 Rp 1.000.000 Rp 900.000
Februari Rp 800.000 Rp 1.000.000 Rp 900.000
Maret Rp 800.000 Rp 1.000.000 Rp 900.000
April Rp 800.000 Rp 1.000.000 Rp 900.000
Mei Rp 950.000 Rp 1.100.000 Rp 990.000
Juni Rp 950.000 Rp 1.100.000 Rp 990.000
Juli Rp 950.000 Rp 1.100.000 Rp 990.000
Agustus Rp 950.000 Rp 1.100.000 Rp 990.000
September Rp 1.100.000 Rp 1.200.000 Rp 1.180.000
Oktober Rp 1.100.000 Rp 1.200.000 Rp 1.180.000
November Rp 1.100.000 Rp 1.200.000 Rp 1.180.000
Desember Rp 1.100.000 Rp 1.200.000 Rp 1.180.000
Catatan:
Gaji Karyawan Bagian Administrasi & Umum dari tabel tersebut, akan masuk
ke dalam unsur Anggaran Beban Administrasi & Umum.

b. Menentukan besarnya Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Administrasi &


Umum (Bagian Sekretariat, Bagian Keuangan, dan Bagian Umum) PT
“GATRA & OSA” setiap bulan untuk Tahun 2011.
Berdasarkan standar Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Administrasi
& Umum terkait dengan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL)
maka biaya setiap bulannya dapat dihitung sebagai berikut:
Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Administrasi & Umum untuk
bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
- Bagian Sekretariat = 75.000 + (0,6 x 54.000)
= 107.400 = Rp 107.400
- Bagian Keuangan = 60.000 + (0,6 x 54.000)
= 92.400 = Rp 92.400
- Bagian Umum = 75.000 + (0,6 x 54.000)
= 107.400 = Rp 107.400
Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Administrasi & Umum untuk
bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:

204 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


- Bagian Sekretariat = 75.000 + (0,75 x 55.000)
= 116.250 = Rp 116.250
- Bagian Keuangan = 60.000 + (0,75 x 55.000)
= 101.250 = Rp 101.250
- Bagian Umum = 75.000 + (0,75 x 55.000)
= 116.250 = Rp 116.250
Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Administrasi & Umum untuk
bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011:
- Bagian Sekretariat = 75.000 + (1 x 56.000)
= 131.000 = Rp 131.000
- Bagian Keuangan = 60.000 + (1 x 56.000)
= 116.000 = Rp 116.000
- Bagian Umum = 75.000 + (1 x 56.000)
= 131.000 = Rp 131.000
Perhitungan penentuan Biaya Bahan-bahan dalam Bagian
Administrasi & Umum PT “GATRA & OSA” untuk Tahun 2011
tersebut diatas, dapat diringkas dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Administrasi & Umum


Bulan’ 2011
Bagian Sekretariat Bagian Keuangan Bagian Umum
Januari Rp 107.400 Rp 92.400 Rp 107.400
Februari Rp 107.400 Rp 92.400 Rp 107.400
Maret Rp 107.400 Rp 92.400 Rp 107.400
April Rp 107.400 Rp 92.400 Rp 107.400
Mei Rp 116.250 Rp 101.250 Rp 116.250
Juni Rp 116.250 Rp 101.250 Rp 116.250
Juli Rp 116.250 Rp 101.250 Rp 116.250
Agustus Rp 116.250 Rp 101.250 Rp 116.250
September Rp 131.000 Rp 116.000 Rp 131.000
Oktober Rp 131.000 Rp 116.000 Rp 131.000
November Rp 131.000 Rp 116.000 Rp 131.000
Desember Rp 131.000 Rp 116.000 Rp 131.000
Catatan:
Biaya Bahan-bahan dalam Bagian Administrasi & Umum dari tabel tersebut,
akan masuk ke dalam unsur Anggaran Beban Administrasi & Umum.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 205


c. Menentukan besarnya Biaya Pemeliharaan Gedung dalam Bagian
Administrasi & Umum (Bagian Sekretariat, Bagian Keuangan, dan
Bagian Umum) PT “GATRA & OSA” setiap bulan untuk Tahun 2011:
Berdasarkan JKTKL Biaya Pemeliharaan Gedung dalam Bagian
Administrasi & Umum, maka biaya setiap bulannya dapat dihitung
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah pertama; menghitung Biaya Pemeliharaan Gedung (BPG):
- Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
BPG = 100.000 + (5 X 54.000)
= 100.000 + 270.000
= 370.000 = Rp 370.000
- Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
BPG = 100.000 + (6 x 55.000)
= 100.000 + 330.000
= 430.000 = Rp 430.000
- Untuk bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember
2011:
BPG = 100.000 + (7,5 x 56.000)
= 100.000 + 420.000
= 520.000 = Rp 520.000
Langkah kedua; menghitung Alokasi Biaya Pemeliharaan Gedung
(ABPG) ke masing-masing bagian:
- Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
• ABPG Bagian Pabrik = 70% x Rp 370.000
= Rp 259.000
• ABPG Bagian Penjualan = 20% x Rp 370.000
= Rp 74.000
• ABPG Bagian Administrasi & Umum
= 10% x Rp 370.000
= Rp 37.000
- Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
• ABPG Bagian Pabrik = 70% x Rp 430.000
= Rp 301.000
• ABPG Bagian Penjualan = 20% x Rp 430.000
= Rp 86.000
• ABPG Bagian Administrasi & Umum
= 10% x Rp 430.000
= Rp 43.000

206 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


- Untuk bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember
2011:
• ABPG Bagian Pabrik = 70% x Rp 520.000
= Rp 364.000
• ABPG Bagian Penjualan = 20% x Rp 520.000
= Rp 104.000
• ABPG Bagian Administrasi & Umum
= 10% x Rp 520.000
= Rp 52.000
Langkah ketiga; menghitung Alokasi Biaya Pemeliharaan Gedung
dalam Bagian Administrasi & Umum (ABPGBAU):
- Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
• ABPGBAU Bagian Sekretariat = 40% x Rp 37.000
= Rp 14.800
• ABPGBAU Bagian Keuangan = 30% x Rp 37.000
= Rp 11.100
• ABPGBAU Bagian Umum = 30% x Rp 37.000
= Rp 11.100
- Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
• ABPGBAU Bagian Sekretariat = 40% x Rp 43.000
= Rp 17.200
• ABPGBAU Bagian Keuangan = 30% x Rp 43.000
= Rp 12.900
• ABPGBAU Bagian Umum = 30% x Rp 43.000
= Rp 12.900
- Untuk bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember
2011:
• ABPGBAU Bagian Sekretariat = 40% x Rp 52.000
= Rp 20.800

• ABPGBAU Bagian Keuangan = 30% x Rp 52.000


= Rp 15.600
• ABPGBAU Bagian Umum = 30% x Rp 52.000
= Rp 15.600
Langkah keempat: perhitungan penentuan Alokasi Biaya
Pemeliharaan Gedung dalam Bagian Administrasi & Umum PT
“GATRA & OSA” untuk Tahun 2011 tersebut diatas, diringkas
dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 207


Alokasi Biaya Pemeliharaan Gedung
Bulan’ 2011 dalam Bagian Administrasi & Umum
Bagian Sekretariat Bagian Keuangan Bagian Umum
Januari Rp 14.800 Rp 11.100 Rp 11.100
Februari Rp 14.800 Rp 11.100 Rp 11.100
Maret Rp 14.800 Rp 11.100 Rp 11.100
April Rp 14.800 Rp 11.100 Rp 11.100
Mei Rp 17.200 Rp 12.900 Rp 12.900
Juni Rp 17.200 Rp 12.900 Rp 12.900
Juli Rp 17.200 Rp 12.900 Rp 12.900
Agustus Rp 17.200 Rp 12.900 Rp 12.900
September Rp 20.800 Rp 15.600 Rp 15.600
Oktober Rp 20.800 Rp 15.600 Rp 15.600
November Rp 20.800 Rp 15.600 Rp 15.600
Desember Rp 20.800 Rp 15.600 Rp 15.600
Catatan:
Alokasi Biaya Pemeliharaan Gedung dalam Bagian Penjualan dari tabel
tersebut, akan masuk ke dalam unsur Anggaran Beban Administrasi & Umum.

d. Menentukan besarnya Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian


Administrasi & Umum (Bagian Sekretariat, Bagian Keuangan, dan
Bagian Umum) PT “GATRA & OSA” setiap bulan untuk Tahun 2011:
Berdasarkan standar Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian
Administrasi & Umum terkait dengan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL) maka biaya setiap bulannya dapat dihitung sebagai berikut:
Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian Administrasi & Umum
untuk bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011:
- Bagian Sekretariat = 10.000 + (0,4 x 54.000)
= 31.600 = Rp 31.600
- Bagian Keuangan = 10.000 + (0,4 x 54.000)
= 31.600 = Rp 31.600
- Bagian Umum = 10.000 + (0,4 x 54.000)
= 31.600 = Rp 31.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian Administrasi & Umum
untuk bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011:
- Bagian Sekretariat = 10.000 + (0,5 x 55.000)
= 37.500 = Rp 37.500

208 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


- Bagian Keuangan = 10.000 + (0,5 x 55.000)
= 37.500 = Rp 37.500
- Bagian Umum = 10.000 + (0,5 x 55.000)
= 37.500 = Rp 37.500

Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian Administrasi & Umum


untuk bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011:
- Bagian Sekretariat = 10.000 + (0,6 x 56.000)
= 43.600 = Rp 43.600
- Bagian Keuangan = 10.000 + (0,6 x 56.000)
= 43.600 = Rp 43.600
- Bagian Umum = 10.000 + (0,6 x 56.000)
= 43.600 = Rp 43.600
Perhitungan penentuan Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian
Administrasi & Umum PT “GATRA & OSA” untuk Tahun 2011
tersebut diatas, dapat diringkas dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Biaya Pemeliharaan Alat-alat


Bulan’ 2011 dalam Bagian Administrasi & Umum
Bagian Sekretariat Bagian Keuangan Bagian Umum
Januari Rp 31.600 Rp 31.600 Rp 31.600
Februari Rp 31.600 Rp 31.600 Rp 31.600
Maret Rp 31.600 Rp 31.600 Rp 31.600
April Rp 31.600 Rp 31.600 Rp 31.600
Mei Rp 37.500 Rp 37.500 Rp 37.500
Juni Rp 37.500 Rp 37.500 Rp 37.500
Juli Rp 37.500 Rp 37.500 Rp 37.500
Agustus Rp 37.500 Rp 37.500 Rp 37.500
September Rp 43.600 Rp 43.600 Rp 43.600
Oktober Rp 43.600 Rp 43.600 Rp 43.600
November Rp 43.600 Rp 43.600 Rp 43.600
Desember Rp 43.600 Rp 43.600 Rp 43.600
Catatan:
Biaya Pemeliharaan Alat-alat dalam Bagian Administrasi & Umum dari tabel
tersebut, akan masuk ke dalam unsur Anggaran Beban Administrasi & Umum.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 209


e. Menentukan besarnya Biaya Listrik dalam Bagian Administrasi &
Umum (Bagian Sekretariat, Bagian Keuangan, dan Bagian Umum) PT
“GATRA & OSA” setiap bulan untuk Tahun 2011 untuk Tahun 2011:
Berdasarkan penggunaan watt (kilowatt) Biaya Listrik dalam
Bagian Administrasi & Umum, maka biaya setiap bulannya dapat
dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah pertama; karena Biaya Listrik merupakan biaya bersama
maka perlu menghitung lebih dahulu Alokasi Biaya Listrik (ABL)
ke masing-masing bagian untuk bulan Januari 2011 sampai dengan
bulan Desember 2011:
- ABL Bagian Pabrik = 40% x Rp 350.000
= Rp 140.000
- ABL Bagian Penjualan = 30% x Rp 350.000
= Rp 105.000
- ABL Bagian Administrasi & Umum = 30% x Rp 350.000
= Rp 105.000
Langkah kedua; setelah beban Biaya Listrik dalam Bagian
Administrasi & Umum diketahui (Rp 105.000) maka baru
menghitung Alokasi Biaya Listrik dalam Bagian Administrasi &
Umum (ABLBAU) untuk bulan Januari 2011 sampai dengan
bulan Desember 2011:
- ABLBAU Bagian Sekretariat = 40% x Rp 105.000
= Rp 42.000
- ABLBAU Bagian Keuangan = 30% x Rp 105.000
= Rp 31.500
- ABLBAU Bagian Umum = 30% x Rp 105.000
= Rp 31.500
Langkah ketiga; perhitungan penentuan Alokasi Biaya Listrik
dalam Bagian Administrasi & Umum PT “GATRA & OSA” untuk
Tahun 2011 tersebut diatas, diringkas dalam sebuah tabel sebagai
berikut:

210 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Alokasi Biaya Listrik dalam Bagian Administrasi & Umum
Bulan’ 2011
Bagian Sekretariat Bagian Keuangan Bagian Umum
Januari Rp 42.000 Rp 31.500 Rp 31.500
Februari Rp 42.000 Rp 31.500 Rp 31.500
Maret Rp 42.000 Rp 31.500 Rp 31.500
April Rp 42.000 Rp 31.500 Rp 31.500
Mei Rp 42.000 Rp 31.500 Rp 31.500
Juni Rp 42.000 Rp 31.500 Rp 31.500
Juli Rp 42.000 Rp 31.500 Rp 31.500
Agustus Rp 42.000 Rp 31.500 Rp 31.500
September Rp 42.000 Rp 31.500 Rp 31.500
Oktober Rp 42.000 Rp 31.500 Rp 31.500
November Rp 42.000 Rp 31.500 Rp 31.500
Desember Rp 42.000 Rp 31.500 Rp 31.500
Catatan:
Alokasi Biaya Listrik dalam Bagian Administrasi & Umum dari tabel tersebut,
akan masuk ke dalam unsur Anggaran Beban Administrasi & Umum.

f. Menentukan besarnya Biaya Depresiasi Gedung dalam Bagian


Administrasi & Umum (Bagian Sekretariat, Bagian Keuangan, dan
Bagian Umum) PT “GATRA & OSA” setiap bulan untuk Tahun 2011:
Berdasarkan perbandingan luas lantai, maka Biaya Depresiasi
Gedung dalam Bagian Administrasi & Umum biaya setiap bulannya
dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah pertama; karena Biaya Depresiasi Gedung merupakan
biaya bersama maka perlu menghitung lebih dahulu Alokasi Biaya
Depresiasi Gedung (ABDG) ke masing-masing bagian untuk
bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Desember 2011:
- ABDG Bagian Pabrik = 65% x Rp 300.000
= Rp 195.000
- ABDG Bagian Penjualan = 20% x Rp 300.000
= Rp 60.000
- ABDG Bagian Administrasi & Umum = 15% x Rp 300.000
= Rp 45.000
Langkah kedua; setelah beban Biaya Depresiasi Gedung Bagian
Administrasi & Umum diketahui (Rp 60.000), maka baru
menghitung Alokasi Biaya Depresiasi Gedung dalam Bagian

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 211


Administrasi & Umum (ABDGBAU) untuk bulan Januari 2011
sampai dengan bulan Desember 2011:
- ABDGBAU Bagian Sekretariat = 40% x Rp 45.000
= Rp 18.000
- ABDGBAU Bagian Keuangan = 30% x Rp 45.000
= Rp 13.500
- ABDGBAU Bagian Umum = 30% x Rp 45.000
= Rp 13.500
Langkah ketiga; perhitungan penentuan Alokasi Biaya Depresiasi
Gedung dalam Bagian Administrasi & Umum PT “GATRA &
OSA” untuk Tahun 2011 tersebut diatas, diringkas dalam sebuah
tabel sebagai berikut:

Alokasi Biaya Depresiasi Gedung


Bulan’ 2011 dalam Bagian Administrasi & Umum
Bagian Sekretariat Bagian Keuangan Bagian Umum
Januari Rp 18.000 Rp 13.500 Rp 13.500
Februari Rp 18.000 Rp 13.500 Rp 13.500
Maret Rp 18.000 Rp 13.500 Rp 13.500
April Rp 18.000 Rp 13.500 Rp 13.500
Mei Rp 18.000 Rp 13.500 Rp 13.500
Juni Rp 18.000 Rp 13.500 Rp 13.500
Juli Rp 18.000 Rp 13.500 Rp 13.500
Agustus Rp 18.000 Rp 13.500 Rp 13.500
September Rp 18.000 Rp 13.500 Rp 13.500
Oktober Rp 18.000 Rp 13.500 Rp 13.500
November Rp 18.000 Rp 13.500 Rp 13.500
Desember Rp 18.000 Rp 13.500 Rp 13.500
Catatan:
Alokasi Biaya Depresiasi Gedung dalam Bagian Administrasi & Umum dari
tabel tersebut, akan masuk ke dalam unsur Anggaran Beban Administrasi &
Umum.

g. Menentukan besarnya Biaya Depresiasi Alat-alat dalam Bagian Bagian


Administrasi & Umum (Bagian Sekretariat, Bagian Keuangan, dan
Bagian Umum) PT “GATRA & OSA” setiap bulan untuk Tahun 2011:
Berdasarkan data besarnya Biaya Depresiasi Alat-alat dalam Bagian
Bagian Administrasi & Umum (Bagian Sekretariat, Bagian Keuangan,

212 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


dan Bagian Umum) PT “GATRA & OSA” untuk Tahun 2011, dapat
diringkas dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Alokasi Biaya Depresiasi Alat-alat


Bulan’ 2011 dalam Bagian Administrasi & Umum
Bagian Sekretariat Bagian Keuangan Bagian Umum
Januari Rp 75.000 Rp 110.000 Rp 80.000
Februari Rp 75.000 Rp 110.000 Rp 80.000
Maret Rp 75.000 Rp 110.000 Rp 80.000
April Rp 75.000 Rp 110.000 Rp 80.000
Mei Rp 75.000 Rp 110.000 Rp 80.000
Juni Rp 75.000 Rp 110.000 Rp 80.000
Juli Rp 75.000 Rp 110.000 Rp 80.000
Agustus Rp 75.000 Rp 110.000 Rp 80.000
September Rp 75.000 Rp 110.000 Rp 80.000
Oktober Rp 75.000 Rp 110.000 Rp 80.000
November Rp 75.000 Rp 110.000 Rp 80.000
Desember Rp 75.000 Rp 110.000 Rp 80.000
Catatan:
Alokasi Biaya Depresiasi Alat-alat dalam Bagian Administrasi & Umum dari
tabel tersebut, akan masuk ke dalam unsur Anggaran Beban Administrasi &
Umum.

h. Menyusun Anggaran Beban Administrasi & Umum PT “GATRA &


OSA” untuk Tahun 2011 secara komprehensif.
Dengan berdasarkan pada berbagai penentuan besarnya biaya
beserta alokasi masing-masing bagian Administrasi & Umum (Bagian
Sekretariat, Bagian Keuangan, dan Bagian Umum) sebagaimana telah
diperoleh hasilnya tersebut diatas, maka Anggaran Beban Administrasi
& Umum PT “GATRA & OSA” untuk tahun 2011 dapat disusun dalam
bentuk tabel Anggaran Beban Administrasi & Umum (per caturwulan/
per empat bulanan) sebagai berikut:
1) Tabel Anggaran Beban Administrasi & Umum bulan Januari 2011
sampai dengan April 2011.
2) Tabel Anggaran Beban Administrasi & Umum bulan Mei 2011
sampai dengan Agustus 2011.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 213


3) Tabel Anggaran Beban Administrasi & Umum bulan September
2011 sampai dengan Desember 2011.
Ketiga tabel yang disebutkan diatas dapat disusun sebagai berikut:

PT “GATRA & OSA”


Anggaran Beban Administrasi & Umum
Januari 2011 sampai dengan April 2011
Bagian Bagian Bagian
Keterangan Sekretariat Keuangan Umum
(Rp) (Rp) (Rp)
Januari’ 2011:
Gaji Karyawan 800.000 1.000.000 900.000
Biaya Bahan-bahan 107.400 92.400 107.400
Biaya Pemeliharaan Gedung 14.800 11.100 11.100
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 31.600 31.600 31.600
Biaya Listrik 42.000 31.500 31.500
Depresiasi Gedung 18.000 13.500 13.500
Depresiasi Alat-alat 75.000 110.000 80.000
Jumlah 1.088.800 1.290.100 1.175.100
Februari’ 2011:
Gaji Karyawan 800.000 1.000.000 900.000
Biaya Bahan-bahan 107.400 92.400 107.400
Biaya Pemeliharaan Gedung 14.800 11.100 11.100
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 31.600 31.600 31.600
Biaya Listrik 42.000 31.500 31.500
Depresiasi Gedung 18.000 13.500 13.500
Depresiasi Alat-alat 75.000 110.000 80.000
Jumlah 1.088.800 1.290.100 1.175.100
Maret’ 2011:
Gaji Karyawan 800.000 1.000.000 900.000
Biaya Bahan-bahan 107.400 92.400 107.400
Biaya Pemeliharaan Gedung 14.800 11.100 11.100
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 31.600 31.600 31.600
Biaya Listrik 42.000 31.500 31.500
Depresiasi Gedung 18.000 13.500 13.500
Depresiasi Alat-alat 75.000 110.000 80.000
Jumlah 1.088.800 1.290.100 1.175.100
April’ 2011:
Gaji Karyawan 800.000 1.000.000 900.000
Biaya Bahan-bahan 107.400 92.400 107.400
Biaya Pemeliharaan Gedung 14.800 11.100 11.100
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 31.600 31.600 31.600
Biaya Listrik 42.000 31.500 31.500
Depresiasi Gedung 18.000 13.500 13.500
Depresiasi Alat-alat 75.000 110.000 80.000
Jumlah 1.088.800 1.290.100 1.175.100

214 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


PT “GATRA & OSA”
Anggaran Beban Administrasi & Umum
Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011
Bagian Bagian
Bagian
Keterangan Sekretariat Umum
Keuangan (Rp)
(Rp) (Rp)
Mei’ 2011:
Gaji Karyawan 950.000 1.100.000 990.000
Biaya Bahan-bahan 116.250 101.250 116.250
Biaya Pemeliharaan Gedung 17.200 12.900 12.900
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 37.500 37.500 37.500
Biaya Listrik 42.000 31.500 31.500
Depresiasi Gedung 18.000 13.500 13.500
Depresiasi Alat-alat 75.000 110.000 80.000
Jumlah 1.255.950 1.406.650 1.281.650
Juni’ 2011:
Gaji Karyawan 950.000 1.100.000 990.000
Biaya Bahan-bahan 116.250 101.250 116.250
Biaya Pemeliharaan Gedung 17.200 12.900 12.900
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 37.500 37.500 37.500
Biaya Listrik 42.000 31.500 31.500
Depresiasi Gedung 18.000 13.500 13.500
Depresiasi Alat-alat 75.000 110.000 80.000
Jumlah 1.255.950 1.406.650 1.281.650
Juli’ 2011:
Gaji Karyawan 950.000 1.100.000 990.000
Biaya Bahan-bahan 116.250 101.250 116.250
Biaya Pemeliharaan Gedung 17.200 12.900 12.900
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 37.500 37.500 37.500
Biaya Listrik 42.000 31.500 31.500
Depresiasi Gedung 18.000 13.500 13.500
Depresiasi Alat-alat 75.000 110.000 80.000
Jumlah 1.255.950 1.406.650 1.281.650
Agustus’ 2011:
Gaji Karyawan 950.000 1.100.000 990.000
Biaya Bahan-bahan 116.250 101.250 116.250
Biaya Pemeliharaan Gedung 17.200 12.900 12.900
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 37.500 37.500 37.500
Biaya Listrik 42.000 31.500 31.500
Depresiasi Gedung 18.000 13.500 13.500
Depresiasi Alat-alat 75.000 110.000 80.000
Jumlah 1.255.950 1.406.650 1.281.650

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 215


PT “GATRA & OSA”
Anggaran Beban Administrasi & Umum
September 2011 sampai dengan Desember 2011
Bagian Bagian
Bagian
Keterangan Keuangan Umum
Sekretariat (Rp)
(Rp) (Rp)
September’2011:
Gaji Karyawan 1.100.000 1.200.000 1.180.000
Biaya Bahan-bahan 131.000 116.000 131.000
Biaya Pemeliharaan Gedung 20.800 15.600 15.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 43.600 43.600 43.600
Biaya Listrik 42.000 31.500 31.500
Depresiasi Gedung 18.000 13.500 13.500
Depresiasi Alat-alat 75.000 110.000 80.000
Jumlah 1.430.400 1.530.200 1.495.200
Oktober’ 2011:
Gaji Karyawan 1.100.000 1.200.000 1.180.000
Biaya Bahan-bahan 131.000 116.000 131.000
Biaya Pemeliharaan Gedung 20.800 15.600 15.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 43.600 43.600 43.600
Biaya Listrik 42.000 31.500 31.500
Depresiasi Gedung 18.000 13.500 13.500
Depresiasi Alat-alat 75.000 110.000 80.000
Jumlah 1.430.400 1.530.200 1.495.200
November’ 2011:
Gaji Karyawan 1.100.000 1.200.000 1.180.000
Biaya Bahan-bahan 131.000 116.000 131.000
Biaya Pemeliharaan Gedung 20.800 15.600 15.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 43.600 43.600 43.600
Biaya Listrik 42.000 31.500 31.500
Depresiasi Gedung 18.000 13.500 13.500
Depresiasi Alat-alat 75.000 110.000 80.000
Jumlah 1.430.400 1.530.200 1.495.200
Desember’ 2011:
Gaji Karyawan 1.100.000 1.200.000 1.180.000
Biaya Bahan-bahan 131.000 116.000 131.000
Biaya Pemeliharaan Gedung 20.800 15.600 15.600
Biaya Pemeliharaan Alat-alat 43.600 43.600 43.600
Biaya Listrik 42.000 31.500 31.500
Depresiasi Gedung 18.000 13.500 13.500
Depresiasi Alat-alat 75.000 110.000 80.000
Jumlah 1.430.400 1.530.200 1.495.200

216 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Kasus 4 dan Pemecahan Kasus 4
Kasus 4 dan pemecahan kasus 4; merupakan illustrasi yang terkait dengan
pembebanan biaya usaha, khususnya untuk Pembebanan Biaya Administrasi
& Umum, yang kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 4:
Dari Anggaran Beban Administrasi & Umum PT “GATRA & OSA”
menetapkan pembebanan biaya Administrasi & Umum kepada Produk X
dan Produk Y, didasarkan pada perbandingan jumlah unit masing-masing
produk yang dihasilkan (diproduksi). Dari Anggaran Produksi diketahui
bahwa jumlah yang diproduksi sesuai dengan yang akan dijual. Pada tahun
2011 akan diproduksi Produk X sebanyak (115.000 unit x 4 = 460.000 unit)
dan Produk Y sebanyak (80.000 unit x 4 = 320.000 unit) dimana unit yang
diproduksi ini dapat dilihat pada kasus sebelumnya (pada kasus 3). Dengan
demikian Biaya Administrasi & Umum selama Caturwulan (Empatbulan)
akan dibebankan kepada Produk X dan kepada Produk Y dengan dasar
perbandingan (460.000 : 320.000). Sedangkan jumlah Biaya Administrasi &
Umum selama Caturwulan I tahun 2011 adalah sebagai berikut: 1) Bagian
Sekretariat sebesar Rp 4.355.200; 2) Bagian Keuangan sebesar Rp 5.160.400;
3) Bagian Umum sebesar Rp 4.700.400.
Berdasarkan pedoman pembebanan tersebut diatas dan data masih
terkait kasus 3, susunlah Skedul Pembebanan Biaya Administrasi & Umum
PT “GATRA & OSA” selama tahun 2011.

Pemecahan Kasus 4:
Dari kasus 4 tersebut diatas untuk langkah-langkah pemecahannya
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan beban biaya Bagian Administrasi & Umum (Bagian
Sekretariat, Bagian Keuangan, dan Bagian Umum) kepada Produk X dan
Produk Y setiap Caturwulan untuk Tahun 2011.
Pembebanan Biaya Administrasi & Umum (Bagian Sekretariat,
Bagian Keuangan, dan Bagian Umum) untuk setiap Caturwulan adalah
sebagai berikut:
Pembebanan Biaya Administrasi & Umum Caturwulan I:
Bagian Sekretariat:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.088.800 x 4) = Rp 4.355.200
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (460.000 : 320.000), maka pembebanannya:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 217


Produk X = {460.000/(460.000 + 320.000)} x Rp 4.355.200
= 0,5897435897 x Rp 4.355.200
= Rp 2.568.451,282
= Rp 2.568.451
Produk Y = {320.000/(460.000 + 320.000)} x Rp 4.355.200
= 0,4102564103 x Rp 4.355.200
= Rp 1.786.748,718
= Rp 1.786.749
Bagian Keuangan:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.290.100 x 4) = Rp 5.160.400
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (460.000 : 320.000), maka pembebanannya:
Produk X = {460.000/(460.000 + 320.000)} x Rp 5.160.400
= 0,5897435897 x Rp 5.160.400
= Rp 3.043.312,821
= Rp 3.043.313
Produk Y = {320.000/(460.000 + 320.000)} x Rp 5.160.400
= 0,4102564103 x Rp 5.160.400
= Rp 2.117.087,179
= Rp 2.117.087
Bagian Umum:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.175.100 x 4) = Rp 4.700.400
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (460.000 : 320.000), maka pembebanannya:
Produk X = {460.000/(460.000 + 320.000)} x Rp 4.700.400
= 0,5897435897 x Rp 4.700.400
= Rp 2.772.030,769
= Rp 2.772.031
Produk Y = {320.000/(460.000 + 320.000)} x Rp 4.700.400
= 0,4102564103 x Rp 4.700.400
= Rp 1.928.369,231
= Rp 1.928.369
Pembebanan Biaya Administrasi & Umum Caturwulan II:
Bagian Sekretariat:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.255.950 x 4) = Rp 5.023.800
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (500.000 : 360.000), maka pembebanannya:

218 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Produk X = {500.000/(500.000 + 360.000)} x Rp 5.023.800
= 0,5813953488 x Rp 5.023.800
= Rp 2.920.813,953
= Rp 2.920.814
Produk Y = {360.000/(500.000 + 360.000)} x Rp 5.023.800
= 0,4186046512 x Rp 5.023.800
= Rp 2.102.986,047
= Rp 2.102.986
Bagian Keuangan:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.406.650 x 4) = Rp 5.626.600
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (500.000 : 360.000), maka pembebanannya:
Produk X = {500.000/(500.000 + 360.000)} x Rp 5.626.600
= 0,5813953488 x Rp 5.626.600
= Rp 3.271.279,07
= Rp 3.271.279

Produk Y = {360.000/(500.000 + 360.000)} x Rp 5.626.600


= 0,4186046512 x Rp 5.626.600
= Rp 2.355.320,93
= Rp 2.355.321
Bagian Umum:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.281.650 x 4) = Rp 5.126.600
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (500.000 : 360.000), maka pembebanannya:
Produk X = {500.000/(500.000 + 360.000)} x Rp 5.126.600
= 0,5813953488 x Rp 5.126.600
= Rp 2.980.581,395
= Rp 2.980.581
Produk Y = {360.000/(500.000 + 360.000)} x Rp 5.126.600
= 0,4186046512 x Rp 5.126.600
= Rp 2.146.018,605
= Rp 2.146.019
Pembebanan Biaya Administrasi & Umum Caturwulan III:
Bagian Sekretariat:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.430.400 x 4) = Rp 5.721.600

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 219


• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (540.000 : 380.000), maka pembebanannya:
Produk X = {540.000/(540.000 + 380.000)} x Rp 5.721.600
= 0,5869565217 x Rp 5.721.600
= Rp 3.358.330,435
= Rp 3.358.330
Produk Y = {380.000/(540.000 + 380.000)} x Rp 5.721.600
= 0,4130434783 x Rp 5.721.600
= Rp 2.363.269,565
= Rp 2.363.270
Bagian Keuangan:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.530.200 x 4) = Rp 6.120.800
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (540.000 : 380.000), maka pembebanannya:
Produk X = {540.000/(540.000 + 380.000)} x Rp 6.120.800
= 0,5869565217 x Rp 6.120.800
= Rp 3.592.643,478
= Rp 3.592.643

Produk Y = {380.000/(540.000 + 380.000)} x Rp 6.120.800


= 0,4130434783 x Rp 6.120.800
= Rp 2.528.156,522
= Rp 2.528.157
Bagian Umum:
• Jumlah Biaya = (Rp 1.495.200 x 4) = Rp 5.980.800
• Pembebanan untuk masing-masing produk dengan
perbandingan (540.000 : 380.000), maka pembebanannya:
Produk X = {540.000/(540.000 + 380.000)} x Rp 5.980.800
= 0,5869565217 x Rp 5.980.800
= Rp 3.510.469,565
= Rp 3.510.470
Produk Y = {380.000/(540.000 + 380.000)} x Rp 5.980.800
= 0,4130434783 x Rp 5.980.800
= Rp 2.470.330,435
= Rp 2.470.330

220 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


b. Menyusun Skedul Pembebanan Biaya Administrasi & Umum (Bagian
Sekretariat, Bagian Keuangan, dan Bagian Umum) PT “GATRA &
OSA” selama tahun 2011.
Dengan mendasarkan perhitungan Pembebanan Biaya Administrasi
& Umum (Bagian Sekretariat, Bagian Keuangan, dan Bagian Umum)
untuk setiap Caturwulan tersebut diatas, maka Skedul Pembebanan
Biaya Administrasi & Umum PT “GATRA & OSA” untuk tahun 2011
dapat disusun (per caturwulan/per empat bulanan) sebagai berikut:

PT “GATRA & OSA”


Skedul Pembebanan Biaya Administrasi & Umum (Caturwulan I)
Januari 2011 sampai dengan April 2011
Keterangan Jumlah Biaya Produk X Produk Y
Bagian Sekretariat Rp 4.355.200 Rp 2.568.451 Rp 1.786.749
Bagian Keuangan Rp 5.160.400 Rp 3.043.313 Rp 2.117.087
Bagian Umum Rp 4.700.400 Rp 2.772.031 Rp 1.928.369
Jumlah Rp 14.216.000 Rp 8.383.795 Rp 5.832.205

PT “GATRA & OSA”


Skedul Pembebanan Biaya Administrasi & Umum (Caturwulan II)
Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011
Keterangan Jumlah Biaya Produk X Produk Y
Bagian Sekretariat Rp 5.023.800 Rp 2.920.814 Rp 2.102.986
Bagian Keuangan Rp 5.626.600 Rp 3.271.279 Rp 2.355.321
Bagian Umum Rp 5.126.600 Rp 2.980.581 Rp 2.146.019
Jumlah Rp 15.777.000 Rp 9.172.674 Rp 6.604.326

PT “GATRA & OSA”


Skedul Pembebanan Biaya Administrasi & Umum (Caturwulan III)
September 2011 sampai dengan Desember 2011
Keterangan Jumlah Biaya Produk X Produk Y
Bagian Sekretariat Rp 5.721.600 Rp 3.358.330 Rp 2.363.270
Bagian Keuangan Rp 6.120.800 Rp 3.592.643 Rp 2.528.157
Bagian Umum Rp 5.980.800 Rp 3.510.470 Rp 2.470.330
Jumlah Rp 17.823.200 Rp 10.461.443 Rp 7.361.757

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 221


9.6 Rangkuman
Beban usaha (operating expenses) merupakan beban kegiatan pokok
perusahaan yang tidak terjadi di pabrik, selain harga pokok penjualan yang
ditampilkan dalam laporan rugi laba. Beban usaha terdiri dari beban penjualan
(selling expenses), beban administrasi dan umum (general and administration
expenses). Beban penjualan (selling expenses), ialah semua biaya yang
terjadi di dalam lingkungan bagian penjualan, serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bagian penjualan.
Sedangkan beban administrasi dan umum (general and administration
expenses), ialah semua biaya yang terjadi serta terdapat di dalam lingkungan
kantor administrasi perusahaan, serta biaya-biaya lain yang sifatnya umum
untuk keperluan perusahaan secara keseluruhan.
Kegunaan anggaran beban usaha secara umum: 1) Sebagai pedoman
kerja; 2) Sebagai alat pengkoordinasian kerja; dan 3) Sebagai alat pengawasan
kerja bagi aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan penjualan dan administrasi
selama periode anggaran. Adapun kegunaan anggaran beban usaha secara
khusus yaitu berguna sebagai dasar untuk menyusun anggaran kas. Hal ini
disebabkan karena sebagian dari biaya penjualan dan biaya administrasi &
umum tersebut memerlukan pengeluaran kas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran beban usaha


(operating expenses) antara lain: 1) Anggaran penjualan; 2) Berbagai standar
biaya yang berkaitan dengan biaya penjualan; 3) Sistem pembayaran upah
(gaji) yang dipakai oleh perusahaan; 4) Metode depresiasi yang dipakai oleh
perusahaan; 5) Metode alokasi biaya yang dipakai oleh perusahaan.

9.7 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi


9.7.1 Pertanyaan untuk Diskusi
1) Ada tiga kelompok besar biaya, yang harus mendapat perhatian
tersendiri dari manajemen perusahaan, agar minimal masih bisa
bertahan hidup dan tidak harus pergi atau menutup kegiatan usaha.
Sebutkan dan jelaskan ketiga biaya tersebut !
2) Beban usaha (operating expenses) merupakan beban kegiatan
pokok perusahaan yang tidak terjadi di pabrik selain harga pokok
penjualan yang ditampilkan dalam laporan rugi laba. Relevan

222 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


dengan hal tersebut biaya-biaya apa saja yang termasuk dalam
beban usaha !
3) Jelaskan pengertian dari beban penjualan (selling expenses), dan
berikan contoh-contoh biaya yang termasuk dalam beban penjualan!
4) Jelaskan pengertian dari beban administrasi dan umum (general
and administration expenses) dan berikan contoh-contoh biaya
yang termasuk dalam beban administrasi dan umum !
5) Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyusunan anggaran beban penjualan (selling expenses) !
6) Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyusunan anggaran beban administrasi dan umum (general and
administration expenses) !

9.7.2 Kasus untuk Diskusi


1) Sesuai dengan struktur organisasinya PT “GATRA & OSA”
membagi bagian penjualan menjadi tiga bagian yaitu: Bagian
Promosi, Bagian Transaksi dan Bagian Ekspedisi. Untuk keperluan
penyusunan Anggaran Beban Penjualan pada tahun 2011, perusahaan
telah menetapkan berbagai standar biaya beserta alokasinya dalam
bentuk Anggaran Variabel, berdasarkan pengalaman di waktu yang
lalu dan berdasar pada penelitian. Adapun standar biaya dan alokasi
biayanya adalah sebagai berikut:
Besarnya Gaji Karyawan bagian penjualan ditetapkan sebesar
Rp 200.000/bulan/ orang (Jumlah karyawan Bagian Promosi
8 orang, Bagian Transaksi 10 orang dan Bagian Ekspedisi
9 orang) dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah
penjualan pada bulan yang bersangkutan. Selama tahun 2011
direncanakan akan ada dua kali kenaikan gaji, yaitu pada bulan
Mei 2011 dan pada bulan September 2011, dengan kenaikan
Gaji sebagai berikut: kenaikan sebesar Rp 20.000 untuk
karyawan Bagian Promosi; kenaikan sebesar Rp15.000 untuk
karyawan Bagian Transaksi, dan kenaikan sebesar Rp10.000
untuk karyawan Bagian Ekspedisi.
Besarnya Biaya Bahan-Bahan untuk keperluan masing-
masing bagian di dalam Bagian Penjualan, telah ditetapkan
sebagai berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 223


Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan April 2011:
- Bagian Promosi sebesar Rp 80.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,5 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,4 per unit
Produk Y yang terjual.
- Bagian Transaksi sebesar Rp 80.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,4 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,3 per unit
Produk Y yang terjual.
- Bagian Ekspedisi sebesar Rp 100.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,7 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,6 per unit
Produk Y yang terjual.
Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011:
- Bagian Promosi sebesar Rp 80.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,6 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,5 per unit
Produk Y yang terjual.
- Bagian Transaksi sebesar Rp 80.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,5 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,4 per unit
Produk Y yang terjual.
- Bagian Ekspedisi sebesar Rp 100.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,8 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,7 per unit
Produk Y yang terjual.
Untuk bulan September 2011 sampai dengan Desember
2011:
- Bagian Promosi sebesar Rp 80.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,7 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,6 per unit
Produk Y yang terjual.
- Bagian Transaksi sebesar Rp 80.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,6 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,5 per unit
Produk Y yang terjual.

224 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


- Bagian Ekspedisi sebesar Rp 100.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,9 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,8 per unit
Produk Y yang terjual.
Data Penjualan PT “GATRA & OSA” per bulan untuk
Tahun 2011:

Penjualan
Bulan’ 2011
Produk X Produk Y
Januari 115.000 unit 80.000 unit
Februari 115.000 unit 80.000 unit
Maret 115.000 unit 80.000 unit
April 115.000 unit 80.000 unit
Mei 125.000 unit 90.000 unit
Juni 125.000 unit 90.000 unit
Juli 125.000 unit 90.000 unit
Agustus 125.000 unit 90.000 unit
September 135.000 unit 95.000 unit
Oktober 135.000 unit 95.000 unit
November 135.000 unit 95.000 unit
Desember 135.000 unit 95.000 unit

Besarnya Biaya Pemeliharaan Gedung untuk bulan Januari


2011 sampai dengan bulan April 2011 ditetapkan sebesar Rp
300.000 setiap bulan, ditambah Rp 5 per Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung pada setiap bulan yang bersangkutan. Untuk
bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011 ditambah
dengan Rp 6 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung pada
setiap bulan yang bersangkutan, dan untuk bulan September
2011 sampai dengan Desember 2011 sebesar Rp 300.000
setiap bulan, ditambah dengan Rp 7,5 per Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung pada setiap bulan yang bersangkutan.
Biaya Pemeliharaan Gedung ini merupakan biaya
pemeliharaan untuk seluruh gedung (bangunan) yang
dipergunakan oleh perusahaan, sehingga merupakan
biaya bersama, yang harus dialokasikan menjadi beban
Bagian Pabrik, beban Bagian Penjualan dan beban Bagian
Administrasi & Umum. Dengan berdasarkan perbandingan

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 225


luas lantai, maka ditetapkan bahwa Bagian Pabrik memikul
beban Biaya Pemeliharaan Gedung sebesar 70%, Bagian
Administrasi & Umum memikul beban sebesar 10% dan
beban Bagian Penjualan sebesar 20%.
Khususnya Biaya Pemeliharaan Gedung yang menjadi
beban Bagian Penjualan sendiri harus pula dialokasikan
menjadi beban dari masing-masing bagian yang ada di
dalam lingkungan Bagian Penjualan. Dengan berdasarkan
perbandingan luas lantai, maka ditetapkan alokasi tersebut
sebagai berikut: Bagian Promosi sebesar 30%; Bagian
Transaksi sebesar 30%; dan Bagian Ekspedisi sebesar 40%.
Data Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL) PT “GATRA
& OSA” per bulan untuk Tahun 2011 sebagai berikut:

Bulan’ 2011 Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL)


Januari 54.000 JKTL
Februari 54.000 JKTL
Maret 54.000 JKTL
April 54.000 JKTL
Mei 55.000 JKTL
Juni 55.000 JKTL
Juli 55.000 JKTL
Agustus 55.000 JKTL
September 56.000 JKTL
Oktober 56.000 JKTL
November 56.000 JKTL
Desember 56.000 JKTL

Besarnya Biaya Pemeliharaan Alat Alat untuk masing-masing


bagian di dalam bagian penjualan, telah ditetapkan sebagai
berikut:
Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan April 2011:
- Bagian Promosi sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,3 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,25 per unit
Produk Y yang terjual.
- Bagian Transaksi sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,2 per unit Produk X yang

226 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


terjual, dan ditambah dengan Rp 0,1 per unit
Produk Y yang terjual.
- Bagian Ekspedisi sebesar Rp 30.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,5 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,3 per unit
Produk Y yang terjual.
Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011:
- Bagian Promosi sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,4 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,3 per unit
Produk Y yang terjual.
- Bagian Transaksi sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,3 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,2 per unit
Produk Y yang terjual.
- Bagian Ekspedisi sebesar Rp 30.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,6 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,5 per unit
Produk Y yang terjual.
Untuk bulan September 2011 sampai dengan Desember
2011:
- Bagian Promosi sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,5 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,4 per unit
Produk Y yang terjual.
- Bagian Transaksi sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,4 per unit Produk X yang
terjual, dan ditambah dengan Rp 0,3 per unit
Produk Y yang terjual.
- Bagian ekspedisi sebesar Rp 30.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,7 per unit Produk X yang terjual,
dan ditambah dengan Rp 0,6 per unit Produk Y yang
terjual.

Biaya Listrik yang ditanggung perusahaan adalah biaya


yang dibayar perusahaan kepada Perusahaan Listrik Negara
(PLN), untuk keperluan penerangan dan penggerak beberapa
peralatan ruangan (alat pendingin ruangan). Sedangkan

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 227


untuk menggerakkan mesin-mesin dan peralatan produksi,
dipergunakan tenaga diesel yang dimiliki sendiri oleh
perusahaan. Oleh karena fungsi listrik terutama hanyalah
untuk keperluan penerangan, maka diperkirakan jumlahnya
tidak berbeda dari bulan ke bulan. Untuk itu maka tahun 2011
perusahaan menetapkan besarnya biaya listrik dari bulan ke
bulan selalu sama yaitu sebesar Rp 500.000.
Biaya Listrik ini merupakan biaya bersama Biaya Listrik
karena mencakup penggunaan listrik di semua bagian dalam
perusahaan, sehingga harus dialokasikan menjadi beban
Bagian Pabrik, beban Bagian Penjualan dan beban Bagian
Administrasi & Umum. Dengan berdasarkan perbandingan
penggunaan watt (kilowatt), maka ditetapkan bahwa Bagian
Pabrik memikul beban Biaya Listrik sebesar 40%, Bagian
Administrasi & Umum memikul beban sebesar 30% dan
beban Bagian Penjualan sebesar 30%.
Khususnya Biaya Listrik yang menjadi beban Bagian
Penjualan sendiri harus pula dialokasikan menjadi beban dari
masing-masing bagian yang ada di dalam lingkungan Bagian
Penjualan. Dengan berdasarkan perbandingan penggunaan
watt (kilowatt), maka ditetapkan alokasinya sebagai berikut:
Bagian Promosi sebesar 60%; Bagian Transaksi sebesar 20%;
dan Bagian Ekspedisi sebesar 20%.
Dengan menggunakan metode depresiasi secara garis lurus
(straigt line method), ditetapkan bahwa Depresiasi Gedung
untuk tahun 2011 sebesar Rp 400.000 setiap bulan. Biaya
Depresiasi Gedung ini merupakan biaya bersama karena
mencakup seluruh gedung yang dimiliki perusahaan, sehingga
harus dialokasikan menjadi beban Bagian Pabrik, beban Bagian
Penjualan dan beban Bagian Administrasi & Umum. Dengan
berdasarkan perbandingan luas lantai, maka ditetapkan bahwa
Bagian Pabrik memikul beban Biaya Pemeliharaan Gedung
sebesar 65%, Bagian Administrasi & Umum memikul beban
sebesar 15% dan beban Bagian Penjualan sebesar 20%.
Khususnya Depresiasi Gedung yang menjadi beban
Bagian Penjualan sendiri harus pula dialokasikan menjadi
beban dari masing-masing bagian yang ada di dalam lingkungan
Bagian Penjualan. Dengan berdasarkan perbandingan luas

228 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


lantai, maka ditetapkan alokasinya sebagai berikut: Bagian
Promosi sebesar 30%; Bagian Transaksi sebesar 30%; dan
Bagian Ekspedisi sebesar 40%.
Dengan menggunakan metode depresiasi secara garis lurus
(straigt line method), ditetapkan pula Depresiasi Alat-Alat
yang terdapat dan dipergunakan di bagian masing-masing
dalam lingkungan bagian penjualan sebagai berikut: Bagian
Promosi sebesar Rp 150.000 setiap bulan; Bagian Transaksi
sebesar Rp 200.000 setiap bulan; dan Bagian Ekspedisi
sebesar Rp 150.000 setiap bulan.
Biaya Promosi yang meliputi Biaya Pengiklanan dan Biaya
Promosi Penjualan hanya terdapat di Bagian Transaksi
maupun Bagian Ekspedisi:
Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April
2011 besarnya Biaya Promosi ditetapkan sebesar Rp
200.000 setiap bulan, ditambah dengan Rp 12,5 per unit
Produk X yang terjual, dan ditambah dengan Rp 7,5 per
unit Produk Y yang terjual.
Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus
2011 besarnya Biaya Promosi ditetapkan sebesar Rp
200.000 setiap bulan, ditambah dengan Rp 15 per unit
Produk X yang terjual, dan ditambah dengan Rp 10 per
unit Produk Y yang terjual.
Untuk bulan September 2011 sampai dengan bulan
Desember 2011 besarnya Biaya Promosi ditetapkan
sebesar Rp 200.000 setiap bulan, ditambah dengan
Rp 17,5 per unit Produk X yang terjual, dan ditambah
dengan Rp 12,5 per unit Produk Y yang terjual.

Dengan berdasarkan pada berbagai standar biaya beserta


alokasi sebagaimana telah disebutkan diatas, dan dengan
mengingat pula rencana aktivitas perusahaan yang dinyatakan
dalam bentuk Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung, susunlah
Anggaran Beban Penjualan PT “GATRA & OSA” untuk
tahun 2011.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 229


2) Dari Anggaran Beban Penjualan PT “GATRA & OSA” menetapkan
pembebanan biaya penjualan kepada Produk X dan Produk Y,
didasarkan pada perbandingan jumlah unit masing-masing produk
yang terjual menjadi tiga bagian yaitu: Bagian Promosi, Bagian
Transaksi dan Bagian Ekspedisi. Dari Anggaran Beban Penjualan
dapat diketahui bahwa selama Caturwulan (Empatbulan) tahun
2011 akan dijual Produk X (pada kasus 1) sebanyak (115.000 unit
x 4 = 460.000 unit) dan Produk Y (pada kasus 1) sebanyak (80.000
unit x 4 = 320.000 unit). Dengan demikian Biaya Penjualan selama
Caturwulan (Empatbulan) akan dibebankan kepada Produk X dan
kepada Produk Y dengan dasar perbandingan (460.000 : 320.000).
Berdasarkan pedoman pembebanan tersebut diatas dan data masih
terkait kasus 1, susunlah Skedul Pembebanan Biaya Penjualan PT
“GATRA & OSA” selama tahun 2011.
3) Sesuai dengan struktur organisasinya PT “GATRA & OSA”
membagi bagian administrasi & umum menjadi tiga bagian yaitu:
Bagian Sekretariat, Bagian Keuangan dan Bagian Umum. Untuk
keperluan penyusunan Anggaran Beban Administrasi & Umum pada
tahun 2011, perusahaan telah menetapkan berbagai standar biaya
beserta alokasinya dalam bentuk Anggaran Variabel, berdasarkan
pengalaman di waktu yang lalu dan berdasar pada penelitian.
Adapun standar biaya dan alokasi biayanya adalah sebagai berikut:
Besarnya Gaji Karyawan bagian administrasi & umum
ditetapkan sebesar Rp 200.000/bulan/orang (Jumlah karyawan
Bagian Sekretariat 8 orang, Bagian Keuangan 10 orang dan
Bagian Umum 9 orang) dan tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya jumlah penjualan pada bulan yang bersangkutan.
Selama tahun 2011 direncanakan akan ada dua kali kenaikan
gaji, yaitu pada bulan Mei 2011 dan pada bulan September
2011, dengan kenaikan Gaji sebagai berikut: kenaikan sebesar
Rp 20.000 untuk karyawan Bagian Sekretariat; kenaikan
sebesar Rp15.000 untuk karyawan Bagian Keuangan, dan
kenaikan sebesar Rp10.000 untuk karyawan Bagian Umum.
Besarnya Biaya Bahan-Bahan untuk keperluan masing-
masing bagian di dalam Bagian Administrasi & Umum, telah
ditetapkan sebagai berikut:

230 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan April 2011:
- Bagian Sekretariat sebesar Rp 100.000 setiap
bulan, ditambah dengan Rp 0,6 per Jam Kerja
Tenaga Kerja Langsung (JKTKL).
- Bagian Keuangan sebesar Rp 70.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,6 per Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung (JKTKL).
- Bagian Umum sebesar Rp 80.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,6 per unit Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung (JKTKL).
Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011:
- Bagian Sekretariat sebesar Rp 100.000 setiap
bulan, ditambah dengan Rp 0,75 per Jam Kerja
Tenaga Kerja Langsung (JKTKL).
- Bagian Keuangan sebesar Rp 70.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,75 per Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung (JKTKL).
- Bagian Umum sebesar Rp 80.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,75 per unit Jam Kerja
Tenaga Kerja Langsung (JKTKL).
Untuk bulan September 2011 sampai dengan Desember
2011:
- Bagian Sekretariat sebesar Rp 100.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 1 per Jam Kerja Tenaga Kerja
Langsung (JKTKL).
- Bagian Keuangan sebesar Rp 70.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 1 per Jam Kerja Tenaga Kerja
Langsung (JKTKL).
- Bagian sebesar Rp 80.000 setiap bulan, ditambah
dengan Rp 1 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL).
Data Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL) PT
“GATRA & OSA” per bulan untuk Tahun 2011 sebagai
berikut:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 231


Bulan’ 2011 Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL)
Januari 54.000 JKTL
Februari 54.000 JKTL
Maret 54.000 JKTL
April 54.000 JKTL
Mei 55.000 JKTL
Juni 55.000 JKTL
Juli 55.000 JKTL
Agustus 55.000 JKTL
September 56.000 JKTL
Oktober 56.000 JKTL
November 56.000 JKTL
Desember 56.000 JKTL

Besarnya Biaya Pemeliharaan Gedung untuk bulan Januari


2011 sampai dengan bulan April 2011 ditetapkan sebesar Rp
300.000 setiap bulan, ditambah Rp 5 per Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung pada setiap bulan yang bersangkutan. Untuk
bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011 ditambah
dengan Rp 6 per Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung pada
setiap bulan yang bersangkutan, dan untuk bulan September
2011 sampai dengan Desember 2011 sebesar Rp 300.000
setiap bulan, ditambah dengan Rp 7,5 per Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung pada setiap bulan yang bersangkutan.
Biaya Pemeliharaan Gedung ini merupakan biaya
pemeliharaan untuk seluruh gedung (bangunan) yang
dipergunakan oleh perusahaan, sehingga merupakan
biaya bersama, yang harus dialokasikan menjadi beban
Bagian Pabrik, beban Bagian Penjualan dan beban Bagian
Administrasi & Umum. Dengan berdasarkan perbandingan
luas lantai, maka ditetapkan bahwa Bagian Pabrik memikul
beban Biaya Pemeliharaan Gedung sebesar 70%, Bagian
Administrasi & Umum memikul beban sebesar 10% dan
beban Bagian Penjualan sebesar 20%.
Khususnya Biaya Pemeliharaan Gedung yang menjadi
beban Bagian Administrasi & Umum sendiri harus pula
dialokasikan menjadi beban dari masing-masing bagian
yang ada di dalam lingkungan Bagian Administrasi &

232 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Umum. Dengan berdasarkan perbandingan luas lantai, maka
ditetapkan alokasi tersebut sebagai berikut: Bagian Sekretariat
sebesar 40%; Bagian Keuangan sebesar 30%; dan Bagian
Umum sebesar 30%.
Besarnya Biaya Pemeliharaan Alat Alat untuk masing-
masing bagian di dalam Bagian Administrasi & Umum, telah
ditetapkan sebagai berikut:
Untuk bulan Januari 2011 sampai dengan April 2011:
- Bagian Sekretariat sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,4 per Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung (JKTKL).
- Bagian Keuangan sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,4 per Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung (JKTKL).
- Bagian Umum sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,4 per unit Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung (JKTKL).
Untuk bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011:
- Bagian Sekretariat sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,5 per Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung (JKTKL).
- Bagian Keuangan sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,5 per Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung (JKTKL).
- Bagian Umum sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,5 per unit Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung (JKTKL).
Untuk bulan September 2011 sampai dengan Desember
2011:
- Bagian Sekretariat sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,6 per Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung (JKTKL).
- Bagian Keuangan sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,6 per Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung (JKTKL).
- Bagian Umum sebesar Rp 20.000 setiap bulan,
ditambah dengan Rp 0,6 per unit Jam Kerja Tenaga
Kerja Langsung (JKTKL).

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 233


Biaya Listrik yang ditanggung perusahaan adalah biaya
yang dibayar perusahaan kepada Perusahaan Listrik Negara
(PLN), untuk keperluan penerangan dan penggerak beberapa
peralatan ruangan (alat pendingin ruangan). Sedangkan
untuk menggerakkan mesin-mesin dan peralatan produksi,
dipergunakan tenaga diesel yang dimiliki sendiri oleh
perusahaan. Oleh karena fungsi listrik terutama hanyalah
untuk keperluan penerangan, maka diperkirakan jumlahnya
tidak berbeda dari bulan ke bulan. Untuk itu maka tahun 2011
perusahaan menetapkan besarnya biaya listrik dari bulan ke
bulan selalu sama yaitu sebesar Rp 500.000.
Biaya Listrik ini merupakan biaya bersama Biaya Listrik
karena mencakup penggunaan listrik di semua bagian dalam
perusahaan, sehingga harus dialokasikan menjadi beban
Bagian Pabrik, beban Bagian Penjualan dan beban Bagian
Administrasi & Umum. Dengan berdasarkan perbandingan
penggunaan watt (kilowatt), maka ditetapkan bahwa Bagian
Pabrik memikul beban Biaya Listrik sebesar 40%, Bagian
Administrasi & Umum memikul beban sebesar 30% dan
beban Bagian Penjualan sebesar 30%.
Khususnya Biaya Listrik yang menjadi beban Bagian
Administrasi & Umum sendiri harus pula dialokasikan
menjadi beban dari masing-masing bagian yang ada di
dalam lingkungan Bagian Penjualan. Dengan berdasarkan
perbandingan penggunaan watt, maka ditetapkan alokasinya
sebagai berikut: Bagian Sekretariat sebesar 40%; Bagian
Keuangan sebesar 30%; dan Bagian Umum sebesar 30%.
Dengan menggunakan metode depresiasi secara garis lurus
(straigt line method), ditetapkan bahwa Depresiasi Gedung
untuk tahun 2011 sebesar Rp 400.000 setiap bulan. Biaya
Depresiasi Gedung ini merupakan biaya bersama karena
mencakup seluruh gedung yang dimiliki perusahaan, sehingga
harus dialokasikan menjadi beban Bagian Pabrik, beban Bagian
Penjualan dan beban Bagian Administrasi & Umum. Dengan
berdasarkan perbandingan luas lantai, maka ditetapkan bahwa
Bagian Pabrik memikul beban Biaya Pemeliharaan Gedung
sebesar 65%, Bagian Administrasi & Umum memikul beban
sebesar 15% dan beban Bagian Penjualan sebesar 20%.

234 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Khususnya Depresiasi Gedung yang menjadi beban
Bagian Administrasi & Umum sendiri harus pula dialokasikan
menjadi beban dari masing-masing bagian yang ada di
dalam lingkungan Bagian Penjualan. Dengan berdasarkan
perbandingan luas lantai, maka ditetapkan alokasinya sebagai
berikut: Bagian Sekretariat sebesar 40%; Bagian Keuangan
sebesar 30%; dan Bagian Umum sebesar 30%.
Dengan menggunakan metode depresiasi secara garis lurus
(straigt line method), ditetapkan pula Depresiasi Alat-Alat
yang terdapat dan dipergunakan di bagian masing-masing
dalam lingkungan Bagian Administrasi & Umum sebagai
berikut: Bagian Sekretariat sebesar Rp 100.000 setiap bulan;
Bagian Keuangan sebesar Rp 120.000 setiap bulan; dan
Bagian Umum sebesar Rp 80.000 setiap bulan.

Dengan berdasarkan pada berbagai standar biaya beserta


alokasi sebagaimana telah disebutkan diatas, dan dengan
mengingat pula rencana aktivitas perusahaan yang dinyatakan
dalam bentuk Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung, susunlah
Anggaran Beban Administrasi & Umum PT “GATRA &
OSA” untuk tahun 2011.

4) Dari Anggaran Beban Administrasi & Umum PT “GATRA &


OSA” menetapkan pembebanan biaya Administrasi & Umum
kepada Produk X dan Produk Y, didasarkan pada perbandingan
jumlah unit masing-masing produk yang dihasilkan (diproduksi).
Dari Anggaran Produksi diketahui bahwa jumlah yang diproduksi
sesuai dengan yang akan dijual. Pada tahun 2011 akan diproduksi
Produk X sebanyak (115.000 unit x 4 = 460.000 unit) dan Produk
Y sebanyak (80.000 unit x 4 = 320.000 unit) dimana unit yang
diproduksi ini dapat dilihat pada kasus sebelumnya (pada kasus 3).
Dengan demikian Biaya Administrasi & Umum selama Caturwulan
(Empatbulan) akan dibebankan kepada Produk X dan kepada
Produk Y dengan dasar perbandingan (460.000 : 320.000).
Berdasarkan pedoman pembebanan tersebut diatas dan
data masih terkait kasus 3, susunlah Skedul Pembebanan Biaya
Administrasi & Umum PT “GATRA & OSA” selama tahun 2011.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 235


Bab 10
HARGA POKOK DAN PROYEKSI LABA RUGI

10.1 Harga Pokok


Harga pokok merupakan salah satu komponen dari laporan laba rugi,
dan sering menjadi perhatian manajemen perusahaan dalam mengendalikan
operasional perusahaan. Relevan dengan hal tersebut maka disini perlu
dijelaskan secara lebih detail beberapa hal menyangkut: Pengertian Harga
Pokok; Laporan Harga Pokok; dan Penentuan Harga Pokok.

10.1.1 Pengertian Harga Pokok


Bila berbicara mengenai harga pokok, dapat kita kelompokkan dalam 3
macam pengertian harga pokok yaitu harga pokok persediaan, harga pokok
produksi dan harga pokok penjualan. Ketiganya adalah komponen yang
yang saling terkait namun bila kita mendengar perkataan harga pokok, maka
kita harus konsen mana yang dimaksudkan. Permasalahan itu timbul karena
perbedaan kebutuhan masing-masing tingkat manajemen. Manajer bagian
pembelian (purchase manager) lebih fokus pada harga pokok persediaan,
manajer produksi (production manager) atau manajer operasional (operation
manager) lebih fokus pada harga pokok produksi. Manajemen tingkat puncak
tentunya akan lebih cenderung fokus pada harga pokok penjualan.
Komponen yang paling besar dalam operasional perusahaan pada
perusahaan dagang maupun perusahaan industri adalah persediaan. Karena
harga pokok persediaan adalah bagian dari persediaan yang telah digunakan,
jadi perhatian lebih besar ditujukan pada harga pokok persediaan cukup
beralasan. Namun hal itu tidak cukup bagi manajer operasional karena
komponen biaya produksi baik bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung maupun biaya overhead pabrik juga merupakan komponen penting
yang berada dalam ruang lingkup tugasnya. Karena itu manajer produksi atau
manajer operasional pada perusahaan industri akan fokus pada harga pokok
produksi yaitu Harga pokok persediaan ditambah biaya produksi. Perusahaan
Jasa tidak memiliki kedua komponen tersebut sehingga pada perusahaan jasa
jelas hanya harga pokok yang terdiri dari biaya biaya operasional.
Walaupun harga pokok adalah bagian dari laporan laba rugi namun
laporan harga pokok juga dilaporkan secara terpisah. Bentuk laporan harga
pokok disesuaikan dengan kebutuhan manajemen dan metode akuntansi yang
dipilih. Metode Pepertual Inventory adalah metode yang banyak digunakan
pada system akuntansi computer, namun masih banyak akuntan yang sangat
familiar dengan metode Phisikal Inventory. Metode phisikal inventory
semakin ditinggalkan karena system akuntansi computer dengan metode
perpetual dapat memberikan informasi setiap saat tanpa harus menunggu
perhitungan fisik persediaan bahkan dapat menampilkan hasil perhitungan
harga pokok untuk suatu produk yang akan diproduksi. Dengan demikian
diperoleh laporan harga pokok dalam bentuk rencana dan laporan harga pokok
realisasi.

10.1.2 Laporan Harga Pokok


Laporan harga pokok adalah sebuah kertas kerja berupa perhitungan
secara sistematis. Pada sistem akuntansi manual biasanya hanya ditampilkan
secara periodik namun sistem akuntansi komputer dengan menerapkan metode
perpetual inventory dapat menghasilkan informasi secara visual kapan saja.
Hal ini dapat dilakukan karena metode perpetual melakukan perhitungan
berdasarkan transakasi yang telah di catat ke sistem komputer sedangkan
metode phisik melakukan perhitungan berdasarkan selisih antara persediaan
awal ditambah mutasi dan dikurangi dengan sisa. Untuk mendapatkan
sisa tentunya melalui perhitungan phisik. Metode phisik biasanya hanya
menampilkan harga pokok secara keseluruhan pada satu periode tertentu
sedangkan metode perpetual menghasilkan laporan harga pokok secara
spesifik misalnya untuk satu produk tertentu. Untuk memahami komponen
dari harga pokok, dapat memperhatikan hubungan antar komponen-komponen
sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan = Harga Pokok Produksi + Biaya Penjualan
Harga Pokok Produksi = Harga Pokok Persediaan + Biaya Produksi
Harga Pokok Persediaan = Bagian persediaan bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi
Persediaan = Pembelian Bahan Baku + Biaya Pembelian

238 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Beban Usaha = Biaya-biaya yang diperlukan untuk penjualan dan
administrasi
Biaya Produksi = Biaya Tenaga Kerja + Biaya Overhead Pabrik

Selanjutnya dari hubungan antar komponen-komponen terkait harga


pokok tersebut diatas, dapat disusun secara hirarki sebagai berikut:

Harga Pokok Penjualan:


• Harga Pokok Produksi:
o Harga Pokok Persediaan
Biaya bahan baku yang dipakai
Biaya pembelian
o Biaya Tenaga kerja langsung
o Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan pembantu/penolong
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya listrik dan penerangan pabrik
Biaya penyusutan gedung Pabrik
Biaya penyusutan Mesin
Biaya proses produksi lainnya
o Beban Usaha:
Biaya pengepakan
Ongkos angkut penjualan
Biaya Penjualan lainnya
Biaya administrasi & umum

10.1.3 Penentuan Harga Pokok


Pembahasan mengenai penentuan harga pokok disini lebih difokuskan
pada penentuan harga pokok produksi. Metode penentuan harga pokok
produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam
harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam
harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu:
1) Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi
yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga
pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 239


langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel
maupun tetap. Pendekatan full costing biasa dikenal sebagai pendekatan
tradisional (absortion atau conventional costing) menghasilkan laporan
laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan
fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi
yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi
pihak luar perusahaan, oleh karena itu sistematikanya harus disesuaikan
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasi
yang tersaji dalam laporan tersebut. Perhitungan penentuan Harga Pokok
Produksi dengan pendekatan metode Full Costing adalah sebagai berikut:

Harga Pokok Produksi metode Full Costing:

Biaya Bahan Baku Rp. xxx


Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp. xxx +
Harga Pokok Produk Rp. xxx

2) Variable Costing
Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku
variabel ke dalam harga pokok (metode penentuan harga pokok dimana
biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga
pokok). Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai
harga pokok adalah biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik
bersama-sama dengan biaya tetap non produksi. Pendekatan variable
costing di kenal sebagai contribution approach atau dikenal juga dengan
istilah direct costing yaitu merupakan suatu format laporan laba rugi yang
mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya, dimana biaya-biaya
dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak
dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan
out put yang diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk. Laporan
laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan

240 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus
disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Perhitungan
penentuan Harga Pokok Produksi dengan pendekatan metode Variable
Costing adalah sebagai berikut:

Harga Pokok Produksi metode Variable Costing:

Biaya Bahan Baku Rp. xxx


Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp. xxx +
Harga Pokok Produk Rp. xxx

Perbedaan pokok antara metode full costing dan variable costing


sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung.
Dalam metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih
berhubungan dengan pembuatan produk berdasar tarif (budget), sehingga
apabila produksi sesungguhnya berbeda dengan budget-nya maka akan
timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi pada variable costing
memperlakukan biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur
harga pokok produksi, tetapi lebih tepat dimasukkan sebagai biaya periodik,
yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut
dikeluarkan sehingga dalam variable costing tidak terdapat pembebanan lebih
atau kurang. Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik
yang sifatnya tetap maupun variabel. Sedangkan unsur biaya dalam metode
variable costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik yang sifatnya variabel saja dan tidak termasuk
biaya overhead pabrik tetap.
Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain
yaitu :
1) Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan
penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan fungsi. Sehingga
apa yang disebut sebagai biaya produksi adalah seluruh biaya yang
berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak
langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variable costing,
menggunakan pendekatan tingkah laku, artinya perhitungan harga pokok

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 241


dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya
produksi dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan
biaya produksi.
2) Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang
tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan
dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai
perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi. Dalam
metode variable costing, yang dimaksud dengan biaya periode adalah
biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau dibebankan
tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya
periode adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi.
3) Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan
dalam harga pokok, sedangkan dalam variable costing biaya tersebut
diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk atau
jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada
persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variable costing, biaya
tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
4) Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda
dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya maka selisihnya
dapat berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan (over-applied
factory overhead). Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat
diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang
belum laku dijual (harga pokok persediaan).
5) Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah
laba kotor (gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok
penjualan. Sedangkan dalam variable costing, menggunakan istilah
marjin kontribusi (contribution margin), yaitu kelebihan penjualan dari
biaya-biaya variabel.

10.2 Anggaran Laba Rugi


Dalam Anggaran Laba Rugi disini akan dijelaskan beberapa hal tentang:
Pengertian Anggaran Laba Rugi; Kegunaan dan Tujuan Anggaran Laba Rugi;
dan Penyusunan Anggaran Laba Rugi.

242 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


10.2.1 Pengertian Anggaran Laba Rugi
Anggaran laba rugi merupakan satu jenis anggaran yang diperlukan oleh
suatu perusahaan untuk merencanakan besarnya laba yang ingin dicapai pada
satu periode anggaran. Disamping itu anggaran rugi-laba merupakan tujuan
disusunnya dari anggaran operasional. Unsur paling penting dalam anggaran
laba rugi adalah biaya, dimana biaya menentukan besarnya laba yang dicapai
pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, dengan adanya anggaran laba
rugi diharapkan perusahaan dapat melakukan pengawasan terhadap biaya
sehingga laba yang direncanakan dapat tercapai.
Pengertian dari anggaran rugi laba sendiri adalah anggaran yang
merencanakan secara lebih terperinci tentang penghasilan dan biaya-biaya
perusahaan selama satu periode. Biaya dimasukkan ke dalam laporan laba
rugi untuk mengurangkan penghasilan, sehingga selisihnya dapat berupa
laba bersih (positif) atau rugi (negatif). Laporan laba rugi dibuat dengan
maksud untuk meringkas penghasilan dan biaya-biaya perusahaan selama satu
periode. Untuk pelaporannya, rugi laba secara ringkas persamaannya dapat
dibuat sebagai berikut:

Penghasilan – Biaya = Laba Bersih (atau Rugi)

Apabila dikaitkan dengan jenis perusahaan, akan terdapat perbedaan


laporan rugi laba antara perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan
industri. Perbedaannya hanya terdapat perbedaan pada rekening-rekening
rugi laba yang ada pada masing-masing perusahaan tersebut misalnya: 1)
Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, sehingga dalam laporan rugi
laba tidak terdapat komponen harga pokok persediaan; 2) Perbedaan nama
rekening misalnya nama rekening penghasilan pada perusahaan dagang
adalah “Penghasilan Penjualan” sedangkan pada perusahaan jasa adalah
“Penghasilan Jasa”.

10.2.2 Kegunaan dan Tujuan Anggaran Laba Rugi


Hasil akhir dari semua anggaran operasional seperti penjualan, harga
pokok penjualan, biaya komersial dan biaya adminstrasi dan keuangan
diringkas dalam laporan laba-rugi dianggarkan. Anggaran laba rugi menjadi
tanggungjawab manajer, karena yang dapat mengawasi pendapatan dan
biaya, sehingga anggaran pendapatan dan anggaran biaya dapat digabungkan
menjadi anggaran laba rugi. Anggaran laba rugi merupakan suatu rencana laba

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 243


rugi tahunan, yang terdiri dari serangkaian angka-angka proyeksi untuk tahun
yang akan datang, disertai dengan skedul pendukungnya.
Suatu anggaran laba-rugi umumnya dapat dipergunakan perusahaan
secara keseluruhan, ataupun pusat laba untuk alokasi sumber daya dalam
mencapai sasaran dan pengkoordinasian kegiatan perusahaan dan divisi,
bahan pengecekan terakhir atas ketetapan anggaran biaya dan untuk penugasan
tanggungjawab setiap manajer, serta penentuan kontribusi terhadap perusahaan
atau divisi dari segi prestasi keuangan. Secara lebih detail anggaran laba rugi
dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
1) Untuk perusahaan secara menyeluruh dan untuk pusat laba secara khusus
anggaran tersebut dapat digunakan:
Untuk mengalokasikan sumber daya yang ada di dalam perusahaan.
Anggaran yang telah disahkan, merupakan dasar wewenang bagi
orang yang mempunyai wewenang untuk menggunakan sumber
daya yang ada dalam perusahaan untuk mencapai sasaran anggaran.
Untuk perencanaan dan pengkoordinasian dan kegiatan perusahaan
dan divisi. Sebagai contoh anggaran laba rugi dipakai sebagai dasar
untuk memastikan bahwa fasilitas produksi sesuai dengan ramalan
penjualan dan tersedianya kas sesuai dengan pengeluaran yang
diperkirakan.
Untuk sasaran pemeriksaan yang terakhir untuk anggaran laba
rugi. Meskipun kerangka anggaran telah disetujui oleh manajemen
sebelumnya, akan tetapi perlu pengkajian lebih lanjut yang berguna
dalam penyempurnaan anggaran tersebut.
Untuk melihat tanggungjawab manajer yang memimpin pusat laba,
yang dapat membandingkan prestasi dengan rencana yang telah
disusun, selanjutnya melihat sejauh mana kontribusi yang telah
disumbangkan.
2) Bagi manajemen puncak (top management) dapat digunakan:
Untuk menilai prestasi ekonomi dan keuangan bagi perusahaan
dimasa datang dan melakukan tindakan koreksi terhadap apa yang
telah tercapai.
Untuk merencanakan dan mengkoordinasikan aktivitas perusahaan
secara menyeluruh.
Untuk pembanding prestasi kerja antar divisi.
Untuk pengawasan aktivitas divisi yang ada didalam lingkup
perusahaan.

244 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Sedangkan tujuan dari disajikannya pelaporan laba rugi, secara ringkas
adalah sebagai berikut :
1) Sebagai indikator efesiensi penggunaan dana yang tertahan dalam
perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembaliannya.
2) Sebagai dasar pengukuran prestasi manajemen.
3) Sebagai dasar penentuan besarnya perencanaan pajak.
4) Sebagai alat pengendalian sumber daya ekonomi suatu negara.
5) Sebagai konpensasi dan pembagian bonus.
6) Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
7) Sebagai dasar bentuk kenaikan kemakmuran
8) Sebagai dasar pembagian deviden.

Dari tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dilaporkannya


laba rugi atau lebih dikenal dengan laba atau rugi adalah sebagai indikator
efisiensi penggunaan dana yang digunakan sebagi dasar untuk pengukuran,
penentuan, pengendalian, motivasi prestasi manajemen dan sebagai dasar
kenaikan kemakmuran serta dasar pembagian deviden untuk para investor
yang menenamkan modalnya pada perusahaan. Untuk tujuan penggunaan
pengawasan anggaran laba rugi, tidak hanya disajikan dalam bentuk laporan
tahunan akan tetapi dapat dibuat juga menjadi laporan laba rugi kuartalan
atau bahkan laporan laba rugi bulanan tergantung pada kebutuhan.

10.2.3 Penyusunan Anggaran Laba Rugi


Laporan laba rugi merupakaan laporan utama untuk melaporkan kinerja
dari suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas yang dibutuhkan untuk
mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh
sebuah perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi tersebut juga sering
kali dipergunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan kas dan aktiva yang akan disamakan dengan kas dimasa yang
akan datang. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa laporan anggaran
laba rugi merupakan suatu laporan sistematis mengenai penghasilan biaya
laba rugi yang diperoleh suatu perusahaan pada satu periode.
Informasi yang perlu disajikan dalam penyusunan laporan anggaran laba
rugi adalah sebagai berikut:
1) Menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan
(penjualan hasil produksi/penjualan barang dagangan/memberikan
service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau jasa yang dijual,

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 245


sehingga diperoleh laba kotor.
2) Menunjukan biaya-biaya operasi yang terdiri dari biaya penjualan dan
biaya administrasi & umum (operating expense).
3) Menunjukan harga hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan
yang diikuti dengan biaya di luar usaha pokok perusahaan.
4) Menunjukan laba rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss)
sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.

Untuk menyusun atau menyajikan laporan anggaran laba rugi, terdapat


dua pendekatan yang bisa dipakai yaitu:
1) Laporan Laba-Rugi metode Full Costing; dimana bentuk penyajian
Laporan Laba-Rugi metode Full Costing adalah sebagai berikut:

Laporan Laba-Rugi ( Metode Full Costing ):

Hasil Penjualan Rp. 5.000.000


Harga Pokok Penjualan Rp. 2.500.000 -
Laba Bruto Rp. 2.500.000
Biaya Administrasi dan Umum Rp. 500.000 -
Biaya Pemasaran Rp. 750.000 -
Laba Bersih Usaha Rp . 1.250.000

Catatan: Laporan Laba-rugi tersebut menyajikan biaya-biaya menurut


hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur,
yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan
umum.
2) Laporan Laba-Rugi metode Variable Costing; dimana bentuk penyajian
Laporan Laba-Rugi metode Variable Costing:

246 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Laporan Laba-Rugi ( Metode Variable Costing):

Hasil penjualan Rp. 5.000.000


Dikurangi Biaya-biaya Variabel :
Biaya produksi variabel Rp. 1.500.000
Biaya pemasaran variabel Rp. 500.000
Biaya adm. & umum variabel Rp. 300.000
Rp. 2.300.000
Laba kontribusi Rp. 2.700.000
Dikurangi Biaya Tetap:
Biaya produksi tetap Rp. 1.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 250.000
Biaya Adm & umum tetap Rp. 200.000
Rp. 1.450.000
Laba Bersih Usaha Rp. 1.250.000

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam
metode full costing dengan metode variable costing adalah :
1) Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya
overhead pabrik tetap pada periode berjalan ke periode berikutnya bila
tidak semua produk pada periode yang sama. Sedangkan dalam metode
variable costing seluruh biaya tetap overhead pabrik telah diperlakukan
sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya
overhead pada tahun berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.
2) Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah
dibanding metode full costing. Alasannya adalah dalam variable costing
hanya biaya produksi variabel yang dapat diperhitungkan sebagai biaya
produksi.
3) Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan
biaya variabel, sehingga tidak cukup memadai untuk analisis hubungan
biaya volume dan laba dalam rangka perencanaan dan pengendalian.
4) Dalam praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara
eksternal untuk kepentingan pelaporan keuangan kepada masyarakat
umum atau tujuan perpajakan.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 247


Selanjutnya dari hubungan antar komponen-komponen terkait dengan
laporan anggaran laba rugi secara komprehensif, pada umumnya dapat disusun
secara hirarki sebagai berikut:

LAPORAN LABA RUGI


per 31 Desember Tahun…

Pendapatan dari penjualan Rp. xxx


Harga Pokok Penjualan Rp. xxx
-----------(-)
Laba Kotor Rp. xxx

Beban Usaha:
- Biaya Penjualan Rp. xxx
- Biaya Administrasi & Umum Rp. xxx
-----------(+)
Rp. xxx
-----------(-)
Laba Usaha Rp. xxx
Pendapatan Lain-lain Rp. xxx
-----------(+)
Laba sebelum Bunga dan Pajak Rp. xxx
Bunga Rp. xxx
-----------(-)
Laba sebelum Pajak Rp. xxx
Pajak Rp. xxx
-----------(-)
Laba Bersih Rp. xxx
========

Catatan:
Laporan Anggaran Laba-rugi tersebut merupakan hasil akhir dari semua
Anggaran Operasional seperti:
Pendapatan Penjualan berasal dari hasil Anggaran Penjualan.
Harga Pokok Penjualan berasal dari hasil Anggaran Bahan Baku,
Anggaran Tenaga Kerja dan Anggaran Biaya Overhead Pabrik.

248 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Beban Operasi (Operating Expenses) berasal dari hasil Anggaran
Biaya Penjualan dan Anggaran Biaya Adminstrasi & Umum.
Dan pada akhirnya setelah ditambah dan dikurangi komponen lain
seperti bunga dan pajak, kemudian dapat diringkas dalam bentuk
laporan laba-rugi yang dianggarkan.

10.3 Aplikasi Teknik Penyusunan Harga Pokok dan Anggaran


Laba Rugi
Disini akan diberikan illustrasi aplikasi teknik penyusunan Harga
Pokok khususnya Harga Pokok Produksi dan Anggaran Laba Rugi secara
koprehensif, artinya didalam teknik penyusunannya disamping Harga Pokok
Produksi dan Anggaran Laba Rugi juga terkait dengan anggaran-anggaran
sebelumnya (unsur-unsur dalam anggaran operasional). Untuk aplikasinya
akan diberikan dalam bentuk contoh kasus dan pemecahannya (penyelesaian)
seperti dibawah ini.

Kasus 1 dan Pemecahan Kasus 1


Kasus 1 dan pemecahan kasus 1; merupakan illustrasi yang terkait
dengan aplikasi penyusunan anggaran biaya overhead pabrik dan harga pokok
produksi, yang kasusnya sebagai berikut:

Kasus 1:
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 mempunyai data-data operasional
sebagai berikut:
Memproduksi 2 macam produk yaitu Produk A dan Produk B.
Kedua produk diproses melalui 3 Departemen Produksi (Departemen
Produksi X, Departemen Produksi Y, dan Departemen Produksi Z)
serta 3 Departemen Pembantu (Departemen Pembantu L, Departemen
Pembantu M, dan Departemen Pembantu N).
Dasar penentuan Harga Pokok Produksi adalah historical cost, kecuali
Biaya Overhead Pabrik (BOP) yang didasarkan atas tarif.
Bahan Baku digunakan pada Departemen Produksi X yang bersatuan
kegiatan Direct Machine Hours (DMH), Departemen Produksi Y dan
Departemen Produksi Z yang bersatuan kegiatan Direct Labour Hours
(DLH).
Penentuan Biaya Overhead Pabrik (BOP) setahun maupun sebulan
adalah tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP) dikalikan jumlah jam riil.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 249


Anggaran produksi setahun:
- Produk A sebanyak 2.000 unit
- Produk B sebanyak 3.000 unit
Setiap unit Produk A dianggarkan menggunakan Bahan Baku Rp 900,
sedang setiap unit Produk B dianggarkan menggunakan Bahan Baku Rp
750.
Standar penggunaan waktu (SPW) persatuan produk:

Departemen Departemen Departemen


Keterangan
Produksi X (DMH) Produksi Y (DLH) Produksi Z (DLH)
Produk A 5,00 8,90 1,75
Produk B 5,50 10,00 6,00

Standar tingkat upah per satuan kegiatan:

Departemen Departemen Departemen


Keterangan
Produksi X (DMH) Produksi Y (DLH) Produksi Z (DLH)
Produk A Rp 50/DMH Rp 75/DLH Rp 25/DLH
Produk B Rp 55/DMH Rp 60/DLH Rp 25/DLH

Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP) setahun beserta cara alokasinya


ke masing-masing departemen:

Alokasi BOP ke Departemen


Departemen Anggaran BOP
Pembantu L Pembantu M Pembantu N
Produksi X Rp 125.000 25% 35% 25%
Produksi Y Rp 90.000 25% 30% 20%
Produksi Z Rp 105.000 20% 20% 20%
Pembantu L Rp 16.000 - 10% 20%
Pembantu M Rp 29.000 10% - 15%
Pembantu N Rp 42.000 20% 5% -

Data realisasi khusus bulan Mei 2011:


- Kuantitas produksi Produk A sebanyak 150 unit dan kuantitas
produksi Produk B sebanyak 250 unit.
- Pemakaian Bahan Baku:

250 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Bahan Baku Departemen Produksi X Departemen Produksi Y
Produk A Rp 125.000 Rp 57.790
Produk B Rp 180.000 Rp 36.950

- Pemakaian waktu dan upah tenaga kerja:

Produk A Produk B
Departemen
Satuan Nilai Satuan Nilai
Produksi X 1.400 DMH Rp 72.000 1.300 DMH Rp 75.000
Produksi Y 1.300 DLH Rp 100.000 2.500 DMH Rp 150.000
Produksi Z 260 DLH Rp 6.500 1.500 DMH Rp 35.000

- Biaya Overhead Pabrik (BOP) bulan Mei 2011:

Departemen Produksi X Rp 10.000


Departemen Produksi Y Rp 7.000
Departemen Produksi Z Rp 8.000
Departemen Pembantu L Rp 1.000
Departemen Pembantu M Rp 2.000
Departemen Pembantu N Rp 3.500

Berdasarkan data-data tersebut diatas anda diminta oleh PT “GATRA &


OSA” untuk:
a. Menghitung tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP) per satuan masing-
masing departemen.
b. Menentukan harga pokok per satuan masing-masing produk pada
bulan Mei 2011.

Pemecahan Kasus 1:
Dari kasus 1 tersebut diatas untuk langkah-langkah pemecahannya
adalah sebagai berikut:
a. Menghitung tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP) per satuan masing-
masing departemen, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung Biaya Overhead Pabrik (BOP) masing-masing
Departemen Pembantu:
Departemen Pembantu L = 16.000 + 0,10 M + 0,20 N
Departemen Pembantu M = 29.500 + 0,10 L + 0,15 N
Departemen Pembantu N = 42.000 + 0,20 L + 0,05 M

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 251


Dari ketiga persamaan tersebut diatas, untuk mencari nilai masing-
masing departemen pembantu perlu dilakukan substitusi persamaan,
sehingga akan diperoleh nilai (L, M, dan N) sebagai berikut:
L = 16.000 + 0,10 M + 0,20 N
L = 16.000 + 0,10 (29.500 + 0,10 L + 0,15 N) + 0,20 N
L = 16.000 + 2.950 + 0,01 L + 0,015 N + 0,20 N
L - 0,01 L = 16.000 + 2.950 + 0,015 N + 0,20 N
0,99 L = 18.950 + 0,215 N
L = 19.141,4141 + 0,2172 N

N= 42.000 + 0,20 L + 0,05 M


N= 42.000 + 0,20 L + 0,05 (29.500 + 0,10 L + 0,15 N)
N= 42.000 + 0,20 L + 1.475 + 0,005 L + 0,0075 N
N- 0,0075 N = 43.475 + 0,205 L
0,9925 N = 43.475 + 0,205 L
0,9925 N = 43.475 + 0,205 (19.141,4141 + 0,2172 N)
0,9925 N = 43.475 + 3.923,9899 + 0,0445 N
0,9925 N - 0,0445 N = 47.398,9899
0,9480 N = 47.398,9899
N = 50.000

L = 19.141,4141 + 0,2172 N
L = 19.141,4141 + 0,2172 (50.000)
L = 19.141,4141 + 10.858,5859
L = 29.999,99
L = 30.000

M= 29.500 + 0,10 L + 0,15 N


M= 29.500 + 0,10 (30.000) + 0,15 (50.000)
M= 29.500 + 3.000 + 7.500
M= 40.000

Dari hasil perhitungan tersebut diatas maka Biaya Overhead


Pabrik (BOP) masing-masing Departemen Pembantu setelah
menerima jasa dari Departemen Pembantu lain adalah:
Departemen Pembantu L = Rp 30.000
Departemen Pembantu M = Rp 40.000
Departemen Pembantu N = Rp 50.000

252 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


2) Mengalokasikan Biaya Overhead Pabrik (BOP) ke masing-masing
Departemen:

Departemen Produksi Departemen Pembantu


Keterangan
X Y Z L M N
BOP 125.000 90.000 105.000 16.000 29.500 42.000
Alokasi BOP
Departemen
Pembantu:
L 7.500 7.500 6.000 (30.000) 3.000 6.000
M 14.000 12.000 8.000 4.000 (40.000) 2.000
N 12.500 10.000 10.000 10.000 7.500 (50.000)
159.000 119.500 129.000

3) Menentukan Anggaran Jam Tenaga Kerja Langsung:

Departemen Departemen Departemen


Produksi
Keterangan Produksi X Produksi Y Produksi Z
(unit)
SPW Jam SPW Jam SPW Jam
Produk A 2.000 5,00 10.000 8,90 17.800 1,75 3.500
Produk B 3.000 5,50 16.500 10,00 30.000 6,00 18.000
26.500 47.800 21.500

4) Menentukan tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP) masing-masing


Departemen Produksi per satuan kegiatan:
Departemen Produksi X = Rp 159.000 : 26.500 DMH
= Rp 6,00/DMH
Departemen Produksi Y = Rp 119.500 : 47.800 DLH
= Rp 2,50/DLH
Departemen Produksi Z = Rp 129.000 : 21.500 DLH
= Rp 6,00/DMH

b. Menentukan harga pokok per satuan masing-masing produk pada bulan


Mei 2011, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung Harga Pokok Produksi per Jenis produk (Produk A dan
Produk B) pada bulan Mei 2011:

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 253


Keterangan Produk A Produk B
Biaya Bahan Baku :
Departemen Produksi X Rp 125.000 Rp 125.000
Departemen Produksi Y Rp 57.790 Rp 36.950
Biaya Tenaga Kerja:
Departemen Produksi X Rp 72.500 Rp 75.000
Departemen Produksi Y Rp 100.000 Rp 150.000
Departemen Produksi Z Rp 6.500 Rp 35.000
Biaya Overhead Pabrik:
Departemen Produksi X :
1.400 x Rp 6,00 Rp 8.400 -
1.300 x Rp 6,00 - Rp 7.800
Departemen Produksi Y :
1.300 x Rp 2,50 Rp 3.250 -
2.500 x Rp 2,50 - Rp 6.250
Departemen Produksi Z :
260 x Rp 6,00 Rp 1.560 -
1.500 x Rp 6,00 - Rp 9.000
Rp 375.000 Rp 500.000

2) Menentukan Harga Pokok Produksi per Unit produk (Produk A


dan Produk B) pada bulan Mei 2011:
Produk A = Rp 375.000 : 150 Unit = Rp 2.500/Unit
Produk B = Rp 500.000 : 250 Unit = Rp 2.000/Unit

Kasus 2 dan Pemecahan Kasus 2


Kasus 2 dan pemecahan kasus 2; merupakan illustrasi yang terkait
dengan aplikasi penyusunan anggaran biaya overhead pabrik, harga pokok
produksi dan anggaran laba rugi, yang kasusnya sebagai berikut:

Kasus 2:
PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 mempunyai data-data perencanaan
sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik (BOP) setahun masing-masing departemen:

Departemen Kegiatan Jumlah Biaya


Produksi 1 Prosesing Rp 15.000.000
Produksi 2 Finishing Rp 7.000.000
Jasa 1 Diesel & Listrik Rp 2.000.000
Jasa 2 Bengkel & Gudang Rp 3.000.000

254 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Penggunaan jasa dari departemen jasa 1 dan jasa 2:

Departemen Departemen Pemakai Jasa


Pemberi Jasa Produksi 1 Produksi 2 Jasa 1 Jasa 2
Departemen Jasa 1 45% 45% - 10%
Departemen Jasa 2 50% 40% 10% -

Waktu kerja (tingkat kegiatan):


- Departemen Produksi 1 sejumlah 10.000 DMH
- Departemen Produksi 2 sejumlah 5.000 DLH
Rencana produksi setahun 10.000 unit produk jadi dengan harga jual
per unitnya Rp 10.000, semua unit yang diproduksi dapat terjual habis.
Biaya-biaya produksi lainnya:
- Bahan Baku Langsung sebesar Rp 40.000.000
- Tenaga Kerja Langsung sebesar Rp 20.000.000
- Beban Usaha: Biaya Penjualan sebesar Rp 5.000.000 dan Biaya
Administrasi & Umum sebesar Rp 3.000.000
Pajak keuntungan 40%.

Berdasarkan data-data tersebut diatas anda diminta oleh PT “GATRA &


OSA” untuk:
a. Menghitung Biaya Overhead Pabrik (BOP) neto masing-masing
Departemen Jasa sesudah saling menerima jasa.
b. Menentukan tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP) masing-masing
Departemen Produksi per jam kegiatan, sesuai dasar satuan hitung yang
digunakan.
c. Menghitung Harga Pokok Produksi per unit.
d. Menyusun Anggaran Laba Rugi tahun 2011.

Pemecahan Kasus 2:
Dari kasus 2 tersebut diatas untuk langkah-langkah pemecahannya
adalah sebagai berikut:
a. Menghitung Biaya Overhead Pabrik (BOP) neto masing-masing
Departemen Jasa sesudah saling menerima jasa.
Biaya Overhead Pabrik (BOP) masing-masing Departemen Jasa:
Departemen Jasa 1 (X) → X = 2.000.000 + 0,10 Y
Departemen Jasa 2 (Y) → Y = 3.000.000 + 0,10 X

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 255


Dari persamaan tersebut diatas, untuk mencari nilai masing-masing
departemen jasa perlu dilakukan substitusi persamaan, sehingga akan
diperoleh nilai (X dan Y) sebagai berikut:
X = 2.000.000 + 0,10 Y
X = 2.000.000 + 0,10 (3.000.000 + 0,10 X)
X = 2.000.000 + 300.000 + 0,01 X
X – 0,01 X = 2.000.000 + 300.000
0,99 X = 2.300.000
X = 2.323.232,32
Y = 3.000.000 + 0,10 X
Y = 3.000.000 + 0,10 (2.323.232,32)
Y = 3.000.000 + 232.323,23
Y = 3.232.323,23

Maka Biaya Overhead Pabrik (BOP) Neto masing-masing Departemen


Jasa:

Keterangan Departemen Jasa 1 Departemen Jasa 2


Anggaran BOP Rp 2.000.000,00 Rp 3.000.000,00
Memberi Rp 232.323,23 Rp 323.232,32
Menerima Rp 323.232,32 Rp 232.323,23
BOP Neto Rp 2.090.909,09 Rp 2.909.090,91

b. Menentukan tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP) masing-masing


Departemen Produksi per jam kegiatan, sesuai dasar satuan hitung yang
digunakan.

Departemen Departemen
Keterangan
Produksi 1 Produksi 2
Anggaran BOP Rp 15.000.000,00 Rp 7.000.000,00
Alokasi BOP:
Departemen Jasa 1:
45/90 x Rp 2.090.909,09 Rp 1.045.454,55 -
45/90 x Rp 2.090.909,09 - Rp 1.045.454,55
Departemen Jasa 2:
50/90 x Rp 2.909.090,91 Rp 1.616.161,61 -
40/90 x Rp 2.909.090,91 - Rp 1.292.929,29
Rp 17.661.616,16 Rp 9.338.383,84

256 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Maka tarif BOP masing-masing Departemen Produksi per jam kegiatan:
- Departemen Produksi 1 = Rp 17.661.616,16 : 10.000 DMH = Rp
1.766,16/DMH
- Departemen Produksi 2 = Rp 9.338.383,84 : 5.000 DLH = Rp
1.867,68/DLH

c. Menghitung Harga Pokok Produksi per unit.


Harga Pokok Produksi (HPP) totalnya adalah:

Bahan Baku Langsung Rp 40.000.000,00


Tenaga Kerja Langsung Rp 20.000.000,00
Biaya Overhead Pabrik:
Departemen Produksi 1 Rp 17.661.616,16
Departemen Produksi 2 Rp 9.338.383,84
HPP Total Rp 87.000.000,00

Maka HPP/Unit = HPP Total : Jumlah produksi


= Rp 87.000.000,00 : 10.000 unit
= Rp 8.700/unit

d. Menyusun Anggaran Laba Rugi tahun 2011:


ANGGARAN LABA RUGI
PT “GATRA & OSA”
per 31 Desember Tahun 2011

Penjualan(10.000 X Rp10.000) Rp100.000.000


Harga Pokok Produksi Rp 87.000.000
-------------------(-)
Laba Kotor Rp 13.000.000

Beban Usaha:
- Biaya Penjualan = Rp5.000.000
- Biaya Administrasi & Umum = Rp3.000.000
-----------------(+)
Rp 8.000.000
------------------(-)
Laba Usaha Rp 5.000.000

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 257


Pendapatan Lain-lain Rp -
-----------------(+)
Laba sebelum Bunga dan Pajak Rp 5.000.000
Bunga Rp -
------------------(-)
Laba sebelum Pajak Rp 5.000.000
Pajak 40% Rp 2.000.000
------------------(-)
Laba Bersih Rp 3.000.000
============

10.4 Rangkuman
Harga pokok merupakan salah satu komponen dari laporan laba rugi,
yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dalam mengendalikan
operasional perusahaan. Harga pokok dapat dikelompokkan dalam 3 macam
harga pokok yaitu harga pokok persediaan, harga pokok produksi dan harga
pokok penjualan.
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk
memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat
dua pendekatan yaitu: 1) Full Costing, Full costing merupakan metode
penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku
variabel maupun tetap; dan 2) Variable Costing, Variable costing merupakan
metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok (metode penentuan
harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai
bagian dari harga pokok).
Anggaran laba rugi merupakan satu jenis anggaran yang diperlukan oleh
suatu perusahaan untuk merencanakan besarnya laba yang ingin dicapai pada
satu periode anggaran. Disamping itu anggaran rugi-laba merupakan tujuan
disusunnya dari anggaran operasional. Tujuan dilaporkannya laba rugi adalah
sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang digunakan sebagi dasar
untuk pengukuran, penentuan, pengendalian, motivasi prestasi manajemen

258 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


dan sebagai dasar kenaikan kemakmuran serta dasar pembagian deviden
untuk para investor yang menenamkan modalnya pada perusahaan.
Laporan anggaran laba rugi merupakan suatu laporan sistematis mengenai
penghasilan biaya laba rugi yang diperoleh suatu perusahaan pada satu
periode. Informasi yang perlu disajikan dalam penyusunan laporan anggaran
laba rugi adalah: 1) Menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok
perusahaan; 2) Menunjukan biaya-biaya operasi; 3) Menunjukan harga hasil
yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan; dan 4) Menunjukan laba
rugi yang insidentil.

10.5 Pertanyaan dan Kasus untuk Diskusi


10.5.1 Pertanyaan untuk Diskusi
1) Harga pokok merupakan salah satu komponen dari laporan laba
rugi, yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dalam
mengendalikan operasional perusahaan. Relevan dengan hal
tersebut Harga pokok, dapat di kelompokkan dalam 3 macam,
sebutkan dan jelaskan !
2) Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk
memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok
produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam
harga pokok produksi terdapat dua pendekatan, sebutkan dan
jelaskan !
3) Laporan anggaran laba rugi merupakan suatu laporan sistematis
mengenai penghasilan biaya laba rugi yang diperoleh suatu
perusahaan pada satu periode. Relevan dengan hal tersebut
informasi apa saja yang perlu disajikan dalam penyusunan laporan
anggaran laba rugi !
4) Untuk menyusun atau menyajikan laporan anggaran laba rugi,
terdapat dua pendekatan yang bisa dipakai, sebutkan dan jelaskan !
5) Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba
rugi dalam metode full costing dengan metode variable costing,
terkait dengan hal tersebut deskripsikan perbadaannya !

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 259


10.5.2 Kasus untuk Diskusi
1) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 mempunyai data-data
operasional sebagai berikut:
Memproduksi 2 macam produk yaitu Produk A dan Produk B.
Kedua produk diproses melalui 3 Departemen Produksi
(Departemen Produksi X, Departemen Produksi Y, dan
Departemen Produksi Z) serta 3 Departemen Pembantu
(Departemen Pembantu L, Departemen Pembantu M, dan
Departemen Pembantu N).
Dasar penentuan Harga Pokok Produksi adalah historical
cost, kecuali Biaya Overhead Pabrik (BOP) yang didasarkan
atas tarif.
Bahan Baku digunakan pada Departemen Produksi X
yang bersatuan kegiatan Direct Machine Hours (DMH),
Departemen Produksi Y dan Departemen Produksi Z yang
bersatuan kegiatan Direct Labour Hours (DLH).
Penentuan Biaya Overhead Pabrik (BOP) setahun maupun
sebulan adalah tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP) dikalikan
jumlah jam riil.
Anggaran produksi setahun:
- Produk A sebanyak 4.000 unit
- Produk B sebanyak 5.000 unit
Setiap unit Produk A dianggarkan menggunakan Bahan
Baku Rp 1.000, sedang setiap unit Produk B dianggarkan
menggunakan Bahan Baku Rp 800.
Standar penggunaan waktu (SPW) persatuan produk:

Departemen Departemen Departemen


Keterangan
Produksi X (DMH) Produksi Y (DLH) Produksi Z (DLH)
Produk A 5,00 8,90 1,75
Produk B 5,50 10,00 6,00

Standar tingkat upah per satuan kegiatan:

Departemen Departemen Departemen


Keterangan
Produksi X (DMH) Produksi Y (DLH) Produksi Z (DLH)
Produk A Rp 50/DMH Rp 75/DLH Rp 25/DLH
Produk B Rp 55/DMH Rp 60/DLH Rp 25/DLH

260 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP) setahun beserta cara
alokasinya ke masing-masing departemen:

Alokasi BOP ke Departemen


Anggaran
Departemen Pembantu Pembantu Pembantu
BOP
L M N
Produksi X Rp 125.000 25% 35% 25%
Produksi Y Rp 90.000 25% 30% 20%
Produksi Z Rp 105.000 20% 20% 20%
Pembantu L Rp 16.000 - 10% 20%
Pembantu M Rp 29.000 10% - 15%
Pembantu N Rp 42.000 20% 5% -

Data realisasi khusus bulan Mei 2011:


- Kuantitas produksi Produk A sebanyak 150 unit dan
kuantitas produksi Produk B sebanyak 250 unit.
- Pemakaian Bahan Baku:

Bahan Baku Departemen Produksi X Departemen Produksi Y


Produk A Rp 125.000 Rp 57.790
Produk B Rp 180.000 Rp 36.950

- Pemakaian waktu dan upah tenaga kerja:

Produk A Produk B
Departemen
Satuan Nilai Satuan Nilai
Produksi X 1.400 DMH Rp 72.000 1.300 DMH Rp 75.000
Produksi Y 1.300 DLH Rp 100.000 2.500 DMH Rp 150.000
Produksi Z 260 DLH Rp 6.500 1.500 DMH Rp 35.000

- Biaya Overhead Pabrik (BOP) bulan Mei 2011:

Departemen Produksi X Rp 10.000


Departemen Produksi Y Rp 7.000
Departemen Produksi Z Rp 8.000
Departemen Pembantu L Rp 1.000
Departemen Pembantu M Rp 2.000
Departemen Pembantu N Rp 3.500

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 261


Berdasarkan data-data tersebut diatas anda diminta oleh PT
“GATRA & OSA” untuk:
a. Menghitung tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP) per satuan
masing-masing departemen.
b. Menentukan harga pokok per satuan masing-masing produk
pada bulan Mei 2011.

2) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 mempunyai data-data


perencanaan sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik (BOP) setahun masing-masing
departemen:

Departemen Kegiatan Jumlah Biaya


Produksi 1 Prosesing Rp 25.000.000
Produksi 2 Finishing Rp 17.000.000
Jasa 1 Diesel & Listrik Rp 10.000.000
Jasa 2 Bengkel & Gudang Rp 8.000.000

Penggunaan jasa dari departemen jasa 1 dan jasa 2:

Departemen Departemen Pemakai Jasa


Pemberi Jasa Produksi 1 Produksi 2 Jasa 1 Jasa 2
Departemen Jasa 1 45% 45% - 10%
Departemen Jasa 2 50% 40% 10% -

Waktu kerja (tingkat kegiatan):


- Departemen Produksi 1 sejumlah 8.000 DMH
- Departemen Produksi 2 sejumlah 3.000 DLH
Rencana produksi setahun 10.000 unit produk jadi dengan
harga jual per unitnya Rp 15.000, semua unit yang diproduksi
dapat terjual habis.
Biaya-biaya produksi lainnya:
- Bahan Baku Langsung sebesar Rp 50.000.000
- Tenaga Kerja Langsung sebesar Rp 30.000.000
- Beban Usaha: Biaya Penjualan sebesar Rp 10.000.000
dan Biaya Administrasi & Umum sebesar Rp 5.000.000
Pajak keuntungan 40%.

262 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Berdasarkan data-data tersebut diatas anda diminta oleh PT
“GATRA & OSA” untuk:
a. Menghitung Biaya Overhead Pabrik (BOP) neto masing-
masing Departemen Jasa sesudah saling menerima jasa.
b. Menentukan tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP) masing-
masing Departemen Produksi per jam kegiatan, sesuai dasar
satuan hitung yang digunakan.
c. Menghitung Harga Pokok Produksi per unit.
d. Menyusun Anggaran Laba Rugi tahun 2011.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 263


D AFTAR PUSTAKA

Any Agus Kana, 1990, Anggaran Perusahaan: Pembahasan Teori Soal


Beserta Jawaban, AK Group, Yogyakarta.

Catur Sasongko dan Safrida Rumondang Parulian, 2010, Anggaran, Penerbit:


Salemba Empat, Jakarta.

Djoko Wijono dan Muh Roni Indarto, 2006, Praktikum Penganggaran


Perusahaan: Buku Kasus, Cetakan Pertama, Penerbit: UPP STIM
YKPN, Yogyakarta.

Didit Herlianto, 2008, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Penerbit:


Wimaya Press UPN “Veteran“ Yogyakarta.

Didit Herlianto dan Triani Pujiastuti, 2009, Studi Kelayakan Bisnis, Edisi
Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakarta.

Didit Herlianto, 2010, Seluk Beluk Investasi Di Pasar Modal Indonesia,


Penerbit: Gosyen Publishing, Yogyakarta.

Ellen Christina, dkk., 2002, Anggaran Perusahaan: Suatu Pendekatan Praktis,


Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 1996, Anggaran Perusahaan 1, Edisi


Revisi, Cetakan Keenam, Penerbit: BPFE, Yogyakarta.

Gunawan Adisaputro, 1997, Anggaran Perusahaan 2, Penerbit: BPFE,


Yogyakarta.

Gujarati, Damodar, 1998, Ekonometrika Dasar, Penerbit: Erlangga, Jakarta.


Gitman, Lawrence, J., 2006, Pinciples Of Managerial Finance, (8th edition),
Pearson Education, Inc, Boston United State of America.

Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini, 2007, Anggaran Bisnis: Analisis


Perencanaan dan Pengendalian, Cetakan Pertama, Penerbit: UPP STIM
YKPN, Yogyakarta.

Horne, James C. Van Horne, 1995, Financial Management And Policy, Tenth
Edition, International Edition, Prentice hall, New Jersey, United Stated
of America.

Horne, James C. Van Horne, 1995, Financial Management And Policy, Tenth
Edition, International Edition, Prentice hall, New Jersey, United Stated
of America.

Henry Simamora, 2002, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis,


Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit:


Salemba Empat, Jakarta.

Indriyo Gitosudarmo dan Mohamad Najmudin, 2003, Anggaran Perusahaan:


Teori & Soal Jawab, Edisi Pertama, Penerbit: BPFE, Yogyakarta.

J. Fred Weston and Thomas E. Copeland, 1992, Managerial Finance, The


Dryden Press.

J. Fred Weston and Eugene F. Brigham, 1993, Essentials of Managerial


Finance, The Dryden Press.

James C. Van Horne and Wachowicz, Jr., 1994, Fundamental of Financial


Management, Prentice Hall.

Jae K. Shim, and Joel G. Siegel, 1996, Budgeting: Basics and Beyond,
Prentice-Hall, Inc.

Jajuk Herawati dan Sunarto, 2004, Anggaran Perusahaan, Edisi 1, Penerbit:


AMUS, Yogyakarta.

Kieso, Donald E and Jerry J. Weygandt, 1999, Intermediate Accounting, Edisi


Ketujuh, Jilid I, Dialihbahasakan Herman Wibowo, Penerbit: Binarupa
Aksara, Jakarta.

266 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


LM Samryn, 2001, Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar, Cetakan Pertama,
Penerbit: PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

M. Munandar, 1998, Budgeting: Perencanaan Kerja Pengkoordinasian Kerja


Pengawasan Kerja, Edisi I, Cetakan Keduabelas, Penerbit: BPFE,
Yogyakarta.

Mas’ud Mahfoedz, 2004, Akuntansi Manajemen, Buku Satu, Edisi IV, Cetakan
Ketiga, Penerbit: BPFE, Yogyakarta.

Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2005, Analisis Laporan Keuangan,


Edisi Kedua, Penerbit: UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

M. Nafarin, 2008, Penganggaran Perusahaan, Edisi 3, Cetakan Kedua,


Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

Niswonger, C. Rollin, and Philip E Fess, and Carl S Waren, 1999, Prinsip-
prinsip Akuntansi, Edisi Keenambelas alih bahasa oleh Hyginus
Ruswinarto dan Herman Wibowo, Penerbit: Erlangga, Jakarta.

Sofyan Safari Harahap, 2002, Teori Akuntansi, Cetakan Kelima, Penerbit:


Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tracey Longo, 1997, 10 Minute Guide to Household Budgeting (10 Minute


Guides), Macmillan Spectrum Alpha Books.

Tendi Haruman dan Sri Rahayu, 2007, Penyusunan Anggaran Perusahaan,


Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakarta.

Welsch, G.A., Hilton, R.W. and Gordon P.N., 1992, Budgeting: Profit Planning
and Control, Fifth Edition, Prentice-Hall of India, New Delhi.

Y. Supriyanto, 1994, Anggaran Perusahaan: Perencanaan dan Pengendalian


Laba, Edisi 1, Penerbit: STIE YKPN, Yogyakarta.

Zaki Baridwan, 1999, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Penerbit:


BPFE, Yogyakarta.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 267


G LOSARIUM

Anggaran Bahan Baku: Merupakan semua anggaran yang berhubungan


dengan perencanaan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan
mentah yang diperlukan untuk penyelenggaraan proses produksi selama
periode yang akan datang.

Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP): Suatu rencana yang


menggambarkan besarnya tarif biaya yang terjadi di pabrik (departemen
produksi) selain tenaga kerja langsung dan bahan baku yang terjadi
selama satu periode. Atau secara terperinci anggaran BOP dapat diartikan
sebagai suatu perencanaan yang terperinci mengenai biaya-biaya tak
langsung yang dikeluarkan sehubungan dengan proses produksi selama
periode yang akan datang yang meliputi jenis biaya, waktu dan tempat
(departemen) dimana biaya tersebut terjadi.

Anggaran Bertahap: Anggaran yang jangka waktunya kurang dari satu


periode akuntansi atau kurang dari satu tahun.

Anggaran Finansial: Anggaran yang berisi taksiran-taksiran tentang keadaan


atau posisi finansial perusahaan pada suatu saat tertentu di masa yang
akan datang.

Anggaran Operasional: Anggaran yang berisi taksiran-taksiran tentang


kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu di masa yang
akan datang.

Anggaran Penjualan: Merupakan suatu penentuan jumlah unit penjualan


yang diperkirakan akan dijual di dalam suatu perusahaan untuk periode
yang akan datang.
Anggaran Periodik: Anggaran yang jangka waktunya hanya satu periode
akuntansi atau satu tahun penuh.

Anggaran Produksi: Dalam artian luas merupakan penjabaran dari rencana


penjualan menjadi rencana produksi yang meliputi: perencanaan
tentang jumlah produksi, kebutuhan persediaan, material, tenaga kerja
dan kapasitas produksi. Sedangkan dalam artian sempit anggaran
produksi disebut juga anggaran jumlah yang harus diproduksi, yaitu
suatu perencanaan tingkat (volume) barang yang harus diproduksi oleh
perusahaan agar sesuai dengan tingkat (volume) penjualan yang telah
direncanakan.

Analisis Regresi: Analisis yang membahas hubungan fungsional dua variabel


atau lebih.

Analisis Korelasi ( Correlation Analisys): Analisis yang membahas tentang


derajat hubungan dalam analisis regresi.

Analisis Statistika dan Matematika: Analisis yang dipergunakan untuk


membuat taksiran-taksiran serta yang dipergunakan untuk mengadakan
penelitian dalam rangka megadakan pengawasan kerja.

Anggaran Stratejik: Anggaran yang berlaku untuk jangka panjang (melebihi


satu periode akuntansi atau lebih satu tahun).

Anggaran Taksiran: Anggaran yang berisi taksiran-taksiran kegiatan


perusahaan dalam periode tertentu di masa yang akan dating, serta
taksiran-taksiran tentang keadaan atau posisi finansial perusahaan pada
suatu saat tertentu di masa yang akan datang.

Anggaran Taktis: Anggaran yang berlaku untuk jangka pendek.

Anggaran Variabel: Anggaran yang berisi tingkat perubahan biaya atau


tingkat variabilitas biaya, khususnya biaya semi variabel, sehubungan
dengan adanya perubahan produktivitas perusahaan.

Bahan Baku: 1) Merupakan bahan yang membentuk suatu kesatuan yang


tidak terpisahkan dari produk jadi; 2) Bahan utama atau bahan pokok dan
merupakan komponen utama dari suatu produk.

270 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Bahan Mentah Langsung: Bahan yang merupakan bagian yang tampak
dalam barang jadi yang dihasilkan dan mempunyai proporsi yang besar
dalam barang jadi.

Bahan Mentah Tak Langsung: Bahan mentah yang ikut berperan dalam
proses produksi tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi
yang dihasilkan.

Budget (Anggaran): 1) Merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan


secara kuantitatif dari aktivitas usaha sebuah organisasi; 2) Merupakan
suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam
satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang menvakup jangka
waktu satu tahun; 3) Merupakan perencanaan keuangan perusahaan yang
dipakai sebagai dasar pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan
untuk periode yang akan dating; 4) Suatu pendekatan yang formal dan
sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam
perencanaan, koordinasi, dan pengawasan; 5) Suatu rencana yang
disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan
yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka
waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang.

Carrying Cost (Holding Cost): Biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan


dengan kegiatan penyimpanan bahan baku yang telah dibeli. Biaya ini
berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan baku yang disimpan.

Correlation Analisys (Analisis Korelasi): Analisis yang membahas tentang


derajat hubungan dalam analisis regresi.

Departemen Produksi (Production Department): Departemen yang


menjalankan kegiatan produksi yang mengolah bahan mentah menjadi
barang jadi atau produk akhir.

Departemen Jasa (Service Department): Departemen yang tidak


menjalankan kegiatan produksi tetapi membantu kelancaran jalannya
proses produksi.

Direct Labour (Tenaga Kerja Langsung): Tenaga kerja di pabrik yang


secara langsung terlibat pada proses produksi dan biayanya dikaitkan
pada biaya produksi atau pada barang yang dihasilkan.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 271


Double Exponential Smoothing: Metode ini digunakan ketika data
menunjukkan adanya trend. Exponential smoothing dengan adanya
trend seperti pemulusan sederhana kecuali bahwa dua komponen harus
di-update setiap periode-level dan trend-nya. Level adalah estimasi yang
dimuluskan dari nilai data pada akhir masing-masing periode. Trend
adalah estimasi yang dihaluskan dari pertumbuhan rata-rata pada akhir
masing-masing periode.

Economical Order Quantity (EOQ): Kuantitas barang yang dapat diperoleh


dengan biaya minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian
yang optimal.

Expenses (Biaya): 1) Pengurangan Aktiva perusahaan yang mengakibatkan


berkurangnya Modal Sendiri, tetapi bukan karena pengurangan
(pengambilan) modal oleh para pemiliknya, dan bukan pula merupakan
pengurangan Aktiva perusahaan yang disebabkan karena berkurangnya
Utang; 2) Suatu kontra pretasi yang diberikan oleh perusahaan atas
sesuatu yang diterima dari pihak lain, atau jasa-jasa yang diterima dari
pihak lain.

Fixed Cost (Biaya Tetap): Biaya-biaya yang cenderung untuk bersifat


konstan (constant) secara total, tanpa terpengaruh oleh volume kegiatan,
dengan beberapa asumsi tertentu seperti kebijaksanaan management,
periode waktu dan lain-lain.

Forecaster: Individu yang melakukan forecasting tidak sekedar menetapkan


suatu angka perencanaan begitu saja di masa mendatang, namun
membutuhkan kaidah yang benar dan baik dari sisi bisnis.

Forecasting: 1) Kegiatan untuk memprediksi dan memperkirakan kondisi


masa depan dengan berdasarkan data-data tertentu; 2) Perkiraan mengenai
sesuatu yang belum terjadi; 3) Seni dan ilmu untuk memperkirakan
kejadian di masa depan; 4) Penggunaan data masa lalu dari sebuah
variabel atau kumpulan variabel untuk mengestimasikan nilai dimasa
yang akan datang.

Gaji: 1) Balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta
mempunyai jaminan yang pasti; 2) Pemberian pembayaran finansial
kepada karyawan sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan
dan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang;

272 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


3) Merupakan salah satu unsur yang penting yang dapat mempengaruhi
kinerja karyawan, sebab gaji adalah alat untuk memenuhi berbagai
kebutuhan pegawai, sehingga dengan gaji yang diberikan pegawai akan
termotivasi untuk bekerja lebih giat.

General and Administration Expenses: Semua biaya yang terjadi serta


terdapat di dalam lingkungan kantor administrasi perusahaan, serta
biaya-biaya lain yang sifatnya umum untuk keperluan perusahaan secara
keseluruhan.

Harga Pokok: Merupakan salah satu komponen dari laporan laba rugi,
yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dalam mengendalikan
operasional perusahaan.

Harga Pokok Persediaan: Bagian dari persediaan yang telah digunakan.

Harga Pokok Produksi: Harga pokok persediaan ditambah biaya produksi.

Income Statement Supporting Budget (Anggaran Penunjang Rugi-


Laba): Anggaran tentang penghasilan dan biaya perusahaan, yang berisi
taksiran-taksiran yang lebih terperinci, seperti misalnya terperinci dari
waktu ke waktu (bulanan), terperinci menurut bagian (departemen) yang
ada dan sebagainya.

Indirect Labour (Tenaga Kerja Tak Langsung): Tenaga kerja di pabrik


yang tidak terlibat secara langsung pada proses produksi dan biayanya
dikaitkan pada biaya overhead pabrik.

Jam Tenaga Kerja Langsung (JKTL): Taksiran sejumlah jam tenaga kerja
langsung yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu.

Judgemet Forecasting Method (Non Statistical Method): Metode


memproyeksikan penjualan dengan berdasarkan pada pendapat.

Kapasitas Normal: Kemampuan kapasitas perusahaan untuk memproduksi


dan menjual produknya dalam jangka panjang.

Kapasitas Praktis: Kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian


waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern
perusahaan.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 273


Kapasitas Sesungguhnya Yang Diharapkan: Kapasitas sesungguhnya yang
diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.

Kapasitas Teoritis: Kapasitas pabrik atau suatu departemen untuk


menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama
jangka waktu tertentu.

Kompensasi: Seluruh imbalan yang diterima karyawan atas hasil kerja


karyawan tersebut pada organisasi. Kompensasi bisa berupa fisik
maupun non fisik dan harus dihitung dan diberikan kepada karyawan
sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikannya kepada organisasi
(perusahaan) tempat ia bekerja.

Laporan Anggaran: Realisasi pelaksanaan anggaran yang dilengkapi dengan


berbagai analisis perbandingan antara anggaran dengan realisasinya,
sehingga dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan, baik
yang bersifat menguntungkan maupun yang bersifat merugikan, sehingga
dapat ditarik kesimpulan dan beberapa tindak lanjut yang segera perlu
dilakukan.

Master Income Statement Budget (Anggaran Induk Rugi-Laba): Anggaran


tentang penghasilan dan biaya perusahaan, yang berisi taksiran-taksiran
secara garis besar (global) dan kurang dijabarkan secara lebih terperinci,
seperti misalnya taksiran-taksiran semesteran, tahunan dan sebagainya.

Metode Exponential Smoothing: Merupakan prosedur perbaikan terus-


menerus pada peramalan terhadap objek pengamatan terbaru. Ia menitik-
beratkan pada penurunan prioritas secara eksponensial pada objek
pengamatan yang lebih tua. Dengan kata lain, observasi terbaru akan
diberikan prioritas lebih tinggi bagi peramalan daripada observasi yang
lebih lama.

Metode Trend Projections: Merupakan metode peramalan yang


menyesuaikan sebuah garis (trend) atas sekumpulan data masa lalu, dan
kemudian diproyeksikan dalam garis untuk meramalkan masa depan.

Moving Average: Merata-rata data berdasarkan beberapa data masa lalu yang
terbaru.

274 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


Nilai Persediaan Awal Bahan Baku: Nilai persediaan awal bahan baku akan
tergantung pada besarnya unit bahan baku yang tersedia dan harga bahan
baku per satuan.

Nilai Persediaan Akhir Bahan Baku: Nilai persediaan akhir bahan baku akan
tergantung pada estimasi/perkiraan persediaan bahan baku pada akhir
periode dan metode penilaian persediaan bahan baku yang digunakan.

Non-Operating Revenues (Penghasilan Bukan Utama): Penghasilan


yang diterima perusahaan, yang tidak berasal dan tidak berhubungan
erat dengan usaha pokok perusahaan, melainkan dari usaha sampingan
perusahaan.

Operating Expenses (Beban Usaha): Merupakan beban kegiatan pokok


perusahaan yang tidak terjadi di pabrik selain harga pokok penjualan
yang ditampilkan dalam laporan rugi laba. Beban usaha terdiri dari beban
penjualan (selling expenses), beban administrasi dan umum (general and
administration expenses).

Operating Revenues (Penghasilan Utama): Penghasilan yang diterima


perusahaan, yang berasal dan berhubungan erat dengan usaha pokok
perusahaan.

Ordering Cost (Set Up Cost): Biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan


dengan kegiatan pemesanan bahan baku. Biaya ini berubah-ubah sesuai
dengan frekuensi pemesanan, semakin tinggi frekuensi pemesanannya
semakin tinggi pula biaya pemesanannya.

Production Departement (Departemen Produksi): Departemen yang


menjalankan kegiatan produksi yang mengolah bahan mentah menjadi
barang jadi atau produk akhir. Sehingga bagian ini dikatakan sebagai
bagian yang secara langsung memproses barang jadi.

Quantitative Forecasting (Peramalan Kuantitatif): Peramalan berdasarkan


pada rekayasa atas data historis yang ada secara memadai tanpa intuisi dan
penilaian subyektif oleh orang yang melakukan peramalan. Peramalan
kuantitatif lebih bersifat objektif dengan melibatkan data dan fakta yang
diolah dengan metode tertentu.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 275


Qualitative Forecasting (Peramalan Kualitatif): Merupakan metode untuk
melakukan forecast tetapi tanpa menggunakan data-data historis. Metode
ini digunakan dimana tidak ada model matematik, biasanya dikarenakan
data yang ada tidak cukup representatif untuk meramalkan masa yang
akan datang. Peramalan ini menggunakan pertimbangan pendapat para
pakar yang ahli dibidangnya.

Reorder Point: Saat harus dilakukan pesanan kembali bahan yang diperlukan,
sehingga kedatangan bahan yang dipesan tersebut tepat pada waktu
persediaan di atas safety stock sama dengan nol.

Revenues (Penghasilan): 1) Pertambahan Aktiva perusahaan yang


mengakibatkan bertambahnya Modal Sendiri, tetapi bukan karena
penambahan setoran modal baru dari para pemiliknya, dan bukan
pula merupakan pertambahan Aktiva perusahaan yang disebabkan
karena bertambah Utang; 2) Suatu kondisi prestasi yang diterima oleh
perusahaan atas “sesuatu” yang diberikan kepada pihak lain, atau atas
jasa-jasa yang diberikan kepada pihak lain.

Safety Stock: Persediaan inti dari bahan yang harus dipertahankan untuk
menjamin kelangsungan usaha, artinya safety stock tidak boleh dipakal
kecuali dalam keadaan darurat, seperti : keadaan bencana alam, bahan di
pasaran dalam keadaan kosong karena huru-hara, dan lain-lain.

Selling Expenses (Beban Penjualan): Semua biaya yang terjadi di dalam


lingkungan bagian penjualan, serta biaya-biaya lain yang berhubungan
dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bagian penjualan.

Semi Variable Cost (Biaya Semi Variable): Biaya-biaya yang tidak bersifat
tetap, tetapi tidak pula bersifat variabel. Biaya ini mengalami perubahan,
tetapi tidak sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan.

Service Department (Departemen Jasa): Departemen yang tidak


menjalankan kegiatan produksi tetapi membantu kelancaran jalannya
proses produksi.

Single Exponential Smoothing: Metode juga dikenal sebagai simple


exponential smoothing yang digunakan pada peramalan jangka pendek,
biasanya hanya 1 bulan ke depan. Model mengasumsikan bahwa data

276 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


berfluktuasi di sekitar nilai mean yang tetap, tanpa trend atau pola
pertumbuhan konsisten.

Standard Used Rate (SUR): Menunjukkan berupa satuan (unit, kg, m, liter
atau ukuran-ukuran lain) bahan baku yang digunakan untuk membuat
barang jadi.

Trend Projections: Peramalan yang menyesuaikan sebuah garis (trend) atas


sekumpulan data masa lalu, dan kemudian diproyeksikan dalam garis
untuk meramalkan masa depan.

Total Inventory Cost (TIC): Jumlah biaya persediaan dari biaya pesan
persediaan ditambah biaya penyimpanan persediaan.

Upah: Harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan


produksi.

Upah Nominal: Upah yang dinyatakan dalam bentuk uang yang diterima
secara rutin oleh para pekerja.

Upah Riil: Kemampuan upah nominal yang diterima oleh para pekerja jika
ditukarkan dengan barang dan jasa, yang diukur berdasarkan banyaknya
barang dan jasa yang bisa didapatkan dari pertukaran tersebut.

Variable Cost (Biaya Variabel): Biaya-biaya yang secara total selalu


mengalami perubahan, di mana perubahan itu searah dan sebanding
dengan perubahan tingkat kegiatan.

Variable Dependent (Variabel Dependen): Variabel yang dipengaruhi oleh


variabel lain.

Variable Independent (Variabel Independen): Variabel yang dapat


mempengaruhi variabel lain.

Weak Signal: Gejala dini terhadap suatu perubahan.

Zero Based Budgeting: Sistem anggaran yang didasarkan pada perkiraan


kegiatan, bukan pada yang telah dilakukan dimasa lalu. Setiap
kegiatan akan dievaluasi secara terpisah. Ini berarti berbagai program
dikembangkan dalam visi pada tahun yang bersangkutan. Konsep Zero
Based Budgeting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada
pada sistem anggaran tradisional.

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 277


I NDEKS

A biaya overhead pabrik (BOP) 75, 141,


147, 158, 159, 160
Analisis Industri 37, 47 Biaya Semi Variabel (Semi Variable
Analisis korelasi 34, 44 Cost) 148
Analisis Pengguna Akhir 37, 50, 51, 57 Biaya Tetap (Fixed Cost) 147, 159
Analisis Product Line 37, 49, 56 Biaya Variabel (Variable Cost) 147, 159
Analisis regresi 34, 43 budget 1, 2, 4, 10, 12, 13, 14, 15, 16,
Analisis statistika dan matematika 9 23, 62, 63, 71, 117, 118, 125,
Anggaran Bahan Baku 20, 21, 23 156, 158, 163, 241
Anggaran bertahap 2 budgeting 4, 12, 13
Anggaran Biaya Overhead Pabrik 20,
23, 141, 148, 151, 159, 161, 248,
250, 261, 269 C
Anggaran finansial 9, 13
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku 92, Carrying Cost 99, 101
93, 94, 96, 97, 102, 116, 119 Clean Cost Concept 150, 160, 161
Anggaran Operasional 248 contribution margin 242
Anggaran penjualan 60, 61, 71 controllable 148, 159
Anggaran Penjualan 18, 19 conventional costing 240
Anggaran periodik 2
Anggaran Produksi 18, 20, 23, 217, 235
Anggaran stratejik 2
D
Anggaran taksiran 9 Departemen jasa (service department)
Anggaran taktis 2 149
Anggaran Type Appropriasi 18 Departemen produksi (production de-
partment) 149
dependent variable 43, 45
B depreciation 148
Bagian administrasi 10 Depreciation of Store Building 166
Bahan baku 21, 93, 112, 115, 118, 119, Depreciation of Store Furnitures 166
120, 123 direct departmental cost 148
Bahan mentah langsung 92 Direct Labor Hour (DLH) 131
Biaya (Expenses) 17 direct labour 127, 136
Direksi 11 J
Double Exponential Smoothing 32
judgement 8

E
K
Economical order quantity (EOQ) 21
environmental scanning system 27 Kapasitas normal 145, 156, 159, 163
Kapasitas sesungguhnya 145, 159
Kapasitas teoritis 145, 159
F
factory overhead 141, 242 L
FIFO (First In First Out) 108, 123
Finansial Budget 15 Laporan anggaran 10, 259
Forecasting 15, 20, 25, 26, 28, 31, 35, LIFO (Last In First Out) 108, 113, 123
37, 38, 272, 273, 275, 276
M
G Manajer keuangan 11
Gaji Karyawan Penjualan (Store Sala- Manajer perusahaan 11
ries) 165 Manajer umum 11
general and administration expenses Manning table 131
165, 166, 167, 222, 223, 273 market share 47, 48, 56
Market Share 47, 48
Master Income Statement Budget 16
H material usage rate 91
Metode Alokasi Langsung 146
Harga pokok 129, 237, 238, 258, 259, Metode Exponential Smoothing 32
273 metode full costing 144, 241, 242, 247,
Harga Pokok Penjualan 18, 23, 238, 259
239, 246, 248 Metode Kuadrat Terkecil 33, 42
Harga Pokok Persediaan 238, 239 Metode Peramalan Kualitatif 53
Metode Peramalan Kuantitatif 53
Metode Trend Kuadratis 34
I Metode Trend Projections 33
Income Statement Budget 16 metode variable costing 145, 241, 242,
Income Statement Supporting Budget 247, 259
16, 17, 18, 24 Model ekonometri 35
independent variable 43, 45 Model Ekonometri 35
indirect labour 127, 136 Model Input Output 35

280 Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan


N Single Exponential Smoothing 32
stockout cost 21
non controllable 148, 159 Store Heat and Light 166
Non-Operating Revenues 17 Store Maintanance 165
Store Repair 166
SUR (Standard Used Rate) 94, 114
O
Office Heat and Light 167
Office Insurance 167 T
Office Manintenance 166 TIC (Total Inventory Cost) 100
Office Salaries 166 Time Series 31
Office Supplies 167 Tingkat Persediaan Bahan Baku 97
Operating Budget 15, 16, 17, 18, 24
operating expenses 165, 167, 169, 171,
172, 197, 222 U
uncertainty 26
P
Panitia anggaran 11 V
Penghasilan (Revenues) 17
Pola Produksi Bergelombang 78, 81, Variable Cost (Biaya Variabel) 277
82, 83, 86, 88 variable costing 141, 240, 241, 242, 247
Pola Produksi Konstan 78, 79, 80, 86, Variable Dependent (Variabel Depen-
87 den) 277
Pola Produksi Moderat 78, 83, 84, 85, Variable Independent (Variabel Indepen-
86, 89 den) 277

Q W
Quadratic Trend Method 34 weak signal 26, 277

R Z
Reorder point 22 Zero Based Budgeting (ZBB) 3, 12, 13
responsibility accounting 148

S
Safety stock 22
selling expenses 165, 167, 222, 223
Semi Average Method 20
simple exponential smoothing 32

Teknik Penyusunan Anggaran Operasional Perusahaan 281

Anda mungkin juga menyukai